Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF II

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER SERVIKS

Disusun Oleh :

1. Farhaty Aini 1130019005


2. Nur Hidayat 1130019013
3. Cholila 1130019019
4. Achmad Sholakhuddin Ridhoi 1130019033
5. Salsabila Heni Nurdia 1130019041
6. Mufidatun Nisa 1130019064
7. Nur Alfi Syahrin Al Imron 1130019094

Dosen Pembimbing :

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, saya tidak
akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah Keperawatan Anak dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak II
dengan Willem’s Tumor” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Anak II. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat atau para ibu . Saya menyadari makalah ini masih perlu banyak
penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Saya terbuka terhadap kritik dan
saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Surabaya, 07 Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Tujuan................................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
A. Pengertian..........................................................................................................................2
B. Etiologi...............................................................................................................................2
C. Patofisiologi........................................................................................................................6
D. Klasifikasi pertumbuhan sel kankers serviks.................................................................7
E. Tanda dan Gejala..............................................................................................................8
F. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................................9
G. Penatalaksanaan..............................................................................................................10
H. Komplikasi.......................................................................................................................11
I. Pencegahan......................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-
sel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya sel tersebut berubah menjadi sel
kanker.Sel-sel kanker dapat menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat
menyebabkankematian. Kanker memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai akibat
dan salahsatu jenis kanker adalah kanker serviks.
Kanker serviks merupakan kanker yang dapat menyerang semua
perempuan,terbukti di Dunia setiap 2 menit seorang perempuan meninggal karena kanker
serviks sedangkan di Asia Pasifik setiap 4 menit seorang perempuan meninggal
karenakanker serviks. Kanker ini juga merupakan kanker yang paling banyak diderita
oleh perempuan Asia dan lebih dari setengah perempuan Asia yang menderita
kanker serviks meninggal, ini sama artinya dengan 226.000 perempuan yang
didiagnosaterkena kanker serviks sebanyak 143.000 perempuan meninggal
karenanya( American Cencer Society, 1989).
Di Indonesia, sampai saat ini penyakit kanker serviks merupakan salah
satu penyebab kematian wanita yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-
negaralain di Asia, karena sebagian besar penderita kanker serviks di Indonesia baru
datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium lanjut maka akan sulit
untuk  mencapai hasil pengobatan yang opptimal dan hal tersebut membuat penderita
sangatkhawatir dan cemas dengan keadaannya.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kanker serviks
2. Untuk mengetahui penyebab kanker serviks
3. Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala kanker serviks
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Dasar

A. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uteri, dan merupakan karsinoma
ginekologi yang terbanyak diderita oleh wanita. Kanker serviks adalah keadaan dimana
sel-sel neoplastik terdapat pada seluruh lapisan epitel serviks uteri (Price dan Wilson,
1995). Kanker serviks adalah Kanker  yang terjadi pada serviks uteri, dan merupakan
karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita oleh Wanita.Kanker Leher Rahim (Kanker
Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim / serviks (bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90%  dari kanker serviks berasal dari sel
skuamosa yang melapisi serviks dan 10%  sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil
lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah
pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak
antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada
wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim
dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. Kanker cerviks
adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau cerviks (bagian terendah dari
rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker cerviks biasanya menyerang wanita
berusia 35-55 tahun.(Nada, 2007)

B. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko
dan predisposisi yang menonjol, antara lain :

2
1. Pemakaian Celana Ketat
Pemakaian celana ketat dapat meningkatkan suhu vagina sehingga akan
merusak daya hidup sebagian mikroorganisme, dan mendukung perkembangan
sebagian mikroorganisme lainnya. Akhirnya, pertumbuhan mikroorganisme menjadi
tidak seimbang. Kondisi tersebut memungkinkan perkembangan mikroorganisme
yang justru menyebabkan terjadinya infeksi.
2. Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual Penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat
kanker serviks. Hubungan sexual pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
Umur Peningkatan usia seseorang kinerja organ-organ dan kekebalan tubuhnya. Dan
itu membuatnya relatif mudah terserang berbagai infeksi. Kanker rahim berpotensi
paling besar pada usia antara 35-55 tahun.
3. Paritas
Paritas adalah kemampuan wanita untuk melahirkan secara normal. Pada
proses persalinan normal, bayi bergerak melalui mulut rahim dan ada kemungkinan
sedikit merusak jaringan epitel di tempat tersebut. Pada kasus wanita yang
melahirkan lebih dari dua kali dan dengan jarak yang terlalu dekat. Kerusakan
jaringan epitel ini berkembang kea rah pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi
ganas.
4. Penurunan Sistem Kekebalan Tubuh
Tubuh kita memiliki serangkaian system kekebalan yang secara otomatis
berusaha mengatasi gangguan-gangguan infeksi dan pertumbuhan sel abnormal.
Namun dalam kondisi tertentu, system kekebalan ini dapat melemah sehingga
pengendalian gangguannya pun melemah. Kondisi semacam ini terdapat pada wanita
yang menjalani operasi gagal ginjal, atau pengiap virus HIV. Dengan melemahnya
sistem kekebalan, maka perkembangan infeksi tidak terhambat, dan pertumbuhan sel
abnormal terus meningkat hingga mencapai tahap invasif (menyebar kemana-mana).
5. Pemakaian Pil KB
Pemakaian pil KB secara terus-menerus berpotensi menimbulkan kanker
serviks. Pada pemakaian lebih dari lima tahun, risiko ini menetap menjadi 2 kali
lebih besar disbanding wanita yang tidak memakai pil KB.
6. Ras

3
Pola kehidupan sosioekonomi tiap-tiap ras dapat dapat berpengaruh terhadap
peningkatan risiko mengidap kanker rahim. Hasil penelitian menunjukkan ras Afrika-
Amerika paling berisiko tinggi mengidap kanker rahim. Sementara Amerika-
Hispanik cenderung di bawahnya. Adapun ras Asia-Amerika relatif sama dengan
Amerika-Hispanik.
7. Polusi Udara
Polusi udara baik yang berasal dari asap rokok, emisi kendaraan, pabrik dan
sebagainya memiliki banyak kandungan senyawa karsinogen yang berpotensi
memunculkan sel kanker.
8. Pemakaian obat DES
DES (Diethylstilbestrol) adalah obat penguat kehamilan yang dikonsumsi
untuk mencegah keguguran. Obat ini sekarang sudah tidak popular. Para ahli
menyimpulkan DES berpotensi menimbulkan sel kanker di wilawah serviks.
9. Pemakaian Antiseptik di Vagina
Wanita modern ingin selalu tampil sempurna termasuk di wilayah pribadinya.
Kini banyak sekali produk antiseptik khusus vagina yang biasa membuat vagina lebih
bersih dan selalu wangi. Namun pemakaian antiseptik yang terlalu sering tidak baik.
Antiseptik tersebut dapat membunuh bakteri di sekitar vagina, termasuk bakteri yang
menguntungkan. Dan apabila digunakan dalam dosis yang terlalu sering, maka zat
antiseptik tersebut dapat mengakibatkan iritasi pada kulit bibir vagina yang sangat
lembut. Iritasi ini biasa berkembang menjadi sel abnormal yang berpontensi
displasia.
10. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
11. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
12. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
13. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan

4
perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas
makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
14. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis
tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
15. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks
yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat
sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

Cara Penularan Kanker Serviks


a. Cara Penularan HPV
Cara HPV menularkan virusnya dapat dilakukan dengan berbagai
jalur yaitu:
1) Melalui jalur seksual
Jalur seksual dapat dilakukan dengan beberapa hal yaitu
hubungan intim, kelamin-kelamin, tangan-kelamin. Kebanyakan pria
dan wanita yang telah berhubungan intim berisiko terinveksi HPV,
apalagi yang sering berganti pasangan dan kehidupan seksualnya tidak
bersih, maka lebih dari 75% pernah terifeksi HPV.
2) Melalui jalur nonseksual
Penularan jalur nonseksual adalah dengan cara penularan
langsung. Misalnya dari ibu ke bayinya pada saat persalinan. Tentu saja
ini pada ibu yang telah tertular virus HPV.
3) Tidak melalui kelamin
Penularan tidak melalui kelamin misalnya pakaian dalam, alat-
alat kedokteran yang tidak steril (tapi ini sangat kecil kemungkinan).
Bagi orang yang terkena HPV maka hanya dua kemungkinan yaitu :
a) 80% akan sembuh dengan sendirinya oleh sistem kekebalan tubuhnya
yang tinggi.
b) 10-20% kemungkinan akan menjadi infeksi yang menetap, yang
kemudian berisiko menjadi kanker. (Bertiani, 2009, 56-57)

5
C. Patofisiologi
Kanker serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoservik (portio) dan
endoserviks yang disebut sebagai Squamo-Columnas Junction (SCJ). Pada wanita muda,
SCJ berada di luar osteum uteri eksterna sedang pada wanita berumur 35 tahun SCJ ini
berada di kanalis serviks.

Tumor dapat tumbuh :


1. Eksofilik
Mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa poliferatif yang
mengalami infeksii sekunder dan nekrosis.
2. Endofilik
Mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk
mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3. Ulseratif
Mulai dari SCJ daan cenderung merusak jaringan serviks dengan
melibatkan awal pornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

Serviks yang normal secara alamiah mengalami proses metaplasia. Dengan


masuknya mutagen, proses tersebut dapat berkembang ke arah displasia.
Tingkatan displasia :
1. Ringan (NIS I)     : kelainan epitel terbatas pada lapisan basal
2. Sedang (NIS II)  :  lesi epitel lebih dari setengah bagian
3. Berat (NIS III)  :  seluruh lapisan epitel terkena

Perubahan displasia dapat terjadi karena trauma mekanik atau kimiawi,


infeksi virus/bakteri, dan gangguan keseimbangan hormon.

Kanker serviks dapat menyebar melalui tiga cara, yaitu :


 Perkontinuatum ke alat-alat tubuh sekitarnya
 Dari serviks ke ostium uteri internum kemudian ke segmen bawah uterus dan
mengenai dinding fundus. Menyebar ke kandung kemih, vagina, dan rektum.
 Limfogen
 Ke kelenjar paraservikalis, hipogastrika dan iliaka eksterna
Hematogen

6
 Tumor metastasis ke alat-alat tubuh yang jauh, paru-paru, hati sumsum tulang
dan lain-lain.

D. Klasifikasi pertumbuhan sel kankers serviks


 Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia
berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan
karsinoma insitu.
2. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh
didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan
endoserviks.
3. Stadium karsinoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan
sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik
dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
4. Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol
besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior
atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior
atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan
dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium.

7
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun
lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

 Makroskopis
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus
dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

E. Tanda dan Gejala


 Gejala 
Perubahan prekanker pada serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan
perubahan ini tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan
panggul dan Pap smear. Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks yang
abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan di sekitarnya. Pada
saat ini akan timbul gejala berikut:
1. Perdarahan vagina yang abnormal, 
Terjadi perdarahan di antara dua masa haid, baik sesudah koitus maupun
tidak, perdarahan lebih dari satu tahun sesudah menopause dan keluar lendir
bercampur darah serta polymenorhea. Perdarahan awal bertambah jumlah dan
durasinya sejalan dengan progresivitas kanker dan merupakan indikasi bahwa
proses penyakit sudah menyerang limfe.

2. Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak) 


Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna pink,
coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk. 

 Gejala dari kanker serviks stadium lanjut:


a. Nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan 

8
b. Nyeri panggul, punggung atau tungkai 
c. Dari vagina keluar air kemih atau tinja 
d. Patah tulang (fraktur).

 Gambaran Klinis
1. Keluhan Metroragia
2. Keputihan 
3. Perdarahan pascakoitus
4. Perdarahan spontan
5. Bau busuk yang khas
6. Obstruksi total vesika urinaria
7. Cepat lelah
8. Kehilangan berat badan
9. Anemia
10. Serviks teraba membesar,ireguler,teraba lunak
11. Lesi pada porsio dan vagina

F. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembengkakan kelenjar limfe
supraklavikuler dan pembesaran hepar. Pada pemeriksaan spekulum didapatkan lapisan-
lapisan besar selaput lendir mudah lepas dan mudah berdarah waktu disuap spatel
Adanya warna kemerahan di sekitar ostium eksternum servikalis uteri
Inspeksi
• Perdarahan
• Keputihan
• Palpasi
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah
Pemeriksaan Diagnostik
Ada beberapa cara memeriksakan kanker serviks, diantaranya:
a. Mendeteksi kanker serviks dengan Pap smear
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya mereka
yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita

9
yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri. Berikut ini adalah
wanita-wanita sasaran tes pap smear:
b. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini
mungkin dengan menggunakan asam asetat 3-5%. Alat ini begitu sederhana sebab
saat memeriksakannya tidak perlu ke laboratorium dan dapat dilakukan oleh bidan. 
c. Mendiagnosis serviks dengan koloskopi
Koloskopi merupakan suatu pemeriksaan untuk melihat permukaan leher
rahim. Pemeriksaan ini menggunakan mikroskop berkekuatan rendah yang
memperbesar permukaan leher rahim. Perbesarannya dari 10-40 kali dari ukuran
normal. Ini dapat membantu mengidentifikasi area permukaan leher rahim yang
menunjukkan ketidaknormalan.
d. Vagina inflammation self test card
Vagina inflammation self test card adalah alat pendeteksian yang dapat
menjadi “warning sign”. Yang ditest dengan alat ini adalah tingkat keasaman (pH),
test ini cukup akurat, sebab pada umumnya apabila seorang wanita terkena infeksi,
mioma, kista bahkan kanker serviks, kadar pHnya tinggi. Dengan begitu maka
melalui tets ini paling tidak wanita dapat mengetahui kondisi vagina mereka secara
kasar.
e. Schillentest 
Cara kerja pemeriksaan ini adalah: 
1. Serviks diolesi dengan larutan yodium
2. Sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat
3. Sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
4. Jika terkena karsinoma tidak berwarna
f. Kolpomikroskopi 
Kolpomikroskopi adalah pemeriksaan yang bergabung dengan pap smear.
Kolpomikroskopi dapat melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran
sampai 200 kali.

G. Penatalaksanaan
1. Terapi local
Terapi local dilakukan pada penyakit prainvasif, yang meliputi biopsy,
cauterasi, terapi laser, konisasi, dan bedah buku.

10
2. Histerektomi
Histerektomi mungkin juga dilakukan tergantung pada usia wanita, status
anak, dan atau keinginan untuk sterilisasi. Histerektomi radikal adalah pengangkatan
uterus, pelvis dan nodus limfa para aurtik.
3. Pembedahan dan terapi radiasi
a. Pembedahan dilakukan untuk pengangkatan sel kanker.
b. Dilakukan pada kanker serviks invasive
c. Pada terapi batang eksternalbertujuan mengatahui luas dan lokasi tumor
serta mengecilkan tumor
5. Radioterapi batang eksternal
a. Dilakukan jika nodus limfe positif terkena dan bila batas-batas
pembedahan itu tegas.
b. Untuk terapi radiasi ini biasanya para wanita dipasang kateter urine
sehingga tetap  berada di tempat tidur, makan makanan dengan diet ketat
dan memakan obat untuk  mencegah defekasi, karena pada terapi ini
biasanya terpasang tampon (aplikator)
6. Eksenterasi pelvic
a. Dilakukan jika terjadi kanker setempat yang berulang
b. Dapat dilakukan pada bagian anterior, posterior, atau total tergantung
organ yang diangkat ditambah dengan uterus dan nodus limfa disekitarnya.

7. Terapi biologi
Yaitu dengan memperkuat system kekebalan tubuh (system imun)
8. Kemoterapi
Dengan menggunakan obat-obatan sitostastik.

H. Komplikasi
1. Berkaitan dengan intervensi pembedahan
a. Vistula Uretra
b. Disfungsi bladder
c. Emboli pulmonal
d. Infeksi pelvis
e. Obstruksi usus

11
2. Berkaitan dengan kemoterapi
a. Sistitis radiasi
b. Enteritis
3. Berkaitan dengan kemoterapi
a. Supresi sumsum tulang
b. Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung
sisplatin
c. Kerusakan membrane mukosa GI
d. Mielosupresi

I. Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks, yaitu:
1. Mencegah terjadi infeksi HPV
2. Melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur
3. Tidak boleh melakukan hubungan seksual pada anak perempuan di bawah 18
tahun
4. Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kelamin atau gunakan
kondom untuk mencegah penularan penyakit
5. Jangan berganti-ganti pasangan seksual
6. Berhenti merokok
Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas kanker serviks diperlukan upaya
pencegahan-pencegahan sebagai berikut :
 Pencegahan primer, yaitu usaha untuk mengurangi atau menghilangkan kontak
dengan karsinogen untuk mencegah inisiasi dan promosi pada proses
karsinogen.
 Pencegahan sekunder, termasuk skrining dan deteksi dini untuk menemukan
kasus-kasus dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan.
 Pencegahan tertier, merupakan pengobatan untuk mencegah komplikasi klinik
dan kematian awal.

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Data subyektif : Data obyektif :
Keluar keputihan, berbau Keluar keputihan, berbau

12
Nyeri Perdarahan pervagina
Cemas Inspiculo portio rapuh, mudah berdarah
Tidak ada nafsu makan Kurus, pucat
Berat badan menurun Anemis
HB kurang dari 9 gram %
Ekspresi wajah cemas
Hypo Albumin Alb kurang dari 2,5
 
1. Identitas klien.
2. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau
tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya
keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan
segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
4. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal
yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit
infeksi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau
penyakit menular lain.
6. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan
bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL 


1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara aktif akibat
pendarahan
2. Risiko Infeksi b.d penyakit kronis (metastase sel kanker)
3. Perubahan Pola eliminasi urine b/d infiltrasi kanker pada traktus urinarius
4. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisik

13
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan dan perubahan
perkembangan penyakit 
6. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan
terbatasnya informasi.
7.  Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen
berkurang (anemia)
8. Resiko Injury b/d kecenderungan perdarahan sekunder.
9. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunann nafsu
makan

C. RENCANA KEPERAWATAN
  Dx 1 : Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara
aktif akibat pendarahan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5 jam diharapkan
keseimbangan volume cairan adekuat
Kriteria Hasil :
1.TTV pasien dalam batas normal, meliputi :

 Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)


 Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
 Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
 Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
2.Membran mukosa lembab
3.Turgor kulit baik (elastis)
4.Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan)
5.Ekpresi wajah pasien tidak pucat lagi
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Awasi masukan dan haluaran. Memberikan pedoman untuk
Ukur volume darah yang keluar penggantian cairan yang perlu
melalui perdarahan diberikan sehingga dapat
mempertahankan volume sirkulasi
yang adekuat untuk transport

14
oksigen.
2 Catat kehilangan darah ibu Kehilangan darah ibu secara
berlebihan menurunkan perfusi
3 Hindari trauma dan pemberian Mengurangi potensial terjadinya
tekanan berlebihan pada daerah peningkatan pendarahan
yang mengalami pendarahan
4 Pantau status sirkulasi dan volume kemungkinan menyebabkan
darah hipovolemia atau hipoksia
5 Pantau TTV. Evaluasi nadi Menunjukkan keadekuatan volume
perifer, dan pengisian kapiler sirkulasi
6 Catat respon fisiologis individual Simtomatologi dapat berguna untuk
pasien terhadap pendarahan, mengukur berat / lamanya episode
misalnya kelemahan, gelisah, pendarahan. Memburuknya gejala
ansietas, pucat, berkeringat / dapat menunjukkan berlanjutnya
penurunan kesadaran pendarahan / tidak adekuatnya
penggantian cairan
7 Kaji turgor kulit, kelembaban Merupakan indikator dari status
membran mukosa, dan perhatikan hidrasi / derajat kekurangan cairan
keluhan haus pada pasien
8 Kolaborasi : Penggantian cairan tergantung pada
Berikan cairan IV sesuai indikasi derajat hipovolemia dan lamanya
pendarahan (akut / kronis). Cairan
IV juga digunakan untuk
mengencerkan obat antineoplastik
pada penderita kanker.
9 Kolaborasi : Transfusi darah diperlukan untuk
Berikan transfusi darah (Hb, Hct) memperbaiki jumlah darah dalm
dan trombosit sesuai indikasi tubuh ibu dan mencegah
manifestasi anemia yang sering
terjadi pada penderita kanker.
Transfusi trombosit penting untuk
memaksimalkan mekanisme
pembekuan darah sehingga
pendarahan lanjutan dapat
diminimalisir.
10 Kolaborasi : Perlu dilakukan untuk menentukan

15
Awasi pemeriksaan laboratorium, kebutuhan resusitasi cairan dan
misalnya : Hb, Hct, sel darah merah mengawasi keefektifan terapi

v  Dx 2 :Risiko infeksi b/d proses penyakit kronis (metastase sel kanker)


Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien tidak
mengalami infeksi
Kriteria Hasil :
1.Tidak tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesia)
2.TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
n Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
n Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
n Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
n Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
3.  Nilai WBC (sel darah putih) dari pemeriksaan laboratorium berada dalam batas normal (4 -
9 103/µL)

N
INTERVENSI RASIONALISASI
O
1 Kaji tanda / gejala infeksi secara Pengenalan dini dan intervensi segera
kontinyu pada semua sistem tubuh dapat mencegah perkembangan infeksi
(misalnya : pernafasan, pencernaan, lebih lanjut
genitourinaria)
2 Pantau perubahan suhu pasien Peningkatan suhu pada ibu hamil
dengan kanker serviks dapat terjadi
karena proses penyakitnya, infeksi, dan
efek samping kemoterapi yang
dijalaninya. Identifikasi dini proses
infeksi memungkinkan terapi yang tepat
untuk dimulai segera
3 Kaji janin untuk melihat adanya tanda Deteksi dini terhadap reaksi infeksi
infeksi seperti takikardi dan penurunan yang bisa berdampak pada janin dan
keaktifan gerakan janin menghambat pertumbuhan janin.
4 Pertahankan teknik perawatan aseptik. Menurunkan risiko kontaminasi agen
Hindari / batasi prosedur invasif infeksius
5 Utamakan personal hygiene Membantu mengurangi pajanan

16
potensial sumber infeksi dan
menimalisir paparan pertumbuhan
sekunder patogen
6 Kolaborasi : Diferensial dan peningkatan WBC
Awasi hasil laboratorium untuk melihat merupakan salah satu respon tubuh
adanya diferensial atau peningkatan untuk mengatasi infeksi yang timbul
WBC oleh antigen
7 Kolaborasi : Mengidentifikasi organisme penyebab
Dapatkan kultur sesuai indikasi dan terapi yang tepat
8 Kolaborasi : Digunakan untuk menghambat
Berikan antibiotik sesuai indikasi perkembangan agen infeksi

v  Dx 3 :Perubahan Pola eliminasi urine b/d infiltrasi kanker pada traktus urinarius
Tujuan: :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, pola eliminasi urine
pasien kembali normal (adekuat)
Kriteria Hasil :1. Tidak terjadi hematuria
2.Tidak terjadi inkontinensia urine
3.Tidak terjadi disuria
4.Jumlah output urine dalam batas normal ( ± 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)

NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Catat keluaran urine, selidiki Penurunan aliran urine tiba-tiba dapat
penurunan / penghentian aliran urine mengindikasikan adanya obstruksi /
tiba-tiba disfungsi pada traktus urinarius
2 Kaji pola berkemih (frekuensi dan Identifikasi kerusakan fungsi vesika
jumlahnya). Bandingkan haluaran urinaria akibat metastase sel-sel kanker
urine dan masukan cairan serta catat pada bagian tersebut
berat jenis urine
3 Observasi dan catat warna urine. Penyebaran kanker pada traktus urinarius
Perhatikan ada / tidaknya hematuria (salah satunya di vesika urinaria) dapat
menyebabkan jaringan di vesika urinaria
mengalami nekrosis sehingga urine yang
keluar berwarna merah karena bercampur
dengan darah
4 Observasi adanya bau yang tidak enak Identifikasi tanda - tanda infeksi pada

17
pada urine (bau abnormal) jaringan traktus urinarius
5 Dorong peningkatan cairan dan Mempertahankan hidrasi dan aliran urine
pertahankan pemasukan akurat baik
6 Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, Indikator keseimbangan cairan dan
turgor kulit, pengisian kapiler, dan menunjukkan tingkat hidrasi
membran mukosa
7 Kolaborasi : Pemeriksaan diagnostik dan penunjang
Siapkan untuk tes diagnostik, prosedur misalnya pemeriksaan retrograd dapat
penunjang sesuai indikasi digunakan untuk mengevaluasi tingkat
infiltrasi kanker pada traktus urinarius
sehingga dapat menjadi dasar untuk
intervensi selanjutnya
8 Kolaborasi : Kadar BUN dan kreatinin yang abnormal
Pantau nilai BUN dan kreatinin dapat menjadi indikator kegagalan fungsi
ginjal sebagai akibat komplikasi metastase
sel-sel kanker pada traktus urinarius
hingga ke organ ginjal.

D. Implementasi
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan.

E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1.      Keseimbangan volume cairan
2.      Tidak ada tanda – tanda infeksi
3.      Pola eliminasi uri ( bak ) normal
4.      Nyeri berkurang / hilang / teratasi
5.      Nafsu makan meningkat
6.      Pengetahuan tentang penyakit kanker meningkat
7.      Perhatian keluarga meningkat
8.      Turgor kulit normal
9.      Cairan yang keluar pervagina tidak berbau busuk
10.  Berat badan stabil

18
11.  Pola eliminasi alvi normal sehari sekali dengan konsistensi lembek
12.  Mual dan muntah berkurang / hilang
13.  Ekspresi wajah klien tenang
14.  Pengisian kapiler cepat
15.  Kulit lembab, rambut tidak rontok atau sudah tumbuh

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kanker Serviks merupakan kanker terbanyak yang terjadi pada wanita. Sampai
saat ini penyebabnya tidak diketahui secara pasti, namun diduga dipengaruhi oleh :
perilaku seks, personal hygiene, lingkungan maupun pelayanan kesehatan.
Asuhan keperawatan pada klien yang menderita suspek ca. Serviks merupakan
suatu bentuk asuhan keperawatan yang komprehensif dan unik tergantung dari fase
dan derajat kanker yang ditemukan serta kondisi bio-psiko-sosial dari klien.

19
Diagnosa dan tindakan yang muncul tidak sama pada setiap klien tergantung
dari situasi dan keadaan individu saat kasus tersebut ditemukan.

B. Kritik dan Saran


Makalah Asuhan Keperawatan pada Klien Kanker Serviks ini masih kurang dari
sempurna, untuk itu kami mohon kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Gale, D., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi (Oncology Nursing Care Plans),
EGC, Jakarta.
Johnson, M., 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC), second edition, Mosby,
Philadelphia.
NANDA, 2005. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006, NANDA
International, Philadelphia.
.Hacher/moore, 2001, Esensial obstetric dan ginekologi, hypokrates , jakarta

20
Abdul bari saifuddin,, 2001 , Buku acuan nasional  pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta
Marlyn Doenges,dkk, 2001,Rencana perawatan Maternal/Bayi, EGC , Jakarta 
Helen Varney,DKK, 2002, Buku Saku Bidan, cetakan I, EGC, Jakarta
Lynda Jual Carpenito, 2001, Buku Saku Diagnosa keperawatan edisi 8,EGC,Jakarta.
Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC : Jakarta 

21

Anda mungkin juga menyukai