Anda di halaman 1dari 6

Sigmund Freud: Alam sadar dan Tak sadar

Oleh : Yuliana Saraswati / 200303011

ABSTRAK :
Sigmund Freud adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan pendiri aliran psikoanalisis dalam
bidang ilmu psikologi. Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki beberapa tingkatan kesadaran,
yakni Alam sadar (conscious) dan tak-sadar (unconscious). Alam sadar (Consicious) merupakan
bagian yang berfungsi unntuk mengingat, menyadari, dan merasakn sesuatu secara sadar/nyata.
Meskipun alam sadar bersentuhan langsung dengan kenyataan tetapi ia menempati bagian
terkecildari keseluruhan kepribadian manusia. Alam sadar inilah yang selalu di munculkan
individu ketika berhadapan dengan orang lain. Freud mengibaratkan mengenai kesadaran ini
sepertigunung es yang mengapung di laut. Dalam hal ini, alam sadar adalah puncak yang
kelihatan dari gunung es tersebut. Sedangkan Ketidaksadaran (Unconscious) merupakan lapisan
terbesar dari kehidupan mental individu area ini merupakan gudang dari insting-insting atau
pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan (emotional pain) yang di refresh. Walaupun
individu secara penuh tidak menyadari keberadaan insting-insting tersebut, namun insting-insting
itu aktif bekerja untuk memperoleh kepuasan (pleasure principle). Insting-insting ini merupakan
penentu utama tingkah laku individu
Kata Kunci : Alam Sadar dan Tak Sadar

A. Pendahuluan

Sigmund Freud adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan pendiri aliran
psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi. Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki
beberapa tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious) dan tak-sadar (unconscious).
Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang
mengendalikan sebagian besar perilaku. Freud tertarik dan mempelajari hipnosis di
Prancis, lalu menggunakannya untuk membantu penderita penyakit mental. Freud
kemudian meninggalkan hipnosis setelah ia berhasil menggunakan metode baru untuk
menyembuhkan penderita tekanan psikologis, yaitu asosiasi bebas dan analisis mimpi.
Dasar terciptanya metode tersebut berasal dari konsep alam bawah sadar. Asosiasi bebas
adalah metode yang digunakan untuk mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri
seseorang tetapi terus mendorong keluar tanpa disadari sehingga menimbulkan
permasalahan, sedangkan analisis mimpi digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa
mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar. Pesan-pesan
ini berisi keinginan, ketakutan, dan berbagai macam aktivitas emosi lain hingga aktivitas
emosi yang sama sekali tidak disadari. Oleh karena itu, metode analisis mimpi dapat
digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik
berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, dan kemarahan yang tidak disadari karena ditekan
oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil diungkap,
penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan. 1

B. Alam Sadar
Alam sadar (Consicious) merupakan bagian yang berfungsi unntuk mengingat,
menyadari, dan merasakn sesuatu secara sadar/nyata. Meskipun alam sadar bersentuhan
langsung dengan kenyataan tetapi ia menempati bagian terkecildari keseluruhan
kepribadian manusia. Alam sadar inilah yang selalu di munculkan individu ketika
berhadapan dengan orang lain. Freud mengibaratkan mengenai kesadaran ini
sepertigunung es yang mengapung di laut. Dalam hal ini, alam sadar adalah puncak yang
kelihatan dari gunung es tersebut. 2
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu.
Menurut Freud hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan
dan ingtan) yang masuk kesadaran (Consciousness). Isi daerah sadar itu merupakan hasil
proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isi-isi kesadaran itu hanya
bertahan dalam waktu singkat di daerah conscious, dan segera tertekan ke daerah
perconscious atau unconscious, begitu orang memindah perhatiannya ke cue yang lain.3

