Komunitas
Komunitas
OLEH :
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah
Keperawatan Komunitas tentang ‘‘Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3)’’ ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tujuan Makalah ini dibuat
agar pembaca dapat memperluas pengetahuan serta memahami materi
yang kami sajikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur, serta menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik,
mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan
lingkungan (Sucipto, 2014).
Era globalisasi, K3 telah menjadi sebuah kebutuhan dalam setiap bagian
kerja baik yang berada dilapangan ataupun didalam ruangan. K3 adalah suatu
bentuk usaha atau upaya bagi para pekerja untuk memperoleh jaminan atas
keselamatan dan kesehatan kerja dalam melakukan pekerjaan yang dapat
mengancam dirinya baik berasal dari individu maupun lingkungan kerjanya.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23
menyatakan bahwa upaya K3 harus diselengarakan disemua tempat kerja,
khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan. Rumah
sakit dan klinik termasuk dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai
ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya
karyawan yang bekerja, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah
sakit dan klinik (Yuwono & Yuanita, 2015).
1
mempengaruhi kepuasan kerja (Indrawati dkk, 2017).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari K3?
2. Teori apa saja yang melatarbelakangi K3?
3. Apa saja teori kecelakaan kerja?
4. Apa saja model dalam K3?
5. Bagaimana konsep keperawatan K3?
6. Bagaimana aplikasi kesehatan dan keselamatan kerja dalam keperawatan
7. Apa fungsi dan tugas perawat dalam K3?
8. Apa saja program K3?
9. Bagaimana pengelolaan K3 pada komunitas?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana konsep dari Kesehatan dan keselamatan di
dalam lingkungan kerja.
2. Tujuan Khusus
Untuk menjelaskan pengertian dari K3, teori yang terdapat dalam K3, teori
kecelakaan kerja ,model yang dipakai dalam K3 serta fungsi dan tugas
perawat dalam K3,Program K3, pengelolaan K3 pada komunitas.
D. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai wawasan dan bahan acuan
dalam managemen dan pengetahuan mengenai Kesehatan keselamatan kerja
(K3).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pencegahan terhadap kecelakaan dan muculnya penyakit akibat kerja
yang dilakukan.
3) Dari sudut pandang ilmu hukum
Dari sudut pandang ilmu hukum K3 didefiniskan sebagai sebagai
upaya perlindungan terhadap tenaga kerja serta orang lain yang berada
di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat, serta sumber
sumber produksi dapat dijalankan secara aman, produktif dan efisien.
4
karena pekerjaannya. Kenyataan ini memperlihatkan bahwa K3 tidak hanya perlu
diterapkan pada dunia kerja saja tetapi juga di dalam kehidupan sehari-hari.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian yang sangat penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itu, dibuatlah berbagai ketentuan yang mengatur
tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Berawal dari adanya Undang- Undang
Nomor 14 Tahun 1969 tentang Pokok-Pokok Ketenagakerjaan yang dinyatakan
dalam Pasal 9 bahwa “setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas
keselamatan, kesehatan dan pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai
dengan harkat, martabat, manusia, moral dan agama”. Undang-Undang tersebut
kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
5
1. Jenis Penyebab Kecelakaan Kerja
Berdasarkan asalnya, penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi menjadi 3,
yaitu T-O-P (teknis, organisasional, dan personel). Berikut adalah penjelasan
T-O-P:
a. Teknikal : yaitu segala hal yang berkaitan dengan perangkat keras
seperti mesin, alat, transportasi, dan lain-lain
b. Organisasional : yaitu segala hal yang berkaitan dengan sistem
manajemen seperti prosedur, instruksi kerja, rambu-rambu, dan lain-
lain
c. Personel : yaitu segala hal yang berkaitan dengan sifat manusia
seperti sifat tergesa-gesa, sifat pelupa, menegur ketika tidak aman,
dan lain-lain.
