Oleh
AKX.16.048
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kekuatan dan pikiran sehingga
dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAPAS DI RSUD dr. SOEKARDJO
TASIKMALAYA” dengan sebaik-baiknya.
Maksud dan tujuan penyusunan karya tulis ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas akhir dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III Keperawatan di
STIKes Bhakti Kencana Bandung.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan karya tulis ini, terutama kepada:
1. H. Mulyana, SH, M.Pd, MH.Kes, selaku ketua Yayasan Adhi Guna Bhakti
Kencana Bandung.
2. Rd. Siti Jundiah, S,Kp.,M.Kep, selaku Ketua STIKes Bhakti Kencana
Bandung.
3. Tuti Suprapti, S,Kp.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi Diploma III
Keperawatan STIKes Bhakti Kencana Bandung.
4. A. Aep Indarna, S.Pd.,S.Kep.,Ners.,M.Pd selaku Pembimbing Utama yang
telah membimbing dan memotivasi selama penulis menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
5. Yati Nurhayati, S.Kep selaku Pembimbing Pendamping yang telah
membimbing dan memotivasi selama penulis menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
6. Dr. H. Wasisto Hidayat, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Umum
dr.Soekardjo Tasikmalaya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menjalankan tugas akhir perkuliahan ini.
7. Yayan Warlian, S.Kep.,Ners selaku CI Ruangan Mawar yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam melakukan kegiatan
selama praktek keperawatan di RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya.
v
8. Seluruh dosen dan staf Program Studi Diploma III Keperawatan Konsentrasi
Anestesi dan Gawat Darurat Medik STIKes Bhakti Kencana Bandung.
9. Kedua orangtua yaitu Kapten Warsidi dan Ibunda Endang Susilowati, S.Pd
yang selalu memberi do’a, dukungan, semangat dan motivasi moril maupun
materil, serta adikku Windy Dwi Wiranti yang selalu mendukung sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Kepada Artha Jaya Kusuma selaku teman dekat yang selama ini selalu
mendo’akan, memberi motivasi dan mendampingi penulis, serta Ratih
Wulandari selaku sahabat yang selalu mendo’akan dan memotivasi penulis.
11. Sahabatku Yunalia, Agnina, Refina, Fadilla, Desy, Kintan, Teguh, Tauhid,
Desy, Deby, Ajeng, Iin, Alisa yang telah menjadi keluarga kedua bagi penulis.
12. Seluruh teman-teman seperjuangan Anestesi angkatan XII yang telah
memberikan semangat, motivasi, dan dukungan dalam penyelesaian
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak kekurangan
sehingga penulis sangat mengharapkan segala masukan dan saran yang sifatnya
membangun guna penulisan karya tulis yang lebih baik.
Penulis,
vi
ABSTRAK
Latar Belakang: Data WHO tahun 2013 dilaporkan bahwa lebih dari 15 juta kasus baru gagal
jantung setiap tahunnya diseluruh dunia. Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi
dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencangkupi kebutuhan sel-sel
tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Salah satu masalah keperawatan yang muncul yaitu
ketidakefektifan pola napas, hal ini menyebabkan jantung tidak dapat berfungsi dengan maksimal
dalam memompa darah. Hal tersebut mengakibatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh terganggu
sehingga terjadi dyspnea Tujuan: Untuk memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien CHF dengan masalah keperawatan pola nafas tidak efektif. Metode: Studi
kasus yaitu untuk mengeksplorasi suatu masalah / fenomena dengan batasan terperinci, memiliki
pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. Studi kasus ini
dilakukan pada dua orang pasien CHF dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola napas.
Hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan memberikan intervensi keperawatan, masalah
keperawatan ketidakefektifan pola napas pada kasus 1 dan 2 dapat teratasi di hari ke 3. Diskusi:
Pasien dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas tidak selalu memiliki respon yang
sama pada setiap pasien CHF hal ini di pengaruhi oleh kondisi atau status kesehatan klien
sebelumnya. Sehingga perawat harus melakukan asuhan komprehensif untuk menangani masalah
keperawatan pada setiap pasien.
Keyword :Asuhan Keperawatan, Congestive Heart Failure (CHF), Pola Nafas Tidak Efektif
Daftar Pustaka : 17 Buku (2009-2018), 3 Jurnal (2016-2017), 4 Website
ABSTRACT
Background: WHO 2013 reported that more than 15 million new cases of heart failure every year
around the world. Congestive Heart Failure (CHF) is a condition in which the heart fails in pumping
blood to capture the body's need for nutrients and oxygen adequately this causes the heart to not
function optimally in pumping blood. These things cause the oxygen supply to the whole body to be
disrupted, causing dyspnea Objective: to gain experience in nursing care on CHF clients with the
problem of breath-pattern nursing is not effective. Methods: The case study is to explore a
problem/phenomenon with detailed constraints, have a deep result and include various sources of
information. This case study was conducted on two CHF’s patients with an ineffective nursing
breathing problem. Results: After nursing care with nursing intervention, the problem of ineffective
nursing disorder in case 1 and 2 can be resolved at day 3, Discussion: patients with nursing
ineffectiveness problems do not always have the same response in each CHF’s patient this is
influenced by the condition or health status of previous clients. So the nurse must do comprehensive
care to handle nursing problems in each patient
vii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Lembar Pernyataan........................................................................................... ii
viii
2.1.4 Patofisiologi Congestive Heart Failure (CHF)................................ 18
ix
3.6 Uji Keabsahan ............................................................................................ 58
4.1.2.1 Pengkajian…………………………………………………. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Perbedaan Jantung Normal dengan Gagal Jantung ..................... ..9
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.4 Klasifikasi Gagal Jantung Menurut New York Heart Association
(NYHA)........................................................................................................ 21
Tabel 2.5 Klasifikasi Skala Dypsneu Menurut Modified Borg Scale ............. 21
Tabel 2.6 Skala Dispnea (Sesak) Menurut Medical Research Council (MRC
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Patofisiologi Gagal Jantung yang Mengarah pada Terjadinya Masalah
Keperawatan ..................................................................................................... 20
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran V Leaflet
xiv
DAFTAR SINGKATAN
EKG : Elektrokardiogram
HB : Hemoglobin
HT : Hemotokrit
TD : Tekanan Darah
RR : Respirasi Rate
S : Suhu
N : Nadi
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu jenis penyakit yang saat ini
banyak diteliti dan dihubungkan dengan gaya hidup seseorang. Salah satu penyakit
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi
2010).
Gagal jantung dikenal dalam beberapa istilah yaitu gagal jantung kiri, kanan,
dan kombinasi atau kongestif. Pada gagal jantung kiri terdapat bendungan paru,
jaringan. Gagal jantung kanan ditandai dengan adanya edema perifer, asites dan
peningkatan tekanan vena jugularis. Gagal jantung kongestif adalah gabungan dari
kedua gambaran tersebut. Namun demikian, kelainan fungsi jantung kiri maupun
Data WHO tahun 2013 dilaporkan bahwa lebih dari 6 juta jiwa penduduk di
dari 15 juta kasus baru gagal jantung setiap tahunnya diseluruh dunia. Insiden
1
2
penyakit ini meningkat sesuai dengan usia, berkisar kurang dari 1% pada usia
kurang dari 50 tahun hingga 5% pada usia 50-70 tahun dan 10% pada usia 70 tahun
ke atas. Penyakit gagal jantung sangatlah buruk jika penyebab yang mendasarinya
tidak segera ditangani dikarenakan hampir 50% klien gagal jantung meninggal
dalam kurun waktu 4 tahun dan 50% klien stadium akhir meninggal dalam kurun
waktu 1 tahun. Presentase penyebab gagal jantung terbanyak adalah ischemic heart
disease (65%), penyakit jantung hipertensif (10%), penyakit katup jantung dan
perikard (1%).
tahun 2013, prevalensi gagal jantung pada umur ≥ 15 tahun sebesar 0,13% atau
klien penyakit gagal jantung terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak
96.487 orang.
Congestive Heart Failure dengan jumlah 875 kasus (18,0%), Diare dengan jumlah
797 kasus (16,4%), Soft Tissue Tumor dengan jumlah 613 kasus (12,6%), Chronic
Kidney Desease jumlah 507 kasus (10,4%), Anemia dengan jumlah 415 kasus
(8,5%), Stroke Infark dengan jumlah 389 kasus (8,0%), Pneumonia dengan jumlah
353 kasus (7,2%), Tuberculosis dengan jumlah 326 kasus (6,7%), Stroke dengan
jumlah 290 kasus (5,9%), Hernia Inguinal Lateral dengan jumlah 283 kasus (5,8%).
3
Dari data diatas didapatkan hasil bahwa pasien dengan Congestive Heart
jumlah pasien sebanyak 875 orang dengan persentase 18,0%. Pada pasien CHF
masalah keperawatan yang muncul adalah sesak napas, penurunan curah jantung,
Dari masalah keperawatan tersebut diatas tanda dan gejala yang muncul pada
pasien CHF antara lain dyspnea, fatigue dan gelisah. Dyspnea merupakan gejala
yang paling sering dirasakan oleh penderita CHF. Hal ini menyebabkan jantung
tidak dapat berfungsi dengan maksimal dalam memompa darah. Dampak lain yang
muncul adalah perubahan yang terjadi pada otot-otot respiratori. Hal-hal tersebut
(Wendy, 2010).
menyebabkan dyspnea pada saat istirahat dan pada malam hari (ortopnea). Jika
seseorang memiliki gagal jantung kongestif, ia bisa terbangun di malam hari akibat
sesak nafas dan harus duduk atau berdiri untuk bisa meringankan sesak. Kondisi ini
kemampuan aktifitas pasien sehari-hari juga akan menurun yang dapat menurunkan
Diagnosa keperawatan klien yang muncul pada pasien dengan dyspnea yaitu
perubahan pola napas dapat diberikan intervensi seperti latihan napas dalam,
pemberian posisi semi fowler dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
Tujuan khusus dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah penulis
Kota Tasikmalaya.
Kota Tasikmalaya.
Kota Tasikmalaya.
6
a. Bagi Perawat
Manfaat praktis penulisan karya ilmiah ini bagi perawat adalah agar
dengan hiperventilasi.
Heart Failure.
7
yang dihasilkan oleh mahasiswa dan juga sebagai salah satu sumber
d. Bagi Klien
TINJAUAN PUSTAKA
Ganong, 2010).
dari ventrikel kiri atau keduanya, sehingga tekanan kapiler paru meningkat
(Asikin, 2018).
sekumpulan tanda dan gejala yang ditandai dengan sesak napas dan kelelahan
(saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau
8
9
oksigen, glukosa, asam amino, asam lemak, hormon, dan elektrolit ke sel.
Dan selanjutnya mengangkut karbon dioksida, urea asam laktat, dan sisa
aktif seperti pengiriman panas dari jaringan otot menuju ke kulit dan
oleh pengatur suhu tubuh medula spinalis setelah menerima pesan dari
melalui kulit.
transpor cairan tubuh dan elektrolit. Kedua substansi ini dikirim ke sel-sel
ginjal setiap harinya agar sel - sel tubuh memiliki cairan dan elektrolit akan
a. Anatomi Jantung
cukup baik, sistem katup, serta irama pemompaan yang baik. Bila
1) Kedudukan Jantung
kita. Sebuah garis yang ditarik dari tulang rawan iga ketiga kanan,
darah masuk dan keluar. Titik di sebelah kiri antara iga kelima
dapat ditunjukan.
12
2) Struktur Jantung
suatu pompa ganda yang berkontraksi 100.000 kali setiap harinya dan
b. Pembuluh Darah
ventrikel kiri.
Katup antara ventrikel kiri dan aorta disebut katup aortik, yang
ventrikel kanan.
c. Sirkulasi Darah
sirkulasi pulmonal.
arteri terbesar, yaitu aorta. Aorta ini berjalan naik ke bagian atas
kiri dan kanan, dan menyuplai darah ke daerah pelvis dan tungkai.
arkus aorta dan arteri utama menyuplai organ visera, berasal dari
meningkat pada kondisi di mana terjadi stenosis aorta atau dilatasi ventrikel.
menurun.
17
1. Gagal jantung kiri (gagal jantung kongestif), dibagi menjadi dua jenis
Diabetes miletus
Hipertensi
Penyakit katup jantung
Aritmia
Infeksi dan inflamasi (miokarditis)
Gagal jantung sistolik Kardiomiopati
peripartum/idiopatik
Penyakit jantung coroner
Gagal jantung kiri Penyakit jantung kongenital
Kelainan endokrin, kondisi
neuromuscular, dan penyakit
reumatologi
Penyakit jantung coroner
Diabetes miletus
Penyakit katup jantung (stenosis
Gagal jantung diastolik aorta)
Kardiomiopati
resytriktif/hipertrofi
Pericarditis konstriktif
Gagal ventrikel kiri
Penyakit jantung coroner
Hipertensi pulmonal
Gagal Jantung Kanan Stenosis katup pulmonalis
Emboli paru
Penyakit paru kronis
18
Penyakit neuromuskular
Primer
Kardiomiopati
Miokardis
Kelainan metabolic
Toksisitas (alcohol dan kobalt)
Presbikardia
Terjadi fibrilasi
Perubahan irama jantung atau urutan Takikardia atau bradikardi ekstrm
hantaran Arus listrik tidak sinkron (gangguan konduksi)
Bila cadangan jantung untuk berespons terhadap stres tidak adekuat dalam
tugasnya sebagai pompa dan akibatnya terjadi gagal jantung. Demikian juga,
19
jantung adalah penting. Semua respon ini menunjukkan upaya tubuh untuk
c. Hipertrofi ventrikel
jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini dan
pada keadaan istirahat. Tetapi, kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya
2012).
20
Grade gagal jantung menurut New York Heart Association, terbagi dalam
4 kelainan fungsional :
2 Sesak ringan
3 Sesak sedang
latihan fisik yang dapat menyebabkan timbulnya gejala. Pada awalnya, secara khas
gejala hanya muncul saat melakukan aktivitas fisik. Namun, semakin berat kondisi
gagal jantung, semakin menurun toleransi terhadap latihan, dan gejala muncul lebih
Dampak dari curah jantung dan kongesti yang terjadi pada sistem vena atau
5. Anoreksia
6. Mual, kembung.
8. Letih, lemas
9. Oliguria/ nokturia
10. Gejala otak bervariasi mulai dari ansietas hingga gangguan memori dan konfusi
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah yang datang dari paru, sehingga peningkatan tekanan
1) Dispnea
2) Batuk
3) Mudah lelah
4) Insomnia
Kongestif jaringan perifer dan visceral menonjol. Karena sisi kanan jantung
5) Nokturia
diuresis.
6) Kelemahan
tidak adekuat.
meliputi :
24
a. Syok Kardiogenik
otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di seluruh ventrikel karena
b. Edema Paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana
dan alveoli.
gabungan dari:
yang ketat.
2. Peningkatan kontraktilitas
nonfarmakologis.
a. Medis
Terapi farmakologis :
1) Glikosida jantung.
2) Terapi diuretik.
3) Terapi Vasodilator.
diturunkan.
b. Keperawatan
Terapi nonfarmakologis :
edema.
27
2) Membatasi cairan
3) Manajemen stres
a. Elektrokardiogram (EKG)
b. Kateterisasi jantung
stenosis atau insufisiensi katup dan diferensiasi gagal jantung sisi kanan
d. Elektrolit
(Doenges, 2018).
e. Oksimetri nadi
yang dapat terjadi pada gagal jantung atau sebagai efek samping
BUN dan kreatinin lazim terjadi pada gagal jantung (Doenges, 2018).
h. Pemeriksaan tiroid
pendek, napas dalam, napas cuping hidung dan ortopnea. (Wilkinson dan
Ahern, 2012).
30
exercise yang dapat dilakukan adalah deep breathing exercise yaitu aktivitas
techniques used for taking respiration under control and relieving it. Pursed
respiration technique used for taking dyspnoea under control and relieving
(Alkan,2017).
31
exercise yang dilakukan selama 5 siklus (1 siklus 1 menit yang terdiri dari
5 kali nafas dalam dengan jeda 2 detik setiap 1 kali nafas) dilanjutkan
gerakan dilakukan selama 5 kali. Latihan tersebut dilakukan tiga kali sehari
massalah kesehatan individu atau kelompok, baik yang aktual maupun yang
2012).
32
2.4.1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Identitas
a) Identitas klien
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
aktivitas.
(Muttaqin, 2009).
jantung.
dialami organ.
d) Riwayat keluarga
pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor
35
(Muttaqin, 2009).
tentang kebiasaan merokok, sudah berapa lama, berapa batang per hari
5) Keadaan Umum
didapatkan kesadaran yang baik atau compos mentis dan akan berubah
a) Sistem pernapasan
batuk dan edema pulmonal akut. Crakles atau ronki basah halus
b) Sistem Kardiovaskular
c) Sistem Persyarafan
(Muttaqin, 2009).
(penciuman, pembauan).
(N,III,IV,VI)
membuka mulut.
kepala.
d) Sistem Pencernaan
e) Sistem Genitourinaria
(Muttaqin, 2009).
f) Sistem Endokrin
g) Sistem Integumen
h) Sistem Muskuloskeletal
j) Sistem Pengelihatan
2011).
7) Aktifitas Sehari-hari
a) Nutrisi
kehilangan nafsu makan, nyeri ulu hati sebelum atau pada waktu
setelah sakit.
b) Eliminasi
c) Pola Istirahat
nafas.
d) Personal Hygine
e) Aktifitas
8) Data Psikologi
kronis, maka akan dirasakan seperti krisis kehidupan utama. Klien dan
9) Data Spiritual
jantung tidak berfungsi dengan baik. Penurunan lebih lanjut dan curah
tidak.
e) Tes fungsi ginjal dan hati (BUN, Kreatinin) : menilai efek yang
paru.
distritmia.
43
berikut :
cairan, natrium
antara suplai dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi adanya pembatasan 1. Menurunkan kerja
kebutuhan oksigen keperawatan selama 3 x 24 jam klien dalam melakukan aktivitas miokard/konsumsi oksigen,
Pasien bertoleransi terhadap menurunkan risiko komplikasi
aktivitas dengan 2. Kaji adanya faktor yang 2. Mencegah aktivitas
menyebabkan kelelahan berlebihan; sesuai dengan
Kriteria Hasil : kemampuan kerja jantung
3. Monitor nutrisi dan sumber 3. Dengan nutrisi yang adekuat,
1) Berpartisipasi dalam energi yang adekuat pasien akan mendapat energi
aktivitas fisiktanpa yang cukup untuk melakukan
disertai peningkatan aktivitas
tekanandarah, nadi dan 4. Monitor pasien akan adanya 4. Kelelahan fisik dan emosi
RR kelelahan fisik dan emosi secara membuat pasien menjadi tidak
2) Mampu melakukan berlebihan kooperatif dalam melakukan
aktivitas sehari hari atau melaksanakan aktivitas
(ADLS) secara mandiri 5. Monitor respon kardivaskuler 5. Membantu paien dalam ADL
3) Keseimbangan aktivitas terhadap aktivitas (takikardi,
dan istirahat disritmia, sesak nafas,
dieporesis, pucat, perubahan
hemodinamik)
6. Monitor pola tidur dan lamanya 6. Memonitor waktu dan pola
tidur/istirahat pasien tidur klien dapat membantu
perawat mengetahui apakah
klien mengalami gangguan
tidur atau tidak
7. Bantu klien untuk 7. Mengetahui kemampuan klien
mengidentifikasi aktivitas yang dalam melakukan aktifitas
mampu dilakukan sesuai kemampuan
8. Bantu untuk memilih aktivitas 8. Pasien mampu melakukannya
konsisten yang sesuai dengan secara mandiri
kemampuan fisik, psikologi dan
social
9. Bantu untuk mendapatkan alat 9. Mempermudah klien dalam
bantuan aktivitas seperti kursi melakukan aktivitas
roda, krek
50
10. Bantu klien untuk membuat 10. Melatih klien secara mandiri.
jadwal latihan di waktu luang
11. Sediakan penguatan positif bagi 11. Memberikan motivasi kepada
yang aktif beraktivitas klien
12. Monitor respon fisik, emosi, 12. Mengurangi resiko kelelahan
sosia; dan spiritual aktifitas (Doenges, 2018).
6. Konstipasi berhubungan NOC NIC
dengan punurunan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala konstipasi 1. Mengembalikan keteraturan
keperawatan selama 3 x 24 jam pola defekasi klien.
masukan diet, perubahan masalah konstipasi teratasi
dengan 2. Bising usus menandakan sifat
proses pencernaan, efek 2. Monior bising usus aktivitas peristaltic
Kriteria Hasil :
3. Monitor feses: frekuensi, 3. Mengetahui adanya infeksi
samping terapi obat
1) Mempertahankan bentuk konsistensi dan volume
feses lunak setiap 1-3 hari 4. Jelaskan etiologi dan rasionalisasi 4. Klien dan keluarga akan
tindakan terhadap pasien mengerti tentang penyebabnya
2) Bebas dari
ketidaknyamanan dan 5. Kolaborasikan pemberian laksatif 5. Pelunak feses meningkatkan
konstipasi efisiensi pembasahan air usus,
yang melunakkan massa feses
3) Mengidentifikasi dan membantu eliminasi
indicator untuk mencegah
konstipasi 6. Masukan cairan adekuat
6. Anjurkan pasien untuk cukup membantu mempertahankan
minum konsistensi feses yang sesuai
pada usus dan membantu
eliminasi regular (Doenges,
2018).
kulit berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk 1. Mencegah irtasi dan tekanan
keperawatan selama 3 x 24 jam menggunakan pakaian yang longgar dari baju
51
dengan tirah baring lama, masalah kerusakan integritas 2. Hindari kerutan padaa tempat tidur 2. Tempat tidur yang berkerut
kulit teratasi dengan akan merusak jaringan
edema, penurunan 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap 3. Daerah yang lembab akan
Kriteria Hasil : bersih dan kering memper cepat tumbuhnya
perfusi jaringan mikroorganisme
1) Integritas kulit yang 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi 4. Menghindari tekanan dan
baik bisa dipertahankan pasien) setiap dua jam sekali meningkatkan aliran darah
(sensasi, elastisitas, 5. Kemerahan berarti adanya
temperatur, hidrasi, 5. Monitor kulit akan adanya iritasi pada kulit
pigmentasi) kemerahan 6. Agar kerusakan tidak meluas
6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
2) Tidak ada luka/lesi pada derah yang tertekan 7. Meningkatkan aliran darah
pada kulit 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi kesemua daerah (Doenges,
pasien 2018).
3) Perfusi jaringan baik
4) Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya sedera
berulang
5) Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kemempuan klien untuk 1. Meninjau perkembangan
keperawatan selama 3 x 24 jam perawatan diri yang mandiri. pasien memakai pakaian
kehilangan mobilitas,
2. Mengidentifikasi area masalah
52
ketidakmapuan general, masalah kurang perawatan diri 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-
teratasi dengan alat bantu untuk kebersihan diri,
ketidakseimbangan berpakaian, berhias, toileting dan
Kriteria Hasil : makan.
prseptual/kognitif. 3. Meningkatkan kemandirian
1) Klien terbebas dari bau 3. Sediakan bantuan sampai klien
badan mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
2) Menyatakan kenyamanan 4. Meningkatkan kemandirian
terhadap kemampuan 4. Ajarkan klien/ keluarga untuk
untuk melakukan ADLS mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
3) Dapat melakukan ADLS pasien tidak mampu untuk
dengan bantuan melakukannya. 5. Agar pasien dan keluarga
mengerti kemandirian dalam
5. Berikan aktivitas rutin sehari- hari berpakaian secara baik
sesuai kemampuan. 6. Menentukan tingkat
kemandirian (Doenges, 2018).
6. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
pengobatan berhubungan Kriteria Hasil : 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit 2. Meningkatan pengetahuan dan
dan bagaimana hal ini berhubungan mengurangi cemas
dengan kurang 1) Pasien dan keluarga dengan anatomi dan fisiologi,
menyatakan dengan cara yang tepat.
pemahaman. pemahaman tentang
penyakit, kondisi, 3. Mencegah keparahan penyakit
53
yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Hasil yang diharapkan (Muttaqin, 2009) pada