Anda di halaman 1dari 141

LAPORAN PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA

PRODUKSI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) DENGAN


PROSES FERMENTASI MENGGUNAKAN RAGI ROTI
PADA KAPASITAS 25.000 TON/TAHUN

Disusun oleh:
1. Aprillia Damayanti NIM. 1841420038
2. Zuyyin Gitya Humam Nabalah NIM. 1841420045
3. Alvira Alwa Setyorini NIM. 1841420061
4. Gilang Haryo Sembodo NIM. 1841420079

DOSEN PEMBIMBING
Cucuk Evi Lusiani, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Pra rancangan Pabrik Kimia ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
lulus Program DiplomaIV Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang

Oleh :

1. Aprillia Damayanti NIM. 1841420038


2. Zuyyin Gitya Humam Nabalah NIM. 1841420045
3. Alvira Alwa Setyorini NIM. 1841420061
4. Gilang Haryo Sembodo NIM. 1841420079

Tanggal Ujian
28 Oktober 2021

Disetujui oleh :

Cucuk Evi Lusiani, S.T., M.T (Pembimbing)


NIDN. 0018059102
Achmad Chumaidi, Ir., M.T (Penguji I)
NIP. 196001131988111001

Agung Ari Wibowo, S.T., M.Sc (Penguji II)


NIP. 198902182020121004

Heny Dewajani, ST., M.T (Penguji III)


NIP. 197001051997022001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Ketua Program Studi
Teknik Kimia D-IV Teknologi Kimia Industri

Dr. Ir. Eko Naryono, M.T Profiyanti Hermien Suharti, S.T, M.T
NIP. 196107151990031001 NIP. 197803232003122002

ii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JURUSAN TEKNIK KIMIA
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.polinema.ac.id

KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN


PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Aprillia Damayanti
NIM / Angkatan : 1841420038 / 2018
Jurusan : Teknik Kimia

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :


1. Pra rancangan Pabrik Kimia yang diujikan adalah benar – benar hasil karya saya
sendiri (bukan jiplakan dari orang lain), kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
2. Apabila dikemudian hari terbukti/dapat dibuktikan Pra rancangan Pabrik Kimia
ini terdapat pemalsuan (fabricating) data dan unsur – unsur plagiasi, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan

Malang, tanggal bulan tahun

Menyetujui, Yang menerangkan,


Pembimbing Mahasiswa yang bersangkutan

Materai 10.000

Cucuk Evi Lusiani, S.T., M.T. Aprillia Damayanti

NIDN. 0018059102 NIM. 1841420038

iii
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JURUSAN TEKNIK KIMIA
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.polinema.ac.id

KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN


PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Zuyyin Gitya Humam Nabalah
NIM / Angkatan : 1841420045 / 2018
Jurusan : Teknik Kimia

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :


3. Pra rancangan Pabrik Kimia yang diujikan adalah benar – benar hasil karya saya
sendiri (bukan jiplakan dari orang lain), kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
4. Apabila dikemudian hari terbukti/dapat dibuktikan Pra rancangan Pabrik Kimia
ini terdapat pemalsuan (fabricating) data dan unsur – unsur plagiasi, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan

Malang, tanggal bulan tahun

Menyetujui, Yang menerangkan,


Pembimbing Mahasiswa yang bersangkutan

Materai 10.000

Cucuk Evi Lusiani, S.T., M.T. Zuyyin Gitya Humam Nabalah

NIDN. 0018059102 NIM. 1841420045

iv
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JURUSAN TEKNIK KIMIA
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.polinema.ac.id

KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN


PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Alvira Alwa Setyorini
NIM / Angkatan : 1841420061 / 2018
Jurusan : Teknik Kimia

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :


5. Pra rancangan Pabrik Kimia yang diujikan adalah benar – benar hasil karya saya
sendiri (bukan jiplakan dari orang lain), kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
6. Apabila dikemudian hari terbukti/dapat dibuktikan Pra rancangan Pabrik Kimia
ini terdapat pemalsuan (fabricating) data dan unsur – unsur plagiasi, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan

Malang, tanggal bulan tahun

Menyetujui, Yang menerangkan,


Pembimbing Mahasiswa yang bersangkutan

Materai 10.000

Cucuk Evi Lusiani, S.T., M.T. Alvira Alwa Setyorini

NIDN. 0018059102 NIM. 1841420061

v
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
JURUSAN TEKNIK KIMIA
Jl. Soekarno Hatta No.9 Malang 65141
Telp (0341) 404424 – 404425 Fax (0341) 404420
http://www.polinema.ac.id

KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN


PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Gilang Haryo Sembodo
NIM / Angkatan : 1841420079 / 2018
Jurusan : Teknik Kimia

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :


7. Pra rancangan Pabrik Kimia yang diujikan adalah benar – benar hasil karya saya
sendiri (bukan jiplakan dari orang lain), kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
8. Apabila dikemudian hari terbukti/dapat dibuktikan Pra rancangan Pabrik Kimia
ini terdapat pemalsuan (fabricating) data dan unsur – unsur plagiasi, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan

Malang, tanggal bulan tahun

Menyetujui, Yang menerangkan,


Pembimbing Mahasiswa yang bersangkutan

Materai 10.000

Cucuk Evi Lusiani, S.T., M.T. Gilang Haryo Sembodo

NIDN. 0018059102 NIM. 1841420079

vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Perancangan Pabrik
Kimia yang berjudul “Laporan Pra Rancangan Pabrik Kimia Produksi Virgin
Coconut Oil (VCO) dengan Proses Fermentasi Menggunakan Ragi Roti pada
Kapasitas 25.000 Ton/Tahun”.
Tugas Pra Rancangan Pabrik Kimia ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
dukungan, bimbingan, dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Allat SWT yang memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tugas Pra
Rancangan Pabrik Kimia ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Dr. Ir Eko Naryono, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia,
Politeknik Negeri Malang.
3. Ibu Cucuk Evi Lusiani, S.T,. M.T. selaku Dosen Mata Kuliah Perancangan
Pabrik Kimia dan sebagai Dosen Pembimbing kami.
4. Orang tua serta semua pihak yang turut membantu baik dari segi moral
maupun material sehingga Tugas Pra Rancangan Pabrik Kimia ini dapat
terselesaikan.

Malang, 25 Oktober 2021

Penyusun

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii


KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN ............................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Ketersediaan Bahan Baku ............................................................................. 3
1.3 Pemasaran ..................................................................................................... 5
1.4 Penggunaan Produk ....................................................................................... 6
1.5 Perhitungan Kapasitas Produksi .................................................................... 6
1.6 Lokasi Pabrik ................................................................................................ 8
1.7 Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 12
BAB II SELEKSI PROSES ....................................................................................... 23
2.1 Uji Awal Proses........................................................................................... 23
2.2 Macam Proses ............................................................................................. 24
2.3 Seleksi Proses .............................................................................................. 28
BAB III PROCESS FLOW DIAGRAM DAN URAIAN PROSES ............................ 31
3.1 Block Diagram ............................................................................................ 31
3.2 Process Flow Diagram ............................................................................... 32
3.3 Uraian Proses .............................................................................................. 33
3.4 Gantt Chart .................................................................................................. 36
BAB IV NERACA MASSA ...................................................................................... 38
4.1 Neraca Massa Total ..................................................................................... 38
4.2 Neraca Massa Komponen ........................................................................... 41
4.2.1 Dehusker (X-112) ................................................................................ 41
4.2.2 Desheller (X-113) ................................................................................ 42
4.2.3 Paring (X-114) .................................................................................... 43
4.2.4 Pulverizer (X-115) ............................................................................... 44

viii
4.2.5 Screw Press (H-210) ............................................................................ 45
4.2.6 Activation Tank (M-320) ..................................................................... 46
4.2.7 Fermentation Tank (R-430) ................................................................. 47
4.2.8 Decanter (H-440) ................................................................................. 48
4.2.9 Deactivation Tank (M-441) ................................................................. 49
4.2.10 Coalescing Separator (H-452)............................................................. 50
BAB V NERACA PANAS ........................................................................................ 51
5.1 Water Heater (E-218) ................................................................................. 51
5.2 Coconut Water Heater (E-321) ................................................................... 52
5.3 Activation Tank (M-320) ............................................................................. 53
5.4 Fermentation Tank (R-430) ........................................................................ 54
5.5 Deactivation Tank (M-441)......................................................................... 55
BAB VI SPESIFIKASI PERALATAN ..................................................................... 56
BAB VII ANALISA EKONOMI .............................................................................. 57
BAB VIII KESIMPULAN......................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 59
LAMPIRAN............................................................................................................... 66
Lampiran 1 : Perhitungan Kapasitas Produksi Pabrik VCO ................................ 66
Lampiran 2 : Factor Rating ................................................................................. 70
Factor Rating Penentuan Lokasi Pabrik ................................................................ 70
Factor Rating Seleksi Proses ................................................................................. 79
Lampiran 3 : Neraca Massa ................................................................................. 83
Neraca Massa Dehusker (X-112) ........................................................................... 83
Neraca Massa Desheller (X-113) .......................................................................... 85
Neraca Massa Paring (X-114) ............................................................................... 87
Neraca Massa Pulverizer (X-115) ......................................................................... 89
Neraca Massa Screw Press (H-210) ...................................................................... 91
Neraca Massa Activation Tank (M-320) ................................................................ 93
Neraca Massa Fermentation Tank (R-430) ........................................................... 95
Neraca Massa Decanter (H-440) ........................................................................... 98
Neraca Massa Deactivation Tank (M-441) .......................................................... 100

ix
Neraca Massa Coalescing Separator (H-452) ..................................................... 102
Lampiran 4 : Neraca Panas ...................................................................................... 104
Neraca Panas Water Heater (E-218) ................................................................... 104
Neraca Panas Coconut Water Heater (E-321) ..................................................... 107
Neraca Panas Activation Tank (M-320) ............................................................... 110
Neraca Panas Fermentation Tank (R-430) .......................................................... 115
Neraca Panas Deactivation Tank (M-441)........................................................... 122

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Produksi Kelapa di Indonesia Tahun 2018-2020 ................................ 3


Tabel 1.2 Data Produksi Kelapa Pada Berbagai Daerah di Sulawesi Utara Tahun
2018 ............................................................................................................................. 4
Tabel 1.3 Data Ekspor dan Impor CCO di Indonesia .................................................. 7
Tabel 1.4 Kebutuhan VCO untuk Berbagai Macam Produk ....................................... 8
Tabel 1.5 Kapasitas Produksi VCO untuk Produk Sabun ........................................... 8
Tabel 1.6 Komposisi Kimia Daging Kelapa Pada Berbagai Tingkat Kematangan ... 14
Tabel 1.7 Komposisi Asam Lemak VCO .................................................................. 17
Tabel 1.8 Syarat Mutu VCO Sesuai SNI 7381:2008 ................................................. 18
Tabel 4.1 Neraca Massa Total ................................................................................... 38
Tabel 4.2 Tabel Neraca Massa pada Dehusker .......................................................... 41
Tabel 4.3 Tabel Neraca Massa pada Desheller .......................................................... 42
Tabel 4.4 Tabel Neraca Massa pada Paring .............................................................. 43
Tabel 4.5 Tabel Neraca Massa pada Pulverizer ........................................................ 44
Tabel 4.6 Tabel Neraca Massa pada Screw Press ..................................................... 45
Tabel 4.7 Tabel Neraca Massa pada Activation Tank ................................................ 46
Tabel 4.8 Tabel Neraca Massa pada Fermentation Tank .......................................... 47
Tabel 4.9 Tabel Neraca Massa pada Decanter .......................................................... 48
Tabel 4.10 Tabel Neraca Massa pada Deactivation Tank ......................................... 49
Tabel 5.1 Tabel Neraca Panas pada Water Heater .................................................... 51
Tabel 5.2 Tabel Neraca Panas pada Coconut Water Heater...................................... 52
Tabel 5.3 Tabel Neraca Panas pada Activation Tank................................................. 53
Tabel 5.4 Tabel Neraca Panas pada Fermentation Tank ........................................... 54
Tabel 5.5 Tabel Neraca Panas pada Deactivation Tank ............................................ 55
Tabel A.1 Data Ekspor dan Impor CCO di Indonesia ............................................... 66
Tabel A.2 Pertumbuhan Rata-Rata Per Tahun Data Ekspor dan Impor CCO ........... 67
Tabel A.3 Data Kebutuhan VCO di Berbagai Macam Produk .................................. 68
Tabel A.4 Tabel Neraca Massa pada Dehusker ......................................................... 84
Tabel A.5 Tabel Neraca Massa pada Desheller ......................................................... 86
Tabel A.6 Tabel Neraca Massa pada Paring ............................................................. 88
Tabel A.7 Tabel Neraca Massa pada Pulverizer........................................................ 90
Tabel A.8 Tabel Neraca Massa pada Screw Press..................................................... 92
Tabel A.9 Tabel Neraca Massa pada Activation Tank ............................................... 94
Tabel A.10 Tabel Neraca Massa pada Fermentation Tank ....................................... 97
Tabel A.11 Tabel Neraca Massa pada Decanter ....................................................... 99
Tabel A.12 Tabel Neraca Massa pada Deactivation Tank....................................... 101
Tabel A.13 Tabel Neraca Massa pada Coalescing Separator ................................. 103
Tabel A.14 Tabel Neraca Panas pada Water Heater ............................................... 106
Tabel A.15 Tabel Neraca Panas pada Coconut Water Heater ................................. 109

xi
Tabel A.16 Tabel Neraca Panas pada Activation Tank ............................................ 113
Tabel A.17 Tabel Neraca Panas pada Fermentation Tank ...................................... 118
Tabel A.18 Tabel Neraca Panas pada Fermentation Tank ...................................... 125

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bagian – Bagian Kelapa......................................................................... 14


Gambar 3.1 Block Diagram Pembuatan VCO dengan Metode Fermentasi .............. 31
Gambar 3.2 Process Flow Diagram .......................................................................... 32
Gambar 4.1 Aliran Neraca Massa Total .................................................................... 38
Gambar 4.2 Aliran Neraca Massa pada Dehusker ..................................................... 41
Gambar 4.3 Aliran Neraca Massa pada Desheller ..................................................... 42
Gambar 4.4 Aliran Neraca Massa pada Paring ......................................................... 43
Gambar 4.5 Aliran Neraca Massa pada Pulverizer .................................................... 44
Gambar 4.6 Aliran Neraca Massa pada Screw Press................................................. 45
Gambar 4.7 Aliran Neraca Massa pada Activation Tank ........................................... 46
Gambar 4.8 Aliran Neraca Massa pada Fermentation Tank ..................................... 47
Gambar 4.9 Aliran Neraca Massa pada Decanter ..................................................... 48
Gambar 4.10 Aliran Neraca Massa pada Deactivation Tank..................................... 49
Gambar 5.1 Aliran Neraca Panas pada Water Heater ............................................... 51
Gambar 5.2 Aliran Neraca Panas pada Coconut Water Heater ................................. 52
Gambar 5.3 Aliran Neraca Panas pada Activation Tank ............................................ 53
Gambar 5.4 Aliran Neraca Panas pada Fermentation Tank ...................................... 54
Gambar 5.5 Aliran Neraca Panas pada Deactivation Tank ....................................... 55
Gambar A.1 Aliran Neraca Massa pada Dehusker .................................................... 83
Gambar A.2 Aliran Neraca Massa pada Desheller .................................................... 85
Gambar A.3 Aliran Neraca Massa pada Paring ........................................................ 87
Gambar A.4 Aliran Neraca Massa pada Pulverizer ................................................... 89
Gambar A.5 Aliran Neraca Massa pada Screw Press ................................................ 91
Gambar A.6 Aliran Neraca Massa pada Activation Tank .......................................... 93
Gambar A.7 Aliran Neraca Massa pada Fermentation Tank..................................... 95
Gambar A.8 Aliran Neraca Massa pada Decanter .................................................... 98
Gambar A.9 Aliran Neraca Massa pada Deactivation Tank .................................... 100
Gambar A.10 Aliran Neraca Massa pada Coalescing Separator ............................ 102
Gambar A.11 Aliran Neraca Panas pada Water Heater .......................................... 104
Gambar A.12 Aliran Neraca Panas pada Coconut Water Heater ............................ 107
Gambar A.13 Aliran Neraca Panas pada Activation Tank ....................................... 110
Gambar A.14 Aliran Neraca Panas pada Fermentation Tank ................................. 115
Gambar A 15 Aliran Neraca Panas pada Deactivation Tank................................... 122

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara tropis yang memiliki banyak pulau dan
merupakan salah satu negara terbesar penghasil kelapa di Asia Tenggara
(Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan 2019). Tanaman
kelapa tersebar luas hampir di seluruh wilayah Indonesia baik di pekarangan
maupun di perkebunan. Hal ini merupakan peluang dalam pengembangan
olahan kelapa menjadi aneka produk yang bermanfaat. Pohon kelapa sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia karena hampir seluruh bagian kelapa bisa
dimanfaatkan. Buah kelapa yang terdiri atas sabut, tempurung, daging buah,
dan air kelapa dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan berbagai produk
industri, diantaranya sabut kelapa bisa dibentuk keset, sapu, dan matras. Daging
buah dapat diolah menjadi berbagai macam produk salah satunya minyak
kelapa.
Kebutuhan akan minyak kelapa semakin meningkat dengan adanya
konsumen, seperti industri kuliner, obat-obatan, dan rumah tangga. Oleh karena
itu, kebutuhan akan produk yang berkualitas harus terpenuhi dengan jumlah
yang cukup. Melihat aspek kepentingan minyak kelapa di pasaran untuk
konsumsi masyarakat, maka perlu adanya peningkatan produksi minyak kelapa
agar tingkat kebutuhan terpenuhi, salah satunya produksi seperti Virgin
Coconout Oil (VCO).
VCO merupakan minyak yang dihasilkan dari pemurnian santan kelapa
dengan metode tertentu untuk memisahkan unsur-unsur kimiawi secara
bertahap (Silaban dkk. 2014). VCO dengan kualitas yang baik memiliki aroma
khas kelapa, tidak berbau tengik, secara fisik jernih dan transparan seperti
kristal. Hal ini menunjukkan bahwa di dalamnya tidak tercampur dengan bahan
lain. Aroma tengik pada minyak kemungkinan diakibatkan oleh proses
hidrolisis maupun oksidasi yang terjadi pada minyak. Reaksi hidrolisis akan
mengubah minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserol (Sipahelut 2011).

1
Adanya air dalam minyak dapat menimbulkan reaksi hidrolisis yang akan
menimbulkan bau tengik (Aprilasani Zeffa 2014). VCO mengandung lebih dari
90% asam lemak jenuh dan lebih dari 70% adalah Medium Chain Triglyceride
(MCT) yang lebih cepat diserap dan dihidrolisis dalam tubuh. Sifat-sifat ini
menjadikan MCT lebih disukai karena mengandung vitamin, esens, dan warna
serta dapat diproses lebih lanjut menjadi pengemulsi dan biodiesel (Senphan
dan Benjakul 2017). VCO dengan kandungan asam laurat lebih dari 50% telah
terbukti dapat diubah oleh tubuh menjadi monolaurin (Nitbani dkk. 2016).
VCO dapat diolah dengan beberapa metode, diantaranya yaitu dengan
pengasaman, sentrifugasi, fermentasi dan enzimatis (Senphan dan Benjakul
2016). Metode fermentasi merupakan alternatif pembuatan VCO yang mudah
dengan menambahkan ragi starter untuk proses pemecahan emulsi santan atau
krim untuk mendapatkan VCO yang diinginkan (Muharun dan Apriyanto
2014). Fermentasi santan menghasilkan VCO dengan bau tengik yang rendah,
daya simpan lebih lama, warna cerah dan beraroma khas minyak kelapa
(Boateng dkk. 2016). Pengolahan VCO secara fermentasi dilakukan dengan
penambahan starter pada krim santan. Ragi yang dapat digunakan diantaranya
yaitu ragi roti, ragi tape dan ragi tempe. Pada pembuatan VCO dengan tiga
jenis ragi tersebut, kualitas paling baik dihasilkan dari fermentasi menggunakan
ragi roti (Mujdalipah 2016). Pembuatan VCO menggunakan cara fermentasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pH, suhu, kecepatan pengadukan,
konsentrasi starter, waktu fermentasi, dan jenis mikroorganisme (Oseni dkk.
2017).
Salah satu mikroorganisme yang dapat digunakan adalah Saccharomyces
cerevisiae (S. cerevisiae) yang terdapat pada ragi roti. S. cerevisiae berpotensi
menjadi starter mikroorganisme untuk mengekstraksi VCO melalui proses
fermentasi. S. cerevisiae mampu memisahkan lapisan santan dengan fermentasi
dalam waktu singkat (Ghosh dkk. 2012). Selama proses fermentasi,
mikroorganisme menghasilkan enzim protease dan lipase yang bertindak
sebagai pemecah molekul yang terkandung dalam santan untuk menghasilkan
VCO (Senphan dan Benjakul 2017).

2
Produk VCO terbaik menghasilkan rendemen sebanyak 13,6% dengan
menggunakan starter ragi roti konsentrasi 15% v/v dan fermentasi 24 jam
(Purba dkk. 2020). Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa ragi roti dengan
konsentrasi 9% v/v dapat menghasilkan rendemen sebanyak 33% dengan
menggunakan starter dan fermentasi 24 jam (Agustine dkk. 2021).
Pendirian pabrik VCO ini bertujuan sebagai penyedia bahan baku
berbagai industri seperti sabun, sampo, kosmetik, dan produk yang siap
dikonsumsi secara langsung. Pabrik VCO didirikan dengan mempertimbangkan
berbagai faktor, seperti ketersediaan bahan baku, pemasaran, penggunaan
produk, kapasitas produksi pabrik, dan lokasi pabrik.

1.2 Ketersediaan Bahan Baku


Indonesia merupakan negara tropis sehingga memiliki potensi tinggi
produksi kelapa. Tanaman kelapa tersebar luas baik di pekarangan ataupun
perkebunan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Luas areal kelapa tahun 2018
mencapai 3.417.951 hektar, dari luasan tersebut sekitar 99% atau seluas
3.385.085 hektar diusahakan oleh petani rakyat (perkebunan rakyat) yang
dibudidayakan secara monokultur maupun tumpang sari dengan tanaman
lainnya dengan melibatkan sekitar tiga juta rumah tangga petani, Perkebunan
Besar Negara (PBN) seluas 3.482 hektar atau 0,11% dan Perkebunan Besar
Swasta (PBS) seluas 29.024 hektar atau 0,85% (Kementerian Pertanian
Direktorat Jenderal Perkebunan 2019).

