Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Pengertian Farmakognosi
Kata farmakognosi berasal dari dua kata Yunani yaitu Pharmakon yang
berarti obat dan gnosis yang berti ilmu atau pengetahuan. Jadi farmakognosi
berarti pengetahuan tentang obat. Farmakognosi merupakan salah satu ilmu yang
mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan
sebagai obat alami yang telah melewati berbagai macam uji seperti uji
farmakodinamika, uji toksikologi, uji biofarmasetika (Sumali, 2008).
2.1.2 Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan untuk
pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan tidal lebih dari 60oC. Serbuk simplisia adalah sediaan obat
tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang sesuai, terbuat dari
simplisia atau campuran dengan ekstrak yang cara penggunaanya diseduh dengan
air panas (DepKes RI, 1985).
2.1.3 Jenis-jenis Simplisia
Jenis-jenis simplisia menurut (Sumarto, 2012) :
1. Simplisia nabati: Simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tanaman
atau eksudat tumbuhan, Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tumbuhan atau isi sel dengan cara tertentu dipisahkan dari
tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni.
2. Simplisia hewani: Simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia pelican (mineral) adalah simplisia yang berupa bahan pelican
(mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni.
Selain ketiga jenis simplisia diatas juga terdapat hal lain, yaitu benda
organik asing yang disingkat benda asing, adalah satu atau keseluruhan dari apa-
apa yang disebut dibawah ini (Amin, 2010):
1. Fragmen, merupakan bagian tanaman asal simplisia selain bagian tanaman
yang disebut dalam paparan makroskopik, atau bagian sedemikian nilai batasnya
disebut monografi.
2. Hewan hewan asing, merupakan zat yang dikeluarkan oleh hewan, kotoran
hewan, batu tanah atau pengotor lainnya. Kecuali yang dinyatakan lain, yang
dimaksudkan dengan benda asing pada simplisia nabati adalah benda asing yang
berasal dari tanaman. Simplisi nabati harus bebas serangga, fragmen hewan, atau
kotoran hewan tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh
mengandung lender, atau cendawan, atau, menunjukkan adanya zat pengotor
lainnya. Pada perhitungan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam.
Kadar abu yang larut dalam air, sari yang larut dalam air, atau sari yang larut
dalam etanol didasarkan pada simplisia yang belum ditetapkan susut
pengeringannya. Sedangkan susut pengering sendiri adalah benyaknya bagian zat
yang muddah menguap termasuk air, tetapkan dengan cara pengeringan, kecuali
dinyatakan lain, dilakukan pada suhu 150oC hingga bobot tetap.
2.1.4 Cara Pembuatan Simplisia
Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh simplisia dari alam
yang baik dan memenuhi syarat-syarat mutu yang dikehendaki, dengan langkah
langkah sebagi berikut (Team teaching, 2014):
1. Teknik Pengumpulan
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan atau
menggunakan alat (mesin). Apabila pengambilan dilakukan secara langsung
(pemetikan) maka harus memperhatikan keterampilan si pemetik, agar diperoleh
tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki, misalnya dikehendaki daun yang
muda, maka daun yang tua jangan dipetik dan jangan merusak bagian tanama
lainnya menggunakan alat yang tterbuat dari logam untuk simlisia yang
mengandung senyawa fenol dan glikosa.
a. Waktu pengumpulan atau panen
Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan oleh waktu panen,
umur tanaman, bagian tanaman yang diambil dan lingkungan tempat tumbuhnya,
pada umumnya waktu pengumpulan sebagai berikut :
1) Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah
menjadi masak, contohnya, daun Athropa belladonna mencapai kadar alkaloid
tertinggi pada pucuk tanaman saat mulai berbunga. Tanaman yang berfotosintesis
diambil daunnya saat reaksi fotosintesis sempurna yaitu pukul 09.00-12.00 pagi
2) Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar.
3) Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik
sebelum buah masak.
4) Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna
5) Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber) dan umbi lapis (bulbus),
dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya berhenti.
b. Bagian Tanaman
1) Klika batang/klika/korteks
Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran
panjang dan lebar tertentu, sebaliknya dengan cara berselang-seling dan sebelum
jaringan kambiumnya, untuk klika yang mengandung minyak atsiri atau senyawa
fenol gunakan alat pengelupas yang bukan terbuat dari logam.
2) Batang (Caulis)
Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar, dipotong-potong
dengan panjang dan diameter tertentu.
3) Kayu (Lignum)
Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kuliltnya dan potong-
potong kecil.
4) Daun (Folium)
Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik satu persatu
secara manual.
5) Bunga (Flos)
Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau bunga mekar
atau mahkota bunga atau daun bunga, dapat dipetik langsung dengan tangan.
6) Akar (Radix)
Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di bawah permukaan
tanah, dipotong-potong dengan ukuran tertentu.
7) Rimpang (Rhizoma)
Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari akar, dipotong
melintang dengan ketebalan tertentu.
8) Buah (Fructus)
Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah muda, dipetik
dengan tangan.
9) Biji (Semen)
Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan atau alat, biji
dikumpulkan dan dicuci.
10) Bulbus
Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar dengan
memotongnya
2. Pencucian dan Sortasi Basah
Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk membersihkan simplisia
dari benda-benda asing dari luar (tanah, batu dan sebagainya), dan memisahkan
bagian tanaman yang tidak dikehendaki. Pencucian dilakukan bagi simplisia
utamanya bagian tanaman yang berada di bawah tanah (akar, rimpang,), untuk
membersihkan simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekat.
3. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan dan
pewadahan setelah dicuci dan dibersihkan dari kotoran atau benda asing,
materi/sampel dijemur dulu ±1 hari kemudian dipotong-potong kecil dengan
ukuran antara 0,25-0,06 cm yang setara dengan ayakan 4/18 (tergantung jenis
simplisia). Pembuatan serbuk simplisia kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia
harus dihaluskan menjadi serbuk (4/18). Semakin tipis perajangan maka semakin
cepat proses pengeringan kecuali tanaman yang mengandung minyak menguap
perajangan tidak boleh terlalu tipis karena menyebabkan berkurangnya atau
hilangnya zat aktif. Sebaliknya bila perajangan terlalu tebal pengeringannya lama
dan mudah berjamur.
4. Pengeringan
Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian tanaman adalah :
a. Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat
digunakan dalam jangka relatif lama.
b. Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan oleh
jamur atau bakteri karena terhentinya proses enzimatik dalam jaringan tumbuhan
yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak dapat berlangsung, kadar air
yang dainjurkan adalah kurang dari 10 %.
c. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin dibuat
serbuk.
1) Pengeringan Alamiah Tergantung dari kandungan zat aktif simplisia,
pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Sinar matahari langsung, terutama pada bagian tanaman yang keras
(kayu, kulit biji, biji dan sebagainya) dan mengandung zat aktif yang relatif stabil
oleh panas)
b. Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara langsung,
umumnya untuk simplisia bertekstur lunak (bunga, daun dan lain-lain) dan zat
aktif yang dikandungnya tidak stabil oleh panas (minyak atsiri).
2) Pengeringan Buatan
Cara pengeringan dengan ,menggunakan alat yang dapat diatur suhu,
kelembaban, tekanan atau sirkulasi udaranya.
5. Pewadahan dan penyimpanan simplisia
Sortasi kering dilakukan sebelum pewadahan simplisia bertujuan
memisahkan sisa-sisa benda asing atau bagian tanaman yang tidak dikehendaki
yang tidak tersortir pada saat sortasi basah.Simplisia yang diperoleh diberi wadah
yang baik dan disimpan pada tempat yang dapat menjamin terpeliharanya mutu
dari simplisia.Wadah terbuat dari plastik tebal atau gelas yang berwarna gelap dan
tertutup kedap memberikan suatu jaminan yang memadai terhadap isinya, wadah
dari logam tidak dianjurkan agar tidak berpengaruh terhadap simplisia. Ruangan
penyimpanan simplisia harus diperhatikan suhu, kelembaban udara dan sirkulasi
udara ruangannya.
2.1.5 Standarisasi
Standardisasi metupakan suatu rangkaian proses yang di dalamnya
melibatkan metode analisis fisik, kimia dan mikrobiologi berdasarkan data
farmakologis dan toksikologi (kriteria umum keamanan) terhadap suatu bahan
alam atau tumbuhan obat. Standardisasi secara umum bertujuan untuk
memberikan efikasi yang terukur secara farmakologis dan menjamin keamanan
konsumen. Standardisasi obat herbal meliputi 2 aspek penting, yaitu aspek
parameter spesifik dan parameter non spesifik (Saifuddin, 2011).
2.1.6 Parameter spesifik
Aspek parameter spesifik difokuskan pada senyawa aktif yang bertanggung
jawab dalam memberikan efek farmakologis. Parameter spesifik ditinjau secara
universal artinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Analisis parameter
spesifik ditujukan untuk mengidentifikasi secara kualitatif maupun secara
kuantitatif suatu senyawa aktif yang berperan dalam suatu bahan alam. Parameter
spesifik meliputi (Saifuddin, 2011):
a. Organoleptis Pengamatan organoleptis meliputi parameter yang dapat
dideskripsikan dengan sederhana menggunakan panca indera meliputi
warna, bau, rasa dan bentuk yang seobjektif mungkin.
b. Identitas simplisia Identitas simplisia meliputi deskripsi tata nama
tumbuhan, nama lain tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan (daun,
akar, biji, dan lainlain) dan nama Indonesia tumbuhan.
c. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu Melarutkan simplisia dengan
pelarut tertentu yaitu air dan alkohol untuk mengetahui jumlah senyawa
kandungan yang terlarut secara gravimetrik. Untuk mengetahui atau
memberikan gambaran awal sifat senyawa kandungan bahan alam.
d. Uji kandungan kimia simplisia : Uji kandungan kimia ekstrak meliputi pola
kromatogram dan kandungan kimia tertentu. Pola kromatogram bertujuan
untuk memberikan gambaran awal profil kromatografi suatu senyawa
(komposisi kandungan kimia) dengan dibandingkan dengan senyawa baku
atau standar. Sedangkan kadar kandungan kimia tertentu dapat berupa
senyawa aktif yang bertanggung jawab dalam memberikan efek
farmakologis, senyawa identitas yaitu senyawa yang khas, unik, eksklusif,
yang terdapat pada tumbuhan obat tertentu, senyawa major yaitu senyawa
yang paling banyak secara kuantitatif dalam tumbuhan dan senyawa aktual
yaitu senyawa apapun yang terdapat dalam bahan yang dianalisis.
2.1.7 Parameter Non Spesifik
Aspek parameter non spesifik difokuskan pada aspek kimiawi, fisik, dan
mikrobiologi yaitu yang berperan dalam keamanan konsumen secara langsung.
Parameter non spesifik bertanggung jawab atas kualitas dan keamanan suatu
bahan alam. Adapun parameter non spesifik diantaranya yaitu :
a. Susut pengeringan Susut pengeringan berhubungan dengan kandungan air
dalam suau bahan alam atau simplisia, yang ditetapkan dengan pengukuran
sisa zat setelah pengeringan pada suhu 105oC menggunakan botol timbang
yang berisi simplisia yang akan ditetapkan kadar susut pengeringannya.
Penetapan susut pengeringan bertujuan untuk memberikan gambaran
rentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.
b. Bobot jenis Bobot jenis terkait dengan kontaminasi atau kemurnian
ekstrak. Tujuan dari penentuan bobot jenis adalah untuk memberikan
gambaran besarnya massa per satuan volume sebagai parameter khusus
ekstrak cair sampai ekstrak pekat yang masih dapat dituang. Bobot jenis
juga terkait dengan kemurnian dari ekstrak dan kontaminasi.
c. Kadar abu Penetapan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran
terkait karakteristik sisa kadar abu monorganik seteah pengabuan. Kadar
abu juga dapat dijadikan sebagai pencirian suatu spesies obat karena setiap
tanaman memiliki sisa abu secara spesifik (Saifuddin, 2011).
d. Kadar air Parameter penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui kadar
residu air setelah pengeringan atau proses pengentalan ekstrak. Kadar air
menentukan kualitas dan stabilitas ekstrak dalam bentuk sediaan
selanjutanya. Kadar air yang cukup beresiko adalah di atas 10 %
(Saifuddin, 2011).
e. Sisa pelarut organik Tujuan dari penetapan sisa pelarut organik adalah
untuk mengetahui sisa pelarut etanol setelah pengeringan. Etanol dijadikan
sebagai pelarut karena memiliki toksisitas yang lebih rendah dibanding
dengan pelarut lain seperti methanol, kloroform, heksan, dll (Saifuddin,
2011). Bahan alam yang aman dan berkualitas harus dipastikan di
dalamnya tidak terdapat sisa pelarut organik.
f. Cemaran mikroba Aspek cemaran mikroba bertujuan untuk menentukan
keberadaan mikroba yang sifatnya dapat merusak ekstrak sehingga dapat
dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi atau menghilangkan
kontaminasinya sesuai dengan persyaratan cemaran mikroba yang
diperbolehkan.
g. Cemaran logam berat Parameter penetapan logam berat erat kaitannya
dengan kualitas dan keamanan dari suatu bahan obat alam atau simplisia.
Pemeriksaan cemaran logam dapat menjamin suatu bahan dan ekstrak tidak
mengandung logam berat tertentu seperti Cd, Hg, Pb, dan logam berat
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai