Anda di halaman 1dari 3

KRIMINOLOGI

Pengertian Kriminologi :
Secara etimologis Kriminologi berasal dari kata-kata Yunani : “CRIME” artinya kejahatan dan
“LOGOS” artinya ilmu, jadi kriminologi berarti ilmu tentang kejahatan.
Nama kriminologi ini berasal dari ahli antropologi Perancis bernama P.Topinard.
Kriminologi pada dasarnya dibedakan atas pengertian sempit dan pengertian luas (mirip dengan
pengertian yang diberikan Prof. Noach, yaitu :
- Pengertian Luas : dari crime (kejahatan) dan logos (ilmu) : ilmu yang mempelajari
kejahatan
- Pengertian sempit : Ilmu yang mempelajari tentang sebab kejahatan dan
penanggulangannya.
Kebanyakan sarjana menganut pengertian sempit, alasannya jika menggunakan pengertian
luas, akan terjadi tumpang tindih dengan ilmu lain, seperti :
 Etiologi criminal : ilmu tentang sebab-sebab dari kejahatan
 Antropologi criminal : ilmu tentang manusia yang jahat
 Penologi : ilmu tentang pemidanaan pelaku kejahatan
 Victimologi : ilmu tentang korban kejahatan
 Psikologi kriminal : ilmu tentang kejahatan dipandang dari sudut ilmu jiwa
 Statistik Kriminal : ilmu tentang Kejahatan dipandang dari aspek data
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh berbagai sarjana, diperoleh beberapa kesamaan
yaitu bahwa kriminologi adalah ilmu yang mempelajari kejahatan dan penjahat yaitu : bentuk
penjelmaan, sebab dan akibat, dan penanggulangan
Hubungan kriminologi dengan hukum pidana adalah
Kriminologi mempelajari kejahatan dari aspek bentuk, sebab dan penanggulangannya, itupun
didapat setelah kejahatan itu terjadi. Dalam usaha untuk mengungkap dan menerangkan kausa
kejahatan harus diletakkan pada bidang kajian kriminologi, dan bukan menjadi otoritas hukum
pidana. Kapasitas Hukum Pidana hanya terbatas pada usaha untuk mencari dan membuktikan
adanya perbuatan (actus reus) dengan kesengajaan atau lalai (mens rea).
Selanjutnya jika dibandingkan kriminologi dengan hukum pidana diperoleh keterangan berikut
Persamaannya : baik kriminologi maupun hukum pidana obyeknya sama-sama
kejahatan
Perbedaannya : - Kriminologi : berisi tentang pengetahuan gejala sosial (kejahatan)
yang ada dalam masyarakat
Lebih bersifat prefentif keilmuan
Mempengaruhi penyusunan undang-undang yang didasarkan
pada teori dan realita masyarakat
- Hukum Pidana : berisi tentang norma perbuatan yang dilarang
Hubungan dengan ilmu lain, menurut Sutherland (principle of criminology): kriminologi
mencakup 3 bagian pokok : (1) sosiologi hokum, gejala masyarakat yang menimbulkan hukum
(2) etiologi criminal, sebab-sebab kejahatan (3) penologi, penghukuman
Artinya menurut Sutherland, yang didukung pula oleh Elliot (Crime in Modern Society), bahwa
ilmu-ilmu itu merupakan bagian dari kriminologi.
Manfaat mempelajari kriminologi :
1. Secara praktis
a. Menurut ajaran kausalitet, adanya suatu akibat pasti ada hal yang
menyebabkannya. Sebab itu tidak hanya satu tetapi merupakan rangkaian dari
sebab-sebab yang menimbulkan suatu akibat.
Sejalan dengan pandangan tersebut, Francois Bacon mengatakan bahwa untuk
mengetahui sesuatu yang sebenarnya harus mengetahui sebab-sebabnya.
Meminjam tesis Bacon, maka untuk dapat mengerti dan memahami suatu
fenomena kejahatan, harus diungkap kausanya (penyebabnya).
Dalam teori abolisionistik disebutkan bahwa dalam upaya penanggulangan
kejahatan (mencegah dan memberantas) yang paling utama adalah mencari faktor
penyebabnya terlebih dahulu, baru faktor-faktor itu dihilangkan atau paling tidak
dieliminir / dikurangi.
b. Sebagai bahan pertimbangan para aparat penegak hukum dalam menjalankan
fungsi dan tugas serta kewenangannya
c. Sebagai masukan dalam upaya penyempurnaan hukum, terutama dalam upaya
membentuk hukum yang digali dari dari nilai-nilai masyarakat
2. Secara Personal
a. Menambah wawasan keilmuan khususnya mengenai kejahatan
b. Membentuk kepribadian yang luhur dan bijak, terutama dalam memandang dan
menyikapi adanya suatu kejahatan, sehingga terhindar dari sikap apriori terhadap
pelaku kejahatan