Tabel 1.1 Data Produksi Kelapa di Indonesia Tahun 2018-2020

Produksi (Ton)
No. Provinsi
2018 2019 2020

1. Riau 392.701 391.633 387.961

2. Sulawesi Utara 262.521 265.507 262.875

3. Jawa Timur 244.061 253.181 250.617

3
4. Maluku Utara 209.791 209.996 207.785

5. Sulawesi Tengah 193.898 193.823 191.864

6. Jawa Tengah 172.645 169.021 167.219

7. Jambi 107.854 108.744 107.600

8. Maluku 103.002 97.630 96.602

9. Sumatera Utara 99.445 99.616 98.588

10. Jawa Barat 93.625 92.946 91.979

11. Lainnya 960.606 946.070 935.890

(Sumber: Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan, 2019)

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa Sulawesi Utara merupakan


provinsi yang memproduksi kelapa terbesar kedua di Indonesia. Selain itu,
penyebaran produksi kelapa hampir tersebar di seluruh wilayah Indonesia
meliputi Riau, Jawa, Maluku, dan Sumatera. Maka dari itu, dapat disimpulkan
bahwa produksi kelapa sebagai bahan baku pembuatan VCO dapat tersedia.
Beberapa daerah di Sulawesi Utara yang memproduksi buah kelapa, antara lain
Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, dan Kota Bitung.
Berikut tabel perbandingan produktivitas buah kelapa pada ketiga daerah
tersebut di tahun 2018.

Tabel 1.2 Data Produksi Kelapa Pada Berbagai Daerah di Sulawesi Utara Tahun
2018
No. Daerah Produksi (Ton)
1. Kabupaten Minahasa Selatan 36.228
2. Kabupaten Minahasa Utara 35.141
3. Kota Bitung 11.399
(Sumber: Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan 2019)

4
1.3 Pemasaran
Pemasaran produk merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dalam
mendirikan suatu pabrik. Pemasaran adalah suatu proses yang bertujuan untuk
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial dengan
memberikan barang atau jasa (Kotler dkk. 2016). Lokasi pemasaran produk
dan permintaan pasar menjadi pertimbangan pabrik dalam mengembangkan
kualitas dan kuantitas produk. Pemasaran yang tepat akan memberikan
keuntungan dan menjamin keberlangsungan pabrik.
Beberapa daerah di Pulau Jawa dan Sulawesi merupakan daerah yang
tepat untuk pemasaran karena banyaknya industri kimia yang menggunakan
bahan baku VCO salah satunya yaitu, industri perawatan kulit dan tubuh untuk
bayi dan anak-anak yang diproduksi oleh PT Sara Lee Body Care Indonesia
Tbk dengan merk dagang Zwitsal yang terletak di DKI Jakarta (PT Sara Lee
Body Care Indonesia 2021). Selain itu, produk VCO juga dapat didistribusikan
pada toko obat-obatan herbal untuk dikonsumsi secara langsung, seperti
Klappa VCO Premium yang ada di Manado, Sulawesi Utara (Premium 2021).
Permintaan terhadap produk VCO sangat tinggi dan terus meningkat
sehingga peluang ekspor terbuka lebar. Pada tahun 2015, permintaan VCO
mengalami kenaikan 1,3% dibandingkan pada tahun 2014. Permintaan
terbesar berasal dari Amerika Serikat sebesar 32,5% disusul Tiongkok dengan
pangsa pasar sebesar 10%, dan Kanada dengan pangsa pasar mencapai 4,5%
(Dwi PB 2017).
Ekspor VCO di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan dari
tahun ke tahun. Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga
triwulan ke-2 tahun 2020, ekspor kelapa Indonesia sebesar 988,3 ribu ton.
Angka volume ekspor ini tercatat meningkat 16% dan 17% dari sisi nilai
ekspor jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Selain itu,
kelapa Indonesia juga di ekspor ke negara India, Korea Selatan, Bangladesh,
Belanda, Thailand dan lainnya (Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal
Perkebunan 2020).

5
1.4 Penggunaan Produk
VCO merupakan produk olahan buah kelapa yang dapat dimanfaatkan
baik sebagai bahan baku maupun dikonsumsi secara langsung. VCO dapat
dijadikan bahan baku untuk pembuatan produk sabun, sampo, dan kosmetik
karena kandungan vitamin E yang terdapat dalam VCO baik bagi kesehatan
kulit sehingga saat ini banyak produk kosmetik yang menggunakan VCO
sebagai bahan baku.
VCO juga dapat dikonsumsi secara langsung baik dengan cara diminum
maupun dioleskan ke kulit yang mengalami luka seperti luka bakar. Asam
lemak rantai menengah atau Medium Chain Fatty Acid (MCFA) yang
terkandung dalam VCO memiliki kemampuan sebagai antikuman sehingga
mampu membasmi bakteri dan virus yang ada di dalam tubuh (Husada 2016).
Dengan kandungan asam lemak rantai menengah tersebut, VCO juga
mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit, antara
lain (Matorang 2007).
a. Mematikan berbagai virus yang menyebabkan influenza, hepatitis C, cacar
air, dan herpes;
b. Membantu meredakan gejala-gejala dan mengurangi resiko kesehatan
yang dihubungkan dengan diabetes mellitus;
c. Mengurangi gangguan pencernaan;
d. Membantu melindungi tubuh dari serangan osteoporosis;
e. Membantu meredakan gejala sakit saluran kandung kemih;
f. Melindungi tubuh dari radikal bebas berbahaya yang meningkatkan
penuaan dan penyakit degeneratif;
g. Membantu dalam pencegahan serangan jantung dan stroke;
h. Membantu mencegah tekanan darah tinggi;
i. Membantu mencegah penyakit liver;
j. Mengurangi gejala psoriasis, eksim, dan dermatitis.

1.5 Perhitungan Kapasitas Produksi


Kapasitas produksi pada suatu pabrik adalah tingkat yang menyatakan
batas kemampuan, penerimaan, penyimpanan atau keluaran dari suatu unit

6
untuk memproduksi dalam suatu periode waktu tertentu. Kapasitas produksi
menentukan persyaratan modal sehingga mempengaruhi sebagian besar dari
biaya. Kapasitas produksi menentukan berapa jumlah permintaan yang harus
dipenuhi dengan menggunakan fasilitas produksi yang ada (Robi, 2020).
Kapasitas produksi adalah jumlah maksimum output yang dapat diproduksi
dalam satuan waktu tertentu (Yamit 2011). Tujuan dari perencanaan kapasitas,
luas dan volume produksi adalah adalah untuk mengatur banyaknya pesanan
kerja yang datang dari pusat kerja untuk mencapai suatu aliran yang sesuai dan
seimbang.
Data yang digunakan dalam menentukan kapasitas produksi merupakan
data Crude Coconut Oil (CCO). Data tersebut diasumsikan sebagai jumlah
ekspor dan impor VCO tiap tahun karena tidak ada data ekspor dan impor
minyak kelapa dalam bentuk VCO. Berikut merupakan data ekspor dan impor
CCO pada tahun 2011-2015.

Tabel 1.3 Data Ekspor dan Impor CCO di Indonesia

Jumlah (Ton)
No. Tahun
Ekspor Impor

1. 2011 569,8 70

2. 2012 802,9 329

3. 2013 630,6 -

4. 2014 771,4 138

5. 2015 759,4 353

(Sumber: Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan, 2019)

Berikut merupakan data kebutuhan VCO di berbagai macam produk dan


peluang kapasitas produksi pabrik VCO untuk sabun.

7
Tabel 1.4 Kebutuhan VCO untuk Berbagai Macam Produk

Produk Jumlah (Ton/Tahun)

Sabun 7.534

Sampo 15.435,84

Kosmetik 10.125
(Sumber: Uluma et al., 2021)

Tabel 1.5 Kapasitas Produksi VCO untuk Produk Sabun

% Penggunaan VCO pada Sabun 22,76 %

Peluang Kapasitas VCO pada Sabun 39.789,37 ton/tahun

Kapasitas Produksi VCO pada Sabun 23.873,62 ton/tahun

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, terdapat peluang kapasitas


VCO yang digunakan untuk memproduksi sabun yaitu sebesar 7.534 ton/tahun
sehingga didapatkan peluang kapasitas dari VCO untuk memproduksi sabun
sebesar 39.789,37 ton/tahun. Dengan adanya pabrik VCO yang sudah
beroperasi di berbagai daerah, maka kapasitas produksi pabrik VCO sebesar
25.000 ton/tahun.

1.6 Lokasi Pabrik


Pemilihan lokasi pabrik dapat mempengaruhi persaingan dan kelancaran
kegiatan industri. Penentuan lokasi yang tepat akan memberikan kontribusi
yang penting dalam segi teknis maupun ekonomis. Pabrik VCO dengan
kapasitas 25.000 ton/tahun ini direncanakan akan didirikan di Kota Bitung,
Sulawesi Utara.
Terdapat faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan lokasi pabrik
VCO ini, antara lain:

8
a. Faktor Utama
1) Ketersediaan bahan baku
Bahan baku merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
produksi karena bahan baku merupakan input proses produksi. Tanpa
adanya ketersediaan bahan baku dengan kuantitas, kualitas, dan harga
yang sesuai pada waktu yang dibutuhkan maka kegiatan produksi
tidak dapat berjalan. Lokasi yang dipilih berada di Sulawesi Utara
yang merupakan daerah penghasil kelapa terbesar kedua di Indonesia.
Lokasi pendirian pabrik VCO dengan kapasitas 25.000 ton/tahun lebih
tepatnya berada di Kota Bitung, Sulawesi Utara. Potensi kelapa yang
dihasilkan di Kota Bitung pada tahun 2019 sebanyak 11.841,13 ton
dengan luas perkebunan Kelapa seluas 14,10 ribu ha (Samsudin,
2020).
2) Pemasaran
Pemasaran menjadi salah satu faktor yang digunakan untuk
menentukan lokasi pabrik karena lokasi pabrik yang berdekatan
dengan lokasi pemasaran akan memudahkan dalam proses pemasaran
dan distribusi. Pemasaran produk VCO ini mudah dijangkau karena
tersedianya sarana transportasi yang memadai dan pemasarannya
diharapkan tidak hanya di dalam negeri melainkan dapat juga untuk
diekspor. Kota Bitung, Sulawesi Utara menjadi pusat konsentrasi dan
juga pusat perdagangan baik untuk memperoleh bahan baku maupun
untuk menjual barang yang diproduksi disebabkan dekatnya dengan
pelabuhan. Pelabuhan Kota Bitung berpotensi menjadi Pintu Gerbang
Asia Pasifik karena berpeluang masuk ke dalam jaringan transportasi
laut internasional yang dekat dengan pelabuhan besar di Asia Pasifik,
seperti Singapura, Manila, Kaoshiung, Pusan, Kobe, dan Honolulu
serta kota-kota besar lainnya (Genifer, 2015)
3) Utilitas
Utilitas meliputi kebutuhan air, listrik, dan bahan bakar. Untuk
sumber daya air di wilayah Kota Bitung terdiri dari air permukaan dan
air tanah. Air permukaan meliputi air rawa, air sungai dan parit. Air

9
tanah terdiri dari air tanah bebas (unconfined ground water) dan air
tanah agak tertekan (semiconfined ground water). Selain disediakan
langsung oleh alam, ketersediaan air bersih di Kota Bitung juga
disediakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada tahun
2019, PDAM Kota Bitung menyalurkan air sebanyak 3,68 juta m3
19.156 pelanggan. Pelanggan PDAM secara garis besar dapat
dikelompokan menjadi pelanggan rumah tangga, niaga atau industri,
sosial dan pelanggan lainnya. Air yang terjual ke pelanggan niaga atau
industri sebanyak 230,48 ribu m3 (Samsudin, 2020).
Kebutuhan akan listrik baik untuk tenaga penerangan maupun
usaha di Kota Bitung dipenuhi oleh PT PLN dengan memanfaatkan
generator diesel atau PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel).
Perkembangan daya terpasang PLN dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan sampai dengan tahun 2016, daya terpasang di Kota
Bitung telah mencapai 110.313.650 VA (Pemerintah Daerah Kota
Bitung, 2016). Maka dari itu, pabrik VCO yang didirikan di Kota
Bitung tidak akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air dan
listrik.
4) Keadaan Geografis dan Masyarakat
Keadaan geografis dan masyarakat bertujuan untuk
menciptakan kenyamanan dan ketentraman dalam bekerja. Kota
Bitung memiliki luas wilayah daratan 313,50 km2 (31.350 ha) dan luas
wilayah perairan 439,8 km2 (43,980 ha), yang terbagi dalam 8 wilayah
kecamatan dan 69 kelurahan. Klimatologi Kota Bitung umumnya
merupakan daerah yang beriklim tropis, hanya dikenal dua musim,
yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan ini berkaitan
erat dengan arus angin yang bertiup di wilayah ini. Pada bulan
Oktober sampai dengan bulan April biasanya terjadi hujan. Hal ini
disebabkan karena angin bertiup dari arah Barat atau Barat Laut yang
banyak mengandung air dan sebaliknya adalah musim kemarau yang
terjadi pada bulan Juli sampai dengan bulan September. Hal ini terjadi
karena dipengaruhi oleh arus angin dari arah Timur yang tidak banyak

10
mengandung air (Pemerintah Daerah Kota Bitung, 2016). Oleh karena
itu, wilayah Kota Bitung memiliki peluang tinggi untuk dijadikan
sebagai lokasi untuk pendirian pabrik.

b. Faktor Khusus
1) Transportasi
Variabel aksesibilitas (transportasi dan prasarana jalan)
merupakan tingkat kemudahan transportasi dan ketersediaaan
prasarana yang mendukung aksesibilitas aktivitas industri dengan
lokasi bahan baku atau menuju wilayah pemasaran serta kemudahan
aktivitas masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kota
Bitung memiliki jalan dengan panjang yang mencapai 535,17 km
dengan kondisi rusak yang hanya mencapai 10,79% (Samsudin,
2020). Selain itu, terdapat Pelabuhan Bitung yang ditetapkan sebagai
pelabuhan internasional yang berpotensi Pintu Gerbang Asia Pasifik
dalam jaringan transportasi laut internasional.
2) Tenaga Kerja
Komposisi penduduk usia muda yaitu penduduk dengan usia 15-
64 tahun berjumlah lebih dari separuh penduduk Kota Bitung, yaitu
sebesar 68,84% atau sebanyak 150.761 jiwa (Samsudin, 2020). Hal
tersebut menunjukkan bahwa Kota Bitung memiliki potensi Sumber
Daya Manusia (SDM) yang besar. Namun, tingginya penduduk usia
muda harus diimbangi dengan kompetensi atau kemampuan sehingga
dapat memiliki kesesuaian dengan kriteria yang diharapkan industri.
Menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan, penduduk yang siap
memasuki dunia kerja paling banyak berpendidikan SMA/sederajat
yakni sebesar 44,04% dan berpendidikan perguruan tinggi sebesar
13,08% (Samsudin, 2020). Sehingga tenaga kerja dapat dengan
mudah ditemukan di Kota Bitung.
3) Buangan Pabrik
Buangan pabrik berkaitan dengan bentuk buangan (padat, cair,
dan gas), cara pengolahan, dan peraturan pemerintah setempat.

11
Limbah pabrik pembuatan VCO ini berupa limbah padat dan limbah
cair. Pada faktor sistem penanganan dan pengolahan limbah pabrik,
Pemerintah Kota Bitung telah mengembangkan sistem Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kawasan industri menurut
Peraturan Daerah Kota Bitung No. 11 Tahun 2013 Pasal 29.
4) Pembuangan Limbah Pabrik
Pembuangan limbah pabrik berkaitan dengan peraturan
pemerintah setempat dalam menangani dan mencegah efek yang
ditimbulkan oleh buangan pabrik terhadap pencemaran lingkungan.
Pembuangan limbah tersebut harus sesuai dengan ketentuan dari
peraturan pemerintah. Pemerintah Kota Bitung memiliki kebijakan
yang mengatur mengenai pengelolaan limbah yang mengacu kepada
Peraturan Daerah Kota Bitung No. 11 Tahun 2013 Pasal 29.
5) Site dan Karakteristik Lokasi
Penentuan lokasi pabrik berdasarkan site dan karateristik lokasi
meliputi jenis tanah, daerah, harga tanah, dan fasilitas pendukung
lainnya. Pada Kota Bitung, Sulawesi Utara sebagian besar wilayahnya
berbukit dan hanya 4,18% yang merupakan dataran landai. Mulai dari
bagian Timur, dari pesisir pantai Aertembaga, sampai dengan Tanjung
Merah di Bagian Barat merupakan dataran yang relatif cukup datar
dengan kemiringan 0 – 15° sehingga secara fisik dapat dikembangkan
sebagai wilayah perkotaan, industri, perdagangan dan jasa serta
pemukiman (Pemerintah Daerah Kota Bitung, 2016).
6) Peraturan Perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan menjadi acuan untuk mendirikan
suatu pabrik. Pemerintah Kota Bitung telah merumuskan kebijakan
yang fokus dan tegas untuk peningkatan kawasan industri pengolahan
kelapa di kawasan industri tertentu dan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Tanjung Merah dalam Peraturan Daerah Kota Bitung No. 11
Tahun 2013 Pasal 47.

1.7 Tinjauan Pustaka

12
a. Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera L) merupakan salah satu hasil pertanian
Indonesia yang cukup potensial. Hampir semua bagian dari tanaman
tersebut dapat dimanfaatkan. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari
kelapa dan salah satu cara untuk memanfaatkan buah kelapa adalah
mengolahnya menjadi minyak makan atau minyak goreng. Salah satu
produk kelapa yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah minyak kelapa
yang diperoleh dari daging buah kelapa segar atau dari kopra. Buah kelapa
terdiri dari bagian-bagian, antara lain:
1) Epicarp (kulit luar), yaitu kulit bagian luar yang berwarna hijau,
kuning, atau jingga permukaannya licin, agak keras dan tebalnya 0,14
mm.
2) Mesocarp (sabut), yaitu kulit bagian tengah yang disebut serabut
terdiri dari bagian berserat tebalnya 3 - 5 mm.
3) Endocarp (tempurung), yaitu bagian tempurung yang keras sekali
tebalnya 3 - 5 mm, bagian dalam melekat pada kulit luar biji.
4) Testa (kulit daging buah), yaitu bagian dari warna kuning sampai
coklat.
5) Endosperm (daging buah), yaitu bagian yang berwarna putih dan
lunak, sering disebut daging kelapa yang tebalnya 8 - 10 mm.
6) Air kelapa, yaitu bagian yang berasa manis, mengandung mineral 4%,
gula 2%, dan air.
7) Lembaga, yaitu bakal tanaman setelah buah tua.
(Sumber: Badan Litbang Pertanian Kalimantan Timur, 2014)

13
Gambar 1.1 Bagian – Bagian Kelapa

Daging buah kelapa yang sudah matang dapat dijadikan kopra,


minyak kelapa, dan produk olahan lainnya. Daging buah merupakan
sumber protein yang penting dan mudah dicerna. Komposisi kimia daging
buah kelapa ditentukan oleh umur buah. Pada Tabel 1.6 dapat dilihat
komposisi kimia buah kelapa pada berbagai tingkat kematangan.

Tabel 1.6 Komposisi Kimia Daging Kelapa Pada Berbagai Tingkat Kematangan

Analisa Buah Setengah


Buah Muda Buah Tua
(dalam 100 gr) Tua

Kalori 68 kal 180 kal 359 kal

Protein 1 gr 4 gr 3,4 gr

Lemak 0,9 gr 13,0 gr 34,7 gr

Karbohidrat 14 gr 10 gr 14 gr

Kalsium 17 mg 10 mg 21 mg

Fosfor 30 mg 8 mg 21 mg

Besi 1 mg 1,3 mg 2 mg

Aktivitas vit. A 0,01 IU 10,0 IU 0,01 IU

Thiamin 0,0 mg 0,5 ng 0,1 mg

14
Asam Askorbat 4,0 mg 4,0 mg 2,0 mg

Air 83,3 gr 70 gr 46,9 gr

Bagian yang dapat


53,0 gr 53,0 gr 53,0 gr
Dimakan

(Sumber : J. G Thieme, 1968)

Umumnya, produk kelapa di Indonesia dipasarkan dalam bentuk


primer atau belum diolah lebih lanjut. Tentu saja nilai ekonomi dari
produk kelapa tersebut sangat rendah terhadap fluktuasi musim yang
menyebabkan nilai jualnya rendah sehingga menyebabkan kerugian di
pihak petani. Meskipun demikian, penerimaan komoditas kelapa masih
dapat ditingkatkan dengan cara memperbaiki efisiensi pengolahan.
Diperlukan juga pengolahan lebih lanjut untuk meningkatkan nilai
ekonomis dari komoditas ini. Dengan demikian, dapat dikembangkan
industri berbasis kelapa yang kokoh untuk menunjang perekonomian.
Melalui penggunaan teknologi yang tepat dan penerapan prinsip-
prinsip dasar optimasi proses, pengolahan kelapa yang selama ini
dilakukan secara konvensional dapat diperbaiki sehingga kualitas produk
yang dihasilkan dapat ditingkatkan dan pemanfaatan hasil samping (daur
ulang) yang mengandung potensi ekonomi menjadi lebih tinggi. Proses
pengolahan kelapa yang terintegrasi dicirikan dengan adanya proses
pengolahan yang jauh lebih singkat, konsumsi energi rendah, dan nilai
tambah produk yang dihasilkan tinggi.

b. Minyak Kelapa
Produk utama yang dihasilkan dari pengolahan daging buah kelapa
adalah minyak kelapa berupa CCO dan VCO. Komposisi kimia daging
buah kelapa, terdiri dari air 46%, lemak 34,7%, protein 3,4% dan
karbohidrat 14,0% (Nasruddin 2011).
Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra
(daging buah kelapa yang dikeringkan) atau dari perasan santannya.

15
Minyak kelapa sudah dikenal sejak lama dan memenuhi lebih dari 10%
kebutuhan minyak nabati di dunia. Minyak kelapa berwarna kuning muda
kecokelatan dan bening. Pada suhu sekitar 18°C – 20°C, minyak ini
membeku, dan mulai mencair lagi pada suhu antara 23°C – 26°C. Minyak
kelapa memiliki berat jenis sekitar 0,91 – 0,93 tergantung pada kondisi
suhunya. Pada umumnya, kandungan lemak (minyak) dalam kopra antara
60% - 65% sedangkan dalam daging buah segar (putih lembaga) sekitar
43% (Sulastri 2015).
Trigliserida adalah komponen lipid yang paling banyak terdapat di
alam, dan sifatnya yang tidak mudah menguap. Lemak dalam minyak
kelapa sebagian berbentuk trigliserida jika terurai akan lebih banyak
menghasilkan asam lemak bebas. Asam lemak oleh proses oksidasi lebih
lanjut akan menyebabkan lemak atau minyak menjadi berbau tengik.
Selain itu minyak kelapa yang memenuhi standar dapat juga memberikan
rasa yang gurih dan aroma yang spesifik (Nasruddin 2011).

c. VCO
Minyak kelapa murni atau VCO merupakan minyak nabati yang
terbuat dari daging kelapa segar yang matang yang dibuat dengan cara
mekanis atau alami tanpa menggunakan panas tinggi, tanpa mengalami
pemutihan atau penghilang bau, yang tidak mengarah pada perubahan sifat
minyak. VCO memiliki karakteristik yaitu tidak berwarna dan memiliki
aroma khas kelapa. VCO memiliki kandungan asam lemak jenuh yang
tinggi dengan MCFA paling mendominasi minyak kelapa terutama asam
laurat dan diikuti oleh asam lemak rantai menengah lain seperti asam
miristat, palmitat, kaprat dan kaplirat. Selain itu, juga terkandung asam
lemak rantai ganda sekitar 8-10 % (Iskandar dkk. 2015). Komposisi asam
lemak VCO antara lain seperti yang dicantumkan pada Tabel 1.7 berikut.

16
Tabel 1.7 Komposisi Asam Lemak VCO

Asam Lemak Rumus Kimia Jumlah (%)

Asam lemak jenuh

Asam Laurat C11H23COOH 43,0 – 53,0

Asam Miristat C13H27COOH 16,0 – 21,0

Asam Kaprat C9H19COOH 4,5 – 8,0

Asam Palmitat C15H31COOH 7,5 – 10,0

Asam Kaprilat C7H15COOH 5,0 - 10,0

Asam Kaproat C5H11COOH 0,4 – 0,6

Asam lemak tidak jenuh

Asam Oleat C16H32COOH 1,0 – 2,5

Asam Palmitoleat C14H28COOH 2,0 – 4,0

(Sumber: Setiaji & Prayugo, 2006)

Proses pembuatan VCO tidak menggunakan pemanasan yang tinggi


dan lama, maka selain menghasilkan MCFA, keberadaan vitamin E dan
enzim-enzim yang terkandung dalam daging buah kelapa dapat tetap
dipertahankan. VCO mempunyai sifat tahan terhadap panas, cahaya,
oksigen, dan tahan terhadap proses degradasi. Dengan sifat itu, minyak ini
dapat disimpan pada suhu kamar selama bertahun-tahun (Dwi PB 2017).
VCO dengan kualitas yang baik memiliki aroma khas kelapa, tidak
berbau tengik, secara fisik jernih dan transparan seperti kristal. Hal ini
menunjukkan bahwa didalamnya tidak tercampur dengan bahan lain.
Aroma tengik pada minyak kemungkinan diakibatkan oleh proses
hidrolisis maupun oksidasi yang terjadi pada minyak. Reaksi hidrolisis
akan mengubah minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserol (Sipahelut

17
2011). Adanya air dalam minyak dapat menimbulkan reaksi hidrolisis
yang akan menimbulkan bau tengik (Aprilasani Zeffa 2014).
VCO memiliki standar mutu yang telah ditetapkan. Produk VCO
yang baik harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Berikut
merupakan syarat mutu VCO sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI)
7381:2008 ditunjukkan pada Tabel 1.8

Tabel 1.8 Syarat Mutu VCO Sesuai SNI 7381:2008

No Jenis Uji Satuan Persyaratan


1 Penampakkan
fisik minyak
1. Bau - 1. Khas kelapa segar, tidak
tengik
2. Rasa - 2. Normal, khas minyak
kelapa
3. Warna - 3. Tidak berwarna hingga
kuning pucat
2 % FFA (dihitung % Maksimal 0,2
sebagai asam
laurat)
3 Bilangan iod g Iod/100 g 4,1-11
minyak
4 Bilangan mg-KOH/g 250-260
penyabunan minyak
5 Densitas kg/m3 915,0-920,0
(Sumber: SNI, 2008)

Berbagai manfaat VCO dalam bidang kesehatan menjadikan produk


VCO semakin digemari dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga
memiliki prospek yang bagus. VCO dapat menurunkan resiko kanker,
mendukung sitem kekebalan tubuh, melembutkan kulit, mengandung
kolesterol rendah dan tidak menyebabkan kegemukan (Lim dkk. 2014).
VCO aman digunakan untuk memasak karena tidak menyebabkan
peningkatan kadar kolesterol jahat (Low-Density Lipoprotein, LDL).

18
Bahkan penggunaannya konon dapat meningkatkan kadar kolesterol baik
(High-Density Lipoprotein, HDL) dalam darah. Selain itu, VCO mampu
meningkatkan metabolisme tubuh, sehingga cocok dikonsumsi bagi
seseorang yang sedang menjalani program diet. VCO menjadi produk yang
cukup mudah ditemui di pasaran, baik di swalayan maupun di sejumlah
apotik. VCO biasanya dikemas dalam botol berbagai ukuran (Dwi PB
2017).

d. Proses Pembuatan VCO


Kandungan kimia yang paling utama dalam sebutir kelapa yaitu air,
protein, dan lemak. Ketiga senyawa tersebut merupakan jenis emulsi
dengan protein sebagai pengemulsi. Emulsi adalah cairan yang terbentuk
dari campuran dua zat atau lebih yang sama, di mana zat yang satu
terdapat dalam keadaan terpisah secara halus atau merata di dalam zat
yang lain. Sementara yang dimaksud dengan pengemulsi adalah zat yang
berfungsi untuk memperkuat emulsi tersebut. Dari ikatan tersebut, protein
akan mengikat butir-butir minyak kelapa dengan suatu lapisan tipis
sehingga butir-butir minyak tidak akan bisa bergabung, demikian juga
dengan air. Emulsi tersebut tidak akan pernah pecah karena masih ada
tegangan muka protein air yang lebih kecil dari protein minyak.
VCO baru bisa keluar jika ikatan emulsi tersebut dirusak. Untuk
merusak emulsi tersebut banyak sekali metode, yaitu dengan sentrifugasi,
pengasaman, penggaraman, fermentasi, dan enzimatis. Masing-masing
metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, secara
umum metode tersebut sangat aplikatif.
Proses pembuatan VCO secara umum dapat dijelaskan sebagai
berikut (Budi 2019).
1) Pemilihan bahan baku kelapa
Hal pertama yang harus dilakukan saat akan memulai proses
produksi adalah pemilihan bahan baku yang berkualitas baik. Dalam
hal ini bahan baku yang digunakan adalah kelapa hibrida dengan
kondisi yang tua, serabut mulai mengering tetapi belum mengeluarkan

19
tunas. Pemilihan kelapa hibrida karena daging buah yang tebal dan
dikenal mengandung banyak minyak.
2) Pengupasan kulit dan cangkang buah kelapa
Setelah bahan baku selesai dipilih langkah selanjutnya yaitu
pengupasan serabut kelapa dilanjutkan dengan cangkang buah
sehingga tingal daging buah yang siap untuk digunakan. Dalam proses
pengupasan kulit dan cangkang buah kelapa masih dilakukan dengan
alat-alat sederhana berupa parang dan juga linggis (khusus untuk
mengupas kulit kelapa).
3) Pencucian dan penjemuran daging buah kelapa
Proses selanjutnya yaitu pencucian daging buah kelapa dengan
tujuan untuk membersihkan sisa-sisa cangkang kelapa yang masih ada
serta untuk menghilangkan lendir yang ada dalam daging buah kelapa.
Setelah itu, kelapa masih harus digosok bagian dalamnya untuk
memastikan bahwa kelapa benar-benar bersih dari lendir. Setelah
bersih, kelapa dijemur dibawah sinar matahari secara langsung kurang
lebih selama 5 jam hingga air bekas cucian tadi mengering.
4) Pemarutan atau penggilingan daging buah kelapa
Setelah dijemur selama kurang lebih 5 jam maka daging kelapa
siap untuk digiling. Proses penggilingan atau pemarutan mengunakan
mesin diesel untuk mempermudah serta mempercepat proses
penggilingan.
5) Pemerasan atau pengambilan santan
Setelah proses penggilingan, parutan kelapa diberi tambahan air
(steril atau yang sudah dimasak) untuk memudahkan dalam
pemerasan. Selanjutnya, pemerasan santan dilakukan kurang lebih 2
sampai 3 kali untuk hasil yang maksimal.
6) Penyaringan tahap pertama
Penyaringan tahap pertama merupakan proses untuk
memisahkan santan dari parutan kelapa. Setelah di lakukan proses
pemerasan, santan kemudian disaring dengan menggunakan saringan

20
biasa atau boleh juga dengan menggunakan kain tipis untuk hasil yang
lebih baik.
7) Pengendapan atau fermentasi
Metode untuk memisahkan air dan minyak meliputi penguapan,
pengendapan (fermentasi), pendinginan (refrigerasi), penambahan
enzim dan pemutaran mekanik (sentrifugasi). Proses pembuatan VCO
yang paling banyak dilakukan adalah dengan metode fermentasi. Cara
ini sangat sedikit menggunakan pemanasan sehingga kemurniannya
lebih terjamin. Santan difermentasi selama 12-24 jam. Setelah itu,
terjadi proses pemisahan air dan minyak.
8) Penyaringan tahap akhir
Setelah menungu selama 12-24 jam untuk proses fermentasi
maka akan terlihat hasilnya, dimana minyak akan terlihat terpisah dari
air dan juga blondo. Di tahap ini, akan terlihat tiga lapisan setelah
santan difermentasi, yaitu lapisan paling bawah adalah air, lapisan
yang ditengah adalah minyak dan lapisan yang paling atas
adalahblondo. Setelah itu, proses selanjutnya adalah memisahkan
minyak dari air dan blondo. Ambil blondo dan letakkan di wadah
yang terpisah, lalu ambil minyak dan letakkan di wadah yang berbeda.
Setelah minyak berhasil dipisahkan dari blondo dan air, minyak
disaring agar minyak bersih dari kotoran.
9) Pengemasan produk
Sebelum VCO dikemas, wadah atau kemasan dicuci terlebih
dahulu. Setelah itu, VCO dimasukan dalam kemasan dan diberi label.

e. Ragi Roti
Ragi roti mengandung S. cerevisiae yang telah mengalami seleksi,
mutasi atau hibridasi untuk meningkatkan kemampuan memfermentasi
gula dengan baik dalam adonan dan mampu tumbuh dengan cepat. S.
cerevisiae dalam bentuk ragi dapat langsung digunakan sebagai inokulum
sehingga tidak diperlukan penyiapan inokulum secara khusus (Salsabila
dkk. 2013). Ragi roti berbentuk butiran halus yang kering sehingga

21
termasuk dalam kategori ragi instan. Ragi instan mempunyai kadar
kelembaban 4% dapat secara langsung digunakan tanpa perlu direhidrasi
terlebih dahulu (Arindani 2015).
Pertumbuhan S. cerevisiae dipengaruhi oleh adanya penambahan
nutrisi, yaitu unsur C sebagai sumber karbon, unsur N yang diperoleh dari
penambahan urea, amonia dan pepton, serta mineral dan vitamin. Kondisi
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan S. cerevisiae, meliputi suhu,
pH, dan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO) (Widjaja dkk. 2014). S.
cerevisiae memerlukan suhu 30oC dan pH berkisar 4 - 4,5 agar dapat
tumbuh dengan baik. Kadar oksigen yang dibutuhkan untuk tumbuh adalah
0,05-0,10 mmHg. Proses fermentasi anaerobik tidak membutuhkan
oksigen lebih dari itu karena oksigen yang berlebihan akan mendorong
pertumbuhan khamir dengan cepat.
Secara umum, S. cerevisiae di Indonesia digunakan untuk
pembuatan tape dan roti. Oleh karena itu, isolate S. cerevisiae dapat
dijumpai pada ragi tape dan ragi roti. Ragi roti dapat menjadi salah satu
alternatif pengganti penggunaan isolat S. cerevisiae dalam proses
fermentasi produksi VCO. Hal ini disebabkan karena ragi roti mudah
diperoleh di pasaran. Selain itu, adanya enzim yang diproduksi oleh S.
cerevisiae dapat membantu menghidrolisis pati menjadi glukosa. Beberapa
kelebihan S. cerevisiae dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini
cepat berkembang biak, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat
stabil dan cepat melakukan adaptasi (Widjaja dkk. 2014).

22
BAB II
SELEKSI PROSES

2.1 Uji Awal Proses


Uji awal proses dilakukan agar proses yang dipilih dapat
menghasilkan laba dan pabrik layak untuk didirikan dengan menghitung
analisis ekonomi awal. Dalam proses produksi VCO dengan metode
fermentasi, laba dihitung dari selisih antara harga jual produk VCO yang
dihasilkan dengan harga bahan baku yang digunakan untuk proses produksi.
Buah kelapa utuh di daerah Sulawesi rata-rata memiliki massa sebesar
1,5 kg (Palma 2016). Kebutuhan buah kelapa pada produksi VCO dengan
kapasitas 25.000 ton/tahun dapat dihitung sebagai berikut.

Massa buah kelapa yang dibutuhkan = 36.632,2665 kg/jam


Massa rata-rata buah kelapa = 1,5 kg
Massa buah kelapa yang dibutuhkan
Jumlah buah kelapa yang dibutuhkan =
Massa rata-rata buah kelapa
36.632,2665 kg/jam
= = 24.422 buah/jam
1,5 kg

Berikut data bahan baku yang digunakan dalam proses produksi VCO beserta
harga yang ada di pasaran.

Harga Total Harga


Nama Bahan Jumlah Satuan
satuan (Rp) (Rp)
Buah kelapa utuh 24.422 buah 3.500a 85.475.289,00
Gula 67,6407 kg 18.000b 1.217.532,47
Ragi roti 22,5469 kg 100.000c 2.254.689,75
Total biaya produksi 88.947.510,82
Keterangan sumber:
a : Distributor Kelapa Indonesia 2017
b : SINDO Manado 2020
c : Toko Cistin 2021

23
Pabrik VCO dengan kapasitas 25.000 ton/tahun menghasilkan VCO sebanyak
3156,5657 kg/jam sehingga volume VCO dapat dihitung sebagai berikut.

Massa produk VCO = 3156,5657 kg/jam


Densitas produk VCO = 918 kg/m³ (SNI 2008)
Massa produk VCO
Volume produk VCO = x 1000
Densitas produk VCO
3156,5657 kg/jam
= x 1000
918 kg/m³

= 3438,5247 L/jam

Berikut data produk VCO yang dihasilkan dan harga jual yang ada di pasaran.

Nama Jumlah Satuan Harga satuan/L Total Harga (Rp)


Produk (Rp)
VCO 3438,5247 L 200.000e 687.704.936,07
Total harga jual 687.704.936,07
Keterangan sumber:
e : Thespices 2021

Maka, perhitungan laba pada produksi VCO dengan metode fermentasi dapat
dituliskan sebagai berikut.
Laba = Total harga jual - Total biaya produksi
= Rp687.704.936,07 – Rp88.947.510,82
Laba = Rp598.757.425,25
Berdasarkan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa proses
produksi VCO dengan metode fermentasi menghasilkan laba sehingga pabrik
VCO layak didirikan.

2.2 Macam Proses


Seleksi proses berkaitan dengan keputusan untuk menentukan jenis
proses produksi yang akan digunakan dan waktu produksi yang tepat dari
proses tersebut. Metode dalam proses pembuatan VCO telah dilakukan secara
turun-temurun. Namun, cara tradisional perlu diperbarui agar kualitas VCO

24
yang dihasilkan lebih baik. Terdapat berbagai macam metode dalam proses
pembuatan VCO, antara lain metode enzimatis, fermentasi, pemanasan,
sentrifugasi, dan pengasaman. Berikut ini akan diuraikan proses pembuatan
dengan metode-metode tersebut.
a. Metode Fermentasi (Matorang 2007)
Prinsip pembuatan VCO dengan cara fermentasi adalah perusakan
protein yang menyelubungi lemak dengan menggunakan enzim yang
dihasilkan oleh mikroorganisme. Pada pembuatan VCO dengan
fermentasi, krim dari santan dicampurkan dengan ragi. Mikroorganisme
pada ragi mempunyai kemampuan untuk menghasilkan enzim protease dan
lipase yang dapat menghidrolisis minyak dengan kadar air yang tinggi.
Metode fermentasi dalam pembuatan VCO memiliki beberapa
kelebihan, yaitu VCO yang dihasilkan jernih dan beraroma harum khas
minyak kelapa, energi yang diperlukan sedikit karena tidak menggunakan
bahan bakar, proses pengolahannya sederhana dan tidak terlalu rumit, serta
tidak mudah tengik sehingga memiliki daya simpan yang lama. Sedangkan
kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama untuk
proses fermentasi biasanya 24 jam atau lebih.
b. Metode Enzimatis (Matorang 2007)
Pembuatan VCO dengan cara enzimatis merupakan pemisahan
minyak dalam santan tanpa pemanasan. Ikatan protein minyak yang berada
pada emulsi santan dapat dipecah dengan bantuan enzim. Komposisi dan
kadar asam lemak dalam ikatan tersebut tidak boleh berubah karena akan
mempengaruhi manfaat dari VCO. Oleh karena itu, baik secara kualitas
maupun kuantitas, kandungan asam lemak tersebut tidak boleh berubah.
Beberapa enzim yang dapat digunakan adalah papain (papaya), bromelin
(nanas), dan enzim protease yang berasal dari kepiting sungai.
Ikatan protein minyak yang rusak menyebabkan ikatan lipoprotein
dalam santan terputus. Kemudian, minyak akan keluar dan terkumpul
menjadi satu karena diikat oleh lipoprotein. Lapisan minyak tersebut akan
terbentuk diantara lapisan protein atau blondo (bagian atas) dan air (bagian
bawah).

25
Metode enzimatis memiliki beberapa kelebihan, antara lain VCO
berwarna bening seperti kristal, kandungan asam lemak dan
antioksidannya tinggi, tidak mudah tengik sehingga daya penyimpanannya
dapat mencapai 10 tahun, biaya proses produksi relatif kecil, dan
rendemen yang dihasilkan cukup tinggi. Selain itu, metode enzimatis juga
memiliki beberapa kekurangan, yaitu memutuhkan waktu yang sangat
lama dalam proses denaturasi protein untuk memisahkan minyak dari
ikatan lipoprotein, yaitu sekitar 20 jam.
c. Metode Penggaraman (Matorang 2007)
Tujuan dari metode penggaraman adalah untuk memecah emulsi
santan dengan mengatur pelarutan protein di dalam garam. Protein yang
terdapat di dalam santan akan larut dengan adanya penambahan garam
(salting in). Akan tetapi, pada kondisi tertentu kelarutan protein akan
menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi garam. Penurunan
kelarutan protein diikuti dengan pengikatan molekul-molekul air oleh
garam yang menyebabkan terjadinya pemisahan antara minyak dengan air
(salting out). Metode pembuatan VCO dengan cara penggaraman
dilakukan dengan menambahkan garam pada krim santan. Jenis garam
yang biasa digunakan adalah NaCl dan CaCl2.
Kelebihan dari metode penggaraman, antara lain VCO berwarna
bening seperti kristal, kandungan asam lemak dan antioksidan di dalam
VCO tidak banyak berubah, tidak mudah tengik, dan tidak membutuhkan
biaya yang mahal untuk bahan baku. Sedangkan, kekurangan dari metode
ini, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk proses pembuatan VCO cukup
lama yaitu sekitar 12 jam.
d. Metode Sentrifugasi (Matorang 2007)
Sentrifugasi merupakan salah satu cara untuk memperoleh VCO
dengan cara mekanik. Upaya yang dilakukan untuk memutuskan ikatan
lemak-protein pada santan dilakukan dengan pemutaran, yaitu dengan
gaya sentrifugasi. Berat jenis minyak dan air yang berbeda menyebabkan
keduanya akan terpisah dengan sendirinya setelah dilakukan sentrifugasi.

26
Berat jenis minyak lebih ringan dibandingkan dengan air sehingga minyak
akan terkumpul di lapisan bagian atas.
Kecepatan optimum yang digunakan pada proses sentrifugasi yaitu
20.000 rpm. Selain itu, faktor waktu juga mempengaruhi proses pemutaran
tersebut. Waktu yang dibutuhkan untuk memutus ikatan lemak-protein dari
santan dengan kecepatan 20.000 rpm yaitu sekitar 15 menit.
VCO yang dihasilkan dengan cara sentrifugasi memiliki beberapa
kelebihan, yaitu berwarna jernih dan berbau khas minyak kelapa, memiliki
daya simpan yang lama yaitu sekitar 10 tahun, proses pembuatannya
sangat cepat yaitu sekitar 15 menit, kandungan MFCA tidak mengalami
denaturasi, demikian juga dengan kandungan antioksidannya. Sedangkan
kekurangan dengan menggunakan metode ini adalah membutuhkan
investasi yang sangat mahal untuk alat sentrifuse sehingga tidak dapat
diterapkan oleh petani dan industri kecil, dan membutuhkan tenaga listrik
yang cukup tinggi sehingga bisa menambah biaya produksi.
e. Metode Pengasaman (Matorang 2007)
Pengasaman merupakan salah satu metode pembuatan VCO dengan
cara membuat suasana emulsi (santan) dalam keadaan asam. Minyak dari
santan dikeluarkan dengan cara memutus ikatan lemak protein. Asam
memiliki kemampuan untuk memutus ikatan tersebut dengan cara
mengikat senyawa yang berikatan dengan lemak. Namun, asam yang
dicampurkan ke dalam santan hanya bisa bekerja dengan maksimal bila
kondisi pH atau derajat keasamannya sesuai. Pada proses pembuatan
VCO, pH yang paling optimal yaitu 4,3 yang dapat diukur dengan kertas
lakmus atau pH meter. Banyak faktor yang mempengaruhi pH santan,
antara lain:
1) pH santan, terutama dipengaruhi oleh varietas, umur, dan tempat
penanaman kelapa.
2) pH air sebagai pelarut santan juga berbeda-beda terutama apabila air
yang digunakan berasal dari air sumur. pH air sumur dipengaruhi oleh
jenis tanah dan kedalaman sumur.

27
3) Konsentrasi jenis asam yang digunakan juga berbeda sehingga
berpengaruh terhadap pH asam.
Beberapa kelebihan dari metode pengasaman, antara lain warna
VCO yang dihasilkan bening, kandungan asam lemak dan antioksidannya
tidak banyak berubah karena hanya memutuskan ikatan protein-lemak
saja, daya simpan VCO yang dihasilkan sangat lama dapat mencapai 10
tahun karena tidak terjadi denaturasi komposisi gizi, proses pembuatannya
tidak memerlukan tenaga tambahan, dan tidak membutuhkan biaya terlalu
mahal karena harga asam cuka sebagai bahan tambahan cukup murah.
Meskipun demikian, metode ini juga memiliki kekurangan, yaitu
tidak bisa diformulasikan secara pasti karena untuk mendapatkan pH yang
sesuai banyak faktor yang berpengaruh sehingga harus dilakukan
pencampuran santan dan asam berulang-ulang. Apabila pH yang diatur
tidak sesuai, kemungkinan kegagalan dalam pembuatan VCO sangat
tinggi.

2.3 Seleksi Proses


Seleksi proses dilakukan untuk memilih proses yang terbaik dari
beberapa macam metode dalam pembuatan VCO. Dari penjelasan pada sub bab
sebelumnya terdapat lima macam metode dalam pembuatan VCO, antara lain
fermentasi, enzimatis, penggaraman, sentrifugasi, dan pengasaman. Terdapat
tiga aspek penilaian dalam seleksi proses, yaitu aspek teknis yang terdiri dari
kondisi proses dan kondisi operasi, aspek ekonomis, dan aspek dampak
terhadap lingkungan. Berikut penjelasan dari masing-masing aspek dalam
seleksi proses.
a. Aspek teknis
Aspek teknis terdiri dari kondisi proses dan kondisi operasi. Kondisi
proses pada pembuatan VCO meliputi yield dan kemurnian VCO. Yield
menunjukkan massa produk yang dihasilkan dibandingkan dengan massa
zat mula-mula (Artikel Sains, Teknologi, dan Ekonomi Bisnis, 2012).
Yield yang dihasilkan dari proses fermentasi sebesar 33,20% (Cristianti
dan Prakosa 2009). Kemurnian VCO ditunjukkan dengan banyaknya asam

28
laurat yang terkandung didalamnya karena asam laurat merupakan jenis
asam yang paling dominan pada VCO. Kandungan asam laurat dalam
VCO berkisar antara 43-53% (Cristianti dan Prakosa 2009). Proses
fermentasi menghasilkan VCO dengan kemurnian sebesar 53,12%
(Cristianti dan Prakosa 2009). Kondisi operasi meliputi suhu dan tekanan
yang digunakan pada proses untuk menghasilkan VCO. Hasil VCO yang
baik dilakukan pada kondisi optimum dengan suhu 40°C dan tekanan 1
atm (Uluma dkk. 2020).

b. Aspek ekonomis
Aspek ekonomis pada seleksi proses meliputi biaya investasi, Rate
Of Return (ROR), dan Pay Out Time (POT). Biaya investasi merupakan
modal awal yang dikeluarkan untuk mendirikan suatu pabrik. ROR
merupakan laju pengembalian modal setiap tahun dan POT menunjukkan
berapa lama waktu pengembalian modal dengan membandingkan besar
total modal investasi dengan penghasilan bersih setiap tahun. ROR
berbanding lurus dengan POT. Apabila nilai ROR besar maka waktu
pengembalian modal akan semakin cepat, artinya pabrik tersebut dapat
memberikan keuntungan yang besar. Pada proses fermentasi, biaya
investasi yang dikeluarkan besar karena membutuhkan beberapa fermentor
dalam prosesnya sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
pengembalian modal (Uluma dkk. 2020).

c. Aspek dampak terhadap lingkungan


Aspek dampak terhadap lingkungan menunjukkan dampak pendirian
suatu pabrik terhadap lingkungan disekitarnya. Dampak yang mungkin
terjadi akibat adanya pendirian suatu pabrik adalah adanya polutan yang
berasal dari pabrik tersebut. Polutan tersebut dapat mencemari air, udara,
dan tanah. Dari berbagai macam metode pembuatan VCO, hanya metode
pengasaman yang memberikan polutan berupa asam sehingga polutan
tersebut harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan.

29
Factor Rating Seleksi Proses
Macam-Macam Proses
No. Parameter
Fermentasi Skor Enzimatis Skor Penggaraman Skor Sentrifugasi Skor Pengasaman Skor
Aspek Teknis
Kondisi Proses
Yield (%) 33,20a 90 26,14b 75 23,30c 70 29,50b 80 13,50d 65
Kemurnian hasil
1 53,12a 100 46,36b 80 53,12c 100 47,64b 85 46,85d 80
(% Asam Laurat)
Kondisi Operasi
Suhu (oC) 30a 90 30b 90 30c 90 30b 80 30d 90
Tekanan (atm) 1a 100 1b 100 1c 100 1b 100 1d 100
Aspek Ekonomis

Investasi Besarf Besarf Kecilg Kecilh Besarf


2
ROR Kecil 70 Kecil 80 Besar 85 Besar 85 Kecil 80
POT Lambat Lambat Cepat Cepat Lambat
Aspek Dampak Terhadap Lingkungan
3
Polutan - 100 - 100 - 100 - 100 Asami 60
Jumlah 550 525 545 530 475

Berdasarkan pertimbangan aspek-aspek yang telah dijelaskan diatas maka proses yang dipilih untuk memproduksi VCO
adalah proses fermentasi karena memiliki kelebihan dari aspek teknis dan ekonomis serta tidak menimbulkan adanya polutan.

30
BAB III
PROCESS FLOW DIAGRAM DAN URAIAN PROSES

3.1 Block Diagram


Proses yang dipilih untuk memproduksi VCO adalah proses fermentasi dengan alur proses yang dapat digambarkan pada
block diagram di bawah ini.

Buah DEHUSKER
Serabut
kelapa T = 25°C
kelapa
tua P = 1 atm
Buah
kelapa tua
DESHELLER
Batok
T = 25°C
P = 1 atm kelapa
Buah
kelapa tua
PARING
T = 25°C Kulit ari
P = 1 atm
Buah
kelapa tua
PULVERIZER
T = 25°C
P = 1 atm Air kelapa
Potongan (50°C)
buah kelapa
BLEECHING
Air
T = 25°C Air
bersih P = 1 atm
Buah kelapa
tua bersih ACTIVATION TANK Baker yeast
MILLS T = 25°C
T = 25°C P = 1,01 atm Gula
P = 1 atm t = 4 jam
Parutan
kelapa
Air SCREW PRESS Ampas
hangat T = 25°C kelapa
50°C P = 1,01 atm

Santan
FERMENTOR Starter yeast
T = 25°C
P = 1,02 atm t = 24 jam
VCO
Blondo
Air
DECANTER Blondo DEACTIVATION Waste
T = 25°C T = 25°C
P = 1,03 atm Air P = 1,03 atm

VCO

COALESCING VCO VCO STORAGE


Air T = 25°C T = 25°C
P = 1,04 atm P = 1,05 atm

Gambar 3.1 Block Diagram Pembuatan VCO dengan Metode Fermentasi

31
3.2 Process Flow Diagram

Gambar 3.2 Process Flow Diagram

32
3.3 Uraian Proses
Proses produksi VCO dengan kapasitas 25.000 ton/tahun dilakukan
dengan menggunakan metode fermentasi. Proses tersebut dilakukan dalam 4
tahapan proses yaitu proses persiapan bahan baku, proses pembuatan santan,
proses pembuatan starter, proses fermentasi, dan proses penyimpanan.
a. Tahapan Proses Persiapan Bahan Baku
Proses persiapan bahan baku dilakukan di area satu dengan kondisi
operasi pada suhu 25oC dan tekanan 1 atm. Buah kelapa tua (usia ≥ 12
bulan) yang utuh dilewatkan melalui conveyor (J-111) menuju ke dehusker
(X-112) untuk menghilangkan serabut kelapa. Setelah itu, dilakukan
pemotongan batok kelapa di desheller (X-113) dan pengupasan kulit ari di
paring (X-114). Daging buah kelapa setelah dihilangkan kulit arinya akan
menuju ke pulverizer (C-115) untuk dilakukan proses pemotongan menjadi
ukuran yang lebih kecil. Limbah yang dihasilkan pada proses persiapan
bahan baku yang berupa serabut kelapa, batok kelapa, dan kulit ari
dimasukkan ke proses Waste Treatment Unit (WTU).
b. Tahapan Pembuatan Santan
Proses pembuatan santan dilakukan di area dua. Daging buah
kelapa yang telah dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil dimasukkan
ke proses pencucian menggunakan air bersih di bleeching tank (F-216).
Selanjutnya, dilakukan proses penggilingan daging buah kelapa yang
sudah bersih menggunakan mills (C-217). Tujuan dari proses penggilingan
ini adalah untuk mendapatkan parutan kelapa yang selanjutnya akan
masuk ke screw press (H-210). Proses di dalam screw press (H-210)
dilakukan penambahan air yang sebelumnya dipanaskan pada water heater
(E-218) hingga 50°C untuk menghasilkan santan kelapa. Ampas yang
dipisahkan dari screw press (H-210) dimasukkan ke proses WTU.
c. Tahapan Proses Pembuatan Starter
Proses pembuatan starter dilakukan di area tiga dengan alat utama
activation tank (M-320). Sebelum masuk ke activation tank, air kelapa
dipanaskan terlebih dahulu menggunakan coconut water heater (E-321)

33
hingga mencapai suhu 50°C kemudian dialirkan menuju activation tank
dengan bantuan coconut water pump (L-322). Pada activation tank (M-
320) terjadi pencampuran antara ragi roti, gula, dan air kelapa untuk
pembuatan starter pada suhu 25°C dan tekanan 1 atm selama 4 jam.
d. Tahapan Proses Fermentasi dan Penyimpanan Produk VCO
Proses fermentasi dan penyimpanan produk VCO dilakukan di area
empat. Santan yang sudah dipisahkan dari ampasnya dialirkan menuju
fermentor dengan bantuan coconut milk pump (L-431). Pada fermentation
tank (R-430) terjadi proses fermentasi santan dengan bantuan larutan
starter dari activation tank (M-320) melalui starter pump (L-432). Proses
fermentasi dilakukan pada suhu kamar (25ºC) dan tekanan 1 atm selama
24 jam. Reaksi fermentasi yang terjadi yaitu reaksi hidrolisis lemak
dimana santan kelapa dituliskan sebagai trigliserida (lemak) sedangkan
produk VCO dituliskan sebagai asam lemak. Reaksi dapat dituliskan pada
Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Reaksi Hidrolisis Lemak pada VCO


Proses berlangsung seacara semi batch memiliki waktu tunggu
sehingga dibutuhkan lebih dari satu fermentor pada saat proses fermentasi
dengan penjadwalan yang dapat dilihat pada Gambar 3.4. Hasil
fermentasi akan dipompa oleh fermentation pump (L-433) menuju ke
decanter (H-440) untuk dilakukan pemisahan VCO dari blondo dan air.
Produk utama dari proses ini adalah VCO dengan produk samping berupa
blondo dan air. Air dan blondo dialirkan ke deactivation tank (M-441)
untuk mendeaktifasi yeast pada suhu 10°C kemudian dialirkan Waste
Water Treatment (WWT) dengan bantuan waste pump (L-442). Produk
VCO dialirkan menuju coalescing separator (H-452) dengan bantuan
VCO pump (L-451) untuk dilakukan pemurnian VCO dari sisa air yang

34
masih terikut dalam VCO. Prinsip kerja dari coalescing separator ini
adalah memisahkan minyak dan uap air berdasarkan perbedaan densitas
VCO dan air sehingga air akan terkumpul pada bagian bottom. Dengan
adanya penghilangan kadar air dari VCO, akan diperoleh VCO yang
memiliki daya simpan lama dan tidak berbau tengik. Selanjutnya, produk
VCO disimpan di dalam VCO storage (F-450) yang dijaga pada suhu 25oC
dan tekanan 1 atm untuk didistribusikan ke industri sabun sebagai industri
pengguna VCO.

35
3.4 Gantt Chart
Gantt chart digunakan untuk merencanakan proses dengan waktu tertentu untuk penyelesaian suatu proses. Satu proses
fermentasi yang digunakan dalam proses pembuatan VCO pada pra rancangan pabrik ini yaitu selama 24 jam menggunakan 6
Fermentor dengan penjadwalan seperti pada Gambar 3.4.

Process 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Activation Tank 1 4 hr 4 hr
Activation Tank 2 4 hr 4 hr
Activation Tank 3 4 hr 4 hr
Fermentation Tank 1 24 hr
Fermentation Tank 2 24 hr
Fermentation Tank 3 24 hr
Fermentation Tank 4 24 hr
Fermentation Tank 5 24 hr
Fermentation Tank 6 24 hr
Decanter 0,5 hr 0,5 hr 0,5 hr 0,5 hr 0,5 hr 0,5 hr
Deactivation Tank 0,5 hr 0,5 hr 0,5 hr 0,5 hr 0,5 hr 0,5 hr
Coalescing Separator 0,5 hr 0,5 hr 0,5 hr 0,5 hr 0,5 hr 0,5 hr

Filling
Draining
Fermentation Tank Process
Decanter Process
Deactivation Tank Process
Coalescing Separation Process
1 kotak = 30 menit

Gambar 3.4 Gantt Chart

36
Dari Gambar 3.4 dapat diketahui bahwa proses yang berjalan
merupakan proses batch yang dilakukan berulang kali menggunakan 6 buah
fermentor maka dapat ditentukan proses ini dilakukan dengan semi batch. Pada
Gambar 3.4 dapat dilihat bahwa proses diawali di activation tank dengan waktu
aktivasi selama 4 jam. Selanjutnya, fermentor 1 memulai proses lebih dulu untuk
melakukan pengisian bahan baku selama 30 menit. Setelah pengisian selesai
maka dilakukan proses fermentasi selama 24 jam. Bersamaan dengan proses
fermentasi yang berjalan pada fermentor 1, dilakukan pengisian bahan baku pada
fermentor 2 kemudian fermentor 2 melanjutkan proses fermentasi yang berjalan
selama 24 jam, begitu pun untuk fermentor selanjutnya. Setelah proses
fermentasi yang dilakukan pada fermentor 1 selesai, dilanjutkan dengan tahapan
proses pengosongan yang dilakukan selama 30 menit, proses pengosongan
tersebut berarti dialirkannya bahan yang telah melalui proses fermentasi pada
fermentor 1 menuju ke decanter untuk dilakukan pemisahan antara VCO dengan
air dan blondo. Proses yang terjadi di decanter berlangsung selama 30 menit. Air
dan blondo yang sudah dipisahkan di decanter kemudian dialirkan ke
deactivation tank untuk dilakukan pemberhentian proses fermentasi (deaktivasi
yeast). Proses yang terjadi pada deactivation tank berlangsung selama 30 menit.
Selanjutnya, terjadi proses pengosongan yang dilakukan selama 30 menit, proses
pengosongan tersebut berarti dialirkannya bahan yang telah melalui proses pada
deactivation tank menuju ke coalescing separator untuk dilakukan pemisahan
antara VCO dengan sisa air yang masih terikut. Proses yang terjadi di coalescing
separator berlangsung selama 30 menit.

37
BAB IV
NERACA MASSA
Basis
Basis waktu operasi dalam setahun
1 tahun = 330 hari
1 hari = 24 jam
Kapasitas produksi
Jumlah VCO = 25.000 ton/tahun
= 75,7576 ton/hari
= 3156,5657 kg/jam
Yield Produk = 28% (m/m) terhadap input fermentor

4.1 Neraca Massa Total

Kelapa <1> VCO <39>


Yeast<21> WTU <7+14>
Neraca Massa Total
Gula<22> WWT <32+37>

Gambar 4.1 Aliran Neraca Massa Total

Tabel 4.1 Neraca Massa Total


Neraca Massa Total
Input Output
Jumlah Jumlah
Bahan Komponen Bahan Komponen
(kg/jam) (kg/jam)

Sabut <1> 12821,2933 Product


Mature Asam
Distribution
Coconut Lemak 3105,9337
Tempurung (VCO)
<1> 4395,8720 <37>
<1> <37>

38
Air Kelapa
8978,4967 Sabut <3> 12821,2933
<1>

Kulit Ari Waste Tempurung


380,6883 4395,8720
Kelapa <1> Treatment <5>
Unit
<14> Kulit Ari
Protein <1> 452,5162 380,6883
Kelapa <7>

Abu <1> 100,5592 Serat <14> 362,0130

Coconut
Karbohidrat Water Air Kelapa
1307,2691 7851,1518
<1> Distribution <18>
<18>

Air Kelapa
Lemak <1> 4183,2612 1127,3449
<30>

Protein
H2O <1> 3650,2976 452,5162
<32>

Abu
Serat <1> 362,0130 100,5592
<30+32>

Water Karbohidrat
H2O <9> 362,0130 1307,2691
<9> <30>

Saccharomy Waste
Baker Water
ces Lemak
Yeast 22,5469 Treatment 836,7137
cerevisieae <30+32>
<21> <30+32>
<21>

Sugar H2O
Gula <22> 67,6407 3710,9633
<22> <30+32>

Gliserol
459,9561
<30>
Asam
Lemak 50,6320
<32>
Saccharomy
ces 22,5469
cerevisieae

39
<30>

Gula <30> 67,6407

H2O H2O <35> 31,3731

Total Input 37.084,4671 Total Output 37.084,4671

40
4.2 Neraca Massa Komponen
4.2.1 Dehusker (X-112)
Fungsi : Untuk menghilangkan sabut kelapa.

1 2
X-112
Kelapa Kelapa
3
Sabut Kelapa

Gambar 4.2 Aliran Neraca Massa pada Dehusker

Tabel 4.2 Tabel Neraca Massa pada Dehusker

Neraca Massa Dehusker


Input Output
1 2 3
Komponen
Laju Massa Laju Massa Laju Massa
(kg/jam) (kg/jam) (kg/jam)
Sabut 12821,2933 0,0000 12821,2933
Tempurung 4395,8720 4395,8720 0,0000
Air Kelapa 8978,4967 8978,4967 0,0000
Kulit Ari Kelapa 380,6883 380,6883 0,0000
Protein 452,5162 452,5162 0,0000
Abu 100,5592 100,5592 0,0000
Karbohidrat 1307,2691 1307,2691 0,0000
Lemak 4183,2612 4183,2612 0,0000
Serat 3650,2976 3650,2976 0,0000
H2O 362,0130 362,0130 0,0000
Gliserol 0,0000 0,0000 0,0000
Asam Lemak 0,0000 0,0000 0,0000
Baker Yeast 0,0000 0,0000 0,0000
Gula 0,0000 0,0000 0,0000
Jumlah 36632,2665 23810,9733 12821,2933
Total 36632,2665 36632,2665

41
4.2.2 Desheller (X-113)
Fungsi : Untuk memotong tempurung kelapa.

2 4
X-113
Kelapa Daging
Kelapa
5
Tempurung Kelapa

Gambar 4.3 Aliran Neraca Massa pada Desheller

Tabel 4.3 Tabel Neraca Massa pada Desheller

Neraca Massa Desheller


Input Output
2 4 5
Komponen
Laju Massa Laju Massa Laju Massa
(kg/jam) (kg/jam) (kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 4395,8720 0,0000 4395,8720
Air Kelapa 8978,4967 8978,4967 0,0000
Kulit Ari Kelapa 380,6883 380,6883 0,0000
Protein 452,5162 452,5162 0,0000
Abu 100,5592 100,5592 0,0000
Karbohidrat 1307,2691 1307,2691 0,0000
Lemak 4183,2612 4183,2612 0,0000
H2O 3650,2976 3650,2976 0,0000
Serat 362,0130 362,0130 0,0000
Gliserol 0,0000 0,0000 0,0000
Asam Lemak 0,0000 0,0000 0,0000
Baker Yeast 0,0000 0,0000 0,0000
Gula 0,0000 0,0000 0,0000
Jumlah 23810,9733 19415,1013 4395,8720
Total 23810,9733 23810,9733

42
4.2.3 Paring (X-114)
Fungsi : Untuk mengupas kulit ari kelapa.

4 6
X-114
Daging Daging
Kelapa Kelapa
7
Kulit Ari Kelapa

Gambar 4.4 Aliran Neraca Massa pada Paring

Tabel 4.4 Tabel Neraca Massa pada Paring

Neraca Massa Paring


Input Output
4 6 7
Komponen
Laju Massa Laju Massa Laju Massa
(kg/jam) (kg/jam) (kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,0000 0,0000 0,0000
Air Kelapa 8978,4967 8978,4967 0,0000
Kulit Ari Kelapa 380,6883 0,0000 380,6883
Protein 452,5162 452,5162 0,0000
Abu 100,5592 100,5592 0,0000
Karbohidrat 1307,2691 1307,2691 0,0000
Lemak 4183,2612 4183,2612 0,0000
H2O 3650,2976 3650,2976 0,0000
Serat 362,0130 362,0130 0,0000
Gliserol 0,0000 0,0000 0,0000
Asam Lemak 0,0000 0,0000 0,0000
Baker Yeast 0,0000 0,0000 0,0000
Gula 0,0000 0,0000 0,0000
Jumlah 19415,1013 19034,4130 380,6883
Total 19415,1013 19415,1013

43
4.2.4 Pulverizer (X-115)
Fungsi : Memotong daging buah kelapa dan memisahkan air kelapa.

6 8
X-115
Daging Daging
Kelapa 17 18 Kelapa

Air Kelapa Air Kelapa untuk


untuk Starter didistribusikan

Gambar 4.5 Aliran Neraca Massa pada Pulverizer

Tabel 4.5 Tabel Neraca Massa pada Pulverizer

Neraca Massa Pulverizer


Input Output
6 8 17 18
Komponen
Laju Massa Laju Massa Laju Massa Laju Massa
(kg/jam) (kg/jam) (kg/jam) (kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Air Kelapa 8978,4967 0,0000 1127,3449 7851,1518
Kulit Ari Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Protein 452,5162 452,5162 0,0000 0,0000
Abu 100,5592 100,5592 0,0000 0,0000
Karbohidrat 1307,2691 1307,2691 0,0000 0,0000
Lemak 4183,2612 4183,2612 0,0000 0,0000
H2O 3650,2976 3650,2976 0,0000 0,0000
Serat 362,0130 362,0130 0,0000 0,0000
Gliserol 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Asam Lemak 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Baker Yeast 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Gula 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Jumlah 19034,4130 10055,9163 1127,3449 7851,1518
Total 19034,4130 19034,4130

44
4.2.5 Screw Press (H-210)
Fungsi : Untuk memeras parutan kelapa sehingga menghasilkan santan
kelapa.

11 14
Parutan Kelapa Ampas Kelapa
H-210
13 15
Air Hangat Santan Kelapa

Gambar 4.6 Aliran Neraca Massa pada Screw Press

Tabel 4.6 Tabel Neraca Massa pada Screw Press

Input Output
11 13 14 15
Komponen
Laju Massa Laju Massa Laju Massa Laju Massa
(kg/jam) (kg/jam) (kg/jam) (kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Air Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Kulit Ari Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Protein 452,5162 0,0000 0,0000 452,5162
Mineral 100,5592 0,0000 0,0000 100,5592
Karbohidrat 1307,2691 0,0000 0,0000 1307,2691
Lemak 4183,2612 0,0000 0,0000 4183,2612
H2O 3650,2976 362,0130 0,0000 4012,3106
Serat 362,0130 0,0000 362,0130 0,0000
Gliserol 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Asam Lemak 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Baker Yeast 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Gula 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Jumlah 10055,9163 362,0130 362,0130 10055,9163
Total 10417,9293 10417,9293

45
4.2.6 Activation Tank (M-320)
Fungsi : Tempat untuk pembuatan starter dan pengaktifan yeast.

20
Air Kelapa
21 23
M-320
Baker Yeast Larutan
22 Starter

Gula
Gambar 4.7 Aliran Neraca Massa pada Activation Tank

Tabel 4.7 Tabel Neraca Massa pada Activation Tank

Input Output
20 21 22 23
Komponen
Laju Massa Laju Massa Laju Massa Laju Massa
(kg/jam) (kg/jam) (kg/jam) (kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Air Kelapa 1127,3449 0,0000 0,0000 1127,3449
Kulit Ari Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Protein 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Abu 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Karbohidrat 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Lemak 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
H2O 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Serat 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Gliserol 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Asam Lemak 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Baker Yeast 0,0000 22,5469 0,0000 22,5469
Gula 0,0000 0,0000 67,6407 67,6407
Jumlah 1127,3449 22,5469 67,6407 1217,5325
Total 1217,5325 1217,5325

46
4.2.7 Fermentation Tank (R-430)
Fungsi : Tempat terjadinya proses fermentasi, yaitu menghidrolisis
lemak menjadi asam lemak.

