DISUSUN OLEH :
1. YUSTIANAWATI (2026010090)
2021/2022
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................1
A. Kesehatan Kerja...........................................................................1
B. Tujuan Kesehatan Kerja...............................................................4
C. Kapasitas Kerja,Beban Kerja,Lingkungan Kerja.........................5
D. Kebijakan Upaya Kesehatan Kerja..............................................5
E. Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.............................................6
F. Pemeriksaan Kesehatan................................................................7
G. Penyakit Akibat Kerja..................................................................8
H. Strategi Upaya Kesehatan Kerja..................................................9
I. Pelayanan Kesehatan Kerja...........................................................9
J. Ruang Lingkungan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kerja.........10
K. Jenis Program Pelayanan Kesehatan Kerja................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi tahun 2020 mendatang, kesehatan kerja merupakan salah satu
prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa
antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggotanya, termasuk
bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta
mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi
Indonesia Sehat 2015 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang
penduduknyahidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan
kesehatanyang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajatkesehatan
yangsetinggi-tingginya.Pelaksanaan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk
upaya untukmenciptakan tempat atau lingkungan kerja yang aman, sehat, bebas
dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari
kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapatmen
ingkatkan efisiensi dan produktivitas kerja suatu perusahaan atautempat
kerja.Dalam penjelasan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatanyang telah mengamanatkan antara lain bahwa setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan
pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya,yaitu:
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kesehatan kerja.
2. Dapat membedakan antara kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan beban kerja.
3. Dapat mengetahui apa yang menjadi strategi kesehatan kerja.
4 Mengetahui Jenis jenis pelayanan kesehatan kerja
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan
denganfaktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini
Dosen,Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja),
Seperti halnyamasalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau khronis
(sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu
waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak
langsung.
Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja
yang optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan
masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat
kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja. Keselamatan dan
kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhandan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya danmanusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju
masyarakat makmurdan sejahtera.
2
pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Olehkarena itu,
masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3yang ada di
masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitrasosial guna
membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.
3
kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi
pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yangmerugikan kesehatan
dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.
4
C. Kapasitas Kerja, Beban Kerja, Lingkungan Kerja
Kapasitas kerja,beban kerja, dan lingkungan kerja merupakan tigakomponen
utama dalam system kesehatan kerja. Dimana hubungan interaktif danserasi antara
ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan
optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja
yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja terlalu
berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seseorang
pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja
yaitu keadaan lingkungan tempat kerja pada saat bekerja,misalnya panas,debu,zat
kimia dan lain-lain, dapat merupakan bebam tambahan terhadap pekerja. Beban
beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama sama menjadi
gangguan atau penyakit akibat kerja.
Perhatian yang baik pada kesehatan kerja dan perlindungan risiko bahaya di
tempat kerja menjadikan pekerja dapat lebih nyaman dalam bekerja. Dalam
Undang-undang No. 36 tahun 2009 dinyatakan bahwa kesehatan
kerjadiselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpamembahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan program
perlindungantenaga kerja
5
Pengembangan wadah partisipatif kalangan pekerja informal (Pos
UKK)sebagai mitra kerja PKM dalam rangka membudayakan Kesehatan
danKeselamatan Kerja (K3)
6
- Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja
- Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang
mempunyaikelainan tertentu dalam kesehatannya
- Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja
kepada pengurus
F. Pemeriksaan Kesehatan
7
tenagakerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan ini dimaksudkan untuk menilai
adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau
golongan-golongan tenaga kerja tertentu. Akan tetapi, pemeriksaan kesehatan
khusus inidapat dilakukan pula terhadap:
Agar penyakit akibat kerja tidak terulang kembali diderita oleh tenagakerja yang
berada dibawah pimpinannya, maka pengurus wajib dengan segaramelakukan
tindakan-tindakan preventif. Dalam hal ini pengurus wajibmenyediakan secara
cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan penggunaanya oleh
tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya (Per01/Men/1981)
8
H. Strategi Upaya Kesehatan Kerja
1. Pembinaan Program
2. Pembinaan Institusi
3. Peningkatan Profesionalisme.
1) Pembinaan Program
2) Pembinaan Institusi
3) Peningkatan Profesionalisme
9
bagi peningkatan produktifitas kerja.Syarat pengadaan pelayanan kesehatan kerja,
didasarkan pada :
- Promotif
- Preventif
- Kuratif
- Rehabilitatif dan
- Pelayanan rujukan
I. Pelayanan Kesehatan Kerja Promotif, meliputi :
· Pendidikan dan penyuluhan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
· Pemeliharaan berat badan yang ideal
· Perbaikan gizi, menu seimbang & pemilihan makanan yang sehat & aman,Higie
ne Kantin.
