Anda di halaman 1dari 11

BATU SALURAN KEMIH

Disusun Oleh:

Feronika Dellecia Mokotika

Fitria Nurul Hikmah Cahyani

ABD. Halid

Zainudin Bahrin

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI D-III KEPERAWATAN POSO

T.A 2020/2021
1. KONSEP DASAR BATU SALURAN KEMIH

A. PENGERTIAN
Batu saluran kemih (BSK) atau urolithiasis adalah pembentukan batu (kalkuli) di saluran kemih,
paling sering terbentuk di pelvis atau kaliks (widiarti,dkk.2008).
Batu saluran kemih adalah batu yang tersangkut di saluran kemih, baik itu di ginjal, ureter, maupun
uretra. Ini merupakan salah satu penyakit pada sistem urologi manusia. Batu saluran kemih terbuat dari
garam dan mineral dalam urine yang menempel satu sama lain dan membentuk batu. Kebanyakan
batunya berupa krikil kecil dan biasanya tidak menimbulkan rasa sakit ketika tetap berada di ginjal.
Namun jika ukuran batunya lebih besar, hal ini bisa menyebabkan nyeri dan bahkan menghalangi aliran
urine ketika batu bergerak melalui saluran yang sempit, yaitu salura

B. ETIOLOGI

Menurut Wijayaningsih (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi batu saluran kemih diantaranya
sebagai berikut :
1) Faktor intrinsik Herediter (keturunan), umur 30-50 tahun, jenis kelamin lai-laki lebih besar dari pada
perempuan.
2) Faktor ekstrinsik Geografis, iklim dan temperature, asupan air, diet (banyak purin, oksalat dan
kalsium mempermudah terjadinya batu).
Menurut Purnomo (2011) dalam Wardani (2014), Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada
hubungannya gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan
lain yang masih belum terungkap (idiopatik).

C. PATOFISIOLOGI
Berdasaran tipe batu, proses pembentukan batu melalui kristalisasi. 3 faktor yang mendukung proses
ini yaitu saturasi urin, difisiensi inhibitor dan produksi matriks protein. Pada umumnya Kristal tumbuh
melalui adanya supersaturasi urin. Proses pembentukan dari agregasi menjadi partikel yang lebih besar,
di antaranya partikel ini ada yang bergerak kebawah melalui saluran kencing hingga pada lumen yang
sempit dan berkembang membentuk batu. Renal kalkuli merupakan tipe Kristal dan dapat merupakan
gabungan dari 20 beberapa tipe. Sekitar 80% batu salurn kemih mengandung kalsium fosfat dan kalsium
oksalat (Suharyanto dan Madjid, 2009).
D. TANDA DAN GEJALA
Urolithiasis dapat menimbulkan berbagai gejala tergantung pada letak batu, tingkat infeksi dan ada
tidaknya obstruksi saluran kemih (Brooker, 2009). Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi obstruksi,
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi
(pielonefritis dan sistisis yang di sertai menggigil, demam, dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang
terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala, sedangkan yang lain menyebabkan
nyeri yang luar biasa dan ketidaknyamanan. Beberapa gambaran klinis yang dapat muncul pada
urolithiasis:
1) Nyeri
Nyeri pada ginjal dapat menimbulkan dua jenis nyeri yaitu nyeri kronik dan nyeri non kolik. Nyeri
kolik terjadi karena adanya stagnansi batu pada saluran kemih sehingga terjadi resistensi dan
iritabilisasi pada jaringan sekitar (Brooker,2009). Nyeri kolik juga karena adanya aktivitas peristaltic
otot polos system kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu pada
saluran kemih. Peningkatan peristaltic itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga
terjadi peregangan pada terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri (Purnomo, 2012).
2) Gangguan Mikasi
Adanya obstruksi pada saluran kemih, maka aliran urine (urine flow) mengalami penururnan
sehungga sulit sekali untuk miksasi secara spontan. Pada pasien nefrolithiasis, obstruksi saluran
kemih terjadi di ginjal sehingga urine yang masuk ke vesika urinary mengalami penurunan.
Sedangkan pada pasien uretrolithiasis, obstruksi urin eterjadi di saluran paling akhir sehingga
kekuatan untuk mengeluarkan urine ada namun hambatan pada saluran menyebabkan urin
stagnansi (Brooker,2009). Batu dengan ukuran kecil mungkin dapat keluar secara spontan setelah
melalui hambatan pada perbatasan uretro-pelvik, saat ureter menyilang vasa iliaka dan saat ureter
masuk ke dalam buli-buli (purnomo,2012).
3) Hematuria
Batu yang terperangkap di dalam ureter (klonik ureter) sering mengalami desakan berkemih,
tetapi hanya sedikit urine yang keluar. Keadaan ini akan menimbulkan gesekan yang di sebabkan
oleh batu sehingga urine yang di keluarkan bercampur dengan darah (hematuria) (Brunner & suddart,
2015). Hematuria. Tidak selalu terjadi pada pasien urolithiasis, namun jika terjadi lesi pada saluran
kemih utamanya ginjal maka seringkali menimbulkan hematuria yang massive, hal ini di karenakan
vaskuler pada ginjal sangat kaya dan memiliki sensivitas yang tinggi dan didukung jika karakteristik
batu yang tajam pada sisanya (Brooker,2009).
4) Mual dan muntah
Kondisi ini merupakan efek samping dari kondisi ketidaknyamanan pada pasien karena nyeri
yang sangat hebat sehingga pasien mengalami stess yang tinggi dan memacu sekresi HCLI pada
lambung (Brooker, 2009).
5) Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang menyebar ke tempat lain. Tanda demam di sertai
dengan hipotensi, palpitasi, vasodilatasi pembuluh darah di kulit merupakan tanda terjadinya
urosepsis. Urosepsis merupakan kedaruratan di bidang urologi dalam hal ini harus secepatnya
ditentutakn letak kelainan anatomic pada saluran kemih yang mendasari timbulnya urosepsis dan di
lakukan terapi berupa drainase dan pemberian antibiotic (purnomo,2012).
6) Distensi vesika urinaria
Akumulasi urin yang tinggi melebihi kemampuan vesika urinaria akan menyebabkan vasodilatasi
maksimal pada vesika. Oleh karena itu, akan teraba bendungan (distensi) pada waktu di lakukan
palpasi pada region vesika (Brooker,2009).

E. KOMPLIKASI
Menurut Putri & Wijaya (2013), komplikasi untuk penyakit batu saluran kemih adalah :
1) Obstruksi ; menyebabkan hidronefrosis
2) Infeksi
3) Gangguan fungsi ginjal.

F. PENATALAKSANAAN
Menurut Putri & Wijaya (2013), tujuan penatalaksanaan batu saluran kemih adalah menghilangkan
obstruksi, mengobati infeksi, menghilangkan rasa nyeri, serta mencegah terjadinya gagal ginjal dan
mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi. Adapun mencapai tujuan tersebut, dapat dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasinya, dan besarnya batu
2) Menentukan adanya akibat-akibat batu saluran kemih seperti : rasa nyeri, obstruksi disertai
perubahan-perubahan pada ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal.
3) Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri.
4) Mencari latar belakang terjadinya batu.
5) Mengusahakan penceghan terjadinya rekurensi
Penatalaksanaan secara umum pada obstruksi saluran kemih bagian bawah diantaranya sebagai
berikut :
1) Cystotomi ; salah satu usaha untuk drainase dengan menggunakan pipa sistostomy yang
ditempatkan langsung didalam kandung kemih melalui insisi supra pubis.
2) Uretrolitotomy ; tindakan pembedahan untuk mengangkat batu yang berada di uretra.
Menurut Purnomo dalam Wardani (2014) pemeriksaan penunjang yang dapat dilaukan yaitu
Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL) merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan,
pada tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu
dan Tindakan endourologi merupakan tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK yang terdiri atas
memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan
langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada
kulit.

2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1) Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita
yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta
pemeriksaan penunjang lainnya.
2) Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang, urine lebih sedikit,
hematuria, pernah mengeluarkan batu saat berkemih, urine berwarana kuning keruh, sulit untuk
berkemih, dan nyeri saat berkemih.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penurunan haluaran urin atau BAK sedikit, kandung kemih penuh dan rasa terbakar,
dorongan berkemih, mual/muntah, nyeri abdomen, nyeri panggul, kolik ginjal, kolik uretra, nyeri
waktu kencing dan demam.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, riwayat kolik renal atau bladder tanpa
batu yang keluar, riwayat trauma saluran kemih.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya ISK kronik, dan penyakit atau kelainan ginjal lainnya.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat tinggal yang asupan airnya banyak mengandung kapur, perlu dikaji juga
daerah tempat tinggal dekat dengan sumber polusi atau tidak.
g. Pengkajian Kebutuhan Dasar
a) Kebutuhan Oksigenasi
Perkembangan dada dan frekuensi pernapasan pasien teratur saat inspirasi dan
ekspirasi dan tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
b) Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat atau
fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak cukup minum, terjadi distensi
abdomen, penurunan bising usus.
c) Kebutuhan Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran
urin, kandung kemih penuh, rasa terbakar saat buang air kecil. Keinginan dorongan ingin 27
berkemih terus, oliguria, hematuria, piuri atau perubahan pola berkemih.
d) Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan apakah pasien terpapar
suhu tinggi, keterbatasan aktivitas misalnya karena penyakit yang kronis atau adanya
cedera pada medulla spinalis.
e) Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan hospitalisasi.
f) Kebutuhan Persepsi dan Sensori
Perkembangan kognitif klien dengan kejadian di luar penampilan luar mereka.
g) Kebutuhan Kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu misalnya
pada panggul di regio sudut costovertebral dapat menyebar ke punggung, abdomen dan
turun ke lipat paha genetalia, nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau
kalkulus ginjal, nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan
lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.
h) Kebutuhan Personal Hygiene
Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di rumah sakit.
i) Kebutuhan Informasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet pada vesikolitiasis serta proses penyakit
dan penatalakasanaan.
j) Kebutuhan Konsep Diri
Konsep diri pasien mengenai kondisinnya
h. Pengkajian Fisik
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda-tanda vital.
b) Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal.
c) Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan edema periorbital dan konjungtiva apakah anemis.
d) Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.
e) Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
f) Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir biasanya
kering, pucat.
g) Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan peningkatann kerja
jantung.
h) Pemeriksaan Jantung
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.
i) Pemeriksaan Paru
Pengembangan ekspansi paru sama atau tidak. Suara napas abnormal
j) Pemeriksaan Abdomen
Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah. Palpasi ginjal
dilakukan untuk mengidentifikasi massa, pada beberapa kasus dapat teraba ginjal pada sisi
sakit akibat hidronefrosis.
k) Pemeriksaan Genitalia
Pada pola eliminasiurine terjadi perubahan akibat adanya hematuria, retensi urine, dan
sering miksi.
l) Pemeriksaan Ekstremitas
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit dari posisi
duduk, tidak ada deformitas dan fraktur.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

diagnosa keperawatan yang muncul untuk penderita batu saluran kemih adalah:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis misalnya nyeri pada pinggang , nyeri seperti
tertikam, nyeri menjalar dari perut sampai pinggang belakang.
2) Retensi urin berhubungan dengan iritasi ginjal atau uretra, inflamasi atau obstruksi mekanis.
3) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut 1. Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Kriteria hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri
Definisi : Pengalaman sensorik  Melaporkan bahwa nyeri secara komperhensif
berkurang dengan termasuk lokasi,
atau emosional yang berkaitan menggunakan manajemen karakteristik, durasi
nyeri frekuensi, kualitas dan factor
dengan kerusakan jaringan aktual  Mampu mengenali nyeri presipitasi.
(skala, intensitas, frekuensi 2. Observasi reaksi nonverbal
atau fungsional, dengan onset dan tanda nyeri) dari ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi
mendadak atau lamat dan 2. Pengendalian Nyeri terapeutik untuk mengetahui
Kriteria hasil: pengalaman nyeri pasien.
berintensitas ringan hingga berat  Mampu mengontrol nyeri 4. Evaluasi pengalaman nyeri
(tahu penyebab nyeri, masa lampau.
yang berlangsung kurang 3 mampu menggunakan 5. Kontrol lingkungan yang
tehnik nonfarmakologi untuk dapat mempengaruhi nyeri
bulan. mengurangi nyeri, mencari seperti suhu ruangan,
bantuan pencahayaan dan
kebisingan berulang).
3. Tingkat Kenyamanan 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
Kriteria hasil: untuk menentukan
 Menyatakan rasa nyaman intervensi.
setelah nyeri berkurang 7. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
9. Tingkatkan istirhat.
Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Retensi Urin 1. Eliminasi Urine Manajemen Eliminasi Urin
1. Monitor intake dan output
Kriteria hasil :
Definisi : Pengosongan kandung 2. Monitor penggunaan obat
 Pengeluaran urine tanpa antikolionergik
kemih yang tidak lengkap 3. Monitor derajat distensi
nyeri, kesulitan di awal, atau bladder.
urgensi 4. Instruksian pada pasien dan
keluarga untuk mencatat
 Bau, jumlah dan warna urine output urine.
dalam rentang yang 5. Sediakan privacy untuk
eliminasi.
diharapkan 6. Stimulacy refles bladder
dengan kompres dingin
pada abdomen.
2. Kontinensia Urine 7. Kateterisasi jika perlu
Kriteria hasil: monitor tanda dan gejala
ISK.
 Eliminasi secara mandiri
Mempertahankan pola
berkemih yang dapat diduga

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Eliminasi Urin

Definisi : Disfungsi eliminasi

urin

DAFTAR PUSTAKA

Biomass, B. F. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA TN.S L

DENGAN DIGNOSA MEDIS BATU SALURAN KEMIH DI RUANG INSTLANSI


GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM PROF.DR. W.Z YOHANNES KUPANG

Karya (Vol. 52, Issue 1).

Yuniarti, Y. (2018). Asuhan Keperawatan pada “Tn. J” dengan Gangguan Sistem

Perkemihan (Vesikulolitiasis) di Ruang Lambu Barakati RSU Bahmateras Kendari

Tanggal 25-30 Juli 2018. Poltekes Kemenkes Kendari, 11(1), 1–108.

Anda mungkin juga menyukai