Anda di halaman 1dari 22

Deret laurent dan residu

Dalam bab sebelumnya kita tulis banyak berurusan dengan deret yang mempunyai
bentuk :

g(t )= ∑ bn( z−a )n
n=0
(1)
dengan radius konvergensi tidak nol yang menyatakan bahwa fungsi tersebut
analisis dan bahwa setiap fungsi analitis dapat dibentuk dari deret-deret semacam
ini. Kelihatannya bahwa kita tidak perlu mencari bentuk ekspresi lain untuk fungsi-
fungsi analitis. Akan tetapi deret kuasa yang menyatakan fungsi analitis dalam
domain sirkuler kelihatannya mnejadi tidak cukup untuk menyatakan fungsi-fungsi
analitis yang lebih rumit. Untuk itu kita perlu mempertimbangkan representasi dalam
bentuk lain. Salah satu representasi yang pailng mungkin adalah deret :
a1 a2 an
h( z )=a0 + + +. . .+ + .. .
z−a ( z−a)2 ( z−a) n (2)
Deret yang diberikan dalam persamaan (2) menyatakan suatu fungsi analitis dalam
suatu domain dimana deret ini konvergen. Untuk itu, sekarang kita mengambil

1
w=
substitusi ( z−a) , maka persamaan (2) akan berubah menjadi :

h(w )=a0 +a1 w +a2 w2 +. . .+an wn +.. .= ∑ an w n
n=0
(3)
Jika deret ini konvergen untuk lwl < 1, maka jumlah deret merupakan fungsi analitik.
Dengan demikian persamaan (2) konvergen untuk
1
lz-al > 1 =
ρ2 (4)
bagi fungsi

h( z )=f ( z−a1 ) (5)


Dari kenyataan yang kita uraikan diatas,nilai w=0 bersesuaian dengan z=0. secara
sederhana kita juga mengatakan h(z) analitik pada  dan g() = ao. Radius
konvergen dari deret yang ditulis dalam persamaan (2) adalah daerah yang
dinyatakan oleh persamaan (4) yang tidak lain merupakan bagian luar lingkaran yang
berjadi-jari 1. Yang perlu kita pertimbangkan juga bahwa dapat juga terjadi = 0
dalam mana deret konvergen untuk semua z terkecuali z = a. Jika  =  divergen
untuk semua nilai z kecuali z = .
Seperti yang sudah dibahas dalam bab sebelumnya, redius konvergen dari
persamaan (1) ditulis dalam bentuk l z –a l < .
Sekarang, dengan menggabungkan persamaan (1) dan (2) kita akan mendapat deret
baru yaitu :
∞ n ∞
a
f (z )=g( z )+h( z )= ∑ n ∑
+ bn (z −a )n
n=0 ( z−a ) n=0 (6)
karena 1 < 2 maka jumlah deret konvergen dalam domain analitik
1 < l z-zo l < 
setiap deret mempunyai jumlah dam domain ini, demikian juga dengan jumlah dari
kedua deret analitik juga didalam deret cincin ini. Dengan melakukan sedikit
perubahan inedks maka kita peroleh bentuk deret yang lebih kompak.

f (z )= ∑ bn ( z−a )n
n=∞

a−1 a−2
=[a 0 +a1 ( z−n )+a2 ( z−n )2 +.. . ]+
[ +
( z−a) ( z−a )2
+.. .
]
(7)
dimana
1 f ( z)
an = ∮ dz
2 π 1 C 2 ( z−a) n+1 ; n=0,1,2,… (8)
1
a−n= ∮ ( z−a )n−1 dz
2π1 1
C
; n=1,2,3,… (9)
dan C adalah setiap lingkungan tertutup sederhana yang memisahkan l z – a l < R 1
dari l z – a l = R2.
Deret (7) konvergen secara uniform untuk R1 < k1  l z – a l  k2 < R. Bukti : ambil
sebarang titik z dalam daerah cincin yang dibatasi oleh C1 dan C2. menurut formula
integral Canchy, kita akan memperoleh :
1 f ( z) 1 f (v )
f (z )= ∮ dv− ∮ dv
2 πi C 2 v−z 2 πi C 1 v−z (10)
sekarang perhatikanlah integral pertama, maka kita dapati bahwa integral ini identik
dengan integral yang diberkan dalam persamaan (8) dalam bab sebelumnya tetapi
dengan C2 sebagai pengganti C1. Sehingga kita memperoleh
1 f (v ) 1 f ( v ) z−a f (v ) ( z−a )2 f ( v)
∮ dv= ∮ + ∮ 2
+ ∮ 3
dv +. ..
2 πi 2 v−z
C 2 πi 2 v−a 2 πi 2 ( v−a )
C C 2 πi C 2 ( v−a )

n+1
( z−a ) f (v )
∮C n
dv +Rn
2 πi 2 (v−a)

(11)
Sampai disini kita telah menggunakan persamaan (3) dari bab sebelumnya. Dengan
pembahasan yang identik seperti bab sebelumnya kita berkesimpulan bahwa di
Rn=0. Sedangkan kita juga tahu bahwa bagian pertama deret yang dinyatakan oleh
persamaan (7) adalah :
b0+b1(z-a)+b2(z-a)2+…+bn-1(z-a)n-1+Rn (12)
Dengan membandingkan persamaan (12) dan (11) kita dapat menuliskan
2
1 f (v ) z−a f ( v) ( z−a ) f (v )
a0 = ∮ dv ;v 1 = ∮ 2
dv ;v 2 = ∮C 3
dv, .. .
2 πi C 2 v−a 2υi C 2 ( v−a ) 2 υi 2 (v−a)