· Pemeliharaan lingkungan kerja yang sehat (Hygiene & sanitasi)
· Kegiatan fisik : Olah raga, kebugaran
· Konseling berhenti merokok /napza
· Koordinasi Lintas Sektor· Advokasi
2. Pelayanan Kesehatan Kerja Preventif, meliputi :
· Pemeriksaan kesehatan (awal, berkala, khusus)
· Imunisasi
· Identifikasi & pengukuran potensi risiko
10
· Pengendalian bahaya (Fisik, Kimia, Biologi, Psikologi, Ergonomi)
· Surveilans Penyakit Akibat Kerja (PAK), Penyakit Akibat Hubungan Kerja(PA
HK), Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) & penyakit lainnya.
· Monitoring Lingkungan Kerja .
3. Pelayanan Kesehatan Kerja Kuratif, meliputi :
· Pertolongan pertama pada kasus emergency.
· Pemeriksaan fisik dan penunjang
· Melakukan rujukan
· Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah mengalami gangguankesehatan.
· Pelayanan diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun peny
akit akibat kerja.
· Terapi Penyakit Akibat Kerja (PAK) dengan terapi kasual/utama & terapisimtom
atis
4. Pelayanan Kesehatan Kerja Rehabilitatif, meliputi :
· Rehabilitasi medik
· Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannyayang
masih ada secara maksimal.
· Penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuaikemampuannya.
5. Pelayanan Kesehatan Kerja Rujukan yaitu Rujukan pasien /penderita kesarana
kesehatan yang lebih tinggi.
· RUJUKAN KESEHATAN :
11
sariawan , batuk , sakit perut , demam , hipertensi , diabetes melitus , obesitas ,
osteoporosis , depr4si , ra , keracunan , dan sebagainya .
Penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi antara agen atau nonlifingh
agen dengan host dalam hal ini manusia ( faktor fredisposisi , infeksi dan lain-lain
) dan lingkungan sekitar ( source and vehicle of agen )
Dengan hilangnya air dari tubuh karena sering buang air kecil, penderita merasa
haus dan butuhkan banyak air. Rasa haus yang berlebihan berarti tubuh Anda
mencoba mengisi kembali cairan yang hilang itu. Sering ‘pipis‘ dan rasa haus
12
berlebihan merupakan beberapa "cara tubuh Anda untuk mencoba mengelola
guladarah tinggi," jelas Dr. Collazo-Clavell
Kadar gula darah terlalu tinggi juga bisa menyebabkan penurunan berat badan
yang cepat. Karena hormon insulin tidak mendapatkan glukosa untuk sel, yang
digunakan sebagai energi, tubuh memecah protein dari otot sebagai sumber
alternatif bahan bakar.
Kelaparan
Rasa lapar yang berlebihan, merupakan tanda diabetes lainnya. Ketika kadar gula
darah merosot, tubuh mengira belum diberi makan dan lebih menginginkan
glukosa yang dibutuhkan sel.
Kulit gatal, mungkin akibat kulit kering seringkali bisa menjadi tanda peringatan
diabetes, seperti juga kondisi kulit lainnya, misalnya kulit jadi gelap di sekitar
daerah leher atau ketiak.
Penyembuhan lambat
Infeksi, luka, dan memar yang tidak sembuh dengan cepat merupakan tanda
diabetes lainnya. Hal ini biasanya terjadi karena pembuluh darah mengalami
kerusakan akibat glukosa dalam jumlah berlebihan yang mengelilingi pembuluh
darah dan arteri. Diabetes mengurangi efisiensi sel progenitor endotel atau EPC,
yang melakukan perjalanan ke lokasi cedera dan membantu pembuluh darah
sembuhkan luka.
Infeksi jamur
Iritasi genital
Kandungan glukosa yang tinggi dalam urin membuat daerah genital jadi seperti
sariawan dan akibatnya menyebabkan pembengkakan dan gatal.
13
"Ketika orang memiliki kadar gula darah tinggi, tergantung berapa lama sudah
merasakannya, mereka kerap merasa tak enak badan," kata Dr. Collazo-Clavell.
Bangun untuk pergi ke kamar mandi beberapa kali di malam hari membuat orang
lelah. Akibatnya, bila lelah orang cenderung mudah tersinggung.
Penglihatan kabur atau atau sesekali melihat kilatan cahaya merupakan akibat
langsung kadar gula darah tinggi. Membiarkan gula darah Anda tidak terkendali
dalam waktu lama bisa menyebabkan kerusakan permanen, bahkan mungkin
kebutaan. Pembuluh darah di retina menjadi lemah setelah bertahun-tahun
mengalami hiperglikemia dan mikro-aneurisma, yang melepaskan protein
berlemak yang disebut eksudat.
Kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki, bersamaan dengan rasa sakit yang
membakar atau bengkak, adalah tanda bahwa saraf sedang dirusak oleh diabetes.
Masih seperti penglihatan, jika kadar gula darah dibiarkan merajalela terlalu lama,
kerusakan saraf bisa menjadi permanen.
Pada diabetes, gula darah yang tinggi bertindak bagaikan racun. Diabetes sering
disebut ‘Silent Killer’ jika gejalanya terabaikan dan ditemukan sudah terjadi
komplikasi. Jika Anda memiliki gejala ini, segera tes gula darah atau
berkonsultasi ke petugas kesehatan.
setiap jenis diabetes mellitus memiliki faktor risiko yang berbeda-beda. Berikut
ini faktor-faktor risiko diabetes:
Pencegahan Diabetes
14
Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah karena pemicunya belum diketahui.
Sedangkan, diabetes tipe 2 dan diabetes gestasional dapat dicegah, yaitu dengan
pola hidup sehat. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes, di
antaranya adalah:
Pengobatan Diabetes
Pasien diabetes diharuskan untuk mengatur pola makan dengan memperbanyak
konsumsi buah, sayur, protein dari biji-bijian, serta makanan rendah kalori dan
lemak. Pilihan makanan untuk penderita diabetes juga sebaiknya benar-benar
diperhatikan.
Bila perlu, pasien diabetes juga dapat mengganti asupan gula dengan pemanis
yang lebih aman untuk penderita diabetes, sorbitol. Pasien diabetes dan
keluarganya dapat melakukan konsultasi gizi dan pola makan dengan dokter
atau dokter gizi untuk mengatur pola makan sehari-hari.
Untuk membantu mengubah gula darah menjadi energi dan meningkatkan
sensitivitas sel terhadap insulin, pasien diabetes dianjurkan untuk berolahraga
secara rutin, setidaknya 10-30 menit tiap hari. Pasien dapat berkonsultasi dengan
dokter untuk memilih olahraga dan aktivitas fisik yang sesuai.
Pada diabetes tipe 1, pasien akan membutuhkan terapi insulin untuk mengatur
gula darah sehari-hari. Selain itu, beberapa pasien diabetes tipe 2 juga disarankan
untuk menjalani terapi insulin untuk mengatur gula darah. Insulin tambahan
tersebut akan diberikan melalui suntikan, bukan dalam bentuk obat minum.
Dokter akan mengatur jenis dan dosis insulin yang digunakan, serta memberitahu
cara menyuntiknya.
Pada kasus diabetes tipe 1 yang berat, dokter dapat merekomendasikan operasi
pencangkokan (transplantasi) pankreas untuk mengganti pankreas yang
mengalami kerusakan. Pasien diabetes tipe 1 yang berhasil menjalani operasi
tersebut tidak lagi memerlukan terapi insulin, namun harus mengonsumsi obat
imunosupresif secara rutin.
Pada pasien diabetes tipe 2, dokter akan meresepkan obat-obatan, salah satunya
adalah metformin, obat minum yang berfungsi untuk menurunkan produksi
glukosa dari hati. Selain itu, obat diabetes lain yang bekerja dengan cara menjaga
kadar glukosa dalam darah agar tidak terlalu tinggi setelah pasien makan, juga
dapat diberikan.
15
Dokter juga dapat menyertai obat-obatan di atas dengan pemberian suplemen atau
vitamin untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi. Misalnya, pasien diabetes
yang sering mengalami gejala kesemutan akan diberikan vitamin neurotropik.
Vitamin neurotropik umumnya terdiri dari vitamin B1, B6, dan B12. Vitamin-
vitamin tersebut bermanfaat untuk menjaga fungsi dan struktur saraf tepi. Hal ini
sangat penting untuk dijaga pada pasien diabetes tipe 2 untuk menghindari
komplikasi neuropati diabetik yang cukup sering terjadi.