1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sigmund_Freud di akses 26, oktober, 2021
2
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2011), hlm
146
3
Alwishol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press 2009), hlm 13
Alam Sadar (conscious), yang memainkan peran tidak berarti dalam teori
psikoanalisis, didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam
kesadaran, ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih.
Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar bisa masuk ke alam sadar. Pintu pertama
adalah melalui sistem kesadaran perseptual(perceptual conscious), yaitu terbuka pada
dunia luar dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang stimulus dari luar.
Dengan kata lain, hal-hal yang kita rasakan melalui indera dan tidak dianggap mengancam,
masuk ke dalam alam sadar. Sumberkeduabagi elemen alam sadar ini datang dari dalam
struktur mental dan mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam yang datang dari alam
bawah sadar maupun gambaran-gambaran yang membuat cemas, tetapi terselubung
dengan rapi yang berasal dari alam tidak sadar. Seperti dijelaskan sebelumnya, gambaran
tidak sadar dapat lolos masuk ke alam bawah sadar karena bersembunyi sebagai elemen-
elemen yang tidak berbahaya sehingga mampu menembus sensor pertama. Setelah masuk
ke alam bawah sadar, mereka terus menyelinap melewati sensor akhir dan masuk ke alam
sadar. Ketika gagasan-gagasan tersebut tiba di alam sadar, maka gagasan-gagasan tersebut
sudah berubah wujud dan terselubung dalam bentuk perilaku-perilaku yang defensif
ataupun dalam bentuk mimpi. Secara ringkas Freud membayangkan alam tidak sadar
sebagai sebuah aula luas berpintu lapang tempat berbagai orang yang saling berbeda satu
dengan yang lainnya, penuh semangat tetapi juga ugal-ugalan, sibuk mondar-mandir,
berkerumun dan berusaha terus-menerus untuk lolos dari penjagaan dan masuk ke dalam
ruang penerimaan tamu. Akan tetapi, penjaga yang waspada menghalang- halangi jalan
antara aula yang luas tersebut dengan ruang penerimaan tamu yang sempit. Penjaga ini
mempunyai dua cara untuk menghambat tamu-tamu yang tidak diinginkan agar tidak lolos
dari aula tersebut, yaitu dengan menutup pintu rapat-rapat atau dengan menendang keluar
orang-orang yang berhasil kabur dari pengawasan dan masuk ke ruang penerimaan tamu.
Kedua cara tersebut membuahkan hasil yang sama; orang-orang yang tidak bisa diatur dan
tidak mau taat, dicegah sedemikian rupa sehingga tamu penting yang duduk di ujung ruang
penerima tamu di balik layar tidak bisa melihat kedatangan orang-orang tidak tahu adat ini.
Analogi ini mempunyai makna yang gamblang. Mereka yang ada di aula merupakan
gambaran-gambaran tidak sadar. Ruang penerimaan tamun yang kecil merupakan alam
bawah sadar dan mereka yang ada di ruang tersebut adalah gagasan-gagasan bawah sadar.
Sementara mereka yang ada di ruang penerimaan tamu (alam bawah sadar) bisa jadi tidak
disadari oleh tamu penting yang sudah tentu, mewakili alam sadar. Penjaga pintu yang
memantau pintu gerbang di antara kedua ruang tersebut adalah sensor yang pertama yang
mencegah gambaran tidak sadar masuk kekesadaran dan memastikan agar gambaran
bawah sadar masuk kembali ke alam tidak sadar. Layar yang menyelimuti si tamu penting
tadi adalah sensor akhir yang mencegah sejumlah besar, tetapi tidak semua, elemen bawah
sadar agar tidak bisa masuk ke alam sadar 4

C. Alam Tak Sadar


Ketidaksadaran (Unconscious) merupakan lapisan terbesar dari kehidupan mental
individu area ini merupakan gudang dari insting-insting atau pengalaman-pengalaman
yang tidak menyenangkan (emotional pain) yang di refresh. Walaupun individu secara
penuh tidak menyadari keberadaan insting-insting tersebut, namun insting-insting itu aktif
bekerja untuk memperoleh kepuasan (pleasure principle). Insting-insting ini merupakan
penentu utama tingkah laku individu 5.
Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan,
maupun insting yang tidak kita sadari tetapi ternyata mendorong pernyataan, perasaan, dan
tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak
menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut. Misalnya, seorang pria bisa
saja mengetahui bahwa ia tertarik pada seorang wanita tetapi tidak benar-benar memahami
alasan dibalik ketertarikannya, yang bisa saja bersifat tidak rasional.
Apabila alam tidak sadar ini tidak bisa dijangkau oleh pikiran yang sadar, maka
bagaimana kita tahu bahwa alam tidak sadar ini benar-benar ada? Freud meyakini bahwa
keberadaan alam tidak sadar ini hanya bisa dibuktikan secara tidak langsung. Baginya,
alam tidak sadar merupakan penjelasan dari makna yang ada dibalik mimpi, kesalahan ucap
(slip of the tongue), dan berbagai jenis lupa, yang dikenal sebagai represi (repression).
Mimpi adalah sumber yang kaya akan materi alam tidak sadar. Contohnya, Freud meyakini

4
Wasalam, “ Kepribadian Dalam Teks Sastra : Suatu Tinjauan Teori Sigmund Freud “, Jurnal Pujangga, (Vol.1
No. 2, 2015), hlm 142
5
Syamsu Yusuf, dkk, Teori Kepribadian, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm 46
bahwa pengalaman masa kanak-kanak bisa muncul dalam mimpi orang dewasa sekalipun
yang bermimpi boleh jadi tidak ingat secara sadar akan pengalaman-pengalaman tersebut.
Kadang-kadang proses tidak sadar ini lolos sensor dan masuk ke alam sadar secara
terselubung atau dengan wujud yang berbeda. Freud (1917/1963) menggunakan analogi
seorang penjaga atau sensor yang menghalang-halangi jalan yang menghubungkan alam
sadar dengan alam bawah sadar dan mencegah agar kenangan yang tidak diinginkan dan
memicu kecemasan tidak bisa masuk ke sensor pertama (primary censor), dan kemudian
gambaran tersebut harus menerobos sensor akhir (final censor) yang menjaga jalan antara
alama bawah sadar dan alam sadar. Ketika ingatan-ingatan tersebut masuk ke dalam alam
sadar kita, kita tidak lagi mengenali mereka seperti apa adanya; kita justru melihatnya
sebagai pengalaman yang relatif menyenangkan dan tidak mengancam. Pada kebanyakan
kasus, gambaran-gambaran tersebut memiliki motif-motif seksual atau agresi yang kuat,
karena perilaku sesksual atau agresi semasa kanak-kanak sering kali diganjar hukuman
atau ditekan. Hukuman dan tekanan(suppression) ini sering kali menciptakan perasaan
cemas, dan kecemasan tersebut kemudian memicu represi (repression), yaitu dorongan
agar pengalaman yang tidak diinginkan serta membawa kecemasan mauk ke alam tidak
sadar yang melindungi kita dari rasa sakit akibat kecemasan tersebut.
Akan tetapi, tidak semua proses tidak sadar tersebut muncul dari represi
pengalaman masa kanak-kanak. Freud meyakini bahwa sebagian dari alam tidak sadar kita
berasal dari pengalaman-pengalaman nenek moyang kita yang diwariskan dari generasi ke
generasi lewat proses pengulangan. Tentu saja, alam tidak sadar bukan berarti bersifat tidak
aktif atau dorman. Dorongan- dorongan di alam tidak sadar terus-menerus berupaya agar
disadari, dan kebanyakan berhasil masuk ke alam sadar, sekalipun tidak lagi muncul dalam
bentuk asli. Pikiran-pikiran yang tidak disadari ini bisa dan memang memotivasi manusia.
Contohnya, amarah seorang anak terhadap sang ayah bisa terselubung dalam bentuk kasih
sayang yang berlebihan. Apabila tidak bisa disembunyikan, rasa marah seperti ini sudah
tentu akan menyebabkan si anak merasa sangat cemas. Oleh karena itu alam bawah
sadarnya memotivasinya untuk mengekspresikan rasa marah melalui ungkapan rasa cinta
dan pujian yang berlebihan.6

6
Waslam, “ Kepribadian Dalam…… “, hlm 14
D. Penutup
Sigmund Freud adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan pendiri aliran
psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi. Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki
beberapa tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious) dan tak-sadar (unconscious).
Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang
mengendalikan sebagian besar perilaku. Alam Sadar (conscious), yang memainkan peran
tidak berarti dalam teori psikoanalisis, didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang
setiap saat berada dalam kesadaran, ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan mental yang
bisa langsung kita raih. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar bisa masuk ke
alam sadar. Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan,
maupun insting yang tidak kita sadari tetapi ternyata mendorong pernyataan, perasaan, dan
tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak
menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut. Misalnya, seorang pria bisa
saja mengetahui bahwa ia tertarik pada seorang wanita tetapi tidak benar-benar memahami
alasan dibalik ketertarikannya, yang bisa saja bersifat tidak rasional.

E. Daftar Pustaka
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sigmund_Freud di akses 26, Oktober, 2021
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta: PT Kharisma
Putra Utama, 2011)
Alwishol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press 2009)
Wasalam,“ Kepribadian Dalam Teks Sastra : Suatu Tinjauan Teori Sigmund Freud”,
Jurnal Pujangga, (Vol.1 No. 2, 2015)
Syamsu Yusuf, dkk, Teori Kepribadian, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011)

Anda mungkin juga menyukai