Abstrak
Merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok yang dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari, merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa dihindari bagi orang yang mengalami
kecenderungan terhadap rokok. Rokok merupakan salah satu bahan adiktif artinya dapat
menimbulkan ketergantungan bagi pemakainya. Sifat adiktif rokok berasal dari nikotin yang
dikandungnya. Setelah seseorang menghirup asap rokok, dalam 7 detik nikotin akan mencapai otak
(Soetjiningsih, 2010). Bahaya rokok sudah banyak diketahui, tetapi masih banyak remaja yang
menjadi perokok aktif. Kebiasaan merokok umumnya dilakukan pada saat usia remaja, kebiasaan
tersebut sebanyak 47% pada remaja usia 11-15 tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah
populasi wanita (Caldwell, 2009).
1. Latar Belakang
Menurut WHO (2008) merokok dalam jangka panjang menjadi penyebab utama penyakit yang
mematikan seperti serangan jantung, kanker, dan penyakit pada paru-paru. Laporan WHO ada 1,3
milyar orang yang merokok didunia. Pada tahun 2008 menyebutkan bahwa 2/3 perokok tinggal di 10
negara. Data WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2008 Indonesia ada diurutan ke 28 dengan angka
1.085 batang perorang/tahun. Pengguna rokok urutan pertama adalah di negara Serbia dengan jumlah
konsumsi rokok.
pada semua fakultas didapatkan sebanyak 29% mahasiswa adalah perokok yang disebabkan oleh
faktor stres. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Al Naggar et al (2011) pada
Management and Science University di negara Malaysia sebanyak 20% mahasiswa merokok
diakibatkan oleh stres dengan prevalensi paling banyak pada mahasiswa laki-laki dan pada tingkat
semester akhir. Menurut WHO (2015) pada tahun 2015 di Indonesia diperkirakan 36% atau sekitar 60
juta pendduduk Indonesia merokok secara rutin, hal ini berbeda dengan jumlah konsumsi rokok di
negara lain yang bisa diperkiran akan menurun, tetapi di Indonesia bahkan sudah diperkirakan oleh
WHO bahwa pada tahun 2025 akan meningkat hingga 90% penduduk Indonesia menjadi perokok
aktif. Jika konsumsi rokok setiap tahunnya tidak bisa diminimalkan maka angka kematian akibat
merokok di Indonesia juga akan terus meningkat. Melihat dari fenomena yang terjadi di Indonesia
masih banyak kalangan yang juga harus sadar terhadap bahaya rokok bagi kesehatan tubuh¸ seperti
halnya di kalangan mahasiswa dengan keadaan yang kebanyakan tinggal jauh dari orang tua serta
memiliki uang jajan yang dapat dikatakan lebih dari sedekar cukup mereka dengan mudahnya
menghisap rokok setiap hari tanpa memikirkan kesehatan tubuhnya. Rokok memang tidak berdampak
secara langsung bagi kesehatan tetapi dampak dari rokok akan terasa dalam waktu 10-20 tahun.
Meskipun demikian masih banyak orang-orang yang tentunya dikalangan mahasiswa yang masih
menyepelekan hal tersebut. Hal yang menjadi permasalahan dimasa yang akan dating memang belum
pasti diketahui tapi dengan memiliki kesadaran akan pentingnya kesehatan tubuh meminimalkan
angka kematian akibat merokok. Dikalangan mahasiswa ini mereka merupakan orang dengan
pendidikan yang cukup tinggi, tetapi sejauh mana pengetahuan mereka terhadap bahaya merokok,
sedangkan sudah adabeberapa iklan yang menayangkan korban akibat dari rokok, tetapi masih yang
merokok. Berdasarkan fenomena dan hasil observasi beserta wawancara pada beberapa mahasiswa
laki-laki yang sedang berada dilingkungan kampus mereka mengatakan bahwa dilingkungan kampus
bertemu dengan temanteman atau sedang jeda kuliah mereka merokok dilingkungan kampus.
Mahasiswa tersebut ada yang dari kalangan mahasiswa kesehatan dan non kesehatan. Sebenarnya
mereka sadar akan bahaya merokok tetapi perilaku merokok pada mahasiswa sulit dihindari. Hal ini
terjadi karena dikalangan mahasiswa tersebut ada yang sudah ketergantungan dengan rokok dan
berkumpul dengan teman-teman dalam waktu satu tahun terakhir dengan teman yang sudah merokok
sehingga bisa terjadi jika mahasiswa yang sebelumnya tidak merokok menjadi ikut merokok.
Berdasarkan dari hal-hal diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
hubungan antara pengetahuan bahaya merokok dengan perilaku merokok pada mahasiswa di
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Yang menjadi permasalahan dimasa yang akan datang
memang belum pasti diketahui tapi dengan memiliki kesadaran akan pentingnya kesehatan tubuh
meminimalkan angka kematian akibat merokok. Dikalangan mahasiswa ini mereka merupakan orang
dengan pendidikan yang cukup tinggi, tetapi sejauh mana pengetahuan mereka terhadap bahaya
merokok, sedangkan sudah ada beberapa iklan yang menayangkan korban akibat dari rokok, tetapi
masih yang merokok. Berdasarkan fenomena dan hasil observasi beserta wawancara pada beberapa
mahasiswa laki-laki yang sedang berada dilingkungan kampus mereka mengatakan bahwa
dilingkungan kampus bertemu dengan temanteman atau sedang jeda kuliah mereka merokok
dilingkungan kampus. Mahasiswa tersebut ada yang dari kalangan mahasiswa kesehatan dan non
kesehatan. Sebenarnya mereka sadar akan bahaya merokok tetapi perilaku merokok pada mahasiswa
sulit dihindari. Hal ini terjadi karena dikalangan mahasiswa tersebut ada yang sudah ketergantungan
dengan rokok dan berkumpul dengan teman-teman dalam waktu satu tahun terakhir dengan teman
yang sudah merokok sehingga bisa terjadi jika mahasiswa yang sebelumnya tidak merokok menjadi
ikut merokok. Berdasarkan dari hal-hal diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan antara pengetahuan bahaya merokok dengan perilaku merokok pada mahasiswa
di Universitas Muhammadiyah Surakarta mencapai 2.861 perorang/tahun sedangkan urutan
berikutnya diduduki oleh negara neraga maju. Selain banyaknya negara yang penduduknya mayoritas
merokok hal tersebut juga menjadi meningkatnya angka kematian pada negara negara tersebut akibat
merokok. Semua ahli kesehatan termasuk World Health Organization (WHO) telah lama
menyimpulkan, bahwa secara kesehatan rokok banyak menimbulkan dampak negatif, lebih bagi anak-
anak dan masa depannya. Rokok mengandung 4000 zat kimia dengan 200 jenis di antaranya bersifat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini didapatkan pada asap utama yaitu
asap rokok yang terhisap langsung masuk keparu-paru perokok maupun asap samping yaitu asap
rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar, misalnya karbon monoksida, benzopiren, dan
amoniak (KPAI, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Small dan Hunter (2014) menunjukkan
bahwa pola komunikasi orang tua dengan anak-anak mereka bervariasi dalam hal kualitas dan
koherensi dengan rekomendasi dalam literatur. Sebagian besar orang tua berkomunikasi dengan anak-
anak mereka tentang merokok melalui interaksi verbal, menggunakan salah satu dari tiga pendekatan:
membahas merokok dengan anak-anak mereka, mengatakan anak-anak mereka tentang merokok, atau
mengakui pemahaman anak-anak mereka merokok.Penelitian sebelumnya pernah dilakukan oleh
Ukwayi et al (2012) di University of Calabar, Nigeria dengan menyebarkan kuisioner secara random
2. Kasus Masalah
Merokok dilingkungan kampus sudah menjadi larangan untuk seluruh mahasiswa. Namun, masih
ada mahasiswa yang tidak mematuhi aturan larangan merokok dilingkungan kampus. Berdasarkan
latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah peneliti alah: “Apakah ada hubungan antara
pengetahuan bahaya merokok dengan perilaku merokok pada mahasiswa di seluruh mahasiswa
Indonesia
3. Tinjauan Pustaka
1) Pengertian Rokok
Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung / dibungkus dengan
kertas, daun, atau kulit jagung, sebesar kelingking dengan panjang 8-10 cm, biasanya
dihisap seseorang setelah dibakar ujungnya. Rokok merupakan pabrik bahan kimia
berbahaya. Hanya dengan membakar dan menghisap sebatang rokok saja, dapat
diproduksi lebih dari 4000 jenis bahan kimia. 400 diantaranya beracun dan 40 diantaranya
bisa berakumulasi dalam tubuh dan dapat menyebabkan kanker. Rokok juga termasuk zat
adiktif karena dapat menyebabkan adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan)
bagi orang yang menghisapnya. Dengan kata lain, rokok termasuk golongan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, Alkohol, dan Zat Adiktif).
Vinil klorida
Zat ini biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik.
m. Naftalena
Seperti DDT dan arsenik, bahan ini terdapat pada obat-obat pembasmi
serangga.
4. Pembahasan
A. Kecanduan Nikotin
Kecanduan nikotin adalah kondisi ketika seseorang mengalami ketergantungan pada zat
nikotin yang umumnya terdapat pada produk hasil tanaman tembakau, seperti rokok. Penderita
kecanduan nikotin sulit lepas dari ketergantungan, meski ia sadar bahwa hal tersebut bisa
menimbulkan bahaya bagi kesehatannya. Nikotin menimbulkan efek kesenangan sementara di otak,
yang membuat seseorang menjadi ketergantungan terhadap zat ini. Orang yang kecanduan biasanya
akan merasa cemas dan mudah marah ketika tidak mendapat asupan nikotin. Doctor breaking
cigarette on white background
Rokok merupakan produk yang dikenal mengandung nikotin. Rokok mengandung banyak zat beracun
yang dapat menyebabkan para perokok lebih berisiko terkena serangan jantung, stroke, dan kanker.
Siapa pun yang merokok atau menggunakan produk lain yang mengandung nikotin
berpotensi mengalami kecanduan. Namun, beberapa faktor berikut ini dapat
meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami kecanduan nikotin :
Tidak sanggup berhenti merokok
Penderita tidak berhasil meski sering mencoba berhenti merokok. Tetap
merokok saat menderita penyakit penderita tetap merokok meski sedang
mengalami gangguan paru-paru atau jantung dan tahu bahwa merokok dapat
memperburuk kondisi penyakitnya. Menghindari lingkungan bebas rokok
Penderita menghindari berkunjung ke tempat-tempat yang tidak
diperbolehkan merokok, atau berhenti berkumpul bersama orang-orang
tertentu yang membuat penderita tidak dapat merokok. Ketika jumlah zat
nikotin di dalam tubuh berkurang, misalnya akibat penderita tidak bisa
merokok karena sedang berada di dalam ruangan bebas rokok, penderita
kecanduan nikotin biasanya juga akan mengalami beberapa gejala fisik dan
mental, seperti:
o Rasa cemas
o Diare
o Gelisah
o Depresi
o Frustrasi
o Insomnia
o Konstipasi
o Mudah marah
o Sulit berkonsentrasi
2. Menunda
Penderita menunda mengisap rokok pertama 2 jam setiap harinya. Misalnya,
jika penderita terbiasa mengisap rokok pertama pukul 7 pagi, maka esoknya mulai
merokok pukul 9 pagi, kemudian lusa mulai merokok pukul 11 siang. Dengan cara ini,
berhenti merokok bisa direncanakan dalam 7 hari.
3. Mengurangi
Penderita secara bertahap mengurangi jumlah rokok yang dihisap setiap
harinya. Jika penderita biasa mengisap rokok 24 batang sehari, kurangi 2–4 batang
setiap hari. Sekitar 90% penderita kecanduan nikotin mencoba berhenti dari
kecanduannya tanpa bantuan obat atau terapi. Namun, metode ini dinilai kurang efektif,
karena hanya 5–7% penderita yang benar-benar bisa berhenti.
Oleh karena itu, beberapa metode di bawah ini mungkin diperlukan guna meningkatkan
keberhasilan dalam berhenti merokok dan mengatasi kecanduan nikotin:
.Konseling
Dalam konseling, dokter akan menilai riwayat kecanduan pasien, tingkat
kecanduan, dan kondisi kesehatan pasien. Berdasarkan penilaian tersebut, dokter akan
memberi saran dan bantuan yang sesuai ke pasien, agar pasien semakin termotivasi
untuk berhenti merokok. Jika diperlukan, dokter juga akan merujuk pasien untuk
konseling secara berkelompok dengan penderita lain atau mengikuti terapi perilaku.
Peran konseling bagi pasien kecanduan nikotin adalah untuk membangkitkan
motivasi pasien agar mengubah kebiasaannya. Dokter akan membantu pasien
membuat rencana untuk berhenti merokok dan memberi saran terkait cara
menghindari situasi yang membuat pasien ingin merokok. Tak hanya itu, pasien juga
akan dibantu dalam mengatasi masalah mental yang timbul karena berhenti merokok.