Pasien diabetes harus mengontrol gula darahnya secara disiplin melalui pola
makan sehat agar gula darah tidak mengalami kenaikan hingga di atas normal.
Selain mengontrol kadar glukosa, pasien dengan kondisi ini juga akan diaturkan
jadwal untuk menjalani tes HbA1C guna memantau kadar gula darah selama 2-
3 bulan terakhir.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diabetes bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas,
yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaitu menjaga agar
kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal, dan mencegah kemungkinan
terjadinya komplikasi.
Ada dua pendekatan dalam penatalaksanaan diabetes, pertama adalah pendekatan
tanpa obat dan yang kedua adalah pendekatan dengan obat. Penatalaksanaan tanpa
obat berupa edukasi, terapi gizi dan latihan jasmani. Apabila dengan langkah
pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai, dapat dikombinasikan dengan
langkah farmakologis berupa terapi obat hipoglikemik oral, terapi insulin, atau
kombinasi keduanya . Obat hipoglikemik yang dipakai pada intervensi
farmakologis adalah:
1. Sulfonilurea: Glibenkalmid, Glipizid, Gliklazid, Glimepirid, dll.
2. Meglitinid: Repaglinid, Nateglinid
3. Biguanid: Metformin
4. Penghambat glukosidase: Acarbose, Miglitol
5. Tiazolidindion: Rosiglifazon, Pioglitazon
6. Incretin / DPP-4 inhibitor: Sitagliptin, Saxogliptin, Vildagliptin.
7. Injeksi GLP-1 reseptor agonis: Exenatide, Liraglutide.
Obat yang sering kali dipakai sebagai awal terapi adalah Metformin . Namun,
apabila kadar glukosa darah belum mencapai target terapi, diperlukan kombinasi
dengan obat jenis lain.
Indikasi pemakaian insulin sebagai terapi adalah :
1. Diabetes mellitus tipe 1
2. Diabetes mellitus tipe 2, apabila terapi obat hipoglikemik oral saja tidak bisa
memenuhi target terapi.
3. Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark
miokard akut atau stroke
4. Penderita diabetes yang hamil apabila diet saja tidak dapat mengendalikan
kadar glukosa darah.
16
5. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
6. Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipogligemik oral
7. Ketoasidosis diabetik, Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, Hiperglikemia
dengan asidosis laktat
KONTROL GLIKEMIK DAN PENCEGAHAN TERHADAP
KOMPLIKASI
Setelah pasien didiagnosis dengan diabetes, disarankan pasien tersebut
memeriksakan diri ke dokter paling tidak sebulan sekali. Pada saat kontrol,
dipantau tentang cara minum obat, diet dan latihan jasmani. Yang lebih penting,
pasien disarankan untuk melakukan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
(selfmonitoring of blood glucose = SMBG). Hal ini akan sangat membantu pasien
untuk bisa mengetahui kadar gula darahnya setiap waktu, sehingga pasien
mengetahui naikturunnya kadar gula darah, termasuk mengetahui apabila timbul
komplikasi hipoglikemik secara dini. Frekuensi SMBG tergantung dari masing-
masing individu, tergantung tipe diabetes, tipe terapi, kontrol glikemik yang
adekuat, kewaspadaan terhadap keadaan hipoglikemik, kesibukan pekerjaan
pasien, dan penyakit akut .
Disarankan untuk pasien diabetes baik tipe 1 maupun tipe 2 yang menggunakan
terapi MDI (multi-dose insulin) atau pompa insulin, harus memeriksa kadar gula
darah 3 kali atau lebih dalam sehari, yaitu setiap selesai makan (makanan utama
dan kudapan), mau tidur, saat latihan fisik, serta saat hendak melakukan kegiatan
tertentu seperti misalnya mengemudikan kendaraan. Sedangkan untuk penderita
diabetes tipe 2, baik yang menggunakan obat maupun yang tidak, tergantung dari
kebutuhan masingmasing individu. Telah terbukti bahwa kontrol glukosa darah
lebih baik pada penderita yang mengaplikasikan SMBG daripada yang tidak.
Untuk memantau timbulnya komplikasi, perlu ditanyakan adanya gangguan
penglihatan, keadaan kaki, adanya infeksi, timbul rasa nyeri, kesemutan atau
penurunan sensasi raba, serta disfungsi seksual pada pria. Pada pemeriksaan fisik
perlu diperiksa vital sign, termasuk nadi, tekanan darah, suhu, dan respiratory rate.
Perlu juga diperiksa ketajaman penglihatan, detak jantung, keadaan kulit, keadaan
kaki, pemeriksaan saraf, dan berat badan.
Pemantauan Kadar Gula Darah
Target glikemik harus tergantung pada keadaan individu penderita, berdasarkan
usia, lama sakit diabetes, resiko hipoglikemia berat, adanya pernyakit
kardiovaskuler, serta life expectancy. Target yang diharapkan ialah, untuk glukosa
darah puasa antara 72 – 125 mg/dl, dan 2 jam setelah makan antara 90 – 180
mg/dL 13,7 .
Selain pemeriksaan kadar glukosa darah, para ahli juga menyarankan untuk
melakukan pemeriksaan kadar HbA1c / A1C. Targetnya adalah < 7,0%, dimana
faktor resiko mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat ditekan. Lebih jauh, untuk
menurunkan resiko nefropati dan retinopati pada penderita diabetes tipe 2, A1C
disarankan < 6,5%. Untuk penderita diabetes tipe 2 dengan keadaan yang sudah
parah, serta terdapat komplikasi-komplikasi antara lain penyakit arteri koroner,
17
pernah hipoglikemia berat dan keadaan berat yang lain, target A1C adalah 7,1% -
8,5%.
Pemantauan Tekanan Darah
Penyakit kardiovaskuler merupakan komplikasi yang sering timbul pada penderita
diabetes, dan hipertensi seringkali dijumpai pula pada penderita diabetes, dan
menjadi faktor resiko terjadinya komplikasi penyakit kardiovaskuler dan
mikrovaskuler. Disarankan, tekanan darah harus selalu dikontrol secara lebih ketat
pada penderita diabetes. Didalam populasi pada umumnya untuk penderita
hipertensi, tekanan darah sistol harus dijaga selalu dibawah 140 mmHg, atau
dibawah 130 mmHg pada pasien yang lebih muda (atau bisa dicapai tanpa
pengobatan yang berat), dengan tekanan diastol dibawah 90 mmHg. Untuk
penderita diabetes, tekanan sistol harus selalu dibawah 130 mmHg, dan diastol
dibawah 80 mmHg.
Pemantauan Profil Lipid
Penderita diabetes (khususnya tipe 2) menunjukkan peningkatan prevalensi
abnormalitas dari profil lipid, yang selanjutnya berperan pada resiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler, dimana resiko tersebut 2 sampai 4 kali lipat lebih besar
apabila dibandingkan dengan yang tidak terkena diabetes. Sehingga, perlu suatu
penatalaksanaan yang agresif terhadap faktor-faktor resiko penyakit
kardiovaskuler, termasuk penatalaksanaan dislipidemia pada penderita diabetes .
Yang paling sering terjadi pada penderita diabetes tipe 2 adalah
hipertrigliseridemia, penurunan Kolesterol HDL, sedangkan kolesterol LDL
biasanya normal atau sedikit meningkat. Disarankan, saat pasien didiagnosis
diabetes, harus diperiksa pula profil lipid, dan diulang setiap tahun. Apabila ada
kelainan dan diobati, untuk memantau hasil pengobatan, maka perlu dilakukan
pemeriksaan setiap 3 sampai 6 bulan. Target yang diinginkan adalah kadar
kolesterol LDL < 100 mg/dL, kolesterol HDL > 40 mg/dL pada pria dan > 50
mg/dL pada wanita, dan trigliserida <150 mg/dL. Apabila ada komplikasi
penyakit kardiovaskuler, kadar kolesterol LDL harus < 70 mg/dL.
