1. Latar Belakang
Nilai COD pada variasi dosis koagulan metode koagulasi ditunjukkan grafik.
Nilai COD secara garis besar mengalami penurunan apabila dibandingkan kondisi
awal. Pada penambahan PAC 300 mg/L, terjadi kenaikan yang besar. Hal ini terjadi
karena penambahan koagulan yang terlalu tinggi dapat menjadi pengotor. Kondisi ini
menyebabkan kadar PAC berlebihan sehingga menghasilkan sisa reaktan yang terlalu
besar. Berdasarkan standar baku mutu air limbah yang diperoleh dari Permen LH
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 lampiran XLVII batas maksimum COD yang
diperbolehkan sebesar 300 ppm. Hasil dari metode koagulasi masih jauh diatas standar
baku mutu yang ditetapkan.
Pengukuran Kadar Anorganik (Kadar Cr(VI))
Dari grafik terlihat bahwa penurunan zat padat terlarut pada air limbah
laboratorium dengan menggunakan koagulan alum sulfat rata-rata di atas 60%.
Penurunan zat padat terlarut yang optimal terdapat pada konsentrasi alum sulfat 1 gr/L.
Penurunan pada kondisi ini sangat tajam yaitu mencapai 80%. Hal ini menunjukkan
bahwa proses koagulasi berlangsung dengan sangat baik. Penggunaan zat PAC pada
proses koagulasi berkisar antara 20-60%. Efektifitas PAC masih jauh dibawah alum
sulfat. Penurunan zat padat terlarut yang optimal terdapat pada konsentrasi 4 gr/L yaitu
60,5%.
Pada grafik memperlihatkan perubahan bentuk grafik yang hampir sama yaitu
persen penurunan terus meningkat hingga mencapai nilai optimum. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin lama waktu kontak maka kesempatan zat aktif koagulan
untuk bertumbukan dan saling berinteraksi dengan partikel koloid dalam limbah akan
semakin besar. Banyaknya interaksi yang terjadi mengakibatkan stabilitas koloid
menurun karena muatannya ternetralisasi dan koloid akan cenderung bersatu
membentuk mikroflok dan kemudian mengendap.
Reduksi Logam Besi (Fe)
Secara keseluruhan derajat keasaman akan berubah secara drastis. Bila pada
analisa awal nilai pH < 2 maka setelah proses koagulasi pH menjadi 6. Hal ini
menunjukkan bahwa baik koagulan alum sulfat ataupun PAC dapat memperbaiki nilai
pH air limbah laboratorium.
4. Kesimpulan
Berdasarkan studi literatur pengolahan limbah cair laboratorium pendidikan
secara kimia dengan metode koagulasi dapat disimpulkan bahwa:
a. Koagulasi merupakan salah satu metode pengolahan limbah yang dapat
dilakukan untuk mengurangi pengotor dalam air limbah.
b. Dari variabel pertama, konsentrasi optimum PAC untuk menurunkan pH,
turbiditas, kadar COD dan kadar logam krom berkisar antara 250-275 mg/L.
c. Secara umum, jenis koagulan alum sulfat lebih baik dibanding dengan PAC
dengan konsentrasi optimum alum sulfat yaitu 1 g/L.
d. Terjadi peningkatan nilai pH yang sangat signifikan yakni dari keadaan sangat
asam (pH < 2) hingga mendekati netral (pH = 6).
Daftar Pustaka
Audiana, Mia., Apriani, Isna., Kadaria, Ulli. 2012. Pengolahan Limbah Cair
Laboratorium Teknik Lingkungan Dengan Koagulasi Dan Adsorpsi Untuk
Menurunkan Cod, Fe, Dan Pb. Jurusan Teknik Sipil Universitas Tanjungpura.
Azamia, Mia. 2012. Pengolahan Limbah Cair Laboratorium Kimia Dalam
Penurunan Kadar Organik Serta Logam Berat Fe, Mn, Cr Dengan Metode
Koagulasi Dan Adsorpsi. Jurusan Kimia Universitas Indonesia.
Naryono, Eko., Mudhakoh, Ahmad Bagas., Kurniawan, Irvan Robby. 2017.
Perbandingan Metode Koagulasi dan Evaporasi pada Pengolahan Air Limbah
Laboratorium Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Malang. Prosiding
Seminar Nasional Rekayasa Proses Industri Kimia, 1.
Said, Muhammad. 2009. Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan
Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida (PAC).
Jurnal Penelitian Sains.