Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PERCOBAAN 4. KUALITATIF SENYAWA KARBON

Disusun oleh:

Nama : Rosita Izlin

NIM : 2020C1A005

Kelompok : 2

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kimia organik adalah percabangan studi ilmiah dari ilmu kimia
mengenaistruktur, sifat, komposisi, reaksi dan sintesis senyawa organik. Sifat
organik dibangunterutama oleh karbon dan hidrogen dan dapat mengandung
unsur-unsur lain sepertinitrogen, oksigen, fosfor, halogen dan belerang.
Senyawa kimia organik ini berasal darikesalahpahaman bahwa semua senyawa
organik pasti berasal dari senyawa organismehidup, namun telah dibuktikan
bahwa ada beberapa perkecualian. Bahka sebenarnya,kehidupan juga sangat
bergantung pada kimia organik, sebagai contoh, banyak enzimyang
mendasarkan kerjanya pada logam transisi seperti besi dan tembaga, juga gigi
dantulang yang komposisinya merupakan campuran dari senyawa organic.
Sifat fisika senyawa organik seperti titik leleh, titik didih, kelarutan tergantung
pada struktur, gugus fungsi, dan berat molekul. Gugus fungsi suatu molekul organik
sangatmenentukan sifat reaksinya. Seperti halide (alkil halida), hidroksil (alkohol dan
karboksilat), karbonil (aldehida dan keton), amino, dan sulfonil.
Ada dua jenis model analisis, yaitu analisis kuantitatif dan kualitatif.
Analisiskualitatif membahas mengenai identifikasi zat – zat. Urusannya adalah unsur
atausenyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada pokoknya
tujuananalisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsure.
Analisis kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan
suatu unsure kimia dalam cuplikan yang tidak di ketahui. Analisis kualitatif merupakan
suatu carayang paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-
ionnya dalam larutan.Dalam metode analisis kualitatif,kita menggunakan beberapa
pereaksi,diantaranya pereaksi golongan dan pereaksi spesifik.
Terdapat tiga pendekatan analisis kualitatif yang biasa dilakukan yaitu :
perbandingan antara data retensi solut yang tidak diketahui dengan data retensi baku
yangsesuai pada kondisi yang sama. Dengan cara spiking, yaitu dilakukan dengan
menambahsampel yang mengandung senyawa tertentu yang akan diselidiki pada
senyawa baku padakondisi yang sama. Dan dengan cara menggabungkan alat
kromatografi dengan spectrometer massa.
1.2 Tujuan Praktikum
Untuk membedakan senyawa karbon (senyawa organik) dengan anorganik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Senyawa organik adalah senyawa yang diperoleh dari makhluk hidup, seperti
hewan dan tumbuhan. Dalam istilah modern, senyawa organik adalah senyawa yang
mengandung sedikitnya satu ikatan antara karbon dengan karbon dan atau karbon
dengan hidrogen. Selain karbondan hidrogen, unsur yang paling sering dijumpai
yang terdapat dalam senyawa organik adalah oksigen, nitrogen, fosfor, belerang, dan
halogen. Dari segelintir unsur ini, telah ditemukan jutaan senyawa organik, dan
ribuan senyawa baru disintetis setiap tahunnya (Goldberg, 2004).

Apabila kita membakar kayu, maka akan didapat suatu zat berwarna hitam
yang kita sebut arang. Arang yang dihasilkan dari peristiwa pembakaran adalah
karbon (C). Hampir semua makhluk hidup baik hewan, tumbuhan, bahkan manusia
apabila dibakar akanmenghasilkan karbon, sehingga orang beranggapan bahwa
senyawa yangmengandung karbon hanya berasal dari makhluk hidup (organisme).
Berdasarkan kesimpulan itu, senyawa karbon disebut juga senyawaorganik, Senyawa
karbon lain yang tidak berasal dari makhluk hidup disebut senyawa anorganik,
misalnya plastik, serat sintetik, obat-obatan,dan lain-lain (Budimarwanti, 2009).

Meskipun tidak ada perbedaan sifat yang tegas antara senyawa organik
dengan senyawa anorganik, kedua kelompok senyawa tersebut mempunyai ciri
umum yang berbeda. Dari segi stabilitas terhadap pemanasan, senyawa organik
kurang stabil terhadap pemanasan dibandingkan senyawa anorganik, umumnya
senyawa organik sudah terurai pada suhu 700C, sedangkan senyawa anorganik belum
bisa terurai dan akan menyisakan endapan oksida logam. Hal itu terjadi karena
senyawa organik berikatan kovalen yang relative lebih lemah dibandingkan ikatan ion
yang sering terdapat dalam senyawa anorganik (Purba dan Hidayat, 2000).

Pada umumnya senyawa organik mudah terbakar, sedangkan senyawa


anorganik sangat sukar terbakar. Bila dibakar, mula- mulasenyawa organik menjadi
hitam atau mengarang kemudian menjadi uap atau gas. Pengarangan ini menunjukan
adanya karbon (Sumardjo, 2008).

Dari segi titik lebur dan titik didih, senyawa organik umumnya mempunyai
titik lebur dan titik didih yang relatif rendah dibandingkan senyawa anorganik. Hal itu
terjadi karena senyawa organik umumnya berupa molekul yang nonpolar sehingga
gaya tarik menarik antar molekulnya lemah (Purba dan Hidayat, 2000).

Senyawa organik jarang mempunyai titik lebur diatas 300 C, sedangkan


senyawa-senyawa anorganik jarang mempunyai titik lebur di bawah 700C. Perbedaan
lainnya, dalam keadaan cair atau bentuk larutan,senyawa organik tidak dapat
menghantarkan arus listrik, sebaliknya senyawa anorganik yang dalam keadaan cair
atau bentuk larutan dapat menghantarkan arus listrik (Sumardjo, 2008).

Dari segi kelarutan, senyawa organik umumnya lebih mudah larut dalam
pelarut yang nonpolar dari pada dalam pelarut polar seperti air,sebaliknya senyawa
anorganik lebih mudah larut dalam air. Hal itu terjadi karena senyawa organik
umumnya bersifat nonpolar, sedangkan senyawa anorganik bersifat polar atau ionik.
Dan dari segi keraktifan, reaksi senyawa organik umumnya berlangsung lebih lambat
dari pada reaksi senyawa anorganik, kecuali dalam reaksi pembakaran. Senyawa
organik kurang reaktif terhadap pereaksi lain (Purba dan Hidayat, 2000).
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum

Hari/tanggal : Jumat, 2 Juli 2021


Waktu : 14.00-selesai
Tempat : Laboratorium Kimia Lantai II Fakultas Fertanian Universitas
Muhammadiyah Mataram

3.2 Alat Dan Bahan


ALAT :
1. Cawan porselin
2. Tabung reaksi
3. Pembakar spiritus
4. Penjepit
5. Neraca analitik
BAHAN :
1. Garam
2. Gula
3. Asam asetat
4. Asam phosfat

3.3 Prosedur Kerja


1. Diambil 5 ml asam asetat dan dimasukkan kedalam tabung reaksi,
kemudian dipanaskan diatas nyala api, lalu diamati perubahan yang terjadi
pada saat dilakukan peroses pemanasan.
2. Diambil 5 ml asam phosfat dan dimasukkan kedalam tabung reaksi,
kemudian dipanaskan diatas nyala api, lalu diamati perubahan yang terjadi
pada saat dilakukan peroses pemanasan.
3. Diambil 2 gr gula tebu dan dimasukkan kedalam cawan porselin, kemudian
dipanaskan diatas nyala api, lalu diamati perubahan yang terjadi pada saat
dilakukan peroses pemanasan.
4. Diambil 2 gr garam dan dimasukkan kedalam cawan porselin, kemudian
dipanaskan diatas nyala api, lalu diamati perubahan yang terjadi pada saat
dilakukan peroses pemanasan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 HASIL PENGAMATAN

No Bahan Perlakuan Hasil


Sebelum Sesudah
dipanaskan dipanaskan
1 Asam asetat Berwarna Setelah Asam asetat
bening, dipanasakan termasuk
berupa cairan asam senyawa
cairan,bau asetat organik
khas asam mendidih dan
asetat menguap atau
menghasilkan
gas sehingga
volumenya
berkurang dari
volume awal,
dan berwarna
bening.
2 Asam phosfat Berwarna Setelah Asam phosfat
bening, dipanaskan termasuk
berupa cairan asam senyawa
cairan,bu khas phosfat tidak anorganik.
asam asetat menguap
ataupun
menghasilkan
gas sehingga
volumenya
tetap seperti
volume awal.

3 Gula Berwarna Setelah Gula


putih kristal dipanaskan termasuk
kecil, khas serbuk gula senyawa
gula,berbentuk berubah organik.
serebuk menjadi
meleleh atau
terbakakar dan
terbentuk
karamelisasi.
4 Garam Berwarna Setelah Garam
putih, bau dipanaskan termasuk
khas garam, serbuk garam senyawa
berbentuk tidak meleleh anorganik
serebuk/bubuk atau terbakar.
.

BAB V
PEMBAHASAN

Pada percobaan pertama yaitu Diambil 5 ml asam asetat dan dimasukkan


kedalam tabung reaksi, kemudian dipanaskan diatas nyala api, lalu diamati
perubahan yang terjadi pada saat dilakukan peroses pemanasan, Setelah
dipanasakan cairan asam asetat mendidih dan menguap atau menghasilkan gas
sehingga volumenya berkurang dari volume awal, dan berwarna bening. Asam
asetat termasuk senyawa organik.

Pada percobaan kedua yaitu Diambil 5 ml asam asetat dan dimasukkan


kedalam tabung reaksi, kemudian dipanaskan diatas nyala api, lalu diamati
perubahan yang terjadi pada saat dilakukan peroses pemanasan, Setelah
dipanaskan cairan asam phosfat tidak menguap ataupun menghasilkan gas
sehingga volumenya tetap seperti volume awal. Asam Phosfat termasuk senyawa
anorganik.

Pada percobaan ketiga yaitu diambil 5 ml asam asetat dan dimasukkan


kedalam tabung reaksi, kemudian dipanaskan diatas nyala api, lalu diamati
perubahan yang terjadi pada saat dilakukan peroses pemanasan, Setelah
dipanaskan serbuk gula berubah menjadi meleleh atau terbakakar dan terbentuk
karamelisasi.. Gula termasuk senyawa organik.

Pada percobaan ke empat Diambil 5 ml asam asetat dan dimasukkan


kedalam tabung reaksi, kemudian dipanaskan diatas nyala api, lalu diamati
perubahan yang terjadi pada saat dilakukan peroses pemanasan, Setelah
dipanaskan serbuk garam tidak meleleh atau terbakar. Garam termasuk senyawa
anorganik.

BAB VI
PENUTUP

6.1   Kesimpulan
1. Keberadaan senyawa organik dan anorganik dapat di identifikasi dengan melihat
perubahan atau reaksi kimia yang terjadi pada saat pemnasan asam asetat, asam
phosfat, gula dan garam.

2. Asam asetat termasuk senyawa organik karena perubahan atau reaksi kimia yang
terjadi setelah pemanasan mencirikan senyawa organik.
3. Asam phosfat termasuk senyawa anorganik karena tidak terjadi perubahan
ataupun reaksi kimia setelah dipanaskan.
4. Gula termasuk senyawa organik karena perubahan atau reaksi kimia yang terjadi
setelah pemanasan mencirikan senyawa organik.
5. Garam termasuk senyawa anorganik karena tidak terjadi perubahan ataupun
reaksi kimia setelah dipanaskan.

DAFTAR PUSTAKA
Goldberg, D.E, (2004), Kimia untuk Pemula, Erlangga : Jakarta.

Budimarwanti, C, (2009), Penggolongan Senyawa Organik dan Dasar-Dasar Reaksi,

Purba, M dan Hidayat, S, (2000), Kimia 2000, Erlangga : Jakarta.

Sumardjo, D, (2008), Pengantar Kimia, EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai