Anda di halaman 1dari 8

NILAI MORALITAS DALAM DONGENG KANCIL KARYA TIRA IKRANEGARA

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN TEKS DONGENG

Novia Tri Ramadani

19016038

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nilai Moral
Nilai moral adalah segala sesuatu yang kita alami sebagai ajakan dalam
mengatur tingkah laku seseorang di masyarakat untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang baik dan benar (Wibowo et al., 2018). Dilihat dari fungsi dan
tujuannya dengan menanamkan nilai-nilai moral kepada anak, ini sesuai dengan
fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang
SISDIKNAS.
Adapun fungsi dan tujuan pendidikan nasional menurut UU RI No. 20 Tahun
2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang berartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan angsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Menurut Notonegoro dalam Hermansyah, dkk (2000) mengatakan bahwa nilai
moral yaitu nilai yang berkaitan dengan baik buruknya sikap dan perilaku manusia
dalam berhubungan dengan orang lain. Disini mereka memasukkan nilai moral ke
dalam kelompok nilai kerohanian. Sejalan dengan pendapat Sheler dalam Depdiknas
(2000) bahwa secara umum moral merupakan bagian dari nilai dan merupakan bagian
dari nilai rohani.
Wasono (dalam Firwan, 2017:52) mengemukakan bahwa nilai moral pada
dasarnya adalah nilai-nilai yang menyangkut masalah kesusilaan, masalah budi, yang
erat kaitannya antara manusia dan makhluk-makhluk lain ciptaan tuhan. Disini
manusia dibentuk untuk dapat membedakan antara perbuatan buruk dan yang baik.
Adapun pula Poedjawianto (1990:27) menyatakan, ajaran moral adalah yang
bertalian dengan perbuatan atau kelakuan manusia pada hakekatnya merupakan
kaidah atau pengertian yang menentukan hal-hal yang dianggap baik dan buruk.
Sejalan dengan itu, menurut Firwan (2017) nilai moral adalah norma-norma atau
kaidah-kaidah yang dianggap baik dan buruk oleh manusia dan makhluk hidup lainya.
Oleh karna itu, manusia harus saling mengasihi, menghormati, sebagia mahluk
ciptaan tuhan dan dapat menerapkannya dengan tingkah laku yang baik dan bertaqwa
kepada Tuhan.
Dalam menginternalisasikan nilai-nilai moral, Simon, Howe, dan
Kirschenbaum (Murdiono, 2010: 100) menawarkan 4 (empat) pendekatan yang dapat
digunakan, yaitu pendekatan penanaman moral, pendekatan transmisi nilai bebas,
pendekatan teladan, dan pendekatan klarifikasi nilai.
Setelah mengetahui pengertian nilai moral, tentu kita juga harus mengetahui
apa tujuan dari pengembangan nilai moral. Adapun tujuan pendidikan dan
pengembangan nilai moral ini menurut Adler dalam Otib (2005) adalah dalam rangka
pembentukan kepribadian yang harus dimiliki oleh manusia seperti : “1) Dapat
beradaptasi pada berbagai situasi dalam relasinya dengan orang lain dan dalam
hubungannya dengan berbagai kultur; 2) Selalu dapat memahami sesuatu yang
berbeda dan menyadari dirinya memiliki dasar pada identitas kulturnya; 3) Mampu
menjaga batas yang tidak kaku pada dirinya, bertanggung jawab terhadap bentuk
batasan yang di pilihnya sesaat dan terbuka pada perubahan”.
Beberapa perbedaan pandangan antara tokoh perkembangan moral yang satu
dengan yang lainnya disebabkan karena perbedaan dasar filosofi dalam menyoroti
perkembangan moral antara perkembangan moral menurut Dewey dalam Otib (2005)
tahapan perkembangan moral seseorang itu akan melewati 3 fase sebagai berikut: “1)
Fase pre moral atau pre conventional (pada kuel ini sikap dan perilaku manusia
banyak dilandasi oleh impuls biologis dan sosial); 2) Tingkat konvensional
(perkembangan moral pada manusia pada tahapan ini banyak didasari oleh sikap kritis
kelompoknya); 3) Autonomous (pada tahapan ini perkembangan moral manusia
banyak didasari pada pola pikirannya sendiri)”.
Partiwintaro (dalam Firwan, 2017:52-53) mengemukakan ajaran moral dalam
empat hal, yaitu: (1) nila moral yang terkandung dalam hubungan antara manusia
dengan dirinya sendiri, (2) nilai moral yang terkandung dalam hubungan antara
manusia dengan sesama manusia, (3) nilai moral yang terkandung dalam hubungan
manusia dengan alam semesta, (4) nilai moral yang terkandung dalam hubungan
manusia dengan Tuhan.
1. Nilai moral yang terkandung dalam hubungan antara manusia dengan
dirinya sendiri. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan memiliki kaidah
yang sepatutnya dipatuhi oleh dirinya sendiri dalam melakukan tindakan,
ataupun perbuatan. Keutamaan moral sehubungan dengan batin atau kata
hati manusia untuk perbuatan baik meliputi kerendahan hati, penuh
percaya diri, keterbukaan, kejujuran, bekerja keras, keandalan, dan penuh
kasih (dalam Firwan, 2017:52).
2. Nilai moral yang terkandung dalam hubungan manusia dengan sesama
manusia. Hartini (dalam Firwan, 2017:52) mengatakan bahwa manusia
diharapkan saling kenal mengenal, sehingga terjalin hubungan baik dalam
hidupnya harus saling membantu karna dalam kenyataan tidak ada orang
yang bisa hidup sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain. Hal ini
sependapat dengan Ismuhendro (dalam Firwan, 2017:52) yang mengatakan
nilai moral yang terkandung dalam hubungan antara manusia dengan
sesama manusia meliputi jujur terhadap orang lain, pertalian persahabatan,
tolong-menolong kewajiban berbakti atau mengabdi kepada orang lain dan
melaksanakan peraturan pemerintah.
3. Nilai moral yang terkandung dalam hubungan antara manusia dengan alam
semesta. Menurut Nurhadi (dalam Firwan, 2017:52-53) menyatakan
bahwa manusia mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam semesta
yaitu menjaga dan melestarikan semua sumber alam untuk menghindari
semua bencana yang disebabkan kecerobohan serta dapat mendapatkan
alam semesta dalam alam kehidupan dengan memperhatikan agar dapat
berjalan menurut kodratnya.
4. Nilai moral yang terkandung dalam hubungan antara manusia dengan
Tuhan. Fachrudin (dalam Firwan, 2017:53) menyatakan dalam bentuk
manusia yang bermental baik, sealu dituntu sifat yang sabar, mmanusia
harus mendekatkan diri kepada Tuhan atau sembahyang, berdoa dan
bersyukur kepadanya, memohon ampun dari segala dosa yang telah
terlanjut dibuat, berjanji akan mengerjakan suruhsuruhanya dan
menghentikan laranganya dengan segala kesungguhannya dan keikhlasan
hati.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan pengertian nilai moral merupakan nilai
yang berhubungan dengan sikap dan tingkah laku makhluk hidup yang baik dan
buruk. Namun, pada penelitian ini lebih dikhususkan kepada nilai moral yang dapat
diteladani, dimana nilai baik saja yang dibahas.

B. Dongeng
Pembentukan karakter anak memang tidak dapat dilakukan dalam waktu yang
singkat karena membutuhkan proses panjang dalam waktu yang lama (Habsari:2017).
Hal tersebut juga dilakukan secara terus-menerus dengan menggunakan metode yang
tepat dan efektif. Salah satu cara menyenangkan yang dapat digunakan untuk
membentuk karakter anak adalah melalui dongeng.
Menanamkan nilai-nilai moral dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah
satu cara yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah penanaman nilai moral
melalui dongeng. Alasannya, karena di dalam sebuah dongeng pasti tersirat nilai-nilai
moral yang nantinya dapat ditiru oleh anak. Selain itu, terkadang anak-anak juga
merasa suka saat mendengarkan maupun membaca dongeng, apalagi dongeng yang
berjenis fabel.
Menurut Pusat Bahasa (2003:167), dongeng adalah cerita yang tidak
benarbenar terjadi atau cerita bohong. Salah satu unsur intrinsik yang ada dalam
dongeng adalah memiliki amanat atau pesan moral. Oleh karena itu, dongeng bisa
dijadikan sebagai media untuk membentuk karakter anak karena memiliki nilai budi
pekerti yang bisa dipelajari oleh anak.
Menurut Dudung (dalam Habsari, 2017:23), dongeng adalah bentuk sastra
lama yang bercerita tentang kejadian luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) dan tidak
benar-benar terjadi. Selain itu, Kamisa (dalam Habsari, 2017:23) menjelaskan bahwa
pengertian dongeng adalah cerita yang dituturkan atau dituliskan yang bersifat
hiburan dan biasanya tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan.
Dongeng merupakan suatu bentuk karya sastra yang ceritanya tidak benar-
benar tejadi atau fiktif yang bersifat menghibur dan terdapat ajaran moral yang
terkandung dalam cerita dongeng tersebut. Menurut Habsari (2017) dongeng adalah
cerita fiktif yang bertujuan untuk menghibur dan mengandung nilai-nilai budi pekerti
di dalamnya.
Dongeng dapat dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu mitos, sage, fabel, legenda,
cerita lucu, cerita pelipur lara, dan perumpamaan. Jenis-jenis dongeng antara lain (1)
mitos (bentuk dongeng yang menceritakan hal-hal magis seperti cerita tentang dewa-
dewa, peri atau Tuhan); (2) sage (dongeng kepahlawanan, keberanian, atau sihir
seperti sihir dongeng Gajah Mada); (3) fabel (dongeng tentang binatang yang dapat
berbicara atau berperilaku seperti manusia); (4) legenda (bentuk dongeng yang
menceritakan tentang sebuah peristiwa tentang asal-usul suatu benda atau tempat); (5)
cerita jenaka (cerita yang berkembang di masyarakat dan dapat membangkitkan
tawa); (6) cerita pelipur lara (biasanya berbentuk narasi yang bertujuan untuk
menghibur tamu di pesta dan kisah yang diceritakan oleh seorang ahli); dan (7) cerita
perumpamaan (bentuk dongeng yang mengandung kiasan, contohnya adalah didaktik
dari Haji Pelit). Cerita tersebut tumbuh dan berkembang di daerah dan dinamakan
cerita lokal. Berbagai jenis dongeng itu memiliki nilai-nilai moral yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber pembentukan karakter anak. Hanya saja, pendidik perlu
memilihkan dongeng yang sesuai dengan usia dan perkembangan psikologi serta
minat anak (dalam Habsari, 2017:23-24).
Dongeng memiliki beberapa manfaat bagi anak. Manfaat-manfaat dongeng
dijelaskan sebagai berikut.
1. Mengajarkan budi pekerti pada anak
Banyak cerita dongeng yang dapat memberikan teladan bagi anak serta
mengandung budi pekerti, misalnya cerita tentang si kancil anak nakal,
tentang perlombaan antara siput dan kelinci, tentang si kerundung merah,
dan masih banyak lagi. Setiap cerita dongeng anak-anak selalu memiliki
tujuan baik yang diperuntukan untuk si kecil. Untuk itu, jika si kecil sulit
mengerti tentang apa itu budi pekerti, pendidik dapat menjelaskannya
dengan menggunakan perumpamaan dari sebuah dongeng.
2. Membiasakan budaya membaca
Kebanyakan anak-anak yang gemar membaca biasanya dikarenakan
orangtuanya sering membiasakan budaya membaca padanya sejak masih
kecil. Salah satu cara memperkenalkan budaya membaca pada anak sejak
kecil adalah dengan membacakannya banyak cerita seperti membacakan
dongeng sebelum tidur. Ketika pendidik biasa membacakan anak banyak
buku cerita, anak makin lama akan tertarik untuk belajar membacanya
sendiri sejak kecil. Dengan begitu, anak akan menjadi gemar membaca
sejak kecil, dan ketika anak membiasakan budaya membaca, hal ini dapat
membantunya menjadi lebih pintar di sekolah.
3. Mengembangkan imajinasi
Cerita dalam sebuah dongeng bagi anak terkadang memiliki cerita
yang di luar logika orang dewasa. Meskipun demikan, cerita-cerita seperti
itulah yang dapat membantu anak untuk meningkatkan daya imajinasinya.
Walaupun terlihat berlebihan, cerita ini bertujuan untuk membuat anak
dapat meningkatkan daya kreasinya. Biasanya, anak yang memiliki
imajinasi yang tinggi memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga dia
akan lebih cepat berkembang.

Membacakan dongeng pada anak dapat mengasah kreativitas dan minat anak
dalam membaca. Selain itu, anak juga bisa belajar nilai-nilai karakter yang ada dalam
cerita. Jika kebiasaan baik seperti ini terus diterapkan, maka akan memberikan
manfaat positif bagi tumbuh kembang mental anak, bahkan memberikan pengaruh
yang baik bagi kehidupannya di masa depan.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan pengertian dongeng merupakan cerita


rakyat yang bersifat fiksi dan tidak benar-benar terjadi. Pada penelitian ini peneliti
mengambil dongeng yang bertema fabel, yakni dongeng Kancil.
C. Nilai-Nilai Moral dalam Dongeng
Dongeng termasuk salah satu bentuk cerita rakyat. Menurut Sulistyarini
(dalam Habsari, 2017:26), cerita rakyat mengandung nilai luhur bangsa, terutama
nilai-nilai budi pekerti maupun ajaran moral. Apabila cerita rakyat itu dikaji dari sisi
nilai moral, maka dapat dipilah menjadi nilai moral individual, nilai moral sosial, dan
nilai moral religi. Adapun nilai-nilai moral individual meliputi (1) kepatuhan, (2)
keberanian, (3) rela berkorban, (4) jujur, (5) adil dan bijaksana, (6) menghormati dan
menghargai, (7) bekerja keras, (8) menepati janji, (9) tahu balas budi, (10) rendah
hati, dan (12) hatihati dalam bertindak.
Nilai-nilai moral sosial meliputi (1) bekerjasama, (2) suka menolong, (3) kasih
sayang, (4) kerukunan, (5) suka memberi nasihat, (6) peduli nasib orang lain, dan (7)
suka mendoakan orang lain.
Sementara itu, nilai-nilai moral religi meliputi (1) percaya kekuasaan Tuhan,
(2) percaya adanya Tuhan, (3) berserah diri kepada Tuhan atau bertawakal, dan (4)
memohon ampun kepada Tuhan.
Dongeng juga dapat dimanfaatkan sebagai upaya untuk mengasah emosi,
menumbuhkan imajinasi serta meningkatkan daya kritis anak. Pada umumnya,
dongeng membawa misi yang bernilai positif dan edukatif (dalam Habsari, 2017:26).
Melalui dongeng, emosi anak diharapkan dapat terkendali, imajinasi anak dapat
berkembang, dan anak dapat berpikir kritis.
D. Nilai Moral yang terkandung dalam Dongeng Kancil
Salah satu bacaan yang baik bagi anak adalah dongeng si kancil. Tokoh Si
Kancil merupakan salah satu tokoh yang merakyat dan hampir semua orang di
Indonesia tahu siapa itu tokoh Si Kancil. Dalam setiap dongengnya, Kancil
digambarkan sebagai tokoh yang cerdik, cerdas, dan dapat mengelabui musuh-musuh
yang akan mengganggunya. Maka dari itu, kali ini peneliti ingin meneliti lebih lanjut
tentang dongeng Si kancil khususnya peneliti ingin mengetahui nilai-nilai moral yang
terkandung dalam setiap dongengnya.
Peneliti akan menganalisis dongeng Si Kancil dalam buku dongeng Kancil
karya Tira Ikranegara. Alasan peneliti ingin menganalisis buku tersebut karena
dongeng dapat mempengaruhi perkembangan anak khususnya perkembangan moral.
Hal ini juga telah didukung penelitian sebelumnya yaitu dalam jurnal ilmiah karya
Imam Setyo Wibowo, Muhammad Arief Budiman, dan Mei Fita Asri Untari (2018)
yang berjudul Analisis Buku Dongeng Si Kancil Karya Tira Ikranegara dalam
Peningkatan Nilai Moral.
Dari pene;itian itu diperoleh simpulan bahwa terdapat nilai-nilai moral dalam
buku Kumpulan Dongeng Si Kancil karya Tira Ikranegara Nilai moral tersebut
terwujud melalui cara mereka bercakap-cakap, serta melalui tindakan-tindakan yang
dilakukannya. Dengan nilai-nilai moral tersebut diharapkan mampu mendidik,
menasihati serta memberi contoh untuk berbuat baik. Dalam penelitian ini, nilai-nilai
moral yang terkandung diantaranya adalah sikap hormat, tanggung jawab, kejujuran,
keadilan, toleransi, bijaksana, disiplin, suka menolong, berbelas kasih, kerja sama,
berani dan demokratis. Diharapkan setelah membaca buku ini, pembaca dapat
mencontoh nilai-nilai moral yang baik untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Jika seekor hewan seperti kancil saja dapat menggunakan akal dan pikirannya ketika
dia mendapatkan masalah atau pun merasa terdesak, mengapa kita sebagai manusia
yang diberikan kelebihan akal dan pikiran tidak bisa. Selain itu, diharapkan pembaca
juga dapat menggunakan dongeng- dongeng yang ada di dalam buku ini sebagai
sarana untuk menanamkan nilai moral pada anak.
KEPUSTAKAAN

Darmansyah. 2000. Metode Pengembangan Agama, Moral dan Disiplin yang Efektif. Jakarta:
Depdiknas.

Firwan, M. 2017. “Nilai Moral Dalam Novel Sang Pencerah Karya Akmal Nasrey
Basral”. Jurnal Bahasa dan Sastra, 2(2), 49-60.

Habsari, Z. (2017). “Dongeng sebagai pembentuk karakter anak”. BIBLIOTIKA: Jurnal


Kajian Perpustakaan Dan Informasi, 1(1), 21-29.

Hermansyah, dkk. 2000. Metode Pengembangan Agama, Moral, Disiplin, dan Afeksi.
Bandung: Depdiknas.

Listyarini, I., & Budiman, M. A. (2018).” PESAN MORAL DALAM DONGENG KANCIL
DAN SAHABAT KARIBNYA KARYA FATIHARIFAH DAN NIA
YUSTISIA”. Jurnal CULTURE (Culture, Language, and Literature Review), 5(1).

Murdiono, M. (2010). “Strategi internalisasi nilai-nilai moral religius dalam proses


pembelajaran di perguruan tinggi”. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 1(3).

Otib, Satibi Hidayat. 2005. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama. Jakarta :
Universitas Terbuka.

Pusat Bahasa. 2003. Kamus Pelajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Wibowo, I. S., Budiman, M. A., & Untari, M. F. A. (2018). “Analisis Buku Dongeng Si
Kancil Karya Tira Ikranegara dalam Peningkatan Nilai Moral”. International Journal
of Community Service Learning, 2(3), 199-206.

Anda mungkin juga menyukai