Anda di halaman 1dari 207

ISSN 2086-1397

Jurnal
VISIPENA
Volume 10, Nomor 1, Juni 2019

Diterbitkan Oleh:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
STKIP Bina Bangsa Getsempena – Banda Aceh
ISSN 2086 - 1397

JURNAL
VISIPENA
Volume 10, Nomor 1, Juni 2019

Penanggungjawab
Ketua STKIP Bina Bangsa Getsempena
Lili Kasmini

Ketua Penyunting
Kepala LP2M STKIP Bina Bangsa Getsempena
Intan Kemala Sari

Penyunting
Lili Kasmini
Musdiani
Isthifa Kemal
Zainal Abidin Suarja
Syarfuni
Intan Kemala Sari
Gio Mohamad Johan
Yusrawati JR Simatupang

Desain Sampul
Eka Rizwan

Web Designer
Achyar Munandar

Alamat Redaksi
Jalan Tanggul Krueng Aceh No 34, Desa Rukoh – Banda Aceh
Surel: lemlit@stkipgetsempena.ac.id
Laman: http://visipena.stkipgetsempana.ac.id/

Diterbitkan Oleh:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
STKIP Bina Bangsa Getsempena

i|Jurnal Visipena – STKIP Bina Bangsa Getsempena


PENGANTAR PENYUNTING

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 dapat diterbitkan.
Sebagaimana yang menjadi tujuan utama hadirnya Jurnal Visipena yang
telah menginjak tahun ke-10 sejak awal diterbitkannya adalah sebagai wadah
memberikan ruang publikasi tulisan ilmiah hasil karya civitas akademika baik di
lingkungan STKIP Bina Bangsa Getsempena sendiri maupun dari lembaga
pendidikan lainnya. Dimana diharapkan jurnal ini dapat berguna bagi kemajuan
dunia pendidikan.
Dalam volume kali Jurnal Visipena memuat 15 hasil penelitian, yaitu:
1. Pengaruh Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Motivasi
Kerja Guru SMA Katolik, merupakan hasil penelitian Agnes Delviana
Simangunsong, Matin, dan Siti Rochanah (Universitas Negeri Jakarta).
2. Pewarisan Tari Tarek Pukat (Tarian Pesisir Aceh) di Sanggar Cut Nyak Dhien,
merupakan hasil penelitian Fitriani (STKIP Bina Bangsa Getsempena).
3. Meningkatkan Kemampuan Konsentrasi Anak ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) Usia 5 - 6 Tahun dengan Menggunakan Alat
Permainan Edukatif (Ape) dan Berbasis Modifikasi Perilaku (Mix Method
Research di TK Islam PB. Soedirman), merupakan hasil penelitian Fri Corina
Sandrawati, Martini Jamaris, dan Asep Supena (Program Pascasarjana
Universitas Negeri Jakarta).
4. Pengaruh Kepribadian dan Motivasi Terhadap Kinerja Tugas Guru SD Swasta
Kecamatan Kelapa Gading Jakarta Utara, merupakan hasil penelitian Yulia
Hidayati, I Made Putrawan, dan Mukhneri Mukhtar (Program Studi
Manajemen Pendidikan, Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta).
5. Homeschooling; Pendidikan Alternatif di Indonesia, merupakan hasil
penelitian Zul Afiat (Universiti Sultan Zainal Abidin, Terengganu Malaysia).
6. Manajemen Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) (Studi Deskriptif pada Sekolah Menengah Kejuruan) (2018),
merupakan hasil penelitian Ahmad Faris Al Anshari (Magister Program Studi
Bimbingan dan Konseling FIP UNJ).
7. Pengaruh Permainan Bakiak dan Kecerdasan Interpersonal Terhadap
Perkembangan Fisik Motorik Anak TK Khairani Aceh Besar, merupakan hasil
penelitian Riza Oktariana (STKIP Bina Bangsa Getsempena).
8. Analisis Kohesivitas Kelompok, Kepuasan Kerja dan Kemangkiran
(Absenteeism) Terhadap Produktivitas Kerja Guru di SMK Negeri Se-Kota
Bekasi, merupakan hasil penelitian Purwani Puji Utami, Niken Vioreza,
Nanda Lega Jaya Putra (STKIP Kusuma Negara Jakarta) dan Illah Sailah
(Kepala LLDIKTI Wilayah III Jakarta).
9. Analisis Pengambilan Keputusan Kepala Sekolah SMP Negeri Kabupaten dan
Kota Tangerang, merupakan hasil penelitian Syafa’at Ariful Huda, Purwani

ii | J u r n a l V i s i p e n a – S T K I P B i n a B a n g s a G e t s e m p e n a
Puji Utami, Chairunnisa, (STKIP Kusuma Negara Jakarta) dan Illah Sailah
(Kepala LLDIKTI Wilayah III Jakarta).
10. Pengaruh Strategi Pembelajaran Visual, Audio, Kinestetik (VAK) dan
Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar,
merupakan hasil penelitian Helmi Yahya Nurdiansyah, Agung Purwanto,
Sarkadi (Universitas Negeri Jakarta).
11. Pengaruh Lingkungan Kerja dan Self Efikasi Terhadap Efektifitas Kerja Guru
SMP Negeri di Kecamatan Bekasi Utara (2019), merupakan hasil penelitian
Khodamad Sutaji, Ma’ruf Akbar, dan Matin (SMP Negeri 5 Bekasi Jawa
Barat).
12. Metode Lotre Pesantren Tahfidz Al-Qur’an At-Tauhid Leran Senori Tuban
Analisis Terhadap Pencapaian Hafalan Al-Qur’an dan Permasalahannya,
merupakan hasil penelitian Aya Mamlu’ah (Institut Agama Islam Sunan Giri
Bojonegoro).
13. Studi Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti dalam Implementasi
KTSP di SMP Negeri Kabupaten Gianyar, merupakan hasil penelitian Hery
Nugroho dan Ni Ketut Suriati (STMIK Primakara).
14. Penerapan Teknik Supervisi Kelompok dengan Metode Workshop Untuk
Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) di SD Negeri Lamklat Tahun Pelajaran 2018/2019,
merupakan hasil penelitian Ismuha (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Aceh Besar).
15. Penggunaan Multimedia Terhadapaktivitas Belajar Siswa pada Materi Sistem
Peredaran Darah di SMA Negeri 7 Aceh Barat Daya, merupakan hasil
penelitian Nurdin Amin dan Rosi Novi Aji (Pendidikan Biologi Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry).

Akhirnya penyunting berharap semoga jurnal edisi kali ini dapat menjadi
warna tersendiri bagi bahan literatur bacaan bagi kita semua yang peduli terhadap
dunia pendidikan.

Banda Aceh, Juni 2019

Ketua Penyunting

iii | J u r n a l V i s i p e n a – S T K I P B i n a B a n g s a G e t s e m p e n a
DAFTAR ISI

Susunan Pengurus i
Pengantar Penyunting ii
Daftar isi iv

Agnes Delviana Simangunsong, Matin, dan Siti Rochanah 1


Pengaruh Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja Terhadap
Motivasi Kerja Guru SMA Katolik

Fitriani 13
Pewarisan Tari Tarek Pukat (Tarian Pesisir Aceh) di Sanggar
Cut Nyak Dhien

Fri Corina Sandrawati, Martini Jamaris, dan Asep Supena 27


Meningkatkan Kemampuan Konsentrasi Anak ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) Usia 5 - 6 Tahun dengan Menggunakan Alat
Permainan Edukatif (Ape) dan Berbasis Modifikasi Perilaku
(Mix Method Research di TK Islam PB. Soedirman)

Yulia Hidayati, I Made Putrawan, dan Mukhneri Mukhtar 39


Pengaruh Kepribadian dan Motivasi Terhadap Kinerja Tugas Guru SD
Swasta Kecamatan Kelapa Gading Jakarta Utara

Zul Afiat 50
Homeschooling; Pendidikan Alternatif di Indonesia

Ahmad Faris Al Anshari 66


Manajemen Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) (Studi Deskriptif pada Sekolah Menengah Kejuruan)
(2018)

Riza Oktariana 78
Pengaruh Permainan Bakiak dan Kecerdasan Interpersonal Terhadap
Perkembangan Fisik Motorik Anak TK Khairani Aceh Besar

Purwani Puji Utami, Niken Vioreza, Nanda Lega Jaya Putra


dan Illah Sailah 94
Analisis Kohesivitas Kelompok, Kepuasan Kerja dan Kemangkiran
(Absenteeism) Terhadap Produktivitas Kerja Guru di SMK Negeri
Se-Kota Bekasi

Syafa’at Ariful Huda, Purwani Puji Utami, Chairunnisa, dan Illah Sailah 113
Analisis Pengambilan Keputusan Kepala Sekolah SMP Negeri Kabupaten
dan Kota Tangerang

iv | J u r n a l V i s i p e n a – S T K I P B i n a B a n g s a G e t s e m p e n a
Helmi Yahya Nurdiansyah, Agung Purwanto, Sarkadi 127
Pengaruh Strategi Pembelajaran Visual, Audio, Kinestetik (VAK) dan
Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa
Sekolah Dasar

Khodamad Sutaji, Ma’ruf Akbar, dan Matin 135


Pengaruh Lingkungan Kerja dan Self Efikasi Terhadap Efektifitas
Kerja Guru SMP Negeri di Kecamatan Bekasi Utara (2019)

Aya Mamlu’ah 148


Metode Lotre Pesantren Tahfidz Al-Qur’an At-Tauhid Leran Senori Tuban
Analisis Terhadap Pencapaian Hafalan Al-Qur’an dan Permasalahannya

Hery Nugroho dan Ni Ketut Suriati 164


Studi Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti dalam Implementasi
KTSP di SMP Negeri Kabupaten Gianyar

Ismuha 176
Penerapan Teknik Supervisi Kelompok dengan Metode Workshop Untuk
Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) di SD Negeri Lamklat Tahun Pelajaran 2018/2019

Nurdin Amin dan Rosi Novi Aji 190


Penggunaan Multimedia Terhadapaktivitas Belajar Siswa pada Materi
Sistem Peredaran Darah di SMA Negeri 7 Aceh Barat Daya

v|Jurnal Visipen a – STKIP Bina Bangsa Getsempena


PENGARUH KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP
MOTIVASI KERJA GURU SMA KATOLIK
1)
Agnes Delviana Simangunsong, 2)Matin, dan 3)Siti Rochanah
1),2),3)
Universitas Negeri Jakarta
Email: agnesafsgm@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh komunikasi
organisasi dan kepuasan kerja terhadap motivasi kerja di Sekolah Menengah Atas Katolik di
Jakarta Barat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei analisis jalur
dalam. Dalam penelitian ini, 130 dari 192 guru telah memilih sampel acak. Para responden
dilibatkan dengan mengirimkan umpan balik mereka dalam kuesioner. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: pertama, ada pengaruh positif antara komunikasi organisasi dan
motivasi kerja; kedua, ada pengaruh positif antara kepuasan kerja dan motivasi kerja; ketiga,
ada pengaruh positif antara komunikasi organisasi dan kepuasan kerja.

Kata Kunci: Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Komunikasi Organisasi

Abstract
The objective of this research is to obtain information concerning to the effect of
organizational communication and job satisfaction toward work motivation in Catholic
Senior High Schools at West Jakarta.The research was conducted by using survey method
with path analysis in testing hypothesis. In this research, 130 from 192 teachers had selected
random sampling. The responders were involved by sending their feedback within the
questionnaires.The results showed that: first, there are positive influences between
organizational communication and work motivation; second, there are positive influences
between job satisfaction and work motivation; third, there are positive influences between
organizational communication and job satisfaction.

Keywords: work motivation, job satisfaction, organizational communication

PENDAHULUAN membentuk SDM yang berkualitas, yaitu


Globalisasi dan MEA tidak dapat yang cerdas, terampil, kreatif, inovatif,
dihindari oleh Indonesia. Tantangan bagi namun memiliki akar kepribadian bangsa
Indonesia adalah bagaimana Indonesia yang kuat. Dalam upaya ini, dunia
dapat menanggapi perubahan, dapat pendidikan sangat berperan.
bersaing dalam pasar bebas, dan dapat tetap Namun sangat disayangkan,
mempertahankan kepribadian bangsa. sejumlah survei mengungkapkan bahwa
Indonesia harus menghadapi tantangan mutu pendidikan di Indonesia masih
tersebut agar Indonesia tidak tergilas dalam rendah. Rendahnya mutu pendidikan di
persaingan dan dampak negatif yang Indonesia, antara lain disebabkan oleh
merugikan. Maka Indonesia perlu rendahnya mutu guru, yang dapat dilihat

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |1


dari kompetensi dan kinerjanya. Kinerja Motivasi kerja mendorong seseorang
guru SMA masih perlu ditingkatkan. mencapai tujuan kerja. Newstrom
Melihat kondisi guru yang demikian, mengatakan bahwa, “work motivation is the
pemerintah terus-menerus mencoba set internal dan external forces that cause
meningkatkan mutu guru dengan membuat an employee to choose a course of action
program keprofesian berkelanjutan (PKB). and engage in certain behaviours. Ideally,
Namun guru yang mau mengikuti PKB these behaviors will be directed at the
jumlahnya sangat sedikit. Masih banyak achievement of a organizational goal”
guru yang tidak mau mengembangkan diri (2007:101).
untuk menambah pengetahuan dan Motivasi kerja adalah kekuatan
meningkatkan kompetensinya dalam internal dan eksternal yang menyebabkan
mengajar. Ternyata keadaan guru yang seorang karyawan memilih suatu tindakan
demikian dialami juga di SMA Katolik se- dan terlibat dalam perilaku tertentu.
Jakarta Barat. Dengan kondisi tersebut, Idealnya, perilaku tersebut diarahkan pada
peningkatan motivasi guru merupakan pencapaian tujuan organisasi.
keniscayaan. Motivasi yang diarahkan pada tujuan
Peneliti mengidentifikasi faktor kerja dapat berasal dari dalam maupun luar
yang mempengaruhi motivasi kerja adalah diri seseorang. Amstrong mengungkapkan
komunikasi organisasi yang kurang lancar, demikian,” Motivation at work can take
kurangnya kepuasan kerja, loyalitas yang place in two ways. First, people can
kurang, dan komitmen yang rendah. motivate themselves by seeking, finding,
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, and carrying out work which satisfies their
maka penelitian ini difokuskan untuk needs or at least leads to expect that their
meneliti pengaruh komunikasi organisasi goals will be achieved. Secondly,
dan kepuasan kerja terhadap motivasi kerja management can motivate people through
guru SMA Katolik se-Jakarta Barat. such methods as pay, promotion, praise,
Motivasi merupakan daya dorong recognition, etc” (2007:253).
yang dipunyai oleh seseorang untuk Motivasi di tempat kerja dapat terjadi
mencapai tujuannya. Motivasi kerja dalam dua cara. Pertama, orang dapat
mendorong seseorang untuk mencapai hasil memotivasi diri sendiri dengan mencari,
kerja yang semakin baik. Dorongan ini bisa menemukan, dan melaksanakan pekerjaan
berasal dari dalam (internal) dan bisa dari yang memenuhi kebutuhan mereka atau
luar (eksternal). setidaknya membuat mereka mengharapkan
tujuan mereka tercapai. Kedua, manajemen

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |2


dapat memotivasi orang dengan cara Dessler dan Philips mengatakan
pembayaran, promosi, pujian, pengakuan, bahwa, “organizational communication is
dll. an exchange of information that creates a
George danJones juga common basic of understanding and feeling
menyampaikandemikian, yaitu bahwa, among two or more individuals or groups
“work motivation is the psychological in an organization. Organizational
forces that determines the direction of a communication can move in a variety of
person‟s behavior in an organization, a directions and can be formal and informal
person‟s level of effort, and a person‟s level in nature” (2005: 443).
of persistence”(2012: 157) Motivasi kerja Komunikasi organisasi adalah
adalah dorongan psikologis seseorang yang pertukaran informasi yang menciptakan
menentukan arah perilaku, tingkat usaha, suatu dasar umum pemahaman dan
dan tingkat ketekunan seseorang di dalam perasaan di antara dua atau lebih individu
organisasi. atau kelompok dalam sebuah organisasi.
Berdasarkan uraian-uraian yang Komunikasi organisasi dapat bergerak
dikemukakan di atas maka dapat dalam berbagai arah dan dapat bersifat
disintesiskan bahwa motivasi kerja adalah formal dan informal.
dorongan pada diri seseorang untuk Schermerhorn et al. mengatakan
mencapai hasil kerja yang lebih baik, bahwa, “organizational communication is
dengan indikator: (1) tanggung jawab, (2) the specific process through which
usaha untuk bekerja, (3) ketekunan dalam information moves and is exchanged within
melaksanakan tugas, (4) inisiatif. an organization. Communication in
Komunikasi organisasi merupakan organizations uses a variety of formal and
elemen penting dalam organisasi. Dengan informal channels, the richness of channel,
komunikasi seluruh anggota organisasi or its capacity to convey information, must
berbagi informasi. Kejelasan informasi be adequate for the message. Information
mendukung kesepahaman antara pemberi flows upward, downward, and laterally in
dan penerima serta mendorong untuk organizations” (2010: 272).
menyampaikan umpan balik. Dengan Komunikasi organisasi adalah
komunikasi seluruh bagian dalam proses spesifik di mana informasi bergerak
organisasi bisa saling berkoordinasi. dan dipertukarkan dalam sebuah organisasi.
Mereka dapat bersinergi untuk mencapai Komunikasi dalam organisasi
tujuan yang sama. menggunakan berbagai saluran formal dan
informal, kekayaan saluran, atau kapasitas

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |3


untuk menyampaikan informasi, harus Akhirnya Gibson, et al.
memadai untuk pesan tersebut. Informasi menguraikan secara lengkap bahwa, “job
mengalir ke atas, ke bawah, dan secara satisfaction is an attitude that individuals
lateral dalam organisasi. have about their jobs. It results from their
Berdasarkan uraian-uraian yang perception of the job. While numerous
dikemukakan di atas, maka dapat dimensions have been associated with job
disintesiskan bahwa komunikasi organisasi satisfaction, five in particular have crucial
adalah proses pertukaran informasi characteristics. (1) Pay. The amount
antarindividu dalam organisasi dengan received and the perceived equity of pay;
kesamaan makna pesan yang disampaikan, (2) Job. The extent to which job tasks are
dengan indikator: (1) kejelasan pesan, (2) considered interesting and provide
kesamaan pemahaman, (3) umpan balik. opportunities for learning and for
Kepuasan kerja merupakan suatu accepting responsibility; (3) Promotion
perasaan. Setiap orang yang bekerja selalu opportunities. The availability of
menginginkan kepuasan dalam bekerja. opportunities for advancement; (4)
Seseorang akan merasa puas dalam bekerja Supervisor. The supervisor‟s abilities to
apabila ada kesesuaian antara harapan dan demonstrate interest in and concern about
kenyataan yang diperoleh di tempat kerja. employee; (5) Co-workers. The extent to
Semakin banyak aspek dalam pekerjaannya which co-workers are friendly, competent,
yang sesuai dengan harapannya maka and supportive” (2012: 102).
kepuasan kerja yang tinggi semakin dapat Kepuasan kerja adalah sebuah sikap
dicapai. seseorang tentang pekerjaannya. Ada lima
Kepuasan kerja dapat dirasakan oleh dimensi yang merupakan karakteristik
seseorang ketika ia senang dengan penting dari pekerjaan, yaitu (1) Gaji yang
pekerjaannya. Newstrom mengatakan wajar; (2) Pekerjaan yang menarik dan
bahwa, “job satisfaction is a set of memberikan peluang untuk belajar dan
favorable or unfavorable feelings and menerima tanggung jawab; (3) Kesempatan
emotions with which employees view their promosi untuk naik pangkat; (4) pengawas
work” (2011: 220). Kepuasan kerja adalah yang mempunyai kemampuan, minat, dan
sekumpulan perasaan dan emosi yang peduli pada karyawan; (5) Rekan kerja
menyenangkan atau tidak menyenangkan yang ramah, kompeten, dan mendukung.
yang dirasakan karyawan terhadap Berdasarkan uraian-uraian di atas,
pekerjaannya.. maka dapat disintesiskan bahwa kepuasan
kerja adalah perasaan senang atau tidak

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |4


senang yang dirasakan oleh seseorang Mc Shane and Glinow menjelaskan
terhadap apa yang diharapkan dari komunikasi berpengaruh pada motivasi,
organisasi, dengan indikator: (1) perasaan “along with supporting a learning
terhadap pekerjaan, (2) perasaan terhadap orientation and intrinsically motivating job,
gaji, (3) perasaan terhadap kesempatan companies foster creativity through open
promosi, (4) perasaan terhadap supervisi, communication and sufficient resources”
(5) perasaan terhadap rekan kerja. (2008: 243). Seiring dengan mendukung
Motivasi kerja senantiasa perlu orientasi belajar dan secara intrinsik
ditingkatkan agar kinerja dapat lebih baik. memotivasi pekerjaan, perusahaan
Pekerja perlu berupaya meningkatkan menumbuhkan kreativitas melalui
motivasi internalnya sedangkan pihak di komunikasi terbuka dan sumber daya yang
luar pekerja membantu meningkatkan memadai.
motivasi eksternalnya. Salah satu upaya Anggota lembaga sekolah
untuk meningkatkan motivasi kerja adalah merupakan sebuah tim. Selanjutnya,
komunikasi antarindividu yang terdapat Colquit, at al. pada gambar berikut
dalam lingkup pekerjaan. mengilustrasikan pengaruh komunikasi
dalam tim terhadap motivasi.

Gambar Pengaruh Komunikasi Tim terhadap Motivasi (2015: 6)

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |5


Berdasarkan uraian di atas, maka influences employee motivation but doesn‟t
diduga bahwa komunikasi organisasi affect performance in jobs where employees
berpengaruh langsung positif terhadap have little control over their job output
motivasi kerja seseorang. Jika komunikasi (such as assembly-line work)” (2008: 111).
organisasi ditingkatkan maka motivasi Kepuasan kerja mempengaruhi motivasi
kerja meningkat. kerja karyawan, namun tidak
Selain perbaikan pada komunikasi mempengaruhi kinerja mereka dimana
organisasi, salah satu upaya yang dapat karyawan memiliki sedikit kontrol atas
dilakukan untuk meningkatkan motivasi pekerjaan mereka (seperti pekerjaan
kerja adalah dengan meningkatkan perakitan).
kepuasan kerja. Pemberi kerja dapat Selanjutnya, Schermerhorn
memotivasi karyawannya dengan menjelaskan bahwa kepuasan kerja
memberikan kepuasan kerja. berpengaruh terhadap motivasi,
McShane dan Glinow juga sebagaimanadiilustrasikan dalam gambar
mengatakan bahwa: “job satisfaction berikut.

M P S
Individu Performan
O E A
al ce
T R contingenc T
attribut
I F y of Equity I
es
V Work O rewards
comparis S
A effor R on F
T t M A
I A C
Person
O Organizatio N al value T
N nal support
C of I
E reward O
s N

Gambar Pengaruh Kepuasan terhadap Motivasi (2010: 130)


Berdasarkan uraian di atas, maka meningkatkan kepuasan kerja seseorang.
diduga bahwa kepuasan kerja berpengaruh Kepuasan kerja dapat ditingkatkan antara
langsung positif terhadap motivasi kerja. lain dengan komunikasi organisasi.
Jika kepuasan kerja ditingkatkan maka Downs dan Adrian menjelaskan
motivasi kerja meningkat. bahwa,“… determine what types of
Kepuasan kerja dapat meningkatkan communication changes could be made that
motivasi. Oleh karena itu diperlukan pula would increase employee satisfaction.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |6


Communication changes needed to prove organizational behavior-that open
job satisfaction” (2004: 142). Mengetahui communication is generally better than
jenis komunikasi bisa dilakukan untuk restricted communication” (2008: 5).
meningkatkan kepuasan karyawan. Komunikasi efektif akan cenderung
Perubahan komunikasi diperlukan untuk mendorong kinerja yang lebih baik dan
membuktikan kepuasan kerja. kepuasan kerja. Orang memahami
Selanjutnya Pradhan dan Chopra pekerjaan mereka lebih baik dan merasa
menyatakan bahwa “…. The researcher lebih terlibat dalam organisasi. Pada
reviewed some work on‟Job Satisfaction‟, beberapa kasus bahkan secara sukarela
since in her own study, she worked on the menyerahkan sebagian dari hak mereka
premise that job satisfaction is to a great selama ada kestabilan organisasi karena
extent determined by the „communication‟, mereka melihat bahwa pengorbanan
component as manifest in the varied diperlukan. Respon positif dari karyawan
demands of the nature of the work in all the mendukung salah satu proposisi dasar
different profession” (2008: 21). perilaku organisasi - bahwa komunikasi
Penelitian terhadap beberapa terbuka umumnya lebih baik daripada
pekerja mengenai kepuasan kerja komunikasi yang dibatasi.
menunjukkan bahwa mereka bekerja atas Berdasarkan uraian di atas, maka
dasar pemikiran bahwa kepuasan kerja diduga bahwa komunikasi organisasi
sebagian besar ditentukan oleh komponen berpengaruh langsung positif terhadap
komunikasi yang terwujud dalam tuntutan kepuasan kerja. Jika komunikasi organisasi
bervariasi dari sifat pekerjaan di semua ditingkatkan maka akan berdampak pada
profesi yang berbeda. peningkatan kepuasan kerja.
Pradhan dan Chopra juga
mengungkapkan bahwa: Communication is METODE
effective, it tends to encourage better Penelitian ini menggunakan metode
performance and job satisfaction. People penelitian survei dengan pendekatan
understand their jobs better and feel more kuantitatif-kausal, dengan menggunakan
involved in them. In some instances they analisis jalur (path analysis). Pola
would even voluntarily give up some of keterikatan variabel yang diteliti dapat
their long established privileges because diketahui melalui gambar model hipotetik
they see that a sacrifice is necessary. Such pengaruh antarvariabel penelitian berikut
positive responses of employees support ini:
one of the basic propositions of

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |7


X1

X3

3
X2

Gambar Model Hipotetik Pengaruh Antarvariabel

Keterangan: guru. Data diperoleh dari kuesioner yang


X1 :Komunikasi Organisasi diisi oleh guru tersebut.
(eksogen)
X2 : Kepuasan Kerja (eksogen) HASIL DAN PEMBAHASAN
X3 : Motivasi Kerja (endogen) Berdasarkan uji normalitas galat
: Pengaruh taksiran regresi, dapat disimpulkan
Populasi penelitian ini adalah pasangan semua data baik motivasi kerja
seluruh Guru Tetap Yayasan (GTY) SMA atas komunikasi organisasi, motivasi kerja
Katolik se-Jakarta Barat yang berjumlah atas kepuasan kerja, dan kepuasan kerja
192 orang sedangkan sampel diundi dengan atas komunikasi organisasi berasal dari
teknik acak sederhana (simple random sampel yang berdistribusi normal. Hasil
sampling. Jumlah sampel penelitian ini pengujian terdapat dalam tabel berikut.
dihitung dengan rumus Slovin sejumlah 130

Tabel Hasil Pengujian Normalitas Galat Taksiran Regresi


Galat Taksiran Ltabel
Nomor n Lhitung Keterangan
Regresi α = 5% α = 1%
1 X3 atas X1 130 0.0642 0.078 0.090 normal
2 X3 atas X2 130 0.0486 0.078 0.090 normal
3 X2 atas X1 130 0.0454 0.078 0.090 normal

Berdasarkan uji signifikansi dan


linearitas regresi sangat signifikan dan
sangat linear. Hasil pengujian dirangkum
dalam tabel berikut.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |8


Tabel Hasil Uji Signifikansi dan Uji Linearitas Regresi
Uji Regresi Uji Linearitas
Reg Persam Fhitun Ftabe Fhitun Ftabe Kesimpulan
aan g l g l
α=0,0 α=0,0
1 1
X3 X3= 141,71* 6,84 1,45 ns 1,51 Regresi sangat
atas 39,95 + * signifikan/Regre
X1 0,73X1 si sangat linear
X3 X3= 9,50** 6,84 1,32 ns 1,54 Regresi sangat
atas 91,73 + signifikan/Regre
X2 0,38X2 si sangat linear
X2 X2= 11,33** 6,84 1,05 ns 1,51 Regresi sangat
atas 122,28 signifikan/Regre
X1 + si sangat linear
0,20X1

Keterangan: H0: β31 ≤ 0


** : Sangat signifikan H1: β31 > 0
ns : Non signifikan (regresi H0 ditolak, jika thitung> ttabel.
linear) Dari perhitungan analisis jalur,
Korelasi antara komunikasi pengaruh langsung komunikasi organisasi
organisasi dengan kepuasan kerja sebesar terhadap motivasi kerja, nilai koefisien
0,270. Korelasi antara komunikasi jalur sebesar 0,300 dan nilai thitung sebesar
organisasi dengan motivasi kerja sebesar 3,51. Nilai ttabel untuk α=0,01 sebesar 2,62.
0,250. Korelasi antara kepuasan kerja Oleh karena nilai thitung lebih besar dari
dengan motivasi kerja sebesar 0,278. pada nilai ttabel maka dengan demikian Ho
Sementara itu hasil pengujian ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian
hipotesis sebagai berikut: komunikasi organisasi berpengaruh secara
Hipotesis Pertama langsung positif terhadap motivasi kerja
Komunikasi organisasi berpengaruh dapat diterima.
langsung positif terhadap motivasi kerja.
Tabel Koefisien Jalur Pengaruh X1 terhadap X3
Pengaruh Koefisien thitung ttabel
Langsung Jalur α=0,05 α =0,01
X1 terhadap X3 0,300 3,51** 1,98 2,62

** Koefisien jalur sangat signifikan (3,51 > 2,62 pada α =0,01)

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |9


Hasil penelitian ini senada dengan hasil Dari perhitungan analisis jalur,
penelitian Mutuku dan Mathoko di pengaruh langsung kepuasan kerja terhadap
Jaringan Nokia Siemens Kenya (2014: motivasi kerja, nilai koefisien jalur sebesar
28-62). 0,227 dan nilai thitung sebesar 3,01. Nilai ttabel
Hipotesis Kedua untuk α=0,01 sebesar 2,62. Oleh karena
Kepuasan kerja berpengaruh nilai thitung lebih besar dari pada nilai ttabel
langsung positif terhadap motivasi maka dengan demikian Ho ditolak dan H1
kerja. diterima. Dengan demikian komunikasi
H0: β32 ≤ 0 organisasi berpengaruh secara langsung
H1: β32 > 0 positif terhadap motivasi kerja dapat
H0 ditolak, jika thitung> ttabel. diterima.

Tabel Koefisien Jalur Pengaruh X2 terhadap X3


Pengaruh Koefisien thitung ttabel
Langsung Jalur α=0,05 α =0,01
X2 terhadap X3 0,227 3,01** 1,99 2,62

** Koefisien jalur sangat signifikan (3,01 > 2,63 pada α =0,01)

Hasil penelitian ini senada dengan H0 ditolak, jika thitung> ttabel.


hasil penelitian Afifah dan Musadieq pada Dari perhitungan analisis jalur,
karyawan PT Pertamina Geothermal pengaruh langsung komunikasi organisasi
Energy Jakarta. Dari penelitian ditemukan terhadap kepuasan kerja, nilai koefisien
bahwa adanya pengaruh kepuasan kerja jalur sebesar 0,270 dan nilai thitung sebesar
terhadap motivasi kerja sebesar 0,663. 3,18. Nilai ttabel untuk α=0,01 sebesar 2,62.
(2017: vol. 47). Oleh karena nilai thitung lebih besar dari
Hipotesis Ketiga pada nilai ttabel maka dengan demikian Ho
Komunikasi organisasi berpengaruh ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian
langsung positif terhadap kepuasan kerja. komunikasi organisasi berpengaruh secara
H0: β21 ≤ 0 langsung positif terhadap kepuasan kerja
H1: β21 > 0 dapat diterima.
Tabel Koefisien Jalur Pengaruh X1 terhadap X2
Pengaruh Koefisien thitung ttabel
Langsung Jalur α=0,05 α =0,01
X1 terhadap X2 0,270 3,18** 1,99 2,62

** Koefisien jalur sangat signifikan (3,18 > 2,62 pada α =0,01)

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |10


Ringkasan model analisis jalur berikut:
dapat dilihat pada gambar 4.7 sebagai
r13= 0,250

X1 p31= 0,300

X3
r12= 0,270
3
p21= 0,270
X2
r23= 0,278
p32= 0,227
Gambar Model Empiris Antar Variabel

Hasil penelitian ini senada dengan 2. Terdapat pengaruh langsung positif


hasil penelitian Darijani, Soltani, dan kepuasan kerja terhadap motivasi
Pourroostaei bahwa efektivitas komunikasi kerja dengan nilai koefisien korelasi
organisasi berdampak pada kepuasan sebesar 0,278 dan nilai koefisien jalur
kerja.(2014: 43-51). sebesar 0,227. Artinya, peningkatan
kepuasan kerja yang dirasakan guru
SIMPULAN mengakibatkan peningkatan motivasi
Berdasarkan hasil penelitian yang kerja guru SMA Katolik se-Jakarta
dilakukan terhadap guru SMA Katolik se- Barat.
Jakarta Barat, diperoleh kesimpulan 3. Terdapat pengaruh langsung positif
sebagai berikut: komunikasi organisasi terhadap
1. Terdapat pengaruh langsung positif kepuasan kerja dengan nilai koefisien
komunikasi organisasi terhadap korelasi sebesar 0,270 dan nilai
motivasi kerja dengan nilai koefisien koefisien jalur sebesar 0,270. Artinya
korelasi sebesar 0,250 dan nilai peningkatan komunikasi organisasi
koefisien jalur sebesar 0,300. Artinya yang terjadi dalam lingkup kerja guru
peningkatan komunikasi organisasi mengakibatkan peningkatan kepuasan
yang terjadi dalam lingkup kerja guru kerja guru SMA Katolik se-Jakarta
mengakibatkan peningkatan motivasi Barat.
kerja guru SMA Katolik se-Jakarta
Barat.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |11


DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Thara dan Mochammad Al Musadieq. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Motivasi
Kerja dan Dampaknya terhadap Kinerja: Studi pada Karyawan PT. Pertamina
Geothermal Energy Kantor Pusat Jakarta. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol. 47
No. 1 Juni, 2017.

Amstrong, Michael. A Handbook of Human Resources Management Practice. London:


Kogan Page, 2007.

Colquitt, Jason A. dan Jeffrey A. LePine, Michael J. Wesson, Improving Performance and
Commitment in the Workplace. Fourt Edition. New York: McGraw-Hill Education,
2015.

Darijani, Ali dan Hassan Soltani, Mohammad Ali Pourroostaei. Impact of the Effectiveness
of Organizational Communication on Job Satisfaction throught Job Motivation of
Employees of Shiraz Telecommunication Company. WALIA Journal. 30 (S3), 2014.

Dessler, Gary dan Jean Philips, Managing Now. USA: Houghton Miffin Company, 2008.

Downs, Cal W. dan Allyson D. Adrian. Assesing Organizational Communication-Strategi


Communication Audits. New York: The Guilford Press, 2004.

George, Jennifer M. dan Gareth R. Jones, Understanding and Managing Organizational


Behavior. Sixth Edition. New Jersey: Pearson Education, 2012.

Gibson, James L. dan John M. Ivencevich, James H. Donnelly, Jr., Robert Konopaske.
Organization Behavior: Structure, Processes, Foourteeth Edition. New York:
McGraw-Hill, 2012.

McShane, Steven L. dan Mary Ann Von Glinow. Organizational Behavior: Emerging
Realities for the Workplace Revolution. 4th Edition. New York: McGraw-Hill, 2008.

Mutuku, Claire Katungu dan Dr. Petronilla Mathoko. Effects of Organizational


Communication on Employee Motivation: A Case Study of Nokia Siemens Networks
Kenya. International Academic Journal of Information Sciences and Project
Management. Volume 1, Issue 3, 2014.

Newstrom, John W. Organizational Behavior: Human Behavior at Work. New York:


McGraw Hill, 2007.

Newstrom, John W. Organizational Behavior: Human Behavior at Work. New York:


McGraw Hill, 2011.

Schermerhorn, Hunt, Osborn,Uhl-Bien. Organizational Behavior. 11e. Hoboken: John Wiley


& Sons, Inc., 2010.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |12


PEWARISAN TARI TAREK PUKAT (TARIAN PESISIR ACEH)
DI SANGGAR CUT NYAK DHIEN

Fitriani
STKIP Bina Bangsa Getsempena
Email: fitriani@stkipgetsempena.ac.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji Tari Tarek Pukat sebagai ekspresi kehidupan
masyarakat pesisir dan upaya pewarisannya di sanggar Cut Nyak Dhien. Metode penelitian
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan interdisiplin. Data penelitian
dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan
data menggunakan triangulasi sumber, kemudian dianalisis menggunakan alur reduksi,
penyajian, dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukan bahwa, Tari Tarek Pukat
diciptakan oleh Yuslizar pada tahun1958. Tarek Pukat menggambarkan aktivitas para
nelayan yang menangkap ikan dilaut tarek berarti tarik sedangkan pukat adalah alat sejenis
jaring yang digunakan untuk menangkap ikan. Tarian ini ditarikan oleh 13 penari yang terdiri
dari 8 penari wanita dan 5 penari pria. Tarian ini mempunyai 19 pola gerakan yang dibagi
menjadi dua yaitu 7 pola gerakan untuk penari wanita dan 14 untuk pola gerakan penari pria
dengan pola lantai bermacam ragam untuk penari lelakisedangkan penari wanita menari
dengan posisi duduk bersaf. Tema yang digunakan pada tarian ini yaitu aktivitas masyarakat
nelayan yang sedang mencari ikan dilaut. Pengiringnya yaitu Serune Kalee, Geundrang Aceh
dan Rapa’I serta syair tari Tarek Pukat. busana yang digunakan dalam tarian ini sangat
sederhana dari pakain tradisi Aceh yang sebenarnya.dari pakain penari wanita baju
Aceh,celana hitam panjang, songket yang menutup sampai lutut dan selendang yang dililitkan
di kepala,tali Pinggang Aceh, kalung Aceh dan bros baju Aceh sedangkan para penari laki-
laki hanya menggunakan baju lengan panjang berwarna hitam dan celana panjang berwarna
hitam sarung yang di selempangkan kebahu serta ikat kepala. Properti yang digunakan yaitu
raga ikan, topi nelayan dan tali sebagai pukat. dari gerak pawang engkot sampain gerak
penutup merupakan ekspresi kehidupan para nelayan yang mencari ikan dilaut. Sehingga
tarian ini harus tetap diwariskan dan diteruskan kepada generasi penerus yang akan datang
dengan Pewarisan Tari Tarek Pukat melalui Pembelajaran Di Sanggar Cut Nyak Dhien.
kegiatan yang ada disanggar Cut Nyak Dhien adapun hal yang terlibat pertama mengenai
pola umum latihan yang ada pada sanggar Cut Nyak Dhien yaitu: jadwal latihan di Sanggar,
bimbingan latihan dari pelatih sanggar, membuat gerakan dasar sebagai pemanasan,
pembagain materi untuk latihan dan pembagain kelompok penari. Didalam proses
pembelajaran adanya siswa, pelatih,tujuan,materi,metode media,nilai-nilai yang ditanamkan
disanggar dan evaluasi.

Kata Kunci: Tari Tarek Pukat


Abstract
The purpose of this research is to study Tarek Pukat Dance as an expression of coastal
community life and its inheritance efforts in Cut Nyak Dhien studio. The research method
used qualitative method with interdisciplinary approach. The research data was collected by
observation, interview, and documentation. The validity check of data using source
triangulation, then analyzed using flow reduction, presentation, and data verification The
results showed that, Tarek Pukat Dance was created by Yuslizar in 1958. Tarek Pukat
describes the activities of fishermen who catch fish at sea tarek means tug whereas trawl is a
kind of net used to catch fish. This dance is danced by 13 dancers consisting of 8 female

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |13


dancers and 5 male dancers. Dance has 19 motion patterns that are divided into two namely
7 patterns of movement for female dancers and 14 for male dancers movement patterns with
various floor patterns for male dancers dancedisari danced women dance with sitting
position bersaf. The theme used in this dance is the activity of fishermen who are looking for
fish at sea. His companions are Serune Kalee, Geundrang Aceh and Rapa'I and Tarek Pukat
dance poems. the clothing used in this dance is very simple from the original grip of Aceh
tradition. From the clothing of women dancers Acehnese clothes, long black trousers,
songket covering up to the knees and scarves wrapped around the head, ropes of Aceh
Pangang, Aceh necklaces and Aceh clothing bros while male dancers wear only black long-
sleeved shirts and black trousers wrapped in kebuang and headbands. The property used is
fish body, fishing hat and rope as trawl. from the motion of the endangered handler to the
closing motion is an expression of the life of the fishermen looking for the fish at sea. So this
dance should remain inherited and forwarded to future generations who will come with
Inheritance Dance Tarek Pukat through Learning In Studio Cut Nyak Dhien. the existing
activities were violated by Cut Nyak Dhien while the first thing involved about the general
pattern of the existing training at Cut Nyak Dhien studio were: training schedule in Sanggar,
training guidance from the studio coach, making basic movements as warming up,
distributing material for training and organizing dance groups . In the process of learning
the existence of students, trainers, goals, materials, media methods, embedded values are
violated and evaluation.

Keywords: Tarek Pukat Dance

PENDAHULUAN Masyarakat pesisir Aceh merupakan


Murtala (2009:1) menyatakan masyarakat yang mata pencahariannya
bahwa Aceh tidak hanya merupakan sebagai nelayan, pada umumnya orang
batasan geografis yang kemudian menjadi nelayan berdasarkan turun temurun
menjadikannya salah satu provinsi yang dari ayah keanak dan seterusnya, baik
berada dalam Negara kesatuan republik dimasa lalu maupun masa sekarang.
Indonesia namun juga merupakan wilayah Masyarakat Aceh sedikit sekali jumlah
tempat berkumpulnya beragam suku nelayan yang berasal dari kalangan yang
bangsa. Provinsi Aceh dihuni oleh beragam lain terutama mereka yang tinggal ditataran
suku bangsa yang mayoritas menyatu tinggi atau kota. Para nelayan dapat
dalam satu ikatan agama, yaitu agama dikatakan sebagai sebuah koloni yang
Islam. Kepercayaan dan keyakinan yang mendiami wilayah sepanjang pesisir pantai.
dianut oleh mayoritas masyarakat Aceh, Masyarakat pesisir Aceh hampir sebagian
kiranya sangat berpengaruh terhadap besar dari mereka melakukan pekerjaan
kehidupan masyarakat sehari-hari terutama nelayan baik sebagai nelayan tetap maupun
dalam cara berkesenian. nelayan sambilan tidak tetap perkampungan
yang kumuh dengan rumah yang terbuat

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |14


dari bambu atau pelepah rumbia sedikit Aceh ini berbeda dengan tarian Aceh
sekali yang mampu membangun rumah lainnya yaitu lilkok pulo, meusekat saman,
beton. Masyarakat pesisir Aceh merupakan rapa’I geleng dan tari Aceh pada umumnya
kelompok yang mampu membuat Pukat yang mengandung syiar Agama Islam.
atau jaring dan mempunyai perahu Setiap komponen pada tari Tarek Pukat ini
(Daud,2010:12). terdapat kearifan lokal yang memiliki
Potensi kesenian yang berada di makna, isi pesan tentang norma-norma
Aceh terlihat dari hasil alam sosial, nilai-nilai budaya dan sebagai wujud
(pertambangan), hutan, pesisir laut yang kebudayaan yang mengatur sistem sosial
menjadi gambaran kesenian yang ada di dalam menata aktivitas kehidupan sosial
Aceh. Kondisi alam yang sangat masyarakatnya.
menjanjikan ini menjadikan masyarakat Dalam bahasa Aceh, Tarek Pukat
Aceh memiliki profesi yang beragam, dari berarti menarik jala ikan. Kegiatan ini
petani, nelayan, peladang dan penambang. berlangsung di daerah pesisir, yang
Dari seluruh gejala tingkah laku masyarakat merupakan kegiatan rutin para nelayan.
Aceh dari sejarah, adat-istiadat, agama, Kegiatan Tarek Pukat sangat kental dengan
mata pencarian menjadi inspirasi dalam kebudayaan Aceh, sebagai mana kita
suatu karya tari tradisional Aceh. Salah ketahui daerah Aceh dikelilingi oleh pesisir
satunya yang menggambarkan kebiasaan laut. Selain itu, Tarek Pukat merupakan
masyarakat dalam mata pencarian sebagai sebuah tarian daerah yang dimana tarian ini
nelayan yaitu seni Tari Tarek Pukat. menggambarkan tentang kegiatan
Tarek Pukat salah satu dari bentuk “Menarek Pukat” Tarian ini diciptakan
kesenian yang merupakan wujud oleh almarhum Yusrizal Banda Aceh pada
kebudayaan hasil olah pikir, ide ataupun tahun 1962 (Burhan, 1986:141). Tarek
gagasan AlmarhumYuslizar dalam Pukat menggambarkan aktivitas para
masyarakat pesisir Aceh yang terbentuk nelayan yang menangkap ikan dilaut Tarek
dari unsur-unsur dasar untuk komunikasi berarti tarik sedangkan Pukat adalah alat
melalui gerakan maupun suara (ekspresi sejenis jaring yang digunakan untuk
visual) yang menunjukan estestis . Tarek menangkap ikan (pemerintah kota banda
Pukat sebagai gambaran aktivitas Aceh, 2008). Tarek Pukat salah satu jenis
masyarakat pesisir yang memiliki rasa tarian di pesisir Aceh, yang sengaja
keindahan (estetika) yang ditimbulkan dari dipertunjukan untuk menggambarkan
gerak, syair dan musik. Tari Tarek Pukat aktivitas masyarakat nelayan yang pergi

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |15


meulaoet, mereka membuat jaring ikan Niazah A Hamid. Sanggar Cut Nyak Dhien
(Pukat) sebagai mata pencaharian merupakan wadah untuk pelestarian tari
masyarakat pesisir Aceh ( Fitri, 2009). Tradisional Aceh yang selalu menjaga
bentuk keaslian dari Tradisi Aceh, dan
Bentuk yang dipertunjukkan dalam terciptanya tari Tarek Pukat Aceh ini
Tarek Pukat memiliki keunikan yang dapat pertama sekali di Sanggar Cut Nyak Dhien.
dilihat dari aspek geraknya, property, Bagaimana Sanggar Cut Nyak
hingga pola lantainya. Maka dari itu, tentu Dhien berupaya menghidupkan dan
memiliki pesan yang tersembunyi memperkenalkan Tarek Pukat sebagai
didalamnya. Karena sesungguhnya tari salah satu aktivitas masyarakat Aceh pesisir
merupakan simbol dari kehidupan dalam rangka mempresentasikan keadaan
masyarakat. Sehingga sangat dibutuhkan para nelayan dalam sebuah tarian tradisi
pembelajaran tari Tarek Pukat yang masyarakat Aceh pesisir melalui pewarisan
bertujuan untuk menjaga kelestarian dalam pembelajaran pada sanggar Cut
budaya pesisir Aceh yang selalu ada di Nyak Dhien dan terus dilestarikan dalam
pelajari pada komunitas sanggar yang acara-acara adat dan juga acara besar dalam
dikatakan sebagai pendidikan nonformal ruang lingkup Nasional maupun
yang dapat dikembangkan kepada generasi Internasional. Inilah keterkaitan perbedaan
muda agar mereka mengenal budaya antara tari tradisional Aceh pada umumnya
daerahnya dan nantinya diharapkan dengan dengan Tari Tarek Pukat yang mempunyai
mengenal, mereka akan mencintai sehingga simbol yang berbeda pada tarian Aceh pada
pada akhrinya akan memiliki rasa tanggung umumnya. Tarek Pukat sebagai jenis
jawab untuk memelihara dan pertunjukan kreativitas didalam unsur
mengembangkanya dalam pembelajaran geraknya yang mengandung keunikan
tari Tarek Pukat pada Sanggar Cut Nyak dalam gerak. karena adanya gerak Tarek
Dhien yang berada di Pondopo Gebenur Pukat yang menggambarkan proses
Provinsi Nangroe Aceh Darusslam Banda pembuatan pukat atau jaring dalam tari dan
Aceh. menggambarkan peran dalam masyarakat
Sanggar Cut Nyak Dhien Banda pesisir Aceh yang bangga atas kesenian
Aceh, merupakan sanggar yang masih tradisional dan bagian dari kelompok yang
bertahan dan paling dikenal oleh seluruh ingin memperkenalkan kesenian dan
masyarakat Aceh karena sanggar ini kebudayaan yang dimilikinya. Berdasarkan
sanggar tertua di Aceh di bawah pimpinan penjelasan diatas terlihat bahwa Tari Tarek

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |16


Pukat merupakan kesenian unik yang relavan yang lain terhadap fenomena dalam
berkembang sejak lama dan masih bertahan karya seni. Dalam penelitian ini, disiplin
hingga sekarang, yang menjadi sebuah ilmu yang digunakan oleh peneliti yaitu
gambaran kehidupan masyarakat pesisir disiplin ilmu sosial budaya, komunikasi dan
Aceh. Atas dasar itu peneliti ingin mengkaji disiplin seni tari. Pendekatan penelitian
lebih lanjut mengapa Tari Tarek Pukat ini tersebut diimplementasikan melalui metode
masih terus bertahan dan berlanjut dari penelitian kualitatif. Metode kualitatif ini
generasi kegenerasi. Maka dari itu untuk merupakan metode yang digunakan untuk
melihat, peneliti membutuhkan lokasi meneliti pada kondisi objek yang bersifat
penelitiannya di Sanggar Cut Nyak Dhien, alamiah.Teknik pengumpulan data yang
karena sanggar ini masih mempertahankan digunakan dalam penelitian yaitu,
kesenian tradisi Aceh. observasi, wawancara, dan Dokumentasi.
Inilah yang menjadi dasar untuk Instrument yang digunakan dalam
mengkaji tentang bagaimana bentuk Tari observasi adalah: (1) pedoman
Tarek Pukat di Sanggar Cut Nyak Dhien Observasi,(2) kamera untuk
serta upaya yang dilakukan Sanggar Cut mendokumentasikan kegiatan yang sedang
Nyak Dhien mewariskan Tari Tarek Pukat dilakukan peneliti yang berkaitan dengan
dalam kehidupan masyarakat pesisir Aceh tari Tarek Pukat. sehingga dapat
meningkatkan keabsahan data dan lebih
Diharapkan setelah mengetahui bentuk terjamin data yang diperoleh, (3)
Tari Tarek Pukat di Sanggar Cut Nyak Handphone,untuk mengambil video tari
Dhien serta upaya dalam mewariskan dari Tarek Pukat saat penelitian di sanggar Cut
generasi kegenerasi berikutnya di sanggar Nyak Dhien. Supaya penelitian ini lebih
Cut Nyak Dhien diharapkan nilai-nilai dan akurat, dikarnakan peneliti betul-betul
tradisi yang terkandung di dalamnya dapat melakukan pengumpulan data. Wawancara
diteruskan oleh generasi yang akan datang. yang dilakukan pada penelitian ini terkait
dengan hal yang sangat penting yaitu
METODE bagaimana“ Tari Tarek Pukat Aceh: Bentuk
Penelitian ini menggunakan Ekspresi Kehidupan Masyarakat Pesisir dan
pendekatan interdisiplin. Dikarenakan Upaya Pelestarianya Di Sanggar Cut Nyak
bukan hanya konsep atau teori yang Dhien”. Untuk mendapatkan data
menjadi ciri dari bentuknya saja yang dilapangan peneliti menggunakan
digunakan tetapi bisa mengambil bentuk wawancara terstruktur dengan Narasumber

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |17


yang ada di sanggar Cut Nyak Dhien yaitu, HASIL DAN PEMBAHASAN
Cut Maysarah, Fitriana Rizkiy ketua atau a. Tari Tarek Pukat sebagai
pelatih sanggar, Widya Astuti, Cut Emma Ekspresi Kehidupan Masyarakat
pengurus sanggar Cut Nyak Dhien. Dan Pesisir Aceh
yang paling dikenal di Aceh dan juga Secara penjelasan tentang tarek
sanggar tertua di bawah pimpinan Niazah A pukat yang digambarkan dalam tarian yaitu,
Hamid. Sementara untuk dokumentasi penari wanita dari kiri ke kanan membuat
peneliti melakukan pengumpulan data jala dengan cara merajut tali dari seorang
pengkajian dokumen-dokumen seperti penari kepada penari berikutnya, sedangkan
literatur-literatur buku tentang tarek pukat, laki-laki kembali memasuki pentas dengan
foto-foto yang terkaitan dengan mengkayoh atau mendayung. Penari wanita
pembelajaran tari tarek pukat di sanggar tetap dengan posisi duduk sedangkan penari
Cut Nyak Dhien serta video tari tarek laki-laki dengan berbagai bentuk komposisi
pukat. membuat gerakan seperti mendayung,
Pada penelitian ini untuk menguji menarik pukat, menjala ikan dan lain-
keabsahan data digunakan triangulasi lain.pada akhir lagu dengan tempo cepat
sumber yaitu pengujian data dengan cara penari perempuan secara serentak
mengecek data yang telah diperoleh melalui memperlihatkan jala yang sudah siap
beberapa sumber. Pada penelitian ini uji dirajut dalam posisi setengah berdiri,
keabsahan sumber dilakukan dengan cara: berdiri dan berjalan kesamping kedepan
(1) membandingkan data hasil pengamatan atau kebelakang sambil tetap memegang
dengan data hasil wawancara; (2) pukat yang diangkat keatas atau kebawah
membandingkan hasil wawancara dengan sesuai dengan irama lagu.tari ini diakhirkan
isi dokumen yang terkait. Demikian juga dengan gerak serentak, penari perempuan
triangulasi metode dilakukan dengan dengan posisi setengah jongkok sambil
memanfaatkan berbagai teori, metode, dan mengembangkan jala dan sambil
teknik untuk menganalisis masalah yang berpegangan tangan.
sama.

Gambar 1. Penari menarik pukat

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |18


Terlihat pada gambar di atas bahwa sebagai nelayan, dengan membuat gerakan
gerakan penari laki-laki yang sedang seperti masyarakat nelayan yang sedang
membentuk gerakan seperti menarik pukat, menarik pukat bersama-sama dalam
mengekspresikan bentuk kegiatan mencari ikan dilaut.
masyarakat pesisir yang bermata pencarian

Gambar 2. Para Nelayan Menarik Pukat


Di atas terlihat jelas bahwa gerakan oleh penari laki-laki merupakan ekspresi
yang ada pada tarian tarek pukat pada para nelayan saat menarik pukat.
ragam gerak menarek pukat yang digerakan

Gambar 3. Gerakan kayoeh (mendayung)


Terlihat pada ragam gerakan kayoeh sampan ketika ingin melepaskan pukat
yang dapat diartikan sebagai mendayung ketengah laut untuk mencari ikan sehingga
sampan atau but (kapal) merupakan bentuk terbentuklah gerakan pada tarian Tarek
gerakan yang mengekspresikan kegiatan Pukat yang menjadi gambaran masyarakat
masyarakat nelayan yang mendayung nelayan saat mendayung sampan.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |19


Gambar 4. Masyarakat Nelayan Mendayung Sampan
Dari hasil penjelasan diatas bahwa mengetahui semua bentuk ragam gerak tari
bentuk dari gerakan kayoeh ini merupakan yang ada pada tari tarek pukat sehingga
ekspresi para nelayan pesisir Aceh yang peserta didik mengetahui proses pembuatan
mendayung sampan yang mempunyai pukat yang dirangkai menggunakan tali
kegiatan setiap hari pada saat berada sumbu, dengan diajarkan langsung
dipermukaan air laut ketika sedanga bagaimana gerakan yang ada pada tari
meletakan pukat atau menjatuhkan pukat Tarek Pukat sehingga peserta didik
kedasar laut. Jadi tidak bisa mengggunakan mengenal dan mengetahui bagaimana
mesin but yang membuat ikan didalam laut keadaan kegaiatan aktivitas para
berlarian dengan putaran baling-baling masyarakat nelayan Aceh yang mencari
yang ada didalam air sehingga ikan akan ikan dengan menarik pukat.
pergi menjauh dari sasaran para nelayan. Dan peserta didik mengetahui alat-alat
b. Pewarisan Nilai-nilai Yang apa saja yang digunakan oleh masyarakat
Ditanamkan Melalui nelayan ketika hendak mencari ikan dilaut
Pembelajaran di Sanggar Cut dari segi persiapan properti yang digunakan
Nyak Dhien saat berkerja, sehingga mengetahui fungsi
Dengan hasil data penelitian dari alat pukat dan mengetahui tarian ini
dilapangan baik yang diperoleh melalui diciptkan oleh alamrhum yuslizar sebagai
pengamatan maupun wawancara, dapat gambaran masyarakat pesisir Aceh. selain
dijelaskan nilai-nilai pembelajaran tari itu peserta didik tidak hanya mengetahui
Tarek Pukat yang diwariskan kepada dari segi bentuk geraknya saja tetapi
peserta didik atau penari sanggar Cut Nyak mereka juga mengetahui alat musik untuk
Dhien yaitu, pertama, dapat dilihat dari menarikan tari Tarek Pukat dan mengapa
aspek pengetahuan peserta didik atau penari hanya menggunakan 3 jenis alam musik

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |20


Tradisional saja dan peserta didik dari peserta didik yang masih baru, dan tidak
penari laki tidak hanya bisa menarikan tari memandang lebih besar atau kecil yang
Tarek Pukat saja, tetapi mereka juga bisa mengajarkannya karena disanggar ini
memainkan alat musik untuk iringan Tarek dilarang malu untuk diajarkan oleh penari
Pukat. yang lebih muda apabila memang
Karena dalam sanggar Cut Nyak Dhien kemampuannya lebih bagus.
para peserta didik tidak hanya diajarkan Nilai-nilai kemandirian dan saling
menari saja, tetapi juga diajarkan berkerjasama ini diterapkan oleh pelatih
bagaimana cara memegang alat musik sejak pertama kali mereka masuk menjadi
supaya meraka mengetahui cara bermain peserta didik di sanggar Cut Nyak Dhien
alat musik khususnya alat musik tradisional sehingga sudah dilatih untuk mempunyai
Aceh. hingga tidak mengherankan jika sikap disiplin ketika hadir dan tepat waktu
anggota sanggar baik itu pemusik bisa ketika latihan, tanggung jawab dengan apa
menjadi penari dan penari bisa menjadi yang sudah diberi kepercayaan oleh pelatih,
pemusik, karena meraka sudah dilatih salah satunya untuk menjaga lingkungan
supaya mengetahui cara menari dan sanggar dan psarana prasarana yang ada di
memainkan musik sebagai iringan penari sanggar, mempunyai sikap sabar dan tekun
jadi apabila ada kendala ketika dengan sesama anggota dan saling
menampilkan tari Tarek pukat di festival mengerti,serta cermat dalam mengambil
Aceh, maka sanggar tidak merasa susah keputusan. Penanaman nilai tersebut akan
karena dapat menggantikan dengan anggota membentuk sikap yang mandiri kepada
yang lain sehingga semua anggota sudah seluruh peserta didik atau penari sehingga
mempunyai bekal untuk dipertunjukan. apabila pelatih tidak dapat menjadi pelatih
Kedua, dilihat dari aspek sikap, terlihat di sanggar lagi maka mereka yang akan
bahwa ada keinginan para pelatih untuk meneruskan dan melanjutkan kegiatan yang
membuat sikap mandiri kepada peserta telah diterapkan oleh sanggar dari dulu
didik atau penari,dengan cara mereka seling hingga sekarang.
berlajar bersama ketika berlatih dan pelatih Ketiga, dari aspek keterampilan dari
melepaskan mereka supaya bisa saling peserta didik ini merupakan semua bentuk
membantu satusama lainnya dan ketiak gerakan tari tradisional Aceh mereka sudah
penari junior telah bisa mengawasai gerak sanggat menguasai dengan pemeblajaran
tari maka dia akan membantu penari baru yang rutin dalam 1 minggu tiga kali
yang msaih diberkan gerakan dasar pada sehingga mereka anak-anak sanggar Cut

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |21


Nyak dhien ini mempunyai keterampilan perlu di teruskan kepada anak-anak
dari hasil latihan yang cukup panjang yang generasi muda.
selama ini dilakukan, apa lagi kemampuan
SIMPULAN
dari anggota penari laki-laki ketika mereka
1. Tari Tarek Pukat mempunyai Sembilan
bisa menari mereka juga bisa mejadi
belas pola gerakan yang dibagi menjadi
pemusik bagi penari sanggar Cut Nyak
dua yaitu tujuh pola gerakan untuk
Dhien, dan tidakmkalah dengan
penari wanita dan empat belas untuk
keterampilan yang di miliki oleh anggota
pola gerakan penari pria dengan pola
penari wanita yang tidak hanya sebagai
lantai bermacam ragam karena penari
penari mereka juga mempunyai keahlian
lelaki menari dengan posisi berdiri
dalam memakai baju dan make up sendiri
sedangkan penari wanita menari dengan
dalam penampilan saat ingin menarikan
posisi duduk bersaf. Tema yang
dipanggung sehingga mereka tidak
digunakan pada tarian ini yaitu aktivitas
memberatkan pelatih blagi dalam membuat
masyarakat nelayan yang sedang
sesuatu hal mengenai penampilan saat
mencari ikan dilaut. Pengiring tari Tarek
memanggung, itu semua dari kemandirian
Pukat yaitu Serune Kalee, Geundrang
yang telah ditanamkan oleh pelatih sanggar
Aceh dan Rapa’I serta syair yang
Cut Nyak dhien sehingga mereka mampu
membuat semangat para penari dalam
membuat semuanya dengan sendirinya.
menarikan tarian ini. busana yang
Nilai-nilai yang ditanamkan melalui
digunakan dalam pertunjukan Tarek
pembelajaran di sanggar Cut Nyak Dhien
Pukat ini sangat sederhana dari pakain
ini merupakan warisan yang menumbuhkan
tradisi Aceh yang sebenarnya.dari
adanya kesadaran budaya untuk tetap
pakain penari wanita baju Aceh,celana
melestarikan tari tradisional maupun tari
hitam panjang, songket yang menutup
kreasi yang mentradisi, sehingga akan tetap
sampai lutut dan selendang yang
dapat diteruskan dan diketahui oleh
dililitkan di kepala,tali Pinggang Aceh,
generasi muda yang akan datang nantiknya,
kalung Aceh dan bros baju Aceh
melalui proses pembelajaran tanpa disadari
sedangkan para penari laki-laki hanya
telah menumbuhkan sikap pada masyarakat
menggunakan baju lengan panjang
dan peserta didik untuk menghargai dan
berwarna hitam dan celana panjang
mencintai tarian tradisi yang Ada di Aceh
berwarna hitam sarung yang di
sebagai warisan tradisional Aceh yang
selempangkan kebahu serta ikat kepala.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |22


Properti yang digunakan yaitu raga ikan, Aceh tetap terus di lestarikan oleh
topi nelayan dan tali sebagai pukat. Tari penerus anak didik dari Almarhum
Tarek Pukat ini bisa ditampilkan dimana Ichsan Ibrahim untuk mewariskan
saja dan kondisi apa saja karena tarian kepada generasi kegenerasi selanjutnya.
ini tidak mempunyai kekhususan lokasi Kegiatan pembelajaran di sanggar Cut
untuk dipertunjukan, bisa di lapangan Nyak Dhien ini tidak lepas dari
dan bisa di panggung pertunjukan sesuai komponen-komponen pembelajaran
dimana ingin mengadakan yang secara umunya setiap pembelajaran
pertunjukannya. Tari Tarek Pukat ini adanya guru dan pelatih yang menjadu
ditampilkan di depan masyarakat yang subjek dan objeknya. Sehingga terbentuk
ingin melihat pertunjukan tari Tarek suatu transformasi ilmu dalam kegiatan
Pukat dan biasanya di tampilkan pada yang ada disanggar Cut Nyak Dhien
acara khusus hari kelautan,festival seni adapun hal yang terlibat pertama
Aceh,Acara formal, acara mengenai pola umum latihan yang ada
Kemasyarakatan, acara pekan pada sanggar Cut Nyak Dhien yaitu:
kebudayaan Aceh (PKA), acara Petani jadwal latihan di Sanggar, bimbingan
sedunia hingga pada perlombaan tari latihan dari pelatih sanggar, membuat
tradisional Aceh. gerakan dasar sebagai pemanasan,
2. Salah satu yang masih membuat sanggar pembagain materi untuk latihan dan
Cut Nyak Dhien ini tetap melestarikan pembagain kelompok penari. Proses
tarian Tradisional Aceh dan tetap pembelajaran tari Tarek Pukat di sanggar
meneruskan kepada generasi hingga Cut nyak Dhien ini yang pertama
sekarang yaitu Drs. H. Ichsan Ibrahim memisahkan gerakan tari laki-laki
yang merupakan sesame seniman Aceh dengan perempuan, selanjutnya gerakan
yang menjadi kerabat dekat Almarhum membuat pukan dengan menggunakan
Yuslizar. Dengan melalui pembelajaran tali yang dilakukan oleh penari
disanggar Cut Nyak Dhien ini maka perempuan, dan laki-laki berlajar
tetap terus hadir dan selalu ada tarian bersama penari laki-laki untuk gerakan
Tradisional Aceh di masyarakat Aceh sebagai nelayan tahap selanjutnya ketika
dengan wadah yang sudah lama para peserta didik sudah menguasai
dilestarikan oleh seniman-seniman Aceh gerakan tarian ini maka selanjutnya
di sanggar Cut Nyak Dhien hingga mereka belajar dengan menggunkan
sampai sekarang pewarisan dari seniman iringan musik yang dimainkan oleh

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |23


anggota sanggar Cut Nyak Dhien. Tari dengan tetap meneruskan tari-tari
tarek Pukat harus tetap diwariskan dan Tradisional yang ada di Aceh. sehingga
diteruskan kepada generasi penerus yang mampu mempertahankan bentuk
akan datang dengan Pewarisan Tari keaslian pada tarian Tradisional dengan
Tarek Pukat melalui Pembelajaran Di didorong oleh seniman-seniman tari
Sanggar Cut Nyak Dhien. Sanggar Cut Aceh yang karyanya sampai sekarang
Nyak Dhien ini merupakan sanggar yang masih dikenal oleh Masyarakat Aceh
masih bertahan hingga sampai sekarang maupun diluar Aceh.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |24


DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran.Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.

Cahyono, Agus. 2006. “Pola Pewarisan Nilai-nilai Kesenian Tayub”. Jurnal Harmonia
Pengetahuan Dan Pemikiran Seni. 7(1):21-33.

Firdaus Burhan, ed. 1986. Ensikopedia Musik dan Tari Daerah, Propinsi Daerah Istimewa
Aceh Banda Aceh: Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya.

Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.


Jakarta:Bumi Aksara.

Hartati, 2010. “Teknik Pembelajaran Tari Pada Sanggar Cut Nyak Dhien Banda
Aceh”.Jurnal: ilmiah Fkip Universitas Syiah Kuala.

Hartati, 2013. “Pengelolaan Sanggar Cut Nyak Dhien dalam Pengembangan kebudayaan
Aceh”. Jurnal: ilmiah Fkip Universitas Syiah Kuala.

Harun, Mohd. 2007. “Representasi Nilai Estetis Orang Aceh Dalam Hadih Maja”. Jurnal
Ilmu-ilmu Sosial Bidang Pendidikan. 9(2):100.

Hawkins. 1990. Mencipta Lewat Tari. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia.

Idan, Hermanto. 2010. Pintar Antropologi.Jogjakarta: Tunas Publishing.

Kodiran. 2004. Pewarisan Budaya Dan kepribadaian. Jurnal Humaniora 16 (1), 10-16.

Mohamad, Harun,2009. Memahami Orang Aceh. Banda Aceh: cipta pustaka.

Muhammad, Fidaus. 2010. “Hasil Tangkapan dan Laju Tangkapan Unit Perikanan Pukat
Tarik, Tugu dan Kelong”. Jurnal Makara, Teknologi,Vol. 14, No.1.

Muhammad, Takari. 2015. “Mengkaji Secara Saintifik Budaya Musik Aceh dari sisi
Struktural dan Fungsional”. Jantho Aceh ISBI.

Mulanto &Cahyono. 2016. Pewarisan Bentuk Nilai dan Makna Tari Kretek. Semarang:
Catharsis Journal of Arts Education.

Murtala. 2009. Tari Aceh Yusrizal kreasi yang mentradisi. Banda Aceh: Iskandar.

Netriroza, Arifni. 2007. “Masyarakat Dan Kesenian Naggroe Aceh Darussalam”.


Etnomusikologi: Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Seni. 2(6):196.

Nur Syam,2005. Islam Pesisir. Yogyakarta: LKis.

Nurwani, 2011. “Serampang XII: Tari Kreasi Yang Mentradisi”. Harmonia : Jurnal
Pengetahuan dan Pemikiran Seni Vol.XI, No.1

Pemerintah kota Banda Aceh, 2008. Seni Tari Aceh

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |25


Rachmawati dan Daryanto,2015. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang
Mendidik.Yogyakarta: Gava Media.

Rahmat, Munazir,dkk, 2017. “Menjaga Kelestarian Lingkungan Maritim Pesisir yang


Berkelanjutan di Kabupaten Pidie dengan Pendekatan Adat Meulaot”.Jurnal
Humaniora, 1(2), 71-78.

Rohidi, 2014. “Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan Seni Budaya Berbasis


Kearifan Lokal”.Jurnal Imaji, Vol. VIII No. 1 - Januari 2014.

Rohidi, Tjetjep Rohendi. 1994. Pendekatan Sistem Sosial Budaya dalam Pendidikan.
Semarang: IKIP Semarang press.

Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metode Penelitian Seni. Semarang : Cipta Prima.

Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2014. Pendidikan Seni Isu Dan Paradigma. Semarang : Cipta
Prima Nusantara.

Sedyawati. 2012. BudayaIndonesia Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Sugiharto, Bambang. 2013. Untuk Apa Seni. Bandung: Matahari.

Suharsimi Arikunto, 2016. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sulasman dan Gumilar, Setia.2013. Teori-teori Kebudayaan(Dari Teori Hingga Aplikasi)


Bandung: CV Pustaka Setia.

Sumaryono. 2016. Antropologi Tari Dalam Perspektif Indonesia. Yogyakarta:Media


Kreativa.

Sunarto, 2013. “shamanisme:fenomena religius dalam seni pertunjukan nusantara harmonia”.


Volume 13, No. 2 / Desember 2013.

Suwardi Endraswara, 2012. Metodologi Penelitian Kebudayaan.Yogyakarta: Gadjah Mada


university Press.

Suyadi, 2015. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |26


MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONSENTRASI ANAK ADHD
(ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER) USIA 5 - 6 TAHUN
DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)
DAN BERBASIS MODIFIKASI PERILAKU
(Mix Method Research di TK Islam PB. Soedirman)
1)
Fri Corina Sandrawati, 2)Martini Jamaris, dan 3)Asep Supena
Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta
Email: frico.sandra@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan konsentrasi anak ADHD yang berusia
5 – 6 tahun dengan menggunakan Alat Permainan Edukatif dan berbasis modifikasi perilaku.
Penelitian ini dilaksanakan di TK Islam PB Soedirman Jakarta Timur. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 dengan 1 orang Subjek penelitian. Alat permainan
edukatif yang digunakan adalah balok, playdough, puzzle dan leggo. Sementara metode
penelitian yang digunakan adalah Single Subject Research, dimana penelitian dilaksanakan
dalam 3 fase yaitu Baseline 1 (3 sesi), Intervensi (8 sesi) dan Baseline 2 (3 sesi). Data
kualitatif diperoleh melalui hasil pengamatan menggunakan Catatan Observasi. Sedangkan
data kuantitaf di peroleh dengan membandingkan skor rata-rata hasil Baseline 1, Intervensi
dan Baseline 2. Hasil penelitian membuktikan bahwa konsentrasi anak dengan ADHD dapat
ditingkatkan melalui intervensi dengan alat permainan edukatif (APE). Hal ini dibuktikan
dengan hasil rata-rata total skor kemampuan konsentrasi pada Baseline 1 adalah 28,3
menurun pada fase intervensi menjadi 21,75 dan pada fase Baseline 2 menjadi 20,33, yang
diartikan kemampuan konsentrasi anak ADHD meningkat. Data ini juga di dukung oleh data
frekuensi fokus teralihkan berkurang pada fase intervensi dan juga peningkatan durasi fokus
saat mengerjakan tugas. Penerapan teknik modifikasi perilaku dengan prompt (verbal prompt,
gestural prompt, physical prompt) dan reinforcement (pujian, jempol, tos) terbukti
merupakan intervensi yang mampu mendukung peningkatan konsentrasi pada anak ADHD.
Prompt dan reinforcement ini merupakan dukungan guru yang diwujudkan dalam sikapnya
untuk meningkatkan kemampuan konsentrasi anak ADHD.

Kata Kunci: Peningkatan Konsentrasi, Anak ADHD, Alat Permainan Edukatif

Abstract
The purpose of this research is to determine the improvement in concentration of ADHD
children aged 5-6 years old using Educational Game Tool and based on behavior
modification. This research was conducted at the PB Soedirman Islamic Kindergarten. The
study was started in October 2018 with 1 study subject. Educational Game Tools which used
is building blocks, playdough, puzzle and leggo. Meanwhile the research method used is
Single Subject Research, where research is conducted in 3 phases which is Baseline 1 (3
sessions), Intervention (8 sessions) and Baseline 2 (3 sessions).The Qualitative data is
obtained through observations using Observation Records.While the quantitative data
obtained by comparing the average result score of the Baseline 1, Intervention and Baseline
2.The results of the study prove that the concentration of children with ADHD can be
improved through intervention with educational game tools. This is proven by the average
results of the total concentration ability score in Baseline 1 is 28.3, decreasing in the
intervention phase to 21.75 and in the Baseline 2 phase becomes 20.33, which means the
concentration ability of ADHD children is improving.This data is also supported by the
lesson distracted focus frequency in the intervention phase and also an increase in the

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |27


duration on task. The application of behavior modification techniques with prompt (verbal
prompt, gestural prompt, physical prompt) and reinforcement (praise, thumbs, high fives) is
proven to be an intervention that is able to support improving concentration in ADHD
children.This prompt and reinforcement is the teacher's support which is manifested in his
attitude to improve the concentration ability of ADHD children.

Keywords: Concentration Increase, ADHD Children, Educational Game Tool

PENDAHULUAN mengalami GPPH di Jakarta adalah 26.2 %


Attention Deficit Hyperactivity dimana proporsi terbesar adalah jenis
Disorder (ADHD) atau Gangguan gangguan tidak mampu memusatkan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas perhatian, yaitu sebesar 15.9 %. Pada tahun
(GPPH) adalah suatu kondisi medis yang 2016 diperkirakan mencapai 26.4 %.
ditandai dengan ketidakmampuan Keberadaan anak ADHD juga terdapat
memusatkan perhatian, hiperaktif dan atau di TK Islam PB Soedirman. Pada beberapa
impulsif yang terdapat lebih sering dan tahun terakhir hampir selalu ada anak-anak
lebih berat dibandingkan dengan anak-anak dengan gangguan pemusatan perhatian,
sebaya (Peraturan Menteri Kesehatan mengalami hiperaktivitas maupun impulsif
Republik Indonesia Nomor terhadap teman sebayanya. Pada umumnya
330/Menkes/per/II/2011). Masalah ini orangtua tidak mengetahui ataupun tidak
terdapat secara menetap (persisten) dan terus terang kepada sekolah mengenai
biasanya menyebabkan kesulitan dalam kondisi anaknya. Orangtua menganggap
kehidupan anak, baik di rumah, sekolah bahwa kondisi anaknya tersebut normal dan
atau dalam hubungan sosial antar manusia. merupakan hal biasa pada anak-anak.
Jumlah anak penderita ADHD di Kondisi anak-anak ini baru terdeteksi
Indonesia belum diketahui secara pasti ketika mengikuti aktivitas di kelas. Mereka
tetapi diperkirakan jumlahnya juga terus lebih senang bermain sendiri,
meningkat. Penelitian yang secara terbatas konsentrasinya mudah teralihkan dan
dilakukan di Jakarta dilaporkan prevalensi cenderung mengganggu teman yang lain.
penderita ADHD 4,2 %, paling banyak Anak-anak ini juga biasanya mengalami
ditemukan pada anak usia sekolah dan pada keterlambatan dalam berbicara.
anak laki-laki (Adiputra, et.al, 2015). Untuk meningkatkan perilaku belajar
Menurut D. Saputro (2004) dalam anak ADHD di kelas seperti berkonsentrasi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik dan menyelesaikan tugas juga dapat
Indonesia Nomor 330/Menkes/per/II/2011, dilakukan melalui kegiatan bermain atau
prevalensi anak Sekolah Dasar yang menggunakan alat permainan edukatif.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |28


Hasil penelitian dari de la Guía, Lozano Konsentrasi
and Penichet (2015) menyimpulkan bahwa Menurut Surya (2003:17) konsentrasi
permainan edukatif dapat meningkatkan yaitu perpusatan perhatian atau pikiran
kemampuan kognitif anak seperti memori, pada suatu hal. Berdasarkan asal katanya
perhatian, dan kemampuan pribadi. konsentrasi itu diartikan sebagai suatu
Sementara sebelumnya juga terdapat hasil pemusatan, pengumpulan, penghimpunan
penelitian dari Aral, Gursoy, dan Can Yasar sesuatu pada suatu tempat pada suatu fokus.
(2012) yang menyatakan bahwa puzzle Hakim (2002:1) mengemukakan
merupakan alat permainan edukatif yang konsentrasi sebagai suatu proses pemusatan
mampu meningkatkan perkembangan pikiran kepada suatu objek tertentu.
kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial Kemudian Olivia (2011:15)
emosional dan kreativitas pada anak mengemukakan bahwa memfokuskan
dimana anak dapat bermain sambil belajar. perhatian pada objek tertentu disebut
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka konsentrasi. Kemampuan ini sangat
selain menerapkan modifikasi perilaku, diperlukan dalam hampir semua aktivitas
penggunaan Alat Permainan Edukatif manusia.
diharapkan dapat meningkatkan konsentrasi Van Tiel (2015:162) mengemukakan
anak ADHD. konsentrasi adalah kemampuan anak dalam
Rumusan masalah dalam penelitian ini upaya mempertahankan perhatian juga
adalah: 1) Bagaimanakah bentuk intervensi memusatkan perhatian. Kemampuan ini
yang dapat digunakan untuk meningkatkan berkaitan dengan sistem yang disebut
konsentrasi anak ADHD usia 5-6 tahun?, 2) regulasi kesadaran yang terlokalisasi di
Apa sajakah aspek yang perlu diperhatikan bagian tengah dari otak. Sistem regulasi
dalam meningkatkan konsentrasi anak kesadaran ini mempunyai peranan penting
ADHD usia 5-6 tahun? 3) Bagaimana agar manusia dapat melakukan kontak
perkembangan kemampuan konsentrasi dengan dunia di luar dirinya.
anak ADHD usia 5-6 tahun setelah Dari pengertian di atas dapat
diberikan intervensi? disimpulkan bahwa konsentrasi adalah
Penelitian ini bertujuan untuk bagaimana individu fokus atau memusatkan
mengetahui peningkatan konsentrasi anak perhatian dalam mengerjakan atau
ADHD yang berusia 5 – 6 tahun dengan melakukan sesuatu sehingga pekerjaan itu
menggunakan APE dan berbasis modifikasi mampu diselesaikan. Pada anak ADHD
perilaku berkonsentrasi dapat diamati melalui
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |29
perilaku duduk dengan fokus. Konsentrasi Hyperactivity Disorder, (Attention =
dapat diajarkan, untuk dapat berkonsentrasi perhatian, Deficit = berkurang,
diperlukan duduk dengan tenang. Hyperactivity = hiperaktif dan Disorder =
Kemampuan anak berkonsentrasi berbeda- gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia,
beda sesuai dengan usianya. Rentang ADHD berartigangguan pemusatan
perhatian anak dalam menerima informasi perhatian disertai hiperaktif.
melalui aktivitas apapun juga berbeda. ADHD menurut Kosasih, E (2012:17)
adalah “gangguan perilaku yang ditandai
Hakikat Anak Dengan Gangguan dengan gangguan pemusatan perhatian,
ADHD pembicaraan yang lepas kontrol dan
Menurut Arga Paternotte & Jan perilaku yang hiperaktif”. Pada umumnya,
Buitelaar, di terjemahkan oleh Julia gangguan ini dijumpai pada anak laki-laki
Mariam Van Tiel (2013:2) ADHD adalah yang masih duduk di bangku sekolah.
singkatan dari Attention Deficit Dibandingkan dengan teman sebayanya
Hyperactivity Disorder, atau dalam bahasa anak ADHD biasanya memperoleh hasil
Indonesia disebut Gangguan Pemusatan belajar di bawah target, terisolasi secara
Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). Ini sosial, berperilaku anti sosial dan
tidak berarti anak penyandang ADHD mengalami kesulitan pada masa sekolahnya
mendapat perhatian yang kurang dari (Hoseini, 2014:446).
orangtua atau gurunya. Anak dengan Dari beberapa pengertian tersebut di
attention deficit (kekurangan pemusatan atas disintesiskan bahwa ADHD adalah
perhatian) karena anak-anak ini mengalami kondisi anak–anak yang memperlihatkan
kesulitan untuk melakukan pemusatan simtom-simtom (ciri atau gejala) kurang
perhatian terhadap tugas-tugas yang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsif yang
diberikan kepada anak. Sekalipun dapat menyebabkan kesulitan belajar,
mempunyai motivasi yang baik, namun kesulitan berperilaku, dan kesulitan sosial
anak sangat sulit untuk mengerjakannya, pada aktivitas hidupnya.
dan kalaupun mengerjakannya maka anak
menghabiskan banyak tenaga bila Hakikat Alat Permainan Edukatif
dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Permainan, bermain atau padanan kata
Menurut Baihaqi dalam Hoseini dalam bahasa Inggris disebut "kata benda"
(2014:447), ADHD adalah istilah populer, (games), "kata kerja" (to play), "kata
kependekan dari AttentionDeficit benda" (toys) ini berasal dari kata "main".
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |30
Dalam bahasa indonesa, kata main berarti support children’s cognitive, language and
"melakukan perbuatan untuk tujuan self-care skills while making a great
bersenang-senang (dengan alat-alat tertentu contribution to their social-emotional and
atau tidak); berbuat sesuatu dengan sesuka motor skills. In this respect, educational
hati, berbuat asal saja." Dan dalam dunia materials are important at educational
psikologi kegiatan bermain dipandang settings since they are visual, entertaining,
sebagai "suatu kegiatan (atau lebih luasnya attractive and arousing children’s will to
aktivitas) yang mengandung keasyikan participate.
(fun) dan dilakukan atas kehendak diri Pernyataan tersebut diartikan bahwa
sendiri, bebas, tanpa paksaan dengan tujuan material edukatif didefinisikan sebagai alat
untuk memperoleh kesenangan pada waktu permainan yang memungkinkan anak
mengadakan kegiatan tersebut". belajar sambil bermain yang secara
Permainan adalah alat bagi anak untuk sistematik didesain untuk mendukung
menjelajahi dunianya dari yang tidak perkembangan kognitif, bahasa, dan
dikenalinya sampai pada yang ketahuinya kemampuan mengurus diri sendiri, juga
dan dari yang tidak dapat diperbuatnya, memberikan kontribusi yang sangat besar
sampai mampu melakukannya (Semiawan, untuk perkembangan sosial emosional dan
2002:20). Sedangkan alat permainan motorik. Material edukatif memiliki unsur
edukatif adalah sarana yang dapat visual, menghibur, atraktif dan
merangsang aktivitas anak untuk membangkitkan partisipasi anak.
mempelajari sesuatu tanpa anak Dari beberapa pengertian di atas, dapat
menyadarinya, baik menggunakan disimpulkan bahwa alat permainan edukatif
teknologi modern maupun tekhnologi adalah media yang digunakan para pendidik
sederhana bahkan bersifat tradisional untuk mengembangkan potensi anak dalam
(Ismail, 2006:155). Alat permainan meningkatkan, kemampuan kognitif, afektif
edukatif juga merupakan alat yang dapat dan psikomotor juga dapat diterapkan
meningkatkan pengetahuan dan dalam pembelajaran.
pemahaman anak tentang sesuatu.
Sedangkan menurut Avc (1999) dalam METODE
Aral, et. al (2012) mendefinisikan : Berdasarkan pada tujuan penelitian
Educational materials are defined as toys yang telah ditetapkan, metode penelitian
which enable children to learn as they play yang digunakan adalah metodeSingle
as they are systematically designed so as to Subject Researchyaitu penelitian
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |31
eksperimen dengan subyek tunggal untuk baseline dan kondisi eksperimen
mengetahui seberapa besar pengaruh dari (intervensi).
suatu perlakuan yang diberikan kepada Penelitian ini menggunakan 1 Subjek
subyek secara berulang dalam waktu penelitian, dan dilaksanakan sebanyak 14
tertentu (Soendari, 2012). sesi yang terdiri dari 3 tahap, yaitu :
Robert H. Horner, et.al., (2005:165) - Baseline 1 (A) terdiri dari 3 sesi
mengemukakan: Single Subject Research - Intervensi (B) terdiri dari 8 sesi, dan
merupakan metode saintifik yang - Baseline 2 (A) terdiri dari 3 sesi
digunakan untuk menentukan prinsip dasar
perilaku dan menetapkan evidence-based HASIL DAN PEMBAHASAN
practice (proses penggunaan bukti-bukti 1. Dimensi meningkatkankonsentrasi
yang jelas, tegas dan berkesinambungan didapatkan hasil sebagai berikut: (a)
untuk membuat keputusan terbaik). Single Perubahan kecenderungan arah pada
Subject Research menyediakan informasi perilaku konsentrasi subjek “D” menuju
yang dibutuhkan untuk ranah pendidikan perubahan positif dengan arah negatif
khusus. (b) Perubahan kecenderungan stabilitas
Pada Single subject research target pada Baseline stabil sedangkan
behavior dilakukan berulang-ulang dengan Intervensi stabil dan ke arah stabil pada
periode waktu tertentu misalnya Baseline 2. Dapat dilihat dipresentase
perminggu, perhari atau perjam. stabilitasnya pada fase Baseline 100%
Perbandingan tidak dilakukan antar sedangkan pada fase intervensi 100%.
individu maupun kelompok tetapi (c) Perubahan level juga sangat baik -
dibandingkan pada subyek yang sama 10. (d) Presentase overlap sangat baik
dalam kondisi yang berbeda. Yang 0% karena semakin kecil presentasenya
dimaksud kondisi di sini adalah kondisi maka semakin baik.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |32


Grafik Stabilitas Data Kemampuan Konsentrasi

Keterangan:
= batas atas
= mean level
= batas bawah

Tabel Rangkuman Hasil Analisis Visual Pada Dimensi


Meningkatkan Konsentrasi
No. Kondisi Baseline 1 Intervensi Baseline 2
1 Panjang Kondisi 3 8 3
2 Estimasi kecenderungan (=) (-) (+)
arah
3 Kecenderungan Stabil Stabil Stabil
stabilitas
4 Jejak data (=) (-) (+)

5 Level Stabilitas dan Variabel Stabil Variabel


rentang (30-27) (24-20) (21 – 20)
6 Perubahan level

2. Dimensimenyelesaikan tugas sebagai stabil sedangkan Intervensi stabil dan ke


berikut: (a) Perubahan kecenderungan stabil pada Baseline 2. Dapat dilihat
arah pada perilaku konsentrasi subjek dipresentase stabilitasnya pada fase
“D” menuju perubahan positif dengan Baseline 100% sedangkan pada fase
arah negatif. (b) Perubahan intervensi 87,5%. (c) Perubahan level
kecenderungan stabilitas pada Baseline juga sangat baik -8. (d) Presentase
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |33
overlap sangat baik 0% karena semakin kecil presentasenya maka semakin baik.

Grafik Stabilitas Data Kemampuan Menyelesaikan Tugas

Tabel Rangkuman Hasil Analisis Visual pada Dimensi Menyelesaikan Tugas

No. Kondisi Baseline 1 Intervensi Baseline 2


1 Panjang Kondisi 3 8 3
2 Estimasi kecenderungan (=) (-) (+)
arah
3 Kecenderungan Stabil Stabil Stabil
stabilitas
4 Jejak data (=) (-) (-)

5 Level Stabilitas dan Variabel Stabil Variabel


rentang (30-27) (26-7) (4 – 0)
6 Perubahan level

3. Dimensimentaati peraturan sebagai stabil pada Baseline 2. Dapat dilihat


berikut: (a) Perubahan kecenderungan dipresentase stabilitasnya pada fase
arah pada perilaku konsentrasi subjek Baseline 100% sedangkan pada fase
“D” menuju perubahan positif dengan Intervensi 87,5%. (c) Perubahan level
arah negatif. (b) Perubahan juga sangat baik -8. (d) Presentase
kecenderungan stabilitas pada Baseline1 overlap sangat baik 0% karena semakin
stabil sedangkan Intervensi stabil dan ke kecil presentasenya maka semakin baik.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |34


Grafik Stabilitas Data Kemampuan Mentaati Peraturan

Tabel Rangkuman Hasil Analisis Visual pada Dimensi Mentaati Peraturan

No. Kondisi Baseline 1 Intervensi Baseline 2


1 Panjang Kondisi 3 8 3
2 Estimasi kecenderungan (=) (-) (+)
arah
3 Kecenderungan Stabil Stabil Stabil
stabilitas
4 Jejak data (=) (-) (+)

5 Level Stabilitas dan Stabil Stabil Stabil


rentang (38-34) (32-26) (28 – 26)
6 Perubahan level

Pembahasan tertentu. Pada penelitian ini diberikan


ADHD (Attention Deficit intervensi kepada anak ADHD untuk
Hyperactivity Disorder) adalah gangguan meningkatkan konsentrasi.
pemusatan perhatian, hiperaktif juga Hasil penelitian ini menemukan
impulsif yang terjadi pada anak-anak dapat bahwa konsentrasi anak dengan ADHD
dideteksi sejak dini. Perilaku gangguan dapat ditingkatkan melalui alat permainan
pemusatan perhatian (kesulitan edukatif. Hal ini terbukti dari hasil Baseline
berkonsentrasi) merupakan salah satu 1, Intervensi dan Baseline 2 yang
pemicu ADHD di mana mereka kesulitan menghasilkan skor yang terus mengalami
untuk fokus pada kegiatan tertentu. Oleh penurunan yang berarti bahwa anak terus
sebab itu, peneliti ingin mengkaji beberapa mengalami peningkatan konsentrasi dalam
alternatif untuk anak ADHD agar bisa belajar. Fase Baseline1, Intervensi dan
fokus dalam kegiatan dengan waktu Baseline 2 berada pada rentang stabilitas.
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |35
Selain itu frekuensi fokus teralihkan pada (tergantung pada usia anak yang
fase Intervensi lebih sedikit daripada fase memainkan).
Baseline juga didukung durasi fokus Alat permainan edukatif lainnya yang
mengerjakan tugas pada fase Intervensi digunakan peneliti adalah Building Block
yang lebih baik daripada fase Baseline. (Balok Bangunan). Building block adalah
Hasil ini sejalan dengan pendapat alat bermain yang terbuat dari kayu, plastik
yang dikemukakan oleh Winarti (2017) atau spon tebal. Dibentuk sedemikian rupa,
menyatakan bahwa alat permainan edukatif sehingga memiliki ukuran tertentu yang
sangat berguna untuk meningkatkan bentuknya terdiri dari: kubus, persegi
konsentrasi anak, adapun bentuk-bentuk panjang, segi empat, segi tiga siku,
permainan yang dapat digunakan adalah setengah lingkaran dan sebagainya (Ismail,
puzzle dan meronce. Peneliti menggunakan 2006:221).
puzzle kepada anak dengan ADHD agar Hasil penelitian ini sejalan dengan
mampu berkonsentrasi dalam belajar, penelitian yang dilakukan oleh Wiwin Narti
menyelesaikan tugas, dan mentaati aturan. (2017). Hasil penelitiannya menyimpulkan
Puzzle pada hakikatnya merupakan suatu bahwa beberapa program yang dapat
bentuk permainan yang umumnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
digunakan anak yang sifatnya teka-teki. belajar anak ADHD, yaitu : kerjasama
pongan-potongan yang tersedia dalam antara orangtua dengan terapis, melatih
bentuk, bahan dan ukuran dari yang mudah anak untuk duduk mandiri, olahraga,
hingga yang sulit . Bermain puzzle kegiatan belajar, modifikasi perilaku,
merupakan suatu aktivitas bermain dengan penggunaan APE dan penggunaan reward.
menyusun dan menggabungkan potongan-
potongan gambar secara acak dengan pola SIMPULAN
gambar tertentu kemudian menjadi sebuah Konsentrasi anak dengan ADHD
gambar yang utuh. Hal ini berarti puzzle dapat ditingkatkan melalui intervensi
suatu kegiatan bermain yang memerlukan dengan alat permainan edukatif. Hal ini
konsentrasi untuk menyusun kepingan- dibuktikan dengan frekuensi fokus
kepingan menjadi gambar yang utuh teralihkan berkurang setelah diberikan
dengan tingkat kesulitan yang bertahap. intervensi dan juga peningkatan durasi
Jumlah potongan terdiri dari empat keping fokus saat mengerjakan tugas. Penerapan
sampai lebih, dengan bentuk potongan dari teknik modifikasi perilaku dengan prompt
yang paling sederhana sampai rumit (verbal prompt, gestural prompt, physical
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |36
prompt) dan reinforcement (pujian, jempol, berikut: 1) Pada indikator konsentrasi
tos)terbukti merupakan intervensi yang seluruh data mulai fase Baseline1,
mampu mendukung peningkatan Intervensi dan Baseline 2 seluruh data
konsentrasi pada anak ADHD. Prompt dan stabil dengan prosentase kestabilan 100%,
reinforcement ini merupakan dukungan 87,5%, dan 100%. Total skor rata-rata pada
guru yang diwujudkan dalam sikapnya Baseline 1 28,3 menurun menjadi 21,75
untuk meningkatkan kemampuan pada fase Intervensi dan 20,33 pada
konsentrasi anak ADHD. Sikap yang Baseline 2. Hasil tersebut menunjukkan
berupa kata-kata motivasi, bahasa tubuh bahwa Subjek mengalami peningkatan
maupun gerakan fisik tidak hanya mampu konsentrasi belajar. 2) Pada indikator
meningkatkan konsentrasi anak tetapi juga menyelesaikan tugas seluruh data mulai
mendorong anak ADHD untuk mampu fase Baseline 1, Intervensi dan Baseline 2
mengontrol dirinya sehingga tugas dapat di seluruh data stabil dengan prosentase
selesaikan dan mampu memahami kestabilan 100%, 87,5%, dan 100%. Total
peraturan. skor rata-rata pada Baseline 1 adalah 26,
Terjadi peningkatan konsentrasi anak turun menjadi 20,5 pada fase Intervensi dan
ADHD setelah dilakukan intervensi. Pada menurun lagi menjadi 20 pada Baseline 2.
fase Baseline1 jumlah fokus teralihkan rata- Hasil tersebut menunjukkan kemampuan
rata sebanyak 10,33 kali dan menurun Subjek menyelesaikan tugas semakin
menjadi 5 kali pada fase intervensi dan meningkat. 3) Pada indikator mentaati
mengalami peningkatan kembali pada fase peraturan seluruh data mulai fase
Baseline 2 sebanyak 5,6 kali. Selain itu Baseline1, Intervensi dan Baseline 2
juga dibuktikan dari rata-rata durasi fokus seluruh data stabil dengan prosentase
mengerjakan tugas meningkat setelah kestabilan 100%, 87,5%, dan 100%. Total
diberikan intervensi. Pada fase Baseline 1 skor rata-rata pada Baseline 1 adalah 36,
rata-rata durasi fokus 28,3 detik meningkat turun menjadi 28,4 pada fase Intervensi dan
menjadi 127,25 detik pada fase Intervensi menurun lagi menjadi 27 pada Baseline 2.
dan menurun pada fase Baseline 2 menjadi Hasil tersebut menunjukkan kemampuan
99 detik. Subjek mentaati peraturan semakin
Tentang Pedoman Deteksi Dini meningkat.
Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) Pada Anak Serta
Penaganannya diperoleh data sebagai
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |37
DAFTAR PUSTAKA

Aral,Neriman et. al., 2018. “An investigation of the effect of puzzle design on children’s
development areas”, Procedia Social and Behavioral ScienceElsevier Ltd, 2012.
www.sciencedirect.com.

Hakim, Thursan. 2002.Mengatasi Gangguan Konsentrasi. Jakarta: Puspa Swara.

Horner,Robert H. et.al., 2005. The Use of Single-Subject Research to Identify Evidence-


Based Practice in Special Education. Exceptional Children. Vol. 71. No.2

Hoseini,Bibi Leila,et. al. 2014. ”Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) in


Children: A Short Review and Literature”, International Journal of Pediatrics , Vol.2,
N.4-3, Serial No.12.

Ismail,Andang. 2006.Education Games Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permainan


Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media.

Julia Maria Van Tiel, 2015. Pendidikan Anakku Terlambat Bicara (Jakarta: Prenadamedia
Group.

Kosasih,E. 2012.Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Yrama


Widya.

Narti, Wiwin (2017). Penanganan Kesulitan Belajar Anak dengan ADHD (Studi Kasus Pusat
Layanan Psikologi Bismika Muara Bungo. Nur El-Islam Jurnal Pendidikan dan
Sosial Keagamaan, Vol.4 No.1.

Olivia, Femi. 2011. Good Memory Building. Jakarta: Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 330/Menkes/per/II/2011 tentang


Pedoman Deteksi Dini Gangguan Pemusatan perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Pada Anak Serta Penanganannya.

Semiawan, Conny R. 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini. Jakarta: PT
Prenhellindo.

Soendari, Tjutju. ”Penelitian Dengan Subyek Tunggal”, h. 2, 2012-06-18


(http://file.upi.edu/Direktori/F!P/JUR_PEND_LUAR_BIASA/195602141980032-

Surya, Hendra. 2003. Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar. Jakarta: Elex Media Komputirido.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |38


PENGARUH KEPRIBADIAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA TUGAS
GURU SD SWASTA KECAMATAN KELAPA GADING JAKARTA UTARA
1)
Yulia Hidayati, 2)I Made Putrawan, dan 3)Mukhneri Mukhtar
Program Studi Manajemen Pendidikan, Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta
Email: yuliahidayati@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki efek dari (1) kepribadian, (2) motivasi, (3) tugas
kinerja guru pribadi SD Kecamatan Kelapa Gading Jakarta Utara. Penelitian ini
menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif-kausal dengan teknik analisis
jalur. Survei melibatkan 84 guru sebagai sampel yang menggunakan teknik sampel acak
sederhana dengan rumus Slovin. Hasil penelitian menunjukkan: pertama, terdapat pengaruh
langsung positif kepribadian terhadap kinerja tugas guru di sekolah. Kedua, terdapat
pengaruh langsung positif motivasi terhadap kinerja tugas guru di sekolah. Ketiga, terdapat
pengaruh langsung positif kepribadian terhadap motivasi guru di sekolah.

Kata Kunci : Kepribadian, Motivasi, Kinerja Tugas

Abstract
This research aimed to investigate the effect of (1) personality, (2) motivation, (3) task
performance of teachers in private elementary school subdistrict Kelapa Gading North
Jakarta. Survey method with a quantitative-causal approach using Path Analysis Technique
was used to in this research. This survey involving 84 teachers as a sample using simple
random sampling technique by Slovin formula. The findings of this study indicated: first,
there is a positive direct effect of personality toward task performance teachers in school.
Second, there is a positive direct effect of motivation toward task performance teachers in
school. Third, there is a positive direct effect of personality toward motivation teachers in
school.

Keywords: Personality, Motivation, Task Performance

PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun


Sekolah merupakan sebuah organisasi. 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 8)
Organisasi dapat dikatakan baik apabila dijelaskan bahwa dalam menjalankan
memiliki tujuan dan tujuan yang ditetapkan tugasnya, seorang guru harus memiliki
tersebut dapat dicapai. Sekolah dasar standar kompetensi yang meliputi
sebagai satuan pendidikan akan bermutu kompetensi pedagogik, kepribadian, social,
baik jika dilakukan upaya-upaya dan profesional. Disampaikan oleh Yunus
peningkatan mutu pendidikannya. Guru (2017), bahwa Kompetensi guru menjadi
merupakan salah satu faktor penentu tinggi syarat utama tercapainya kualitas belajar
rendahnya mutu hasil pendidikan. Peran yang baik. Kompetensi guru harus berpijak
guru amatlah penting dalam dunia pada kemampuan dalam mengajarkan
pendidikan. materi pelajaran secara menarik, inovatif,

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |39


dan kreatif yang mampu membangkitkan pekerjaannya maka mereka akan bekerja
gairah siswa dalam belajar. penuh semangat dan bertanggung jawab.
Dalam artikelnya, Sari (2014) Motivasi guru masih pada level
menyampaikan, bahwa guru juga dituntut administratif yang ingin memperoleh gelar
untuk bekerja dengan memberikan PNS, seperti dikatakan oleh konselor
pelayanan sebaik-baiknya kepada pendidikan Chodijah (2017). Motivasi
pelanggan sekolah seperti siswa, orang tua, merupakan sasaran penting dalam
dan masyarakat. Dalam pelaksanaan manajemen sumber daya manusia, karena
pembelajaran dan berinteraksi dengan secara langsung maupun tidak langsung
siswa akan banyak ditentukan oleh akan mempengaruhi produktivitas kerja.
karakteristik kepribadian guru yang Suatu gejala yang dapat merusak kondisi
bersangkutan. Guru yang menguasai organisasi sekolah adalah rendahnya
kompetensi kepribadian akan sangat motivasi kerja guru dimana timbul gejala
membantu upaya pengembangan karakter seperti kemangkiran, malas bekerja,
siswa. Berbeda dengan di sekolah, berbeda keluhan guru, rendahnya prestasi kerja,
pula dengan di lingkungan masyarakat. Di kualitas pengajaran, indisipliner guru dan
masyarakat, kepribadian guru masih gejala negatif lainnya. Sebaliknya motivasi
dianggap hal sensitif. Apabila ada seorang yang tinggi menandakan bahwa sebuah
guru melakukan tindakan tidak terpuji atau organisasi sekolah telah dikelola dengan
melanggar aturan yang berlaku di baik dengan manajemen yang efektif.
masyarakat, maka hal ini dapat Guru dituntut memiliki kinerja yang
mengakibatkan merosotnya wibawa guru mampu memberikan dan merealisasikan
yang bersangkutan juga hilangnya rasa harapan dan keinginan semua pihak
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga terutama masyarakat umum yang telah
sekolah dimana dia mengajar. mempercayai sekolah dan guru dalam
Di sekolah, guru memiliki tugas dan membina anak didik. Dalam meraih mutu
tanggung jawab moral yang besar terhadap pendidikan yang baik sangat dipengaruhi
keberhasilan siswa. Kerja guru merupakan oleh kinerja guru dalam melaksanakan
kumpulan dari berbagai tugas untuk tugasnya sehingga kinerja guru menjadi
mencapai tujuan pendidikan Oleh tuntutan penting untuk mencapai
karenanya, faktor motivasi yang menunjang keberhasilan pendidikan. Secara umum,
guru untuk bekerja dengan sebaik-baiknya mutu pendidikan yang baik menjadi tolok
sangatlah penting. Artinya jika guru ukur bagi keberhasilan kinerja yang
memiliki motivasi dalam melakukan ditunjukkan guru.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |40


Menurut Menteri Keuangan Mulyani langsung terlibat dalam pembentukan
(2017), pendidikan di Indonesia berada di sumber daya organisasi ke dalam barang
peringkat 53 dunia dan masih lebih unggul atau jasa yang dihasilkan organisasi.
Vietnam meski memiliki fokus yang hampir Kinerja tugas menurut Schermerhorn,
sama yaitu di bidang pendidikan. Dari Hunt, Osborn, dan Uhl-Bien (2011:14),
datanya, ada sekitar 4 juta guru yang setiap “task performance is the quantity and
tahunnya dibayar pemerintah tapi quality of work produced or the services
kinerjanya tidak kompeten. provided by an individual, team, or work
Peningkatan kinerja guru dapat dicapai unit, or organization as a whole.” Kinerja
apabila guru bersikap terbuka, kreatif, dan tugas adalah kuantitas dan kualitas dari
memiliki semangat kerja yang tinggi. pekerjaan yang dihasilkan atau memberikan
Dengan demikian, adanya motivasi yang pelayanan dari seorang individu, tim, unit
kuat dan kompetensi kepribadian yang kerja, atau organisasi secara keseluruhan.
tinggi, diharapkan guru dapat menghasilkan Robbins dan Judge (2013:26)
kinerja tugas yang optimal guna sependapat, “task performance is the
tercapainya tujuan pendidikan di Indonesia. combination of effectiveness and efficiency
Berdasarkan fakta dan data yang at doing your core job tasks.” Kinerja
diperoleh, maka peneliti tertarik untuk tugas adalah kombinasi efektifitas dan
melakukan penelitian tentang kepribadian, efisiensi dalam melakukan tugas-tugas
motivasi, dan kinerja tugas guru SD Swasta. pekerjaan inti. Selanjutnya, “the task
Judul dari penelitian yang akan dikaji yaitu performance of a teacher would be the level
“Pengaruh Kepribadian dan Motivasi of education that students obtain. All the
Terhadap Kinerja Tugas Guru SD Swasta types of performance relate to the core
Kecamatan Kelapa Gading Jakarta Utara.” duties and responsibilities of a job and are
often directly related to the function listed
Kinerja Tugas
on a formal job description. Task
Menurut Colquit, Lepine, dan Wesson
performance is the most important human
(2015:33) kinerja tugas adalah “task
output contributing to organizational
performance includes employee behaviors
effectiveness.” Kinerja tugas dari seorang
that are directly involved in the
guru adalah tingkat pendidikan yang
transformation of organizational resources
berhasil dicapai oleh siswa. Semua jenis
into the goods or services that the
kinerja tugas berkaitan dengan inti
organization produces.” Kinerja tugas
pekerjaan dan tanggung jawab juga secara
meliputi perilaku karyawan yang secara
langsung berkaitan dengan fungsi yang

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |41


terdaftar dalam deskripsi tugas formal. and behavior. Personality reflects what
Kinerja tugas adalah hasil pekerjaan yang people are like and creates their social
paling penting terhadap kontribusi reputation.” Kepribadian mengacu pada
efektifitas organisasi. struktur dan kecenderungan di dalam diri
Kinerja tugas menurut McShane dan seseorang yang menjelaskan pola
Von Glinow (2015:35) mengacu pada “… karakteristik dari pikiran, emosi, serta
goal directed behaviors under the perilaku. Kepribadian mencerminkan apa
individual’s control that support yang disukai seseorang dan membentuk
organizational objectives. Kinerja tugas reputasi sosialnya.
mengacu pada perilaku yang diarahkan Menurut McShane dan Von Glinow
pada sasaran di bawah kendali individu (2015:39), kepribadian mengacu pada, “…
yang mendukung tujuan organisasi. the relatively enduring pattern of thoughts,
Pendapat Rae Andre (2009:126), “task emotions, and behaviors that characterize a
performance is the behaviors, both mental person, along with the psychological
and physical, that individual exhibit in processes behind those characteristics.”
pursuit of organizational goals”. Kinerja Yaitu pola pemikian, emosi, dan perilaku
tugas adalah perilaku baik, baik pikiran yang relatif abadi dari seseorang yang
maupun tenaga yang ditunjukkan oleh berasal dari proses psikologis dari karakter
individu dalam mengejar tujuan organisasi. tersebut.
Dari beberapa konsep tentang kinerja Pendapat tentang kepribadian menurut
tugas yang dikemukakan di atas maka dapat Schermerhorn, Hunt, Osborn, dan Uhl-Bien
disintesiskan bahwa kinerja tugas adalah (2011:31), “personality is overall
perilaku yang secara langsung terlibat combination of characteristics that capture
dalam melakukan tugas-tugas pekerjaan inti the unique nature of a person as that
yang mendukung tujuan organisasi yang person reacts to and interacts with others.”
meliputi kinerja tugas rutin, kinerja tugas Kepribadian adalah kombinasi karakteristik
adaptif, dan kinerja tugas kreatif. dari sifat unik seseorang saat bereaksi dan
berinteraksi dengan orang lain.
Kepribadian
Robbins dan Judge (2013:133)
Colquitt, LePine, and Wesson
sependapat tentang kepribadian yakni “as
(2015:278) mendefinisikan “personality
the sum total of ways in which an
refers to the structures and propensities
individual reacts to and interacts with
inside a person that explain his or her
others.” Kepribadian diartikan dengan
characteristics patterns of thought, emotion,
keseluruhan cara dari bagaiman seseorang

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |42


bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. and by social, cultural, and environmental
Selanjutnya dikatakan, “we most often factors”. Kepribadian adalah serangkaian
describe it in terms of the measurable traits karakter, kecenderungan, dan temperamen
a person exhibits.” Seringkali yang relatif stabil terbentuk dari keturunan
dideskripsikan dengan hal-hal yang terlihat dan sosial, budaya, serta faktor lingkungan.
dan tampak dari sikap seseorang. Berdasarkan definisi dari berbagai
Menurut Rae Andre (2009:37), pengertian tentang kepribadian dapat
“personality is the unique pattern of disintesiskan, bahwa kepribadian adalah
enduring thoughts, feelings, and actions karakteristik mental seseorang untuk
that characterize an indivdual.” beradaptasi dan berinteraksi dengan
Kepribadian adalah pola pikir, perasaan, lingkungannya dengan indikator:
dan sikap yang unik dan menetap yang kesungguhan, mudah beradaptasi, stabilitas
menjadi ciri dari seseorang. emosi, keterbukaan, dan kenyamanan.
Definisi menurut Greenberg
Motivasi
(2011:141), “the unique and relatively
Menurut Schemerhorn (2011:130),
stable pattern of behavior, thoughts, and
“motivation was defined as forces that
emotions, shown by individuals.”
account for the level and persistence of an
Kepribadian adalah pola pikir, sikap, dan
individual’s effort expended at work”.
emosi yang unik juga relatif stabil dari
Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan
seseorang.
yang menimbulkan tingkat dan ketekunan
Pendapat Gibson, Ivancevich,
dari suatu usaha individu yang dihasilkan di
Donnelly, dan Konopaske (2012:107),
tempat kerja.
“personality is a stable set of characteristics
Definisi menurut Gibson, Ivancevich,
and tendencies that determine
Donnelly, dan Konopaske (2012:126),
commonalities and differences in people’s
“forces acting on an employee that initiate
behavior”. Kepribadian adalah serangkaian
and direct behavior”. Motivasi adalah
karakter dan kecenderungan yang
kekuatan yang bekerja pada karyawan yang
menunjukkan kesamaan dan perbedaan pada
menggerakan dan mengarahkan perilaku.
perilaku seseorang.
Colquitt, LePine, dan Wesson
Menurut Shani, Chandler, Francois,
(2015:168) mendefinisikan, “motivation is
dan Lau (2009:80), “personality is defined
defined as a set of energetic forces that
as a relatively stable set of characteristics,
originates both within and outside an
tendencies, and temperaments that have
employee, initiates work-related effort, and
been significantly formed by inheritance

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |43


determines its direction, intensity, and can be defined as a set of energetic forces
persistence”. Motivasi didefinisikan that originates both within as well as
sebagai seperangkat kekuatan energik yang beyond an individual’s being, to initiate
berasal baik di dalam dan di luar karyawan work related behavior, and to determine its
yang menunjukkan usaha yang form, direction, intensity, and duration.
berhubungan dengan pekerjaan, dan Motivasi didefinisikan dengan seperangkat
menentukan arah, intensitas, dan kekuatan energik yang berasal dari
ketekunannya. individunya, berkaitan dengan pekerjaan,
Robbins dan Judge (2013:202) serta menentukan arah, intensitas, dan
berpendapat, “as the processes that account waktu.
for the individual’s intensity, direction, and Motivasi menurut pendapat Rae Andre
persistence of effort toward attaining a (2009:96), “motivation is an individual’s
goal”. Motivasi adalah proses yang direction, intensity, and persistence of effort
berkaitan dengan menentukan arah, in attaining a goal”. Motivasi adalah arah,
intensitas, dan ketekunan seseorang dalam intensitas, dan usaha ketekunan seseorang
mencapai tujuannya. dalam meraih tujuannya. Definisi lainnya
Menurut Daft (2010:506), “motivation dikemukakan oleh Greenberg (2011:244),
refers to the forces either within or external “motivation is the set of processes that
to a person that arouse enthusiasm and arouse, direct, and maintain human
persistence to pursue a certain course of behavior toward attaining some goal”.
action”. Motivasi mengacu pada kekuatan Motivasi adalah serangkaian proses yang
baik di dalam atau di luar seseorang yang membangkitkan, mengarahkan, dan
membangkitkan antusiasme dan ketekunan menjaga perilaku manusia dalam mencapai
untuk mengejar suatu tindakan tertentu. tujuan.
Menurut McShane dan Von Glinow Berdasarkan uraian di atas dapat
(2015:33), “motivation refers to the forces disintesiskan bahwa motivasi adalah
within a person that affect the direction, dorongan yang timbul dari dalam maupun
intensity, and persistence of voluntary dari luar diri seseorang, terdiri dari
behavior”. Motivasi mengacu pada komponen arah, intensitas, dan ketekunan
kekuatan di dalam seseorang yang dari perilaku individu dalam melakukan
mempengaruhi arah, intensitas, dan aktivitas untuk pencapaian tujuan
ketekunan perilaku sukarela. organisasi.
Definisi motivasi dari Shani, Chandler,
Francois, dan Lau (2009:103), “Motivation

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |44


METODE Hasil penelitian ini senada dengan
Penelitian ini menggunakan motode pendapat beberapa ahli di antaranya adalah
survey dengan teknik analisis jalur (path Robbins dan Judge (2013:138)
analysis). Data penelitian ini dikumpulkan mengungkapkan hubungan 5 ciri besar
dengan cara memilih sampel dalam kepribadian dan kinerja tugas. bahwa dari 5
populasi. Populasi terjangkau dalam ciri kepribadian, terdapat 3 ciri yang
penelitian ini adalah seluruh guru SD memiliki pengaruh terhadap kinerja tugas
Swasta Kecamatan Kelapa Gading Jakarta yaitu extraversi, mudah beradaptasi, dan
Utara. Dan perhitungan dengan kesungguhan. Secara garis besar, ciri
menggunakan slovin, maka diperoleh kepribadian dari ketiganya adalah
sampel sebanyak 84 guru untuk diteliti. kemampuan dalam berinteraksi dengan
Teknik pengumpulan data yang digunakan individu lain, banyak disukai karena mudah
penelitian ini berbentuk kuesioner. beradaptasi, dan memiliki usaha besar dan
Selanjutnya dilakukan uji coba instrumen tekun sehingga dapat menghasilkan kinerja
kepada 20 guru untuk menentukan tugas yang tinggi.
butir-butir instrumen yang valid dan Ditambahkan juga oleh Colquitt
reliabel. Teknik analisis data dilakukan (2017:288), bahwa kesungguhan memiliki
dengan statistika deskriptif dan statistika dampak positif terhadap kinerja. Dan
inferensial dengan terlebih dahulu individu dengan kesungguhan yang tinggi
melakukan uji prasyarat analisis yaitu akan menghasilkan kinerja tugas yang
normalitas populasi dan analisis regresi. tinggi.

Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja


HASIL DAN PEMBAHASAN
Tugas
Pengaruh Kepribadian terhadap Kinerja
Dari hasil pengujian hipotesis ketiga
Tugas
dapat disimpulkan bahwa terdapat
Dari hasil pengujian hipotesis pertama
pengaruh langsung positif motivasi
dapat disimpulkan bahwa terdapat
terhadap kinerja tugas dengan nilai
pengaruh langsung positif kepribadian
koefisien korelasi sebesar 0,513 dan nilai
terhadap kinerja tugas dengan nilai
koefisien jalur sebesar 0,378. Ini
koefisien korelasi sebesar 0,462 dan nilai
memberikan makna motivasi berpengaruh
koefisien jalur sebesar 0,280. Ini
langsung positif terhadap kinerja tugas.
memberikan makna kepribadian
Hasil penelitian ini senada dengan
berpengaruh langsung positif terhadap
pendapat beberapa ahli di antaranya adalah
kinerja tugas.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |45


Gibson, Ivancevich, Donnelly, dan kepuasan berupa penghargaan intrinsik
Konopaske (2012:127) yang menyatakan: maupun ekstrinsik.
“one reason our understanding of The important of motivation is that it
motivation is important is that high levels of can lead to behaviors that reflect high
motivation are significant contributors to performance within organizations. Studies
exceptional performance. Managers prefer have found that high employee motivation
highly motivated employees because they goes hand in hand with high organizational
strive to find the best way to perform their performance and profits.
jobs. They want to come to work and be part Pentingnya motivasi adalah bahwa hal
of a team; they’re interested in helping, itu dapat menyebabkan perilaku yang
supporting, and encouraging coworkers. mencerminkan kinerja tinggi dalam
Self confident and decisive employees organisasi. Berdasarkan hasil penelitian
display these and other desirable actions.” bahwa motivasi karyawan yang tinggi
Satu alasan dari pemahaman kita sejalan dengan kinerja dan laba organisasi
tentang motivasi itu penting adalah bahwa yang tinggi.
tingkat motivasi yang tinggi signifikan
Pengaruh Kepribadian terhadap
berkontribusi terhadap kinerja tugas yang
Motivasi
luar biasa. Manajer lebih menyukai
Dari hasil pengujian hipotesis kedua
karyawan dengan motivasi yang tinggi
dapat disimpukan bahwa terdapat pengaruh
karena mereka berusaha menemukan cara
langsung positif kepribadian terhadap
terbaik untuk melakukan pekerjaan mereka.
motivasi dengan nilai koefisien korelasi
Mereka ingin bekerja dan menjadi bagian
sebesar 0,481 dan nilai koefisien jalur
dari tim; mereka tertarik untuk membantu,
sebesar 0,481. Ini memberikan makna
mendukung, dan mendorong rekan kerja.
kepribadian berpengaruh langsung positif
Karyawan yang percaya diri dan tegas akan
terhadap motivasi.
menampilkan ini dan tindakan lain yang
Hasil penelitian ini senada dengan
diinginkan.
pendapat beberapa ahli di antaranya adalah
Daft (2010:507) berpendapat, setiap
Robbins dan Judge (2013:104), “a worker’s
orang memiliki kebutuhan yang harus
emotional state influences customer service,
dipenuhi seperti halnya makanan,
which influences levels of repeat business
pertemanan, pengakuan, ataupun prestasi.
and of customer satisfaction. Providing
Dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan
high-quality customer service makes
itulah muncul sikap agar mendapatkan
demands on employees because it often puts

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |46


them in a state of emotional dissonance. of the organization as a whole. Employees
Over time, this state can lead to job burnout, and managers attitudes can strongly
declines in job performance, and lower job influences employee motivation,
satisfaction of repeat business and of performance, and productivity. Three
customer satisfaction.” components of attitudes are cognitions,
Kondisi emosional pekerja akan emotions, and behavior.” Prinsip perilaku
mempengaruhi pelayanan pelanggan yang organisasi menggambarkan bagaimana
mempengaruhi level bisnis dan kepuasan orang sebagai individu dan kelompok
pelanggan. Menyediakan pelayanan berperilaku dan mempengaruhi kinerja
pelanggan dengan kualitas yang tinggi organisasi secara keseluruhan. Sikap
menuntut pekerja akan mengalami disonansi karyawan dan manajer dapat sangat
emosi. Seiring waktu, hal ini akan mempengaruhi motivasi, kinerja, dan
menyebabkan kelelahan dalam bekerja, produktivitas karyawan. Tiga komponen
menurunkan kinerja, dan kepuasan kerja sikap adalah cara berpikir, emosi, dan
yang rendah. perilaku.
Gibson, Ivancevich, Donnelly, dan
PENUTUP
Konopaske (2012:107) menyatakan bahwa,
Simpulan
“personality is so interrelated with
Kepribadian berpengaruh langsung
perception, attitudes, learning, and
positif terhadap kinerja tugas. Artinya,
motivation that any attempt to understand
penguatan kepribadian guru mengakibatkan
behavior is grossly incomplete unless
peningkatan kinerja tugas guru SD Swasta
personality is considered”. Kepribadian
di Kecamatan Kelapa Gading. Sehingga
sangat terkait dengan persepsi, sikap,
jika sekolah ingin meningkatkan kinerja
pembelajaran, dan motivasi bahwa usaha
tugas, maka upaya yang dapat dilakukan
untuk memahami perilaku sangat tidak
adalah dengan meningkatkan kepribadian
lengkap kecuali jika mempertimbangkan
guru SD Swasta di Kecamatan Kelapa
kepribadian. Selanjutnya ditambahkan juga,
Gading Jakarta Utara. (2) Motivasi
“motivation is related to behavior and
berpengaruh langsung positif terhadap
performance”. Motivasi berkaitan dengan
kinerja tugas. Artinya, tingginya motivasi
perilaku dan kinerja.
yang dimiliki oleh guru mengakibatkan
Sedangkan menurut Daft (2010:463),
peningkatan kinerja tugas guru SD Swasta
“the principles of organizational behavior
di Kecamatan Kelapa Gading. Sehingga
describe how people as individuals and
jika sekolah ingin meningkatkan kinerja
groups behave and affect the performance

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |47


tugas, maka upaya yang dapat dilakukan tugas yang maksimal. 2) Bagi Yayasan
adalah dengan meningkatkan motivasi guru Penyelenggara agar mengkaji ulang
SD Swasta di Kecamatan Kelapa Gading kebijakan-kebijakan terkait upah/gaji guru,
Jakarta Utara. (3) Kepribadian berpengaruh apakah upah tersebut sudah bisa dikatakan
langsung positif terhadap motivas. Artinya, humanis, memfasilitasi kesejahteraan guru
penguatan kepribadian guru mengakibatkan dengan melakukan rekreasi bersama
peningkatan terhadap motivasi yang seluruh guru (staff gathering) minimal satu
dirasakan oleh guru SD Swasta di tahun sekali, dan mendukung guru secara
Kecamatan Kelapa Gading. Sehingga jika penuh untuk melanjutkan pendidikan
sekolah ingin meningkatkan motivasi guru, formalnya guna kemajuan sekolah dan
maka salah satu upaya yang dapat yayasan. 3) Bagi Dinas Pendidikan agar
dilakukan adalah dengan meningkatkan menetapkan gaji sesuai UMK, baik untuk
penguatan kepribadian guru SD Swasta di guru tidak tetap (GTT) maupun guru tetap
Kecamatan Kelapa Gading Jakarta Utara. yayasan (GTY). 4) Bagi guru dengan penuh
kesadaran harus memiliki motivasi internal
Saran serta kecintaan terhadap pekerjaan yang
Bagi Kepala Sekolah sebagai dijalani, sehingga dapat muncul keikhlasan
pemimpin dapat menjadi contoh utama dan tanggung jawab yang akan mendorong
dalam menerapkan kepribadian yang dirinya untuk melaksanakan tugasnya
profesional dalam bekerja dan berinteraksi sebaiknya mungkin serta melebihi tugas
dengan para guru juga karyawan di formalnya, rajin dan aktif mengikuti
lingkungan sekolah, memberikan pelatihan yang difasilitasi oleh sekolah agar
kesempatan kepada guru untuk mengikuti dapat lebih mengembangkan diri guna
seminar, diklat, dan pelatihan-pelatihan kemajuan sekolah, juga perlu mengadakan
guna mengembangkan diri, tidak segan kegiatan-kegiatan yang bersifat tim maupun
untuk memuji hasil kerja guru sehingga kelompok agar dapat mempererat tali
guru-guru merasa diperhatikan oleh sekolah persaudaraan dengan sesama rekan guru
dan merasa dihargai, melaksanakan juga terciptanya keharmonisan dan rasa
supervisi dari dalam maupun luar sekolah nyaman dalam lingkungan kerja. Interaksi
secara rutin untuk meningkatkan semangat antar guru juga dapat menambah ilmu dan
berkompetisi antar guru dan memberikan saling memberikan masukan untuk
penghargaan kepada guru yang berprestasi. perbaikan kekurangan yang ada pada diri
Adanya penghargaan dapat meningkatan masing-masing guru.
motivasi bekerja untuk mencapai kinerja

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |48


DAFTAR PUSTAKA

Andre, Rae. Organizational Behavior: An Introduction to Your Live in Organizations. USA:


Pearson, 2009.

Borman and Brush. More Progress Toward a Taxonomy of Managerial Performance


Requirements. Human Performance, 1993.

Borman and Motowildo. Task Performance and Contextual Performance: The Meaning for
Personnel Selection Research. Human Performance, 1997.

Colquitt, Jason A., Jeffery A. Lepine, and Michael J. Wesson. Organizational Behavior:
Improving Performance and Commitment at the Work Place. USA: McGraw Hill,
2015.

Daft, Richard L. New Era of Management. South-Western: Cengage Learning, 2010.

George J. M. and Brief A. P. Feeling good-doing good: A conceptual analysis of the mood at
work organizational spontaneity relationship. Psychologival Bulletin, 1992.

Greenberg, Jerald. Behavior in Organizations. USA: Pearson, 2011.

Gibson, James L., John M. Ivancevich, James H. Donelly, and Robert Konopaske.
Organizations: Behavior, Structure, Process. Singapore: McGraw Hill, 2012.

Makki, Arooj dan Momina Abid. Influence of Intrinsic and Extrinsic Motivation on
Employee’s Task Performance. http://sass/sciedupress.com Volume 4, Issue 1.

McShane, Steven L. and Mary Ann Von Glinow. Organizational Behavior: Emerging
Knowledge, Global Reality. New York: McGraw Hill, 2015.

Mozaffari, Fatimah dan Zeinab Ghodratinia. Extroversion and Introversion: the Effect of
Teacher’s Personality on Elementary EFL Learners Achievement. IOSR Journal of
Humanities And Social Science. Volume 20, Issue 9, 2015.

Muhsin, Nur. Pengaruh Kepribadian dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Dimoderasi
Budaya Organisasi Pada Madrasah Tsanawiyah Kecamatan Winong Kabupaten Pati.

Robbins, Stephen P. and Timothy A. Judge. Organizational Behavior. New Jersey: Pearson,
2013.

Schermerhorn, John R., James G. Hunt, Richard N. Osborn, and Mary Uhl-Bien.
Organizational Behavior. USA: John Wiley and Sons, 2011.

Shani, A.B, Dawn Chandler, Jean Francois Coget, and James B. Lau. Behavior in
Organizations: An Experiental Approach. USA: McGraw Hill, 2009.

Sudjiwanati. Pengaruh Big Five Personality Terhadap Stress Kerja dan Motivasi Kerja Guru
SMA Malang.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |49


HOMESCHOOLING; PENDIDIKAN ALTERNATIF DI INDONESIA

Zul Afiat
Universiti Sultan Zainal Abidin, Terengganu Malaysia
Email: zulafiat13@gmail.com

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji konsep teoritik, klasifikasi, model, faktor-faktor
pendukung, jenis homeschooling dan pelaksanaan homeschooling di Indonesia. Pembahasan
Homeschooling ini adalah dalam perspektif perkembangan anak. Kesimpulan hasil kajian
secara teoritik adalah bahwa Homeschooling adalah pendidikan yang dilakukan secara
mandiri oleh keluarga, yang materi pembelajarannya dipilih dan disesuaikan dengan
kebutuhan anak. Klasifikasi format homeschooling terbagi dua yaitu homeschooling tunggal
yang dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya, dan
homeschooling majemuk dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu
sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orangtua masing-masing. Homeschooling
merupakan pendidikan bagi anak-anak yang dilaksanakan di rumah dan secara khusus
diberikan oleh orang tua atau seorang tutor profesional. Homeschooling dalam praktiknya
memindahkan sekolah dari area umum ke area yang lebih privat, yakni ke rumah.

Kata Kunci: Homeschooling, Pendidikan Alternatif

Abstract
This article aims to examine the theoretical concept, classification, models, supporting
factor, types of homeschooling and the implementation of homeschooling in Indonesia. The
discussion of homeschooling was in the perspective of child development. The conclusion
based on the theoretical concept describes that it was an educational form which was done
independently by family, and the learning materials were choosen in accordance with the
children need. The homeschooling classification forms was divided into two forms namely
single home schooling which was conducted independently by parents in one family
withought collaborating with aothers.Compound homeschooling was conducted by two or
more families for certain activities, but the main activities remain to be implemented by the
respective parents. Homeschooling was an education for the children who performed at home
and was specifically provided by a parent or a professional tutor. Homeschooling in practice
was to move the school from the public area to a more private area, which was home.

Keywords: Homeschooling, Education Alternatives

PENDAHULUAN itu juga dipandang sebagai alternative


Homeschooling saat ini telah untuk menghindari pengaruh lingkungan
menjadi salah satu bentuk pendidikan negatif yang akan dihadapi oleh anak-anak
alternatif yang fenomenal dengan sekolah umum ketika menimba ilmu.
penekanan untuk mengakomodasi potensi Homeschooling (sekolah rumah) di atur
kecerdasan anak secara maksimal. Selain dalam sistem Pendidikan Nasional di

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |50


bawah devisi pendikan nonformal. Undang- pendidikan sekolah, seperti les privat, dan
undang No. 2003 (Depdiknas, 2003) pasal training. Sedangkan sebagai komplemen
27 ayat 1 menyebutkan bahwa kegiatan berarti bahwa pendidikan alternatif
belajar secara mandiri. Pemerintah tidak dilaksanakan untuk melengkapi
mengatur standar isi dan proses pelayanan pengetahuan dan keterampilan yang kurang
informal kecuali standar penilaian apabila atau tidak dapat diperoleh di dalam
akan disetarakan dengan Pendidikan jalur pendidikan sekolah, sebagaimana terjadi
formal dan nonformal sebagaimana melalui kursus, try out, dan pelatihan.
dinyatakan dalam pasal 27 ayat 2. Pada Data Penelitian dan Pengembangan
perkembangan selanjutnya Peraturan LBTI (Lembaga Baca Tulis Indonesia)
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2009 menunjukkan bahwa di
No.129 Tahun 2014 memberikan Indonesia terdapat sekitar seribu empat
penegasan tentang eksistensi sekolah rumah ratus orang melakukan pendidikan
(homeschooling), sebagai dialektika negara homeschooling, meskipun masih relatif
dan masyarakat yang menunjukkan wujud kecil dibandingkan siswa sekolah. Hal ini
keterlibatan negara dalam pelaksanaan serta sejalan dengan hasil penelusuran Google
proses yang tidak terelakkan untuk Trends tahun 2013, yang menyatakan
memberikan keterlibatan pemerintah dalam bahwa Indonesia menduduki peringkat atas
proses pelaksanaan homeschooling sebagai dalam pencarian kata kunci
salah satu pendidikan alternatif “homeschooling” dalam kategori region, di
(Kemdikbud, 2014). atas Australia, AS dan Inggris. Sedangkan
Pendidikan alternatif dapat untuk kategori Kota, Surabaya menduduki
berfungsi sebagai substitute, suplemen dan peringkat teratas, berikutnya Jakarta dan
komplemen terhadap pendidikan sekolah. urutan ketiga adalah Sydney. Dengan
Sebagai substitute, artinya dapat demikian dapat diketahui bahwa
menggantikan pendidikan jalur sekolah perkembangan homeschooling di Indonesia
yang karena beberapa hal masyarakat tidak cukup pesat, meskipun tidak terlepas dari
dapat mengikuti pendidikan di jalur berbagai persoalan dan tantangan.
persekolahan (formal), sebagaimana sudah Kekhawatiran mengenai isu
terlaksana selama ini adalah Kejar Paket A, sosialisasi dan eksklusifitas dalam lingkup
B, dan C. Sebagai suplemen, diartikan agama, suku, sosial dan budaya yang
bahwa pendidikan alternatif dilaksanakan berkembang dalam masyarakat perlu dikaji
untuk menambah pengetahuan, secara mendalam sehingga dapat diperoleh
keterampilan yang kurang didapatkan dari data dan fakta ten-tang interaksi sosial

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |51


anak-anak homeschooling dalam telah memberikan warna atau wajah baru
masyarakat. Sosialisasi menjadi kesan dan dalam sistem pendidikan dunia, yang
persepsi umum yang memberikan penilaian dikenal dengan berbagai istilah seperti e-
bahwa siswa homeschooling tidak mampu learning, distance learning, online
bersosialisasi dengan baik. Siswa learning, webbased learning,
homeschooling cenderung dinilai memiliki computerbased learning, dan virtual
sosialisasi yang eksklusif untuk kalangan classroom, dimana semua terminologi
tertentu seperti atas dasar persamaan tersebut mengacu pada pengertian yang
agama, golongan sosial maupun suku sama yakni pendidikan berbasis teknologi
tertentu. informasi.
Budaya menerangkan bahwa
Pengertian Homeschooling
homeschooling merupakan sistem
pendidikan atau pembelajaran yang Istilah Homeschooling ini mungkin
diselenggarakan di rumah yang masih kurang populer oleh kebanyakan
dipopulerkan sebagai pendidikan alternatif masyarakat di Indonesia, namun proses
yang bertumpu dalam suasana keluarga dan Homeschooling yang berarti sekolah di
menempatkan anak-anak sebagai subjek rumah, sudah dilaksanakan oleh seluruh
dengan pendekatan at home (Kembara, keluarga. Tidakkah setiap anak mendapat
2007, p. 34). Dengan pendekatan tersebut, pendidikan di rumahnya, bagaimana sang
anak-anak merasa nyaman belajar apapun ibu mula mengajar anakberbicara,
sesuai dengan keinginan, kapan dan dimana menghitung bahkan membaca? Sebenarnya
saja karena tengah berada di rumah. di situlah proses Homeschooling bermula,
Homeschooling mengalami hanya proses pendidikan Orang tua itu
perkembangan pesat karena didukung oleh tidak berlangsung lama. Apabila anak-anak
banyak faktor diantaranya adalah memasuki usia sekolah Dasar, orang tua
perkembangan teknologi informasi yang lebih banyak bergantung kepada sistem
luar biasa. Mulai dari eksplorasi materi sekolah umum untuk perkembangan
pembelajaran berkualitas seperti literatur, pendidikan anaknya.Selain sekolah di
jurnal, dan buku, membangun forum-forum rumah, terdapat beberapa istilah lain seperti
diskusi ilmiah, sampai konsultasi/diskusi "home education", atau "homebased
dengan para pakar dunia, dapat dilakukan learning" yang digunakan untuk maksud
dengan mudah tanpa mengalami sekat- yang sama dalam bahasa Indonesia
sekat karena setiap individu dapat (Yayah,2007).
melakukan sendiri. Dampak luas tersebut

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |52


Homeschooling merupakan model Tiada definisi tunggal yang benar-benar
pendidikan alternatif selain di sekolah. mantap untuk “homeschooling”. Ini
Pengertian umum Homeschooling adalah disebabkan model pendidikan yang
model pendidikan di mana sebuah keluarga dilaksanakan dalam Homeschooling adalah
memilih untuk bertanggungjawab sendiri sangat berbeda antara bangsayang satu
atas pendidikan anak-anaknya dan dengan bangsa yang lain. Salah satu
mendidik anaknya dengan menggunakan pengertian umum Homeschooling adalah
rumah sebagai asas pendidikannya. Orang "model pendidikan sebuah keluarga
tua bertanggungjawab secara aktif atas memilih untuk bertanggungjawab sendiri
proses pendidikan anaknya. atas pendidikan anak-anaknya dan
Bertanggungjawab secara aktif di sini mendidik"(Griffith, 2006).Orang tua tidak
adalah melibatkan penuh orang tua pada menyerahkan tanggung jawab pendidikan
proses penyelenggaraan pendidikan, anak kepada guru dan sistemsekolah.
dimulai dalam hal penentuan arah dan Homeschooling bertanggungjawab secara
tujuan pendidikan, nilai-nilai yang ingin aktif atas proses pendidikan anaknya. Sitem
dibangunkan, kecerdasan dan kemahiran Persekolahan ini adalah sesuai untuk
yang hendak diraih, kurikulum dan bahan menjadi salah satu pilihan orang tua dalam
pembelajaran hingga kaedah belajar serta mendidik anak-anaknya. Pilihan ini
amalan belajar kehidupan seharian anak terutama disebabkan oleh adanya
(Sumardiono, 2010). pandangan atau penilaian orang tua yang
Dalam bahasa Indonesia, lebih bersedia untuk menyelenggarakan
terjemahan yang biasanya digunakan untuk sendiri pendidikan anak-anak mereka di
Homeschooling adalah "sekolah rumah". rumah. Ini banyak dilakukan di kota-kota
Istilah ini digunakan secara resmi besar, terutama yang pernah mengalaminya
olehPendidikan Nasional (Depdiknas) ketika berada di luar negeri.
dalam menyatakan Homeschooling. Selain Homeschooling adalah satu bentuk
itu, Homeschooling kadang kala juga alternatif untuk orang tua yang menekankan
diterjemahkan dengan istilah sekolah dan menfokuskan pembentukanamalan
mandiri. Homeschooling adalah model rohani, akademik dan pedagogi kepada
pendidikan alternatif yang dipraktekkan anaknya terhadap sistem pendidikan
oleh berjuta-juta keluarga di seluruh dunia. formal(Collum, 2005).
Walaupun terdapat usaha untuk Homeschooling adalah proses
mendefinisikan “homeschooling” tetapi ia pendidikan yang secara sadar, teratur dan
bukan perkara mudah untuk dilakukan. terarah yang dilakukan oleh orang tua atau

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |53


keluarga di mana proses pembelajaran menjadi guru tetapi mereka lebih
berlangsung dalam suasana yang kondusif. berperanan sebagai fasilitator. Ini bertujuan
Tujuannya agar setiap potensi anak-anak agar anak lebih berminat dan tekun belajar
yang unik dapat berkembang secara dan bukannya untuk melahirkan anak
maksimal. Homeschooling merupakan genius yang menguasai semua bahan yang
program pengajaran anak-anak yang tidak diajarkan. Secara prinsip, homeschooling
terdapat di sekolah tradisional. Kegiatan adalah pendidikan pilihan yang
mengajar boleh dilakukan di rumah atau diselenggarakan oleh orang tua, proses
suatu tempat pada komunitas tertentu. belajar mengajar dilakukan dalam suasana
Pelajar homeschoolingboleh terdiri dari kondusif dengan tujuan, agar setiap potensi
seorang anak, beberapa saudara bahkan anak-anak yang unik dapat berkembang
beberapa anak-anak di mana orang tua secara maksimul (Maulida D Kembara,
mereka sepakat untuk memberikan program 2007).
homeschooling ini biasanya dilakukan oleh Berdasarkan penjelasan di atas
orang tua atau orang lain yang homeschooling dapat didefinisikan sebagai
dipercayakan sebagai gurunya (Abe proses pendidikan yang diselenggarakan
Saputro, 2007). oleh keluarga sendiri terhadap ahli
Banyak orang berpendapat, keluarganya semasa masih dalam usia
homeschooling sering kali diartikan sebagai persekolahan dengan memilih model atau
school-at-home, sekolah di rumah. Artinya kurikulum yang sesuai dengan gaya belajar
orang tua akan mengajar anaknya di salah anak. Hal ini dijalankan untuk
satu ruangan di rumah, sementara anaknya mengembangkan bakat anak dengan
duduk dengan rapi di meja mendengar mandiri dan mempunyai akhlak baik
penjelasan dan pengajaranorang tua yang kepada orang tua dan lingkungan sekitar.
menjadi guru. Padahal Homeschooling Karena aktiviti anak lebih banyak masa di
adalah alternatif pendidikan yang berbeda rumah bersama keluarga maka
daripada organisasi sekolah biasa. Anak pembentukan akhlak lebih efektif di rumah.
belajar di bawah pengawasan kedua orang Homeschooling sesuai dengan
tuanya. Mereka menentukan mata pelajaran Undang-Undang Sistem Pendidikan
dan kandungannya. Perlu ditekankan, Nasional (UU Sisdiknas) No. 20 tahun
Homeschooling bukan meringankan 2003, Pasal 1 ayat 1 bunyi Undang-Undang
sekolah di rumah. Kegiatan pelajaran dan tersebut adalah: Pendidikan adalah usaha
pembelajaran agak berbeda daripada di sedar dan terencana untuk
sekolah. Orang tua tidak perlu selalu mewujudkansuasana belajar dan proses

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |54


pembelajaran agar pelajar secara aktif maupun ruang dunia maya (Abe Saputro,
mengembangkan potensi dirinya untuk 2007).
mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, Perkembangan homeschooling di
pengendalian diri, keperibadian, Indonesia belum diketahui secara tepat
kecerdasan, akhlak mulia, serta karena belum ada kajian khusus tentang
keterampilan yang diperlukan dirinya, akar perkembangannya. Istilah
masyarakat, bangsa dan negara. homeschooling merupakan khazanah relatif
Homeschooling menjadi sebahagian baru di Indonesia. Namun jika dilihat dari
daripada usaha pencapaian fungsi dan konsep homeschooling sebagai
tujuan pendidikan kebangsaan iaitu pembelajaran yang tidak berlangsung
mengembangkan kemampuandan seperti di sekolah formal atau
membentuk watakserta peradaban yang belajarbersama orang tua, maka
bermaruah dalam rangka mencerdaskan Homeschooling bukanlah merupakan
kehidupanbangsa. perkara baru. Tidak kurang para tokoh
besar seperti KH. Agus Salim, Ki Hajar
Homeschooling di Indonesia
Dewantara, dan Buya Hamka juga
Homeschooling bukanlah sesuatu
mengembangkan cara belajar dengan
yang baru di dunia pendidikanIndonesia.
sistem homeschooling, bukan sekadar agar
Sesungguhnya bangsa Indonesia sudah
lulus ujian kemudian memperoleh Ijazah,
lama mengenali Homeschooling. Sebelum
namun agar lebih mencintai dan
sistem pendidikan Belanda hadir di bumi
mengembangkan ilmu itu sendiri (Chris
tercinta ini, Homeschooling sudah
Verdiansyah, 2007).
berkembang di Indonesia. Pondok
Sejak tanggal 4 Mei 2006, di
pesantren misalnya, banyak para ulama dan
Jakarta telah dididirikan ASAH PENAH
guru secara khusus mengajar anak-anaknya
(Persatuan Homeschoolingdan Pendidikan
di rumah. Begitu pula para cendikiawan
Alternatif) oleh beberapa tokoh dan
dan bangsawan zaman dahulu, mereka suka
pengamal pendidikan dan Kebudayaan.
mendidik anak-anaknya secara mandiri di
Pelindungnya atau penerangnya adalah Dr.
rumah atau tempat terbuka, dibandingkan
Ace Suryadi (Ketua Pengarah Pendidikan
menyekolahkan anaknya di sekoah formal.
Luar Sekolah) dengan para penasihat,
Homeschooling tidak mempunyai batasan
antara lain Prof. Dr. Mansur Ramli (Kepala
tempat karena proses belajar itu boleh
Balitbang depdiknas) dan Dr. Ella
terjadi di mana saja, baik dalam ruang fisik
Yuliawati (Pengarah Depdiknas).
Penghargaan dari Depdiknas terhadap

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |55


lahirnya Asah Pena tentu mengukuhkan sempurna, sudah banyak yang menjadi
keyakinan bahawa Homeschooling mampu tokoh pergerakan nasional. Antaranya
menjadi salah satu alternatif pendidikan adalah Ki Hajar Dewantara dan Buya
pada masa depan (Maulida. D Kembara, Hamka. Hal ini karena, bersekolah di
2007).Pada saat ini, perkembangan rumah bukan sekadar idea menyenangkan
Homeschooling di Indonesia dipengaruhi tentang kebebasan dalam pendidikan, tetapi
oleh akses terhadap informasi yang juga jalan kesuksesan. Melewati abad 21,
semakin terbuka. Keadaan ini membuatkan kebebasan keluarga dalam hal pendidikan
para orang tua mempunyai banyak pilihan mencetuskan imaginasi ratusan ribu orang.
untuk pendidikan anaknya. Banyak Kebebasan itubernama "bersekolah di
keluarga Indonesia yang belajar di luar rumah" dan ia bukan hal yang baru.
negeri menyelenggarakan Homeschooling Sekolahdi rumah sudah dikenali sejak
untuk memenuhi keperluan pendidikan sekian lama dan berkembang dengan cukup
anak-anaknya. Selain itu, rasa tidak senang pesat, sehingga membangun kesadaran
terhadap kualitas pendidikan di sekolah masyarakat tentang cara kita mendidik
formal juga menjadi pencetus bagi kelurga- (Dobson, 2005).
keluarga Indonesia untuk Huraian di atas menunjukkan
menyelenggarakan homeschooling yang bahawa kewujudan Homeschooling
dinilai lebih dapat mencapai tujuan bukanlah sesuatu yang baru bagi bangsa
pendidikan yang dilaksanakan oleh Indonesia. Walaupun keadaan
keluarga. Homeschooling pada masa lalu lebih akrab
Pendidikan yang dilakukan oleh dikenal dengan sebutan "Pembelajaran
orang tua sangatlah penting artinya, Otodidak", namun keberadaannya sama
karenaorang tua adalah manusia yang dengan homeschooling yang dikenal
paling dekat dengan anak-anak, sekarang. Meskipun pendidikan di dalam
sekiranyaorang tua baik maka potensi anak- rumah sebagai pendidikan tidak formal dan
anak akan menjadi lebih baik. Hal ini dapat merupakan hak penuh keluarga, namun
dilihat dalam lingkungan keluarga ketika untuk menjamin hak pendidikan dan
orang tua berpendidikan tinggi dan perkembangan anak-anak dipenuhi dan
berakhlak baik maka orang tua mengajar dijaga, makaorang tua yang
anaknya untuk selalu belajar dan berakhlak menyelenggarakan sekolah ini diwajibkan
baik (Setiawan Benni, 2006),begitulah juga melaporkannya kepada pemerintah terkait.
sebaliknya. Dapat dilihat bahwa alumni
homeschooling, walaupun belum

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |56


Pelaksanaan Homeschooling di Kedua, homeschooling tumbuh
Indonesia dalam konteks lingkungan keluarga miskin
Sesungguhnya, homeschooling yang kesulitan untuk membiayai
bukanlah sesuatu yang sangat baru bagi pendidikan formal yang cukup mahal.
dunia pendidikan di Indonesia. Bangsa Dalam konteks ini, fenomena
Indonesia sudah mengenal homeschooling berkembangnyahomeschooling tidak
sejak sekian lama sebelum sistem didasarkan pada pemahaman yang
pendidikan Belanda hadir di bumi mendalam terhadap falsafah pendidikan
Indonesia. Di pondok-pondok pesantren dalam konteks pencerahan dan
misalnya, majoriti para ustaz dan tuan guru membebaskan. Sebaliknya ia berdasarkan
secara khusus mendidik anak-anaknya di ketidakberdayaan dalam ekonomi untuk
rumah. Demikian juga para ahli silat dan mendapat pendidikan formal yang elit.
bangsawan zaman dahulu (Sumardiono, Ketiga, fenomena persekolahan di
2007). Meskipun belum sempurna, namun rumah tumbuh dalam konteks lingkungan
para alumni homeschooling cukup banyak keluarga yang anaknya mempunyai banyak
yang menjadi tokoh pergerakan nasional aktivitas atau pekerjaan yang berbeda atau
seperti Ki Hadjar Dewantara dan Buya tidak sejaan dengan pelajaran yang
Hamka. dijadwalkan oleh sekolah-sekolah formal.
Secara umum, fenomena Homeschooling dalam konteks ini biasanya
berkembangnya homeschooling di terjadi pada keluarga yang anaknya menjadi
Indonesia saat ini dapat dikategorikan artis, atlet, penyanyi dan lain-lain yang
menjadi tiga konteks. Pertama, fenomena mengalami kesulitan untuk menyesuaikan
homeschooling tumbuh dalam kalangan aktivitasnya dengan jam belajar di sekolah
masyarakat kelompok menengah dan ke formal.
atas yang memahami falsafah pendidikan Untuk memberikan gambaran
dalam konteks pencerahan dan secara lebih jelas tentang melaksanakan
pembebasan. Keluarga seperti ini memilih homeschooling di Indonesia, berikut
homeschooling sebagai jawaban atas dijelaskan satu persatu tentang validitas dan
kesulitan membebaskan sekolah formal dari klasifikasi, kurikulum dan kaedah
praktik pengekangan terhadap hak tumbuh pembelajaran, penilaian, dan model
kembang anak secara wajar. Di samping penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
itu, komunitas seperti ini sangat memahami homeschooling.
prinsip multi kecerdasan, tanpa terjebak
aspek akademik semata.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |57


Terdapat beberapa model pelaksanaan pencetus bagi keluarga-keluarga di
kegiatan pembelajaran homeschooling di Indonesia maupun di luar negeri untuk
Indonesia antaranya sebagai berikut: menyelenggarakan homeschooling.
1. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Homeschooling ini dilihat dapat
dilakukan oleh orang tua di menghasilkan bentuk pendidikan
rumah/alam sekitar. bermutu.
2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran 2. Keanekaragaman kecerdasan
dilakukan oleh orang tua dan tutor di Salah satu teori pendidikan yang
rumah dan di dalam komunitas. berpengaruh dalam perkembangan
Biasanya aktivitas di komunitas homeschooling iaitu teori intelegensi
dilaksanakan dua kali dalam seminggu. ganda atau keanekaragaman kecerdasan
3. Pelaksanaan kegiatan menggunakan (Multiple Intelligences) yang dibahasdi
sistem campuran: tiga hari di sekolah dalam buku Frames of Minds The
formal yang mendukung Theory of Multiple Intelligences yang
homeschooling seperti di (Morning dihasilkan oleh Howard Gardner
Star Academy) dan selebihnya di (1983). Gardner menjelaskan teori
rumah dan alam sekitar oleh orang tua. kecerdasan anak. Pada tahun 1999,
4. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran beliau menambah satu jenis kecerdasan
bergabung dengan PKBM (Pusat baru sehingga menjad ijenis kecerdasan
Kegiatan Belajar Masyarakat) dengan manusia. Jenis-jenis kecerdasan
bertemu sekurang-kurangnya lima kali tersebut adalah kebijaksanaan
seminggu, selebihnya mandiri dan linguistik, kecerdasan matematik-logik,
bersama orang tua. intelegensi ruang-visual, kecerdasan
kinestetik-badan, kecerdasan musikal,

Faktor-faktor Mempengaruhi kecerdasan interpersonal, kecerdasan

Keberadaan Homeschooling intrapersonal, intelegensi lingkungan.