(z −a )n−1 f ( v)
an−1= ∮ n
dv
2 υi C 2 (v −a )

Karena kita telah mengambil n   sehingga Rn  0, maka dengan


mengubah v menjadi z yaitu dengan mengambil z = v, maka ktia mendapatkan
persamaan (8).
Untuk integral kedua pada persamaan (10), kita mendapatkan
1 1
− =
v− a v −a
[ (
( z− a ) 1−
z−a )]
2 n−1
1 v−a (v −a ) (v−a) v −a n 1
= + +
z−a ( z−a )2 ( z−a)3
+. . .+
( z−a )n
+
z−a z−v ( )
dengan menentukan persamaan (12) dalam integral kedua pada persamaan (10),kita
peroleh :
2
1 f (v ) 1 f (v ) 1 v−a 1 ( v−a )
− ∮C dv= ∮C dv + ∮C 2
f ( v )dv+ ∮C f (v)dv +. ..
2 πi 1 v−z 2 πi 1 z−a 2 πi 1 (z−a ) 2 πi 1 (z−a )3
( n−1)
1 ( v−a )
∮ f (v )dv+Q n
2 πi C 1 ( z−a )n (13)
untuk yang negatif, suku kedua dari persamaan (7) adalah

b−n b−1 b−2 b−n
∑ ( z−a )n = z−a + (z −a )2 +. . .+ (z −a )n +Qn
n=0

(14)
Dengan memperbandingkan persamaan (14) dengan persamaan (13) kita dapat
menulis
1 1 1
a1 = ∮ f ( v)dz;a 2 = ∮C (v−a)f ( v)dz; a3 = ∮C (v−a )2 f (v)dz ,. . .
2 πi 1
C 2 πi 1 2 πi 1
kalau kita lanjutkan maka diperoleh :
1
a−n= ∮ ( v−a )n−1 f (v )dz
2 πi 1
C
(15)
dan
1 v−a n
Qn = ∮ ( ) f ( v )dz
2 πi C 1 z−a
(16)
Sekarang kita akan membuktikan bahwa ketika n   maka Qn = 0.
Kita tahu bahwa v terletak didalam C1, itu berarti
v−a
γ=| |<1
z−a
(17)
Dimana  adalah konstanta. Selain itu juga kita tahu bahwa l f(z) l < M dengan M
adalah konstanta, tapi :
l z - v l = l (z – a ) – ( v – a ) l  l z – a l – r2 (17)
oleh karena itu
1 v−a n
|Qn|= ∮ ( ) f (v )dz
2 πi C1 z−a
(18)
atau

1 γn M γ n Mr 2
|Qn|= 2 πr 2 =
2 π |z−a|−r 2 |z −a|−r 2 (19)
akibatnya Zn  0 ketika n  . Dengan menukar v dengan z, yaitu dengan
mengambil v = z maka kita akan memperoleh persamaan (9). Dengan demikian
lengkaplah sudah pembuktian teorema ini.

SINGULARITAS FUNGSI ANALITIK POLE DAN ZERO


Katakanlah bahwa kita mempunyai suatu fungsi f(z) yang terdefinisi dan
analitik dalam domain D. Jika f(z) analitik disemua tetangga z=z0 keculai pada z=0
sendiri, kita katakan bahwa f(z) mempunyai singularitas yang terisolasi di z=0. atau
dengan kata lain kita menyatakan bahwa f(z) analitik dalam suatu deleted
neighborhood dan pada z = 0 tetapi tidak pada z = a. Dengan demikian a adalah
suatu boundary point daripada D dan disebut sebagai isolated boundary point.
Dalam suatu lingkaran yang berjari-jari R1 dan berpusat di a dan berada didalam D,
suatu deleted neighborhood adalah
0 < l z – a l < R1 (20)
Dengan keberadaan dari deleted neighborhood ini, terbentuklah kasus khusus yang
sama dengan domain annular di mana teorema Laurent berlaku. Dalam deleted
neigborhood dari f(z) ini, f(z) direpresentasikan sebgai deret Laurent. Bentuk dari
pada deret ini membawa kita kepada klasifikasi terhadap singularitas yang terisolasi.
Ada tiga kasus yang mungkin terjadi. Masing-masing kasus memberikan type
singularitas yang berbeda.
Kasus I. Dalam kasus ini deretnya adalah deret Taylor yang merepresentasikan
fungsi analitik f(z) dalam suatu neighborhood dari z = a. Dalam kasus ini tidak ada
suku dalam pangkat negatif dari z – a minimal. Dengan demikian singularitas derajat
dipindahkan dengan menset f(a) = bo. Dan kita sebutnya sebagai singularitas yang
removable.
sin z
Contoh. Perlihatkan bahwa f(z) = z dititik z = 0 adalah suatu singularitas yang
removable.
3 5 7
sin z 1 z z z
Jawab. z z [
= z− + − +. ..
3! 5! 7! ] ;
sin z
lim =1 .
Dan f(0)= z →0 z Jadi singularitasnya adalah singularitas yang removable

lim f ( z )=1.
karena f(0) tidak didefinisikan tetapi z →0

Kasus II. Perhatikanlah deret berikut ini


b−n b−n+1 b−1
f (z )= n
+ n−1
+. ..+ +a 0 +a1 ( z−a )+ a2 (z −a )2 +.. .
( z−a ) ( z−a ) ( z−a)
n
an ( z−a ) +. . . (21)
dengan N  1 dan a – n  0. dalam kasus ini, terlihat bahwa hanya sejumlah terbatas
pangkat negatif dari z – a yang muncul.
Untuk kasus ini, f(z) dikatakan mempunyai pola dari orde N pada z = a. Dengan
demikian kita dapat menuliskan persamaan (21) sebagai berikut :
1
f (z )= g( z) 2
( z−a ) dan g( z )=b−n+ b−n+1( z−a )+b−n+2( z−a ) +. .. (22)
sehingga g(z) analitik untuk l z – a l < R2 dan g(a)  0. Sebaliknya semua fungsi yang
dapat direpresentasikan oleh persamaan (22) mempunyai pola beranak N pada z =
a.
z−3
2 4
Contoh : (Z +4 )( z−2)
Mempunyai pola berorde 1 pada 2i dan berorde 4 pada z = 2. jadi jelas bahwa
fungsi rasional akan mempunyai pola itu pola yang imajiner dan kompleks ataupun
real.

Sekarang perhatikan fungsi rasional berikut ini:


b−n b−n+1 b−1
h( z )= + +. ..+
n
(z −a ) ( z−a )n−1 z−a (28)
Persamaan (23) ini kita sebut sebagai principal part dari persamaan (22). Sehingga
f(z) – h(z) analitik pada z = a.

Kasus III. Kasus dimana f(z) disebut sebagai mempunyai singularitas esensial, yaitu
tidak hingga jumlah pangkat negatif dari z – a yang muncul. Sebagai contoh
perhatikan fungsi berikut ini :
1
1 1 1 1 1
f ( z )=e 2 =1+ + + +. ..
z 2 2! z 4 3 ! z 6
mempunyai singularitas essensial di z = 0.
Dalam kasus I, f(z) mempunyai suatu limit yang definit pada z = a dan juga l f(z) l
terbatas dekat z = a, yaitu ada suatu bilangan real M. Sedemikian hingga l f(z) l < M
untuk z  a. Sedangkan dalam kasus II,
lim f ( z )=∞
z →a

dan adalah wajar untuk memasukkan nilai  (kompleks) pada f(z) dipole. Untuk
kasus III, f(z) mempunyai diskontinuitas yang sangat komplikated. Dan pada
kenyataannya orang dapat menemukan suatu barisan Zn yang konvergen ke z = a
sedemikian sehingga :
lim f ( z )=c
z →a

untuk setiap bilangan kompleks c. Hingga disini kita melihat bahwa kasus I, II, III
adalah mutually exclusive. Dengan demikian jika l f(z) l terbatas dekat z = a, maka
z = a haruslah merupakan removable singularity, jika lim f(z) =  pada z = a maka
z = a adalah pole. Sekarang ambil f(z) analitik pada suatu titik z = a dan ambil
f(a) = 0. Sehingga z = a adalah zero dari f(z). Deret Taylor disekitar z = a mengambil
bentuk :
N N +1
f (z )=a N ( z−a) +a N +1 ( z−a ) +. .. (24)
dimana N  1 dan aN  0, atau f(z) = 0 dalam ketetanggaan dengan z = a. Jika kita
ambil f(z) identik dengan nol, maka

f (z )=( z−a)N g ( z ) dengan g( z)=bN +b N+1 +. . .


(25)

dengan

f ( N )( a )
g( z )= =a N ≠0
N! (26)
untuk f(z) seperti yang dinyatakan oleh persamaan (25) mempunyai zero multiplisitas
pada z = a.

RESIDU
Katakanlah bahwa f(z) analitis sepanjang suatu domain D terkecuali untuk suatu
singularitas terisolasi pada suatu titik z = z0 tertentu yang terbatas dalam D. Integral

∮C f ( z)dz
tidak secara umum mempunyai nilai nol dalam suatu lintasan tertutup dalam D.
Integral ini akan mempunyai nilai yang sama pada semua lingkungan tertutup
sederhana yang mengelilingi z = a dan tidak ada singularitas dari dalam f. Nilai ini,
jika dibagi dengan 2i disebut sebagai residu dari pada f(z) di z = a, dan diberi notasi
res [f(z),a] yaitu
1
∮C f ( z)dz
res [f(z),a] = 2 πi ( z = a terbatas ) (27)
dimana integral dievaluasi pada setiap lengkungan C dalam D, yang didalamnya f(z)
analitik kecuali di z = a. Dari definisi yang diberikan diatas mengenai residu f(z) di
z = a kita sekarang dapat menyatakan teorema berikut tentang nilai residu.
Teorema 2. Residu dari f(z) disuatu titik berhingga z = a diberikan oleh persamaan :
Res [ f(z),a ] = a –1 (28)
Dimana
∞ an
f (z )= ∑
n=−∞ ( z−a )n
a−n a−n+1 a−1
.. .+ + +.. .+ + a + a ( z−a)+. ..
( z−a )n ( z−a )n+1 ( z−a ) 0 1
adalah ekspansi Laurent bagi f(z) di z = a.
Bukti. Kita ambil sekarang C yang berbentuk lingkaran dengan persamaan lal = k
dalam D berpusat di z = a dan tidak ada singularitas lain didalam lingkaran tersebut.
menurut teorema I deret Laurent konvergen secara uniform pada C dan secara
umum kita mempunyai z – a = k e i sehingga dz = k ieiddan ( z – a )n =
keniKarena transformasi ini batas integral berubah menjadi  hingga 2 dan
integral

2πi
1 kieiθ
∮ ( z−a )n ∫ k n eni θ dθ
dz=
0 (29)
karena nilai integral (29) adalah nol untuk n  1 dan 2i untuk i = 1 maka kita dapat
menuliskan :

∮ f ( z)dz=2π ia−1 (30)


Dengan demikian kita telah membuktikan teorema ini. Sekarang kita perhatikan
suatu jalur tertutup sederhana dalam domain D, dimana f(z) analitik terkecuali di titik-
titik singularitas terisolasi z1, z2, ..,zm kita akan menemukan bahwa wilayah dalam
jalur tertutup f(z) akan sama dengan jumlah residu f(z) pada titik-titik singularitas z 1,
z2, ..,zm seperti yang dinyatakan oleh teorema berikut ini.
Teorema 3 (teorema residu Cauchy). Katakanlah bahwa kita mempunyai suatu jalur
sederhana C dalam domain D, sehingga f(z) analitis dalamnya terkendali di titik-titik
singularitas z1, z2, ..,zm , maka
m
∮C f ( z)dz=2 πi ∑ res [ f ( z ), zk ]
k =1 (31)
Bukti. Perhatikan gambar. Lingkaran C1 berpusat di z1, lingkaran C2 berpusat di z2, …
, lingkaran Cm berpusat di zm, atau secara ringkas
Ck berpusat di zk, untuk k = 1,2,..,m
Dengan menggunakan teorema 4 (Bab mengenai fungsi-fungsi analitis), kita akan
memperoleh :
m

∮C f (z )dz=∑ ∮C f ( z)dz
k=1 k
; k = 1,2,…m (32)
Sekarang dengan menggunakan kenyataan yang dibeberkan oleh teorema 2, kita
akan memperoleh persamaan (31).
Pertanyaan yang muncul sekarang adalah bagaimana kita menghitung residu untuk
pole yang mempunyai multipleksitas lebih dari satu. Untuk itu kita perlu membuktikan
teorema berikut ini.
Teorema 3. katakanlah bahwa C adalah suatu jalan tertutup sederhana dalam
domain D sehingga f(z) analitik dalam C terkecuali pada suatu pole z = a yang
mempunyai multipleksitas m, maka residu f(z) di z = a diperoleh :
( m−1 )
1 d
res[ f ( z ), a ]=lim [( z−a )m f ( z ) ]
z →a ( n−1 )! d ( m−1)
z (33)
Bukti. f(z) mempunyai pole dengan multipleksitas m di z = a, itu berarti bahwa
ekspansi Laurent dari f(z) adalah
a−m a−m +1 a−1
f (z )= m
+ m +1
+. . .+ + a0 + a1 ( z−a)+a 1 ( z−a )2 +. ..
( z−a ) ( z−a) z−a
Perbanyaklah hasil ini dengan (z-a)m dan diperoleh :
( z – a )m f(z) = a – m + a – m + 1 ( z – a ) + …+a-1( z – a )m-1 + a0 ( z – a )m + a1 ( z- a )m+1 +

Dengan mendiferensiasikan kedua ruas ( m – 1 ) kali terhadap z, kita mempunyai
d m−1
d m−1
[( z−a)m f ( z )]=(m−1 )! a−1+ m(m−1 ). .. 3 πA0 ( z−a )m+1+. ..
x

Kalau kita mengambil limit z  a dan membagikan kedua ruas dengan ( m –1 )!


Maka kita akan mendapatkan persamaan (33). Jadi pembuktian teorema ini telah
lengkap.
Dari sini juga kita dapat bahwa untuk pole sederhana di z = a
res[ f ( z ), a ]=lim [ ( z−a ) f ( z ) ]
z →a (34)
Jika f(z) adalah fungsi rasional, yaitu
P( z)
f (z )=
Q (z )
dan P(z)  0 maka
(a) jika Q(z) mempunyai zero pada z = a dari orde pertama, maka f(z)
mempunyai pole berorde satu pada z = a dan
P(a )
res[ f ( z ), a ]=
Q '( a)
(35)
(b) jika Q(z) mempunyai zero pada z = a dari orde ke dua suatu f(z) mempunyai
pole berorde dua di z = a dan
bP' (a )Q ''(a )−2 P (a)Q '''( a)
res[ f ( z ), a ]=
3(Q ''( a))2
(36)

Bukti berdasarkan identitas :


2
P( z ) p + p ( z−a )+ p 2 ( z−a) +. . .
= 0 1 N
Q( z ) q n ( z−a) +q N +1 ( z−a ) N+1 +. ..
p0 1 p1 q N − p0 q N +1 1
= N
+ N −1
+. ..
q N ( z−a) q 2 ( z −a )
N (37)

(a) untuk pole orde pertama, N = 1 dan residu adalah po/q1 , yaitu P(a)/Q’(a)
dengan demikian kita telah peroleh persamaan (35).
Q ''(a )
(b) Untuk pole orde kedua, N = 2, karena a0=P(a), a1=P’(a), b2= 2! dan b3=

Q '''(a )
3! dan residunya adalah (a1b2-a2b3)b12 maka dengan demikian maka
persamaan (36) langsung diperoleh dari kenyataan ini persamaan (27)
memberikan indikasi kepada kita bahwa procedure dengan mudah dapat
digeneralisi untuk mendapatkan pernyatan mengenai residu-residu dari orde
ke tiga atau lebih.
Untuk orde ke tiga

(3 ) ( 3) (4 ) ( 3) ( 5) (4 ) 2
120 P ''(a )Q (a )−60 P '(a )Q (a)Q ( a)−12 P(a )Q ( a)Q (a )+15 P(a )(Q ( a)
Re s[ f ( z ), a ]=
(a ))3
(13 )
40(Q
… (38)
dibawah ini akan diberikan contoh-contoh perhitungan residu f(z)
2
z −3 z
2
contoh 1. Tentukan residu dari f(z) = ( z+a) ( z+2 )( z−2) , ini menunjukkan
bahwa f(z) mempunyai pole masing-masing = di z = -1 terdapat pole ganda, pole
sederhana masing di z = 2 dan z = -2.

