Anda di halaman 1dari 15

NOVUM : JURNAL HUKUM

Volume 7 Nomor 1, Januari 2020


e-ISSN 2442-4641

PENYELESAIAN SENGKETA TINDAKAN PENYITAAN KAPAL TANKER STENA


IMPERO BERBENDERA INGGRIS OLEH IRAN DI SELAT HORMUZ MENURUT
HUKUM INTERNASIONAL

Tahta Junisa Artistia


(S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya)
tahtaartistia@mhs.unesa.ac.id
Budi Hermono
(S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya)
budihermono@unesa.ac.id
Elisabeth Septin Puspoayu
(S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya)
elisabethpuspoayu@unesa.ac.id

Abstrak
Sebagai Negara yang berbatasan dengan Selat Hormuz, Iran memiliki kewenangan untuk
melakukan pemaksaan pentaatan terhadap ketentuan rezim lintas transit. Melaui adanya
kewenangan pemaksaan pentaatan tersebut Iran memiliki hak untuk melakukan penyitaan terhadap
Kapal Tanker Stena Impero berbendera Inggris yang diduga telah melanggar ketentuan Hukum
Laut Internasional ketika melakukan lintas transit di Selat Hormuz. Namun, Inggris sebagai
Negara bendera kapal menafsirkan tindakan Iran sebagai reprisal karena sebelumnya Inggris telah
menahan Kapal Grace 1 di Gibraltar. Dengan demikian dirumuskan dua permasalahan, yaitu
apakah tindakan penyitaan Kapal Tanker Stena Impero dapat dikategorikan sebagai tindakan
reprisal dan apa bentuk penyelesaian sengketa mengenai penyitaan Kapal Tanker Stena Impero di
Selat Hormuz. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tindakan penyitaan Kapal
Tanker Stena Impero sebagai tindakan pembalasan atau reprisal, serta untuk menganalisis bentuk
penyelesaian sengketa antara Inggris dan Iran terkait penyitaan Kapal Tanker Stena Impero di
Selat Hormuz. Jenis penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif. Pendekatan penelitian
yang digunakan berupa pendekatan konseptual dan perundang-undangan. Jenis bahan hukum yang
dipakai terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder Teknik pengumpulan bahan
hukum dengan cara studi kepustakaan. Teknik analisis bahan hukum penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan teknik preskriptif yang ditujukan untuk mendapatkan saran-saran untuk
memecahkan masalah-masalah tertentu. Berdasarkan hasil pembahasan, dapat diketahui bahwa
tindakan penyitaan Kapal Tanker Stena Impero oleh Iran telah memenuhi unsur-unsur reprisal
menurut konsep reprisal pada Hukum Internasional. Bentuk penyelesaian sengketa yang dapat
dilakukan oleh Inggris dan Iran adalah penyelesaian sengketa melalui ITLOS karena ITLOS
merupakan Mahkamah Internasional yang khusus menangani kasus dibidang Hukum Laut
Internasional dan putusan akhirnya bersifat final dan memiliki kekuatan hukum mengikat.
Kata Kunci : Stena Impero, Hak Lintas Transit, Reprisal, ITLOS.

Abstract
As a country bordering the Strait of Hormuz, Iran has the authority to enforcement measures of the
provisions of the transit passage regime. With the authority, Iran has the right to seizure British-
flagged Stena Impero suspected of violating the provisions of the International Law of the Sea
when did transit passage in the Strait of Hormuz. However, Britain as a flag State interpreted
Iran’s action as reprisal becuse Britain had arrested the Grace 1 in Gibraltar. Thus two problems
were formulated, whether the confiscation of the Stena Impero Tanker could be categorized as a
reprisal and what form of dispute resolution regarding seizure of the Stena Impero in the Strait of
Hormuz. The purpose of this research is to analyze the seizure of the Stena Impero as a retaliation
or reprisal, and to analyze the form dispute settlement between the Britain and Iran regarding the
seizure of the Stena Impero in the Strait of Hormuz. The type of research is normative legal
research. The research approach used is a conceptual and convention approach. Types of legal
189
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

materials used consist of primary legal materials and secondary legal materials. The technique of
collecting legal materials uses literature study. The technique of analyzing the legal material of this
research was using prescriptive techniques aimed at getting suggestions for solving certain
problems. Based on the results of the discussion, it can be seen that seizure of the Stena Impero by
Iran has fulfilled reprisal elements according to the reprisal concept on International Law. The
form of dispute resolution that can be carried out by the Britain and Iran is the settlement of
disputes through ITLOS because ITLOS is an International Cour specifically handling cases in the
field of International Law of the Sea and the decision of the court is final and binding.
Keywords: Stena Impero, Transit Passage, Reprisal, ITLOS.

190
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

PENDAHULUAN kapal yang berlayar melalui selat juga harus


Sejak dahulu kala, laut telah digunakan sebagai mematuhi ketentuan rezim lintas transit yang
jalur perdagangan internasional oleh negara-negara berlaku. Berdasarkan ketentuan UNCLOS 1982,
untuk melakukan hubungan dagang. Melalui laut, negara yang berbatasan dengan selat memiliki
masyarakat dari berbagai bangsa mengadakan yurisdiksi untuk melakukan paksaan kepada kapal
segala macam pertukaran dari komoditi asing untuk mentaati segala peraturan yang
perdagangan sampai ilmu pengetahuan. Jalur laut bertalian dengan lintas transir di wilayah selat.
menjadi jalur pendistribusian barang dan jasa Artikel 233 UNCLOS 1982 tentang safeguard with
paling efisien karena kapasitas angkut respect to straits used for international navigation,
menggunakan kapal melalui laut lebih besar jika berbunyi:
dibandingkan dengan jalur darat dan udara (Mauna, “Nothing in section 5, 6, 7 affects the legal
2015:306). Hal tersebut didukung dengan data yang regime of straits used for international
diperoleh dari Iqbal (2013) yang menyebutkan navigation. However, if a foreign ship other
than those referred to in section 10 has
bahwa kontribusi transportasi laut terhadap
committed a violation of the laws and
perdagangan dunia mencapai 77%. regulations reffered to in article 42,
Sebagai bagian dari laut, selat memiliki paragraph 1 (a) and (b),causing or
peranan yang cukup besar bagi proses perdagangan threatening major damage to the marine
internasional, sepeti Selat Hormuz yang menjadi environment of the straits, the States
satu-satunya jalur yang digunakan sebagai jalur bordering straits may take appropriate
pendistribusian minyak keluar dari Teluk Persia enforcement measures and if so shall respect
mutatis mutandis the provisions of this
menuju Teluk Oman. Wen (2010:2)
section.”
mengungkapkan bahwa rata-rata, ada satu tanker Iran merupakan Negara yang berbatasan
minyak yang berlayar melalui Selat Hormuz setiap dengan Selat Hormuz, dengan demikian Iran
delapan sampai sepuluh menit. Empat miliar ton memiliki kewenangan untuk mengambil tindakan-
minyak lewat setiap harinya. Dilihat dari rata-rata tindakan pemaksaan penaatan terhadap kapal asing
jumlah kapal yang menditribusikan minyak per hari yang melanggar di wilayah Selat Hormuz. Seperti
melalui Selat Hormuz menunujukkan betapa sibuk yang dilakukan oleh Iran menurut laporan dari
dan padatnya jalur selat tersebut. Independent (2019) terhadap Kapal Tanker Stena
Bahwa untuk menjaga ketertiban selama Impero berbendera Inggris dengan 23 anggota
pelayaran melalui selat yang berada diantara laut awak multinasional yang merupakan warga negara
lepas atau ZEE dan bagian laut lepas atau ZEE dari India, Filipina, Latvia dan Rusia pada tanggal
lainnya, negara yang tergabung dalam United 19 Juli 2019. Kapal Stena Impero merupakan kapal
Nation the Law of the Sea Tahun 1982 (yang tanker minyak milik perusahaan Stena Bulk asal
selanjutnya disingkat UNCLOS 1982) Swedia yang diregistrasikan di Inggris berdasarkan
memberlakukan rezim lintas transit bagi selat yang sistem pendaftaran terbuka. Dengan adanya sistem
digunakan sebagai jalur pelayaran internasional, pendaftaran terbuka tersebut maka Inggris selaku
yang berarti rezim lintas transit ini juga berlaku Negara Bendera Kapal Tanker Stena Impero
bagi pelayaran melalui Selat Hormuz. Dalam bertanggung jawab terhadap kapal tersebut sesuai
UNCLOS 1982, kapal diberikan kebebasan pada Pasal 94 ayat (1) UNCLOS 1982 yang
berlayar di wilayah selat untuk tujuan transit yang menjelaskan mengenai kewajiban Negara Bendera
terus menerus, langsung dan secepat mungkin. terhadap kapal yang mengibarkan benderanya.
Mengenai hak lintas transit diatur dalam Artikel 38 Artikel 94 ayat (1) UNCLOS 1982, berbunyi
ayat (1) tentang Right of transit passage UNCLOS “Every State shall effectively exercise its
1982. jurisdiction and control in administrative, technical
Adanya hak lintas transit yang dijamin oleh and social matters over ships flying its flag.”
UNCLOS 1982 menyebabkan kapal-kapal yang Menurut laporan CNN Indonesia (2019) Kapal
memuat minyak maupun yang memiliki Tanker Stena Impero disita atas permintaan
kepentingan di wilayah perairan Persia dapat Organisasi Pelabuhan dan Maritim Hormozgan.
menikmati kebebasan lintas transit melalui Selat Kapal Tanker Stena Impero disita ketika melewati
Hormuz. Dalam menjalankan hak lintas transit, Selat Hormuz, penyitaan dilakukan karena tidak

191
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

menghormati aturan kemaritiman dengan kapal penangkap ikan dan gagal


internasional. Kapal Stena Impero dalam menanggapi panggilan (Hasan:
perjalanannya menuju Teluk Persia bertabrakan
2019). Untuk mengetahui rute kapal sebelum
akhirnya di sita oleh Iran dapat dilihat pada gambar Sumber: Google
berikut ini. Berdasarkan Gambar 1.2 terdapat dua rute
Gambar 1.1 pelayaran melalui Selat Hormuz, yaitu jalur masuk
Rute Kapal Tanker Stena Impero melalui Selat dan jalur keluar. Jalur masuk berada di sebelah
Hormuz utara sedangkan jalur keluar berada di sebelah
selatan perairan Selat Hormuz. Setiap kapal yang
melakukan pelayaran harus mentaati jalur yang
telah ditentukan. Adanya perbedaan jalur masuk
dan keluar tersebut untuk mencegah tabrakan kapal
yang melakukan pelayaran di wilayah Selat
Hormuz.
Menurut laporan Aljazeera (2019) selain
kesalahan pengambilan rute kapal, Kapal Tanker
Stena Impero diduga mematikan tracking devices
untuk menghindari Korps Garda Revolusi Iran
(IRGC). Atas dugaan pelanggaran tersebut maka
oleh IRGC, Kapal Stena Impero digiring menuju
Sumber: BBC (2019) Pelabuhan Bandar Abbas untuk diperiksa.
Gambar 1.1 menunjukkan rute yang diambil Laporan The Guardian (2019) menyatakan
oleh Kapal Tanker Stena Impero pada saat penyitaan Kapal Tanker Stena Impero berbendera
memasuki wilayah Selat Hormuz sebelum akhirnya Inggris ini terjadi beberapa jam setelah pengadilan
disita oleh otoritas Iran. Kapal Tanker Stena di Gibraltar menyatakan akan memperpanjang 30
Impero sedang melakukan perjalanan dari Teluk hari penahanan Kapal Tanker Grace I berbendera
Oman menuju ke Tanker Terminal pelabuhan Al Iran, yang ditahan oleh otoritas Inggris ketika
Jubail di Abu Dhabi, Arab Saudi untuk memuat melewati Selat Gibraltar. Reuters (2019)
minyak sebelum akhirnya ditengah perjalanan menyebutkan Kapal Grace I berbendera Iran
kapal tersebut disita oleh Iran. Salah satu sebelumnya ditahan lantaran diduga sedang
pelanggaran yang diduga dilakukan oleh Kapal membawa minyak menuju Suriah yang mana hal
Stena Impero adalah kesalahan dalam pengambilan tersebut melanggar sanksi Uni Eropa terkait
rute yang tidak sesuai dengan jalur pelayaran yang larangan penjualan minyak ke Suriah, meskipun
telah ditetapkan dalam TSS (Traffic Separation dalam hal ini Iran menyangkalnya. Penyitaan Kapal
Scheme) sehingga menyebabkan terjadinya Tanker Stena Impero yang terjadi setelah adanya
tabrakan dengan kapal penangkap ikan. Untuk petusan perpanjangan penahanan Kapal Grace I di
mengetahui jalur pelayaran melalui Selat Hormuz Gibraltar membuat Inggris menuduh bahwa
dapat dilihat pada gambar berikut ini. penyitaan Kapal Stena Impero merupakan sebuah
Gambar 1.2 aksi balasan Iran kepada Inggris. Tuduhan atas Iran
Jalur Pelayaran Melalui Selat Hormuz dilayangkan oleh Inggris bukan tanpa alasan,
karena menurut Padika (2019), setelah adanya
laporan yang menyatakan bahwa Kapal Tanker
Grace I ditahan oleh British Royal Marines di
wilayah Selat Gibraltar, Iran mulai gencar
melakukan gangguan terhadap kapal berbendera
Inggris yang melewati Selat Hormuz.
Iran sebagai negara yang berbatasan dengan
Selat Hormuz, memiliki kewajiban terhadap
kegiatan navigasi di wilayah Selat Hormuz.

192
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

Kewajiban tersebut berupa larangan 44 UNCLOS 1982 tentang Duties of States


menghambat dan melakukan penangguhan terhadap bordering straits yang berbunyi:
lintas transit yang digunakan sebagai jalur “States bordering straits shall not hamper
pelayaran internasional. Kewajiban negara yang transit passage and shall give approriate
berbatasan dengan selat telah diatur dalam Artikel publicuty to any danger navigation or
overflight within or over the straits of which
they have knowledge. There shall be no terhadap Kapal Tanker Stena Impero murni karena
suspension of transit passage.” kapal tersebut diduga melakukan pelanggaran dan
Iran sebagai negara yang berbatasan dengan menyebabkan kerusakan pada lingkungan,
Selat Hormuz tidak boleh melakukan penangguhan sedangkan Inggris menganggap bahwa tindakan
terhadap lintas transit terhadap kapal asing negara Iran melakukan pembalasan atas ditahannya Kapal
lain. Adanya kewajiban untuk tidak melakukan Grace 1 di Gibraltar.
penangguhan dan diskriminasi membuat Inggris Berdasarkan permasalahan terkait tindakan
menganggap bahwa tindakan penyitaan Kapal penyitaan Kapal Tanker Stena Impero, penulis
Tanker Stena Impero merupakan tindakan yang merumuskan dua permasalahan yaitu: pertama
tidak sah karena bertentangan dengan mengenai apakah tindakan penyitaan Kapal Tanker
kewajibannya sebagai negara yang berbatasan Stena Impero berbendera Inggris oleh Iran dapat
dengan selat. Sehingga Inggris mengartikan dikategorikan sebagai reprisal menurut Hukum
tindakan Iran adalah upaya balas dendam terhadap Internasional, kedua bentuk penyelesaian sengketa
Inggris sebagai respon atas penahanan Kapal Grace hukum internasional pada kasus penyitaan Kapal
I. Tanker Stena Impero berbendera Inggris oleh Iran
Tindakan pembalasan dalam Hukum pada perspektif Hukum Internasional.
Internasional memang diakui sebagai upaya Tujuan penelitian ini adalah untuk
penyelesaian sengketa secara paksa. Dalam Hukum menganalisa tindakan penyitaan Kapal Tanker
Internasional, tindakan pembalasan dikenal dengan Stena Impero berbendera Inggris oleh Iran di Selat
sebutan reprisal. Suatu tindakan balas dendam Hormuz sehingga dapat diketahui mengenai apakah
dapat dikatakan reprisal jika tindakan balas tindakan penyitaan kapal tersebut dapat
dendam tersebut bersifat ilegal. Pembalasan adalah dikategorikan sebagai tindakan reprisal kepada
tindakan yang dalam dirinya ilegal dan telah Inggris menurut Hukum Internasional, serta untuk
diadopsi oleh satu negara sebagai pembalasan atas menganalisa dan mengetahui bentuk penyelesaian
tindakan ilegal yang sebelumnya oleh negara lain. sengketa hukum internasional yang dapat dilakukan
Pembalasan seperti itu dilakukan selama masa oleh Iran dan Inggris atas sengketa yang
damai sehingga melanggar hukum, kecuali jika diakibatkan oleh penyitaan yang dilakukan oleh
mereka berada dalam kerangka prinsip pembelaan Iran terhadap Kapal Tanker Stena Impero di
diri (Shaw, 2008: 1129). wilayah Selat Hormuz sesuai dengan ketentuan
Pada dasarnya, Iran memiliki hak untuk Hukum Internasional.
melakukan pembalasan kepada Inggris atas METODE
kerugian yang disebabkan oleh Inggris karena telah Metode penelitian yang digunakan adalah
menahan Kapal Grace I di Gibraltar. Pembalasan adalah penelitian hukum. Penelitian hukum
dapat dilakukan oleh Iran sebagai bentuk upaya merupakan suatu kegiatan know-how untuk
penyelesaian sengketa atas Kapal Grace 1, memecahkan isu hukum yang dihadapi. Dikatakan
meskipun sebenarnya reprisal bertentangan dengan oleh Cohen bahwa kegiatan penelitian hukum
prinsip perdamaian dalam Piagam PBB karena merupakan proses menemukan hukum yang
dapat mengancam perdamaian dan keamanan berlaku dalam kegiatan hidup bermasyarakat
Internasional. Tindakan penyitaan Kapal Stena (Marzuki, 2016:60). Menurut Marzuki (2016:60)
Impero menyebabkan hubungan antara Iran dengan terdapat beberapa metode pendekatan yang
Inggris memanas. Terjadi perbedaan penafsiran digunakan dalam suatu penelitian, yaitu pendekatan
atas rangkaian peristiwa penyitaan kapal perundang-undangan (statute approach),
menyebabkan timbulnya sengketa hukum pendekatan kasus (case approach), pendekatan
internasional diantara kedua negara. Iran historis (historical approach), pendekatan
menyatakan bahwa tindakan yang dilakukannya komperatif (comperative approach), dan

193
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

pendekatan konseptual (conseptual approach). yang bersumber dari peraturan perundang-


Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan 2 undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam
(dua) macam pendekatan, yaitu pendekatan pembuatan perundang-undangan serta putusan-
perundang-undangan dan pendekatan konseptual. putusan hakim yang bersifat autoritatif atau yang
Bahan hukum yang digunakan dalam mempunyai otoritas. Bahan hukum primer
penelitian ini adalah jenis bahan hukum primer dan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
bahan hukum sekunder. Bahan Hukum Primer 1) Hague Convention 1907;
menurut Marzuki (2016:181), yaitu bahan hukum
langkah selanjutnya adalah menyusun ulang bahan
2) Charter of the United Nations 1945; hukum secara sistematis dan berurutan untuk
3) United Nation Convention Law of the kemudian menjadi pisau analisa isu hukum yang
Sea 1982; diteliti.
4) International Regulations for Preventing Teknik analisis bahan hukum penelitian ini
Collisions at Sea 1972; dilakukan dengan menggunakan teknik preskriptif.
Bahan hukum sekunder yang digunakan Menurut Soekanto (2010:10) penelitian preskriptif
dalam penelitian ini terutama adalah buku-buku adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
hukum termasuk skripsi, tesis, dan disertasi hukum mendapatkan saran-saran untuk memecahkan
serta jurnal-jurnal hukum lainnya yang memiliki masalah-masalah tertentu. Setelah bahan hukum
relevansi dengan penelitian yang diteliti khususnya yang dikumpulkan dan diolah maka nantinya akan
mengenai Hukum Internasional dan Hukum Laut digunakan untuk menganalisa sehingga dapat
Internasional. Selain itu juga menurut Marzuki ditemukan jawaban atas isu hukum tersebut.
(2016:196) bahan hukum sekunder juga berupa
Kamus Besar Bahasa Indonesian (KBBI), Black HASIL DAN PEMBAHASAN
Law Dictionary, Kamus Bahasa Inggris, serta 1. Penyitaan Kapal Tanker Stena Impero
bahan hukum penunjang lainnya untuk Berbendera Inggris oleh Iran Sebagai
memberikan penjelasan dan pengertian terhadap Reprisal Menurut Hukum Internasional
istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Reprisal merupakan tindakan pembalasan
Pengumpulan bahan hukum yang berupa yang termasuk kedalam bentuk penyelesaian
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder sengketa secara paksa yang diakui dalam Hukum
dengan cara melakukan penelusuran untuk mencari Internasional. Kelsen mendefinisikan reprisal
bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan sebagai tindakan ilegal yang diperbolehkan sebagai
masalah yang akan diteliti (Marzuki, 2016:237). reaksi dari satu negara atas pelanggaran terhadap
Setelah melakukan penelusuran terhadap bahan haknya yang dilakukan oleh negara lain (Darcy,
hukum yang akan digunakan maka langkah 2015:2). Starke (1995:681) menyebutkan unsur
selanjutnya adalah mengorganisir bahan-bahan pelanggaran hukum adalah elemen paling penting
hukum ke dalam suatu sistem informasi yang dari pembalasan, selain itu unsur lainnya yang
nantinya akan memudahkan ketika kembali terdapat pada reprisal adalah adanya pelanggaran
melakukan penelusuran terhadap bahan-bahan hak yang dilakukan oleh negara lain. Beberapa
hukum yang diperlukan. Sehingga akan diperoleh penulis berpendapat bahwa reprisal hanya dapat
berbagai bahan hukum yang selanjutnya akan dibenarkan jika bertujuan untuk menghasilkan
diolah dan analisis. penyelesaian yang memuaskan atas suatu sengketa.
Bahan hukum yang telah dikumpulkan akan Penyelesaian yang memuaskan dalam hal ini
melalui proses pemeriksaan kembali (check list) menurut Mangun dan Tim (2015:45) adalah
sebelum diolah lebih lanjut. Setelah dilakukan keadaan pemulihan hak atau pengganti kerugian
pemeriksaan ulang selanjutnya peneliti akan yang menjadi sebab dilakukannya reprisal.
melakukan coding atau memberikan kode tertentu Terdapat tiga unsur penting dalam reprisal, yaitu
terhadap bahan hukum yang akan digunakan. unsur perbuatan pihak lawan, unsur perbuatan
Pemberian kode tertentu akan mempermudah melawan hukum sebagai reaksi atas dilanggarnya
peneliti dalam mengakses peraturan maupun teori hak suatu negara, dan unsur pemulihan hak.
untuk disusun berdasarkan kerangka berpikir. Maka

