MEDICAL BIOETHICS
OLEH :
ABDURRAHMAN HASANUDDIN
C105211006
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
Bioetika Medis
Dapat dikatakan bahwa potensi komplikasi, antisipasinya, dan kebutuhan akan rasa
saling percaya membuat hubungan pasien-dokter, begitu unik. Haruskah anak-anak selalu
menerima perawatan yang menopang kehidupan terlepas dari tingkat kecacatan mereka?
Apakah dan kapan seorang dokter dapat mengesampingkan keputusan orang tua? Bagaimana
kita dapat menanggapi penderitaan dengan sebaik-baiknya? Kapan seorang remaja
diperbolehkan untuk membuat keputusan perawatan kesehatan yang dapat membawa
konsekuensi serius? Apakah ada batasan untuk mengadvokasi anak sendiri untuk menerima
sumber daya yang terbatas? Siapa yang mendefinisikan kematian? Siapa yang menentukan
hidup yang baik? Bagaimana kita mempertimbangkan kepentingan janin versus kepentingan
ibu hamil? Bagaimana cara terbaik untuk mendekati ketidaksepakatan? Mendefinisikan kasus
tidak hanya menguji keyakinan dan prinsip kita sebagai pengasuh anak tetapi juga
menunjukkan kebutuhan vital untuk bioetika pediatrik sebagai suatu disiplin.[2,3]
Etika kedokteran sebagai disiplin ilmu dan sistem prinsip moral yang menerapkan
nilai-nilai dan penilaian pada praktik kedokteran meliputi : Aplikasi praktis bioetik dalam
praktek klinis serta bekerja pada sejarah, filsafat, teologi, antropologi dan sosiologi. Dengan
demikian ada sejumlah nilai dalam etika kedokteran seperti autonomi, non-maleficence,
beneficence, justice (Keadilan), dan kejujuran. [3,4]
1
Beauchamp dan Childress dalam monografi mereka tentang Etika Biomedis juga telah
mengidentifikasi 4 prinsip dasar untuk memandu pengambilan keputusan medis dengan
domain "Menghormati otonomi," "Beneficence," "Non-Maleficence," dan "Justice. Selain
keempat prinsip bioetik ini ada satu prinsip lagi yang ditambahkan yaitu Honesty atau
kejujuran.[4]
Aturan atau kewajiban moral berikut diturunkan dari penerapan prinsip untuk
menghormati otonomi:
Prinsip beneficence adalah kewajiban moral untuk bertindak demi kepentingan orang
lain. Ada 2 aspek kebaikan:
1. Memberikan manfaat
2. Menyeimbangkan manfaat dan risiko/bahaya
2
Prinsip pertama dikenal dengan prinsip kemanfaatan positif. Prinsip ini mensyaratkan
pemberian manfaat termasuk pencegahan dan penghapusan bahaya dari orang lain (yaitu
pasien). Ini juga termasuk promosi kesejahteraan orang lain. Versi kedua adalah prinsip
utilitas. Prinsip ini, tidak seperti yang pertama, membutuhkan menimbang dan
menyeimbangkan manfaat dan kerugian dalam kehidupan moral.[5]
Seperti yang telah digarisbawahi sebelumnya, prinsip pertama di bawah prinsip umum
beneficence menyiratkan manfaat bahkan kepada pihak ketiga. Kedua, prinsip utilitas di
bawah prinsip umum beneficence menyiratkan bahwa kepentingan masyarakat secara
keseluruhan harus mengesampingkan kepentingan dan hak individu. Implikasi ini jika
diberikan, dapat diartikan bahwa dalam konteks penelitian medis. [7]Untuk Singer, karena
persyaratan tindakan positif didasarkan pada prinsip-prinsip mencegah atau bertindak untuk
menghindari hasil yang buruk, ini menyiratkan bahwa “kedermawanan wajib/berlebihan
mengharuskan kita harus memberi sampai kita mencapai tingkat di mana dengan memberi
lebih banyak, kita akan menyebabkan sebanyak mungkin. penderitaan bagi diri kita sendiri
sebagaimana kita akan meringankannya melalui pemberian kita.[1]
Dalam penelitian ini telah ditunjukkan bahwa prinsip beneficence seperti prinsip etika
kedokteran lainnya penting dalam pelestarian hidup, dalam memaksimalkan kesejahteraan
pasien, dalam penghindaran biaya dan pengurangan risiko. Namun, seperti banyak prinsip
etika kedokteran lainnya, beneficence, terutama karena implikasinya, menjadi kewajiban
prima facie dan kompleksitas di sekitarnya, tidak harus selalu diterapkan secara universal
pada semua kasus biomedis.[3,4]
1. Jangan membunuh.
2. Tidak menimbulkan rasa sakit atau penderitaan.
3. Jangan melumpuhkan.
3
4. Jangan menyebabkan pelanggaran
Prinsip keadilan mewajibkan kita untuk secara adil mendistribusikan manfaat, risiko,
biaya, dan sumber daya. Argumen (aturan) berikut ini didukung oleh prinsip keadilan:[3,8]
Kejujuran merupakan poin yang penting dalam bioetik, dimana dengan memberikan
informasi yang jujur dapat memberikan pemahaman kepada pasien mengenai kondisinya
sehingga pasien dapat mengambil keputusan medis yang tepat. Kejujuran juga dapat
mempengaruhi dan berhubungan dengan prinsip bioetik lain. Dimananya jika ketidakjujuran
dilakukan oleh tenaga medis sendiri adalah bentuk pelanggaran terhadap autonomi pasien dan
non-maleficance pasien. [9]
Tapi apakah ada situasi tertentu dimana ketidak jujuran malah membantu pasien.
Contohnya pada pasien dengan penyakit yang berat. Pemberitahuan yang berlebihan dan
tidak melaporkan komplikasi yang terkait dengan masalah yang menghancurkan tetap
menjadi tantangan. Ketakutan akan litigasi dan manajemen citra merupakan tantangan utama
bagi analisis yang adil dan objektif. Apakah semua pasien dapat menerima informasi
penyakitnya? Terlepas dari semua upaya untuk menutup "kesenjangan komunikasi" dengan
informasi terbaru tentang komplikasi, bahkan diskusi pra operasi yang komprehensif dengan
persetujuan yang diinformasikan mungkin tidak pernah sepenuhnya mempersiapkan pasien
untuk dampak kehidupan yang sebenarnya dari beberapa komplikasi.[10]
Namun menurut Kant, jika perburukan kondisi diakibatkan dari menerangkan kondisi
pasien dengan jujur hal ini dapat dianggap sebagai komplikasi atau perjalanan penyakit itu
sendiri, namun jika perburukan pasien didapat dari tidak menerangkan kondisi pasien
sesungguhnya, hal ini dapat dianggap sebagai suatu malpraktek. [9,10]
Aspek penting lainnya dari kejujuran adalah membangung kerja sama dengan pasien.
Hubungan pasien dan dokter yang didasari oleh kejujuran cenderung mengarah pada
Kerjasama dan koordinasi yang baik dari pasien. Jika petugas medis merahasiakan diagnose
4
atau suatu resiko dari prosedur, aka nada kecenderungan dari pasien untuk mengabaikan
penyakitnya sehingga keterlambatan penangan akan terjadi. [9]
Seorang pasien masa kini memiliki rangkaian alat informasi yang hampir tak terbatas
yang mereka miliki (luas) tetapi sangat tidak terstruktur dan tidak disensor. Mungkin,
tantangan terbesar untuk persetujuan pasien yang diinformasikan melibatkan komunikasi
yang efektif. [9]
Mungkin, kesenjangan komunikasi saat ini antara pasien dan dokter dapat ditutup dan
kepercayaan dibangun kembali oleh kami para dokter pertama dan terutama mengambil jalan
tinggi melalui keterbukaan dan transparansi mengenai komplikasi dan dengan mengambil
landasan moral yang tinggi dalam diskusi "Kebaikan" dan "Non- Maleficence” dari pilihan
perawatan.[10]
Kelima prinsip bioetik ini seharusnnya dapat berkerja sebagai harmoni Bersama
ataupun sendiri untuk menjelaskan dan memecahkan masalah-masalah etik pada praktik
kedokteran.
5
DAFTAR PUSTAKA
[1] Frank AW. Tragic realism reading simon critchley for bioethics. Perspectives in Biology and
Medicine 2020;63:695–707. https://doi.org/10.1353/pbm.2020.0056.
[3] Afandi D. Kaidah dasar bioetika dalam pengambilan keputusan klinis yang etis. Majalah
Kedokteran Andalas 2017;40:111. https://doi.org/10.22338/mka.v40.i2.p111-121.2017.
[4] Gillon R. Ethics needs principles - Four can encompass the rest - And respect for autonomy
should be “first among equals.” Journal of Medical Ethics 2003;29:307–12.
https://doi.org/10.1136/jme.29.5.307.
[5] Andersson GBJ, Chapman JR, Dekutoski MB, Dettori J, Fehlings MG, Fourney DR, et al. Do
No Harm: The Balance of “Beneficence” and “Non-Maleficence.” Spine 2010;35.
[6] Mawere M. Critical reflections on the principle of beneficence in biomedicine. vol. 11. 2012.
[7] Jahn WT. The 4 basic ethical principles that apply to forensic activities are respect for
autonomy, beneficence, nonmaleficence, and justice. Journal of Chiropractic Medicine
2011;10:225–6. https://doi.org/10.1016/j.jcm.2011.08.004.
[8] Jahn WT. The 4 basic ethical principles that apply to forensic activities are respect for
autonomy, beneficence, nonmaleficence, and justice. Journal of Chiropractic Medicine
2011;10:225–6. https://doi.org/10.1016/j.jcm.2011.08.004.
[9] Zolkefli Y. The ethics of truth-telling in health-care settings. Malaysian Journal of Medical
Sciences 2018;25:135–9. https://doi.org/10.21315/mjms2018.25.3.14.
[10] Gold M. E THICS IN M EDICINE Is honesty always the best policy? Ethical aspects of truth
telling. vol. 34. 2004.