1
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI
Nama : Tn.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 42 th
Agama : Islam
Alamat : Belinyu
Masuk RS : 29 Maret 2021
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 30
Maret 2021 pada pukul diruang rawat inap Seruni
Keluhan Utama :
Lemah anggota gerak sebelah kiri
2
- Riwayat Kejang (-)
- Riwayat TB (-)
Riwayat Keluarga :
Tidak ada pada keluarga yang mengalami keluhan yang serupa.
Riwayat Kebiasaan
- Riwayat merokok (+)
- Pasien jarang berolahraga
- Tidak terdapat Riwayat mengonsumsi obat dalam jangka Panjang
3
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi :Iktus kordis teraba di ICS V di linea midklavikula
sinistra
- Perkusi : Batas jantung normal
- Auskultasi : BJ I-II regular, murmur(-), gallop(-)
Abdomen
- Inspeksi : datar, massa (-)
- Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-) hepar dan lien tidak
teraba
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : BU (+) Normal
Ekstremitas : Akral hangat , CRT <2 detik, edema -/-
Genitalia : Tidak diperiksa
3. Status Neurologikus
1. Kesadaran : Compos Mentis , GCS 15 E4M6V5
2. Kepala : Bentuk Normochepali , ukuran normal ,
hematom (-), massa (-) , deformitas (-)
3. Tanda Rangsangan Meningeal :
- Kaku Kuduk : (-)
- Kernig’s sign : (-)
- Brudzinsky I : (-)
- Brudzinsky II : (-)
- Brudzinsky III : (-)
- Brudzinsky IV : (-)
4. Nervus Cranialis
- N.I (Olfaktorius) :
Dextra Sinistra
Daya Pembau Normosmia Normosmia
- Nervus Optikus
Dextra Sinistra
Tajam Penglihatan Normal Normal
Lapang Pandang Normal Normal
Pengenalan Warna Normal Normal
4
Funduskopi Tidak dilakukan Pemeriksaan
Papil Edema
Arteri : Vena
- Nervus Okulomotorius
Dextra Sinistra
Ptosis - -
Gerakan Bola
Mata
Medial Baik
Baik
Atas Baik
Baik
Bawah Baik
Baik
Ukuran Pupil 3mm 3mm
Refleks Cahaya + +
Langsung
- Nervus Trokhelaris
Dextra Sinistra
Gerakan Mata Medial Baik Baik
Bawah
- Nervus Trigeminus
Mengigit Normal
Membuka Mulut Normal
SEnsibilitas
Maksilaris + +
MAndibularis + +
- Nervus Abdusens
Dextra Sinistra
Gerakan Mata ke + +
Lateral
- Nervus Facialis
Dextra Sinistra
Mengangkat Alis + -
Kerutan Dahi + -
Menutup mata + -
Menyeringai + -
- Nervus Vestibulochoclearis
Tes Romberg Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes Rinne Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes Weber Tidak dilakukan pemeriksaan
5
Tes Schwabach Tidak dilakukan pemeriksaan
- Nervus Glosofaringeus & Vagus
Uvula Letak Ditengah
Menelan Normal
Refleks Muntah Tidak dilakukan
- Nervus Assesorius
Dextra Sinistra
Memalingkan Kepala Baik Baik
Mengangkat Bahu Baik Baik
- Nervus Hipoglossus
Sikap lidah Tidak ada deviasi
Fasikulasi -
Tremor Lidah -
Atrofi otot lidah -
Motorik: Kekuatan : 5 5 5 5 4 4 4 4
5555 4444
Tonus : N N
N N
Trofi : atrofi - -
- -
trisep (+/+)
radius (+/+)
patella (+/+)
achilles (+/+)
Refleks patologis: Hoffman-Trommer (-/-)
Babinsky (-/-)
Oppenheim (-/-)
6
Gordon (-/-)
Gonda (-/-)
Schaffer (-/-)
Chaddock (-/-)
Hematologi Lengkap
Hb : 11,0 g/dl
Leukosit : 30.300l
Trombosit : 201.000 l
Eritrosit : 4,0 jt
Hematokrit : 33 %
MCV : 82 fl
MCH : 27 pg
MCHC : 33 %
Diff count
Limfosit : 6,0 %
Monosit : 5,4 %
Netrofil : 88,6 %
Eosinophil : 0,0 %
Basofil : 0,0 %
Urea : 35 mg/dl
7
Na+ : 139 mmol/l
K+ : 3,2 mmol/l
Cl- : 97 mmol/l
8
9
CT- Scan : Lesi cystic bentuk irregular di lobus temporo-parietal kanan , disertai
subdural hygroma regio frontal kanan , yang menyebabkan herniasi midline
subfalcine ke sisi kiri -> suspek multiple brain abscess
2. Diagnosis
Hemiparese Sinistra ec Susp Multiple Abses Cerebri
3. Diagnosis Banding
- Hemiparese Sinistra ec Susp SOL
- Hemiparese Sinistra ec SH dd SNH
4. Penatalaksanaan
- IVFD Aring 20 tpm
- Inj Ranitidin 2x50 mg
- Inj Citicoline 3x250 mg
- Paracetamol 3x500 mg
- Vit Bcomp 2x1
Obat rutin ( Bells palsy )
- Asam Mefenamat 3x500mg
- Eperison 2x50mg
- Megabal 2x 500mcg
- Metilprednisolon 3x4mg
- Omeprazol 1x20mg
5. Prognosis
6. FOLLOW UP
TGl S O A P
30/03/2 Pasien KU : Mata : CA Hemiparese IVFD Aring 20
10
1 mengeluhkan Tampak -/- SI -/- sinistra ec tpm
gelisah (+) sakit Wajah SNH Inj Ranitidin 2x50
Mual (+) sedang Asimetris Bells Palsy mg
Muntah (+) GCS : Ekstremitas Inj Citicoline
Bicara pelo E4V5M6 3x250 mg
(+) pasien TD : 5555/4444 Paracetamol 3x500
membuka 120/90 5555/4444 mg
mata saat mmhg Vit Bcomp 2x1
dipanggil N: Asam Mefenamat
88x/mnt 3x500mg
RR : Eperison 2x50mg
22x/mnt Megabal 2x
T : 36,4 C 500mcg
Metilprednisolon
3x4mg
Omeprazol
1x20mg
11
01/04/2 Demam (+) KU : Mata : CA Hemiparese IVFD Aring 20
1 Mual (+) Tampak -/- SI -/- sinistra ec tpm
Bicara pelo lemah Wajah SNH Inj Ranitidin 2x50
(+) GCS : Asimetris Bells Palsy mg
Pasien E4V5M6 Ekstremitas Inj Citicoline
membuka TD : 3x250 mg
mata saat 110/60 5555/4444 Paracetamol 3x500
dipanggil N: 68x/m 5555/4444 mg
RR : 20 Vit Bcomp 2x1
x/m Asam Mefenamat
T : 36,6C 3x500mg
Megabal 2x
500mcg
Omeprazol
1x20mg.
12
1x20mg.
13
1 tangan lemah, sinistra ec tpm
sebelah kanan GCS 15 5555/4444 Susp MAS nj.citicoline
(+) TD : 5555/4444 3x250mg
Lemah 110/70 Megabal 2x2
sebelah kiri N : 72x/m Omeprazole 1x20
(+) RR : mg
22x/m Paracetmol 3x500
T : 36,6 mg
Vit B comp 2x1
07/04/2 Tremor pada KU : Ekstremitas Hemiparese IVFD Asering 20
1 tangan lemah, sinistra ec tpm
sebelah kanan GCS 15 5555/4444 Susp MAS Inj dexamethasone
(+) TD : 5555/4444 2x1
Lemah 100/70 nj.citicoline
sebelah kiri N : 88x/m 3x250mg
(+) RR : Megabal 2x2
20x/m Omeprazole 1x20
T : 36 mg
Paracetmol 3x500
mg
Vit B comp 2x1
08/04/2 Lemah KU : Ekstremitas Hemiparese IVFD Asering 20
1 sebelah kiri Mulai sinistra ec tpm
(+) membaik, 5555/4444 Susp MAS Inj dexamethasone
Sakit kepala GCS 15 5555/4444 2x1
(+- bicara TD : nj.citicoline
pelo (+) 100/60 3x250mg
N : 88x/m Megabal 2x1
RR : Omeprazole 1x20
20x/m mg
T : 36 Paracetmol 3x500
mg
Vit B comp 2x1
Zinc 1x1
14
As. Folat 1x1
Levofloxacin 1x1
09/04/2 Lemah KU : Ekstremitas Hemiparese IVFD Asering 20
1 sebelah kiri Mulai sinistra ec tpm
(+) membaik, 5555/4444 Susp MAS Inj dexamethasone
Sakit kepala GCS 15 5555/4444 2x1
(-) bicara pelo TD : 90/60 nj.citicoline
(+) N : 62x/m 3x250mg
RR : Megabal 2x1
20x/m Omeprazole 1x20
T : 36 mg
Paracetmol 3x500
mg
Vit B comp 2x1
Zinc 1x1
As. Folat 1x1
Levofloxacin 1x1
10/04/2 Lemah KU : Ekstremitas Hemiparese IVFD Asering 20
1 sebelah kiri Mulai sinistra ec tpm
(+) membaik, 5555/4444 Susp MAS Megabal 2x1
Sakit kepala GCS 15 5555/4444 Omeprazole 1x20
(+) bicara TD : mg
pelo (+) 110/70 Paracetmol 3x500
N : 60x/m mg
RR : Vit B comp 2x1
20x/m Zinc 1x1
T : 36 As. Folat 1x1
Levofloxacin 1x1
tab
Rawat jalan
10/04/2 Penurunan KU : Kekuatan Hemiparese IVFD Asering 20
1 Kesadaran Mulai motoric : sinistra ec tpm
membaik, Sulit dinilai Susp MAS Inj citicoline
GCS 3x250mg
15
E2V1M5 Inj omeprazole
=8 1x40 mg
TD : Inj ceftriaxone 2x1
110/80 gr
N : 78x/m Paracetamol 3x500
RR : mg
20x/m Vit B komp 2x1
T : 36,9 tab
11/04/21 Penurunan KU : Kekuatan Hemiparese IVFD Asering 20
Kesadaran Mulai motoric : sinistra ec tpm
membaik, Sulit dinilai Susp MAS Inj citicoline
GCS 3x250mg
E2V1M5 Inj omeprazole
=8 1x40 mg
TD : Inj ceftriaxone 2x1
110/80 gr
N : 78x/m Paracetamol 3x500
RR : mg
20x/m Vit B komp 2x1
T : 36,9 tab
16
Antibody SARS-CoV-2 (IgG) (-) Non Reaktif Non Reaktif
Antibody SARS-CoV-2 (IgM) (-) Non Reaktif Non Reaktif
KIMIA elektrolit Hasil Nilai Rujukan
Na+ 145 135-148 mmol/l
K+ 3,9 3,5-5,3 mmol/l
Cl- 105 98-105mmol/l
7. KRONOLOGIS KEMATIAN
Pasien meninggal dunia pada 12 April 2021, pukul 04.00 WIB. Menurut laporan
dokter yang sedang berjaga sebelumnya sekitar jam 03.00 pasien bicara meracau,
GCS 8, Tekanan Darah 90/60 HR, 60x, RR 24x, Temp 36,5’C, Sp02 80 – 85%.
Akral dingin. Lalu kondisi pasien terus menurun sehingga pasien di support
Norepinefrine 1 amp + NaCl 100cc drip 20 tpm mikro dan NRM 15 lpm, Pasien
pada jam 04.00 pasien mengalami Cardiact Arrest. Dilakukan resusitasi selama
kurang lebih 30 menit dan dilakukan pemberian Epinefrine 2 amp. Dan pada
pukul 04.00– 12 April 2021 pasien dinyatakan meninggal dunia.
BAB II
17
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Otak
Anatomi otak adalah struktur yang kompleks dan rumit karena fungsi
organ yang menakjubkan ini berfungsi sebagai pusat kendali dengan
menerima, menafsirkan, serta untuk mengarahkan informasi sensorik di
seluruh tubuh. Ada tiga divisi utama otak, yaitu otak depan, otak tengah, dan
otak belakang.
Pembagian otak:
1. Prosencephalon - Otak depan
2. Mesencephalon - Otak tengah
- Diencephalon = thalamus, hypothalamus
- Telencephalon= korteks serebri, ganglia basalis, corpus striatum
3.Rhombencephalon - Otak belakang
-Metencephalon= pons, cerebellum
-Myelencephalon= medulla oblongata
19
B. Definisi
Abses otak ( abses serebri ) adalah infeksi pada otak yang diselubungi
kapsul dan terlokalisasi pada satu atau lebih area di dalam otak.