194
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

Penyitaan Kapal Tanker Stena Impero Tanker Stena Impero. Meskipun dalam hal ini Iran
berbendera Inggris oleh Iran ketika melakukan menyangkal bahwa tindakannya tersebut
lintas transit di Selat Hormuz membuat Inggris merupakan upaya reprisal. Untuk mengetahui
menuduh bahwa Iran melakukan tindakan tindakan penyitaan yang dilakukan Iran dapat
pembalasan atau reprisal kepada Inggris. Inggris dikategorikan sebagai tindakan reprisal maka
menganggap tindakan penyitaan Kapal Tanker tindakan Iran harus telah memenuhi unsur-unsur
Stena Impero tersebut sebagai reprisal karena reprisal yang telah dijelaskan sebelumnya.
Inggris telah menahan Kapal Grace 1 di Gibraltar. 1.1. Perbuatan Pihak Lawan
Penahanan terhadap Kapal Grace 1 yang Reprisal atau tindakan pembalasan adalah
dioperasikan oleh Iran menyebabkan Iran salah satu upaya penyelesaian sengketa yang diakui
membalas perbuatan Inggris dengan menyita Kapal
dalam Hukum Internasional. Konsep reprisal Hal tersebut dikarenakan tidak adanya dasar
memberikan syarat bahwa untuk melakukan hukum untuk melakukan penahanan dan adanya
pembalasan suatu negara harus telah terlebih permintaan politik oleh Amerika. Sehingga dengan
dahulu dirugikan oleh perbuatan melawan hukum demikian tindakan yang dilakukan oleh Inggris
yang dilakukan pihak lawan. Perbuatan pihak terhadap Kapal Grace 1 merupakan menyebabkan
lawan tersebut merupakan perbuatan ilegal atau Iran mengalami kerugian sebesar 140 juta dollar.
pelanggaran internasional. Pada sengketa antara 1.2. Perbuatan Melawan Hukum
Iran dan Inggris mengenai penyitaan Kapal Tanker Unsur paling penting dari sebuah pembalasan
Stena Impero berbendera Inggris pada tanggal 19 atau reprisal adalah perbuatan yang bersifat ilegal
Juli 2019, untuk dapat dikategorikan sebagai yang dilakukan suatu negara sebagai reaksi atas
reprisal, Inggris haruslah melakukan perbuatan kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan negara
yang bersifat ilegal dan menyebabkan kerugian lawan, karena dalam Hukum Internasional
terhadap Iran. Dari hasil penelitian, diketahui pembalasan dibagi menjadi dua jenis. Pembalasan
bahwa pada tanggal 4 Juli 2019, sebelum Kapal yang bersifat sah dan diperbolehkan disebut dengan
Tanker Stena Impero disita oleh Iran, Inggris retorsi sedangkan pembalasan yang bersifat ilegal
terlebih dahulu telah melakukan penahanan atau melawan hukum disebut dengan reprisal. Sifat
terhadap Kapal Grace 1 milik Iran di Gibraltar.. sah dan tidak sah tersebut yang membuat suatu
Kapal Grace 1 ditahan lantaran diduga perbuatan dapat dikategorikan sebagai reprisal atau
membawa minyak menuju Suriah yang mana pada tdak.
saat itu Suriah sedang mendapatkan sanksi dari Uni Pada prinsipnya setiap kapal asing dapat
Eropa. Iran bukan merupakan anggota dari Uni menikmati kebebasan lintas transit di selat yang
Eropa sehingga sanksi Uni Eropa perihal digunakan sebagai jalur pelayaran Internasional
pelarangan mengirim minyak ke Suriah seharusnya (Orphanos, 2000). Kebebasan lintas transit telah
tidak berlaku untuk Iran. Diketahui juga bahwa dijamin oleh UNCLOS 1982. Mengenai lintas
penahanan Kapal Grace 1 dikarenakan adanya transit pada selat yang digunakan untuk pelayaran
permintaan politik dari Amerika Serikat. Amerika internasional dijelaskan dalam Artikel 38 ayat (1)
Serikat meminta Inggris sebagai sekutunya untuk UNCLOS 1982 yang berbunyi:
melakukan penahanan terhadap Kapal Grace 1 agar “In straits referred to in article 37, all ships
Iran bersedia membuka kembali pembicaraan and aircraft enjoy the right of transit passage,
mengenai perjanjian nuklir dengan Amerika which shall not be impeded; except that, if the
strait is formed by and island of State
Serikat. Hal ini dibuktikan dengan adanya
bordering the strait and its mainland,
permintaan penahanan kembali Kapal Grace 1 transitpassage shall not apply if there exist
setelah Mahkamah Agung Gibraltar memutuskan seaward of the island a route through the high
untuk melapas kapal tersebut setelah Kapal Stena seas or through an exclusive economic zone of
Impero disita oleh Iran di Selat Hormuz. Dengan similar convenience with respect to
demikian dapat diketahui bahwa tindakan navigational and hydrographical
penahanan Kapal Grace 1 oleh Inggris merupakan characteristics.”
Selat Hormuz termasuk selat yang
tindakan yang tidak sah.
dimaksudkan pada Artikel 37 karena merupakan
selat yang digunakan untuk pelayaran internasional

