Anda di halaman 1dari 15

PEMERIKSAAN KLINIS

SALURAN PENCERNAAN PADA


ANJING DAN KUCING

Kelompok 1:
1.Dhea Nur Hendryanti Khandida (19820109)
2. Rizkika Amalia Trirahayu (19820100)
3. Ditya ariesta (19820097)
4.Luqyana Barda (19820093)
4. Mila Rosa Tus Sakdiah (19820114)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2021
Kata Pengantar

Diagnosis Klinik Veteriner merupakan salah satu mata kuliah yang ada
didalam ilmu kedokteran hewan dan selama ini telah melaksanakan perkuliahan
dan praktikum dengan memanfaatkan anjing dan kucing sebagai media
pembelajarannya. Namun. sebagai mana kita ketahui, spesies yang dihadapi
dokter hewan tidak hanya anjing dan kucing melainkan berbagai spesies
hewan.Untuk mengisi kekosongan tersebut maka kami berupaya menyediakan
media untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa kedokteran hewan
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, dan para mahasiswa lainnya yang
berkenan untuk meningkatkan kemmpuannya.
Diktat ini diperuntukan bagi mahasiswa kedokteran hewan yang belajar
melakukan pemeriksaan fisik dalam rangkaian mendiagnosis hewan. Diktat ini
memandu mahasiswa untuk menapaki tahap demi tahap pemeriksaan yangumum
diterapkan pada bidang kedokteeran hewan. Seseorang yang memanfaatkan
diktat ini untuk belasjar memeriksa hewan secara fisik, harapannya akan memiliki
pengetahuan dasar untuk melakukan pemeriksaan pada berbagai hewan. Kami
berharap diktat ini bermanfaat terutama bagi mahasiswa yang memerlukan
panduan untuk memasuki dunia kedokteran hewan. Dikta tini berharap bisa
memandu mereka menemukan jalan ke pengetahuan yang mencerahkan

Surabaya , 13 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………
Daftar Isi……………………………………………………………………
BAB I Pendahuluan
A.Latar Belakang……………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..
C. Tujuan dan Manfaat…………………………………………………….
BAB II Pembahasan
A. Pemeriksaan Gigi Geligi……………………………………………………
B. Pemeriksaan Rongga Mulut………………………………………………...
C. Pemeriksaan Kerongkongan/Esofagus……………………………………
D. Pemeriksaan Abdomen…………………………………………………….
E. Pemeriksaan Rektum, Anus, dan Sakus Analis…………………………..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………
4. Daftar Pustaka………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kucing dan Anjing merupakan salah satu hewan kesayangan yang masuk kedalam jenis
karnivora yang menempati sebagian besar penjuru dunia. Kucing memiliki karakteristik
fisik yaitu memiliki tubuh yang fleksibel dan padat, penglihatan dan adaptasi visual pada
malam hari yang tajam, kuku yang dapat ditarik masuk, gigi yang tajam, dan adaptasi yang
mencerminkannya sebagai karvivora berupa pengurangan jumlah gigi.Dokter hewan
melakukan tindakan medis yaitu dengan melakukan diagnosa dari suatu penyakit.

Diagnosa suatu penyakit yang dilakukan oleh dokter hewan berdasarkan dari
pemeriksaan fisik yaitu dengan melihat kelainan-kelainan yang dialami oleh hewan yang
diperiksa beberapa waktu yang diketahui oleh sang pemilik serta pemeriksaan penunjang
,kerongkongan membentang dari tekak (pharynx) ke lambung, melewati rongga dada
(thorax) dan menembus diafragma

