Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN MATERI TENTANG PENDEKATAN DALAM BAHASA INDONESIA

Berikut adalah 3 (tiga) jenis pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang perlu kita telaah
sebagai modal awal penerapan dalam proses pembelajaran di sekolah:

A. Pendekatan Whole Language
Whole language adalah pandangan tentang hakikat belajar dan bagaimana mendorong proses
tersebut agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga mencapai hasil yang
optimal (Weaver, 1990: 3).
Pengembangan pendekatan whole language diilhami oleh pandangan konstruktivisme dalam
pendidikan, sedangkan yang berhubungan dengan bahasa sebagai materi pembelajaran dan
penentuan isi pembelajaran diwarnai oleh fungsionalisme.
Whole language dikembangkan berdasarkan berbagai wawasan dan hasil penelitian dari
berbagai bidang ilmu, antara lain pemerolehan bahasa dan pengembangan baca-tulis,
psikolinguistik, sosiolinguistik, psikologi kognitif dan psikologi perkembangan, antropologi,
dan pendidikan.
Sebagai suatu pendekatan dalam pengajaran bahasa, menurut Goodman (1986: 72-73), whole
language menggunakan seperangkat asumsi dari empat landasan dasar, yaitu:
o teori belajar;
o teori kebahasaan;
o asumsi tentang pengajaran dan peranan guru; serta
o pandangan kurikulum pengajaran bahasa.

B. Pendekatan Komunikatif
Di dalam rambu-rambu Kurikulum 2004 (KBK), tersurat bahwa fungsi bahasa adalah sebagai
alat untuk berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud ialah suatu proses penyampaian
maksud kepada orang lain dengan menggunakan saluran tertentu.

Maksud komunikasi dapat berupa pengungkapan pikiran, gagasan, ide, pendapat, persetujuan,
keinginan penyampaian informasi suatu peristiwa. Hal itu disampaikan dalam aspek
kebahasaan berupa kata, kalimat, paragraf (komunikasi tulis) atau paraton (komunikasi lisan),
ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur prosodi (intonasi, nada, irama,
tekanan, dan tempo) dalam bahasa lisan (Depdiknas, 2003).

Dalam berkomunikasi tentu ada pihak yang berperan sebagai penyampai maksud dan
penerima maksud. Agar komunikasi terjalin dengan baik, maka kedua belah pihak juga harus
bisa bekerja sama dengan baik. Kerjasama yang baik itu bisa diciptakan dengan
memperhatikan beberapa faktor, antara lain memperhatikan siapa yang diajak berkomunikasi,
situasi, tempat, isi pembicaraan, dan media yang digunakan.

Rambu-rambu di atas menyiratkan bahwa Kurikulum 2004 menganut pendekatan


komunikatif. Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh pemikiran
bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus
dicapai dalam pembelajaran bahasa.
Bahasa tidak hanya dipandang sebagai seperangkat kaidah, tetapi lebih luas lagi, yakni
sebagai sarana untuk berkomunikasi. Bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu
fungsi komunikatif.

Menurut Littlewood (dalam Zuchdi dan Budiasih, 1997: 34) pendekatan komunikatif
didasarkan pada pemikiran sebagai berikut:

1. Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas tentang bahasa.
Hal ini terutama dilihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tatabahasa dan kosa kata, tetapi
juga pada fungsinya sebagai sarana berkomunikasi.
2. Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam pembelajaran
bahasa. Hal itu menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan bahasa, tidak cukup dengan
memberikan bentuk-bentuk asing kepada siswa, tetapi siswa harus mampu
mengembangkan cara-cara menerapkan bentuk-bentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa
sebagai sarana komunikasi dalam stuasi dan waktu yang tepat.
Ciri pendekatan komunikatif yang lain dikemukkan Finoccaro dan Brumfit (dalam
Sumardi,1992:100). Pendekatan komunikatif mempunyai ciri sebagai berikut:

1. Kebermaknaan sangat penting dibandingkan dengan struktur dan bentuk bahasa.


2. Belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi, bukan mempelajari struktur, bunyi atau
kosakata secara terpisah-pisah.
3. Tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan komunikasi (communicative competence),
yaitu kemampuan menggunakan sistem bahasa secara efektif dan betul.
4. Kelancaran menggunakan bahasa yang dapat diterima, menjadi tujuan utama yang ingin
dicapai. Keakuratan penggunaan bahasa dilihat dari konteks penggunaannya.
5. Materi pelajaran disusun dan ditahapkan melalui pertimbangan isi, fungsi, atau makna
yang menarik.
6. Variasi kebahasaan merupakan konsep sentral dalam materi pelajaran dan metodologi.
7. Apabila diperlukan dan berguna bagi siswa, penerjemahan dapat dilakukan.
8. Jika diperlukan campur kode dengan bahasa ibu dapat dilakukan.
9. Dialog, jika digunakan, berkisar pada fungsi-fungsi komunikatif dan biasanya tidak
dihafalkan.
10. Bukan ucapan yang persis seperti ucapan penutur asli yang dicari, tetapi ucapan yang
dapat dipahami.
11. Usaha untuk berkomunikasi dianjurkan sejak tingkat permulaan.
12. Bahasa yang diciptakan oleh individu-individu sering kali melalui trial and error.
13. Guru membantu siswa dengan cara apa pun yang mendorong siswa menggunakan bahasa
yang dipelajari.
14. Siswa diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melalui kerja berpasangan atau
kelompok, baik secara langsung maupun melalui tulisan.
Pengajaran bahasa yang komunikatif nampak lebih humanistik, yaitu sentralitas kegiatan
lebih banyak berada pada siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, siswa diberi kebebasan,
otonomi, tanggung jawab dan kreativitas yang lebih besar dalam proses belajar (Stevik,
dalam Sumardi, 1992). Sebagai fasilitator guru mengkoordinasikan kegaiatan siswa yang
harus bisa menjamin kegiatan kelas berjalan dengan baik.

Dalam kegiatan komunikatif, guru berperan sebagai individu yang diharapkan memberi
nasihat, memantau kegiatan siswa, menentukan latihan, dan memberikan bimbingan
(Littlewood, dalam Sumardi, 1992).
Tujuan pengajaran bahasa menurut pendekatan komunikatif ialah untuk:

o mengembangkan kompetensi komunikatif siswa, yaitu kemampuan menggunakan bahasa


yang dipelajarinya untuk berkomunikasi dalam berbagai situasi dan konteks;
o meningkatkan penguasaan keempat keterampilan berbahasa yang diperlukan dalam
berkomunikasi.
Adapun materi pelajaran utamanya ialah:

1. empat keterampilan berbahasa;


2. fungsi-fungsi bahasa yang diperlukan siswa, seperti fungsi bertanya, menjawab,
menyapa, menyangkal, mengajukan pendapat, dan lain-lain. Siswa dilatih menggunakan
bahasa untuk berbagai fungsi tersebut sebagai alat komunikasi, bahasa digunakan untuk
berbagai fungsi yang wujud penampilannya berbeda-beda;
3. variasi-variasi bahasa, di samping variasi baku/formal, untuk memungkinkan siswa dapat
berbahasa sesuai konteks;
4. sistem bahasa (struktur, kosa kata, fonem, ejaan, intonasi, dan lafal);
5. sastra, tidak dijadikan bahasan yang berdiri sendiri, tetapi diintegrasikan dengan
keterampilan berbahasa.
Sumber materi yang diutamakan dalam pendekatan komunikatif ialah materi yang otentik,
berupa bahasa otentik, yaitu bahasa sebagaimana digunakan dalam konteks nyata. Dengan
demikian, siswa akan dihadapkan pada bahasa nyata yang ditemui dalam masyarakat
bahasanya.

Setiap pendekatan pembelajaran selalu lahir dari sejumlah asumsi, antara lain asumsi teori
bahasa dan teori belajar. Dari segi teori bahasa, asumsi yang dijadikan dasar pendekatan
komunikatif ialah sebagai berikut:

1. Bahasa adalah sistem untuk mengekspresikan makna.


2. Fungsi utama bahasa ialah untuk sarana interaksi dan komunikasi.
3. Struktur bahasa memantulkan penggunaan-penggunaan fungsional dan komunikasi.
4. Unit-unit utama bahasa tidak hanya gambaran mengenai tatabahasa dan strukturnya,
tetapi juga kategori-kategori makna fungsional dan komunikatif sebagaimana terdapat
dalam wacana.
Ada tujuh fungsi dasar yang ditampilkan bahasa untuk pebelajar bahasa, seperti diungkapkan
Halliday (dalam Aminuddin, 1996) sebagai berikut:

1. Fungsi Instrumental, bahasa dapat difungsikan sebagai wahana untuk memenuhi


keperluan, misalnya kontak bisnis, dialog, membuat surat, pengumuman, dan lain-lain;
2. Fungsi Regulator, bahasa dapat digunakan untuk mengatur perilaku dan hubungan orang
yang satu dengan yang lain. Misalnya memberikan pengarahan, peraturan di kelas,
menyusun pedoman, dan aturan lain;
3. Fungsi Interaksional, bahasa dapat digunakan untuk mengadakan percakapan, tukar
pendapat, diskusi, dan menulis surat kepada teman;
4. Fungsi Personal, bahasa dapat digunakan untuk mengungkapkan pengalaman, pendapat
pribadi, menyampaikan gagasan dalam diskusi, dan mengusulkan sesuatu;
5. Fungsi Imajinatif, bahasa dapat digunakan untuk mengekspresikan imajinasi dan daya
kreativitas, misalnya menulis puisi, cerita fiksi, dan drama;
6. Fungsi Heuristik, bahasa merupakan wahana untuk mencari dan menemukan
pemahaman, misalnya penggunaan bahasa dalam wawancara, bermain peran, dan proses
berpikir untuk memahami dan menyimpulkan sesuatu; dan
7. Fungsi Informatif, bahasa digunakan dalam menyampaikan berita, laporan lisan/tulis, dan
menggambarkan sesuatu, misalnya menyampaikan telegram, surat, serta penyusunan
laporan.
Untuk memanfaatkan bahasa dalam berbagai fungsinya, penutur suatu bahasa harus memiliki
kemampuan:

1. menemukan dan menyusun gagasan;


2. menyusun kata-kata dan kalimat untuk membentuk satuan-satuan pengertian yang telah
disusun; dan
3. menentukan strategi dan bentuk kegiatan untuk menggunakan benuk-bentuk pengertian
yang telah dibahasakan ke dalam kegiatan tertentu.
Ditinjau dari segi kebahasaannya, kemampuan di atas juga mempersyaratkan dukungan
kemampuan memahami kata-kata, struktur kata dan kalimat, dan kemampuan memahami
sistem bunyi atau sistem penulisan sebagaimana tertera dalam kaidah ejaan.

Meskipun pengguna bahasa dalam berbagai fungsinya memerlukan dukungan pemahaman


aspek kebahasaan, sama sekali bukan berarti bahwa bila siswa setelah memahami perihal
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik lalu siswa terampil berbahasa.

Menurut Halliday (dalam Aminuddin, 1996), siswa memahami dan terampil berbahasa justru
karena mereka menghayati penggunaan bahasa dalam berbagai fungsinya. Sebagaimana
pemahaman perihal kebahasaan, pemahaman bagaimana menggunakan bahasa dalam
kegiatan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis juga harus didasarkan pada aktivitas
kegiatan berbahasanya.

Anda mungkin juga menyukai