195
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

dan satu-satunya jalan yang mengubungkan antara Tanker Stena Impero harus mentaati peraturan
Teluk Persia dan bagian laut lepas Samudera mengenai pencegahan tabrakan di laut ketika
Hindia (Franckx, 2002). Dengan demikian, Kapal melakukan lintas transit di Selat Hormuz.
Tanker Stena Impero memiliki hak lintas transit Mengenai pencegahan tabrakan di laut diatur oleh
melalui Selat Hormuz, yang mana hak tersebut COLREG 1972. Pada saat melakukan lintas transit
tidak boleh dihalangi. Iran sebagai negara yang Kapal Stena Impero memiliki kewajiban untuk
berbatasan dengan Selat Hormuz tidak boleh patuh terhadap peraturan perundang-undangan
menghalangi hak lintas transit yang dimiliki oleh lainnya untuk menghindari tabrakan dan
Kapal Tanker Stena Impero. Adanya hak lintas pencemaran di laut. Hal tersebut diatur dalam
transit di Selat Hormuz juga diikuti dengan adanya Artikel 42 ayat (4) UNCLOS 1982, berbunyi:
kewajiban untuk mentaati ketentuan pelayaran “Foreign ships exercising the right of transit
melalui selat yang diatur dalam Artikel 39 ayat (2) passage shall complu with such laws and
huruf a UNCLOS 1982. Berdasarkan Artikel 39 regulations.”
ayat (2) huruf a UNCLOS 1982 maka Kapal
environment of the straits, the States
Bahwa pada tanggal 19 Juli 2019, berdasarkan bordering the straits may take appropriate
fakta hukum yang ditemukan, Kapal Tanker Stena enforcement measures and if so shall
Impero diduga telah melakukan pelanggaran respectmutatis mutandis the provisions of this
section.”
terhadap peraturan pencegahan tabrakan di laut
Iran dapat melakukan suatu penyidikan
karena pada saat melakukan lintas transit, kapal
terhadap Kapal Tanker Stena Impero berbendera
tersebut bertabrakan dengan kapal penangkan ikan
Inggris yang diduga telah melakukan pelanggaran
dan mematikan sistem identifikasi otomatis (AIS).
Hukum Laut Internasional. Dengan syarat bahwa
Berdasarkan fakta tersebut maka Kapal Tanker
Iran tidak boleh melakukan penahanan dengan
Stena Impero telah melanggar peraturan mengenai
waktu lebih lama dari yang diperlukan. Larangan
pencegahan tabrakan dilaut karena telah mematikan
penahanan melebihi waktu yang diperlukan diatur
sistem identifikasi otomatis (AIS). Hal tersebut
pada Artikel 226 UNCLOS 1982 tentang
dikarenakan berdasarkan Peraturan 19 pada
penyidikan terhadap kendaraan air asing.
SOLAS Bab V tentang Automatic Identification
“1. (a) States shall not delay a foreign
System (AIS), sebuah kapal menggunakan AIS vessel longer than is essential for purposes of
bertujuan agar mencegah terjadinya tabrakan di laut the investigations provided for in articles 216,
sehingga setiap kapal yang sedang melakukan 218 and 220. Any physical inspection of a
pelayaran dilarang untuk mematikan sistem foreign vessel shall be limited to an
identifikasi otomatis kapal. Atas adanya dugaan examination of such certificates, records or
pelanggaran tersebut maka Iran sebagai negara other documents as the vessel is required to
carry by generally accepted international
yang berbatasan dengan Selat Hormuz melakukan
rules and standards or of any similar
penyelidikan terhadap Kapal Tanker Stena Impero. documents which it is carrying; further
Sebagai negara yang berbatasan dengan Selat physical inspection of the vessel may be
Hormuz, Iran dapat melakukan pemaksaan undertaken only after such an examination
pentaatan terhadap Kapal Tanker Stena Impero. and only when:
Mengenai pemaksaan pentaatan tersebut diatur (i) there are clear grounds for believing
dalam Artikel 233 UNCLOS 1982 tentang langkah that the condition of the vessel or its
equipment does not correspond
pengamanan bagi selat-selat yang digunakan untuk
substantially with the particulars of
navigasi internasional, yang berbunyi: those documents;
“Nothing in sections 5, 6 and 7 affects the (ii) the contents of such documents are not
legal regime of straits used for international sufficient to confirm or verify a
navigation. However, if a foreign ship other suspected violation; or
than those referred to in section 10 has (iii) the vessel is not carrying valid
committed a violation of the laws and certificates and records.
regulations referred to in article 42, (b) If the investigation indicates a violation of
paragraph 1(a) and (b), causing or applicable laws and regulations or
threatening major damage to the marine international rules and standards for the

196
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

protection and preservation of the marine Berdasarkan Artikel 226 UNCLOS 1982, Iran
environment, release shall be made promptly dilarang melakukan penyitaan Kapal Tanker Stena
subject to reasonable procedures such as Impero untuk penyidikan lebih lama dari waktu
bonding or other appropriate financial
yang seharusnya. Sedangkan menurut fakta hukum
security.
(c) Without prejudice to applicable yang ditemukan, Iran melakukan penyitaan
international rules and standards relating to terhadap Kapal Tanker Stena Impero selama 10
the seaworthiness of vessels, the release of a pekan mulai dari 19 Juli 2019 sebelum akhirnya
vessel may, whenever it would present an kapal tersebut dibebaskan oleh Iran pada 27
unreasonable threat of damage to the marine September 2019. Selama penyitaan itu, Iran juga
environment, be refused or made conditional menahan 23 awak kapal Stena Impero, sebelum
upon proceeding to the nearest appropriate
akhirnya 7 awak kapal berkewarganegaraan India
repair yard. Where release has been refused
or made conditional, the flag State of the dipulangkan dengan alasan kemanusian.
vessel must be promptly notified, and may Pada Artikel 226 UNCLOS 1982 tidak
seek release of the vessel in accordance with menyebutkan secara jelas mengenai batas waktu
Part XV. lamanya penahanan, namun terdapat batasan pada
2. States shall cooperate to develop
procedures for avoidance of unnecessary
inspection of vessels at sea.”
proses penyidikan. Pada saat melakukan Laut Internasional di Selat Hormuz. Iran dapat
penyidikan Iran hanya diperbolehkan untuk melakukan penyelidikan atas dugaan pelanggaran
melakukan pemeriksaan terhadap sertifikat, catatan yang dilakukan oleh Kapal Tanker Stena Impero
maupun dokumen yang dibawa kapal yang mana dengan berdasarkan UNCLOS 1982 dan COLREG
jika dalam pemeriksaan dan melarang untuk 1972. Namun, dalam menjalankan kewenangannya
melakukan pemeriksaan fisik yang tidak tersebut Iran tetap haruslah berpedoman dan tidak
diperlukan. Pemeriksaan fisik hanya diperbolehkan bertentangan dengan ketentuan yang telah diatur
jika dokumen yang dibawa Kapal Tanker Stena UNCLOS 1982. Penyitaan Kapal Tanker Stena
Impero tidak sesuai dengan isi dokumen-dokumen Impero beserta 23 awak kapalnya merupakan
dimaksud tidak mencukupi untuk konfirmasi atau sebuah tindakan yang tidak sah karena Iran telah
verifikasi atas dugaan pelanggaran berupa tabrakan melakukan penyidikan berlebihan dengan menyita
kapal dan penonaktifan sistem identifikasi otomatis kapal melebihi waktu yang diperlukan, yang mana
(AIS). menurut UNCLOS 1982 hal tersebut merupakan
Iran dapat melakukan penuntutan termasuk tindakan yang tidak diperbolehkan.
penahanan terhadap Kapal Tanker Stena Impero 1.3. Pemulihan Hak atas Kerugian yang
jika Iran memiliki bukti yang cukup atas Diakibatkan oleh Perbuatan Pihak Lawan
pelanggaran yang dilakukan kapal tersebut (Artikel Tujuan diadakan suatu pembalasan adalah
220 ayat (6) UNCLOS 1982). jika penyidikan untuk pemulihan hak yang telah dilanggar oleh
terhadap Kapal Tanker Stena Impero menunjukkan pihak lawan. Pemulihan hak tersebut berupa ganti
adanya pelanggaran maka, pembebasan terhadap rugi atas kerugian yang dideritanya karena tindakan
kapal tersebut harus segera dilakukan dengan pihak lawan (Ulang, 2015:44). Untuk dapat
prosedur yang layak seperti syarat jaminan dikategorikan sebagai reprisal maka tujuan dari
keuangan (Artikel 226 ayat (1) huruf b UNCLOS penyitaan Kapal Tanker Stena Impero di Selat
1982). Adapun Iran dapat menolak untuk Hormuz untuk mendapatkan pemulihan hak oleh
melakukan pembebasan kapal jika pembebasan Inggris karena telah menahan Kapal Grace 1 di
tersebut dapat mengancam pencemaran laut, dan Gibraltar. Pemulihan hak yang dimaksudkan adalah
Iran dapat menghubungi Inggris untuk berupa pelepasan Kapal Grace 1 dan/atau ganti rugi
menyerahkan permintaan pembebasan kapal atas kerugian yang diderita akibat tertahannya
kepada Pengadilan Internasional (Artikel 226 ayat kargo yang berisikan minyak sebanyak 2,1 juta
(1) huruf c UNCLOS 1982). barrel yang bernilai 140 juta dollar.
Pada prinsipnya Iran memang memiliki Menurut fakta hukum yang ditemukan pada
kewenangan untuk menegakkan aturan Hukum hasil penelitian, Kapal Stena Impero akhirnya

197
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

dibebaskan oleh pihak Iran pada 27 September 2.1. Penyelesaian Sengketa Secara Damai
2019, setelah Inggris terlebih dahulu melakukan Sengketa antara Iran dan Inggris atas
pembebasan terhadap Kapal Grace 1. Hal lain yang penyitaan Kapal Tanker Stena Impero dapat
menunjukkan bahwa penyitaan Kapal Tanker Stena diselesaikan dengan bentuk pencarian fakta
Impero sebagai upaya pemulihan hak atas (fact-finding atau Inquiry). Penyelesaian
ditahannya Kapal Grace 1 adalah tidak sengketa dengan bentuk pencarian fakta dapat
dilakukannya penuntutan atau permintaan jaminan digunakan setelah penyelesaian sengketa
uang kepada Inggris. Sebagai negara yang memiliki secara negosiasi telah dilaksanakan, namun
kewenangan untuk melakukan pemaksaan tidak mencapai suatu kesepakatan yang
pentaatan sudah semestinya Iran melakukan memuaskan bagi Iran dan Inggris. Bentuk
penuntutan resmi terhadap kru atau perusahaan penyelesaian sengketa pencarian fakta
kapal, maupun kepada Inggris sebagai Negara menjadi pilihan karena antara Iran dan Inggris
bendera kapal. Namun menurut keterangan Stena memiliki perbedaan dalam penafsiran
Bulk, Iran tidak melakukan hal tersebut bahkan mengenai fakta penyitaan Kapal Tanker Stena
ketika Kapal Stena Impero dibebaskan, Iran tidak Impero. Sengketa internasional dapat terjadi
meminta uang jaminan. karena perbedaan pemahaman akan suatu
keadaan atau objek yang diikuti oleh
2. Bentuk Penyelesaian Sengketa Hukum pengklaim oleh satu pihak dan penolakan oleh
Internasional Penyitaan Kapal Tanker Stena pihak lain.
Impero Berbendera Inggris oleh Iran
melakukan investigasi dengan mencari fakta
Berdasarkan hasil penelitian, Iran untuk menyelesaikan perbedaan pendapat
melakukan penyitaan Kapal Tanker Stena antara pihak yang bersengketa. Pencarian
Impero karena kapal tersebut telah melakukan fakta dapat dilakukan dengan persetujuan
pelanggaran terhadap ketentutan pelayaran bersama dari Iran dan Inggris sebagai para
melalui selat yang diatur dalam Hukum Laut pihak yang bersengketa dan berdasarkan
Internasional mengenai ketentuan lintas transit waktu pada saat itu, bergantung pada
melalui Selat Hormuz. Sedangkan menurut perjanjian yang berlaku maka menimbulkan
Inggris, penyitaan tersebut sebagai kewajiban bagi pihak yang bersengketa untuk
pembalasan karena sebelumnya Inggris telah menyelesaikan sengketa dengan cara damai.
melakukan penahanan terhadap Kapal Tanker Berdasarkan cara kerja pencarian fakta, Iran
Grace 1 di Gibraltar. Dengan demikian dan Inggris membuat sebuah perjanjian yang
diperlukan suatu bentuk penyelesaian menimbulkan kewajiban bahwa kedua negara
sengketa berupa pencarian fakta untuk tersebut harus menyelesaikan sengketa dengan
menyelesaikan sengketa tersebut. cara damai melalui pencarian fakta.
Pada penyelesaian sengketa dengan bentuk Selanjutnya berdasarkan Artikel 14 Konvensi
pencarian fakta diperlukan campur tangan Hague 1907, Iran dan Inggris berhak
pihak lain untuk menyelidiki fakta yang menunjuk agen khusus untuk menghadiri
sebenarnya terjadi. Salah satu instrumen komisi penyelidikan, agen khusus tersebut
hukum internasional yang mengatur mengenai mewakili mereka dan bertindak sebagai
pencarian fakta ini adalah the Hague perantara antara Negara dengan komisi.
Convention on the Pacific Settlement of Para pihak, baik Iran maupun Inggris,
Disputes 1907 (yang selanjutnya disebut dengan diwakilkan oleh agen khusus
Konvensi Hague). berdasarkan kesepakatan bersama dapat
Pada Artikel 9 Konvensi Hague, meminta pihak ketiga untuk menyelidiki fakta
menjelaskan bahwa suatu sengketa mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh
internasional mengenai perbedaan pendapat Kapal Tanker Stena Impero yang
yang tidak dapat diselesaikan melalui jalur menyebabkan kapal tersebut harus disita oleh
diplomasi lainnya dapat diselesaikan melalui otoritas Iran. Pihak ketiga pada bentuk
Komisi Penyelidikan Internasional untuk penyelesaian sengketa pencarian fakta

198
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

tersebut bersifat kurang formal. Seringkali 2.2. Penyelesaian Sengketa Melalui Organisasi
dalam beberapa kasus, badan yang bertugas Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa
untuk menyelidiki fakta pada sengketa Organisasi Internasional memiliki peran
internasional dibentuk oleh PBB atau dalam penyelesaian sengketa internasional
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Selanjutnya, yang telah diakui oleh masyarakat
badan tersebut akan melakukan penyelidikan internasional. Sebagai Organisasi
dan penguraian fakta-fakta yang Internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa
ditemukannya pada pihak yang bersengketa. (yang selanjutnya disebut PBB) bertugas
Peranan pihak ketiga pada bentuk untuk menjaga keamanan dan perdamaian
penyelesaian sengketa pencarian fakta hanya dunia, yang menyebabkan PBB selalu
sebatas melaporkan fakta-fakta yang meminta agar anggotanya untuk
ditemukan di lapangan dan tidak lebih dari itu. menyelesaikan sengketa secara damai.
Pihak ketiga tidak dapat memberikan Sebagai upaya penyelesaian sengketa,
rekomendasi tertentu kepada Iran dan Inggris Inggris dan Iran sebagai anggota PBB dapat
untuk menyelesaikan sengketa diantara menarik perhatian Dewan Keamanan untuk
mereka. Laporan juga tidak bersifat mengikat menyelidiki sengketa perihal penyitaan Kapal
Iran dan Inggris. Dengan demikian, Iran dan Tanker Stena Impero di Selat Hormuz oleh
Inggris memiliki kebebasan penuh untuk Iran Sesuai dengan Artikel 35 Piagam PBB.
menentukan tindakan yang akan dilakukan Selanjutnya, merujuk pada Artikel 34
sehubungan dengan penyelesaian sengketa Piagam PBB, Dewan Keamanan PBB
mengenai penyitaan Kapal Tanker Stena memiliki kewenangan untuk menyelidiki
Impero di Selat Hormuz.
sengketa yang mungkin dapat menganjurkan bentuk penyelesaian sengketa
menyebabkan pergesekan atau perselisihan yang dapat dianggap layak. Dewan Keamanan
internasional untuk selanjutnya ditentukan dapat memberikan sebuah rekomendasi bagi
apakah sengketa tersebut dapat mengancam Inggris dan Iran dengan tujuan untuk
perdamaian dan keamanan internasional. menyelesaikan sengketa, mengenai hal
Sehingga nantinya jika sengketa antara Iran tersebut diatur dalam Pasal 39 Piagam PBB.
dan Inggris bersifat membahayakan Lebih lanjut diatur dalam Pasal 40 Piagam
perdamaian dan keamanan internasional, PBB, untuk mencegah terjadinya sengketa
Inggris maupun Iran dapat meminta perhatian berkepanjangan yang dapat menyebabkan
langsung kepada Dewan Keamanan PBB. terancamnya perdaiman dan keamanan
Dewan Keamanan akan melakukan internasional, Dewan Keamanan sebelum
penyelidikan terhadap penyitaan Kapal membuat rekomendasi atau langkah-langkah
Tanker Stena Impero berbendera Inggris di penyelesaian sengketa dapat memanggil
Selat Hormuz oleh Iran. Jika hasil Inggris dan Iran untuk mematuhi tindakan
penyelidikan menunjukkan bahwa penyitaan sementara yang dianggap perlu tanpa
kapal tersebut mengancam perdamaian dan mengurangi hak, klaim atau posisi dari Inggris
keamanan internasional, Dewan Keamanan dan Iran. Dewan Keamanan dapat memaksa
dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi Inggris dan Iran untuk melaksanakan tindakan
mengenai cara penyelesaian sengketa sesuai sementara berdasarkan Pasal 40 dan Pasal 41
dengan yang diatur dalam Pasal 36 Piagam Piagam PBB.
PBB. Berdasarkan Pasal 40 dan 41 Piagam PBB,
Apabila nantinya Dewan Keamanan pemaksaan untuk melaksanakan tindakan
menganggap bahwa sengketa mengenai sementara oleh Inggris dan Iran jika dirasa
penyitaan Kapal Tanker Stena Impero dapat situasi semakin memanas dan sengketa antara
membahayakan perdamaian dan keamanan kedua Negara dapat mengancam perdamaian
internasional, Dewan Keamanan akan dunia, pada saat tersebut Dewan Keamanan
menentukan apakah akan diambil tindakan dapat melakukan tindakan pemaksaan agar
menurut Pasal 36 Piagam PBB atau keputusan dalam hal tindakan sementara yang

199
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

telah diputus oleh Dewan Keamanan sengketa melalui jalur litigasi yang telah
dilaksanakan oleh Inggris dan Iran. Tindakan- disediakan oleh UNCLOS 1982 untuk
tindakan pemaksaan yang dapat dilakukan mendapatkan keputusan yang bersifat final
oleh Dewan Keamanan termasuk tindakan- dan memiliki kekuatan mengikat bagi kedua
tindakan pemutusan seluruhnya atau sebagian negara yang bersengketa. UNCLOS 1982
hubungan-hubungan ekonomi, seperti menetapkan 4 (empat) aturan resolusi
hubungan kereta api, laut, udara, pos, penyelesaian sengketa antar negara yang
telegrap, radio dan alar-alat komunikasi timbul atas penafsiran atau penerapan
lainnya, serta jika dirasa perlu sampai pada UNCLOS (Elisabeth, 2019:86). Resolusi
pemutusan hubungan diplomatik. Apabila mengenai penyelesaian sengketa tersebut
cara-cara tersebut tidak berhasil, berdasarkan diatur dalam Artikel 287 ayat (1) UNCLOS
Pasal 42 Piagam PBB, Dewan Keamanan 1982.
dapat melakukan tindakan kekerasan dengan Sesuai dengan Artikel 287 ayat (1)
mempergunakan angkatan udara, laut atau UNCLOS 1982, Iran sebagai negara yang
darat yang mungkin diperlukan untuk menandatangani UNCLOS 1982 dan Inggris
memelihara atau memulihkan perrdamaian sebagai negara yang telah menandatangani
serta keamanan internasional. sekaligus meratifikasi UNCLOS 1982 dapat
bebas untuk memilih bentuk penyelesaian
2.3. Penyelesaian Sengketa Melalui sengketa dari empat forum yang telah
International Tribunal for the Law of the disediakan dalam UNCLOS 1982. Pemilihan
Sea bentuk penyelesaian sengketa tersebut dapat
Pada sengketa penyitaan Kapal Tanker dilakukan dengan cara membuat pernyataan
Stena Impero di Selat Hormuz, Iran dan tertulis.
Inggris dapat memilih bentuk penyelesaian
Apabila Iran dan Inggris telah sepakat
Diantara empat forum penyelesaian memilih ITLOS untuk menyelesaikan
sengketa, Iran dan Inggris dapat memilih sengketa mengenai penyitaan Kapal Tanker
bentuk penyelesaian sengketa melalui Stena Impero dan telah membuat pernyataan
International Tribunal for The Law of the Sea tertulis mengenai hal tersebut sesuai dengan
(yang selanjutnya disingkat ITLOS) karena syarat yang ditentukan pada Artikel 287 ayat
ITLOS merupakan pengadilan internasional (1) UNCLOS 1982, sengketa mengenai
yang secara khusus menangani perkara penyitaan Kapal Tanker Stena Impero di Selat
mengenai Hukum Laut Internasional. ITLOS Hormuz hanya dapat diserahkan kepada
sebagai salah satu mahkamah yang ITLOS sebagai prosedur penyelesaian
dimaksudkan dalam Artikel 288 ayat (1) sengketa yang dipilih oleh Iran dan Inggris.
UNCLOS 1982 memiliki yurisdiksi atas Pernyataan tertulis mengenai prosedur
setiap sengketa perihal interprestasi atau penyelesaian sengketa melalui ITLOS yang
penerapan UNCLOS 1982 yang diserahkan telah dibuat oleh Iran dan Inggris nantinya
kepadanya sesuai dengan yang diatur dalam disimpan pada Sekertaris Jenderal PBB yang
Bagian 2 mengenai penyelesaian sengketa. mana salinan pernyataan tertulis tersebut akan
Dengan demikian, ITLOS memiliki yurisdiksi diteruskan kepada Negara peserta sesuai
untuk menyelesaikan sengketa perihal dengan yang telah diatur dalam isi Artikel 287
penyitaan Kapal Tanker Stena Impero ayat (8) UNCLOS 1982.
berbendera Inggris oleh Iran di Selat Hormuz. ITLOS sebagai mahkamah yang dipilih
Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan dan memiliki yurisdiksi untuk menyelesaikan
interprestasi atas proses penyitaan dan sengketa mengenai penyitaan Kapal Tanker
penyelidikan terhadap pelanggaran yang Stena Impero antara Iran dan Inggris,
dilakukan oleh Kapal Tanker Stena Impero memiliki wewenang untuk melakukan
ketika melakukan lintas transit di Selat tindakan sementara sambil menunggu
Hormuz. keputusan akhir oleh Hakim ITLOS. Tindakan

200
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

sementara dapat diubah atau dicabut oleh Tanker Stena Impero yang disita oleh Iran di
ITLOS jika keadaan membenarkan perubahan Selat Hormuz berdasarkan Artikel 292 ayat
atau pencabutan tersebut. Penetapan, (2) UNCLOS 1982.
perubahan atau pencabutan tindakan Berdasarkan Artikel 294 UNCLOS 1982
sementara dapat dilakukan setelah adanya mengenai proses pendahuluan, maka ITLOS
permintaan dari suatu pihak, baik dari Iran akan menentukan apakah permohonan Inggris
maupun dari Inggris, dan setelah kedua untuk membebaskan Kapal Tanker Stena
Negara yang bersengketa diberi kesempatan Impero merupakan suatu penyalahgunaan
untuk didengar. Selanjutnya, ITLOS haruslah proses hukum atau apakah gugatan tersebut
memberitahu kepada Iran dan Inggris prima facie cukup beralasan. Adapun jika
mengenai penetapan, perubahan atau permohonan Inggris diterima, ITLOS haruslah
dicabutnya tindakan sementara tersebut. segera memproses permintaan Inggris untuk
Akibatnya, Iran dan Inggris sebagai para membebaskan Kapal Tanker Stena Impero
pihak yang bersengketa harus mematuhi yang diajukan kepadanya. Mengenai
dengan segera tindakan sementara yang kewajiban untuk segera memproses
ditetapkan oleh ITLOS. permohanan Inggris untuk membebaskan
ITLOS memiliki kekhasan yang mana Kapal Tanker Stena Impero telah diamanatkan
dapat melakukan pelepasan segera Kapal pada Artikel 292 ayat (3) UNCLOS 1982.
Tanker Stena Impero dan 23 awaknya. Tujuan dipilihnya ITLOS sebagai bentuk
Pembebasan kapal tersebut dilakukan apabila penyelesaian sengketa dikarenakan
Iran telah melakukan penahanan Kapal putusannya yang bersifat final dan mengikat.
Tanker Stena Impero berbendera Inggris tidak Mengenai sifat akhir putusan ITLOS telah
memenuhi ketentuan-ketentuan UNCLOS dijelaskan dalam Artikel 296 ayat (1)
1982 (Pasal 292 ayat (1) UNCLOS 1982). UNCLOS 1982, menyatakan,
Inggris selaku negara bendera Kapal Tanker “Any decision rendered by a court or
Stena Impero dapat mengajukan permohonan tribunal having jurisdiction under this
kepada ILTOS untuk pembebasan Kapal
section shall be final and shall be PENUTUP
complied with by all the parties to the Simpulan
dispute.” Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan
Sifat final putusan ITLOS berarti tidak ada
oleh penulis mengenai penyelesaian sengketa
upaya lain yang dapat dilakukan oleh Iran
penyitaan Kapal Tanker Stena Impero berbendera
maupun Inggris setelah putusaan tersebut
Inggris oleh Iran di Selat Hormuz yang telah
ditetapkan oleh Hakim ITLOS. Kekuatan
dianalisis dengan menggunakan metode analisis
mengikat putusan ITLOS terhadap Iran dan
preskrptif maka penulis berkesimpulan sebagai
Inggris sebagai negara yang bersengketa lahir
berikut:
akibat adanya pernyataan tertulis yang
1. Penyitaan Kapal Tanker Stena Impero
menyatakan kesepakatan untuk
berbendera Inggris oleh Iran di Selat Hormuz
menyelesaikan sengketa penyitaan Kapal
dapat dikategorikan sebagai reprisal karena
Stena Impero melalui ITLOS. Dengan adanya
tindakan penyitaan Kapal Tanker Stena Impero
pernyataan tertulis tersebut berarti Iran dan
tersebut telah memenuhi unsur-unsur reprisal.
Inggris telah setuju untuk mentaati segala
2. Inggris dan Iran dapat menyelesaikan sengketa
prosedur penyelesaian sengketa dan mematuhi
menggunakan bentuk penyelesaian sengketa
putusan akhir ITLOS yang bersifat final dan
dengan Finding-Fact dan melalui PBB,
mengikat. Iran dan Inggris selaku pihak yang
maupun ITLOS.
bersengketa haruslah menerima dan
melaksanakan putusan akhir yang ditetapkan
Saran
oleh ITLOS atas sengketa mengenai penyitaan
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan
Kapal Tanker Stena Impero di Selat Hormuz
diatas, penulis dapat memberikan saran kepada:
oleh Iran.

201
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

1. Iran sebagai anggota PBB diharapkan untuk Shaw, Malcolm N. 2003. International Law (Fifth
menghindari penggunaan cara yang dapat Edition). Cambridge: Cambridge University
mengancam perdamaian dan keamanan Press.
internasional untuk mendapatkan ganti rugi atas
Soekanto, Soerjono. 2010. Pengantar Penelitian
kerugian yang diakibatkan oleh penahanan
Hukum. Jakarta: UI Press.
Kapal Grace 1 oleh Inggris di Gibraltar.
2. Iran dan Inggris dapat menggunakan bentuk Starke, J.G. 1995. Pengantar Hukum Internasional
penyelesaian sengketa melalui ITLOS untuk Edisi Kesepuluh (1). Jakarta: Sinar Grafika.
menyelesaikan sengketa mengenai penyitaan Internet
Kapal Tanker Stena Impero di Selat Hormuz
agar memperoleh putusan yang bersifat final Aljazeera. 2019. Iran seizes British oil tanker in
dan mengikat bagi para pihak. Strait of Hormuz.
https://www.aljazeera.com/news/2019/07/iran-
seized-british-oil-tanker-gulf-
DAFTAR PUSTAKA 190719180058275.html. Diakses pada 11
Buku Agustus 2019
Darcy, Shane. 2013. Retaliation and Reprisal. CNN Indonesia. 2019. Kapal Tanker Inggris Disita
Oxford Handbook on the Use of Force. New Pasukan Keamanan Iran.
York: Oxford University Press.Ammiruddin https://www.cnnindonesia.com/internasional/2
dan Zainal Asikin. 2013. Pengantar Metode 0190720134541-120-413911/kapal-tanker-
Penelitian Hukum. Jakarta:Rajawali Pers. inggris-disita-pasukan-keamanan-iran. Diakses
pada 9 Agustus 2019.
Mauna, Boer. 2015. Hukum Internasional. Alumni:
Bandung.Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad. Independent. 2019. Iran tanker seizure: Jeremy
2007. Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Hunt warns authorities against taking a
Empiris. Yogyakarta:Pensil Komunika. ‘dangerous path’.
http://www.independent.co.uk/news/world/mid
Marzuki, Peter Mahmud. 2016. Penelitian Hukum
dle-east/iran-uk-british-tanker-strait-hormuz-
Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.
stena-impero-a9013061.html. Diakses pada 9
Agustus 2019.
Symposium on the Straits used for
International Navigation. Turkish Marine
Iqbal, Muhammad. 2013. Transportasi Laut Lebih
Research Foundation, Publication Number: 11.
Efisien, Ini Alasannya. Republika, diakses
dari: Orphanos, Cleanthis. 2000. International Straits
https://www.republika.co.id/berita/nasional/um and Transit Passage Focus on Bosporous and
um/13/03/28/mkdd0l-transportasi-laut-lebih- Dardanelles. World Maritime Univerity
efisien-ini-alasannya. Diakses pada 8 Agustus Dissertations.
2019.
Puspoayu, Elisabeth Septin, dkk. 2019. Praktik
Reuters. 2019. Court Documents show U.S. seeks Illegal Transhipment di Laut Lepas
seizure of Iranian tanker violating sanction. Berdasarkan Hukum Laut Internasional.Jurnal
https://www.reuters.com/article/us-mideast- Mimbar Hukum Vol. 31 (1).
iran-tanker-usa/u-s-warrant-issued-for-seizure-
Sosiawan, Ulang Mangun dan Tim. 2015.
of-iranian-oil-tanker-in-gibraltar-
Penelitian Hukum Tentang Mekanisme
idUSKCN1V6237. Diakses pada 9 Agustus
Penyelesaian Konflik Antar Negara Dalam
2019
Pegelolaan Sumberdaya Kelautan. Laporan
Jurnal Akhir Badan Pembinaan Hukum Nasional
Franckx, E., A. Razavi. 2002. The Strait of Kementerian Hukum dan HAM RI.
Hormuz. Journal The Proceedings of the

202
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

Wen, Shuang. 2010. The Strait of Hormuz: A


Barometer in the Emerging US-Gulf-China
Triangular Relationship. Draft Paper for
Association for Asian Studies.

Sumber Bahan Hukum


Hague Convention. 1907.
International Convention for the Safety Life at Sea.
1974.
International Regulations for Preventing Collisions
at Sea. 1972.
United Nations Charter. 1945. San Francisco.
United Nations Convention of Law at Sea. 1982.
Jamaica.

203

Anda mungkin juga menyukai