Mulut digunakan terutama untuk mendapatkan, memotong atau menghancurkan, dan


mencampur makanan dengan air liur tetapi juga dapat digunakan untuk memanipulasi
lingkungan (melalui menggenggam benda) dan sebagai senjata defensif dan ofensif (Fails
dan Magee, 2018). Pemeriksaan gigi geligi pada anjing dapat dilakukan untuk mengetahui
umur serta kondisi ada tidaknya keropos pada gigi , Abdomen adalah istilah yang dipakai
untuk menyebut anggota dari tubuh yang berada di selang thorax atau dada dan pelvis pada
hewan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja pemeriksaan klinis saluran pencernaan pada anjing dan kucing?
2. Bagaimana tata cara pemeriksaan klinis saluran pencernaan pada anjing dan kucing?
3. Apa kebermanfaatan pemeriksaan klinis saluran pencernaan pada anjing dan kucing?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan makalah ini berdasarkan rumusan masalah yang ada yaitu :
1. Untuk mengetahui pemeriksaan klinis saluran pencernaan pada anjing dan kucing?
2. Untuk mengetahui tata cara pemeriksaan klinis saluran pencernaan pada anjing dan
kucing?

1.4 Manfaat
Dapat mengerti dan memahami tentang pemeriksaan klinis saluran pencernaan serta
tata cara pemeriksaan klinis saluran pencernaan pada anjing dan kucing.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemeriksaan Gigi Geligi

A. Gigi Geligi

Gigi secara mekanis mengurangi ukuran partikel makanan yang tertelan dengan
menggiling, dan pada saat yang sama meningkatkan luas permukaan makanan untuk degradasi
kimia dan mikrobiologis. Gigi juga digunakan untuk memotong; dengan cara ini makanan
dapat disajikan pertama kali ke mulut. Pada beberapa spesies, gigi berfungsi sebagai pelindung
ketika digunakan untuk menimbulkan luka dan fungsi mengumpulkan makanan ketika
digunakan untuk menangkap dan membunuh hewan lain (Reece dan Rowe, 2017)

Pemeriksaan gigi geligi pada anjing dapat dilakukan untuk mengetahui umur serta
kondisi ada tidaknya keropos pada gigi. Pemeriksaan gigi geligi pada anjing dapat dilakukan
dengan membuka mulut anjing dengan tangan kiri membuka rahang atas dan tangan kanan
membuka rahang bawah. Pada anjing yang masih belum dewasa yaitu dibawah 6 bulan, kondisi
gigi masih memperlihatkan gigi dengan warna putih susu dan pada permukaan atas gigi masih
memiliki tonjolan seperti gong. Sedangkan gigi anjing dewasa memiliki warna gigi yang agak
kekuningan serta permukaan gigi bergeligi (tidak rata) dan tidak ada tonjolan.

Penumpukan plak gigi terus menerus dapat menyebabkan timbulnya karang gigi,
radang pada gusi (ginggivitis), bau mulut, karies pada gigi, hingga menyebabkan tanggalnya
gigi

Sussunan gigi pada anjing :

M3 P3 C1 I3 | I3 C1 P3 M3 M3 P3 C1 I3 | I3 C1 P3 M3

Keterangan: I=insisivus=gigiseri C=kaninus=gigitaring P=premolar=gerahamdepan M =


molar = geraham belakang

Pemeriksaan fisik gigi dan gingiva dilakukan dengan observasi dan menggunakan
dental probe untuk mengevaluasi terbentuknya tartar (kalkulus dentals), terjadinya erosi
gingiva (periodontitis), karies maupun adanya corpora aliena pada gigi geligi. Bentuk dan
kondisi setiap gigi diperiksa untuk mengidentifikasi adanya darah, nanah, maupun benda-
benda asing yang terselip disela-sela gigi. Terjadinya periodontitis ditandai dengan gingiva
yang basah, eritematosus dapat purulen maupun nonpurulen. Sarkoma rongga mulut dapat
ditandai dengan adanya lesi berama merah, ulserasi maupan massa eksofitik.

2. 2 Pemeriksaan Mulut Dan Rongga Mulut

Mulut digunakan terutama untuk mendapatkan, memotong atau menghancurkan, dan


mencampur makanan dengan air liur tetapi juga dapat digunakan untuk memanipulasi
lingkungan (melalui menggenggam benda) dan sebagai senjata defensif dan ofensif (Fails dan
Magee, 2018). Pemeriksaaan mulut bertujuan untuk menilai ada atau tidaknya kerusakan pada
bibir dan melihat mukosa.

Pemeriksaan fisik pada rongga mulut meliputi pemeriksaan pada bibir, lidah,mukosa
mulut, gigi, gusi (gingiva), palatum durum dan palatum molle, faring tonsil dan beberapa tanda-
tanda klinis yang dapat didentifikasi dari rongga mulut. Nafsu makan menurun mengindikasi
adanya abnormalitas lokal maupun sistemik. Nafsu makan normal namun tidak bisa makan
mengindikasikan adanya kelainan pada rongga mulut dan traktus digesti. Gangguan mastikasi
dapat disebabkan oleh inflamasi (misalnya, stomatitis, gingivitis) corpora aleina, fraktur
madibula, malformasi, gangguan saraf. Gangguan deglugitasi (menelan) sering tarjadi akibat
faringitis atau abnormalitas yang terjadi pada esofagus (obstruksi, tumor). Hipersalivasi
(ptialismus) sering terjadi pada kasus rabies maupun intoksikasi. pseudoptialismus
mengindikasikan bahwa produksi saliva normal. namun hewan tidak dapat deglugitasi.

A. Pemeriksaan fisik bibir

Pemeriksaan ditujukan untuk mengevaluasi bentuk, simetrisitas, pigmentasi, inflamasi,


lesi maupun massa abnormal, dilakukan dengan observasi dan palpasi. Bentuk bibir tampak
jatuh pada satu sisi pada hewan dengan gangguan paralisis N. Facialis, Anjing dan kucing yang
mengalami penyakit immune-mediated sering menunjukkan terjadinya depigmentasi pada area
mucocutaneus. Lesi bibir juga sering terjadi pada hewan yang mengalami infeksi pemphigus
vulgaris.

B. Pemeriksaan Fisik Mukosa Mulut


Terutama ditujukan untuk mengamati adanya lesi, perubahan wama mukosa (mukosa
mulut normal berwama merah muda), kelembapan normal, capillary refill time, Lesi dapat
berupa lesi yang memang secara primer terjadi pada mukosa mulut, namun juga harus
dicermati bahwa lesi tersebut dapat berkaitan dengan penyakit lain yang bersifat sistemik
(epalitis, pazangmal akut maupun Kronis). Warna mukosa rongga mulut pada umumnya merah
muda, , jika berwarna pucat maka anjing tersebut dapat dikatakan anemia atau dehidrasi yang
dapat diakibatkan oleh beberapa faktor (Patel et al., 2018) warna mukosa menjadi merah pada
kondisi inflamasi; Warna mukosa menjadi kuning pada kondisi ikterus dan warna mukosa
menjadi biru maupun biru kehitaman pada kondisi stanosis

C. Pemerilksaan Pada Palatum Durum dan Palatum Molle, Lidah

Pemeriksaan palatum durum dan palatum molle ditujukan untuk mengetahui adanya
abnormalitas pertumbuhan dari palatum, inflamasi, lesi, erosi maupun corpora aliena.
Pemeriksaan lidah dilakukan untuk mengevaluasi kondisi simetri antara sisi kiri dan kanan,
permukaan dorsal maupun lateral lidah, perubahan warna, inflamasi dan lesi serta adanya
corpora aliena.

Warna lidah normal yaitu rose, permukaan lidah licin-mengkilat dan basah serta tidak
ada kerusakan permukaan pada lidah. Pemeriksaan lidah juga bertujuan untuk menilai apakah
terjadi kelainan kogenital atau tidak dan melihat mukosanya (Bickley 2008).

