Anda di halaman 1dari 7

1.

1 DASAR TEORI

Penemuan obat herbal cenderung dipengaruhi oleh sumber daya alam yang ada
dilingkungan setempat, sehingga perlu adanya pengenalan lebih lanjut antara manusia di
dunia dengan lingkungan tempat tinggal mereka atau disebut dengan Etnobotani. Etnobotani
sering diartikan sebagai hubungan masyarakat setempat dengan lingkungan hidupnya, seperti
penggunaan tumbuhan untuk makanan, perlindungan,pakaian,obat-obatan dan keperluan
lainnya (Nisyaputri et al., 2018).
Masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dahulu kala menggunakan
ramuan obat tradisional Indonesia sebagai upaya pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan perawatan kesehatan. Ramuan obat tradisional
Indonesia tersebut dapat berasal dari tumbuhan, hewan, dan mineral, namun
umumnya yang digunakan berasal dari tumbuhan. Obat tradisional adalah bahan
atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan
sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Kepmenkes, 2017).
Ramuan Obat Tradisional merupakan satu jenis tanaman atau lebih dengan
zat tambahan lainnya yang bersifat inert/netral. Simplisia adalah bahan alamiah
yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun
juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan
(Kepmenkes, 2017).

Gambar. 1 Meniran (Sumber : Kepmenkes, 2017).


Meniran merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah tropis yang tumbuh liar di
tempat yang lembab dan berbatu, serta tumbuh di hutan, ladang, kebun-kebun maupun
pekarangan halaman rumah, pada umumnya tanaman ini tidak dipelihara kerena dianggap
tumbuhan rumput biasa. Meniran (Phyllanthus niruri, L.) banyak mengandung beberapa
Senyawa yaitu: Flavonoid, Tanin, Alkaloid, Lignan, Saponin.31 Senyawa Flavonoid
mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan
mulai dari fungus sampai angiospermae, pada tumbuhan tinggi Flavonoid terdapat baik
dalam bagian vegetative maupun dalam bunga, sebagai pigmen bunga Flavonoid berperan
jelas dalam menarik burung dan serangga penyerbuk bunga, fungsi lainnya juga sebagai,
pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus. Bekerja sebagai inhibitor kuat
pernapasan. Flavonoid bertindak sebagai penampung yang baik radikal hidroksi dan
supeoksida dan dengan demikian melindungi lipid (Muhammad, 2014).
Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri, L.) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Phyllanthus
Jenis : Phyllanthus niruri, L. (Muhammad, 2014).
Morfologi tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri, L.) :
Meniran merupakan tanaman herba dan tumbuh tegak, batangnya tidak bergetah,
berbentuk bulat, bercabang dan berwarna hijau. Tinggi batangnya kurang dari 50 cm.
Daunnya bersirip dengan berjumlah genap. Setiap tangkai terdiri dari daun majemuk
berukuran kecil yang berbentuk bulat telur. Panjang daun sekitar 5 mm, sedangkan lebarnya
3 mm, dibagian bawah daun terdapat bintik berwarna kemerahan. Bunganya berwarna putih
kehijauan, melekat pada ketiak daun dan menghadap kebawah. Buah meniran berbentuk
bulat pipih, berdiameter 2 – 2,5 cm dan bertekstur licin, bijinya seperti bentuk ginjal, keras,
dan berwarna coklat, akarnya berbentuk tunggang dan berwarna putih kekuningan. Meniran
mempunyai bunga jantan dan betina yang berwarna putih, bunga jantan keluar di bawah
ketiak daun, sedangkan bunga betina keluar di atas ketiak daun. Perbanyakan tumbuhan
meniran (Phyllanthus niruri, L.) dapat dilakukan dengan menggunakan biji. Tumbuhan ini
tumbuh subur di tempat yang lembab pada ketinggian 1000m diatas permukaan laut. Pada
umumnya meniran tidak dipelihara karena dianggap tanaman liar (Muhammad, 2014).
Gambar. 2 Sirih ( Sumber : Kepmenkes, 2017).
Tanaman sirih banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman hias, rempah-
rempah, ramuan obat, maupun sebagai perlengkapan (uborampe) dalam upacara-upacara
adat. Di dunia terdapat sekitar 700 jenis Piper , 1000 jenis , bahkan menurut Jones dan
Luchsinger , terdapat an- tara 1400 – 2000 jenis Piper dari berbagai negara. Di Pulau Jawa,
terdapat sekitar 23 jenis Piper . Piper tumbuh di ketinggian 0 – 2500 m, dan beberapa jenis
yang tumbuh di ketinggian di atas 3000 m . Salah satu sumber daya alam berupa tanaman
yang sering digunakan untuk obat tradisional yaitu sirih (Piper betle L.) (Apri Fitri
Ningtias.,Iis Nur Aisyah. & Pujiastuti, 2014).
Tumbuhan sirih (Piper betle L.) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : Piper
Jenis : Piper betle L (Nani Parfati, Tri Windono, 2016).
Morofologi tumbuhan sirih :
Sirih merupakan tanaman merambat yang mencapai ketinggian hingga 15 m dan
mempunyai batang berwarna coklat kehijauan yang beruas-ruas sebagai tempat keluarnya
akar [3]. Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk daun seperti
jantung, tangkai daun panjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing, pangkal daun
berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging daun tipis. Permukaan daun berwarna hijau
dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau kecoklatan dan permukaan kulit
batang kasar serta berkerut-kerut. Daun- daun sirih yang subur berukuran antara 8 cm -12
cm lebarnya dan 10 cm-15 cm panjangnya. Tulang daun bagian bawah licin, tebal, berwarna
putih. Panjang tulang daun sekitar 5 cm – 18 cm, lebar 2,5 cm – 10,5 cm. Bunga berbentuk
bulir, berdiri sendiri diujung cabang dan berhadapan dengan daun. Daun pelindung
berbentuk lingkaran, bundar telur terbalik atau lonjong, panjang kira- kira 1 mm. Bulir jantan
memiliki panjang tangkai 2,5 cm – 3 cm, benang sari sangat pendek. Bulir betina memiliki
panjang tangkai sekitar 2,5 cm – 6 cm. Kepala putik berjumlah 3-5 buah. Buah buni, bulat,
dengan ujung gundul. Bulir masak berambut kelabu, rapat, mempunyai tebal 1 cm – 1,5 cm.
Biji membentuk lingkaran [4]. .) (Apri Fitri Ningtias.,Iis Nur Aisyah. & Pujiastuti, 2014).
Daun sirih mempunyai aroma yang khas karena mengandung minyak atsiri 1-4,2%,
air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin A, B, C yodium, gula dan pati. Dari
berbagai kandungan tersebut, dalam minyak atsiri terdapat fenol alam (senyawa alami) yang
mempunyai daya fungi yang sangat kuat tetapi tidak sporosid [5] .) (Apri Fitri Ningtias.,Iis
Nur Aisyah. & Pujiastuti, 2014).

Gambar. 3 Sereh ( Sumber : Kepmenkes, 2017).


Sereh (Cymbopogon nardus L) merupakan tanaman yang cukup melimpah di
Indonesia. Tanaman ini mudah tumbuh pada berbagai tanah yang memiliki kesuburan
cukup dan tidak memerlukan perawatan khusus. Di daerah Kalimantan Tengah
keberadaan Sereh tergolong melimpah, namun pemanfaatannya masih belum optimal
dan harga jualnya tergolong murah (Retno Atun Khasanah, dkk, 2013).
Sereh (Cymbopogon nardus L) biasanya digunakan sebagai bumbu dapur untuk
mengharumkan makanan. Selain itu, sereh bermanfaat sebagai anti radang,
menghilangkan rasa sakit dan melancarkan sirkulasi darah. Manfaat lain yaitu untuk
meredakan sakit kepala, otot, batuk, nyeri lambung, haid tidak teratur dan bengkak
setelah melahirkan. Akar tanaman sereh digunakan sebagai peluruh air seni, peluruh
keringat, peluruh dahak, bahan untuk kumur, dan penghangat badan. Sedangkan minyak
sereh banyak digunakan sebagai bahan pewangi sabun, spray, disinfektan, dan bahan
pengkilap (Retno Atun Khasanah, dkk, 2011).
Sereh wangi mengandung saponin, flavonoid, polifenol, alkaloid, dan minyak
atsiri. Saponin merupakan kelompok glikosida yang tersusun oleh aglikon bukan gula
yang berikatan dengan rantai gula. Sifat antimikroba dari senyawa saponin disebabkan
oleh kemampuan senyawa tersebut berinteraksi dengan sterol pada membran sehingga
menyebabkan kebocoran protein dan enzim‐enzim tertentu (Retno Atun Khasanah, dkk,
2011).
Tumbuhan Sereh (Cymbopogon nardus L.) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocothyledonae
Bangsa : Poales
Suku : Poacea
Marga : Cymbopogon
Jenis : Cymbopogon nardus L. (Santoso,2007).
Morfologi tumbuhan sereh (Cymbopogon nardus L.) :
Sereh (Cymbopogon nardus L) merupakan sejenis tumbuhan rumput‐rumputan yang
daunnya panjang seperti ilalang. Sereh mempunyai perawakan berupa rumput‐rumputan
tegak, menahun dan mempunyai perakaran yang sangat dalam dan kuat. Batang sereh
dapat tegak ataupun condong, membentuk rumpun, pendek, masif, bulat dan sering kali
di bawah buku‐bukunya berlilin. Daun sereh berbentuk tunggal, lengkap, dan pelepah
daunnya silindris gundul. Susunan bunganya yaitu malai atau bulir majemuk, bertangkai
atau duduk, berdaun pelindung nyata, biasanya berwarna putih (Retno Atun Khasanah,
dkk, 2011).

Gambar. 4 Pohon pepaya (Sumber : Kepmenkes, 2017).


Bangsa Indonesia sudah lama mengenal tumbuhan obat terutama pada daun papaya.
Tumbuhan obat umumnya merupakan tumbuhan hutan yang sejak jaman nenek moyang telah
menjadi tumbuhan pekarangan dan secara turun-temurun digunakan sebagai tumbuhan obat.
Mereka menggunakan tumbuhan obat tersebut tanpa mengetahui senyawa kimia aktif di
dalamnya tetapi mereka mengetahui khasiatnya, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui senyawa kimia pada daun papaya supaya dapat mengetahui senyawa aktif
yang berperan dalam penyembuhan suatu penyakit. Daun pepaya dapat dipergunakan untuk
mengobati penyakit malaria, penambah nafsu makan, jerawat, menambah air susu, dan untuk
mengobati sakit gigi.
Daun pepaya (Carica papaya L.) mengandung alkaloid karpainin, karpain,
pseudokarpain, vitamin C dan E, kolin, dan karposid. Daun pepaya mengandung suatu
glukosinolat yang disebut benzil isotiosianat. Daun pepaya juga mengandung mineral seperti
kalium, kalsium, magnesium, tembaga, zat besi, zink, dan mangan. Selain itu, daun pepaya
mengandung senyawa alkaloid karpain, karikaksantin, violaksantin, papain, saponin,
flavonoid, dan tannin (Milind dan Gurdita, 2011).
Tumbuhan Pepaya (Carica papaya L.) memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Cistales
Suku : Caricaceae
Marga : Carica
Jenis : Carica papaya L.( Tjitrosoepomo , 2004).
Morfologi tumbuhan pepaya (Carica papaya L) sebagai berikut :
Pepaya ialah tumbuhan yang berasal dari negara tropis, tanaman pepaya ini memiliki
batang yang tumbuh lurus keatas dengan tinggi batang tinggi 3-8 m, pada kondisi-kondisi
khusus tinggi batang pepaya akan bisa mencapai ketinggian 10 m. Pohon pepaya bisasanya
tidak memiliki cabang, daun-daun dan buah tumbuh secara langsung dari batang yang bisa
mempunyai diameter sampai 20 cm. Hanya dalam peristiwa-peristiwa langka ketika
batangnya patah bisa berbentuk cabang-cabang. Pepaya dapat lebih cepat tumbuh dan
memiliki “kayu” yang lunak. Tanaman pepaya tidak tahan dingin dan bahkan suhu-suhu
mendekati nol biasanya membunuhnya (Nuraini, 2011).
Buah pepaya merupakan jenis buah yang familiar dan disukai oleh sebagian besar
masyarakat. Hal ini dikarenakan buah pepaya memiliki daging yang lunak dan memiliki
warna merah atau kuning, buah pepaya ini mempunyai rasa manis, menyegarkan dan
mempunyai banyak kandungan air. Tanaman pepaya adalah tanaman yang berbuah setiap
tahun sehingga buah dari tanaman pepaya ini akan mudah ditemukan setap saat (Barus,
2008).
Daun pepaya memiliki bentuk daun yang menjari dan memiliki tangkai panjangyang
berongga di bagian tengah. Bentuk buah dari tanaman pepaya ini lonjong, dengan ujung yang
lancip. Warna buah saat masih muda berwarna hijau gelap, dan sesudahbuah matang
berwarna hijau muda sampai kekuningan. Daging pepaya berasal dari carpela yang tebal,
memiliki warna kuning sampai jingga.Bagian tengahnya memiliki rongga. Biji pepaya
memiliki warna hitam yang diselimuti lapisan berlendir untuk mencegah dari kekeringan
(Rukmana, 2003).

Anda mungkin juga menyukai