Selama kepemimpinan Susi, kritikan juga datang dari nelayan. Menurut Ketua KNTI DKI
Jakarta M Tahir, walau KKP saat ini sudah melakukan pemberantasan illegal fishing, namun
nelayan yang ada di sejumlah daerah, khususnya di pesisir utara Jakarta masih belum
merasakan dampak positifnya.
Karena, nelayan tradisional di Indonesia sejak dulu hingga sekarang dikenal memiliki
kemampuan melaut yang baik dan sudah teruji. Namun, kemampuan tersebut tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh Pemerintah. Nelayan di pesisir Jakarta saat ini terancam
kehilangan mata pencahariannya karena lokasi tempat melaut sudah hampir hilang seiring
bergulirnya rencana reklamasi kawasan pesisir Pantai Utara Jakarta.
Sementara, membaiknya kinerja sektor perikanan dan kelautan di bawah kepemimpinan Ibu
Susi Pudjiastuti tidak berarti menggambarkan kesejahteraan nelayan di Indonesia ikut
meningkat. Kondisi tersebut seharusnya tidak terjadi. Karena bagaimanapun, nelayan
tradisional sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka.
Secara keseluruhan, KNTI menyimpulkan capaian kinerja di bawah Ibu Susi Pudjiastuti
masih belum terlalu bagus. Menurut Ketua Umum KNTI Riza Damanik, berdasarkan hasil
analisis dan evaluasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa apa yang sudah dilakukan
oleh KKP saat ini merupakan tindak lanjut dari kinerja lama.
Karena itu, KNTI merekomendasikan dalam hal pemberantasan pencurian ikan, Pemerintah
segera mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum terhadap perusahaan-perusahaan
yang menggunakan kapal eks asing untuk pencurian ikan untuk tanggungjawab materil atas
kerugian yang diterima oleh negara akibatnya kejahatannya, dengan usulan 5 tahun terakhir.
Rekomendasi untuk kesejahteraan nelayan dan petambak, yaitu benahi akses dan
perlindungan harga BBM, pembenahan terhadap Permen No.1/2015 untuk memberikan
akses terhadap usaha pembenihan dan pembesaran lobster, dan penguatan kapasitas koperasi
nelayan dan organisasi nelayan untuk mendapatkan kepastian ijin pasca moratorium.