BASA SUNDA
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan, Panumbangan,
Pengawas TK Kec.Panumbangan Kepala TK PGRI Cempaka Warna
2
DRAFT
KURIKULUM 2013
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
PENGENALAN
BAHASA SUNDA
TK/RA
4
KATA PENGANTAR
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Karakteristik Umum Kurikulum 2013.......................................................
C. Tujuan Kurikulum 2013...........................................................................
6
Gubernur Jawa Barat
NOMOR: 423.5/Kep.674-Disdik/2006
TENTANG
Mengingat:
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950
tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat
(Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78,
7
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437) jo. Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005
Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun
2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
6. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan
yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 67 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 68 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2013
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 71 Tahun 2013
tentang Buku Pelajaran dan Buku Penunjang untuk Pendidikan
Dasar dan Menengah
15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003
8
tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah
(Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 5 Seri E);
16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2004
tentang Rencana Strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2003-2008 (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 1
Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 6).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERTAMA : Mencabut dan menyatakan tidak berlaku Keputusan
Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Nomor 979/102/
Kep/I/94 tentang Kurikulum Muatan Lokal
Pendidikan Dasar.
9
Sunda serta standar kompetensi lulusan
sebagaimana dimaksud pada Diktum KEDUA
tercantum dalam Lampiran sebagai bagian tak
terpisahkan dari Keputusan ini.
Ditetapkan di Bandung,
Pada tanggal 25 Juli 2006
10
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Pengertian Kurikulum
a. Tantangan Internal
Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun
2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar
yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia
usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya
manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar
tidak menjadi beban.
11
b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu
yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan
informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan
pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup
masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri
dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization
(WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-
Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).
Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia,
pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang
pendidikan.
12
6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia;
7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)
dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap
peserta didik;
8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
e. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi
yang relevan bagi peserta didik.
13
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi
inti;
7. kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
14
II. KERANGKA DASAR KURIKULUM
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum menentukan kualitas peserta
didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran,
posisi peserta didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat
dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar
bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia
berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Pada dasarnya tidak ada satupun filosofi pendidikan yang dapat digunakan secara
spesifik untuk pengembangan kurikulum yang dapat menghasilkan manusia yang
berkualitas.
Berdasarkan hal tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi
sebagai berikut.
2. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan
filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau adalah
sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik. Proses
pendidikan adalah suatu proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berpikir rasional dan
kecemerlangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa yang dilihat,
didengar, dibaca, dipelajari dari warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan
oleh lensa budayanya dan sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta
15
kematangan fisik peserta didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir
rasional dan cemerlang dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan
budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan
dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat
sekitarnya, dan dalam kehidupan berbangsa masa kini.
4. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik
dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi,
sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan
masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social
reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum 2013 bermaksud untuk
mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam berpikir reflektif
bagi penyelesaian masalah sosial di masyarakat, dan untuk membangun kehidupan
masyarakat demokratis yang lebih baik.
B. Landasan Teoretis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar”
(standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-
based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar
nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang dirinci menjadi standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan
kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught
curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di
sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik
(learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal
peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil
16
belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil
kurikulum.
C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis Kurikulum 2013 adalah:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional; dan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
17
III. STRUKTUR KURIKULUM
A. Kompetensi Inti
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada
kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar
pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Secara nasional rumusan kompetensi inti untuk mata pelajaran menggunakan
notasi sebagai berikut:
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk TK/RA tidak dirumuskan sama dengan
di jenjang persekolahan, tetapi didasarkan pada aspek perkembangan, yakni:
(1) Moral dan nilai-nilai agama;
(2) Sosial, emosional, dan kemandirian;
(3) Kemampuan berbahasa, termasuk berbahasa Sunda;
(4) Kognitif;
(5) Fisik/motorik; dan
(6) Seni.
18
dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam
alternative pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan
logika matematikanya dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai
kemampuan untuk memilih dan memilah, serta mempersiapkan pengembangan
kemampuan berpikir teliti. Pengembangan motorik bertujuan untuk mempersiapkan dan
melatih gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol
gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup
sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat, dan terampil.
Pengembangan seni bertujuan agar anak mampu menciptakan sesuatu berdasarkan
hasil imajinasinya, mengembangkan kepekaan, dan dapat menghargai hasil karya yang
kreatif.
Melalui kedua pengembangan pembentukan kebiasaan dan kemampuan dasar
tersebut, terutama kemampuan berbahasa Sunda, anak dapat tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang cageur, bageur, bener, pinter, singer, pangger, tur teu kabalinger.
Struktur kurikulum TK/RA dapat ditabelkan sebagai berikut:
C. Beban Belajar
Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik
dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran. Beban belajar di
TK/RA dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu secara tematis.
D. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai bidang pengembangan anak.
Oleh karena itu, rRumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari aspek pengembangan anak.
Kompetensi dasar dibagi menjadi enam kelompok sebagai berikut:
1. Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar moral dan nilai-nilai agama dalam rangka
pengembangan pembiasaan;
2. Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sosial, emosional, dan kemandirian dalam
rangka pengembangan pembiasaan;
3. Kelompok 3: kelompok kompetensi dasar kemampuan berbahasa, termasuk
berbahasa Sunda dalam rangka pengembangan kemampuan dasar;
4. Koleompok 4: kelompok kompetensi dasar kognitif dalam rangka pengembangan
kemampuan dasar;
5. Kelompok 5: kelompok kompetensi dasar fisik/motorik dalam rangka pengembangan
kemampuan dasar; dan
19
6. Kelompok 6: kelompok kompetensi dasar seni dalam rangka pengembangan
kemampuan dasar.
IV. KURIKULUM MUATAN LOKAL MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA
A. Rasional
Sejalan dengan keluarnya Kurikulum 2013 terdapat tiga jenis kurikulum, yakni
Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan Kurikulum Tingkat Sekolah.
Kurikulum Tingkat Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional. Kurikulum
Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di daerah berdasarkan Kurikulum Tingkat
Nasional sesuai dengan kebijakan daerah masing-masing. Sementara, Kurikulum
Tingkat Sekolah disusun dan diberlakukan pada setiap jenjang sekolah.
Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran
Bahasa Sunda. Selain disesuaikan dan didasarkan pada struktur Kurikulum Tingkat
Nasional 2013, KIKD Mata Pelajaran Bahasa Sunda didasarkan pada Surat Edaran
Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat Nomor 423/2372/Set-disdik tertanggal 26 Maret 2013
tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs,
SMA/SMK/MA.
Di samping itu, penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata
Pelajaran Bahasa Sunda didasari pula oleh Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No.
5 Tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah, yang
menetapkan bahasa daerah, antara lain, bahasa Sunda, diajarkan pada pendidikan
dasar di Jawa Barat. Kebijakan tersebut sejalan dengan jiwa UU No. 22/1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
bersumber dari UUD 1945 yang menyangkut Pendidikan dan Kebudayaan. Sejalan pula
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Bab III Pasal 7 Ayat 3--8, yang menyatakan bahwa dari
SD/MI/SDLB, SMP/MTs./ SMPLB, SMA/MAN/SMALB, dan SMK/MAK diberikan
pengajaran muatan lokal yang relevan dan Rekomendasi UNESCO tahun 1999 tentang
“pemeliharaan bahasa-bahasa ibu di dunia”.
Hal di atas sejalan pula dengan Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI,
SMP/MTs, SMA/SMK/MA, di antaranya menyatakan bahwa: Bahasa Daerah sebagai
muatan lokal dapat diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk
memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai
dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut.
Bahasa Sunda berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang juga merupakan
bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat Jawa Barat. Bahasa Sunda juga menjadi
bahasa pengantar pembelajaran di kelas-kelas awal SD/MI. Melalui pembelajaran
bahasa Sunda diperkenalkan kearifan lokal sebagai landasan etnopedagogis.
Berdasarkan kenyataan tersebut, bahasa Sunda sebagai salah satu khasanah
dalam kebhineka-tunggal-ikaan bahasa dan budaya Nusantara akan menjadi landasan
bagi pendidikan karakter dan moral bangsa. Oleh karena itu, bahasa Sunda harus
diperkenalkan di Taman Kanak-kanak (TK)/Raudhatul Athfal (RA) dan di sekolah-
20
sekolah mulai Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah
Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), sampai Sekolah Menengah Atas
(SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliah (MA). Untuk kepentingan
itu, perlu disusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan satuan
pendidikan tersebut.
Pembelajaran bahasa Sunda diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya
dan budaya Sunda, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam
masyarakat Sunda, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan
imajinatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Sunda diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Sunda
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap budaya dan hasil karya sastra Sunda.
Kompetensi inti mata pelajaran Bahasa Sunda yang memiliki kesamaan dengan
kompetensi inti mata pelajaran lainnya merupakan kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda. Kompetensi Inti ini
menjadi dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional,
dan nasional. Secara substansial terdapat empat Kompetensi Inti yang sejalan dengan
pembentukan kualitas insan yang unggul, yakni (1) sikap keagamaan (beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) untuk menghasilkan manusia yang pengkuh
agamana (spiritual quotient), (2) sikap kemasyarakatan (berakhlak mulia) untuk
menghasilkan manusia yang jembar budayana (emotional quotient), (3) menguasai
pengetahuan, teknologi, dan seni (berilmu dan cakap) untuk menghasilkan manusia
yang luhung elmuna (intellectual quotient), dan (4) memiliki keterampilan (kreatif dan
mandiri) untuk menghasilkan manusia yang rancage gawena (actional quotient).
Keempat Kompetensi Inti tersebut merupakan pengejawantahan dari tujuan
pendidikan nasional (Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 3), yakni “untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar Pelajaran Bahasa Sunda ini,
selaras dengan alasan pengembangan kurikulum 2013, diharapkan peserta didik
memiliki
1. Kemampuan berkomunikasi;
2. Kemampuan berpikir jernih dan kritis;
3. Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan;
4. Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab;
5. Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang
berbeda;
6. Kemampuan hidup dalam maysrakat yang mengglobal;
7. Minat yang luas dalam kehidupan;
8. Kesiapan untuk bekerja;
9. Kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya; dan
10. Rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.
21
B. Struktur Kurikulum Muatan Lokal
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA
dinyatakan bahwa Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara
terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat
menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan
tersebut.
. Pendidikan Muatan Lokal Pelajaran Bahasa Daerah merupakan kegiatan
kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan
potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan
oleh satuan pendidikan melalui pemerintah daerah, dalam hal ini Provinsi Jawa Barat
melalui Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Kewenangan pemerintah daerah untuk mengembangkan bahasa daerah
diperkuat oleh UU nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang
Negara serta Lagu Kebangsaan. Pasal 42 Ayat (1) dan Ayat (2) berbunyi sebagai
berikut.
• Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan
sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan
bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian
dari kekayaan budaya Indonesia.
• Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh pemerintah daerah di
bawah koordinasi lembaga kebahasaan.
Mengingat kewenangan pemerintah daerah dalam mengembangkan dan
membina bahasa daerah, adanya kebijakan kurikulum tingkat daerah, dan
keberagaman pemerintah daerah dalam menetapkan konten muatan lokal maka untuk
Kurikulum 2013 ditetapkan pendidikan bahasa daerah tetap menjadi wewenang
pemerintah daerah. Kurikulum 2013 menyediakan muatan lokal untuk pendidikan
bahasa daerah dan pendidikan seni budaya.
Berkaitan dengan bunyi undang-undang tersebut, maka Mata Pelajaran Bahasa
dan Sastra Sunda termasuk mata pelajaran muatan lokal di wilayah Provinsi Jawa
Barat. Kedudukannya dalam proses pendidikan sama dengan kelompok mata pelajaran
inti dan pengembangan diri. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Sunda juga
diujikan dan nilainya wajib dicantumkan dalam buku rapor.
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan Surat Keputusan No.
423/2372/Set-disdik tanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal
Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA). Kedudukan Mata
Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah dalam Struktur Kurikulum adalah sebagai
berikut.
Kedudukan muatan lokal dalam struktur kurikulum TK/RA termasuk ke dalam
kemampuan berbahasa seperti tampak pada tabel berikut.
22
Tabel 4.2: Struktur Kurikulum TK/RA
2. Fungsi
Fungsi pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA) adalah:
(1) mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak;
(2) mengenalkan anak dengan dunia sekitar;
(3) menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik;
(4) mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi;
(5) mengembangkan keterampilan, kreativitas, dan kemampuan yang
dimiliki oleh anak; dan
(6) menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Berkaitan dengan kemampuan berbahasa Sunda, pendidikan TK/RA berfungsi
mengembangkan kemampuan berkomunikasi bahasa Sunda dan bersosialisasi dengan bahasa
Sunda serta menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik (santun).
3. Tujuan
Pendidikan TK/RA bertujuan membantu anak dalam mengembangkan berbagai potensi
baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial-emosional, kognitif,
bahasa (termasuk bahasa Sunda), fisik/motorik, kemandirian, dan seni untuk siap memasuki
pendidikan dasar.
23
D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
KEMAMPUAN AN BAHASA SUNDA TK/RA
B. KEMAMPUAN
DASAR
Aspek penerapan 0.1.3.1 Memahami dan
1. FISIK pengetahuan melakukan dua
a. Motorik Kasar perintah yang
(kompetensi Inti 4) diberikan secara
bersamaan.
0.1.3.2 Menirukan gerakan
yang dicontohkan
dan diperintahkan
(nagog, diuk,
nangtung, jengke)
0.1.3.3 Melakukan kaulinan
Barudak (oray-
orayan, sasalimpetan)
b. Motorik Halus 0.1.4.1 Mengenal huruf Latin
sederhana
24
(pra membaca)
0.1.4.2 Menyalin huruf Latin
sederhana (pra
menulis)
2. KESEHATAN Aspek penerapan
FISIK pengetahuan
(kompetensi inti 3)
3. KOGNITIF Aspek pengetahuan 0.1.5.1 Mengenal dan
(Kompetensi Inti 3) menyebutkan benda
a. sesuai dengan
PENGETAHU fungsinya dalam
AN UMUM bahasa Sunda
DAN SAINS (cangkir paranti
eueut).
0.1.5.2 Menyebitkan
kejadian alam
(gunung bitu,
Taneuh urug,
Walungan caah)
0.1.5.3 Menyebutkan benda-
benda di sekitar anak
dengan kata-kata
Sunda (korsi, meja,
Panto, jandela).
b. KONSEP BENTUK, Aspek pengetahuan 0.1.6.1 Mengenal nama
WARNA DAN (Kompotensi Inti 3) bentuk dan warna
POLA benda dengan kata-
kata Sunda.
0.1.6.1 Menyebutkan atau
mengelompokkan
benda yang sama
atau sejenis dengan
kata-kata Sunda
(Buleud: bal, topi;
Pasagi: buku, meja).
c. KONSEP Aspek pengetahuan 0.1.6.1 Menyebutkan lambang
BILANGAN, (Kompetensi Inti 3) angka 1– 10 dengan
LAMBANG kata- kata Sunda (hiji,
BILANGAN DAN dua, tilu,opat, dst)
HURUF (pra membaca)
0.1.6.2 Membilang banyak
benda 1-10 dengan
kata-kata Sunda
yang benar (hiji, dua,
tilu, sapuluh)
25
4. Kemampuan Bahasa Aspek penerapan 0.1.6.1 Mengulang 1-3 kata
a. Mengungkapkan pengetahuan sederhana anggota
Bahasa tubuh dalam bahasa
(Kompetensi Inti 4 )
Sunda.
0.1.6.2 Menjawab pertanyaan
guru dengan kata-
kata
bahasa Sunda.
0.1.6.3 Menyebutkan kosa
kata bahasa Sunda
berkaitan dengan
kegiatan sehari-hari.
0.1.6.4 Menyanyikan lagu
Anak berbahasa
Sunda (kakawihan).
b . Keaksaraan Aspek penerapan 0.1.7.1 Mengenal huruf awal
pengetahuan melalui suara benda,
hewan, atau orang di
(Kompetensi 4 ) sekitarnya.
0.1.7.2 Menirukan huruf awal
berdasarkan suara
benda, hewan, atau
orang di sekitarnya.
26
dan disiplin (cara
diuk, cara leumpang,
cara dangdang, cara
dahar-nginum).
0.2.2.3 Mau berbagi dengan
Teman (silih bere
dahareun)
3. KEMAMPUAN
DASAR
Aspek penerapan 0.2.3.1 Melakukan kaulinan
1. FISIK pengetahuan barudak sambil
a. Motorik Kasar bernyanyi.
(kompetensi Inti 4)
c. Motorik Halus 0.2.4.1 Menceritakan gambar
yang dibuat sendiri.
3. KESEHATAN FISIK Aspek penerapan 0.2.5.1 Mengenal cara
pengetahuan menjaga kebersihan
dan kesehatan badan.
(kompetensi inti 3) 0.2.5.2 Menyebutkan jenis
makanan tradisional
Sunda (comro, misro,
ulen, sorabi)
0.2.5.3 Menyebutkan jenis
tumbuhan yang dapat
dijadikan obat (koneng,
jahe, daun seureuh)
0.2.5.4 Menyebutkan jenis
penyakit ringan dalam
bahasa Sunda.
3. KOGNITIF Aspek pengetahuan 0.2.6.1 Memilah dan menyebut
a. PENGETAHUAN (Kompetensi Inti 3) nama benda berdasarkan
UMUM DAN fungsinya.
SAINS 0.2.6.2 Menyebutkan kelompok
gambar yang memiliki
bunyi.
0.2.6.3 Menyebutkan aktivitas mutatif
(leyur, ngagolak,
saheng, ngebul)
0.2.6.4 Menyebutkan aktivitas
alam (angin ngahiliwir,
hujan turun, seuneu
hurung, peuting poek,
beurang caang).
b. KONSEP Aspek pengetahuan 0.2.7.1 Menyebutkan
BENTUK, (Kompotensi Inti 3) perbedaan benda
WARNA DAN berdasarkan banyak,
27
POLA tinggi, panjang,
bentuk, warna.
c. KONSEP Aspek pengetahuan 0.2.8.1 Menyebutkan lambang
BILANGAN, (Kompetensi Inti 3) angka 1– 10 dengan kata-
LAMBANG kata Sunda (hiji, dua, tilu,
BILANGAN DAN opat, dst) (pra membaca)
HURUF 0.2.8.2 Membilang banyak
benda 1-10 dengan
kata-kata Sunda
yang benar (hiji, dua,
tilu, sapuluh)
0.2.8.3 Meniru lambang
Bilangan dengan benar
(pra menulis)
28
E. Arah Pengembangan
1. Bahasa Pengantar Pembelajaran
Bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran ialah bahasa Sunda. Di
sekolah-sekolah atau daerah yang mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa
Sunda dapat digunakan bahasa Indonesia, baik sebagian maupun sepenuhnya. Akan
tetapi, selalu disertai usaha untuk secara berangsung-angsur bisa memahami petunjuk
dalam bahasa Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa wewengkon, kata-kata
dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Metode Pembelajaran
Dalam pelaksanaannya, pengembangan kemampuan berbahasa Sunda dapat
menggunakan metode/teknik pembelajaran, antara lain: (1) berceritera, (2) permainan bahasa,
(3) sandiwara boneka, (4) bercakap-cakap, (5) tanya jawab, (6) dramatisasi, (7) mengucapkan
syair, (8) bermain peran, dan (9) karyawisata.
4. Prinsip Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran di TK/RA berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut.
1) Bahan latihan/kegiatan, percakapan diambil dari lingkungan anak atau tema tertentu.
2) KBM berorientasi pada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator, serta
sadapat mungkin dikaitkan dengan tema
3) Anak didik diberi kebebasan dalam menyatakan pikiran dan perasaan serta serta
ditekankan pada spontanitas
4) Guru menguasai metode/teknik
29
5) Komunikasi antara guru dan anak dilaksanakan secara akrab
6) Guru memberi contoh/teladan dalam cara menggunakan bahasa
7) Bahan mengandung isi untuk pengembangan intelektual, emosional serta sesuai
dengan taraf perkembangan anak dan lingkungannya.
8) Tidak diberikan pelajaran membaca dan menulis seperti di SD.
a. Ciri Fisik
1) Sangat aktif;
2) Melakukan banyak kegiatan;
3) Otot-otot besar (lengan, kaki) lebih dulu berkembang dari otot yang lebih kecil (jari);
4) Koordinasi tangan, kaki dan mata belum sempurna;
5) Tubuh lentur sehingga mudah bergerak; dan
6) Anak laki-laki umumnya lebih besar dari anak perempuan.
b. Ciri Sosial
1) Bersahabat hanya pada satu atau dua orang dan mudah berganti;
2) Bermain dalam kelompok yang kecil;
3) Anak yang lebih muda bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar;
4) Pola bermain bervariasi sesuai dengan kelas sosial dan jenis kelamin (gender);
5) Sering terjadi perselisihan dan mudah berbaikan kembali; dan
6) Telah menyadari peran jenis kelamin.
c. Ciri Emosi
1) Mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka;
2) Sikap marah lebih sering diperlihatkan;
3) Iri hati pada anak yang lain; dan
4) Selalu memperebutkan perhatian orang dewasa di dekatnya (gurunya).
d. Ciri Kognitif
1) Umumnya terampil dalam berbahasa;
2) Memiliki rasa ingin tahu yang besar; dan
3) Mengemukakan pikiran secara terbuka dan spontan.
F. Pengorganisasian Materi
1. Kompetensi, Indikator, dan Materi Pokok
Kompetensi Inti Pengenalan Bahasa Sunda merupakan kerangka tentang
standar kompetensi yang harus diketahui, dilakukan, dan dikuasai oleh peserta didik
pada setiap tingkatan. Kerangka ini disajikan dalam dua komponen utama, yaitu
kompetensi inti dan kompetensi dasar.
Kompetensi inti mencakup sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan yang diwujudkan melalui menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Kompetensi inti dalam Kurikulum TK/RA mengacu pada aspek perkembangan anak, yakni:
(1) Moral dan nilai-nilai agama;
(2) Sosial, emosional, dan kemandirian;
30
(3) Kemampuan berbahasa, termasuk berbahasa Sunda;
(4) Kognitif;
(5) Fisik/motorik; dan
(6) Seni.
Kompetensi dasar yang dicantumkan dalam sebuah kompetensi inti merupakan
kemampuan minimal yang harus dikuasai anak. Oleh karena itu, guru di daerah atau di
sekolah dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang
disajikan dengan keadaan dan keperluan setempat dalam silabus dan rencana
pembelajaran (Satuan Kegiatan Harian (SKH) dan Satuan Kegiatan Mingguan (SKM).
Perumusan kompetensi dasar dilakukan dalam bentuk konstruksi predikatif,
yakni struktur predikat dan objek (P-O), seperti Mengucapkan salam (sampurasun,
wilujeng enjing). Akibat dari struktur predikatif tersebut, isi kompetensi dasar
memperlihatkan kemampuan proses dan kemampuan substansi. Memang tampak
adanya ketidakajegan, namun hal itu tidak dapat dihindari karena kompetensi dasar
dapat mengacu kepada kemampuan proses maupun substansi.
2. Penomoran Kompetensi
Penomoran dalam kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) dimaksudkan
untuk memudahkan penandaan jumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar,
yang terdapat pada kelas tertentu (A--B). Kompetensi inti mengacu kepada empat
aspek, yakni (1) sikap spritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Untuk menandai keterkaitan kelas dan KI, penomoran KD dibuat dalam empat angka.
Angka pertama menunjukkan satuan pendidikan (TK), angka kedua menunjukkan
kelompok kelas (A—B), angka ketiga menunjukkan nomor KI, dan angka keempat
menunjukkan nomor KD. Contoh:
Kelomok B
31
3. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar
4. Penilaian
Penilaian merupakan upaya pengumpulan informasi untuk mengetahui
pencapaian kompetensi berbahasa dan bersastra Sunda oleh murid setelah beberapa
kali tatap muka di kelas. Penilaian dilakukan selama pembelajaran, pada tengah
semester, akhir semester, atau akhir tahun. Aspek yang dinilai mencakup kognitif,
afektif, dan psikomotor, yang bermuara pada kemampuan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis, baik yang berkaitan dengan bahasa maupun sastra.
Teknik penilaiannya dapat dilaksanakan melalui cara tes (pengukuran), bukan
tes (pengamatan kinerja murid keseharian), atau portopolio (pengumpulan dan
pengamatan seluruh karya murid, dari awal sampai akhir tahun).
5. Diversifikasi Kurikulum
a. Kesamaan Beroleh Kesempatan
Pelaksanaan kurikulum tidak mengarah kepada penyeragaman untuk semua
sekolah atau semua murid. Keadaan daerah yang berlainan dan kemampuan murid
yang berbeda justru menjadi sumber pemerkayaan diri. Diversifikasi pada kurikulum
memberikan peluang bagi murid yang berkemampuan lebih untuk meningkatkan diri
melalui kegiatan tambahan.
Penyediaan tempat yang memberdayakan semua murid untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap sangat diutamakan. Seluruh murid dari berbagai
kelompok, seperti yang kurang, berbakat, dan yang ungggul, berhak menerima
pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
32
Dalam hubungan itu, bagi daerah-daerah yang murid-muridnya berbahasa ibu bukan
bahasa Sunda kompetensi dasar itu perlu disesuaikan dengan keadaan kebahasaan
daerah setempat. Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar,
dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan.
6. Pengembangan Materi
Standar kompetensi memberi kewenangan kepada guru dan sekolah untuk
menentukan bahan ajar berdasarkan kompetensi dasar. Penentuan itu disesuaikan
dengan kondisi setempat sehingga penjabaran di setiap sekolah bisa berbeda-beda.
Dalam penjabaran itu diperlukan pedoman yang dapat dijadikan acuan oleh para guru.
33
Lampiran: DASAR HUKUM
34
pelajaran untuk muatan lokal Bahasa Daerah tersebut diatur
sebagaimana tertera dalam lampiran surat ini.
4. Rencana implementasi pembelajaran muatan lokal Bahasa
Daerah dalam Kurikulum 2013 di Jawa Barat sampai saat ini
sedang tahap persiapan meliputi :a) penyusunan Kompetensi
Inti dan Kompetensi Dasar, b) Penyusunan Sylabus dan
Pedoman Penyusunan RPP, c) Penyusunan Buku Induk
Pegangan Guru dan Pegangan Siswa, d) Pelatihan Guru
Intl dan Guru Kelas/Mata Pelajaran, dan pads waktunya
akan dilakukan e) proses pendampingan bagi guru-guru yang
telah dilatih.
Berkenaan dengan hal -hal tersebut di atas, kami mohon
perkenan kiranya Saudara dapat mengintruksikan kepada
Kepala-Kepala SD/MI, SMP/M.Ts., S M A/ SM K/ MA u n t u k t e t a p
me l a ksa n a ka n p e mb e l a ja r a n mu a t a n l o kal Ba ha sa Dae ra h
se b ag ai ma t a p ela ja r an t er se n diri p a da Ta hu n Pel a ja r an
2013/2014 yang akan datang.
35
SALINAN
TENTANG
36
5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
(3) Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
37
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR
38