Terapi Perilaku
Dalam terapi perilaku, dokter akan membantu pasien mencari faktor yang
menyebabkan pasien merokok, serta menyusun rencana untuk menghindari faktor
tersebut dan menghadapi gejala putus zat.
Terdapat 5 fase perubhana perilaku dari seorang perokok, yaitu :
1) Fase prakontemplasi
Pada fase ini, pasien belum berniat untuk berhenti sehingga harus
diarahkan untuk berhenti merokok. Pasien akan dijelaskan kerugian
merokok dan keuntungan dari berhenti merokok agar pasien memiliki
niat untuk berhenti
2) Fase kontemplasi
Di fase kontemplasi, dokter akan mendorong keyakinan pasien bahwa
berhenti merokok bisa dilakukan dan akan membantu pasien untuk mulai
berhenti merokok.
3) Fase persiapan
Pada fase persiapan, pasien sudah siap berhenti merokok. Dokter akan
membantu pasien mengenali hambatan untuk melakukannya dan
memberikan solusinya.
4) Fase aksi
Pada tahap ini, pasien sudah berhenti merokok hingga 6 bulan. Dokter
akan membantu pasien agar tetap konsisten dan mencegah keinginan
merokok datang kembali.
5) Fase pemeliharaan
Pasien sudah berhenti merokok lebih dari 6 bulan dan terbiasa tidak
merokok dalam kesehariannya. Dokter akan membantu agar pasien tidak
merokok lagi dan siap membantu jika pasien membutuhkan dukungan.
Terapi pengganti nikotin (nicotine replacement therapy)
Dalam terapi ini, dokter bisa memberikan plester, permen karet, obat semprot
atau obat hisap yang mengandung nikotin dalam jumlah kecil, sehingga secara
perlahan tubuh pasien mampu terlepas dari kecanduan nikotin.
Obat-obatan
Obat yang umum digunakan untuk menghentikan kecanduan nikotin adalah
bupropion dan varenicline. Kedua obat tersebut meniru efek nikotin pada tubuh
dan mencegah timbulnya gejala putus zat.
Selain dengan menjalani terapi di atas, pasien juga bisa melakukan berbagai hal berikut untuk
membantu proses penyembuhan:
o Berolahraga secara rutin
o Memilih makanan sehat untuk dikonsumsi
o Membuang semua rokok yang dimiliki
o Menentukan target untuk berhenti dan hadiah jika berhasil mencapai target tersebut
o Menghindari situasi yang bisa membuat pasien merokok kembali, misalnya berada di
sekitar perokok
o Beberapa terapi lain, seperti hipnosis, akupuntur, dan konsumsi obat herbal,
sebaiknya dikonsultasikan lebih dahulu dengan dokter sebelum menjalaninya.
o Genetik
Faktor genetik dapat memengaruhi reseptor otak untuk merespons nikotin dalam dosis
tinggi.
o Depresi
Banyak penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dan
gangguan mental, seperti depresi, skizofrenia, atau PTSD.
o Lingkungan
Anak-anak yang tumbuh di lingkungan perokok cenderung menjadi perokok.
o Penyalahgunaan NAPZA
Orang yang kecanduan alkohol dan ketergantungan NAPZA juga cenderung merokok.
5. Kesimpulan
Hamper semua kalangan remaja di Indonesia kecanduan merokok, dan bisa mengakibatkan
dampak buruk bagi Kesehatan, ataupun bagi orang lain, penyakitpun tidak bisa hingga
menyebabkan kematian, dorongan untuk berhenti merokok untuk remaja yaitu niat dari diri
sendiri dan juga dorongan dari orang lain. Yang bisa dilakukan yaitu mengadakan penyuluhan
tentang kecanduan merokok. Jika tidak dihentikan sejak dini akan berdampak buruk di hari tuan
anti
6. Daftar Pustaka
- Sodik,M.A.(2018).Kecanduannikotin.http://alodokter.com
- Perdana,S.8 kandungan dalam rokok dan bhaya bagi tubuh
http://dedynha.blogspot.co.id/201/203/makalah-perilaku-merokok-padaremaja.html.?
m=1.26mei2010(11.02)
- Randukan,p.2013 karya tulis ilmiah
Bahaya merokok
http://pratiwirandukan.blogspot.com/2013/02/karya-tulis-ilmiah-bahaya-merokok.html?
m=27mei2010(15:29)