16
Santan
Kelapa 25
R-430
24 VCO
Blondo
Larutan
H2O
Starter

Gambar 4.8 Aliran Neraca Massa pada Fermentation Tank

Tabel 4.8 Tabel Neraca Massa pada Fermentation Tank

Input Output
16 24 25
Komponen
Laju Massa Laju Massa Laju Massa
(kg/jam) (kg/jam) (kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,0000 0,0000 0,0000
Air Kelapa 0,0000 1127,3449 1127,3449
Kulit Ari Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000
Protein 452,5162 0,0000 452,5162
Mineral (Abu) 100,5592 0,0000 100,5592
Karbohidrat 1307,2691 0,0000 1307,2691
Trigliserida 4183,2612 0,0000 836,7137
H2O 4012,3106 0,0000 3742,3364
Serat 0,0000 0,0000 0,0000
Gliserol 0,0000 0,0000 459,9561
Asam Lemak 0,0000 0,0000 3156,5657
Baker Yeast 0,0000 22,5469 22,5469
Gula 0,0000 67,6407 67,6407
Jumlah 10055,9163 1217,5325 11273,4488
Total 11273,4488 11273,4488

47
4.2.8 Decanter (H-440)
Fungsi : Untuk memisahkan VCO dari air dan blondo.

27
26
VCO
VCO H-440
Blondo 29
H2O Blondo
28
Yeast H2O
Yeast

Gambar 4.9 Aliran Neraca Massa pada Decanter

Tabel 4.9 Tabel Neraca Massa pada Decanter

Input Output
26 27 28 29
Komponen
Laju Massa Laju Massa Laju Massa Laju Massa
(kg/jam) (kg/jam) (kg/jam) (kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Air Kelapa 1127,3449 0,0000 1127,3449 0,0000
Kulit Ari Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Protein 452,5162 0,0000 0,0000 452,5162
Mineral (Abu) 100,5592 0,0000 87,9832 12,5760
Karbohidrat 1307,2691 0,0000 1307,2691 0,0000
Trigliserida 836,7137 0,0000 832,6128 4,1009
H2O 3742,3364 31,3731 3684,0070 26,9563
Serat 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Gliserol 459,9561 0,0000 459,9561 0,0000
Asam Lemak 3156,5657 3105,9337 0,0000 50,6320
Baker Yeast 22,5469 0,0000 22,5469 0,0000
Gula 67,6407 0,0000 67,6407 0,0000
Jumlah 11273,4488 3137,3068 7589,3607 546,7813
Total 11273,4488 11273,4488

48
4.2.9 Deactivation Tank (M-441)
Fungsi : Untuk mendeaktifasi yeast.

29

Blondo
31
28 M-441 Blondo
H2O H2O
Yeast Yeast

Gambar 4.10 Aliran Neraca Massa pada Deactivation Tank

Tabel 4.10 Tabel Neraca Massa pada Deactivation Tank

Input Output
28 29 31
Komponen
Laju Massa Laju Massa Laju Massa
(kg/jam) (kg/jam) (kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,0000 0,0000 0,0000
Air Kelapa 1127,3449 0,0000 1127,3449
Kulit Ari Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000
Protein 0,0000 452,5162 452,5162
Abu 87,9832 12,5760 100,5592
Karbohidrat 1307,2691 0,0000 1307,2691
Lemak 832,6128 4,1009 836,7137
H2O 3684,0070 26,9563 3710,9633
Serat 0,0000 0,0000 0,0000
Gliserol 459,9561 0,0000 459,9561
Asam Lemak 0,0000 50,6320 50,6320
Baker Yeast 22,5469 0,0000 22,5469
Gula 67,6407 0,0000 67,6407
Jumlah 7589,3607 546,7813 8136,1420
Total 8136,1420 8136,1420

49
4.2.10 Coalescing Separator (H-452)
Fungsi : Untuk memisahkan VCO dengan air yang tersisa berdasarkan
perbedaan densitas agar diperoleh VCO murni.

35
34
H2O
VCO H-452
H2O 36
VCO

Gambar 4.11 Aliran Neraca Massa pada Coalescing Separator

Tabel 4.11 Tabel Neraca Massa pada Coalescing Separator

Input Output
Komponen 34 35 36
Laju Massa Laju Massa Laju Massa
(kg/jam) (kg/jam) (kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,0000 0,0000 0,0000
Air Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000
Kulit Ari Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000
Protein 0,0000 0,0000 0,0000
Mineral (Abu) 0,0000 0,0000 0,0000
Karbohidrat 0,0000 0,0000 0,0000
Lemak 0,0000 0,0000 0,0000
H2O 31,3731 0,0000 31,3731
Serat 0,0000 0,0000 0,0000
Gliserol 0,0000 0,0000 0,0000
Asam Lemak 3105,9337 3105,9337 0,0000
Baker Yeast 0,0000 0,0000 0,0000
Gula 0,0000 0,0000 0,0000
Jumlah 3137,3068 3105,9337 31,3731
Total 3137,3068 3137,3068

50
BAB V
NERACA PANAS

5.1 Water Heater (E-218)


Fungsi : Untuk memanaskan air yang akan digunakan pada proses pembuatan
santan
Q

T = 25C T = 50C
9 12
E-218
Air Air Hangat

Q loss

Gambar 5.1 Aliran Neraca Panas pada Water Heater

Tabel 5.1 Tabel Neraca Panas pada Water Heater

Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)


ΔH9 37844,8377 ΔH12 75686,0552
Q 41625,7013 Qloss 3784,4838
Total Panas (kJ/jam) 79470,5390 Total Panas (kJ/jam) 79470,5390

51
5.2 Coconut Water Heater (E-321)
Fungsi : Untuk memanaskan air kelapa pada pembuatan starter

T = 25C T = 50C
17 19
E-321
Air Kelapa Air Kelapa
Hangat

Q loss
Gambar 5.2 Aliran Neraca Panas pada Coconut Water Heater

Tabel 5.2 Tabel Neraca Panas pada Coconut Water Heater

Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)


ΔH17 114425,5051 ΔH19 228851,0101
Q 125868,0556 Qloss 11442,55051
Total Panas (kJ/jam) 240293,5606 Total Panas (kJ/jam) 240293,5606

52
5.3 Activation Tank (M-320)
Fungsi : Tempat untuk pembuatan starter dan pengaktifan yeast

20
Air Kelapa
21 23
M-320
Baker Yeast Larutan
22 Starter

Gula

Q loss
Gambar 5.3 Aliran Neraca Panas pada Activation Tank

Tabel 5.3 Tabel Neraca Panas pada Activation Tank

Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)


ΔH20 228851,0101 ΔH23 139865,395
ΔH21 0 Qloss 91114,60588
ΔH22 2128,990801
Total Panas (kJ/jam) 230980,0009 Total Panas (kJ/jam) 230980,0009

53
5.4 Fermentation Tank (R-430)
Fungsi : Tempat terjadinya proses fermentasi, yaitu menghidrolisis lemak
menjadi asam lemak

16
Santan
Kelapa 25
R-430
24 VCO
Blondo
Larutan
H2O
Starter

Q loss

Gambar 5.4 Aliran Neraca Panas pada Fermentation Tank

Tabel 5.4 Tabel Neraca Panas pada Fermentation Tank

Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)


ΔH16 530640,6475 ΔH25 218274,9110
ΔH24 137310,6061 Qloss 581463,7615
ΔHreaksi 131787,4188
Total Panas (kJ/jam) 799738,6724 Total Panas (kJ/jam) 799738,6724

54
5.5 Deactivation Tank (M-441)
Fungsi : Untuk mendeaktifasi yeast.

29

Blondo
31
28 M-441 Blondo
H2O H2O
Yeast Yeast

Q Q loss

Gambar 5.5 Aliran Neraca Panas pada Deactivation Tank

Tabel 5.5 Tabel Neraca Panas pada Deactivation Tank

Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)


ΔH28 606478,1731 ΔH31 254205,8911
ΔH29 27329,5115 Qloss 63380,7685
Q 316221,0251
Total Panas (kJ/jam) 633807,6846 Total Panas (kJ/jam) 633807,6846

55
BAB VI
SPESIFIKASI PERALATAN

56
BAB VII
ANALISA EKONOMI

7.1. Utilitas
7.2. Sistem Pengorganisasian
7.3. Analisa Ekonomi

57
BAB VIII
KESIMPULAN

58
DAFTAR PUSTAKA

Agustine, D, MM Gumilang, dan N Komalasari. 2021. “The Effect of Yeast Starter


Variations on the Quality of Virgin Coconut Oil (VCO) Using the Fermentation
Method.” Helium: Journal of Science and Applied Chemistry 1(1): 1–6.
Alibaba.com. “Pengaduk Bio Reaksi Industri Kimia Reaktor Tong Fermentasi Kimia
100l Reaktor Suku Cadang Makanan Daya Baja Tahan Karat - Buy 100l
Reactor,Pharmaceutical Reactor,Chemical Reactor Product on Alibaba.com.”
https://indonesian.alibaba.com/product-detail/reactor-reaction-100l-reactor-
reactor-chemical-industrial-bio-reaction-mixer-mixing-fermentation-vessel-
chemical-100l-reactor-stainless-steel-power-food-parts-
1600209522695.html?spm=a2700.galleryofferlist.norm (September 29, 2021a).
———. “Westfalia Structure Industrial Scale Centrifuge For Vco - Buy Industrial
Scale Centrifuge For Vco,Coconut Oil Separator,High Speed Separator Product
on Alibaba.com.” https://indonesian.alibaba.com/product-detail/westfalia-
structure-industrial-scale-centrifuge-for-vco-
1600105303878.html?spm=a2700.7724857.normal_offer.d_image.115e1bc8qck
vrj (September 29, 2021b).
———. “Yeast Production Line,Fermenter Bioreactor(50l-10000l-cgmp) - Buy
Fermenter,Yeast Production Line,Gmp Product on Alibaba.com.”
https://www.alibaba.com/product-detail/Yeast-production-line-Fermenter-
bioreactor-50L_60681664320.html?spm=a2700.details.0.0.594f37c3i2XvJp
(September 28, 2021c).
Andaka, Ganjar. 2016. “Fermentasi Menggunakan Ragi Roti Making Coconut Oil By
the Fermentation Method.” Teknik Kimia 10(2): 65–70.
Aprilasani Zeffa. 2014. “Pengaruh Lama Waktu Pengadukan dengan Variasi
Penambahan Asam Asetat dalam Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) dari
Buah Kelapa.” Konversi 3(1): 1–12.
Arindani, Sabrina. 2015. Produksi Bioetanol Menggunakan Ragi Roti Instan dengan
dan Tanpa Pemberian Aerasi Pada Media Molases.
Badan Litbang Pertanian Kalimantan Timur. 2014. “Diversifikasi Produk Buah
Kelapa.”

59
http://kaltim.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=
article&id=578&Itemid=59 (September 18, 2021).
Boateng, Laurene, Richard Ansong, William B. Owusu, dan Matilda Steiner-Asiedu.
2016. “Coconut oil and palm oil’s role in nutrition, health and national
development: A review.” Ghana medical journal 50(3): 189–96.
Budi, W Ari Prasetyo. 2019. PROSES PRODUKSI MINYAK KELAPA MURNI VCO
(virgin coconut oil) DI DESA TANJUNG TERDANA KECAMATAN PONDOK
KUBANG DITINJAU DARI PRINSIP ….
http://repository.iainbengkulu.ac.id/id/eprint/3559.
Cristianti, Laras, dan Adi Hendra Prakosa. 2009. “Pembuatan Minyak Kelapa Murni
Menggunakan Fermentasi Ragi Tempe.” Jurnal Agroekoteknologiurnal kimia.
https://eprints.uns.ac.id/9103/.
Distributor Kelapa Indonesia. 2017. “Jual Kelapa Tua Murah Sulawesi Utara |
Distributor Kelapa Indonesia.”
https://distributorkelapa.wordpress.com/2017/02/15/jual-kelapa-tua-murah-
sulawesi-utara/ (Oktober 19, 2021).
Dwi PB, Yuliana Maria. 2017. Warta Ekspor Optimalisasi Bahan Baku Kelapa.
http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/8121519022
680.pdf.
Edam, Mariati, Nova Kumolontang, dan Judith Mandei. 2019. “Metode Pemecahan
Emulsi Krim Santan untuk Produksi Konsentrat Protein Blondo.” Jurnal Riset
Teknologi Industri 13(2): 173.
Fachry, A.Rasyidi, Andre Oktarian, dan Wahyu Wijanarko. 2006. “PEMBUATAN
VIRGIN COCONUT OIL DENGAN METODE SENTRIFUGASI A . Rasyidi
Fachry , Andre Oktarian dan Wahyu Wijanarko Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Unsri Abstrak Key Words : VCO Centrifugation.” Bbtp 20-1 2006: 19–
20.
Fontan, Rafael Da Costa Ilhéu dkk. 2009. “Thermophysical properties of
coconutwater affected by temperature.” Journal of Food Process Engineering
32(3): 382–97.
Genifer, Mex L Sondakh, dan Caroline B D Pakasi. 2015. “INDUSTRI MINYAK
KELAPA DI KOTA BITUNG.”

60
Ghosh, S., R. Chakraborty, dan U. Raychaudhuri. 2012. “Optimizing process
conditions for palm (Borassus flabelliffer) wine fermentation using response
surface methodology.” International Food Research Journal 19(4): 1633–39.
Hassan, Mohd. 1985. “Production of Spray-Dried Coconut Milk Powder.” Pertanika
8(1): 127–30.
Husada, ANH Kusuma - Jurnal Kesehatan Kusuma. 2016. “Efektivitas VCO (Virgin
Coconut Oil) Dengan Teknik Massage Dalam Penyembuhan Luka Combustio
Derajat II Pada Lansia.” jurnal.ukh.ac.id.
http://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/download/152/180 (September 18,
2021).
Iskandar, Ahmat, Ersan, dan Rachmad Edison. 2015. “View of Pengaruh Dosis
Enzim Papain terhadap Rendemen dan Kualitas Virgin Coconut Oil (VCO).”
https://jurnal.polinela.ac.id/index.php/AIP/article/view/21/20 (September 28,
2021).
J. G Thieme. 1968. “Coconut oil processing.” https://agris.fao.org/agris-
search/search.do?recordID=XF2016022050 (September 18, 2021).
Kabupaten Minahasa Selatan. 2014. “Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Selatan
No 3 Tahun 2014.”
Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan. 2019. KELAPA.
———. 2020. “Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan » Peluang
Peningkatan Akses Pasar Serta Nilai Tambah Produk Utama Dan Produk
Samping Kelapa Melalui Kemitraan Produksi Dan Pemasaran.”
https://ditjenbun.pertanian.go.id/peluang-peningkatan-akses-pasar-serta-nilai-
tambah-produk-utama-dan-produk-samping-kelapa-melalui-kemitraan-
produksi-dan-pemasaran/ (September 18, 2021).
Kotler, Philip dkk. 2016. “A FRAMEWORK FOR MARKETING MANAGEMENT
Sixth Edition Global Edition.”
Lal, J.J., C.V. Sreeranjit Kumar, dan M. Indira. 2003. “COCONUT PALM.”
Encyclopedia of Food Sciences and Nutrition: 1464–75.
Lestari, Diah, Wisnu Sunarto, dan Eko Budi Susatyo. 2012. “Optimalisasi
Penggunaan Enzim Bromelin dari Sari Bonggol Nanas dalam Pembuatan
Minyak Kelapa.” Optimalisasi Penggunaan Enzim Bromelin dari Sari Bonggol

61
Nanas dalam Pembuatan Minyak Kelapa 1(2): 1110–15.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs.
Lim, F. P.K., L. F.G. Bongosia, N. B.N. Yao, dan L. A. Santiago. 2014. “Cytotoxic
activity of the phenolic extract of virgin coconut oil on human hepatocarcinoma
cells (HepG2).” International Food Research Journal 21(2): 729–33.
Matorang, Moh. Ichsan Dg. 2007. “Pra Perancangan Pabrik Kapasitas Produksi 4000
Ton / Tahun.” Universitas Islam Indonesia (Tugas Akhir).
Muharun, Muharun, dan Mulono Apriyanto. 2014. “PENGOLAHAN MINYAK
KELAPA MURNI (VCO) DENGAN METODE FERMENTASI
MENGGUNAKAN RAGI TAPE MERK NKL.” JURNAL TEKNOLOGI
PERTANIAN 3(2): 9–14.
Mujdalipah, Siti. 2016. “Pengaruh Ragi Tradisional Indonesia Dalam Proses
Fermentasi Santan Terhadap Karakteristik Rendemen, Kadar Air, Dan Kadar
Asam Lemak Bebas Virgin Coconut Oil (Vco).” Edufortech 1(1): 1–6.
Nasruddin. 2011. “STUDI KUALITAS MINYAK GORENG DARI KELAPA
(Cocos nucifera L.) MELALUI PROSES STERILISASI DAN
PENGEPRESAN THE STUDY OF COOKING OIL QUALITY FROM
COCONUT (Cocos nucifera L.) USING STERILIZATION AND PRESSING
PROCESSES Nasruddin.” Jurnal Dinamika Penelitian Industri 22(1): 918.
http://produkkelapa.wordpress.com (September 18, 2021).
Nitbani, Febri Odel, Jumina, Dwi Siswanta, dan Eti Nurwening Solikhah. 2016.
“Isolation and Antibacterial Activity Test of Lauric Acid from Crude Coconut
Oil (Cocos nucifera L.).” Procedia Chemistry 18: 132–40.
Oseni, Nurah Tijani dkk. 2017. “African Journal of Food Science Effect of extraction
techniques on the quality of coconut oil.” 11(3): 58–66.
http://www.academicjournals.org/AJFS (September 18, 2021).
Palma, Badan Penelitian Tanaman. 2016. “VARIETAS KELAPA BUOL ST-1 –
Balai Penelitian Tanaman Palma.”
http://balitka.litbang.pertanian.go.id/keunggulan-varietas-kelapa-buol-st-1-dan-
potensi-pengembangannya/ (Oktober 19, 2021).
Pangestika, Hemas Malia. 2020. STATISTIK DAERAH KABUPATEN MINAHASA
UTARA, 2020. Minahasa Utara: Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa

62
Utara.
Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Selatan. 2015. RPIJM 2015-2019
KABUPATEN MINAHASA SELATAN. Minahasa Selatan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Utara. RPIJM 2015-2019 KABUPATEN
MINAHASA UTARA.
Pemerintah Daerah Kota Bitung. 2016. RPJMD Perubahan Kota Bitung Tahun
2016-2021.
Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara. 2013. PERATURAN DAERAH
KABUPATEN MINAHASA UTARA NOMOR 01 TAHUN 2013.
Pemerintah Kota Bitung. 2013. PERATURAN DAERAH KOTA BITUNG NOMOR 11
TAHUN 2013.
Pramudono, Bambang, Nely Fatwatun R, dan Kaunani Chusna. 2013. “24.
102013_184-188.” http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki (September 28,
2021).
Premium, Klappa VCO. 2021. “VCO Premium Manado Brand Klappa export quality
minyak kelapa murni asli - Beranda | Facebook.”
https://www.facebook.com/jualvcomanado/ (Oktober 4, 2021).
PT Sara Lee Body Care Indonesia. 2021. “PT. Sara Lee Body Care Indonesia
Company Profile - Indonesia | Contacts & Key Executives | EMIS.”
https://www.emis.com/php/company-
profile/ID/PT_Sara_Lee_Body_Care_Indonesia_en_2381794.html (September
18, 2021).
Purba, H. F. dkk. 2020. “Asahan coconut for virgin coconut oil production using
fermentation method.” IOP Conference Series: Earth and Environmental
Science 454(1).
Robi. “Pengertian Kapasitas Produksi, Aspek, Jenis, Perencanaan dan Strategi.”
SMARTBIS ID.
Salsabila, U, D Mardiana, dan E Indahyanti. 2013. “Kinetika Reaksi Fermentasi
Glukosa Hasil Hidrolisis Pati Biji Durian Menjadi Etanol.” Kimia Student
Journal 2(1): 331–36.
Samsudin, Ahmad. 2020. STATISTIK DAERAH KOTA BITUNG 2020. Bitung:
Badan Pusat Statistik Kota Bitung.

63
Sari, Erna Purnama, dan Andayani. 2009. “Pembuatan Minyak Kelapa Murni (
Virgin Coconut Oil ) Dengan Metode I 8306016 I 8306039 Program Studi D3
Teknik Kimia.”
Sembiring, Sri Mehulina. 2018. Penentuan Kadar Air pada Crude Coconut Oil
(CCO) dan Coconut Fatty Acid Distillate (CFAD) Universitas Sumatera Utara
Skripsi.
Senphan, Theeraphol, dan Soottawat Benjakul. 2016. “Chemical compositions and
properties of virgin coconut oil extracted using protease from hepatopancreas of
Pacific white shrimp.” European Journal of Lipid Science and Technology
118(5): 761–69. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/ejlt.201400655
(September 18, 2021).
———. 2017. “Comparative Study on Virgin Coconut Oil Extraction Using Protease
from Hepatopancreas of Pacific White Shrimp and Alcalase.” Journal of Food
Processing and Preservation 41(1).
Setiaji, B., dan S. Prayugo. 2006. Membuat VCO Berkualitas Tinggi. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Silaban, Ramlan, Riza Sahala Manullang, dan Vivi Hutapea. 2014. PEMBUATAN
VIRGIN COCONUT OIL (VCO) MELALUI KOMBINASI TEKNIK
FERMENTASI DAN ENZIMATIS MENGGUNAKAN EKSTRAK NENAS.
SINDO Manado. 2020. “Harga Gula Pasir di Sulut Sentuh Rp18.000 per Kg, Ini
Penyebabnya - SINDOMANADO.”
https://sindomanado.com/2020/03/20/harga-gula-pasir-di-sulut-sentuh-rp18-
000-per-kg-ini-penyebabnya/ (Oktober 19, 2021).
Sinurat, Yunanda. 2020. STATISTIK DAERAH KABUPATEN MINAHASA
SELATAN, 2020. Minahasa Selatan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Minahasa
Selatan.
Sipahelut, Sophia G. 2011. “SIFAT KIMIA DAN ORGANOLEPTIK VIRGIN
COCONUT OIL HASIL FERMENTASI MENGGUNAKAN TEKNIK
PEMECAH RANTAI.” Jurnal Agroforestri 6(1): 57–64.
SNI, 01-2901. 2008. “Minyak kelapa virgin (VCO).” Jurnal Indonesia: 1–28.
https://id.scribd.com/doc/189216092/SNI-7381-2008-Minyak-Kelapa-Virgin-
VCO.

64
Somantri, Agus S., Sri Yuliani, dan Armansyah H. Tambunan. 1987. “Identifikasi
Sifat-Sifat Hantaran Panas pada Lada.”
Sulastri, S. 2015. “Beberapa Metode Pembuatan Minyak Kelapa.”
Susanto, Tri. 2012. “Kajian Metode Pengasaman Dalam Proses Produksi Minyak
Kelapa Ditinjau Dari Mutu Produk dan Komposisi Asam Amino Blondo.”
Jurnal Dinamika Penelitian Industri 53(9): 1689–99.
Switzy Sabandar. 2018. “Cara Sederhana Bikin Minyak Kelapa Murni yang Tidak
Tengik ala Dosen UGM - Regional Liputan6.com.”
https://www.liputan6.com/regional/read/3493824/cara-sederhana-bikin-minyak-
kelapa-murni-yang-tidak-tengik-ala-dosen-ugm (Oktober 19, 2021).
Thespices. 2021. “Jual Virgin Coconut Oil / VCO - Kota Bitung - Thespices |
Tokopedia.” https://www.tokopedia.com/thespice/virgin-coconut-oil-
vco?whid=8279113 (Oktober 19, 2021).
Toko Cistin. 2021. “Jual ragi saf instant gold 500 gram - Kota Makassar - TOKO
CISTIN | Tokopedia.” https://www.tokopedia.com/tokocistin/ragi-saf-instant-
gold-500-gram?whid=9981461 (Oktober 19, 2021).
Uluma, Rosyana Sabyllatul, Lita Rani, Ulfa Nurida, dan Naufal Cenna Rafidanta.
2020. Laporan Pra Rancangan Pabrik Kimia VCO (Virgin Coconut Oil) dengan
Kapasitas 50.000 Ton/Tahun.
Widjaja, Willy Pranata dkk. 2014. “OPTIMASI KONDISI FERMENTASI PADA
PEMBUATAN MINYAK KELAPA ( Cocos nucifera L) DENGAN
MENGGUNAKAN Saccharomyces cerevisiae Optimization of Fermentation
Conditions on Coconut Oil Making by Using Saccharomyces cerevisiae.”
Yamit, Z. 2011. “yamit 2011 - Google Cendekia.”
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&scioq=sipahelut+20
11&q=yamit+2011+&btnG= (September 18, 2021).
Yunansyah, Muhammad, Ani Setyopratiwi, dan Akhmad Syoufian. 2016.
“PEMBUATAN DAN ANALISIS VIRGIN COCONUT OIL YANG
DIHASILKAN DENGAN METODE PENGASAMAN.”
http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/96035 (September 30,
2021).

65
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Perhitungan Kapasitas Produksi Pabrik VCO

Tabel A.1 Data Ekspor dan Impor CCO di Indonesia

Jumlah (Ton)
No. Tahun
Ekspor Impor

1. 2011 569,8 70

2. 2012 802,9 329

3. 2013 630,6 329

4. 2014 771,4 138

5. 2015 759,4 353

(Sumber: Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan, 2019)

Data impor CCO pada tahun 2013 tidak tercatat sehingga diasumsikan
sama seperti data impor pada tahun 2012. Untuk melakukan perhitungan
kapasitas suatu pabrik dapat menggunakan berbagai macam metode. Metode
yang sering digunakan untuk melakukan perhitungan ini adalah metode
interpolasi linear dan metode pertumbuhan rata-rata per tahun. Dalam kasus ini,
digunakan metode pertumbuhan rata-rata untuk menghitung kapasitas pabrik.
Hasil perhitungan data ekspor dan impor dengan metode pertumbuhan
rata-rata dapat dilihat pada Tabel A.2.

66
Tabel A.2 Pertumbuhan Rata-Rata Per Tahun Data Ekspor dan Impor CCO

Menghitung peluang kapasitas CCO berdasarkan prediksi data produksi, konsumsi,


impor, dan ekspor.
a. Produksi
mp2023 = mp2015 x (1 + ip)(2023-2015)
mp2023 = 0 x (1 + 0)(2023-2015)
mp2023 = 0 ton/tahun

b. Konsumsi
Karena data impor tidak diketahui maka impor = konsumsi
mk2023 = mk2015 x (1 + ik)(2023-2015)
mk2023 = 353 x (1 + 1,1694)(2023-2015)
mk2023 = 173.150,52 ton/tahun

c. Ekspor
me2023 = me2015 x (1 + ie)(2023-2015)
me2023 = 759,4 x (1 + 0,1006)(2023-2015)
me2023 = 1.634,49 ton/tahun

d. Impor
mi2023 = mi2015 x (1 + ii)(2023-2015)
mi2023 = 0 x (1 + 0)(2023-2015)
mi2023 = 0 ton/tahun

67
Maka,
m2023 = (mk2023 + me2023) - (mp2023 + mi2023)
m2023 = (173.150 + 1.634) - (0 + 0)
m2023 = 174.784 ton/tahun

Jadi, peluang kapasitas untuk produk VCO dapat dilakukan berdasarkan


prediksi data ekspor dan impor pada produk CCO, yaitu sebesar 174.784 ton/tahun.
Berikut merupakan data kebutuhan VCO di berbagai macam produk, seperti
sabun, sampo, dan kosmetik.
Tabel A.3 Data Kebutuhan VCO di Berbagai Macam Produk
Kebutuhan Jumlah (Ton/Tahun)
Sabun 7.534
Sampo 15.435,84
Kosmetik 10.125
Total 33.094,84
(Sumber: Uluma et al., 2021)

Persentase peluang kapasitas VCO dapat ditentukan dengan meninjau data


kebutuhan VCO dalam berbagai kebutuhan produksi, seperti sabun, sampo dan
kosmetik. Berikut perhitungan persentase peluang kapasitas.

Kebutuhan sabun
% Peluang Kapasitas VCO di dalam sabun = × 100%
Total
7.534
= ×100%
33.094,84
= 22,76%

Jumlah peluang kapasitas pabrik di tahun 2023 yang dapat disuplai ke industri
sabun sebesar:
Peluang Kapasitas VCO di dalam sabun = 22,76% x 174.784 ton/tahun
= 39.789,37 ton/tahun

68
Di dalam negeri sudah terdapat pabrik VCO sehingga kapasitas produksi
sebesar:
Kapasitas produksi VCO di dalam sabun = 60% x 39.789,37 ton/tahun
= 23.873,62 ton/tahun

Maka, kapasitas produksi pabrik VCO di dalam sabun sebesar 25.000 ton/tahun.

69
Lampiran 2 : Factor Rating
Factor Rating Penentuan Lokasi Pabrik
Bobot Skor Nilai
Kab. Kab. Kab. Kab.
Kota Kota
Minahasa Minahasa Minahasa Minahasa
No. Faktor Sub Faktor Sub Bitung, Bitung,
Faktor Utara, Selatan, Utara, Selatan,
Faktor Sulawesi Sulawesi
Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi
Utara Utara
Utara Utara Utara Utara
Sumber bahan baku 0,065 85 83 80 5,525 5,395 5,2
Kapasitas dan lama
waktu tersedianya bahan 0,03 80 80 80 2,4 2,4 2,4
Ketersedia baku
1. an bahan Kualitas sesuai standar 0,17
0,05 80 80 80 4 4 4
baku bahan baku
Cara mendapatkan dan
pengangkutan bahan 0,025 80 80 80 2 2 2
baku
Daerah untuk pemasaran
0,05 80 80 85 4 4 4,25
produk
Proyeksi kebutuhan
produk di masa yang 0,025 78 75 80 1,95 1,875 2
akan datang
2. Pemasaran 0,14
Pengaruh persaingan
0,02 80 80 75 1,6 1,6 1,5
dagang
Jarak tempuh untuk
pemasaran produk dan 0,045 80 70 85 3,6 3,15 3,825
sarana pengangkutan

70
produk

Air 0,05 80 80 80 4 4 4
3. Utilitas 0,1
Listrik dan Bahan bakar 0,05 80 75 80 4 3,75 4
kesiapan masyarakat
setempat untuk menjadi 0,015 78 75 80 1,17 1,125 1,2
masyarakat industri
Keadaan geografis yang
Keadaan menyulitkan konstruksi 0,025 80 80 80 2 2 2
geografis peralatan
4. dan 0,1
Spesifikasi gempa bumi,
masyaraka 0,025 73 75 70 1,825 1,875 1,75
banjir,dll
t
Kondisi tanah 0,02 80 80 80 1,6 1,6 1,6
Kemungkinan perluasan
di masa yang akan 0,015 80 85 75 1,2 1,275 1,125
datang
Jalan raya 0,035 70 65 80 2,45 2,275 2,8
Jalur rel kereta api 0,015 80 78 85 1,2 1,17 1,275
Transporta
5. Sungai 0,12 0,015 65 80 65 0,975 1,2 0,975
si
Pelabuhan 0,03 75 83 85 2,25 2,49 2,55
Lapangan udara 0,025 80 60 70 2 1,5 1,75
Mudah tidaknya
merekrut tenaga kerja 0,035 80 75 80 2,8 2,625 2,8
yang dibutuhkan
Tenaga
6. Keahlian tenaga kerja 0,13 0,035 78 75 80 2,73 2,625 2,8
kerja
Tingkat pendidikan
0,03 78 75 80 2,34 2,25 2,4
tenaga kerja
Tingkat penghasilan 0,03 73 70 75 2,19 2,1 2,25

71
tenaga kerja sesuai
UMR/UMK
Cara pengolahan 0,04 70 60 75 2,8 2,4 3
Buangan
7. Peraturan/ kebijakan 0,08
pabrik 0,04 80 75 80 3,2 3 3,2
pemerintah stempat
Pembuang Peraturan/ kebijakan
8. 0,04 0,04 80 75 80 3,2 3 3,2
an limbah pemerintah stempat
Jenis tanah 0,02 80 80 80 1,6 1,6 1,6
Site dan Daerah (kota/ pedesaan) 0,02 80 80 75 1,6 1,6 1,5
9. karakterist Harga tanah 0,08 0,02 80 80 75 1,6 1,6 1,5
ik lokasi Fasilitas pendukung
0,02 80 75 85 1,6 1,5 1,7
lainnya
Peraturan
Ketentuan yang berlaku
10. perundang 0,04 0,04 80 70 80 3,2 2,8 3,2
di daerah setempat
-undangan
Total 1 1 - 78,605 75,78 79,35

Keterangan rate scoring:


≤ 50 : Sangat Buruk 51 – 60 : Buruk 61 – 70 : Cukup
71 – 80 : Cukup Bagus 81 – 90 : Bagus 91 – 100 : Sangat Bagus

72
Uraian Penjelasan Penentuan Lokasi Pabrik

No. Faktor Sub Faktor Uraian Penjelasan

Produksi kelapa sebagai sumber bahan baku di Kab. Minahasa Utara tersedia dalam
jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan kedua daerah lainnya. Kota Bitung
memproduksi kelapa dalam jumlah yang paling kecil jika dibandingkan dengan Kab.
Sumber bahan baku
Minahasa Utara dan Kab. Minahasa Selatan. Jika ditinjau dari segi harga buah kelapa
yang dihasilkan pada ketiga daerah berkisar pada harga Rp2.500,00 ̶ Rp3.500,00/
buah.
Ketersediaan
1. Kapasitas dan lama Ketiga daerah dapat memproduksi kelapa sebagai bahan baku sehingga tidak
a
bahan baku waktu tersedianya membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu ketersediaan bahan baku.
bahhan baku
Kualitas sesuai standar Kualitas bahan baku dipengaruhi oleh kondisi tanah. Kondisi tanah pada ketiga daerah
bahan baku memiliki kecocokan untuk perkebunan kelapa.
Ketiga daerah mudah mendapatkan bahan baku dan tidak membutukan biaya
Cara mendapatkan dan
pengangkutan bahan pengangkutan yang besar karena ketiga daerah dapat memproduksi kelapa dalam
baku jumlah yang besar.
Ketiga daerah memiliki lokasi yang strategis dalam melakukan pemasaran. Kab.
Daerah untuk Minahasa Utara berada di antara Kota Bitung dan Kota Manado, sedangkan Kab.
2. Pemasaranb,c,d
pemasaran produk
Minahasa Selatan berada pada jalur lintas darat Trans Sulawesi. Akan tetapi, jika

73
ditinjau dari aspek sasaran konsumen yang merupakan orang perkotaan yang lebih
mengutamakan kualitas dan manfaat produk VCO, Kota Bitung lebih mudah untuk
melakukan pemasaran produk karena merupakan wilayah perkotaan.
Proyeksi kebutuhan produk di Kota Bitung lebih tinggi jika dibandingkan dengan dua
Proyeksi kebutuhan
produk di masa yang daerah lain karena Kota Bitung merupakan wilayah perkotaan yang masyarakatnya
akan datang memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi terhadap manfaat VCO.
Persaingan dagang pada Kota Bitung lebih tinggi karena adanya pabrik pembuatan
Pengaruh persaingan VCO. Pada Kab. Minahasa Utara dan Kab. Minahasa Selatan belum ada pabrik
dagang
pembuatan VCO sehingga persaingan dagang rendah.
Jarak tempuh untuk Kota Bitung dan Kab. Minahasa Utara lebih unggul dibandingkan dengan Kab.
pemasaran produk dan Minahasa Selatan karena ke dua daerah tersebut memiliki fasilitas pengangkutan
sarana pengangkutan
produk yang lebih memadai dan jarak tempuh yang lebih rendah.
produk
Ketiga daerah memiliki persediaan air baku yang memadai karena merupakan daerah
Air
pesisir dan terdapat banyak aliran sungai.
3. Utilitasb,c,d| Ketiga daerah memiliki sistem pembangkit listrik dengan kapasitas yang memadai,
Listrik dan bahan bakar tetapi jika dibandingkan dengan daerah lainnya Kab. Minahasa Selatan memiliki
pembangkit listrik dengan kapasitas yang lebih kecil.
Kondisi Kesiapan masyarakat Kesiapan masyarakat pada Kota Bitung dan Kab. Minahasa Utara untuk menjadi
4. setempat untuk menjadi masyarakat industri lebih tinggi jika dibandingkan dengan Kab. Minahasa Selatan
Geografis dan
masyarakat industri

74
Masyarakate,f,g karena daerah tersebut dalam tahap pengembangan KEK.
Keadaan geografis yang Ketiga daerah memiliki iklim tropis yang memiliki dua musim sehingga tidak akan
menyulitkan konstruksi terjadi perubahan cuaca yang ekstrim yang menyulitkan konstruksi peralatan.
peralatan
Ketiga daerah pada kawasan pesisir memiliki resiko terkena bencana gelombang
Spesifikasi gempa pasang atau tsunami tetapi Kab. Minahasa Selatan memiliki tingkat resiko bencana
bumi, banjir, dll.
yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah lain.
Kondisi tanah pada ketiga daerah cenderung stabil sehingga sesuai untuk didirikan
Kondisi tanah
sebuah pabrik.
Perluasan di masa yang akan datang pada Kab. Minahasa Selatan lebih memungkinkan
Kemungkinan
perluasan di masa yang dan mudah jika dibandingkan dengan daerah lain karena termasuk wilayah pedesaan
akan datang sehingga tingkat kependudukan rendah.
Kab. Minahasa Selatan memiliki fasilitas jalan raya yang kurang memadai jika
Jalan raya
dibandingkan dengan daerah lain.
Ketiga daerah memiliki jalur kereta api tetapi Kota Bitung memiliki stasiun yang lebih
Jalur rel kereta api
banyak jika dibandingkan dengan daerah lain.
5. Transportasib,c,d
Penggunaan sungai sebagai sarana transportasi masih digunakan pada Kab. Minahasa
Sungai Selatan. Sedangkan di Kota Bitung dan Kab. Minahasa Utara sudah tidak
menggunakan sungai sebagai sarana transportasi.
Pelabuhan Kota Bitung memiliki pelabuhan internasional yang dekat dengan pelabuhan besar di

75
Asia Pasifik. Kedua daerah lain memiliki pelabuhan lokal tetapi pada Kab. Minahasa
Selatan fasilitas pelabuhan telah dikembangkan menjadi pelabuhan umum dan
pelabuhan industri yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.
Ketiga daerah tidak memiliki lapangan udara, tetapi Kab. Minahasa Utara memiliki
jarak terdekat dengan lapangan udara Sam Ratulangi di Kota Manado. Jika
Lapangan udara
dibandingkan dengan Kota Bitung, Kab. Minahasa Selatan mempunyai jarak yang
lebih jauh.
Mudah tidaknya Proses perekrutan tenaga kerja pada Kota Bitung dan Kab. Minahasa Utara lebih
merekrut tenaga kerja mudah karena daerah tersebut dalam tahap pengembangan KEK.
yang dibutuhkan
Keahlian tenaga kerja yang dibutuhkan industri pada Kota Bitung lebih sesuai
dibandingkan dengan Kab. Minahasa Utara dan Kab. Minahasa Selatan karenaTenaga
Keahlian tenaga kerja
kerja di Kota Bitung memiliki keahlian yang diimbangi dengan pendidikan yang lebih
6. Tenaga kerjab,c,d memadai dibandingkan dengan daerah lainnya.
Kota Bitung memiliki tingkat pendidikan yang lebih memadai jika dibandingkan
Tingkat pendidikan dengan kedua daerah lain sehingga memiliki keahlian yang sesuai dengan kriteria
tenaga kerja
industri.
Tingkat penghasilan Ketiga daerah memiliki Upah Minimum Regional (UMR) yang sama tetapi tingkat
tenaga kerja sesuai pendidikan tenaga kerja di Kota Bitung lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain.
UMR/UMK
7. Buangan Cara pengolahan Sebagian besar limbah industri VCO di Kab. Minahasa Utara dan Kab. Minahasa

76
pabrikh,i,j Selatan belum ditangani secara memadai tetapi pada Kota Bitung sudah ada
penanganan limbah karena berada pada kawasan industri.
Sudah terdapat peraturan daerah mengenai Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Peraturan/ kebijakan pada ketiga daerah, tetapi pada Kota Bitung dan Kab. Minahasa Utara yang dalam
pemerintah stempat
tahap pengembangan KEK memiliki peraturan yang lebih ketat.
Pembuangan Peraturan/ kebijakan Peraturan mengenai pembuangan limbah pada Kota Bitung dan Kab. Minahasa Utara
8.
limbahh,i,j pemerintah stempat lebih ketat dan jelas jika dibandingkan dengan Kab. Minahasa Selatan.
Jenis tanah Jenis tanah pada ketiga daerah cenderung stabil sehingga sesuai untuk didirikan pabrik.
Pendirian pabrik di wilayah Kab. Minahasa Utara dan Kab. Minahasa Selatan terletak
Daerah (kota/ pedesaan) pada pedesaan karena di daerah pedesaan memiliki tingkat kepadatan penduduk yang
lebih rendah.
Site dan
Kota Bitung termasuk wilayah perkotaan sehingga memiliki harga tanah yang lebih
9. karakteristik
Harga tanah tinggi jika dibandingkan dengan harga tanah di Kab. Minahasa Utara dan Kab.
lokasie,f,g
Minahasa Selatan.
Terdapat fasilitas yang lengkap pada ketiga daerah, tetapi pendirian pabrik di Kab.
Fasilitas pendukung Minahasa Utara dan Kab. Minahasa Selatan tidak terlalu dekat dengan pemukiman
lainnya
warga sehingga dapat meminimalisir adanya gangguan terhadap kenyamanan warga.
Peraturan Ketentuan yang berlaku Kab. Minahasa Utara dan Kota Bitung memiliki ketentuan yang hampir sama karena
10.
perundang- di daerah setempat kedua daerah dalam tahap pengembangan KEK. Sedangkan Kab. Minahasa Selatan

77
undanganh,i,j sedikit berbeda karena tidak dalam pengembangan KEK.

Keterangan sumber:
a : (Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan 2019).
b : (Samsudin, 2020)
c : (Pangestika, 2020)
d : (Sinurat, 2020)
e : (Pemerintah Daerah Kota Bitung, 2016)
f : (Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Utara, 2016)
g : (Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Selatan, 2016)
h: (Pemerintah Kota Bitung, 2013)
i : (Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara, 2013)
j : (Kabupaten Minahasa Selatan, 2014)

78
Factor Rating Seleksi Proses
Macam-Macam Proses
No. Parameter
Fermentasi Skor Enzimatis Skor Penggaraman Skor Sentrifugasi Skor Pengasaman Skor
Aspek Teknis
Kondisi Proses
Yield (%) 33,20a 90 26,14b 75 23,30c 70 29,50b 80 13,50d 65
Kemurnian hasil
1 53,12a 100 46,36b 80 53,12c 100 47,64b 85 46,85d 80
(% Asam Laurat)
Kondisi Operasi
Suhu (oC) 30a 90 30b 90 30c 90 30b 80 30d 90
Tekanan (atm) 1a 100 1b 100 1c 100 1b 100 1d 100
Aspek Ekonomis

Investasi Besarf Besarf Kecilg Kecilh Besarf


2
ROR Kecil 70 Kecil 80 Besar 85 Besar 85 Kecil 80
POT Lambat Lambat Cepat Cepat Lambat
Aspek Dampak Terhadap Lingkungan
3
Polutan - 100 - 100 - 100 - 100 Asami 60
Jumlah 550 525 545 530 475

Keterangan rate scoring:


≤ 50 : Sangat Buruk 51 – 60 : Buruk 61 – 70 : Cukup
71 – 80 : Cukup Bagus 81 – 90 : Bagus 91 – 100 : Sangat Bagus

79
Harga Alat Proses Untuk Investasi
Nama Alat Harga Alat (Rp) Kapasitas (L) Harga Alat Untuk Kapasitas 1 L (Rp)
Reaktor 715.000.000g 1000 715.000
Fermentor 143.000.000f 50 2.860.000
Centrifuge 457.600.000h 1000 457.600

Uraian Penjelasan Seleksi Proses


Parameter Uraian Penjelasan
Aspek Teknis
Kondisi Proses
Kandungan minyak dalam 1 liter santan maksimal 35,2% (Pramudono dkk. 2013). Proses fermentasi
memperoleh skor paling tinggi dengan yield sebesar 33,20% karena hampir semua minyak dapat
Yield (%)
diekstrak dari santan. Proses pengasaman memperoleh skor paling rendah karena yield VCO yang
dihasilkan sangat kecil yaitu sebesar 13,50%.
Kandungan asam laurat yang ada dalam VCO berkisar antara 43 – 53% (Setiaji dan Prayugo 2006).
Kemurnian Hasil (% Asam VCO yang dihasilkan dari proses fermentasi dan penggaraman memiliki kandungan asam laurat
Laurat) paling tinggi yaitu sebesar 53,12% sehingga diberi skor yang maksimal. Semakin rendah kandungan
asam laurat dalam VCO yang dihasilkan maka semakin rendah pula skor yang diberikan.

80
Kondisi Operasi
Dalam proses fermentasi, hasil VCO yang baik dilakukan pada kondisi optimum dengan suhu 40°C
dan tekanan 1 atm (Uluma dkk. 2020) sehingga suhu pada proses fermentasi tidak diberi skor
maksimum sedangkan pada tekanan diberi skor yang maksimum. Proses sentrifugasi dengan suhu
Suhu (oC) dan Tekanan (atm)
5°C menghasilkan VCO dengan yield sebesar 45,5% (Fachry dkk. 2006) sehingga suhu pada proses
tersebut diberi skor paling rendah karena suhu yang rendah dapat menghasilkan yield yang lebih
besar. Sedangkan untuk proses lainnya dapat dilakukan pada tekanan dan suhu ruang.
Aspek Ekonomis
Biaya investasi dilihat dari harga alat proses yang ada di pasaran. Reaktor yang digunakan pada
proses produksi VCO dengan fermentasi, enzimatis, dan pengasaman memiliki harga yang tinggi
Investasi karena membutuhkan spesifikasi khusus sehingga ketiga proses tersebut diberi skor yang paling
rendah. Proses sentrifugasi dan penggaraman diberi skor paling tinggi karena harga alat untuk kedua
proses tersebut paling rendah.
Biaya investasi yang tinggi pada proses fermentasi, enzimatis, dan pengasaman menyebabkan laju
pengembalian modal kecil dan waktu pengembalian modal menjadi lambat. Sebaliknya, biaya
ROR dan POT
investasi yang kecil pada proses penggaraman dan sentrifugasi menyebabkan laju pengembalian
modal besar dan waktu pengembalian modal cepat.
Aspek Dampak Terhadap Lingkungan
Polutan Dari aspek dampak terhadap lingkungan, proses pengasaman menghasilkan limbah yang bersifat

81
asam sehingga membutuhkan pengolahan terlebih dahulu sebelum limbah dapat dibuang ke
lingkungan. Oleh karena itu, proses pengasaman diberi skor yang paling rendah.

Keterangan sumber
a : (Cristianti dan Prakosa 2009)
b : (Pramudono dkk. 2013)
c : (Sari dan Andayani 2009)
d : (Yunansyah dkk. 2016)
e : (Setiaji dan Prayugo 2006)
f : (Alibaba.com n.d.)
g : (Alibaba.com n.d.)
h: (Alibaba.com n.d.)
i : (Susanto 2012)

82
Lampiran 3 : Neraca Massa

Neraca Massa Dehusker (X-112)

1 2
X-112
Kelapa Kelapa
3
Sabut Kelapa

Gambar A.1 Aliran Neraca Massa pada Dehusker

- Fungsi Alat : Untuk menghilangkan sabut kelapa.


- Sistem : Semi Batch
- Kondisi Operasi : Suhu 25oC, Tekanan 1 atm
- Asumsi : Komposisi sabut kelapa 35% (Sembiring 2018)

Contoh perhitungan :
Laju massa sabut
Fraksi Massa Sabut Stream 1 =
Laju massa total
12.821,2933 kg/jam
=
36.632,2665 kg/jam

= 0,35
Laju Massa Sabut Stream 1 = Laju Massa Sabut Stream 2 + Laju Massa Sabut stream 3
= (0 + 12.821,2933) kg/jam
= 12.821,2933 kg/jam
Komposisi Sabut Kelapa Jumlah Laju Massa Stream
Laju Massa Sabut Stream 3 = x
Komposisi (tempurung + daging buah + air)
2
35%
= x 23.810,9733 kg/jam
(12% + 28% + 25%)

= 12.821,2933 kg/jam

83
Tabel A.4 Tabel Neraca Massa pada Dehusker

Neraca Massa Dehusker


Input Output
BM 1 2 3
Komponen
(kg/kmol) Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa
Massa (kg/jam) Massa (kg/jam) Massa (kg/jam)
Sabut 0,3500 12821,2933 0,0000 0,0000 1,0000 12821,2933
Tempurung 0,1200 4395,8720 0,1846 4395,8720 0,0000 0,0000
Air Kelapa 0,2451 8978,4967 0,3771 8978,4967 0,0000 0,0000
Kulit Ari Kelapa 0,0104 380,6883 0,0160 380,6883 0,0000 0,0000
Protein 0,0124 452,5162 0,0190 452,5162 0,0000 0,0000
Mineral (Abu) 0,0027 100,5592 0,0042 100,5592 0,0000 0,0000
Karbohidrat 0,0357 1307,2691 0,0549 1307,2691 0,0000 0,0000
Lemak 669,3734 0,1142 4183,2612 0,1757 4183,2612 0,0000 0,0000
H2O 18,0000 0,0996 3650,2976 0,1533 3650,2976 0,0000 0,0000
Serat 0,0099 362,0130 0,0152 362,0130 0,0000 0,0000
Gliserol 92,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Asam Lemak 210,4578 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 0,0000
Baker Yeast 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Gula 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Jumlah 1,0000 36632,2665 1,0000 23810,9733 1,0000 12821,2933
Total 36632,2665 36632,2665

84
Neraca Massa Desheller (X-113)

2 4
X-113
Kelapa Daging
Kelapa
5
Tempurung Kelapa

Gambar A.2 Aliran Neraca Massa pada Desheller

- Fungsi Alat : Untuk memotong tempurung kelapa.


- Sistem : Semi Batch
- Kondisi Operasi : Suhu 25oC, Tekanan 1 atm
- Asumsi : Komposisi tempurung kelapa 12% (Sembiring 2018)

Contoh perhitungan :
Laju massa tempurung kelapa
Fraksi Massa Tempurung Stream 2 =
Laju massa total
4395,8720 kg/jam
=
23.810,9733 kg/jam

= 0,1846
Laju Massa Tempurung Stream 2 = Laju Massa Sabut Stream 4 + Laju Massa Sabut Stream 5
= (0 + 4395,8720) kg/jam
= 4395,8720 kg/jam
Komposisi Tempurung Kelapa
Laju Massa Tempurung Stream 5 = x Jumlah Laju Massa Stream 4
Komposisi (daging buah + air)
12%
= x 19.415,1013 kg/jam
(28% + 25%)

= 4395,8720 kg/jam

85
Tabel A.5 Tabel Neraca Massa pada Desheller

Neraca Massa Desheller


Input Output
2 4 5
Komponen BM (kg/kmol)
Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa
Massa (kg/jam) Massa (kg/jam) Massa (kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,1846 4395,8720 0,0000 0,0000 1,0000 4395,8720
Air Kelapa 0,3771 8978,4967 0,4624 8978,4967 0,0000 0,0000
Kulit Ari Kelapa 0,0160 380,6883 0,0196 380,6883 0,0000 0,0000
Protein 0,0190 452,5162 0,0233 452,5162 0,0000 0,0000
Mineral (Abu) 0,0042 100,5592 0,0052 100,5592 0,0000 0,0000
Karbohidrat 0,0549 1307,2691 0,0673 1307,2691 0,0000 0,0000
Lemak 669,3734 0,1757 4183,2612 0,2155 4183,2612 0,0000 0,0000
H2O 18,0000 0,1533 3650,2976 0,1880 3650,2976 0,0000 0,0000
Serat 0,0152 362,0130 0,0186 362,0130 0,0000 0,0000
Gliserol 92,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Asam Lemak 210,4578 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Baker Yeast 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Gula 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Jumlah 1,0000 23810,9733 1,0000 19415,1013 1,0000 4395,8720
Total 23810,9733 23810,9733

86
Neraca Massa Paring (X-114)

4 6
X-114
Daging Daging
Kelapa Kelapa
7
Kulit Ari Kelapa

Gambar A.3 Aliran Neraca Massa pada Paring

- Fungsi Alat : Untuk mengupas kulit ari kelapa.


- Sistem : Semi Batch
- Kondisi Operasi : Suhu 25oC, Tekanan 1 atm
- Asumsi : Komposisi kulit ari kelapa 2% dari daging buah kelapa

Contoh perhitungan :

Laju massa kulit ari kelapa


Fraksi Massa Kulit Ari Stream 4 =
Laju massa total
380,6883 kg/jam
=
19.415,1013 kg/jam

= 0,0196
Laju Massa Kulit Ari Stream 4 = Laju Massa Kulit Ari StreamLaju
6 + Massa Kulit Ari Stream 7
= (0 + 380,6883) kg/jam
= 380,6883 kg/jam
Laju Massa Kulit Ari Stream 7 = Komposisi Kulit Ari x Jumlah Laju Massa Stream 6
= 2% x 19.034,4130 kg/jam
= 380,6883 kg/jam

87
Tabel A.6 Tabel Neraca Massa pada Paring

Neraca Massa Paring


Input Output
4 6 7
Komponen BM (kg/kmol)
Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa
Massa (kg/jam) Massa (kg/jam) Massa (kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Air Kelapa 0,4624 8978,4967 0,4717 8978,4967 0,0000 0,0000
Kulit Ari Kelapa 0,0196 380,6883 0,0000 0,0000 1,0000 380,6883
Protein 0,0233 452,5162 0,0238 452,5162 0,0000 0,0000
Mineral (Abu) 0,0052 100,5592 0,0053 100,5592 0,0000 0,0000
Karbohidrat 0,0673 1307,2691 0,0687 1307,2691 0,0000 0,0000
Lemak 669,3734 0,2155 4183,2612 0,2198 4183,2612 0,0000 0,0000
H2O 18,0000 0,1880 3650,2976 0,1918 3650,2976 0,0000 0,0000
Serat 0,0186 362,0130 0,0190 362,0130 0,0000 0,0000
Gliserol 92,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Asam Lemak 210,4578 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Baker Yeast 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Gula 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Jumlah 1,0000 19415,1013 1,0000 19034,4130 1,0000 380,6883
Total 19415,1013 19415,1013

88
Neraca Massa Pulverizer (X-115)

6 8
X-115
Daging Daging
Kelapa Kelapa
17 18
Air Kelapa Air Kelapa
untuk Starter untuk
didistribusikan

Gambar A.4 Aliran Neraca Massa pada Pulverizer

- Fungsi Alat : Untuk memotong daging buah kelapa dan memisahkan air
kelapa.
- Sistem : Semi Batch
- Kondisi Operasi : Suhu 25oC, Tekanan 1 atm
- Asumsi : Komposisi air kelapa 25% (Sembiring 2018)
Air Kelapa untuk Starter 10% total input fermentor

Contoh perhitungan :

Laju massa air kelapa


Fraksi Massa Air Kelapa Stream 6 =
Laju massa total
8978,4967 kg/jam
=
19.034,4130 kg/jam

= 0,4717
Komposisi Air Kelapa
Laju Massa Air Kelapa Stream 6 = x Jumlah Laju Massa Stream 8
Komposisi daging buah
25%
= x 10.055,9163 kg/jam
28%
= 8978,4967 kg/jam
Laju Massa Air Kelapa Stream 17 = 10% x Total Input Fermentor
= 10% x 11.273,4487 kg/jam
= 1127,3449 kg/jam
Laju Massa Air Kelapa Stream 18 = Laju Massa Air Kelapa Stream 6 -Massa Air Kelapa Stream
Laju
17
= (8978,4967 – 1127,3449) kg/jam
= 7851,1518 kg/jam

89
Tabel A.7 Tabel Neraca Massa pada Pulverizer

Neraca Massa Pulverizer


Input Output
BM 6 8 17 18
Komponen
(kg/kmol) Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa
Massa (kg/jam) Massa (kg/jam) Massa (kg/jam) Massa (kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Air Kelapa 0,4717 8978,4967 0,0000 0,0000 1,0000 1127,3449 1,0000 7851,1518
Kulit Ari Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Protein 0,0238 452,5162 0,0450 452,5162 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Mineral (Abu) 0,0053 100,5592 0,0100 100,5592 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Karbohidrat 0,0687 1307,2691 0,1300 1307,2691 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Lemak 669,3734 0,2198 4183,2612 0,4160 4183,2612 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
H2O 18,0000 0,1918 3650,2976 0,3630 3650,2976 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Serat 0,0190 362,0130 0,0360 362,0130 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Gliserol 92,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Asam Lemak 210,4578 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Baker Yeast 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Gula 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Jumlah 1,0000 19034,4130 1,0000 10055,9163 1,0000 1127,3449 1,0000 7851,1518
Total 19034,4130 19034,4130

90
Neraca Massa Screw Press (H-210)

11 14
Parutan Kelapa Ampas Kelapa
H-210
13 15
Air Hangat Santan Kelapa

Gambar A.5 Aliran Neraca Massa pada Screw Press

- Fungsi Alat : Untuk memeras parutan kelapa sehingga menghasilkan


santan kelapa.
- Sistem : Semi Batch
- Kondisi Operasi : Suhu 50oC, Tekanan 1,01 atm
- Asumsi : Daging buah kelapa terdiri dari 36,3% air, 4,5% protein,
41,6% lemak, 13% karbohidrat, 3,6% serat, dan 1%
mineral (abu) yang terdiri dari kalsium, fosfor, dan besi
(Lal dkk. 2003)
Massa air hangat masuk = Massa Serat (Parutan Kelapa)

Contoh perhitungan :

Fraksi Protein Stream 11 = Komposisi protein pada daging buah kelapa


= 0,045

Laju Massa Protein Stream 11 = Fraksi Protein Stream 11 x Jumlah Laju Massa Stream 11
= 0.045 x 10.055,9163 kg/jam
= 452,5162 kg/jam

Laju Massa Protein Stream 15 = Laju Massa Protein Stream 11 + Laju Massa Protein Stream 13
= (452,5162 + 0) kg/jam
= 452,5162 kg/jam

91
Tabel A.8 Tabel Neraca Massa pada Screw Press
Neraca Massa Screw Press
Input Output
11 13 14 15
BM
Komponen Laju
(kg/kmol) Fraksi Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa
Massa
Massa Massa (kg/jam) Massa (kg/jam) Massa (kg/jam)
(kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Air Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Kulit Ari Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Protein 0,0450 452,5162 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0450 452,5162
Mineral (Abu) 0,0100 100,5592 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0100 100,5592
Karbohidrat 0,1300 1307,2691 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,1300 1307,2691
Lemak 669,3734 0,4160 4183,2612 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,4160 4183,2612
H2O 18,0000 0,3630 3650,2976 1,0000 362,0130 0,0000 0,0000 0,3990 4012,3106
Serat 0,0360 362,0130 0,0000 0,0000 1,0000 362,0130 0,0000 0,0000
Gliserol 92,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Asam Lemak 210,4578 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Baker Yeast 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Gula 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Jumlah 1,0000 10055,9163 1,0000 362,0130 1,0000 362,0130 1,0000 10055,9163
Total 10417,9293 10417,9293

92
Neraca Massa Activation Tank (M-320)

20
Air Kelapa
21 23
M-320
Baker Yeast Larutan
Starter
22
Gula
Gambar A.6 Aliran Neraca Massa pada Activation Tank

- Fungsi Alat : Tempat untuk pembuatan starter dan pengaktifan yeast.


- Sistem : Semi Batch
- Kondisi Operasi : Suhu 50oC, Tekanan 1,01 atm
- Asumsi : Air Kelapa = 10% Total Input Fermentor
Baker Yeast = 2% Air Kelapa
Gula = 3 x Baker Yeast

Contoh perhitungan :

Laju Massa Air Kelapa Stream 20 = 10% x Total Input Fermentor


= 10% x 11.273,4487 kg/jam
= 1127,3449 kg/jam

Laju Massa Baker Yeast Stream 21 = 2% x Air Kelapa


= 2% x 1127,3449 kg/jam
= 22,5469 kg/jam

Laju Massa Gula Stream 22 = 3 x Baker Yeast


= 3 x 22,5469 kg/jam
= 67,6407 kg/jam

93
Tabel A.9 Tabel Neraca Massa pada Activation Tank
Neraca Massa Activation Tank
Input Output
BM 20 21 22 23
Komponen
(kg/kmol) Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa
Massa (kg/jam) Massa (kg/jam) Massa (kg/jam) Massa (kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Air Kelapa 1,0000 1127,3449 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,9259 1127,3449
Kulit Ari Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Protein 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Mineral (Abu) 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Karbohidrat 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Lemak 669,3734 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
H2O 18,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Serat 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Gliserol 92,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Asam Lemak 210,4578 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Baker Yeast 0,0000 0,0000 1,0000 22,5469 0,0000 0,0000 0,0185 22,5469
Gula 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,0000 67,6407 0,0556 67,6407
Jumlah 1,0000 1127,3449 1,0000 22,5469 1,0000 67,6407 1,0000 1217,5325
Total 1217,5325 1217,5325

94
Neraca Massa Fermentation Tank (R-430)

16
Santan
Kelapa 25
R-430
VCO
24
Blondo
Larutan H2O
Starter

Gambar A.7 Aliran Neraca Massa pada Fermentation Tank

Reaksi yang terjadi:

(Sumber: Lestari dkk. 2012)

Pada reaksi diatas, produk VCO dituliskan sebagai komponen asam lemak karena
VCO mengandung 99% asam lemak sedangkan 1% berupa air (Hassan 1985). Asam
lemak yang terkandung di dalam VCO, antara lain 7,6% asam kaprilat, 7,3% asam
kaprat, 48,2% asam laurat, 16,6% asam miristat, 8% asam palmitat, 3,8% asam stearat,
5% asam oleat, dan 2,5% asam linoleat (Hassan 1985).

- Fungsi Alat : Tempat terjadinya proses fermentasi, yaitu menghidrolisis


lemak menjadi asam lemak.
- Sistem : Semi Batch
- Kondisi Operasi : Suhu 25oC, Tekanan 1,02 atm
- Asumsi : Yield = 28% (m/m) terhadap input fermentor (Andaka 2016).
- Basis waktu operasi dalam setahun
1 tahun = 330 hari
1 hari = 24 jam
Kapasitas produksi = 25.000 ton/tahun

95
50.000 ton 1 tahun 1 hari 1000 kg
Laju Massa Asam Lemak Stream 25 = x x x
tahun 330 hari 24 jam 1 ton

= 3156,5657 kg/jam

Perhitungan Berat Molekul (BM) Asam Lemak dalam VCO

Asam Lemak Komposisi (dalam %massa) BM (kg/kmol) Komposisi x BM


Asam Kaprilat 7,6% 144,2100 10,9600
Asam Kaprat 7,3% 172,2618 12,5751
Asam Laurat 48,2% 200,3178 96,5532
Asam Miristat 16,6% 228,3750 37,9103
Asam Palmitat 8,0% 256,4290 20,5143
Asam Stearat 3,8% 284,4830 10,8104
Asam Oleat 5,0% 282,4670 14,1234
Asam Linoleat 2,5% 280,4510 7,0113
BM rata-rata 99,0% 210,4578

Laju Massa Asam Lemak Stream 25


Laju Mol Asam Lemak Stream 25 =
Berat Molekul Asam Lemak
3156,5657 kg/jam
=
210,4578 kmol/jam

= 14,9986 kmol/jam

Mol Reaksi Asam lemak = Laju Mol Asam Lemak Stream 25


= 14,9986 kmol/jam
Laju Massa Asam Lemak Stream 25
Laju Massa Total Input Fermentor =
Yield Produk
3156,5657 kg/jam
=
28%
= 11.273,4488 kg/jam

96
Tabel A.10 Tabel Neraca Massa pada Fermentation Tank
Neraca Massa Fermentation Tank
Input Reaksi Output
BM 16 24 25
Komponen Laju Mol
(kg/kmol) Laju Massa Laju Mol Laju Massa Laju Mol Koefisien Laju Massa Laju Mol
(kmol/jam)
(kg/jam) (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam) (kg/jam) (kmol/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Air Kelapa 0,0000 0,0000 1127,3449 0,0000 0,0000 0,0000 1127,3449 0,0000
Kulit Ari Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Protein 452,5162 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 452,5162 0,0000
Mineral (Abu) 100,5592 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 100,5592 0,0000
Karbohidrat 1307,2691 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1307,2691 0,0000
Lemak 669,3734 4183,2612 6,2495 0,0000 0,0000 -1 -4,9995 836,7137 1,2500
H2O 18,0000 4012,3106 222,9061 0,0000 0,0000 -3 -14,9986 3742,3364 207,9076
Serat 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Gliserol 92,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1 4,9995 459,9561 4,9995
Asam Lemak 210,4578 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 3 14,9986 3156,5657 14,9986
Baker Yeast 0,0000 0,0000 22,5469 0,0000 0,0000 0,0000 22,5469 0,0000
Gula 0,0000 0,0000 67,6407 0,0000 0,0000 0,0000 67,6407 0,0000
Jumlah 10055,9163 1217,5325 11273,4488
Total 11273,4488 11273,4488

97
Neraca Massa Decanter (H-440)
Fungsi : Untuk memisahkan VCO dari air dan blondo.

27
26
VCO
VCO H-440
Blondo 29
H2O Blondo
Yeast 28
H2O
Yeast

Gambar A.8 Aliran Neraca Massa pada Decanter

- Fungsi Alat : Untuk memisahkan VCO dari air dan blondo.


- Sistem : Semi Batch
- Kondisi Operasi : Suhu 25°C, Tekanan 1,03 atm
- Asumsi : Komposisi blondo terdiri dari 82,76% protein, 0,75%
lemak, 4,93 air, dan 2,3% abu (Edam dkk. 2019).

Contoh Perhitungan
Fraksi Abu
Laju Massa Abu Stream 29 = Fraksi Protein x Laju Massa Protein 29
0,023
= x 452,6152 kg/jam = 12,5760 kg/jam
0,8276

Fraksi H2 O
Laju Massa H2O Stream 27 = x Laju Massa Asam Lemak 27
Fraksi Asam Lemak
0,01
= x 3105,9337 kg/jam = 31,3731 kg/jam
0,99

Laju Massa Protein


Fraksi Protein Stream 26 =
Jumlah Laju Massa Komponen
452,5126 kg/jam
=
11273,4488 kg/jam

= 0.0401

98
Tabel A.11 Tabel Neraca Massa pada Decanter
Neraca Massa Decanter
Input Output
BM 26 27 29 28
Komponen
(kg/kmol) Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa
Massa (kg/jam) Massa (kg/jam) Massa (kg/jam) Massa (kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Air Kelapa 0,1000 1127,3449 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,1485 1127,3449
Kulit Ari Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Protein 0,0401 452,5162 0,0000 0,0000 0,8276 452,5162 0,0000 0,0000
Mineral (Abu) 0,0089 100,5592 0,0000 0,0000 0,0230 12,5760 0,0116 87,9832
Karbohidrat 0,1160 1307,2691 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,1723 1307,2691
Lemak 669,3734 0,0742 836,7137 0,0000 0,0000 0,0075 4,1009 0,1097 832,6128
H2 O 18,0000 0,3320 3742,3364 0,0100 31,3731 0,0493 26,9563 0,4854 3684,0070
Serat 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Gliserol 92,0000 0,0408 459,9561 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0606 459,9561
Asam Lemak 210,4578 0,2800 3156,5657 0,9900 3105,9337 0,0926 50,6320 0,0000 0,0000
Baker Yeast 0,0020 22,5469 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0030 22,5469
Gula 0,0060 67,6407 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0089 67,6407
Jumlah 1,0000 11273,4488 1,0000 3137,3068 1,0000 546,7813 1,0000 7589,3607
Total 11273,4488 11273,4488

99
Neraca Massa Deactivation Tank (M-441)

28
Blondo
31
M-441
29 Blondo
H2O
H2O Yeast
Yeast
Gambar A.9 Aliran Neraca Massa pada Deactivation Tank

- Fungsi Alat : Untuk mendeaktifasi yeast.


- Sistem : Semi Batch
- Kondisi Operasi : Suhu 10°C, Tekanan 1,03 atm

Contoh Perhitungan
Laju Massa Karbohidrat Stream 28 = Laju Massa Karbohidrat Stream 28 (Decanter)
= 1307,2691 kg/jam

Laju Massa Protein Stream 29 = Laju Massa Protein Stream 29 (Decanter)


= 452,5162 kg/jam

100
Tabel A.12 Tabel Neraca Massa pada Deactivation Tank
Neraca Massa Deactivation Tank
Input Output
BM 28 29 31
Komponen
(kg/kmol) Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa Fraksi Laju Massa
Massa (kg/jam) Massa (kg/jam) Massa (kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Air Kelapa 0,0000 0,1485 1127,3449 0,0000 0,0000 0,1386 1127,3449
Kulit Ari Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Protein 0,0000 0,0000 0,0000 0,8276 452,5162 0,0556 452,5162
Abu 0,0000 0,0116 87,9832 0,0230 12,5760 0,0124 100,5592
Karbohidrat 0,0000 0,1723 1307,2691 0,0000 0,0000 0,1607 1307,2691
Lemak 669,3734 0,1097 832,6128 0,0075 4,1009 0,1028 836,7137
H2O 18,0000 0,4854 3684,0070 0,0493 26,9563 0,4561 3710,9633
Serat 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Gliserol 92,0000 0,0606 459,9561 0,0000 0,0000 0,0565 459,9561
Asam Lemak 210,4578 0,0000 0,0000 0,0926 50,6320 0,0062 50,6320
Baker Yeast 0,0000 0,0030 22,5469 0,0000 0,0000 0,0028 22,5469
Gula 0,0000 0,0089 67,6407 0,0000 0,0000 0,0083 67,6407
Jumlah 1,0000 7589,3607 1,0000 546,7813 1,0000 8136,1420
Total 8136,1420 8136,1420

101
Neraca Massa Coalescing Separator (H-452)

35
34
VCO
VCO B-452
H2O 36
H2O
Gambar A.10 Aliran Neraca Massa pada Coalescing Separator

- Fungsi Alat : Untuk memisahkan VCO berdasarkan perbedaan densitas


agar diperoleh VCO murni.
- Sistem : Semi Batch
- Kondisi Operasi : Suhu 25°C, Tekanan 1,04 atm

Contoh Perhitungan :

Fraksi Asam Lemak Stream 34 = Fraksi Massa Stream 33


= 0.99

Laju Massa Asam Lemak Stream 35 = Laju Output Asam Lemak Stream 34
= 3105,9337 kg/jam

102
Tabel A.13 Tabel Neraca Massa pada Coalescing Separator
Neraca Massa Coalescing Separator
Input Output
34 35 36
Komponen BM (kg/kmol)
Fraksi Laju Massa Laju Massa Laju Massa
Fraksi Massa Fraksi Massa
Massa (kg/jam) (kg/jam) (kg/jam)
Sabut 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Tempurung 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Air Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Kulit Ari Kelapa 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Protein 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Mineral (Abu) 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Karbohidrat 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Lemak 669,3734 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
H2O 18,0000 0,0100 31,3731 0,0000 0,0000 1,0000 31,3731
Serat 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Gliserol 92,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Asam Lemak 210,4578 0,9900 3105,9337 1,0000 3105,9337 0,0000 0,0000
Baker Yeast 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Gula 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Jumlah 1,0000 3137,3068 1,0000 3105,9337 1,0000 31,3731
Total 3137,3068 3137,3068

103
Lampiran 4 : Neraca Panas

Neraca Panas Water Heater (E-218)

9 12
T = 25C E-218 T = 50C
Air Air Hangat

Q loss

Gambar A.11 Aliran Neraca Panas pada Water Heater

- Fungsi Alat : Untuk memanaskan air yang akan digunakan pada


proses pembuatan santan.
- Sistem : Semi Batch
- Kondisi Operasi : T9 = 25°C
T12 = 50°C
T ref = 0°C
P = 1 atm
Cp H2O pada 25°C = 4,1816 kJ/kg°C
Cp H2O pada 50°C = 4,1814 kJ/kg°C
- Asumsi : Q loss = 10% ∆H masuk
- Entalpi bahan masuk (H9)
T = T9 – T ref
= (25 - 0) °C
= 25°C
H9 = m Cp T
= 362,0130 kg/jam x 4,1816 kJ/kg°C x 25°C
= 37.844,8377 kJ/jam

104
- Entalpi bahan keluar (H12)
T = T12 – T ref
= (50 - 0) °C
= 50°C
H12 = m Cp T
= 362,0130 kg/jam x 4,1814 kJ/kg°C x 50°C
= 75.686,0552 kJ/jam

- Q loss = 10% ∆H masuk


Q loss = 10% ∆H9
= 10% x 37.844,8377 kJ/jam
= 3784,4838 kJ/jam
- Q = H12 + Q loss - H9
= (75.686,0552 + 3784,4838 - 37.844,8377) kJ/jam
= 41.625,7013 kJ/jam

105
Tabel A.14 Tabel Neraca Panas pada Water Heater

Input
Menghitung ΔH9
Komponen Massa (kg/jam) Cp (kJ/kg.°C) T9 (°C) Tref (°C) ΔH9 (kJ/jam)
H2O 362,0130 4,1816 25 0 37844,8377
Total ΔH9 (kJ/jam) 37844,8377

Output
Menghitung ΔH12
Komponen Massa (kg/jam) Cp (kJ/kg.°C) T12 (°C) Tref (°C) ΔH12 (kJ/jam)
H2O 362,012987 4,1814 50 0 75686,0552
Total ΔH12 (kJ/jam) 75686,0552

Kesimpulan
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
ΔH9 37844,8377 ΔH12 75686,0552
Q 41625,7013 Q loss 3784,4838
Total Panas (kJ/jam) 79470,5390 Total Panas (kJ/jam) 79470,5390

106
Neraca Panas Coconut Water Heater (E-321)

17 19
T = 25C E-321 T = 50C
Air Kelapa Air Kelapa
Hangat

Q loss
Gambar A.12 Aliran Neraca Panas pada Coconut Water Heater

- Fungsi Alat : Untuk memanaskan air kelapa pada pembuatan starter.


- Sistem : Semi Batch
- Kondisi Operasi : T17 = 25°C
T19 = 50°C
T ref = 0°C
P = 1 atm
Cp Air Kelapa = 4,06 kJ/kg°C (Fontan dkk. 2009)
- Asumsi : Q loss = 10% ∆H masuk
- Entalpi bahan masuk (H17)
T = T17 – T ref
= (25 - 0) °C
= 25°C
H17 = m Cp T
= 1127,3449 kg/jam x 4,06 kJ/kg°C x 25°C
= 114.425,5051 kJ/jam

- Entalpi bahan keluar (H19)


T = T19 – T ref
= (50 - 0) °C

107
= 50°C
H19 = m Cp T
= 1127,3449 kg/jam x 4,06 kJ/kg°C x 50°C
= 228.851,0101 kJ/jam

- Q loss = 10% ∆H masuk


Q loss = 10% ∆H17
= 10% x 114.425,5051 kJ/jam
= 11.442,5505 kJ/jam
- Q = H19 + Q loss - H17
= (228.851,0101 + 11.442,5505 - 114.425,5051) kJ/jam
= 125.868,0556 kJ/jam

108
Tabel A.15 Tabel Neraca Panas pada Coconut Water Heater

Input
Menghitung ΔH17
Komponen Massa (kg/jam) Cp (kJ/kg.°C) T17 (°C) Tref (°C) ΔH17 (kJ/jam)
Air Kelapa 1127,344877 4,06 25 0 114425,5051
Total ΔH17 (kJ/jam) 114425,5051

Output
Menghitung ΔH19
Komponen Massa (kg/jam) Cp (kJ/kg.°C) T19 (°C) Tref (°C) ΔH19 (kJ/jam)
Air Kelapa 1127,344877 4,06 50 0 228851
Total ΔH19 (kJ/jam) 228851,0101

Kesimpulan
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
ΔH17 114425,5051 ΔH19 228851,0101
Q 125868,0556 Qloss 11442,5505
Total Panas (kJ/jam) 240293,5606 Total Panas (kJ/jam) 240293,5606

109
Neraca Panas Activation Tank (M-320)

20
Air Kelapa
21 23
M-320
Baker Yeast Larutan
Starter
22
Gula

Q loss

Gambar A.13 Aliran Neraca Panas pada Activation Tank

- Fungsi Alat : Tempat untuk pembuatan starter dan pengaktifan yeast.


- Sistem : Semi Batch
- Kondisi Operasi : T20 = 50°C
T21 = T22 = 25°C
T23 = 30°C
T ref = 0°C
P = 1,01 atm
Cp Air Kelapa = 4,06 kJ/kg°C (Fontan dkk. 2009)
Cp Gula = 1,259 kJ/kg°C
Cp Baker Yeast = 0 kJ/kg°C
- Asumsi : Q loss = 10% ∆H masuk
- Entalpi bahan masuk (H20, H21, dan H22)
T20 = T20 – T ref
= (50 - 0) °C
= 50°C
H20 = m Cp T
= 1127,3449 kg/jam x 4,06 kJ/kg°C x 50°C

110
= 228.851,0101 kJ/jam
T21 = T21 – T ref
= (25 - 0) °C
= 25°C
H21 = m Cp T
= 22,5469 kg/jam x 0 kJ/kg°C x 25°C
= 0 kJ/jam
T22 = T22 – T ref
= (25 - 0) °C
= 25°C
H22 = m Cp T
= 67,6407 kg/jam x 1,259 kJ/kg°C x 25°C
= 2128,9908 kJ/jam

- Entalpi bahan keluar (H23)


T23 = T23 – T ref
= (30 - 0) °C
= 30°C
Hair kelapa 23 = m Cp T
= 1127,3449 kg/jam x 4,06 kJ/kg°C x 30°C
= 137.310,6061 kJ/jam
Hragi roti 23 = 0 kJ/jam (nilai Cp = 0 kJ/kg°C)
Hgula 23 = m Cp T
= 67,6407 kg/jam x 1,259 kJ/kg°C x 30°C
= 2554,7890 kJ/jam
H23 = Hair kelapa 23 + Hragi roti 23 + Hgula 23
= (137.310,6061 + 0 + 2554,7890) kJ/jam
= 139.865,3950 kJ/jam

- Q loss = 10% ∆H masuk


Q loss = 10% (∆H20 + H21 + H22)

111
= 10% x (228.851,0101 + 0 + 2128,9908) kJ/jam
= 91.114,6059 kJ/jam

Jadi, panas yang keluar akibat penurunan suhu pada activation tank sebesar
91.114,6059 kJ/jam.

112
Tabel A.16 Tabel Neraca Panas pada Activation Tank
Input
Menghitung ΔH20
Komponen Massa (kg/jam) Cp (kJ/kg.°C) T20 (°C) Tref (°C) ΔH20 (kJ/jam)
Ragi Roti 0 0 50 0 0
Air Kelapa 1127,3449 4,060 50 0 228851,0101
Gula 0 1,259 50 0 0
Total ΔH20 (kJ/jam) 228851,0101

Input
Menghitung ΔH21
Komponen Massa (kg/jam) Cp (kJ/kg.°C) T21 (°C) Tref (°C) ΔH21 (kJ/jam)
Ragi Roti 22,5469 0 25 0 0
Air Kelapa 0 4,060 25 0 0
Gula 0 1,259 25 0 0
Total ΔH21 (kJ/jam) 0

113
Input
Menghitung ΔH22
Komponen Massa (kg/jam) Cp (kJ/kg.°C) T22 (°C) Tref (°C) ΔH22 (kJ/jam)
Ragi Roti 0 0 25 0 0
Air Kelapa 0 4,060 25 0 0
Gula 67,6407 1,259 25 0 2128,9908
Total ΔH22 (kJ/jam) 2128,9908

Output
Menghitung ΔH23
Komponen Massa (kg/jam) Cp (kJ/kg.°C) T23 (°C) Tref (°C) ΔH23 (kJ/jam)
Ragi Roti 22,5469 0 30 0 0
Air Kelapa 1127,3449 4,060 30 0 137310,6061
Gula 67,6407 1,259 30 0 2554,7890
Total ΔH23 (kJ/jam) 139865,3950

Kesimpulan
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
ΔH20 228851,0101 ΔH23 139865,3950
ΔH21 0,0000 Qloss 91114,6059
ΔH22 2128,9908
Total Panas (kJ/jam) 230980,0009 Total Panas (kJ/jam) 230980,0009

114
Neraca Panas Fermentation Tank (R-430)

16
Santan
Kelapa
25
R-430
VCO
24
Blondo
Larutan H2O
Starter

Q loss
Gambar A.14 Aliran Neraca Panas pada Fermentation Tank

Reaksi yang terjadi:

(Sumber: Lestari dkk. 2012)

- Fungsi Alat : Tempat terjadinya proses fermentasi, yaitu menghidrolisis


lemak menjadi asam lemak.
- Sistem : Semi Batch
- Kondisi Operasi : T16 = 50°C
T24 = 30°C
T25 = 25°C
T ref = 0°C
P = 1,02 atm
- Data Diketahui : Cp Air Kelapa = 4,06 kJ/kg°C (Fontan dkk. 2009)
Cp Gula = 1,259 kJ/kg°C
Cp Baker Yeast = 0 kJ/kg°C
Cp Protein = 1,9 kJ/kg°C (Somantri dkk. 1987)

115
Cp Mineral (Abu) = 0,84 kJ/kg°C
Cp Karbohidrat = 1,22 kJ/kg°C (Somantri dkk. 1987)
Cp Lemak = 1,93 kJ/kg°C
Cp H2O pada 25°C = 4,1816 kJ/kg°C
Cp H2O pada 30°C = 4,1815 kJ/kg°C
Cp H2O pada 50°C = 4,1814 kJ/kg°C
Cp Gliserol = 1,9919 kJ/kg°C
Cp Asam Lemak = 2,0185 kJ/kg°C
Hf298 Lemak = -2164,3 kJ/mol
Hf298 H2O = -285,82 kJ/mol
Hf298 Gliserol = -668,6032 kJ/mol
Hf298 Asam Lemak = -775,6 kJ/mol
- Asumsi : Q loss = 10% ∆H masuk
- Entalpi bahan masuk (H16 dan H24)
T16 = T16 – T ref
= (50 - 0) °C
= 50°C
Hprotein 16 = m Cp T
= 452,5162 kg/jam x 1,9 kJ/kg°C x 50°C
= 42.989,0422 kJ/jam
T24 = T24 – T ref
= (30 - 0) °C
= 30°C
Hair kelapa 24 = m Cp T
= 1127,3449 kg/jam x 4,06 kJ/kg°C x 30°C
= 137.310,6061 kJ/jam
- Entalpi bahan keluar (H25)
T25 = T25 – T ref
= (25 - 0) °C
= 25°C

116
Hprotein 16 = m Cp T
= 452,5162 kg/jam x 1,9 kJ/kg°C x 25°C
= 21.494,5211 kJ/jam

- Entalpi panas reaksi (HR)


Reaksi yang terjadi:

(Sumber: Lestari dkk. 2012)


Hf lemak = Hf298 lemak x mol lemak bereaksi
1000 mol
= -2164,3 kJ/mol x (-4,9995 kmol) x
1 kmol
= 10.820.467,02 kJ/jam
HR = Hf lemak + Hf H O + Hf gliserol + Hf asam lemak
2

= (10.820.467,02 + 4.286.890,75 – 3.342.696,89 – 11.632.889,46) kJ/jam


= 131.787,4188 kJ/jam

117
Tabel A.17 Tabel Neraca Panas pada Fermentation Tank
Input
Menghitung ΔH16
Komponen Massa (kg/jam) Cp (kJ/kg°C) T16 (°C) Tref (°C) ΔH16 (kJ/jam)
Air Kelapa 4,0600 50 0
Protein 452,5162 1,9000 50 0 42989,0422
Mineral (Abu) 100,5592 0,8400 50 0 4223,4848
Karbohidrat 1307,2691 1,2200 50 0 79743,4163
Trigliserida 4183,2612 1,9300 50 0 403684,7042
H2O 4012,3106 4,1814 50 0 838853,7784
Gliserol 1,9919 50 0
Asam Lemak 2,0185 50 0
Ragi Roti 0,0000 50 0
Gula 1,2590 50 0
Total ΔH16 (kJ/jam) 530640,6475

118
Input
Menghitung ΔH24
Komponen Massa (kg/jam) Cp (kJ/kg°C) T24 (°C) Tref (°C) ΔH24 (kJ/jam)
Air Kelapa 1127,3449 4,0600 30 0 137310,6061
Protein 1,9000 30 0
Mineral (Abu) 0,8400 30 0
Karbohidrat 1,2200 30 0
Trigliserida 1,9300 30 0
H2O 4,1815 30 0
Gliserol 1,9919 30 0
Asam Lemak 2,0185 30 0
Ragi Roti 22,5469 0,0000 30 0 0,0000
Gula 67,6407 1,2590 30 0 2554,7890
Total ΔH24 (kJ/jam) 137310,6061

119
Output
Menghitung ΔH25
Komponen Massa (kg/jam) Cp (kJ/kg°C) T25 (°C) Tref (°C) ΔH25 (kJ/jam)
Air Kelapa 1127,3449 4,0600 25 0 114425,5051
Protein 452,5162 1,9000 25 0 21494,5211
Mineral (Abu) 100,5592 0,8400 25 0 2111,7424
Karbohidrat 1307,2691 1,2200 25 0 39871,7082
Trigliserida 836,7137 1,9300 25 0 40371,4343
H2O 3742,3364 4,1816 25 0 391223,8451
Gliserol 459,9561 1,9919 25 0 22904,6634
Asam Lemak 3156,5657 2,0185 25 0 159288,1944
Ragi Roti 22,5469 0,0000 25 0 0,0000
Gula 67,6407 1,2590 25 0 2128,9908
Total ΔH25 (kJ/jam) 218274,9110

Komponen Mol bereaksi (kmol/jam) ΔHf298,15 (kJ/mol) ΔHf298,15 (kJ/jam)


Trigliserida -4,9995 -2164,30 10820467,02
H2O -14,9986 -285,82 4286890,75
Gliserol 4,9995 -668,60 -3342696,89
Asam Lemak 14,9986 -775,60 -11632889,46
Total ΔHreaksi (kJ/jam) 131787,4188

120
Kesimpulan
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
ΔH16 530640,6475 ΔH25 218274,9110
ΔH24 137310,6061 Qloss 581463,7615
ΔHreaksi 131787,4188
Total Panas (kJ/jam) 799738,6724 Total Panas (kJ/jam) 799738,6724

121
Neraca Panas Deactivation Tank (M-441)

29
Blondo
31
28
M-441
Blondo
H2O H2O
Yeast Yeast

Q Q loss
Gambar A 15 Aliran Neraca Panas pada Deactivation Tank

- Fungsi Alat : Untuk mendeaktifasi yeast.


- Sistem : Semi Batch
- Kondisi Operasi : T28 = T29 = 25°C
T31 = 10°C
Tair pendingin masuk = 5°C
Tair pendingin keluar = 20°C
T ref = 0°C
P = 1,03 atm
- Data yang Diketahui : Cp Air Kelapa = 4,06 kJ/kg°C (Fontan dkk. 2009)
Cp Gula = 1,259 kJ/kg°C
Cp Baker Yeast = 0 kJ/kg°C
Cp Protein = 1,9 kJ/kg°C (Somantri dkk. 1987)
Cp Mineral (Abu) = 0,84 kJ/kg°C
Cp Karbohidrat = 1,22 kJ/kg°C (Somantri dkk. 1987)
Cp Lemak = 1,93 kJ/kg°C
Cp H2O pada 5°C = 4,21 kJ/kg°C
Cp H2O pada 10°C = 4,2 kJ/kg°C
Cp H2O pada 25°C = 4,1816 kJ/kg°C

122
Cp Gliserol = 1,9919 kJ/kg°C
Cp Asam Lemak = 2,0185 kJ/kg°C
- Asumsi : Q loss = 10% ∆H masuk
- Entalpi bahan masuk (H28 dan H29)
T29 = T28 – T ref
= (25 - 0) °C
= 25°C
Hprotein 29 = m Cp T
= 452,5162 kg/jam x 1,9 kJ/kg°C x 25°C
= 21494,5211 kJ/jam
T28 = T29 – T ref
= (25 - 0) °C
= 25°C
Hair kelapa 28 = m Cp T
= 1127,3449 kg/jam x 4,06 kJ/kg°C x 25°C
= 114425,5051 kJ/jam
- Entalpi bahan keluar (H31)
T31 = T31 – T ref
= (10 - 0) °C
= 10°C
Hprotein 31 = m Cp T
= 452,5162 kg/jam x 1,9 kJ/kg°C x 10°C
= 8597,8084 kJ/jam

- Q loss = 10% ∆H masuk


Q loss = 10% (∆H28 + H29)
= 10% x (606478,1731 + 27329,5115) kJ/jam
= 63380,7685 kJ/jam

- Q = ∆H masuk - ∆H keluar - Q loss


= (606478,1731 + 27329,5115 – 254205,8911 - 63380,7685) kJ/jam

123
= 316221,0251 kJ/jam
- Laju Alir Air Pendingin
Q = m Cp ∆T
Q
m=
Cp ∆T
316221,0251 kJ/jam
=
4,21 kJ/kg°C (20 - 5)°C

= 5007,4588 kg/jam

124
Tabel A.18 Tabel Neraca Panas pada Fermentation Tank

Input
Menghitung ΔH28
Komponen Massa (kg/jam) Cp (kJ/kg.°C) T28 (°C) Tref (°C) ΔH28 (kJ/jam)
Air Kelapa 1127,3449 4,060 25 0 114425,5051
Protein 0,0000 1,900 25 0 0,0000
Mineral (Abu) 87,9832 0,840 25 0 1847,6470
Karbohidrat 1307,2691 1,220 25 0 39871,7082
Lemak 832,6128 1,930 25 0 40173,5678
H2O 3684,0070 4,182 25 0 385126,0909
Gliserol 459,9561 1,992 25 0 22904,6634
Asam Lemak 0,0000 2,019 25 0 0,0000
Ragi Roti 22,5469 0,000 25 0 0,0000
Gula 67,6407 1,259 25 0 2128,9908
Total ΔH28 (kJ/jam) 606478,1731

125
Input
Menghitung ΔH29
Komponen Massa (kg/jam) Cp (kJ/kg.°C) T29 (°C) Tref (°C) ΔH29 (kJ/jam)
Air Kelapa 0,0000 4,060 25 0 0,0000
Protein 452,5162 1,900 25 0 21494,5211
Mineral (Abu) 12,5760 0,840 25 0 264,0954
Karbohidrat 0,0000 1,220 25 0 0,0000
Lemak 4,1009 1,930 25 0 197,8665
H2O 26,9563 4,182 25 0 2818,0137
Gliserol 0,0000 1,992 25 0 0,0000
Asam Lemak 50,6320 2,019 25 0 2555,0149
Ragi Roti 0,0000 0,000 25 0 0,0000
Gula 0,0000 1,259 25 0 0,0000
Total ΔH29 (kJ/jam) 27329,5115

126
Output
Menghitung ΔH31
Komponen Massa (kg/jam) Cp (kJ/kg.°C) T31 (°C) Tref (°C) ΔH31 (kJ/jam)
Air Kelapa 1127,3449 4,060 10 0 45770,2020
Protein 452,5162 1,900 10 0 8597,8084
Mineral (Abu) 100,5592 0,840 10 0 844,6970
Karbohidrat 1307,2691 1,220 10 0 15948,6833
Lemak 836,7137 1,930 10 0 16148,5737
H2O 3710,9633 4,200 10 0 155860,4591
Gliserol 459,9561 1,992 10 0 9161,8654
Asam Lemak 50,6320 2,019 10 0 1022,0059
Ragi Roti 22,5469 0,000 10 0 0,0000
Gula 67,6407 1,259 10 0 851,5963
Total ΔH31 (kJ/jam) 254205,8911

Kesimpulan
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
ΔH28 606478,1731 ΔH31 254205,8911
ΔH29 27329,51153 Qloss 63380,76846
Q 316221,0251
Total Panas (kJ/jam) 633807,6846 Total Panas (kJ/jam) 633807,6846

127
128

Anda mungkin juga menyukai