Anda di halaman 1dari 15

Accelerat ing t he world's research.

makalah media pembelajaran


Fahroji, Yahya, Asreng

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

administ rasi perkant oran


Ashari Kudasai

MODUL PLPG ADMINIST RASI PERKANT ORAN KONSORSIUM SERT IFIKASI GURU
T j Ariel

Academy of Educat ion Journal: volume 6. Nomor 2, Juli 2015


Heri Kurnia
Makalah Media Pembelajaran
Judul
Tahap Pengelolaan Media Pembelajaran
Dosen Bapak Syarifuddin., M.Pd

Di Susun

Siti Sarah
Siti Humaeroh
Fahroji
SMT. III.
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah ( STIT ) Al - Amin
Program Studi Pendidikan Agama Islam ( PAI )
Program Studi Pendidikan Usia Dini ( PAUD )
Jl Pesantren Ceger No 17 Jurang Mangu Timur
Pondok Aren Kota Tangerang Selatan
2014
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat beserta salam semoga tetap
tercurahkan kepada jungjunan kita, pemimpin akhir zaman yang sangat dipanuti oleh
pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah yang berjudul “Tahap Pengelolaan Media Pembelajaran” ini sengaja di bahas karena
sangat Penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang berada di jurusan Pendidikan
Agama Islam yang akan menjadi seorang guru tentang begitu pentingnya pendidikan di dunia
ini.

Pendidikan disini merupakan suatu proses bagaimana agar pendidik mengalami


perubahan dalam segi kepribadiannya, pengetahuanya dan aspek lain yang ada potensi pada
dirinya itu.
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Bapak Syarifudin., M.Pd . selaku dosen Media
Pembelajaran untuk memberikan sarannya kepada kami agar penyusunan makalah ini lebih
baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya semua yang membaca makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb
DAFTAR ISI
Kata pengantar ......................................................................................................ii
Daftar isi ............................................................................................................ ..iii
Bab I Pendahuluan ..................................................................................................1
1. Latar Belakang…………………………………………………………1

2.Rumusan masalah ................................................................................... .2


3 Tujuan ................................................................................................... .2
Bab II Pembahasan
A. Pengertian ....................................................................................................3
1.B. Tahap Pengelolaan Media Pembelajaran ...................................................5
1.Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa………………………5
2. Merumuskan tujuan intruksional ...........................................................6
3. Merumuskan butir-butir secara terperinci .............................................7
4. Pengelolaan pengembangan alat ukur keberhasilan...............................7
5. Menulis naskah media ...........................................................................8
6. Mengadakan penilain ( evaluasi media ) dan revisi ...............................8

Bab III
1 Kesimpulan…………………………………………………………...10
Daftar pustaka…………………………………………………………………...11
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai
interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar melakukan kegiatan pengajarannya
secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik untuk membangun makna atau
pemahaman terhadap suatu objek atau suatu peristiwa. Sedangkan, kegiatan mengajar merupakan
upaya kegiatan menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi dan tanggung jawab pada
peserta didik untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui
kegiatan belajar sepanjang hayat. Gagasan dan pengetahuan ini akan membentuk keterampilan, sikap,
dan perilaku sehari-hari sehingga peserta didik akan berkompeten dalam bidang yang dipelajarinya.
Kegiatan belajar dan mengajar inilah yang disebut orang sebagai pembelajaran (Depdiknas, 2003 :
10).
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran
yang disampaikan guru dapat dikuasai anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup
sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu
dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk social dengan latar belakang yang
berbeda. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik satu dengan yang lainnya, yaitu
aspek intelektual, psikologis, dan biologis.
Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya
sikap dan tingkah laku anak didik disekolah. Hal itu pula yang menjadikan berat tugas guru dalam
menglola kelas dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah sukarnya
mengelola kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas,tujan pengajaran pun sukar untuk dicapai.
Hal ini kiranya tidak perllu terjadi, karena usaha yang dapat dilakukan masih terbuka lebar. Salah satu
caranya adalah dengan meminimalkan jumlah anak didik di kelas. Mengaplikasikan beberapa prinsip
pengelolaan kelas. Kelas adalah upaya lain yang tidak bisa diabaikkan begitu saja. Pendekatan terpilih
mutlak dilakukan guna mendukung pengelolaan kelas. Disamping itu juga, perlu memanfatkan
beberapa media pendidikan yang telah ada dan mengupayakan pengadaan media pendidikan baru
demi terwujudnya tujuan bersama.
Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu peserta
didik melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiat¬an belajar menjadi lebih efisien dan efektif.
Dengan bantuan berbagai alat, maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkrit, mudah dipahami,
hemat waktu dan tenaga, dan hasil belajar lebih bermakna. Alat bantu belajar disebut juga alat peraga
atau media belajar, misalnya dalam bentuk bahan tercetak, alat-alat yang dapat dilihat, alat yang dapat

Pendidikan adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari penghidupan |1


didengar (media audio), dan alat-alat yang dapat didengar dan dilihat (audio visual aids), serta
sumber–sumber masyarakat yang dapat dialami secara langsung (Hamalik, 1999 : 51).
Media pembelajaran adalah sarana yang dapat dimanipulasikan dan dapat digunakan
mempengaruhi pikiran, perasaan, perhatian dan sikap peserta didik, sehingga mempermudah
terjadinya proses pembelajaran. Pikiran, perasaan, perhatian dan sikap peserta didik dalam
pembelajaran dapat dirangsang dengan menggunakan media pembelajaran. Pemanfaatan media
pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran.
Efektifitas dapat diartikan sejauh mana hal-hal yang direncanakan dapat terlaksana.dalam
arti bahwa apabila hasilnya menunjukan presentase yang besar atau tidak jauh dari perencanan maka
dapat dikatakan bahwa hal tersebut cukup efekif dan sebaliknya apabila hasilnya jauh dari
perencanaan yang ada maka dapat dikatakan hal tersebut tidak efektif (Henyat, 1993: 50). Dengan
digunakannya media pembelajaran, maka diharapkan peserta didik akan mudah dalam menyerap mata
pelajaran yang dipelajari, sehingga akan mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, penulis batasi permasalahanya dalam rumusan sebagai berikut:
1. Apa pengertian media pembelajaran, implementasi dan pengembangan media pembelajaran?
2. Apa saja kriteria pemilihan media pembelajaran?
3. Bagaimanakah tahap-tahap dalam pengelolaan media pembelajaran?

3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui
1. Pengertian media pembelajaran, implementasi dan pengembangan media pembelajaran?
2. Kriteria pemilihan media pembelajaran
3. Tahap-tahap pengelolaan media pembelajaran

Pendidikan adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari penghidupan |2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan
sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Media
merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju
komunikan. Berdasarkan definisitersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan
proses komunikasi.Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru
(komunikator),bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan
pembelajaran. Jadi,
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
(bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa
dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.Posisi media pembelajaran. Oleh karena proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media
pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem
pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses
komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen
integral dari sistem pembelajaran
Media pembelajaran juga dapat dikatakan sebagai bahan, alat/media, maupun
metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi
komunikasi edukatif antara guru dan anak didik dapat berlangsung secara efektif dan efesien sesuai
dengan tujuan pengajaran yang telah dicita-citakan.
Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapatdiketahui
berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran.
Tiga kelebihan kemampuan media adalah sebagai berikut. Pertama, kemapuan fiksatif, artinya dapat
menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan
ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan
pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua,
kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan
berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya,
warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media
mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak,
misalnya siaran TV atau Radio.
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan
Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne
dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah

Pendidikan adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari penghidupan |3


perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling
menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004). Adapun
Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem
rekayasa.”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan
mengembangkan (1989: 414). Dan lebih dijelaskan lagi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karya
WJS Poerwadarminta, bahwa pengembangan adalah perbuatan menjadikan bertambah, berubah
sempurna (pikiran, pengetahuan dan sebagainya) (2002: 473). Kegiatan pengembangan meliputi
tahapan: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang diikuti dengan kegiatan penyempurnaan
sehingga diperoleh bentuk yang dianggap memadahi. Untuk melakukan kegiatan pengembangan
media pembelajaran diperlukan prosedur pengembangan. Prosedur pengembangan adalah langkah-
langkah prosedural yang harus ditempuh oleh pengembang agar sampai ke produk yang
dispesifikasikan. Prosedur pengembangan media meliputi beberapa tahap, yaitu perencanaan atau
penyusunan rancangan media, produksi media, dan evaluasi media. Kriteria pemilihan media
pembelajaran yaitu:
1) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah
ditetapkan baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor.
2) Media harus tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau
generalisasi.
3) Media harus praktis, luwes dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya
untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu yang lama
bukanlah jaminan. Sebagai media yang terbaik. Sehingga guru dapat memilih media yang ada, mudah
diperolh dan mudah dibuat sendirioleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan
dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang ada di lingkungan sekitarnya, dan mudah dibawa
dan dipindahkan ke mana-mana.
4) Media harus dapat digunakan guru dengan baik dan terampil. Apapun medianya, guru harus mampu
menggunakan dalam proses pembelajaran. Komputer, proyektor transparansi (OHP), proyektor slide,
dan film, dan peralatan canggih lainnya tidak akan berarti apa-apa jika guru belum dapat
menggunakannya dalam proses belajar mengajar di kelas.
5) Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis
tertentu. Misalnya visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin
disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang.
6) Media yang digunakan harus sesuai dengan taraf berfikir siswa.
7) Media yang digunakan harus dapat menunjang dan membantu pemahaman siswa terhadap pelajaran
tersebut sehingga proses pembelajan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.

Pendidikan adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari penghidupan |4


B. Tahap Pengelolaan Media Pembelajaran
Secara garis besar kegiatan pengelolaan media pembelajaran terdiri atas tiga langkah
besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan perencanaan, produksi dan penilaian. Sementara itu,
dalam rangka melakukan desain atau rancangan pengembangan program media. Arief
Sadiman, dkk, memberikan urutan langkah-langkah yang harus diambil dalam pengelolaam
pengembangan program media menjadi 6 (enam) langkah sebagai berikut:
1) Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki
siswa dengan apa yang diharapkan. Contoh jika kita mengharapkan siswa dapat melakukan
sholat dengan baik dan benar, sementara mereka baru bisa takbir saja, maka perlu dilakukan latihan
untuk ruku, sujud, dan seterusnya.
Setelah kita menganalisis kebutuhan siswa, maka kita juga perlu menganalisis karakteristik
siswanya, baik menyangkut kemampuan pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya. Cara mengetahuinya bisa dengan tes atau dengan yang lainnya. Langkah ini dapat
disederhanakan dengan cara mengenalisa topic-topik materi ajar yang dipandang sulit dan karenanya
memerlukan bantuan media. Pada langkah ini sekaligus pula dapat ditentukan ranah tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk rangsangan indera mana yang diperlukan (audio, visual,
gerak atau diam).

contoh melakukan identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa:


Siswa MI diharapkan sudah berprilaku hidup sehat dengan rajin menggosok gigi, membuang
sampah pada tempatnya, mandi 2 kali sehari, selalu berpakaian rapih dan tidak jajan sembarangan.
namun dalam kenyataannya tidak sesuai dengan harapan. dengan demikian terjadi kebutuhan
bagaimana meningkatkan sikap siswa untuk hidup bersih.
Adanya kebutuhan tersebut seyogyanya menjadi dasar pijakan dalam membuat media
pembelajaran, sebab dengan dorongan kebutuhan inilah media dapat berfungsi dengan baik. dan media
yang digunakan siswa, haruslah relevan dengan kemampuan yang dimiliki siswa.

2) Merumuskan tujuan intruksional (Instructional objective) dengan operasional dan khas


Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Tujuan dapat
memberikan arah tindakan yang kita lakukan. Dalam proses belajar mengajar, tujuan instruksional
merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan dapat memberikan arah kemana siswa akan pergi,
bagaimana ia harus pergi kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke tempat tujuan. Tujuan
ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia
mengikuti proses instruksional tertentu. Untuk dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik,
ada beberapa ketentuan yang harus diingat, yaitu:

Pendidikan adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari penghidupan |5


a. Tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa. Artinya tujuan instruksional itu benar-benar
harus menyatakan adanya prilaku siswa yang dapat dilakukan atau diperoleh setelah proses belajar
dilakukan.
b. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, artinya kata kerja itu menunjukkan suatu
prilaku/perbuatan yang dapat diamati atau diukur.
Beberapa contoh dari kategori kata operasional adalah sebagai berikut:

Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur pokok yang dapat kita
akronimkan dalam ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree). Penjelasan dari masing-
masing komponen tersebut sebagai berikut:
A= Audience adalah menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan sasaran
pembelajaran
B= Behavior adalah menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau yang
dapat dilakukan setelah pembelajaran berlangsung
C= Condition adalah menyebutkan kondisi yang bagaimana atau dimana
sasaran dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau keterampilannya
D= Degree adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang diharapkan
dapat dicapai.

3) Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan


Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan atau keterampilan
yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga materi yang disusun adalah dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar mengajar tersebut. Setelah
daftar butir-butir materi dirinci maka langkah selanjutnya adalah mengurutkannya dari yang
sederhana sampai kepada tingkatan yang lebih rumit, dan dari hal-hal yang konkrit kepada yang
abstrak.
4) Pengelolaan pengembangan alat pengukur keberhasilan
Alat pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih dahulu sebelum naskah
program ditulis. Dan alat pengukur ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
dan dari materi-materi pembelajaran yang disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa dengan tes,
pengamatan, penugasan atau cheklist prilaku.
Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang media, ketika melakukan tes uji coba dari
program media yang dikembangkannya. Misalkan alat pengukurnya tes, maka siswa nanti akan
diminta mengerjakan materi tes tersebut. Kemudian dilihat bagaimana hasilnya. Apakah siswa
menunjukkan penguasaan materi yang baik atau tidak dari efek media yang digunakannya atau dari
materi yang dipelajarinya melalui sajian media. Jika tidak maka dimanakah letak kekurangannya.
Dengan demikian, maka siswa dimintai tanggapan tentang media tersebut, baik dari segi kemenarikan
maupun efektifitas penyajiannya.

Pendidikan adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari penghidupan |6


Sebagai salah satu contoh tentang alat pengukur keberhasilan dari media yang dikembangkan
oleh guru adalah sebagai berikut:
Rumusan Tujuan Rumusan Materi Alat Pengukur (Tes)

Siswa dapat menyebutkan Nama-nama pulau Sebutkan minimal 5 nama-


minimal 5 pulau besar yang Besar yang ada di nama pulau besar yang ada
ada di Indonesia dengan benar Indonesia di Indonesia

Siswa kelas VI MI dapat Tata Cara Sholat  - Sebutkan bacaan ketika


mempraktekkan tata cara Ruku, I’tidal dan Sujud
sholat dengan benar Tunjukkan gerakan ruku
dan I’tidal

Dari contoh di atas, jelaslah bahwa penyusunan alat ukur keberhasilannya harus berdasar dari
rumusan tujuan dan materi pembelajaran yang akan diajarkan melalui media pembelajaran tersebut.

5) Menulis naskah media


Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media rancangan yang
merupakan penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik seperti yang telah
dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka materi
tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut naskah program media.
Naskah program media maksudnya adalah sebagai penuntun kita dalam memproduksi media.
Artinya menjadi penuntut kita dalam mengambil gambar dan merekam suara. Karena naskah ini berisi
urutan gambar dan grafis yang perlu diambil oleh kamera atau bunyi dan suara yang harus direkam.
Dalam teknis penulisannya, naskah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan.
Tahapan dalam pembuatan atau penulisan naskah adalah berawal dari adanya ide dan gagasan
yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. selanjutnya pengumpulan data dan informasi,
penulisan sinopsis dan treatment, penulisan naskah, pengkajian naskah atau revisi naskah, revisi
naskah sampai naskah siap diproduksi.
Ada beberapa macam bentuk naskah program media, namun pada prinsipnya mempunyai
maksud yang sama, yaitu sebagai penuntun dan usaha memproduksi media pembelajaran. Naskah
program media terdiri dari urutan gambar, caption atau grafis yang perlu diambil dengan alat kamera
dan suara atau bunyi yang diambil dengan alat perekam suara. Lembaran naskah tersebut dibagi
menjadi dua kolom, di sebelah kiri terdiri dari gambar, caption atau grafis. Sedangkan di sebelah
kanan berisi narasi atau percakapan yang dibaca narator atau pelaku, dan suara lain yang diperlukan.

Pendidikan adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari penghidupan |7


6) Mengadakan penilaian (evaluasi media) dan revisi

Penilaian media adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan
kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program tersebut. Sesuatu
program media yang oleh pembuatnya dianggap telah baik, tetapi bila program itu tidak menarik, atau
sukar dipahami atau tidak merangsang proses belajar bagi siswa yang ditujunya, maka program
semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik.
Evalusi media pembelajaran adalah suatu tindakan proses atau kegiatan yang dilaksanakan
dengan maksud untuk menentukan nilai dari segala media atau alat yang digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat tersebut
dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, pertanyaan pokok yang sering
muncul adalah apa yang harus dievaluasi. Ini berarti, setiap evaluator untuk melihat kembali fungsi
dan prinsip penggunaan media.
Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, aspek psikologis perlu
dipertibangkan. Sebab aspek psikologis inilah yang membuat orang memiliki gaya belajar berbeda.
Menurut Michael Gardner ada tiga gaya belajar yang dimiliki manusia yakni: gaya belajar visual
(belajar dengan cara melihat), gaya belajar audiotorial (belajar dengan cara mendengar) dan gaya
belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh).
Tes atau uji coba tersebut dapat dilakukan baik melalui perseorangan atau melalui kelompok
kecil atau juga melalui tes lapangan, yaitu dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya dengan
menggunakan media yang dikembangkan. Sedangkan revisi adalah kegiatan untuk memperbaiki hal-
hal yang dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas hasil dari tes.
Apabila dikaitkan dengan tujuan evaluasi sebagaimana yang telah dikemukakan, maka ada
berbagai jenis evualuasi terhadap media pembelajaran. Berdasarkan prosesnya, evaluasi media ini
terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang
efektifitas dan efisien bahan-bahan pembelajaran (dalam hal ini medianya) untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.
Dalam bentuk finalnya, setelah media tersebut diperbaiki dan disempurnakan, maka data akan
dikumpulkan untuk menentukan apakah media tersebut patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu
atau media tersebut benar-benar efektif seperti yang dilaporkan. Jenis evaluasi inilah yang kemudian
disebut dengan evaluasi sumatif.

Pendidikan adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari penghidupan |8


Ada 3 tahapan dalam mengevaluasi atau menilai suatu media pembelajaran diantaranya adalah :
a) Evaluasi satu lawan Satu
Pada tahap ini seorang designer memiilih beberapa orang siswa (tidak lebih dari tiga orang) yang
dapat mewakili populasi target dari media yang dibuat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara
individual. Kalau media itu didesain untuk belajar mandiri, biarkan siswa mempelajarinya, sementara
pengembang (developer) mengamatinya. Kedua orang siswa yang telah dipilih tersebut hendaknya
satu orang dari populasi target yang berkemampuan yang umumnya sedikit di bawah rata-rata dan
satu orang lagi diatas rata-rata. Dengan kata lain, dalam menentukan kelompok ini variasi kemampuan
akademis populasi target dipertimbangkan.
b) Evaluasi kelompok kecil
Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-12 orang siswa yang dapat mewakili populasi target.
Jumlah 10 merupakan jumlah minimal, sebab kalau kurang dari jumlah tersebut data yang diperoleh
kurang dapat menggambarkan populasi target. Sabaliknya jika lebih dari 12, data atau informasi
melebihi yang diperlukan, akbibatnya kurang bermanfaat untuk dianalisis dalam kelompok kecil.
Siswa yang dipilih dalam kegiatan ini hendaknya mencerminkan karakteristik populasi.Usahakan
sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang kurang pandai, sedang, dan pandai, laki-laki dan
perempuan, berbagai usia dan latar belakang.
c) Evaluasi Lapangan
Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Evaluasi lapangan
diusahakan situasinya semirip mungkin dengan situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi
di atas tentulah media yang dibuat sudah mendekatki kesempurnaan. Namun dengan hal itu masih
harus dibuktikan. Melalui evaluasi lapangan inilah, kebolehan media yang kita buat itu diuji. Dalam
melakukan evaluasi lapangan seorang designer memilih sekitar 30 orang siswa sambil memperhatikan
beragam karakteristik seperti kepandaian, kelas sosial, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan
belajar, dan lain sebagainya sesuai dengan karakteristik sasaran.
Jika semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan telah dianggap tidak ada lagi yang
perlu direvisi, maka langkah selanjutnya adalah media tersebut siap untuk diproduksi. akan tetapi bisa
saja terjadi setelah dilakukan produksi ternyata setalah disebarkan atau disajikan ada beberapa
kekurangan dari aspek materi atau kualitas sajian medianya (gambar atau suara) maka dalam kasus
seperti ini dapat pula dilakukan perbaikan (revisi) terhadap aspek yang dianggap kurang. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan kesempurnaan dari media yang dibuat, sehingga para penggunanya
akan mudah menerima pesan-pesan yang disampaikan melalui media tersebut.

Pendidikan adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari penghidupan |9


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

1. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan
pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar.
implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan
mengembangkan. Pengelola pengembangan media pengajaran adalah perbuatan yang menjadikan
bertambah, berubah sempurna (pikiran, pengetahuan dan sebagainya)
2. Kriteria pemilihan media pembelajaran yaitu:
- Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
- Pengelola Media harus tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau
generalisasi.
- Pengelola Media harus praktis, luwes dan bertahan.
- Pengelola Media harus dapat digunakan guru dengan baik dan terampil. .
- Pengelola Media yang digunakan harus sesuai dengan taraf berfikir siswa.
- Pengelola Media yang digunakan harus dapat menunjang dan membantu pemahaman siswa terhadap
pelajaran tersebut sehingga proses pembelajan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
3. Arief Sadiman, dkk, memberikan urutan langkah-langkah yang harus diambil dalam Tahap
Pengelolaan pengembangan program media menjadi 6 (enam) langkah sebagai berikut:
- Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
- Merumuskan tujuan intruksional (Instructional objective) dengan operasional dan khas
- Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan
- Mengembangkan alat pengukur keberhasilan
- Menulis naskah media
- Mengadakan tes dan revisi

Pendidikan adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari penghidupan | 10


Daftar Pustaka

Depdiknas, 2003 Media Pembelajaran, Jakarta: Dirjen Dikdasmen.


Hamalik Oemar, 1999, Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Haryono, Anung, 2009, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Henyat Soetomo. 1993. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara.
Slameto, 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana Nana, 2005, Dasar –Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
http://meretasmasadepan.blogspot.com/2011/03/langkah-langkahpengembangan-media.html

http://www.banyumaskab.go.id/berita-386-penerapan-media-pembelajaran-untuk-
meningkatkan-efektivitas-diklat.html

Pendidikan adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari penghidupan | 11

Anda mungkin juga menyukai