Anda di halaman 1dari 31

Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Dan Implementasinya

Dalam Pembelajaran

Disusun oleh:

Kelompok 12

Suwandy Effendy (1813441008)


Putri Wildana (1813442006)
Putri Elisa (1813440007)
Rafida Amalia Syahrani (1813441001)

PENDIDIKAN KIMIA ICP


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas


berkat limpahan Rahmat dan Izin-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pengembangan nilai-nilai karakter dan implementasinya
dalam pembelajaran”. Kami hantarkan kepada baginda Rasulullah SAW Sang
Revolusioner sejati di tengah zaman kebodohan yang membelenggu peradaban
manusia di masa lalu dan patutnya dijadikan teladan bagi kita semua khususnya
dalam segi akhlak beliau yang sungguh luar biasa.
Suatu kesyukuran bagi penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
meskipun masih terdapat kekurangan di dalamnya, olehnya itu keberadaan
makalah ini bukan saja sebagai bahan bacaan semata melainkan dibutuhkan
masukan atau saran-saran yang bersifat konstruktif dari pembaca khususnya ibu
dosen demi kelengkapan isi daripada materi yang mana merupakan sebagai bahan
pembelajaran.
Tentunya keberadaan makalah ini tak lepas dari sumbangsi materil
maupun moril dari beberapa pihak. Segala daya dan upaya bahkan kerja keras
mereka sebagai kekuatan terbesar kami dalam makalah ini meskipun hambatan
seringkali datang menghadang.
Akhirnya penyusun mengucapkan Alhamdulillah rabbil a’lamin sebagai
penutup prakata kami. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, 01 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. ii


DAFTAR ISI ……………………………………………………………...
iii
BAB I PENDAHULUAN ……………………… ………………………... 1
Latar Belakang ………………………………………….. ………………… 1
Rumusan Masalah ……………………………………… …………………. 2
Tujuan Penulisan …………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN ………………………….……………………… 4
A. Pengertian Pendidikan Karakter ………………………………………… 4
B. Fungsi Dan Tujuan Pendidikan………………………………………….. 8
C. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter………………………………………. 9
D. Penanaman Nilai Karakter Melalui Pendidikan Formal Dan Informal. 14
E. Komponen Pendukung Dalam Pendidikan Karakter………………… .. 17
F. Strategi Implementasi Pendidikan Karakter…………………………… 20
G. Tahap-Tahap Pembentukan Karakter………………………………… 22
BAB III PENUTUP …………………………………… …………………. 26
A. Simpulan ………………………………………………………………… 26
B. Saran …………………………………………………………………….. 26
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 28
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan karakter menjadi isu utama pendidikan pada abad ke 21.
Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa,
pendidikan karakter diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam
mensukseskan Indonesia Emas tahun 2045. Indonesia memerlukan sumber
daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung
utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,
pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Ratna Megawangi (dalam
Kesuma, 2011:5) menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah sebuah
usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan
bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka
dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
Sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa
pendidikan di setiap jenjang. Termmasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)
harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal
tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga
mampu bersaing,beretika,bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan
masyarakat. Ternyata kesuksesan seorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja. Tetapi lebih oleh
kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penilaian ini
mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard
skill dan sisanya 80% oleh soft kill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia
bias berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill
daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter
peseerta didik sangat penting di tingkatkan.
Pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang
dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak (kognitif,fisik,social-
emosi,kreativitas, dan spiritual). Pendidikan dengan model pendidikan seperti
ini berorientasi pada pembentukan anak sebagai manusia yang utuh. Kualitas
anak didik menjad unggul tidak hanya dalam aspek kognitif, namunn juga
dalam karakternya. Anak yang unggul dalam karakter akan mampu
menghadapi segala persoalan dan tantangan dalam hidupnya. Ia jjua akan
menjadi seseorang yang lifelong learner. Pada saat menentukan metode
pembelajaran yang utamaadalah menentukan kemampuan apa yang akan
diubah dari anak setelah menjalani pembelajaran tersebut dari sisi karakternya.
Apabila kita ingin mewujudkan karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari,
maka sudah menjadikan kewajiban bagi kita untuk membentuk pendidik
sukses dalam pendidikan dan pengajarannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1. Apa pengertian pendidikan karakter
2. Apa fungsi dan tujuan pendidikan karakter
3. Nilai-nilai pendidikan karakter
4. Penanaman Nilai Karakter Melalui Pendidikan Formal dan Informal
5. Apa saja komponen yang mendukung dalam pendidikan karakter
6. Bagaimana upaya pendidikan karakter dalam mencapai ttujuan pendidikan
7. Bagaimana strategi implementasi pendidikan karaakter
8. Apaa saja tahap-tahap pembentukan pendidikan karakter
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Apa pengertian pendidikan karakter
2. Mengetahui Apa fungsi dan tujuan pendidikan karakter
3. Mengetahui Nilai-nilai pendidikan karakter
4. Mengetahui Penanaman Nilai Karakter Melalui Pendidikan Formal dan
Informal
5. Mengetahui Apa saja komponen yang mendukung dalam pendidikan
karakter
6. Mengetahui Bagaimana upaya pendidikan karakter dalam mencapai tujuan
pendidikan
7.  Mengetahui strategi implementasi pendidikan karakter.
8.  Mengetahui tahap-tahap pembentukan karakter.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENDIDIKAN KARAKTER
1. Pengertian pendidikan
Secara bahasa pendidikan bersal dari bahasa Yunani, paedagogy, yang
mengandug makna seorang anak yang pergi dan pulang diantar oleh seorang
pelayan. Pelayan yang mengantar dan menjemput dinamakan Paedagogos.
Dalam bahasa Romawi pendidikan diistilahkan sebagai educate yang berarti
mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris
pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan
melatih
intelektual.
UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab 1 pasal 1 menyebutkan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
UU No 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas Bab 1 pasal 1 menyebutkan
pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan bagi peranannya di masa
yang akan dating.
Pendidikan dalam arti luas adalah hidup. Maksudnya, pendidikan
adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan
dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah situasi hidup yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan hidup. Pendidikan berlangsung dalam segala
lingkungan yang baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan maupun
yang ada dengan sendirinya. Dalam arti sempit, pendidikan adalah sekolah.
Maksudnya, pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang
di upayakan oleh sekolah terhadap anak yang bersekolah agar mempunyai
kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-
hubungan dan tugas-tugas social mereka.
Menurut Ki Hadjar Dewantara dalam jurnal Filsafat yang ditulis oleh
Henricus Suparlan, pendidikan adalah usaha kebudayaan yang bermaksud
memberikan bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak didik
agar dalam garis-garis kodrat pribadinya serta pengaruhpengaruh lingkungan,
mendapat kemajuan hidup lahir batin. Kebudayaan adalah buah budi manusia
sebagai hasil perjuangannya terhadap pengaruh alam dan jaman atau kodrat
dan masyarakat. Budi adalah jiwa yang sudah matang, sudah cerdas, oleh
karena itu dengan kebudayaan, budi manusia dapat mencapai 2 sifat istimewa
yaitu luhur dan halus, dengan demikian maka segala ciptaan budi senantiasa
mempunyai sifat luhur dan halus juga. Jadi kebudayaan merupakan suatu
proses perkembangan secara dinamis mengenai kemenangan perjuangan hidup
manusia terhadap alam dan jaman.
2. Pengertian Karakter
Istilah karakter dalam bahasa Inggris character, berasal dari istilah
Yunani, character dari kata charasein yang berarti membuat tajam atau
membuat dalam. Karakter juga berarti mengukir. Sifat utama ukiran adalah
melekat kuat di atas benda yang di ukir. Karakter mengacu pada
serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivasion) dan
ketrampilan (skills). Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan,
dan kebangsaan yang terwujud pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan normanorma agama, hukum, tata krama, budaya, dan
adat istiadat.
Karakter adalah unsur kepribadian yang di tinjau dari segi etis atau
moral. Karakter mengacu pada serangkaian sikap, perilaku, motivasi dan
ketrampilan sebagai manifestasi nilai dan kapasitas moral manusia dalam
menghadapi kesulitan. Karakter mengandung nilai-nilai khas, misalnya tahu
nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan yang baik dan memberi
dampak baik terhadap lingkungan yang tertanam dalam diri dan terwujud
dalam perilaku.
3. Pengertian Pendidikan Karakter
Pengertian pendidikan karakter menurut Kemendiknas, yaitu
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada
diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai
karakterdirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya,
sebagai anggota masyarakat, dan warga Negara yang religius, nasionalis,
produktif dan kreatif. Dalam buku lain, Kemendiknas juga menyebutkan
bahwa pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaankebiasaan
yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak
berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan kata lain,
pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan yang baik
(moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan
perilaku yang baik (moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan
perilaku dan sikap hidup peserta didik Saptono dalam bukunya dimensi-
dimensi pendidikan karakter mengemukakan pendidikan karakter adalah
upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang
baik berlandaskan kebijakan – kebijakan inti yang secara objektif baik bagi
individu maupun masyarakat.
Menurut Lickona pendidikan karakter adalah upaya yang sungguh –
sungguh untuk membantu seseorang memaham, peduli, dan bertindak dengan
landasan inti nilai – nilai etis yang dirancang secara sengaja untuk
memperbaiki karakter siswa. Karakter memiliki tiga bagian yang saling
berhubungan, yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral.
Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal-hal yang baik, menginginkan
