Anda di halaman 1dari 9

LAPORANPENDAHULUAN

KEPERAWATANJIWA

PADAPASIENPRILAKU KEKERASAN

OLEH:

NAMA :Faisol Rohman

NIM :18.009

D3KEPERAWATAN
POLITEKNIKNEGERIMADURA
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN

I. MASALAH UTAMA
Perilaku Kekerasan

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu beresiko
menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain (Carpenito, 2000)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif (Towsend,1998).

B. Tanda dan Gejala


 Fisik: mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang serta postur tubuh kaku.
 Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
kasar dan ketus.
 Perilaku: menyerang orang lain,melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
 Emosi: tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan
dan menuntut.
 Intelektual: mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
 Spiritual: merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral
dan kreativitas terhambat.
 Sosial: menarik dari, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
 Perhatian: bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.

C. Rentang Respon
Respons Adaptif Respons Maladptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Perilaku kekerasan

Keterangan:
1. Asertif: individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenangan.
2. Frustasi: individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak mampu
menemukan alternatif.
3. Pasif: individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4. Agresif: perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi
masih terkontrol.
5. Kekerasan: perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol.
Pasif Asertif Agresif
Positif  Menyombongkan diri,
Negatif dan
danmenawarkandiri, merendahkan orang
merendahkan diri,
Isi contohnya lain, contohnya
contohnya perkataan :
Pembicaraan perkataan : perkataan :
“Dapatkah saya ?”
“Sayadapat…” “Kamu selalu…”
“Dapatkah kamu ?”
“Sayaakan…” “Kamutidakpernah…”
TekananSuar Cepatlambat,
Sedang Kerasdanngotot
a mengeluh
Posisibadan Menundukkankepala Tegapdansantai Kaku, condongkedepan
Menjaga jarak dengan
Mempertahankanjar Siap dengan jarak akan
Jarak sikap
ak yang nyaman menyerang orang lain
acuh/mengabaikan
Loyo, Mengancam,
Penampilan Sikaptenang
tidakdapattenang posisimenyerang
Mempertahankan Mata
Sedikit/samasekalitid
Kontak Mata kontak mata sesuai melototdandipertahank
ak
dengan hubungan an

D. Faktor Predisposisi
Menurut Townsend (1996) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang
beberapa faktor predisposisi perilaku kekerasan, diantaranya adalah sebagai berikut:
 Teori Biologik
Berdasarkan teori biologik ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut:
a. Pengaruh Neurofisiologik, beragam komponen neurologis mempunyai
implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem
limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan
dan respon agresif.
b. Pengaruh Biokimia menurut Goldsten dalam Townsend (1996) meyatakan
bahwa berbagai neurotransmiter (epinefrin, norepinefrin,
dopamin,asetilkolin dan serotonin) sangat berperan dalam menfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan
norepiferin serta penurunan serotinin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang dapat
menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
c. Pengaruh Genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe XYY, yang umumnya
dimiliki oleh penghuni penjara pelaku tindak kriminal (narapidana)
d. Gangguan otak, sindrom otak oganik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral; tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
 Teori Psikologik
a. Teori Psikoanalitik teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya beramsumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidak berdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.
b. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan yang perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku
kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal
dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.
 Teori Sosiokultural
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan
faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.

E. Faktor Presipitasi
 Internal adalah semua faktor yang dapat menimbulkan kelemahan,
menurunnya percaya diri, rasa takut sakit hilang kontrol dan lain-lain.
 Eksternal adalah penganiayaan fisik, hilangnya orang yang dicintai, krisis dan
lain-lain.
Menurut Shives (1998) hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan
atau penganiayaan antara lain sebagai berikut:
 Kesulitan kondisi sosial ekonomi.
 Kesulitan dalam mengomunikasikan sesuatu.
 Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidak
mampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa.
 Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan
obat dan alkohol, serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat
menghadapi frustasi.
 Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan keluarga.

III. POHON MASALAH


Resiko mencederai diri,
Effect

orang lain dan lingkungan


Perilaku Kekerasan
Core Problem

Gangguan Konsep Diri


Harga Diri Rendah Causa

IV. AKIBAT PERILAKU KEKERASAN

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggimencederai diri, or
ang lain dan lingkungan. Akibat dari perilaku kekerasan adalah keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri
sendiri,orang lain dan lingkungan.
Resiko mencederaimerupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/mem
bahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

V. MASALAH KEPERAWATAN

1. Perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Harga diri rendah kronis
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional
7. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
8. Koping keluarga inefektif

VI. DATA YANG PERLU DIKAJI

Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji


Perilaku Kekerasan Subjektif :
 Klien mengancam
 Klien mengumpat dengan kata-kata kotor
 Klien mengatakan dendam dan jengkel
 Klien mengatakan ingin berkelahi
 Klien menyalahkan dan menuntut
 Klien meremehkan

Objektif :
 Mata melotot/pandangan tajam
 Tangan mengepal
 Rahang mengatup
 Wajah memerah dan tegang
 Postur tubuh kaku
 Suara keras

Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara lain


sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah
2. Stimulus lingkungan
3. Konflik interpersonal
4. Status mental
5. Putus obat
6. Penyalahgunaan narkoba/alkohol
VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perilakukekerasan

VIII. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Tindakan keperawatan untuk klien
 Tujuan
a. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
c. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya.
d. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya.
e. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasannya.
f. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial, dan
dengan terapi psikofarmaka.
 Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar klien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan Saudara. Tindakan yang
harus Saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah
mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan, menjelaskan tujuan interaksi,
serta membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien.
b. Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi dimasa lalu
dan saat ini.
c. Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
Diskusikan bersama klien mengenai tanda dan gejala perilaku kekerasan, baik
kekerasan fisik, psikologis, sosial, spiritual maupun intelektual.
d. Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang biasa dilakukan pada saat
marah baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
e. Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku marahnya.
Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan baik secara fisik
(pukul kasur atau bantal serta tarik napas dalam), obat-obatan, sosial atau verbal
(dengan mengungkapkan kemarahannya secara asertif), ataupun spiritual (sholat
atau berdoa sesuai keyakinan klien).
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
 Tujuan
Keluarga dapat merawat klien di rumah.
 Tindakan
a. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari perilaku tersebut.
b. Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku kekerasan.
1) Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar melakukan tindakan
yang telah diajarkan oleh perawat.
2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila anggota
keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.
3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila klien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
c. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Yosep, iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama

Gayuh. Asuhan Keperawatan Dengan Perilaku Kekerasan. Diakses dari

Keliat, Budi Ana.1999.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Anonym. 2008. Askep Perilaku Kekerasan. Diakses dari

Keliat, Budi Ana.1999.Gangguan Konsep Diri.Jakarta : EGC

WF Maramis, 1998.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Riyadi, sujono.,dkk. 2009. Asuhan Keperawatan jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai