Anda di halaman 1dari 19

Dosen Pengampu: Wa Ode Aisyah, S.Kep,Ns,M.

Kep
Mata Kuliah : Keperawatan Anak II

ASUHAN KPERAWATAN
DHF (DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER)

KELOMPOK II:
MUHAMMAD ILHAM IDRIS P201901024
AYU DEVAYANTI P202102008
SITI BADRIAH RUSLIN.L P201901033
SULISTIANA P201901018
NALDA MARISKA ASHARI P201901012

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmatnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan Asuhan Keperawatan berjudul Asuhan Kperawatan Dhf (Dengue
Haemorrhagic Fever). Penulisan Asuhan Keperawatan ini merupakan salah satu tugas dalam
Mata Kuliah Keperawatan Anak II di Universitas Mandala Waluya Kendari.
Dalam penulisan Asuhan Keperawatan ini masih banyak kekurangan, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi
menyempurnakan pembuatan Asuhan Keperawatan ini. Kami ucapkan terima kasih kepada pihak
yang membantu dalam proses pembuatan Asuhan Keperawatan. Diharapkan tugas ini dapat
menjadi penambah wawasan kita dan bermanfaat untuk pembaca.

Kendari, 22 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian........................................................................................................................3
B. Etiologi............................................................................................................................4
C. Manifestasi Klinis...........................................................................................................4
D. Pemeriksaan penunjang...................................................................................................4
E. Penatalaksanaan..............................................................................................................6
F. Konsep Asuhan Keperawatan.........................................................................................7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...................................................................................................................15
B. Saran .............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang
dapat menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Menularnya nyamuk (Aedes
Aegypti) yang tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat,karena
banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi negara Indonesia. Tujuan dari peluncuran
ASEAN Dengue Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan antar negara
anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan,
penanggulangan, hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD
bisa ditekan. Kasus DBD di Kaltim tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia
102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009
sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di
Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen.
Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan
angka kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia dengan jumlah kematian
sekitar 1.317 orang tahun 2010 Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam
berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu indonesia bekerja sama dengan negara-negara
anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data jumlah kasus DBD
di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus, menurut Rita potensi penyebaran DBD di
antara negara-negara anggota ASEAN cukup tinggi mengingat banyak wisatawan keluar
masuk dari satu negara ke negara lain. Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat
penanganannya maka akan dapat terjadi komplikasi seperti efusi pleura karena adanya
kebocoran lambung akibat meningkatnya permeabilitas membran, perdarahan pada
lambung karena anak mengalami mual dan muntah serta kurangnya nafsu makan terjadi
pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar getah bening karena bocornya plasma yang
mengandung cairan dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya peningkatan nilai
hematokrit.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Dhf (Dengue Haemorrhagic Fever)?
2. Apa etiologi dari DHF (Dengue Haemorrhagic Fever)?
3. Apa manifestasi DHF (Dengue Haemorrhagic Fever)?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang dari DHF (Dengue Haemorrhagic Fever)?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari DHF (Dengue Haemorrhagic Fever)?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit DHF (Dengue Haemorrhagic Fever)?
C. Tujuan Penulisan.
1. Mengetahui pengertian dari DHF (Dengue Haemorrhagic Fever)
2. Mengetahui etiologi DHF (Dengue Haemorrhagic Fever).
3. Mengetahui manifestasi klinis dari DHF (Dengue Haemorrhagic Fever).
4. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari DHF (Dengue Haemorrhagic Fever).
5. Mengetahui penatalaksanaan dari DHF (Dengue Haemorrhagic Fever).
6. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien penyakit DHF (Dengue Haemorrhagic
Fever).

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD (dengue
hemorrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DHF
terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang
ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif & Kusuma 2015).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born
Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus
(Wijayaningsih 2017).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. DHF merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab kematian
utama di banyak negara tropis. Penyakit DHF bersifat endemis, sering menyerang
masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian yang cukup tinggi,
khususnya pada mereka yang berusia dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015) :
a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau
perdarahan di tempat lain.
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi disertai dengan
sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.

3
B. ETIOLOGI
 Virus dengue sejenis Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang
disebarkan oleh artropoda. Vector utama penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus.
 Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif.
C. MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue,
Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah
sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet , tampak adanya bintik ( purpura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam ( konjungtiva), Mimisan
( Epitaksis), BAB berwarna hitam berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain
-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati ( Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit
diatas 20% dari nilai normal ( Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan
nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah
( petechiae).
D. DIAGNOSIS/PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara lain adalah
(Wijayaningsih 2017) :
1. Pemeriksaan darah lengkap

4
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin, hematokrit,
jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai pada DHF
merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
a) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga.
b) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan hemokonsentrasi.
c) Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT, SGOT,
ureum dan Ph darah mungkin meningkat.
2. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)
Uji serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah
infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi
reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier.
Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi
sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat,
visualisasi biasanya dilakukan dengan memberi label antibody atau antigen dengan
flouresens, radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan lanjutan dari
reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro seperti
prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier merupakan lanjutan reaksi
sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi dengan gejala klinik.
3. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan pada
kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi darah
angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
4. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue.
Menggunakan metode plague reduction neutralization test (PRNT). Plaque adalah
daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang jelas akan dilihat terhadap sel di
sekitar yang tidak terkena infeksi.
5. Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition (HI).
Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah
mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.

5
6. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade
II) di dapatkan efusi pleura.
E. Penatalaksanaan
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebagai
akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas
sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obat penurun
panas (Rampengan 2017). Penatalaksanaan DHF yaitu :
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok Penatalaksanaan disesuaikan
dengan gambaran klinis maupun fase, dan untuk diagnosis DHF pada derajat I dan II
menunjukkan bahwa anak mengalami DHF tanpa syok sedangkan pada derajat III
dan derajat IV maka anak mengalami DHF disertai dengan syok. Tatalaksana untuk
anak yang dirawat di rumah sakit meliputi:
1. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan diare.
2. Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena
dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3. Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
a) Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan
secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan
waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian
cairan.
4. Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai dengan tatalaksana
syok terkompensasi.
b. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok Penatalaksanaan DHF
menurut WHO (2016), meliputi:
1. Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara nasal.
2. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan secepatnya.

6
3. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20 ml/kg
BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan transfusi darah atau
komponen.
5. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB dalam 2-4 jam
dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis laboratorium.
6. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Perlu
diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak dari
pada pemberian yang terlalu sedikit.
F. ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Ibu pasien mangatakan An. R berusia 11 thn panas badannya sudah 6 hari sejak hari
selasa 19 Mei 2015 berobat ke bidan hari rabu panas turun kamis panas lagi dibawa ke
Dokter hari minggu pasien masih panas dan merasa lemas dan mukosa kering sehingga di
bawa ke IGD RSUD Ajibarang senin tanggal 25 Mei 2015 kemudian masuk di ruang
Kenari Atas kamar 7B dengan Tanda-tanda vital : TD : 90/60 mmHg S : 38,60C RR : 32
x / menit N : 108 x / menit, Trombosit : 60
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama : An. R
Umur : 11 thn
Alamat : Jingkang Rt 03 Rw 02 , Ajibarang
Agama : Islam
Nama Ibu : Ny. M
Pendidikan : SMP
Nama Ayah : Tn. K
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh

7
Diagnosa Medik : DBD
b. Keluhan Utama :
Ibu pasien mengatakan pasien demam.
c. Keluhan Tambahan :
Pasien mengatakan lemas
d. Riwayat penyakit sekarang :
Ibu pasien mangatakan pasien panas badannya sudah 6 hari sejak hari selasa 19 Mei
2015 berobat ke bidan hari rabu panas turun kamis panas lagi dibawa ke DOkter hari
minggu pasien masih panas dan merasa lemas sehingga di bawa ke IGD RSUD
Ajibarang senin tanggal 25 Mei 2015 kemudian masuk di ruang Kenari Atas kamar
7B
e. Riwayat penyakit dahulu :
Sebelumnya pasien pernah dirawat di Rumah Sakit umur 10 bulan karena diare.
f. Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini menderita
sakit DBD.
g. Riwayat kehamilan
Anak lahir pada usia kehamilan 9 bulan, dengan berat badan lahir 2,9 kg ditolong
oleh bidan. Lahir spontan dan selama 1 tahun anak mendapat imunisasi lengkap dan
minum PASI Lactona s/d 2 tahun.
h. Kondisi lingkungan.
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal dekat kali
kecil, sekitar rumah terdapat beberapa ban bekas untuk menanam tanaman yang
belum dipakai, bak mandi dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu
yang lalu ada tetangga gang yang menderita DHF, tetapi sekarang sudah sembuh, dan
lingkungan wilayah belum pernah difogging.
i. Pengkajian Persistem
a) Pola persepsi dan kesehatan
DS : orang tua pasien mengatakan bahwa kesehatan sangat penting. Ibu pasien
mengatakan belum terlalu paham dengan penyakit yang dialami anaknya.

8
DO : An. R di rawat di ruang Kenari Atas nomor 7B. Ibu pasien tampak sering
bertanya
b) Pola nutrisi dan metabolic
DS : keluarga pasien mengatakan bahwa An. R makannya sudah banyak makan,
minumnya juga lumayan banyak, tidak ada mual dan muntah
DO : pasien menghabiskan sekitar ¾ makanan yang ada di ruah sakit dan
menghabiskan minum air meniral sekitar 700ml (setengah botol mineral
1500ml)
c) Pola eliminasi
DS : orang tua pasien mengatakan BAB dan BAK lancer
DO : pasien mengatakan BAB 1 x sehari, konsistensi baik tidak mengandung air
berlebih. BAK lancar kurang lebih 4-5 x sehariberwarna kuning tidak
pekat.
d) Pola akivitas dan latihan
DS : pasien mengatakan badanya masih lemes.
DO : walaupun masih sering tidur di kasur pasien masih dapat berdiri sendiri dan
kekamar mandi sendiri namun masih telihat lemah.
e) Pola istirahat dan tidur
DS : pasien dapat tidur dengan nyinyak dan nyaman
DO : pasien tidur selama 9 jam dan tidak ada lingkar mata.
f) Pola kognitif dan persepsi
DS : orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya tidak ada masalah dengan
pengelihtanya dan pendengarnya
DO : pasien dapat menjawab dengan baik, sklera mata tidak ikterik, tidak ada
sianosis dan serumen pada teliga ada sedikit.
g) Pola persepsi dan konsep diri
DS : orang tua pasien mengatakan ingin anaknya cepat sembuh.
DO : pasien selalu kooperatif dalam tindakan keperawatan yang dilakuan
h) Pola peran dan hubungan
DS : pasien mengatakan ia lebih suka bercerita dengan ibunya tentang
masalahnya

9
DO : pasien sering di tunggui oleh ibunya
i) Pola koping dan toleransi stres
DS : orang tua pasien mengatakan pasien rajin memkan obat dari rumah sakit.
DO :pasien terlihat meminum obatnya.
j) Pola seksual
DS : orang tua pasien mengatakan anaknya berprilaku seperti anak laki laki
lainnya,
DO : pasien berjenis kalamin laki-laki
k) Pola nilai dan keyakinan
DS : orang tua pasien mengatakan anaknya beragama islam
DO : pasien selalu bersikap sabar dan istighfar bila merasa kesakitan
j. Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Compos Mentis
Tanda-tanda vital :
TD : 90/60 mmHg
S : 38,60C
RR : 32 x / menit
N : 108 x / menit
Berat badan : 23 Kg
Betuk Kepala : mesocepal
Rambut : pendek bersih
Telinga : simetris tidak ada serumen yang berlebih
Mata : simetris tidak ada sianosis dan lingkar hitam di bawah mata.
Hidung : tidak terdapat polip dan tidak terliahat pernafasan cuping hidung
Mulut : mukosa kering, tidak ada sariawan dan tidak ada karies gigi
Dada : datar simetris
Jantung : tidak ada bunyi jantung tambahan s1 > s2, S1 loop S2 dup
Paru-paru : tidak ada bunyi ronchi,
Abdomen : tidak ada nyeri tekan. Tidak teraba hepar
Punggung :tidak ada sklereosis dan kelainan tulang lainnya

10
Genetalia : pasien berjenis kelamin laki-laki
Ekstermitas :
Atas : terpasang infus
Bawah : anggota gerak bawah lengkap tidak ada kekurangan.
Kulit : turgor kulit buruk
k. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


Hematologi
CBC
Hemoglobin 14.2 g/dL 11.5-15.5
Leukosit 7.83 4.5-14.5
Hematokrit 41.3 10 3/ul 35.5-45.5
Eritrosit 5.54 % 4.5-14.5
Trombosit L 60 10 6/ul 150-450
MCV L74.5 10 3/ul 79.0-99.0
MCH L25.6 fL 27.0-31.0
MCHC 34.4 pg 33.0-37.0
RDW H g/dL 11.5-14.5
MPV H14.9 % 7.2-11.1
SERO IMUNOLOGI
Dengue IgG Reaktif Non Reaktif
Dengue IgM Non Reaktif Non Reaktif
l. Terapi
IVFD RL 20 tpm
Injeksi ranitidin 2x ½ ampul (2x25mg)
Tab Paracetamol 3x250 mg

2. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

11
1 DS : Ibu pasien mengatakan pasien Proses infeksi Hipertermia
demam (virus dengue)
DO : TTV: TD :90/60 mmHg
N :104 x / menit
S : 38,60C
RR: 32x / menit
mukosa kering
2 DS : Ibu pasien mengatakan anaknya Kehilangan cairan Hipovolemia
lemas, sering berkeringat dingin secara aktif
DO : Trombosit : 60
Pasien terlihat lemah
Mukosa kering
3 DS : orang tua pasien Ketidak tahuan Defisit pengetahuan
mengatakan bahwa kesehatan menemukan
sangat penting. Ibu pasien sumber Informasi
mengatakan belum terlalu paham
dengan penyakit yang dialami
anaknya.
DO : An. R di rawat di ruang
Kenari Atas nomor 7B. Ibu pasien
tampak sering bertanya

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi (virus dengue)
2) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidak tahuan menemukan sumber
informasi

4. INTERVENSI

Diagnosa SLKI SIKI

12
Keperawata
n
Hipertermia Setelah dilakuakan tindakan Manajemen hipertermia
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi :
dengan diharapkan termogulasi 1. Monitor suhu tubuh
proses membaik dengan kriteria hasil : 2. Monitor haluaran urine
infeksi 1. Suhu tubuh membaik (5) Terapeutik
(virus 2. Suhu kulit membaik (5) 1. Sediakan lingkungan yang dingin
dengue) 3. Tekanan darah membaik 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
(5) 3. Berikan cairan oral
4. Lakukan pendinginan eksternal
(mis. Selimut hipotermiaatau
kompres dingin pada dahi
leher,dada,abdomen,aksila)
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaberasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu

Hipovolemia Setelah dilakukan asuhan Manajemen hipovolemia


berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
dengan diharapkan status cairan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
kehilangan membaik dengan Kriteria hasil: (mis.frekuensi nadi meningkat, nadi
cairan secara 1. Frekuensi nadi membaik (5) teraba lemah, tekanan darah
aktif 2. Tekanan darah membaik (5) menurun, tekanan nadi menyempit ,
3. Tekanan nadi membaik (5) turgorkulit menurun, membrane
4. Membrane mukosa mukosa kering, volume urin
membaik(5) menurun, hematokritnmeningkat,
5. Kadar HB membaik (5) haus,lemah)

13
2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan cairan asupan oral
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
ISOTONIS (Mis. NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian Cairan koloid
(mis albumin, plasmanate)
3. Kolaborasi pemberian produk darah
Defisit Setelah dilakuakan asuhan Edukasi kesehatan
pengetahuan keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
berhubungan diharapkan tingkat 1. Identifikasi kesiapan dan
dengan pengetahuan pasien membaik kemampuan menerima informasi
ketidak dengan Kriteria Hasil : Terapeutik
tahuan 1. Perilaku sesui anjuran 1. Sediakan materi dan media
menemukan meningkat (5) pendidikan kesehatan
sumber 2. Perilaku sesuai dengan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
informasi pengetahuan (meningkat) sesui kesepaktan
3. Pertanyaan tentang masalah 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
yang dihadapi menurun (5) Edukasi
4. Presepsi yang keliru 1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
terhadap masalah menurun mempengaruhu kesehatan
(5) 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat

BAB III
PENUTUP

14
A. KESIMPULAN
Dari penulisan makalah di atas, maka kami selaku penulis menarik kesimpulan
Kesimpulan, Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak
dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born
Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus
(Wijayaningsih 2017).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. DHF merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab kematian
utama di banyak negara tropis. Penyakit DHF bersifat endemis, sering menyerang
masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian yang cukup tinggi,
khususnya pada mereka yang berusia dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015) :
a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau
perdarahan di tempat lain.
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi disertai dengan
sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu
mendiagnosis secara dini mengenai penyakit DHF pada anak, sehingga kita mampu
memberikan asuhan keperawatan yang maksimal terhadap anak tersebut. Tentunya dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan sehingga kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Nor Vikri. 2019. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DENGAN
DENGUE HAEMORHAGIC FEVER ( DHF ) DI RUMAH SAKIT. Samarinda.
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/283/1/Untitled.pdf.
Ali. 2016. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Asri, Khanitta Nuntaboot, and Pipit Festi Wiliyanarti. 2017. “Community Social Capital on Fi
Ghting Dengue Fever in Suburban Surabaya , Indonesia : A Qualitative Study.”
International Journal of Nursing Sciences 4(4): 374–77.
Candra, Aryu. 2017. “Dengue Hemorrhagic Fever : Epidemiology , Pathogenesis , and Its
Transmission Risk Factors.” 2(2): 110–19.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Wijayaningsih, Kartika Sari. 2017. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM.

Anda mungkin juga menyukai