Metode pendekatan dalam mempelajari kriminologi :


a. Pendekatan Deskriptif, yaitu memberikan gambaran tentang kejahatan dan pelakunya
melalui pengamatan (observasi) dan pengumpulan fakta-fakta kejahatan dan pelakunya,
seperti jenis-jenis kejahatan, frekuensinya, jenis kelamin, umur serta ciri-ciri lainnya.
Secara sederhana, dalam pendekatan ini digambarkan tentang kejahatan (jenis, frekuensi,
tempat dan waktu, dll) dan pelakunya (umur, ciri, jenis kelamin, latar belakang, reaksi
masyarakat, dan lain-lain), serta korban
b. Pendekatan Kausal atau Etiologis, yaitu pendekatan dengan menggunakan metode
interpretasi terhadap fakta-fakta yang diperoleh, guna ditemukan faktor penyebabnya.
Pendekatan kausal ini juga dapat berupa suatu interpretasi tentang fakta yang dapat
digunakan untuk mencari sebab musabab kejahatan baik secara umum maupun dalam
kasus-kasus individual. Pendekatan ini disebut sebagai etiologi kriminal.
c. Pendekatan Normatif, yaitu melakukan telaah atau pengkajian terhadap fakta-fakta yang
ditemukan berdasarkan aspek hukumnya, apakah fakta-fakta itu merupakan suatu
kejahatan atau tidak. Sehingga diharapkan dengan pendekatan normatif ini kriminologi
berperan dalam proses kriminalisasi dan de-kriminalisasi dalam rangka pembaharuan
hukum pidana.
Sedangkan menurut Mannheim (dalam Soedjono Dirdjosisworo, 1994 : 72), metode yang dapat
digunakan dalam mempelajari atau penelitian Kriminologi metode primer dan metode sekunder.
(a) Metode Primer, yaitu meliputi :
i. statistik Kriminal, yaitu angka-angka yang menunjukkan jumlah kriminalitas yang
tercatat dalam suatu tempat dan waktu tertentu;
ii. tipologi, yaitu mempelajari kejahatan dan penjahat dengan melihat ciri-ciri dan
fenomena tersebut; dan
iii. studi kasus, yaitu mempelajari kejahatan dengan melalui penyelidikan terhadap
kasus-kasus dengan secara mendalam seperti tentang sejarah kejahatannya (karier)
dan sejarah kehidupan lainnya yang dipandang relevan. Ini dapat dilakukan dengan
wawancara, kuesioner, otobiografi dan sebagainya.
(b) Metode sekunder. Penggunaan metode ini biasanya bersama-sama dengan salah satu
atau lebih metode primer. Yang termasuk metode sekunder adalah :
1. metode sosiologis, yaitu mempelajari komunitas, lembaga, daerah yang dipandang
mempunyai relevansi dengan kejahatan;
2. metode eksperimental. Metode ini biasanya dipakai dalam Ilmu Alam (Eksakta) dan
Psikologi. Di dalam Kriminologi, metode ini terutama dipakai untuk studi tentang
pemidanaan dan etiologi kriminal;
3. metode prediksi. Metode ini misalnya dipakai untuk meramalkan perilaku anak di
masa depannya; dan
4. metode operasional (action research). Metode ini terutama digunakan untuk usaha-
usaha pencegahan kejahatan atau perbaikan dalam tindakan terhadap pelaku
kejahatan.

Pendekatan lainnya dalam Kriminologi :


1. Metode statistik
2. Metode hubungan antara kejahatan dengan dengan kondisi menurut statistik
3. Metode kasuistik (gelar perkara)
4. Metode riwayat hidup
5. Metode penelitian partisipan
6. Metode pengamatan berita/informasi

Anda mungkin juga menyukai