Disusun oleh:
NIM : 2020C1A005
Kelompok : 2
FAKULTAS PERTANIAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Senyawa organik adalah senyawa yang diperoleh dari makhluk hidup, seperti
hewan dan tumbuhan. Dalam istilah modern, senyawa organik adalah senyawa yang
mengandung sedikitnya satu ikatan antara karbon dengan karbon dan atau karbon
dengan hidrogen. Selain karbondan hidrogen, unsur yang paling sering dijumpai
yang terdapat dalam senyawa organik adalah oksigen, nitrogen, fosfor, belerang, dan
halogen. Dari segelintir unsur ini, telah ditemukan jutaan senyawa organik, dan
ribuan senyawa baru disintetis setiap tahunnya (Goldberg, 2004).
Apabila kita membakar kayu, maka akan didapat suatu zat berwarna hitam
yang kita sebut arang. Arang yang dihasilkan dari peristiwa pembakaran adalah
karbon (C). Hampir semua makhluk hidup baik hewan, tumbuhan, bahkan manusia
apabila dibakar akanmenghasilkan karbon, sehingga orang beranggapan bahwa
senyawa yangmengandung karbon hanya berasal dari makhluk hidup (organisme).
Berdasarkan kesimpulan itu, senyawa karbon disebut juga senyawaorganik, Senyawa
karbon lain yang tidak berasal dari makhluk hidup disebut senyawa anorganik,
misalnya plastik, serat sintetik, obat-obatan,dan lain-lain (Budimarwanti, 2009).
Meskipun tidak ada perbedaan sifat yang tegas antara senyawa organik
dengan senyawa anorganik, kedua kelompok senyawa tersebut mempunyai ciri
umum yang berbeda. Dari segi stabilitas terhadap pemanasan, senyawa organik
kurang stabil terhadap pemanasan dibandingkan senyawa anorganik, umumnya
senyawa organik sudah terurai pada suhu 700C, sedangkan senyawa anorganik belum
bisa terurai dan akan menyisakan endapan oksida logam. Hal itu terjadi karena
senyawa organik berikatan kovalen yang relative lebih lemah dibandingkan ikatan ion
yang sering terdapat dalam senyawa anorganik (Purba dan Hidayat, 2000).
Dari segi titik lebur dan titik didih, senyawa organik umumnya mempunyai
titik lebur dan titik didih yang relatif rendah dibandingkan senyawa anorganik. Hal itu
terjadi karena senyawa organik umumnya berupa molekul yang nonpolar sehingga
gaya tarik menarik antar molekulnya lemah (Purba dan Hidayat, 2000).
Dari segi kelarutan, senyawa organik umumnya lebih mudah larut dalam
pelarut yang nonpolar dari pada dalam pelarut polar seperti air,sebaliknya senyawa
anorganik lebih mudah larut dalam air. Hal itu terjadi karena senyawa organik
umumnya bersifat nonpolar, sedangkan senyawa anorganik bersifat polar atau ionik.
Dan dari segi keraktifan, reaksi senyawa organik umumnya berlangsung lebih lambat
dari pada reaksi senyawa anorganik, kecuali dalam reaksi pembakaran. Senyawa
organik kurang reaktif terhadap pereaksi lain (Purba dan Hidayat, 2000).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
BAB V
PEMBAHASAN
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Keberadaan senyawa organik dan anorganik dapat di identifikasi dengan melihat
perubahan atau reaksi kimia yang terjadi pada saat pemnasan asam asetat, asam
phosfat, gula dan garam.
2. Asam asetat termasuk senyawa organik karena perubahan atau reaksi kimia yang
terjadi setelah pemanasan mencirikan senyawa organik.
3. Asam phosfat termasuk senyawa anorganik karena tidak terjadi perubahan
ataupun reaksi kimia setelah dipanaskan.
4. Gula termasuk senyawa organik karena perubahan atau reaksi kimia yang terjadi
setelah pemanasan mencirikan senyawa organik.
5. Garam termasuk senyawa anorganik karena tidak terjadi perubahan ataupun
reaksi kimia setelah dipanaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Goldberg, D.E, (2004), Kimia untuk Pemula, Erlangga : Jakarta.