Reskiana
Reskiana
Oleh :
1. Nining Sumarni 30140119003K
2. Laurentia Maryati 30140119009K
3. Fransisca Agustina Siboro 30140119017K
4. Evi Yanti Polina 30140119023K
5. Murni Setiawati 30140119030K
6. Bernadette Elah Karnilah 30140119056K
1
1.2.1. Tujuan Umum
2
Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung dalam penulisan karya
ilmiah.
BAB III PENUTUP
Bab ini berisi tentang simpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
3
LANDASAN TEORI
2.1.2. Etiologi
Menurut Nanda Nic-Noc (2015) peenyebaran infeksi terjadi melalui droplet
dan sering disebabkan oleh streptoccus pnemonia, melalui slang infus oleh
staphylococcus aureus sedangkan pada oemakaian ventilatr oleh P.
Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan
keadan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi
ligkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk paruparu
organism bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengahlahkan mekanisme
pertahanan paru, terjadi pnemonia. Selan di atas penyebab terjadinya
pnemonia sesuai penggolongannya yaitu:
a. Bacteria: diplococcus pnemonia, pnemococcus, streptokokus
hemolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influinzae,
mycobacterium tuberkolusis, bacillus friedlander.
4
Influenza.
c. Mycoplasma pnemonia
d. Jamur: histoplasma capsulatum cryptococcus neuroformans,
blastomyces dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species,
candida albicans.
e. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,
benda asing
f. Pnemonia hipostatik
g. Sindrom loefflet
2.1.3. Patofisiologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orangorang
dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau
menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya
bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut,
dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu
mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan
yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh
bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel
system pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon
imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian
jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar
dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri)
menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus
adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar,
2007).
5
Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab
mencapai alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan
ektravasasi cairan serosa ke dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut
memberikan media bagi pertumbuhan bakteri. Membran kapiler alveoli
menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke dalam
perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi
hipoksemia (Engram 1998).
Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan
respon yang khas terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 1995 :
711) :
1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang
kaya protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah
yang berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat,
edematosa dan berwarna merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua,
yang berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif
dalam ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag.
Banyak sel darah merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang.
Pleura yang menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak
berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara, disertai
konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi =
seperti hepar).
1. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan
akumulasi fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah
putih dan sel darah merah. Paru-paru tampak kelabu coklat dan
padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam
alveoli yang terserang.
2. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat
mengalami lisis dan direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan
kotoran inflamasi, dengan mempertahankan arsitektur dinding
6
alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali pada
strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).
7
2.1.4. Klasifikasi
Dalam buku NANDA NIC NOC 2015 klasifikasi pneumonia dapat dibagi
menjadi :
A. Klasifikasi berdasarkan antaomi. (IKA FKUI)
1. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar
dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka
dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Penumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung
akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen
untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada
didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang terjadi
di dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan
peribronkial serta interlobural.
8
makanan atau lambung edema paru, dan obstruksi mekanik
simple oleh bahan padat.
9
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengklakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan
dan menyusu pada bayi.
2.1.7. Penatalaksanaan
Menurut Nanda Nic Noc (2015) kepada penderita yang penyakitnya tidak
terlalu berat, bisa diberikan antibiotic per-oral dan tetap tinggal di rumah.
Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat dan antibiotic
diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intervena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan
10
memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam
waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
▪ Oksigen 1-2L/menit.
▪ IVFD dekstrose 10%:NACl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
▪ Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan eternal bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
▪ Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
Koreksi gangguan kesimbangan asam basa dan elektrolit.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic
diberikan sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based:
▪ Ampasilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
▪ Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus pneumonia hospital based:
▪ Sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
▪ Amikasin 10-15mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
2.1.8. Komplikasi
a. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
b. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena
obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi
c. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
d. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
e. Delirium terjadi karena hipoksia
f. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex:
penisilin
g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
h. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
11
i. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
12
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
▪ Sputum : merah muda, berkarat
▪ Perpusi : pekak datar area yang konsolidasi
▪ Premikus : taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
▪ Bunyi nafas menurun
▪ Warna : pucat/sianosis bibir dan kuku
k. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan
steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
l. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat
6-8 hari Rencana pemulangan: bantuan dengan
perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah
m. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu
menarik napas.Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5
tahun adalah 40 kali / menit atau lebih.Perlu diperhatikan adanya
tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia
berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin
mengalami peningkatan atau tachycardia.
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
13
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan
telinga ke hidung / mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan
terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara
napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah
pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni,
kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).
14
2.2.3. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC Label
bersihan jalan nafas b.d keperawatan selama ..x.. jam Respiratory Monitoring
inflamasi dan diharapkan jalan nafas pasien bersih 1. Monitor vital sign (suhu, RR, 1. Untuk mengetahui keadaan
obstruksi jalan nafas NOC Nadi) umum klien.
• Respiratory status: ventilation 2. Monitor respirasi dan 2. Penurunan bunyi napas dapat
• Respiratory status: airway oksigenasi menunjukkan atelektasis
patency 3. Auskultasi bunyi napas 3. Untuk mencatat adanya suara
Kriteria hasil: 4. Anjurkan keluarga pasien napas tambahan.
• Mendomonstrasikan batuk efektif memberikan minuman hangat 4. Berguna untuk melunakan
dan suara nafas bersih, tidak ada atau susu hangat secret
sianosis dan dyspneu 5. Kolaborasi dalam pemberian 5. Untuk melancarkan
• Menunjukkan jalan nafas yang terapi nebulizer sesuai indikasi mengencerkan dahak dan
paten 6. Berikan O2 dengan melancarkan jalan nafas.
15
tidak mampu melakukan
karena batuk efektif atau
penurunan tingkat kesadaran.
2. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan NIC 1. Untuk memastikan ada atau
nafas keperawatan selama ..x.. jam 1. Buka jalan nafas tidaknya sumbatan pada jalan
diharapkan pola nafas pasien normal 2. Pastikan posisi untuk nafas
NOC memaksimalkan ventilasi 2. Agar pasien dapat bernafas
• Respiratory status: ventilasi 3. Auskultasi suara nafas, catat dengan optimal/lebih baik
• Respiratory status: airway adanya suara tambahan 3. Untuk mengetahui
patency 4. Monitor vital sign adanya suara nafas
• Vital sign status Kriteria hasil: (pernafasan) dan status O2 tambahan
• Mendemonstrasikan batuk 5. Keluarkan secret dengan batuk 4. Untuk mengetahui kondisi
efektif, suara nafas yang bersih, atau suction pernafasan pasien dan status
tidak ada cyanosis, dyspneu O2
• Menunjukkan jalan nafas yang 5. Untuk mengeluarkan secret
paten (irama nafas, tidak yang menghambat jalan nafas
tercekik, tidak ada nsuara nafas
abnormal)
16
Tanda-tanda vital dalam rentang
normal
17
3. Kekurangan volume Setelah dilakukan NIC
cairan b.d intake oral tindakan keperawatan selama 1. Monitoring status hidrasi 1. Untuk mengetahui status
tidak adekuat, ..x.. jam diharapkan (kelembaban membrane hidrasi pasien
takipnea, demam kebutuhan volume cairan pasien mukosa, nadi yang adekuat)
terpenuhi. secara tepat 2. Untuk memastikan jumlah
NOC 2. Atur catatan intake dan output cairan yang masuk dan keluar
• Fluid balance cairan secara akurat 3. Untuk memenuhi kebutuhan
• Hydration cairan pasien
• Nutritional status: food and fluid 3. Beri cairan yang sesuai
intake 4. Untuk mengetahui factor risiko
Kriteria hasil: Fluid monitoring: ketidakseimbangan cairan dan
• Mempertahankan urine output 4. Identifikasi factor risiko mencegah secara dini factor
sesuai dengan usia, dn BB, BJ, ketidakseimbangan cairan tersebut
urien normal, HT normal (hipertermi, infeksi, muntah 5. Komplikasi letal dapat terjadi
• Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dan diare) selama awal periode
dalam batas normal 5. Monitoring tekanan darah, nadi pengobatan antimikroba.
dan RR
• Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, Kurva suhu tubuh
elestisitas turgor kulit baik,
18
membran mukosa lembab, tidak memberikan indeks respon
ada rasa haus yang berlebihan pasien terhadap terapi.
Hipotensi yang terjadi dini
pada perjalanan penyakit dapat
mengindikasikan hipoksia atau
bakterimia. Antipiretik
diberikan dengan
kewaspadaan, karena
antipiretik dapat
mengakibatkan penurunan
suhu dan dengan demikian
mengganggu evalusasi kurva
suhu
6. Untuk memastikan terapi
IV teraphy:
6. Lakukan 5 benar pemberian diberikan secara benar
IV selama pemberian
19
4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan NIC Activity Therapy 1. Untuk dapat memberikan
b.d isolasi respiratory tindakan keperawatan selama 1. Kaloborasikan dengan tenaga program yang sesuai dan tepat.
..x.. jam diharapkan energi rehabilitasi medik dalam 2. Untuk mengetahui kemampuan
psikologis maupun fisiologi pasien merencanakan program terapi pasien dalam
terpenuhi yang tepat melakukan suatu aktivitas
NOC 2. Bantu pasien 3. Untuk membantu pasien dalam
• Energy conervation mengidentifikasikan aktivitas beraktivitas
• Activity tolerrance yang mampu dilakukan 4. Untuk dapat mengetahui
• Self care: Adls Kriteria hasil: 3. Bantu untuk mendapatkan alat kekurangan pasien dalam
• Berpartisipasi dalam aktifitas fisik bantuan aktivitas seperti kursi beraktivitas dan memberikan
tanpa disertai peningkatan roda penanganan yang tepat
tekanan darah, nadi, RR 4. Bantu pasien dan keluarga 5. Untuk bisa membuat pasien
• Mempu melakukan untuk mengidentifikasi selalu termotivsi dan
aktivitas sehari-hari secara kekurangan dalam aktivitas besemangat
mandiri 5. Bantu pasien mengembangkan 6. Untuk mengetahui
• Tanda tanda vital normal motivasi dan peguatan kesanggupan dan keinginan
• Energy psikomotor 6. Monitor respon fisik, emosi, pasien dalam melakukan
• Level kelemahan sosial, dan spiritual aktivitas
• Mampu berpindah: dengan atau
tanpa bantuan
• Status kardiopulmonari adekuat
• Sirkulasi status baik
20
Status respirasi: pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
21
5. Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan NIC 1. Untuk bisa mengukur tingkat
b.d perawatan anak keperawatan selama ..x.. jam 1. Berikan penilaian tentang pengetahuan keluarga pasien
pulang diharapkan pengetahuan keluarga tingkat pengetahuan pasien 2. Untuk mempermudah keluarga
pasien bertambah. tentang proses penyakit yang pasien mengerti tentang
NOC spesifik penyakit pasien dan dapat
• Knowlwdge: disease process 2. Gambarkan tanda dan gejala mengetahui tanda dan
• Knowledge: health Behavior yang biasa muncul pada gejalanya
Kriteria Hasil: penyakit, dengan cara yang 3. Untuk mengetahui penyebab
• Keluarga pasien menyatakan tepat yang dapat menimbulkan
paham tentang penyakit, kondisi, 3. Identifikasi kemungkinan penyakit pasien menjadi
prognosis, dan program penyebab dengan cara yang semakin memburuk
pengobatan tepat 4. Untuk bisa memberikan terapi
• Keluarga pasien mampu 4. Diskusikan pilihan terapi atau yang tepat pada pasien
melakukan prosedur yang penanganan
dijelaskan secara benar
• Keluarga pasien mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya
22
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang
disebabkan oleh bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda
asing. Sebagai perawat yang profesional dalam melakukan proses keperawatan
harus memperhatikan hal-hal tersebut di atas agar implementasi yang diberikan
sesuai dengan diagnosa keperawatan dan tepat pada sasaran.
3.2. Saran
Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk
menerapkan asuhan keperawatan yang terbaik untuk pasiennya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Athena & Ika Dharmayanti. 2014. Pneumonia pada Anak Balita di
Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 8. No. 8. H. 359-360.
Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
&Suddarth volume 1.Jakarta:EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic Noc Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification
(NIC).Missouri : Mosby
Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri :
Mosby
Dahlan, Zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit FKUI
22