2. Fase Perkembangan Teori Kecelakaan Kerja
Menurut OHS Body of Knowledge dalam seri Models of Causation:
Safety, 8 teori penyebab kecelakaan kerja menjadi contoh dari 3 fase
perkembangan teori:
a. Fase Model Simpel Linear : Pada fase ini, para ahli berpendapat
bahwa kecelakaan merupakan gabungan dari rangkaian kejadian yang
berinteraksi secara berurutan dengan yang lain sehingga kecelakaan
bisa dihindari dengan menghilangkan salah satu penyebab dalam
urutan linear tersebut.
b. Fase Model Kompleks linear : model ini berdasarkan dari anggapan
bahwa kecelakaan merupakan hasil dari kombinasi tindakan tidak
aman dan kondisi bahaya laten dalam sistem yang mengikuti garis
lurus. Faktor yang terletak paling jauh dari kecelakaan dijadikan
sebagai perilaku dari organisasi atau lingkungan dan faktor di sisi
lainnya sebagai perilaku manusia di mana pada titik itu manusia
memiliki interaksi paling dekat kepada kecelakaan. Model ini
berpendapat bahwa kecelakaan dapat dicegah dengan fokus kepada
memperkuat penghalang dan pertahanan.
c. Fase Model kompleks non-linear: model ini menyatakan bahwa
kecelakaan sebagai hasil dari kombinasi berbagai macam variable
yang berinteraksi secara mutual dan terjadi dalam lingkungan dunia
6
yang nyata. Menurut Hollnagel, hanya dengan melalui pengertian
terhadap kombinasi dan interaksi dari beberapa faktor ini, kecelakaan
dapat dimengerti dan dicegah.
7
3. Model Teori Kecelakaan Kerja
a. Model Simple Linear
1) Teori Domino Heinrich
Teori Domino Heinrich merupakan teori penyebab kecelakaan pertama
yang menggunakan prinsip sekuensial (berurutan). Model ini
menyatakan bahwa faktor-faktor penyebab kecelakaan tersusun secara
berurutan dalam satu garis seperti domino. Menurut Heinrich,
kecelakaan adalah salah satu faktor dari 5 faktor yang akan membawa
kepada luka.
a) Lingkungan sosial/asal (ancestry)
b) Kesalahan manusia
d) Kecelakaan
e) Luka
b.
Gambar
Model Urutan Waktu
3) Model Epidemiologikal
Model kecelakaan epidemiologikal dapat dilacak dari studi epidemiologi
penyakit dan penelitian dari faktor penyebab pada perkembangan mereka. Gordon
(1949) menyadari bahwa “Luka, meskipun berbeda dari penyakit, sebenarnya
sama-sama rentan dengan menggunakan pendekatan ini, berarti pengertian kita
terhadap kecelakaan dapat ditingkatkan dengan menganggap bahwa kecelakaan
disebabkan oleh kombinasi dari 3 sumber: manusia, agen, dan lingkungan.
Benner (1975) seorang praktisi faktor manusia pada psikologi mengajukan
model penyebab kecelakaan dengan prinsip epidemiologikal. Model ini
10
menyatakan bahwa kecelakaan merupakan kombinasi dari faktor lingkungan dan
agen yang memiliki efek negative kepada organisme.
4) Model Sistemik
Pada tahun 1980, peneliti-peneliti di bidang keselamatan kerja menyadari
bahwa model kecelakaan yang sebelumnya tidak mencerminkan realitas dari
fenomena kecelakaan. Banner (1984) menyatakan bahwa realitas yang ada
harusnya juga mengakomodasi kejadian yang non-linear.
Model kecelakaan sistemik menguji ide bahwa kegagalan sistem lebih
berkontribusi terhadap kegagalan manusia dalam kecelakaan kerja. Model ini
menyatakan bahwa kecelakaan tidak terjadi dalam lingkungan sistemik yang
terisolasi. James Reason (1990) menerima bahwa kecelakaan tidak melulu
disebabkan oleh kesalahan individu (active errors) tetapi juga terletak pada faktor
organisasional yang sistemik dan lebih luas (latent condition). Reason
mengeluarkan model yang disebut Swiss Cheese Model.
11
Model Swiss Cheese kemudian dikembangkan menjadi “Reason model on
Systems Safety”. Model ini memberikan dampak besar dalam dunia keselamatan
dan kesehatan kerja karena telah membuat fokus investigasi berubah dari
menyalahkan individu kepada pendekatan yang tidak menyalahkan; dari
pendekatan personel ke pendekatan sistem; dari kesalahan aktif ke laten; dan dia
fokus kepada bahaya, pertahanan, serta kerugian.
D.
Konsep Keperawatan K3
Semua pihak perlu memahami peran perawat kesehatan kerja di tempat
kerja termasuk rumah sakit. Peranan itu harus meliputi semua faktor yang
mempengaruhi kesehatan seseorang di tempat kerja. Perawat harus bersikap pro-
aktif dan luwes untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja di tempat
kerja. Konsep kesehatan dan keselamatan kerja dalam keperawatan mungkin
mempengaruhi praktik keperawatan dan harus sesuai dengan kebutuhan perawat
13
itu sendiri dan klien dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kesehatan dan
keselamatan kedua belah pihak tersebut.
Perawat yang bermutu adalah praktisi mandiri yang mampu melaksanakan
banyak tugas secara sendirian atau menjadi bagian tim yang besar yang terdiri atas
dokter, higienis, petugas keselamatan, dan lain-lainnya. Dia akan melakukan
berbagai fungsi, seperti mengenal dan mengendalikan bahaya, memberikan
konseling, promosi kesehatan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini,perawat
memegang peranan yang cukup besar dalam upaya pelaksanaan dan peningkatan
K3. Sedangkan dalam pelaksanaannya, perawat tidak dapat bekerja secara
individual. Perawat perlu untuk berkolaborasi dengan pihak-pihak lintas program
maupun lintas sektor.
Utamanya, konsep K3 dalam pemberian asuhan keperawatan adalah usaha
mencegah (sarana utama) terjadinya kecelakaan (kecacatan) dan penyakit akibat
memberikan asuhan keperawatan kepada klien agar perawat dan klien selalu
dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber asuhan keperawatan
dapat digunakan secara aman dan efisien.
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan tentu seorang perawat dank lien
berpotensi untuk mengalami risiko dan hazard akibat dari asuhan keperawatan.
Risiko merupakan sebagai suatu kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa
yang berhubungan dengan cedera parah atau sakit akibat sesuatu (kerja) dan
terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya menurut OHSAS 18001:2007.
Risiko juga dapat diartikan bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi
akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang.
Selain risiko, seorang perawat dank lien juga dihadapkan pada bahaya atau
hazard akibat asuhan keperawatan. Hazard merupakan semua sumber, situasi
ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) atau
penyakit akibat kerja berdasarkan OHSAS 18001:2007. Hazard juga dapat di
definisikan sebagai keadaan yang dapat menimbulkan atau meningkatkan
terjadinya kerugian (chance of loss) dari suatu bencana yang terjadi. Hal-hal
seperti pemeliharaan rumah-tangga yang buruk, jalan raya yang rusak berlobang,
mesin yang tidak terawat, dan pekerjaan yang berbahaya adalah hazards, karena
itu semua merupakan keadaan yang dapat meningkatkan terjadinya kerugian.
Macam hazard yang dapat dialami oleh perawat antara lain:
14
1. Hazard bilogis : Terpapar dengan penyakit menular, missal TBC, HIV
AIDS, Hepatitis B dan C, Clostridium Difficile, dan lain-lain.
2. Hazard kimia : Antineoplastic agents. ethylene oxide, anesthetic gases,
formaldehyde, glutaraldehye, elemental mercury.
3. Hazard fisik: Suhu, tekanan, getaran, pencahayaan, dan radiasi.
4. Hazard ergonomic : Mengangkat beban berat, melakukan gerakan yang sama
berulang-ulang, posisi canggung (meraih di atas ketinggian bahu, berlutut,
jongkok, membungkuk di samping tempat tidur, memutar badan sambil
mengangkat).
5. Hazard psikologi : Ketidakstabilan emosi, gangguan tidur, perawat mungkin
merasa terisolasi, letih, marah, dan tidak berdaya karena rasa depersonalisasi
yang diciptakan oleh sistem birokrasi yang besar.
15
1) Sarung tangan, gaun, masker wajah, topi, kacamata googles.
2) Gunakan APD ini sesuai dengan sifat interaksi kliendan potensi paparan
darah, cairan tubuh atau agen infeksi.
3) Buang APD sebelum meninggalkan kamar atau area klien dalam situasi
yang kemungkinan kontak dengan: darah, cairan tubuh lain, membrane
mukosa, kulit yang tidak utuh atau bahan yang berpotensi menular.
4) Tidak memakai sarung tangan yang sama untuk perawatan lebih dari satu
klien mencuci sarung tangan untuk tujuan penggunaan kembali.
5) Untuk melindungi kulit dan pakaian selama prosedur atau kegiatan dimana
kontak dengan darah atau cairan tubuh di antisipasi.
6) Jangan memakai gaun yang sama untuk perawatan lebih dari satu klien
gunakan perlindungan mulut, hidung dan mata selama prosedur yang
cenderung menghasilkan percikan atau semprotan darah atau cairan tubuh
lainnya.
c. Injection Safety
Penggunaan jarum suntik tunggal, baik jarum maupun spuitnya
digunakan 1 klien 1 obat. Kemudian persiapan obat sebisa mungkin dekat
dengan persediaan atau peralatan yang digunakan untuk mengoplos. Berikut
langkah praktek injeksi yang aman:
1) Gunakan teknik aseptik (menyiapkan obat)
2) Jangan pernah berikan obat dari jarum suntik yang sama ke beberapa
klien (bahkan jika suntikan diberikan melalui selang intravena panjang)
3) Jangan menggunakan kembali syringe untuk memasukkan botol atau
larutan obat
4) Jangan berikan obat dari botol tunggal, ampul, atau kantong atau botol
larutan intravena ke lebih dari satu klien
5) Tutup jarum dengan satu jari
6) Buang jarum suntik bekas
d. Environmental Cleaning
Berbicara mengenai kebersihan lingkungan, baik lingkungan yang
ditempati klien selama berada di rumah sakit maupun peralatan klien harus
bersih, misalnya linen yang digunakan klien. Fokus utamanya pada
16
permukaan yang dekat dengan klien dan yang sering disentuh. Kebersihan
lingkungan juga berhubungan dengan desinfeksi dan sterilisasi.
Desinfeksi umumnya merupakan proses yang kurang mematikan dari
inaktivasi mikroba dibandingkan dengan sterilisasi yang menghilangkan
hampir semua mikroorganisme patogen.
Desinfeksi maupun sterilisasi melibatkan tindakan fisik scrubbing dengan
surfaktan atau deterjen dan air, atau proses berbasis energi (misalnya,
pembersih ultrasonik) dengan bahan kimia yang tepat.
e. Medical Equipment
1) Peralatan medis diberi label oleh produsen sebagai alat yang hanya
dapat digunakan kembali atau sekali pakai, sehingga siapapun yang
menggunakannya harus teliti membacanya.
2) Semua peralatan medis yang dapat digunakan kembali harus
dibersihkan dan dipelihara sesuai dengan instruksi pabrik untuk
mencegah penularan agen infeksi klien-ke-klien
f. Respiratory Hygiene/Cough Etiquette
1) Tutup mulut / hidung saat batuk atau bersin
2) Gunakan tissue atau saputangan saat batuk atau bersin
3) Cuci tangan setelah tangan telah bersentuhan dengan sekresi pernapasan
4) Menyediakan wadah tanpa sentuhan untuk membuang tissue
5) Menawarkan masker
2. Hazard kimia
Hal yang perlu dilakukan untuk mecegah bahaya ini sampai pada klien dan
perawat adalah
a. Pendidikan pada petugas
b. Memakai gaun non-permeabel dan sarung tangan ganda
c. Kontrol lingkungan
d. Penanganan tumpahan yang tepat
3. Hazard fisik
Hal yang perlu dilakukan untuk meminimalkan atau bahkan meniadakan
dampak dari hazard fisik ini adalah sebagai berikut:
17
a. Melengkapi pakaian kerja/perlindungan dari radiasi dengan kacamata
timah dan baju apron dan pelindung leher dari apron
b. Klien diberi pembatas leher dan sudut hamburan serta pemilihan tegangan
tabung.