hal-hal yang baik, dan melakukan kebiasaan hal-hal yang baik, kebiasaan
dalam berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan.
Menururt Scerenko dalam buku Muchlas Samani dan Hariyanto yang
berjudul Konsep dan Model Pendidikan Karakter, pendidikan karakter dapat
dimaknai sebagai upaya yang sungguh sungguh dengan cara mana ciri
kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui
keteladanan serta praktik scara maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa
– apa yang diamati dan dipelajari.13 Pendapat lain Dharma Kesuma dalam
bukunya Pendidikan Karakter; Kajian Teori dan Praktik di Sekolah
menyebutkan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan yang
terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran,
diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku peserta didik secara
utuh. Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang
dirujuk sekolah atau lembaga.
Berdasarkan pengertian diatas dan definisi dari beberapa pendapat
dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah sistem penanaman nilai-
nilai karakter kepada peserta didik sehingga mereka menerapkan dalam
kehidupannya baik di keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara sehingga
dapat memberi kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Peserta didik
dituntun untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi
hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Dengan demikian, pendidikan karakter
adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru, yang mampu mempengaruhi
karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal
ini mencakup keteladanan bagaimana guru berperilaku, cara guru berbicara
atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi dan berbgai hal
terkai lainnya.
Pendidikan karakter juga dipahami sebagai upaya menanamkan
kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap dan pengalaman
dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati
dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar
sesame dan lingkungannya. Oleh karena, itu penanaman pendidikan karakter
tidak hanya sekadar mentransfer ilmu pengetahuan saja. Penanaman
pendidikan karakter perlu proses dan keterlibatan semua pihak, conto teladan
dan pembiasaan dalam lingkungan peserta didik baik di lingkungan sekolah,
keluarga, maupun lingkungan masayarakat.
B. FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN
Dalam TAP MPR No. II/MPR/1993, disebutkan bahwa pendidikan
bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin,
beretos kerja frofesional, serta sehat jasmani rohani.
Berangkat dari hal tersebut diatas, secara formal upaya menyiapkan
kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang
mengarah kepada peembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa
memiliki landasan yuridis yang kuat. Namum, sinyal tersebut baru disadari
ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak
terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk mencegah lebih parahnya
krisis akhlak. Kini upaya tersebut mulai dirintis melalui pendidikan karakter
bangsa.
Tujuan pendidikan karakter di desain untuk mengembalikan kultur
moral peserta didik ke arah yang lebih baik dan berperilaku dalam masyarakat
yang lebih manusiawi. Semakin manusiawi makan mampu berelasi secara
sehat di lingkungan dan menjadi manusia yang bertanggung jawab. Dengan
ditempatkannya pendidikan karakter sebagai pembentuk pedoman perilaku,
pengayaan nilai – nilai peserta didik dan dengan memberikan keteladanan bagi
peserta didik, maka peserta didik dapat pengembangan dalam dirinya baik
intelektual, sosial, moral maupun religius. Dengan ditanamkannya pendidikan
karakter pada lembaga pendidikan diharapkan mampu membuat suatu
perubahan tata kehidupan peserta didik dengan lingkungan.23 Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan agar
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
Tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan
pengembangan nilai – nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak,
baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah atau di lingkungan
masyarakat. Penguatan dan pengembangan memiliki makna bahwa pendidikan
dalam seting sekolah bukanlah proses yang membawa peserta didik untuk
memahami dan mereflesi bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk
diwujudkan dalam perilaku keseharia peserta didik. Penguatan juga
mengarahkan proses pendidikan pada proses pembiasaan yang disertadi oleh
logika dan refleksi terhadap proses dan dampak dari proses pembiasaan yang
dilakukan oleh sekolah baik dalam seting kelas maupun sekolah.
Tujuan kedua pendidikan karakter adalah mengkoreksi perilaku peserta
didik yang tidak sesuai dengan nilai – nilai yang dikembangkan oleh sekolah.
Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran
untuk meluruskan perilaku peserta didik yang negatif menjadi
positif.
Tujuan lain dari pendidikan karakter yang di kemukakan oleh
Kemendiknas dalam buku pengembangan budaya dan karakter bangsa adalah:
a) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
manusia dan warga negaranya yang memiliki nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa.
b) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta duidik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya yang religius.
c) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa.
d) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
e) Mengembangkan lingkungan kehidupan sebagai lingkungan belajar yang
aman, jujur, penuh kreatifitas, dan persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.
C. NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
Nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di Indonesia
diidentifikasi menjadi empat sumber. Pertama, agama. Masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat yang beragama serta mempunyai beragam agama dan
kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, dalam
kehidupan sehari – hari selalu didasari pada ajaran dan kepercyaan yang
dianut. Karenannya, pendidikan karakter harus didasarkan pada nilai – nilai
dan kaidah yang berasal dari agama.
Kedua, Pancasila dan UUD 1945. Negara Indonesia ditegakkan atas
prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut pacasila. Artinya,
nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 menjadi nilai – nilai
yang mengatur pola kehidupan berbangsa dan bernegara dengan tujuan
mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik serta patuh
pada prinsip dasar negara yaitu Pancasila dan UUD 1945.
Ketiga, budaya. Nilai budaya dijadikan dasar dalam pemberian makna
terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat
tersebut. Posisi budaya menjadi penting dalam kehidupan masyarakat
mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa.
Keempat, tujuan Pendidikan Nasional. Undang – undang No 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional yang harus digunakan dalam pengembangan upaya
pendidikan di Indonesia. Tujuan pendidikan nasional tersebut dirumuskan
sebagai kualitas yang dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia. Oleh
karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang peling operasional
dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut, teridentifikasi nilai – nilai
pendidikan karakter versi Kemendiknas sebagai berikut:
Gambar tabel 1.1 Nilai – nilai Pendidikan Karakter
No Nilai Deskripsi
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hdup rukun
dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang di dasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dengan dirinya
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan.
5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh – sunnguh dalam menatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas
serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik – baiknnya
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas – tugas.
8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak
yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
Tahu
untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, atau didengar.
10. Semangat Cara berpikir, bertindak, dan
Kebangsaan
berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Cara berpikir, bertindak, dan
Air
berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas
diri dan kelompoknya
12. Menghargai Sikap dan tindakan yang mendorong
Prestasi
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat dan mengakui
serta menghormati keberhasilan orang
lain.
13. Bersahabat/Ko Tindakan yang memperlihatkan rasa
munikatif
senang berbicara, bergaul, dan bekerja
sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai Sikap, perkataan dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang
dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Kebiasaan menyediakan waktu untuk
Membaca
membaca berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
Lingkungan
mencegah kerusakan pada lingkungan
alam di sekitarnya dan mengembangkan
upaya – upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain
dan masyarakat yang membutuhkannya.
18. Tanggung Sikap dan perilaku seseorang untuk
Jawab melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang Seharusnya dia lakukan terhadap
diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan
(alam, sosial, dan budaya), negara dan
Tuhan YME.

Nilai – nilai karakter utama yang menjadi prioritas dalam pendidikan


karakter
a. Religius
Mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Nasionalis
Menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompok.
c. Gotong royong
Mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan
bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama.

d. Integritas
Upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
e. Mandiri
Tidak bergantung pada orang lain dan menggunakan tenaga,
pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita – cita.
D. PENANAMAN NILAI KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN
FORMAL DAN INFORMAL
1. Penerapan Nilai Karakter di Sekolah
Penerapan nilai karakter yang bisa disebut juga dengan pendidikan
karakter dapat diterapkan melalui pendidikan formal yaitu sekolah.
Narwanti (2011:42) menyebutkan pendidikan karakter bukan sekedar
pemahaman atau sebatas wacana intelektualitas. Akan tetapi harus
dilanjutkan dengan upaya menumbuhkan rasa mencintai perilaku yang
berkebajikan dan setiap hari ada upaya untuk menjadikan nilai-nilai
kehidupan sebagai pembiasaan.
Karakter seseorang akan terbentuk tergantung dari lingkungan
kehidupan yang dijalaninya. Dengan bantuan pendidikan formal seperti
sekolah, maka akan membantu dalam pembentukan karakter melalui
penerapan pendidikan karakter di sekolah yang diintegrasikan dengan mata
pelajaran (Narwanti, 2011:42).
a. Peran guru dalam pendidikan berkarakter
Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan pendidikan karakter di sekolah, bahkan sangat
menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam mengembangkan
pribadinya.
Guru memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi nilai dan
karakter anakanak setidaknya dalam tiga macam cara, diantaranya
adalah guru dapat menjadi pengasuh yang efektif, guru dapat menjadi
teladan, dan guru dapat menjadi seorang pembimbing etis dengan
memberi pengajaran moral serta pengarahan melalui penjelasan,
diskusi, penyampaian cerita, menunjukkan semangat pribadi
dan memberikan umpan korektif ketika siswa mencoba menyakiti diri
mereka sendiri atau menyakiti sesama mereka (Lickona, 2008:100).
Salah satu hal yang perlu dipahami guru untuk mengefektifkan
pendidikan karakter di sekolah adalah bahwa semua manusia (peserta
didik) dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tak pernah terpuaskan,
dan mereka semua memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin
tahunya. Tugas guru yang paling utama dalam pendidikan karakter di
sekolah adalah bagaimana mengkondisikan lingkungan belajar yang
berkarakter, menyenangkan, agar dapat membangkitkan rasa ingin
tahu semua peserta didik sehingga tumbuh minat dan karakter baiknya.
Dalam hal ini guru hendaknya memposisikan diri sebagai fasilitator,
yang tugas utamanya memberikan kemudahan belajar kepada peserta
didiknya (to facilitate learning), tanpa ada pemaksaan dan kekerasan
terhadap peserta didik (Mulyasa, 2011:66)
b. Peran kepala sekolah dalam pendidikan karakter
Kepala sekolah sebagai manajer harus mempunyai komitmen
yang kuat tentang pendidikan karakter. Kepala sekolah harus mampu
membudayakan karakter-karakter unggul di sekolahnya. Kepala
sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam proses
pembelajaran maupun proses sosialisasi di sekolah tersebut. Sebagai
atasan yang tertinggi di sekolah, kepala sekolah harus mampu
membuat kebijakan-kebijakan maupun program-program yang
mendorong tercapainya pendidikan karakter di sekolahnya. Dengan
pengaturan yang baik oleh kepala sekolah diharapkan dapat terwujud
sekolah yang menerapkan pendidikan karakter yang sesuai dengan
nilai-nilai yang diharapkan yang nantinya dapat menghasilkan generasi
penerus yang unggul dan berkarakter (Zubaedi, 2011:163)
c. Internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran
Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan internalisasi
mempunyai makna penghayatan, pendalaman, penguasaan secara
mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan, dan
sebagainya. Sedangkan tokoh psikologi modern, Chaplin mengatakan
internalisasi diartikan sebagai penggabungan atau penyatuan
sikap, standar tingkah laku, pendapat, dan seterusnya dalam kehidupan.
Penamanan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran
dilakukan secara terintegrasi. Yang dimaksud dengan penanaman nilai-
nilai karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah
pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan
pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai- nilai ke dalam
tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran
baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada mata
pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk
menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang
ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta
didik mengenal, menyadari atau peduli, dan menginternalisasi
nilai-nilai dan menjadikannya perilaku (Sahlan dan Angga Teguh
Prastyo,2012:32).
2. Peran Keluarga dalam Penerapan Nilai Karakter
Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan (UU No. 20/2003, Pasal 1 ayat 13). Pengembangan karakter
merupakan proses seumur hidup yang perlu melibatkan semua pihak, baik
keluarga inti, keluarga (kakeknenek), sekolah, masyarakat, maupun
pemerintah. Oleh karena itu keempat koridor (keluarga, sekolah,
masyarakat, maupun pemerintah) ini harus berjalan secara terintegrasi.
Setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa
sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah. Penerapan
nilai-nilai karakter sejak dari kecil di lingkungan keluarga sangat
berpengaruh terhadap perilaku seseorang kelak. Dapat digaris bawahi
bahwa keluarga merupakan sarana utama dalam pembentukan karakter
anak. Di kehidupan keluarga, anak pertama kali melakukan sosialisasi.
Jadi dalam keluarga itulah anak mengenal interaksi. Jika dalam kehidupan
di keluarganya terjalin interaksi yang baik dan maksimal, maka hal itu juga
akan mempengaruhi pembentukan karakter anak tersebut (Zubaedi,
2011:144).
E. KOMPONEN PENDUKUNG DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
Sebagaimana halnya dunia pendidikan pada umumnya, pendidikan yang
mensyaratkan keterlibatan banyak pihak di dalamnya. Kita tidak bisa
menyerahkan tugas pengajaran, terutama dalam rangka mengembangkan
karakter peserta didik, hanya semata-mata kepadda guru. Sebab, setiap peserta
didik memiliki latar belakang yang berbeda, yang ikut menentukan
kepribadian dan karakternya. Oleh karena itu, guru, orang tua maupun
masyarakat seharusnya memiliki keterlibatan, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Selain itu ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam
rangka menjalankan pendidikan karakter diantaranya sebagai berikut:
a. Partisipasi masyarakat
Dalam hal ini, masyarakat meliputi tenaga pendidik, orang tua,
anggota masyarakat, dan peserta didik itu sendiri, semua komponen itu
hendaknya dapat bekerja sama dan membantu memberikan masukan, terutama
mengenai langkah-langkah penanaman karakter bagi peserta didik.
Oleh sebab itu, setiap sekolah yang akan menerapkan pendidikan
karakter bagi peserta didiknya harus memiliki badan khusus yang dibentuk
sebagai sarana komunikasi antara peserta didik, tenaga pendidik, orangtua dan
masyarakat. Badan ini bertugas membicarakan konsep dan nilai-nilai yang
diperlukan untuk mendidik karakter peserta didik.
b. Kebijakan Pendidikan
Meskipun pendidikan karakter lebih mengedepankan aspek moral dan
tingkah laku, namun bukan berarti sama sekali tidak menetapkan kebijakan-
kebijakan. Sebagaimana dalam dunia formal pada umunnya. Sekolah tetap
menetapkan landasan filosofi yang tepat dalam membuat pendidikan karakter,
serta menentukkan dan menetapkan tujuan, visi dan misi, maupun beberapa
kebijakan lainnya, hal ini bisa dilakukan dengan mengadopsi kebijakan
pendidikan formal atau kebijakan baru.
c. Kesepakatan
Betapapun pentingnya dan mendesaknya lembaga pendidikan
menerapkan pendidikan karakter sebagai tambahan kurikulum di dalamnya,
namun bukan berarti itu ditetapkan secara sepihak. Sekolah harus mengadakan
pertemuan dengan orang tua peserta didik terlebih dahulu dengan melibatkan
tenaga guru dan perwakilan masyarakat guna mencari kesepakatan-
kesepakatan di antara mereka. Pertemuan itu bertujuan memperoleh
kesepakatan definisi pendidikan karakter, fungsi dan manfaatnya, serta cara
mewujudkannya
d. Kurikulum Terpadu
Agar tujuan penerapan karakter dapat berjalan secara maksimal,
sekolah perlu membuat kurikulum terpadu di semua tingkatan kelas. Sebab,
setiap peserta didik memiliki hak yang sama untuk mendapatkan materi
mengenai pengembangan karakter. Oleh karena itu, meskipun pendidikan
karakter perlu diperkenalkan sejak dini, namun bukan berarti tidak berlaku
bagi peserta didik yang sudah dewasa. Dan, salah satu cara penerapannya
adalah pemberlakuan kurikulum terpadu dengan semua mata pelajaran.
e. Pengalaman Pembelajaran
Pendidikan karakter sebenarnya lebih menitik beratkan pada
pengalaman daripada sekedar pemahaman. Oleh karena itu, melibatkan
peserta didik dalam berbagai aktivitas positif dapat membantunya mengenal
dan mempelajari kenyataan yang dihadapi
Pelayanan yang baik oleh seorang guru berupa kerja sama,
pendampingan, dan pengarahan optimal, yang merupakan komponen yang
perlu diberlakukan secara nyata. Sebab, hal itu akan memberikan kesan positif
bagi peserta didik dan mempengaruhi cara berpikirnya sekaligus karakternya.
f. Evaluasi
Guru perlu melakukan evaluasi sejauh mana keberhasilan pendidikan
karakter yang sudah diterapkan .evaluasi dilakukan tidak dalam ragka
mendapatkan nilai, melainkan mengetahui sejauh mana peserta didik
mengalami perilaku di bandingkan sebelumnya.
Dalam hal ini, guru harus mengapresiasi setiap aktivitas kebaikan
yang dilakukan peserta didik, kemudian memberinya penjelasan mengenai
akibat aktivitas tersebut dalam pengembangan karakternya.
g. Bantuan Orang Tua
Untuk mendukung keberhasilan, pihak sekolah hendaknya meminta
orangtua peserta didik untuk ikut terlibat memberikan pengajaran karakter
ketika peserta didik berada di rumah. Bahkan, sekolah perlu memberikan
gambaran umum tentang prinsip-prinsip yang diterapkan disekolah dan
dirumah, seperti aspek kejujuran, dan lain sebagainya.
Tanpa melibatkan peran orangtua di rumah, berarti sekolah akan tetap
kesulitan menerapkan pendidikan karakter terhadap peserta didik. Sebab,
interaksinya justru lebih banyak di habiskan dirumah bersama keluarga.
h. Pengembangan Staf
Perlu disediakan waktu pelatihan dan pengembangan bagi para staf di
sekolah sehingga mereka dapat membuat dan melaksanakan pendidikan
karakter secara berkelanjutan. Hal itu termasuk waktu untuk diskusi dan
pemahaman dari proses dan program, serta demi menciptakan pelajaran dan
kurikulum selanjutnya. Perlu di ingat bahwa semua pihak disekolah
merupakan sarana yng perlu dimanfaatkan untuk membantu menjalankan
pendidikan karakter
i. Program
Program kependidikan karakter harus dipertahankan dan diperbaharui
melalui pelaksanaan dengan perhatian khusus pada tingkat komitmen yang
tinggi dari atas, dana yang memadai, dukungan untuk koordinasi distrik staf
yang berkualitas tinggi, pengembangan profesional berkelanjutan dan
jaringan, serta dukungan system bagi guru yang melaksanakan program
tersebut
F. STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan karakter dapat diimplemetasikan melalui beberapa strategi
dan pendekatan yang meliputi:
a. Pengintegrasian nilai dan etika pada mata pelajaran
b. Internalisasi nilai positif yang di tanamkan oleh semua warga sekolah
 

( warga sekolah, guru, dan orang tua)


c. Pembiasaan dan latihan
d. Pemberian contoh dan teladan
e. Penciptaan suasana berkarakter di sekolah
 

f. Pembudayaan.
Menurut Agus Zaenul Fitri 2011, strategi pembelajaran pendidikan
karakter dapat dilihat dalam empat bentuk intregrasi, yaitu:
    
    1)       Integrasi dalam mata pelajaran
Pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam
penyusunan silabus dan  indikator yang merujuk pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang terdapat dalam KTSP. Berikut merupakan salah satu
contoh integrasi ke dalam mata pelajaran Pendidikan Agama:
a) Bersalaman dengan mencium tangan guru untuk memunculkan rasa
hormat dan tawadhu kepada guru.
b)   Penanaman sikap disiplin dan syukur melalui shalat berjamaah pada
waktunya.
c) Penanaman nilai ikhlas dan pengorbanan melalui penyantunan terhadap
anak yatim dan fakir miskin.
        2)       Integrasi  melalui pembelajaran tematis
Pembelajaran tematis adalah pendekatan dalam pembelajaran yang secara
sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa kompetensi dasar dan indikator
dari beberapa mata pelajaran untuk dikemas dalam satu kesatuan.
Pembelajaran tematis dapat dikembangkan melalui:
a) Pemetaan kompetensi untuk memperoleh gambaran kompreherensif dan
utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari
berbagai mata pelajaran yang di padukan dalam tema yang dipilih.
b)   Identifikasi dan analisis untuk setiap standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema.
c) Menetapkan jaringan tema, menghubungkan KD dan indikator dengan
tema sehingga akan tampak kaitan antar tema, kompetensi dasar, dan
indikator.
d) Penyusunan silabus. Silabus tematik sudah di masukkan pendidikan
karakter yang akan di ajarkan pada siswa.
e)   Penyusunan RPP pendidikan karakter
          3)       Integrasi melalui pembiasaan
Menurut Agus Zainul Fitri 2011, pengkondisian dan pembiasaan untuk
mengembangkan karakter dapat dilakukan dengan cara:
a)      Mengucapkan salam saat mengawali belajar mengajar
b)      Berdoa sebelum memulai pekerjaan untuk menanamkan nilai syukur.
c)      Pembiasaan pemberian kesempatan kepada orang lain untuk berbicara
sampai selesai sebelum memberikan komentar.
d)     Pembiasaan angkat tangan bila hendak bertanya, menjawab. Bependapat
dan hanya berbicara setelah di persilahkan.
e)      Pembiasaan bersalaman saat bertemu guru.
f)       Melaksanakan sholat berjamaah di sekolah.
        4)       Intergrasi melalui kegiatan ekstra kurikuler
a)       Pramuka
Siswa dilatih dan di bina untuk mengembangkan diri dan
meningkatkan hampir semua karakter misalnya: melatih disiplin, jujur,
menghargai waktu, tenggang rasa dll.
b)       Palang merah remaja
Menumbuhkan rasa kepedulian kepada sesama juga melatih
percakapan sosial dan jiwa sosial.
c)       Olahraga
Mengajarkan nilai sportifitas dalam bermain menang ataupun kalah
bukan menjadi tujuan utama melainkan nilai kerja keras dan semangat juang
yang tinggi.
d)       Kaya wisata
Pembelajaran di luar kelas yang langsung melihat realitas sebagai
bahan pengayaan peserta didik dalam belajar melalui kunjungan ke tempat
tertentu.
e)       Outbond
Aktivitas di luar kelas dengan menekankan aktivitas fisik yang penuh
tantangan dan petualangan.
G. TAHAP-TAHAP PEMBENTUKAN KARAKTER
Membentuk karakter pada diri anak memerlukan suatu tahapan yang
dirancang secara sistematis dan berkelanjutan. Sebagai individu yang sedang
berkembang, anak memiliki sifat suka meniru tanpa mempertimbangkan baik atau
buruk. Hal ini didorong oleh rasa ingin tahu dan ingin mencoba sesuatu yang
diminati, yang kadangkala muncul secara spontan. Sikap jujur yang menunjukkan
kepolosan seorang anak tanpa beban menyebabkan anak selalu ingin tampil riang
dan dapat bergerak dan beraktivitas secara bebas. Dalam aktivitas ini anak
cenderung menunjukkan sifat ke-aku-annya. Akhirnya, sifat unik menunjukkan
bahwa anak merupakan sosok individu yang kompleks yang memiliki perbedaan
dengan individu lainnya.
Anak akan melihat dan meniru apa yang ada disekitarnya, bahkan apabila hal
itu sangat melekat pada diri anak akan tersimpan dalam memori jangka
panjang (Long Term Memory). Apabila yang tersimpan adalah hal yang positif
(baik), maka akan menghasilkan perilaku yang konstruktif. Namun, apabila yang
tersimpan adalah sesuatu yang negatif (buruk), akan dihasilkan di kemudian hari
hal-hal yang destruktif.
Anak (peserta didik) apabila akan melakukan sesuatu (baik atau buruk) selalu
diawali dengan proses melihat, mengamati, meniru, mengingat, menyimpan
kemudian mengeluarkan kembali menjadi perilaku sesuai dengan ingatan yang
tersimpan di otaknya. Oleh karena itu, untuk membentuk karakter pada anak,
harus dirancang dan diupayakan penciptaan lingkungan kelas dan sekolah yang
betul-betul mendukung program pendidikan karakter tersebut.
Pemahaman guru tentang karakteristik anak akan bermanfaat dalam upaya
menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan anak. Anak pada
usia sekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa. Sebagian besar dari
mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya. Oleh karena itu,
sebaliknya anak diberi kesempatan untuk berbicara. Sebagian dari mereka juga
perlu dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.
Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan,
mengagumi, dan kasih sayang. Berta Shite dan Wittig (1973) menjelaskan cara
agar anak dapat berkembang menjadi kompeten dengan cara interaksi sesering
mungkin dan bervariasi dengan anak. Orangtua sering menunjukkan minat minat
terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak. Beri kesempatan kepada anak
untuk mengamati, mengenal, dan mendapatkan pengalaman dalam banyak hal.
Berikan kesempatan dan doronglah anak untuk melakukan berbagai kegiatan
secara mandiri. Doronglah anak agar mau mencoba mendapatkan ketrampilan
dalam berbagai tingkah laku. Tentukan batas-batas tingkah laku yang
diperbolehkan oleh lingkungannya. Kagumilah apa yang dilakukan oleh anak.
Sebaliknya, apabila berkomunikasi dengan anak, lakukan dengan hangat dan
dengan ketulusan hati.
Umumnya guru mempunyai kecenderungan memperlukan anak didiknya
sebagai anak yang memiliki kemampuan rata-rata. Perbedaan yang ada diantara
anak-anak dsebabkan oleh faktor budaya, bahasa, kelas sosial-ekonomi, dan
perbedaan atau kelainan yang ditemukan.
      1.      Perbedaan Budaya
Budaya adalah sejumlah sikap dan tingkah laku yang telah dipelajari oleh
sekolompok manusia. Setiap kelompok manusia di dalam suatu masyarakat
mempunyai nilai budaya yang khas sifatnya. Indonesia terdiri dari berbagai suku
bangsa dan masing-masing suku bangsa dengan yang lain tetap memiliki
perbedaan. Guru harus peka terhadap kondisi murid-murid yang mungkin berasal
dari budaya yang berbeda. Anak yang berada dalam budaya yang sama akan
mengembangkan ketrampilan bersosialisasi dengan lebih baik. Sebaliknya, bila
berada dalam lingkungan yang berbeda, anak akan lebih baik dalam ketrampilan
intelektualnya.
     2.      Perbedaan Bahasa
Apabila anak berbeda budayanya seringkali antarmereka juga memiliki
penguasaan bahasa yang dipergunakan secara berbeda pula. Mungkin seorang
anakan akan menjadi malu atau terhambat sosialisasinya yang disebabkan
kemampuan berbahasa yang berbeda. Guru sebaiknya peka terhadap kondisi
tersebut.
      3.      Perbedaan Kelas Sosial-Ekonomi
Perbedaan kelas social - ekonomi seringkali mengakibatkan terjadinya
kegagalan dalam prestasi akademik. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ada
perbedaan yang berarti dalam tugas intelektual dan akademik antara anak yang
berasal dari keluarga yang kurang beruntung dibandingkan dengan yang lebih
beruntung.
Hunt (1961) yakin bahwa perbedaan tersebut diatas bukan diakibatkan faktor
bawaan dan pengaruh lingkungan dapat memperbaiki kondisi anak.
BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Berdasarakan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter adalah sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik
sehingga mereka menerapkan dalam kehidupannya baik di keluarga, sekolah,
masyarakat, dan negara sehingga dapat memberi kontribusi yang positif kepada
lingkungannya. Peserta didik dituntun untuk menjadi manusia seutuhnya yang
berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Dengan
demikian, pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru,
yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk
watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana guru berperilaku,
cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi dan
berbgai hal terkai lainnya.
Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter haruslah melalui
berbagai proses diataranya melalui strategi implementasi pendidikan
karakter, langkah-langkah pendidikan karakter, tahap-tahap pembentukan
karakter, pembentukan karakter melalui  pembudayaan. Dimana strategi
implementasi pendidikan karakter meliputi pengintegrasian nilai dan etika pada
mata pelajaran, Internalisasi nilai positif yang di tanamkan oleh semua warga,
Pembiasaan dan latihan, Pemberian contoh dan teladan, Penciptaan suasana
berkarakter di sekolah dan Pembudayaan. Langkah-langkah pendidikan
karakter meliputi lima langkah yang harus dilakasanakan secara tepat dan
konsisten. Tahap-tahap pembentukan karakter meliputi lima tahap atau proses dari
melihat-mengamati-meniru-mengingat-menyimpan kemudian mengeluarkan
perilaku. Pembentukan karakter melalui  pembudayaan yang dapat dilakukan
dengan penciptaan budaya karakter yang bersifat vertikal dan horizontal.
B.     Saran
Sebagai calon guru SD yang akan menjadi pendidik professional yang
mempunyai tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik atau siswa. Dalam konteks
pencapaian tujuan pendidikan karakter, guru menjadi ujung tombak keberhasilan
tersebut. Guru, sebagai sosok yang digugu dan ditiru, mempunyai peran penting
dalam implementasi pendidikan karakter di sekolah maupun di luar sekolah.
Sudah sepantasnya guru harus memiliki karakter yang baik, memiliki kompetensi
kepribadian yang baik dimana kompetensi kepribadian tersebut menggambarkan
sifat pribadi dari seorang guru. Satu yang penting dimiliki oleh seorang guru
dalam rangka pengambangan karakter anak didik adalah guru harus mempunyai
kepribadian yang baik dan terintegrasi dan mempunyai mental yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir dkk. 2012. Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: Kencana.

Dyah Sriwilujeng. 2017. Panduan Implementasi Penguatan Pendidikan


Karakter, Jakarta :Erlangga.

Fitri, Agus Zaenul. 2012. Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis


Nilai dan Etika di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Henricus Suparlan. 2015. Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan


Sumbangannya bagi Pendidikan Indonesia, Jurnal Filsafat, Vol. 25, No. 1.

Kemendiknas, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Badan


Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011.

Kementerian Pendidikan Nasional, Pengembangan Pendidikan Budaya


dan Karakter Bangsa,Jakarta: 2010.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Panduan Praktis. Bandung:


Remaja Rosda Karya.

Mulyasa. 2014. Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: PT Bumi


Aksara

Musfah. 2011. Pemikiran Pendidikan: Upaya Membangun Manusia Berkarakter.


Melalui Pendidikan Holistik. Jakarta: Prenada Media.

Nur Uhbiyati. 2013. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam,Semarang: Pustaka.

Saptono. 2011. Dimensi – dimensi Pendidikan Karakter : Wawasan, Strategi,


dan Langkah Praktis, Salatiga : Erlangga.
Syamsul Kurniawan. 2016. Pendidikan Karakter; Konsepsi dan
Implementasinya secara Terpadudi Lingkungan Keluarga, sekolah,
Perguruan Tinggi, dan Masyarakat, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Thomas Lickona. 2013. Educatig for Character: How Our Schools Can
Teach Respect and Responbility, Terjemah: Juma Abdu Wamaungo, (Jakarta:
Remaja Rosdakarya.

Undang-undang No 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-undang RI No 20 Tahun 2013 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional

Virsya Norla, 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah,


Jakarta:Laksana.

Anda mungkin juga menyukai