Anda di halaman 1dari 38

ACUAN KURIKULUM KE-KHAS-AN

BASA SUNDA

TK PGRI CEMPAKA WARNA

Dusun Cimuncang Desa Jayagiri Kecamatan Panumbangan


Kabupaten Ciamis

1
LEMBAR PENGESAHAN

Dokumen Acuan Kurikulum Ke-Khas-an


TK PGRI Cempaka Warna

Mengesahkan, Panumbangan,
Pengawas TK Kec.Panumbangan Kepala TK PGRI Cempaka Warna

ELI MASLIAH,S.Pd AUD


NIP.19710816 200012 2 004 N.EUIS ATIT HADIAWATI,S.Pd
NIP.19650502 198602 2 006

2
DRAFT

KURIKULUM 2013
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

PENGENALAN
BAHASA SUNDA

TK/RA

BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN


3
DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT
2013

4
KATA PENGANTAR

Sejak tahun 2001 rencana perubahan kurikulum sudah sampai ke sekolah.


Kurikulum 1994 diganti dengan kurikulum baru yang berorientasi kepada kompetensi.
Sementara itu, dalam rangka pemantapannya, beberapa mata pelajaran yang termasuk
muatan nasional sudah diujicobakan, sehingga masa transisi pembelajaran antara
kurikulum lama dengan yang baru makin terasa.
Balai Pengembangan Bahasa Daerah Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat sejak
tahun 2003 sudah mengadakan pemantauan terhadap kenyataan ini, khususnya yang
berkaitan dengan (1) kurikulum, (2) bahan ajar, (3) sarana dan sumber belajar, dan (4)
pelaksanaan pengajaran. Sejalan dengan keluarnya Kurikulum 2013 terdapat tiga jenis
kurikulum, yakni Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan Kurikulum
Tingkat Sekolah. Kurikulum Tingkat Nasional disusun dan diberlakukan secara
nasional. Kurikulum Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di daerah berdasarkan
Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan kebijakan daerah masing-masing.
Sementara, Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan diberlakukan pada setiap jenjang
sekolah.
Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran
Bahasa Sunda. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa
Sunda ini dikeluarkan sebagai arahan atau pedoman bagi guru dalam mengembangkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Isinya memuat kompetensi inti (KI) dan
kompetensi dasar (KD), yang harus disusun dan dikembangkan lagi oleh guru dan
sekolah menjadi kurikulum yang berisi KI, KD, indikator, pengalaman belajar, lingkup
materi, dan jenis evaluasi. Penyusunan kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan
keadaan dan kondisi setempat.
Masih berhubungan dengan keadaan setempat yang berbeda satu dengan
lainnya, perlu dipertimbangkan pengelompokan keadaan (kategorisasi lokal), baik di
wilayah pemakaian bahasa Sunda maupun wilayah yang memiliki dialek bahasa Sunda
atau bahasa daerah lain seperti Melayu-Betawi di daerah Depok dan Bekasi serta
Bahasa Cirebon di wilayah Cirebon dan Indramayu. Bahasa-bahasa tersebut termasuk
bahasa daerah yang hidup di Propinsi Jawa Barat sesuai dengan Peraturan Daerah
Jawa Barat No. 5/2003 tentang Pelestarian Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah.
KIKD ini dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, yang untuk
kepentingan regional Jawa Barat disusun berdasarkan surat edaran Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat dengan Nomor 423/2372/Set-disdik tertanggal 26
Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA.

Bandung, Juli 2013

Kepala Disdik Jawa Barat,

Prof. Dr.H. Moh. Wahyudin Zarkasyi, CPA.


5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KEPALA DISDIK JAWA BARAT.................................


KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT.......................................................
LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT....................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Karakteristik Umum Kurikulum 2013.......................................................
C. Tujuan Kurikulum 2013...........................................................................

II. KERANGKA DASAR KURIKULUM


A. Landasan Filosofis..................................................................................
B. Landasan Teoretis..................................................................................
C. Landasan Yuridis....................................................................................

III. STRUKTUR KURIKULUM


A. Kompetensi Inti.......................................................................................
B. Mata Pelajaran........................................................................................
C. Beba Belajar...........................................................................................
D. Kompetensi Dasar..................................................................................

IV. KURIKULUM MUATAN LOKAL MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA


A. Rasional..................................................................................................
B. Struktur Kurikulum Muatan Lokal............................................................
C. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar..................................................
1. Pengertian.........................................................................................
2. Fungsi...............................................................................................
3. Tujuan...............................................................................................
D. Tema untuk Sekolah Dasar.....................................................................
E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Sunda
F. Arah Pengembangan...............................................................................
1. Bahasa Pengantar Pembelajaran.......................................................
2. Pendekatan Pembelajaran.................................................................
3. Pengorganisasian Materi...................................................................
4. Penomoran Kompetensi.....................................................................
5. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar...........................................
6. Nacaan Wajib Sastra..........................................................................
7. Penilaian.............................................................................................
8. Diversifikasi Kurikulum........................................................................
9. Pengembangan Materi Pembelajaran.................................................

6
Gubernur Jawa Barat

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT

NOMOR: 423.5/Kep.674-Disdik/2006

TENTANG

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR


SERTA PENGEMBANGAN SILABUS
MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA

GUBERNUR JAWA BARAT,

Menimbang: a. bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa


Barat Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan
Bahasa, sastra, dan Aksara Daerah, bahasa daerah
diajarkan di pendidikan formal dan non-formal di
Jawa Barat;
b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada
huruf a tersebut di atas, perlu menetapkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta Panduan
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda, yang
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Jawa
Barat;

Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950
tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat
(Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78,

7
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437) jo. Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005
Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun
2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
6. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan
yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 67 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 68 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 71 Tahun 2013
tentang Buku Pelajaran dan Buku Penunjang untuk Pendidikan
Dasar dan Menengah
15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003

8
tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah
(Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 5 Seri E);
16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2004
tentang Rencana Strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2003-2008 (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 1
Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 6).

Memperhatikan: 1. Rekomendasi UNESCO tentang Pemeliharaan


Bahasa-bahasa Ibu di dunia.
2. Hasil Kongres Bahasa Sunda VIII di Subang pada tanggal 28-30
Juni 2005.
3. Hasil identifikasi Balai Pengembangan Bahasa Daerah Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERTAMA : Mencabut dan menyatakan tidak berlaku Keputusan
Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Nomor 979/102/
Kep/I/94 tentang Kurikulum Muatan Lokal
Pendidikan Dasar.

KEDUA : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata


Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda Satuan
Pendiidikan Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul
Atgfal (RA), Sekolah Dasar (SD)/Madrasah
Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)
/Madrasah Tsanawiyah (MTs.), Sekolah Menengah
Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/
Madrasah Aliyah (MA) Tahun 2006, terdiri dari:
a. Standar Kompetensi Lintas Kurikulum;
b. Standar Kompetensi Isi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda;
c. Standar Kompetensi Lulusan TK/RA, SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA.

KETIGA : Uraian mengenai standar kompetensi dasan


kompetensi dasar serta panduan penyusunan
kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra

9
Sunda serta standar kompetensi lulusan
sebagaimana dimaksud pada Diktum KEDUA
tercantum dalam Lampiran sebagai bagian tak
terpisahkan dari Keputusan ini.

KEEMPAT : Standar kompetensi dan kompetensi dasar serta


panduan penyusunan kurikulum mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Sunda serta standar
kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada
Diktum KEDUA merupakan pedoman dalam
penyusunan silabus dan penilaian.

KELIMA : Hal-hal yang belum cukup diatur dalam


Keputusan ini sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya ditetapkan oleh Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

KEENAM : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Bandung,
Pada tanggal 25 Juli 2006

GUBERNUR JAWA BARAT,

DR. H. AHMAD HERYAWAN, Lc.

10
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Pengertian Kurikulum

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum,
yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014
memenuhi kedua dimensi tersebut.

2. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan


dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar
Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana
dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan.

Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia


dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk
Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif
(anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas).

Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun
2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar
yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia
usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya
manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar
tidak menjadi beban.

11
b. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu
yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan
informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan
pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup
masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri
dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization
(WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-
Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).
Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia,
pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang
pendidikan.

Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International


Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student
Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-
anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang
dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi
uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum
Indonesia.

c. Penyempurnaan Pola Pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai


berikut:

1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat


pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap
materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;
2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan
alam, sumber/ media lainnya);
3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta
didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat
dihubungi serta diperoleh melalui internet);
4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran
siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran
pendekatan sains);
5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);

12
6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia;
7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)
dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap
peserta didik;
8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum


Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar
matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu
dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif;
2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen
kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan
3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses
pembelajaran.

e. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi
yang relevan bagi peserta didik.

B. Karakteristik Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1. mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual
dan psikomotorik;
2. sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di
sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya
dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
5. kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6. kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran

13
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi
inti;
7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

C. Tujuan Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

14
II. KERANGKA DASAR KURIKULUM

A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta
didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran,
posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat
dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar
bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia
berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara
spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang
berkualitas.
Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi
sebagai berikut.

1. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa


masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013
dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan
untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi
kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta didik
untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini
mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk
mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas
mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk
mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, Kurikulum 2013
mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan luas bagi
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan di masa
kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan tetap mengembangkan
kemampuan mereka sebagai pewaris budaya bangsa dan orang yang peduli
terhadap permasalahan masyarakat dan bangsa masa kini.

2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan
filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah
sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses
pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan
kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat,
didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan
oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta

15
kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir
rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan
budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan
dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat
sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.

3. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan


kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini menentukan
bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran adalah pembelajaran
disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini mewajibkan kurikulum memiliki nama
matapelajaran yang sama dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.

4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik
dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi,
sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan
masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social
reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk
mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif
bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan
masyarakat demokratis yang lebih baik.

Dengan demikian, Kurikulum 2013 menggunakan filosofi sebagaimana di atas dalam


mengembangkan kehidupan individu peserta didik dalam beragama, seni, kreativitas,
berkomunikasi, nilai dan berbagai dimensi inteligensi yang sesuai dengan diri seorang
peserta didik dan diperlukan masyarakat, bangsa dan ummat manusia.

B. Landasan Teoretis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar”
(standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-
based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar
nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan
kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught
curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di
sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik
(learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal
peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil

16
belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil
kurikulum.

C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.

17
III. STRUKTUR KURIKULUM

A. Kompetensi Inti
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada
kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar
pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Secara nasional rumusan kompetensi inti untuk mata pelajaran menggunakan
notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk TK/RA tidak dirumuskan sama dengan
di jenjang persekolahan, tetapi didasarkan pada aspek perkembangan, yakni:
(1) Moral dan nilai-nilai agama;
(2) Sosial, emosional, dan kemandirian;
(3) Kemampuan berbahasa, termasuk berbahasa Sunda;
(4) Kognitif;
(5) Fisik/motorik; dan
(6) Seni.

B. Aspek Kemampuan Bahasa


Pada dasarnya pendidikan TK/RA mengacu pada dua aspek perkembangan
dalam pembentukan perilaku melalui dua cara, yakni (1) pembiasan dan (2)
pengembangan kemampuan dasar. Pertama, Pengembangan pembentukan perilaku
melalui pembiasaan dilakukan secara terus-menerus dan aada dalam kehidupan
sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Bidang ini meliputi
pengembangan moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian. Dari
pengembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan akan meningkatkan ketaqwaan
anak terhadap Tuhan yang Maha Esa dan membina sikap anak dalam rangka
meletakkan dasar agar anak menjadi warga Negara yang baik. Program
pengembangan social dan kemandirian dimaksudkan untuk membina anak agar dapat
mengendalikan emosinya secara wajar dan dapat berinteraksi dengan sesamanya
maupun orang dewasa dengan baik serta dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka
kecakapan hidup.
Kedua, pengembangan kemampuan dasar merupakan kegiatan yang
dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas sesuai dengan
tahap perkembangan anak. Pengembangan kemampuan dasar meliputi kemampuan
berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni. Pengembangan kemampuan berbahasa
bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui bahasa
yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan
membangkitkan mina untuk dapat berbahasa Indonesia, termasuk berbahasa Sunda.
Pengembangan kognitif bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk

18
dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam
alternative pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan
logika matematikanya dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai
kemampuan untuk memilih dan memilah, serta mempersiapkan pengembangan
kemampuan berpikir teliti. Pengembangan motorik bertujuan untuk mempersiapkan dan
melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol
gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup
sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat, dan terampil.
Pengembangan seni bertujuan agar anak mampu menciptakan sesuatu berdasarkan
hasil imajinasinya, mengembangkan kepekaan, dan dapat menghargai hasil karya yang
kreatif.
Melalui kedua pengembangan pembentukan kebiasaan dan kemampuan dasar
tersebut, terutama kemampuan berbahasa Sunda, anak dapat tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang cageur, bageur, bener, pinter, singer, pangger, tur teu kabalinger.
Struktur kurikulum TK/RA dapat ditabelkan sebagai berikut:

Tabel 4.2: Struktur Kurikulum TK/RA

Bidang Pengembangan Komponen


Pengembangan Pembiasaan 1. Moral dan Nilai-nilai Agama
2. Sosial, Emosional, dan Kemandirian
Kemampuan Dasar 3. Kemampuan Berbahasa
4. Kognitif
5. Fisik/Motorik
6. Seni

C. Beban Belajar
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik
dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran. Beban belajar di
TK/RA dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu secara tematis.
D. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai bidang pengembangan anak.
Oleh karena itu, rRumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari aspek pengembangan anak.
Kompetensi dasar dibagi menjadi enam kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar moral dan nilai-nilai agama dalam rangka
pengembangan pembiasaan;
2. Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sosial, emosional, dan kemandirian dalam
rangka pengembangan pembiasaan;
3. Kelompok 3: kelompok kompetensi dasar kemampuan berbahasa, termasuk
berbahasa Sunda dalam rangka pengembangan kemampuan dasar;
4. Koleompok 4: kelompok kompetensi dasar kognitif dalam rangka pengembangan
kemampuan dasar;
5. Kelompok 5: kelompok kompetensi dasar fisik/motorik dalam rangka pengembangan
kemampuan dasar; dan

19
6. Kelompok 6: kelompok kompetensi dasar seni dalam rangka pengembangan
kemampuan dasar.
IV. KURIKULUM MUATAN LOKAL MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA

A. Rasional

Sejalan dengan keluarnya Kurikulum 2013 terdapat tiga jenis kurikulum, yakni
Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan Kurikulum Tingkat Sekolah.
Kurikulum Tingkat Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional. Kurikulum
Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di daerah berdasarkan Kurikulum Tingkat
Nasional sesuai dengan kebijakan daerah masing-masing. Sementara, Kurikulum
Tingkat Sekolah disusun dan diberlakukan pada setiap jenjang sekolah.
Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran
Bahasa Sunda. Selain disesuaikan dan didasarkan pada struktur Kurikulum Tingkat
Nasional 2013, KIKD Mata Pelajaran Bahasa Sunda didasarkan pada Surat Edaran
Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat Nomor 423/2372/Set-disdik tertanggal 26 Maret 2013
tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA.
Di samping itu, penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata
Pelajaran Bahasa Sunda didasari pula oleh Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.
5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang
menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda, diajarkan pada pendidikan
dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
bersumber dari UUD 1945 yang menyangkut Pendidikan dan Kebudayaan. Sejalan pula
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari
SD/MI/SDLB, SMP/MTs./ SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan
pengajaran muatan lokal yang relevan dan Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang
“pemeliharaan bahasa-bahasa ibu di dunia”.
Hal di atas sejalan pula dengan Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA, di antaranya menyatakan bahwa: Bahasa Daerah sebagai
muatan lokal dapat diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk
memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai
dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut.
Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang juga merupakan
bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat Jawa Barat. Bahasa Sunda juga menjadi
bahasa pengantar pembelajaran di kelas-kelas awal SD/MI. Melalui pembelajaran
bahasa Sunda diperkenalkan kearifan lokal sebagai landasan etnopedagogis.
Berdasarkan kenyataan tersebut, bahasa Sunda sebagai salah satu khasanah
dalam kebhineka-tunggal-ikaan bahasa dan budaya Nusantara akan menjadi landasan
bagi pendidikan karakter dan moral bangsa. Oleh karena itu, bahasa Sunda harus
diperkenalkan di Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Athfal (RA) dan di sekolah-

20
sekolah mulai Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah
Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), sampai Sekolah Menengah Atas
(SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliah (MA). Untuk kepentingan
itu, perlu disusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan satuan
pendidikan tersebut.
Pembelajaran bahasa Sunda diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya
dan budaya Sunda, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat Sunda, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan
imajinatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Sunda diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Sunda
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap budaya dan hasil karya sastra Sunda.
Kompetensi inti mata pelajaran Bahasa Sunda yang memiliki kesamaan dengan
kompetensi inti mata pelajaran lainnya merupakan kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda. Kompetensi Inti ini
menjadi dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional,
dan nasional. Secara substansial terdapat empat Kompetensi Inti yang sejalan dengan
pembentukan kualitas insan yang unggul, yakni (1) sikap keagamaan (beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) untuk menghasilkan manusia yang pengkuh
agamana (spiritual quotient), (2) sikap kemasyarakatan (berakhlak mulia) untuk
menghasilkan manusia yang jembar budayana (emotional quotient), (3) menguasai
pengetahuan, teknologi, dan seni (berilmu dan cakap) untuk menghasilkan manusia
yang luhung elmuna (intellectual quotient), dan (4) memiliki keterampilan (kreatif dan
mandiri) untuk menghasilkan manusia yang rancage gawena (actional quotient).
Keempat Kompetensi Inti tersebut merupakan pengejawantahan dari tujuan
pendidikan nasional (Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 3), yakni “untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar Pelajaran Bahasa Sunda ini,
selaras dengan alasan pengembangan kurikulum 2013, diharapkan peserta didik
memiliki
1. Kemampuan berkomunikasi;
2. Kemampuan berpikir jernih dan kritis;
3. Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan;
4. Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab;
5. Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang
berbeda;
6. Kemampuan hidup dalam maysrakat yang mengglobal;
7. Minat yang luas dalam kehidupan;
8. Kesiapan untuk bekerja;
9. Kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya; dan
10. Rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.

21
B. Struktur Kurikulum Muatan Lokal
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA
dinyatakan bahwa Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara
terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat
menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan
tersebut. 
. Pendidikan Muatan Lokal Pelajaran Bahasa Daerah merupakan kegiatan
kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan
potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan
oleh satuan pendidikan melalui pemerintah daerah, dalam hal ini Provinsi Jawa Barat
melalui Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Kewenangan pemerintah daerah untuk mengembangkan bahasa daerah
diperkuat oleh UU nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang
Negara serta Lagu Kebangsaan. Pasal 42 Ayat (1) dan Ayat (2) berbunyi sebagai
berikut.
• Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan
sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan
bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian
dari kekayaan budaya Indonesia.
• Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh pemerintah daerah di
bawah koordinasi lembaga kebahasaan.
Mengingat kewenangan pemerintah daerah dalam mengembangkan dan
membina bahasa daerah, adanya kebijakan kurikulum tingkat daerah, dan
keberagaman pemerintah daerah dalam menetapkan konten muatan lokal maka untuk
Kurikulum 2013 ditetapkan pendidikan bahasa daerah tetap menjadi wewenang
pemerintah daerah. Kurikulum 2013 menyediakan muatan lokal untuk pendidikan
bahasa daerah dan pendidikan seni budaya.
Berkaitan dengan bunyi undang-undang tersebut, maka Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Sunda termasuk mata pelajaran muatan lokal di wilayah Provinsi Jawa
Barat. Kedudukannya dalam proses pendidikan sama dengan kelompok mata pelajaran
inti dan pengembangan diri. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Sunda juga
diujikan dan nilainya wajib dicantumkan dalam buku rapor.
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan Surat Keputusan No.
423/2372/Set-disdik tanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal
Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA). Kedudukan Mata
Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah dalam Struktur Kurikulum adalah sebagai
berikut.
Kedudukan muatan lokal dalam struktur kurikulum TK/RA termasuk ke dalam
kemampuan berbahasa seperti tampak pada tabel berikut.

22
Tabel 4.2: Struktur Kurikulum TK/RA

Bidang Pengembangan Komponen


Pengembangan Pembiasaan 1. Moral dan Nilai-nilai Agama
2. Sosial, Emosional, dan Kemandirian
Kemampuan Dasar 3. Kemampuan Berbahasa
a. Bahasa Indonesia
b. Bahasa Daerah
4. Kognitif
5. Fisik/Motorik
6. Seni

C. Hakikat Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kemampuan Bahasa Sunda


1. Pengertian
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Secara formal pendidikan anak usia dini (PAUD) mengacu pada Taman Kanak-kanak
(TK) atau Raudhatul Athfal (RA). Keduanya menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia 4-6
tahun. Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum, sedangkan
Raudhatul Athfal adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan keagamaan Islam.
Kemampuan berbahasa Sunda adalah kemampuan berkomunikasi melalui bahasa
Sunda, yakni mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui bahasa yang sederhana secara
tepat.

2. Fungsi
Fungsi pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA) adalah:
(1) mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak;
(2) mengenalkan anak dengan dunia sekitar;
(3) menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik;
(4) mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi;
(5) mengembangkan keterampilan, kreativitas, dan kemampuan yang
dimiliki oleh anak; dan
(6) menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Berkaitan dengan kemampuan berbahasa Sunda, pendidikan TK/RA berfungsi
mengembangkan kemampuan berkomunikasi bahasa Sunda dan bersosialisasi dengan bahasa
Sunda serta menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik (santun).

3. Tujuan
Pendidikan TK/RA bertujuan membantu anak dalam mengembangkan berbagai potensi
baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial-emosional, kognitif,
bahasa (termasuk bahasa Sunda), fisik/motorik, kemandirian, dan seni untuk siap memasuki
pendidikan dasar.

23
D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
KEMAMPUAN AN BAHASA SUNDA TK/RA

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR TK DAN RA


KELOMPOK A ( 4-5 )

LINGKUP PENGEMBANGAN KOMPETENSI DASAR


(KOMPETENSI INTI)
A. PERILAKU
PEMBIASAAN
Aspek sikap 0.1.1.1 Menyanyikan
1. Moral dan Nilai- Keagamaan Lagu keagamaan
nilai Agama (pupujian/Sholawat)
(Kompetensi inti 1) 0.1.1.2 Bertegur sapa
dengan santun.
2. Sosial, Aspek sikap sosial 0.1.2.1 Menanggapi sikap
Emosional, dan (Kompetensi Inti 2) orang (seuri, baeud,
Kemandirian manyun, dan ceurik)
dengan sikap positif
dan kalimat
sederhana.
0.1.2.2 Menunjukkan sikap
mandiri, bekerja
sama, dan mentaati
aturan permainan
anak-anak (kaulinan
barudak)

B. KEMAMPUAN
DASAR
Aspek penerapan 0.1.3.1 Memahami dan
1. FISIK pengetahuan melakukan dua
a. Motorik Kasar perintah yang
(kompetensi Inti 4) diberikan secara
bersamaan.
0.1.3.2 Menirukan gerakan
yang dicontohkan
dan diperintahkan
(nagog, diuk,
nangtung, jengke)
0.1.3.3 Melakukan kaulinan
Barudak (oray-
orayan, sasalimpetan)
b. Motorik Halus 0.1.4.1 Mengenal huruf Latin
sederhana

24
(pra membaca)
0.1.4.2 Menyalin huruf Latin
sederhana (pra
menulis)
2. KESEHATAN Aspek penerapan
FISIK pengetahuan
(kompetensi inti 3)
3. KOGNITIF Aspek pengetahuan 0.1.5.1 Mengenal dan
(Kompetensi Inti 3) menyebutkan benda
a. sesuai dengan
PENGETAHU fungsinya dalam
AN UMUM bahasa Sunda
DAN SAINS (cangkir paranti
eueut).
0.1.5.2 Menyebitkan
kejadian alam
(gunung bitu,
Taneuh urug,
Walungan caah)
0.1.5.3 Menyebutkan benda-
benda di sekitar anak
dengan kata-kata
Sunda (korsi, meja,
Panto, jandela).
b. KONSEP BENTUK, Aspek pengetahuan 0.1.6.1 Mengenal nama
WARNA DAN (Kompotensi Inti 3) bentuk dan warna
POLA benda dengan kata-
kata Sunda.
0.1.6.1 Menyebutkan atau
mengelompokkan
benda yang sama
atau sejenis dengan
kata-kata Sunda
(Buleud: bal, topi;
Pasagi: buku, meja).
c. KONSEP Aspek pengetahuan 0.1.6.1 Menyebutkan lambang
BILANGAN, (Kompetensi Inti 3) angka 1– 10 dengan
LAMBANG kata- kata Sunda (hiji,
BILANGAN DAN dua, tilu,opat, dst)
HURUF (pra membaca)
0.1.6.2 Membilang banyak
benda 1-10 dengan
kata-kata Sunda
yang benar (hiji, dua,
tilu, sapuluh)

25
4. Kemampuan Bahasa Aspek penerapan 0.1.6.1 Mengulang 1-3 kata
a. Mengungkapkan pengetahuan sederhana anggota
Bahasa tubuh dalam bahasa
(Kompetensi Inti 4 )
Sunda.
0.1.6.2 Menjawab pertanyaan
guru dengan kata-
kata
bahasa Sunda.
0.1.6.3 Menyebutkan kosa
kata bahasa Sunda
berkaitan dengan
kegiatan sehari-hari.
0.1.6.4 Menyanyikan lagu
Anak berbahasa
Sunda (kakawihan).
b . Keaksaraan Aspek penerapan 0.1.7.1 Mengenal huruf awal
pengetahuan melalui suara benda,
hewan, atau orang di
(Kompetensi 4 ) sekitarnya.
0.1.7.2 Menirukan huruf awal
berdasarkan suara
benda, hewan, atau
orang di sekitarnya.

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR TK DAN RA


KELOMPOK B ( 5-6 )

LINGKUP PENGEMBANGAN KOMPETENSI DASAR


(KOMPETENSI INTI)
C. PERILAKU
PEMBIASAAN
Aspek sikap Keagamaan 0.2.1.1 Mengucapkan
1. Moral dan Nilai-nilai
salam (sampurasun,
Agama (Kompetensi inti 1) wilujeng enjing)
0.2.1.2 Mengungkapkan rasa syukur
kepada Tuhan (Nuhun Gusti)
0.2.1.3 Mengenal dan
melantunkan pupujian.
2. Sosial, Aspek sikap sosial 0.2.2.1 Mengenal tatakrama
Emosional, dan (Kompetensi Inti 2) Sunda (sasalaman,
Kemandirian gumujeng, rengkuh).
0.2.2.2 Memahami aturan

26
dan disiplin (cara
diuk, cara leumpang,
cara dangdang, cara
dahar-nginum).
0.2.2.3 Mau berbagi dengan
Teman (silih bere
dahareun)
3. KEMAMPUAN
DASAR
Aspek penerapan 0.2.3.1 Melakukan kaulinan
1. FISIK pengetahuan barudak sambil
a. Motorik Kasar bernyanyi.
(kompetensi Inti 4)
c. Motorik Halus 0.2.4.1 Menceritakan gambar
yang dibuat sendiri.
3. KESEHATAN FISIK Aspek penerapan 0.2.5.1 Mengenal cara
pengetahuan menjaga kebersihan
dan kesehatan badan.
(kompetensi inti 3) 0.2.5.2 Menyebutkan jenis
makanan tradisional
Sunda (comro, misro,
ulen, sorabi)
0.2.5.3 Menyebutkan jenis
tumbuhan yang dapat
dijadikan obat (koneng,
jahe, daun seureuh)
0.2.5.4 Menyebutkan jenis
penyakit ringan dalam
bahasa Sunda.
3. KOGNITIF Aspek pengetahuan 0.2.6.1 Memilah dan menyebut
a. PENGETAHUAN (Kompetensi Inti 3) nama benda berdasarkan
UMUM DAN fungsinya.
SAINS 0.2.6.2 Menyebutkan kelompok
gambar yang memiliki
bunyi.
0.2.6.3 Menyebutkan aktivitas mutatif
(leyur, ngagolak,
saheng, ngebul)
0.2.6.4 Menyebutkan aktivitas
alam (angin ngahiliwir,
hujan turun, seuneu
hurung, peuting poek,
beurang caang).
b. KONSEP Aspek pengetahuan 0.2.7.1 Menyebutkan
BENTUK, (Kompotensi Inti 3) perbedaan benda
WARNA DAN berdasarkan banyak,