c. Substitusi
d. Kontrol lingkungan
4. Hazard ergonomic
Yang dapat dilakukan untuk meminimalkan bahaya ini adalah dengan
menggunakan posisi yang efektif dan efisien. Misalnya dalam memindahkan
klien, yang harus kita perhatikan adalah:
a. Tidak memindahkan/mengangkat klien pada saat kehilangan
keseimbangan.
b. Mengangkat klien dengan mendekatkan ke tubuh
c. Tidak mengangkat sendiri
d. Hindari mengangkat klien dengan tulang belakang diputar.
e. Pelatihan kapan dan bagaimana menggunakan peralatan mekanik.
5. Hazard psikologi
Untuk mengurangi terjadinya hazard ini, yang dapat dilakukan adalah:
a. Rapat staf yang dijadwalkan secara berkala
b. Pengembangan program manajemen stres dan mekanisme koping yang
memadai
c. Tersedianya program bantuan karyawan
d. Fleksibilitas dan partisipasi pekerja dalam pengembangan jadwal kerja
e. Pelatihan dan sesi pendidikan yang tepat
f. Penciptaan lingkungan kerja yang terorganisir dan efisien
g. Pengakuan dan tindakan yang tepat atas keluhan yang sah
h. Grup terapi / kelompok dukungan untuk staf yang menangani masalah
profesional yang sulit.
F. Fungsi dan Tugas Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Fungsi Perawat
a. Mengkaji masalah kesehatan
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan tehadap pekerja
d. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan
18
2. Tugas Perawat
a. Mengawasi lingkungan pekerja
b. Memelihara fasilitas kesehatan rumah sakit
c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
d. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan
pekerja
e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah
f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan keselamatan
dan kesehatan kerja (k3) terhadap pekeja
g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja
dan keluarganya
i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
j. Mengoordinasi dan mengawasi pelaksaan keselamatan dan kesehatan
kerja (k3)
Menurut American Association of Occupational Health Nurses, ruang
lingkup pekerjaan perawat hiperkes adalah :
a. Health promotion / Protection
Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga
kerja akan paparan zat toksik di lingkungan kerja. Merubah faktor life
style dan perilaku yang berhubungan dengan resiko bahaya kesehatan.
b. Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance
Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis
pekerjaannya.
c. Workplace Surveillance and Hazard Detection
Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional
lain dalam penilaian dan pengawasan terhadap bahaya.
d. Primary Care
Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan
kecelakaan pada tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan,
pengobatan, rujukan dan perawatan emergensi.
e. Counseling
19
Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan
kesehatannya dan membantu untuk mengatasi dan keluar dari situasi
krisis.
f. Management and Administration
Acap kali sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan tanggung-
jawab pada progran perencanaan dan pengembangan, program
pembiayaan dan manajemen.
g. Research
Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan,
mengenali faktor – faktor yang berperanan untuk mengadakan
perbaikan.
h. Legal-Ethical Monitoring
Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang lingkup
pelayanan kesehatan pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan,
mampu menjaga kerahasiaan dokumen kesehatan tenaga kerja.
i. Community Organization
Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada
tenaga kerja. Perawat hiperkes yang bertanggung-jawab dalam
memberikan perawatan tenaga kerja haruslah mendapatkan petunjuk-
petunjuk dari dokter perusahaan atau dokter yang ditunjuk oleh
perusahaan. Dasar-dasar pengetahuan prinsip perawatan dan
prosedur untuk merawat orang sakit dan korban kecelakaan adalah
merupakan pegangan yang utama dalam proses perawatan yang
berdasarkan nursing assessment, nursing diagnosis, nursing
intervention dan nursing evaluation adalah mempertinggi efisiensi
pemeliharaan dan pemberian perawatan selanjutnya.
G. Program K3
Sebuah organisasi perusahaan perlu mengembangkan strategi perencanaan
yang baik dalam menerapkan aspek K3 melalui program-program yang disusun
berdasarkan prinsip yang terencana dan terarah. Dalam sebuah sistem manajemen,
perencanaan sebuah program harus mempertimbangkan prinsip
SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realiable, Timetable). Sebuah
program K3 harus bersifat spesifik yang berarti bahwa program-program yang
20
dibuat sedapat mungkin tidak menimbulkan kebingunan bagi pihak yang diberi
tugas untuk melaksanakannya, mudah terukur dalam hal pencapaian hasilnya
dengan ditetapkannya target dan indikator keberhasilan pencapaiannya. Sebuah
program K3 juga harus bersifat mudah untuk dilaksanakan sehingga dapat
berjalan efektif dan efisien sesuai dengan kemampuan perusahaan serta realistis
dalam hal pembiayaan dan kemampuan orang yang melaksanakannya dengan
jangka waktu yang telah ditetapkan.
Berikut ini beberapa contoh program K3 yang biasanya dibuat oleh
profesional. Program K3 ini bisa diimplementasikan di berbagai tempat kerja seperti
rumah sakit, pabrik, gedung, proyek konstruksi, hingga di sekolah, dan masih
banyak lagi. Berikut ulasan lengkapnya :
1. Program identifikasi bahaya dan penilaian risiko
Program ini, adalah program K3, yang biasanya paling dasar dan cukup
berpengaruh terhadap program program lain. Di program K3 ini, pekerja
diharuskan bisa sebutkan seluruh kegiatan di tempat kerjanya, termasuk yang
ruin maupun non rutin, serta dalam kondisi darurat untuk identifikasi potensi
bahaya dan resikonya.
Selanjutnya setelah berhasil mengidentifikasi, dilanjutkan dengan
perencanaan pengendalian terhadap risiko yang ada. Contoh dari program K3
identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang paling umum seperti, Hazard
identification, job safety analysis, dan hiradc.
2. Program K3 Identifikasi peraturan dan perundangan
Program K3 lainnya, yakni seperti identifikasi peraturan dan
perundangan. Tujuan program K3 ini untuk pastikan kepatuhan terhadap
perundangan yang berlaku. Juga sebagai bahan negosiasi kepada pihak
manajemen serta pekerja, dalam rangka memastikan kepatuhan terhadap
peraturan.
Peraturan dan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja bisa
bersumber dari pemerintah, kementerian, korporat maupun perusahaan induk
dan sumber peraturan perundangan K3 yang lainya.
3. Penetapan tujuan dan program
Biasanya, penetapan tujuan dan program K3 dilaksanakan awal tahun.
Program ini wajib disepakati pihak pekerja dan manajemen. Program
21
penetapan tujuan memberikan panduan dan pedoman dalam bekerja,
mengenai suksesnya sebuah program K3.
4. Program pelatihan K3
Fungsi program ini guna tingkatkan kemampuan pekerja. Pelatihan
K3 juga untuk membuat kepatuhan terhadap perundangan K3.
Program Pelatihan K3 bisa dilaksanakan pihak internal. Seperti ahli
K3 umj, tim P2K3 dan HRD. juga bisa dilakukan dari pihak luar. Seperti
misalnya dari OJK 3, dinas kementerian terkait, dan lembaga sertifikasi.
HRD sebaiknya siapkan kebutuhan terkait pelatihan ini.
Contoh program pelatihan K3 misalnya, safety induction. Ini
ditujukan bagi erja baru, yakni mengenalkan alat pelindung diri dan
pengenalan bahaya kimia. Pelatihan lainya dari program ini yakni misalnya
pelatihan ahli K3 umum, pelatihan petugas utama K3, hingga pelatihan
operator K3.
5. Program media komunikasi
Program ini lebih ditujukan untuk membentuk komunikasi dengan ada
pekerja. Bisa membuat sebuah media komunikasi cetak seperti spanduk K3,
maupun media elektronik, seperti email, maupun Wa dengan membuat grup
khusus yang misalnya membahas tentang keselamatan kerja.
6. Program Rambu K3
Rambu K3, juga merupakan media komunikasi cukup sederhana.
Namun efektif untuk sampaikan pesan. Rambu bisa berisi larangan,
himbauan, pemerintah terkait K3, rambu perlu dipasang di lokasi kerja yang
mudah dilihat sehingga pesanku tersampaikan.
22
1. Jaminan Kemampuan
a. Sumber daya manusia, fisik dan financial.
b. Integrasi
c. Tanggung jawab dan tanggung gugat.
d. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran
e. Pelatihan dan Keterampilan
2. Dukungan Tindakan
a. Komunikasi
b. Pelaporan
3. Identifikasi Sumber Bahaya dan Pengendalian Resiko
a. Identifikasi Sumber Bahaya
b. Penilaian Resiko
c. Tindakan Pengendalian
d. Perencanaan dan Rekayasa
e. Pengendalian Administratif
f. Prosedur Tanggap Darurat
atau Bencana
g. Prosedur Menghadapi
Insiden
h. Prosedur Rencana
Pemulihan
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) merupakan ilmu yang
diimplementasikan untuk membuat pekerja yang sedang bekerja di tempat kerja
agar tetap sehat dan selamat. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala
23
daya upaya dan pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah,
menanggulangi dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan dampaknya melalui
langkah-langkah identifikasi, analisa dan pengendalian bahaya dengan
menerapkan system pengendalian bahaya secara tepat dan melaksanakan
perundang-undangan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Sebuah program K3 harus bersifat spesifik yang berarti bahwa program-
program yang dibuat sedapat mungkin tidak menimbulkan kebingunan bagi pihak
yang diberi tugas untuk melaksanakannya, mudah terukur dalam hal pencapaian
hasilnya dengan ditetapkannya target dan indikator keberhasilan pencapaiannya.
Tugas yang dilakukan oleh seorang perawat dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan kerja antara lain berupa tugas administrasi dan
pelaporan, tugas pemeliharaan dan perawatan kesehatan serta tugas penyuluhan/
pelatihan/ pendidikan kesehatan, keselamatan kerja yang diberikan kepada
seluruh tenaga kerja. Dalam sebuah sistem manajemen, perencanaan sebuah
program harus mempertimbangkan prinsip SMART (Specific, Measurable,
Achievable, Realiable, Timetable). Suatu komunitas dalam menerapkan
kebijakan K3 harus dapat mengitegrasikan Sistem Manajemen Perusahaan
yang sudah ada
B. Saran
Disarankan lebih banyak memperhatikan Keselamatan Kerja (K3), dan
program dari Keselmatan Kerja (K3) harus terealisasikan secara optimal demi
keselamatan dan kesejahteraan para pekerja baik dalam lingkup pekerja industri
dan dalam lingkup pekerja di bidang kesehatan tentu akan meningkatkan
keamanan ,profesionalisme dan keoptimalan proses kerja di setiap bidang.
DAFTAR PUSTAKA
24
British Standard Institution.2018. ISO 45001: 2018 Occupational Health &
Safety Management Systems Requirements With Guidance For Use.
Geneva, March 31.
Gempur, Santoso. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.Jakarta : Prestasi Pustaka.
Indarawati, D., Satrya, IGBH., & Dewi, SKS. (2017). Pengaruh Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Pada Kepuasan Kerja dan Komitmen
Organisasional. Jurnal Manajemen (MSBK); 11(2):108.
Kementerian kesehatan RI. 2015. INFODATIN Pusat Data dan Informasi
Kemeterian Kesehatan RI.Situasi Kesehatan Kerja. ISSN 2442-7659.
25
26