Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KANDANGTERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMANCABAI RAWIT


(Capsicum frutescens L.)

PROPOSAL

Oleh

ADOLFINA DEWIANTI BHERI


1901040023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan limpahan dan rahmat- Nya penulis telah
dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis
Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum
frutescens L).

Adapun prposal ini dibuat dengan tujuan dan pemanfaatanya ini telah saya usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
meyelesaikan proposal ini.

Namun tidak terlepas dari semua itu saya menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasa maupun segi lainya sehingga penulisan ini perlu untuk
dikembangkan kembali menjadi lebih baik .Oleh karena itu harapan penulis agar proposal
penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca umunnya dan bagi penulis khususnya. Akhir
kata saya ucapkan terima kasih semoga tuhan selalu senantiasa memberkati usaha kita.AMIN

Kupang, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................... 2
2.2. Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 3
2.3. Hipotesis ..................................................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 5
1.1.Botani Tanaman Cabai Rawit...................................................................................... 6
1.2. Marfologi Tanaman Cabai Rawit ............................................................................... 6
1.3. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit.........................................................................7
1.4. Jarak Tanam ............................................................................................................... 7
1.5. Pupuk Kandang........................................................................................................... 8

III.BAHAN DAN HASIL METODE PENELITIAN .............................................. 9


3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................... 9
3.2. Bahan dan Alat Penelitian ......................................................................................... 9
3.3. Rancangan Percobaan ............................................................................................... 11
3.4. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................................. 13
3.5. Pengamatan................................................................................................................ 13
3.6. Hasil pengamatan....................................................................................................... 13
A. Pengaruh Jarak Tanam ........................................................................................ 14
B. Pengaruh Pupuk Kandang .................................................................................. 17
C. Interaksi .............................................................................................................. 22
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 23
4.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 23
4.2. Saran ......................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 24


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tanaman cabe rawit (capsicum futescenes) adalah buah dan tumbuhan dan tumbuhan anggota
genus capsicum yang buahnya tumbuh menjulang menghadap keatas.Buanhya kecil sewaktu
muda dan jika telah masak berwarana merah tua .Bila ditekan buahanya terasa keras karena
jumlah bijinya yang sangat banyak. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) berasal
dari daratan benua Amerika, tepatnya di Amerika Latin. Cabai rawit yang dulunya
merupakan tanaman liar dan disebar oleh burung (cabai burung) mempunyai nama ilmiah
Capsicum frutesncens L.Capsicum pendulum, Capsicum baccatum, dan Capsicum chenese.
Karena ukuran buahnya yang kecil, di Indonesia cabai ini dikenal dengan nama cabai rawit.
Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat terkenal di nusantara, karena
rasa pedasnya yang khas maha cabai banyak digunakan sebagai tambahan bumbu pelengkap
masakan dan makanan khas Indonesia, sehingga cabai banyak diminati dan dicari oleh
konsumen sehingga permintaan cabai di pasaran meningkat. Salah satu usaha untuk
meningkatkan produksi tanaman cabai rawit yaitu dengan mengatur jarak tanam dan
pemberian bahan organik yang tepat. Jarak tanam merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi produksi tanaman. Peningkatan produksi cabai rawit dapat dilakukan dengan
cara perbaikan tingkat kerapatan tanam untuk meningkatkan hasil tanaman cabai rawit.
Berbicara tentang pupuk dalam bidang pertanian adalah komponen penting bagi
tanaman. Pupuk mempunyai unsur hara yang berperan penting terhadap pertumbuhan atau
produksi tanaman. Pupuk terdiri atas beberapa unsur hara antara lain nitrogen, fosfor dan
kalium. Jenis pupuk dibagi menjadi dua, yaitu organik dan anorganik. Pupuk anorganik
dibuat oleh manusia dalam industri yang mempunyai kandungan tertentu seperti unsur-unsur
hara. Pupuk organik berbahan dasar dari tumbuhan, hewan maupun manusia yang berbentuk
padat atau cair.
Jenis pupuk organik dikenal oleh masyarakat antara lain, pupuk kandang, pupuk kompos dan
pupuk hijau. Masing-masing pupuk mempunyai kelemahan dan kelebihan tersendiri.
Kelebihan pupuk kandang adalah mempunyai kandungan unsur hara lengkap baik unsur
makro dan mikro. Kelemahan pupuk kandang adalah tidak dapat digunakan seacara langsung
karena melalui proses fermentasi terlebih dahulu. Kelebihan pupuk hijau adalah mengandung
unsur hara, khusunya nitrogen yang cukup tinggi sehingga cepat terurai dalam tanah.
Kelemahanpupuk hijau tidak dapat digunakan secara langsung karena melalui proses
pengomposan. Kelebihan pupuk kompos adalah mengandung unsur hara. Pupuk kandang
kotoran sapi bermanfaat untuk peningkatan produksi tanaman dan mengurangi pencemaran
lingkungan.
Menurut penelitian yang dilakukan Golczetal (2012), pemberian pupuk kandang kotoran sapi
akan memberikan bobot buah yang maksimal. Penggunaan pupuk kandang yang berlebihan
terhadap tanaman tidak akan berdampak buruk pada tanaman tersebut. Pupuk kandang
kotoran sapi termasuk salah satu bahan organik yang dapat digunakan sebagai pupuk dan
campuran media tanam. Pupuk kandang kotoran sapi mengandung sejumlah unsur hara yang
dapat memperbaiki sifat fisik tanah, kimia dan biologi tanah. Selain menyumbang unsur hara
serta meningkatkan efisiensi pemupukan dan serapan hara untuk produksi tanaman.
Ketersediaan unsur hara sangat penting dalam proses metabolisme tanaman. Pengaruh
penambahan pupuk kandang kotoran sapi dalam media tanam akan meningkatkan porositas
tanah yang berkaitan dengan aerasi tanah dan kadar air dalam media tanam. Unsur hara yang
ada dalam media tanam akan larut dalam air kemudian terserap oleh akar tanaman.

2.1 Tujuan penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam dan dosis pupuk kandang
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit, serta nyata tidaknya interaksi kedua
faktor tersebut.

2.3 Hipotesis
1. Jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit.
2. Dosis pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai
rawit.
3. Terdapat interaksi antara jarak tanam dan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman cabai rawit
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Cabai


Menurut Wiryanta (2005) tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dapat di
klasifikasikan sebagai berikut :
Divisio : Magnoliophyta
Clas : Magnoliophyta
Subclas : Asteridea
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Capsicum
Species : Capsicum frutecesns

2.2 Morfologi Tanaman Cabai Rawit


a. Akar Tanaman cabai mempunyai akar yang cukup rumit dan hanya terdiri dari akar
serabut saja, biasanya diakar terdapat bintil yang merupakan hasil simbiosis dengan
beberapa mikroorganisme, tetapi tidak memiliki akar tunggang, namun ada beberapa
akar tumbuh ke arah bawah yang berfungsi sebagai akar tunggang semu.
b. Batang Batang tanaman cabai tegak dengan tinggi 50 – 100 cm dan sedikit
mengandung kayu, kayu terutama terdapat pada batang inti dekat dengan permukaan
tanah.
c. Daun Daun cabai umumnya berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung pada
varietasnya. Daun cabai yang ditapong oleh tangkai daun mempunyai tulang
menyirip. Bentuk umumnya bulat telur, lonjong dan oval dengan ujung meruncing,
tergantung pada jenis dan varietasnya.
d. Bunga Bunga cabai berkelamin dua (hermaprodit), yaitu dalam satu bunga terdapat
kelamin jantan dan kelamin betina. Bunga cabai tersusun atas tangkai bunga, dasar
bunga, kelopak bunga, mahkota, alat kelamin jantan dan kelamin betina, letak bunga
mengantung dan biasa tumbuh pada ketiak daun ada yang tunggal atau bergerombol
dalam tandan.
e. Buah Buah cabai merupakan buah sejati tunggal, terdiri dari satu bunga dengan satu
bakal buah. Buah ini terdiri atas bagian tangkai buah, kelopak daun dan buah. Bagian
buah tersusun atas kulit buah berwarna hijau sampai merah, daging buah dan biji,
permukaan buah rata, licin dan yang telah masak berwarna merah mengkilat.

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit


a. Daerah tumbuh cabai rawit yang paling cocok yaitu dataran dengan ketinggian antara
0 - 500 m diatas permukaan laut (dpl), yang mepunyai iklim tidak terlalu dingin dan
tidak terlalu lembab. Adapun curah hujan yang diperlukan antara 1.500 – 2.500 mm /
tahun, setiap varietas cabai hibrida mempunyai daya penyesuaian diri terhadap
lingkungan tumbuh.
b. Tanah Tanah tempat tumbuh cabai rawit secara umum harus subur (kaya bahan
organik). Derajat keasaman atau pH tanah berkisar 6,0 - 7,0. Tanah ini berstruktur
remah atau gembur agar peresapan air dan sirkulasi udara dalam tanah berjalan lancar.
Kelembaban tanah harus cukup dengan ditandai oleh kandungan air yang tidak
berlebihan dan tidak kekurangan (kapasitas lapang). Tanah tersebut juga mempunyai
suhu yang sedang, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.

2.4 Jarak Tanam


Jarak tanam cabai rawit seperti di pare yang menggunakan bedengan dengan lebar 1,25 m,
yaitu jarak antar barisan 30 cm jarak dalam barisan 50 cm. Jarak tanam yang dianjurkan 70 -
100 cm. Jarak dari pinggir bedengan sekitar 25 cm. Hal ini mengingat sosok tanaman cabai
yang tinggi dan besar.

Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor terpenting untuk mendapatkan hasil
maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak tanam yang sesuai. Semakin
tinggi tingkat kerapatan suatu per tanaman yang mengakibatkan semakin tinggi tingkat
persaingan antar tanaman dalam hal mendapatkan unsur hara dan cahaya. Untuk
mendapatkan jarak tanam yang tepat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
kesuburan tanah dan jenis cabai rawit

Pada umumnya produksi setiap satuan luas tercapai dengan populasi tinggi, karena
tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan. Pada akhirnya
penampilan masing–masing tanaman secara individu menurun karena persaingan untuk
cahaya dan faktor pertumbuhan lain. Tanaman memberikan respon dengan mengurangi
ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian bagian tertentu.
Cabai memerlukan jarak tanam yang tepat sehingga penggunaan cahaya di awal pertumbuhan
secara maksimum. Apabila jarak tanam terlalu rapat maka penampilan masing masing
tanaman secara individu menurun karena persaingan untuk cahaya dan faktor pertumbuhan
lainnya. Kerapatan tanaman persatuan luas juga akan mengakibatkan perubahan iklim, mikro
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit.

2.5 Pupuk Kandang


Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat
(faeses) yang bercampur sisa makanam maupun air kencing (urine). Itulah sebabnya pupuk
kandang terdiri dari dua jenis yaitu padat dan cair.Pupuk kandang merupakan bahan
pembenah tanah yang paling baik dan alami dibandingkan pembenah buatan / sintetis. Pada
umumnya pupuk organik mengandung hara makro N, P dan K rendah, tetapi mengandung
hara mikro8 dalam jumlah cukup yang sangat diperlukan pertumbuhan tanaman. Sebagai
bahan pembenah tanah pupuk organik mencegah terjadinya erosi, pengerakan permukaan
tanah (crusting) dan retakan tanah, mempertahankan kelengasan tanah.

Pupuk kandang merupakan pupuk yang penting di Indonesia. Selain populasi ternak
lebih banyak sehingga volume bahan dapat mudah diperoleh, secara kualitatif relativ lebih
kaya hara dan mikrobia dibandingkan limbah pertanian. Begitu pula pengaruhnya terhadap
tanaman. Penggunaan pupuk ini merupakan manifestasi penggabungan pertanian dan
peternakan yang sekaligus merupakan syarat mutlak bagi konsep pertanian. Pupuk kandang
mempunyai keuntungan sifat yang lebih baik dari pada pupuk organik lainnya apa lagi dari
pupuk anorganik, yaitu pupuk kandang merupakan humus banyak mengandung unsur-unsur
organik yang dibutuhkan di dalam tanah.

Pemberian pupuk kandang diberikan pada bedengan yang sudah disiapkan terlebih
dahulu. Namun, menggunakan takaran umum, per bedengan rata-rata diberikan 1 - 10 kg
pupuk kandang atau per hektar pupuk kandang memerlukan sekitar 10 - 15 ton ha-1 pupuk
kandang (Setiadi, 2007). Pupuk kandang sangat baik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman
cabai rawit dan sebagai bahan pembenah tanah yang paling baik, unsur hara yang terkandung
pupuk organik pada umumnya rendah dan bervariasi
BAB III
BAHAN HASIL METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di kebun Percobaan Fakultas KEGURUAN DAN IMU
PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI mulai dari bulan Januari
sampai Juni 2021

3.2 Bahan dan Alat


2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Benih Benih cabai rawit yang digunakan adalah varietas Golden Phoenix diproduksi
dan dikemas oleh Pangan Agrilestari.Jawa Timur.
b. Kapur Dolomit Kapur dolomit yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
menetralkan keasaman tanah dosis 2,5 ton ha-1 (Mg 1,0–1,5 %, dan Ca0 0,2 %).
c. Pupuk Kandang Pupuk kandang yang digunakan dalam penelitian ini adalah kotoran
sapi yang sudah terdekomposisi dengan sempurna.
d. Pupuk anorganik pupuk anorganik yang digunakan dalam penelitian ini adalah, pupuk
Urea (45%N), KCl ( 60 % K20 ) dan SP-36 ( 36 % P205 ).
e. Pestisida Pestisida yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pegasus konsentrasi
2cc/l air.10
3. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, sekrup, hand spayer,
gembor, meter, timbangan analitik, papan nama, dan alat- alat tulis lainnya

3.3 Rancangan Percobaan


Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) pola faktorial 3 x 4 dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti meliputi jarak
tanam dan pupuk kandang. Faktor jarak tanam (J) yang terdiri atas 3 taraf yaitu :
J1 : 60 cm x 70 cm , J2 : 60 cm x 80 cm , J3 : 60 cm x 90 cm

Faktor pupuk kandang (P) yang terdiri atas 4 taraf yaitu :


P0 : ( 0 ton ha-1 ) ,P1 : ( 5 ton ha-1 ) , P2 : ( 10 ton ha-1 ) , P3 : ( 15 ton ha-1 )
Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan, maka didapat 36 unit
perlakuan. Susunan kombinasi pelakuan antara jarak tanam dan pupuk kandang dapat dilihat
pada Tabel 1

Jarak Tanam Pupuk Kandang


Perlakuan
No (cm x cm) (ton Ha-1)
1 J1P0 60 x 70 0
2 J1P1 60 x 70 5
3 J1P2 60 x 70 10
4 J1P3 60 x 70 15

5 J2P0 60 x 80 0
6 J2P1 60 x 80 5
7 J2P2 60 x 80 10
8 J2P3 60 x 80 15

9 J3P0 60 x 90 0
10 J3PI 60 x 90 5
11 J3P2 60 x 90 10
12 J3P3 60 x 90 15

Model matematis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :


Yijk = μ + βi + Jj + Pk + (JP)jk + εijk
Keterangan :
Yijk = Hasil pengamatan pada faktor jarak tanam (J) pada taraf ke-j dan pupuk kandang (P)
pada taraf ke-k pada ulangan ke-i.
µ = Rata-rata umum, i = Pengaruh kelompok ke-i (i = 1,2 dan 3), Jj = Pengaruh faktor jarak
tanam (J) pada taraf ke-j (j=(1, 2 dan 3), Pk = Pengaruh faktor pupuk kandang (P) ke-k ( k=1,
2, 3 dan 4) , (JP)jk = Pengaruh interaksi faktor jarak tanam pada taraf ke-j dan faktor pupuk
kandang pada taraf ke-k dan εijk = Galat percobaan

Bila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut
(BNJ) pada lever 5% (BNJ 0.05) adalah :
BNJ0,05 = q0.05 (p; dbg)
Keterangan :
BNJ0,05 = Beda nyata jujur pada lever 5% , q0,05(P;dbg) = Nilai baku q pada lever 5%;
jumlah pelakuan p dan derajat bebas galat’ KTg = Kuadrat Tengah Galat dan r = Jumlah
Ulangan.

3.4 Pelaksanaan Penelitian.


1. Perlakuan dan Penyemaian Benih
Benih terlebih dahulu direndam dengan air selama 5 menit. Kemudian benih tersebut
dipindahkan dalam babybag yang sudah disiapkan.
2. Pengolahan lahan
Lahan diolah terlebih dahulu menggunakan cangkul dengan membersihkan sisa-sisa
rerumputan atau tanaman sebelumnya, lalu dibuat bedengan dengan ukuran 2,7 m x 2,4 m
rata kiri kanan.
3. Pengapuran
Untuk menetralkan keasaman tanah maka dilakukan pengapuran. Pengapuran dilakukan 7
hari sebelum tanam dengan cara menabur kapur dolomit di atas bedengan yang sudah
disiapkan dengan dosis 2,5 ton ha-1 (1,62 gr / bedengan).
4. Pemberian pupuk kandang
Pupuk kandang yang diberikan pada bedengan yaitu sesuai perlakuan. Pupuk kandang
tersebut diberikan 4 hari sebelum tanam dengan cara mencampurkan secara merata pada
permukaan tanah.
5. Pemupukan
Dosis pupuk dasar yang diberikan yaitu pupuk Urea 45 kg ha-1 ,KCl dan SP- 36 80 kg ha-1 .
Pupuk dasar tersebut diberikan per tanaman, diberikan 1 hari sebelum tanam: Adapun dosis
pupuk dasar yang diberikan dapat dilihat pada tabel 2.

Dosis Pupuk dasar (gr/tanaman) Jarak

Plot Tanam
Urea SP-36 dan KCl (cm x cm)

J1P0 1.89 3.36


J1P1 1.89 3.36
60 x 70
J1P2 1.89 3.36
J1P3 1.89 3.36
J2P0 2.16 3.84
J2P1 2.16 3.84
60 x 80
J2P2 2.16 3.84
J2P3 2.16 3.84

J3P0 2.43 4.32


J3P1 2.43 4.32
60 x 90
J3P2 2.43 4,32
J3P3 2.43 4.32
6. Penanaman
Penanaman yang dilakukan pada umur bibit 30 HST, dengan cara membuat lubang
tanam dengan tugal dan ditanam satu bibit per lubang tanam dengan jarak tanam
sesuai dengan perlakuan. Tanaman yang diambil sebagai sampel 3 tanaman dalam
setiap plot percobaan.
7. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman cabai rawit meliputi : penyiraman, penyulaman, penyiangan
gulma dan pengendalian hama dan penyakit.
a. Penyiraman Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari,
sesuai dengan cuaca.
b. Penyulaman penyulaman dilakukan pada umur 7 HST dengan bibit umur yang
sama.
c. Penyiangan Penyiangan gulma dilakukan terhadap rumput – rumput liar yang
tumbuh di sekitar tanaman cabai rawit dan di luar bedengan. Penyiangan gulma
dilakukan dengan cara mencabut rumput-rumput menggunakan tangan atau
cangkul kecil.
d. Pengendalian hama dan penyakit
e. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai rawit dilakukan dengan cara
disemprot menggunakan pestisida pegasus.
8. Panen Pemanenan pertama dilakukan pada umur 69 HST, panen berikutnya dilakukan
sesuai dengan tingkat kemasakan buah (85 – 90%). Waktu pemanenan dilakukan pada
pagi hari setelah embun menguap dari permukaan kulit buah. Hal ini dimaksudkan agar
buah yang dipetik tidak terkontaminasi oleh mikroba pembusuk.