Abses otak terdapat pada semua usia. Terbanyak pada usia dekade kedua dari
kehidupan, antara 20-50 tahun. Perbandingan antara penderita laki-laki
dengan perempuan adalah 3 : 1 atau 3 : 2.
20
ke dalam lobus frontalis atau serebelum. Infeksi juga dapat menyebar secara
retrograd tromboflebitis pada cabang-cabang vena di temporal. Cabang-
cabang vena ini bergabung menuju vana-vena kortikal atau ke salah satu sinus
venosus (lateral, inferior, atau petrosal superior).
Abses otak dapat juga timbul akibat penyebaran secara hematogen
dari infeksi yang letaknya jauh dari otak seperti pada infeksi paru sistemik
(empiema, abses paru, bronkiektasis, pneumonia) atau pada endokarditis
bakterialis akut dan subakut dan pada penyakit-penyakit jantung lain seperti
Tertalogi Fallot. Abses yang terbentuk sering sekali multipel dan terdapat
pada substansia alba dan substansis grisea dari jaringan otak.
Dibeberapa negara, penyebaran infeksi secara sistemik ini frekuensinya
terlihat meningkat. Lokalisasi abses otak yang penyebarannya secara
hematogen ini sesuai dengan peredaran darah, paling sering pada daerah yang
didistribusi oleh arteri serebri media, terutama pada lobus parietalis. Bisa juga
pada daerah lain seperti serebelum dan batang otak. Krayenbuhl dan Garfiels
mendapatkan endokarditis subakut bersama sama dengan penyakit jantung
bawaan ataupun penyakit jantung rematik yang amenjadi penyebab abses otak
ini.
Lesi primer lainnya bisa juga akibat pustula kulit, infeksi gigi, abses
tonsil, osteomielitis dan septikemia. Sebaga penyebab abses otak yang tidak
diketahui, persentasenya cukup tinggi, antara 20-37%.
Pada penderita penyakit jantung bawaan ataupun kelainan bentuk arteri dan
vena paru terutama yang didapati adanya aliran darah pintas dari kanan ke
kiri, sangat mudah terkena abses otak, oleh karena darahnya tidak disaring
21
beberapa lama dari kejadiannya, tetapi ini jarang di jumpai oleh karena
biasanya logam panas tersebut steril. Untuk mencegah terjadinya abses otak
akibat trauma tembus kepala, dinjurkan untuk segera melakukan
“debridenment” .
Patah tulang dasar tengkorak yang disertai dengan kebocoran cairan
serebrospinal dapat menyebabkan meningitis yang mengakibatkan terjadinya
abses otak. Pada kraniotomi, bila terjadi infeksi osteomielitis dari “bone
flap”, kemungkinan dapat menyebabkan abses otak. Demikian pula dengan
pemakaian implan, bila terinfeksi dapat menyebabkan abses otak.
Akhir-akhir ini terlihat adanya peningkatan insiden abses otak pada
penderita penyakit imunologik. Termasuk dalam kelompok ini yaitu penderita
dengan penyakit kronis seperti pada penderita yang menggunakan kemoterapi
untuk penyakit-penyakit malignan yang dapat menekan kekebalan tubuh,
penderita yang mendapat pengobatan dengan steroid ataupun bahan
sitotoksik, antibiotika dengan kerja luas dan penderita dengan sindroma
kegagalan sistem kekebalan tubuh (AIDS).
Pernah dilaporkan abses otak disebabkan oleh organisme parasit, seperti
Schistosomiasis atau amoeba, tetapi sangat jarang. Juga oleh jamur seperti
Aktinimikosis, Nokardiosis, Candida Albicans dan lain-lain . Abses otak oleh
bakteri multosida yang tumbuh saprofit pada saluran pencernaan binatang
piaraan seperti anjing dan kucing pernah juga dilaporkan. Infeksi biasanya
karena gigitan hewan tersebut.
22
a. “Early cerebritis”
Pada wakti ini terjadi perubahan histologis yang sangat berarti. Daerah pusat
nekrosis membesar oleh karena meningkatnya “acellular debris” dan
pembentukan nanah oleh karena perlepasan enzim-enzim dari sel radang.
Pada tepi-tepi pusat nekrosis didapati daerah sel-sel radang, makrofag-
mafrofag besar dan gambaran fibroblas yang terpencar-pencar. Fibroblas
mulai menjadi anyaman retikulum, yang akan membentuk kapsul kollagen,
lesi menjadi sangat besar.
Gambaran CT Scan :
23
Di dalam ventrikel, pembentukan dinding sangat lambat oleh karena
kurangnya vaskularisasi di daerah substansi alba dibandingkan dengan
substansi grisea. Pembentukan kapsul yang terlambat dipermukaan
tengah memungkinkan abses membesar ke dalam substansia alba. Bila
abses cukup besar, dapat robek ke dalam ventrikel lateralis. Pada
pembentukan kapsul, terlihat daerah anyaman retikulum yang tersebar
membentuk kapsul kollagen. Mulai meningkatnya reaksi astrosit di
sekitar otak.
Gambaran CT Scan :
Gambaran CT Scan :
E. Gambaran Klinis
Penderita datang dengan keluhan berupa sakit kepala, mintah-muntah,
kejang dan bisa disertai gangguan penglihatan. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan demam, kaku kuduk, papil bendung, bisa pula dijumpai pupil
anisokor, afasia, hemiparese, parastesia, nistagmus ataupun ataksis. Gejala-
gejala tersebut tergantung pada berbagai faktor seperti lokasi abses, virulensi
dari bakteri penyebab, apakah edema otak hebat dan kondisi tubuh atau daya
24
tahan si penderita sendiri. Tidak dijumpai tanda-tanda spesifik dan gejala
yang khas untuk suatu abses otak.
Paling sering dijumpai tanda-tanda umum peningkatan tekanan
intrakranial. Bisa dijumpai tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
tanpa tanda-tanda infeksi pada waktu penderita datang ke rumah sakit. Pada
umumnya peningkatan tekanan intrakranial oleh tumor jinak lebih pelan
daripada oleh abses otak.
Pada abses yang letaknya pada “silent area” dari otak seperti pada
lobus frontalis atau lobus temporal non dominan, mungkin didapati
pembesaran abses sebelum adanya gejala-gejala dan tanda-tanda.
Gejala sakit kepala yang hebat pada penderita abses otak ini sering
tidak dapat diatasi hanya dngan pengobatan simptomatis saja. Hampir seluruh
penderita didapati keluhan sakit kepala. Beberapa penulis mendapatkan
gejala-gejala dengan persentase sebagai berikut : muntah (25-50%), kejang-
kejang (30-50%). Pada penderita dengan abses serebelli, didapatkan gejala-
gejala pusing, vertigo, ataksis, dan gejala- gejala serebelar lainnya. Gejala
fokal yang sering ditemukan (61%) pada kasus dengan abses supratentorial.
Pada abses temporal dapat dijumpai gangguan bicara pada 19,6% kasus,
hemianopsia pada 31% kasus, 20,5% kasus dijumpai unilateral midriasis yang
merupakan indikasi terjadinya herniasi tentorial. 30% dari kasus tidak
didapati tanda-tanda fokal
25
F. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mencari sumber infeksi primer dari suatu abses otak dapat
dibuat suatu foto rontgen polos kepala, sinus ataupun mastoid. Pada foto
rontgen polos kepala, mungkin terlihat pergeseran letak glandula pinealis
yang mengalami kalsifikasi. Didapatkan pneumosefali kalau penyebarannya
bakteri anaerob.
Pada anak-anak kemungkinan sutura melebar oleh karena peninggian
tekanan intrakranial. Kalau ada indikasi, kemungkinan dapat dibuat foto
rontgen toraks untuk mencari apakah ada infeksi dari paru. Dengan
ultrasonografi didapatkan gambaran lateralisasi pada 34,5% kasus. Dengan
angiografi dapat ditentukan lokalisasi abses secara tepat pada 34% kasus.
Pemeriksaan dengan “Computerized Tomography Scanning”(CT Scan) dapat
terlihat lokasi yang tepat dari abses dan juga fase dari abses tersebut, apakah
pada fase cerebritis atau pada fase sudah terbentuknya kapsul. Dengan adanya
CT Scan ini, pengelolaan abses otak dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan jumlah leukosit dan laju endap darah hasilnya selalu
abnormal. Pada 60-70% kasus dijumpai jumlah leukosit antara 10.000-
20.000/cm3. Sampai 40% kasus dijumpai normal atau sedikit meningkat.
Laju endap darah meningkat pada 75-90% kasus, rata-rata 45 mm/jam.
G. Diagnosa Banding
Dari gejala-gejala dan keluhan yang umum pada penderita dengan
26
peningkatan tekanan intrakra- nial serta kemungkinan didapatkan tanda-tanda
infeksi, maka abses otak ini didiagnosis banding antra lain dengan tumor,
terutama tumor ganas yang tumbuh dengan cepat, tromboflebitis intra
serebral, empiema subdural, abses ektra dural dan ensefalitis.
27
pembedahan.
28
kasus abses otak yang dilakukan tindakan pembedahan digunakan dua
cara yaitu aspirasi melalui pengeboran tulang tengkorak dan eksisi
melalui kraniotomi
Tindakan Pembedahan
Aspirasi
Kraniotomi Osteoplastik
Penderita dipersiapkan dengan persiapan bedah selengkap-lengkapnya.
29
pembedahan dilakukan dengan pembiusan umum. Tergantung dari lokasi
absesnya, kita melakukan kraniotomi osteoplastik dan flap kulit dipersiapkan.
untuk abses fosa posterior/serebellum dilakukan suboksipital kraniotomi yang
luas, sampai membuang arkus dari tulang atlas bila diperlukan. Setelah insisi
kulit sesuai dengan lokasi absesnya, dilakukan pengeboran dibeberapa tempat
untuk kraniotomi tersebut. Tulang dilepaskan, duramater dibuka lebar.
Dengan jarum fungsi khusus dilakukan penusukan pada absesnya. Dilakukan
aspirasi, disediakan untuk dikultur.
Kemudian melalui bekas pungsi, diikuti dengan spatel sampai dinding
abses tersebut terlihat. Korteks serebri diinsisi sepanjang 2-4 cm sampai
dinding abses yang paling permukaan ditemukan. Secara perlahan-lahan
dinding abses dibebaskan dari jaringan otak yang normal sampai terlepas
keseluruhannya. Daerah bekas abses dicuci dengan larutan antibiotika seperti
Garamycin. Setalah perdarahan dihentikan dan luka pembedahan bersih,
duramater ditutup rapat kembali, dijahit dengan cara “interupted suture”
dengan benang sutura 03. Tulang dikembalikan, periosteum dijahit. Kulit
dijahit lapis demi lapis. Dipasang drain subkutan.
Pemberian antibiotika diteruskan sambil menunggu hasil kultur dan
sensitivitas test. Sebagai pencegahan, diberi anti konvulsan Dilantin 5
mg/kgBB. Setelah satu minggu kemudian, dibuat CT Scan sebagai kontrol.
I. Komplikasi
Abses otak menyebabkan kecacatan bahkan kematian. Adapun komplikasinya
adalah:
1. Robeknya kapsul abses ke dalam ventrikel atau ruang subarachnoid
2. Penyumbatan cairan serebrospinal yang menyebabkan hidrosefalus
3. Edema otak
4. Herniasi oleh massa Abses otak
J. Prognosis
Angka kematian yang dihubungkan dengan abses otak secara signifikan
berkurang, dengan perkiraan 5-10% didahului CT-Scan atau MRI dan
antibiotic yang tepat, serta manajemen pembedahan merupakan faktor yang
berhubungan dengan tingginya angka kematian, dan waktu yang
30
mempengaruhi lesi, abses mutipel, kesadaran koma dan minimnya fasilitas CT-
Scan. Angka harapan yang terjadi paling tidak 50% dari penderita, termasuk
hemiparesis, kejang, hidrosefalus, abnormalitas nervus kranialis dan masalah-
masalah pembelajaran lainnya. Prognosis dari abses otak ini tergantung dari:
1)Cepatnyadiagnosis ditegakkan
2) Derajat perubahan patologis
3) Soliter atau multipel
4) Penanganan yang adekuat.
Dengan alat-alat canggih dewasa ini AO pada stadium dini dapat lebih cepat
didiagnosis sehingga prognosis lebih baik. Prognosis AO soliter lebih baik dan
mu1tipel. Defisit fokal dapat membaik, tetapi keajng dapat menetap pada 50%
penderita.
31
DAFTAR PUSTAKA
32