Anda di halaman 1dari 12

PENUGASAN GEOGRAFI

KELAS XI

PENGELOLAAN SDA
INDONESIA

Penyusun :

Leyton Raynaldo.O XI-B / 26

Marvel Imanuel.S XI-B / 27


I. PENGENALAN MENGENAI AMDAL

A. Definisi
Analisis dampak
lingkungan atau sering disebut
AMDAL (Environmental impact
assessment) atau Analisis
mengenai dampak
lingkungan adalah kajian
mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan
pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan
akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan
hidup di sini adalah aspek abiotik, biotik dan kultural. Dasar hukum AMDAL di Indonesia
adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang "Izin Lingkungan Hidup" yang merupakan
pengganti PP 27 Tahun 1999 tentang Amdal. Untuk kegiatan Amdal sendiri di Indonesia, Amdal telah
dilaksanakan sejak 1982.

B. Tujuan AMDAL

Kegiatan AMDAL dilakukan bertujuan untuk memprediksi dampak lingkungan pada tahap
awal perencanaan dan desian suatu projek serta menemukan cara dan sarana untuk mengurangi
segala sesuatu yang berdampak buruk bagi lingkungan. AMDAL juga bertujuan untuk membentuk
proyek agar sesuai dengan lingkungan local dan menyajikan prediksi serta pilihan kepada pembuat
keputusan. Dengan menggunakan AMDAL, manfaat lingkungan dan ekonomi dapat dicapai, seperti
pengurangan biaya, waktu pelaksanaan, dan desain proyek yang akan dilaksanakan.

Tujuan dari AMDAL juga untuk menentukan potensi dampak lingkungan, sosial, dan kesehatan
dari pembangunan yang diusulkan, sehingga mereka yang memiliki wewenang untuk mengambil
keputusan dalam mengembangkan suatu proyek diinformasikan tentang kemungkinan konsekuensi
dari keputusan mereka sebelum mengambil keputusan-keputusan tersebut

C. Fungsi AMDAL

Fungsi AMDAL sangat esensial dan penting untuk izin pelaksanaan suatu proyek. AMDAL yang
ditaaiti dan ditepati akan menjamin keamanan lingkungan dan masyarakat. Berikut fungsi AMDAL
yang penting untuk diketahui :
1. Sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan pembangunan suatu wilayah
2. Untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan atas kelayakan sebuah lingkungan
hidup dari rencana usaha atau kegiatan tertentu
3. Membantu memberikan masukan dalam rangka Menyusun sebuah rancangan yang terperinci
dari suatu rencana usaha atau kegiatan
4. Membantu memberikan masukan dalam suatu proses penyusunan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
5. Membantu memberikan informasi terhadap masyarakat tentang dampak-dampak yang akan
ditimbulkan dari suatu rencana usaha atau kegiatan.
6. Sebagai rekomendasi utama untuk sebuah izin usaha.
7. Sebagai legal dokumen atau scientific document.
8. Sebagai izin kelayakan lingkungan.

D. Manfaat AMDAL

1. Membantu proses perencanaan untuk mencegah pencemaran dan kerusakan yang terjadi
pada lingkungan
2. Membantu mencegah konflik yang terjadi dengan masyarakat terhadap dampak kerusakan
lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan atau usaha.
3. Menjaga agar proses pembangunan berjalan sesuai dengan prinsip pembangunan yang
berkelanjutan.
4. Membantu mewujudkan pemerintahan yang bertanggung jawab dalam hal pengelolaan
lingkungan hidup.
5. Membantu membuat usaha dan kegiatan menjadi lebih terjamin dan aman.
6. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk pengajuan kredit atau utang usaha di bank
7. Dapat dijadikan sarana dalam membantu interaksi dengan masyarakat sekitar sebagai bukti
dari ketaatan terhadap hukum.
8. Dapat menjelaskan kepada masyarakat mengenai dampak yang terjadi ke depannya setelah
usaha atau kegiatan tersebut dijalankan
9. Masyarakat bisa ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan suatu kegiatan dan mengontrol
kegiatan tersebut
10. Masyarakat dapat ikut terlibat dalam proses pengambilan suatu keputusan yang akan
berpengaruh pada lingkungan tempat tinggalnya.

E. Proses dan prosedur dilakukannya kegiatan AMDAL

Prosedur Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang sering dikenal dengan
sangat dibutuhkan oleh berbagai perusahaan yang mengupayakan adanya pelestarian lingkungan.
Secara umum penyusunan dokumen AMDAL dilakukan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

 Proses penapisan (screening) wajib AMDAL


Proses Penapisan (screening) wajib AMDAL Proses penapisan atau kerap juga disebut
proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana kegiatan
wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem
penapisan satu langkah. Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen
AMDAL atau tidak dapat dilihat pada Peraturan Menteri Negara LH Nomor 15 Tahun 2012 tentang
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL.

 Proses pengumuman
Proses Pengumuman setiap rencana kegiatan yang diwajibkan untuk membuat AMDAL
wajib mengumumkan rencana kegiatannya kepada masyarakat sebelum pemrakarsa melakukan
penyusunan AMDAL. Pengumuman dilakukan oleh instansi yang bertanggung jawab dan
pemrakarsa kegiatan. Tata cara dan bentuk pengumuman serta tata cara penyampaian saran,
pendapat dan tanggapan diatur dalam PerMen LH No 17 Tahun 2012 tentang Keterlibatan
Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.

 Proses pelingkupan (scopping)


Proses Pelingkupan (scopping) Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk
menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis) yang terkait
dengan rencana kegiatan. Tujuan pelingkupan adalah untuk menetapkan batas wilayah studi,
mengidentifikasi dampak penting terhadap Iingkungan, menetapkan tingkat kedalaman studi,
menetapkan lingkup studi, menelaah kegiatan lain yang terkait dengan rencana kegiatan yang
dikaji. Hasil akhir dan proses pelingkupan adalah dokumen KA-ANDAL. Saran dan masukan
masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam proses pelingkupan

 Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL


Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL Setelah KA-ANDAL selesai disusun, pemrakarsa
dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan,
lama waktu maksimal penilaian KA- ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan
penyusun untuk memperbaiki / menyempurnakan kembali dokumennya

 Penyusunan dan penilaian ANDAL,RKL dan RPL


Penyusunan dan penilaian ANDAL,RKL dan RPL Penyusunan ANDAL, RKL & RPL dilakukan
dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL). Setelah
selesai disusun, pemrakarsa dapat mengajukan dokumen kepada Komisi Penilai AMDAL untuk
dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari
di luar waktu yang dibutuhkan penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya.

 Persetujuan Kelayakan Lingkungan


Penyusun AMDAL Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting dan belum memiliki kepastian
pengelolaan lingkungannya. Ketentuan apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen
AMDAL atau tidak dapat dilihat dalam bagian Prosedur dan Mekanisme AMDAL. Dalam
penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan
AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL diharapkan telah memiliki sertifikat Kompetensi dari
Lembaga Pemberi Lisensi Penyusun AMDAL. Berbagai pedoman penyusunan yang lebih rinci dan
spesifik menurut tipe kegiatan maupun ekosistem yang berlaku juga diatur dalam berbagai
Keputusan Kepala Bapedal.
II. Kasus Eksploitasi SDA di Indonesia

A. PT Nabire Baru, Perusahaan Kelapa Sawit di Papua

Perusahaan yang melakukan eksploitasi SDA tanpa


menggunakan Amdal, PT Nabire Baru, sebuah
perusahaan kelapa sawit yang beroperasi di Kabupaten
Nabire. Beberapa tahun terakhir, kawasan hutan
lindung terus ditebang oleh pihak perusahaan bersama
oknum aparat keamanan. Daerah Wami dan Sima,
Distrik Yaur, bagian barat Nabire, misalnya, puluhan
hektar hutan saat ini rusak akibat penebangan liar. PT
Nabire Baru yang mencakup luas 17.000 hektar. Peta
tutupan lahan KLHK menunjukkan bahwa antara tahun
2011 dan 2013 beberapa ribu hektar hutan sebagian primer, termasuk hutan gambut, telah dibuka.
Konsesi meliputi beberapa ribu hektar lahan gambut.

Untuk kebutuhan lahan tanah, Daerah Keramat dan


Dusun Sagu Dibabat Habis PT Nabire Baru. Daerah
keramat yang selama ini dirawat masyarakat Suku
Waoha, Koroba, Sarakwari dan Akaba, dibabat habis
oleh perusahaan tersebut. Dusun sagu sebagai sumber
penghidupan mereka juga ikut dibabat habis.
Tidak tinggal diam melihat kondisi ini, Masyarakat Adat
Suku Besar Yerisiam yang terdiri dari empat suku di
dalamnya menyatakan komitmen untuk segera
menutup perusahaan perkebunan kelapa sawit di
kampung Wami dan Sima, Distrik Yaur, Kabupaten Nabire, Papua.

Kepala suku besar Yerisiam menegaskan bahwa Perusahaan Kelapa Sawit di kabupaten Nabire harus
segera ditutup. Simon Petrus Hanebora, sang kepala suku juga mengajak untuk memantau
perkembangan yang berjalan selama satu tahun pada saat itu, tentang persoalan masyakarat pribumi
Suku Besar Yerisiam atas eksploitas, pembalakan liar dan proses pembiaran yang dilakukan oleh
perusahaan itu

Perusahaan PT. Nabire Baru ini sudah melakukan banyak penyimpangan dalam perolehan lahan
perkebunan kelapa sawit. Berikut merupakan kronologis atau urutan waktunya selama waktu
perusahaan beroperasi :

2007 Ditemukan dokumen Surat Pernyataan Kepala Suku Besar Yerisiam (SP. Hanebora, 16
April 2007) untuk mendukung rencana PT. JDI mengelola kelapa sawit dengan syarat
bisa bekerjasama dengan masyarakat adat. Namun, pada waktu lainnya (1 Oktober
2007), Kepala Suku Besar Yerisiam mengeluarkan surat pernyataan pembatalan
rencana perkebunan kelapa sawit PT. Direktur CV. Nabire Baru mengeluarkan Surat No.
02/SP/NB-IX/2007, tanggal 12 September 2007, perihal permohonan persetujuan
prinsip pencadangan areal hutan untuk ijin pemanfaatan kayu (IPK) atas nama CV.
Nabire Baru di Kampung Sima, Distrik Yaur.

2008 Bupati Nabire juga mengeluarkan Surat Nomor 525.26/066.a/Dishut, tanggal 24 Januari
2008, Perihal Ijin Peruntukkan Penggunaan Lahan perkebunan kelapa sawit atas nama
PT. NB
2009 Bupati Kabupaten Nabire mengeluarkan surat Nomor 187 Tahun 2009 tentang
Pemberian Ijin Lokasi untuk Keperluan Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit kepada PT.
Nabire Baru seluas 17.000 hektar di Kampung Sima, Distrik Yaur, Kab. Nabire, Provinsi
Papua.
2011 Pada tahun 2011 PT.Nabire Baru mendorong DPRD Nabire membuat TIM PANSUS ke
Jakarta guna meminta Kementrian Kehutanan mencabut ijin HPH/PT.JDI atas tanah
ulayat masyarakat yerisiam agar dapat dimanfaatkan untuk masa depan mereka. Dan
pada tahun 2012 berkat kerja keras PT.Nabire Baru maka, HPH pun dapat di kembalikan
kepada pemilik ulayat.
2012 Surat Badan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Papua Nomor
660/353/VI/BAPSDALH, Agustus 2012, menyangkut melarang NB melakukan aktivitas
sebelum proses AMDAL diselesaikan dan Nomor 660/473/IV/BAPSDALH, Oktober 2012,
keduanya terkait proses AMDAL. Pada isi dua surat tersebut memuat 4 poin. Pada surat
pertama bulan Agustus pada poin kelima meminta kepada PT. Nabire Baru tidak
diperbolehkan melakukan kegiatan apapun di lapangan sebelum proses AMDAL dan izin
lingkungan diselesaikan. Surat kedua bulan Oktober poin keempat berbunyi,
berdasarkan penjelasan pada butir 1, 2, 3 diatas, maka proses AMDAL rencana
perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya oleh PT. Nabire Baru ditunda.
2013 Konsultan Nabire Baru, pada konsultasi publik analisis mengenai dampak lingkungan
(Amdal) di Kampung Sima mengatakan, perusahaan berpijak pada UU Lingkungan
Hidup, peraturan pemerintah, sampai peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 16. Juga, peraturan Meteri Lingkungan Hidup nomor 17 tahun 2012 tentang
Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Amdal dan Izin Lingkungan bahwa dari
sisi hukum, perusahaan Nabire Baru telah memiliki kelayakan untuk melaksanakan
kegiatan.

Namun, jika dianalisis kembali, pemenuhan syarat dan kewajiban yang dibebankan kepada
perusahaan juga tidak dilaksanakan, lalai dan cenderung diabaikan, antara lain:
• PT. Nabire Baru telah melakukan pembongkaran dan penggusuran lahan dan hutan sebelum
ada AMDAL dan HGU. Hingga saat ini, masyarakat setempat belum pernah dilibatkan dalam
membicarakan AMDAL
• Perusahaan melakukan penebangan dan pemanfaatan kayu melibatkan perusahaan PT.
Sariwarna Unggul Mandiri, yang dimiliki PT. NB sendiri, hal ini mengingkari ketentuan bahwa
dalam pemanfaatan kayu dikelola oleh industri kayu rakyat setempat dan bermitra dengan
masyarakat pemilik ulayat, menumbuhkan dan memberdayakan masyarakat dalam rangka
community development. Nilai pembayaran kompensasi kayu masih sangat rendah dibawah
standar pasar setempat, sebaliknya perusahaan PT. SUM pengelola kayu mendapatkan nilai
lebih yang besar.
• Penebangan kayu dilakukan tanpa melihat dan berdasarkan sistem pengetahuan dan sistem
nilai konservasi masyarakat setempat, sehingga daerah yang semestinya dienclave dan
dilindungi turut dibongkar dan digusur, sehingga menimbulkan permasalahan sosial dan
ekologi.

Dampak dari eksploitasi ini sangat memprihatinkan karena sumber daya alam penghasil kayu, rotan,
serta makhluk hidup yang ada di area tersebut digusur dan mati tanpa adanya pertanggungjawaban
dari perusahaan tersebut. Padahal aktivitas perkebunan tersebut sarat dengan persoalan. Belum lagi
telah diketahui persoalan ijin Amdal dari BABEDALDA dan klaim HPH belum keluar atau belum
disetujui namun faktanya perusahaan tersebut telah mendapatkan izin operasi dari gubernur
setempat sejak 2008 yang membuat perusahaan tersebut melanjutkan aktivitas mereka.

Pada pertengahan tahun 2016, deforestasi diyakini masih berlangsung, dengan citra satelit Landsat
menunjukkan setidaknya 70% dari konsesi PT Nabire Baru ini dibuka atau dibagi-bagi menjadi blok
perkebunan. Terdapat perlawanan yang terus menerus terhadap operasi PT Nabire Baru oleh
masyarakat adat lokal dari kelompok etnis Yerisiam, dimana kasus ini mendapatkan perhatian
masyarakat yang yang cukup besar di Papua. PT Nabire Baru telah menggunakan satuan keamanan
negara untuk menjaga keamanan perkebunan, dan ini telah mengakibatkan serangkaian kekerasan
atau insiden-insiden intimidasi, yang sering dilaporkan ditargetkan pada anggota masyarakat yang
menentang perkebunan. Pada tanggal 12 April 2016 sengketa lanjutan muncul ketika perusahaan
mulai membuka lahan untuk plasma (petani kecil), termasuk kebun sagu Jarae dan Manawari, yang
merupakan situs suci bagi orang-orang Yerisiam serta menjadi sumber pangan penting. Konsesi ini
sekarang sedang menjadi subyek komplain kepada RSPO

PELANGGARAN KEBIJAKAN IOI YANG DILAKUKAN PT NABIRE BARU


• Deforestasi : pembukaan hutan primer di Papua

• Gambut : pengembangan perkebunan di lahan gambut


• Eksploitasi : pengambilalihan tanah adat tanpa persetujuan atas dasar informasi di awal
tanpa paksaan (FPIC) dan menggunakan aparat keamanan negara untuk menghadapi
perlawanan masyarakat lokal

Perusahaan terus melakukan penebangan hutan hingga ke areal-areal keramat,


dusun-dusun sagu dan pinggiran pantai. Ribuan pohon kayu putih dan rotan yang memiliki
nilai komersial diterlantarkan dan dikuburkan begitu saja, sedangkan kayu merbau/kayu besi
terus dijadikan buruan dan incaran perusahaan tersebut. Tulinya lagi, bahwa
Pemberitahuan/surat menyurat kepada lembaga-lembaga yang bertanggung jawab seperti,
DPRD Nabire,Kehutanan Nabire,Perkebunan Nabire,Kapolda Papua dan BAPEDALDA Papua,
oleh masyarakat adat tak pernah digubris, seperti ada kepentingan pribadi di balik aktifitas
tersebut. Ribuan pohon kayu dan rotan terus digusur.

Berikut pernyataan sikap masyarakat pribumi suku besar Yerisiam :


1. Pertama, Meminta Komnas HAM Pusat, Kapolri, dan unsur-unsur terkait untuk melakukan
investigasi dan advokasi tentang penyimpangan aturan oleh Pemerintah Provinsi Papua,
Pemerintah Daerah Nabire, dan perusahaan kelapa sawit PT. Nabire Baru di atas areal
Masyarakat Pribumi Suku Yerisiam, agar bertanggung jawab atas ribuan pohon dan rotan
yang di tebang dan ditelantarkan.

2. Dua, Meminta KPK untuk menyelidiki Bupati Nabire, DPRD Nabire, Dinas Kehutanan
Kabupaten Nabire, Dinas Perkebunan Nabire, PT. Nabire Baru, karena ada indikasi suap-
menyuap dan kongkalingkong, karena selama ini terkesan lembaga-lembaga ini terus
menjadi pelegal terhadap aktivitas perkebunan kelapa sawit yang secara riil sarat dengan
persoalan yang merugikan rakyat Yerisiam dan kepentingan.

3. Ketiga, meminta kepada Ketua DPRD Nabire, untuk meletakan jabatan sebelum PEMILU
2014, karena terkesan membiarkan perusahaan sawit PT. Nabire Baru dan PT. Sariwana
Unggul Mandiri dalam melakukan praktek-praktek kotor di atas penderitaan suku besar
Yerisiam, tanpa ada suara satupun sebagai wakil rakyat. Ada indikasi, ini hanya untuk
kepentingan politik dalam hal finansial dan memanfaatkan suara karyawan perusahan di
PEMILU 2014. Suku Yerisiam mengharapkan penanganan serius oleh pihak-pihak yang
telah disebutkan.
B. PT.Stanindo Inti Perkasa
PT. Stanindo Inti Perkasa adalah
perusahaan pertambangan yang berpangkal
di Pangkal Pinang, Bangka Belitung.
Perusahaan ini dinyatakan bersalah karena
sudah melanggar UU Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kasus
PT.Stanindo Inti Perkasa ini, berawal dari
operasi penambangan timah dengan kapal
isa produksi tak berizin di destinasi wisata
Pantai Pasir Padi. Direktur Eksekutif WALHI Bangka Belitung Ratno Budi menyatakan bahwa pesisir
provinsi Bangka Belitung harus bebas dari tambang laut untu menyelamatkan nelayan di Provinsi
Bangka belitung yang menggantungkan hidup pada hasil laut. Jika tidak dihentikan akan
mengancam kelangsungan hidup dan meningkatkan kemiskinan masyarakat pesisir di provinsi
Bangka Belitung. Tambang laut juga penyebab utama kerusakan ekosistem laut yang membuat
Babel diambang bencana ekologi. Hal ini juga berdampak pada Sosial Ekonomi Nelayan dari
Operasional Kapal Isap Produksi Pertambangan Timah di Provisi Babel yang berdampak pada hasil
tangkapan dan pola konsumsi keluarga. Dengan adanya kasus ini, maka pemerintah mencabut izin
usaha dan izin AMDAL yang dikantongi oleh PT.Standindo Inti Perkasa.

Permasalahan pencemaran lingkungan terutama yang banyak terjadi karena kelalaian


perusahaan sendiri. Pada umumnya
perusahaan tersebut terlalu fokus pada
pencapaian laba sehingga perusahaan
tersebut kurang memperhatikan akan
kepeduliannya terhadap lingkungan. Tanggung
jawab perusahaan tidak hanya memperoleh
laba, tetapi juga harus memperhatikan
dampak aktivitasnya, baik sosial maupun
lingkungan, sehingga kondisi lingkungannya
tetap terjaga.

C. CSR ( Corporate Social Responsibility )

Untuk PT. Nabire Baru perusahaan ini tidak menerapkan CSR (Corporate Social
Responsibility) yang dimana hal ini merupakan konsep yang dilakukan oleh suatu perusahaan
sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana
perusahaan itu berada. Karena banyaknya penyimpangan atau pelanggaran yang dilakukan
PT. Nabire Baru ini, termasuk melakukan pembalakan hutan sebelum keluarnya izin AMDAL,
sehingga perusahan ini tidak menerapkan suatu konsep CSR karena seperti yang sudah
diketahui, keberadaan perusahaan ini bahkan dikecam oleh banyak masyarakat sekitar karena
PT. Nabire Baru benar-benar merugikan lingkungan yang ada di daerah tempat tinggal para
warga. Perusahaan ini secara kasar, tidak bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan
perusahaan terhadap warga,
perusahaan juga tidak menjalin
hubungan yang baik atau tidak
memberikan damapk positif bagi
para stakeholder, terutama
kepada masyarakat.
Sama halnya dengan PT.
Stanindo Inti Perkasa yang tidak
menerapkan CSR. Hal ini
dibuktikan dari mereka tidak
melakukan tanggung jawab atas
kegiatan pertambangan illegal
yang telah menyebabkan
berbagai kerugian baik terhadap lingkungan ataupun terhadap ekonomi warga yang
terdampak.
Perusahaan yang menerapkan CSR di Indonesia contohnya adalah Pertamina.
Pertamina memiliki Komitmen Pertamina dalam melaksanakan TJSL diwujudkan dalam
berbagai kegiatan CSR yang meliputi bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, infrastruktur,
pemberdayaan masyarakat, manajemen bencana, maupun bantuan khusus. Realisasi
kegiatan dilaksanakan oleh seluruh unit kerja fungsi CSR Pertamina, baik di kantor pusat, unit
operasi, maupun anak perusahaan. Beberapa kegiatan khususnya di bidang pendidikan
dilakukan bersama dengan Pertamina Foundation. Di bawah payung tema “Pertamina Sobat
Bumi”, Pertamina mengimplementasikan program CSRuntuk tujuan people, planet, and profit
(3P). Tujuan ini menjadi fokus Pertamina dalam menjalankan operasinya, di mana produk-
produk yang dikembangkan dan jasa yang diberikan peduli terhadap kelestarian lingkungan
khususnya bumi untuk kepentingan dan masa depan generasi yang akan datang. CSR
Pertamina berfokus pada empat isu yang menjadi pilarnya yaitu:

1. Pertamina Cerdas
2. Pertamina Sehati
3. Pertamina Hijau
4. Pertamina Berdikari

Adapun contoh perusahaan pertambangan yang sudah mengantongi AMDAL dan


menerapkan CSR adalah PT.Tunas Inti Abadi. Mereka berkomitmen untuk terus menerus
bertindak sesuai etika dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan
serta meningkatkan kualitas hidup pegawai dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat
melalui kegiatan pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Hal ini diwujudkan dengan
melaksanakan berbagai program yang diarahkan guna mencapai kondisi dan kualitas
kehidupan sosial dan ekonomi yang lebih baik.
III. Kritik dan Saran

Sebuah perusahaan yang


baik adalah perusahaan yang
sudah memperhatikan dan
mempertimbangkan dampak
keberadaannya terhadap
lingkungan. Karena perusahaan
bukan hanya harus
mementingkan laba. Namun
perusahaan harus
memperhatian dampak dari yang
dilakukan dari aktifitas
perusahaan tersebut. Dampak
tersebut bisa meliputi dampak sosial ataupun dampak lingkungan. Perusahaan harus
memperhatikan dampak aktifitas mereka terhadap keberlangsungan masyarakat yang hidup
disekitar tempat aktifitas perusahaan tersebut. Dan yang lebih penting adalah memperhatikan
dampak yang diberikan terhadap lingkungan. Memastikan bahwa aktifitas tersebut tidak akan
merusak atau mengganggu stabilitas lingkungan dan sekitarnya. Ada beberapa metode green
business dimana tanggung jawabnya terhadap lingkungan dan merupakan kegiatan bisnis
yang positif untuk menunjukkan bahwa perusahaan tersebut peduli terhadap kondisi
lingkungan. Selain itu, perlu dilakukannya environmental disclosure dengan tujuan untuk
mengetahui factor-faktor yang mementukan pengungkapan lingkungan di Indonesia.
Daftar Pustaka
Dlh, admin. 2019 “ Pengertian AMDAL “ ,
https://dlh.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/pengertian-amdal-46. Diakses pada
tanggal 23 November 2021
Mardatila, Ani . 2021 . “Fungsi AMDAL Beserta Pengertian dan Manfaatnya bagi Masayrakat
dan Lingkungan “ https://www.merdeka.com/sumut/fungsi-amdal-pengertian-beserta-
manfaatnya-bagi-masyarakat-dan-lingkungan-kln.html. Diakses pada tanggal 23 November
2021
Dinas, Lingkunga Hidup. 2017. “ Prosedur Penyususan Amdal”
https://dlh.paserkab.go.id/detailpost/prosedur-penyusunan-amdal. Diakses pada tanggal 23
November 2021
Papua, Jerat . 2015. “Masalah Eksploitasi Sumber Alam di Papua, pada Januari 2015”
https://www.jeratpapua.org/2015/03/10/masalah-eksploitasi-sumber-alam-di-papua-pada-
januari-2015/. Diakses pada tanggal 24 November 2021
Admin. 2013. “Hanebora : Perusahaan Kelapa Sawit di Nabire Merusak, Harus Ditutup !”
https://awasmifee.potager.org/?p=551&lang=id. Diakses pada tanggal 24 November 2021
International, Greenpeace. 2016. “Kejahatan Perdagangan”
https://www.greenpeace.org/static/planet4-indonesia-stateless/2019/02/15bcd631-
15bcd631-ioi-report-indonesian-lowres.pdf. Diakses pada tanggal 24 November 2021
“ Kronologis Kasus Perkebunan Kelapa Sawit di Nabire “ http://fransiskanpapua.org/wp-
content/uploads/2017/04/Kronologis-Kasus-Kelapa-Sawit-di-Nabire-1.pdf . Diakses pada
tanggal 24 November 2021.
“Bab I “ http://eprints.perbanas.ac.id/5335/174/BAB%20I.pdf . Diakses pada tanggal 24
November 2021.

Anda mungkin juga menyukai