d z3 −3 z
Residu di z = -1 adalah res[f(z),-1] =
lim
z →−1 dz
( z +1 )2
(
( z+1 )2 ( z 2 −4 ) )
d z 2 −3 z ( z 2 −4 ) 2 z−( z 2−3 z ) 2 z 6−(−8 ) 14
= lim
(
z→−1 dz ( z −4 )
2
= lim
z→−1 ) 2
( z −4 )
2
=
9
=
9
Residu di z = -2 adalah

z 3−3 z 1
res[f(z),-2] =
lim ( z +2 )
z →−2 ( 2
( z+1 ) ( z +2)( z−2 )
=−2
2 )
Residu di z = 2 adalah

z 3 −3 z 1
res[f(z),2] =
z →2 (
lim ( z−2 ) 2
( z +1) ( z +2 )(z −2)
=−
18 )

2
2 z −z
2 2
contoh 2. Carilah residu dari f(z) = ( z−2) ( z +9 )
jawab. f(z) mempunyai pole ganda di z = 2 dan pole kompleks masing-masing di
z = 3i dan z = -3i. Itu berarti bahwa :

d 2 z 2−z d 2 z 2−z
res[f(z),2] =
lim
z →2 dz
( z−2 )2
( =lim
( z−2)2 ( z 2 + 9) z→ 2 dz z 2 +9 ) [ ]
( z 2 +9 ) ( 4 z−1 ) −( 2 z 2 −z ) 2 z
=lim
z→2 [ ( z 2 +9 )2 ] =

PENYAJIAN BERBENTUK DERET


Konsep residu dapat diterapkan kepada perbagai jenis deret lewat penggunaan
teorema residu. Analisis yang diberikan dibawah ini diberikan secara sederhana
untuk bentuk-bentuk yang sederhana. Hasilnya didalam pembatasan yang ringan
yaitu dimana deret tersebut konvergen. Kita akan mulai dengan teorema pertama
yang menunjang teorema-teorema berikutnya.
1
Teorema 4. CM adalah suatu bujur sangkar dengan titik-titik sudut : (M + 2 )(1 +

1 1 1
i), (M + 2 )(-1 + i), (M + 2 )(-1 - i), (M + 2 )(1 - i), maka pada CM berlaku l C0 +
z l < K, dimana K adalah suatu konstanta.
Bukti. perhatikan gambar
1
Untuk y > 2 ; jika z = x + iy, maka:
π iz −π iz π iz−πy −π iz+πy
e +e e +e
| π iz −π iz |=| π iz−πy −π iz+πy |
l C0 + z l = e −e e −e
π ix−πy −π ix+πy
|e |+|e |
¿ π ix−πy −π ix+ πy
|e |−|e |
e−πy +e πy 1+e−2 πy 1+e− π
= −πy πy = ≤ =K 1
e −e 1−e−2 πy 1+e− π
1
untuk y < - 2 ; jika z = x + iy; maka

|e π ix−πy|+|e−π ix+πy|
¿ π ix− πy −π ix+ πy =K 1
l C0 + z l |e |−|e |
1 1 1
untuk - 2  y  2 , untuk itu z = M + 2 + iy, sehingga
1
l C0 + z l = l cot  2 + iy) l = l cot (/2 + y) l = l tanh y l  tanh (/2) = K2
1
Kalau diambil z = -M - 2 + y, kita akan memperoleh :
1
l C0 + z l = l cot  2 + y) l = l tanh (y) l  tanh (/2) = K2
Dengan demikian bila kita mengambil K merupakan suatu bilangan yang lebih besar
dari yang terbesar disuatu K1 dan K2, maka l C0 + z l < K jadi CM disemua K tidak
bergantung kepada M.
Dengan berbasis teorema 4 kita dapat membuktikan teorema-teorema berikut.
Teorema 5. Katakanlah bahwa CM adalah suatu lintasan berbentuk persegi dengan

1 1 1 1
titik-titik sudut : (M + 2 )(1 + i), (M + 2 )(-1 + i), (M + 2 )(-1 - i), (M + 2 )(1 -

L
i) dan diberkan f(z) sehingga sepanjang lintasan CM berlaku l f(z) l  |z|k dimana K
> 1 dan L adalah konstanta yang tidak tergantung M, maka

∑ f (n)=
−∞ - [jumlah residu cot z f(z) dipole f(z)]
(39)
Bukti. Kita harus menunjukkan bahwa persamaan (39) berlaku untuk kasus f(z)
dengan pole berhingga maupun kasus f(z) dengan pole yang tak berhingga.
Kasus f(z) dengan pole berhingga untuk kasus ini M harus diambil sebesar-besarnya
sehingga mengurangi semua pole daripada f(z). Pole cot (z) sederhana dan muncul
di z = 0, 1, 2 ,…
Dengan bantuan L’Hospital , kita mendapatkan bahwa residu  cot z f(z) di z = n; n
= 0, 1, 2 ,…, adalah

lim ( z−n )π cot π zf ( z)=lim π


z →n z→n
(sinz−nπz ) cox π zzf ( z)=f (n )
Dengan menggunakan teorema residu
N
∮C π cot π zf ( z )dz= ∑ f (n )+RS
M n=−N (40)
Dimana SR adalah jumlah residu dari  cot z f(z) dipole f(z). panjang lintasan CM

