Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI PENYAKIT PARU

OBSTRUKTIF KRONIK DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN


BERSIHAN JALAN NAPAS
(di Ruang Melati RSUD Bangil Pasuruan)

Anggit Wibowo1 Maharani Tri P 2 Afif Hidayatul A 3


123
STIKes Insan Cendekia Medika Jombang
1
email : anggitw00@gmail.com 2email : maharanitripus@gmail.com 3email :
affinna88@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) masih menjadi ancaman bagi
masyarakat dunia. Penyakit ini memiliki prognosis yang akan terus memburuk seiring
dengan bertambahnya waktu, salah satu dampak yang akan dirasakan oleh pasien adalah
adanya batuk produktif yang terjadi terus menerus. Aktifasi sel ini akan menyebabkan
akumulasi sekret sehingga terjadi ketidakefektifan bersihan jalan nafas.Tujuan penelitian ini
mampu memberikan asuhan keperawatan klien yang mengalami penyakit paru obstruktif
kronik dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di RSUD. Desain penelitian ini
menggunakan metode studi kasus, pada 2 klien paru obstruktif kronik dengan
ketidakefektifan bersihan jalan napas. Pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi
dan pemeriksaan fisik. Analisa data dengan cara pengumpulan data, pengkajian data dan
kesimpulan Etik penelitian: surat persetujuan, tanpa nama, kerahasiaan. Hasil penelitian
kedua klien riwayat perokok aktif pada klien 1 sesak nafas disertai batuk terdapat suara nafas
tambahan ronchi, hipersonor serta respirasi: 36 kali/menit, sedangkan klien 2 keluhan utama
yaitu sesak nafas terdapat suara nafas tambahan ronchi, hipersonor serta respirasi: 35
kali/menit. Kesimpulan bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan klien pada
klien penyakit paru obstruktif kronis diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan
lainnya agar hasil dapat dicapai secara maksimal. Saran bagi klien dan keluarga sebaiknya
klien menjaga pola kesehatan yang baik dengan berhenti merokok dan rutin berolahraga
serta mengikuti anjuran dari dokter.

Kata kunci : Penyakit paru obstruktif kronik, ketidakefektifan bersihan jalan napas.

NURSING CARE IN CLIENTS WHO HAVE CHRONIC OBSTRUCTIVE


PULMONARY DISEASE WITH ROAD CLEAN INFECTIVE
BREATHING
(Study In The Melati Space General Hospital Bangil Pasuruhan Area)

ABSTRACT

Introduction chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is still a threat to the world
community. This disease has a prognosis that will continue to deteriorate over time, one of
the effects that will be felt by patients is the productive cough that occurs continuously. This
cell activation will cause accumulation of secretions resulting in ineffective airway
clearance. This research of this study is able to provide nursing care for clients who
experience chronic obstructive pulmonary disease with the ineffectiveness of airway
clearance in hospitals. The design of this study uses the case study method, in 2 chronic
obstructive pulmonary clients with ineffective airway clearance. Data collection by
interview, observation and physical examination. Data analysis by collecting data, reviewing
data and conclusions Research ethics: approval letter, anonymous, confidentiality. The
results of the study of both clients history of active smokers on the client 1 shortness of
breath accompanied by cough there are additional breath sounds ronchi, hypersonor and
respiration: 36 times/ minute, while the client 2 main complaints namely shortness of breath
there are additional breath sounds ronchi, hipersonor and respiration: 35 times / minute.
The conclusion For nurses in conducting client nursing care for clients of chronic
obstructive pulmonary disease, it is expected that they always coordinate with other health
teams so that results can be achieved optimally. Suggestion It is expected that the client
maintains good health patterns by stopping smoking and exercising regularly and following
the advice of the doctor.

Keywords: chronic obstructive pulmonary disease, ineffectiveness of airway clearance.

PENDAHULUAN PPOK adalah penyakit yang dicirikan oleh


keterbatasan aliran udara yang bersifat
Penyakit paru obstruktif kronik masih progresif dan dikaitkan dengan respon
menjadi ancaman bagi masyarakat dunia inflamasi paru yang tidak normal terhadap
(Quaderi & Hurst, 2018). PPOK akan partikel atau gas berbahaya, yang
berdampak negatif terhadap kesehatan menyebabkan penyempitan jalan nafas,
penderita (Silalahi, K. L., & Siregar, T. H. hipersekresi mukus (Brunner & Suddarth,
2019). Penyakit ini memiliki prognosis 2016). Penyakit Paru Obstruktif Kronik
yang akan terus memburuk seiring dengan (PPOK) merupakan penyakit umum, dapat
bertambahnya waktu, salah satu dampak dicegah dan diobati yang dicirikan oleh
yang akan dirasakan oleh pasien adalah gejala pernafasan terus-menerus dan
adanya batuk produktif yang terjadi terus keterbatasan aliran udara yang disebabkan
menerus (Somantri I, 2018). Batuk yang oleh saluran napas dan / atau kelainan
terjadi pada pasien PPOK merupakan alveolar biasanya disebabkan oleh paparan
akibat dari proses inflamasi bronkus, yang signifikan terhadap partikel atau gas
akibatnya aktivitas sillia menurun dan berbahaya (GOLD, 2019).
terjadi aktifasi sel goblet (Masriadi, 2016).
Aktifasi sel ini akan menyebabkan PPOK merupakan perpaduan dari dua
akumulasi sekret sehingga terjadi penyakit yang terjadi bersamaan yaitu
ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Sari, bronkitis kronis dan emfisema. Bronkitis
N K dan Suhartono, 2016). kronis merupakan kelainan pada bronkus
yang sifatnya menahun yang disebabkan
Diperkirakan 328 juta orang memiliki oleh beberapa faktor yang mengakibatkan
COPD di seluruh dunia. Dalam 15 tahun, produksi mukus berlebih, sedangkan
COPD diperkirakan menjadi penyebab emfisema merupakan kelainan yang terjadi
utama kematian di seluruh dunia (Quaderi pada alveolar (Somantri, 2018).
& Hurst, 2018). PPOK menjadi urutan
pertama pada kelompok penyakit paru di Pada NANDA disebutkan penyebab
Negara Indonesia dengan angka kesakitan terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan
(35%). Prevalensi PPOK tertinggi terdapat napas pada PPOK ada dua yaitu fisiologis
di Nusa Tenggara Timur (10,0%) (Qamila dan situasional. Fisiologis ketidakefektifan
et.al., 2019). Prevalensi PPOK di Jawa bersihan jalan napas disebabkan karena
Timur sebesar 3,6% (Hermanto, 2018). hipersekresi jalan nafas serta sekresi yang
Berdasarkan data rekam medic RSUD tertahan akibat dari peningkatan jumlah sel
Bangil bulan November dan Desember dan bertambahnya ukuran sel kelenjar
penghasil mukus menyebabkan
hipersekresi mukus di saluran nafas.
2019 didapatkan penderita PPOK sejumlah Secara situasional ketidakefektifan
139 pasien (Rekam Medik RSUD Bangil, bersihan jalan napas disebabkan karena
2019). merokok aktif, merokok pasif, serta
terpajan polutan. Banyaknya mukus yang
kental dan lengket serta menurunnya frekuensi ekserbasi, dan percepatan
pembersihan mukosiliar menyebabkan penurunan fungsi paru, yang mana semua
ketidakefektifan bersihan jalan napas. itu dapat meningkatkan risiko kejadian
Adapun tanda dan gejala mayor jika terjadi PPOK (Ikawati, 2016)
ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu
sputum yang berlebih, batuk tidak efektif, Sedangkan untuk faktor risiko yang berasal
suara napas mengi, wheezing, ronkhi dari host/pasiennya sebagai berikut: Usia
kering, sianosis, dyspnea, frekueansi napas Semakin bertambahnya usia semakin besar
berubah dan gelisah (NANDA, 2018) resiko menderita PPOK. Jenis kelamin
Laki-laki lebih berisiko terkena PPOK dari
Faktor risiko utama yang mempengaruhi pada wanita hal ini terkait dengan
berkembangnya penyakit PPOK, yang kebiasaan merokok pada laki-laki.
dibedakan menjadi faktor paparan prevalensinya pada laki-laki sebesar 4,2%
lingkungan dan faktor host/penderitanya. dan perempuan 3,3% (Depkes RI, 2013)
Adapun faktor yang disebabkan karena Adanya gangguan fungsi paru yang
paparan lingkungan (Ikawati, 2016) antara memang sudah ada Adanya gangguan
lain yaitu: Merokok merupakan penyebab fungsi paru-paru merupakan faktor risiko
utama terjadinya PPOK pada perokok terjadinya PPOK, misalnya infeksi pada
dengan risiko 30 kali lebih besar masa kanak-kanak seperti TBC dan
dibandingkan dengan yang bukan perokok. bronkiektasis atau defisiensi
Kematian akibat PPOK terkait dengan usia Immunoglobin A (IgA/ Hypogam
mulai merokok, jumlah rokok yang maglobulin) (Ikawati, 2016)
dihisap, dan status merokok yang terakhir
saat PPOK mulai berkembang. Namun, Tanda dan gejala yang biasa dialami pasien
bukan berarti semua penderita PPOK PPOK yang mengalami ketidakefektifan
merupakan perokok karena kurang lebih bersihan jalan napas menurut (Ikawati,
10 % orang yang tidak merokok mungkin 2016) sebagai berikut : Batuk kronis
juga menderita PPOK karena secara tidak selama 3 bulan dalam setahun, terjadi
langsung terpapar asap rokok sehingga berselang atau setiap hari, dan seringkali
menjadi perokok pasif (Ikawati, 2016) terjadi sepanjang hari. Produksi sputum
secara kronis Lelah, lesu. Sesak nafas
Pekerjaan juga dapat menjadi penyebab (dispnea) bersifat progresif sepanjang
terkena penyakit PPOK karena beberapa waktu, memburuk jika berolahraga, dan
pekerjaan berisiko menjadi pemicu terkena memburuk jika terkena infeksi pernapasan.
penyakit ini. Pada pekerja industri keramik Penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik
yang terpapar debu, pekerja tambang emas (cepat lelah, terengah-engah)
dan batu bara, atau pekerja yang terpapar
debu katun dan debu gandum, dan asbes, Rokok, polusi udara dan riwayat ISPA
mempunyai risiko yang lebih besar untuk merupakan salah satu penyebab PPOK.
terkena penyakit PPOK (Ikawati, 2016) Pajanan terhadap beberapa zat ini dapat
menyebabkan terjadinya inflamasi (Sari,
Polusi udara pasien yang mengalami 2016). Produksi mukus berlebihan akan
disfungsi paru akan menjadi memburuk menyebabkan terjadinya penumpukan
gejalanya dengan adanya polusi udara. mukus. Penumpukan mukus terjadi karena
Polusi ini bisa berasal dari luar rumah terhambatnya pembersihan mukosiliar dan
maupun dari dalam rumah seperti asap berkurangnya epitel bersilia yang
pabrik, asap kendaraan bermotor, asap membersihkan mukus yang disebabkan
dapur, dan lain- lain (Ikawati, 2016) oleh adanya proses penyakit sehingga
mengakibatkan ketidakefektifan bersihan
Infeksi Adanya peningkatan kolonisasi jalan napas (Lestari, 2019).
bakteri menyebabkan peningkatan
inflamasi yang dapat diukur dari penatalaksanaan bersihan jalan nafas dapat
peningkatan jumlah sputum, peningkatan dilakukan dengan intervensi chest
fisioterapi dan pemberian teknik batuk ketidakefektifan bersihan jalan napas di
efektif yang bertujuan untuk mengeluarkan ruang melati Rumah Sakit Umum Daerah
sputum dan pengontrolan pernapasan Bangil Pasuruan. Melaksanakan tindakan
untuk mengurangi sesak (Nursing keperawatan klien yang mengalami
intervention classification, 2019) penyakit paru obstruktif kronik dengan
ketidakefektifan bersihan jalan napas di
Hasil penelitian terkait fisioterapi dada ruang melati Rumah Sakit Umum Daerah
menunjukkan adanya pengaruh pemberian Bangil Pasuruan. Melakukan evaluasi
fisioterapi dada, batuk efektif dan keperawatan klien yang mengalami
nebulizer terhadap peningkatan saturasi penyakit paru obstruktif kronik dengan
oksigen dalam darah sebelum dan sesudah ketidakefektifan bersihan jalan napas di
intervensi pada pasien PPOK (Nurmayati ruang melati Rumah Sakit Umum Daerah
et.al., 2019). Selain itu tindakan Bangil Pasuruan.
keperawatan yang dapat diberikan untuk
proses rehabilitasi pasien PPOK adalah Manfaat teoritis yaitu hasil penelitian ini
dengan senam pernafasan. Senam dapat menambah khasanah keilmuan untuk
pernapasan merupakan sebuah olahraga perkembangan pengetahuan ilmu
tradisional yang memberikan pelayanan, keperawatan dalam asuhan keperawatan
pendidikan dan pelatihan dengan pola olah medikal bedah dan menambah wawasan
napas, olah gerak, dan olah batin serta dalam mencari pemecahan masalah pada
pemanfaatan energi kehidupan untuk klien yang mengalami penyakit paru
kesembuhan (Ruliati & Maharani, 2018). obstruktif kronik dengan ketidakefektifan
Dari latar belakang permasalahan tersebut bersihan jalan napas.
diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut : “Bagaimanakah asuhan Manfaat praktis yaitu Asuhan
keperawatan klien yang mengalami keperawatan ini dapat dijadikan informasi
penyakit paru obstruktif kronik dengan sebagai bahan pertimbangan serta sebagai
ketidakefektifan bersihan jalan napas?”. referensi untuk menambah pengetahuan,
keterampilan dan sikap perawat khususnya
Batasan masalah pada studi kasus ini dalam kasus pada klien yang mengalami
dibatasi pada Asuhan Keperawatan Klien Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan
Yang Mengalami Penyakit Paru Obstruktif ketidakefektifan bersihan jalan napas di
Kronik dengan Ketidakefektifan Bersihan Rumah Sakit Umum Daerah Bangil
Jalan Napas di Ruang Melati Rumah Sakit Pasuruan. Manfaat untuk klien dan
Umum Daerah Bangil Pasuruan. keluarga klien sebagai tambahan ilmu
pengetahuan dalam meningkatkan
Tujuan penelitian ini mampu memberikan pelayanan perawatan pada klien yang
asuhan keperawatan klien yang mengalami mengalami Penyakit Paru Obstruktif
penyakit paru obstruktif kronik dengan Kronik dalam pelaksanaan asuhan
ketidakefektifan bersihan jalan napas. keperawatan. Selain itu studi kasus ini
Tujuan khusus: melakukan pengkajian diharapkan dapat meningkatkan efektifitas
keperawatan klien yang mengalami tindakan keperawatan yang diterima oleh
penyakit paru obstruktif kronik dengan klien yang mengalami Penyakit Paru
ketidakefektifan bersihan jalan napas di Obstruktif Kronik dengan ketidakefektifan
ruang melati Rumah Sakit Umum Daerah bersihan jalan napas.
Bangil Pasuruan. Menetapkan diagnosa
keperawatan klien yang mengalami
penyakit paru obstruktif kronik dengan BAHAN DAN METODE PENELITIAN
ketidakefektifan bersihan jalan napas di
ruang melati Rumah Sakit Umum Daerah Desain penelitian menggunakan metode
Bangil Pasuruan. Menyusun perencanaan studi kasus. Studi kasus merupakan
keperawatan klien yang mengalami rancangan penelitian yang mencakup
penyakit paru obstruktif kronik dengan pengkajian satu unit penelitian secara
intensif (Nursalam, 2017). Penelitian ini terjadi agar data dapat terkumpul sesuai
adalah penelitian untuk mengeksplorasi dengan rencana yang telah ditetapkan
masalah asuhan keperawatan klien yang (Nursalam, 2017).
mengalami Penyakit Paru Obstruktif Wawancara merupakan cara
Kronik dengan Ketidakefektifan Bersihan mengumpulkan informasi dari klien.
Jalan Napas di Ruang Melati Rumah Sakit Wawancara ini juga dapat disebut sebagai
Umum Daerah Bangil Pasuruan riwayat keperawatan. Jika wawancara
tidak dilakukan ketika klien masuk
Partisipan pada kasus ini adalah 2 klien keperawatan fasilitas kesehatan,
yang mengalami Penyakit Paru Obstruktif wawancara ini dapat disebut sebagai
Kronik dengan Ketidakefektifan Bersihan wawancara saat masuk. Ketika seorang
Jalan Napas di Ruang Melati Rumah Sakit dokter mengumpulkan informasi ini maka
Umum Daerah Bangil Pasuruan. 2 klien disebut sebagai riwayat medis. Pada
PPOK dalam keadaan sadar. 2 klien yang beberapa area, perawat terdaftar mengkaji
kooperatif. 2 klien PPOK dengan masalah riwayat keperawatan, dengan dibantu oleh
ketidakefektifan bersihan jalan nafas. 2 mahasiswa keperawatan. Mengkaji data
klien yang dirawat di ruang Melati RSUD dan bekerja sama dengan tim untuk
Bangil Pasuruan. Usia 45-59 Tahun memformulasi diagnosis keperawatan dan
merencanakan asuhan keperawatan
Pemilihan ini didasari pada hasil beberapa (Nursalam, 2017).
penelitian dimana penderita PPOK paling Setiap fasilitas memiliki format
sering terjadi pada usia lebih dari 40 tahun kesehatannya sendiri untuk dilengkapi
dan laki-laki memiliki prevalensi yang bersama dengan klien dan tim kesehatan
lebih tinggi karena banyak dari mereka lainnya. Format dapat disusun menurut
yang merupakan perokok (Yudhawati & kebutuhan khusus pasien atau sesuai
Prasetiyo, 2019). dengan sistem tubuh. Asuhan jangka
panjang, layanan kesehatan dirumah dapat
Lokasi studi kasus ini akan dilaksanakan di menggunakan format sesuai dengan
