Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG

SELAPUT EKSTRA EMBRIO DAN PLASENTA

L
E
H

HENDRIKUS HAKU KWUTA ( 2019280141)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS FLORES

ENDE

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada saya, sehingga tugas makalah tentang " SELAPUT EKSTRA EMBRIO DAN
PLASENTA” terselesaikan. ini saya buat berdasarkan apa yang telah saya terima dan juga
saya kutip dari berbagai sumber baik dari buku maupun dari media elektronik. Semoga isi
makalah ini dapat berguna bagi kita dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai apa saja yang ada dalam" Selaput ekstra embrio.

Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, maka dalam pembuatan
makalah ini masih banyak yang harus dikoreksi dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat dianjurkan guna memperbaiki isi makalah ini.

Ende,26 April 2021


Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C.  Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

1. Apakah yang dimaksud dengan implantasi


2. Dimana proses implantasi terjadi
3. Bagaimana perkembangan embrio
4. Bagaimana perkembangan plasenta

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan yang terjadi pada hewan biasanya diawali dengan proses fertilisasi
yaitu pertemuan antara gamet jantan dan gamet betina yang disertai dengan peleburan
inti menjadi satu yang dinamakan zigot. Fertilisasi terjadi di tuba falopi pada bagian
ampula. Zigot akan bergerak menuju uterus dengan mengalami serangkaian
pembelahan. Zigot yang sampai diuterus berupa blastosista. Zigot kemudian akan
menempel di pada dinding endometrium uterus. Selama menempel pada uterus, zigot
mengalami perkembangan mulai dengan proses blastulasi yang akan menghasilkan
blastula, dan selanjutnya mengalami gastrulasi yang akan membentuk tiga lapisan
yang disebut dengan lapisan germinal embrio. Selanjutnya lapisan germinal embrio
tersebut akan berkembang. Untuk berkembang embrio tersebut membutuhkan nutrisi.
Nutrisi yang dibutuhkan oleh embrio didapatkan dari nutrisi ibunya / induknya
melalui suatu saluran yang disebut dengan plasenta.
Pada manusia sendiri fertilisasi merupakan suatu proses awal terbentuknya suatu
kehamilan. proses ini berlanjut dengan pembelahan sampai terjadinya implantasi.
Seseorang dapat dinyatakan hamil apabila hasil konsepsi tertanam di dalam rahim ibu,
yang biasa di sebut dengan kehamilan intra uterin. Jika hasil konsepsi tertanam di luar
rahim, hal itu disebut kehamilan ekstra uterin. Apabila fertilisasi, proses pembelahan
dan implantasi tidak berlangsung baik, hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya
abortus ataupub kelainan pada bayi.
Dalam penulisan ini, semoga banyak memberikan manfaat kepada pihak yang
membaca berhubung karena didalam penulisan ini juga membahas mengenai proses
fertilisasi, implantasi, sampai terbentuknya plasenta yang erat kaitannya dengan
pertumbuhan janin pada makhluk hidup.
B. Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan implantasi
2) Dimana proses implantasi terjadi
3) Bagaimana perkembangan embrio
4) Bagaimana perkembangan plasenta
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui dan memahami maksud dari implantasi
2) Untuk mengetahui dan memahami dimana proses implantasi terjadi
3) Agar pembaca dapat mengetahui tentang perkembangan embrio
4) Agar pembaca dapat mengetahui tentang perkembangan plasenta
BAB II

PEMBAHASAN

A. Implantasi
Implantasi dapat didefinisikan sebagai proses bersarangnya embrio (tahap
blastosis) pada dinding rahim (endometrium) induk. Proses implantasi memungkinkan
embrio memperoleh nutrisi dari ii1duk serta induk memperoleh sinyal dari embrio
untuk mempertahankan status kebuntingannya. Setelah fertilisasi. zigot yang
terbentuk akan menjalani proses pembelahan menjadi embrio tahap morula dan
selanjutnya menjadi blastula (blastosis) selama perjalanannya di dalam saluran tuba
Fallopii dan uterus. Lamanya embrio berada di dalam tuba dan tahapan embrio pada
saat memasuki uterus berbeda-beda tergantung jenis hewan.
Setelah terbentuk blastosis, embrio berada dalam uterus untuk waktu yang
relatif singkat ada jenis hewan yang memiliki tipe implantasi invasive dan relatif lama
pada jenis hewan yang memiliki tipe implantasi non invasive. Perbedaan lamanya
keberadaan blastosis di dalam uterus menyebabkan perbedaan besarnya ukuran
blastosis ekspan pada saat sebelum implantasi terjadi. Pada hewan implantasi non
invasive, ukuran blastosis ekspannya relatif besar jika dibanding dengan blastosis
hewan jenis inlplantasi invasive. Bahkan pada babi, ekspansi blastosis dari ukuran 2
mm pada hari ke-6 kebuntingan dapat mencapai ulcuran 1000 mm pada hari ke 12
kebuntingan. Perkembangan ini terutama terjadi pada jaringan ekstra-embrioniknya.
Sebelum melakukan inlplantasi, blastosis harus mengalami proses hatching
(menetas) keluar dari selubung zona pelusida. Proses menetas selain akibat ekspansi
blastosis juga diakibatkan oleh enzim-enzim proteolitik yang dihasilkan oleh
trofoblast maupun endometrium. Akibatnya zona pelusida semakin menipis dan
akhirnya sobek sehingga memungkinkan embrio keluar dari zona pelusida.
Selanjutnya blastosis yang te!ah menetas (hatched) akan segera melakukan perlekatal!
dengan dinding endometrium (hewan implantasi invasive) atau melanjutkan
ekopansinya untuk kemudian baru melakukan periekatan dengan endometrium
(hewan implantasi non invasive). Periekatan terjadi antara sel-sel trofoblast
(trophectoderm) blastosis c!engan sel-sel epitel endometrium.
Pada hewan dengan implantasi invasive, dinding rahim di daerah tempat
terjadinya implantasi akan mengalami peningkatan vaskularisasi dan perubahan
komposisi matriks interseluler, perubahan morfologi sel-sel stromanya serta
peningkatan pertumbuhan kapiler-kapiler pembuluh darah. Reaksi ini dikenal sebagai
reaksi desidualisasi primer. Dalam 2-3 hari proses desidualisasi semakin meluas
(reaksi desidualisasi sekunder) untuk mempersiapkan endometrium sebagai bagian
dari plasenta. Beberapa jam setelah terjadi periekatan, permukaan epitel endometrium
pada daerah periekatan mengalami erosi. Penjuluran trofoblas menyelinap diantara
sel-sel epitel dan kemudian mencernanya. Beberapa scl-sel trofoblas menyatu
membentuk hubungan (syncytiotrophoblast), sedangkan yang lain tetap
mempertahankan keutuhan selnya (sytotrophoblast). Sel-sel sitotrofoblas bertindak
sebagai sebagai sumber proliferasi sel-sel trofoblas, sebaliknya sel-sel
sinsisiotrofoblas tidak dapat berproliferasi telapi ia hanya dihasilkan dari sel-sel
sitotrofoblas yang menyatu. Jaringan kelenjar uterus dan jaringan desidua disekitar
trofoblas embrio yang sedang implan mengalami kerusakan. Kerusakan ini
menyebabkan dikeluarkannya bahan-bahan metabolit (Iemak, karbohidrat, asam
nukleat dan protein) yang bertindak sebagai sumber nutrisi bagi embrio yang sedang
implan tersebut.
Pada hewan dengan implantasi non invasive, nutrisi selama proses implantasi
disediakan oleh sekresi kelenjar uterus (susu uterus). Dengan perlekatan yang terjadi
lebih lambat dan pertambahan ul'Uran blastosis (dalam hal ini trofoblasnya) yang
relatif besar memungkinkan peningkatan luas permukaan untuk pertukaran metabolit
dengan susu uterus terjadi. Luasnya permukaan trofoblas ini juga memungkinkan
perlekatan yang lebih ekstensif dengan permukaan uterus selama proses implantasi.
Keberhasilan proses implantasi sangat dipengaruhi oleh sinkronisasi antara
kesiapan endometrium induk dengan tahapan embrio yang sedang berkembang,
terutama pada embrio implantasi invasive dimana lama embrio bebas di dalam lumen
uterus relatif singkat serta diperlukan proses desidualisasi yang optimal pada saat
embrio melakukan perlekatan ke dinding rahim induk.

B. Tempat Implantasi
Implantasi blastosit biasanya terjadi di uterus. Jika implantasi terjadi di tempat lain,
biasanya perkembangannya mengalami komplikasi serius dalam beberapa minggu.
Implantasi intrauterine, blastosit biasanya lebih banyak menempel pada badan
endometrium, sedikit lebih sering pada posterior dari pada anterior.
Tempat terjadinya implantasi pada manusia pada bagian posterior uterus (2/3 bagian
kasus) dan pada bagian anterior uterus (1/3 bagian kasus). Daerah tempat tertanamnya
embrio ke dalam endometrium induk disebut tangkai tubuh (body stalk). Daerah ini
semula berada di atas amnion. Ketika amnion membesar, embrio bergeser dari tangkai
tubuh, sehingga berada di posterior (kauda). Tangkai tubuh akan mengalami
pemanjangan dan perampingan menjadi tali pusat. Tempat imlantasi blastosit dapat
terjadi di ekstrauterin yang akan menyebabkan terjadinya kehamilan luar rongga
rahim, yang disebut dengan kehamilan ectopic

C. Proses Tertjadinya Implantasi


Beberapa jam pasca fertilisasi, penyatuan nuklei akan membentuk zigot dan
selanjutnya dalam waktu 3 – 4 hari sudah terbentuk sebuah masa solid berbentuk
seperti bola yang disebut morula. Morula dengan cepat berjalan didalam Tuba Falopii
menuju rongga uterus. Selama perjalanannya, melalui kanalikuli zona pellucida
masuk sejumlah cairan membentuk rongga cairan dalam morula sehinga terbentuk
blastosis. Setelah mencapai rongga rahim, zona pellucida mengembang dan menipis.
Blastosis akan menempel dan segera masuk kedalam stroma endometrium. Sekitar
50% bagian blastosis berada dalam endometrium. Peristiwa terpautnya blastosis pada
stroma endometrium uterus induk disebut implantasi (nidasi). Penempelan blastosis
pada dinding endometrium yang terjadi pada hari ke 6-7 (akhir minggu pertama )
Bagian yang pertama kali menyentuh endometrium uterus adalah kutub animal (kutub
embrionik), yaitu kutub tempat terdapatnya inner cell mass. Pada waktu itu sel-sel
trofoblas mensekresikan enzim-enzim proteolitik yang akan menghancurkan
epitelium uterus sebagai jalan untuk penetrasinya zigot ke dalam endometrium.
Setelah terbentuk “jalan masuk”, Sel trofoblas superfisial mengalami diferensiasi
menjadi sitotrofoblas (lapisan dalam) dan sinsitiotrofoblas ( lapisan luar ).
Perkembangan embrio manusia pada hari ke-8, blastosis tertanam di dalam stroma
endometrium. Trofoblas berdiferensiasi menjadi dua lapisan yaitu sitrotrofoblas dan
sinsitrofoblas. Embrioblas juga berdiferensiasi menjadi sel kecil kuboid
berdampingan dengan rongga blastosis(hipoblas) dan satu lapisan sel silinder tinggi
bersebelahan dengan ruang amnion (epiblas). Pembentukan cakram datar (cakram
mudigah bilaminer). Rongga kecil muncul di dalam epiblas menjadi rongga amnion.
Sroma endometrium tempat implantasi dan sekitarnya tampak edema dan
hipervaskuler. Kelenjarnya berkelok-kelok dan mengeluarkan banyak glikogen dan
mucus.
Perkembangan embrio manusia pada hari ke-9, blastosis semakin dalam terbenam
didalam endometrium. Trofoblas mengalami perkembangan pada kutub embrionalnya
dimana vakuola-vakuola pada sinsitrofoblas dan membentuk lacuna-lakuna (tahap
lakunasi). Pada kutub abembrional terbentuk selaput tipis (selaput eksoselom) yang
melapisi sitotrofoblas. Selaput ini bersama hipoblas membentuk rongga ekoselom
(yolk sac /kantung kuning telur).
Blastosis telah terbenam seluruhnya pada hari ke-10-12. Pada saat yang sama, sel-sel
sinsitrofoblas menembus lebih dalam ke stroma dan merusak lapisan endotel kapiler
ibu. Pembuluh darah ini tersumbat dan kemudian melebar(sinusoid). Karena trofoblas
terus merusak sinusoid, darah ibu mulai mengalir melalui sistem trofoblas sehingga
terjadi sirkulasi uteroplasma.Sekelompok sel baru muncul di antara permukaan dalam
trofoblas dan permukaan luar rongga eksoselom yang berasal dari yolk sac
membentuk jaringan penyambung halus dan longgar = mesoderm ekstraembrional =
selom ekstraembrional = rongga korion.

D. Jenis-Jenis Implantasi
Berdasarkan kedalaman proses implantasi bisa kita bedakan atas tiga yaitu implantasi
interstitial/profundal, eksentrik dan superfisialisentral. Implantasi profundal dan
eksentrik terjadi pada hewan-hewan dengan proses inlplantasi secara invasive
sedangkan implantasi superfisial terjadi pada hewan-hewan dengan proses implantasi
secara non invasive. Implantasi interstisial terjadi pada manusia, sipanse dan marmut
dimana invasi embrio merusak jaringan 'stroma uterus sedemikian dalam kemu
dianembrio masuk kedalam stroma dan permukaan uterus akan menutup daerah bekas
masuknya embrio. Pada implantasi eksentrik seperti pada monyet resus, anjing,
kucing dan tikus, kerusakan stroma terjadi hanya sebagian dan embrio yang
berkembang masih berhubungan dengan lumen uterus. Pada implantasi superfisial
seperti pada kuda, babi,sapi, domba dan kambing, perlekatan hanya terjadi pada
permukaan uterus dan relatif tidak terjadi

E. Selaput Ekstra Embrionik


Selama perkembangan embrional, terbentuk beberapa selaput yang berasal dari
embrio letapi terletak di luar tubuh embrio dan tidak menjadi bagian dari tubuh
embrio. Selaput ini disebut selaput ekstra embrionik. Meskipun nantinya tidak
menjadi bagian dari tubuh embrio, akan tetapi selaput ini memiliki peranan yang
sangat penting bagi perkembangan embrio. Selaput ekstra embrionik berfungsi
sebagai media perantara bagi pertukaran zat serta perlindungan bagi embrio. Pada
reptil dan unggas, selaput ekstra embrionik memberikan perlindungan di sebelah
dalam disamping kerabang telur di sebelah luarnya. Pada mamalia, selaput ekstra
embrionik fetus bersama-sama dengan endometrium induk merupakan bag ian
integral dari sistem plasenta. Secara umum perkembangan selaput ekstra embrionik
pada mamalia serupa dengan unggas kecuali jika disebutkan khusus.
Terdapat empat macam selaput ekstra embrionik, yaitu kantung kuning telur, anmion,
korion dan alantois. Keempat macam selaput ini sebenarnya terbentuk dari dua lapis
yaitu dari lapis ektoderm dengan mesoderm somatis (somatopleura) untuk amnion dan
korion serta darllapis endoderm dengan mesoderm splanknis (splanknopleura) untuk
kantung kuning telur dan alantois.
 Membran ekstra embrionik merupakan perluasan – perluasan berlapis
membran dari jaringan-jaringan embrio. Pada dasarnya membran – membran
tersebut adalah lipatan-lipatan yang pada akhirnya tumbuh mengelilingi
embrio dan menghasilkan empat kantung pada embrio yang sedang tumbuh.
Selaput ekstra embrionik berasal dari embrio yang terletak di luar tubuh
embrio dan tidak menjadi bagian dari embrio. Fungsi selaput ekstra embrionik
sebagai media perantara pertukaran zat dan pelindung embrio.
 Pada saat blastosista itu terimpantasi di uterus, massa sel bagian dalam
membentuk cakram pipih dengan lapisan sel bagian atas (epiblas), dan lapisan
sel bagian bawah (hipoblas). Embrio berkembang secara keseluruhan dari sel-
sel epiblas, sementara sel-sel hipoblas membentuk kantung kuning telur.
 Korion berkembang dari trofoblas, secara sempurna mengelilingi embrio dan
membran ekstra embrionik lainnya. Amnion mulai terbentuk sebagai sebuah
kubah diatas epiblas yang memperbanyak diri dan akhirnya meneyelimuti
embrio dengan rongga amnion yang penuh dengan cairan (cairan ini berupa air
yang keluar dari vagina induk ketika amnion pecah persis sebelum kelahiran).
Membran kantung kuning telur pada mamalia merupakan tempat pembentukan
awal sel-sel darah merah, yang kemudian bermigrasi kedalam proper embrio.
 Alantois, berkembang sebagai kantung dari luar perut rudimenter embrio.
Alantois digabungkan ke dalam tali pusar, dimana alantois membentuk
pembuluh darah yang mengangkut oksigen dan nutrient dari plasenta ke
embrio dan mengeluarkan karbon dioksida serta limbah bernitrogen dari
embrio.

F. Perkembangan Plasenta
Plasenta adalah suatu struktur yang khas terdapat pada mamalia yang perkembangan
embrionya terjadi di dalam uterus (intra-uterin). Plasenta dapat didefinisikan sebagai
suatu kesatuan (struktur dan hubungan) antara selaput ekstraembrionik fetus (dalam
hal ini korion atau korioalantois) dengan endometrium induk. Plasenta berfungsi
sebagai :
sarana selektif bagi pertukaran fisiologis (nutrisi,gas, hormon dli) antara fetus
dengan induk
organ endokrin (penghasil hormon) penting selama kebuntingan
pencegah (barrier) bagi percampuran langsung antara darah fetus dengan
darah induk

Sebelum plasenta terbentuk atau berfungsi secara sempurna, embrio memperoleh


sumber nutrisi dan metabolit untuk perkembangan dari sekresi kelenjar uterus
(susu uterus) atau "jus" jaringan desidua. Sumber nutrisi ini dikenal sebagai
histotrof. Setelah terbentuk plasenta, a sumber nutrisi secara bertahap akan
beralih dari histotrof kepada hemotrof (sumber nutrisi yang berasal dari darah
induk).

Plasenta merupakan suatu struktur yang cukup bervariasi antar spesies. Terdapat
banyak jenis plasenta tergantung dari sudut pandangnya.

Berdasarkan variasi bentuk makroskopis serta daerah perlekatan korion dengan


endometrium dapat dibedakan empat jenis plasenta yaitu :

1. Plasenta difusa
Plasenta tipe ini memiliki viIi-viIi korion yang halus dan menyebar merata
serta daerah perlekatan korion dengan endometrium pada seluruh
permukaan korion. Plasenta jenis ini terdapat pada kuda dan babi
2. Plasenta Kotiledonaria
Pada plasenta tipe ini vili-vili korion tidak menyebar merata tetapi
berkelompok-kelompok pada daerah yang lerpisdl-pisah yang disebut
kotiledon. Bagian korion (kotiledon) inilah yang akan berlekatan dengan
karunkula karunkula ini disebut plasentom. Contoh hewan dengan tipe
placenta ini adalah jenis ruminansia
3. Plasenta Zonaria
Pada plasenta tipe ini pengelompokan viIi-viIi korion terdapa: pada
sepertiga daerah tengah korion seperti pita (handuk) yang menyelubungi
permukaan korion. Perlekatan terjadi pada daerah tersebut.Contoh hewan
dengan plasenta tipe ini adalah jenis karnivora
4. Plasenta Tipe Diskoidal
Pada plasenta tipe ini, pengelompokan viIi-viIi korion membentuk suatu
daerah seperti cakram (disc) dimana perlekatan korion dengan
endometrium terjadi pada daerah ini. Plasenta diskoidal !unggal terdapat
pada manusia dan rodensia sedangkan diskoidal ganda terdapat pada
monyet
Berdasarkan hubungan korion dengan endometrium yang dilihat secara
mikroskopis (histologis) dapat dibedakan atas empat macam plasenta,
yaitu plasenta epiteliokorial, sindesmokorial, endoteliokorial, dan
hemokoriaL Pada placenta epiteljokoriai, dinding endometrium induk
tidak mengalami peluruhan sehingga epitel endometrium induk berkkatan
dengan brion fetus. Contoh hewan dengan plasenta jenis ini adalah kuda
dan bahi. Pada plasenta sindesmokorial, sebagian epitel endometrium
induk mengalami peluruhan pada saat implantasi sehingga jaringan
penunjang endometrium berlekatan dengan korion fetus. Contoh hewan
dengan jenis plasenta seperti ini adalah jenis ruminansia. Pada plasenta
endoteliokoriol, epitel maupun jaringan penunjang endometrium induk
mengalami peluruhan pada saat implantasi sehingga endotel (dinding)
pembuluh darah induk langsung berlekatan dengan korion fetus. Contoh
bewan dengan plasenta seperti ini adalah jenis karnivora. Pada plasenta
hemokorial, selain epitel dan jaringan penunjang endometrium, endotel
pembuluh darab induk juga mengalami kerusakan sebingga darah keluar
dari pembulub darab dan membuat genangan-genangan (lakuna-Iakuna)
darah. Jadi pada plasenta tipe ini darah induk langsung berhubungan
dengan korion. Plasenta illi terdapat pada manusia dan rodensia.
Berdasarkan luruh tidaknya jaringan endometrium induk pada saat
implantasi atau partus, piasenta dapat dibedakan atas: plasenta adesiduata
(a=tidak, decidius=lurub), semi desidllata dan desidllata. Plasenta
adesiduata terdapat pada kuda dan babi, semidesiduata pada ruminansia
dan desiduata pada karnivora.