L
adalah 8M + 4, dan bahwa l f(z) l  |z|k , maka :
π KL
|∮C π cot π zf ( z )dz|≤ k
(8 M +4 )
M M
Dengan mengambil n  , maka ruas kanan dari persamaan sama dengan nol
dengan demikian teorema ini telah dibuktikan untuk kasus f(z) dengan pole
berhingga. Sebagai latihan buktikan teorema ini untuk kasus f(z) dengan pole tak
hingga (Petunjuk : pergunakan prosedur limit yang sesuai).
Teorema 6. Untuk f(z) yang memenuhi syarat seperti pada teorema 5 berlaku :

∑ (−1)n f (n)=
1. −∞ - [ jumlah residu  csc z f(z) dipole f(z) ] (41)

2 n+1
f(
2 )
∑ =
2. −∞
[ jumlah residu  tan z f(z) dipole f(z) ]
(42)

2 n+1
(−1 )n f (
2 )
∑ =
3. −∞
[ jumlah residu  sec z f(z) dipole f(z) ] (43)
Bukti. 1. Pole csc z adalah pole sederhana dan terjadi di z = 0, 1, 2 ,…
Dengan demikian residu  csc z f(z) di z = 0, 1, 2 ,…, adalah
lim ( z−n ) π csc π zf ( z )=(−1)n f ( n )
z →n

Menurut teorema residu


N
∮C π csc π zf ( z )dz= ∑ (−1 )n f (n )+R S
M
n=− N (44)
dengan RS adalah jumlah residu  csc z f(z) di pole f(z). Dengan mengambil limit
N  maka ruas kiri dari persamaan (44) adalah nol, sehingga dengan demikian
teorema ini telah dibuktikan.
Selain dari teorema-teorema yang dibicarakan diatas, masih ada satu teorema yang
penting yang berkaitan dengan deret, yaitu teorema Mittag Leffler. Teorema ini
berurusan dengan pole-pole sederhana.
Teorema 7. (Ekspansi Mittag-Leffler). Katakanlah bahwa hanya kesinguleran dalam
bidang z yang merupakan pole sederhana, a1, a2, … juga misalkan b1, b2, … masing-
masing adalah residu f(z) di z = a1, a2,… dimana a1, a2,… diatur menurut nilai
mutlaknya yang semakin besar. Jika CN adalah suatu lingkaran berjari-jari RN yang
dibuat melalui suatu pole dan memenuhi l f(z) l  M, dimaan M tidak bergantung
pada N dan RN   ketika N  , maka

1 1
f (z )=f (0)+ ∑ b n
n=1 [ +
z−a n a n ] (45)

Bukti. f(z) memiliki pole di z > a n; n = 1, 2,…, maka untuk z = ξ yang bukan pole

f ( z)
dan f(z) , adalah suatu fungsi F(z) = z−ξ dan fungsi ini memiliki pole di z = a 1, a2,

… dan z = ξ . Itu berarti bahwa residu F(z) di z = an, n = 1,2,3 adalah :


bn
lim ( z−a n ) F (z )=
Res [ F(z), z = an, n = 1, 2, …] = z →an an −ξ
(46)

Sedangkan residu F(z) di z = ξ adalah :


lim ( z−ξ )F ( z )=f (ξ )
Res [ F(z), z = ζ ]= z →ζ

(47)
Tetapi menurut teorema Residu, kita akan memperoleh :

1 f ( z) b
∮ dz =f ( ζ )+ ∑ n
2 πi CN z−ξ n an −ξ

(48)

Kalau f(z) analitik di z = 0 dengan mengambil ξ = 0 dalam (40), diperoleh

1 f ( z) bn
∮ dz =f (0 )+ ∑
2 πi CN z n an (49)
Dengan mengurangkan persamaan (48) dengan (49), kita akan memperoleh

ξ f ( z) 1 1
2 πi ∮CN z ( z−ξ )
dz=f (ξ )−f (0 )+ ∑ bn
n

an −ξ an ( ) (50)

Untuk z pada CN, l z - ζ llzl–l ζ l = RN – l ζ l maka untuk l f(z) l  M, kita


peroleh

f ( z) M 2 πR N
|∮CN dz|≤
z( z−ξ ) R N ( R N −|ξ| (51)
Karena dengan mengambil RN   karena N   maka ruas kanan (52) adalah nol
atau ruas kanan persamaan (50) adalah nol sehingga

1 1
f (ξ )=f (0)+ ∑
n
( +
ξ−a n an ) (52)

dengan menggantikan ξ dengan z dalam persamaan (52), diperoleh persamaan


(45).
Contoh perlihatkan bahwa
1 1 1 1
z z −π [
csc z= −2 z 2 2 − 2 + 2
z −4 π z −9 π 2
2 ]
jawab:
EVALUASI INTEGRAL DENGAN BANTUAN RESIDU
Dengan menggunakan teorema residu bersama dengan f(z) dan kontur yang sama,
kita dapat menghitung nilai integral fungsi-fungsi real. Integral-integral yang dapat
dievaluasi dengan menggunakan teorema residu adalah integral-integral rasional
dari sin  dan cos , integral-integral dari fungsi f(x) yang rasional dan integral dari
hasil perkalian fungsi f(x) yang rasional dengan fungsi cos mx atau sin mx. Kita mulai
dengan yang pertama yaitu :

∫ F (sin θ ,cosθ )dθ


Jenis I. 0

Untuk integral dari jenis ini, kita dapat menggunakan transformasi z = ei sehingga
diperoleh: dz = ei d = iz dz, selain itu juga kita mempunyai

1 10 −10 1
[ e +e ]= z + 1 [ ]
Cos  = 2 2 z

1 10 −10 1
[ e + e ] = z− 1 = −i z− 1
[ ] [ ]
Dan sin  = 2 i 2i z z z
Dengan mengambil bentuk transformasi ini, kita akan memperoleh jalur integrasi
yang berbentuk lingkaran berjari-jari satu, yaitu l z l = 1.

∫ cos 1θ+1 dθ
Contoh. Hitunglah 0

1 1
Jawab. cos  + 1 = 2
z + +1=
z ( )

∫ cos 1θ+1 dθ=∮|z|=1 z2 +2


−2i
=−2 i ∮|z|=1
dz
Dengan demikian 0 z +1 ( z+1 )2
1
4 π Re s
[ ( z+1 )2 ]
,−1 =0

∫ 5−4dθcosθ
Contoh. Hitunglah 0

4 1 −4 z 2 + 10 z −4
Jawab. 5 - 4cos  = 5 - 2( )
z+ =
z 2z
Sehingga

∫ 5−4dθcos θ =∮|z|=1 −4 z−2idz


2
i
= ∮|z|=1 2
+10 z−4 2
dz 1
= ∮|z|=1
z −2 .5 z+1 2
dz
0
( 12 )
( z−2 ) z−

Jadi f(z)=
( 12 )
( z−2) z −
mempunyai dua poli di z = 2 dan di z =
1
2 sehingga

1 2
lim ( z−2 ) f ( z )=lim =
z →2 z→ 2 1 3
z−
Res [ f(z),2 ] = 2
Dan

1
Res [ f(z), 2 ] =
lim z −
z →1/2
( 12 ) f ( z )= lim z−21 =− 23
z→1/2

∮|z|=1 ( z−2 )(dzz−1/2 ) =2 πi Re s( f ( z),2 )+Re s (f ( z), 12


[ ]
Dengan demikian

∫ 5−4dθcosθ =π [ [
Re s( f ( z ), 2)+Re s f ( z ),
1
2 ]]
Atau 0

Jenis II :
∫−∞ f (x )dx . Untuk integral jenis ini, kita perlu mengadakan transformasi x
menjadi z dan batas integral menjadi integral dalam jalur tertutup C. Untuk
memecahkan integral type ini kita perlu teorema berikut.
M
Teorema 8. a) Katakanlah z = Rei dan F(z) sedemikian sehingga l F(z) l  Rk
untuk M adalah konstanta dan k > 0, maka untuk separuh lingkaran C yang berjari-
jari R, berlaku :

lim ∫ F( z)dz=0
R →∞ C
(53)
Bukti : karena panjang busur L = R maka kita akan mempunyai
ML πM
|∮C F ( z)dz|≤ =
R k Rk −1 (54)
Kalau kita mengambil limit R  0 maka integral di ruas kiri persamaan (54) akan
menjadi nol dengan demikian persamaan (53) telah terbukti. Teorema ini dapat
disajikan dalam bentuk yang eksplisit yaitu :
Teorema 9. Katakanlah bahwa f(z) analitis dalam suatu domain D yang meliputi
daerah setengah bidang bagian atas mulai dari sumbu real x terkecuali beberapa
buah titik tertentu. Jika

π
lim ∫ f (Reiθ )Reiθ dθ=0
R →∞ 0
(54)
dan

∫−∞ f (x )dx (55)
ada, maka

∫−∞ f (x )dx=2πi [ jumlah residu dr f(z) dibagian atas bidang z ]
Agar kita dapat menggunakan teorema 9, kita perlu menentukan kriteria untuk
menjamin berlakunya persamaan (54), yaitu :
pada , maka persamaan (54) berlaku untuk l z l yang cukup besar,

a−n a−n−1
f (z )= + +.. .
z n z n+1 ,N>1 (57)
sehingga z f(z) mempunyai suatu zero di tak hingga. Sekarang dengan
menggunakan teorema 9, kita memperoleh :
π π
iθ iθ
|∫ f (Re )Re dθ|≤∫ |zf ( z)|dθ
0 0 (58)
dan ini berarti integral akan konvergen ke nol ketika R  
II. Jika g(z) merupakan fungsi rasional zero dengan orde 1 atau lebih pada , maka
persamaan (54) berlaku untuk f(z)=ekiz f(z), k > 0
Aturan II memungkinkan kita untuk mengevaluasi integral :
∞ ∞ ∞
kix
∫ g( x)e
−∞
dx= ∫ g( x)coskxdx+i ∫ g( x)sin kxdx
−∞ −∞ (59)
dimana kedua integral real disebelah kanan dapat dihitung

Jenis III.
∫ f (x )dx
−∞ dimana f(x) = F(x) sin mx atau f(x) = F(x) cos kx untuk dapat
mengintegrasi integral jenis ini kita memerlukan teorema berikut.
Teorema 8b. Katakanlah bahwa z = Rei dan F(z) sedemikian sehingga

M
|F (z )|≤
Rm untuk M konstan dan m > 1, maka untuk separuh lingkaran C yang
berpusat dititik asal dan y  0 dan berjari-jari R, berlaku
lim ∮C eikz F (z )dz=0
R →∞

(60)

Bukti. Karena z = Re , maka i ∮C e ikz F ( z)dz=∮C e ikz F( Reiθ )i Reiθ dθ


Dengan demikian
π π

ik Reiθ iθ iθ ik Re iθ iθ
|∫ e F (Re )iRe dθ|¿ ∫|e F (Re )iRe |dθ
0 0
π
=∫|e( ikR cosθ−kRsin θ ) F (Reiθ )i Reiθ|dθ
0
π
=∫ e−kr sin θ|F (Reiθ )|Rd θ
0
π π
M 2M
¿ m−1 ∫ e−kR sin θ dθ= m−1 ∫ e−kR sin θ dθ
R 0 R 0


untuk 0    /2 kita mempunyai sin   π , maka integral terakhir lebihkecil
atau sama dengan
π
1 θ
2M −2kR
π πM
∫ e dθ= (−e−kR )
kRm 0 kRm (61)
Kalau diambil R   maka persamaan (61) akan menjadi nol, karena m dan k positif
maka apa yang diinginkan tetap terbukti.

x sin πx 8
∫ dx= π
Contoh. Perlihatkan bahwa −∞ x 2 +2x−8 3
ze iπx
∮C dz
Jawab. Kita ambil z 2 +2 z−8 dimana C adalah daerah setengah lingkaran
2
dari sumbu x keatas ( y > 0). z + 2z – 8 = ( z + 4 )( z – 2 ) = 0
iπz
ze
2
f(z) = z + 2 z−8 mempunyai pole sederhana di z = -4 dan z = 2.
Dengan demikian
iπz
ze 4
lim ( z+4 ) = e−4 πi
Res [ f(z), -4 ] = z →−4 ( z +4 )( z−2 ) 6
iπz
ze 4
lim ( z−2 ) = e 4 πi
Res [ f(z), 2 ] = z →2 ( z+4 )( z−2 ) 6
4 4 πi 4 −4 πi
2i { Res [ f(z), -4 ] + Res [ f(z),2] } = 2i
[ 6
e + e
6 ]
8 8
= πi cos4 π = πi
3 3
R
ze iπ zz ze iπz ze iπz 8
∮C 2
dz= ∫ 2 dz +∫ 2 dz= πi
z +2 z−8 − R z +2 z−8 τ z +2 z−8 3
atau
R R
z cos πz zsin πz zeiπz 8
∫ 2
dz+i ∫ 2
dz+ ∫ 2
dz= πi
−R z +2 z−8 −R z +2 z−8 τ z +2 z−8 3
∞ ∞
x cosπx x sin πx 8
∫ dx=0 ∫ dx= π
itu berarti : −∞ x 2 +2x−8 dan −∞ x 2 +2 x−8 3
Bila kita melibatkan F(z) yang rasional dan mempunyai pole di z = 0, maka yang kita
harus lakukan adalah membelokkan lintasan didekat z = 0 sehingga terbentuk
lintasan berbentuk busur dengan jari-jari  ( > 0 ) seperti terlihat pada gambar. Dan
karena itu kita mendapat contoh baru ABCDEFGA yang kita beri nama C 1 dan z = 0
berada diluar C1.

sin x
∫ dx
Contoh : Hitung 0 x
Jawab : lihat gambar, karena z=0 berada diluar C1, maka kita akan peroleh :
−∈ R
eiz
iz iz iz iz

∮ z dz =∫ ez dz + ∫ ez dz+∫ ez dz + ∫ ez dz=0
C −R FGA ∈ BDE
1
Kalau kita menmghambil –x sebagai pengganti x pada integral pertama dan kita akan

R
e iz−e−iz e iz eiz
∫ z dz + ∫ z dz+ ∫ z dz =0
memperoleh : ∈ FGA BDE .

Sekarang ambil ∈→0 dan R→∞ , maka menurut teorema 8b, maka untuk

R
sin z eiz e iz
2i∫ dz=− ∫ dz− ∫ dz
persamaan : ∈ z FGA z BDE z

Suku kedua diruas kanan bernilai nol sehingga :


R 0 iθ 0
sin z ei∈e iθ
2i ∫ dz=−lim ∫ iθ i∈ e iθ dθ=−lim ∫ iei ∈e dθ=πi
θ z ∈→ 0 π ∈ e ∈→ 0 π

Dengan demikian
R ∞
sin z π sin x π
lim ∫ dz= ∫ dx=
R →∞ 0 z 2 atau 0 x 2
1 e zt
∮ dz
Contoh hitung
2 πi z 2 2
( z +2 z+5 ) disekeliling suatu lingkaran |z|=5
e zt
f ( z )=
Jawab : z 2 ( z 2 +2 z +5 ) mempunyai pole ganda di z=0 dan dua pole
sederhana di z = -1 + 2i dan di z = -1 - 2i. Semua pole terletak dalam C. Dengan
demikian, residu di z=0 adalah Res [ f(z), 0 ], di z = -1+2i adalah Res [ f(z), -1 + 2i ]
dan di z = -1 - 2i adalah Res [ f(z), -1 - 2i ], yang dapat dihitung sebagai berikut :
t

Re s [ f ( z ) , 0 ] =lim
1 d 2
z→ 0 1 ! dz [
z 2 2
e
z
=lim
z ( z +2 z +5 ) z →0 ]
( z 2 + 2 z +5 ) te zt −e zt ( 2 z +2 ) 5 t −2
( z 2 +2 z +5 ) 2
=
25

zt (−1+2 i)t
e e
Re s [ f ( z ) ,−1+ 2i ]= lim ( z +i−2 i) 2 2
=
z→−1+2i z ( z +2 z +5) 46−12i
e zt e(−1−2i) t
Re s [ f ( z ) ,−1−2 i ] = lim (z+i+2 i) =
z →−1−2i z 2 ( z 2 +2 z+5 ) −3+4 i
zt
e
∮C 2 2
dz=2 πi {[ Re s [ f (z ), 0 ] +Re s [ f (z ),−1+2i ] +Re s [ f ( z),−1−2 i ] ] }
z ( z +2 z+5 )
(−1+2i) t (−1−2 i)t
=2 πi
25[
5 t−2 e
+ +
e
16−12i −3+4 i ]
zt (−1+2i) t (−1−2 i)t
1 e 5 t−2 e e
∮C 2 2
dz = + +
2 πi z ( z +2 z+5 ) 25 16−12 i −3+4 i

Anda mungkin juga menyukai