Ruang Melati RSUD Bangil jalan Raya kebutuhan khusus klien. Menggunakan
Raci Bangil, Balungbendo, Masangan, wawancara dan mendokumentasikan
Bangil, Pasuruhan, Provinsi Jawa Timur. informasi kedalam catatan perkembangan
Waktu ditetapkan yaitu sejak pertama klien keperawatan. Selama wawancara
MRS sampai klien pulang, atau klien yang berlangsung perawat dapat memandu
di rawat minimal 3 hari. Jika selama 3 hari percakapan dengan pertanyaan langsung.
klien sudah pulang, maka perlu Untuk lebih efektif dan efisiensi yang
penggantian klien lainnya yang maksimal, dapat direncanakan wawancara
mempunyai kasus sama. Karya tulis ilmiah sebelum bertemu klien. Memberitahu klien
dimulai pada bulan Februari 2020. bahwa tujuan wawancara adalah untuk
merencanakan asuhan yang efektif yang
Pengumpulan data adalah suatu proses akan memenuhi kebutuhan klien
pendekatan kepada subyek dan proses (Nursalam, 2017).
pengumpulan karakteristik subjek yang Ketika mengumpulkan informasi, semua
diperlukan dalam suatu penelitian. metode komunikasi harus dilakukan.
Langkah-langkah pengumpulang data Pengumpulan data dan pengkajian adalah
bergantung rancangan penelitian dan pertanyaan terbuka, pertanyaan terperinci,
teknik instrumen yang digunakan ketrampilan observasi dan taktil. Klien
(Nursalam, 2017). memiliki hak untuk menolak menjawab
Selama proses pengumpulan data, peneliti pertanyaan yang menurut mereka terlalu
memfokuskan pada penyediaan subjek, pribadi. Pada beberapa kasus, mungkin
melatih tenaga pengumpul data (jika perlu dibicarakan dengan anggota keluarga
diperlukan), memperhatikan prinsip- karena kebanyakan dari pasien biasanya
prinsip validitas dan rehabilitas, serta bingung untuk berespon. Harus melindungi
menyelesaikan masalah-masalah yang kerahasiaan pasien, jangan pernah
mengungkapkan informasi yang data sehingga data dapat
sebelumnya tidak diketahui anggota dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
keluarga tanpa persetujuan dari klien
sendiri. Komponen riwayat keperawatan, Kepastian Kriteria ini digunakan untuk
riwayat kesehatan yang lengkap dapat menilai hasil penelitian yang dilakukan
membantu untuk mengembangkan rencana dengan cara mengecek data dan informasi
asuhan yang efektif untuk klien (Amin & serta interpretasi hasil penelitian yang
Hardhi, 2016). didukung oleh materi yang ada pelacakan
audit.
Observasi dan pemeriksaan fisik Observasi
adalah perangkat pengkajian yang Analisis data dilakukan dengan cara
berstandar pada penggunaan lima indra mengemukakan fakta, selanjutnya
(penglihatan, sentuhan, pendengaran, membandingkan dengan teori yang ada
penciuman, dan pengecapan) untuk dan selanjutnya dituangkan dalam opini
mencari informasi mengenai klien pembahasan (Nursalam, 2017).
(Nursalam, 2017).
Teknik analisis yang digunakan dengan
Pemeriksaan fisik adalah sarana yang cara menarasikan jawaban-jawaban dari
digunakan oleh penyedia layanan penelitian yang diperoleh dari hasil
kesehatan yang membedakan struktur dan interpretasi wawancara mendalam yang
fungsi tubuh yang normal dan dilakukan untuk menjawab rumusan
abnormal.pemeriksaan fisik dapat masalah penelitian. Teknik analisis
dilakukan dengan lima cara yaitu digunakan dengan cara observasi oleh
observasi, inspeksi, palpasi, auskultasi, dan peneliti dan studi dokumentasi yang
perkusi. Hal itu dilakukan untuk menghasilkan data yang selanjutnya untuk
menunjang dan memperoleh data objektif diinterpretasikan oleh peneliti
(Amin & Hardhi, 2016). dibandingkan dengan teori yang ada
sebagai bahan untuk memberikan
Studi dokumentasi Penelitian ini penulis rekomendasi dalam intervensi tersebut,
menggunakan metode studi dokumentasi. urutan dalam analisis adalah (Nursalam,
Peneliti mengumpulkan data dengan cara 2017) : Pengumpulan data merupakan
mengambil data yang berasal dari suatu proses pendekatan kepada subyek
dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat dan proses pengumpulan data tergantung
berupa gambar, tabel atau daftar periksa, dari desain penelitiaan . Langkah-langkah
hasil laboratorium, status pasien dan pengumpulan data tergantung dari desain
lembar observasi yang dibuat (Setyosari, dan tehnik instrumen yang digunakan.
2016).
Proses pengumpulan data studi kasus ini
Uji keabsahan digunakan sebagai penguji terdapat tiga tahapan yaitu : data
kualitas data/informasi yang di dapatkan dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara,
dari penelitian studi kasus sehingga observasi, dokumen), data yang
menghasilkan data memiliki validitas yang dikumpulkan terkait dengan data
tinggi. Data dalam penelitian studi kasus pengkajian, diagnosis, perencanaan,
menurut Nursalam (2017) yaitu: tindakan implementasi dan evaluasi.
Kepercayaan Kreadibilitas data
dimaksudkan untuk membuktikan data Penyajian data dapat dilakukan dengan
yang berhasil dikumpulakn sesuai dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.
sebenarnya. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan
jalan mengaburkan identitas dari
Ketergantungan Kriteria ini digunakan partisipan.
untuk menjaga kehati-hatian akan
terjadinya kemungkinan kesalahan dalam Kesimpulan dari data yang disajikan,
mengumpulkan dan mengintrepretasikan kemudian data dibahas dan dibandingkan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan penyakit paru-paru. Ruang 6 merupakan
secara teoritis denga perilaku kesehatan. ruangan isolasi penyakit kulit. Ruang 7 dan
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan Ruang 8 merupakan ruangan penyakit
metode induksi. Data yang dikumpulkan yang menular. Ruang 9, 10, 11 dan 12
terkait dengan data pengkajian, diagnosis, ruangan penyakit dalam laki- laki. Ruang
perencanaan, tindakan dan evaluasi. 13 dan Ruang 14 merupakan ruangan
bedah dan Ruang 15 khusus untuk
Secara umum prinsip etika dalam penderita ulkus diabetik. Peneliti
penelitian atau pengumpulan data dapat melakukan penelitian dan pengkajian di
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu ruang 5 atau ruang penyakit paru-paru
prinsip manfaat, prinsip menghargai, hak- untuk pasien PPOK.
hak subjek, dan prinsip keadilan.
Selanjutnya diuraikan sebagai berikut Pada pengkajian pada klien 1 dan klien 2
menurut (Nursalam, 2017) menyatakan yang mengalami ketidakefektifan bersihan
bahwa: Informed consent Subjek harus jalan napas dengan adanya keluhan utama
mendapatkan informasi secara lengkap pada klien 1 yaitu sesak nafas disertai
tentang tujuan penelitian yang akan batuk setelah merokok dalam satu hari
dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas menghabiskan dua bungkus rokok,
berpartisipasi atau menolak menjadi sedangkan pada klien 2 keluhan utama
responden. Pada informed consent juga yaitu sesak nafas setelah merokok dalam
perlu dicantumkan bahwa data yang satu hari menghabiskan satu bungkus
diperoleh hanya akan dipergunakan untuk rokok.
pengembangan ilmu.
Berdasarkan data yang didapatkan peneliti
Tanpa nama (anonymity) Memberikan penyebab ketidakefektifan bersihan jalan
jaminan dalam penggunaan subyek napas pada klien 1 dan klien 2 disebabkan
penelitian dengan cara tidak memberikan oleh pola hidup yang dijalani oleh klien
atau mencamtumkan nama responden pada yaitu merokok, yang mengakibatkan
lembar alat ukur dan hanya menuliskan penyumbatan pada saluran nafas yang
kode pada lembar pengumpulan data. disebabkan oleh partikel dan gas yang
terkandung pada asap rokok.
Kerahasiaan (confidentiality) Semua
informasi yang dikumpulkan dijamin Beberapa faktor risiko utama yang
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya mempengaruhi berkembangnya penyakit
kelompok data tertentu yang akan PPOK, yang dibedakan menjadi faktor
dilaporkan pada hasil riset. Peneliti paparan lingkungan dan faktor
menjaga semua informasi yang diberikan host/penderitanya. Adapun faktor yang
oleh responden dan tidak menggunakan disebabkan karena paparan lingkungan
informasi tersebut untuk kepentingan antara lain yaitu: merokok, pekerjaan,
pribadi dan di luar kepentingan keilmuan. polusi udara, infeksi, adanya gangguan
fungsi paru yang memang sudah ada,
predisposisi genetik, yaitu defisiensi a1-
HASIL PENELITIAN antitripsin (AAT) (Ikawati, 2016).

Gambaran Lokasi Pengumpulan Data Diagnosa keperawatan ketidakefektifan


bersihan jalan napas di tegakkan
Lokasi penelitian di ruang melati RSUD berdasarkan keluhan klien 1 dan 2 yaitu
Bangil Pasuruan Jl. Raya Raci Bangil No. mengalami sesak nafas. Peneliti
67153 Kab. Pasuruan. Peneliti melakukan memprioritaskan ketidakefektifan bersihan
penelitian di ruang Melati. Ruang Melati, jalan napas karena pernafasan merupakan
terdiri dari 16 ruangan, ruang 1,2,3,4 kebutuhan dasar manusia yang harus
merupakan ruangan penyakit dalam dipenuhi. Dengan demikian pada hasil
perempuan. Ruang 5 merupakan ruangan penelitian sesuai dengan teori atau tidak
ada kesenjangan antara lain fakta dengan Implementasi keperawatan yang dilakukan
teori. pada klien 1 dan klien 2 sudah sesuai
dengan intervensi yang dibuat oleh peneliti
Ketidakefektifan bersihan jalan napas akan tetapi untuk terapi medis anatar klien
merupakan ketidakmampuan 1 dan klien 2 berbeda yaitu klien 1 Infus
membersihkan sekresi atau obtruksi dari Ns 1000cc/24jam 14 tpm, Injeksi
saluran napas untuk mempertahankan jalan Ondansentron 3x2 mg, Injeksi Ranitidin 2
napas tetap paten. Penyebab fisiologis: x 1 amp, Injeksi Antrain 3x1amp, Nebule
spasme jalan napas, hipersekresi jalan Combivent per 8 jam, Nebule Pulmicort
napas, disfungsi neuromuskuler, benda per 8 jam sedangkan klien 2 Infus Ns
asing dalam jalan napas, adanya jalan 1500cc/24jam 21 tpm, Injeksi Ranitidin 2
napas buatan, sekresi yang tertahan, x 1 amp, Injeksi Antrain 3x1amp, Nebule
hiperplasia dinding jalan napas, proses Combivent per 8 jam.
infeksi, respon alergi, efek agen
farmakologis (misalnya: anastesi). Dari data dan teori tersebut menurut
Penyebab situasional: merokok aktif, peneliti tidak ditemukan kesenjangan
merokok pasif (SDKI, 2017) anatar data dan teori karena implementasi
keperawatan diberikan berdasarkan
Intervensi keperawatan yang diberikan keluhan klien dan kebutuhan klien yaitu
adalah NIC: peningkatan manajemen batuk meningkatan manajemen batuk,
yaitu :dukung pasien untuk menarik nafas pengaturan posisi yaitu semi fowler dan
dalam beberapa kali, Dukung pasien untuk pemberian terapi obat yang diresepkan
melakukan nafas dalam, tahan selama 2 dokter.
detik, bungkukkan ke depan, tahan 2 detik
dan batukkan 2-3 kali, minta pasien untuk Berdasarkan pendapat Rahmadi Yasir,
menarik nafas dalam, minta pasien untuk (2015) Ketidakefektifan bersihan jalan
batuk di lanjutkan dengan beberapa napas berhubungan dengan produksi
periode nafas dalam, dampingi pasien mukus berlebih penulis melakukan
menggunakan bantal atau selimut yang implementasi yaitu : memonitoring TTV,
dilipat untuk menahan perut saat batuk. memberikan posisi semi fowler,
Pengaturan posisi yaitu: Posisikan pasien memonitoring pemberian terapi O2,
untuk mengurangi dyspnea (misalnya : mengajarkan napas dalam dan batuk
semi fowler). efektif, memotivasi minum air hangat,
memotivasi pasien untuk sering melakukan
Dari data yang didapatkan peneliti napas dalam dan batuk efektif, kolaborasi
intervensi keperawatan yang diberikan pemberian terapi obat ventolin melalui
pada klien bersihan jalan nafas tidak nebulizer.
efektif sudah sesuai dengan teori dan hasil
penelitian yaitu dengan meningkatan Evaluasi keperawatan selama 3 hari
manajemen batuk, Pengaturan posisi yaitu menunjukkan bahwa pada klien 1 sudah
semi fowler, sehingga tidak ditemukan membaik ditandai dengan sesak nafas yang
kesenjangan antara hasil fakta di lapangan sudah berkurang, sudah bisa batuk dengan
dengan teori. efektif. Sedangkan pada klien 2 sudah
mebaik yang ditandai dengan sesak nafas
Intervensi Keperawatan untuk diagnosa berkurang.
keperawaan Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan penumpukan Berdasarkan data menurut peneliti pada
sekret yaitu peningkatan (Manajemen) catatan perkembangan klien 1 mengalami
batuk, Manajemen Asma, Pengaturan kemajuan yang signifikan serta
posisi, Kolaborasi dengan tim medis dalam menunjukkan tanda bahwa sesaknya sudah
pemberian terapi (Herdman, 2015) dan berkurang dan batuk sudah berkurang.
Butcher, 2016)
Sedangkan pada klien 2 juga mengalami mengatakan sesak nafas sudah
kemajuan yang signifikan yaitu berkurang.
menunjukkan bahwa sesak nafas
berkurang. Hal ini menunjukan Saran
perkembangan klien yang baik sehingga
mempercepat proses ke sembuhan klien. 1. Bagi klien dan keluarga
Sebaiknya klien menjaga pola
Diagnosa Ketidakefektifan bersihan jalan kesehatan yang baik dengan berhenti
napas berhubungan dengan hipersekresi merokok dan rutin berolahraga serta
jalan nafas. Berdasarkan respon mengikuti anjuran dari dokter.
perkembangan yang ditunjukkan oleh 2. Bagi Perawat
pasien masalah keperawatan dapat teratasi Petugas kesehatan atau perawat dalam
sebagian dengan terpenuhinya sebagian melakukan asuhan keperawatan klien
kriteria hasil yang ada yaitu pasien pada klien penyakit paru obstruktif
mengatakan sesak napas berkurang, kronis diharapkan selalu berkoordinasi
terlihat pasien tidak menggunakan tarikan dengan tim kesehatan lainnya agar
dada saat bernapas dan tidak terlihat hasil dapat dicapai secara maksimal.
menggunakan cuping hidung saat bernapas 3. Bagi Peneliti lainnya
(Wilkinson, 2013) Diharapkan memperbanyak referensi
yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan klien yang mengalami
SIMPULAN DAN SARAN penyakit paru obstruktif kronis dengan
masalah keperawatan yang lain seperti
Simpulan pola nafas tidak efektif.

1. Pengkajian yang didapatkan pada klien


secara subjektif, klien 1 mengatakan KEPUSTAKAAN
sesak nafas dan batuk klien perokok
aktif sedangkan klien 2 mengatakan Bulechek, G. M., Butcher, H. K.,
hanya sesak nafas klien perokok aktif Dochterman, J. M., & Wagner, C. M.
2. Diagnosa keperawatan pada klien 1 (2018). Nursing Interventions
dan klien 2 adalah ketidakefektifan Classification (NIC). Philadhelpia:
bersihan jalan napas berhubungan Elsevier.
dengan hipersekresi jalan nafas.
3. Intervensi keperawatan pada kdua Depkes RI. (2013) Riset Kesehatan Dasar.
klien: Posisikan pasien semi fowler, Jakarta: Badan Penelitian dan
berikan nebulizer, ajarkan klien batuk pengembangan Kesehatan Kementrian
efektif, auskultasi suara nafas, catat Kesehatan RI.
adanya suara nafas tambahan, monitor
respirasi O2, serta kolaborasi dengan Hermanto, A. D. (2018). Prevalensi dan
tim medis Komorditas Penyakit Paru Obstruktif
4. Implementasi keperawatan pada klien Kronik (PPOK) di Kabupaten Jember.
1 dan klien 2 yaitu memposisikan klien Universitas Jember.
semi fowler, memberikan nebulizer,
mengajarkan klien untuk batuk efektif, Herdman & Heather (2015) Diagnosa
mengauskultasi suara nafas, mencatat Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi
adanya suara nafas tambahan, Edisi 10. Jakarta EGC
memonitor respirasi O2.
5. Evaluasi keperawatan pada hari ketiga Ikawati, Z. (2016). Penatalaksanaan
keluhan kedua klien sudah teratasi Terapi Penyakit Sistem Pernafasan.
sebagian yaitu pada klien 1 Jakarta: Bursa Ilmu.
mengatakan sesak dan batuk sudah
berkurang sedangkan klien 2 Lestari, N. P. F. (2019). Gambaran Asuhan
Keperawatan pada Pasien PPOK https://doi.org/10.24252/kesehatan.v1
dengan Bersihan Jalan Napas Tidak 2i2.10180
Efektif di Ruang Oleg RSD
Mangusada Badung (Politeknik Quaderi, S. A., & Hurst, J. R. (2018). The
Kesehatan Kemenkes Denpasar). unmet global burden of COPD.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107 Global Health, Epidemiology and
415324.004 Genomics, 3, 9–11.
https://doi.org/10.1017/gheg.2018.1
Ruliati & Maharani. (2018). Olah Raga
Senam Pernapasan Satria Nusantara Wilkinson, J., & Ahern, n. R. (2013). Buku
Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Saku Diagnosis keperawatan edisi 9
Pada Menopause. Jurnal Kebidanan Diagnosis NANDA, Intervensi NIC,
STIKES ICME.vol.8.issue1. Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.

Rahmadi Yasir, (2015), Asuhan


Keperawatan Pada Tn. W Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan:
Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(Ppok) Di Ruang Anggrek Bougenvile
Rsud Pandan Arang Boyolali,
Universitas Muhammadiah Surakarta

Silalahi, K. L., & Siregar, T. H. (2019).


Pengaruh Pulsed Lip Breathing
Exercise Terhadap Penurunan Sesak
Napas Pada Pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (Ppok) Di Rsu
Royal Prima Medan 2018. Jurnal
Keperawatan Priority, 2(1), 93–103.
Retrieved from
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php
/jukep/article/view/395

Somantri I. (2018) Keperawatan medikal


bedah: Asuhan keperawatan pada
pasien gangguan sistem pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika.

Sari, N K dan Suhartono. (2016). Effect Of


Self Efficiacy Pursed Lip Breathing
To Decrease Tighness And Improved
Oxygen Saturation In Patient With
CPOD. International jurnal of
medical research & heath science,
2016, 5, 3:17-21. ISSN No : 2319-
5886

Qamila, B., Azhar, U. M., Risnah, &


Irwan, M. (2019). Efektivitas Teknik
Pursed Lipsbreathing Pada Pasien
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (
Ppok ): Study Systematic Review.
Jurnal Kesehatan, 12(12), 137–145.

Anda mungkin juga menyukai