Pemantauan Nefropati Diabetes
18
Diagnosis penyakit ginjal kronik (CKD) ditegakkan apabila ACR > 2,0 mg/mmol
(30 ug/mg kreatinin), atau eGFR < 60 ml/min., yang dilakukan 2 – 3 kali
pemeriksaan dalam waktu 3 bulan. Pasien diabetes dengan CKD harus
memperoleh berbagai cara penanganan yang komprehensif untuk mencegah
resiko penyakit kardiovaskuler. Terapi yang dianjurkan untuk penderita diabetes
dengan CKD dimana terdapat hipertensi atau albuminuria ialah diberikan ACE
inhibitor atau ARB untuk menghambat progresifitas CKD, namun juga dianjurkan
untuk selalu memantau kadar kreatinin serum dan kadar kalium dalam 1-2 minggu
awal terapi dan saat serangan akut
Pemantauan Retinopati
Untuk mencegah retinopati, perlu dilakukan pemantauan kadar glukosa darah dan
tekanan darah yang optimal. Pada penderta diabetes tipe 1 diatas umur 10 tahun,
pemeriksaan mata harus dilakukan dalam waktu 5 tahun setelah diketahui
penyakitnya. Sedangkan penderita diabetes tipe 2 harus diperiksa oleh dokter
spesialis mata segera setelah diagnosis ditegakkan. Sebaiknya dilakukan
pemeriksaan ulang setiap tahun, atau apabila pemeriksaan terdahulu tidak
ditemukan kelainan retinopati, pemeriksaan bisa diulang setelah setiap 2-3 tahun.
Pemeriksaan ulang dilakukan lebih singkat bila ditemukan kelainan.
Pemantauan Neuropati
Salah satu faktor resiko timbulnya gangguan neuropati adalah peningkatan kadar
gula darah. Selain itu, adanya peningkatan trigliserida, obesitas, merokok dan
hipertensi juga merupakan faktor resiko penting. Kontrol kadar gula darah yang
intensif merupakan cara yang efektif untuk mencegah neuropati pada diabetes tipe
1. Pada penderita diabetes tipe 2, penurunan kadar gula darah berhubungan
dengan penurunan frekuensi timbulnya neuropati. Pada penderita diabetes tipe 2,
pemantauan neuropati perifer harus dimulai saat diagnosis ditegakkan, dan perlu
diulang setiap tahun. Pada penderita diabetes tipe 1, pemeriksaan tiap tahun
dilakukan setelah 5 tahun. Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan yang canggih,
hanya perlu pemeriksaan klinik sederhana saja, seperti misalnya tes persepsi
monofilament dan vibrasi untuk neuropati. Sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan
oleh dokter Spesialis Saraf. Pemeriksaan ini selain dapat mengidentifikasi
timbulnya neuropati, juga bisa meramalkan gangguan yang bakal terjadi dimasa
yang akan datang.
Pemantauan Ulkus
Komplikasi ulkus pada kaki menjadi masalah morbiditas yang besar pada para
penderita diabetes, dapat menambah beban biaya pengobatan, bahkan beberapa
19
penderita perlu dilakukan amputasi, serta meningkatkan mortilitas. Pengelolaan
ulkus pada kaki memerlukan pendekatan interdispliner, yang antara lain harus
dilakukan pemantauan kadar gula, pemantauan infeksi, pemantauan keadaan
vaskularisasi tungkai bawah, dan perawatan luka. Terapi dengan menggunakan
antibiotika tidak terlalu diperlukan pada ulkus neuropati yang tidak menunjukkan
adanya tanda-tanda infeksi.
Pemantauan harus dilakukan setiap tahun, dan lebih sering pada penderita resiko
tinggi. Yang dilakukan adalah memeriksa keadaan dan temperatur kulit,
abnormalitas struktural (misalnya ruang gerak sendi pergelangan kaki dan jari-
jari, callus, deformitas tulang), neuropati, penyakit arteri perifer, luka dan infeksi.
Penderita resiko tinggi perlu mendapatkan edukasi untuk selalu menghindari
trauma, memakai alas kaki yang nyaman, dan segera berobat apabila terjadi luka
di kaki. Hal ini perlu dilakukan guna mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut
sampai harus dilakukan amputasi kaki. Prinsip umum penanganannya meliputi
pemberian kompres basah, debridement jaringan yang rusak, serta mengurangi
beban pada daerah yang mengalami tekanan.
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kesehatan kerja adalah ilmu yang mendalami masalah hubungandua arah antara
pekerjaan dan kesehatan.
2.Kapasitas kerja merupakan status kesehatan kerja dan gizi kerjayang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.
3.Beban kerja merupakan beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja
terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemahdapat mengakibatkan
seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
i. Pembinaan program
iii.Peningkatan profesionalisme.
a. Promotif
b. Preventif
c.Kuratif
d.Rehabilitatif dan
e. Pelayanan Rujukan
21
B. SARAN
22
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/5704835/Makalah_Kesehatan_Kerja
file:///C:/Users/USER/Downloads/23-45-1-SM.pdf
23
24