G. Perkembangan Embrio
Embrio pertama kali dapat dikenali didalam blastosis sekitar 10 hari setelah
pembuahan. Kemudian mulai terjadi pembentukan daerah yang akan menjadi otak
dan medulla spinalis, sedangkan jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk pada
hari ke 16-17. Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari ke
20 dan hari berikutnya muncul sel darah merah yang pertama. Selanjutnya, pembuluh
darah terus berkembang di seluruh embrio dan plasenta. Organ-organ terbentuk
sempurna pada usia kehamilan 12 minggu (10 minggu setelah permbuahan), kecuali
otak dan medulla spinalis, yang terus mengalami pematangan selama kehamilan.
Kelainan pembentukan organ (malformasi) paling banyak terjadi pada trimester
pertama (12 minggu pertama) kehamilan, yang merupakan masa-masa pembentukan
organ dimana embrio sangat rentan terhadap efek obat-obatan atau virus. Karena itu
seorang wanita hamil sebaiknya tidak menjalani immunisasi atau mengkonsumsi
obat-obatan pada trimester pertama kecuali sangat penting untuk melindungi
kesehatannya. Pemberian obat-obatan yang diketahui dapat menyebabkan malformasi
harus dihindari.
Pada awalnya, perkembangan embrio terjadi dibawah lapisan rahim pada salah satu
sisi rongga rahim, tetapi pada minggu ke 12, janin (istilah yang digunakan setelah usia
kehamilan mencapai 8 minggu) telah mengalami pertumbuhan yang pesat sehingga
lapisan pada kedua sisi rahim bertemu (karena janin telah memenuhi seluruh rahim).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fertilisasi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani/sperma dengan sel telur di
tuba fallopi. Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (Coitus), dengan ejakulasi
sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan
mani yang berisi sel-sel sperma kedalam saluran reproduksi wanita.
Sementara implantasi merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi
ke dalam endometrium. Plasenta menghasilkan hormon untuk membantu memelihara
kehamilan dan memungkin perputaran oksigen, zat gizi serta limbah antara ibu dan
janin.
Embrio pertama kali dapat dikenali didalam blastosis sekitar 10 hari setelah
pembuahan. Kemudian mulai terjadi pembentukan daerah yang akan menjadi otak
dan medulla spinalis, sedangkan jantung dan pembuluh darah mulai dibentuk pada
hari ke 16-17. Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari ke
20 dan hari berikutnya muncul sel darah merah yang pertama. Selanjutnya, pembuluh
darah terus berkembang di seluruh embrio dan plasenta.
DAFTAR PUSTAKA

Alfred Nubatonis. 2012.Implantasi Kharis setiyawan, 2012. Biologi Impalntasi (nidasi) dan
Plasenta. http://goth-id.blogspot.com/2012/04/implantasi-nidasi-dan-plasentasi.html. Diakses
tanggal 21 Januari 2017 Rina Ugha. 2015 Implantasi dan Plasenta http://goth-
id.blogspot.com/2015/04/implantasi-dan-plasentasi.html.Diakses tanggal 21 Januari 2017.

Anda mungkin juga menyukai