TENTANG
1
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, b, c, dan d diatas, maka
perlu diatur dan ditetapkan Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2015 - 2035.
2
9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang
Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4411);
10. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437; Sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 58, Tambahan Lembaran Republik Indonesia
Negara Nomor 4844);
12. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 444);
13. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4723);
14. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
15. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4739);
16. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang
Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4746 );
17. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4849);
3
18. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
19. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4956);
20. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4959);
21. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
22. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5014);
23. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5025);
24. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);
25. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan
Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
26. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 31 tahun 2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan
Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5074);
27. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3469);
4
28. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168);
29. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82), Tambahan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996
tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta
Bentuk Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3660);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998
tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000
tentang Ketelitian Peta untuk RTRW (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
3034);
33. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004
tentang Penggunaan Tanah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
4385);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004
tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4452);
35. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005
tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4490);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
5
37. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006
tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4624);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006
tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4655);
39. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4696);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
41. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4833);
42. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009
tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4987);
43. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009
tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010
tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan
Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097);
45. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5103);
6
46. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010
tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 28,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5110);
47. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan
Mineral Dan Batubara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111);
48. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010
tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 30,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5112);
49. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010
tentang Bentuk Dan Tata Cara Peranserta
Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5160);
50. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau
Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 10);
51. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;
52. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun
2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Daerah;
53. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun
2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang
Daerah;
54. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan
Substansi Dalam Penetapan Rancangan peraturan
Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota Beserta Rencana Rincinya;
55. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
56. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun
2012 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan
Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi dan Kabupaten/Kota (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 647);
7
57. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun
2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 32).
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
8
9. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
10. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hirarkis memiliki hubungan fungsional.
11. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
12. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
13. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan
ruang.
14. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan
hukum bagi pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat
dalam penataan ruang.
15. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan
kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat.
16. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan
penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
17. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan
penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
18. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan pan
penetapan rencana tata ruang.
19. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur
ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui
penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
20. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk
mewujudkan tertib tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang
yang telah ditetapkan.
21. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
22. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur yang
selanjutnya disingkat RTRW Kabupaten Kotawaringin Timur adalah
rencana mengatur struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten yang merupakan hasil dari kegiatan perencanaan tata
ruang.
23. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan / atau aspek fungsional.
24. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa
kabupaten/kota.
25. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa
kecamatan.
9
26. Pusat Kegiatan Lokal Promos (PKLp) adalah kawasan perkotaan
yang dipromosikan untuk menjadi PKL.
27. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa
desa.
28. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) adalah pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
29. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan
budidaya.
30. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.
31. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.
32. Kawasan strategis provinsi atau disingkat KSP adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh
sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial,
budaya dan/atau lingkungan.
33. Kawasan strategis kabupaten atau disingkat KSK adalah wilayah
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai
pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap
ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
34. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
35. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya
sebagai hutan tetap.
36. Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat
khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan
sekitarnya maupun bawahannya sebagai pengatur tata air,
pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.
37. Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang difungsikan
utamanya untuk kepentingan produksi hasil hutan dalam rangka
memperoleh manfaat ekonomi yang sebesar-besarnya, dengan tetap
memperhatikan kelestarian fungsi, lingkungan, dan keberadaan
kawasan hutan produksi itu sendiri.
38. Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga
merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna
sebagai sumber air.
39. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
10
40. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan
utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
41. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan
utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi.
42. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang
dibangun atau didirikan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
43. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan
secara nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan.
44. Kawasan pesisir adalah wilayah pesisir tertentu yang ditunjukan
dan atau ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan kriteria tertentu,
seperti karakter fisik, biologi, sosial dan ekonomi untuk
dipertahankan keberadaannya.
45. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau
lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem
produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu
yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki
keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
46. Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman
tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam
ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan
jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
47. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan
lingkungannya secara berkelanjutan, mulai dari praproduksi,
produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
48. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu,
usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang
pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang
sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal,
tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.
49. Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber
daya fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin
peternakan, budi daya ternak, panen, pascapanen, pengolahan,
pemasaran, dan pengusahaannya.
11
50. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan
dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral,
batubara dan panas bumi yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan
dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang.
51. Daerah irigasi adalah daerah yang dilewati sistem pengairan untuk
kebutuhan tertentu.
52. Daerah rawa adalah daerah yang mengalami pasang surut air laut
sehingga ditumbuhi jenis tanaman tertentu.
53. Lingkungan adalah sumberdaya fisik dan biologis yang menjadi
kebutuhan dasar agar kehidupan masyarakat (manusia) dapat
bertahan.
54. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
55. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya.
56. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk menyerap zat, energi, dan atau komponen lain yang
masuk atau dimasukkan ke dalamnya.
57. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu
wilayah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi
menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air
lainnya dan kemudian mengalirkannya melalui sungai utama ke
laut.
58. Wilayah Sungai yang selanjutnya disingkat WS adalah kesatuan
wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah
aliran sungai.
59. Ketentuan umum peraturan zonasi adalah ketentuan yang
mengatur tentang persyaratan umum pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya di setiap kawasan sebagai panduan
untuk mengembangan ruang pada rencana yang lebih detail.
60. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam
kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
61. Izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk
memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman
modal yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak, dan untuk
menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha penanaman
modalnya.
62. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.
12
63. Ruang Terbuka Hijau Perkotaan (RTHKP) adalah bagian dari ruang
terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan
tanaman guna mendukung manfaat ekologi.
64. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku
kepentingan non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan
ruang.
65. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
66. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya
disebut BKPRD adalah badan yang bersifat ad-hoc yang dibentuk
untuk mendukung pelaksanaan Undang-undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang di Kabupaten Kotawaringin Timur
dan mempunyai fungsi membantu tugas bupati dalam koordinasi
penataan ruang di daerah.
67. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan
tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan
atau air, serta di atas permukaan air.
68. Jalan primer adalah jalan yang menghubungkan antar provinsi
atau kabupaten.
69. Jalan sekunder adalah jalan yang menghubungkan jaringan dalam
kota atau antar kecamatan.
70. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayanai
angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-
rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
71. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayanai
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
72. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan
rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
73. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan
kecepatan rata-rata rendah.
13
BAB II
RUANG LINGKUP, TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 2
Bagian Kedua
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 3
Bagian Ketiga
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 4
14
b. pengaturan keseimbangan pemanfaatan ruang yang berkelanjutan
dengan mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan serta kelestarian sumberdaya alam;
c. pengembangan pertanian dalam arti luas;
d. pengembangan industri pengolahan;
e. pengembangan pelayanan transportasi;
f. pemanfaatan ruang demi tercapainya pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat; dan
g. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara.
Bagian Keempat
Strategi Penataan Ruang
Pasal 5
Pasal 6
15
e. meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup serta pengendalian
kerusakan dan pencemaran lingkungan akibat kegiatan
pemanfaatan ruang yang dilakukan; dan
f. memilih penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dalam
kegiatan pemanfaatan ruang.
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
16
c. meningkatkan sarana dan prasarana Pelabuhan Multipurpose
Bagendang sebagai pintu gerbang keluar dan masuknya barang
baik Nasional maupun Internasional;
d. membangun sistem jaringan perkeretaapian dari kawasan
perkebunan dan pertambangan untuk mengangkut hasil produksi
menuju kawasan industri Bagendang;
e. meningkatkan sarana dan prasarana pendukung Bandar Udara H.
Asan Sampit;
f. meningkatkan status dan peran Bandar Udara H. Asan Sampit
dalam tatanan kebandarudaraan di Provinsi Kalimantan Tengah;
g. meningkatkan konektivitas pusat-pusat kegiatan dalam kabupaten
secara hierarki yaitu antara PKW – PKL – PPK – PPL; dan
h. mengembangkan terminal penumpang tipe B (AKDP) di jalan
lingkar utara Sampit.
Pasal 10
Pasal 11
17
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya
tidak terbangun di sekitar kawasan pertahanan, sebagai zona
penyangga yang memisahkan kawasan tersebut dengan kawasan
budi daya terbangun; dan
d. turut menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 12
Bagian Kedua
Pusat – Pusat Kegiatan
Pasal 13
18
(4) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi :
a. Bagendang di Kecamatan Mentaya Hilir Utara;
b. Ujung Pandaran di Kecamatan Teluk Sampit;
c. Bapinang di Kecamatan Pulau Hanaut;
d. Kota Besi di Kecamatan Kota Besi;
e. Cempaka Mulia di Kecamatan Cempaga;
f. Pundu di Kecamatan Cempaga Hulu;
g. Tumbang Penyahuan di Kecamatan Bukit Sentuai;
h. Tumbang Kalang di Kecamatan Antang Kalang;
i. Kuala Kuayan di Kecamatan Mentaya Hulu;
j. Tumbang Mangkup di Kecamatan Telaga Antang; dan
k. Luwuk Sampun di Kecamatan Tualan Hulu.
(5) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi :
a. Gunung Makmur di Kecamatan Antang Kalang;
b. Beringin Agung di Kecamatan Telaga Antang;
c. Lempuyang di Kecamatan Teluk Sampit;
d. Tangar di Kecamatan Mentaya Hulu;
e. Bagendang Tengah di Kecamatan Mentaya Hilir Utara;
f. Pelantaran di Kecamatan Cempaga Hulu;
g. Tumbang Sangai di Kecamatan Telaga Antang; dan
h. Tumbang Batu di Kecamatan Bukit Santuai.