3.5 Pengamatan
Adapun perubahan-perubahan yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang yang diberi tanda hingga sampai ke
titik tumbuh tertinggi pada umur 30, 45 dan 60 HST.
2. Diameter pangkal batang (mm)
Diameter pangkal batang diukur pada umur 30, 45 dan 60 HST, dengan menggunakan
jangka sorong.
3. Jumlah cabang (buah)
Jumlah cabang diamati pada umur 30 dan 45 HST, dengan cara menghitung jumlah
cabang per tanaman.
4. Berat buah per tanaman
Berat buah per tanaman dihitung dengan menjumlahkan berat buah dari panen 1 sampai
panen ke 5, panen dilakukan 7 hari sekali.
5. Produksi (ton ha-1 )
Produksi perhektar dihitung dengan mengkoversikan produksi per plot kedalam satuan
ton ha-1

3.6 Hasil Pengamatan


A. Pengaruh Jarak Tanaman

Hasil uji F pada analisis sidik ragam (Lampiran genap 2 sampai 20) menunjukkan bahwa
faktor jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap diameter pangkal batang dan jumlah
cabang umur 30 HST dan berat buah pertanaman dan produksi, namun berpengaruh tidak
nyata terhadap peubah lainnya.

1. Tinggi Tanaman
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2 sampai 20) menunjukkan bahwa jarak tanam
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 30, 45 dan 60 HST.
Tabel 3. Rata-rata tinggi tanaman cabai rawit pada berbagai perlakuan jarak tanam umur
30, 45 dan 60

Jarak Tanam Tinggi Tanaman ( cm )


Simbol cmx cm 30 HST 45 HST 60 HST
J1 60 x 70
39,78 42,57 48,78
J2 60 x 80 44,78 47,78 50,78
J3 60 x 90 40,44 44,37 54,00
BNJ 0.05
- - -

Tabel 3 menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi
tanaman cabai rawit umur 30, 45 dan 60 HST, namun secara statistik menunjukkan
perbedaan yang tidak nyata. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa
tinggi tanaman berpengaruh tidak nyata. Hal ini diduga karena jarak tanam yang
diperlukan merupakan jarak tanam yang optimal, sehingga tidak ada pengaruh
kompetisi baik air,cahaya maupun unsur hara didalam tanah, Jarak tanam yang lebar
akan memberikan ruang yang cukup bagi tanaman untuk mendapatkan cahaya
matahari karena tidak ternaungi.

2. Diameter Pangkal Batang


Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2 sampai 20) menunjukkan bahwa jarak tanam
berpengaruh sangat nyata terhadap diameter pangkal batang 30, 45 dan 60 HST.
Tabel 4. Rata-rata diameter pangkal batang cabai rawit pada berbagai perlakuan jarak
tanam umur 30, 45 dan 60 HST.

Jarak Tanam Diameter Pangkal Batang (mm)


Simbol cm x cm 30 HST 45 HST 60 HST
J1 60 x 70 4,93 a 7,09 8,31 a
J2 60 x 80 6,21 b 7,49 9,08 ab
J3 60 x 90 5,82 b 7,51 10,20 b
BNJ 0.05 0,81 - 1,65

Tabel 4 menunjukkan bahwa diameter pangkal batang tanaman cabai rawit umur 30 HST
berpengaruh sangat nyata terhadap jarak tanam pada perlakuan J2 yang tidak berbeda nyata
dengan perlakuan J3 dan J1, Pada umur 45 berpengaruh tidak nyata terhadap diameter
pangkal batang. Namun secara statistik menunjukkan perbedaan diameter pangkal batang
yang tidak nyata, dan umur 60 HST berpengaruh nyata terhadap jarak tanam pada perlakuan
J3 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan J2 dan J1.

3. Jumlah Cabang
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2 sampai 20) menunjukkan bahwa jarak tanam
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang 30, dan 45 HST.
Tabel 5. Rata-rata jumlah cabang cabai rawit pada berbagai perlakuan jarak tanam umur
30 dan

Jarak Tanam Jumlah cabang (buah)


Simbol cm x cm 30 HST 45 HST
J1 60 x 70 6,67 a 16,56
J2 60 x 80 7,99 b 18,78
J3 60 x 90 9,78 c 17,89
BNJ 0.05 1,76 -
Tabel 5 menunjukkan bahwa tanaman cabai rawit jumlah cabang umur 30 HST terbanyak
dijumpai pada perlakuan J3 yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, sedangkan
pada umur 45 HST dijumpai pada J2 tidak berbeda nyata dengan J1 dan J3.

4. Berat Buah Per Tanaman


Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2 sampai 20) menunjukkan bahwa jarak tanam
berpengaruh sangat nyata terhadap berat buah pertanaman.
Tabel 6. Rata-rata berat buah pertanaman cabai rawit pada berbagai perlakuan jarak
tanam.

