Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER

( LAPORAN SINOPSIS )

Oleh :

Kelompok 5

Iffah Qarimah 1947041061

Nurhasanah 1947041064

Mata Kuliah :

Teori & Apresiasi Sastra

Dosen Pengampu :

Nur Abidah Idrus, S.Pd., M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
ASAL USUL TELAGA NGEBEL

Dahulu kala ada seorang pendita terkenal bernama Begawan Wida. Rumahnya di lereng
sebelah barat Gunung Wilis. Istri Begawan Wida telah lama meninggal. Begawan Wida
mempunyai seorang anak yang menjelang dewasa, anak perempuan itu sangat cantik. Siapa
pun yang pernah bertemu anak itu pasti akan tertarik. Begitu pula Begawan Wida, ia pun
tertarik dengan anak perempuannya. Begawan Wida tidak bias membedakan apa yang tidak
boleh dilakukan seorang ayah terhadap anak gadisnya.

Atas kehendak Yang Maha Kuasa, putri Begawan Wida pun hamil. Putri Begawan Wida
akhirnya melahirkan seorang anak, namun anak yang dilahirkan bukanlah manusia,
melainkan seekor ular. Karena merasa malu, putri Begawan Wida pun bunuh diri. Sang ular
jelmaan itu tidak mengetahui siapa orang tuanya. Dia terus mencari-cari kedua orang tuanya
kemana pun tetapi tidak ditemukan. Akhirnya dia bertapa di desa tempat tinggalnya bernama
Ganda yuda selama bertahun-tahun.

Ketika sedang bertapa, terdapat sekumpulan penduduk dari sebelah barat desa Ganda yuda
yang mencari binatang buruan ke hutan untuk keperluan perhelatan. Penduduk tersebut
menemukan seekor ular yang besar, dan akhirnya mereka memutuskan untuk membunuh ular
tersebut dan dipotong-potong.Sang ular jelmaan itu pun menjelma menjadi seorang anak,
kemudian dia datang ke kampung Ganda yuda. Dia datang untuk meminta makan, namun
semua penduduk tidak ada yang memberikannya makan, karena dia sangat jelek dan sakit
kudisan.

Namun ada seorang nenek bernama Nyai Latung, karena merasa kasihan sang nenek pun
memberinya makan. Setelah dia selesai menyantap makanan yang diberikan, dia pun
memberi peringatan kepada sang nenek bahwa akan terjadi sebuah bencana. Sang anak pun
menghilang dan akhirnya ia kembali ke kampung Ganda yuda dengan keadaan yang lebih
baik, lalu ia menancapkan sebuah lidi ke tanah. Tidak ada seorang pun yang berhasil
mencabut lidi tersebut. Dan akhirnya sang anak pun yang hanya bias mencabut lidi tersebut,
akan tetapi keluar air yang sangat banyak dari tempat lidi tersebut ditancapkan.

Kampung itu pun akhirnya tenggelam menjadi sebuah telaga, telaga itu pun diberi nama
“Telaga Ngebel”. Ngebel tampaknya berasal dari rasa benci dan sebal.
1. Unsur intrinsik :
a. Tema : kebencian dan rasa sebal anak putri Begawan Wida
b. Alur : cerita ini menggunakan alur maju
“Sepeninggal ibunya, bayi ular itu sangat bingung. Dia tidak mengetahui siapa
orang tua nya. Dia mencari ke sana kemari, tapi kedua orang tuanya tidak
ditemukan. Akhirnya, dia tinggal di tempat itu. Dia bertapa sampai bertahun-
tahun.”
c. Latar :
 Latar tempat :
a. Desa Ganda yuda
b. Lereng sebelah barat Gunung Wilis
c. Hutan
d. Halaman gubuk
 Latar suasana :
a. Kebencian
b. Rasa sebal
c. Menegangkan
d. Menyedihkan
 Latar waktu : -

d. Tokoh dan Penokohan :

1.) Begawan Wida

Penokohan : tidak diceritakan

2.) Putri Begawan Wida

Penokohan : tidak diceritakan

3.) Nyai Latung

Penokohan : baik hati,

4.) Anak putri Begawan Wida (Baru Klinting)

Penokohan : pendendam
e. Sudut pandang : cerita ini menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu
(dia)

f. Amanat :

Hendaknya kita tidak boleh mempunyai sifat pendendam terhadap orang yang sudah
jahat kepada kita, walaupun mereka sudah jahat tetapi akan lebih baik jika kita bias
menerima nya dengan lapang dada tanpa harus membalas dendam.

2. Unsur Ekstrinsik :
a. Nilai Moral :
 Tidak boleh menghardik dan mengejek orang lain.
b. Nilai Sosial :
 Menjaga silaturahmi dan kekerabatan dengan mengundang seseorang
untuk hadir dalam suatu perhelatan yang digelar
c. Nilai Religius :
 Atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa segala sesuatu yang tidak
mungkin akan mungkin terjadi.
d. Nilai Pendidikan :
 Harus menyayangi sesama tidak memandang tua atau muda nya
seseorang
e. Nilai Budaya :
 Pada masyarakat dahulu, para penduduk di suatu daerah tertentu
mencari binatang buruan ke hutan untuk keperluan perhelatan.

Anda mungkin juga menyukai