2.3 Pemeriksaan Abdomen

Abdomen adalah istilah yang dipakai untuk menyebut anggota dari tubuh yang
berada di selang thorax atau dada dan pelvis pada hewan. Dalam bahasa Indonesia umum,
sering pula dikata dengan perut. Anggota yang ditutupi atau dilingkupi oleh abdomen dikata
cavitas abdominalis atau rongga perut. Cavum abdomen dipisahkan dari cavum thoracalis
oleh diafragma (pars muscularis & centrum tendineum) di sisi cranial dan di caudal oleh
cavum pelvis, dilapisi oleh peritonium parietalis pada dindingnya baik sebagian atau seluruh
alat-alat viscera dilapisi oleh peritonium visceralis. Dalam decade terakhir, aspek teori dan
praktis kedokteran hewan telah mengalami perkembangan. Namun demikian terdapat dua
kemampuan intelektual dasar yang tidak ikut mengalami perubahan yaitu cara menentukan
diagnose dan tata laksana yang tepat untuk seekor hewan. Abdomen dapat diperiksa dengan
Teknik inspeksi, palpasi dan pemeriksaan rektal, jika perlu dapat pemeriksaan dengan teknik
perkusi dan auskultasi. Berbagai pemeriksaan tambahan lain juga dapat dilakukan, misalnya
radiografi, ultrasonografi, abdomini parasntesis, endoskopi, dan laparatomi eksploratif.
Pemeriksaan penunjang tersebut dilakukan tergantung pada haasil pemriksaan fisik yang
dilakukan. Pemeriksaan fisik pada regio abdomen merupakan pemeriksaan yang sangat
kompleks karena hamper sebagian besar organ visceral di dalam rongga abdomen
(Lukiswanto et al, 2013)

Pemeriksaan fisik regio abdomen dilakukan pada kedua sisi abdomen dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultadi. Inspeksi abdomen dilakukan untuk mengidentifikasi
terjadinya gangguan abdomen secara regional maupun keseluruhan. Kontur dan pergerakan
diamati, kontur yang ekstrem terlihat denga adanya distensi abdomen yang luar biasa yang
seringkali terjadi pada kasus asites, bunting, dengan jumlah fetus yang banyak ataupun fetus
yang terlalu besar, hepatomegaly, pembesaran organ-organ intraabdominal lainnya maupun
adanya massa intraabdominal (Lukiswanto et al, 2013). Observasi baik dilakukan saat pasien
anjing atau kucing sedang berdiri di atas meja periksa atau pasien diamati saat melangkah ke
ruang atau meja periksa. Pemeriksa perlu mengamati tampilan luar (conformation) abdomen,
karena selain normal, abdomen mungkin teramati membesar atau sangat membesar,
sehingga dinding abdomen teramati mengencang. Pemeriksa dapat juga mengamati tanda-
tanda hewan sedang mengalami nyeri abdomen, antara lain : Berdiri dengan kaki belakang
berada lebih di depan daripada biasanya, sehingga tekanan terhadap abdomen berkurang,
Punggung membusur melengkung ke atas, Pasien berjalan dengan langkah pendek-pendek,
dan Pasien berbaring dengan gaya praying position jika hewan merasakan nyeri yang tak
tertahankan.