Jarak Tanam
Berat buah per tanaman (gr)
Simbol cm x cm
J1 60 x 70 37,59 a
J2 60 x 80 47,56 b
J3 60 x 90 67,01 c
BNJ 0.05 5,19
5. Poduksi
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2 sampai 20) menunjukkan bahwa jarak tanam
berpengaruh sangat nyata terhadap produksi.
Tabel 7. Rata-rata produksi cabai rawit pada berbagai perlakuan jarak tanam.

Jarak Tanam
Produksi (ton ha-1)
Simbol cm x cm
J1 60 x 70 3,25 a
J2 60 x 80 4,58 b
J3 60 x 90 5,87 c
BNJ 0.05 0,49

B. Pengaruh Pupuk Kandang.


1. Tinggi Tanaman
Hasil uji F pada analisis sidik ragam (Lampiran 2 sampai 20) menunjukkan bahwa faktor
pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman 45 dan 60 HST diameter
pangkal batang 45 dan 60 HST, jumlah cabang 30 dan 45 HST, berat buah pertanaman dan
produksi, namun berpengaruh tidak nyata terhadap peubah lainnya.
Tabel 8. Rata-rata tinggi tanaman cabai rawit pada berbagai perlakuan pupuk kandang umur
30, 45 dan

Pupuk Kandang Tinggi Tanaman (cm)


Simbol Ton ha-1 30 HST 45 HST 60 HST
P0 0 18,75 a 26,30 a 32,67 a
P1 5 24,17 ab 34,86 b 41,33b
P2 10 24,75 ab 35,89 b 39,56 b
P3 15 26,08 b 37,67 b 40,00 b
BNJ 0,05 6,07 5,61 5,18

Tabel 8 menunjukkan bahwa tanaman cabai rawit tinggi tanaman umur 30 HST dijumpai
pada perlakuan P3 yang berbeda nyata dengan perlakuan laianya, yang pada umur 45 dan 60
HST, dijumpai pada P3 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 dan P1, namun
berbeda nyata dengan perlakuan P0
.

50.00
41.33 39.56 40.00
40.00 32.6 7

30.00 34.86 35.89 37.6 7


26. 30 30 HST
20.00 24.75 26.08
18. 75 24.17
Tinggi Tanaman (cm)

45 HST
10.00
60 HST
0.00
0 5 10 15

Dosis Pupuk Kandang (ton ha -1)

Gambar 1 ; Tinggi tanaman umur 30, 45 dan 60 HST pada berbagai perlakuan pupuk
kandang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa tinggi tanaman cabai rawit
dijumpai pada P3 (15 ton ha-1 ). Hal ini diduga karena pupuk kandang merupakan jenis
pupuk yang diberikan pada tanah dan membawa unsur-unsur penting untuk pertumbuhan
tanaman. Pupuk kandang mempunyai banyak kelebihan di antaranya, mengandung zat
tertentu seperti mikro organisme. Pupuk kandang apabila dicampur dengan pupuk organik
padat lain dapat mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik tersebut. Pupuk
kandang dapat memperbaik sifat kimia tanah mengandung unsur hara makro maupun unsur
hara mikro walaupun jumlahnya lebih rendah jika di bandingkan dengan pupuk anorganik,
pupuk kandang merupakan peranan penting dalam pertumbuhan tanaman cabai rawit.

2. Diameter Pangkal Batang


Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2 sampai 20) menunjukkan bahwa pupuk kandang
berpengaruh sangat nyata terhadap diameter pangkal batang 30, 45 dan 60 HST.
Tabel 9. Rata-rata diameter pangkal batang pada berbagai pupuk kandang umur 30, 45 dan
60 HS

Pupuk Kandang Diameter Pangkal Batang (mm)


-1
Simbol Ton ha 30 HST 45 HST 60 HST
P0 0 3,92 4,71a 5,35 a
P1 5 4,12 5,76 b 7,29 b
P2 10 4,40 5,88 b 7,28 b
P3 15 4,53 5,74 b 7,66 b
BNJ 0,05 - 0,70 1,29

Tabel 9 menunjukkan bahwa tanaman cabai rawit diameter pangkal batang umur 30 HST
dijumpai pada perlakuan P3 tidak beda dengan perlakuan lainnya yang pada umur 45 dan 60
HST di jumpai pada perlakuan P3 (15 ton ha-1 ), yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan
P2 dan P1 namun berbeda nyata dengan perlakuan P0.
9.00
7.29 7.6 6
8.00 7.28

) Batang
7.00
5.3 5 5.7 4
6.00
5.00 5.76 5.88
Diameter Pangkal

4. 71
mm
4.00 4.53 30 HST
4.12 4.40
3.00 3. 92 45 HST
(

2.00
60 HST
1.00
0.00
0 5 10 15
Dosis Pupuk Kandang (ton ha 1)

Gambar 2. Diameter pangkal batang umur 30, 45 dan 60 HST pada berbagai perlakuan
pupuk kandang Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa diameter pangkal
batang tanaman cabai rawit dijumpai pada dosis P3 (15 ton ha-1 ). Hal ini diduga bahwa
penambahan pupuk kandang pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah seperti
kemampuan mengikat air, porositas dan berat volume tanah. Interaksi antara pupuk kandang
dan mikro organisme tanah dapat memperbaiki agregat dan struktur tanah. Hal ini dapat
terjadi karena hasil dekomposisi oleh mikro organisme tanah seperti polisakarida dapat
berfungsi sebagai lem atau perekat antar partikel tanah. Keadaan ini berpengaruh langsung
terhadap porositas tanah. Pada tanah berpasir, pupuk kandang dapat berperan sebagai
pemantap agregat yang lebih besar dari pada tanah liat.

3. Jumlah Cabang
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2 sampai 20) menunjukkan bahwa pupuk kandang
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang pada umur 30, dan 45 HST.
Tabel 10. Rata-rata jumlah cabang tanaman cabai rawit pada berbagai perlakuan pupuk
kandang umur 30, dan 45HST .

Pupuk Kandang Jumlah cabang (buah)


Simbol Ton ha-1 30 HST 45 HST
P0 0 4,85 a 12,33 a
P1 5 5,64 ab 11,78 a
P2 10 6,31 bc 13,11 a
P3 15 7,64 c 16,00 b
BNJ 0.05 1,38 2,32
Tabel 10 menunjukkan bahwa tanaman cabai rawit jumlah cabang umur 30 dan 45 HST
dijumpai pada perlakuan P3, yang pada umur 30 HST tidak berbeda nyata dengan perlakuan
P2 dan P1, namun yang pada umur 45 HST berbeda nyata dengan pelakuan lainnya.
Jumlah Cabang ( buah )

18.00
16.00
14.00 16.00
12.00 13.11
10.00 12.3 3 11.78
8.00
30 HST
6.00 7.64
4.00 5.64 6.31 45 HST
4.85
2.00
0.00
0 5 10 15
Dosis Pupuk Kandang (ton ha -1 )

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa jumlah cabang tanaman cabai rawit
dijumpai pada P3 (15 ton ha-1 ). Hal ini diduga pupuk kandang merupakan golongan pupuk
mikro. Selain itu pupuk kandang sebagai sumber bahan organik memiliki kelebihan jika di
bandingkan dengan pupuk anorganik seperti (1) dapat meningkatkan kadar bahan organik
tanah. (2) meningkatkan nilai tukar kation, (3) memperbaiki struktur tanah, (4) meningkatkan
aerasi dan kemampuan tanah dalam memegang air, (5) menyediakan lebih banyak macam
unsur hara seperti nitrogen, fosfor, kalium dan unsur mikro lainnya dan, (6) penggunaannya
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (Sutanto, 2008). Pada umumnya
pupuk kandang Sapi mengandung nitrogen (N) 2 - 8 %, fosfor (P2 O5 ) 0,2-1 %, kalium (K2
O5) 1-3 %, magnesium (Mg) 1,0 - 1,5 % dan unsur mikro .
4. Berat Buah Per tanaman
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2 sampai 20) menunjukkan bahwa pupuk
kandang berpengaruh sangat nyata terhadap berat buah pertanaman
Tabel 11. Rata-rata berat buah per tanaman cabai rawit pada berbagai perlakuan pupuk
kandang.

Pupuk Kandang
Berat buah per tanaman (gr)
Simbol Ton ha-1
P0 0 30,93 a
P1 5 36,36 b
P2 10 41,25 c
P3 15 43,63 c
BNJ 0.05 4,07

Tabel 11. menunjukkan bahwa tanaman cabai rawit berat buah pertanaman di jumpai pada
perlakuan P3 yang tidak berbeda dengan perlakuan P2 dan P1 namun berbeda nyata dengan
perlakuan P0.

50.00

40.00 43.63
41.25
30.00 36.36
30.93
Berat Buah Per tanaman

20.00
)
gr
(

10.00

0.00
0 5 10 15

Dosis Pupuk Kandang (ton ha -1 )

Gambar 4. Berat buah pertanaman pada berbagai perlakuan pupuk kandang Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa berat buah pertanaman cabai rawit dijumpai
pada P3 (15 ton ha-1 ). Hal ini diduga karena pupuk kandang dapat memberikan tambahan
bahan organik, memperbaiki sifat fisik tanah, serta mengembalikan hara yang terangkut hasil
panen. Selain itu juga dapat mencegah kehilangan air dalam tanah dan laju infiltrasi air.
Beberapa unsur hara yang terkandung di dalam pupuk kandang adalah N, P, K, Ca, Mg, S, Fe
dan masih banyak unsur-unsur yang lainya.

5. Produksi
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2 sampai 20) menunjukkan bahwa pupuk
kandang berpengaruh sangat nyata terhadap produksi.
Tabel 12. Rata-rata produksi tanaman cabai rawit pada berbagai perlakuan pupuk
kandang.

Pupuk Kandang
Produksi (ton ha-1)
Simbol Ton ha-1
P0 0 2,93 a
P1 5 3,36 b
P2 10 3,53 b
P3 15 3,86 c
BNJ 0.05 0,38

Tabel 12. menunjukkan bahwa tanaman cabai rawit produksi (ton ha-1 ) dijumpai pada P3
(15 ton ha-1 ) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 dan P1 namun berbeda dengan
perlakuan P0.

4.50
-1 )

4.00
3.50 3.86
3.53
Produksi (ton ha

3.00 3.36
2.50 2.9 3
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0 5 10 15
-1 )
Dosis Pupuk Kandang (ton ha

Gambar 9. Produksi tanaman cabai rawit pada berbagai perlakuan pupuk kandang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa produksi (ton ha-1 ) tanaman cabai
rawit dijumpai pada P3 (15 ton ha-1 ). Hal ini diduga kandungan P3 paling tinggi maka hasil
lebih tinggi, tapi tidak beda nyata dengan P2 dan P1 namun berbeda dengan P0. Susunan
kimia pupuk kandang berbeda di setiap tempat. Susunan tersebut tergantung dari macam
ternak, umur dan keadaan hewan, serta cara mengurus dan menyimpan pupuk sebelum
dipakai. Pupuk kandang memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk lain, yaitu;
merupakan humus yang dapat menjaga tanah sehingga tanah mudah diolah dan terisi banyak
oksigen, sebagai sumber hara makro (nitrogen, fosfor, dan kalium). Meningkatkan daya
menahan air (water holding capacity). Banyak mengandung mikro organisme. Semua
keunggulan pupuk kandang tersebut membuat pupuk kandang dianggap sebagai pupuk yang
lengkap. Pupuk kandang dapat berasal dari: sapi, kuda, kambing, babi, unggas dan lain-lain.
C. Pengaruh Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2 sampai dengan 20) menunjukkan bahwa terdapat
interaksi yang tidak nyata antara jarak tanam dan pupuk kandang terhadap semua peubah
pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit yang diamati. Hal ini menunjukan bahwa
perbedaan respon beberapa jarak tanam tidak tergantung pada dosis pupuk kandang
begitupun sebaliknya.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
A. Jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap diameter pangkal batang umur 30
HST dan jumlah cabang umur 30 HST, berat buah pertanaman dan produksi per
hektar. Berpengaruh nyata terhadap diameter pangkal batang umur 60 HST, serta
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 30,45 dan 60 dan diameter
pangkal batang umur 45 HST, jumlah cabang umur 45 HST. Produksi cabai rawit
tertinggi didapati pada jarak tanam (60 cm x 90 cm).
B. Pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman 45, 60 HST,
diameter pangkal batang 45,60 HST, jumlah cabang umur 30, 45 HST,berat buah
pertanaman dan produksi per hektar. Berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
umur 30 HST, serta berpengaruh tidak nyata terhadap diameter pangkal batang umur
30 HST. Produksi cabai rawit tertinggi didapati dengan pemberian pupuk kandang 15
ton ha1 .
C. Terdapat interaksi yang tidak nyata antara faktor jarak tanam dan pupuk kandang
terhadap tanaman cabai rawit.

4.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penggunaan jarak tanam dan pupuk
kandang terhadap tanaman cabai rawit dan holtikultura lainnya

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2006. Jagung. http// Warintek. Progressio. or. Id./pertanian/cabai rawit. Htm.
Diakses 29 September 2013.

Effendi, S. 1997. Bercocok Tanam cabai.Yasaguna, Jakarta.

Gerry, Dian, S, 2004, Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Nitrogen dan PupukKandang Sapi
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis padaJarak Tanam yang Berbeda,
Universitas Brawijaya, Malang.

Gardner, FP., R.B. Pearse dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.H. Susilo
(Penerjemah) Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hlm. Terjemah dari:
Fisiollogi Of Crop Plants.
Hidayat, H. 2011. Buku Panduan Praktikum Fisiologi Tanaman. Politeknik Negeri Lampung.
Bandar Lampung

Hartatik, W. Dan L.R. Widowati.2002. Pupuk Kandang Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Irfan, M. 1999, Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Pengolahan tanah dan
Kerapatan Tanam Pada Tanah Andisol dan Ultisol. Pasca Sarjana Universitas
Sumatra Utara. Medan.

Lingga, P. Marsono. 2001. Penunjuk penggunaan pupuk. Penebar swadaya.

Jakarta.

Leiwakabessy FM, dan Sutandi A. 2004. Diktat Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Departemen
Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Marjenah, 1998. Pertumbuhan dan Respon Morfologi Terhadap perbedaan intensitas cahaya.
Laporan penelitian lembaga penelitian universitas mulawarman samarindra

Musnamar, E.1.2003.Pupuk Organik.Penebar Swadaya, Jakarta

. 2005.Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nawangsih, A. A. Imdad, P. H, Wahyudi. A.2003. Cabai Hot Beauty. Penebar Swadaya.


Jakarta 128 Hal.

Rosmarkum, A., dan N.M Yuwono, 2002. Balai Kesuburan Tanah.Kanisius.

Yogyakarta.224 hlm

Anda mungkin juga menyukai