Terdapat beberapa faktor pendukung 3. Tokoh Hasil Homeschooling

homeschooling, antaranya sebagai berikut: Banyak kesuksesan toko hpenting dunia

1. Kegagalan Sekolah Formal dalam kehidupan tanpa menjalani

Baik di Amerika Serikat maupun di sekolah formal juga menciptakan

Indonesia, kegagalan sekolah-sekolah kemunculan homeschooling. Contohnya

formal dalam menghasilkan mutu Benjamin, Franklin, Thomas Alfa

pendidikan yang lebih baik menjadi Edison,KH. Agus Salim, Ki Hajar


Dewantara dan tokoh-tokoh lain.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |58


4. Fasilitas dan Infrastruktur bergabung dengan lain. Biasanya
Dewasa ini, perkembangan homeschooling jenis ini dilaksanakan
homeschooling turut dihasilkan oleh karena adanya tujuan atau sebab-sebab
fasilitas yang berkembang di dunia khusus yang tidak dapat diketahui atau
nyata. Ciri-ciri itu antara lain fasilitas dikompromi dengan komunitas
pendidikan (perpustakaan, muzium, homeschooling lain. Hal ini disebabkan
institusi penyelidikan), fasilitas awam oleh lokasi atau tempat tinggal pelaku
(taman, stasiun, jalan raya), fasilitas homeschooling yang tidak membenarkan
sosial (taman, rumah anak yatim, rumah berkumpul dengan komunitas
sakit), fasilitas perniagaan (pasar raya, homeschooling lain.
pameran, restoran, pom bensin, sawah, 2. Homeschooling Majemuk
ladang), dan fasilitas teknologi dan Homeschooling majemuk ialah
maklumat (internet, suara dan gambar) homeschooling yang dilaksanakan oleh dua
sehingga di mana-mana anak didik atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu.
berada, disitu menjadi kelas dan tempat Sementara kegiatan utama tetap
mereka belajar. dilaksanakan oleh orang tua masing-
masing. Alasannya terdapat keperluan-
Jenis-jenis Homeschooling keperluan yang bisa digabungkan oleh
Kebanyakan paraorang tua berfikir beberapa keluarga untuk melakukan
bahawa homeschooling itu hanya bisa aktivitas bersama. Contohnya kurikulum
dilakukan di rumah serta diajar oleh orang dari aktivitasolahraga, musik, kegiatan
tua sendiri. Padahal kenyataanya tidak sosial dan aktivitas keagamaan.
demikian. Menurut Seto Mulyadi (2007) 3. KomunitasHomeschooling
ada beberapa klasifikasi jenis Komunitas homeschooling adalah
homeschooling yaitu homeschooling gabungan beberapa homeschooling
majemuk dan homeschooling tunggal, majemuk yang menyusun dan menentukan
sedangkan kegiatan homeschooling terdiri silibus, bahan pengajaran, aktivitas utama
daripada tiga jenis iaitu, homeschooling (olahraga, musik/seni, dan bahasa), dan
majemuk, tunggal dan komunitas. jadwal pembelajaran.
Antara alasan orang tua memilih komunitas
1. Homeschooling Tunggal
homeschooling sebagai pilihan untuk
Sekolah di rumah tunggal adalah
pembelajaran anak-anaknya ialah:
homeschooling yang dilaksanakan oleh
1. Berstruktur dan lebih lengkap untuk
orang tua dalam satu keluarga tanpa
pendidikan akademik, pembangunan

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |59


akhlak mulia, dan pencapaian hasil rumah, ciri-ciri model pendidikan secara
belajar. umumnya bisa dilihat seperti berikut:
2. Terdapat fasilitas pembelajaran yang
1. Orientasi pendidikan lebih menekankan
baik, misalnya bengkel kerja, makmal
pada pembentukan karakter pribadi dan
IPA/bahasa, auditorium, fasilitas sukan
pengembangan bakat potensial, dan
dan kesenian.
minat anak-anak dengan cara yang alami
3. Ruang gerak sosialisasi anak didik lebih
dan spesifik.
luas tetapi tetap dapat dikawal.
2. Kegiatan belajar dapat terjadi secara
4. Sokongan lebih besar karena masing-
mandiri, bersama dengan orang tua,
masing bertanggungjawab untuk saling
bersama dengan tutor, dan dalam
mengajar mengikut kepakaran masing-
kelompok masyarakat
masing.
3. Orang tua memainkan peran kunci
5. Sesuai untuk anak-anak usia di atas
sebagai guru, pakar motivasi, fasilitator,
sepuluh tahun.
motivator, teman dan teman dialog
Teori dan Model Pendidikan dalam menentukan kegiatan belajar
Homeschooling mengajar dalam proses tersebut.
Homeschooling secara etimologi 4. Keberadaan seorang guru (tutor)
dapat diartikan sebagai sebuah sekolah berfungsi sebagai mentor dan
rumah dan menjadi pilihan alternatif bagi membimbing minat anak-anak dalam
orang tua yang meletakkan anak-anak mata pelajaran yang disukainya.
sebagai subjek kajian dengan pendekatan 5. Fleksibilitas tabel kegiatan belajar.
pendidikan di rumah. Oleh itu, bagaimana Kegiatan belajar bisa dilakukan di pagi
pendekatan untuk pendidikan di rumah itu? hari, dan di malam hari.
Pendekatan pendidikan di rumah adalah 6. Fleksibilitas jumlah pelajaran per mata
satu pendekatan keluarga yang pelajaran. Diskusi pelajaran tidak akan
membolehkan anak-anak belajar dengan berubah ke topik lain, jika anak-anak
baik berdasarkan keperluan dan gaya tidak menguasai. Anak-anak diberi
pembelajaran masing-masing, pada waktu kesempatan lebih besar untuk
tertentu, di mana saja dan dengan siapa menentukan topik untuk setiap
saja. Melalui pendekatan sedemikian pertemuan.
dijangka bahawa anak-anak bisa 7. Pendekatan pembelajaran lebih personal
berkembang dalam potensi yang maksimal, dan manusiawi.
lebih adil dan tidak terbatas. Di sekolah

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |60


8. Proses pembelajaran dilakukan kapan masa belajar di rumah secara kendiri dan
saja, bersama kapan saja dan di mana bersama orang tua.
saja serta dengan siapa saja (tidak Pendidikan sendiri merupakan satu
terbatas pada kehadiran ruang kelas dan konsep pendidikan yang menyediakan
rumah yang indah). perhatian yang sangat istimewa kepada
9. Memberikan kesempatan kepada anak- pelajar. Konsep pendidikan ini berawal
anak untuk belajar sesuai dengan minat, dengan asumsi dasaryaitu anak-anak
kebutuhan, durasi kepemilikan materi, dilahirkan dengan mempunyai potensi yang
dan kecerdasan mereka. baik untuk berfikir, menyelesaikan
10. Ujian Nasional dapat diterapkan ketika masalah, berkomunikasi, membangun
siswa siap untuk menempatinya. Untuk hubungan sosial, serta potensi dan
Indonesia, Penilaian Ujian Akhir kemampuan untuk belajar dan memajukan
Nasional dapat dicapai melalui diri (Nana Syaodih Sukmadinata, 2004).
pengujian paket kesetaraan A, B, dan C Pada hakekatnya program
yang dilakukan oleh Kementerian pendidikan peribadi lebih menekankan
Pendidikan. proses pengembangan kemampuan pelajar.
Persepsi seseorang tentang konsep Bahan ajaran yang dipilih yang sesuai
pelaksanaan dalam pendidikan umum dengan minat, kemampuan dan keperluan
berasal dari pemikiran dan kepercayaan pelajar. Pemilihan pendidikan dilakukan
tentang apa tujuan pendidikan, bagaimana dengan melibatkan pelajar. Tidak ada
untuk mendidik, dan mengapa ia program atau kurikulum baku, yang ada
memerlukan pendidikan. Menurut Nana adalah program kurikulum sekurang-
Syaodih Sukmadinata (2004:11), model kurangnya yang dalam pelaksanaannya
konsep pelajaran yang banyak pelaksanaan dikembangkan bersama pelajar. Isi dan
dasar pendidikan, minimum boleh proses pembelajaran sentiasa berubah
dibahagikan kepada empat jenis, iaitu sesuai dengan minat dan keperluan pelajar.
pendidikan klasik, pendidikan swasta, Oleh sebab itulah homeschooling erat
pendidikan sendiri dan pendidikan kaitannya dengan pendidikan peribadi
teknologi. Dari empat model konsep karena memiliki persamaan (Nana Syaodih
pendidikan, dalam tulisan ini hanya Sukmadinata, 1997).
berfokus pada konsep pendidikan sendiri Menurut Dr. Arief Rachman, M.Pd.
(personalizededucation). Hal ini karena (Dalam Ali Muhtadi, 2008) Homeschooling
konsep pendidikan sendiri lebih berkaitan selain menampung potensi kecerdasan anak
dengan Homeschooling yang lebih banyak secara lebih maksimal, juga menjadi pilihan

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |61


lain untuk mengelakkan pengaruh pada anak” yang berfokus pada minat
lingkungan negatif yang mungkin akan anak.Saat ini banyak pendidikan yang
dihadapi oleh anak-anak dalam sekolah- merekomendasikan pengajaran anak pada
sekolah umum ketika menimba ilmu. tingkat awal dengan mengintegrasikan
Beliau berkata bahawa pergaulan bebas, bidang yang berkaitan dengan subjek dan
gaduh, rokok, dan obat-obat terlarang mendasarkan kepada minat dan bakat
menjadi kes yang terus menghantui para alamiah anak. Misalnya belajar membaca
orang tua, tambahan pula mereka tidak dan matematika dalam konteks proyek
dapat mengawasi anak-anak sepanjang studi sosial, atau mengajarkan konsep
masa, terutama ketika mereka berada di matematika melalui studi musik. Anak-
sekolah dan di luar rumah yang berkaitan anak yang diajari keterampilan berpikir
dengan aktiviti sekolah. lantaran itu, dalam konteks subjek akademis terbukti
homeschooling dan pendidikan akhlak lebih baik dalam tes kecerdasan dan
memberikan kebebasan waktu bagi orang prestasi sekolah. Stenberg mengungkapkan
tua untuk mengawasi anak mereka dalam bahwa siswa akan belajar lebih baik ketika
membentuk akhlak. Aktivitas pembelajaran diajari dengan berbagai macam cara,
yang dilakukan di rumah dan diawasi oleh menekankan keterampilan kreatif dan
orang tua maka membolehkan pelajar praktis sekaligus mengingat dan berpikir
mengembangkan bakat dan minat serta kritis.
mendapat pendidikan akhlak secara Berbagai perubahan dalam teori dan
langsung dari orang tua. praktek pendidikan tampaknya akan sulit
dicapai pada model praktek pendidikan
Homeschooling dan Perkembangan yang biasa ditemukan pada sekolah-sekolah
Anak formal di Indonesia. Para orangtua yang
Memperbincangkan tentang memiliki perhatian pada pendidikan anak-
bagaimana sebuah sekolah masa kini dapat anaknya pada umumnya menganggap
meningkatkan perkembangan anak, maka bahwa model pendidikan yang tepat hanya
bahasan tidak dapat terlepas dari berbagai mungkin diperoleh dari homeschooling,
perubahan dalam filosofi pendidikan yang dimana mereka dapat mengatur sendiri
terjadi sepanjang sejarah yang kurikulum dan metode belajar yang
menyebabkan terjadinya perubahan dalam mendekati ideal.
teori dan praktek pendidikan. Pendidikan Disamping sumbangan positifnya
yang mengandalkan “three R” (reading, terhadap perkembangan anak, ternyata
‘riting, dan ‘rithmetic) ke metode “berpusat kritik terbesar yang banyak diterima

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |62


praktek homeschooling juga berkenaan berbagai kritik yang dilontarkan mengenai
dengan perkembangan anak, yaitu dalam homeschooling berkenaan dengan
hal kemampuan sosialisasi. Arif Rahman, kemampuan sosialisasi anak justru
mengatakan bahwa hal yang harus menjadi menghasilkan hal yang sebaliknya. Konsep
titik perhatian penting dari homeschooling diri yang positif yang diperoleh anak-anak
adalah strategi untuk menghindari dari pendidikan homeschoolingternyata
kekhawatiran bahwa siswa yang mengikuti mampu mendorong kemampuan sosialisasi
metode pendidikan ini akan teralienasi dari yang baik.
lingkungan sosialnya sehingga potensi
Simpulan
kecerdasan sosialnya tidak muncul.
Homeschooling sebagai Pendidikan
Kecemasan itu wajar mengingat lingkungan
alternatif di masyarakat, pada hakikatnya
rumah yang sangat terbatas sehingga anak
dipilih sebagai Pendidikan berbasis
tidak terbiasa dengan perbedaan dan
keluarga, orang tua bersama anak
cenderung memahami sesuatu dari sudut
menentukan tujuan pembelajaran, metode,
pandangnya sendiri.
pendekatan, materi dan sumber belajar
Hasil penelitian menunjukkan
yang disesuaikan dengan strategi, kondisi,
bahwa banyaknya siswa yang berasal dari
gaya belajar, keunikan, jenis kecerdasan,
Asia Timur yang berprestasi bagus di
minat, bakat, kebutuhan dan kondisi
Amerika Serikat adalah karena pengaruh
keluarga.
budaya dan praktik pendidikan di negara
1. Homeschooling adalah pendidikan yang
asal mereka. Hari dan tahun bersekolah
dilakukan secara mandiri oleh keluarga,
yang lebih tinggi dibanding sekolah AS,
yang materi pembelajarannya dipilih dan
kurikulum yang diatur secara sentral, kelas
disesuaikan dengan kebutuhan anak.
lebih besar (sekitar 40 – 50 murid), dan
Homeschoolingmerupakan pendidikan
para guru menghabiskan lebih banyak
bagi anak-anak yang dilaksanakan di
waktu mengajari seluruh kelas, sedangkan
rumah dan secara khusus diberikan oleh
anak AS lebih banyak waktu bekerja
orang tua atau seorang tutor profesional.
sendiri atau dalam kelompok kecil dan
Homeschooling dalam praktiknya
karena itu menerima perhatian yang lebih
memindahkan sekolah dari area umum
besar tetapi lebih sedikit instruksi total.
ke area yang lebih privat, yakni ke
Di sisi lain, hasil penelitian Taylor
rumah.
menunjukkan bahwa sangat sedikit siswa
2. Klasifikasi format homeschooling, yaitu:
homeschoolingyang mengalami masalah
Homeschooling tunggal dilaksanakan
dalam berhubungan sosial. Menurutnya,

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |63


oleh orang tua dalam satu keluarga tanpa khusus diberikan oleh guru atau seorang
bergabung dengan lainnya karena hal tutor profesional. Homeschooling dalam
tertentu atau karena lokasi yang pengertian modern, merupakan alternatif
berjauhan. Sedangkan pendidikan formal di negara-negara
homeschoolingmajemuk Di-laksanakan maju. Praktek homeschooling
oleh dua atau lebih keluarga untuk memindahkan sekolah dari area umum
kegiatan tertentu sementara kegiatan ke area yang lebih privat, yakni ke
pokok tetap dilaksanakan oleh orangtua rumah. Perlu digarisbawahi disini,
masing-masing. bahwa homeschoolingtampaknya lebih
3. Pelaksanaan homeschoolingdi Indonesia direkomendasikan bagi negara yang
yang juga disebut pendidikan di rumah sudah maju.
merupakan pendidikan bagi anak-anak
yang dilaksanakan di rumah dan secara

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |64


DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhtadi, (2008). Pendidikan dan pembelajaran di sekolah rumah (home schooling): Suatu
tinjauan teoritis dan praktis (Majalah Ilmiah Pembelajaran, ISSN)

Chris Verdiansyah, (2007). Persekolahan rumah; Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, Jakarta:
Kompas Media Nusantara.
Collum, E., (2005), The ins and outs of homeschooling: The determinants of parental
motivations and student achievement. Education and Society, 37, 307-335.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta:BalaiPustaka.

Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS), (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun


2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.

Kembara, Maulia D, (2007). Panduan lengkap homeschooling. Bandung:Progressio.

Linda Dobson, (2005). Tamasya Belajar, Panduan Merancang Program di RumahUntuk


AnakUsia Dini, Bandung, Mizan LC.
Marry Griffith, (2006). Belajar Tanpa Sekolah; Bagimana Memanfaatkan seluruh Dunia
Sebagai Ruang Kelas Anda, Bandung; Nuansa.
Nana Syaodih Sukmadinata, (1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata, (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung:


Yayasan Kesuma Karya.
Saputro, Abe, (2007). Rumahku sekolahku: panduan bagi orangtua untuk menciptakan
homeschooling. Yogyakarta:Graha Pustaka.

Sumardiono, (2007,b). Persekolahan rumah, Jakarta: PT Alex Media Komputindo.

Sumardiono, (2010). Warna Warni Homeschooling. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Setiawan Benni, (2006). Manifesto Pendidikan di Indonesia, Yokyakarta: Ar-Ruzz.

RD. Feldman Papalia, (2004). Human Development, New York-USA: McGraw.

Seto Mulyadi, (2007). Home Schooling keluarga Kak-Seto. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Verdiansyah, Chris, (2007) Homeschooling; Rumah Kelasku, Dunia Sekolahku, Jakarta:
Penerbit Buku Kompas.

Wikipedia, (2016). “Homeschooling”, http://en.wikipedia.org/wiki/homeschooling.

Yayah Komariyah,(2007). Persekolahan rumah, Trend Baru Sekolah Alternatif, Jakarta,


Sakura Publising.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |65


MANAJEMEN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN (SMK)
(Studi Deskriptif pada Sekolah Menengah Kejuruan)
(2018)
Ahmad Faris Al Anshari
Magister Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ
Email: ahmadfarisal14@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan
program BK di sekolah agar diperbaiki dan dikembangkan lebih baik lagi.Untuk mengetahui
mekanisme Program BK di SMK menggunakan pola BK Komprehensif untuk mengetahui
dan memahami perencanaan apa saja yang dilakukan dalam program layanan bimbingan dan
konseling komprehensif. Pada penelitian inimenggunakanmetode studi deskriptif dengan
memakai instrument non tes yakni angket dari ASCA National Model Program Audit yang
telah diterjemahkan sesuai konteks BK di Indonesia. Instrumen ini dikembangkan oleh
American School Counselor Association pada tahun 2005 sebagai alat evaluasi untuk
menentukan tingkat keterlaksanaan program bimbingan dan konseling komprehensif untuk
membantu dalam pengambilan keputusan di masa depan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan terhadap gambaran pelaksanaan sistem manajemen layanan BK di tiga Sekolah
Menengah Kejuruan di Kota Jakarta didapat hasil bahwa belum ada sekolah yang masuk
dalam kategori tinggi, kemudian ada sekolah yang memiliki tingkat penerapan sistem
manajemen layanan BK dengan kategori rendah, yaitu SMK Muhammadiyah 6 Jakarta, dan
kategori sedang yaitu SMKN 31 Jakarta dan SMK Budi Mulia Utama.

Kata Kunci: Program Bimbingan dan Konseling


Abstract
This study aims to find out to find out the advantages and disadvantages of BK programs in
schools so that they can be improved and developed better. To find out the BK Program
mechanism in Vocational Schools uses Comprehensive BK patterns to know and understand
what plans are carried out in a comprehensive guidance and counseling service program. In
this study using a descriptive study method using a non-test instrument, namely a
questionnaire from ASCA National Audit Program Model that has been translated according
to the context of BK in Indonesia. This instrument was developed by the American School
Counselor Association in 2005 as an evaluation tool to determine the level of implementation
of comprehensive guidance and counseling programs to assist in future decision making.
Based on research conducted on the description of the implementation of the BK service
management system in three Vocational High Schools in the City of Jakarta the results
showed that no school was included in the high category, then there was a school that had a
low category of BK service management systems, Vocational School Muhammadiyah 6
Jakarta, and the moderate category Vocational High School 31 Jakarta and Budi Mulia
Utama Vocational School.

Keywords: Guidance and Counseling Program

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |66


PENDAHULUAN kehidupan anak. Tentu saja semua aspek
Sudah sejak lama berkembang kehidupan anak selalu dipandang dari sudut
anggapan bahwa bimbingan dan konseling pandang perkembanngan individual dan
ditujukan pada siswa yang bermasalah, integrasi kepribadian masing-masing anak.
seperti siswa yang melakukan kesalahan Hal ini mengingat bahwa anak adalah
atau pelanggaran tata tertib sekolah. Tentu makhluk yang unik, artinya tidak ada
saja anggapan tersebut dapat menyesatkan manusia yang sama satu sama lainnya, baik
cenderung berbahaya, terutama bagi guru dalam sifat maupun kemampuannya.
BK yang melaksanakan kegiatan pelayanan Program bimbingan dan konseling
Bimbingan dan Konseling di sekolah. sekolah merupakan serangkaian rencana
Padahal, visi BK sudah jelas yakni aktivitas layanan bimbingan dan konseling
membantu memberikan layanan dalam di sekolah, yang selanjutnya akan menjadi
mengembangkan segala potensi dan pedoman bagi setiap personel dalam
kepribadian sisiwa secara optimal. pelaksanaan dan pertanggungjawabannya.
Secara operasional, program program bimbingan dan konseling yang
Bimbingan Konseling diwujudkan dalam mewadahi seluruh kegiatan bimbingan dan
berbagai layanan yang diberikan kepada konseling yang akan diberikan kepada
siswa untuk memecahkan masalah-masalah peserta didik dalam rangka menunjang
yang menghambat perkembangan psikologi tercapainya tujuan pendidikan nasional
dan sosial yang berpengaruh besar dalam pada umumnya dan visi/misi yang ada di
perkembangan dan pertumbuhan siswa, sekolah secara khusus.
kepribadian, intelegensi, emosional, Penyusunan program bimbingan
religius, dan sosial. Namun demikian, dan konseling hendaknya merujuk pada
pelayanan Bimbingan dan Konseling tidak pedoman kurikulum dan berdasarkan
hanya bersifat kuratif melainkan juga kondisi objektif yang berkaitan dengan
bersifat pengembangan. kebutuhan nyata di sekolah yang
Di sekolah memberikan layanan disesuaikan dengan tahapan perkembangan
bimbingan dan konseling pada siswa dalam peserta didik. Program bimbingan dan
menghadapi berbagai tantangan, kesulitan, konseling sekolah yang komprehensif di
danmasalah aktual yang timbul, agar siswa dalamnya akan tergambarkan visi, misi,
dapat berkembang secara optimal. tujuan, fungsi, sasaran layanan, kegiatan,
Pelayanan bantuan yang diberikan tidak strategi, personel, fasilitas dan rencana
terbatas pada bidang sekolah saja evaluasinya.
melainkan mencakup seluruh aspek

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |67


Seiring perkembangan zaman dirancang untuk menjamin bahwa setiap
kegiatan Bimbingan dan Konseling pun siswa memiliki hak yang sama untuk
ikut mengalami perkembangan di memperoleh manfaat program tersebut.
bidangnya dengan memunculkan model Sehingga kenyataan yang sering muncul,
baru yaitu Bimbingan dan Konseling yaitu aktivitas konselor sekolah yang
Komprehensif. Pengertian Bimbingan dan menghabiskan banyak waktunya untuk
Konseling sendiri adalah upaya sistematis, memenuhi kebutuhan sebagian kecil siswa
objektif, logis, dan berkelanjutan serta (secara khusus hanya mengurus kebutuhan
terprogram yang dilakukan oleh konselor siswa berprestasi rendah dan bermasalah)
atau guru Bimbingan dan Konseling untuk tidak terjadi lagi. Sehingga program yang
memfasilitasi perkembangan peserta dilaksanakan merupakan program yang
didik/Konseli untuk mencapai kemandirian realistik dan layak untuk di
dalam kehidupannya (Permendikbud, 2014) implementasikan dan dapat
sedangkan pengertian Komprehensif sendiri mengembangkan potensi peserta didik
adalah dapat mencakup ranah yang luas secara optimal di sekolah-sekolah.
atau dapat mencakup keseluruhan. Sekolah Menengah Kejuruan
Sehingga dapat di simpulkan bahwa sebagai lembaga pendidikan formal yang
Bimbingan dan Konseling Komprehensif bertanggung jawab untuk mengembangkan
adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan kemampuan peserta didik seoptimal
berkelanjutan serta terprogram yang mungkin, tidak hanya berfungsi untuk
dilakukan oleh konselor atau guru memudahkan perolehan pengetahuan dan
Bimbingan dan Konseling untuk keterampilan tetapi juga mengembangkan
memfasilitasi perkembangan peserta pemahaman diri melalui prestasi yang
didik/Konseli untuk mencapai kemandirian dicapai siswa dan belajar memahami
dalam kehidupannya mencakup seluruh kemampuan-kemampuan yang dimiliki
ranah kehidupannya. serta kekurangannya untuk menghadapi
Dengan demikian, program masa depan secara optimal.
bimbingan dan konseling sekolah yang Salah satu upaya membantu peserta
komprehensif disusun untuk merefleksikan didik mengembangkan kemampuan dirinya
pendekatan yang menyeluruh bagi dasar seoptimal mungkin adalah dengan
penyusunan program, pelaksanaan mengadakan layanan bimbingan dan
program, sistem manajemen, dan sistem konseling di sekolah dengan maksud untuk
pertanggungjawabannya. Selain itu, meningkatkan kualitas peserta didik dengan
program bimbingan dan konseling sekolah dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |68


kompleksitas masalah kehidupan yang serta mengevaluasi kegitan bimbingan dan
dihadapinya berkaitan dengan masa konseling untuk mengetahui apakah semua
depannya. Untuk itu guru BK sangat kegiatan layanan sudah dilaksanakan dan
berperan dalam memotivasi, memandang mengetahui bagaimana hasilnya.
masa depan karier mereka dengan optimis Gibson (2011) menyatakan bahwa
serta memiliki kesadaran tinggi. Mengingat manajemen bimbingan dan konseling
pentingnya layanan bimbingan dan adalah aktivitas-aktivitas yang
konseling di sekolah maka diperlukan memfasilitasi dan melengkapi fungsi-fungsi
perencanaan yang sistematis dan matang di keseharian staf konseling meliputi aktivitas
dalam program BK, sehingga dapat administratif seperti pelaporan dan
mencapai tujuan secara efektif sesuai perekaman, perencanaan dan kontrol
dengan kondisi dan kemampuan sekolah. anggaran, manajemen fasilitas dan
Namun kenyataannya program BK di pengaturan sumber daya. Dari pendapat di
sekolah masih belum terlaksana dengan atas maka dapat disimpulkan manajemen
baik karena berbagai faktor. bimbingan dan konseling adalah kegiatan
Berdasarkan permasalahan di atas, manajemen yang dilakukan oleh konselor
diperlukan penelitian untuk mengetahui untuk memfasilitasi fungsi bimbingan dan
pelaksanaan program Bimbingan dan konseling mulai dari perencanaan,
Konseling di sekolah.Oleh karena itu pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi
peneliti memutuskan untuk melakukan untuk mencapai tujuan bimbingan dan
penelitian denganmembandingkan program konseling yang efektif dan efisien dengan
Bimbingan dan Konseling di tiga Sekolah memanfaatkan berbagai sumber daya yang
Menengah Kejuruan daerah Jakarta. ada.
Sugiyo (2011) menyatakan Sugiyo (2011) menyatakan tujuan
manajemen bimbingan dan konseling manajemen dilakukan secara sistematis
adalah kegiatan yang diawali dari agar mencapai produktif, berkualitas,
perencanaan kegiatan bimbingan dan efektif dan efisien.Manajemen bimbingan
konseling, pengorganisasian aktivitas, dan dan konseling bertujuan untuk
semua unsur pendukung bimbingan dan mengembangkan diri konseli (peserta
konseling, menggerakkan sumber daya didik) secara efektif dan efisien.
manusia untuk melaksanakan kegiatan Kegiatan manajemen bimbingan
bimbingan dan konseling, memotivasi dan konseling dikatakan produktif apabila
sumber daya manusia agar kegiatan dapat menghasilkan keluaran baik secara
bimbingan dan konseling mencapai tujuan kualitas dan kuantitas.Kualitas dari layanan

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |69


bimbingan dan konseling dilihat dari kontribusi pada pencapaian prestasi peserta
tingkat kepuasan dari konseli yang didik.Perubahan paradigma BK di Sekolah
mendapatkan layanan bimbingan dan telah membawa perubahan pula pada
konseling.Sedangkan kuantitas dari layanan pendekatannya. Pendekatan yang
bimbingan dan konseling dilihat dari berorientasi tradisional, remedial, klinis dan
jumlah konseli yang mendapat layanan terpusat pada guru BK (Depdiknas, 2008)
bimbingan dan konseling.Efektif berarti Program BK komprehensif menjadi
kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan berbasis kebutuhan peserta didik dan sangat
tujuan, keefektifan dari layanan bimbingan di butuhkan kondisi sekolah.
dan konseling adalah melihat dari Ciri-ciri sekolah dalam membuat
ketercapaian layanan bimbingan dan program BK di dasarkan pada paradigma
konseling yaitu konseli mampu BK Komprehensif yang melalui lima
mengembangkan dirinya secara optimal. premis dasarnya. Menurut Gysbers (1976)
Sedangkan efisien apabila kesesuaian lima premis ini yaitu; Bimbingan dan
antara sumber daya dengan keluaran atau Konseling sebagai sebuah program
penggunaan sumber dana yang minimal memiliki karakteristik yang sama dengan
dapat dicapai sesuai tujuan yang program sekolah pada umumnya.
diharapkan. Layanan bimbingan dan Karakteristik tersebut antara lain terdapat
konseling dapat dinyatakan efisien apabila standar siswa, standar kompetensi,
tujuan bimbingan dan konseling yaitu pengelola yang profesional, sumber daya,
pengembangan diri konseli dapat dicapai dan terdapat sebuah program, pelaksanaan
dengan penggunaan sumber daya yang serta evaluasi. Oleh sebab itu kegiatan BK
sedikit.Tujuan-tujuan manajemen bertujuan untuk membantu siswa dalam
bimbingan dan konseling ini dapat dicapai rangka mencapai standar kompetensi yang
secara efektif dan efisien apabila memenuhi di maksud.Program bimbingan dan
prinsip-prinsip manajemen. konseling berfokus pada pengembangan
Bimbingan dan konseling dan kesinambungan.Pengembangan berarti
komprehensif sebagai sebuah model program BK komprehensif memiliki
penyelenggaraan program bimbingan dan aktivitas rutin, terencana, dan sistematis
konseling di sekolah telah terbukti untuk membantu masalah belajar, karir,
efektif.Gysbers dalam Furqon (2014) pribadi, dan sosial, serta membantu siswa
berdasarkan studi yang di lakukannya untuk menyelesaikan masalahnya.
mengungkapkan bahwa program bimbingan Kesinambungan berarti program BK
dan konseling kompehensif memberikan komprehensif memiliki aktivitas yang terus

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |70


menerus sebagai bentuk pelayanan lebih lanjut dalam dunia kerja atau
sehingga fokus layanan BK lebih di arah pendidikan tinggi.
kan pada usaha memfasilitasi pengalaman Undang-undang no.2 tahun 1990
belajar tertentu yang membantu siswa sistem pendidikan nasional: pendidikan
untuk tumbuh, berkembang, dan menjadi kejuruan merupakan pendidikan yang
pribadi yang mandiri. Program BK mempersiapkan peserta didik untuk dapat
Komprehensif berkolaborasi dengan semua bekerja dalam bidang tertentu, dan
personil sekolah.Hal ini berarti diperjelas lagi dengan keputusan Menteri
penyelenggaraan BK secara komprehensif Pendidikan dan Kebudayaan nomor
dalam pelayanannya, guru BK harus 0490/U/1992 tentang SMK yaitu
melibatkan personil sekolah lainnya seperti merupakan satuan pendidikan menengah
guru mata pelajaran, staf sekolah, orang yang diselenggarakan untuk melanjutkan
tua, dan anggota masyarakat lainnya. dan meluaskan pendidikan dasar serta
Bimbingan dan Konseling di kembangkan mempersiapkan siswa untuk memasuki
secara sistematis melalui proses lapangan kerja dan mengembangkan sikap
perencanaan, implementasi, evaluasi dan profesional.
berkesinambungan. Melalui penerapan Ginzberg dan Super dalam
fungsi-fungsi manajemen tersebut di Sharf(1992) menyatakan bahwa remaja,
harapkan kegiatan dan layanan BK dapat di pada siswa tingkat SMK sederajat berada
selenggarakan secara tepat sasaran dan pada tahap pemilihan tentative berdasarkan
terukur.Program BK ditopang oleh kebutuhan, minat, kemampuan, dan nilai
kepemimpinan yang kokoh. Faktor menjadi dasar bagi pemilihan bidang
kepemimpinan ini di harapkan dapat pekerjaan. Pilihan-pilihan sementara dibuat
menjamin akuntabilitas dan pencapaian dan dicobakan dalam khayalan, diskusi, dan
kinerja program BK. mata pelajaran yang diikuti, pekerjaan dan
Pendidikan Sekolah Menengah lain-lain. Pilihan pada masa ini akan sangat
Kejuruan diselenggarakan untuk mempengaruhi pilihan pekerjaannya di
melanjutkan dan meluaskan pendidikan masa mendatang, karena pekerjaan
serta menyiapkan siswa menjadi anggota merupakan suatu proses yang terus
masyarakat yang memiliki kompetensi menerus. Perkembangan karir pada masa
dasar hubungan timbal balik dengan remaja ditandai dengan adanya peningkatan
lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar dalam penjajagan serta perencanaan karir,
serta dapat mengembangkan kompetensi peningkatan kesadaran diri, penyempitan
pilihan pekerjaan, dan terjadi pergeseran

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |71


pusat perhatian dari diri ke perencanaan Instrumen ini memandu konselor
karir yang lebih realistik. sekolah menerapkan standar dan
memetakan kekuatan dan kelemahan
METODE program BK di sekolah sesuai 4 elemen
Berdasarkan permasalahan yang atau aspek utama dalam ASCA National
telah ditetapkan, maka metode penelitian Model yakni: fondasi/landasan, sistem
yang tepat untuk digunakan adalah metode penyampaian, sistem manajemen, dan
penelitian deskriptif dengan jenis survey. akuntabilitas (Palmer, 2012). Serta dibagi
Metode penelitian deskriptif merupakan menjadi 17 indikator, denganlima pilihan
metode penelitian yang dirancang untuk jawaban, yaitu tidak ada, dalam proses,
memperoleh gambaran tentang status gejala baru selesai, terlaksana, dan tidak
suatu permasalahan saat penelitian menjawab. Indikator tersebut terbagi dari
dilakukan. Metode penelitian deskriptif empat aspek yaitu keyakinan dan filosofi,
juga merupakan suatu bentuk dasar dari Misi program konseling sekolah,
suatu penelitian karena ditujukan untuk wewenang/ranah dan tujuan, Asca standar
menggambarkan fenomena-fenomena yang nasional/kompetensi, panduan kurikulum,
ada, baik fenomena bersifat alamiah rencana individual siswa, layanan
ataupun rekayasa manusia. Pada penelitian responsif, dukungan sistem, konselor
ini tidak ada perlakuan yang diberikan atau sekolah/kesepakatan administrator, dewan
dikendalikan sebagaimana terdapat dalam penasihat, penggunaan data dan monitoring
penelitian eksperimen, dan tidak ada pula siswa, penggunaan data untuk
pengujian hipotesis (Basuki, 2006). menghilangkan kesenjangan, perencanaan,
Pada penelitian ini, menggunakan penggunaan waktu, laporan hasil, evaluasi
instrument non tes yakni angket dari ASCA unjuk kerja konselor, dan audit program.
National Model Program Audit yang telah Pengerjaan angket ini berkisar 30 – 45
diterjemahkan sesuai konteks BK di menit yang berisi 115 butir
Indonesia. Instrumen ini dikembangkan pernyataan.Tingkat validitas dan realibilitas
oleh American School Counselor instrumen ini belum diketahui peneliti.
Association pada tahun 2005 sebagai alat
evaluasi untuk menentukan tingkat HASIL DAN PEMBAHASAN
keterlaksanaan program bimbingan dan Berdasarkan penelitian yang
konseling komprehensif untuk membantu dilakukan terhadap gambaran pelaksanaan
dalam pengambilan keputusan di masa sistem manajemen layanan BK di tiga
depan. Sekolah Menengah Kejuruan di Kota

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |72


Jakarta didapat hasil bahwa belum ada SMK Muhammadiyah 6 Jakarta, dan
sekolah yang masuk dalam kategori tinggi, kategori sedang yaitu SMKN 31 Jakarta
kemudian ada sekolah yang memiliki dan SMK Budi Mulia Utama, sebagaimana
tingkat penerapan sistem manajemen ditampilkan pada tabel.
layanan BK dengan kategori rendah, yaitu

No. Nama Sekolah Skor % Kategori


1 SMKN 31 Jakarta 228 66 % Sedang
2 SMK Budi Mulia Utama 158 46 % Sedang
3 SMK Muhammadiyah 6 133 39 % Rendah

Jika dilihat dari skor setiap aspek, manajemen, dan akuntabilitas dibandingkan
SMK Negeri 31 memiliki skor yang paling dengan SMK Budi Mulia Utama dan SMK
tinggi dari semua aspek, yaitu pada aspek Muhammadiyah 6 sebagaimana
landasan, sistem penyampaian, sistem digambarkan pada gambar.

Gambaran Sistem Manajemen


Program BK di Sekolah Menengah
Kejuruan Negeri dan Swasta Kota
Jakarta
SMKN 31
SMK Budi Mulia
SMK Muhammadiyah 6

635454 55 85
3629 5337
251513

Berdasarkan hasil instrument dari layanan BK yang hampir mencakup kriteria


tiga sekolah tersebut, serta merujuk kepada program BK yang disampaikan oleh
teori yang telah dipaparkan mengeni Gysberg di sekolah, guru BK pun dapat
program BK, hasilnya yaitu pada SMKN 31 menunjukkan data-data utama maupun
Jakarta dinilai paling baik dibandingkan pendukung dalam pelaksanaan layanan BK
dua sekolah lainnya yaitu SMK Budi Mulia sesuai dengan yang tercantum dalam
Utama dan SMK Muhammadiyah 6 program BK, dan juga sesuai dengan hasil
Jakarta. Hal tersebut terlihat pada program pengisian instrumennya yang banyak
BK yang telah dibuat dan keterlaksanaan mengisi baru selesai dan terlaksana. Sistem

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |73


manajemen layanan BK di sekolah ini optimal dalam memberikan pelayanan
memiliki sistem manajemen yang baik, kepada para siswa di sekolah.
pembagian yang jelas antar guru BK, dan Pada SMK Muhammadiyah 6
data yang cukup lengkap.Dukungan sistem Jakarta yang saya sendiri sebagai guru BK
dari pimpinan sekolah juga dinilai nya masih banyak sekali kekurangan dalam
baik.Guru BK didorong untuk mengikuti pelaksanaan program BK di sekolah karena
berbagai seminar dan pelatihan, bahkan sebelum saya menjadi guru BK di sekolah
mengambil studi lanjut untuk tersebut yang menjadi guru BK bukan dari
meningkatkan kompetensinya, serta lulusan BK melainkan guru mata pelajaran
kebijakan anggaran juga dirasakan cukup yang ditugaskan sebagai guru BK karena
baik. belum ada guru BK di sekolah tersebut
Sedangkan pada SMK Budi Mulia pada saat itu, dan saya saat ini belum genap
Utama dan SMK Muhammadiyah 6 Jakarta satu tahun bekerja di sekolah itu sehingga
masih belum membuat program BK dan saya masih mencoba merancang sedikit
layanan BK secara baik dan benar yang demi sedikit program BK di sekolah secara
sesuai dengan standar, terlihat dari baik dan benar.
pengisian instrument yang banyak mengisi
dalam proses bahkan tidak ada. Meskipun PENUTUP
pada pengisian instrument guru BK di Simpulan
SMK Budi Mulia Utama beberapa indikator Bimbingan konseling komprehensif
mengisi terlaksana, namun responden merupakan bentuk layanan yang
belum bisa menunjukkan datanya dan ada menekankan pada upaya pencapaian tugas
data yang ditunjukkan tidak sesuai dengan perkembangan, pengembangan potensi, dan
apa yang seharusnya. Menurut guru BK di pengentasan masalah konseli.Program
sekolah tersebut hal itu dapat terjadi bimbingan konseling komprehensif ini
disebabkan banyaknya beban pekerjaan mengandung empat komponen pelayanan,
yang dilimpahkan kepada guru BK yang yaitu pelayanan dasar, pelayanan responsif,
tidak sesuai dengan pekerjaan guru BK perencanaan individual, dan dukungan
seharusnya, dan kurangnya pengetahuan sistem. Dalam pelaksanaannya, pendekatan
guru BK mengenai program BK yang benar ini menekankan kolaborasi antara konselor
serta kurang tepatnya layanan BK yang dengan para personil sekolah lainnya
dilakukan di sekolah, sehingga terlihat (pimpinan sekolah, guru-guru, dan staf
peran guru BK belum dilakukan secara administrasi), orang tua konseli, dan pihak-
pihak terkait lainnya (seperti instansi

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |74


pemerintah/swasta dan para ahli: psikolog mengembangkan layanan BK secara
dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi optimal kepada peserta didik di sekolah.
dengan proses pendidikan di sekolah secara Seperti diminta untuk merazia barang
keseluruhan dalam upaya membantu para bawaan atau rambut laki-laki yang panjang
konseli agar dapat mengembangkan atau peserta didik, hal tersebut membuat para
mewujudkan potensi dirinya secara penuh, peserta didik beranggapan bahwa guru BK
baik menyangkut aspek pribadi, sosial, adalah polisi sekolah, sehingga para peserta
belajar, maupun karir. didik menjadi takut kepada guru BK di
Program bimbingan dan konseling sekolah.
yang komprehensif membutuhkan Kemudian hasil dari penelitian
dukungan manajemen sekolah yang adil terlihat skor paling rendah pada aspek
dan setara sehingga sekolah memberikan akuntabilitas dibandingkan ketiga aspek
perhatian yang memadai dan setara lainnya yaitu aspek landasan, sistem
terhadap semua unsur yang penting bagi penyampaian, dan sistem manajemen. Hal
jalanya proses pendidikan. Dukungan tersebut disebabkan oleh kurangnya
finansial yang memadai, fasilitas yang pengetahuan para guru BK di sekolah
memadai dan pemberian waktu yang mengenai laporan evaluasi hasil pada
memadai untuk bimbingan, pengajaran dan program BK sehingga mereka belum
kegiatan pendidikan lain di sekolah adalah melaksanakan atau sedang mencoba
bukti kebijakan yang integratif di sebuah melaksanakan laporan evaluasi tersebut.
lembaga pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian yang Saran
telah dilakukan di tiga sekolah, guru BK Sebaiknya konselor di sekolah
masih belum menyusun program BK secara dapat memilih pola yang cocok untuk di
baik dan benar, pada SMKN 31 dan SMK terapkan di sekolah tersebut, menyusun
Budi Mulia Utama berada dalam kategori program BK yang sesuai kebutuhan peserta
sedang, dan SMK Muhammadiyah 6 berada didik disekolah, serta mencari pengetahuan
dalam kategori rendah. Hal tersebut tentang program BK untuk menambah
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan wawasan, sehingga dapat menyusun
guru BK mengenai program BK yang program BK yang baik dan benar sesuai
cukup, serta beban kerja diluar BK yang dengan standar yang ada. Untuk pihak
diberikan pihak sekolah kepada guru BK sekolah sebaiknya dapat memisahkan
secara berlebihan, sehingga waktu yang antara konselor sekolah dan tim tata tertib
dimiliki guru BK berkurang untuk agar tidak timbul anggapan bahwa Guru

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |75


Bimbingan dan Konseling adalah polisi banyak peserta didik, karena idealnya satu
sekolah, serta tidak membebani pekerjaan guru BK menangani sekitar 150 peserta
diluar kegiatan BK kepada guru BK secara didik, serta penambahan kecakapan guru
berlebihan. BK dalam menggunakan IT untuk
Kemudian yang perlu diperbaiki memudahkan kinerja guru BK dalam
selanjutnya adalah pada penambahan melaksanakan layanan BK secara optimal.
jumlah guru BK di sekolah yang terdapat

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |76


DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. 2007. Rambu-RambuPenyelenggaraanBK dalam JalurPendidikanFormal.


Jakarta:DirjenPMPTK.

Depdiknas (Departemen Pendidikan Nasional). 2008. Rambu-Rambu Penyelenggaraan BK


dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Dinas Pendidikan Tinggi.

Gibson, Robert L dan Marianne H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan


Konseling.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hikmat. 2011. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

M. A. Furqon, Aip Badrujaman. 2014. Model Evaluasi Layanan Dasar Berorientasi


Akuntantanbilitas. Jakarta: PT Indeks.

Noraman C Gysbers dan Patricia Henderson. 1976. Developing and Managing: Your School
Guidance and Counseling Program. American Counseling Association: Alexandria.

Palmer, Lauren E. 2012. Predicting Student Outcome Measures Using the ASCA National
Model Program Audit.The Professional CounselorVolume 2, Issue 2 | September
2012Pages 152-159

Rahman, Fathur. 2008. Penyusunan Program BK di sekolah. Yogyakarta: Departemen


Pendidikan Nasional.

Richard, Sharf. 1992. Applying career Development Theory to Counseling. University of


Delaware cole Publishing Company. California.

Sugiyo, 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang:Widya


Karya.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sulistyo, Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |77


PENGARUH PERMAINAN BAKIAK DAN KECERDASAN INTERPERSONAL
TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK
TK KHAIRANI ACEH BESAR

Riza Oktariana
STKIP Bina Bangsa Getsempena
Email: riza@stkipgetsempena.ac.id

Abstrak
Perkembangan fisik motorik salah satu dari lima aspek perkembangan anak usia dini, untuk
mencapai perkembangan motorik khususnya motorik kasar dilakukan melalui permainan.
Aktivitas bermain dapat menstimulasi perkembangan fisik motorik anak, dan menjadi salah
satu faktor lain yang berperan penting dalam peningkatan psikis anak yaitu kecerdasan
interpersonal. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti memilih judul “Pengaruh
Permainan Bakiak dan Kecerdasan Interpersonal Terhadap Perkembangan Anak TK Khairani
Aceh Besar. Rumusan masalah dalam penelitian ini: Adakah pengeruh permainan bakiak
terhadap perkembangan fisik motorik anak, adakah pengaruh kecerdasan interpersonal
terhadap perkembangan fisik motorik anak, dan adakah interaksi permainan bakiak dan
kecerdasan interpersonal terhadap perkembangan fisik motorik anak. Tujuan penelitian yaitu:
Untuk mengetahui pengaruh permainan bakiak terhadap fisik motorik anak, untuk
mengetahui pengaruh kecerdasan interpersonal terhadap perkembangan fisik motorik anak
dan untuk mengetahui interaksi permainan bakiak dan kecerdasan interpersonal terhadap
perkembangan fisik motorik anak. Lokasi penelitian di laksanakan di TK Khairani Aceh
Besar yang beralamat di Desa Lubok Batee Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar,
penelitian dilakukan pada tanggal 15 Oktober sampai dengan 15 Desember 2018. Subjek
penelitian anak kelompok B yang berjumlah 30 orang, yang terdiri dari B1 (15 orang) dan B2
(15 orang). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dan desain
penelitian adalah desain treatment by level 2 x 2. Instrumen penelitian ini menggunakan tes
permainan bakiak, lembar observasi kecerdasan interpersonal dan tes perkembangan fisik
motorik. Prosedur penelitian yaitu data pretest, perlakuan, postest, pengolahan data, analisis
data dan kesimpulan. Memenuhi standar validitas dan reliabilitas instrumen. Tehnik analisis
data mengunakan deskriftif data yang meliputi Mean, Median, Modus, tabel distribusi
frekuensi dan histogram. Pengujian prasyarat analisis yaitu data normalitas dan homogenitas.
Dari hasil analisis data yang diperoleh penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh
permainan bakiak dan kecerdasan interpersonal terhadap perkembangan fisik motorik anak
TK Khairani Aceh Besar.

Kata Kunci: Permainan Bakiak, Kecerdasan Interpersonal, Perkembangan Fisik Motorik

Abstract
The development of physical motorism in one of the five aspects of early childhood
development, to achieve motoric development especially gross motoric is done through play.
Play activities can stimulate children's physical motor development, and become one of the
other factors that play an important role in children's psychological improvement, namely
interpersonal intelligence. Based on this background, the researchers chose the title "The
Effect of Bakiak Game and Interpersonal Intelligence on the Motoric Physical Development
of Khairani Kindergarten Children in Aceh Besar. The formulation of the problem in this
study: Is there clogging of clogs playing on children's physical motor development. Is there
an influence of interpersonal intelligence on children's physical motor development, and Is
there interaction between clogs and interpersonal intelligence on children's physical motor

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |78


development. The objectives of the study were: To determine the effect of clogging on
children's motoric physical, To determine the effect of interpersonal intelligence on children's
physical motor development, To find out the interaction of clogs and interpersonal
intelligence on children's physical motor development. The research location was conducted
at Khairani Aceh Besar Kindergarten, having its address at Lubok Batee Village, Ingin Jaya
Subdistrict, Aceh Besar Regency, the study was conducted on October 15 to December 15
2018. The research subjects were group B children of 30, consisting of B1 (15 people) and
B2 (15 people). This research was carried out using the experimental method and the
research design was treatment design by level 2 x 2. The instrument of this study used
clogged game tests, observation sheets of interpersonal intelligence and tests of motoric
physical development. Research procedures are data pretest, treatment, posttest, data
processing, data analysis and conclusions. Meet the standards of instrument validity and
reliability. Data analysis techniques use descriptive data which includes the Mean, Median,
Mode, frequency distribution table and histogram. Testing the analysis prerequisites, namely
data on normality and homogeneity. From the results of the analysis of the data obtained this
study shows that there is the influence of clog playing and interpersonal intelligence on the
physical motor development of Khairani Aceh Besar Kindergarten children.

Keywords: Bakiak Game, Interpersonal Intelligence, Motoric Physical Development

PENDAHULUAN pembinaan yang ditujukan kepada anak


Pendidikan Anak Usia Dini sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
(PAUD) merupakan salah satu bentuk yang dilakukan melalui pemberian
penyelenggaraan pendidikan yang rangsangan pendidikan untuk membantu
menitikberatkan pada peletakkan dasar pertumbuhan dan perkembangan jasmani
kearah pertumbuhan dan perkembangan dan rohani agar anak memiliki kesiapan
fisik motorik (koordinasi motorik halus dan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
motorik kasar), dan kecerdasan (daya pikir, Taman Kanak-Kanak berfungsi
daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan memberikan layanan pendidikan untuk
spiritual), sosial emosional (sikap dan umur 4-6 tahun. Program ini bertujuan
perilaku serta agama), bahasa dan membantu mengembangkan potensi baik
komunikasi sesuai dengan keunikan dan psikis dan fisik yang meliputi nilai agama
tahap-tahap perkembangan yang dilalui dan moral, disiplin, sosial-emosional,
oleh anak usia dini. (Adalilla, S, 2010). kemandirian, kognitif, bahasa, fisik-
Khususnya di Taman Kanak-kanak motorik, dan seni untuk setiap memasuki
sebagai salah satu bentuk layanan pendidikan selanjutnya.
pendidikan yang perlu diperhatikan. Hal ini Menurut Trianto (2011:14-16)
sesuai dengan UU RI No.20 tahun 2003 menyatakan “Masa kanak-kanak
BAB I, Pasal 1 Butir 14 yaitu: Pendidikan merupakan masa yang kritis bagi
Anak Usia Dini adalah suatu upaya perkembangan motorik”. Oleh karena itu