27
POLA tinggi, panjang,
bentuk, warna.
c. KONSEP Aspek pengetahuan 0.2.8.1 Menyebutkan lambang
BILANGAN, (Kompetensi Inti 3) angka 1– 10 dengan kata-
LAMBANG kata Sunda (hiji, dua, tilu,
BILANGAN DAN opat, dst) (pra membaca)
HURUF 0.2.8.2 Membilang banyak
benda 1-10 dengan
kata-kata Sunda
yang benar (hiji, dua,
tilu, sapuluh)
0.2.8.3 Meniru lambang
Bilangan dengan benar
(pra menulis)

4. Kemampuan Bahasa Aspek penerapan 0.2.9.1 Melakukan perintah


a. Menerima Bahasa pengetahuan dengan bahasa Sunda
secara bersamaan.
(Kompetensi Inti 4 ) 0.2.9.2 Mengulang kalimat luas
yang diucapkan guru.
0.2.9.3 Mendengarkan dongeng
guru.
b. Mengungkapkan 0.2.10.1 Menjawab
Bahasa pertanyaan guru
dengan bahasa
Sunda yang benar.
0.2.10.2 Menyebutkan
gambar yang
memiliki bunyi
awal atau akhir
yang sama.
0.2.10.3 Menyebutkan kata-
kata berdasarkan gambar.

b . Keaksaraan Aspek penerapan 0.2.11.1 Menyebutkan suara


pengetahuan huruf awal dari benda-
benda yang ada di
(Kompetensi 4 )
sekitarnya.
0.2.11.2 Menyebutkan
kelompok gambar
yang memiliki huruf
awal yang sama.
0.2.11.3 Menulis dan membaca
nama sendiri.

28
E. Arah Pengembangan
1. Bahasa Pengantar Pembelajaran
Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran ialah bahasa Sunda. Di
sekolah-sekolah atau daerah yang mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa
Sunda dapat digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian maupun sepenuhnya. Akan
tetapi, selalu disertai usaha untuk secara berangsung-angsur bisa memahami petunjuk
dalam bahasa Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa wewengkon, kata-kata
dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Pendekatan dan Prinsip Pembelajaran


Pembelajaran kemampuan berbahasa Sunda bertitik tolak dari pandangan bahwa
bahasa Sunda merupakan alat komunikasi bagi masyarakat pendukungnya. Komunikasi
bahasa diwujudkan melalui kegiatan berbahasa lisan (menyimak-berbicara) dan kegiatan
berbahasa tulis (membaca-menulis). Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Sunda dipusatkan
untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Sunda, berpikir dan bernalar, serta kemampuan
memperluas wawasan budaya Sunda. Juga diarahkan untuk mempertajam perasaan anak
didik. Anak didik tidak hanya mahir berbahasa Sunda, pandai bernalar, tetapi juga memiliki
kepekaan dalam berhubungan satu sama lain, dan dapat menghargai perbedaan yang berlatar
belakang budaya Sunda. Anak didik tidak hanya diharapkan mampu memahami informasi yang
lugas dan tersurat, juga yang kias dan tersirat.
Agar anak didik mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Sunda diarahkan pada
kegiatan untuk membekali anak didik terampil berbahasa lisan dan berbahasa tulis. Anak didik
dilatih lebih banyak menggunakan bahasa daripada pengetahuan tentang bahasa.
Pemakaian bahasa Sunda yang nyata dipengaruhi berbagai konteks, antara lain, siapa
penyapa dan pesapa, pada situasi bagaimana, di mana tempatnya, kapan waktunya, media apa
yang digunakan, dan apa isi pembicaraannya. Untuk keperluan itu, dalam pengembangan
kemampuan berbahasa Sunda dapat digunakan pendekatan kontekstual dengan berbagai
media dan sumber belajar. Juga dipertimbangkan penggunaan pendekatan pembelajaran
yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan (PAIKEM).
Anak didik adalah peserta yang aktif. Berkaitan dengan pengembangan kemampuan
berbahasa Sunda, anak didik harus diberi kesempatan yang sebanyak-banyaknya dan seluas-
luasnya untuk memperoleh pengalaman berbahasa Sunda, melalui kegiatan reseptif
(menyimak, membaca) dan kegiatan produktif (berbicara, menulis).

3. Metode Pembelajaran
Dalam pelaksanaannya, pengembangan kemampuan berbahasa Sunda dapat
menggunakan metode/teknik pembelajaran, antara lain: (1) berceritera, (2) permainan bahasa,
(3) sandiwara boneka, (4) bercakap-cakap, (5) tanya jawab, (6) dramatisasi, (7) mengucapkan
syair, (8) bermain peran, dan (9) karyawisata.

4. Prinsip Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran di TK/RA berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut.
1) Bahan latihan/kegiatan, percakapan diambil dari lingkungan anak atau tema tertentu.
2) KBM berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator, serta
sadapat mungkin dikaitkan dengan tema
3) Anak didik diberi kebebasan dalam menyatakan pikiran dan perasaan serta serta
ditekankan pada spontanitas
4) Guru menguasai metode/teknik

29
5) Komunikasi antara guru dan anak dilaksanakan secara akrab
6) Guru memberi contoh/teladan dalam cara menggunakan bahasa
7) Bahan mengandung isi untuk pengembangan intelektual, emosional serta sesuai
dengan taraf perkembangan anak dan lingkungannya.
8) Tidak diberikan pelajaran membaca dan menulis seperti di SD.

5. Karakteristik Anak Usia Dini


Anak usia dini seperti anak TK/RA dapat dikenali karakteristik fisik, sosial, emosi, dan
kognitifnya. Ciri-ciri anak usia dini tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

a. Ciri Fisik
1) Sangat aktif;
2) Melakukan banyak kegiatan;
3) Otot-otot besar (lengan, kaki) lebih dulu berkembang dari otot yang lebih kecil (jari);
4) Koordinasi tangan, kaki dan mata belum sempurna;
5) Tubuh lentur sehingga mudah bergerak; dan
6) Anak laki-laki umumnya lebih besar dari anak perempuan.

b. Ciri Sosial
1) Bersahabat hanya pada satu atau dua orang dan mudah berganti;
2) Bermain dalam kelompok yang kecil;
3) Anak yang lebih muda bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar;
4) Pola bermain bervariasi sesuai dengan kelas sosial dan jenis kelamin (gender);
5) Sering terjadi perselisihan dan mudah berbaikan kembali; dan
6) Telah menyadari peran jenis kelamin.

c. Ciri Emosi
1) Mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka;
2) Sikap marah lebih sering diperlihatkan;
3) Iri hati pada anak yang lain; dan
4) Selalu memperebutkan perhatian orang dewasa di dekatnya (gurunya).

d. Ciri Kognitif
1) Umumnya terampil dalam berbahasa;
2) Memiliki rasa ingin tahu yang besar; dan
3) Mengemukakan pikiran secara terbuka dan spontan.

F. Pengorganisasian Materi
1. Kompetensi, Indikator, dan Materi Pokok
Kompetensi Inti Pengenalan Bahasa Sunda merupakan kerangka tentang
standar kompetensi yang harus diketahui, dilakukan, dan dikuasai oleh peserta didik
pada setiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam dua komponen utama, yaitu
kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Kompetensi inti mencakup sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan yang diwujudkan melalui menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Kompetensi inti dalam Kurikulum TK/RA mengacu pada aspek perkembangan anak, yakni:
(1) Moral dan nilai-nilai agama;
(2) Sosial, emosional, dan kemandirian;

30
(3) Kemampuan berbahasa, termasuk berbahasa Sunda;
(4) Kognitif;
(5) Fisik/motorik; dan
(6) Seni.
Kompetensi dasar yang dicantumkan dalam sebuah kompetensi inti merupakan
kemampuan minimal yang harus dikuasai anak. Oleh karena itu, guru di daerah atau di
sekolah dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang
disajikan dengan keadaan dan keperluan setempat dalam silabus dan rencana
pembelajaran (Satuan Kegiatan Harian (SKH) dan Satuan Kegiatan Mingguan (SKM).
Perumusan kompetensi dasar dilakukan dalam bentuk konstruksi predikatif,
yakni struktur predikat dan objek (P-O), seperti Mengucapkan salam (sampurasun,
wilujeng enjing). Akibat dari struktur predikatif tersebut, isi kompetensi dasar
memperlihatkan kemampuan proses dan kemampuan substansi. Memang tampak
adanya ketidakajegan, namun hal itu tidak dapat dihindari karena kompetensi dasar
dapat mengacu kepada kemampuan proses maupun substansi.

2. Penomoran Kompetensi
Penomoran dalam kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) dimaksudkan
untuk memudahkan penandaan jumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar,
yang terdapat pada kelas tertentu (A--B). Kompetensi inti mengacu kepada empat
aspek, yakni (1) sikap spritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Untuk menandai keterkaitan kelas dan KI, penomoran KD dibuat dalam empat angka.
Angka pertama menunjukkan satuan pendidikan (TK), angka kedua menunjukkan
kelompok kelas (A—B), angka ketiga menunjukkan nomor KI, dan angka keempat
menunjukkan nomor KD. Contoh:

Kelomok B

LINGKUP PENGEMBANGAN KOMPETENSI DASAR


(KOMPETENSI INTI)
D. PERILAKU
PEMBIASAAN
Aspek sikap Keagamaan 0.2.1.1 Mengucapkan
1. Moral dan Nilai-nilai salam (sampurasun,
Agama (Kompetensi inti 1)
wilujeng enjing)
0.2.1.4 Mengungkapkan rasa syukur
kepada Tuhan (Nuhun Gusti)
0.2.1.5 Mengenal dan
melantunkan pupujian.

Nomor-nomor kompetensi dasar tersebut bukan urutan pembelajaran. Guru


dapat memilih dan memulai dari nomor kompetensi dasar mana saja.

31
3. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar

a. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi


Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan untuk
memfasilitasi pembelajaran bahasa dan sastra Sunda. Teknologi komunikasi berupa
media cetak dan elektronik. Dalam batas-batas dan cara-cara tertentu semua itu dapat
dimanfaatkan untuk membantu meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan sastra
Sunda.

b. Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Budaya


Sumber pembelajaran bahasa dan sastra Sunda dapat pula berupa lingkungan
alam, masyarakat, dan budaya Sunda. Murid diupayakan agar berhubungan langsung
dengan masyarakat untuk mengetahui kehidupan bahasa dan budaya Sunda saat ini,
yang selanjutnya dijadikan informasi dalam penelaahan bahasa. Berkaitan dengan
pembelajaran sastra, murid diupayakan untuk mengetahui kehidupan sastra secara
eksplisit atau secara implisit seperti yang terkandung di dalam unsur-unsur kesenian
Sunda (seni pertunjukan/teater, seni tari, seni rupa, seni karawitan, dan seni kriya).

4. Penilaian
Penilaian merupakan upaya pengumpulan informasi untuk mengetahui
pencapaian kompetensi berbahasa dan bersastra Sunda oleh murid setelah beberapa
kali tatap muka di kelas. Penilaian dilakukan selama pembelajaran, pada tengah
semester, akhir semester, atau akhir tahun. Aspek yang dinilai mencakup kognitif,
afektif, dan psikomotor, yang bermuara pada kemampuan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis, baik yang berkaitan dengan bahasa maupun sastra.
Teknik penilaiannya dapat dilaksanakan melalui cara tes (pengukuran), bukan
tes (pengamatan kinerja murid keseharian), atau portopolio (pengumpulan dan
pengamatan seluruh karya murid, dari awal sampai akhir tahun).

5. Diversifikasi Kurikulum
a. Kesamaan Beroleh Kesempatan
Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada penyeragaman untuk semua
sekolah atau semua murid. Keadaan daerah yang berlainan dan kemampuan murid
yang berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi pada kurikulum
memberikan peluang bagi murid yang berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri
melalui kegiatan tambahan.
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua murid untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat diutamakan. Seluruh murid dari berbagai
kelompok, seperti yang kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima
pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.

b. Kategorisasi Lokasi Kebahasaan


Selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasa-bahasa daerah lain
yang wilayah pemakaiannya tidak berdasarkan daerah administrasi pemerintahan.

32
Dalam hubungan itu, bagi daerah-daerah yang murid-muridnya berbahasa ibu bukan
bahasa Sunda kompetensi dasar itu perlu disesuaikan dengan keadaan kebahasaan
daerah setempat. Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar,
dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan.

6. Pengembangan Materi
Standar kompetensi memberi kewenangan kepada guru dan sekolah untuk
menentukan bahan ajar berdasarkan kompetensi dasar. Penentuan itu disesuaikan
dengan kondisi setempat sehingga penjabaran di setiap sekolah bisa berbeda-beda.
Dalam penjabaran itu diperlukan pedoman yang dapat dijadikan acuan oleh para guru.

33
Lampiran: DASAR HUKUM

KEBIJAKAN DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT


Nomor : 423/2372/Set-disdik 26 Maret 2013
Lampiran : 1 (satu) berkas
Perihal : Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa
Daerah pada Jenjang SD/MI,
SMP/MTs., SMA/SMK/MA

Kepada Yth. : 1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota se Jawa Barat


2. Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota se Jawa Barat

Dipermaklumkan dengan hormat, berkenaan dengan rencana


implementasi Kurikulum 2013 oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan RI yang sampai saat ini masih dalam tahap
persiapan, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran
muatan lokal Bahasa Daerah di Jawa Barat (Bahasa Sunda,
Bahasa Cirebon dan Bahasa Melayu Betawi), kami sampaikan
hal-hal sebagai berikut :

1. Pembelajaran muatan lokal Bahasa Daerah akan tetap


diakomodir dalam Kurikulum 2013 yang pengaturannya
diserahkan pads kebijakan daerah masing-masing. Hal ini
sebagaimana ditegaskan oleh Ketua Tim Pengembang Kurikulum
2013 pads saat Uji Publik Kurikulum 2013 tanggal 21
Desember 2012 dan ditegaskan pula oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI pads saat Sosialisasi Kurikulum 2013 tanggal 16
Maret 2013.
2. Di Jawa Barat, rencana pengaturan kurikulum daerah yang
berkenaan dengan pembelajaran muatan lokal Bahasa Daerah
akan diatur dalam Surat Keputusan dan Surat Edaran Gubemur
Jawa Barat tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah
pads Jenjang Pendidikan SD/MI, SMP/M.Ts., SMA/SMK/MA.
3. Surat Keputusan dan Surat Edaran sebagaimana climaksud poin 2,
pads intinya mewajibkan sekolah-sekolah di Jawa Barat
untuk tetap melaksanakan pembelajaran muatan lokal Bahasa
Daerah sebagai mata pelajaran tersendiri tidak bergabung
dengan mata pelajaran yang lainnya. Pengaturan jam

34
pelajaran untuk muatan lokal Bahasa Daerah tersebut diatur
sebagaimana tertera dalam lampiran surat ini.
4. Rencana implementasi pembelajaran muatan lokal Bahasa
Daerah dalam Kurikulum 2013 di Jawa Barat sampai saat ini
sedang tahap persiapan meliputi :a) penyusunan Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar, b) Penyusunan Sylabus dan
Pedoman Penyusunan RPP, c) Penyusunan Buku Induk
Pegangan Guru dan Pegangan Siswa, d) Pelatihan Guru
Intl dan Guru Kelas/Mata Pelajaran, dan pads waktunya
akan dilakukan e) proses pendampingan bagi guru-guru yang
telah dilatih.
Berkenaan dengan hal -hal tersebut di atas, kami mohon
perkenan kiranya Saudara dapat mengintruksikan kepada
Kepala-Kepala SD/MI, SMP/M.Ts., S M A/ SM K/ MA u n t u k t e t a p
me l a ksa n a ka n p e mb e l a ja r a n mu a t a n l o kal Ba ha sa Dae ra h
se b ag ai ma t a p ela ja r an t er se n diri p a da Ta hu n Pel a ja r an
2013/2014 yang akan datang.

Demikian edaran ini kami buat untuk diketahui dan


menjadi maklum. Atas perhatian dan kerjasamanya,
dihaturkan terima kasih.

35
SALINAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 67 TAHUN 2013

TENTANG

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM


SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 77A ayat (3), Pasal 77C ayat
(3), Pasal 77D ayat (3), Pasal 77E ayat (3), dan Pasal 77I ayat (3)
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor
78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010- 2014;

36
5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,


Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tatakerja Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2013;

7. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan


Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 5/P Tahun 2013;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG


KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM
SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH.

Pasal 1

(1) Kerangka Dasar Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah merupakan


landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis yang berfungsi sebagai
acuan pengembangan Struktur Kurikulum pada tingkat nasional dan
pengembangan muatan lokal pada tingkat daerah serta pedoman pengembangan
kurikulum pada Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah.
(2) Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah merupakan
pengorganisasian kompetensi inti, matapelajaran, beban belajar, kompetensi dasar,
dan muatan pembelajaran pada setiap Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.

(3) Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

37
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,

MOHAMMAD NUH

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR

38

Anda mungkin juga menyukai