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 14
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 15
19
(2) Jaringan jalan di Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a, terdiri atas :
a. jaringan jalan arteri primer yang ada di Kabupaten
Kotawaringin Timur, terdiri atas:
1. ruas jalan Kasongan - Pelantaran sepanjang 61,963 km;
2. ruas jalan Batas Kota Sampit - Pelantaran/Km. 65
sepanjang 57,389 km;
3. ruas jalan Jl. Cilik Riwut (Sampit) sepanjang 17,971 km;
4. ruas jalan Batas Kota Sampit - km 65.00 (Sp. Bangkal)
sepanjang 60,824 km;
5. ruas jalan Jl. A. Yani (Sampit) sepanjang 2,456 km; dan
6. ruas jalan Jl. Sudirman (Sampit) sepanjang 3,219 km.
b. jaringan jalan kolektor primer K2 yang ada di Kabupaten
Kotawaringin Timur, yaitu ruas jalan Sampit – Samuda – Ujung
Pandaran – Kuala Pembuang sepanjang 140,52 km.
c. jaringan jalan kolektor primer K3 yang ada di Kabupaten
Kotawaringin Timur, terdiri atas :
1. ruas jalan Pelantaran – Parenggean sepanjang 34,75 km;
2. ruas jalan Parenggean – Tumbang Sangai sepanjang 51,20
km;
3. ruas jalan Tumbang Sangai – Tumbang Kalang sepanjang
50 km; dan
4. ruas jalan lingkar selatan Kota Sampit sepanjang 7,50 km.
d. jaringan jalan lokal primer dan sekunder yang ada di
Kabupaten Kotawaringin Timur, terdiri atas :
1. ruas jalan di Kecamatan Teluk Sampit sebanyak 7 ruas
jalan dengan panjang 12,75 km;
2. ruas jalan di Kecamatan Pulau Hanaut sebanyak 17 ruas
jalan dengan panjang 70,20 km;
3. ruas jalan di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan sebanyak 92
ruas jalan dengan panjang 179,73 km;
4. ruas jalan di Kecamatan Mentaya Hilir Utara sebanyak 36
ruas jalan dengan panjang 152,25 km;
5. ruas jalan di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang sebanyak
264 ruas jalan dengan panjang 205,75 km;
6. ruas jalan di Kecamatan Baamang sebanyak 176 ruas jalan
dengan panjang 228,16 km;
7. ruas jalan di Kecamatan Seranau sebanyak 9 ruas jalan
dengan panjang 39,60 km;
8. ruas jalan di Kecamatan Kota Besi sebanyak 34 ruas jalan
dengan panjang 79,75 km;
9. ruas jalan di Kecamatan Telawang sebanyak 6 ruas jalan
dengan panjang 107,50 km;
10. ruas jalan di Kecamatan Cempaga sebanyak 19 ruas jalan
dengan panjang 20,90 km;
11. ruas jalan di Kecamatan Cempaga Hulu sebanyak 12 ruas
jalan dengan panjang 50,39 km;
12. ruas jalan di Kecamatan Parenggean sebanyak 22 ruas
jalan dengan panjang 118,112 km;
20
13. ruas jalan di Kecamatan Tualan Hulu sebanyak 3 ruas
jalan dengan panjang 7,20 km;
14. ruas jalan di Kecamatan Telaga Antang sebanyak 5 ruas
jalan dengan panjang 17,867 km;
15. ruas jalan di Kecamatan Antang Kalang sebanyak 14 ruas
jalan dengan panjang 145,40 km;
16. ruas jalan di Kecamatan Mentaya Hulu sebanyak 21 ruas
jalan dengan panjang 316,55 km;
17. ruas jalan di Kecamatan Bukit Santuai sebanyak 12 ruas
jalan dengan panjang 87,30 km;
18. ruas jalan lintas kecamatan (Kecamatan Cempaga –
Kecamatan Seranau – Kecamatan Pulau Hanaut) sebanyak
1 ruas jalan dengan panjang 125 km;
19. ruas jalan lintas Kecamatan (Kecamatan Telawang –
Kecamatan Mentaya Hilir Utara) sebanyak 1 ruas jalan
dengan panjang 12 km; dan
20. pembangunan ruas jalan dalam wilayah kecamatan dan
ruas jalan lintas kecamatan di wilayah kabupaten.
e. jaringan jalan strategis kabupaten yang ada di Kabupaten
Kotawaringin Timur, terdiri atas :
1. ruas jalan Jl. Iskandar di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 3,20 km;
2. ruas jalan Pasar Berdikari di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 2,92 km;
3. ruas jalan Pasar Blauran di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 0,11 km;
4. ruas jalan Jl. Rahadi Usman di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 0,43 km;
5. ruas jalan Jl. Ir. H. Juanda di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 1,46 km;
6. ruas jalan Jl. Kembali di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 2,22 km;
7. ruas jalan Jl. H. Imbran di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 1,88 km;
8. ruas jalan Jl. DI. Panjaitan di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 3,08 km;
9. ruas jalan Jl. Soeprapto di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 2,07 km;
10. ruas jalan Jl. MT. Haryono di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 2,41 km;
11. ruas jalan Jl. MT. Haryono Barat di Kecamatan Mentawa
Baru Ketapang sepanjang 3,00 km;
12. ruas jalan Jl. Kapten Mulyono di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 3,22 km;
13. ruas jalan Jl. H. Ahmad di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 0,68 km;
14. ruas jalan Jl. P. Antasari di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 0,94 km;
21
15. ruas jalan Jl. Pemuda di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 2,00 km;
16. ruas jalan Jl. Pramuka di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 3,30 km;
17. ruas jalan Jl. S. Parman di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 2,30 km;
18. ruas jalan Jl. Sutoyo S di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 0,14 km;
19. ruas jalan Jl. Yos Sudarso di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 0,55 km;
20. ruas jalan Jl. Gatot Subroto di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang sepanjang 1,59 km;
21. ruas jalan Jl. Pelita Barat – Lingkar Selatan di Kecamatan
Mentawa Baru Ketapang sepanjang 3,91 km;
22. ruas jalan Jl. Cut Mutia di Kecamatan Baamang sepanjang
1,36 km;
23. ruas jalan Jl. Samekto Timur di Kecamatan Baamang
sepanjang 1,37 km;
24. ruas jalan Jl. Hasan Mansyur di Kecamatan Baamang
sepanjang 1,43 km;
25. ruas jalan Jl. Cristopel Mihing di Kecamatan Baamang
sepanjang 1,20 km; dan
26. ruas jalan Jl. Usman Harun (lintas Kecamatan Mentawa
Baru Ketapang - Kecamatan Baamang) sepanjang 0,94 km.
f. jaringan jalan khusus yang ada di Kabupaten Kotawaringin
Timur, terdiri atas ruas jalan untuk melayani kepentingan
sendiri yang dibangun dan dipelihara oleh instansi dan/atau
perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan, pertanian,
pertambangan, industri, dan kehutanan.
g. pembangunan jembatan di setiap simpul pertemuan antara
jaringan jalan dan jaringan sungai yang ada di wilayah
kabupaten.
(3) Jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf a, terdiri atas :
a. terminal penumpang tipe B terdapat di Sampit;
b. rencana pembangunan terminal penumpang tipe B di jalan
lingkar utara Kota Sampit;
c. terminal penumpang tipe C terdapat di Sampit, Samuda dan
Parenggean;
d. rencana pembangunan terminal tipe C di seluruh kecamatan;
e. rencana pembangunan terminal barang berupa terminal peti
kemas diintegrasikan dengan pergudangan, pelabuhan laut
dan pelabuhan penyeberangan, terdapat di Kecamatan
Mentawa Baru Ketapang; dan
f. rencana jembatan timbang Sampit.
(4) Jaringan layanan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a, merupakan trayek angkutan penumpang dan barang
yaitu Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi, meliputi :
a. Sampit – Palangka Raya;
22
b. Sampit – Kasongan;
c. Sampit – Pangkalan Bun;
d. Sampit – Sukamara;
e. Sampit – Kuala Pembuang;
f. Baamang – Ketapang;
g. Sampit – Kota Besi;
h. Sampit – Samuda;
i. Sampit – Pundu;
j. Sampit – Parenggean;
k. Sampit – Kuala Kuayan;
l. Sampit – Ujung Pandaran;
m. Sampit – Tumbang Mangkup;
n. Sampit – Tumbang Penyahuan;
o. Sampit – Tumbang Kalang;
p. Sampit – Luwuk Sampun;
q. Sampit – Sebabi; dan
r. rencana trayek angkutan penumpang dan barang lainnya
menuju daerah-daerah di wilayah Kabupaten Kotawaringin
Timur serta kota-kota lainnya di Pulau Kalimantan.
(5) Jaringan sungai dan penyeberangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. alur pelayaran sungai, terdiri atas :
1. Sungai Mentaya : Tumbang Sangai – Kuala Kuayan –
Hanjalipan – Kotabesi – Sampit – Bagendang – Samuda;
2. Sungai Cempaga : Pantai Harapan – Cempaka Mulia – Kota
Besi;
3. Sungai Tualan : Kota Baru – Parenggean – Hanjalipan;
4. Terusan Hantipan : Samuda – Pagatan; dan
5. rencana alur pelayaran sungai lainnya di wilayah
kabupaten.
b. pelabuhan sungai dan penyeberangan yang digunakan untuk
sarana penyeberangan masyarakat, terdiri atas :
1. pelabuhan sungai Antang Kalang, Tumbang Kalang
Seberang, Tanjung Jaringau, Tumbang Turung, Rantau
Katang, Sangai, Sangai Kota, dan Sangai Seberang di
Kecamatan Antang Kalang;
2. pelabuhan sungai Bajarum, Kandan Seberang, Hanjalipan,
Kota Besi Hilir, Kota Besi Hulu, Pasar Desa Sebabi, dan
Pamalian di Kecamatan Kota Besi;
3. pelabuhan sungai Rubung Buyung, dan Pasar Desa
Baninan di Kecamatan Cempaga;
4. pelabuhan sungai Pasar Desa Parit, Pasar Desa Sudan di
Kecamatan Cempaga Hulu;
5. pelabuhan sungai Kuala Kuayan Seberang di Kecamatan
Mentaya Hulu;
6. pelabuhan sungai Kabuau di Kecamatan Parenggean;
7. pelabuhan sungai Habaring Hurung, Pelangsian, Mesjid
Jami di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang;
23
8. pelabuhan sungai Pasar Desa Runting Tada di Kecamatan
Telawang;
9. pelabuhan sungai Mentaya Seberang Hilir, Mentaya
Seberang Hulu, Ganepo, dan Mesjid Taqwa di Kecamatan
Seranau;
10. pelabuhan sungai Pasar Desa Bagendang Hilir, Pasar Desa
Ramban, Pasar Sabtu Bagendang, dan Sei Lancang di
Kecamatan Mentaya Hilir Utara;
11. pelabuhan sungai Pasar Samuda di Kecamatan Mentaya
Hilir Selatan;
12. pelabuhan sungai Bapinang Hilir, Babaluh, Bapinang,
Pelangsian, dan Satiruk di Kecamatan Pulau Hanaut;
13. pelabuhan sungai Desa Ujung Pandaran di Kecamatan
Teluk Sampit; dan
14. rencana pembangunan pelabuhan sungai dan
penyeberangan yang tersebar di seluruh kecamatan.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi Laut
Pasal 16
24
3. terminal khusus untuk kepentingan sendiri di Kecamatan
Seranau;
4. terminal khusus untuk kepentingan sendiri di Kecamatan
Mentaya Hilir Utara;
5. terminal khusus untuk kepentingan sendiri di Kecamatan
Mentaya Hilir Selatan;
6. terminal khusus untuk kepentingan sendiri di Kecamatan
Teluk Sampit; dan
7. terminal khusus untuk kepentingan sendiri di Kecamatan
Pulau Hanaut;
e. penetapan lokasi terminal khusus dan terminal untuk
kepentingan sendiri ditetapkan dengan pertimbangan
ekonomis dan teknis operasional akan diatur dan ditetapkan
oleh peraturan Bupati.
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdiri atas :
a. alur pelayaran internasional, khusus untuk barang meliputi :
1. Sampit – Malaysia;
2. Sampit – China;
3. Sampit – Singapura
4. Sampit - India
5. Sampit – Thailand; dan
6. Sampit - Vietnam.
b. alur pelayaran nasional, angkutan barang atau penumpang
meliputi:
1. Sampit - Semarang;
2. Sampit – Surabaya;
3. Sampit – Jakarta;
4. Sampit – Banjarmasin;
5. Sampit – Kendal (Jawa Tengah); dan
6. Sampit – Paciran (Lamongan).
Paragraf 3
Rencana Sistem Jaringan Perkeretaapian
Pasal 17
25
Paragraf 4
Sistem Jaringan Transportasi Udara
Pasal 18
Bagian Keempat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 19
Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi
Pasal 20
26
a. pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), terdapat di
Kecamatan Baamang dengan kapasitas 22,4 MW, Kecamatan
Cempaga Hulu, Kecamatan Antang Kalang dengan kapasitas
2,5 MW, dan Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dengan
kapasitas 7,5 MW;
b. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
batubara, terdapat di Kecamatan Mentaya Hilir Utara dengan
kapasitas 2 x 25 MW;
c. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB),
terdapat di Kecamatan Teluk Sampit;
d. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH), terdapat di Kecamatan Antang Kalang; dan
e. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan
kapasitas 50 WP 50 W per unit yang tersebar di seluruh
kecamatan khususnya di desa-desa terpencil yang sulit
dijangkau oleh jaringan listrik PLN dan tidak ada potensi
energi lain seperti angin dan mikrohidro di daerah tersebut.
(3) Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, meliputi :
a. jaringan transmisi tenaga listrik, meliputi :
1. gardu induk, terdapat di Sampit;
2. pembangunan jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT), yang menghubungkan Palangka Raya – Kasongan –
Sampit; Sampit – Pangkalan Bun;
3. perluasan pembangunan jaringan distribusi dari Gardu
Induk menuju pusat-pusat beban; dan
4. perluasan Jaringan Transmisi Tegangan Rendah dari
jaringan distribusi ke wilayah permukiman.
b. Depo Bahan Bakar Minyak (BBM) terdapat di Sampit.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 21
27
(4) Sistem jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, terdiri atas BTS-BTS dari operator telepon seluler yang tersebar
di seluruh kecamatan.
Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 22
28
a) DIR Basirih Hilir dengan luas kurang lebih 395 ha;
b) DIR Basirih Hulu dengan luas kurang lebih 900 ha;
c) DIR Handil Sohor dengan luas kurang lebih 790 ha;
d) DIR Jaya Karet dengan luas kurang lebih 526 ha;
e) DIR Jaya Kelapa dengan luas kurang lebih 148 ha;
f) DIR Sebamban dengan luas kurang lebih 403 ha;
g) DIR Samuda Besar dengan luas kurang lebih 475 ha;
h) DIR Samuda Kecil dengan luas kurang lebih 370 ha;
i) DIR Samuda Kota dengan luas kurang lebih 961 ha; dan
j) DIR Sei Ijum Raya dengan luas kurang lebih 395 ha.
3. Kecamatan Pulau Hanaut, terdiri atas :
a) DIR Bapinang Hilir I dengan luas kurang lebih 451 ha;
b) DIR Bapinang Hilir II dengan luas kurang lebih 600 ha;
c) DIR Bapinang Hilir Laut I dengan luas kurang lebih 600
ha;
d) DIR Bapinang Hilir Laut II dengan luas kurang lebih 250
ha; dan
e) DIR Serambut dengan luas kurang lebih 100 ha.
4. Kecamatan Teluk Sampit, terdiri atas :
a) DIR Camp Putih dengan luas kurang lebih 675 ha;
b) DIR Gemuk Sari dengan luas kurang lebih 600 ha;
c) DIR Kalab Seban Mente dengan luas kurang lebih 289
ha;
d) DIR Seranggas dengan luas kurang lebih 300 ha; dan
e) DIR Ujung Pandaran dengan luas kurang lebih 500 ha.
5. Kecamatan Seranau, terdiri atas :
a) DIR Babulu dengan luas kurang lebih 200 ha;
b) DIR Batuah dengan luas kurang lebih 150 ha;
c) DIR Belayar dengan luas kurang lebih 100 ha;
d) DIR Bonot dengan luas kurang lebih 100 ha;
e) DIR Delapa/Darwis dengan luas kurang lebih 50 ha;
f) DIR Ganepo/Hambawang dengan luas kurang lebih 100
ha;
g) DIR Lantabu dengan luas kurang lebih 100 ha;
h) DIR Mentaya Seberang/Trans dengan luas kurang lebih
160 ha;
i) DIR Remiling dengan luas kurang lebih 100 ha;
j) DIR Sei Benyamuk dengan luas kurang lebih 50 ha;
k) DIR Sei Iding dengan luas kurang lebih 50 ha;
l) DIR Sei Kalikasa dengan luas kurang lebih 100 ha;
m) DIR Sei Pipisan dengan luas kurang lebih 25 ha;
n) DIR Terantang Hilir dengan luas kurang lebih 50 ha; dan
o) DIR Terantang Hulu dengan luas kurang lebih 300 ha.
6. Kecamatan Baamang, terdiri atas :
a) DIR Banitan dengan luas kurang lebih 300 ha;
b) DIR Kamapit dengan luas kurang lebih 100 ha;
c) DIR Sei Bajangkut dengan luas kurang lebih 300 ha; dan
d) DIR Tinduk dengan luas kurang lebih 100 ha.
29
7. Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, yaitu DIR Ketapang
dengan luas kurang lebih 475 ha.
8. Kecamatan Kota Besi, terdiri atas :
a) DIR Bajarum dengan luas rencana kurang lebih 100 ha;
b) DIR Camba dengan luas kurang lebih 100 ha;
c) DIR Camba Barat dengan luas kurang lebih 200 ha;
d) DIR Kota Besi I dengan luas kurang lebih 300 ha;
e) DIR Kota Besi II dengan luas kurang lebih 400 ha;
f) DIR Pamalian dengan luas kurang lebih 25 ha;
g) DIR PLTU/Tambulihan dengan luas kurang lebih 60 ha;
h) DIR Sei Kandan Besar dengan luas kurang lebih 100 ha;
i) DIR Sei Sugih I dengan luas kurang lebih 200 ha;
j) DIR Sei Sugih II dengan luas kurang lebih 75 ha;
k) DIR Soren dengan luas kurang lebih 50 ha;
l) DIR Teluk Baguci dengan luas kurang lebih 25 ha; dan
m) DIR Transmigrasi/Kandan dengan luas kurang lebih 100
ha.
9. Kecamatan Telawang, yaitu DIR Sumber Makmur dengan
luas kurang lebih 50 ha.
10. Kecamatan Cempaga, terdiri atas :
a) DIR Baninan dengan luas kurang lebih 80 ha;
b) DIR Danau Lentang dengan luas kurang lebih 600 ha;
c) DIR Komplek Mulia Barat dengan luas kurang lebih 250
ha;
d) DIR Komplek Mulia Timur dengan luas kurang lebih 100
ha;
e) DIR Luwuk Bunter dengan luas kurang lebih 200 ha;
f) DIR Luwuk Ranggan Barat dengan luas kurang lebih 50
ha;
g) DIR Luwuk Ranggan Timur dengan luas kurang lebih
100 ha;
h) DIR Patai dengan luas kurang lebih 150 ha;
i) DIR Rubung Buyung dengan luas kurang lebih 100 ha;
j) DIR Jemaras I dengan luas kurang lebih 200 ha;
k) DIR Jemaras II dengan luas kurang lebih 25 ha;
l) DIR Jemaras III dengan luas kurang lebih 100 ha;
m) DIR Sei Paring dengan luas kurang lebih 200 ha; dan
n) DIR Teluk Tewah dengan luas kurang lebih 40 ha.
11. Kecamatan Cempaga Hulu, terdiri atas :
a) DIR Bukit Raya dengan luas kurang lebih 250 ha;
b) DIR Pelantaran dengan luas kurang lebih 100 ha; dan
c) DIR Sei Ubar Mandiri dengan luas kurang lebih 30 ha.
12. Kecamatan Mentaya Hulu, yaitu DIR Tangkarobah dengan
luas kurang lebih 100 ha.
13. Kecamatan Parenggean, yaitu DIR Padas Bajarau dengan
luas kurang lebih 50 ha.
14. Kecamatan Antang Kalang, terdiri atas :
a) DIR Mulia Agung dengan luas kurang lebih 100 ha; dan
b) DIR Tumbang Maya dengan luas kurang lebih 80 ha.
30
15. Kecamatan Telaga Antang, terdiri atas :
a) DR Batu Agung dengan luas kurang lebih 100 ha; dan
b) DIR Beringin Agung dengan luas kurang lebih 25 ha.
16. Kecamatan Tualan Hulu, yaitu DIR Bukit Makmur dengan
luas kurang lebih 50 ha.
(5) Prasarana air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, meliputi :
a. sumber air baku Sungai Mentaya dan anak sungai yang
terdapat di seluruh kecamatan;
b. sumber air baku danau yang tersebar di Kecamatan Mentaya
Hulu, Kecamatan Bukit Santuai, dan Kecamatan Telaga Antang;
c. sumber air baku bendungan Tanjung Harapan di Kecamatan
Telaga Antang;
d. sumur bor artesis dan pompa dangkal yang tersebar di
Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kecamatan Baamang,
Kecamatan Seranau, Kecamatan Kota Besi, Kecamatan
Telawang, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kecamatan Pulau
Hanaut, Kecamatan Cempaga, Kecamatan Cempaga Hulu,
Kecamatan Parenggean, dan Kecamatan Antang Kalang; dan
e. rencana penyediaan sumur bor artesis dan pompa dangkal yang
tersebar di seluruh kecamatan.
(6) Jaringan air bersih ke kelompok pengguna sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d, meliputi :
a. PDAM Sampit dengan cakupan layanan : Kecamatan Mentawa
Baru Ketapang, Kecamatan Baamang, Kecamatan Seranau,
Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kecamatan Mentaya Hilir
Selatan, Kecamatan Kota Besi, Kecamatan Cempaga,
Kecamatan Cempaga Hulu, Kecamatan Parenggean, dan
Kecamatan Mentaya Hulu;
b. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Desa Sungai Paring
dengan kapasitas produksi 2,5 liter/detik;
c. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Desa Pelantaran dengan
kapasitas produksi 10 liter/detik;
d. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Desa Tumbang Kalang
dengan kapasitas produksi 5 liter/detik;
e. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Desa Tumbang Sangai
dengan kapasitas produksi 10 liter/detik;
f. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Desa Karang Tunggal
dengan kapasitas produksi 2,5 liter/detik; dan
g. rencana peningkatan kapasitas produksi dan pembangunan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang tersebar di seluruh
kecamatan .
(7) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e terdapat di Kota Sampit, yang meliputi :
a. pembangunan ring drain yang berfungsi sebagai drainase
makro dan penanggulangan air pasang; dan
b. pemeliharaan sistem drainase di kawasan kota.
31
Paragraf 4
Sistem Jaringan Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pasal 23
32
b. drainase mikro yang berada di sepanjang ruas jalan dalam
Kota Sampit
(5) Sistem pengelolaan air limbah domestik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d, meliputi:
a. sistem pengelolaan air limbah setempat (on site system) yang
berada di setiap rumah; dan
b. sistem pengelolaan air limbah terpusat (off site system) yang
direncanakan dibangun untuk setiap kawasan perumahan.
BAB IV
RENCANA POLA RUANG KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 24
Bagian Kedua
Rencana Kawasan Lindung
Pasal 25
33
Paragraf 1
Kawasan Hutan Lindung
Pasal 26
Paragraf 2
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan
Bawahannya
Pasal 27
Paragraf 3
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 28
34
(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dengan luasan kurang lebih 450,6 Ha, terdapat di
Kecamatan Teluk Sampit dan Kecamatan Pulau Hanaut,
ditetapkan pada kawasan sepanjang tepian pantai sejauh 100
meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat secara
proporsional sesuai dengan bentuk, letak dan kondisi fisik pantai.
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dengan luasan kurang lebih 27.824,0 Ha, terdapat di
seluruh kecamatan dalam wilayah kabupaten, dengan ketentuan :
a. sekurang-kurangnya 100 m di kiri kanan sungai besar yang
berada di luar kawasan permukiman;
b. sekurang-kurangnya 50 m di kiri kanan anak sungai yang
berada di luar kawasan permukiman; dan
c. sekurang-kurangnya 10 m untuk sungai besar dan anak
sungai yang melewati kawasan permukiman
(4) Kawasan sekitar danau/bendungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dengan luasan kurang lebih 659,0 Ha, ditetapkan
dengan lebar sempadan danau atau bendungan adalah 50 m
sampai dengan 100 m dari titik pasang air danau atau bendungan
tertinggi, meliputi :
a. danau-danau yang terdapat di Kecamatan Mentaya Hulu,
Kecamatan Bukit Santuai, Kecamatan Telaga Antang, dan
Kecamatan Antang Kalang; dan
b. bendungan Tanjung Harapan yang terdapat di Kecamatan
Telaga Antang.
(5) Kawasan lindung spiritual sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d dengan luasan kurang lebih 1.735,1 Ha, terdapat di
Kecamatan Bukit Santuai.
(6) Kawasan ruang terbuka hijau kota/perkotaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e, meliputi :
a. Hutan Kota dengan luasan kurang lebih 439,4 Ha, terdapat di
Kecamatan Mentawa Baru Ketapang;
b. rencana ruang terbuka hijau (RTH) privat sebesar minimal 10%
dari luas perkotaan Sampit; dan
c. rencana ruang terbuka hijau (RTH) publik sebesar minimal
22% dari luas perkotaan Sampit.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan ruang terbuka hijau
kota/perkotaan diatur dalam Rencana Detail Tata Ruang yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Paragraf 4
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Pasal 29
35
(2) Kawasan taman hutan raya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dengan luasan kurang lebih 1.656,7 Ha, direncanakan
meliputi :
a. hutan mangrove dengan luasan kurang lebih 1.074,4 Ha,
terdapat di Kecamatan Teluk Sampit; dan
b. Hutan Monumental dengan luasan kurang lebih 582,3 Ha,
berada dalam wilayah Kecamatan Kota Besi, Kecamatan
Mentawa Baru Ketapang, dan Kecamatan Baamang.
(3) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. Rumah Adat Betang Tumbang Gagu di Kecamatan Antang
Kalang; dan
b. komplek bekas pabrik NV Bruynzeel di Kota Sampit.
Paragraf 5
Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 30
36
d. kawasan rawan kebakaran hutan/lahan dengan tingkat
kerawanan tinggi, terdapat di seluruh kecamatan dengan
luasan kurang lebih 605.183,8 Ha.
(4) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, terdiri atas :
a. kawasan rawan banjir dengan tingkat kerawanan rendah,
terdapat di Kecamatan Teluk Sampit, Kecamatan Mentaya Hilir
Utara, Kecamatan Pulau Hanaut, Kecamatan Seranau,
Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kecamatan Kota Besi,
Kecamatan Telawang, Kecamatan Cempaga, Kecamatan
Cempaga Hulu, Kecamatan Parenggean, Kecamatan Mentaya
Hulu, Kecamatan Bukit Santuai, Kecamatan Telaga Antang,
Kecamatan Antang Kalang, dan Kecamatan Tualan Hulu
dengan luasan kurang lebih 864.843,5 Ha;
b. kawasan rawan banjir dengan tingkat kerawanan sedang,
terdapat di seluruh kecamatan dengan luasan kurang lebih
541.482,9 Ha; dan
c. kawasan rawan banjir dengan tingkat kerawanan tinggi,
terdapat di Kecamatan Teluk Sampit, Kecamatan Mentaya Hilir
Selatan, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Kecamatan Pulau
Hanaut, Kecamatan Seranau, Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang, Kecamatan Baamang, Kecamatan Kota Besi,
Kecamatan Telawang, Kecamatan Cempaga, Kecamatan
Cempaga Hulu, Kecamatan Parenggean, Kecamatan Mentaya
Hulu, dan Kecamatan Tualan Hulu dengan luasan kurang
lebih 136.469,0 Ha.
(5) Kawasan rawan abrasi pantai sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d dengan luasan kurang lebih 323,5 Ha, terdapat di
Kecamatan Teluk Sampit.
(6) Daerah evakuasi bencana diarahkan pada ruang terbuka, kantor
kecamatan, kantor desa/kelurahan, tempat ibadah, dan gedung
sekolah terdekat yang aman dari bencana.
(7) Jalur evakuasi bencana menggunakan jaringan jalan dan jalur
sungai yang berada di seluruh wilayah Kabupaten Kotawaringin
Timur.
Paragraf 6
Kawasan Lindung Lainnya
Pasal 31
37
(2) Kawasan koridor bagi jenis satwa yang dilindungi yang merupakan
kawasan perlindungan bagi habitat orang utan dan hewan
dilindungi lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga
Rencana Kawasan Budidaya
Pasal 32
Rencana kawasan budidaya di Kabupaten Kotawaringin Timur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan pertanian;
c. kawasan peruntukan perikanan;
d. kawasan peruntukan pertambangan;
e. kawasan peruntukan industri;
f. kawasan peruntukan pariwisata;
g. kawasan peruntukan permukiman; dan
h. kawasan peruntukan lainnya.
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 33
38
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 34
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 35
39
c. kawasan pengolahan ikan dan prasarana kegiatan perikanan.
(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud
ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. perikanan tangkap darat terdapat di danau dan sungai-sungai
yang tersebar di seluruh kecamatan; dan
b. perikanan tangkap laut terdapat di Kecamatan Pulau Hanaut
dan Teluk Sampit.
(3) Kawasan peruntukan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud
ayat (1) huruf b dengan luasan kurang lebih 4.986,6 Ha, terdiri
atas :
a. budidaya karamba terdapat di Kecamatan Kota Besi dan
Kecamatan Mentaya Hulu; dan
b. budidaya tambak dan kolam terdapat di Kecamatan Mentaya
Hilir Selatan, Kecamatan Teluk Sampit, Kecamatan Mentaya
Hulu, dan Kecamatan Pulau Hanaut.
(4) Kawasan pengolahan ikan dan prasarana kegiatan perikanan
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. pasar ikan terdapat di Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk
Sampit, Desa Sei Ijum Raya Kecamatan Mentaya Hilir Selatan,
dan Kota Sampit;
b. kawasan pengolahan ikan terdapat di Desa Ujung Pandaran
Kecamatan Teluk Sampit dan Desa Sei Ijum Raya Kecamatan
Mentaya Hilir Selatan;
c. Balai Benih Ikan terdapat di Kecamatan Mentaya Hilir Utara;
dan
d. pelabuhan tempat pendaratan ikan (PPI) terdapat di Desa
Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit.
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 36
40
(6) Kawasan pertambangan gas bumi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf e, terdapat di Kecamatan Seranau, Kecamatan
Mentaya Hilir Utara, dan Kecamatan Pulau Hanaut.
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 37
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 38
41
a. ekowisata Sagonta Kota di Kecamatan Baamang dengan luasan
kurang lebih 197,4 Ha;
b. pantai Ujung Pandaran di Kecamatan Teluk Sampit dengan
luasan kurang lebih 80,2 Ha;
c. ekowisata Danau Burung di Kecamatan Teluk Sampit;
d. ekowisata Danau Buaya di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan;
dan
e. wisata susur Sungai Mentaya.
(4) Kawasan peruntukan pariwisata buatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, meliputi :
a. Taman Kota di Kota Sampit;
b. Taman Miniatur Budaya di Kota Sampit; dan
c. Museum Kayu di Kota Sampit.
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 39
Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Lainnya
Pasal 40
42
c. Komando Rayon Militer (Koramil) yang tersebar di seluruh
wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur;
d. Pos Angkatan Laut di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan;
e. Markas Polairud di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang:
f. Markas Brimob di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang; dan
g. Kawasan Latihan Militer di Kecamatan Mentawa Baru
Ketapang.
(3) Kawasan peruntukan pendidikan sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf b terdapat di Kota Sampit khususnya untuk Perguruan
Tinggi, dan tingkat pendidikan lainnya tersebar di seluruh
kecamatan.
(4) Kawasan peruntukan kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf c terdiri dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.