Pasien kucing atau anjing yang akan dilakukan perabaan (palpasi) terhadap
abdomennya dibuat berbaring ke sisi kanannya. Posisi berbaring ke sisi kanan membuat
limpa yang ada di sisi kri abdomen akan terdorong ke permukaan, sehingga membuatnya
lebh mudah diperiksa. Pastikan kedua tangan secara lembut mulai dari dorsal dan berjalan
kearah ventral abdomen dengan tujuan agar organ visceral dapat dirasakan oleh jari tangan
kita. Rasa sakit saat palpasi dapat membantu untuk menetapkan organ-organ yang
mengalami abnormalitas. Namun sejatinya lambung anjing dan kucing sangat sulit untuk
dipalpasi, kecuali ada benjolan tumor yang besar di dinding lambung, atau terjadi lambung
memuntir (torsio ventrikulus) sehingga lambung mengalami salah letak (displacement).
Palpasi pada kranial abdomen bermanfaat untuk mengevaluasi lambung, liver, limpa,
pancreas, dan usus halus. Pada area ini memungkinkan kita melakukan palpasi pada
duodenum intestinal loop.
Abdomen kalau diperkusi akan menimbulkan suara yang timpani. Suara yang muncul
tidak bersifat timpani jika lokasi perkusi tepat nerada di atas organ yang tidak mengandung
udara seperti limpa, hati, dan kantung kencing. Abdomen yang terisi cairan (ascites) jika
diperkusi akan mengeluarkan suara redup. Bila akan adanya cairan di dalam rongga
abdomen, maka pemeriksa harus memastikan abdomen kembung di sisi ventral kiri dan
kanan, guna lebih meyakinkan pemeriksa dapat mengetuk salah satu dinding abdomen,
sementara telapak tangan yang lain mera-sakan gelombang cairan akibat ketukan di dinding
sebelah. Untuk melakukan pemeriksaan auskultasi, ruang periksa mesti dikondisikan
setenang mungkin agar suasana menjadi hening, dengan demikian pemeriksa bisa
mendengar suara organ dalam abdomen dengan baik. Suara perut borborigmi tersebut
sebenarnya berasal dari ingesta cair yang bercampur dengan udara saat gerakan peristaltik
berlangsung. Kadang-kadang saking kerasnya, pemeriksa dapat mendengan suara
borborigmus tanpa bantuan alat stetoskop , Suara borborigmi tersebut volumenya bisa
bertambah keras atau melemah. Jika saat melakukan auskultasi, suara borborigmi tidak
terdengar itu merupakan pertanda kurang baik atau abnormal, karena hal tersebut berarti
saluran pencernaan berhenti befungsi (Batan, 2018)

2.4 Pemeriksaan Esofagus/Kerongkongan

Esofagus merupakan bagian dari traktus digesti yang berada diantara oropharyng dan
lambung hewan mamalia. Fungsi utama esofagus adalah membawa ingesta dari cavum oral
menuju lambung (Moore 2008). Esofagus atau kerongkongan membentang dari tekak
(pharynx) ke lambung, melewati rongga dada (thorax) dan menembus diafragma. Pada hewan
dinding esofagus itu tersusun atas 4 lapisan : lamina fibrosa, lamina muskularis, submukosa
dan membrana mukosa (selaput lendir). Pada banyak hewan (sapi, domba dan anjing) serabut-
serabut otot bergaris membentuk otot-otot sirkuler dan longitudinal sepanjang esofagus, tetapi
pada hewan lain (babi), proporsi yang bervariasi dari bagian kaudal esofagus terdiri dari otot
polos (Utami dkk, 2018)

Pemeriksaan esofagus memerlukan observasi dan palpasi. Pengamatan menelan dapat


dengan mudah dievaluasi dengan menawarkan dosis kecil air yang diberikan secara oral.
Hewan yang menunjukkan upaya menelan yang menyakitkan, sering, atau spontan mengalami
disfagia dan harus menjalani pemeriksaan yang lebih komprehensif. Palpasi hati-hati leher
untuk bukti lesi obstruktif merupakan bagian penting dari pemeriksaan. Namun, lesi di dalam
esofagus harus dievaluasi dengan menggunakan radiografi atau gastroskopi. Tanda-tanda
penyakit kerongkongan termasuk regurgitasi; spontan, sering atau menyakitkan menelan; dan
penurunan berat badan. Anjing dengan regurgitasi yang terkait dengan lesi esofagus sering
mengalami pneumonia aspirasi dan faringitis.

Pemeriksaan esofagus terbatas pada evaluasi eksternal dan palpasi ventral leher.
Pengamatan menelan dapat dievaluasi secara sederhana dengan menawarkan (memaksa) dosis
kecil air yang diberikan secara oral. Hewan yang menunjukkan upaya yang menyakitkan,
sering, atau spontan menelan mengalami disfagia dan harus menjalani pemeriksaan yang lebih
komprehensif penyelidikan. Palpasi leher yang hati-hati untuk bukti lesi obstruktif merupakan
hal yang penting bagian dari pemeriksaan. Namun, lesi di dalam kerongkongan harus
dievaluasi dengan penggunaan radiografi atau gastroskopi. Tanda-tanda penyakit
kerongkongan termasuk regurgitasi; menelan spontan, sering, atau menyakitkan; dan
penurunan berat badan. Anjing dengan regurgitasi terkait dengan lesi esofagus sering
mengalami pneumonia aspirasi dan faringitis.

Disfagia orofaringeal telah digambarkan sebagai kesulitan memulai menelan atau lewat
makanan melalui mulut atau tenggorokan, sedangkan disfagia esofagus ditandai dengan
kesulitan mengangkut bahan ke bawah kerongkongan Obstruksi atau penyumbatan seringkali
yang menyebabkan gangguan pada fungsi esofagus (Louis et al, 2018). Obstruksi esofagus
dapat disebabkan karena benda asing, striktura maupun massa (Radlinsky dan Fossum 2019;
Burton dkk 2017). Diagnosis gangguan pada esofagus ditegakkan berdasar riwayat,
pemeriksaan klinis, imaging, dan/ atau endoskopi. Gejala klinis yang paling sering dialami
hewan yang mengalami obstruksi esofagus adalah regurgitasi dan disfagia (Radlinsky dan
Fossum 2019; Archibald 1965).

2.5 Pemeriksaan Rektum, Anus, dan Sakus Analis

Rektum merupakan bagian belakang dari usus kasar (kolon) dan tersambung dengan
anus. Anus terletak pada bagian paling ujung dari Kolon. Sedangkan, Rektum terletak di 5 -6
cm sebelum anus. Rektum memiliki garis tengah dan diameter yang beragam, garis tengah ini
bergantung pada ras hewan dan juga ukuran hewan. Rektum diinervasi oleh Nervus pudendus
yang pangkal nya terletak pada medula spinalis khusunya pada sakrum ke 1, 2, dan 3. Selain
itu, Nervus Pudendus juga menginervasi spinchter anal eksterna dan regio perianal. Sedangkan,
Spinchter anal interna di inervasi oleh Plexus Pelvis.
Pemeriksaan saluran pencernaan dilakukan dengan cara digital examination atau
melakukan palpasi rektum dengan jari dan di lakukan dengan memakai sarung tangan, baik
plastik tipis maupun karet atau latex. Pada saat melakukan palpasi perlu diperhatikan warna
dan juga konsistensi dari feses.

Selain pengecekan feses, perlu dilakukan pengecekan fisik rektum dengan cara dirasakan dan
diraba apakah ada penyempitan rectum (striktura) atau adanya perluasan rektum (diver-
tikulum). Pada saat melakukan palpasi dengan jari terhadap rectum, mukosa rectum bisa
diamati saat menarik jari dari rectum dan juga pengecekan reflek spinhcterani. Spinhcterani
yang normal yaitu langsung menutup pada saat pemasangan termometer.

Selanjutnya, Pengecekan pada os pelvis untuk memeriksa adanya fraktur pada tulang
pelvis. Pengecekan kanalis pelvis atau saluran peranakan dengan cara dirasakan
kesimetriannya. Pengecekan penyumbatan saluran pencernaan seperti adanya tumor pada
glandula analis atau tumor/polip pada rektum. Pada anjing bisa diperiksa. berukuran
medium/sedang atau anjing besar, kelenjar prostat yang berada di pangkal penis

Untuk pemeriksaan lebih lanjut untuk diagnosi yang definitif bisa memerlukan bantuan
peralatan seperti : sonde lambung (gastric tube), esofagoskopi, radiografi (sinar-X/sinar
Röntgen), ultrasonografi (USG), test meal, proktoskopi, dan patologi klinik. Pada pemeriksaan
rectum yang dilakukan dengan bantuan proktoskop/anuskop memerlukan pembiusan epidural.

Ada gejala klinis tanda utama penyakit anorektal yang dapat terlihat yaitu
Merejan/tenesmus dan berak darah/dischezia merupakan. Dalam pemeriksaan ini, perlu
diperhatikan daerah anal eksternal dan perianal apakah terdapat radang, kebengkakan, atau
tumor pada kripta mukokutaneus junction.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pemeriksaan klinis merupakan rangkaian yang penting untuk mencapai


diagnosa definitif, dan pemberian terapi yang paling tepat. Pada pemeriksaan klinis
pencernaan memiliki beberapa rangkaian pemeriksaan mulai dari pemeriksaan gigi
geligi seperti jumlah gigi struktur gigi dan juga pemeriksaan plak atau tartar, rongga
mulut meliputi bibir dan
gusi, pemeriksaan esofagus, pemeriksaan abdomen dengan cara palpasi, hingga
pemeriksaan anus dengan cara digital examination. Pemeriksaan klinis bisa
dilakukan hanya dengandiamati dan melakukan palpasi bahkan menggunakan alat
penunjang diagnostika klinik seperti Ultrasonografi (USG), Radiografi (X-ray) dan
lainnya
DAFTAR PUSTAKA

Baiti Nur. 2020. Diagnosa Klinik Pemeriksaan Saluran Pencernaan

Batan, W.I., 2018. Pemeriksaan Klinik Saluran Pencernaan pada Anjing dan Kucing. Lab
Diagnosis Klinik Veteriner dan Lab Patologi Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran
Hewan. Vol. 1 N0: 33-43
Bickley, Lynn.2008.Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan.Jakarta : EGC
Ford RB, Mazzaferro EM. 2006. Kirk and bistner’s handbook of veterinary procedures and
emergency treatment. 8th Ed. Philadelphia. Saunders Elsevier.
Ford RB, Mazzaferro EM. 2012. . Kirk and bistner’s handbook of veterinary procedures and
emergency treatment. 9th Ed. Philadelphia. Saunders Elsevier.
Lukiswanto B dan Yuniarti W.2013. Pemeriksaan Fisik Pada Anjing Dan Kucing.
Surabaya,Indonesia.
Louis WC. Liu, Christopher N. Andrews, David Armstrong, Nicholas Diamant, Nasir Jaffer,
Adriana Lazarescu, Marilyn Li, Rosemary Martino, William Paterson, Grigorios
I. Leontiadis, Frances Tse . 2018 . Clinical Practice Guidelines for the Assessment of
Uninvestigated Esophageal Dysphagia . Journal of the Canadian Association of
Gastroenterology
Louis WC. Liu, Christopher N. Andrews, David Armstrong, Nicholas Diamant, Nasir Jaffer,
Adriana Lazarescu, Marilyn Li, Rosemary Martino, William Paterson, Grigorios
I. Leontiadis, Frances Tse . 2018 . Clinical Practice Guidelines for the Assessment of
Uninvestigated Esophageal Dysphagia . Journal of the Canadian Association of
Gastroenterology
Patel,dkk. 2018. Therapeutic management of leptospirosis in a two dogs: a case report. Int. J.
Curr. Microbiol. App. Sci. 7(3): 2966-2972.
Tri Utami, Tarsisius Considus Tophianong . 2018. LAPORAN KASUS: Penanganan Obstruksi
Esofagus Pada Anjing Labrador Retriever. Jurnal Kajian Veteriner. Vol. 6 No. 2 : 78-84
Utama I, dkk.2017. Prevalensi dan Distribusi Plak Gigi pada Gigi Anjing (Canis familiaris) di
Daerah Denpasar – Bali. Denpasar Bali,Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai