Teorema 1. Jika w = f(z) = u(x,y) + i v(x,y) analitik dalam D, maka u(x,y) dan
v(x,y) mempunyai turunan parsiil pertama yang kontinu dalam D dan memenuhi
persamaan Cauchy-Reimann ;
du dv du dv
= =−
dx dy , dy dx
(2)
dalam D.
Bukti :
Ambil suatu titik tertentu z0 dalam D. Tentukan juga
Δw = f(z0 + Δz) – f((z0). Karena f(z) analitik, maka hal ini berati bahwa ;
Δw=f ' ( z 0 ). Δz+∈ . Δz
tetapi Δw= Δu+iΔv ; Δz=Δx+iΔy ; f ' (z 0 )=b+ic dan ∈=∈1 +i∈2
Teorema 2. Jika w = f(z) = u(x,y) + I v(x,y) terdifinisi dalam D, dan juga jika
u(x,y) dan v(x,y) mempunyai turunan parsil pertama yang kontinu dalam D dan
persamaan Cauchy- Riemann
du dv du dv
= =−
dx dy , dy dx
berlaku dalam D, maka f(z) analitik dalam D.
Contoh 1. w = z2 + z = x2 – y2 + i 2 y + x + i y
= x2 + x – y2 + y(2x + 1)i
ini berarti u = x2 + x – y2 dan v = y(2x + 1)i
du dv du dv
= =2 x +1 =−2 y=−
dx dy dy dx
jadi w analitik untuk semua z.
Contoh 2. w=~
z =x−iy itu berati u(x,y)=x dan v(x,y) =
-y
du dv du dv
=1 =−1 =− =0
dx ; dy ; dy dx
dengan demikian w tidak analitik dalam D.
Berdasarkan Teorema limit dan difrensiasi fungsi kompleks kita dapat menyusun
karena berikut ini :
Gambar…….(tidak terbaca)……..
du du
∇ α u= cos α+ sin α
dx dy (6)
Berdasarkan persamaan Cauchy- Riemann kita memperoleh ;
du dv du dv
cos α= cosα sin α=− sin α
dx dy dan dy dx
du dv
∇ α u= cos α− sin α
atau dx dx
du π dv π
dy ( )
= cos α+ − sin α+
2 dx 2 ( ) (7)
Laus kanan dari persamaan Cauchy- Riemann sendiri sesuai untuk kasus
khusus α = 0 dan α = л/2. Ini berarti bahwa kebenaran yang dibawa oleh
persamaan (6).
Sekarang kita akan tinjau u dan v dlam koordinat polar. Perhatikan gambar. Bila
kita mengambil z + b z sepanjang garis θ = konstanta melewati z, kita akan
memperoleh :
Δz = Δr eiθ (9)
Δw Δu+iΔv −iθ Δu+iΔv
Atau Δz
=
Δr . e iθ
=e
Δr [ ] (10)
Jika kita mengambil limit dari Δr →0 maka persamaan (10) ditulis :
dw −iθ du dv
dz
=e
[dr dr
+i
]
(11)
Jika persamaan Cauchy- Riemann ditulis dalam koordinat polar
du i dv dv 1 dv
= − =
dr r dθ dan dr r dθ
(12)
Dari gambar kita melihat bahwa persamaan (8) untuk α = 0 dan α = θ+л/2.
Ini menunjukan bahwa persamaan (12) membenarkan bahwa kondisi ini berlaku
untuk semua arah (sudut) dan dengan demikian w adalah analitik. Hal yang
sebaliknya berlaku jika w analitik, maka persamaan (8) berlaku. Kenyataan ini
dibuktikan oleh uraian persamaan (11), yaitu dengan mengmbil α = 0 dan α =
θ+л/2 sehingga persamaan (12) diperoleh.
∮ R( z , z̄ )dz=∬ ( dQ dP
[ dP dQ
+ )+i ( −
dx dy dy dx )]
dxdy
C D (14)
Atau dalam bentuk yang lebih komplek kita dapat menulis persamaan (14)
dR
∮ R( z , z̄ )dz=2i∬ d z̄ dxdy
sebagai C D (15)
Kalau kita mepunyai f(z) yang analitik dan turunannya kontinu disuatu titik dalam
lengkungan yang tertutup sederhana C, maka itu berarti bahwa ;
du dv dv du
f ' (z )= +i = −i
dx dx dy dy
yang membenarkan konsekuensi
du dv
=
dx dy (16)
du dv
=−
dan dy dx (17)
Yang kontinu dalam C. Dan sekarang kita akan menggunakan Teorema Green
dan kita akan memperoleh :
∮ f ( z )dz=∮ (u+iv )(dx +dy )=∮ udx−vdy+i∮ vdx−udy
C C C C (18)
∮ f ( z)dz=∬ (− dv du du dv
− ) dxdy +i∬ ( − ) dxdy
dx dy dx dy
atau C D D (19)
dengan memasukan persamaan (16) dan (17) kedalam persamaan (19) kita
dapat menyimpulkan bahwa :
∮ f ( z)dz=0
C
(20)
Dengan diturunkannya persaamaan (20), itu berarti kita telah
membuktikan teorema berikut ini
∫ f ( z)dz=∫ f (z )dz
C z1
menulis
(27)
Integral ini sama untuk semua jalur yang berpangkal pada z 1 dan berujung pada
z2 dalam D. denagan demikian secara lebih langsng kita telah menunjuk kepada
akibat dari Teorema Cauchy.
Teorema 5.a (Akibat Teorema Cauchy) Jika f(z) analitik dalam suatu
z2
∫ f ( z)dz
daerah terhubung sederhana D, maka z1 tidak tergantung pada lintasan
yang menghubungkan z1 dan z2 dalam D.
∫ f ( z)dz+ ∫ f ( z)dz=0
Itu berarti AGB BHA
∫ f ( z)dz=− ∫ f (z )dz= ∫ f (z )dz
atau AGB BHA AHB
z2
1
=
Δz
∫ [ f (u )−f (z )]dz
z1
(23)
Berdasarkan Teorema Cauchy integral dalam persamaan (23) tidak tergantung
pada lintasan yang menghubungkan z dan z + Δz selama lintasan yang
menghubungkan tidak z dan tidak tetangganya z + Δz dalam domain D. Dalam
hal ini lebih memilih |Δz| yang cukup kecil hingga lintasan berada dalam D.
Dengan menggunakan kontinunitas kita akan memperoleh bahwa untuk setiap
titik u pada lintasan garis lulus ini berlaku |f(z)-f(u)| < ε dan ini berlaku untuk |Δz|
<ε.
Bukti : Tentukan titik A,B,C,D daN E pada lengkungan terluar (C) dan titik
F, G, H pada lengkungan yang berada di dalam C (garis C). Buatlah irisan silang
AF sehingga daerah ABCDEAFGHA terhubung secara sederhana, maka
menurut Teorema Cauchy.
∫ f ( z )dz=0
ABCDEAFGHA (27)
dan itu berarti bahwa :
∮ f ( z)dz+ ∮ f ( z )dz+ ∮ f (z )dz+∮ f ( z)dz=0
ABCDEA AF FGHF FA (28)
∮ f ( z )dz=−∮ f ( z)dz
karena AF FA , sehingga
∮ f ( z)dz+ ∮ f ( z)dz=0
ABCDEA FGHF
(29)
∮ f ( z)dz− ∮ f ( z)dz=0
atau ABCDEA FHGF
(30)
∮ f ( z )dz=∮ f ( z )dz
itu berarti C C1 …. g . e . d
∮ f ( z )dz=∑ ∮ f ( z)dz
C i=1 C
i (33)
Dengan memasukan persamaan (34) dan (35) kedalam (33) akan diperoleh.
∮ f ( z)dz+ ∮ f ( z)dz+ ∮ f ( z)dz+. .....+ ∮ f ( z)dz + ∮ f ( z)dz
ABEDA A1 B1 E1 A 2 B2 E2 A n Bn En E n Dn A n
(38)
∮ f ( z )dz=∮ f ( z )dz +∮ f (z )dz +. .. .. .+∮ f ( z )dz =0
Atau C C1 C2 Cn
…. g . e . d
∮ f ( z )dz=∑ ∫ f ( z i )dz =0
P k=1 z
k−1
(43)
zi zi
n n
∑∫ f ( z i )dz =∑ ∫ [ f (z )−f ( zi )] dz +∑ ∫ [ f ( z i ) ] dz
i=1 z i=1 z i=1 z
sehingga k−1 k−1 k−1
dengan demikian
zi
n
∑ ∫ [ f ( z )−f ( z i )] dz + Sn=0
i=1 z
k−1 (45)
zi
n
Sn=∑ ∫ [ f ( z i )−f ( z ) ] dz
i=1 z
atau k −1 (46)
Kalau kita ambil N cukup besar sehingga penggalan garis yang menghubungkan
zi-1 dan zi untuk setiap i = 1,2,3,….,n cukup kecil dan berlaku
ε
|f ( zi )−f ( z )|<
2L
untuk setiap i = 1,2,3,….,n (47)
dimana L adalah panjang dari lengkungan C. Dengan demikian persamaan (46)
dan (47) akan memberikan
zi
n
|Sn|=∑ | ∫ [ f ( zi )−f ( z) ] dz|
i=1 z
k−1
(48)
ε ε
Sn= ∑ |zi −z i−1|=
itu berarti 2L L (49)
∮ f ( z )dz=∮ f ( z)dz−Sn+Sn
Selain itu juga C C (50)
Maka berdasarkan persamaan (42) dan (49) kita peroleh
ε ε
|∮ f ( z )dz|≤|∮ f ( z )dz−Sn|+|Sn|< +
C C 2 2 (51)
karena ε adalah bilangan sembarang yang cukup kecil maka akibatnya
∮ f ( z)dz=0
C
∮ f ( z)dz=− ∮ f ( z)dz
Tetapi A1 A2 A 2 A1
(53)
∮ f ( z)dz=− ∮ f ( z)dz
Dan D i−1 A iuntuk i = 1,2,3,…,n Di−1 Ai
(54)
Dengan memasukan kenyataan (53) dan (54) dalam (52) kita peroleh.
∮ f ( z)dz+ ∮ f ( z)dz + ∮ f (z )dz+......+ ∮ f ( z)dz =0
A 1 E 1 D1 B 1 A 1 A2 E2 D 2 B2 A 2 A 3 E3 D 3 B3 A 3 An En Dn Bn An
(55)
∮ f ( z)dz=0
Hai ini sama aja dengan mengatakan bahwa C dimana C adalah
batas lengkap dari D yang terdiri dari A1 B1 C1 D1 E1 A2 B2 C2 D2 E2 ……… An Bn
Cn Dn En yang di ikuti dalam arah positif.
∫ f ( z)dz=− ∫ f ( z)dz
Karena A n . Ai Ai , A n
untuk i = 1 = 1,2,…,n
Dimana kita telah mengambil pengandaian bahwa f(z) analitik didalam dan pada
segi banyak tersebut.
cw ∫ f (w )dw= cz∫ f [ g( z )] dw
dz
dz
w1 z1
(57)
Bukti : perhatikan gambar. Parameter t dapat digunakan juga sebagai
parameter untuk Cw sehingga kita akan mempunyai ;
W = g[z(t)] t 1 ≤ t ≤ t2 (58)
Dengan demikian
w2 t2
dw Δw dw dz Δz dw dz
= lim = lim . +θ
dt Δt →0 Δt Δt →0 dz dt Δt (
= .
dz dt ) (60)
Dalam sub bab ini kita akan melihat bahwa fungsi-fungsi z yang elementer
adalah fungsi- fungsi yang analitis. Pertama- tama kita mulai dengan yang paling
sederhana adalah fungsi z sebagai polinom berode n dalam z yaitu ;
w = a0 + a1 z + a2 z2 + a3 z3 + ….. + an zn (61)
adalah analitis untuk semua z. fungsi kedua yang ditinjau sebagai fungsi
polinomial,
yaitu ;
a0 + a 1 z + a 2 z2 + a 3 z3 +…. .+ a n z n
w= b0 + b1 z + b2 z2 + b 3 z 3 +…. .+ b n z n
(62)
adalah fungsi analitis dalam setiap domain yang tidak mengandung nol untuk
pembagian. Sekarang perhatikan fungsi elementer berikut ini.
w = ez (63)
Bila kita dapat menerapkan persamaan Euler kepada persamaan (63) akan kita
peroleh ;
w = ex cos y + i ex sin y (64)
x x
untuk persamaan ini u(x,y) = e cos y dan v(x,y) = i e sin y, sehingga
du dv du dv
= = =− =
dx dy ex cos y dan dy dx - ex cos y (65)
Sehingga kita dapat mengatakan bahwa w = e z adalah fungsi analitis. Demikian
jika kita dapat memperlihatkan bahwa eiz , e-iz , e-it masing- masing adalah fungsi-
fungsi analitis sehingga semua fungsi- fungsi trigonometika dan fungsi hiperbolik
adalah fungsi- fungsi analitik, karena fungsi- fungsi elementer tersebut dapat
didefinisikan dalam term eiz , e-iz , ez , e-z . Jadi daftar fungsi- fungsi elementer
berikut ( dari persamaan (64) hingga persamaan (69)).
iz −iz
e −e
Sin z = 2i (66)
iz −iz
e +e
cos z = 2 (67)
z −z
e −e
Sinh z = 2 (68)
z −z
e −e
cosh z = 2 (69)
adalah fungsi- fungsi analitis.
f ( z) f ( z)
∮ z−a dz=∮ z−a dz
C C1
(70)
rumusan |z-a| = ε atau z-a = ε e untuk 0 ≤ a ≤ ε e merupakan persamaan
lengkungan C1. Hal ini berarti bahwa z = a + ε eiθ . Dengan memasukan
kenyataan ini pada persamaan (70) maka diperoleh ruas kanan persamaan (70)
2π
f ( z) f ( a+∈ eiθ )i∈ eiθ
∮ z−a dz=∫ ∈ ieiθ
dθ
sebagai C 0
2π
=i ∫ f (a+∈ eiθ )dθ
0
(71)
Jadi kita dapat menulis kembali persamaan (70) sebagai
2π
f ( z)
∮ z−a dz=i ∫ f (a+∈e iθ )dθ
C 0
(72)
Jika kita mengambil limit ∈→0 , maka akan diperoleh
f ( z)
∮ z−a dz=2 π . i. f (a )
C
1 f (z )
f (a)= ∮ dz
atau 2 πi C z−a
(73)
Persamaan (73) ini disebut sebagai formula integral Cauchy.
1 f ( z)
= ∮ dz
2 πi C ( z−a−h ).( z−a) (75)
dengan sedikit manipulasi aljabar kita akan memperoleh :
f (a+ h)−f (a ) 1 f ( z) h f (z )dz
= ∮ dz + ∮
h 2 πi C ( z−a )2 2 πi C ( z−a−h ).( z−a)2 (76)
Sekarang ambil h→0 , maka a = h berada dalam C1 . Selain itu juga |h| = θ/2
maka berdasarkan ketidaksamaan |z1-z2| ≥ |z1| + |z2| dan pada kenyataannya
|z1-z2| = ε , kita akan memperoleh ;
∈ ∈
|z−a−h|≤|z−a|−|h|>∈− =
2 2
(77)
karena f(z) analitik dalam D, kita akan dapat menetukan suatu bilangan positif |
f(z)| < M. Tetapi panjang lengkungan C1 adalah 2 л ε , maka
h f ( z)dz |h| M . 2 π ∈ 2|h|M
| ∮ |≤
2 πi C ( z−a−h).( z−a )2 2 π ∈
= 2
∈
2
2
()
. (∈ )
(78)
arahnya bahwa ruas kiri persamaan (78) mendekati nol ketika h→0 . Dengan
demikian suku kedua ruas kanan persamaan (76) adalah nol ketika h→0
1 f ( z)
f ' (a)= ∮ dz
sehingga. 2 πi C ( z−a)2 (79)
untuk n = 2
f ' (a+h )−f (a ) 1 1 1 1
h
= ∮ [ −
2 πi C h (z−a+h ) ( z−a)2
2 ]
f ( z )dz
2! f ( z) h 3( z−a )−2 h
¿ ∮
2 πi c ( z−a )3
dz+ ∮
2 πi C ( z−a−h )2 .( z−a )3
f ( z )dz
(80)
Seperti yang kita lakukan untuk menghitung f’(a), yaitu mengambil h→0 maka
kita memperoleh
h 3( z−a )−2 h 4|h|M
| ∮ 2 3
f (z )dz|≤ 4
2 πi C ( z−a−h) .( z−a) ∈ (81)
Karena |[ 3( z−a)−2h ] f (z )|<M akibatnya ruas kiri persamaan (81) menuju nol.
Sehingga sukar kedua ruas kanan dari persamaan (80) menuju nol dan kita
peroleh.
2! f ( z)
f ''(a )= ∮
2 πi C ( z−a )3 (82)
teori induksi kita bias menurunkan bahwa
n! f ( z)
f ( n) (a)= ∮
2 πi C ( z−a)n+1 (83)
1
f (z )=
Bukti : Bila P(z) = 0 tidak memiliki akar, maka P (z ) analitik untuk
1
|f ( z)|=
semua z itu juga sama terjadi pada |P( z)| terbatas (menuju nol untuk
|z|→∞ ). Dan berdasarkan teorema (14) diatas, menuntut f(z) dan P(z)
haruslah merupakan suatau konstanta, dan ini bertentangan dengan derajat n ≥
1 dan an ≠ 0 . Karena itu P(z) = 0 haruslah memiliki paling tidak satu nilai nol.
Bukti : Karena f(z) analitik didalam dan pada C, juga f(z) ≠ 0 dalam C,
konsekuensinya 1/f(z) harus analitik didalam C. Berdasarkan teorema 16, 1/f(z)
tidak dapat mencapai nilai minimumnya didalam C. Kalau demikian halnya
karena |f(z)| memiliki minimum maka minimum itu harus terjadi pad 0.
Dalam menurunkan teorema argument, kita harus melakukan analisa berikut.
Katakanlah bahwa f(z) analitik didalam dan pada suatu lengkungansederhana
yang tertutup C kecuali untuk suatu kutub z = a yang mempunyai multiplisitas p
dalam C. Andaikan juga bahwa dalam C juga terdapat suatu nilai zero z = β
untuk melihat hubungan antara selisih antara selisih multiplisitas zero dan dan
multiplistas kutub dengan f(z) dan f’(z) kita perlu mengambil dua lingkaran
didalam C masing- masing C1 dan C2 yang tidak saling beririsan. C1 berpusat di t
= α dan C2 berpuasat di z = β. Itu berarti bahwa kita akan mempunyai
1 f ' ( z) 1 f ' ( z) 1 f '( z )
∮ dz= ∮ dz= ∮ dz
2 πi C f ( z ) 2 πi C f ( z) 2 πi C f ( z)
1 2 (89)
Bukti : Ambil α1, α2, α3,…, αj sebagai pole dan f(z) dalam C dan β1, β 2, β 3,
…, β k adalah zero daripada f(z) dalam C. Selanjutnya multiplisitas dari masing-
masing pole α1, α2, α3,…, αj adalah : β 1 untuk α1 , β 2 untuk α2 , β 3 untuk α3 ,
…… , β k untuk αj dan multiplisitas dari β1, β 2, β 3,…, β k adalah : n1 untuk β 1, n2
untuk β 2, n3 untuk β 3,,…… , nk untuk β k . Sekarang buatlah lingkaran- lingkaran
C1, C2, C3,…, Cj yang melingkar dan berpuast masing- masing di α 1, α2, α3,…, αj
dan juga lingkaran E1, E2, E3,…, Ej yang melingkar dan berpusat masing2 di β1,
β 2, β 3,…, β k . dengan menggunakan persamaan (96) kita akan memperoleh :
j k
1 f ' ( z) 1 f '( z ) 1 f ' ( z)
∮ dz=∑ ∮ dz =∑ ∮ dz
2 πi C f ( z) r=1 2 πi D f ( z ) r =1 2 πi C f ( z)
j k
j k
=∑ nr −∑ pr
r=1 r=1
1 f ' ( z)
∮ dz=N −P
atau 2 πi C f ( z) …….. g. e. d.
Berikut ini akan kita lihat hubungan antara f(z) dengan turunan f(z) yang
lebih tinggi. Kita akan mulai dengan f(z) yang analitik didalam dan pada suatu
lengkungan sederhana kecuali untuk suatu pole dengan multiplisitas m di z = a
didalam C.
Bila f(z) mempunyai suatu pole dengan multiplisitas m di di z = a, maka F(z)=f(z)/
(z-a) dimana f(z) analitik didalam dan pada C, juga f(z) ≠ 0. Dari teorema integral
Cauchy kita akan memperoleh langsung:
1 f ' ( z) 1 d m−1
∮ dz=lim m−1
{( z−a )m F ( z)}
2 πi f ( z) z→ a ( m−1)! dz (98)
dengan persamaan (98) ini kita sudah siap untuk menurunkan persamaan yang
dapat digunakan untuk pole berganda dalam C. Katakanlah bahwa ada k pada
dalam C yaitu a1, a2, a3,…, ak yang masing- masing mempunyai multiplitas m1,
m2, m3,…, mk . Kemudian buatlah lingkaran D1, D2, D3,…, Dk yang tidak saling
berpotongan didalam C, masing- masing dengan jari- jari ε 1, ε2, ε3,… yang cukup
kecil danberpusat di a1, a2, a3,…, ak . Sehingga kita memperoleh
k
1 f ' ( z) 1
∮ dz=∑ ∮ F ( z)dz
2 πi C f ( z ) r=1 2 πi D
j (99)
kalau f(z) memiliki satu pole dengan multiplisitas m j di z = aj , untuk setiap j
=1,2,3,…,k, maka kita mempunyai j persamaan dengan bentuk umum :
f j( z )
F( z )=
( z−a j )mj
, f(z) analitik dan fj(z)≠0 untuk j=1,2,..,k
(100)
masukkan persamaan (100) ke dalam persamaan (99), sehingga diperoleh
k
1 f ' ( z) 1 f j( z )
∮ dz= ∑ ∮ dz
2 πi C f ( z ) 2 πi r=1 D ( z−a j )mj
j (101)
Sedangkan masing- masing integral diruas kanan disebut sebagai residu dipole
z1, z2, z3,…, zk dan ditulis :
mj−1
1 f ' ( z) 1 d
Re s.( f ( z), a j )= ∮ dz= lim mj−1
{( z−a)mj F (z )}
2 πi C f ( z) z→ aj (mj−1)! dz (102)
k
∮ F (z )dz =2 π .i . ∑ Re s.( f ( z), a j )
dengan demikian C j=1 (103)
Secara umum kita dapat menyatakan bahwa F(z) mempunyai sejumlah k
pole didalam C dengan residu- residu R1, R2, R3,…, Rk maka F(z) =2лi dikalikan
jumlah residu- residunya. Inilah yang disebut sebagai teorema Residu yang
dibicarakan lebih rinci dengan penggunaannya dalam bab tersendiri.
Bukti : Ambilah F(z) = g(z)/f(z) sehingga g(z) = f(z).F(z) atau g=f.F. Ambil
juga N1 dan N2 masing- masing sebagai jumlah nilai nol yang dimiliki f+g dan δ
dalam C. Berdasarkan Teorema 18 untuk fungsi- fungsi di P = 0 didalam C 1 ,
maka kita akan mempunyai :
Beberapa manipulasi ………(tidak terbaca)… memperoleh :
1 F'
N 1 −N 2= ∮ dz
2 πi C 1=F (104)
karena |g(z)| < |f(z)| maka |F| < 1 pada C. Sekarang dapat ekspankan F’/1+F
dalam bentuk deret sehingga perumusan (14) dapat ditulis kembali sebagai
1
N 1 −N 2= ∮ F ' (1−F+F 2 −F3 +. .. .)dz
2 πi C
(105)
Bentuk deret itu konvergen seragam pada C. Dengan pengintegralan sutu demi
satu memberikan nilai integral dalam persamaan (105) adalah nol itu berarti N 1=
N2 seperlu yang diinginkan.
Dalam bagian ini kita akan membicarakan formula- formula Poison untuk suatu
lingkaran dan formula integral poison untuk separuh bidang. Untuk itu kita akan
merumuskannya dalam dua teorema berikut ini.
(108)
Bukti : z = r.eiθ suatu titik dalam C, maka menurut formula integral Cauchy,
kita akan mempunyai :
1 f (w )
f (z )= ∮ dw
2 πi C w−z
(109)
R2
sekarang perhatikanlah invers z terhadap z yang diberikan oleh z̄ terletak
didalam. Itu berarti dengan menggunakan teorema Cauchy kita akan
1 f ( w)
∮
2 πi C R2
dw=0
w−
memperoleh : z̄
(110)
Sekarang kita mengurangkan persamaan (109) dengan persamaan (110),
2
R
z−
1 z̄
f (z )= ∮ f (w )dw
2 πi C R2
hasilnya adalah :
(w−z ). w− (
z̄ (111)
)
iθ iθ iθ
Kita telah mengambil z = r.e dari w = R.e , karena itu z = r.e dengan ……
(tidak terbaca)……. memberikan :
2
iθ
f ( r . e )=
1
∫
2π [ r . eiθ − ( R r )] . f ( R . e
)
dφ
iθ
2 πi 0 ( R . eiφ −r . e iθ )( r . e iφ−R . e iθ )
(112)
dengan beberapakali manipulasi matematik terhadap persamaan (112) maka kita
akan memperoleh persamaan (106)
Untuk membuktikan persamaan (107) dan (108), kita mengetahui bahwa ;
f (r. e iθ )=u(r , θ)+iv (r ,θ ) dan f (R . e iθ )=u( R , φ )+iv ( R , φ)
(113)
dengan mencocokan bagian real dan bagian imajiner dari persamaan (113), kita
akan memperoleh persamaan (107) dan (108). Dengan demikian terorema ini
telah dibuktikan dengan lengkap.
Catatan yang perlu kita buat mengenai Formula- formula ini adalah sebagai
berikut :
1. Formula integral Pison untuk suatu lingkaran menyajikan nilai suatu
fungis harmonik didalam suatu lingkaran sebagai suku- suku nilai
fungsi tersebut pada batasnya.
2. Formula Integral Poison untuk separuh bidang menyajikan nilai suatu
fungsi hamonik dalam separuh bidang bagian atas dalam suku- suku
nilai fungsi tersebut pada sumbu x.
Bukti : f(z) analitik dalam |z| ≤ R demikian juga f(z)/z analitik dalam |z| ≤ R.
Oleh sebab itu pada |z| = R, menurut Teorema 16, kita mempunyai ;
f ( z) M
| |≤
z R
Tetapi juga bahwa ketajksamaan ini juga berlaku untuk titik-titik dalam |z| = R,
M |z|
|f ( z )|≤
maka untuk |z| ≤ R berlaku R ……. g. e. d.