Murdjani yang ada di kota Sampit, serta rencana peningkatan
Puskesmas Rawat Inap di Parenggean dan Samuda menjadi RSUD,
dan pusat-pusat pelayanan kesehatan lainnya tersebar di seluruh
kecamatan. Tidak menutup kemungkinan akan didirikan rumah
sakit swasta.
(5) Kawasan peruntukan budidaya walet sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf d ke depan pengembangannya akan diarahkan di
Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kecamatan Pulau Hanaut, dan
Kecamatan Teluk Sampit di luar areal permukiman. Sedangkan
untuk usaha penangkaran sarang walet yang terdapat di kawasan
permukiman akan dilakukan upaya penertiban, dengan
mengembalikan fungsi bangunan kepada peruntukan awal sebagai
kawasan permukiman.
(6) Kawasan peruntukan tanah adat sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf e ditetapkan di masing-masing kecamatan, dan
pemanfaatannya disesuaikan dengan rencana peruntukan ruang
yang telah ditetapkan. Lokasi, luasan, serta pengaturannya lebih
lanjut diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Rencana Kawasan Yang Belum Ditetapkan Perubahan Peruntukan
Ruangnya (Holding Zone)
Pasal 41
43
Hanaut, Kecamatan Seranau, Kecamatan Baamang, Kecamatan
Mentawa Baru Ketapang, Kecamatan Kota Besi, Kecamatan
Cempaga, Kecamatan Telawang, Kecamatan Parenggean,
Kecamatan Mentaya Hulu, Kecamatan Bukit Santuai, Kecamatan
Antang Kalang, dan Kecamatan Tualan Hulu dengan luasan
kurang lebih 67.279,3 Ha;
b. kawasan peruntukan pertanian hortikultura yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan masih
ditetapkan sebagai kawasan hutan produksi yang dapat
dikonversi, selanjutnya disebut kawasan hutan/kawasan
peruntukan pertanian hortikultura terdapat di Kecamatan
Baamang dan Kecamatan Kota Besi dengan luasan kurang lebih
3.484,7 Ha;
c. kawasan peruntukan perkebunan yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan
sebagai kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan
produksi tetap, dan kawasan hutan produksi yang dapat
dikonversi, selanjutnya disebut kawasan hutan/kawasan
peruntukan perkebunan terdapat di seluruh kecamatan dengan
luasan kurang lebih 266.464,5 Ha;
d. kawasan peruntukan perikanan yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan
sebagai kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi tetap
dan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi selanjutnya
disebut kawasan hutan/kawasan peruntukan perikanan terdapat
di Kecamatan Teluk Sampit dan Kecamatan Pulau Hanaut dengan
luasan kurang lebih 2.734,3 Ha;
e. kawasan peruntukan industri yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan
sebagai kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi,
selanjutnya disebut kawasan hutan/kawasan peruntukan industri
terdapat di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Kecamatan
Mentaya Hilir Utara dengan luasan kurang lebih 1.602,3 Ha; dan
f. kawasan peruntukan permukiman yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan masih ditetapkan
sebagai kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi
terbatas, kawasan hutan produksi tetap dan kawasan hutan
produksi yang dapat dikonversi selanjutnya disebut kawasan
hutan/kawasan peruntukan permukiman terdapat di seluruh
kecamatan dengan luasan kurang lebih 21.391,5 Ha.
44
BAB V
RENCANA KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN
Pasal 42
Pasal 43
45
Pasal 44
Pasal 45
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 46
Pasal 47
46
(2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, investasi swasta dan kerja sama pendanaan.
(3) Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 48
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 49
47
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 50
Pasal 51
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Pasal 52
48
Pasal 53
Pasal 54
Pasal 55
49
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Pasal 56
Pasal 57
50
f. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. denda administratif.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB VIII
KELEMBAGAAN
Pasal 58
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 59
51
Pasal 60
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 61
Pasal 62
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 63
52
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan dengan kegiatan yang berbentuk konsultasi publik,
serasehan, lokakarya, seminar, temu rakyat atau kegiatan lain
yang sejenis.
Pasal 64
Pasal 65
Pasal 66
53
dan pemenuhan standar pelayanan minimal di bidang penataan
ruang;
c. melaporkan kepada instansi/pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana
tata ruang yang telah ditetapkan dan adanya indikasi kerusakan
dan/atau pencemaran lingkungan, tidak memenuhi standar
pelayanan minimal dan/atau masalah yang terjadi di masyarakat
dalam penyelenggaraan penataan ruang;
d. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat publik yang
dipandang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan
e. mengajukan gugatan pembatalan izin dan/atau penghentian
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
kepada instansi/pejabat yang berwenang.
Pasal 67
Pasal 68
Pasal 69
BAB X
KEWAJIBAN PEMERINTAH KABUPATEN
Pasal 70
54
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 71
(1) Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah
ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan
barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 8
(delapan) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00
(satu miliar lima ratus juta rupiah).
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 72
(1) Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 huruf b, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan
barang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu
miliar lima ratus juta rupiah).
(4) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 73
55
Pasal 74
Pasal 75
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72,
Pasal 73, Pasal 74, dan Pasal 75 dilakukan oleh suatu korporasi,
selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana
yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda
dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 72, Pasal 73, Pasal 74, dan Pasal 75.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.
Pasal 76
BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 77
56
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau
badan sehubungan dengan tindak pidana dalam bidang
penataan ruang;
d. melakukan pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang
berkenaan dengan tindak pidana dalam bidang penataan ruang;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga
terdapat bahan bukti dan dokumen lain serta melakukan
penyitaan dan penyegelan terhadap bahan dan barang hasil
pelanggaran yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak
pidana dalam bidang penataan ruang;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dalam bidang penataan ruang; dan
g. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang penataan ruang menurut
hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan kepada pejabat penyidik
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(4) Apabila pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) memerlukan tindakan penangkapan dan penahanan,
penyidik pegawai negeri sipil melakukan koordinasi dengan pejabat
penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
(5) Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui
pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(6) Pengangkatan pejabat penyidik pegawai negeri sipil dan tata cara
serta proses penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 78
57
(3) Apabila perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 sudah ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang
kehutanan, maka pemanfaatan ruangnya mengacu pada
penetapan tersebut.
(4) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diintegrasikan
dalam revisi rencana tata ruang wilayah kabupaten sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2015-2035 dilengkapi
dengan Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan
peta dengan skala 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam
Album Peta, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pasal 79
Pasal 80
58
B A B XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 81
59
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 82
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Kotawaringin Timur Nomor : 1 Tahun 1996
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II
Kotawaringin Timur, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 83
Ditetapkan di Sampit
pada tanggal 29 Juni 2015
ttd
SUPIAN HADI
Diundangkan di Sampit
pada tanggal 30 Juni 2015
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR,
ttd
PUTU SUDARSANA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN
2015 NOMOR 5
NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2015
60
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
I. UMUM
61
Selanjutnya, Kabupaten Kotawaringin Timur yang sebelumnya
meliputi Kabupaten Seruyan dan Katingan dengan luas wilayah
kurang lebih 50.700 kilometer persegi, dimekarkan menjadi 3
Kabupaten sehingga luas wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur
saat ini mempunyai luas wilayah kurang lebih 16.796 Kilometer
Persegi.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan luas wilayah administrasi
Kabupaten Kotawaringin Timur adalah luas wilayah
berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan luas wilayah fungsi berdasarkan
usulan perencanaan pemanfaatan ruang adalah luas
wilayah administrasi berdasarkan hasil delineasi pemetaan
dari citra satelit terhadap batas wilayah daratan dan batas
dengan kabupaten-kabupaten yang bersebelahan
berpedoman pada kesepakatan batas kabupaten.
62
Pasal 3
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten dirumuskan untuk
mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus
memanfaatkan potensi yang dimiliki, serta mendukung
terwujudnya tujuan dan sasaran pembangunan kabupaten
dalam jangka panjang.
Pasal 4
Yang dimaksud dengan kebijakan penataan ruang kabupaten
adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan
dasar dalam pemanfaatan ruang darat, laut, dan udara
termasuk ruang di dalam bumi untuk mencapai tujuan
penataan ruang.
Pasal 5
Yang dimaksud dengan “strategi penataan ruang kabupaten”
adalah langkah-langkah pelaksanaan kebijakan penataan ruang
kabupaten.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
63
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ruang udara untuk penerbangan
adalah ruang udara yang dimanfaatkan untuk kegiatan
transportasi udara atau kegiatan penerbangan sebagai
salah satu moda transportasi dalam sistem jaringan
transportasi kabupaten.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (2)
Kapasitas PLTB dan PLTMH akan ditentukan dalam studi
kelayakan.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan rencana kawasan yang belum
ditetapkan perubahan peruntukan ruangnya adalah
kawasan hutan yang diusulkan perubahan peruntukan
dan fungsinya, atau bukan kawasan hutan yang diusulkan
menjadi kawasan hutan kepada Menteri Kehutanan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang kehutanan yang belum mendapatkan persetujuan
perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutannya dari
Menteri Kehutanan.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Kawasan hutan lindung di sini merupakan hutan lindung
berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang
kehutanan.
64
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Ayat (1)
Yang dikategorikan dengan sungai besar di wilayah
Kabupaten Kotawaringin Timur antara lain adalah Sungai
Mentaya, Sungai Cempaga, Sungai Tualan, Sungai Kuayan,
Sungai Kalang, Sungai Sampit, Sungai Lenggana, Sungai
Mentobar, Sungai Seranau, dan Sungai Penyahuan.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan kawasan lindung spiritual adalah
kawasan yang dikeramatkan atau disakralkan oleh
masyarakat setempat dan terkadang dijadikan sebagai
tempay upacara adat/keagamaan.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Penentuan lokasi yang menjadi kawasan koridor bagi satwa
yang dilindungi dilakukan berdasarkan laporan-laporan dan
hasil survei yang membuktikan keberadaan habitat satwa yang
dilindungi pada suatu kawasan budidaya atau kawasan lindung
tertentu, yang nantinya akan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati terkait mekanisme dan teknis perencanaan
kawasannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (5)
Kawasan peternakan bukan dalam bentuk peternakan
penggembalaan namun kawasan yang terintegrasi dengan
kawasan pertanian dan perkebunan.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
65
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Huruf a
Izin prinsip merupakan persetujuan dari Bupati bagi
pengembangan aktivitas/sarana/prasarana yang
dikoordinasikan dengan kepentingan dari sektor-sektor
terkait.
66
Huruf b
Izin lokasi merupakan persetujuan lokasi bagi
pengembangan aktivitas/sarana/prasarana yang
menyatakan kawasan yang dimohon sesuai untuk
dimanfaatkan bagi aktivitas dominan yang telah
memperoleh izin prinsip.
Huruf c
Izin pemanfaatan tanah merupakan izin perencanaan
dan/atau rekomendasi perencanaan bagi penggunaan
pemanfaatan tanah yang didasarkan pada RTRW, RDTR,
dan/atau RTRK.
Huruf d
Izin mendirikan bangunan (IMB) : setiap aktivitas
budidaya rinci yang bersifat binaan (bangunan) perlu
memperoleh IMB jika akan dibangun. Perhatian utama
diarahkan pada kelayakan struktur bangunan melalui
penelaahan rancangan rekayasa bangunan. Rencana
tapak disetiap blok peruntukan (terutama bangunan
berskala besar) atau rancangan arsitektur disetiap persil.
Persyaratan teknis lainnya seperti lingkungan sekitar
misalnya garis sempadan (jalan dan bangunan) KDB, KLB,
KDH.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
67
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
68
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
69
SALINAN
LAMPIRAN IV.1 : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
NOMOR : 5
TANGGAL : 30 JUNI 2015
TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN 2015 – 2035
4 Pengembangan sarana dan prasarana Kota Sampit APBN, APBDK PT Pelindo, Dinas
Pelabuhan Sampit PU, Dishubkominfo
6 Pengembangan sarana dan prasarana Kota Sampit APBN, APBDK Kemenhub, Dinas
Bandara H. Asan PU, Dishubkominfo
IV.1-1
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
8 Peningkatan jalan dan infrastruktur Kota Sampit APBN, APBDP, Kementerian PU,
dalam Kota Sampit APBDK Dinas PU
11 Perbaikan sarana dan prasarana terminal Kota Sampit APBN, APBDP, Dishubkominfo
Patih Rumbih APBDK
IV.1-2
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
17 Penataan dan pengembangan Taman Kota Kota Sampit APBDK Dinas PU,
Sampit Dispertasih
18 Pengembangan Museum Kayu Sampit Kota Sampit APBN, APBDK Disdik, Disbudpar
25 Pengembangan Masjid Raya dan Islamic Kota Sampit APBDK Dinas PU, Setda
Center
IV.1-3
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-4
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-5
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-6
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-7
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
kecamatan
IV.1-8
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-9
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-10
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-11
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-12
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-13
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-14
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-15
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-16
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-17
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
jasa Kuayan
IV.1-18
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Mangkup
IV.1-19
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-20
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-21
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
1 Inventarisasi ruas jalan eksisting dan Kab. APBDK Dinas PU, Dishutbun
rencana jalan baru yang berada pada Kotawaringin
kawasan hutan Timur
IV.1-23
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-25
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-27
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-28
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-29
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
provinsi Timur
IV.1-31
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.1-32
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Timur
IV.1-33
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
ttd
SUPIAN HADI
Salinan Sesuai Dengan Aslinya
KABAG HUKUM SETDA KAB. KOTIM,
IV.1-34
SALINAN
LAMPIRAN IV.2 : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
NOMOR : 5
TANGGAL : 30 JUNI 2015
TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN 2015 – 2035
IV.2-2
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Setempat
IV.2-3
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.2-4
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
5 Sosialisasi kawasan RTH publik & privat Sampit APBDK BLH, Dispertasih
IV.2-5
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.2-6
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.2-7
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.2-8
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.2-9
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.2-10
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
6 Pengamanan obyek vital eksisting dari Kec. Teluk APBDK BPBD, Dinas PU
bahaya abrasi Sampit
IV.2-11
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.2-12
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.2-13
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
7 Melakukan reboisasi pada kawasan hutan Kab. APBN, APBDK Dishutbun, BLH
yang kritis Kotawaringin
Timur
IV.2-14
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
3 Pembangunan & peningkatan sarana dan Kab. APBN, APBDP, Kementerian PU,
prasarana pendukung pada kawasan Kotawaringin APBDK Dinas PU, Distanak
pertanian tanaman pangan Timur
IV.2-15
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.2-16
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.2-17
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.2-21
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.2-22
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.2-23
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.2-25
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
Timur
IV.2-26
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
ttd
SUPIAN HADI
IV.2-27
SALINAN
LAMPIRAN IV.3 : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
NOMOR : 5
TANGGAL : 30 JUNI 2015
TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN 2015 – 2035
IV.3-1
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.3-2
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
IV.3-3
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
4 Realisasi pembukaan lahan baru untuk Kec. Teluk APBN, APBDK Distanak
pertanian di Kecamatan Teluk Sampit dan Sampit
sekitarnya
5 Pembangunan dan peningkatan sarana Kec. Teluk APBN, APBDP, Dinas PU,
dan prasarana penunjang kawasan Sampit APBDK Dishubkominfo,
agropolitan Distanak
IV.3-4
No Program utama Lokasi Sumber dana Instansi pelaksana Waktu pelaksanaan
SUPIAN HADI
IV.3-5
SALINAN
LAMPIRAN V : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
NOMOR : 5
TANGGAL : 30 JUNI 2015
TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR TAHUN 2015 – 2035
- Kawasan hutan lindung Kawasan hutan yang memiliki sifat - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi : Di bawah pengawasan
khas yang mampu memberikan a. kegiatan penelitian & pengembangan ilmu pengetahuan ketat secara teknis oleh
perlindungan kepada kawasan b. kegiatan pendidikan & kesadartahuan konservasi alam instansi terkait yang
sekitarnya maupun kawasan c. kegiatan pengamanan erosi & sedimentasi berwenang dan disesuaikan
bawahannya sebagai pengatur tata d. kegiatan pariwisata alam dengan ketentuan
air, pencegah banjir dan erosi serta e. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air, peraturan perundangan
memelihara kesuburan tanah energi air, panas, dan angin dengan menjaga fungsi hidrologis yang berlaku
tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air
tanah, dan air permukaan
f. pemanfaatan sumber plasma nutfah penunjang budidaya
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan penambangan metode penambangan bawah tanah
b. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat setempat yang dapat
berupa kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu,budidaya
tradisional sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku
- Kegitan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang mengubah dan/atau merusak ekosistem asli
kawasan hutan lindung
b. kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan
V-1
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Kawasan resapan air Kawasan yang memiliki - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi : - Kegiatan yang
kemampuan tinggi meresapkan air a. kegiatan penelitian & pengembangan ilmu pengetahuan diperbolehkan dengan
hujan, sehingga merupakan tempat b. kegiatan pariwisata alam syarat harus memenuhi
pengisian air bumi (akuiver) yang c. pemanfaatan kawasan berupa hutan dengan tegakan tanaman persyaratan wajib
berguna sebagai penyedia sumber yang mempunyai perakaran dan mampu menyimpan potensi air AMDAL
air tanah dan penanggulangan tanah
banjir - Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan budidaya tidak terbangun secara terbatas yang
memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan
b. kegiatan budidaya secara terbatas dengan penggunaan metode
& teknologi yang tidak akan mengganggu bentang alam &
fungsi resapan air
c. kegiatan budidaya terbangun secara terbatas yang diajukan
ijinnya
d. kegiatan budidaya terbangun yang sudah terbangun sebelum
kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan lindung resapan air
- Kegitan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang mengganggu fungsi resapan air
b. kegiatan yang merusak bentang alam
- Budidaya terbangun yang sudah terbangun di dalam kawasan
resapan air sebelum ditetapkan sebagai kawasan lindung masih
diperkenankan namun harus memenuhi syarat:
a. tingkat kerapatan bangunan rendah (KDB maksimum 20%, dan
KLB maksimum 40%)
b. perkerasan permukaan menggunakan bahan yang memiliki
daya serap air tinggi
c. wajib dibangun sumur-sumur resapan sesuai ketentuan yang
V-2
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
berlaku
- Kawasan sempadan Daratan sepanjang tepian laut - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi : Kegiatan yang
pantai dengan jarak paling sedikit 100 a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau diperbolehkan dengan
(seratus) meter dari titik pasang air b. kegiatan pariwisata alam syarat harus memenuhi
laut tertinggi ke arah darat yang c. pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk persyaratan wajib
mempunyai manfaat penting untuk mencegah abrasi AMDAL/kelayakan
menjaga kelestarian fungsi pantai d. kegiatan pengendalian kualitas air dan konservasi lingkungan lingkungan
pesisir
e. pengamanan sempadan pantai sebagai ruang publik
f. kegiatan pengamatan cuaca dan iklim
g. kepentingan pertahanan dan keamanan negara
h. pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman
bencana alam
i. penentuan lokasi dan jalur evakuasi bencana
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat yaitu kegiatan
pelabuhan/transportasi air, pendirian bangunan penunjang
rekreasi pantai, dan kegiatan lain yang tidak mengganggu fungsi
sempadan pantai sebagai kawasan perlindungan setempat
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai
ekologis, dan estetika kawasan
b. kegiatan yang mengganggu bentang alam, kecuali yang
dimaksudkan bagi kepentingan umum yang terkait langsung
dengan ekosistem laut
c. kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai
d. kegiatan yang mengganggu akses terhadap kawasan sempadan
pantai serta menghalangi/menutup ruang dan jalur evakuasi
V-3
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
bencana
- Kawasan sempadan Kawasan sepanjang kiri-kanan - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi : Kegiatan yang
sungai sungai, termasuk sungai a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau diperbolehkan dengan
buatan/kanal/saluran irigasi b. pembangunan & pemeliharaan bangunan pengelolaan air dan syarat harus memenuhi
primer yang mempunyai manfaat atau pemanfaatan air persyaratan wajib
penting untuk mempertahankan c. pemasangan jaringan kabel listrik, kabel telepon, dan pipa air AMDAL/kelayakan
kelestarian fungsi sungai minum lingkungan dan ketentuan
d. pembangunan penunjang sistem prasarana kota atau peraturan perundangan
permukiman yang berlaku
e. penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. pembangunan prasarana lalu lintas air
b. kegiatan budidaya pertanian yang tidak mengurangi kekuatan
struktur tanah, dan tidak berpotensi mengakibatkan kerusakan
dan penurunan kualitas sungai, serta tidak mengganggu fungsi
sungai
c. kegiatan lain selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak
mengganggu fungsi sempadan sungai sebagai kawasan
perlindungan setempat antara lain kegiatan pemasangan
reklame dan papan pengumuman, pendirian bangunan yang
dibatasi hanya untuk penunjang kegiatan rekreasi & wisata,
jalan inspeksi dan bangunan pengawas ketinggian air sungai
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang mengubah bentang alam serta mengganggu
kesuburan dan keawetan tanah
b. kegiatan yang mengganggu fungsi hidrologi dan hidraulis
c. kegiatan yang mengganggu kelestarian flora dan fauna serta
fungsi lingkungan hidup
d. kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup ruang dan jalur
evakuasi bencana
V-4
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Kawasan sekitar Kawasan di sekeliling - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi : Kegiatan yang
danau/bendungan danau/bendungan yang a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau diperbolehkan dengan
mempunyai manfaat penting untuk b. pembangunan & pemeliharaan bangunan pengelolaan air dan syarat harus sesuai dengan
menjaga dan mempertahankan atau pemanfaatan air ketentuan peraturan
kelestarian fungsi - Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi : perundangan yang berlaku
danau/bendungan a. kegiatan penunjang kegiatan perikanan dan tidak mengakibatkan
b. pembangunan prasarana wilayah dan utilitas lainnya perkembangan pemanfaatan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi : ruang budidaya pada
a. kegiatan pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam, kawasan tersebut
mengganggu kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi dan
hidraulis, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian fungsi
lingkungan hidup
b. kegiatan yang menyebabkan penurunan kualitas air danau/
bendungan, menyebabkan penurunan kondisi fisik kawasan
sekitar danau dan bendungan, serta mengganggu debit air
- Kawasan lindung Kawasan yang dikeramatkan atau - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi : - Kawasan lindung
spiritual disakralkan oleh masyarakat a. pembangunan bangunan pendukung kegiatan adat/keagamaan spritual yang berada
setempat dan terkadang dijadikan masyarakat setempat pada kawasan hutan
sebagai tempat upacara b. kegiatan penanaman dengan tanaman yang mempunyai berdasarkan peraturan
adat/keagamaan perakaran dan mampu menyimpan potensi air tanah & perundangan yang
pencegah longsor atau erosi berlaku di bidang
c. kegiatan keagaman dan acara adat kehutanan harus
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat yaitu kegiatan lain mengikuti ketentuan
selain yang disebutkan di atas secara terbatas yang tidak yang berlaku
mengganggu fungsi & kelestarian kawasan lindung spritual - Pengaturan &
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi : pengelolaan kawasan
a. pemanfaatan ruang dan/atau kegiatan yang dapat merusak atau lindung spiritual
mengganggu nilai spiritual setempat menerapkan tata cara &
V-5
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
b. penebangan atau perusakan hutan di kawasan lindung spiritual hukum adat serta
c. kegiatan yang mengubah bentang alam sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundangan yang
berlaku
- Kawasan ruang terbuka Area memanjang atau jalur - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi : Kegiatan yang
hijau kota/perkotaan dan/atau a. Hutan kota dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata diperbolehkan dengan
mengelompok, yang alam, rekreasi dan atau olah raga, penelitian dan syarat harus sesuai dengan
penggunaannya lebih bersifat pengembangan; pendidikan, dan atau budidaya hasil hutan ketentuan peraturan
terbuka, tempat tumbuh tanaman, bukan kayu perundangan yang berlaku
baik yang tumbuh secara b. penanaman vegetasi sesuai fungsi dan peran RTH dengan tetap menjaga
alamiah maupun yang sengaja c. peningkatan dan pengembangan pola vegetasi yang ada, fungsi, daya dukung, dan
ditanam terutama yang memiliki nilai penting lainnya estetika kawasan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. pembangunan bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan
fasilitas umum lainnya
b. pemasangan papan reklame dan papan pengumuman
c. pengembangan jaringan utilitas
d. kegiatan lain selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak
mengakibatkan terganggunya fungsi RTH, kerusakan RTH
dan/atau pengurangan luas RTH sebagai kawasan
perlindungan setempat
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. penebangan pohon di kawasan ini tanpa seizin instansi yang
berwenang
b. kegiatan yang mengganggu fungsi RTH
c. kegiatan yang mengakibatkan kerusakan dan/atau
pengurangan luas RTH
A4. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
- Kawasan taman hutan Kawasan pelestarian yang terutama - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
dimanfaatkan untuk tujuan koleksi a. kegiatan penelitian, pendidikan, dan wisata alam
V-6
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
raya tumbuhan dan/atausatwa alami b. pembangunan penunjang kegiatan penelitian, pendidikan, dan
atau buatan, jenis asli dan/atau wisata alam
bukan asli c. penanaman vegetasi sesuai dengan fungsi dan peran kawasan
taman hutan raya
- Kawasan rawan tanah Kawasan berbentuk lereng yang - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
longsor rawan terhadap perpindahan a. kegiatan konservasi dan penelitian
material pembentuk lereng berupa b. kegiatan pengendalian dan pencegahan longsor
batuan, bahan rombakan, tanah, c. kenentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman
atau material campuran penduduk
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan budidaya secara terbatas seperti pertanian,
perkebunan, dan kehutanan dengan jenis tanaman yang
mampu mengurangi resiko bencana tanah longsor dan
disesuaikan dengan tingkat kerawanannya
b. pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan bencana
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan yang berpotensi mengakibatkan terjadinya longsor
b. pengembangan permukiman
c. penebangan pohon pada kawasan ini
d. pembangunan obyek-obyek vital/strategis
- Kawasan rawan Kawasan yang diidentifikasikan - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
kebakaran hutan/lahan sering dan/atau berpotensi tinggi a. kegiatan budidaya pada kawasan dengan tingkat kerawanan
mengalami bencana kebakaran rendah hingga sedang dengan penerapan sistem mitigasi
hutan dan lahan bencana yang tepat disertai dengan sistem pencegahan dan
penanganan yang baik
b. pembangunan prasarana penunjang untuk mengurangi resiko
bencana alam dan pemasangan sitem peringatan dini (early
warning system)
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan budidaya pada kawasan dengan tingkat kerawanan
tinggi, dengan kewajiban untuk penyediaan peralatan
penanggulangan kebakaran didukung dengan sumber daya
V-8
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Kawasan koridor bagi Kawasan yang menjadi daerah - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi : - Penentuan lokasi yang
jenis satwa yang perlindungan bagi habitat orang a. konservasi kawasan menjadi kawasan
dilindungi utan dan hewan dilindungi lainnya b. reboisasi kawasan dengan tanaman yang sesuai dengan habitat koridor bagi satwa yang
satwa yang dilindungi dilindungi dilakukan
c. perluasan kawasan koridor berdasarkan laporan-
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi : laporan dan hasil survei
a. ekowisata secara terbatas yang membuktikan
b. kegiatan penelitian dan pendidikan keberadaan habitat
V-10
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Kawasan hutan produksi Kawasan hutan dengan faktor- - Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi : Kriteria dan ketentuan
terbatas (HPT) faktor kelas lereng, jenis tanah, dan a. penggunaan kawasan hutan produksi terbatas untuk kegiatan yang
intensitas hujan setelah masing- pemanfaatan ruang di luar kegiatan kehutanan diperbolehkan dengan
masing dikalikan dengan angka b. pemanfaatan ruang di luar kegiatan kehutanan yang bersifat syarat, harus mengikuti
penimbang mempunyai jumlah permanen ketentuan peraturan
nilai antara 125-174, di luar c. kegiatan pemanfaatan hutan yang mencakup pemanfaatan perundangan yang berlaku
kawasan lindung, hutan suaka kawasan, jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu,
V-11
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
alam, hutan pelestarian alam, dan usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemungutan hasil di bidang kehutanan
taman buru hutan kayu, pemungutan hasil hutan bukan kayu
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. penggunaan kawasan untuk pemanfaatan ruang di luar
kegiatan kehutanan tanpa mengikuti ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku di bidang kehutanan
b. pemanfaatan ruang di luar kegiatan kehutanan yang bersifat
permanen tanpa mengikuti ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku di bidang kehutanan
c. kegiatan pemanfaatan hutan tanpa mengikuti ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku di bidang kehutanan
d. melakukan kegiatan fisik sebelum memperoleh perijinan dari
Kementerian Kehutanan
- Kawasan hutan produksi Kawasan hutan dengan faktor- - Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi : Kriteria dan ketentuan
tetap (HP) faktor kelas lereng, jenis tanah, dan a. penggunaan kawasan hutan produksi tetap untuk pemanfaatan kegiatan yang
intensitas hujan setelah masing- ruang di luar kegiatan kehutanan diperbolehkan dengan
masing dikalikan dengan angka b. pemanfaatan ruang di luar kegiatan kehutanan yang bersifat syarat, harus mengikuti
penimbang mempunyai jumlah permanen ketentuan peraturan
nilai dibawah 125, di luar kawasan c. kegiatan pemanfaatan hutan yang mencakup pemanfaatan perundangan yang berlaku
lindung, hutan suaka alam, hutan kawasan, jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu, di bidang kehutanan
pelestarian alam, dan taman buru usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemungutan hasil
hutan kayu, pemungutan hasil hutan bukan kayu
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. penggunaan kawasan untuk pemanfaatan ruang di luar
kegiatan kehutanan tanpa mengikuti ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku di bidang kehutanan
b. pemanfaatan ruang di luar kegiatan kehutanan yang bersifat
permanen tanpa mengikuti ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku di bidang kehutanan
c. kegiatan pemanfaatan hutan tanpa mengikuti ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku di bidang kehutanan
d. melakukan kegiatan fisik sebelum memperoleh perijinan dari
V-12
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
Kementerian Kehutanan
- Kawasan hutan produksi Kawasan hutan yang secara ruang - Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi : Kriteria dan ketentuan
yang dapat dikonversi dicadangkan untuk digunakan bagi a. penggunaan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi kegiatan yang
(HPK) pembangunan di luar kegiatan untuk pemanfaatan ruang di luar kegiatan kehutanan diperbolehkan dengan
kehutanan b. pemanfaatan ruang di luar kegiatan kehutanan yang bersifat syarat, harus mengikuti
permanen ketentuan peraturan
c. kegiatan pemanfaatan hutan yang mencakup pemanfaatan perundangan yang berlaku
kawasan, jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu, di bidang kehutanan
usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemungutan hasil
hutan kayu, pemungutan hasil hutan bukan kayu
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. penggunaan kawasan untuk pemanfaatan ruang di luar
kegiatan kehutanan tanpa mengikuti ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku di bidang kehutanan
b. pemanfaatan ruang di luar kegiatan kehutanan yang bersifat
permanen tanpa mengikuti ketentuan peraturan perundangan
yang berlaku di bidang kehutanan
c. kegiatan pemanfaatan hutan tanpa mengikuti ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku di bidang kehutanan
d. melakukan kegiatan fisik sebelum memperoleh perijinan dari
Kementerian Kehutanan
B2. Kawasan Peruntukan Pertanian
- Kawasan pertanian Kawasan lahan basah berinigasi, - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
tanaman pangan rawa pasang surut dan lebak dan a. kegiatan pencetakan lahan, operasional, kegiatan penunjang
lahan basah tidak benirigasi serta operasional, dan peningkatan produktivitas pertanian tanaman
lahan kering potensial untuk pangan
pemanfaatan dan pengembangan b. kegiatan permukiman pedesaan pada kawasan pertanian
tanaman pangan tanaman pangan non irigasi teknis dan lahan kering khususnya
bagi penduduk yang bekerja di sektor pertanian
c. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
pertanian tanaman pangan
V-13
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Kawasan peternakan Kawasan yang secara teknis dapat - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
digunakan untuk usaha a. kegiatan operasional, kegiatan penunjang operasional, dan
peternakan baik sebagai sambilan, peningkatan produktivitas peternakan
cabang usaha, usaha pokok b. pengembangan terpadu dengan kawasan pertanian tanaman
maupun industri, serta sebagai pangan, hortikultura, dan perkebunan dengan memperhatikan
padang penggembalaan ternak aspek pengelolaan lingkungan
c. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
peternakan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
ternak ayam, itik (unggas) secara terbatas pada kawasan
permukiman pedesaan dengan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. pengembangan ternak besar pada kawasan permukiman
b. kegiatan peternakan yang menimbulkan pencemaran dan
penurunan kualitas lingkungan
c. kegiatan peternakan yang mengganggu ketentraman &
ketertiban umum
d. kegiatan peternakan yang menimbulkan keresahan masyarakat
V-16
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Kawasan peruntukan Kawasan yang dimanfaatkan untuk - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
perikanan kegiatan penangkapan, budi daya, a. kegiatan pencetakan lahan perikanan, operasional tangkap
dan industri pengolahan hasil maupun budidaya, kegiatan penunjang operasional perikanan,
perikanan dan peningkatan produktivitas
b. pengembangan terpadu dengan pertanian tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan dengan memperhatikan aspek
pengelolaan lingkungan
c. pembangunan/penyediaan sarana dan prasarana pendukung
kegiatan perikanan
d. kegiatan wisata alam secara terbatas, penelitian dan pendidikan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas secara terbatas sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
- Kawasan peruntukan Kawasan yang diperuntukkan bagi - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi : Sebelum kegiatan
V-17
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
pertambangan kegiatan pertambangan, baik a. kegiatan eksplorasi, operasi produksi, kegiatan penunjang pertambangan dilakukan
wilayah yang sedang maupun yang operasional, dan kegiatan reklamasi pasca tambang wajib dilakukan studi
akan dilakukan kegiatan b. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan kelayakan dan studi
pertambangan, meliputi mineral pertambangan AMDAL yang hasilnya
logam, mineral non logam, batuan, - Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi : disetujui oleh tim evaluasi
batubara, dan gas bumi a. kegiatan pertambangan pada kawasan perkebunan setelah dari lembaga yang
diperoleh kesepakatan dengan pemilik lahan atau pemilik izin berwenang
usaha perkebunan
b. kegiatan pertambangan pada kawasan hutan lindung hanya
dengan pola pertambangan bawah tanah dengan syarat tidak
boleh mengakibatkan : turunnya permukaan tanah,
berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen,
dan terjadinya kerusakan akuiver air tanah
- Kawasan peruntukan Kawasan yang diperuntukkan bagi - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
industri kegiatan industri, berupa tempat a. kegiatan pembangunan, operasional, penunjang operasional,
pemusatan kegiatan industri dan pengembangan industri
b. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
industri
c. pengembangan sentra-sentra industri mikro dan kecil
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa, dan kegiatan lain
secara terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
b. pembangunan fasilitas umum di sekitar dan pada kawasan
peruntukan industri sesuai dengan ketentuan peraturan
V-19
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
perundang-undangan
c. kegiatan industri pertambangan yang tidak berada pada
kawasan industri Bagendang
d. kegiatan industri pengolahan hasil perkebunan yang tidak
berada pada kawasan industri Bagendang
e. kegiatan industri menengah yang tidak berada pada kawasan
industri Bagendang
f. kegiatan industri besar eksisting yang sudah beroperasi
sebelum kawasan industri Bagendang ditetapkan, yang mana
akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. kegiatan industri tanpa izin dan/atau melakukan kegiatan
sebelum diperolehnya perzinan
b. kegiatan industri yang menyalahi ketentuan perizinan yang
diberikan
c. kegiatan industri besar yang termasuk kategori diwajibkan
berada pada kawasan industri Bagendang setelah kawasan
industri Bagendang ditetapkan namun akan melakukan
kegiatan di luar kawasan yang ditetapkan
d. kegiatan industri yang menimbulkan pencemaran dan
penurunan kualitas lingkungan
e. kegiatan industri yang mengganggu ketentraman & ketertiban
umum
f. kegiatan industri yang menimbulkan keresahan masyarakat
g. kegiatan industri yang mengganggu atau merusak fasilitas
umum, obyek-obek vital, dan obyek strategis
h. kegiatan yang menyalahi aturan yang diterapkan pada kawasan
industri Bagendang
i. kegiatan-kegiatan yang mengganggu kegiatan industri pada
kawasan peruntukan industri
- Kegiatan industri harus mampu menciptakan lapangan kerja
dengan prioritas masyarakat lokal setempat sesuai dengan bidang
V-20
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Kawasan peruntukan Kawasan yang diperuntukkan bagi - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
pariwisata kegiatan pariwisata atau segala a. kegiatan pariwisata, kegiatan penunjang pariwisata, dan
sesuatu yang berhubungan dengan pengembangan obyek pariwisata
wisata termasuk pengusahaan b. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
obyek dan daya tarik wisata serta pariwisata
usaha-usaha yang terkait di bidang c. kegiatan penelitian dan pendidikan
tersebut - Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. pemungutan retribusi untuk kegiatan pada kawasan pariwisata
sesuai dengan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
- Kawasan peruntukan Bagian dari lingkungan hidup di - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
permukiman luar kawasan lindung, baik berupa a. kegiatan permukiman dan kegiatan penunjang permukiman
kawasan perkotaan maupun b. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
perdesaan yang berfungsi sebagai permukiman
lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat c. pengembangan permukiman baik yang dilakukan oleh
kegiatan yang mendukung perorangan, pengembang, maupun pemerintah
perikehidupan dan penghidupan d. pembangunan sarana prasarana wilayah
e. pembangunan obyek-obyek vital/strategis
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi :
a. kegiatan permukiman pada kawasan rawan banjir dan kawasan
rawan kebakaran hutan/lahan dengan tingkat kerawanan
rendah hingga sedang dengan mempertimbangkan persyaratan
teknis dan sistem mitigasi kebencanaan yang tepat serta
didukung ketersediaan peralatan dan sumberdaya manusia
yang memadai
V-22
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Kawasan peruntukan Kawasan yang ditetapkan dengan - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi :
pertahanan dan fungsi utama untuk kepentingan a. kegiatan pertahanan dan keamanan
keamanan kegiatan pertahanan dan b. pembangunan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
keamanan pertahanan dan keamanan
c. pengembangan fasilitas penunjang kegiatan pertahanan dan
keamanan sesuai dengan daya tampung dan nilai strategis
kawasan
d. kegiatan lain yang dapat mendukung fungsi kawasan
V-23
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
V-25
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Kawasan yang belum Kawasan hutan sesuai dengan - Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi : Yang dimaksud dengan
ditetapkan perubahan ketentuan peraturan perundang- a. penggunaan untuk pemanfaatan ruang di luar kegiatan ketentuan peraturan
peruntukan ruangnya undangan di bidang kehutanan kehutanan dengan mengikuti ketentuan peraturan perundangan yang berlaku
yang diusulkan perubahan perundangan yang berlaku adalah peraturan
peruntukan ruangnya yang yang b. kegiatan pemanfaatan hutan yang mencakup pemanfaatan perundang-undangan di
belum mendapatkan persetujuan kawasan, jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan kayu, bidang kehutanan
perubahan peruntukan kawasan usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemungutan hasil
hutannya dari Menteri Kehutanan hutan kayu, pemungutan hasil hutan bukan kayu, dengan
mengikuti ketentuan peraturan perundangan yang berlaku
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi :
a. pembangunan sarana & prasarana sebelum mendapatkan
persetujuan dari Menteri Kehutanan sesuai ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku
b. pengembangan kegiatan budidaya sebelum mendapatkan
persetujuan dari Menteri Kehutanan sesuai ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku
Kawasan Sekitar Sistem Prasarana Nasional & Wilayah di Kabupaten
V-26
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Sekitar jalur kereta api - Kegiatan yang diperbolehkan mengikuti ketentuan ruang manfaat
jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang
pengawasan jalur kereta api sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan lain
selain kegiatan yang disebutkan di atas yang tidak mengganggu
konstruksi jalan rel dan fasilitas operasi kereta api serta
keselamatan pengguna kereta api
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi pemanfaatan ruang
manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan ruang
pengawasan jalur kereta api yang mengakibatkan terganggunya
kelancaran operasi kereta api dan keselamatan pengguna kereta
api
- Pemanfaatan ruang sisi jalur kereta api untuk ruang terbuka
harus memenuhi aspek keamanan dan keselamatan bagi pengguna
kereta api
- Sekitar stasiun kereta api - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan pembangunan,
operasional, penunjang operasional, dan kegiatan pengembangan
stasiun kereta api
V-30
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
V-31
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Sekitar pembangkit Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sekitar pembangkit tenaga
tenaga listrik listrik disesuaikan dengan karakter masing-masing pembangkit tenaga
listrik yang meliputi PLTD, PLTU, PLTB, PLTMH, dan PLTS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
V-36
Zona Berdasarkan Pola Ruang Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Wilayah Kabupaten
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Sekitar sistem jaringan - Kegiatan yang diperbolehkan meliputi kegiatan operasional dan
telekomunikasi kegiatan penunjang sistem jaringan telekomunikasi
- Kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat meliputi kegiatan
selain sebagaimana disebutkan di atas yang aman bagi sistem
jaringan telekomunikasi dan tidak mengganggu fungsi sistem
jaringan telekomunikasi
- Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang
membahayakan sistem jaringan telekomunikasi dan mengganggu
fungsi sistem jaringan telekomunikasi
BUPATI KOTAWARINGIN
TIMUR
Salinan Sesuai Dengan Aslinya
KABAG HUKUM SETDA KAB. ttd
KOTIM, SUPIAN HADI
V-37