Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH MANAJEMEN RESIKO

PENYAKIT AKIBAT KERJA KHUSUSNYA


TIDAK MENULAR

DISUSUN OLEH :

1. YUSTIANAWATI (2026010090)

2. YOSI SUNDARI (2026010017)

3. SALSADILA APRILIANI (2026010059)

4. DELA SAPUTRI (2026010073)

5. AREDA SAFITRI (2026010045)

6. DINI MARDIANI (2026010056)

7. BERRY HASANUL (2026010042)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi WabarakatuhPuji syukur


Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karenaatas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Kesehatan &
Keselamatan Kerja tentang ”peningkatan keamanan obat ” sesuai waktu yang
telah ditentukan. Shalawat serta salam tetap tercurah pada junjungankita Nabi
Muhammad SAW, beserta sahabat dan para pengikutnya.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas


bantuanyang telah diberikan oleh berbagai pihak, baik moril maupun materil
dalam prosespembuatan makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna.Oleh karena itu, saran ataupun kritik yang membangun, sangat
penulisharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga apa yang disajikan
dalammakalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh

Bengkulu 15 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................iv

A. Latar Belakang ..........................................................................iv


B. Rumusan Masalah......................................................................iv
C. Tujuan........................................................................................iv

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................1
A. Kesehatan Kerja...........................................................................1
B. Tujuan Kesehatan Kerja...............................................................4
C. Kapasitas Kerja,Beban Kerja,Lingkungan Kerja.........................5
D. Kebijakan Upaya Kesehatan Kerja..............................................5
E. Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.............................................6
F. Pemeriksaan Kesehatan................................................................7
G. Penyakit Akibat Kerja..................................................................8
H. Strategi Upaya Kesehatan Kerja..................................................9
I. Pelayanan Kesehatan Kerja...........................................................9
J. Ruang Lingkungan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kerja.........10
K. Jenis Program Pelayanan Kesehatan Kerja................................10

BAB III PENUTUP...................................................................................21


A. Kesimpulan...............................................................................21
B. Saran.........................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi tahun 2020 mendatang, kesehatan kerja merupakan salah satu
prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa
antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggotanya, termasuk
bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta
mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi
Indonesia Sehat 2015 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang
penduduknyahidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan
kesehatanyang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajatkesehatan
yangsetinggi-tingginya.Pelaksanaan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk
upaya untukmenciptakan tempat atau lingkungan kerja yang aman, sehat, bebas
dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari
kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapatmen
ingkatkan efisiensi dan produktivitas kerja suatu perusahaan atautempat
kerja.Dalam penjelasan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatanyang telah mengamanatkan antara lain bahwa setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan
pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya,yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan kesehatan kerja?


2. Bagaimana kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan beban kerja?
3. Bagaimanakah strategi kesehatan kerja?
4 Jenis jenis pelayanan kesehatan kerja?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kesehatan kerja.
2. Dapat membedakan antara kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan beban kerja.
3. Dapat mengetahui apa yang menjadi strategi kesehatan kerja.
4 Mengetahui Jenis jenis pelayanan kesehatan kerja

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan
denganfaktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini
Dosen,Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja),
Seperti halnyamasalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau khronis
(sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu
waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak
langsung.

Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain


dapatmenimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja
tersebutdapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja khususnya
adalah para pekerja dan peralatan kerja di lingkungan PSTKG. Melalui usaha
kesehatan pencegahan di lingkungan kerja masing-masing dapat dicegah adanya
penyakit akibat dampak pencemaran lingkungan maupun akibat aktivitas dan
produk PSTKG terhadap masyarakat konsumen baik di lingkungan PSTKG
maupunmasyarakat luas.

Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan


lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yangmeliputi, antara lain:
metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat
menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan darikesehatan seseorang.
Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajaridinamika, akibat dan
problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif.Tiga komponen utama
yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu:
1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.
2. Beban kerja: fisik maupun mental.
3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising,
panas,debu, parasit, dan lain-lain.

Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja
yang optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan
masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat
kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja. Keselamatan dan
kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhandan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya danmanusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmurdan sejahtera.

Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan


dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak
dapatdipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri.
Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka
menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan
pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.

Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggidalam


mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan
yangdilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang
pokok- pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan
menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerjaatau


buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan
dankesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan


perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerjasebagai
pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun
1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan
yang ada.Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja,
baikdi darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara,
yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

 Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerjadimulai


dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang
mengandung dan dapatmenimbulkan bahaya kecelakaan.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya


masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil

2
pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Olehkarena itu,
masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3yang ada di
masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitrasosial guna
membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.

Menurut Interntional Labour Organization (ILO) dan World HealthOrganization


(WHO), Kesehatan kerja merupakan promosi dan pemeliharaankesejahteraan
fisik, mental, dan sosial pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik- baiknya
(Harrington & Gill, 2005). Upaya kesehatan kerja ini ditujukan untukmelindungi
pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh
buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerjadilakukan pada
pekerja baik di sektor formal maupun informal.

Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada suatu perusahaan /instansi,


diperlukan adanya pemeriksaan kesehatan baik secara fisik maupun mental yang
nantinya hasil pemeriksaan kesehatan ini digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan.

Dalam hal penyelenggaraan upaya kesehatan kerja ini pengelola tempatkerja


wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.
Pengusaha wajibmenjamin kesehatan pekerja serta wajib menanggung seluruh
biaya pemeliharaankesehatan pekerja. Tidak pengelola atau pengusaha saja
yang berperan dalam penyelenggaraan kesehatan kerja ini namun juga pekerjanya.
Pekerja wajibmenciptakan dan menjagaa kesehatan tempat kerja yang sehat dan
menaati peraturan yang berlaku di tempat kerja. (UU No 36 Tahun 2009).

Menurut International Labor Organization ( ILO) salah satu upaya


dalammenanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja
adalahdengan penerapan peraturan perundangan antara lain melalui :

a.Adanya ketentuan dan syarat-ayarat K3 yang selalu mengikuti perkembangan


ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi ( up to date ) 

b. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatankerja


sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap

c. Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui


pemeriksaan- pemeriksaan langsung di tempat kerja.

ILO dan WHO (1995) menyatakan kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan


dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yangsetinggi-
tingginya bagi pekerja disemua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan

3
kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi
pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yangmerugikan kesehatan
dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.

Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dansetiap


manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. Selanjutnya dinyatakan bahwafokus
utama kesehatan kerja , yaitu:

1) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja dan kapasitas kerja

2) Perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan yang mendukung keselamatan


dankesehatan

3) Pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja kearah yang


mendukungkesehatan dan keselamatan di tempat kerja juga meningkatkan suasana
sosialyang positif dan operasi yang lancar serta meningkatkan produktivitas
perusahaan.

Dalam Permenaker No.3 tahun 1982 disebutkan tugas pokok kesehatankerja


antara lain:
1. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja
2. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
3. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi
4. Pembinaan danpengawasan perlengkapan kesehatan kerja
5. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja
pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraanmakanan ditempat kerja
6. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus
7. Memberikan saran dan masukan kepada manajemen dan fungsi terkait
terhadap permasalahan yang berhubungan dengan aspek kesehatan kerja.

B. Tujuan Kesehatan Kerja


 1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja disemua
lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik,mental maupun
kesehatan sosial.
2.Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yangdiakibatkan oleh
tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
3.Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya
yang disebabkan olek faktor-faktor yangmembahayakan kesehatan.
4.Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yangsesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

4
C. Kapasitas Kerja, Beban Kerja, Lingkungan Kerja
Kapasitas kerja,beban kerja, dan lingkungan kerja merupakan tigakomponen
utama dalam system kesehatan kerja. Dimana hubungan interaktif danserasi antara
ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan
optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja
yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik.

Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja terlalu
berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seseorang
pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja
yaitu keadaan lingkungan tempat kerja pada saat bekerja,misalnya panas,debu,zat
kimia dan lain-lain, dapat merupakan bebam tambahan terhadap pekerja. Beban
beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama sama menjadi
gangguan atau penyakit akibat kerja.

Perhatian yang baik pada kesehatan kerja dan perlindungan risiko bahaya di
tempat kerja menjadikan pekerja dapat lebih nyaman dalam bekerja. Dalam
Undang-undang No. 36 tahun 2009 dinyatakan bahwa kesehatan
kerjadiselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpamembahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan program
perlindungantenaga kerja

D. Kebijakan Upaya Kesehatan Kerja (UKK)


Di Indonesia kebanyakan yang dilakukan dalam pelayanan upayakesehatan kerja
di tempat pelayanan kerja yaitu :

- UKK dilaksanakan secara paripurna, berjenjang dan terpadu.


- Pelayanan kesehatan kerja merupakan kegiatan integral dari
pelayanankesehatan pada kesehatan tingkat primer maupun rujukan.
- Pelayanan kesehatan kerja diperkuat dengan sistem informasi, surveilans&
standar pelayanan sesuai dengan peraturan undang-undang dan IPTEK.
- Peningkatan mutu pelayanan kesehatan kerja paripurna
- Promosi K3 dilaksanakan secara optimal
- Peningkatan koordinasi pelaksanaan UKK pada Tingkat
Nasional,Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan & Kelurahan/Desa.
- Memberdayakan Puskesmas sebagai jejaring pelayanan yang
efektifdibidang kesehatan kerja pada masyarakat pekerja utamanya di
sektorinformal.

5
Pengembangan wadah partisipatif kalangan pekerja informal (Pos
UKK)sebagai mitra kerja PKM dalam rangka membudayakan Kesehatan
danKeselamatan Kerja (K3)

E. Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja


Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan menurut
Permenakertrans NoPer/03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja
adalah usahakesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan:
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisikmau
pun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbuldari
pekerjaan atau lingkungan kerja.
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuanfisik
tenaga kerja
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerjayang
menderita sakit

Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan


kerja.Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dapat: diselenggarakan
sendirioleh pengurus, diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan
ikatan dengandokter atau pelayanan kesehatan lain, dan atau pengurus dari
beberapa perusahaansecara bersama-sama menyelenggarakan suatu pelayanan
kesehatan kerja.

Pelayanan kesehatan kerja ini bertugas dalam:

- Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala


dan pemeriksaan khusus
- Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap
tenagakerja
- Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
- Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
- Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja
- Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit
akibatkerja
- Pertolongan pertama pada kecelakaan
- Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk
petugas pertolongan pertama pada kecelakaan
- Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
pemilihan alat pelindung diriyang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan di tempat kerja

6
- Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja
- Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang
mempunyaikelainan tertentu dalam kesehatannya
- Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja
kepada pengurus

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dipimpin dan dijalankanoleh


seorang dokter yang disetujui oleh Direktur. Dokter yang menjalankan pelayanan
kesehatan ini diberikan kebebasan profesional oleh pengurus. Selain itumereka
juga bebas memasuki tempat-tempat kerja untuk melakukan
pemeriksaan- pemeriksaan dan mendapatkan keterangan-keterangan yang
diperlukan dan jikadiperlukan, keterangan-keterangan tersebut wajib diberikan
kepada pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja (Per 03/Men/1982).

F. Pemeriksaan Kesehatan

Pada lingkungan kerja, pekerja dapat melakukan pemeriksaan


kesehatan.Pemeriksaan kesehatan ini dapat dilakukan sebelum kerja yaitu
pemeriksaankesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja
diterimauntuk melakukan pekerjaan. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ini
terdiri dari pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru
(bilamanamungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap
perlu.

Setelah pekerja terpilih, mereka berhak memperoleh pemeriksaankesehatan secara


berkala maupun secara khusus. Pemeriksaan secara berkalaadalah pemeriksaan
kesehatan pada watu-waktu tertentu terhadap tenaga kerjayang dilakukan oleh
seorang dokter, pemeriksaan ini dimaksudkan untukmempertahankan derajat
kesehatan tenaga kerjasesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai
kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin
yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan.

Jika pada pemeriksaan kesehatan secara berkala ini ditemukan kelainan-kelainan


atau gangguan-gangguan kesehatan pada tenaga kerja maka penguruswajib
mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan tersebutdan
sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan
kesehatankerja. Untuk menunjang agar pemeriksaan kesehatan berkala ini
mencapai sasaranyang luas, maka pengurus dapat memanfaatkan pelayanan
kesehatan diluar perusahaan.

Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan kesehatan khusus


adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap

7
tenagakerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan ini dimaksudkan untuk menilai
adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau
golongan-golongan tenaga kerja tertentu. Akan tetapi, pemeriksaan kesehatan
khusus inidapat dilakukan pula terhadap:

- Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit


yangmemerlukan perawatan lebih dari 2 (dua minggu)
- Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga
kerjawanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang
melakukan pekerjaan tertentu.
- Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-
gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuaidengan
kebutuhan.

Pemeriksaan kesehatan khusus dapat juga diadakan bila terdapat keluhan-keluhan


diantara tenaga kerja, atau atas pengamat pegawai pengawas keselamatandan
kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes dan keselamatan
dan balai-balainya atau atas pendapat umum di masyarakat. Dokter
yang melakukan pemeriksaan-pemeriksaan kesehatan ini adalah dokter yang
ditunjuk oleh pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan
Menteri TenagaKerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per 10/Men/1976 dan
syarat-syarat lainyang dibenarkan oleh Direktur Jenderal pembinaan Hubungan
Perburuhan danPerlindungan Tenaga Kerja (Per 02/Men/1980).

G. Penyakit Akibat Kerja

Menurut Per 01/Men/1981 yang dimaksud Penyakit akibat kerja adalahsetiap


penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakitakibat
kerja dapat ditemukan atau didiagnosis sewaktu dilaksanakan
pemeriksaankesehatan kerja. Diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan melalui
serangkaian pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kondisi pekerja serta
lingkungannya untukmembuktikan adanya hubungan sebab akibat antara penyakit
dan pekerjaannya.Setelah ditegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh dokter
pemeriksa makadokter wajib membuat laporan medik yang bersifat rahasia (Kep
333/Men/1989).

Agar penyakit akibat kerja tidak terulang kembali diderita oleh tenagakerja yang
berada dibawah pimpinannya, maka pengurus wajib dengan segaramelakukan
tindakan-tindakan preventif. Dalam hal ini pengurus wajibmenyediakan secara
cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan penggunaanya oleh
tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya (Per01/Men/1981)

8
H. Strategi Upaya Kesehatan Kerja

1. Pembinaan Program
2. Pembinaan Institusi
3. Peningkatan Profesionalisme.

1) Pembinaan Program

- Perluasan jangkauan pelayanan ke seluruh lapisan masyarakat


pekerjaformal & informal melalui sistem yankes yang sudah berjalan
& potensi pranata sosial yang sudah ada.
- Peningkatan mutu pelayanan dengan standardisasi, akreditasi &
SIM(Sistem Informasi Manajemen)
- Promosi K3 dilaksanakan dengan pendekatan Advokasi, BinaSuasana, dan
Pemberdayaan & Pembudayaan K3 dikalangan duniausaha & keluarganya
serta masyarakat sekelilingnya.
- Pengembangan program Upaya Kesehatan Kerja melaluiKabupaten/Kota
Sehat

2) Pembinaan Institusi

- Pengembangan jaringan yankesja yg meliputi Pos UKK,


KlinikPerusahaan, Puskesmas, BKKM (Balai Kesehatan
KerjaMasyarakat) & Rumah Sakit
- Pengembangan jaringan kerjasama & penunjang yankesja, baiklintas
program maupun lintas sektor
- Pelembagaan K3 di tempat kerja yang merupakan wahana
utama penerapan program K3
- Memperjelas peran manajemen & serikat pekerja dalam program K3.

3) Peningkatan Profesionalisme

- Penambahan tenaga ahli K3 di tingkat Pusat, Propinsi danKabupaten/Kota.


- Peningkatan Kemampuan & Keterampilan K3 petugas kesehatanmelalui
Diklat.
- Pengembangan profesionalisme K3 bekerjasama dengan ikatan profesi
terkait.

I. Pelayanan Kesehatan Kerja

Pelayanan kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yangdiselenggarakan di


tempat kerja dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap tenaga kerja yang berdampak positif

9
bagi peningkatan produktifitas kerja.Syarat pengadaan pelayanan kesehatan kerja,
didasarkan pada :

- UU NO.36 tahun 2009 tentang Kesehatan


- Kepmenkes No. 920 tahun 1986 tentang upaya pelayanan swasta di
bidangmedik.
- Permenakertrans RI No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan
kerjadimana Pelayanan Kesehatan kerjadiadakan tergantung pada
jumlahtenaga kerja & tingkat bahayanya

J. Ruang Lingkup Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kerja

- Pemeriksaan dan seleksi calon pekerja & pekerja


- Pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif & rehabilitatif)
- Peningkatan mutu & kondisi tempat kerja
- Penyerasian kapasitas kerja, beban kerja & lingkungan kerja
- Pembentukan & pembinaan partisipasi masyarakat pekerja
dalam pelayanan kesehatan kerja

K. Jenis Program Pelayanan Kesehatan Kerja

Program Pelayanan kesehatan kerja lebih ditekankan pada pelayanan:

- Promotif
- Preventif
- Kuratif
- Rehabilitatif dan
- Pelayanan rujukan

I. Pelayanan Kesehatan Kerja Promotif, meliputi :

· Pendidikan dan penyuluhan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
· Pemeliharaan berat badan yang ideal
· Perbaikan gizi, menu seimbang & pemilihan makanan yang sehat & aman,Higie
ne Kantin.
· Pemeliharaan lingkungan kerja yang sehat (Hygiene & sanitasi)
· Kegiatan fisik : Olah raga, kebugaran
· Konseling berhenti merokok /napza
· Koordinasi Lintas Sektor· Advokasi

2. Pelayanan Kesehatan Kerja Preventif, meliputi :
· Pemeriksaan kesehatan (awal, berkala, khusus)
· Imunisasi
· Identifikasi & pengukuran potensi risiko

10
· Pengendalian bahaya (Fisik, Kimia, Biologi, Psikologi, Ergonomi)
· Surveilans Penyakit Akibat Kerja (PAK), Penyakit Akibat Hubungan Kerja(PA
HK), Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) & penyakit lainnya.
· Monitoring Lingkungan Kerja .

3. Pelayanan Kesehatan Kerja Kuratif, meliputi :
· Pertolongan pertama pada kasus emergency.
· Pemeriksaan fisik dan penunjang
· Melakukan rujukan
· Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah mengalami gangguankesehatan.
· Pelayanan diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun peny
akit akibat kerja.
· Terapi Penyakit Akibat Kerja (PAK) dengan terapi kasual/utama & terapisimtom
atis

4. Pelayanan Kesehatan Kerja Rehabilitatif, meliputi :
· Rehabilitasi medik
· Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannyayang
masih ada secara maksimal.
· Penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuaikemampuannya.

5. Pelayanan Kesehatan Kerja Rujukan yaitu Rujukan pasien /penderita kesarana
kesehatan yang lebih tinggi.

· RUJUKAN MEDIK – > pengobatan & rehabilitasi –> Pos UKK –>Puskesmas –


> BKKM –> RSU/RS.Khusus

· RUJUKAN KESEHATAN :

1. Sampel Lingkungan –> Balai Teknik Kesehatan Lingkungan/BalaiKesehatan


dan Keselamatan Kerja

2. Sampel Laboratorium –> Balai Latihan Kerja

3. Kasus Pencemaran –> Kabupaten/Kota

Pengertian Penyakit tidak menular

Penyakit tidak menular (PTM) atau penyakit noninfeksi adalah suatu


penyakit yang tidak disebabkan karena kuman melainkan dikarenakan adanya
masalah fisiologis atau metabolisme padsa jaringan tubuh manusia biasanya
penyakit ini terjadi karena pola hidup yang kurang sehat seperti merokok , faktor
genetik cacat fisik , penuaan atau usia dan gangguan kejiwaan . contohnya

11
sariawan , batuk , sakit perut , demam , hipertensi , diabetes melitus , obesitas ,
osteoporosis , depr4si , ra , keracunan , dan sebagainya .

Penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi antara agen atau nonlifingh
agen dengan host dalam hal ini manusia ( faktor fredisposisi , infeksi dan lain-lain
) dan lingkungan sekitar ( source and vehicle of agen )

Definisi diabetes melitus

Menurut WHO , diabetes melitus di definisikan sebagai suatu penyakit


atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah disertai dengan ggangguan metabolisme karbohidrat ,
lipit dan protein , sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin , insufisiensi fungsi
insulin dapat disebabkan oleh gangguan produksi insulin oleh sel-sel
betalangerhands kelenjar pankreas , atau disebabkan oleh kurangnya responsife
nya sel-sel tubuh terhadap insulin ( depkes 2005 ) .

Pengertian diabetes melitus lainnya menurut american diabetes


assosiation ( ADA ) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperlikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin , gangguan
kerja insulin atau keduanya yang menimbilkan berbagai komplikasi kronik pada
mata , ginjal ,saraf , dan pembuluh darah ( hastuti 2008 )

Gejala – gejala diabetes melitus

Meningkatnya frekuensi buang air kecil

Karena sel-sel di tubuh tidak dapat menyerap glukosa, ginjal mencoba


mengeluarkan glukosa sebanyak mungkin. Akibatnya, penderita jadi lebih sering
kencing daripada orang normal dan mengeluarkan lebih dari 5 liter air kencing
sehari. Ini berlanjut bahkan di malam hari. Penderita terbangun beberapa kali
untuk buang air kecil. Itu pertanda ginjal berusaha singkirkan semua glukosa
ekstra dalam darah.

Rasa haus berlebihan 

Dengan hilangnya air dari tubuh karena sering buang air kecil, penderita merasa
haus dan butuhkan banyak air. Rasa haus yang berlebihan berarti tubuh Anda
mencoba mengisi kembali cairan yang hilang itu. Sering ‘pipis‘ dan rasa haus

12
berlebihan merupakan beberapa "cara tubuh Anda untuk mencoba mengelola
guladarah tinggi," jelas Dr. Collazo-Clavell

Penurunan berat badan

Kadar gula darah terlalu tinggi juga bisa menyebabkan penurunan berat badan
yang cepat. Karena hormon insulin tidak mendapatkan glukosa untuk sel, yang
digunakan sebagai energi, tubuh memecah protein dari otot sebagai sumber
alternatif bahan bakar.

Kelaparan

Rasa lapar yang berlebihan, merupakan tanda diabetes lainnya. Ketika kadar gula
darah merosot, tubuh mengira belum diberi makan dan lebih menginginkan
glukosa yang dibutuhkan sel.

Kulit jadi bermasalah

Kulit gatal, mungkin akibat kulit kering seringkali bisa menjadi tanda peringatan
diabetes, seperti juga kondisi kulit lainnya, misalnya kulit jadi gelap di sekitar
daerah leher atau ketiak.

Penyembuhan lambat

Infeksi, luka, dan memar yang tidak sembuh dengan cepat merupakan tanda
diabetes lainnya. Hal ini biasanya terjadi karena pembuluh darah mengalami
kerusakan akibat glukosa dalam jumlah berlebihan yang mengelilingi pembuluh
darah dan arteri. Diabetes mengurangi efisiensi sel progenitor endotel atau EPC,
yang melakukan perjalanan ke lokasi cedera dan membantu pembuluh darah
sembuhkan luka.

Infeksi jamur

"Diabetes dianggap sebagai keadaan imunosupresi," demikian Dr. Collazo-Clavell


menjelaskan. Hal itu berarti meningkatkan kerentanan terhadap berbagai infeksi,
meskipun yang paling umum adalah candida dan infeksi jamur lainnya. Jamur dan
bakteri tumbuh subur di lingkungan yang kaya akan gula.

Iritasi genital

Kandungan glukosa yang tinggi dalam urin membuat daerah genital jadi seperti
sariawan dan akibatnya menyebabkan pembengkakan dan gatal.

Keletihan dan mudah tersinggung

13
"Ketika orang memiliki kadar gula darah tinggi, tergantung berapa lama sudah
merasakannya, mereka kerap merasa tak enak badan," kata Dr. Collazo-Clavell.
Bangun untuk pergi ke kamar mandi beberapa kali di malam hari membuat orang
lelah. Akibatnya, bila lelah orang cenderung mudah tersinggung.

Pandangan yang kabur

Penglihatan kabur atau atau sesekali melihat kilatan cahaya merupakan akibat
langsung kadar gula darah tinggi. Membiarkan gula darah Anda tidak terkendali
dalam waktu lama bisa menyebabkan kerusakan permanen, bahkan mungkin
kebutaan. Pembuluh darah di retina menjadi lemah setelah bertahun-tahun
mengalami hiperglikemia dan mikro-aneurisma, yang melepaskan protein
berlemak yang disebut eksudat.

Kesemutan atau mati rasa

Kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki, bersamaan dengan rasa sakit yang
membakar atau bengkak, adalah tanda bahwa saraf sedang dirusak oleh diabetes.
Masih seperti penglihatan, jika kadar gula darah dibiarkan merajalela terlalu lama,
kerusakan saraf bisa menjadi permanen.

Pada diabetes, gula darah yang tinggi bertindak bagaikan racun. Diabetes sering
disebut ‘Silent Killer’ jika gejalanya terabaikan dan ditemukan sudah terjadi
komplikasi. Jika Anda memiliki gejala ini, segera tes gula darah atau
berkonsultasi ke petugas kesehatan.

Faktor resiko diabetes mellitus

setiap jenis diabetes mellitus memiliki faktor risiko yang berbeda-beda. Berikut
ini faktor-faktor risiko diabetes:

1. Memiliki anggota keluarga yang mengidap diabetes tipe 1


2. Terkena infeksi virus
3. Orang berkulit putih dipercaya lebih berisiko mengalami diabetes tipe 1
dibandingkan ras lain
4. Bepergian ke daerah yang jauh dari khatulistiwa (ekuator)
5. Usia. Meskipun diabetes tipe 1 bisa muncul pada usia berapapun, tapi
penyakit ini banyak dialami oleh anak-anak berumur 4–7 tahun dan 10–14
tahun

Pencegahan Diabetes

14
Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah karena pemicunya belum diketahui.
Sedangkan, diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional dapat dicegah, yaitu dengan
pola hidup sehat. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes, di
antaranya adalah:

 Mengatur frekuensi dan menu makanan menjadi lebih sehat


 Menjaga berat badan ideal
 Rutin berolahraga
 Rutin menjalani pengecekan gula darah, setidaknya sekali dalam setahun

Pengobatan Diabetes
Pasien diabetes diharuskan untuk mengatur pola makan dengan memperbanyak
konsumsi buah, sayur, protein dari biji-bijian, serta makanan rendah kalori dan
lemak. Pilihan makanan untuk penderita diabetes juga sebaiknya benar-benar
diperhatikan.
Bila perlu, pasien diabetes juga dapat mengganti asupan gula dengan pemanis
yang lebih aman untuk penderita diabetes, sorbitol. Pasien diabetes dan
keluarganya dapat melakukan konsultasi gizi dan pola makan dengan dokter
atau dokter gizi untuk mengatur pola makan sehari-hari.
Untuk membantu mengubah gula darah menjadi energi dan meningkatkan
sensitivitas sel terhadap insulin, pasien diabetes dianjurkan untuk berolahraga
secara rutin, setidaknya 10-30 menit tiap hari. Pasien dapat berkonsultasi dengan
dokter untuk memilih olahraga dan aktivitas fisik yang sesuai.
Pada diabetes tipe 1, pasien akan membutuhkan terapi insulin untuk mengatur
gula darah sehari-hari. Selain itu, beberapa pasien diabetes tipe 2 juga disarankan
untuk menjalani terapi insulin untuk mengatur gula darah. Insulin tambahan
tersebut akan diberikan melalui suntikan, bukan dalam bentuk obat minum.
Dokter akan mengatur jenis dan dosis insulin yang digunakan, serta memberitahu
cara menyuntiknya.
Pada kasus diabetes tipe 1 yang berat, dokter dapat merekomendasikan operasi
pencangkokan (transplantasi) pankreas untuk mengganti pankreas yang
mengalami kerusakan. Pasien diabetes tipe 1 yang berhasil menjalani operasi
tersebut tidak lagi memerlukan terapi insulin, namun harus mengonsumsi obat
imunosupresif secara rutin.
Pada pasien diabetes tipe 2, dokter akan meresepkan obat-obatan, salah satunya
adalah metformin, obat minum yang berfungsi untuk menurunkan produksi
glukosa dari hati. Selain itu, obat diabetes lain yang bekerja dengan cara menjaga
kadar glukosa dalam darah agar tidak terlalu tinggi setelah pasien makan, juga
dapat diberikan.

15
Dokter juga dapat menyertai obat-obatan di atas dengan pemberian suplemen atau
vitamin untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi. Misalnya, pasien diabetes
yang sering mengalami gejala kesemutan akan diberikan vitamin neurotropik.
Vitamin neurotropik umumnya terdiri dari vitamin B1, B6, dan B12. Vitamin-
vitamin tersebut bermanfaat untuk menjaga fungsi dan struktur saraf tepi. Hal ini
sangat penting untuk dijaga pada pasien diabetes tipe 2 untuk menghindari
komplikasi neuropati diabetik yang cukup sering terjadi.
Pasien diabetes harus mengontrol gula darahnya secara disiplin melalui pola
makan sehat agar gula darah tidak mengalami kenaikan hingga di atas normal.
Selain mengontrol kadar glukosa, pasien dengan kondisi ini juga akan diaturkan
jadwal untuk menjalani tes HbA1C guna memantau kadar gula darah selama 2-
3 bulan terakhir.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diabetes bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas,
yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaitu menjaga agar
kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal, dan mencegah kemungkinan
terjadinya komplikasi.
Ada dua pendekatan dalam penatalaksanaan diabetes, pertama adalah pendekatan
tanpa obat dan yang kedua adalah pendekatan dengan obat. Penatalaksanaan tanpa
obat berupa edukasi, terapi gizi dan latihan jasmani. Apabila dengan langkah
pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai, dapat dikombinasikan dengan
langkah farmakologis berupa terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin, atau
kombinasi keduanya . Obat hipoglikemik yang dipakai pada intervensi
farmakologis adalah:
1. Sulfonilurea: Glibenkalmid, Glipizid, Gliklazid, Glimepirid, dll.
2. Meglitinid: Repaglinid, Nateglinid
3. Biguanid: Metformin
4. Penghambat glukosidase: Acarbose, Miglitol
5. Tiazolidindion: Rosiglifazon, Pioglitazon
6. Incretin / DPP-4 inhibitor: Sitagliptin, Saxogliptin, Vildagliptin.
7. Injeksi GLP-1 reseptor agonis: Exenatide, Liraglutide.
Obat yang sering kali dipakai sebagai awal terapi adalah Metformin . Namun,
apabila kadar glukosa darah belum mencapai target terapi, diperlukan kombinasi
dengan obat jenis lain.
Indikasi pemakaian insulin sebagai terapi adalah :
1. Diabetes mellitus tipe 1
2. Diabetes mellitus tipe 2, apabila terapi obat hipoglikemik oral saja tidak bisa
memenuhi target terapi.
3. Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark
miokard akut atau stroke
4. Penderita diabetes yang hamil apabila diet saja tidak dapat mengendalikan
kadar glukosa darah.

16
5. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
6. Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipogligemik oral
7. Ketoasidosis diabetik, Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, Hiperglikemia
dengan asidosis laktat
KONTROL GLIKEMIK DAN PENCEGAHAN TERHADAP
KOMPLIKASI
Setelah pasien didiagnosis dengan diabetes, disarankan pasien tersebut
memeriksakan diri ke dokter paling tidak sebulan sekali. Pada saat kontrol,
dipantau tentang cara minum obat, diet dan latihan jasmani. Yang lebih penting,
pasien disarankan untuk melakukan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
(selfmonitoring of blood glucose = SMBG). Hal ini akan sangat membantu pasien
untuk bisa mengetahui kadar gula darahnya setiap waktu, sehingga pasien
mengetahui naikturunnya kadar gula darah, termasuk mengetahui apabila timbul
komplikasi hipoglikemik secara dini. Frekuensi SMBG tergantung dari masing-
masing individu, tergantung tipe diabetes, tipe terapi, kontrol glikemik yang
adekuat, kewaspadaan terhadap keadaan hipoglikemik, kesibukan pekerjaan
pasien, dan penyakit akut .
Disarankan untuk pasien diabetes baik tipe 1 maupun tipe 2 yang menggunakan
terapi MDI (multi-dose insulin) atau pompa insulin, harus memeriksa kadar gula
darah 3 kali atau lebih dalam sehari, yaitu setiap selesai makan (makanan utama
dan kudapan), mau tidur, saat latihan fisik, serta saat hendak melakukan kegiatan
tertentu seperti misalnya mengemudikan kendaraan. Sedangkan untuk penderita
diabetes tipe 2, baik yang menggunakan obat maupun yang tidak, tergantung dari
kebutuhan masingmasing individu. Telah terbukti bahwa kontrol glukosa darah
lebih baik pada penderita yang mengaplikasikan SMBG daripada yang tidak.
Untuk memantau timbulnya komplikasi, perlu ditanyakan adanya gangguan
penglihatan, keadaan kaki, adanya infeksi, timbul rasa nyeri, kesemutan atau
penurunan sensasi raba, serta disfungsi seksual pada pria. Pada pemeriksaan fisik
perlu diperiksa vital sign, termasuk nadi, tekanan darah, suhu, dan respiratory rate.
Perlu juga diperiksa ketajaman penglihatan, detak jantung, keadaan kulit, keadaan
kaki, pemeriksaan saraf, dan berat badan.
Pemantauan Kadar Gula Darah
Target glikemik harus tergantung pada keadaan individu penderita, berdasarkan
usia, lama sakit diabetes, resiko hipoglikemia berat, adanya pernyakit
kardiovaskuler, serta life expectancy. Target yang diharapkan ialah, untuk glukosa
darah puasa antara 72 – 125 mg/dl, dan 2 jam setelah makan antara 90 – 180
mg/dL 13,7 .
Selain pemeriksaan kadar glukosa darah, para ahli juga menyarankan untuk
melakukan pemeriksaan kadar HbA1c / A1C. Targetnya adalah < 7,0%, dimana
faktor resiko mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat ditekan. Lebih jauh, untuk
menurunkan resiko nefropati dan retinopati pada penderita diabetes tipe 2, A1C
disarankan < 6,5%. Untuk penderita diabetes tipe 2 dengan keadaan yang sudah
parah, serta terdapat komplikasi-komplikasi antara lain penyakit arteri koroner,

17
pernah hipoglikemia berat dan keadaan berat yang lain, target A1C adalah 7,1% -
8,5%.
Pemantauan Tekanan Darah
Penyakit kardiovaskuler merupakan komplikasi yang sering timbul pada penderita
diabetes, dan hipertensi seringkali dijumpai pula pada penderita diabetes, dan
menjadi faktor resiko terjadinya komplikasi penyakit kardiovaskuler dan
mikrovaskuler. Disarankan, tekanan darah harus selalu dikontrol secara lebih ketat
pada penderita diabetes. Didalam populasi pada umumnya untuk penderita
hipertensi, tekanan darah sistol harus dijaga selalu dibawah 140 mmHg, atau
dibawah 130 mmHg pada pasien yang lebih muda (atau bisa dicapai tanpa
pengobatan yang berat), dengan tekanan diastol dibawah 90 mmHg. Untuk
penderita diabetes, tekanan sistol harus selalu dibawah 130 mmHg, dan diastol
dibawah 80 mmHg.
Pemantauan Profil Lipid
Penderita diabetes (khususnya tipe 2) menunjukkan peningkatan prevalensi
abnormalitas dari profil lipid, yang selanjutnya berperan pada resiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler, dimana resiko tersebut 2 sampai 4 kali lipat lebih besar
apabila dibandingkan dengan yang tidak terkena diabetes. Sehingga, perlu suatu
penatalaksanaan yang agresif terhadap faktor-faktor resiko penyakit
kardiovaskuler, termasuk penatalaksanaan dislipidemia pada penderita diabetes .
Yang paling sering terjadi pada penderita diabetes tipe 2 adalah
hipertrigliseridemia, penurunan Kolesterol HDL, sedangkan kolesterol LDL
biasanya normal atau sedikit meningkat. Disarankan, saat pasien didiagnosis
diabetes, harus diperiksa pula profil lipid, dan diulang setiap tahun. Apabila ada
kelainan dan diobati, untuk memantau hasil pengobatan, maka perlu dilakukan
pemeriksaan setiap 3 sampai 6 bulan. Target yang diinginkan adalah kadar
kolesterol LDL < 100 mg/dL, kolesterol HDL > 40 mg/dL pada pria dan > 50
mg/dL pada wanita, dan trigliserida <150 mg/dL. Apabila ada komplikasi
penyakit kardiovaskuler, kadar kolesterol LDL harus < 70 mg/dL.
Pemantauan Nefropati Diabetes

Pada penderita diabetes, harus dilakukan pemantauan terhadap penyakit ginjal


kronis (Chronic Kidney Disease = CKD). Albumin urin dan Kreatinin serum perlu
diperiksa. Berikutnya ditentukan besaran Ratio Albumin Kreatinin (Albumin to
Creatinin Ratio = ACR) serta hasil pemeriksaan kreatinin serum dikonversi
menjadi eGFR untuk menentukan derajat penyakit ginjal kronik (apabila terjadi).
Pada penderita diabetes tipe 2, pemeriksaan harus segera dilakukan begitu
diagnosis ditegakkan, sedangkan pada penderita diabetes tipe 1 dilakukan 5 tahun
kemudian setelah diagnosis ditegakkan. Pemeriksaan kemudian diulang setiap
tahun.

18
Diagnosis penyakit ginjal kronik (CKD) ditegakkan apabila ACR > 2,0 mg/mmol
(30 ug/mg kreatinin), atau eGFR < 60 ml/min., yang dilakukan 2 – 3 kali
pemeriksaan dalam waktu 3 bulan. Pasien diabetes dengan CKD harus
memperoleh berbagai cara penanganan yang komprehensif untuk mencegah
resiko penyakit kardiovaskuler. Terapi yang dianjurkan untuk penderita diabetes
dengan CKD dimana terdapat hipertensi atau albuminuria ialah diberikan ACE
inhibitor atau ARB untuk menghambat progresifitas CKD, namun juga dianjurkan
untuk selalu memantau kadar kreatinin serum dan kadar kalium dalam 1-2 minggu
awal terapi dan saat serangan akut

Pemantauan Retinopati

Untuk mencegah retinopati, perlu dilakukan pemantauan kadar glukosa darah dan
tekanan darah yang optimal. Pada penderta diabetes tipe 1 diatas umur 10 tahun,
pemeriksaan mata harus dilakukan dalam waktu 5 tahun setelah diketahui
penyakitnya. Sedangkan penderita diabetes tipe 2 harus diperiksa oleh dokter
spesialis mata segera setelah diagnosis ditegakkan. Sebaiknya dilakukan
pemeriksaan ulang setiap tahun, atau apabila pemeriksaan terdahulu tidak
ditemukan kelainan retinopati, pemeriksaan bisa diulang setelah setiap 2-3 tahun.
Pemeriksaan ulang dilakukan lebih singkat bila ditemukan kelainan.

Pemantauan Neuropati

Salah satu faktor resiko timbulnya gangguan neuropati adalah peningkatan kadar
gula darah. Selain itu, adanya peningkatan trigliserida, obesitas, merokok dan
hipertensi juga merupakan faktor resiko penting. Kontrol kadar gula darah yang
intensif merupakan cara yang efektif untuk mencegah neuropati pada diabetes tipe
1. Pada penderita diabetes tipe 2, penurunan kadar gula darah berhubungan
dengan penurunan frekuensi timbulnya neuropati. Pada penderita diabetes tipe 2,
pemantauan neuropati perifer harus dimulai saat diagnosis ditegakkan, dan perlu
diulang setiap tahun. Pada penderita diabetes tipe 1, pemeriksaan tiap tahun
dilakukan setelah 5 tahun. Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan yang canggih,
hanya perlu pemeriksaan klinik sederhana saja, seperti misalnya tes persepsi
monofilament dan vibrasi untuk neuropati. Sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan
oleh dokter Spesialis Saraf. Pemeriksaan ini selain dapat mengidentifikasi
timbulnya neuropati, juga bisa meramalkan gangguan yang bakal terjadi dimasa
yang akan datang.

Pemantauan Ulkus

Komplikasi ulkus pada kaki menjadi masalah morbiditas yang besar pada para
penderita diabetes, dapat menambah beban biaya pengobatan, bahkan beberapa

19
penderita perlu dilakukan amputasi, serta meningkatkan mortilitas. Pengelolaan
ulkus pada kaki memerlukan pendekatan interdispliner, yang antara lain harus
dilakukan pemantauan kadar gula, pemantauan infeksi, pemantauan keadaan
vaskularisasi tungkai bawah, dan perawatan luka. Terapi dengan menggunakan
antibiotika tidak terlalu diperlukan pada ulkus neuropati yang tidak menunjukkan
adanya tanda-tanda infeksi.

Pemantauan harus dilakukan setiap tahun, dan lebih sering pada penderita resiko
tinggi. Yang dilakukan adalah memeriksa keadaan dan temperatur kulit,
abnormalitas struktural (misalnya ruang gerak sendi pergelangan kaki dan jari-
jari, callus, deformitas tulang), neuropati, penyakit arteri perifer, luka dan infeksi.
Penderita resiko tinggi perlu mendapatkan edukasi untuk selalu menghindari
trauma, memakai alas kaki yang nyaman, dan segera berobat apabila terjadi luka
di kaki. Hal ini perlu dilakukan guna mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut
sampai harus dilakukan amputasi kaki. Prinsip umum penanganannya meliputi
pemberian kompres basah, debridement jaringan yang rusak, serta mengurangi
beban pada daerah yang mengalami tekanan.

20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

1. Kesehatan kerja adalah ilmu yang mendalami masalah hubungandua arah antara
pekerjaan dan kesehatan.

2.Kapasitas kerja merupakan status kesehatan kerja dan gizi kerjayang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.

3.Beban kerja merupakan beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja
terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemahdapat mengakibatkan
seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.

4.Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan lingkungan tempat kerja,misalnya


panas,debu,zat kimia dan lain-lain, dapat merupakan bebam tambahan trhadap
pekerja. Beban - beban tambahantersebut secara sendiri-sendiri atau bersama
sama menjadigangguan atau penyakit akibat kerja

5.Strategi dalam Kesehatan kerja meliputi :

i. Pembinaan program

ii. Pembinaan institusi

iii.Peningkatan profesionalisme.

6. Program Pelayanan kesehatan kerja lebih ditekankan pada pelayanan:

a. Promotif 

b. Preventif

c.Kuratif

d.Rehabilitatif dan

e. Pelayanan Rujukan

7. Sasaran kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi Tenaga Kerja& orang lain


yg berada di tempat kerja , terjadinya kecelakaankerja , peledakan, penyakit
akibat kerja kebakaran, & polusi yangmemberi dampak negatif terhadap korban,
keluarga korban, perusahaan, teman sekerja korban, pemerintah, & masyarakat.

21
B. SARAN

Agar tercipta tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari


pencemaranlingkungan, perlu dilakukan pelaksanaan upaya Kesehatan sehingga
dapatmengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
padaakhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja .
Lebihmemperdalam lagi pengetahuan tentang Kesehatan melalui Pendidikan
danPelatihan terkait Kesehatan kerja

22
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/5704835/Makalah_Kesehatan_Kerja

file:///C:/Users/USER/Downloads/23-45-1-SM.pdf

23
24

Anda mungkin juga menyukai