Anda di halaman 1dari 2

ANTIFUNGAL AGENT

KLASIFIKASI ANTI FUNGAL :


(Shanbag:340) (Yagiela: 640)
1. Polien  Amfoterisin B, Nistatin
2. Azol 
a) Imidazol: (COMET-K)
- Ketokonazol
- Klotrimazol
- Mikonazol
- Butoconazol, Thioconazol  digunakan secara topikal untuk vulvovaginitis.
- Oxiconazol, Sulconazol  digunakan secara topikal untuk infeksi yang disebabkan oleh
dermatofit.
- Econazol  digunakan secara topikal untuk pengobatan infeksi dermatofit dan Candida
b) Triazol: FIT VIPRA
First Generation
- Flukonazol
- Itrakonazol
- Terconazole  disediakan dalam supositoria vagina untuk kandidiasis vagina
Second-Generation
- Voriconazole
- Posaconazol
- Isavuconazol
- Ravuconazol
- Albaconazol
3. Echinocandins (MAC)
- Caspofungin acetate
- Micafungin
- Anidulafungin

LINI PERTAMA :
Obat lini pertama adalah obat-obatan yang biasanya diresepkan untuk suatu penyakit, terutama di
daerah di mana prevalensi dan resistensinya rendah. Obat ini cenderung lebih murah dan memiliki lebih
sedikit efek samping dibandingkan obat lain yang tersedia untuk penyakit tersebut. Di daerah di mana
prevalensi dan resistensi tinggi, obat lini kedua dan/atau kombinasi obat yang umumnya digunakan.
1. Nistatin  kandidiasis oral
2. Amfoterisin B  terapi Aspergillosis invasif
3. Klotrimazol  kandidiasis orofaring, Lebih dapat ditoleransi oleh pasien karena memiliki rasa yang
lebih enak
4. Flukonazol  kandidiasis orofaring
LINI KEDUA :
Obat lini kedua adalah obat yang diresepkan jika penyakit pasien tidak lagi sensitif atau responsif
terhadap obat lini pertama. Di daerah dengan prevalensi dan resistensi penyakit yang tinggi, obat lini
kedua digunakan secara teratur dan seringkali dalam kombinasi dengan obat lain. Obat ini umumnya
lebih mahal dan mungkin memiliki efek samping lebih dibandingkan obat lini pertama.

1. Ketokonazol  Menurut Food and Drug Administration (FDA), ketoconazole tidak dapat digunakan
sebagai terapi awal untuk pengobatan kandidosis oral. Jika digunakan selama lebih dari 2 minggu oleh
pasien, studi fungsi hati direkomendasikan, karena 1 dari 10.000 mengembangkan toksisitas obat
istimewa.
2. Itrakonazol
3. Variconazol  vorikonazol dianggap sebagai alternatif yang lebih aman daripada antijamur lain
seperti amfoterisin B untuk pasien dengan risiko disfungsi ginjal atau pemberian obat nefrotoksik
secara bersamaan
4. Posaconazole  Posaconazole efektif melawan berbagai spesies Candida. Posaconazole telah
ditemukan sama efektifnya dengan flukonazol untuk pengobatan kandidiasis orofaring pada pasien
yang terinfeksi HIV. Pesokonazol memiliki kegunaan sebagai alternatif pada kandidiasis berat. Efek
Samping  Posaconazole dapat menyebabkan kelelahan, mual, diare, toksisitas hati, dan
pemanjangan interval QT.
5. Echinocandins:
- Caspofungin  diindikasikan untuk infeksi jamur yang parah, tidak toleran untuk amfoterisin B atau
azoles
- Mikafungin 
- Anidulafungin  memiliki potensi antijamur yang tinggi terhadap beberapa spesies kandidosis,
termasuk yang resisten terhadap flukonasol, amfoterisin B, atau echinocandins lainnya. Ini
perlahan-lahan terdegradasi dalam darah, menjalani proses biotransformasi daripada
dimetabolisme.
Penggunaan Terapeutik: Botol 50 mg (nama dagang disarankan Eraxis®). Aplikasi 100 mg intravena
setiap hari.
Dampak buruk: Hipotensi, muntah, sembelit, mual, demam, hipokalsemia, dan peningkatan enzim
hati.

Anda mungkin juga menyukai