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |79


masa kanak-kanak merupakan saat yang Permainan ini menguji ketangkasan,
tepat untuk mengajarkan anak tentang kepemimpinan, kerja sama, kreatifitas,
berbagai keterampilan motorik salah wawasan serta kejujuran.
satunya melakukan permainan. Terdapat Selain aktivitas bermain bakiak
berbagai cara anak belajar keterampilan yang dapat menstimulasi perkembangan
motorik yaitu trial and error, meniru, dan fisik motorik anak, ternyata ada faktor lain
pelatihan yang memberikan hasil berbeda. yang juga berperan penting dalam
Secara langsung atau tidak langsung peningkatan psikis anak yaitu kecerdasan
perkembangan fisik motorik anak akan interpersonal. Kecerdasan interpersonal
mempengaruhi konsep diri dan perilaku merupakan kemampuan untuk memahami
anak sehari-hari yang kemungkinan terus dan bekerjasama dengan orang lain”.
dibawa dimasa mendatang. Oleh karena itu Menurut Armstrong (2013:39), ciri-ciri
diperlukan perhatian yang besar terhadap dari anak yang memiliki kecerdasan
faktor-faktor yang diduga kuat memiliki interpersonal adalah suka bersosialisasi,
pengaruh terhadap perkembangan fisik berbakat menjadi pemimpin, menjadi
motorik anak. anggota organisasi, panitia, atau kelompok
Salah satu permainan yang dapat informal di antara teman seusianya, mudah
meningkatkan perkembangan fisik motorik bergaul, senang mengajari anak-anak lain
khususnya fisik motorik kasar anak adalah secara informal, suka bermain dengan
dengan permainan bakiak. Bila anak teman seusianya, mempunyai dua atau
memiliki keterampilan motorik yang lebih teman dekat, memiliki empati yang
memadai urat syarafnya akan bekerja baik atau memberi perhatian lebih kepada
mengoordinasikan seluruh gerak tubuh dan orang lain, banyak disukai teman dan
mengikuti ritme tertentu sehingga anak dapat memahami maksud orang lain
akan menjadi pribadi yang terampil, lincah walaupun tersembunyi. Pengembangan
dan cekatan. kecerdasan interpersonal sangat penting
Bakiak adalah salah satu bagi anak sebab akan menjadi dasar saat
permainan tradisional. Bahannya dibuat anak bergaul dengan teman serta
dari kayu panjang seperti seluncur es yang lingkungan. Itulah sebabnya mengapa
sudah dihaluskan dan diberi beberapa selop kecerdasan interpersonal berkaitan erat
diatasnya, biasanya untuk 3-4 orang. dengan proses pembelajaran. Proses
Memainkan bakiak biasanya secara pembelajaran yang menyenangkan
berkelompok atau tim, yang masing-masing menentukan kemampuan anak dalam
tim berlomba untuk sampai ke finish. bersikap dan berprilaku sosial yang selaras
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |80
dengan norma agama, moral tradisi, moral Bermain/KOBER (usia 3 tahun) sedangkan
hukum, dan norma moral lainnya yang 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti
berlaku di masyarakat khususnya di Aceh. program Taman Kanak-kanak/TK.
Anak yang memiliki kemampuan Snowman (dalam Patmonodewo,
motorik kasar yang baik maka ia akan 2000:32) mengemukakan karakteristik fisik
memiliki perkembangan mental yang baik anak prasekolah (4-6 tahun) yaitu:
pula karena anak mampu menyesuaikan diri penampilan maupun gerak-gerik anak
dengan lingkungan sekitarnya sehingga prasekolah mudah dibedakan dengan anak
rasa percaya dirinya akan terus meningkat yang berada dalam tahap sebelumnya.
dan akan berpengaruh positif pada Adapun ciri fisik dari anak prasekolah
kemampuan motorik kognitifnya. antara lain: (1) anak prasekolah umumnya
Perkembangan Fisik Motorik sangat aktif. Mereka telah memiliki
Anak usia dini adalah anak yang penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya
baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia dan sangat menyukai kegiatan yang
ini merupakan usia yang sangat dilakukan sendiri. Berikan kesempatan
menentukan dalam pembentukan karakter kepada anak untuk berlari, memanjat dan
dan kepribadian anak (Yuliani Nurani melompat.
Sujiono, 2009:7). Usia dini merupakan usia Snowman (dalam Patmonodewo,
di mana anak mengalami pertumbuhan dan 2000:35) “Anak usia dini merupakan
perkembangan yang pesat. Usia dini individu yang berbeda, unik, dan memiliki
disebut sebagai usia emas (golden age). karakteristik tersendiri sesuai dengan
Makanan yang bergizi yang seimbang serta tahapan usianya”. Pada masa ini stimulasi
stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan seluruh aspek perkembangannya memiliki
untuk pertumbuhan dan perkembangan peran penting untuk tugas perkembangan
tersebut. selanjutnya. Sel-sel tubuh anak usia dini
Menurut Biehler dan Snowman tumbuh dan berkembang sangat pesat,
(dalam Patmonodewo,2000:19) bahwa pertumbuhan otak pun sedang mengalami
yang dimaksud dengan anak prasekolah perkembangan yang sangat luar biasa,
adalah mereka yang berusia 3-6 tahun. demikian halnya dengan pertumbuhan dan
Mereka biasanya mengikuti program perkembangan fisiknya.
prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Dari pengertian tersebut tergambar
Indonesia umumnya mereka mengikuti bahwa anak usia dini adalah anak yang
program Tempat Penitipan Anak/TPA (3 berada pada rentang usia 0-6 tahun yang
bulan-5 tahun) dan Kelompok dilakukan melalui pemberian rangsangan
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |81
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dengan sendirinya anak akan melakukan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar gerakan yang sudah waktunya untuk
anak memiliki kesiapan dalam memasuki dilakukan. (Wijaya; 2008) misalnya,
pendidikan lebih lanjut. Sejalan dengan seorang anak usia 6 bulan belum siap
Undang-Undang Sistem Pendidikan duduk sendiri, maka orang dewasa tidak
Nasional No. 20 Tahun 2003 tentang perlu memaksakan dia duduk di sebuah
sisdiknas pasal 28 ayat 1 yaitu pendidikan kursi. Pada masa kanak-kanak kemampuan
anak usia dini diselenggarakan sebelum motorik berkembang sejalan dengan
jenjang pendidikan dasar. perkembangan kemampuan kognitif anak.
Perkembangan motorik adalah Lebih jelasnya lagi Anita Yus,
proses tumbuh kembang kemampuan gerak mengelompokkan kegiatan yang dapat
seorang anak. Pada dasarnya, membantu pengembangan motorik kasar
perkembangan ini berkembang sejalan anak pra sekolah dapat dilakukan dengan
dengan kematangan saraf dan otot anak. beberapa cara, diantaranya: berjalan dengan
Sehingga, setiap gerakan sesederhana tangan terayun, berjalan dengan seimbang
apapun merupakan hasil pola interaksi yang dan dapat berhenti secara tiba-tiba,
kompleks dari berbagai bagian dan sistem melompat untuk menjangkau benda keatas
dalam tubuh yang dikontrol oleh atau kedepan, mengayuh sepeda dengan
otak. Kemampuan motorik terbagi dua cepat, menangkap dan melempar bola
yaitu motorik kasar dan motorik halus. dengan cepat.
Motorik kasar adalah aktivitas dengan Menurut Gallahue dalam (Albadi
menggunakan otot-otot besar yang meliputi Sinulinga, dkk, 2014:73) menguraikan
gerak dasar lokomotor, nonlokomotor dan tahapan-tahapan perkembangan motorik
manipulatif (Widarmi:2008). yaitu; 1) tahap refleksif, 2) gerakan kasar
Gerak Motorik Kasar adalah (rudimentary), 3) tahap gerakan dasar, 4)
kemampuan yang membutuhkan koordinasi tahap gerakan spesialis.
sebagian besar bagian tubuh anak. Oleh Tahap gerakan refleksif ditandai
karena itu, biasanya memerlukan tenaga dengan gerakan serba reflex yang meliputi,
karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih a) refleks primitif (mekanisme mencari
besar. Motorik kasar anak akan informasi, perlindungan dan untuk diberi
berkembang sesuai dengan usianya (age makan), b) refleks anggota badan (postural)
appropriateness). Orang dewasa tidak perlu yang benar-benar di luar kesadaran
melakukan bantuan terhadap kekuatan otot misalnya, refleks menggenggam.
besar anak. Jika anak telah matang, maka
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |82
Tahap gerakan kasar (rudimentary) Kecerdasan interpersonal lebih
ditandai dengan penguasan gerakan di dari kecerdasan-kecerdasan lain,
bawah sadar dalam bentuk gerakan yang kecerdasan interpersonal yang kuat
dibutuhkan untuk survive, seperti menempatkan kita untuk kesuksesan,
mempertahankan gerakan kepala agar tetap sebaliknya kecerdasan interpersonal yang
tegak, gerakan togok dan manipulatif serta lemah akan menghadapkan kita pada rasa
gerakan lokomotor, seperti menggenggam, frustasi dan kegagalan terus-menerus dan
merangkak, jalan, menjangkau Tahap keberhasilan kita, kalaupun ada terjadi
gerakan dasar (fundamental skill) pada kebetulan saja (Hoerr, 2007:172).
masa kanak-kanak merupakan kelanjutan Kecerdasan interpersonal memungkinkan
gerakan kasar dan adaptasi mulai kita untuk bisa memahami berkomunikasi
berkembang misalnya, berjalan, berlari. dengan orang lain, melihat perbedaan
Gerakan ini tidak sepenuhnya akibat dalam mood, temperamen, motivasi, dan
kematangan, tapi kesempatan dan dorongan kemampuan. Termasuk juga kemampuan
bagi perkembangannya. Tahap gerakan untuk membentuk dan juga menjaga
spesialis merupakan gerakan lebih lanjut hubungan, serta mengetahui berbagai
yang dipakai sebagai alat untuk berbagai perasaan yang terdapat dalam suatu
aktivitas khusus seperti dalam kegiatan kelompok, baik sebagai anggota maupun
olahraga. Gerakannya lebih spesifik dan sebagai pemimpin (Cambell, 2006:172)
dilakukan dengan gerak yang khas dengan Williams (2005;162)
tujuan tertentu dan gerakannya sudah mengungkapkan bahwa kecerdasan
menjadi kompleks karena melibatkan interpersonal adalah kemampuan untuk
kemampuan kognitif, afektif dan memahami dan berinteraksi dengan baik
psikomotor. dengan orang lain. Kemampuan ini
Kecerdasan Interpersonal melibatkan kemampuan verbal dan non
Kecerdasan interpersonal verbal, kemampuan kerjasama, manajemen
didefinisikan sebagai kemampuan konflik, strategi membangun consensus,
mempersepsi dan membedakan suasana kemampuan untuk percaya, menghormati,
hati, maksud, motivasi, serta perasaan memimpin, dan memotivasi orang lain
orang lain, serta kemampuan memberi untuk mencapai tujuan umum. Gordon dan
respons secra tepat terhadap suasana hati, Huggins-Cooper (2013:57) menyebut
temperamen, motivasi, dan keinginan orang kecerdasan interpersonal sebagai
lain (Amstrong, 2003). kecerdasan sosial, dengan memiliki
kecerdasan social membantu kita untuk
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |83
memahami perasaan, motivasi, dan intense jam sekolah, (c) berperan sebagai penengah
orang lain. keluarga ketika terjadi pertikaian, (d)
Dariyo (2013:95) menyatakan bahwa menikmati permainan kelompok, (e)
kecerdasan interpersonal adalah berempati besar terhadap perasaan orang
kemampuan untuk memahami interaksi lain, (f) dicari sebagai penasehat atau
sosial dan mampu memanfaatkan secara pemecah masalah oleh teman-temannya, (g)
efektif kemampuannya untuk berhubungan menikmati mengajari orang lain, (h)
interaksi dengan orang lain. Kecerdasan tampak mempunyai bakat memimpin.
interpersonal menurut Safaria (2005, dalam Dengan mengembangkan
Sari,2009), merupakan kemampuan dan kecerdasan interpersonal pada anak sejak
keterampilan seseorang dalam menciptakan dini akan memberi manfaat baik bagi anak.
relasi sosialnya sehingga kedua beah pihak Menurut Adi W. Gunawan (2006: 119),
berada pada situasi menang sama atau kecerdasan interpersonal yang
menang saling menguntungkan. dikembangkan dengan baik akan sangat
Dari beberapa pendapat di atas menentukan keberhasilan seseorang dalam
dapat disimpulkan bahwa kecerdasan hidupnya setelah dia menyelesaikan
interpersonal adalah kemampuan untuk pendidikan formal, memungkinkan
membangun suatu hubungan yang meliputi berkomunikasi dan memahami orang lain,
kepekaan sosial yang ditandai dengan anak mengerti kondisi pikiran dan suasana hati
memiliki perhatian terhadap semua teman yang berbeda, memiliki kemampuan untuk
tanpa memilih-milih teman, pemahaman membentuk dan mempertahankan suatu
sosial yang ditandai dengan anak dapat hubungan, dan dapat memiliki kemampuan
menyelesaikan konflik atau masalah untuk mempengaruhi kawannya dan
walaupun dengan dibimbing oleh pendidik, biasanya sangat menonjol dalam
dan komunikasi sosial yang ditandai melakukan kerja kelompok.
dengan anak dapat mengemukakan Permainan Bakiak
pendapat kepada teman tanpa didekati oleh
Piaget dalam Benson (2004:143),
teman terlebih dahulu.
“melihat bahwa bermain sebagai kegiatan
Ciri-ciri anak yang memiliki
penyesuaian diri yang melibatkan proses
kecerdasan interpersonal menurut
asimilasi: anak berusaha mencocokkan
Amstrong (2002:33) adalah sebagai
dunia nyata dengan keinginan dan
berikut: (a) mempunyai banyak teman, (b)
pengalamannya sendiri. Kemudian terdapat
banyak bersosialisasi di sekolah atau di
lingkungan, terlibat dalam kelompok di luar
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |84
proses imitasi ada proses peniruaan untuk bermain secara soliter memiliki fungsi yang
kesenangannya sendiri (berhasil meniru)”. penting karena setiap kegiatan bermain
Parten Mayesty dalam Sujiono jenis ini 50% menyangkut kegiatan edukatif
(2010:34) “memandang bahwa kegiatan dan 25% menyangkut kegiatan otot kasar,
bermain sebagai sarana bersosialisasi, (b). Bermain secara Pararel, yaitu bermain
dimana melalui bermain dapat memberi sendiri-sendiri secara berdampingan, jadi
kesempatan anak bereskplorasi, tidak ada interaksi antara mereka, namun
menemukan, mengekporesikan perasaan, ada peniruan, (c). Bermain Asosiatif, ini
berkreasi dan belajar secara menyenangkan. terjadi ketika anak-anak bermain secara
Selain itu kegiatan bermain dapat bersama, bermain bola bersama, bermain
membantu anak mengenal dirinya sendiri, pasir bersama, dan sebagainya.
dengan siapa ia hidup serta lingkungan Soebandiyah dalam Soejiono
tempat dimana ia hidup”. (2010:18), ada beberapa prinsip yang
Menurut Piaget dalam Benson berkaitan dengan perkembangan program
(2004:75) terdapat tiga tingkatan bermain; kegiatan bermain: a) relevansi, kurikulum
a). Bermain penguasaan, merupakan yang ada, relevan dengan perkembangan
pengulangan tingkah laku, b). Bermain anak, b) adaptasi, kurikulum
simbolik, bermain pura-pura karena memperhatikan dan mengadaptasi bahan
melibatkan khayalan, bermain peran dan ilmu, ada harus dapat diteknologi dan seni
pengggunaan simbol, c). Bermain dengan yang sedang berkembang, c) kontiunitas,
aturan, permainan ini penting dalam proses kurikulum disusun secara berkelanjutan,
belajar menentukan mana yang benar dan tahap demi tahap, d) fleksibilitas,
mana yang salah. kurikulum yang ada harus dapat dipahami,
Menurut Moeslichaton (2004:37), dipergunakan dan dikembangkan secara
ada beberapa penggolongan kegiatan luwes, e) kepraktisan dan akseptabilitas,
bermain yang sesuai dengan anak usia dini, kurikulum dapat memberikan kemudahan
yaitu kegiatan bermain sesuai dengan bagi praktisi dan masyarakat dalam
dimensi perkembangann sosial anak dan melaksanakan kegiatan pendidikan, f)
kegiatan bermain berdasarkan pada kelayakan, rumusan yang ada harus
kegemaran anak. Kegiatan bermain sesuai menunjukkan kelayakan dan keberpihakan
dengan dimensi perkembangan sosial anak: pada anak, g) akuntabilitas, kurikulum yang
(a). Bermain secara Soliter, yaitu anak ada harus bisa dipertanggungjawabkan
bermain sendiri atau dapat juga dibantu pada masyarakat.
oleh guru. Para peneliti menganggap
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |85
Selain itu, secara khusus, pengembangan strategi pembelajaran telah
pengembangan program kegiatan bermain ditentukan urutan kegiatan pembelajaran
harus: 1) Didasarkan pada prinsip-prinsip (bermain), metode, media serta penentuan
perkembangan anak usia dini, seperti waktu yang akan digunakan.
prinsip belajar melalui bermain. 2) Proses Pengembangan tema, pengembangan
kegiatan belajar anak usia dini dilaksanakan tematik merupakan sesuatu strategi
dalam lingkungan yang kondusif baik pembelajaran yang melibatkan beberapa
dalam ruangan ataupun diluar ruangan. 3) bidang pengembangan untuk memberikan
Prosesnya dilaksanakan dengan pendekatan pengalaman yang berbeda bagi anak.
tematik dan terpadu. 4) Proses atau Sujiono (2010:76) mengemukakan prinsip
aktivitasnya diarahkan pada pengembangan pengembangan tema yakni: a) menyediakan
potensi kecerdasan secara menyeluruh dan kesempatan pada anak untuk terlibat
terpadu. Dekdikbud (2000: 32-33). langsung; b) kegiatan melibatkan seluruh
Sehingga program pembelajaran dapat indera; c) membangun pengetahuan baru
berfungsi sebagai berikut (Sujiono, dan: d) memberikan kesempatan
2009:139): 1) Mengembangkan seluruh menggunakan permainan untuk
kemampuan anak. 2) Mengenalkan anak menterjemahkan pengalaman kepada
dengan dunia sekitar. 3) Mengenalkan pemahaman.
peraturan dan menanamkan disiplin pada Desain pembelajaran dibuat
anak. 4) Memberikan kesempatan pada sedemikian rupa dengan
anak menikmati masa bermainnya. mempertimbangkan berbagai hal. Peneliti
Pengembangan Program Kegiatan melakukan sebuah observasi yang jeli
Bermain Sujiono (2010:71-76) terhadap segala hal atau respon yang
menyebutkan dasar pengembangan model tampak selama proses pembelajaran
program kegiatan bermain, diantaranya: berlangsung. Langkah berikutnya adalah
perencanaan kegiatan bermain dan menganalisis peserta didik (anak-anak)
pengembangan tema. Penjelasannya peneliti. Beberapa hal yang menjadi objek
dijabarkan sebagai berikut; Perencanaan analisa misalnya: 1) respon anak-anak yang
kegiatan bermain dan pengembangan tema. juga merupakan produk pembelajaran; 2)
Perencanaan di implementasikan dalam metode 3) materi belajar, 4) guru dan
suatu strategi kegiatan bermain yang aktif, sebagainya. Sehingga hasil analisis dapat
kreatif dan menyenangkan bagi anak. digunakan sebagai acuan untuk melakukan
Suparman dalam Sujiono (2010: 72) perbaikan atau peningkatan dari segala
mengungkapkan bahwa dalam aspek dalam proses pembelajaran yang
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |86
berlangsung. Setelah hal tersebut dilakukan dari Sumatera Barat yang dilahirkan hingga
maka, peninjauan kembali, merumuskan pertengahan tahun 1970-an, sering dan
tujuan pembelajaran dengan biasa memainkan bakiak atau bakiak
memperhatikan berbagai kompetensi yang panjang ini. Bakiak panjang atau yang
hendak dicapai dari proses pembelajaran sering disebut terompah galuak di Sumatera
tersebut. Barat adalah bakiak deret dari papan bertali
Setelah proses pembelajaran karet yang panjang. Sepasang bakiak
dilaksanakan, ada tindakan evaluasi. minimal memiliki tiga pasang sandal atau
Evaluasi dilakukan secara menyeluruh, dimainkan tiga anak secara berkelompok.
mulai dari guru, anak didik, metode, materi Berbeda halnya dengan didaerah Sumatera
dan bahan ajar. Semua aspek tersebut akan Barat, bakiak merupakan sebutan di Jawa
menentukan hasil pembelajaran yang dapat Tengah untuk sejenis sandal yang
menjadi salah satu indikator keberhasilan telapaknya terbuat dari kayu yang ringan
dari proses pembelajaran. Maka, diperlukan dengan pengikat kaki terbuat dari ban bekas
sebuah evaluasi untuk mengukur hasil yang dipaku dikedua sisinya. Di Jawa
proses tersebut. Evaluasi ini secara terus Timur dikenal dengan sebutan Bangkiak.
menerus dilakukan hingga terjadi Sangat populer karena murah terutama
peningkatan atau perubahan positif pada dimasa ekonomi susah sedangkan dengan
perkembangan anak didik dan tercapaian bahan kayu dan ban bekas membuat bakiak
tujuan dari proses pembelajaran (bermain) tahan air serta suhu panas dan dingin.
tersebut. Adapun permainan sejenis bakiak
Skenario pembelajaran dibuat yaitu bakiak batok, jika dijawa dikenal
dengan menggunakan kegiatan pembukaan dengan nama jejangkungan, masyarakat
sampai pada penutupan. Kegiatan pembuka sunda bogor menyebutnya dengan nama
berfungsi sebagai pemanasan, diisi dengan bakiak batok. Bakiak batok merupakan
kegiatan-kegiatan yang memberi semangat permainan tradisional yang lahir dari
anak untuk memulai berinteraksi dengan budaya masyarakat sunda bogor yang
warga sekolah. Biasanya kegiatan tersebut agraris. Permainan tradisional ini
dilakukan diluar ruangan. Setelah itu, menggunakan alat peraga berupa batok
kegiatan berlanjut di dalam ruangan untuk kering yang sudah dibelah dua. Pembuatan
bermain inti dan sekaligus penutupan. alat peraga bakiak batok tidak sulit,
Pontjopoetro, S. Dkk (2002:3) mulanya batok kelapa yang sudah tua
"Bakiak" sebenarnya permainan tradisional dibelah menjadi dua bagian. Disetiap
anak-anak di Sumatera Barat. Anak-anak bagian diberi lubang tepat dibagian
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |87
tengahnya untuk kemudian dikaitkan pada Penelitian ini dilaksanakan di TK
seutas tali dan dihubungkan pada batok Khairani Aceh Besar yang beralamat di
yang lain. Tali yang digunakan adalah tali Desa Lubok Batee Kecamatan Ingin Jaya
yang mempunyai sifat lentur sehingga Kabupaten Aceh Besar. Adapun waktu
memudahkan saat digunakan. Bakiak batok penelitan dilakukan pada tanggal 15
dimainkan secara individu. Biasanya juga Oktober 2018 sampai dengan tanggal
untuk diperlombakan di tingkat kecamatan 15 Desember 2018.
dan kelurahan pada 17 Agustusan. Subjek Penelitian
Permainan tradisional berfungsi Subjek dalam penelitian ini adalah
untuk mempertahankan nilai-nilai dengan anak-anak kelompok B yaitu kelompok B1
cara memasukkan makna dalam berbagai dan kelompok B2 dengan jumlah 30 orang
sifat, bentuk, dan jenis permainan. anak, kelompok B1 terdiri dari 15 anak, dan
Terobosan-terobosan yang dapat dilakukan kelompok B2 terdiri dari 15 orang anak.
melalui pertama memasukkan dalam Jumlah anak tersebut langsung ditetapkan
kurikulum PAUD sebagai pembentuk jiwa sebagai subjek penelitian.
anak. Anak cenderung lebih mudah Metode dan Rancangan Penelitian
memahami sesuatu yang diajarkan melalui Penelitian dilakukan dengan
media permainan, daripada hanya menggunakan metode eksperimen.
mendengarkan guru berceramah. Penelitian eksperimen yang menggunakan
Karakteristik permainan tradisional yaitu seluruh subjek dalam kelompok belajar
cenderung menggunakan atau untuk diberikan perlakuan.
memanfaatkan alat atau fasilitas di Instrument Penelitian
lingkungan kita tanpa harus membelinya. a. Instrumen Tes Perkembangan Fisik
Salah satu syaratnya ialah daya imajinasi Motorik
dan kreativitas yang tinggi. b. Instrumen Tes Permainan Bakiak
c. Lembar Observasi Kecerdasan
METODE Interpersonal
Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode eksperimen. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian eksperimen yang menggunakan Setelah mengikuti serangkaian
seluruh subjek dalam kelompok belajar proses pembelajaran yang telah terprogram,
untuk diberikan perlakuan. maka diperoleh data perkembangan fisik
Lokasi dan Waktu Penelitian motorik yang berupa skor yang digunakan
dan dianalisis dari rata-rata hasil penilaian
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |88
ketiga evaluator. Dalam masig-masing Perkembangan Fisik Motorik
kelompok terdapat anak yang memiliki Data Perkembangan fisik motorik
kecerdasan interpersonal sudah baik dan pada anak kelompok B yang berjumlah 30
anak yang memiliki kecerdasasan orang, diperoleh skor antara 20 sampai 24,
interpersonal belum baik. Sudah dan belum dan distribusi frekuensi sebagaimana
baiknya kecerdasan interpersonal yang tampak dalam tabel dibawah ini.
dimiliki anak diukur dengan cara
melakukan observasi kecerdasan
interpersonal.
Sko Kriteria Persentase
No F
r (%)
1 20 BSH 2 6,7
2 21 BSH 5 16,7
3 22 BSB 6 20,0
4 23 BSB 12 40,0
5 24 BSB 5 16,7
Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas Kecerdasan Interpersonal


didapatkan gambaran bahwa 23,4% (7 Data kecerdasan interpersonal
anak) memperoleh skor perkembangan fisik pada anak kelompok B yang berjumlah 30
motorik dengan kriteria penilaian orang, diperoleh skor antara 13 sampai 14,
Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dan dan distribusi frekuensi sebagaimana
76,7% (23 anak) memperoleh skor tampak dalam tabel dibawah ini.
perkembangan fisik motorik dengan kriteria
penilaian Berkembang Sangat Baik (BSB).

Kriteria Persenta
No Skor F
se (%)
1 13 Ya/Mampu 26 86,7
2 14 Ya/Mampu 4 13,3
Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan memiliki kemampuan kecerdasan


gambaran bahwa 86,7% (26 anak) interpersonal baik dan mampu
memperoleh skor 13 dan 13,3% (4 anak) mempengaruhi perkembangan fisik motorik
memperoleh skor 14 dengan kriteria anak.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |89


Permainan Bakiak diperoleh skor antara 23 sampai 27.
Data permainan bakiak pada anak Distribusi frekuensi sebagaimana tampak
kelompok B yang berjumlah 30 orang, dalam tabel dibawah ini.

Kriteria Persenta
No Skor F
se (%)
1 23 BSH 2 6,7
2 24 BSH 10 33,3
3 25 BSB 8 26,7
4 26 BSB 4 13,3
5 27 BSB 6 20,0
Total 30 100%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan kriteria penilaian Berkembang Sangat Baik


gambaran bahwa 40% (12 anak) (BSB).
memperoleh skor pemainan bakiak dengan Uji Regresi Permainan Bakiak dan
kriteria penilaian Berkembang Sesuai Kecerdasan Interpersonal terhadap
Harapan (BSH) dan 60% (18 anak) Perkembangan Fisik Motorik
memperoleh skor permainan bakiak dengan

ANOVAb
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regre .590
1.511 2 .755 .539 a
ssion
Resid
37.856 27 1.402
ual
Total 39.367 29
a. Predictors: (Constant), Data Postest
Permainan Bakiak, Data Postest
Kecerdasan Interpersonal
b. Dependent Variable: Data Postest
Perkembangan Fisik Motorik

Penggabungan antar variabel di atas permainan bakiak dan kecerdasan


nilai sig. (2-tailed) adalah 5,90. Hal ini interpersonal berpengaruh terhadap
menunjukkan bahwa nilai sig. (2-tailed) < perkembangan fisik motorik anak
0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan kelompok B TK Khairani Aceh Besar.
bahwa hipotesis di terima, artinya variabel

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |90


Penelitian ini bertujuan untuk Berdasarkan hasil analisis data
melihat pengaruh permainan bakiak dan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil
kecerdasan interpersonal terhadap bahwa hipotesis penelitian yang
perkembangan fisik motorik anak TK menyatakan bahwa terdapat pengaruh
Khairani Aceh Besar. permainan bakiak terhadap fisik motorik
Hasil analisis awal terhadap (khususnya perkembangan fisik motorik
pelaksanaan pengembangan fisik motorik kasar) anak. Dilihat dari adanya perubahan
anak selama ini di TK cenderung skor sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
dilaksanakan tidak sistematis dan tidak Data awal/sebelum diberi perlakuan rata-
holistik. Kegiatan lebih berorientasi pada rata skor perkembangan fisik motorik anak
hasil pembelajaran yang dilakukan didalam berada pada kategori Belum Berkembang
ruangan saja dan kurang memperhatikan (MB) dan setelah diberikan perlakuan,
proses perkembangan fisik motorik anak. terjadi peningkatan hingga perkembangan
Akibatnya perkembangan fisik motorik fisik motorik anak berada pada kategori
anak tidak berlangsung simultan sehingga Berkembang Sangat Baik (BSB).
ada bagian dari perkembangan tersebut
yang terlewatkan serta kurang mendapat PENUTUP
perhatian dari pendidik/guru. Simpulan
Melihat kondisi perkembangan Penelitian menggunakan metode
fisik motorik anak yang belum terlaksana eksperimen yang terdiri dari variabel terikat
secara simultan, sistemik dan holistik ini yaitu perkembangan fisik motorik dan
maka perlu adanya rancangan aktivitas fisik variabel bebas yaitu permainan bakiak dan
yang dapat mengakomodasi kebutuhan kecerdasan interpersonal. Berdasarkan data
perkembangan fisik motorik tersebut. yang diperoleh dari hasil analisis dan
Penguasaan keterampilan motorik tidak pengujian hipotesis penelitian maka dapat
terjadi secara otomatis atau mendadak disimpulkan:
namun merupakan akumulasi dari 1. Terdapat pengaruh permainan bakiak
pengalaman dan dipengaruhi oleh proses terhadap perkembangan fisik motori
pematangan. Artinya, kalau anak sudah anak kelompok B TK Khairani Aceh
matang, anak dapat dilatih dengan mudah Besar.
dan cepat karena system syaraf-otot anak 2. Terdapat pengaruh kecerdasan
sudah siap melakukan respons secara interpersonal terhadap perkembangan
normal. fisik motorik anak kelompok B TK
Khairani.
Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |91
3. Terdapat interaksi yang signifikan Guru disarankan untuk
antara permainan bakiak dan menggunakan permainan bakiak dalam
kecerdasan interpesonal terhadap proses pembelajaran sebagai aktifitas
perkembangan fisik motorik anak jasmani yang dapat menjadi stimulasi aspek
kelompok B TK Khairani. pengembangan aspek fisik motorik dan
pemahaman terhadap karakteristik-
Saran karakteristik yang ada pada diri anak usia
Memperhatikan kesimpulan hasil dini. Dengan memiliki pengetahuan tentang
penelitian dan implikasi temuan-temuan aktifitas gerak ini, maka akan memudahkan
yang diuraikan sebelumnya maka pendidik/guru untuk memilih permainan
disarankan: yang cocok untuk diterapkan dengan
1. Saran bagi Kepala Sekolah memperhatikan karakteristik anak usia dini,
Kepala sekolah merupakan sehingga dapat meningkatkan
penentu kebijakan di sekolah menyangkut perkembangan fisik motorik dan mengasah
berbagai hal, salah satunya adalah kecerdasan interpersonal anak dalam
kebijakan pengadaan sarana alat permainan bermain.
bakiak yang disesuaikan dengan rasio anak
3. Saran bagi Peneliti Lain
didik bagi keperluan pembelajaran yang Bagi peneliti lain yang ingin
dapat mengembangkan aspek fisik motorik melakukan penelitian sejenis dapat
anak. Selain itu, perlu juga secara intensif menggunakan variabel lain seperti tinggi
memberikan serta mengikutsertakan dan berat badan (postur tubuh) dalam
pendidik/guru dalam pelatihan-pelatihan pencapaian perkembangan fisik motorik
yang menyangkut peningkatan kualitas anak usia 5-6 tahun. Memperhatikan
guru seperti seminar-seminar, pelatihan keterbatasan penelitian ini, maka peneliti
penerapan model pembelajaran inovatif, memperkirakan masih banyak variabel lain
dan lain-lain. yang turut mendukung terhadap
2. Saran bagi Guru perkembangan fisik motorik.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |92


DAFTAR PUSTAKA
Adalilla, S. (2010). Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini.

Aqib, Zainal, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Bandung:
Yrama Widya

Armstrong, Thomas. 2013. Kecerdasan Multifel di Dalam Kelas. Edisi Ketiga.Diterjemahkan


oleh Widya Prabaningrum, Dyah. Jakarta: Permata PuriMedia.

Amstrong. (2003), The art of HRD: Strategic Human Resource Management a Guide to
Action Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik Panduan Praktis untuk
bertindak, alih bahasa oleh Ati cahayani.Jakarta: PT Gramedia.

Abidin, Yusuf. (2009). Guru dan pembelajaran bermutu. Bandung: Rizqi Press.

Sinulinga Albadi. 2014. Teori Dasar. Medan: Unimed Press

Soemiarti Patmonodewo. 2003. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Sujiono, Yuliani Nurani dan Sujiono, Bambang. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan
Jamak. Jakarta: PT Indeks.

Suyadi. (2010). Psikologi Belajar Anak Usia Dini. Yogyakarta : PEDAGOGIA

Widarmi D, dkk, 2008, Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Universitas Terbuka.

Wiyani, Ardy. (2012). Save Our Children From School Bullying. Jogjakarta : Ar-ruzz Media.

Yamin, Martinis.2013. Strategi dan Metode dalam Model Inovasi Pembelajaran . Jakarta :
Gaung Persada Press Group

Yus, Anita. (2011). Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |93


ANALISIS KOHESIVITAS KELOMPOK, KEPUASAN KERJA DAN
KEMANGKIRAN (ABSENTEEISM) TERHADAP PRODUKTIVITAS
KERJA GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BEKASI
1)
Purwani Puji Utami, 2)Niken Vioreza, 3)Nanda Lega Jaya Putra, dan 4)Illah Sailah
1), 2), 3)
STKIP Kusuma Negara Jakarta
4)
Kepala LLDIKTI Wilayah III Jakarta
Email: puwani_puji@stkipkusumanegara.ac.id

Abstrak
Produktivitas kerja guru merupakan faktor penentu keberhasilan mutu pendidikan, sebab guru
bersinggungan langsung dengan peserta didik dalam memberikan bimbingan yang muaranya
akan menghasilkan lulusan profesional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji
pengaruh langsung kepuasan kerja dan kemangkiran terhadap produktivitas kerja guru
SMK.Penelitian ini dilakukan di Bekasi, Indonesia.Penelitian ini menggunakan metode survei
dengan pendekatan path analysis.Pengumpulan data dengan menyebarkan kuesioner
sebanyak 104 guru dengan teknik simple random sampling menggunakan rumus slovin.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini disimpulkan bahwa: (1)
kohesivitas kelompok berpengaruh langsung positif terhadap produktivitas kerja guru;(2)
kepuasan kerja berpengaruh langsung positif terhadap produktivitas kerja guru; (3)
kemangkiran (absenteeism) berpengaruh langsung negatif terhadap produktivitas kerja; (4)
kohesivitas kelompokberpengaruh langsung negatif terhadap kemangkiran (absenteeism);
dan (5) kepuasan kerja berpengaruh langsung negatif terhadap kemangkiran (absenteeism);
(6) kohesivitas kelompok berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja.

Kata Kunci : Kemangkiran, Kohesivitas Kelompok, Kepuasan Kerja, Dan Produktivitas


Kerja

Abstract
Teacher work productivity is a determining factor for the success of education quality,
because teachers face directly with students in providing guidance that will produce
professional graduates. The purpose of this study was to examine the direct effect of group
cohesiveness, job satisfaction and absenteeism on the work productivity of vocational high
school teachers. This research was conducted in Bekasi, Indonesia. This study uses a survey
method with the path analysis approach. Data collection by distributing questionnaires as
many as 104 teachers with simple random sampling technique with Slovin formula. Based on
the results of testing the hypothesis in this study it was concluded that:(1) group
cohesivenesshas a positive direct effect on teacher work productivity; (2) job satisfaction has
a positive direct effect on teacher work productivity; (3) absenteeism has a direct negative
effect on work productivity; (4) group cohesiveness has a direct negative effect on absence;
and (5) job satisfaction has a direct negative effect on absence;(6) group cohesivenesshas a
positive direct effect on job satisfaction.

Keywords: Absenteeism, Group Cohesiveness, Job Satisfaction, and Productivity

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |94


PENDAHULUAN dengan produktif. Aspek-aspek kepuasan
Guru menduduki posisi strategis kerja yang harus dipenuhi seperti:
untuk mewujudkan tujuan pendidikan kebijakan sekolah, pengawasan,
nasional, karena guru terlibat langsung pembayaran, hubungan interpersonal,
dalam aktivitas proses pembelajaran di peluang untuk promosi dan pertumbuhan,
kelas dan seluruh proses pendidikan di kondisi kerja, kerja itu sendiri, pencapaian,
sekolah. Guru dituntut untuk selalu pengakuan, dan tanggung jawab. Lebih
memiliki kerja yang produktif dalam proses jauh lagi, jika para guru puas dengan
pembelajarannya, sebagai faktor terpenting pekerjaan mereka, selain produktif mereka
diantara faktor-faktor lain dalam organisasi juga akan mengembangkan diri dan
yang berfungsi merencanakan, memberikan kinerja yang tinggi, sehingga
melaksanakan, dan mengendalikan setiap menciptakan guru yang berdaya saing
kegiatan untuk mencapai tujuan sekolah. tinggi.
Para guru tidak dapat disamakan dengan Sesuai dengan pendapat Ogochi
alat, karena guru memiliki kepribadian dan (2014, p. 128) pada penelitiannya
fisik yang beraneka ragam sehingga dapat menyatakan bahwa “job satisfaction will
mempengaruhi produktivitas kerja. refer to good feelings about teaching as a
Jex (2002, p. 88) menjelaskan job that boosts the morale of teachers and
bahwa “productivity is defined as employee maintain their need to stay in the
behavior that contributes positively to the profession; their commitment to the job and
goals and objectives of the organization”. the pride they have in being teachers”.
Adapun beberapa faktor yang memengaruhi Faktor lainnya yang juga
produktivitas kerja diantaranya adalah mempengaruhi produktivitas kerja guru
kepuasan kerja dan kemangkiran. adalah kemangkiran (absenteeism) artinya
Chehrazi (2016, p. 22) menjelaskan produktivitas kerja dianggap baik bila
dalam penelitiannya bahwa kepuasan kerja kemangkiran rendah (minim), begitupun
memiliki pengaruh yang signifikan pada sebaliknya. Donkor(2017, p. 216)
beberapa variabel organisasi sekolah menjelaskan bahwa, “teacher absenteeism
termasuk produktivitas. is synonymous to loss of contact hours by
Begitupun Usop (2013, p. 251) pada teachers with their pupils or students”.
penelitiannya mengenai kepuasan kerja Selanjutnya Samuel & Gabriel
guru Divisi Kota Cotabato, menemukan (2014, p. 17) menjelaskan “when there is a
bahwa seorang guru yang merasa puas high teacher absence, it tends to lower the
dengan pekerjaannya, maka akan bekerja morale of the remaining teachers resulting

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |95


in a high teacher turnover. Other teachers memberikan definisi, “productivity is a
tend to feel more burdened because they measure of how much value individual
may have to plan for the teacher who is employees add the goods or services that
absent. Teacher absenteeism contributes to the organization produces”.Menurut
the declining image of the teaching Kondalkar (2007, p. 3) “productivity
profession and school reputation”. concerns both effectiveness and efficiency”.
Penelitianterdahulu menghasilkan Sedarmayanti (2017, pp. 236-
faktor-faktor yang mempengaruhi 237)menguraikan beberapa indikator
produktivitas kerja guru yang berbeda-beda produktivitas kerja tentang individu yang
menurut peneliti yang satu dengan peneliti produktif, diantaranya: (1) tindakannya
lainnya, sehingga memunculkan research konstruktif, (2) percaya pada diri sendiri,
gap. (3) bertanggung jawab, (4) memiliki rasa
Sedangkan yang ingin digali dalam cinta terhadap pekerjaan, (5) mempunyai
penelitian ini adalah pengaruh kohesivitas pandangan ke depan, (6) mempunyai
kelompok, kepuasan kerja dankemangkiran kontribusi positif terhadap lingkungannya
(absenteeism) terhadap produktivitas kerja (kreatif, imajinatif dan inovatif).
guru dalam hal karya tulis yang Berdasarkan penjelasan konsep di
dihasilkannya.Hal ini disebabkan adanya atas, maka dapat disintesiskan bahwa
fenomena rendahnya karya tulis ilmiah produktivitas kerja adalah hasil kerja
guru di Kementerian Pendidikan dan pegawaiyang memberi kontribusi positif
Kebudayaan Republik Indonesia terhadap tujuan organisasi. Adapun
dibandingkan dengan semakin indikatornya adalah: a) nilai tambah untuk
meningkatnya penilaian mutu atas melaksanakan tugas; b) efektivitas kerja; c)
penerapan standar produktivitas kerja guru efisiensi kerja; d) kualitas kerja; dan e)
dari tahun ke tahun, yang memunculkan pencapaian tujuan organisasi.
fenomena gap. Adapun beberapa penelitian yang
Produktivitas kerja merupakan membahas tentang produktivitas kerja guru
faktor yang sangat diharapkan dalam diantaranya oleh Shamaki, E. B (2015, p. 1)
bekerja, karena secara langsung yang meneliti produktivitas kerja di Nigeria
memberikan kontribusi bagi pencapaian menggunakan kuesioner 165 guru.
tujuan organisasi. Secara konseptual Temuannya menjelaskan bahwa gaya
pengertian produktivitas kerja dikemukakan kepemimpinan demokratis sebaiknya
oleh Mejia, Balkin, dan Cardy (2012, p. 18) ditekankan oleh kepala sekolah dalam

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |96


administrasi sekolah, serta seminar dan Pada hasil penelitian terdahulu,
lokakarya harus dilakukan para guru untuk diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi
memperbarui pengetahuan mereka, produktivitas kerja.faktor-faktor yang
sehingga meningkatkan produktivitas kerja mempengaruhi produktivitas kerja dari
guru. Namun, dalam penelitian ini hanya berbagai segmen dimensi yang berbeda
melihat produktivitas kerja guru dari yang dikaitkan dengan cara meningkatkan
pengaruh gaya kepemimpinan kepala produktivitas kerja, seperti: gaya
sekolah.Penelitian Halkos and Bousinakis kepemimpinan, kepuasan kerja, stres, dan
(2010, p. 426), menggunakan analisis promosi. Selain itu, ternyata kemangkiran
faktor untuk mengidentifikasi faktor-faktor memiliki pengaruh negatif terhadap
yang bertanggung jawab untuk korelasi produktivitas kerja.Kondalkar (2007, p. 4)
antara sejumlah besar variabel dan berpendapat, “employee absenteeism and
pengaruhnya terhadap turnover has a negative impact on
produktivitas.Ditemukan hasil yang productivity. Employee who absents
menunjukkan bahwa produktivitas kerja frequently cannot contribute towards
sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu productivity and growth of the
stres dan kepuasan.Seperti yang diduga, organization”.Selanjutnya Tamara Singh,
pada temuan yang pertama, peningkatan Chetty, dan Karodia (2016, p. 151)
stres dapat menyebabkan berkurangnya menjelaskan bahwa “absenteeism faced by
produktivitas kerja, sedangkan temuan the organisation included in this study is
yang terakhir diperoleh hasil peningkatan causing disruption to business, impacting
kepuasan kerja mengarah pada peningkatan negatively on productivity, eroding profits,
produktivitas. and, ultimately, leading to the loss of
Begitupun Bhat (2018, p. 52) business and unsatisfactory organisational
berpendapat bahwa promosi berhubungan performance”.
positif dengan kepuasan kerja karena gaji
dan promosi memiliki prestise sosial yang METODE

terikat dengan tingkat pekerjaan.Temuan Penelitian ini dilakukan di Kota

ini juga mendukung pandangan yang Bekasiyaitu Guru SMK Negeri. Metode

menyatakan bahwa promosi staf membantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah

untuk meningkatkan semangat pekerja dan metode survei dengan pendekatan analisis

memotivasi mereka untuk bekerja sehingga jalur (path analysis). Ada empat variabel

meningkatkan produktivitas kerja. yang diteliti, yaitu variabel endogen adalah

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |97


Produktivitas Kerja (Y) dan variabel guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil.
eksogen yaitu Kohesivitas Kelompok (X1) Populasi terjangkau, yaitu guru-guru
dan Kepuasan Kerja (X2) serta variabel Pegawai Negeri Sipil, yang akan dijadikan
Intervening adalah Kemangkiran (X3). objek penelitian yaitu 5 (lima) SMK Negeri
Instrumen yang digunakan dalam Kota Bekasi, Indonesia. Populasi diambil
penelitian ini berbentuk kuesioner dengan secara acak sederhana (random sampling),
skala Likert.Bentuk pernyataan dalam yaitu SMK Negeri 4, 7, 9, 10,12 dengan
kuesioner terdiri dua macam yaitu jumlah 140 orang guru. Berdasarkan
pernyataan yang bersifat positif dan yang populasi tersebut dipilih 20 responden
bersifat negatif. Data diperoleh dan untuk dilakukan uji alat ukur. Sedangkan
dikembangkan melalui indikator dari untuk penelitian besaran sampel
masing-masing variabel. Sebelum menggunakan rumus Slovin sebagai
digunakan dalam penilaian, instrumen berikut:
tersebut diujicobakan tingkat validitas
(keabsahan) dan reliabilitasnya
(kehandalan).Butir-butir instrumen yang Keterangan:
valid dapat terus digunakan untuk alat 1 = konstanta
pengukuran dalam penilaian, sedangkan n = besaran sampel
butir instrumen yang tidak valid dibuang N = besaran populasi
dan tidak digunakan dalam penelitian e2= nilai kritis/ batas ketelitian yang
ini.Pengembangan instrumen ditempuh diinginkan
melalui tahapan-tahapan yaitu: (1)
Diperoleh, n = 104
menyusun indikator variabel penelitian, (2)
menyusun kisi-kisi instrumen, (3) Dengan demikian, maka sampel
melakukan uji coba instrumen dan (4) penelitian seluruhnya adalah 104 orang
melakukan pengujian validitas dan guru. Desain penelitian yang digunakan
reliabilitas instrumen. adalah Metode Analisis Jalur, dengan
Populasi sasaran penelitian ini adalah menganalisis pengaruh satu variabel
guru Sekolah Menengah Kejuruan(SMK) terhadap variabel lainnya. Pola rancangan
Negeri se-Kota Bekasisebanyak 198 orang Analisis Jalur sebagai berikut:

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |98


X1

X3 Y

X2

Gambar: 1.Desain Penelitian


demikian dapat disimpulkan bahwa
Keterangan: Kohesivitas Kelompok berpengaruh
X1 = Kohesivitas Kelompok langsung positif terhadap Produktivitas
X2 = Kepuasan Kerja Kerja.
X3 = Kemangkiran b. Hipotesis kedua: terdapat pengaruh
Y = Produktivitas Kerja langsung positif Kepuasan Kerja (X2)
terhadap Produktivitas Kerja (Y).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hipotesis statistik yang diuji adalah
Hasil Penelitian berpengaruh langsung positif Kepuasan
a. Hipotesis pertama: terdapat pengaruh Kerja (X2) terhadap Produktivitas Kerja
langsung positif Kohesivitas Kelompok (Y).
(X1) terhadap Produktivitas Kerja (Y). Secara statistik:
Hipotesis statistik yang diuji adalah H0: βу 2≤ 0
berpengaruh langsung positif Kohesivitas H1: βу 2> 0
Kelompok (X1) terhadap Produktivitas Berdasarkan hasil analisis jalur
Kerja (Y). pengaruh Kepuasan Kerja (X2) terhadap
Secara statistik: Produktivitas Kerja (Y) diperoleh koefisien
H0: βу1 ≤ 0 jalur ρу2 sebesar 0,110 dengan thitung = 3,82,
H1: βу1 > 0 sedangkan nilai ttabel= 1,98 (α = 0,05; dk =
Berdasarkan hasil analisis jalur 100). Oleh karena thitung >ttabel, maka H0
pengaruh Kohesivitas Kelompok (X1) ditolak, H1 diterima.Dengan demikian
terhadap Produktivitas Kerja (Y) diperoleh dapat disimpulkan bahwa Kepuasan Kerja
koefisien jalur ρу1 sebesar 0,492 dengan berpengaruh langsung positif terhadap
thitung= 7,69, sedangkan nilai ttabel = 1,98 (α Produktivitas Kerja.
= 0,05; dk = 100). Oleh karena thitung >
ttabel,maka H0 ditolak, H1 diterima.Dengan

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |99


c. Hipotesis ketiga: terdapat pengaruh thitung = -4,81, sedangkan nilai ttabel = -1,98
langsung negatif Kemangkiran (X3) (α=0,05; dk= 101). Oleh karena thitung
terhadap Produktivitas Kerja (Y). <ttabel,maka H0 ditolak, H1 diterima.Dengan
Hipotesis statistik yang diuji adalah demikian dapat disimpulkan bahwa
berpengaruh langsung negatif Kemangkiran Kohesivitas Kelompok berpengaruh
(X3) terhadap Produktivitas Kerja (Y). langsung negatif terhadap Kemangkiran.
Secara statistik: e. Hipotesis kelima: terdapat pengaruh
H0: βу3 > 0 langsung negatif Kepuasan Kerja (X2)
H1: βу3 < 0 terhadap Kemangkiran (X3).
Berdasarkan hasil analisis jalur Hipotesis statistik yang diuji adalah
pengaruh Kemangkiran (X3) terhadap berpengaruh langsung negatif Kepuasan
Produktivitas Kerja (Y) diperoleh koefisien Kerja (X2) terhadap Kemangkiran (X3).
jalur ρу3 sebesar - 0,019, dengan thitung = - Secara statistik:
3,07, sedangkan nilai ttabel = -1,98(α =0,05; H0 : β32> 0
dk = 100). Oleh karena thitung <ttabel,maka H0 H1 : β32< 0
ditolak, H1 diterima.Dengan demikian Berdasarkan hasil analisis jalur
dapat disimpulkan bahwa Kemangkiran pengaruh Kepuasan Kerja (X2) terhadap
berpengaruh langsung negatif terhadap Kemangkiran (X3) diperoleh koefisien jalur
Produktivitas Kerja. ρ32 sebesar -0,255 dengan thitung = -4,44,
d. Hipotesis keempat: terdapat pengaruh sedangkan nilai ttabel = -1,98 (α = 0,05;
langsung negatif Kohesivitas dk=101). Oleh karena thitung <ttabel,maka H0
Kelompok (X1) terhadap Kemangkiran ditolak, H1 diterima.Dengan demikian
(X3). dapat disimpulkan bahwa Kepuasan Kerja
Hipotesis statistik yang diuji adalah berpengaruh langsung negatif terhadap
berpengaruh langsung Negatif Kohesivitas Kemangkiran.
Kelompok (X1) terhadap Kemangkiran (X3). f. Hipotesis keenam: terdapat pengaruh
Secara statistik: langsung positif Kohesivitas Kelompok
H0 : β31> 0 (X1) terhadap Kepuasan Kerja (X2).
H1 : β31< 0 Hipotesis statistik yang diuji adalah
Berdasarkan hasil analisis jalur berpengaruh langsung positif Kohesivitas
pengaruh Kohesivitas Kelompok (X1) Kelompok (X1) terhadap Kepuasan Kerja
terhadap Kemangkiran (X3) diperoleh (X2).
koefisien jalur ρ31sebesar -0,307 dengan

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |100


Secara statistik: group productivity. Studies consistently
H0: β21≤ 0 show that the relationship between
H1: β21> 0 cohesiveness and productivity depends on
Berdasarkan hasil analisis jalur the group’s performance-related norms”.
pengaruh Kohesivitas Kelompok (X1) Kohesivitas kelompok mempengaruhi
terhadap Kepuasan Kerja (X2) diperoleh produktivitas kerja.Studi secara konsisten
koefisien jalur ρ21 sebesar 0,480 dengan menunjukkan bahwa hubungan antara
thitung= 5,52, sedangkan nilai ttabel = 1,98 (α kohesivitas kelompok dan produktivitas
= 0,05; dk=102). Oleh karena thitung kerja bergantung pada norma-norma yang
>ttabel,maka H0 ditolak, H1 diterima.Dengan terkait dengan kinerja kelompok.Begitupun
demikian dapat disimpulkan bahwa Stephen P. Robbins dan Mary Coulter
Kepuasan Kerja berpengaruh langsung memberikan gambar teori yang mendukung
positif terhadap Kemangkiran. Kohesivitas kelompok mempengaruhi
produktivitas.
Pembahasan
Luthans (2012, p. 345) memberikan
Temuan penelitian sesuai dengan
teori bahwa, “a highly cohesive group that
teori yang telah dikemukakan oleh peneliti
is given positive leadership may have the
terdahulu, yaitu:
highest possible productivity”. Bahwa
1. Kohesivitas Kelompok Berpengaruh
semakin erat kohesivitas kelompok, maka
Langsung Positif terhadap
semakin tinggi produktivitas kerja.
Produktivitas Kerja
Begitupun Hellriegel & Slocum
Dari hasil pengujian hipotesis
(2011, p. 373) mengungkapkan: “Team
pertama dapat disimpulkan bahwa terdapat
performance and productivity can be
pengaruh langsung Positif Kohesivitas
affected by cohesiveness. Cohesiveness and
Kelompok terhadap Produktivitas Kerja
productivity are often related, particularly
dengan nilai koefisien korelasi sebesar
for teams having high performance goals.
0,553 dan nilai koefisien jalur sebesar
If the team is successful in reaching those
0,492. Ini memberikan makna Kohesivitas
goals, the positive feedback of its successes
Kelompok Berpengaruh Langsung Positif
may heighten member commitment and
terhadap Produktivitas Kerja.
satisfaction”.
Hasil penelitian ini senada dengan
Kinerja dan produktivitas kerja
pendapat 5 ahli: Robbins & Judge (2013, p.
dapat dipengaruhi oleh kohesivitas
378) mengatakan, “cohesiveness affects
kelompok. Kohesivitas kelompok dan

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |101


produktivitas kerja sering dikaitkan, productivity, lowers absenteeism levels,
terutama bagi tim yang memiliki tujuan lower turnover rates, promotes positive
kinerja tinggi. William (2009, p. 59) customer satisfaction, moderately promotes
menjelaskan, “cohesive work group led to OCB, and helps minimize workplace
significantly higher levels of job misbehavior”.
satisfaction and productivity”. Bahwa Kepuasan kerja secara positif
Kohesivitas kelompok mempengaruhi mempengaruhi produktivitas, menurunkan
kepuasan kerja dan produktivitas kerja. tingkat kemangkiran, tingkat turnover yang
Teori dan penelitian yang relevan lebih rendah, meningkatkan kepuasan
tersebut ikut mendukung bahwa kohesivitas pelanggan secara positif, mempromosikan
kelompok mempengaruhi produktiktivitas OCB secara moderat, dan membantu
kerja, Artinya semakin kuat keeratan meminimalkan perilaku kerja.
kohesivitas kelompok, maka akan membuat Dixit & Bhati (2012, p. 40)
produktivitas kerja tinggi. Berdasarkan memiliki pendapat yang sama, “that job
uraian di atas jelaslah bahwa kohesivitas satisfaction has the highest impact on high
kelompok berpengaruh langsung positif employees’ commitment and productivity”.
terhadap produktivitas kerja. Kepuasan kerja tersebut memiliki dampak
2. Kepuasan Kerja Berpengaruh tertinggi terhadap komitmen dan
Langsung Positif terhadap produktivitas karyawan yang tinggi.
Produktivitas Kerja Artinya semakin terpenuhinya kepuasan
Dari hasil pengujian hipotesis kedua kerja guru, maka semakin tinggi
dapat disimpulkan bahwa terdapat produktivitas kerja guru yang dihasilkan.
pengaruh langsung Positif Kepuasan Kerja Teori dan penelitian relevan
terhadap Produktivitas Kerja dengan nilai tersebut ikut mendukung bahwa untuk
koefisien korelasi sebesar 0,354 dan nilai meningkatkan produktivitas kerja perlu
koefisien jalur sebesar 0,110. Ini ditingkatkan kepuasan kerja.Berdasarkan
memberikan makna Kepuasan Kerja uraian di atas jelaslah bahwa kepuasan
Berpengaruh Langsung Positif terhadap kerja berpengaruh langsung positif terhadap
Produktivitas Kerja. produktivitas kerja.
Hasil penelitian ini senada dengan
pendapat beberapa ahli, seperti Robbins
dan Coulter (2012, p. 396) memberikan
teori, “job satisfaction positively influences

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |102


3. Kemangkiran Berpengaruh organization”. Kemangkiran karyawan dan
Langsung Negatif terhadap turnover memiliki dampak negatif terhadap
Produktivitas Kerja produktivitas. Karyawan yang tidak hadir
Dari hasil pengujian hipotesis kedua sering tidak dapat berkontribusi terhadap
dapat disimpulkan bahwa terdapat produktivitas dan pertumbuhan organisasi.
pengaruh langsung negatif Kemangkiran Artinya semakin rendah tingkat
terhadap Produktivitas Kerja dengan nilai kemangkiran, maka akan semakin tinggi
koefisien korelasi sebesar -0,275 dan nilai produktivitas kerja guru. Berdasarkan teori
koefisien jalur sebesar -0,019. Ini diatas jelaslah bahwa terdapat pengaruh
memberikan makna Kemangkiran langsung negatif kemangkiran
Berpengaruh Langsung Negatif terhadap (absenteeism) guru terhadap produktivitas
Produktivitas Kerja. kerja guru.
Hasil penelitian ini senada dengan 4. Kohesivitas Kelompok Berpengaruh
pendapat beberapa ahlidiantaranya Langsung negatif terhadap
dijelaskan dalam buku Helms (2006, p. Kemangkiran
673),“despite the improvements in Dari hasil pengujian hipotesis kedua
productivity made possible by the division dapat disimpulkan bahwa terdapat
of labor, managers must be aware of the pengaruh langsung negatif Kohesivitas
negative aspects of specialization: fatigue, Kelompok terhadap Kemangkiran dengan
stress, boredom, low quality products, nilai koefisien korelasi sebesar -0,430 dan
absenteeism, and turnover”. nilai koefisien jalur sebesar -0,307. Ini
Terlepas dari peningkatan memberikan makna Kohesivitas Kelompok
produktivitas yang dimungkinkan oleh Berpengaruh Langsung Negatif terhadap
pembagian kerja, manajer harus menyadari Kemangkiran.
aspek negatif produktivitas kerja seperti: Hasil penelitian ini senada dengan
kelelahan, stres, kebosanan, produk pendapat beberapa ahli seperti Vardi dan
berkualitas rendah, kemangkiran, dan Weitz (2004, p. 79), “absenteeism is highly
turnover. influenced by the social context, for
Kondalkar (2007, p. 4) berpendapat, example, group cohesiveness was found to
“employee absenteeism and turnover has a be a major determinant of absenteeism
negative impact on productivity. Employee rates”. Kemangkiran sangat dipengaruhi
who absents frequently cannot contribute oleh konteks sosial, misalnya, kohesivitas
towards productivity and growth of the kelompok ditemukan sebagai penentu

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |103


utama tingkat kemangkiran.Sependapat quantity and quality of performance, it does
dengan Helms (2006, p. 358) dijelaskan, influence citizenship behaviors, turnover,
“cohesiveness in work groups has many absenteeism, and preferences and opinions
positive effects, including worker about unions”.
satisfaction, low turnover and absenteeism, Gibson menyimpulkan kepuasan
and higher productivity”. Kohesivitas kerja mempengaruhi perilaku
dalam kelompok kerja memiliki banyak kewarganegaraan, turnover, kemangkiran,
efek positif, termasuk kepuasan kerja, preferensi dan pendapat tentang kelompok
rendahnya turnover, menurunkan pegawai. Begitupun Mullins membuat
kemangkiran, dan produktivitas yang lebih bagan pengaruh kepuasan kerja terhadap
tinggi.Artinya semakin tinggi keeratan kemangkiran. Sependapat dengan hal
dalam kohesivitas kelompok, maka tersebut Anderson et al. (2001, p. 265) juga
semakin rendah intensitas anggotanya mengungkapkan, “satisfaction with the
melakukan kemangkiran.Dari uraian di atas work itself is the satisfaction facet that best
jelaslah bahwa kohesivitas kelompok predicts performance, turnover, and
berpengaruh langsung negatif terhadap absenteeism”. Kepuasan dengan pekerjaan
kemangkiran (absenteeism). itu sendiri adalah sisi kepuasan yang paling
5. Kepuasan Kerja Berpengaruh baik mempengaruhi kinerja, turnover, dan
Langsung negatif terhadap kemangkiran.
Kemangkiran Dari beberapa uraian di atas jelaslah
Dari hasil pengujian hipotesis kedua terdapat pengaruh negatif antara kepuasan
dapat disimpulkan bahwa terdapat kerja dengan kemangkiran guru. Dengan
pengaruh langsung negatif Kepuasan Kerja kata lain, Semakin terpenuhinya kepuasan
terhadap Kemangkiran dengan nilai kerja guru, maka terjadi penurunan
koefisien korelasi sebesar -0,403 dan nilai intensitas perilaku kemangkiran guru.
koefisien jalur sebesar -0,255. Ini 6. Kohesivitas Kelompok Berpengaruh
memberikan makna kepuasan kerja Langsung Positif terhadap Kepuasan
Berpengaruh Langsung Negatif terhadap Kerja
Kemangkiran. Dari hasil pengujian hipotesis
Hasil penelitian ini senada dengan pertama dapat disimpulkan bahwa terdapat
pendapat beberapa ahli, seperti yang pengaruh langsung Positif Kohesivitas
dijelaskan oleh Gibson et al. (2009, p. 106), Kelompok terhadap Kepuasan Kerja
“although job satisfaction doesn’t influence dengan nilai koefisien korelasi sebesar

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |104


0,480 dan nilai koefisien jalur sebesar menurunkan kemangkiran, dan
0,480. Ini memberikan makna Kohesivitas meningkatkan produktivitas.
Kelompok Berpengaruh Langsung Positif Sependapat dengan hal tersebut
terhadap kepuasan Kerja. William (2009, p. 59) menjelaskan,
Hasil penelitian ini senada dengan “cohesive work group led to significantly
pendapat beberapa ahli, diantaranya higher levels of job satisfaction and
Hellriegel & Slocum (2011, p. 373), yang productivity”.Bahwa Kohesivitas
berpendapat kohesivitas kelompok dapat kelompok mempengaruhi kepuasan kerja
meningkatkan kepuasan kerja: “Team dan produktivitas kerja.
performance and productivity can be Berdasarkan beberapa pendapat di
affected by cohesiveness. Cohesiveness and atas, dapat disimpulkan setiap orang akan
productivity are often related, particularly lebih merasa puas bergabung dalam
for teams having high performance goals. kelompok yang lebih kohesif. Semakin
If the team is successful in reaching those tinggi tingkat keratan kohesivitas
goals, the positive feedback of its kelompok, maka akan meningkatkan
successesmay heighten member kepuasan kerja sehingga banyak
commitment and satisfaction”. anggotanya akan mengikuti tujuan
Sangat jelas bahwa kinerja dan kelompok dengan senang hati. Dari uraian
produktivitas tim dapat dipengaruhi oleh tersebut jelas bahwa kohesivitas kelompok
kohesi kelompok. Kohesi dan produktivitas berpengaruh langsung positif terhadap
sering dikaitkan, terutama bagi tim yang kepuasan kerja.
memiliki tujuan kinerja tinggi. Jika tim
PENUTUP
berhasil mencapai tujuan tersebut, umpan
Simpulan
balik positif keberhasilannya meningkatkan
Berdasarkan hasil data penelitian dan
komitmen dan kepuasan anggota.
hasil analisis data penelitian yang telah
Begitupun pada buku Helms (2006,
dibahas, dengan semua persyaratan analisis
p. 358) dijelaskan, “cohesiveness in work
data yang meliputi uji linieritas serta
groups has many positive effects ,including
keberartian regresi telah dipenuhi, maka
worker satisfaction, low turnover and
dapat disimpulkan bahwa:
absenteeism, and higher productivity”.
1. Terdapat pengaruh langsung positif
Kohesivitas dalam kelompok kerja
kohesivitas kelompok terhadap
memiliki banyak efek positif, termasuk
produktivitas kerja. Artinya dengan
kepuasan pekerja, menurunkan turnover,

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |105


peningkatan keeratan kohesivitas 6. Terdapat pengaruh langsung positif
kelompok, maka akan membuat kohesivitas kelompok terhadap
produktivitas kerja tinggi. kepuasan kerja. Dapat disimpulkan
2. Terdapat pengaruh langsung positif setiap orang akan lebih merasa puas
kepuasan kerja terhadap produktivitas bergabung dalam kelompok yang lebih
kerja. Artinya dengan terpenuhinya kohesif. Tingkat keeratan kohesivitas
kepuasan kerja guru, maka akan kelompok yang tinggi, maka akan
membuat tinggi produktivitas kerja meningkatkan kepuasan kerja sehingga
guru yang dihasilkan. banyak anggotanya akan mengikuti
3. Terdapat pengaruh langsung negatif tujuan kelompok dengan senang hati.
kemangkiran (absenteeism) terhadap
produktivitas kerja. Kemangkiran guru Implikasi
memiliki dampak negatif terhadap Bertolak dari hasil temuan diatas,
produktivitas. Guru yang tidak hadir maka implikasi hasil dari penelitian akan
sering tidak dapat berkontribusi diarahkan kepada upaya peningkatan
terhadap produktivitas dan produktivitas kerja melalui peningkatan
pertumbuhan organisasi. Artinya kohesivitas kelompok, peningkatan
dengan rendahnya tingkat kemangkiran, kepuasan kerja dan menurunkan
maka menjadi tinggu produktivitas kemangkiran (absenteeism). Adapun
kerja guru. rincian implikasinya sebagai berikut:
4. Terdapat pengaruh langsung negatif 1. Upaya peningkatan produktivitas
kohesivitas kelompok terhadap kerja melalui peningkatan kohesivitas
kemangkiran (absenteeism). Dapat kelompok.
disimpulkan dengan tingginya keeratan Produktivitas kerja gurudapat
dalam kohesivitas kelompok, maka meningkat jika didukung oleh keeratan
menjadi rendah intensitas anggotanya dalam kohesivitas kelompok, dengan :
melakukan kemangkiran. a. Kepala sekolah menciptakan suasana di
5. Terdapat pengaruh langsung negatif mana setiap anggota sekolah, terutama
kepuasan kerja terhadap kemangkiran guru saling menghormati kompetensi
(absenteeism). Dapat disimpulkan satu sama lain, menyepakati tujuan
dengan terpenuhinya kepuasan kerja bersama dan bekerja pada tugas-tugas
guru, maka terjadi penurunan intensitas interdependen.
perilaku kemangkiran guru.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |106


b. Kepala sekolah menyamakan persepsi penuh dalam menunjang hasil
guru dalam memandang, menafsirkan, pekerjaan.
dan bertindak terhadap lingkungan j. Kepala sekolah mengembangkan ikatan
sekolah mereka dengan cara yang sama emosional yang kuat kepada antar guru
atau disepakati bersama. dan kepada kelompok itu sendiri.
c. Kepala sekolah dan setiap guru saling k. Kepala sekolah dan guru saling berbagi
mendukung dan memvalidasi satu sama pengalaman yang berharga, hal ini
lain di tempat kerja. dapat memberi masukan dalam
d. Kepala sekolah menciptakan kondisi meningkatkan sikap, dan kebebasan
dimana setiap guru saling tertarik satu dalam berkreativitas.
sama lain dan termotivasi untuk tetap l. Kepala sekolah dan antar sesama guru
bersatu. lebih mendahulukan kepentingan
e. Kepala sekolah memberikan kelompok dan bekerja bersama-sama
kesempatan guru untuk berpartisipasi secara efektif.
mencapai tujuan kelompok. m. Kepala sekolah dan antar sesama guru
f. Kepala sekolah dan guru saling membantu mengatasi rintangan
menghilangkan segala perbedaan dan dan hambatan lain untuk pertumbuhan
motif individu. Sehingga memberikan pribadi dan pengembangan
rasa nyaman, karena mereka saling n. Kepala sekolah secara konsisten
membutuhkan untuk mencapai tujuan menciptakan norma-norma yang terkait
bersama. Dengan demikian, terciptalah dengan kinerja kelompok untuk
kekompakan sosio-emosional dan meningkatkan produktivitas kerja guru.
kekompakan instrumental. Jadi, untuk meningkatkan
g. Kepala sekolah menciptakan suasana produktivitas kerja, sangat diperlukan
interaksi guru yang bersahabat, keeratan didalam kohesivitas kelompok.
bergotong-royong, bersatu dan 2. Upaya peningkatan produktivitas
bekerjasama dengan efektif. kerja melalui peningkatan kepuasan
h. Kepala sekolah memberikan kerja.
penghargaan pada guru dan kesempatan Kepuasan kerja merupakan salah satu
untuk sukses. unsur yang penting dalam upaya
i. Kepala sekolah memberikan meningkatkan produktivitas kerja guru,
kesempatan setiap guru meyumbangkan seperti:
pemikiran, waktu dan tenaga secara

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |107


a. Kepala sekolah perlu memberikan rasa a. Kepala sekolah dalam meningkatan
nyaman kepada guru dengan demikian produktivitas harus menghindari
kepuasan kerja guru dapat tercermin kondisi-kondisipenyebab aspek
dari perilaku guru yang memiliki kemangkiran, seperti: kelelahan, stres,
keyakinan terhadap pekerjaan dan kebosanan, dll.
bersikap positif terhadap pekerjaan. b. Kepala sekolah menghindari sanksi
b. Kepala sekolah perlu senantiasa yang berdampak pada kemangkiran
menciptakan hubungan yang harmonis berupa bentuk penghindaran yang
dengan guru, sehingga bila ada kendala mungkin terjadi saat hukuman sering
guru dalam pencapaian tugas dapat digunakan.
dibantu dengan cepat dan tidak c. Kepala sekolah harus memperhatikan
merugikan sekolah. dan menganalisis, tiga faktor penyebab
c. Kepala sekolah perlu memenuhi hal-hal terjadinya kemangkiran, yaitu: (1)
yang yang menjadi kebutuhan dan hak Faktor situasi kerja, (termasuk dalam
guru, sehingga guru merasa senang faktor ini: cakupan kerja, stres,
dalam menjalankan tugasnya. frekuensi transfer kerja, kondisi kerja,
d. Kepala sekolah perlu memberi dan ukuran kelompok kerja); (2) Faktor
keleluasaan kepada para guru untuk personal, (termasuk dalam faktor ini:
berinovasi dalam menjalankan tugas nilai guru, umur, jenis kelamin, dan
tambahannya sehingga guru dapat kepribadian); (3) Faktor Kehadiran,
berkarir secara maksimal, tanpa (termasuk dalam faktor ini: sistem
melupakan tugas pokoknya sebagai penghargaan, skema sakit, dan norma
seorang guru. kelompok kerja).
Jadi, untuk meningkatkan d. Kepala sekolah harus memperhatikan
produktivitas kerja dapat dilakukan melalui ukuran unit kerja, tanggungjawab guru,
peningkatan kepuasan kerja. dan penjadwalan organisasi menjadi
3. Upaya peningkatan produktivitas tiga pegaruh potensial yang dapat
kerja dengan menurunkan digunakan untuk meningkatkan
kemangkiran (absenteeism). kehadiran guru. Dalam hal ini umpan
Kemangkiran pada hakekatnya harus balik, penghargaan dan sanksi dapat
dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan, menjadi prosedur kontrol yang efektif
dalam rangka meningkatkan produktivitas terhadap kehadiran.
kerja guru, dengan melakukan :

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |108


Saran guru dalam pencapaian tugas dapat
Berdasarkan penelitian terdahulu, dibantu dengan cepat, sehingga
belum ada yang mengkaji pengaruh tidak menimbulkan kemangkiran.
variabel kohesivitas kelompok, c. Kepala sekolah harus berusaha
kepuasan kerja dan kemangkiran membuat lingkungan kerja yang
terhadap produktivitas kerja nyaman, seperti: menciptakan
guru.Diharapkan dengan penelitian ini situasi dan lingkungan kerja dengan
dapat memberikan kebaruan dan kondisi fisik yang tidak berbahaya,
masukan bagi Dinas Pendidikan Kota berada dalam fasilitas bersih, relatif
Bekasi. Bagian akhir penulisan modern, dengan peralatan dan
Disertasi ini, penulis sampaikan perlengkapan yang memadai,
beberapa saran dalam upaya pengaturan waktu kerja yang baik,
meningkatkan produktivitas guru, pengaturan keadaan ruangan, suhu
sebagai berikut: udara, penerangan, pertukaran
1. Bagi kepala sekolah: udara. Melalui jaminan keamanan
a. Faktor kohesivitas kelompok yang kerja dan lingkungan kerja yang
diciptakan oleh kepala sekolah baik, maka dapat menciptakan
diharapkan agar mendapatkan peningkatan kepuasan kerja guru di
perhatian yang lebih baik lagi dalam sekolah.
meningkatkan produktivitas kerja d. Berkaitan dengan kepuasan kerja
guru, seperti:memenuhi berbagai para guru dalam menjalankan tugas,
kebutuhan individu, dan menjaga hal ini tidak hanya karena tunjangan
hubungan positif untuk mencapai yang diberikan kepadanya
tujuan bersama. melainkan tanggung jawab moral
b. Diciptakan hubungan yang dan profesional kepada sekolah,
harmonis antara kepala sekolah dan oleh sebab itu sebaiknya kepala
guru, seperti: kepala sekolah sekolah harus senantiasa
mampu memahami guru dan memperhatikan apa saja yang
bersikap ramah, memberikan pujian menjadi kebutuhan dan hak-hak
untuk kinerja yang bagus, dasar para guru agar dapat
mendengar pendapat guru, dan melaksanakan tugasnya dengan
menunjukkan ketertarikan pribadi baik, seperti: adanya jaminan serta
kepada guru. Jadi, bila ada kendala kesejahteraan guru, yang meliputi

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |109


sistem jaminan sosial, tunjangan, pemberitaan, penggunaan teknologi
fasilitas, kebijakan promosi yang informasi dan komunikasi (TIK),
adil (tidak bermakna ganda dan dan sebagainya. Melalui berbagai
sesuai dengan harapan guru). pengalaman dan pelatihan, maka
Promosi memberikan peluang untuk produktivitas kerja guru semakin
pertumbuhan pribadi, peningkatan meningkat.
tanggung jawab, dan kenaikan b. Guru sebaiknya menjalin hubungan
status sosial. Jika guru menganggap yang baik dengan kepala sekolah
keputusan-keputusan promosi di dan rekan sesama guru terutama
sekolah berlaku secara terbuka dan yang berkaitan dalam
adil, maka mereka berpeluang menyelesaikan tugas, seperti:
meraih kepuasan dalam pekerjaan kerjasama dalam memecahkan
mereka. permasalahan yang dihadapi,
2. Bagi guru: pemberian penghargaan dan
a. Guru hendaknya selalu dorongan terhadap setiap upaya
mengembangkan kompetensi dan yang bersifat positif, perbedaan
wawasan, seperti: mengikuti status yang tidak terlalu tajam di
penataran, diklat, seminar, antara kepala sekolah dengan guru,
lokakarya, simposium, Training Of sehingga memungkinkan terjalin
Trainer (TOT), Diklat Sertifikasi, hubungan yang manusiawi dan
Pendidikan dan Latihan Profesi semua tugas dapat selesai tepat
Guru (PLPG), latihan waktu dan sesuai dengan kebutuhan
pengembangan berpikir inovatif, sekolah.
latihan mencurahkan gagasan lewat 3. Bagi peneliti lain:penelitian ini dapat
penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI), dijadikan bahan rujukan dalam rangka
mengikuti berita aktual dari media penelitian lanjutan.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |110


DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Neil. (2001). Handbook of Industrial, Work And Organizational Psychology.
London: SAGE Publications Ltd.

Annierah Maulana Usop. (2013, March). Work Performance and Job Satisfaction among
Teachers. International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 3 No. 5; h.
251.

Bhat, Arshad Ali. (2018). Job Satisfaction Among High School Teachers. The International
Journal of Indian Psychology, Vol. 6, Issue 1.

Chehrazi, Karim Amir. (2016). The Relationship of Empowerment and Job Satisfaction with
Productivity of Employees of Education System in Ahwaz. International Journal of
Learning & Development, Vol. 6, No. 1.

Dixit, Varsha & Bhati, Monika. (2012). A Study about Employee Commitment and its
impact on Sustained Productivity in Indian Auto-Component Industry.European
Journal of Business and Social Sciences, Vol. 1, No. 6.

Donkor, Anthony Kudjo. (2017). Dominant Causes Of Teacher Absenteeism In Basic


Schools Of East Gonja District. Education Research Journal, Vol.7(9): 214-226.

Fred C. Lunenburg dan Melody R. Lunenburg.“Developing High Performance Teams: Long-


Standing Principles That Work.” International Journal Of Organizational Behavior
In Education, Volume 3, Number 1, 2015.

Gibson, James L. et.al. (2012). Organizations: Behavior, Structure, Processes. New York:
McGraw-Hill.

Halkos, George & Bousinakis, Dimitrios.(2010). International Journal of Productivity and


Performance Management.Emerald Group Publishing Limited 1741-0401, Vol. 59
No. 5.

Helms.(2009). Encyclopedia of Management, 6th edition. New York: Cengage Learning.

Jex, Steven M. (2002). Organizational Psychology A Scientist: Practitioner Approach. New


York: John Wiley & Sons.

Kondalkar,V.G. (2007). Organizational Behavior.New Delhi: New Age International.

Luthans, Fred. (2011). Organizational Behavior An Evidence-Based Approach Twelfth


Edition. New York: McGraw-Hill.

Meija, Luis R. Gomez, Balkin, David B., and Cardy, Robert L. (2012). Managing Human
Resource (New Jersey: Pearson Education, Inc.

Ogochi, George. (2014). Job Satisfaction and Teacher Effectiveness in Selected Secondary
Schools in Trans Mara West District, Kenya. Journal of Education and Practice,
Vol.5, No.37.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |111


Robbins, Stephen P. & Coulter, Mary.(2014). Management. New Jersey: Pearson Education,
Inc.

Robbins, Stephen P., Judge, Timothy. (2013). A. Organizational BehaviorFifteenth Edition.


USA: Pearson Education.

Samuel, Tieku Gyansah & Gabriel Esilfie, A. A. (2014). Teacher Absenteeism and its Impact
on Quality Education: A Case Study of the Public Schools in the Abesim Circuit of
the Sunyani Municipality. The International Journal Of Humanities & Social
Studies,2(1), 6–20.

Sedarmayanti.(2017). Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.

Shaju George, Muna Ahmed Alromaihi, Zain Abdulla Alshomaly. (2017, January). Job
Satisfaction And Employee Performance: A Theoretical Review Of The Relationship
Between The Two Variables, International Journal of Advanced Research in
Management and Social Sciences, IJARMSS, ISSN: 2278-6236, Impact Factor: 6.943,
Vol. 6 No. 1.

Shamaki, E. B .(2015). Influence of Leadership Style on Teacher’s Job Productivity in Public


Secondary Schools in Taraba State, Nigeria (Journal of Education and Practice, ISSN
2222-1735 (Paper & Online), Vol.6, No.10,), h.1

Singh, Tamara, Chetty, Nishika, & Karodia, Anis Mahomed. (2016) An Investigation Into
The Impact Of Absenteeism On The Organisational Performance Of A Private
Security Company In Durban, Kwazulu-Natal. Singaporean Journal Of Business
Economics, and Management Studies, Vol. 4, No. 11.

Stephen H. Robbins and Mary Coulter. (2012). Management.. New Jersey: Pearson
Education, Inc.

Tamara Singh, Nishika Chetty dan Anis Mahomed Karodia. (2016).An Investigation Into The
Impact Of Absenteeism On The Organisational Performance Of A Private Security
Company In Durban, Kwazulu-Natal, Singaporean Journal Of Business Economics,
And Management Studies Vol.4, No. 11.

William, C. (2009). Management. New York: South-Western Cengage Learning.

Yoav vardi and Ely Weitz: (2004). Misbehavior in Organizations. Theory, Research.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |112


ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH SMP NEGERI
KABUPATEN DAN KOTA TANGERANG
1)
Syafa’at Ariful Huda, 2)Purwani Puji Utami, 3)Chairunnisa, dan 4)Illah Sailah
1), 2), 3)
STKIP Kusuma Negara Jakarta
4)
Kepala LLDIKTI Wilayah III Jakarta
Email: huda@stkipkusumanegara.ac.id

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kemampuan manajerial dan
kreatifitas terhadap pengambilan keputusan kepala sekolah di SMP Negeri dan Kota
Tangerang. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan analisis jalur yang diterapkan
dalam pengujian hipotesis. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen dari
kuesioner. Jumlah sampel 60 kepala sekolah dipilih dengan simple random sampling. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) ada pengaruh positif langsung dari kemampuan
manajerial terhadap pengambilan keputusan kepala sekolah, 2) ada pengaruh positif langsung
kreatifitas terhadap keputusan kepala sekolah. membuat dan 3) ada efek positif langsung dari
kemampuan manajerial terhadap kreatifitas

Kata Kunci: Pengambilan Keputusan, Kemampuan Manajerial dan Kreatifitas

Abstract
The purpose of this research is to determine the influence of managerial ability and
creativity on headmaster’s decision making in Junior High School of Counties and
Tangerang City.The research used survey method with path analysis applied in testing
hypothesis. Technique of data collecting is using instrument from questionnaire. The number
of 60 headmaster’s sample was selected by simple random sampling.The result of this
research indicated that: 1) there is a direct positive effect of managerial ability to
headmaster’s decision making, 2) there is a direct positive effect of creativity to headmaster’s
decision making and 3) there is a direct positive effect of managerial ability to creativity.

Keywords: Decision Making, Managerial Ability and Creativity

PENDAHULUAN selama ini berada di pusat. Daerah


Penetapan dan pelaksanaan memperoleh wewenang penuh untuk
Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang memajukan daerahnya disegala bidang
Pemerintah Daerah, Undang-Undang No. termasuk bidang pendidikan.
25 tahun 2000 tentang perimbangan Pemerintah daerah melalui Kantor
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat
Pemerintah Daerah, dan PP No. 25 tahun mencoba mensosialisasikan dan
2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan melaksanakan pengelolaan sekolah dengan
Propinsi sebagai Daerah Otonomi telah otonomi yang dikenal dengan Manajemen
memberikan sejumlah pelimpahan Berbasis Sekolah (MBS) yang memberikan
kewenangan dalam bidang pendidikan yang otonomi lebih besar kepada sekolah dan

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |113


mendorong pengambilan keputusan memperoleh pendidikan dan peningkatan
partisipatif yang melibatkan secara relevansi pendidikan, serta kebersamaan
langsung semua warga sekolah (Kepala dalam proses penyelenggaraan pendidikan
sekolah, siswa, kepala sekolah, karyawan, merupakan kebijaksanaan dan program
orangtua siswa dan masyarakat) untuk yang harus dilaksanakan mulai dari jenjang
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan Pendidikan Dasar sampai pada jenjang
kebijakan pendidikan nasional. Pendidikan Tinggi. Peningkatan mutu
Kualitas pendidikan di sekolah pendidikan sebagai salah satu
tergantung pada pengelolaan kepala kebijaksanaan untuk mencapai tujuan
sekolah terhadap proses yang dilakukan pendidikan nasional dilakukan secara
terkait dengan unsur-unsur yang ada terencana, teratur, terarah, dan
didalamnya seperti Kepala sekolah, media berkesinambungan. Berbagai usaha yang
belajar, siswa, serta sarana dan prasarana. telah dilakukan, antara lain:
Relevansi kualitas pendidikan, penyempurnaan kurikulum, peningkatan
merupakan masalah pokok pendidikan mutu Kepala sekolah, serta penyediaan
nasional yang saat ini belum terpecahkan berbagai jenis sarana pendidikan yang
dengan baik dalam rangka meningkatkan memadai dan memenuhi persyaratan teknis
relevansi dan kualitas pendidikan, telah pendidikan sesuai dengan kebutuhan
banyak usaha yang telah dilakukan pembangunan. Berbagai jenis sarana
pemerintah, antara lain: pembaharuan pendidikan, berupa buku, alat peraga, dan
kurikulum dan metode mengajar, media pendidikan sudah disebarluaskan ke
peningkatan sarana dan prasarana sekolah-sekolah.
pendidikan, peningkatan pengadaan buku Proses kreatifitas yang dilakukan
pelajaran, penataan Kepala sekolah, kepala sekolah dalam memimpin
peningkatan kualifikasi Kepala sekolah, merupakan salah satu faktor yang esensial
dan pengembangan profesional lainnya. untuk terciptanya kemampuan manajerial.
Dari berbagai usaha tersebut banyak hasil Kemampuan manajerial yang baik
yang dicapai, namun masih perlu memerlukan kreatifitas dalam mengelola
ditingkatkan agar mencapai standar kualitas para bawahan. Proses kreatifitas berfungsi
yang diharapkan. mengikat masing-masing komponen
Dalam rangka peningkatan SDM menjadi satu bagian yang integral. Ikatan
secara keseluruhan, peningkatan kualitas yang terbentuk karena kreatifitas yang
pendidikan, pemerataan kesempatan dilakukan kepala sekolah dalam memimpin

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |114


akan dapat mendorong semangat kerjasama Sekolah Menengah Pertama yang
dan menumbuhkan sikap visioner yang ada di Kabupaten dan kota Tangerang,
semuanya itu mempengaruhi pengambilan umumnya berjalan kurang produktif.
keputusan. Dampak yang muncul dari pengelolaan
Usaha lain untuk mewujudkan sistem yang kurang efektif ini
tujuan pendidikan nasional dan tujuan mengakibatkan rendahnya kualitas peserta
sekolah adalah pengelolaan administrasi didik dan mutu lulusan yang belum mampu
sekolah yang teratur, terarah dan terencana. bersaing dengan sekolah menengah
Pengelolaan administrasi sekolah yang baik pertama lain apalagi jika dibandingkan
akan menunjang penyelenggaraan proses dengan sekolah menengah pertama Negara
belajar yang baik pula. Penyelenggaraan tetangga negeri ini (Malaysia dan
proses belajar yang baik akan dapat Singapura).
meningkatkan hasil belajar siswa seperti Lemahnya sistem yang
yang diharapkan oleh tujuan pendidikan mengembangkan pendidikan di sekolah
nasional yang hendak dicapai. menengah pertama ini merupakan akibat
Fungsi-fungsi komponen tersebut di dari keseluruhan unsur pendidikan baik
atas mustahil berjalan efektif menunjang SDM maupun prasarana sekolah, akan
kelancaran proses belajar mengajar tetapi pangkal dari semua persoalan ini
disekolah tanpa adanya kemampuan tertuju pada bagaimana seorang pemimpin
manajerial. Sosok yang berwenang yaitu kepala sekolah mampu membuat
mengatur dan mengendalikan semua itu keputusan, mengatur, mengendalikan dan
adalah kepala sekolah sebagai top leader di mengevaluasi secara efektif setiap item
sekolah. program sekolah dan setiap unsur
Di sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang ada.
terdiri dari berbagai Jenis dan karakter Pada tahun 2012 telah ditemukan
individu, keragaman sumber daya dan Kepala Sekolah SMPN Kabupaten
banyaknya variabel yang terkait dengan Tangerang memutuskan dengan sepihak
pendidikan, maka secara otomatis memutasi guru sekolah tanpa alasan yang
diperlukan kemampuan manajerial dan jelas. Sehingga para guru sekolah
kreatifitas kepala sekolah dalam mengadukan kepala sekolah ke Wali Kota
menggerakkan berbagai variabel tersebut Tangerang (http://www.republika.co.id).
sehingga semuanya berjalan sesuai dengan hal yang senada juga akibat dari kebijakan
fungsi dan tugasnya. Kepala Sekolah SMPN Kota Tangerang

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |115


yang memberhentikan 7 orang guru kreatifitas antara atasan dan bawahan yang
sekolah, dengan alasan “guru PNS sudah kurang familiar, di samping faktor-faktor
terpenuhi” seharusnya sesuai Surat Edaran lainnya yang secara sistemik berpengaruh
(SE) Menteri Pandayagunaan Aparatur untuk perkembangan sekolah menengah
Negara (Menpan) sebetulnya tidak boleh pertama.
lagi ada pemberhentian guru sekolah Secara praktis, sesungguhnya
honorer di sekolah negeri sekolah harus terjamin dalam arti bahwa
(http://www.suarakarya- pengambilan keputusan melalui pengerahan
online.com/news.html). Ditemukan pula kemampuan, pengetahuan, kreatifitas,
kepala sekolah se-Kota Tangerang keterampilan, waktu dan tenaga kepala
mengeluarkan kebijakan sepihak yang sekolah, sehingga sekolah dapat mencapai
ditujukan kepada orang tua murid tujuan dan sasaran yang pada gilirannya
(http://www.seputarbanten.com/2011/09/14 memungkinkan mempertahankan
/kepala-sekolah-di-kota tangerang). eksistensinya, bahkan juga untuk
Maka fokus utama dari bertumbuh dan berkembang, baik dalam
pengambilan keputusan adalah bagaimana arti kuantitatif maupun kualitatif. Dengan
seorang kepala sekolah mampu membuat kata lain proses pengambilan keputusan
kebijakan yang cermat dan tepat sehingga kepala sekolah yang baik akan mampu
berpengaruh positif bagi perkembangan mendorong sekolah memperoleh,
sekolah itu sendiri. memelihara dan mengembangkan berbagai
Lemahnya pengambilan keputusan sikap dan perilaku positif dan produktif
kepala sekolah menengah pertama di bagi kepentingan sekolah. Jika para guru
Kabupaten dan Kota Tangerang ini sangat dan pegawai lainnya diliputi oleh rasa tidak
Nampak pada: 1. Ketidaksesuain antara puas atas setiap keputusan kepala sekolah,
rencana dengan program kegiatan, 2. maka akan berdampak negatif bagi
Keputusan yang tidak didukung oleh kebijakan makro maupun mikro.
seluruh jajaran sekolah, dan 3. Keputusan Berdasarkan pemikiran tersebut di
yang tidak mencerminkan aspirasi warga atas akan diteliti lebih lanjut analisis
sekolah lainnya. pengambilan keputusan kepala SMPN di
Peristiwa di SMPN seperti tersebut Kabupaten dan Kota Tangerang.
di atas lebih disebabkan karena faktor Menurut Robert Kreitner & Angelo
kepala sekolah, diantaranya kemampuan Kinicki (2010: 337) memberikan
manajerial yang terbatas dari pola penjelasan tentang pengambilan keputusan

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |116


ialah “the rational model proposes that decision kriteria 3). allocating weights to
manager use a rational, four step sequence the kriteria 4). developing alternatives 5).
when making decisions ; (1) identifying the analyzing alternatives 6). selecting an
problem , (2) generating alternative , (3) alternatives 7). implementing the
selecting a solution, and (4) implementing alternative 8). evaluating decision
and evaluating the solution”. Menurut effectiveness”. Pengambilan keputusan
model ini, manajer dalam mengambil merupakan proses dinamis. Proses dinamis
keputusan sepenuhnya bersikap objektif ini mempunyai implikasi prilaku dan
dan menguasai semua informasi yang strategi pada organisasi. Penelitian empiris
dibutuhkan. Setelah solusi dipilih, terbaru mengindikasikan bahwa proses
selanjutnya adalah menerapkannya, keputusan yang mencakup pembuatan
kemudian mengevaluasi efektivitas dari pilihan strategis menghasilkan keputusan
solusi tersebut. Pernyataan diatas didukung yang baik dalam organisasi.
oleh Luthans (2011: 259) “decision making Pendapat yang sama disampaikan
is almost universally defined as choosing Robert Kreitner (2011: 336) “decision
between alternatives”. Hal ini berhubungan making entails indentifying and choosing
dengan fungsi manajemen tradisional. saat solutions that lead to a desired end result”.
manajer merencanakan, mengelola, dan Pengambilan keputusan merupakan proses
mengontrol, mereka membuat keputusan. pengidentifikasian dan pemilihan
Seorang individu yang memiliki pemecahan masalah (solusi) untuk
pengambilan keputusan yang baik akan mencapai hasil akhir yang diinginkan atau
berusaha untuk bekerja semaksimal diharapkan. Kualitas keputusan yang
mungkin untuk memperlancar roda diambil para manajer adalah tolak ukur
organisasi. seseorang dengan pengambilan keefektifan mereka. Kadang-kadang, satu
keputusan yang baik terhadap organisasi atau dua keputusan yang baik atau buruk
akan memiliki identifikasi terhadap dapat sangat mempengaruhi kesuksesan
organisasinya dan melibatkan diri dengan karir individu atau bahkan kesuksesan
bersungguh-sungguh, serta loyal, memiliki organisasi.
afeksi positif terhadap organisasi. Pengambilan keputusan pada
Stephen P. Robbins dan Mary hakikatnya merupakan suatu pilihan dari
Coulter (2012: 207) mendefinisikan beberapa alternatif. Dessier menyatakan
pengambilan keputusan adalah “1). bahwa keputusan adalah suatu pilihan yang
identifying a problem 2). identifying dibuat di antara alternatif yang ada. (2004:

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |117


94) “decision making is the process of pendekatan analisis jalur (path analysis).
developing and analyzing alternatives and Teknik pengumpulan data dilakukan
making a choice” melalui kuesioner yang telah disusun
Dari penjelasan-penjelasan di atas, terlebih dahulu. Populasi terjangkau adalah
dapat disintesiskan pengambilan keputusan 71 orang kepala sekolah SMPN, sedangkan
adalah tindakan yang dilakukan seseorang sampelnya 60 orang kepala sekolah SMPN.
untuk memilih solusi terbaik dari sejumlah Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
alternatif solusi terbaik dari sejumlah simple random sampling dengan cara
alternatif solusi yang tersedia dalam rangka mengundi. Pengumpulan data penelitian
memecahkan suatu persoalan di organisasi. dilakukan melalui kuesioner, kemudian
hasilnya dianalisis dengan menggunakan
METODE statistik deskriptif dan statistik inferensial.
Penelitian ini dilakukan di SMPN Hubungan antara variabel penelitian
Kabupaten dan Kota Tangerang. Penelitian tersebut dapat digambarkan dalam
menggunakan metode survei dengan konstelasi masalah sebagai berikut:

Ρ31
X1

Ρ21 X3
X2
Ρ32

Gambar 3.1 Model Penelitian


Keterangan jumlahnya cukup besar, maka jumlah
X1 = Kemampuan Manajerial (variabel sampel yang akan digunakan dalam
eksogen/bebas) penelitian dihitung berdasarkan teknik
X2 = Kreatifitas (variabel Slovin sebagai berikut:
eksogen/bebas) N
n
X3 = Pengambilan Keputusan (variabel 1 N e2
endogen/terikat) Keterangan:
Populasi dalam penelitian ini adalah n = Sampel
Kepala Sekolah Menengah Pertama di N = Populasi
Kabupaten dan Kota Tangerang. Mengingat e = 0,05
bahwa populasi bersifat homogen yang

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |118


Adapun jumlah sampel yang (1) tes kemampuan manajerial, (2)
digunakan dalam kegiatan penelitian kuisioner kreatifitas, dan (3) kuisioner
dihitung sebagai berikut: pengambilan keputusan.
71
n
1  71 . (0,05) 2
HASIL DAN PEMBAHASAN
71
 Hasil Penelitian
1,18
 60,16  60 a. Hipotesis Pertama; Kemampuan
Berdasarkan perhitungan dengan manajerial (X1) berpengaruh
teknik Slovin jumlah sampel yang langsung positif terhadap
digunakan adalah 60 kepala sekolah; 1). pengambilan keputusan (X3)
Menetapkan populasi yaitu seluruh Kepala Secara Statistik:
Sekolah SMP Negeri se-Kabupaten dan Ho: β31 < 0
Kota Tangerang yang berjumlah 71 orang. Hi: β31 > 0
2). Membuat nomor dan jumlah kerangka Ho ditolak, jika thitung > ttabel.
sampling 71 orang, yaitu dengan cara Dari hasil perhitungan analisis jalur,
menulis nomor urut 1 sampai 71 3). pengaruh langsung kemampuan manajerial
Memilih 60 orang sampel penelitian yang terhadap pengambilan keputusan, nilai
ditetapkan secara acak sederhana dari 71 koefisien jalur sebesar 0,258 dimana nilai
orang yang ada koefisien thitung sebesar 2,158. Nilai
Untuk memperoleh data tentang Koefisien ttabel untuk α = 0,05 sebesar 2,00.
pengambilan keputusan, kemampuan Oleh karena nilai koefisien thitung lebih
manajerial, dan kreatifitas maka disusun besar dari pada nilai ttabel maka dengan
instrumen penelitian melalui beberapa demikian Ho ditolak dan Hi diterima yaitu
tahap yaitu mulai: (1) mengkaji semua teori bahwa kemampuan manajerial berpengaruh
yang berkaitan dengan variabel-variabel secara langsung terhadap pengambilan
yang diteliti, (2) menyusun indikator- keputusan dapat diterima.
indikator dari setiap variabel, (3) menyusun Hasil analisis hipotesis pertama
kisi-kisi, (4) menyusun butir-butir memberikan temuan bahwa kemampuan
pertanyaan dan menetapkan skala manajerial berpengaruh secara langsung
pengukuran, (5) uji coba instrumen, (6) positif terhadap pengambilan keputusan.
analisis butir soal dengan menguji validitas Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
dan reliabilitas. Instrumen penelitian terdiri pengambilan keputusan dipengaruhi secara
dari tiga bentuk kuisioner yang terdiri dari: langsung positif oleh kemampuan

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |119


manajerial. Meningkatnya kemampuan c. Hipotesis Ketiga; Kemampuan
manajerial akan mengakibatkan manajerial (X1) berpengaruh
peningkatan pengambilan keputusan. langsung positif terhadap kreatifitas
b. Hipotesis Kedua; Kreatifitas (X2) (X2)
berpengaruh langsung positif Secara statistik:
terhadap pengambilan keputusan (X3) Ho: β21 < 0
Secara statistik: Hi: β21 > 0
Ho: β32 < 0 Ho ditolak, jika thitung > ttabel.
Hi: β32 > 0 Dari hasil perhitungan analisis jalur,
Ho ditolak , jika thitung > ttabel. pengaruh langsung kemampuan manajerial
Dari hasil perhitungan analisis jalur, terhadap kreatifitas, nilai koefisien jalur
pengaruh langsung kreatifitas terhadap sebesar 0,279 dimana nilai koefisien thitung
pengambilan keputusan, nilai koefisien sebesar 2,336. Nilai Koefisien ttabel untuk α
jalur sebesar 0,363 dan nilai koefisien thitung = 0,05 sebesar 2,00. Oleh karena nilai
sebesar 3,041 sedangkan nilai koefisien koefisien thitung lebih besar dari pada nilai
ttabel untuk α = 0,01 sebesar 2,66. Oleh ttabel maka dengan demikian Ho ditolak dan
karena nilai koefisien thitung lebih besar dari Hi diterima yaitu bahwa kemampuan
pada nilai koefisien ttabel maka Ho ditolak manajerial berpengaruh secara langsung
dan Hi diterima, dengan demikian terhadap kreatifitas dapat diterima.
kreatifitas berpengaruh secara langsung Hasil analisis hipotesis pertama
terhadap pengambilan keputusan dapat memberikan temuan bahwa kemampuan
diterima. manajerial berpengaruh secara langsung
Hasil analisis hipotesis kedua positif terhadap kreatifitas. Dengan
menghasilkan temuan bahwa kreatifitas demikian dapat disimpulkan bahwa
berpengaruh secara langsung positif kreatifitas dipengaruhi secara langsung
terhadap pengambilan keputusan. positif oleh kemampuan manajerial.
Berdasarkan hasil temuan tersebut dapat Meningkatnya kemampuan manajerial akan
disimpulkan bahwa pengambilan keputusan mengakibatkan peningkatan kreatifitas.
dipengaruhi secara langsung positif oleh Pembahasan
kreatifitas. Meningkatnya kreatifitas akan a. Kemampuan manajerial terhadap
mengakibatkan peningkatan pengambilan pengambilan keputusan di SMPN
keputusan. Kabupaten dan Kota Tangerang

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |120


Berdasarkan hasil perhitungan meningkatkan pengambilan keputusan di
diperoleh hasil koefisien korelasi r13=0,358 sekolah.
dan koefisien jalur p31=0,257. Dengan b. Kreatifitas terhadap pengambilan
demikian terdapat pengaruh langsung keputusan di SMPN Kabupaten dan
positif kemampuan manajerial terhadap Kota Tangerang
pengambilan keputusan. Dengan Berdasarkan hasil perhitungan
memanfaatkan kemampuan manajerial diperoleh hasil koefisien korelasi r23=0,434
maka kepala sekolah dapat meningkatkan dan koefisien jalur p32=0,362. Dengan
pengambilan keputusan di sekolah sehingga demikian terdapat pengaruh langsung
lebih baik. Hal ini sejalan berdasarkan teori positif kreatifitas terhadap pengambilan
Colquitt dalam teori Integrative modelnya keputusan. Dengan memanfaatkan
yang memperlihatkan bahwa pengambilan kreatifitas maka kepala sekolah dapat
keputusan dipengaruhi oleh kemampuan meningkatkan pengambilan keputusan di
manajerial. Hasil penelitian ini memperkuat sekolah sehingga. Hal ini sejalan
pernyataan yang dikemukakan oleh berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
Colquitt, LePine and Wesson (2011:340) Colquitt dalam teori integrative modelnya
“cognitive ability refers to capabilities yang memperlihatkan bahwa pengambilan
related to the acquisition and application of keputusan dipengaruhi oleh kreatifitas. Juga
knowledge in problem solving. cognitive senada dengan yang dikatakan oleh Fred
ability are very relevant in the jobs most of Luthans (2011: 265) dalam bukunya
you will be involved with that is, work organizational behavior, human behavior
involving the use of information to make at work menyatakan “creative thinking
decisions and solve problems”. skills determine how flexibly and
Kemampuan manajerial mempunyai imaginatively people can deal with
kekuatan efek positif dari pengambilan problems and make effective decisions”.
keputusan, sehingga kemampuan Kreatifitas bagi banyak orang, yang berarti
manajerial yang merupakan bagian dari bahwa mereka melihat pekerjaan sebagai
proses kemampuan manajerial memiliki sangat penting dan sebagai tujuan yang
hubungan penting dengan pengambilan diinginkan dalam hidup. Mereka cenderung
keputusan. Sehingga Kepala sekolah dapat menyukai pekerjaan. Pekerja yang memiliki
memaksimalkan dan meningkatkan kreatifitas yang tinggi biasanya juga
kemampuan manajerial untuk memiliki keputusan yang efektif untuk
organisasi dan tujuan dari organisasi. Hal

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |121


ini menunjukkan bahwa kreatifitas kreatifitas.Hal itu sama penting untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan. meningkatkan kemampuan manajerial
Sehingga Kepala sekolah dapat organisasi adalah dengan memaksimalkan
meningkatkan kreatifitas untuk menguatkan kreatifitas dalam organisasi. Sehingga
pengambilan keputusan di sekolah. jelaslah bahwa kemampuan manajerial
c. Kemampuan manajerial terhadap sangat berpengaruh terhadap kreatifitas.
kreatifitas di SMPN Kabupaten dan
Kota Tangerang PENUTUP
Berdasarkan hasil perhitungan Simpulan
diperoleh hasil koefisien korelasi r12=0,278 Berdasarkan hasil penelitian ini
dan koefisien jalur p21=0,278. Dengan dapat disimpulkan bahwa: (1) kemampuan
demikian terdapat pengaruh positif manajerial memiliki pengaruh yang positif
kemampuan manajerial terhadap kreatifitas. dan signifikan terhadap tinggi rendahnya
Hal ini sejalan berdasarkan teori Colquitt pengambilan keputusan. Berdasarkan
dalam Integrative modelnya yang temuan penelitian ini dapat disimpulkan
memperlihatkan bahwa kemampuan bahwa hipotesis penelitian yang
manajerial dipengaruhi oleh kreatifitas. menyatakan terdapat pengaruh langsung
Menurut Dess dan Joseph yang dikutip oleh kemampuan manajerial terhadap
Fred Luthans (211: 446) dalam buku pengambilan keputusan dapat diterima. (2)
Organizational Behavior pengaruh kreatifitas memiliki pengaruh positif dan
kemampuan manajerial dengan kreatifitas signifikan terhadap tinggi rendahnya
“one analysis argues that five key pengambilan keputusan. Berdasarkan
leadership roles can help shape managerial temuan penelitian ini dapat disimpulkan
successes (and failures) in the near future. bahwa hipotesis penelitian yang
The include: (1) a strategic vision to menyatakan terdapat pengaruh langsung
motivate and inspire, (2) empowering kreatifitas terhadap pengambilan keputusan
employees, (3) accumulating and sharing dapat diterima. (3) Kemampuan manajerial
internal knowledge, (4) gathering and memiliki pengaruh positif dan signifikan
integrating external information, and (5) terhadap tinggi rendahnya kreatifitas.
challenging the status quo and enabling Berdasarkan temuan penelitian ini dapat
creativity”. kemampuan manajerial disimpulkan bahwa hipotesis penelitian
memberikan dorongan kepada seseorang yang menyatakan terdapat pengaruh
untuk peningkatan signifikan pada

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |122


langsung kemampuan manajerial terhadap kecamatan harus disosialisasikan
kreatifitas dapat diterima. kepada sekolah.
Implikasi 2. Kreativitas berpengaruh langsung
Berdasarkan kesimpulan di atas, terhadap pengambilan keputusan.
berikut ini dikemukakan implikasi serta Artinya berjalan kreativitas dari
upaya untuk memaksimalkan pengambilan pengawas terhadap kepala sekolah
keputusan kepala sekolah melalui akan meningkatkan pengambilan
kemampuan manajerial dan kreativitas: keputusan. Upaya-upaya yang dapat
1. Kemampuan manajerial berpengaruh dilakukan untuk untuk meningkatkan
langsung terhadap pengambilan pengambilan keputusan kepala sekolah
keputusan. Artinya bagusnya antara lain:
kemampuan manajerial maka akan a. Membuat jadwal meningkatkan
mendorong meningkatnya kreativitas yang rutin dari
pengambilan keputusan. Implikasinya pengawas terhadap kepala sekolah.
ialah pengambilan keputusan dapat b. Memberikan motivasi dan
dimaksimalkan dengan meningkatkan mendidik jiwa kepemimpinan pada
kemampuan manajerial. Upaya-upaya saat proses meningkatkan
yang dapat dilakukan untuk kreativitas terhadap kepala
meningkatkan pengambilan keputusan sekolah.
kepala sekolah antara lain: c. Mengevaluasi secara bersama hasil
a. Alur komando dan koordinasi kreativitas yang dilakukan
antara dari Dinas Pendidikan pengawas terhadap kepala sekolah.
dengan kepala sekolah perlu 3. Kemampuan manajerial berpengaruh
ditingkatkan lagi. langsung terhadap kreativitas. Artinya
b. Pembagian tugas, tanggung jawab kemampuan manajerial yang baik antar
dan pelaksanaan kemampuan Dinas Pendidikan dengan sekolah,
manajerial di Dinas Pendidikan akan meningkatkan kreativitas. Upaya-
yang berhubungan langsung upaya yang dapat dilakukan untuk
dengan sekolah perlu diperjelas meningkatkan kreativitas antara lain:
dan disosialisasikan. a. Memperjelas alur koordinasi dan
c. Tugas, tanggung jawab dan komunikasi antara Dinas
wewenang dari UPTP tingkat Pendidikan dengan sekolah.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |123


b. Memperjelas tugas pengawas sekolah di sekolah dan memicu terjadinya
sekolah sebagai pengawas, kreatifitas yang baik. Terkait dengan
monitoring sekaligus motivator temuan tersebut, para kepala sekolah di
kepala sekolah. Kabupaten tangerang, Kota Tangerang dan
c. Membuat jadwal meningkatkan para pengelola organisasi lainnya harus
kreativitas yang rutin dari memiliki kiat-kiat dalam mengembangkan
pengawas terhadap kepala sekolah kemampuan manajerial agar semakin lancar
Saran di sekolah sehingga kemampuan manajerial
Berdasarkan hasil penelitian dapat antara Kepala sekolah dengan pemimpin
dikemukakan beberapa saran: (1) Kepala semakin baik dan pada gilirannya akan
sekolah dan seluruh warga sekolah memaksimalkan kreatifitas dan menguatkan
memiliki peran penting dalam organisasi pengambilan keputusan di SMPN
sekolah. Hal ini dikarenakan eksistensi Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang.
organisasi sekolah sangat dipengaruhi (3) Untuk pengembangan sekolah, perlu
pengambilan keputusan Kepala sekolah di diperhatikan secara seksama faktor-faktor
dalamnya. Untuk meningkatkan kualitas yang selama ini dianggap tidak berperan
kerja Kepala sekolah perlu upaya dalam pengembangan sekolah, segenap
peningkatan pengambilan keputusan di elemen-elemen seperti Kepala sekolah yang
sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah menjadi ujung tombak pendidikan dan
seharusnya mampu mengelola kemampuan seluruh warga sekolah berperan penting
manajerial dan kreatifitas dengan baik bagi kelangsungan organisasi. Pengelolaan
sebagai upaya memaksimalkan kreatifitas yang baik dan memperhatikan
pengambilan keputusan Kepala sekolah. (2) kelancaran kemampuan manajerial antara
Hasil penelitian membuktikan bahwa kepala sekolah dengan Kepala sekolah dan
kemampuan manajerial berpengaruh juga diantara Kepala sekolah sesama rekan
terhadap pengambilan keputusan Kepala kerja berjalan baik di sekolah.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |124


DAFTAR PUSTAKA
Anon, Definitions of Creativity (http:/www. Learningmethods.com htm, 05 08 2000) (diakses
10 Februari 2018)

Colquitt, Lepine, and Wesson. 2011. Organization Behavior, Improving Performance and
Commitment in the Workkplace. New York: McGraw-Hill Irwin,

Csikszentmihaly, Mihaly. 1996. Creativity, Flows and the Psychology of Discovery and
Invention. New York: Harper Collins Publisher

Dessier, Gery. Management Principles and Practices For Tomorrow’s Leader (New Jersey,
Pearson Education, 2004)

Feist, Jess dan Gregory J. Feist, 2009. Theories Of Personality. New York: McGraw-Hill

Fred luthans. 2011. Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill

Gery Dessier. 2010. Management Principles and Practices For Tomorrow’s Leader. New
Jersey, Pearson Education

Gibson, L. James et al, 2012. Organizations Behavior, Structure, Processes. New York:
McGraw-Hill

http://Bloom’s Taxonomy. by Patricia Armstrong, Assistant Director, Center for


Teaching.

http://metroaktual.wordpress.com/2012/11/13/ (diakses 10 April 2018)

http://www.radarnusantara.com/2012/ (diakses 10 April 2018)


http://www.suarakarya-online.com/news.html (10 April 2018)
https://en.wikipedia.org/wiki/Bloom%27s_Taxonomy (di akses 20 Juli 2018)

https://en.wikipedia.org/wiki/Bloom's_Taxonomy (di akses 20 Juli 2018)

Hurlock, B Elizabeth. 2003. Perkembangan Anak, Saduran Dharma Agus. Jakarta: Penerbit
Erlangga

Ivancevich, M. Jhon, Konopaske, Robbert, dan Matteson. 2008. Organizational Behavior


and Management. Boston: McGraw-Hill

James L. Gibson. et al. 2012. Organizations Behavior, Structure, Processes. New York:
McGraw-Hill

Jason A. Colquitt, Jeffery A. Lepine and Michael J. Wesson. 2011. Organizational


Behavior. New York: McGraw-Hill

Jess Feist dan Gregory J. Feist. 2010. Theories Of Personality. New York: McGraw-Hill.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |125


John M. Ivancevich, Robert Konopaske, dan Matteson. 2011. Organizational Behavior
and Management. Boston: McGraw-Hill

Kreitner, Robert & Kinicki, Angelo. 2008. Organization behavior key concepts, Skill & Best
Practice. New York : McGraw-Hill

Kreitner, Robert. 2010. Organizational Behavior. NewYork, Mc.Graw-Hill.

Maryam Temitayo Ahmed and Habeeb Omtunde. 2012. Journal of Scientific & Technology

Mello, A. Jeffery. 2011. Strategic Management Of Human Resources (Canada: Nelson


Education.

Research: “Theories And Strategies of Good Decision Making. Vol. 1, No. 10, ISSN 2277-
8616

Robbins P Stephens and Coulter, Mary. 2012. Management (Pearson Education Limited,)

Robbins, P Stephens. 2001. Organizational Behavior. New Jersey: Prentice-Hall.

Robert Kreitner dan Angelo Kinicki. 2011. Organization Behavior. New York: McGraw-
Hill

Schemerhorn, R Jhon. 2010. Intoduction to Management. Asia: Sons (Asia) Pte Ltd,

Stephen P. Robbins dan Mary Coulter. 2012. Management. New York: Pearson
Education

Woolfolk, Anita. 2009. Educational Psychology. Boston: Pearson Education

Yukl, Gary. 2010. Leadership In Organization. New York: Pearson Prentice Hall

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |126


PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN VISUAL, AUDIO, KINESTETIK
(VAK) DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP
HASIL BELAJAR IPA SISWA SEKOLAH DASAR
1)
Helmi Yahya Nurdiansyah, 2)Agung Purwanto, 3)Sarkadi
1),2),3)
Universitas Negeri Jakarta
Email: helmi_nurdiansyah27@rocketmail.com

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya rata-rata skor pencapaian sains siswa-siswi
Indonesia berdasarkan data yang diperoleh dari Programme for International Students
Assesment (PISA) tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh pengaruh
strategi pembelajaran visual, audio, kinestetik (vak) dan kemampuan berpikir kritis terhadap
hasil belajar IPA siswa sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
dengan menggunakan desain kelompok by level 2 x 2. Analisis data menggunakan analisis
varian 2 jalur (ANOVA). Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SDN Majalengka
Wetan VII dengan mata pelajaran IPA. Hasil penelitian dengan , menunjukan bahwa
terdapat pengaruh strategi pembelajaran VAK dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil
belajar siswa pada materi siklus air. Selain itu, Strategi pembelajaran VAK dapat
meningkatkan hasil belajar siswa bagi siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi
maupun rendah.
Kata Kunci: Strategi Pembelajaran VAK, Kemampuan Berpikir Kritis, Hasil Belajar

Abstract
This research was low achievement of Indonesian student on natural science subject based
on data obtained from programme for International Student Assasment (PISA) in 2015. This
research objective was to look at the influence of visual, audio, kinesthetic (VAK) learning
strategies and critical thingking skills on primary school student natural science outcomes.
This research used an experimental method using group design by 2 x 2 level. Analysis of
variance 2 path (ANOVA) was used to analys the data. This research of Majalengka Wetan
VII elementary school on natural science subject. The result of the study showed that there
was an influence of VAK learning strategies and the ability to think critically on student
learning outcomes in water cycle material. In addition, the VAK learning strategy could
improve student learning outcomes for students who had high or low critical thinking skills.

Keywords : VAK Learning Strategy, Critical Thinking Ability, Learning Outcomes

PENDAHULUAN kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu


Proses pembelajaran di era pendidikan merupakan aspek yang sangat
globalisasi saat ini menuntut peserta didik penting yang wajib diperoleh dari usia dini
agar mampu mengembangkan potensi hingga akhir hayat. Pendidikan itu sendiri
terbaiknya seoptimal mungkin. Proses dapat diselenggarkan baik secara formal
pengembangan kemampuan diri yang maupun informal. Pendidikan informal
didapat di sekolah dapat digunakan dalam dilakukan di sekolah dengan jenjang
memecahkan segala permasalahan dalam pendidikan yang berbeda dari jenjang

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |127


pendidikan sampai jenjang pendidikan (VAK). Strategi pembelajaran VAK dapat
tinggi, dimana pada setiap jenjang mendorong siswa untuk belajar secara
pendidikan tersebut pada proses mandiri serta ikut berperan aktif selama
pembelajarannya terdapat berbagai mata mengikuti pembelajaran, karena model
pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. pembelajaran VAK mampu
Salah satu mata pelajaran yang mengakomodasi setiap gaya belajar yang
diajarkan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) dimiliki oleh setiap siswa sehingga siswa
yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Putra akan lebih termotivasi untuk belajar yang
(2013:41) menyatakan bahwa IPA adalah berdampak pada hasil belajar yang optimal.
suatu cara untuk mempelajari aspek-aspek Menurut Gilakkjani (2012:104) Three of
tertentu dari alam secara terorganisir, the most popular ones are visual, auditory,
sistematik, dan melalui metode-metode and kinaesthetic in which students take in
saintifik yang terbakukan. Penyelenggaran information. Some students are visual
IPA khususnya di SD sudah seharusnya learners, while others are auditory or
melibatkan siswa untuk berperan aktif kinaesthetic learners. Artinya bahwa Tiga
selama pembelajaran. Namun faktanya skor yang paling populer adalah visual, auditori,
pencapaian sains anak – anak Indonesia dan kinestetik di mana siswa menerima
menurut Programme for International informasi. Beberapa siswa adalah pelajar
Students Assesment (PISA) pada tahun visual, sementara yang lain adalah pelajar
2015 dari 72 negara yang berpartisipasi, auditori atau kinestetik.
rata-rata skor pencapaian sains siswa-siswi Faktor lain yang mempengaruhi
Indonesia masih tergolong rendah. Oleh hasil belajar siswa adalah kemampuan
karena itu sangat penting bagaimana berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis
melakukan tindak lanjut yang tepat merupakan kemampuan yang perlu
berdasarkan dari survei yang diagnostik dikuasai oleh setiap siswa. Sedangkan
PISA. Salah satu upaya yang dapat menurut Paul Critical (Kowiyah, 2012:176)
dilakukan yaitu membiasakan siswa Thinking is that mode of thinking about any
berlatih dengan soal-soal kecakapan Higher subject, content or problem–in wich the
Order Thinking Skills (HOTS) tingker improves the quality of his or her
dikombinasikan dengan strategi thinking by skillfully taking change of the
pembelajaran yang tepat. structures inherent in thinking and
Salah satu strategi pembelajran yang imposing intellectual standards upon them1
dapat digunakan yaitu strategi
pembelajaran Visual, Audio, dan Kinesteik

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |128


Berpikir kritis adalah cara berpikir tentang pembelajaran VAK dan strategi
subjek, konten atau masalah apapun di pembelajaran ekspositori. Adapun sasaran
mana si pemikir meningkatkan kualitas populasi dalam penelitian ini adalah
pemikirannya dengan secara terampil seluruh peserta didik kelas V SD yang
mengambil alih struktur yang melekat berada di Kecamatan Majalengka sebanyak
dalam berpikir dan memaksakan standar 34 SD Negeri. Sampel dari penelitian ini
intelektual kepada mereka. adalah siswa kelas V SDN Majalengka
Penelitian yang relevan pernah Wetan VII tahun sebanyak dua kelas yang
dilakukan oleh Herzon (2018:42) dengan terdiri 34 siswa kelas yang menggunakan
judul Pengaruh Problem Based-Learning strategi pembelajaran VAK dan 35 siswa
(PBL) Terhadap Keterampilan Berpikir kelas yang menggunakan strategi
Kritis.2 Penelitian yang dilakukan Herzon pembelajaran ekspositori. Jadi total
menunjukan bahwa PBL terbukti dapat keseluruhan sebanyak 69 siswa.
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik secara signifikan. Hal tersebut HASIL DAN PEMBAHASAN
dikarenakan sintaks PBL dapat melatih 1. Kemampuan Hasil Belajar Siswa
anak melakukan proses berpikir tinggi, dengan Strategi Pembelajaran
salah satunya berpikir kritis. VAK(A1)
Berdasarkan uraian diatas, peneliti
Berdasarkan data penelitian yang
tertarik untuk melakukan penelitian
diperoleh maka nilai kemampuan hasil
mengenai “Pengaruh Strategi Pembelajaran
belajar siswa pada kelompok siswa yang
VAK dan Kemampuan Berpikir Kritis
diberikan perlakuan menggunakan strategi
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah
pembelajaran VAK memperoleh rata-rata
Dasar”. Dengan demikian dapat
73,00 dengan median 71,50. Sementara
membuktikan kebenaran dari sebuah teori
standar deviasi yang diperoleh
dan fenomena yang ada.
sebesar14,23 dan skewness (kecondongan)
sebesar 0,265. Nilai kecondongan positif
METODE
berarti nilai rata-rata berada disebelah kiri
Penelitian ini dilakukan dengan
median dan modus sehingga data lebih
menggunakan metode eksperimen dengan
banyak diatas rata-rata.
melibatkan dua kelompok sampel yaitu
Strategi pembelajaran VAK
siswa yang belajar menggunakan strategi
merupakan strategi pembelajaran yang
memberikan kesempatan seluas mungkin

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |129


bagi siswa untuk belajar dengan gaya rata 71,35 dengan median 71,5. Sementara
belajar yang diminatinya sehingga siswa standar deviasi yang diperoleh sebesar 9,16
dapat mengeluarkan potensi terbaiknya dan skewness (kecondongan) sebesar -
ketika belajar baik dengan menggunakn 1,104. Nilai kecondongan bernilai negatif
gaya belajar audio, visual, maupun berarti nilai rata-rata berada disebelah
kinestetik. Modalitas belajar visual atau kanan median dan modus sehingga data
gaya belajar visual lebih cenderung belajar lebih banyak dibawah rata-rata.
dengan menggunakan penglihatan, seperti Berdasarkan data penelitian yang diperoleh
membaca buku, melihat suatu demontrasi maka nilai hasil belajar IPA siswa pada
yang diperagakan oleh guru, melakukan kelompok siswa yang diberikan perlakuan
observasi, atau menyaksikan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran
yang disampaikan melalui tayangan video. ekspositori memperoleh rata-rata 71,35
Gaya belajar audio lebih mengutamakan dengan median 71,5. Sementara standar
indera pendengaran sebagai modalitas deviasi yang diperoleh sebesar 9,16 dan
belajar seperti menurut Leasa (2017:83) skewness (kecondongan) sebesar -1,104.
auditory learners tend to use their auditory Nilai kecondongan bernilai negatif berarti
senses in learning, store knowledge by nilai rata-rata berada disebelah kanan
listening, and usually they are eloquent. median dan modus sehingga data lebih
Siswa auditori cenderung menggunakan banyak dibawah rata-rata.
pendengaran mereka dalam belajar, Strategi VAK menuntut siswa untuk
menyimpan pengetahuan dengan berperan aktif selama pembelajaran
mendengarkan, dan biasanya mereka fasih berlangsung. Selama pembelajaran siswa
berbicara. Sedangkan kinestetik yaitu gaya dapat memilih salah satu maupun gabungan
belajar yang melibatkan aktivitas fisik gaya belajar yang diminatinya dengan
secara langsung. begitu proses belajar akan lebih bermakna.
Kemampuan berpikir kritis adalah
2. Kemampuan Hasil Belajar Siswa kemampuan seseorang dalam berpikir
dengan Strategi Pembelajaran secara logis dalam menganalisis ide secara
Ekspositori (A2) sistematis untuk membuat, mengevaluasi
Berdasarkan data penelitian yang dan membuat suatu keputusan sehingga
diperoleh maka nilai hasil belajar IPA dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
siswa pada kelompok siswa yang diberikan Menurut Ennis (dalam Fuad dkk, 2017:103)
perlakuan menggunakan strategi states that critical thinking is a way of
pembelajaran ekspositori memperoleh rata- reflective thinking that makes sense or that

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |130


is based on logic focusing on determining berada disebelah kiri median dan modus
what to believe and to do. Berpikir kritis sehingga data lebih banyak diatas rata-rata.
adalah cara berpikir reflektif yang masuk
Strategi pembelajaran VAK terdiri dari
akal atau yang didasarkan pada logika yang
berbagai tahapan pada pembelajarannya.
berfokus pada menentukan apa yang harus
Tahapan itu sendiri terdiri dari tahap
dipercaya dan dilakukan.
persiapan, tahap penyampaian, tahap
Siswa yang memilki kemampuan pelatihan, dan tahap penampilan hasil.
berpikir kritis tinggi dapat menganalisis ide Tahapan-tahapan tersebut dapat
ataupun gagasan, memilih, mengakomodasi siswa yang memiliki
mengidentivikasi, dan menyimpulkanm kemampuan berpikir kritis tinggi. Siswa
lebih baik sehingga dapat memecahkan yang belajar dengan memiliki kemampuan
suatu masalah yang dihadapi. Oleh karena berpikir kritis tinggi akan lebih baik dalam
itu hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar mengikuti proses pembelajaran. Hal ini
siswa yang dapat menentukan hasil belajar dikarenakan strategi pembelajaran VAK
setiap siswa. Dengan demikian kemampuan dapat membuat siswa untuk berpikir tingkat
berpikir kritis mempengaruhi hasil belajar. tinggi dimana didalamnya terdapat
kemampuan berpikir kritis setelah
3. Kemampuan Hasil Belajar Siswa mengoptimalkan gaya belajar siswa
yang Memiliki Kemampuan Berpikir sehingga potensi belajar siswa dapat
Kritis Tinggi dengan Strategi dioptimalkan. Selain itu strategi
Pembelajaran VAK (A1B1) pembelajaran VAK mempunyai konsep
bahwa pembelajaran secara langsung dan
Berdasarkan data penelitian yang
menyenangkan. Pembelajaran secara
diperoleh maka nilai kemampuan hasil
langsung dan menyenangkan memiliki
belajar pada kelompok siswa yang
perngertian bahwa belajar harus
diberikan perlakuan menggunakan strategi
memberikan makna bagi siswa berdasarkan
pembelajaran VAK sekaligus memiliki
pengalaman belajarnya. Menurut Priyatno
kemampuan berpikir kritis yang tinggi,
(2010:2) pengalaman belajar secara
diperoleh rata-rata 86,20 dengan median
langsung yaitu cara belajar dengan melihat
84,00. Sementara standar deviasi yang
(Visual), belajar dengan mendengarkan
diperoleh sebesar 6,06 dan skewness
(Auditory), dan belajar dengan gerak
(kecondongan) sebesar 0,805. Nilai
(Kinesthetic).
kecondongan positif berarti nilai rata-rata

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |131


Pembelajaran dengan menggunakan merumuskan masalah, menganalisis
strategi pembelajaran ekspositori lebih argumen, bertanya dan menjawab
cenderung didominasi oleh guru, siswa pertanyaan, menilai kredibilitas suatu
lebih banyak mendengarkan penjelasan sumber informasi, mengevaluasi, membuat
guru dan mengerjakan tugas. Strategi induksi, mengidentifikasi, mengidentifikasi
pembelajaran ini lebih banyak asumsi, memutuskan dan melaksanakan
menggunakan metode ceramah, tanya tindakan. Oleh karena itu, siswa yang
jawab, diskusi dan penugasan. Dengan memiliki kemampuan berpikir kritis rendah
konsep pembelajaran seperti ini siswa yang cenderung akan lebih senang jika belajar
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dengan menggunakan strategi pembelajaran
tidak terfasilitasi dengan baik. ekspositori yang berpusat pada guru. Siswa
merasa lebih mudah menangkap informasi
4. Kemampuan Hasil Belajar Siswa
yang disampaikan oleh guru melalui
yang Memiliki Kemampuan Berpikir
metode ceramah.
Kritis Rendah dengan strategi
pembelajaran VAK (A1B2)
SIMPULAN
Berdasarkan data penelitian
Berdasarkan hasil analisis dan
diperoleh nilai hasil belajar IPA siswa pada
pembahasan yang telah diuraikan dalam
kelompok siswa yang diberikan perlakuan
penelitian ini dapat diperoleh beberapa
menggunakan strategi pembelajaran VAK
temuan, pertama hasil belajar siswa yang
sekaligus memiliki kemampuan berpikir
belajar dengan strategi pembelajaran VAK
kritis yang rendah, diperoleh rata-rata 59,80
lebih tinggi daripada yang belajar dengan
dengan median 60,00. Sementara standar
pembelajaran ekspositori. Kedua, terdapat
deviasi yang diperoleh sebesar 1,93 dan
pengaruh interaksi antara strategi
skewness (kecondongan) sebesar -1,11.
pembelajaran dan kemampuan berpikir
Nilai kecondongan negatif berarti nilai rata-
kritis terhadap hasil belajar siswa. Ketiga,
rata berada disebelah kanan median dan
hasil belajar siswa yang memiliki
modus sehingga data lebih banyak dibawah
kemampuan berpikir kritis tinggi dengan
rata-rata.
strategi pembelajaran VAK lebih tinggi
Berdasarkan data yang telah diuraikan
daripada menggunakan pembelajaran
di atas, dalam proses pembelajaran, siswa
ekspositori. Keempat, hasil belajar siswa
yang memiliki kemampuan berpikir kritis
yang memiliki kemampuan berpikir kritis
rendah mengalami kesulitan ketika proses
rendah dengan strategi pembelajaran VAK
pembelajaran berlangsung dalam

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |132


lebih rendah daripada menggunakan hasil belajar siswa. Sementara itu siswa
strategi pembelajaran ekspositori. yang memiliki kemampuan berpikir kritis
Berdasarkan temuan diatas, maka rendah akan berpengaruh lebih baik
dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh terhadap hasil belajar siswa apabila siswa
strategi pembelajaran terhadap hasil belajar diajarkan menggunakan strategi
menunjukkan bahwa strategi pembelajaran pembelajaran ekspositori.
relevan untuk meningkatkan kemampuan

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |133


DAFTAR PUSTAKA
Abbas Pourhossein Gilakjani.” Visual, Auditory, Kinaesthetic Learning Styles and Their
Impacts on English Language Teaching. Journal of studies in education,2, (1) (2012),
104-104.
Ennis (dalam Fuad dkk). Improving Junior High Schools' Critical Thinking Skills Based on
Test Three Different Models of Learning. (International Journal of Instruction, Vol.10
No.1 Bulan Januari 2017), h.103.
Hayuna Hamdalia Herzon, Budijanto, Dwiyono Hari Utomo. Pengaruh Problem-Based
Learning terhadap keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Vol (3) (1)
(2018).h.42.
Kowiyah, “Kemampuan Berpikir Kritis”. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol (3) (5) (2012), h. 176.
Leasa, Corebima, Ibrohim & Suwono. Emotional intelligence among auditory, reading, and
kinesthetic learning styles of elementary school students in Ambon Indonesia.
(International Electronic Journal Of Elementary Education Volume 10 Nomor 1 Bulan
September 2017) h.84.
Priyatno, Duwi. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. (Yogyakarta: Mediakom,
2010), h.2.
Putra, S.R. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains (Yogyakarta : Diva Press, 2013)
h.41.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |134


PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN SELF EFIKASI TERHADAP
EFEKTIFITAS KERJA GURU SMP NEGERI DI KECAMATAN
BEKASI UTARA
(2019)
1)
Khodamad Sutaji, 2)Ma’ruf Akbar, dan 3)Matin
Guru SMP Negeri 5 Bekasi Jawa Barat

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi mengenai efek dari lingkungan dan
kemanjuran diri terhadap stres kerja guru. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode survei dengan analisis jalur dalam pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini, 203 dari
135 guru dipilih sampel acak. Penelitian difokuskan pada aspek pohon; lingkungan dan
kemanjuran diri terhadap stres kerja guru. Data yang colected dengan kuesioner dan
dianalisis dengan analisis jalur. Hasil pada analyisis itu disimpulkan (1) Lingkungan kerja
berpengaruh langsung negatif terhadap stres kerja, (2) Self efikasi berpengaruh langsung
positif terhadap stres kerja, dan (3) Lingkungan kerja berpengaruh langsung positif terhadap
self efikasi.

Kata Kunci: Stres Kerja, Lingkungan dan Kemanjuran Diri

Abstract
The objective research is to obtain information concerning to the effect of environment and
self efficacy toward teacher’s work stress. The research was conducted by using survey
method with path analysis in testing hypothesis. In this research, 203 from 135 teacher’s
selected random sampling. The research was focused on tree aspect; environment and self
efficacy toward teacher’s work stress. The data were colected with questionnaire and
analyzed with path analysis. Result on the analyisis it is concluded that (1) there the negative
direct effect of environment towards work stress, (2) there is negative direct effect of self
efficacy towards work stress and (3) there is positive direct effect of environment towards
self efficacy

Keywords: Work Stress, Environment, And Self Efficacy

PENDAHULUAN mendorong ketidakhadiran siswa dan tidak


Salah satu alasan penting mempelajari adanya prestasi akademis.
stres pada guru adalah karena stres pada Stres bisa disebabkan faktor eksternal
guru mempunyai efek yang merugikan pada maupun internal. Faktor eksternal,
diri guru, siswa dan lingkungan kerjanya. misalnya, lingkungan pekerjaan yang
Stres tersebut dapat berbentuk kelelahan kurang kondusif, sarana belajar mengajar
fisik, emosi, sikap yang negatif terhadap yang kurang mendukung, atau tuntutan
siswa, dan keinginan untuk mengurangi orang tua dan masyarakat. Sedangkan
tugas-tugas personal. Konsekuensi dari faktor internal bisa berupa kurang siapnya
kelelahan fisik dan emosi ini bisa jadi guru menghadapi tuntutan zaman, kondisi

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |135


fisik yang kurang prima, atau persoalan Penelitian ini bertujuan untuk
pribadi lain. Semua bisa memicu stres. mengetahui: 1) Pengaruh langsung positif
Pendapat senada diungkapkan oleh lingkungan kerja terhadap stres kerja pada
Kepala Dinas Pendidikan Bekasi Encu guru SMP Negeri di Kecamatan Bekasi
Permana, pada kesempatan rapat kerja Utara Kota Bekasi., 2) Pengaruh langsung
mengatakan, “Hampir setiap bulan saat positif efikasi diri terhadap stres kerja pada
penerimaan gaji sebagian besar guru di guru SMP Negeri di Kecamatan Bekasi
Kecamatan Bekasi utara Kota Bekasi Utara Kota Bekasi, 3) Pengaruh langsung
mengeluh dan mengalami stres akibat positif lingkungan kerja terhadap efikasi
terlalu banyak potongan gaji yang berbagai diri pada guru SMP Negeri di Kecamatan
macam alasan pemotongan tersebut, selain Bekasi Utara Kota Bekasi.
itu guru dihadapkan pada beberapa Stres kerja
permasalahan intern sekolah seperti Ada dua jenis stres yaitu eustress dan
ketidakpuasan orang tua murid terhadap distres seperti yang dikatakan Gordon
kemampuan guru, permasalahan dengan (2007:102), "eustress a positive form of
teman kerja dan banyak lagi masalah- stress, can energize stimulate a person to
masalah yang menimbulkan stres kerja greater creativity and productivity.
guru. Belum lagi jika ia menjadi sasaran Distress, a negative form of stress, can
kritik atas gagalnya suatu proses result in declining performance,
pendidikan yang dialami oleh anak satisfaction, and commitment". Orang
didiknya”. membutuhkan stres dalam hidupnya.
Berdasarkan pemaparan di atas, hal Terlalu banyak atau terlalu sedikit stres
inilah yang menjadikan peneliti tertarik menyebabkan tingkah laku lamban dan
meneliti masalah lingkungan kerja dan kurang bersemangat dengan tingkat kinerja
efikasi diri terhadap stres kerja guru pada yang buruk. Setiap orang membutuhkan
Sekolah Menengah Pertama Negeri tingkat stres agar dapat bekerja pada tingkat
Kecamatan Bekasi Utara. kinerja puncak. Ada dorongan energi pada
Rumusan masalah dalam penelitian ini stres yang optimal.
adalah: 1) Apakah lingkungan kerja Mullins (2007:102) mendefmisikan,
berpengaruh langsung terhadap stres kerja?, "stress is a complex and dynamic concept.
2) Apakah efikasi diri berpengaruh It is a source of tension and frustration,
langsung terhadap stres kerja?, 3) Apakah and can arise through a number of
lingkungan kerja berpengaruh langsung interrelated influences on behavior,
terhadap efikasi diri?. including the individual, group,

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |136


organizational and environmental factors.” for which the outcome is perceived to the
Menurut pendapat tersebut stres itu adalah both uncertain and important. Pendapat
konsep yang kompleks dan dinamis yang tersebut mengatakan stres itu adalah suatu
bisa menjadi sumber ketegangan dan kondisi dinamis di mana individu
frustasi, dan dapat timbul melalui sejumlah dihadapkan dengan suatu permintaan,
pengaruh yang saling terkait pada perilaku, kesempatan, atau sumber daya terkait
termasuk faktor individu, kelompok, dengan apa keinginan individu dan yang
organisasi dan lingkungan. Hal ini akan hasilnya dianggap baik pasti dan penting.
mengkibatkan adanya pergolakan jiwa , Slocum and Herigel (2007:448)
tekanan jiwa, dan emosi jiwa sehingga berpendapat, "stress is the excitement,
kejiwaan seseorang akan terpengaruhi dan feeling of anxiety, and/or physical tension
hilang kesadaran berfikirnya. that occurs when the demand placed on an
Definisi lain dikemukakan oleh John individual are thought to exceed the
W. Newstrom dan Keith Davis (2002:365), person's ability to cope". Pendapat tersebut
"sfress is general term applied to the mengandung arti bahwa stres adalah
pressures people feel in life. The presence kegembiraan, rasa cemas, dan/atau
of stress at work is almost inevitable in ketegangan fisik yang terjadi saat
many jobs". Menurut pendapat tersebut, permintaan ditempatkan pada individu
stres diterapkan untuk orang-orang yang diperkirakan melebihi kemampuan
merasa tertekan dalam hidup. Adanya stres seseorang untuk mengatasinya.
di tempat kerja hampir tidak dapat dihindari Pendapat tersebut senada dengan
dalam berbagai pekerjaan, sekalipun tingkat definisi Colquitt, Lepine dan Wesson
stres itu rendah. Setiap aktivitas normal (2009:142) yang mengutip dari Lazarus and
akan menghasilkan stres, dan stres tak Folkman, "stress is defined as a
dapat dihindari. Stres dapat ditoleransi psychological response to demands for
hanya dalam waktu yang terbatas. Stres which there is something at stake and
yang sama akan berpengaruh secara coping with those demands taxes or
berbeda terhadap masing-masing individu, exceeds a person's capacity or resources".
serta berat ringannya juga sangat bervariasi. Stres didefinisikan sebagai respon
Menurut Sephen P. Robbins psikologis terhadap tuntutan yang ada
(2011:641), “stress is a dynamic condition sesuatu yang dipertaruhkan dan
in which an individual is confronted with menghadapi tuntutan atau pajak yang
an opportunity, demand, or resource melebihi kapasitas seseorang atau sumber
related to what the individual desire and daya).

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |137


Menurut pendapat Kinicki and Lingkungan kerja
Williams (2009:143), “there are six Bedeian dan Glueck (2003:113)
sources of stress at work: (1) the demands mengungkapkan bahwa, “an environment
made by individual differences, (2) the is illustrated as overall circumstance and
demands of individual tasks, (3) the external condition taking influence on an
demands of the role of the individual, (4) individual in a certain time”. Lingkungan
the demands of the group, (5) the demands digambarkan sebagai keseluruhan keadaan
of the organization, and (6) instead of the dan kondisi-kondisi eksternal yang
demands of work”. Ada enam sumber stres mempengaruhi seseorang pada waktu
dalam pekerjaan: (1) tuntutan yang dibuat tertentu. Dalam hal ini lingkungan seperti
oleh perbedaan individual, (2) tuntutan lingkungan tempat tinggal, hukum yang
tugas individu, (3) tuntutan peran individu, berlaku, pengetahuan, dan budaya yang
(4) tuntutan kelompok, (5) tuntutan berkembang di tempat mereka akan
organisasi, dan (6) bukan tuntutan kerja. mempengaruhi perilaku seseorang.
Stressor individual adalah stressor yang Sedangkan Griffin (2002:70)
berkaitan secara langsung dengan tugas- membedakan lingkungan organisasi atas
tugas kerja seseorang. Stressor dua yaitu lingkungan eksternal dan
organisasional mempengaruhi sejumlah lingkungan internal. “External environment
besar karyawan. Meningkatnya penggunaan is everything outside bounds of
teknologi informasi merupakan suatu organization taking influence on that
sumber lain dari stress organisasional. organizational performance. While internal
Dari definisi para ahli di atas dapat environment is condition and powers inside
disintesiskan bahwa stres kerja adalah that organization”. Lingkungan eksternai
kondisi individu yang merasa tertekan adalah segala sesuatu di luar batas-batas
dalam hidup sebagai akibat dari ketegangan organisasi yang mempengaruhi kinerja
dan frustasi, penderitaan jasmani, mental organisasi tersebut. Sedangkan lingkungan
atau emosional yang mengancam dan internal adalah kondisi dan kekuatan-
menantang individu dengan indikator: (1) kekuatan di dalam organisasi itu.
tertekan dalam hidup. (2) ketegangan fisik. Lingkungan organisasi menurut
(3) rasa cemas. (4) frustasi. (5) situasi yang Renato Taguiri seperti yang dikutip oleh
mengancam kesejahteraan. Owen (2005:78-79) terdiri dari empat
dimensi yaitu, “1) Ecology, referring to
material and physical materials within that
organization, for instance size, facility,

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |138


building condition, and technology used by sebagainya). 3) Sistem sosial yang merujuk
persons within that organizaation, 2) kepada struktur administratif dan
Milieu that is social dimension from that organisasional dari organisasi itu. Ini
organization. Including in the organization mencakup pola pengelolaan organisasi,
is everything related to person in the pola pembuatan keputusan, pola
organization such as how many persons komunikasi di antara anggota organisasi,
are in that organization, what is type or dan sebagainya. 4) Budaya yang mengacu
characteristics (race, ethnicity, social kepada sistem nilai dan sistem keyakinan,
economical level, educational level, and so norma dan cara-cara berpikir dan
forth). 3) Social system referring to berperilaku yang merupakan karakteristik
administrative structure and organizational dari orang-orang di dalam organisasi itu.
system from that organization. This Menurut Steers dan Porter (2001:22),
encompasses organizational management “there are two main factors from working
pattern , decision making pattern, environment taking influences on working
communicational pattern among the behavior namely: 1) factor related to direct
organization members and so forth, 4) working environment (working group) and
Culture referring to value system and belief 2) factor related to organization action
system, norm and thinking ways and widely”. Ada dua faktor utama dari
behavioral way that are characteristics of lingkungan kerja yang mempengaruhi
persons in that organization”. Keempat perilaku kerja yaitu: 1) faktor yang
dimensi tersebut adalah: 1) ekologi, yang berkaitan dengan lingkungan kerja
merujuk kepada faktor-faktor fisik dan langsung (kelompok kerja), dan 2) faktor
material dalam organisasi itu, misalnya yang berkaitan dengan tindakan organisasi
ukuran, desain, usia, fasilitas, kondisi secara luas.
bangunan, dan teknologi yang digunakan Lingkungan organisasi yang sehat
oleh orang-orang di dalam organisasi itu. 2) sangat menunjang efektivitas kinerja dari
Milieu yang merupakan dimensi sosial dari organisasi tersebut. Menurut Williams
organisasi tersebut. Termasuk di dalamnya (2004:8), “organizational health consists of
adalah segala sesuatu yang berhubungan environmental factors such as physical
dengan orang di dalam organisasi itu health, mental health and social health”.
seperti berapa banyak orang di dalam Kesehatan organisasi terdiri dari faktor-
organisasi itu, apa tipe atau karakteristik faktor lingkungan, kesehatan fisik,
mereka (ras, etnisitas, tingkat sosial kesehatan mental, dan kesehatan sosial.
ekonomi, tingkat pendidikan, dan Unsur-unsur ini dikembangkan atas dasar

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |139


definisi kesehatan kerja yang diajukan oleh peluangnya untuk keberhasilan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan menyelesaikan tugas yang spesifik.
Organisasi Buruh Internasional (ILO). Selanjutnya Begley yang dikutip
Berdasarkan uraian konsep di atas Lussier (2008:83) mendefinisikan bahwa
dapat disintesiskan lingkungan kerja "self efficacy is your belief in your
adalah keadaan tempat kerja yang meliputi capability to perform in a specific situation.
fisik dan nonfisik yang dapat memberikan Self efficacy affects your effort, persistence,
kesan menyenangkan, aman, tentram, expressed interest, and the difficulty of
perasaan betah/kerasan, dengan indikator, goals you select'. Efikasi diri adalah
1) suasana kekeluargaan, 2) komunikasi keyakinan Anda dalam kemampuan Anda
yang baik, dan 3) pengendalian diri, 4) untuk melakukan dalam situasi yang
perlengkapan kerja, 5) kebersihan tempat spesifik. Cukup mempengaruhi
kerja. keberhasilan usaha Anda, ketekunan,
menyatakan minat, dan kesulitan tujuan
Efikasi diri anda memilih.
Bandura yang dikutip Lahey Luthan (2008:204) mengatakan, "low
(2002:338) mendefinisikan bahwa, "self efficacy tend to experience stress and
efficacy is the perception that one is burnout because they expect failure,
capable of doing what is necessary to reach whereas those with high self efficacy enter
one's goals both in the sense of knowing into potential stressful situations with
what to do and being emotionally able to confidence and assurance and thus are able
do it. Berdasarkan pendapat tersebut efikasi to resist stressful reactions". Menurut
diri adalah persepsi yang mampu pendapat tersebut efikasi diri rendah
melakukan apa yang diperlukan untuk cenderung mengalami stres dan kelelahan
mencapai tujuan seseorang baik dalam arti karena mereka merasakan kegagalan,
tahu apa yang harus dilakukan dan menjadi sedangkan dengan efikasi diri tinggi stres
emosional mampu melakukannya. mereka mempunyai keyakinan dan
Pendapat lain dari Krertner dan kepastian dan dengan demikian dapat
Kinicki (2008:122) mendefinisikan bahwa, melawan reaksi stres.
"self efficacy is a person's belief about his George and Jones (2005:275)
or her chances of successfully berpendapat "opportunities such as
accomplishing a specific task". Efikasi diri learning new skills or getting a new job can
adalah keyakinan seseorang tentang be stressful if employees lack self efficacy
and fear that they will not be able to

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |140


perform at an acceptable level. Pendapat (1) kegigihan dalam bekerja, (2) kegigihan
tersebut mengatakan bahwa peluang seperti pada keberhasilan kerja, (3) kegigihan pada
belajar keterampilan baru atau keefektifan kerja, (4) kegigihan pada
mendapatkan pekerjaan baru dapat prestasi kerja, (5) usaha untuk
menimbulkan stres jika karyawan menyelesaikan tugas, (6) kesediaan
kurangnya self efficacy dan ketakutan mengambil resiko.
bahwa mereka tidak akan dapat diterima
ketika mereka tampil. Pendapat tersebut METODE
memberikan kesimpulan bahwa adanya Penelitian ini dilaksanakan kepada
hubungan antara efikasi diri dengan stres guru SMP Negeri di Kecamatan Bekasi
kerja. Utara Kota Bekasi. Penelitian ini
Adler and Elmhorst yang dikutip dilaksanakan mulai bulan Februari 2015 s.d
Slocum (2007:119) mengatakan, April 2015. Metode yang digunakan dalam
“employees with high self efficacy believe penelitian ini adalah survey dengan
that (1) they have the ability needed, (2) menggunakan teknik kausal. Populasi
they are capable of the effort required, and adalah guru SMP Negeri di Kecamatan
(3) no outside events will keep them from Bekasi Utara Kota Bekasi yang berjumlah
performing at high level. If employees have 103 guru dengan jumlah sampel sebanyak
low self efficacy, they believe that no matter 203 guru. Data yang dikumpulkan dalam
how hard the try, something will happen to penelitian dijaring melalui kuesioner yang
prevent them from reaching the desired berupa skala penilaian (rating scale)
level of performance”. Karyawan dengan dengan sebaran skor antara 1 sampai
self efficacy tinggi meyakini bahwa (1) dengan 5.
mereka memiliki kemampuan yang
dibutuhkan, (2) mereka mampu melakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
usaha yang diperlukan, dan (3) tidak ada Pengaruh Lingkungan kerja terhadap
kegiatan dari luar yang akan mencegah Stres kerja
mereka dari tampil di tingkat tinggi. Hasil penelitan ini menunjukkan
Dari beberapa definisi para ahli di bahwa lingkungan kerja memberikan
atas, maka dapat disintesiskan bahwa pengaruh negatif secara langsung terhadap
efikasi diri adalah keyakinan individu akan stres kerja. Besarnya pengaruh tersebut
kemampuan dirinya untuk melaksanakan ditunjukkan oleh koefisien korelasi -0,569
perilaku tertentu, usaha, peluang kerja dan dan koefisien jalur -0,482. Hal ini
prestasi dengan sukses dengan indikator:

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |141


menujukkan bahwa lingkungan kerja dapat diantaranya tuntutan dan beban kerja yang
menurunkan stres kerja guru. berlebihan, komunikasi yang tidak efektif
Hasil penelitian ini sejalan dengan di lingkungan kerja, masalah ekonomi dan
pendapat Gary Cooper dan Lisan Straw keluarga, serta kepribadian individu. Beban
seperti yang dikutip oleh Umar (2008:44- kerja guru yang semakin bertambah jika
45), gejala stres dapat dilihat dari tiga sisi tidak diimbangi dengan lingkungan kerja
berikut: a) Gejala Fisik. Dari sisi ini gejala- yang baik, akan menyebabkan stres kerja
gejalanya adalah: nafas memburu, mulut yang meningkat.
dan kerongkongan kering, tangan lembab, Greenhaus dan Callanan (2006:777)
badan merasa panas, otot-otot tegang, yang menyatakan, “job stress is an integral
pencernaan terganggu, mencret-mencret, component of the workplace, as it comes
sembelit, letih yang tak beralasan, sakit with the territory in most occupations. The
kepala, salah urat, dan gelisah, b) Tingkah job stress process involves both job
laku (secara umum). Di sisi ini, gejala stres stressors in the environment and job strains
dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu: (1) experienced by employees. Stres kerja
Perasaan, misalnya rasa bingung, cemas, merupakan komponen integral dari tempat
sedih, jengkel, salah paham, tak berdaya, kerja, karena dilengkapi dengan wilayah di
gelisah, merasa gagal, merasa diacuhkan, sebagian besar pekerjaan. Proses stres kerja
dan kehilangan semangat kerja, (2) melibatkan dua sumber yakni stres kerja di
Kesulitan, misalnya dalam hal lingkungan kerja dan sumber-sumber stres
berkonsentrasi, berpikir jernih, dan yang pernah dialami oleh para pekerja.
membuat keputusan, (3) Kehilangan, Pada pengertian ini sumber stres kerja lebih
misalnya dalam hal kreativitas, gairah ditekankan pada tempatnya bekerja
dalam berpenampilan, dan minat terhadap sekarang yakni sekolah dan sumber stres
orang lain, c. Gejala di Tempat Kerja. Hal yang pernah dialami oleh karyawan yakni
ini misalnya dapat dilihat dari kepuasan bisa rumah atau perjalanan menuju sekolah
kerja rendah, kinerja yang menurun, seperti kemacetan atau kecelakaan.
semangat dan energi menurun, komunikasi Dengan demikian lingkungan kerja
tak lancar, pengambilan keputusan yang berpengaruh langsung positif terhadap stres
jelek, kreativitas dan inovasi berkurang, kerja guru.
serta berkutat pada tugas-tugas yang tidak Pengaruh Efikasi diri terhadap
produktif. Efektivitas Tim
Melihat uraian di atas tampaknya Hasil penelitan ini menunjukkan
stres kerja disebabkan oleh banyak faktor bahwa efikasi diri memberikan pengaruh

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |142


negatif secara langsung terhadap stres Dengan demikian efikasi diri
kerja. Besarnya pengaruh tersebut berpengaruh langsung negatif terhadap
ditunjukkan oleh koefisien korelasi -0,413 stres kerja guru.
dan koefisien jalur -0,239. Hasil penelitian Pengaruh Lingkungan kerja terhadap
ini sejalan dengan pendapat Larsen and Efikasi diri
Bus, George and Jones (2005:281) Hasil penelitan ini menunjukkan
berpendapat "for each employee, the point bahwa lingkungan kerja memberikan
at which increases in levels of stress result pengaruh positif secara langsung terhadap
in decreases in performance depends on the efikasi diri. Besarnya pengaruh tersebut
employee's personality traits and abilities" ditunjukkan oleh koefisien korelasi 0,361
Untuk masing-masing pegawai, dan koefisien jalur 0,361. Hasil penelitian
peningkatan tingkat hasil stres tergantung ini sejalan dengan pendapat Bandura seperti
pada ciri-ciri kepribadian dan kemampuan yang dikutip oleh Eric Chong dan Xiaofang
karyawan. Dengan demikian dapat Ma (2010:233), “confidence in one's own
dikatakan bahwa adanya hubungan antara ability or one's self-efficacy is an important
efikasi diri yang termasuk ke dalam cognitive and social trait determining and
personality traits dan komunikasi sustaining work performance. Appropriate
organisasi yang ada dalam abilities dengan behaviours and performance standards are
stres kerja. defined within the work environment and
Sementara Sarafino (2008:85) the ability and support received in meeting
berpendapat, “Whether people appraise performance expectations enhance the
events as stressful depends on factors that individual's self-efficacy.
relate to the person and to the situation. Kepercayaan pada kemampuan
Factors of the person include intellectual, sendiri atau self-efficacy seseorang adalah
motivational, and personality sifat kognitif dan sosial yang penting
characteristic, such as the person's self menentukan dan mempertahankan kinerja.
esteem and belief system. Pendapat di atas Perilaku yang tepat dan standar kinerja
mengatakan orang menilai peristiwa seperti yang ditetapkan dalam lingkungan kerja
stres tergantung pada faktor-faktor yang dan kemampuan dan dukungan yang
berhubungan dengan orang dan untuk diterima dalam memenuhi harapan kinerja
situasi tersebut. Faktor orang termasuk meningkatkan self-efficacy individu.
intelektual, motivasi, dan karakteristik Kondisi ini juga terjadi pada
kepribadian seperti; harga diri seseorang lingkungan sekolah. Seperti penelitian yang
dan sistem kepercayaan. dilakukan oleh Devos, et.al., (2015:1) yang

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |143


menyatakan, “we investigate how the social guru SMP Negeri di Kecamatan Bekasi
working environment predicts beginning Utara.
teachers' self-efficacy and feelings of 2. Self efikasi berpengaruh langsung
depression. Two quantitative studies are positif terhadap stres kerja. Artinya,
presented. The results show that the goal peningkatan self efikasi mengakibatkan
structure of the school culture (mastery or penurunan stres kerja guru SMP Negeri
performance orientation) predicts both di Kecamatan Bekasi Utara
outcomes. Frequent collaborative 3. Lingkungan kerja berpengaruh
interactions with colleagues are related to langsung positif terhadap self efikasi.
higher self-efficacy only when the novices Artinya, perbaikan lingkungan kerja
are experiencing few difficulties or work in mengakibatkan peningkatan self efikasi
an environment oriented towards mastery guru SMP Negeri di Kecamatan Bekasi
goals”. Kami menyelidiki bagaimana Utara.
lingkungan kerja sosial memprediksi awal Saran
self-efficacy guru dan perasaan depresi. Saran untuk kepala sekolah. Kepala
Dua penelitian kuantitatif disajikan. Hasil sekolah sebagai pemimpin diharapkan
penelitian menunjukkan bahwa struktur dapat memperbaiki lingkungan kerja
tujuan dari budaya sekolah (penguasaan dengan cara-cara sebagai berikut: 1)
atau orientasi kinerja) memprediksi kedua menciptakan suasana kekeluargaan di
hasil. Interaksi kolaboratif sering dengan lingkungan sekolah sehingga guru-guru
rekan-rekan terkait dengan tinggi self merasa nyaman ketika berada di sekolah, 2)
efficacy hanya ketika siswa mengalami komunikasi yang baik sehingga terjalin
beberapa kesulitan atau bekerja di komunikasi yang efektif dan efisien antara
lingkungan berorientasi tujuan penguasaan. guru dengan kepala sekolah, guru dengan
Dengan demikian lingkungan kerja guru maupun guru dengan siswa, 3)
berpengaruh langsung positif terhadap pengendalian diri, diperlukan agar guru
efikasi diri. dapat mengendalikan emosi dalam
menghadapi setiap permasalahan terutama
PENUTUP dengan siswa, 4) perlengkapan kerja yang
Simpulan mendukung proses pembelajaran di kelas,
1. Lingkungan kerja berpengaruh dan 5) kebersihan tempat kerja sehingga
langsung negatif terhadap stres kerja. menjadi lebih nyaman. Guru hendaknya
Artinya, perbaikan lingkungan kerja Guru hendaknya (1) gigih dalam bekerja,
mengakibatkan penurunan stres kerja (2) gigih dalam meraih keberhasilan kerja,

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |144


(3) gigih dalam mencapai keefektifan kerja, dengan sebaik-baiknya, dan (6) kesediaan
(4) gigih mencapai prestasi kerja, (5) mengambil resiko.
berusaha untuk menyelesaikan tugas

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |145


DAFTAR PUSTAKA

Bedeian, Arthur G. and William F. Glueck, Management. Tokyo: The Dryden Press 2003.

Chong, Eric dan Xiaofang Ma, “The Influence of Individual Factors, Supervision and Work
Environment on Creative Self-Efficacy”, Journal Creativity and Innovation
Management, Volume 19, Issue 3, pages 233–247, September 2010.

Colquitt, Jason., Jeffery A. Lepine and Michael J. Wesson. Organizational Behavior. New
York: McGraw-Hill, 2009.

Devos, et.al., Does the Social Working Environment Predict Beginning Teachers' Self-
Efficacy and Feelings of Depression?, http://eric.ed.gov/?id=EJ950393, diunduh
tanggal 1 Juli 2015.

George, Jenifer M. and Gareth R. Jones. Organizational Behavior. New Jersey: Pearson,
2005.

Gordon, Judith R. Organizational Seventh Edition. New Jersey: Prentice Hall, 2002.

Greenhaus, Jeffrey H. and Gerard A. Callanan. Encyclopedia of Career Development.


California: Sage Publication, 2006.

Griffin, Ricky W. Management. Boston: Houghton Mifflin Company, 2002.

Kinicki, Angelo and Robert Kreitner. Organizational Behavior. New York: McGraw Hill,
2008.

Lahey, Benjamin B. Essentials Of Psychology. New York: McGraw Hill. lnternational


Edition, 2002.

Mullins, Laurie J. Management And Organizational Behavior Eight Edition. London:


Pearson Education Prentice Hall, 2007.

Newstrom, John W. dan Keith Davis. Organization Behavior International Edition. New
York: McGraw-Hill, Higher Education 2002.

Owen, Robert G. Organizational Behavior in Education. Boston: Allyn and Bacon, 2005.

Robbins, Stephen P. and Timothy A. Judge. Organizational Behavior Fourteen Edition. New
Jersey: Pearson Education, 2011.

Sarafino, Edward P. Health Psychology Sixth Edition. New Jersey: John Willey & Sons, INC,
2008.

Slocum, John W. and Don Hellriegel. Fundamentals of Organizational Behavior. New York:
Thomson South Western, 2007.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |146


Steers, Richard M. & Lyman W. Porter. Motivation and Work Behavior. New York:
McGraw-Hill, 2001.
Williams, Stephen. "Ways of Creating Healthy Work Organization" dalam Gary L. Cooper
and Stephen Williams (ed,), Creating Hearty Work Organizations. New York: John
Wiley & Sons, 2004.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |147


METODE LOTRE PESANTREN TAHFIDZ AL-QUR’AN AT-TAUHID LERAN
SENORI TUBAN ANALISIS TERHADAP PENCAPAIAN HAFALAN
AL-QUR’AN DAN PERMASALAHANNYA

Aya Mamlu’ah
Institut Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro
Ayytusfa@yahoo.com

Abstrak
Menghafal Al-Qur’an adalah termasuk daya mengingat atau memory. Memori menjadi
kerangka ingatan dalam struktur kehidupan manusia, bahwa proses memory dalam perspektif
psikologis meliputi tiga komponen, yakni encoding, storage dan retrival. Metode atau cara
sangat penting dalam mencapai keberhasilan menghafal Al-Qur’an, karena berhasil tidaknya
suatu tujuan ditentukan oleh metode yang merupakan bagian integral dalam sistem
pembelajaran. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan efektif-efisien secara berkelanjutan
para penghafal Al-Qur’an dipersiapkan terjun di masyarakat dengan hafalan yang benar-
benar tertanam semenjak seseorang menghafalkan sampai menghatamkan Al-Qur’an 30 Juz,
karena fenomena yang terjadi ketika seorang penghafal Al-Qur’an sudah tidak dalam ruang
lingkup pesantren dan sudah sibuk dengan kehidupannya hafalan Al-Qur’an yang pernah
dihafalkan banyak yang kurang terjaga. Oleh karenanya Pesantren Tahfidz Al-Qur’an At-
Tauhid telah menerapkan metode menghafal baru dengan menggunakan metode lotre.
Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan
menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi. Hal yang ditemukan dari metode lotre
adalah sebuah metode acak yang menggunakan lotre (semacam lotre arisan) yang ditulis
dengan juz-juz yang telah dikuasai dari hafalan para santri yang telah selesai menghafalkan
Al-Qur’an. Jadi para penghafal Al-Qur’an harus benar-benar hafal diluar kepala ketika pada
tahap lotre ini atau tergolong pada kompenan mengingat (menghafal) atau yang bisa disebut
dengan retrival/proses memanggil kembali, proses recalling information hasil encoding
maupun storaging. Hasil dari penerapan metode lotre tersebut adalah penghafal Al-Qur’an
lebih kuat dan berhati-hati dalam menjaga hafalan mereka dan para penghafal Al-Qur’an
lebih mudah mengingat hafalan Al-Qur’an mereka karena selama proses metode lotre ini
penghafal Al-Qur’an secara sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi untuk menjalani proses
tersebut. Pencapaian hafalan Al-Qur’an dengan menggunakan metode lotre ini adalah santri
menjadi tertantang untuk menghafalkan Al-Qur’an secara serius agar ketika pada tahap
metode ini santri benar-benar bisa menguasai dan hafal dengan lancar hafalan Al-Qur’an 30
juz bahkan tetap ingat meskipun sudah dalam kesibukan lainnya. Bentuk permasalahannya
adalah santri merasa metode lotre tersebut suatu hal yang menakutkan karena ketika tahap
lotre ini santri perlu melalui metode-metode sebelumnya yakni metode wahdah, metode
sima’i, metode kitabah, metode gabungan dan metode jama’.

Kata Kunci: Al-Qur’an, Menghafal, Metode

Abstract
Memorize the Qur'an was given power or memory included. Memory into memory in the
framework of the structure of human life, that the process of memory in a psychological
perspective covers three components, namely encoding, storage and retrival. The method or
manner is crucial in achieving the success of memorizing the Qur'an, due to succeed whether
a purpose is determined by a method which is an integral part in the learning system. To get
good results and effective-efficient sustainable interfere the Qur'an falls in the community
prepared by memorizing a truly embedded since someone menghatamkan to memorize Quran

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |148


30 Juz, because phenomenon that occurs when a interfere the Koran was not in the scope of
the boarding school and is already busy with his life, memorizing the Qur'an ever memorized
much less secure. Therefore the Pesantren Tahfidz Al-Quran At-Tawheed has implemented a
new method of memorization by using a lottery method. This research method using
qualitative research is descriptive qualitative approach, using the Phenomenology. It was
found from the lottery method is a method which uses the random lottery (a kind of lottery
arisan) written by juz juz-who has mastered memorizing of the students who have finished the
memorized the Qur'an. So the interfere of the Koran must be completely memorized the
outside heads when on the stage of this lottery or belongs on kompenan remember
(memorize) or that can be called with retrival/processes calling back, the process of recalling
information encoding results as well as storaging. The result of the application of the method
of the lottery is to interfere in the Qur'an is stronger and be careful in keeping the
memorizing them and interfere the Qur'an easier given Al-Quran memorizing them because
during the process of this lottery method penghafal The Qur'an as a fervent and full
concentration to undergo the process. Achievement of memorizing the Quran using the
lottery this is students being challenged to memorize the Qur'an are seriously so that when on
stage this method students could really mastered and memorized smoothly memorizing the
Quran 30 juz even still remember though it's already in another flurry. The form of the
problem is the students felt the lottery method is a scary thing because when these Lottery
stage students need through previous methods i.e. unity method, sima'i method, method b,
method and combined methods of jama '.

Keywords: Qur’an, Memorize, Method

PENDAHULUAN Al-Qur’an, Allah SWT telah berjanji akan


Al-Qur’an merupakan sumber memelihara Al-Qur’an sebagaimana
kebenaran hal ini ditegaskan dalam QS. 1: disebutkan di dalam QS. 15: 9.
2. Dalam konteks ini Kuntowijoyo Fenomena menghafal Al-Qur’an
menyebut Al-Qur’an sebagai presmis dikalangan masyarakat mengalami
kebenaran. Menghafal adalah salah satu peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini
cara paling klasik untuk memelihara dapat dilihat banyaknya kegiatan
pengetahuan, termasuk memelihara Al- menghafal Al-Qur’an yang difasilitasi
Qur’an. Menghafal ini sebagai cara dalam bentuk rumah tahfidz maupun
mengingat telah ada sejak zaman Yunani kegiatan pesantren tahfidz yang tumbuh
Kuno. bahkan, aktivitas mengingat telah sangat pesat. Bahkan ada perhatian khusus
ada sejak diciptakannya Adam (QS. 2:31) pemerintah dari berbagai provinsi di
Tehnik menghafal digunakan oleh Indonesia bagi penghafal Al-Qur’an dengan
sahabat Nabi untuk memelihara Al-Qur’an. bentuk pemberdayaan, beasiswa bagi
Dengan kuasa Allah SWT para huffadz kalangan pelajar, bahkan ada program
inilah Islam dapat mewarisi sumbernya pemerintah provinsi berupa satu desa
secara outentik. Dalam konteks memelihara minimal harus ada satu penghafal Al-

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |149


Qur’an dan semacamnya, Fenomena Kayfa Tuhfadzul Qur’an al-Karim yang
tersebut tidak lepas dari kebutuhan umat sudah diterjemahkan oleh H. Ahmad E.
Islam terkait dengan para penghafal Al- Koswara dengan judul Metode Efektif
Qur’an yang dirasa semakin hari, semakin Menghafal Al-Qur’an , beliau membagi
kurang dalam pencapaian hafalan dan metode menghafal al-Qur’an menjadi dua
permasalahan yang mereka hadapi. bentuk, yaitu metode global dan rinci. Hal
Secara teologis, Al-Qur’an yang ini juga menjadi salah satu solusi untuk
menjadi sumber kebenaran yang mudah menjadikan hafalan Al-Qur’an menjadi
dihafal. Hal ini ditegaskan dalam QS. Al- sempurna 30 Juz. Sementara menurut
Qamar: 22. Tradisi menghafal Al-Qur’an Ahsin W. al-Hafidz metode menghafal Al-
telah dipraktekkan secara antar generasi Qur’an terbagi menjadi 5 metode yaitu:
dan turun temurun oleh umat Islam. Metode wahdah ( ayat per ayat dibaca
Banyak pesantren di Nusantara yang secara berulang-ulang sehingga proses ini
khusus mendidik dan mencetak santri untuk membentuk pola dalam bayangan) , Metode
menghafal Al-Qur’an . Beberapa pesantren kitabah (menuis ayat yang dihafalkan pada
di Jawa seperti al- Munawwir Krapyak, secarik kertas yang telah disediakan) ,
Yanbu’ul Qur’an Kudus, Madrasatul Metode sima’i (mendengarkan suatu
Qur’an Tebuireng, dan Pesantren lain di bacaan untuk dihafalkan) , Metode
dalam dan luar tanah Jawa yang berupaya Gabungan dan Metode Jama’ (menghafal
mendidik dan mencetak santri mereka dengan kolektif). Metode lotre adalah salah
untuk dapat melanjutkan tradisi menghafal satu metode menghafal Al-Qur’an yang
Al-Qur’an. telah diterapkan di Pesantren Tahfidz Al-
Salah satu tema penting menghafal Qur’an At-Tauhid Leran Senori Tuban,
Al-Qur’an menurut teori psikologi adalah dengan tujuan agar para penghafal Al-
daya mengingat atau memory. Memori Qur’an benar-benar sempurna 30 Juz dalam
menjadi kerangka ingatan dalam struktur menghafalkannya dan siap untuk terjun di
kehidupan manusia. Menurut Hendra masyarakat dengan berbagai kesibukan dan
Cherry, bahwa proses memory (mengingat) hafalan Al-Qur’an yang pernah dihafalkan
(dalam hal ini juga menghafal ) dalam bisa tetap terbaca dan terjaga.
perspektif psikologis meliputi tiga Tujuan dan Metode Pembahasan
komponen, yakni 1) encoding , 2) storage Secara keseluruhan tujuan dari
dan 3) retrival. tulisan ini adalah memberikan salah satu
Sebagaimana pendapat Abul-Rabb pandangan terkait metode menghafal Al-
Nawabuddin dalam kitabnya yang berjudul Qur’an dalam menghadapi perkembangan

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |150


zaman bagi para penghafal Al-Qur’an agar menghasilkan data deskriptif berupa kata-
tercapai target hafal 30 Juz dan lancar. kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
Sementara metode tulisan ini kualitatif perilaku yang dapat diamati. Karena
yang bersifat deskriptif, sedangkan tulisan penulis memandang, pendekatan ini
dari hasil penelitian di Pesantren Tahfidz dianggap mampu menerjemahkan
Al-Qur’an At-Tauhid Leran Senori Tuban pandangan-pandangan dasar interpretatif
ini menggunakan pendekatan penelitian dan fenomenologi, menghasilkan dan
kualitatif fenomenologi. Seperti yang mengolah data yang bersifat deskriptif,
dikemukakan Bodgan dan Taylor “The yakni menggambarkan atau melukiskan
fenomenologist is concerned with secara sistematis dan akurat mengenai
understanding human behavior from the fenomena atau hubungan antar fenomena
actor’s own frame of reference” . yang diselidiki.
Fenomenologi berupaya mengungkapkan
dan memahami realitas penelitian
berdasarkan perspektif subjek penelitian.
Selaras dengan Moelong yag mengutip
pendapat Bodgan dan Taylor yang
mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang
Metode wahdah

Metode-metode
menghafal Al-Qur’an Metode sima’i

Metode kitabah

Menghafal Al-Qur’an Metode jama’

Metode gabungan

Metode lotre

Kajian psikologi Retrival

Encoding

Strorage

Sumber data yang digunakan pada dan sumber data sekunder. Sumber dalam
penelitian ini adalah sumber data primer penelitian ini adalah pimpinan pesantren,

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |151


para pengurus dan santri di Pesantren membangun temuan”teori” dari data
Tahfidz Al-Qur’an At-Tauhid yang penelitian.
berjumlah 1 pemimpin pesantren 4 3. Mengkaji literature pada saat analisis
pengurus dan 30 santri. data, seiring dengan itu dilakukan
Pengumpulan data dalam penelitian analisis kritis yang bertolak dari teori-
ini berupa observasi, wawancara dan teori tersebut terhadap data empiris
dokumentasi. Metode-metode yang ada yang ditemukan.
diharapkan masing-masing saling 4. Memanfaatkan berbagai analogi
mendukung dalam pengumpulan data yang konsep dalam analisis dan interpritasi
didapat. Oleh karenanya pengumpulan data.
data-data dengan menggunakan metode Analisis data dalam penelitian
antara lain. kualitatif dilakukan secara bersamaan pada
1. Observasi digunakan untuk melihat saat data dikumpulkan sampai setelah
proses dan hasil menghafal Al-Qur’an pengumpulan data, dilakukan interaktif,
di Pesantren Tahfidz Al-Qur’an At- dan berlangsung secara terus-menerus.
Tauhid Leran Senori Tuban. Menghafal Al-Qur’an
2. Berkenaan dengan wawancara penulis Sebelum menjelaskan terkait
melakukan wawancara kepada pimpinan metode-metode menghafal Al-Qur’an yang
pesantren, pengurus dan santri yang ada di dibutuhkan dan dilakukan oleh para
Pesantren Tahfidz Al-Qur’an At-Tauhid penghafal Al-Qur’an, disini penulis
Leran Senori Tuban. memaparkan bagian-bagian daripada
3. Dokumentasi yang dimaksud adalah metode itu sendiri yaitu pengertian dari
menelaah dan mengkaji rancangan kegiatan tahfidz Al-Qur’an.
pembelajaran yang direncanakan dengan Tahfidz Al-Qur’an terdiri dari dua
realitas yang dilaksanakan, khususnya yang suku kata, yaitu tahfidz dan Al-Qur’an,
terkait dengan metode-metode menghafal yang mana keduanya mempunyai arti yang
di Pesantren Tahfidz Al-Qur’an At-Tauhhid berbeda. Pertama tahfidz yang berarti
Leran Senori Tuban. menghafal dari kata dasar hafal yang dari
Dalam melakukan analisis data, bahasa arab hafidza- yahfadzu- hifdzan,
peneliti melakukan tahapan diantaranya: yaitu lawan dari kata lupa, yaitu selalu
1. Melakukan catatan dan komentar ingat dan sedikit lupa.
terhadap data mentah. Menurut Abdul Aziz Abdul Ra’uf
2. Membuat memo atau rangkuman data. definisi menghafal adalah “proses
Pada tahap ini secara reflektif, peneliti mengulang sesuatu, baik dengan membaca

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |152


atau mendengar”. Pekerjaan apapun itu jika untuk menerapkan dan mengamalkannya
sering diulang, pasti menjadi hafal.” Kedua dalam aspek kehidupan.
kata Al-Qur’an, menurut bahasa Al-Qur’an Teori pembelajaran dalam
berasal dari kata qa-ra-a yang artinya menghafal Al-Qur’an adalah teori
membaca, para ulama’ berbeda pendapat behavioristik. Aliran behaviorime berfokus
mengenai pengertian atau definisi tentang pada perilaku yang dapat diamati. Ciri
Al-Qur’an. Hal ini terkait sekali dengan aliran ini adalah mengutamakan unsur-
masing-masing fungsi dari Al-Qur’an itu unsur kecil, bersifat mekanistis,
sendiri. menekankan peranan lingkungan,
Menurut Caesar E. Farah, Qur’an in mementingkan pembentukan reaksi atau
a literal sense means “recitation, respon, dan menekankan pentingnya
“reading” . artinya Al-Qur’an dalam latihan. Penggunaan teori ini sangat cocok
sebuah ungkapan literal berarti ucapan atau untuk memperoleh kemampuan yang
bacaan. Sedangkan menurut Mana’ Kahlil membutuhkan praktek dan pembiasaan,
al-Qattan sama dengan pendapat Caesar E. pendidik lebih menitikberatkan pada
Farah, bahwa lafadz Al-Qur’an berasal dari stimulus, serta juga cocok diterapkan untuk
kata qara-a yang artinya mengumpulkan melatih santri yang masih membutuhkan
dan menghimpun, qira’ah berarti peranan orang-orang dewasa. Jadi, pada
menghimpun huruf-huruf dan kata-kata pelaksanaan hafalan Al-Qur’an tersebut
yang satu dengan yang lainnya ke dalam menggunakan teori behavioristik yang
suatu ucapan yang tersusun rapi. Sehingga menitikberatkan adanya stimulus dan
menurut al-Qattan, Al-Qur’an adalah respon.
bentuk mashdar dari kata qa-ra-a yang Metode-metode Menghafal Al-Qur’an
artinya dibaca. Metode atau cara sangat penting
Sedangkan program menghafal Al- dalam mencapai keberhasilan menghafal,
Qur’an adalah program menghafal Al- karena berhasil tidaknya suatu tujuan
Qur’an dengan mutqin (hafalan yang kuat) ditentukan oleh metode yang merupakan
terhadap lafadz-lafadz Al-Qur’an dan bagian integral dalam sistem pembelajaran.
menghafal makna-maknanya dengan kuat Lebih jauh lagi Peter R. Senn
yang memudahkan untuk menghindarinya mengemukakan, “metode merupakan suatu
setiap menghadapi berbagai masalah prosedur atau cara mengetahui sesuatu,
kehidupan, yang mana Al-Qur’an yang mempunyai langkah-langkah yang
senantiasa ada dan hidup di dalam hati sistematis.”
sepanjang waktu sehingga memudahkan

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |153


Dengan memahami metode yang belum mengenal baca tulis Al-
menghafal Al-Qur’an yang efektif tetap Qur’an. Cara ini biasanya
akan ditemukan kekurangan dan kelebihan mendengarkan dari guru atau
yang akan diatasi. Ada beberapa metode mendengar melalui kaset/murottal Al-
menghafal Al-Qur’an yang sering Qur’an.
dilakukan oleh para penghafal, diantaranya 4) Metode Gabungan. Metode ini
adalah sebagai berikut; merupakan gabungan antara metode
1) Metode Wahdah, yang dimaksud wahdah dan kitabah. Hanya saja
metode ini adalah menghafal satu metode kitabah disini lebih mempunyai
persatu terhadap ayat-ayat yang hendak fungsional sebagai uji coba terhadap
dihafalnya. Untuk mencapai hafalan ayat-ayat yang telah dihafalnya.
awal, setiap ayat dapat dibaca Prakteknya yaitu setelah menghafal
sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kemudian ayat yang telah dihafal
kali atau lebih, sehingga proses ini ditulis, sehingga hafalan akan mudah
mampu membentuk pola dalam diingat.
bayangannya. 5) Metode Jama’, cara ini dilakukan
2) Metode Kitabah, Kitabah artiya dengan kolektif, yakni ayat-ayat yang
menulis. Metode ini memberikan dihafal dibaca secara kolektif, atau
alternatif lain dari pada metode yang bersama-sama, dipimpin oleh
pertama. Pada metode ini penulis instruktur. Pertama si instruktur
terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang membacakan ayatnya kemudian santri
akan dihafalnya pada secarik kertas menirukannya secara bersama-sama.
yang telah disediakan untuk dihafal. 6) Metode Lotre, yakni sebuah metode
Kemudian ayat tersebut dibaca sampai acak yang menggunakan lotre
lancar dan benar kemudian (semacam lotre arisan) yang ditulis
dihafalkannya. dengan juz-juz yang telah dikuasai dari
3) Metode Sima’i, Sima’i artinya hafalan para santri yang telah selesai
mendengar. Yang dimaksud metode ini menyelesaikan hafalan, yakni dengan
adalah mendengarkan suatu bacaan rincian bertahap dari mulai 2 Juz yang
untuk dihafalkannya. Metode ini akan nantinya diambil salah satunya sampai
sangat efektif bagi penghafal yang pada 5 Juz yang kemudian diambil
mempuyai daya ingat extra, terutama acak untuk menghafalnya. Sebagai
bagi penghafal yang tuna netra atau contoh kalau memang mempunyai
anak-anak yang masih dibawah umur hafalan 5 juz, diambil juz 1 dan juz 2

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |154


yang di-lotre-kan dilanjut tiga juz, yang berada di sebelah utara kecamatan
empat juz sampai lima juz dan Senori, yang mana tidak sedikit Pondok
seterusnya. Pesantren berdiri di wilayah tersebut.
Analisis Pencapaian Hafalan Al-Qur’an Dikarenakan masih minim sekali Pesantren
dan Permasalahannya dengan Tahfidz Al-Qur’an di daerah tersebut maka
menggunakan Metode Lotre di Pesantren Pesantren Tahfidz Al-Qur’an At-Tauhid ini
Tahfidz Al-Qur’an At-Tauhid Leran memetakan kebutuhan masyarakat sekitar
Senori Tuban yang mempunyai niat untuk menghafalkan
Dari hasil studi dokumentasi, Al-Qur’an. Semenjak awal memang di
wawancara dan observasi diperoleh pesantren ini fokus dalam mengaji Al-
informasi bahwasanya berdirinya Pesantren Qur’an, maka K. Nashichun lebih
Tahfidz al-Qur’an At-Tauhid Leran Senori mengutamakan mengaji dan menghafal Al-
Tuban dilatarbelakangi adanya keinginan Qur’an dalam setiap kegiatan karena santri
masyarakat sekitar pada lembaga yang menghafal Al-Qur’an harus benar-
pendidikan yang mampu menampung dan benar fokus dengan hafalannya. Nama At-
memberikan pendidikan khusus pada Tauhid sendiri dinisbatkan pada Pondok
program menghafal Al-Qur’an. Pesantren Pesantren At-Tauhid Sidosermo Dalam
Tahfidz Al-Qur’an At-Tauhid didirikan dan Surabaya, karena merupakan tempat
dirintis oleh K. Nasichun beserta istri yang menimba ilmu dari pengasuh Pesantren
berawal dari bangunan musholla yang Tahfidz Al-Qur’an At-Tauhid Leran Senori
berdiri tahun 1987, sebelum berdirinya Tuban.
pesantren tersebut, telah berdiri musholla Metode merupakan suatu prosedur
At-Tauhid yang namanya sama dengan atau cara mengetahui sesuatu, yang
pesantren tersebut dan sudah banyak warga mempunyai langkah-langkah yang
yang belajar mengaji Al-Qur’an di sistematis.” Dengan memahami metode
musholla itu. Tepatnya di tahun 2004 salah menghafal Al-Qur’an yang efektif tetap
satu warga sekitar mempunyai niat kuat akan ditemukan kekurangan dan kelebihan
untuk menghafal Al-Qur’an dan di tahun yang akan diatasi. Pesantren Tahfidz Al-
itu pula mulai berdatangan para santri yang Qur’an At-Tauhid berupaya memberikan
mempunyai niat yang sama untuk sumbangsih kepada masyarakat khususnya
menghafal Al-Qur’an. para penghafal Al-Qur’an dalam metode
Pesantren Tahfidz Al-Qur’an At- menghafal Al-Qur’an pencapaian hafalan
Tauhid ini berada di Jalan Pawirosadir Al-Qur’an dan permasalahannya.. Salah
Leran Senori Tuban. Sebuah desa kecil satunya adalah dengan menerapkan

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |155


beberapa metode yang ada, dari kajian hasil dihafal dibaca secara kolektif, atau
teori dan pengamatan di lapangan dapat bersama-sama, dipimpin oleh
dirumuskan metode lotre melalui proses instruktur. Pertama si instruktur
pelaksanaan menghafal Al-Qur’an dengan membacakan ayatnya kemudian santri
tahapan-tahapan metode-metode yang menirukannya secara bersama-sama.
lainnya, yaitu: 6. Metode Lotre, metode ini
1. Metode wahdah, metode ini digunakan diperuntukkan untuk mereka yang
ketika santri membuat hafalan baru sudah benar-benar menguasai
mereka dengan cara membaca kalimah hafalannya jika dia Lotre 2 juz maka, 2
per kalimah, ayat per ayat, surat per juz tersebut benar-benar ia ingat dan
surat bahkan juz per juz sehingga mahir dalam menghafalkan di depan
terangkailah hafalan mereka. guru. Dan metode lotre ini ditempuh
2. Metode sima’i, metode ini banyak dari berbagai metode yang telah
diterapkan oleh para santri di tingkat dilakukan, dan santri dalam menempuh
MI/SD karena melihat faktor usia dan metode lotre ini sudah terbiasa
keadaan mereka yang sebagian besar membaca dalam ingatan 5 juz sehari
metode menghafal mereka dengan semalam bahkan lebih. Hal tersebut
mendengarkan hafalan dari salah satu yang menjadi solusi santri ketika akan
gurunya. mencapai tahap lotre tersebut.
3. Metode kitabah, metode ini digunakan Kegiatan-kegiatan yang ada di
oleh santri yang lebih suka corat coret pesantren ini adalah fokus dalam menghafal
di kertas untuk mengingat-ingat Al-Qur’an, salah satunya adalah wajib
hafalannya, agar mudah untuk diingat setoran tambahan hafalan baru di pagi hari
dan dihafalkan. setelah subuh yang dibimbing oleh Hj.
4. Metode gabungan, metode ini Fuaida Tuzka (putri K. Nashihun). Hafalan
diterapkan santri ketika dalam suasana baru ini dari pihak pesantren tidak
bosan dengan hafalan yang tidak mentarget seberapa halaman atau juz, tapi
nyanthol-nyanthol dalam ingatannya. melihat kemampuan masing-masing dari
Sehingga mereka mencari alternatif santri, dan rata-rata santri menambah
bagaimana agar hafalannya bisa diingat hafalan baru satu halaman disetiap pagi
dalam pikiran dan mudah untuk hari. Selain setoran hafalan baru, ada
dihafalkan. setoran hafalan yang pernah dihafalkan
5. Metode Jama’, cara ini dilakukan santri di malam hari setelah sholat isya’
dengan kolektif, yakni ayat-ayat yang yang dibimbing oleh H. Achmad Atieq

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |156


(menantu K. Nashihun) dan ini sifatnya tersebut dibagi di awal pukul 08.00 sampai
wajib bagi seluruh santri atau bisa disebut 09.00 untuk tambahan hafalan baru dengan
dengan setoran deresan, dari setoran menggunakan metode wahdah, metode
deresan ini santri mengulang-ulang hafalan kitabah, bahkan metode gabungan yang
yang pernah dihafalkannya minimal 2 disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
halaman, tetapi dari observasi yang Selanjutnya pukul 09.00 sampai pukul
dilakukan oleh peneliti para santri rata-rata 11.00 untuk saling menyimak dan saling
setoran deresan ini seperempat juz (2 membaca antar santri atau disebut dengan
halaman setengah) dan setengah Juz metode sima’i , alasan dari kegiatan ini
(sepuluh halaman). Dari dua kegiatan ini agar santri benar-benar siap untuk disimak
adalah sebagai tolak ukur seberapa oleh siapa pun itu ketika hafalan yang
kemampuan dan keseriusan santri dalam pernah disetorkan itu pernah dan bisa
menghafalkan Al-Qur’an sampai khatam 30 dihafal secara lancar.
Juz. Dan disetiap setoran hafalan ada buku 2. Muroja’ah
catatan hafalan yang dipegang oleh masing- Kegiatan muroja’ah ini merupakan
masing santri, sehingga dari buku catatan kegiatan penguat dalam menghafal Al-
tersebut bisa menjadi motivasi santri dalam Qur’an, bentuk kegiatan ini adalah
menghafalkan Al-Qur’an dan mentarget mengulang-ulang hafalan yang pernah
hafalan para santri disetiap harinya. dihafalkan dan disetorkan kepada guru,
Adapun bentuk-bentuk kegiatan menghafal baik itu menulang-ulang hafalan dua
Al-Qur’an Pesantren Tahfidz Al-Quur’an halaman, seperempat juz (dua setengah
At-Tauhid leran Senori Tuban adalah halaman), setengah juz (10 halaman)
sebagai berikut: bahkan satu juz (20 halaman). Kegiatan ini
1. Mudarosah (Jam Belajar) dilakukan sendiri oleh masing-masing
Sebagaimana yang dijelaskan santri tanpa ada pengawasan dari guru
sebelumnya dalam menghafal Al-Qur’an karena sebagai latihan dalam bertanggung
pesantren ini tidak hanya membiarkan para jawab pada diri sendiri dan disiplin dalam
santri menghafal dengan metode mereka menghafal Al-Qur’an, bukan seorang yang
masing-masing tetapi ada jadwal kegiatan menghafal itu tiba-tiba langsung maju dan
yang menjadi motivasi tersendiri dalam setor hafalan kepada guru secara langsung,
menghafalkan Al-Qur’an. Sebagaimana namun ada tahap-tahap dalam
halnya sekolah formal, di pesantren ini juga menghafalkan agar benar-benar siap untuk
ada jam wajib belajar yakni mulai pukul disetorkan kepada guru dan lancar.
08.00 sampai pukul 11.00, waktu 4 Jam

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |157


Muroja’ah ini ada dua kali dalam santri harus benar-benar menguasai hafalan
kegiatan setiap hari yaitu muroja’ah pada dan konsentrasi.
pukul 12.15 sampai pukul 14.00 karena Terdapat buku catatan setoran
waktu tersebut adalah termasuk waktu yang tersendiri ketika santri melakukan setoran
sesuai untuk mengulang-ulang hafalan yang hafalan Al-Qur’annya, sebagai penanda
pernah dihafalkan, bukan menambah seberapa hafalan masing-masing santri dan
hafalan baru. Dan muroja’ah pada pukul sebagai absen santri yang bisa dideteksi
20.00 sampai pukul 21.00 , waktu tersebut lewat buku catatan setoran tersebut. Buku
merupakan waktu istirahat setelah setoran catatan setoran tersebut memuat, hari
hafalan kepada guru, dan dilanjut dengan tanggal, hafalan baru, hafalan deresan dan
muroja’ah oleh masing-masing santri pada tanda tangan oleh guru. Dan juga sebagai
hafalan yang telah dihafalkan. Jadi motivasi santri dalam mentarget hafalannya
muroja’ah adalah kegiatan mengulang- disetiap hari.
ulang hafalan yang pernah dihafalkan agar 4. Lotre
tetap bisa dibaca dalam hafalan baik itu Lotre adalah semacam sistem acak
satu hari membaca dalam ingatan 5 juz dan atau sebuah lotre arisan yang mana dari
seterusnya yang menjadi modal dan bekal kedua belah pihak sama-sama tidak tahu
ketika dalam tahap hafalan dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Lotre ini
menggunakan metode lotre . dibuat sendiri oleh santri dengan cara
3. Setoran menulis juz per juz di kertas dan dibentuk
Setoran merupakan kegiatan inti seperti lotre arisan. Metode lotre ini
dari semua kegiatan yang ada, karena pada digunakan dalam menghafal Al-Qur’an
kegiatan ini adalah sebagai target adalah ketika santri sudah benar-benar hafal
pencapaian dan keseriusan santri dalam juz per juz dari hafalan yang telah
menghafal Al-Qur’an. Disini santri benar- dihafalkan.
benar tertantang dengan hafalan yang Misalkan santri tersebut hafal dua
ditambah dengan menyetorkan hafalan juz, yakni juz satu dan juz dua, maka yang
kepada guru, disinilah ketika konsentrasi dipersiapkan santri adalah kertas yang
kurang, hafalan belum siap maka hafalan bertuliskan juz satu dan juz dua, kemudian
yang disetorkan benar-benar tidak bisa di lotrekan oleh si guru. Jadi, juz yang
diucapkan. Sebagian besar santri setoran keluar bukan kehendak dari santri bukan
dengan satu halaman dan ada yang pula kehendak dari guru, namun sesuai
setengah halaman bagi santri pada usia lotrean yang muncul. Sehingga ketika
jenjang MI/SD. Oleh karenanya, ditahap ini santri sudah mempersiapkan hafalan dua

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |158


juz harus-harus benar-benar hafal ketika benar-benar menyiapkan hafalan setiap
lotrean tersebut muncul. Tidak hanya juznya dengan lancar yang ditempuh
berhenti di dua juz itu saja namun, berlanjut dengan berbagai metode sebelumnya yakni
pada lotrean tiga juz, empat juz bahkan dari mulai pertama kali menghafal dengan
sampai pada 5 juz. metode yang disesuaikan dengan
Jadi, selama satu hari kemampuan masing-masing, metode
mempersiapkan lima juz ketika santri sudah wahdah, metode sima’i, metode kitabah,
pada tahap hafal seluruh 30 juz tersebut metode gabungan ataupun metode jama’
yang telah disetorkan kepada guru. Dapat selanjutnya baru pada tahap metode lotre.
dicontohkan hari sabtu, juz 1 sampai juz 5, Jadi menghafal Al-Qur’an 30 Juz secara
hari minggu juz 6 sampai juz 10, hari senin lancar itu tidak semudah menghafal
juz 11 sampai juz 15, hari selasa juz 16 pelajaran yang lain, namun benar-benar
sampai 20, hari rabu juz 21 sampai juz 25 harus konsentrasi dan memerlukan bacaan
dan di hari kamis juz 26 sampai juz 30. Dan yang berulang-ulang agar hafalan tersebut
metode lotre ini bagi santri yang telah dan tetap bisa diingat kapan pun itu.
benar-benar menguasai dari tiap-tiap juz di Berdasarkan hasil observasi
dalam Al-Qur’an dan metode lotre ini ditemukan bahwasanya santri tersebut
dilakukan pada malam hari ketika pada memulai hafalan Al-Qur’an juga ketika dia
kegiatan setoran. Jadi metode lotre ini masih aktif sekolah, dan hal yang
disiapkan oleh pesantren tahfidz Al-Qur’an menakjubkan bukan hanya dia mampu
At-Tauhid dan dilaksanakan oleh para menghafal Al-Qur’an 30 Juz dengan lancar
santri sebagai bekal mereka ketika sudah namun juga dia mendapatkan peringkat 3
tidak berada dilingkungan pesantren dan besar di sekolahnya. Jadi Al-Qur’an bukan
sudah dalam rutininas kesibukan dalam suatu penghambat pada kegiatan lain justru
setiap harinya, agar hafalan Al-Qur’an yang dengan konsentrasi dan fokus menghafal
pernah dihafal bisa bisa tetap terbaca dalam Al-Qur’an menjadi mudah segala kegiatan
ingatan secara lancar. yang dilakukan dan itu bisa dinamakan
Berdasarkan hasil wawancara barokah dari pada Al-Qur’an. Dan dengan
dengan salah satu santri yang sudah khatam kesibukan yang lain selain menghafal dan
dan lancar hafalannya dengan menjaga hafalan Al-Qur’an yaitu mengajar
menggunakan metode lotre tersebut, disekolah dan lain sebagainya, ditemukan
menyebutkan bahwasanya menghafal Al- santri tersebut masih bisa menjaga,
Qur’an dengan menggunakan metode lotre menghafal dan mengingat hafalan Al-
menjadi tantangan tersendiri yakni harus Qur’annya.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |159


Pencapaian hafalan Al-Qur’an juga menghafal Al-Qur’an 30 juz dan lancar,
mempunyai faktor-faktor tertentu bagi sehingga metode lotre ini menjadi suatu hal
santri di Pesantren tersebut, antara lain yang membonsankan terhadap santri yang
adalah: 1) Adanya metode yang mempunyai karakter tersebut. 2)
mendukung; salah satunya adalah metode Kurangnya dukungan dari keluarga, yang
lotre yang menjadi tantangan bagi para beranggapan menghafal Al-Qur’an
santri agar menghafalkan dengan sungguh- dikemudian hari tidak akan mendapatkan
sungguh dan mengkhatamkan serta pekerjaan di instansi pemerintah; banyak
melancarkan hafalannya. Karena banyak orang tua yang beranggapan bahwasanya
ditemukan ketika seorang santri menghafal anak-anak mereka bisa mendapatkan
ternyata tidak sampai di akhir juz 30 dan pekerjaan dengan gaji yang tinggi ketika
berhenti ditengah jalan. 2) Dengan anak-anak mereka sekolahkan di jenjang
menggunakan berbagai metode yang pendidikan yang menghasilkan ijazah,
disesuaikan dengan kemampuan santri, memang tidak bisa dipungkiri bahwasanya
lebih bisa memudahkan para santri ijazah sangat penting bagi orang-orang
menemukan metode yang sesuai dengan yang menginginkan kehidupan yang lebih
kemampuan mereka. Dan 3) Adanya guru layak. Begitupun juga bagi para orang tua
penghafal Al-Qur’an; dengan adanya guru santri yang terkadang mempunyai
yang berkecimpung langsung dalam dunia kecemasan ketika anak-anak mereka hanya
menghafal dan guru yang pernah menghafal menghafal Al-Qur’an saja. Hal ini yang
Al-Qur’an dengan khatam 30 Juz serta menjadikan para santri terkadang bimbang
lancar menjadi nilai tersendiri dalam dalam menghafalkan Al-Qur’an dan
memahami santri yang menghafalkan Al- menjadi pemicu kendala dan hambatan
Qur’an dengan berbagai kemampuan dan target menghafal Al-Qur’an 30 Juz. Dan 3)
karakter masing-masing santri. Karena Tidak diperbolehkannya untuk mengikuti
terkadang ditemukan santri yang musabaqoh tilawatil Qur’an karena
mempunyai niat menghafal akan tetapi berpedoman pada dawuh KH. Arwani
tidak ada bahkan tidak mendapatkan guru Amin Kudus; melihat para guru di
penghafal Al-Qur’an. pesantren tersebut yaitu putra-putri K.
Adapun permasalahan yang Nashihun selaku pengasuh pesantren
dihadapi oleh para santri ketika menghafal tersebut, menyebutkan bahwasanya
Al-Qur’an adalah:1) Metode lotre menjadi siapapun itu baik yang mengaji binnadzar
suatu hal yang menakutkan bagi para santri atau pun menghafal Al-Qur’an sangat tidak
yang tidak sepenuhnya mempunyai niat diperbolehkan untuk mengikuti lomba-

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |160


lomba yang berbau Al-Qur’an salah pada 5 Juz yang kemudian diambil
satunya adalah Musabaqoh Tilawatil acak untuk menghafalnya. Sebagai
Qur’an yang menjadi agenda kecamatan contoh kalau memang mempunyai
Senori setiap tahunnya. Karena pernah hafalan 5 juz, diambil juz 1 dan juz 2
ditemukan kasus tersebut yang mana ada yang di-lotre-kan dilanjut tiga juz,
salah satu santri di pesantren ini yang empat juz sampai lima juz dan
mengikuti perlombaan di sekolah atas seterusnya.
utusan gurunya, namun dengan penjelasan 2. Pencapaian hafalan Al-Qur’an dengan
yang bisa dipahami akhirnya pihak sekolah menggunakan metode lotre ini adalah
pun memahami latar belakang alasan santri menjadi tertantang untuk
tersebut. menghafalkan Al-Qur’an secara serius
agar ketika pada tahap metode ini
SIMPULAN santri benar-benar bisa menguasai dan
Metode lotre di Pesantren Tahfidz hafal dengan lancar hafalan Al-Qur’an
Al-Qur’an At-Tauhid dapat diambil yang akan disetorkan bahkan tetap
kesimpulan sebagai berikut; ingat meskipun sudah dalam kesibukan
1. Metode lotre adalah sebuah metode yang lainnya. Bentuk permasalahannya
acak yang menggunakan lotre adalah santri merasa metode lotre
(semacam lotre arisan) yang ditulis tersebut suatu hal yang menakutkan
dengan juz-juz yang telah dikuasai dari karena ketika tahap lotre ini santri
hafalan para santri yang telah selesai perlu melalui metode-metode
menyelesaikan hafalan, yakni dengan sebelumnya yakni metode wahdah,
rincian bertahap dari mulai 2 Juz yang metode sima’i, metode kitabah, metode
nantinya diambil salah satunya sampai gabungan dan metode jama’.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |161


DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006.

Cherry, Hendra, Introducing to Psychology, California: California Media International, 2012.

Danim, Sudarwan dan Khairil, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru,Bandung:


Alfabeta, 2010.

Ernayanti, Eli, Implementasi Metode Takrir dalam Menghafal Al-Qur’an di Pondok


Pesantren Madrasatul Qur’an Tebuireng, 2009.

Farah, Caesar Es. Islam Belief and Observances, Amerika: Barron’s education, 1987.

Al-Hafidz, Ahsin W. Bimbingan Praktis Menghafal l-Qur’an, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

J , Lexy Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rasdakarya, 2004.

Kristi , E. Purwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, Jakarta: Lembaga


Pengembangan Sarana Pengukuran Dan Pendidikan Psikologi, 1998, Cet, Ke-1.

Kuntowijoyo, Paradigma Islam, Bandung: Mizan, 1990.

Al-Lahim, Khalid Bin Abdul Karim Mengapa Saya Menghafal Al-Qur’an, Surakarta: Daar
An-Naba’, 2008.

Malichah, Nurul, Penerapan Metode Tahfidz Al-Qur’an pada Santri Usia 6-11 Tahun di
Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Anak-anak Kudus Jawa Tengah, DigitalLibrary
UIN Sunan Kalijaga.

Miles Dan Huberman Dalam Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk
Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2012.

Muhadjir, Noeng ,Metodologi Penelitian Kualitatif , Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000.

Murad, Khurram, Membangun Generasi Qur’ani, Jakarta: Media Da’wah, 2009.

Muhammad, Ahsin Sakho, Kiat-kiat Menghafal Al-Qur’an , Jawa Barat: Badan Koordinasi
TKQ-TPQ-TQA.

Purwanto, Setiyo, Hubungan Daya Ingat Jangka Pendek dan Kecerdasan Dengan Kecepatan
Belajar Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta dalam
shuhuf, 19 (1), 2007.

Qomar, Mujamil Epistimologi Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga, 1995.

Rabb Nawabuddin, Abdul, Metode Efektif Menghafal Al-Qur’an,Jakarta: Tri Daya Inti.

Rauf, Abdul Aziz Abdul, Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur’an Da’iyah, Bandung: Syaamil
Cipta Media, 2004.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |162


Yayan, Masagus H.A. Fauzan, Quantum Tahfid, Jawa Barat: Emir, 201 Yunus, Mahmud,
Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1999.

Zen, Muhaimin, Tata Cara/ Problematika Menghafal Al-Qur’an dan Petunjuk-petunjuknya,


Jakarta: Pustaka Alhusna,1985.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |163


STUDI EVALUASI PELAKSANAAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DALAM
IMPLEMENTASI KTSP DI SMP NEGERI KABUPATEN GIANYAR
1)
Hery Nugroho dan 2)Ni Ketut Suriati
STMIK Primakara
Email: herynugroho1982@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh: (1) gambaran atau deskripsi tentang efektivitas
pelaksanaan pendidikan Budi Pekerti ditinjau dari konteks di SMP Kabupaten Gianyar, (2).
gambaran atau deskripsi tentang efektivitas pelaksanaan pendidikan Budi Pekerti ditinjau
dari inp-utdi SMP Kabupaten Gianyar,(3) gambaran atau deskripsi tentang efektivitas
pelaksanaan pendidikan Budi Pekerti ditinjau dari proses di SMP Kabupaten Gianyar,dan
(4). Gambaran atau deskripsi tentang efektivitas pelaksanaan pendidikan Budi Pekerti
ditinjau dari prduk di SMP Kabupaten Gianyar. Penelitian ini termasuk jenis penelitian
evaluatif dengan mengadopsi model evaluasi CIPP. Variabel konteks diukur dengan
instrumen berupa kuesioner konteks, variabel input diukur dengan instrumen berupa
kuesioner input, dan variabel proses diukur dengan instrumen berupa kuesioner proses,
Variabel produk diukur dengan instrumen berupa kuesioner produk. Sampel penelitian
berjumlah 9 Kepala sekolah, 27 guru , dan 369 siswa pada SMP Negeri Kabupaten Gianyar
yang diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara random. Data yang
berupa skor variabel konteks, skor variabel input, dan skor variabel proses dan produk
selanjutnya dianalisis dengan jalan mengubah skor tersebut ke skor-t. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1), pelaksanaan pendidikan Budi Pekerti adalah efektif ditinjau dari
konteks di SMP Kabupaten Gianyar (2) pelaksanaan pendidikan Budi Pekerti adalah tidak
efektif ditinjau dari input di SMP Kabupaten Gianyar 3) pelaksanaan pendidikan Budi
Pekerti adalah tidak efektif ditinjau dari proses di SMP Kabupaten Gianyar, (4) pelaksanaan
pendidikan Budi Pekerti adalah efektif ditinjau dari proses di SMP Kabupaten Gianyar, . (5)
kendala pengimplementasian pendidikan budi pekerti adalah tidak terakomodasinya nilai
budi pekerti yang berkembang di masyarakat. Setelah diinterpretasikan dalam criteria
efektivitas kuadran Glickman, efektivitas pelaksanaan pendidikan Budi Pekerti termasuk
dalam kuadran kurang efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa SMP Negeri
Kabupaten Gianyar kurang efektif melaksanakan pendidikan budi pekerti ditinjau dari segi
konteks, input, proses dan produk.

Kata Kunci: Studi Evaluasi, Pendidikan Budi Pekerti, Konteks, Input, Proses, Produk

Abstract
This research aims to obtain: (1) the description or description about the effectiveness of the
implementation of the educational Character of the context of Gianyar in junior high, (2) the
description or description about the effectiveness of the implementation of the education of
minds. Pekerti reviewed from inp-utdi Junior Gianyar Regency, (3) the description or
description about the effectiveness of the implementation of the education process in terms of
Manners in the Junior High School of Gianyar Regency, and (4). A picture or a description
of the effectiveness of the implementation of the educational Character of prduk Junior High
School in Gianyar Regency. This research includes the type of evaluative research by
adopting the model of evaluation of CIPP. Context variables measured with instruments in
the form of a questionnaire context, input variables are measured with instruments in the
form of questionnaire input, and process variables measured with instruments in the form of
the questionnaire process, variable product is measured by instruments in the form of a
questionnaire product. Sample research totalling 9 27 principal, teacher, and Junior High
School students in the country 369 Gianyar Regency is drawn using random sampling
techniques. The data in the form of a score variable context, the score variable inputs, and
product and process variables score further analyzed with the road changed the score to a t-
score. The results showed that: (1) education, implementation of Manners is effective in
terms of the context of Gianyar in junior high (2) implementation of Character education is
not effective in terms of input in Gianyar Junior 3) implementation of Character education is
not effective in terms of the process of Gianyar in junior high, (4) the implementation of
Character education is effective in terms of the process of Gianyar, in junior high. (5)
educational implementation constraints manners is not terakomodasinya the value of the
character that develops in the community. Once interpreted in a quadrant of the effectiveness
criteria Glickman, the effectiveness of the implementation of Character education are
included in the quadrant less effective. Thus it can be concluded that the SMP Negeri
Gianyar Regency less effectively implement character education in terms of context, input,
process and product.

Keywords: Evaluation Studies, Education, Manners, Context, Input, Process, Product

PENDAHULUAN sangat pesat dewasa ini yang popular


Masalah pendidikan diakui sangat dengan sebutan zaman globalisasi seperti
penting dan strategis, karena melalui sekarang ini, dengan kemajuan ilmu
pendidikan, program mencerdaskan bangsa pengetahuan dan teknologinya memiliki
dapat ditingkatkan dan dikembangkan. pengaruh besar terhadap terjadinya
Segala kebijakan yang ditempuh untuk pembauran antar bangsa-bangsa di
peningkatan dan pengembangan pendidikan dunia.Dalam hal ini bukannya kita menolak
telah dilakukan oleh pemerintah atau keberadaannya, namuan yang paling kita
lembaga-lembaga yang bertanggungjawab khawatirkan adalah terjerumusnya para
terhadap penyelenggaraan pendidikan. remaja kedalam pergaulan itu dan mengikis
Namun, secara umum, masih dirasakan nilai budaya dan adat ketimuran di negeri
peningkatan kualitas sumber daya manusia ini.Untuk menangkal atau mencegah makin
belum mencapai mutu atau kualitas yang merebaknya prilaku amoral pada siswa
kompetitif. (Sagala, 2004:1). Sektor sekolah, diperlukan pendidikan budi pekerti
pendidikan merupakan salah satu sektor yang menanamkan nilai-nilai moral pada
yang cukup strategis dalam rangka diri siswa.
pengelolaan sumber daya manusia, guna Adapun alokasi waktu mata pelajaran
menghasilkan sumber daya manusia yang budi pekerti ditetapkan 1 jam pelajaran
bermutu, agar siap menghadapi segala yang merupakan cerminan nilai-nilai moral
macam tantangan dalam persaingan peserta didik secara utuh dari hasil
global.Dengan kemajuan zaman yang akumulasi nilai-nilai moral semua mata
pelajaran.Adalah sangat bijaksana bila 2.3 Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan
setiap kita melakukan suatu kegiatan dan pendidikan budi pekerti ditinjau dari segi
mengevaluasinya kembali langkah-langkah proses di SMP Negeri Kabupaten Gianyar?
yang telah kita jalani. Karena mengkaji apa 2.4 Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan
yang telah dicapai dan apa yang sedang pendidikan budi pekerti ditinjau dari segi
berlangsung pada suatu program produk di SMP Negeri Kabupaten Gianyar?
merupakan suatu ikhtiar yang sangat PengertiandanMakna Budi Pekerti
positif. Dengan melakukan hal itu kita Pengertian budi pekerti mengacu
dapat memilah hal-hal yang baik dari pada pengertian dalam bahasa inggris, yang
sekumpulan tindakan yang telah dilakukan diterjemahkan sebagai moralitas. Moralitas
dan merevisi rencana yang belum mengandung beberapa pengertian antara
dilakukan bila dipandang perlu. lain: (a) adat istiadat, (b) sopan santun, (c)
Demikian juga halnya dengan perilaku. Namun, pengertian budi pekerti
pelaksanaan pendidikan budi pekerti di secara hakiki adalah perilaku. Semenara itu
SMP Negeri di Gianyar sangat penting menurut draft kurikulum berbasis
untuk di evaluasi. Dari evaluasi yang kompetensi (2001), budi pekerti berisi nilai
sifatnya formatif ini diharapkan akan perilaku manusia yang akan diukur
diproleh feedback untuk perbaikan program menurut kebaikan dan keburukannya
tersebut, sehingga keunggulan-keunggulan melalui norma agama, norma hukum, tata
program tersebut dapat dilanjutkan dan krama dan sopan santun, norma budaya dan
kelemahan-kelemahan program tersebut adat istiadat masyarakat. Budi Pekerti akan
dieliminasi untuk kesempurnaan program mengidentifikasi perilaku positif yang
selanjutnya. diharapkan dapat terwujud dalam
Berdasarkan latar belakang perbuatan, perkataan, pikiran, sikap,
masalah, identifikasi masalah dan perasaan, dan kepribadian peserta didik.
pembatasan masalah, maka rumusan Pendidikan budi pekerti adalah suatu
masalah dapat dijelaskan sebagai berikut: program pendidikan yang mengutamakan
2.1 Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan pendidikan moral, tingkah laku dan
pendidikan budi pekerti ditinjau dari segi perbuatan, pendidikan budi pekerti pada
konteks di SMP Negeri Kabupaten setiap sekolah sangat dibutuhkan melihat
Gianyar? banyak para siswa khususnya yang masih
2.2 Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan duduk di SMP melakukan pekerjaan yang
pendidikan budi pekerti ditinjau dari segi dapat dijerat dengan undang-undang dan
input di SMP Negeri Kabupaten Gianyar? KUHP seperti mencopet, mencuri, berlaku
kurang senonoh dan sebagainya, pada hal yang padu (integrated) dan bersinergi
program pendidikan budi pekerti para siswa setu sama lain, tidak bisa dilepaspisahkan.
diwajibkan pada setiap hari dan disetiap Paradigma pendidikan nasional harus
tempat untuk dapat menghargai orang lain bertumpu pada akar kebudayaan nasional
dan menghargai lingkungan disekitarnya. yang bersumber dari kearifan-kearifan lokal
Setiap siswa diwajibkan untuk tidak yang diperoleh dari nilai-nilai budaya, adat
melakuka kegiatan yang membahayakan istiadat, moral dan budi pekerti yang
orang lain atau merugikan orang lain berkembang dalam masyarakat.
dengan adanya program pendidikan budi Di samping itu dengan maraknya
pekerti yang dilaksanakan secara teratur perilaku menyimpang atau amoral-asusila
dan dimasukan kekurikulum KTSP maka seperti perkelahian massal,tawuran siswa,
setiap orang mendapat perlindungan yang penyalahgunaan narkoba, penyebaran HIV-
sama di muka hukum. AIDS, dan pelanggaran tata tertib maka
Pendidikan Budi Pekerti di Era diperlukan upaya pencegahan dan
Reformasi – Globalisasi penyembuhannya. Salah satu upaya yang
Dalam kajian kebudayaan, nilai dirasa paling pas dan masuk akal untuk
merupakan inti dari setiap kebudayaan menangkal atau mencegah makin
(Nurul Zuriah, 2007: 7). Dalam konteks ini, merebaknya perilaku amoral peserta didik.
khususnya nilai-nilai moral yang Pendidikan budi pekerti dilaksanakan
merupakan sarana pengatur dari kehidupan secara terintregasi untuk pembentukan
bersama. Lebih lagi di era globalisasi yang watak kepribadian peserta didik secara utuh
berada dalam dunia yang terbuka, ikatan yang tercermin pada perilaku berupa
nilai-nilai moral mulai ucapan, perbuatan, sikap, pikiran, perasaan,
melemah.Pendidikan di seluruh dunia kini kerja, dan hasil karya yang baik.
sedang mengkaji kembali perlunya Oleh karena itu, dalam tataran
pendidikan moral atau pendidikan budi implementasi dan realisasi pendidikan budi
pekerti atau pendidikan karakter pekerti perlu diwujudkan dalam lingkungan
dibandingkan kembali. Bahkan dinegara- keluarga, masyarakat, dan sekolah secara
negara industri dimana ikatan moral terpadu. Dengan sendirinya pelaksanaan
menjadi semakin longgar, masyarakatnya pendidikan budi pekerti di sekolah perlu
mulai merasakan perlunya revival dari didukung oleh keluarga dan masyarakat.
pendidikan moral yang pada akhir-akhir ini Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan
mulai ditelantarkan.Dalam hal ini formal perlu mengambil peran dalam
pendidikan dan kebudayaan adalah suatu pengembangan sisi afektif peserta didik.
Dengan kata lain, dalam pelaksanaan Menghargai Kesehatan, (20) Pengabdian,
pendidikan budi pekerti, sekolah perlu lebih (21) Patriotik, (22) Pengendalian Diri, (23)
menekankan pada pembinaan perilaku Produktif, (24) Rajin, (25) Rasa Memiliki,
peserta didik karena budi pekerti pada (26) Rela Berkorban, (27) Rendah Hati,
dasarnya bukan penguasaan pengetahuan (28) Sabar, (29) Setia, (30) Sportif, (31)
atau penguasaan aspek afektif dirasa Syukur, (32) Tanggungjawab, dan (33)
kurang efektif. Tertib dimana saat ini telah berkembang
Penanaman Nilai Budi Pekerti Pada terus disesuaikan dengan kebutuhan dan
jenjang Pendidikan Formal kearipan lokal.. Untuk itu sangat potensial
Budi pekerti adalah nilai-nilai hidup bila nilai-nilai budi pekerti dikembangan
manusia yang sungguh-sungguh sesuai dengan potensi budaya daerah,
dilaksanakan bukan karena sekadar terlebih lagi nilai-nilai budi pekerti yang
kebiasaan, tetapi berdasar pemahaman dan diintegrasikan dengan pendidikan Agama.
kasadaran sendiri untuk menjadi baik. Nilai-nilai budi pekerti sebenarnya
Nilai-nilai yang disadari dan dilaksanakan telah banyak menjadi kajian-kajian dalam
sebagai budi pekerti hanya dapat diperoleh bidang psikologi walaupun dengan sebutan
melalui proses yang berjalan sepanjang yang berbeda-beda. Dikatakan demikian
hidup manusia. Budi pekerti didapat karena dimensi-dimensi budi pekerti
melalui proses internalisasi dari apa yang ia merupakan aspek-aspek yang tumbuh dan
ketahui, yang membutuhkan waktu berkembangan dalam diri individu sejalan
sehingga terbentuklah pekerti yang baik dengan perkembangan sepanjang rentang
dalam kehidupan umat manusia.Mengacu kehidupannya. Seperti dimensi
pada Pedoman Umum Pendidikan Budi berkepribadian, disiplin, bersahaja, empati,
Pekerti Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan komitmen, mandiri, pengendalian diri,
Menengah (Diknas, 2003), telah tanggungjawab dan hampir semua dimensi
dideskripsikan nilai-nilai budi pekerti yang dipaparkan sebagai dimensi budi
seperti berikut: (1) Adil, (2) pekerti tersebut merupakan potensi yang
Berkepribadian, (3) Bersahaja, (4) bersemayam dalam diri setiap individu,
Bijaksana, (5) Demokratis,(6) Disiplin, (7) dimana (Carkhuff, 1983; Hurlock, 1996)
Empati, (8) Hormat, (9) Ikhlas,(10) Iman, dan Schein (1991) menyebutnya dengan
(11) Kasih Sayang, (12) Kebersamaan, (13) potansi laten, dan potensi tersebut akan
Komitmen, (14) Kooperatif, (15) Kukuh berkembang dengan baik jika ada kondisi
Hati, (16) Mandiri, (17) Manusiawi, (18) yang baik untuk menstimulinya.Nilai-nilai
Menghargai Karya Orang Lain, (19) yang akan ditawarkan dan ditanamkan
kepada siswa harus dilaksanakan secara METODE
bertahap sesuai dengan tugas Secara metodologis, penelitian ini
perkembangan kejiwaan anak.Pada tahap termasuk penelitian evaluatif karena
awal proses penanaman nilai, anak berorientasi pada analisis berdasarkan
diperkenalkan pada tatanan hidup bersama. pendekatan evaluasi program yang
Tatanan hidup dalam masyarakat tidak berorientasi pada pengelolaan suatu
selalu seiring dengan tatanan yang ada program yaitu suatu gambaran yang
dalam keluarga. Pada tahap awal, anak menunjukkan prosedur dan proses
diperkenalkan pada penalarannya, tahap pelaksanaan program, selain itu juga
demi tahap. Semakin tinggi tingkat menganalisis pelaksanaan program dengan
pendidikan anak, maka semakin mendalam menganalisis variabel-variabel dalam
unsur pemahaman, argumentasi, dan model “CIPP” yang dikonfirmasikan
penalarannya. Nilai-nilai hidup yang dengan target sasaran yang merupakan
diperkenalkan dan ditanamkan ini ukuran pencapaian suatu program.
merupakan realitas yang ada dalam
1. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
masyarakat kita.Berlandaskan pada konsep Untuk memperoleh data yang akan di
pendidikan sebagai suatu sistim maka analisis maka diperlukan metode
pendidikan dipandang sebagai rangkaian pengumpulan data. Pengumpulan data
komponen komponen yang satu dengan adalah prosedur yang sistematis dan standar
lainnya saling berhubungan dan saling untuk memperoleh data yang diperlukan
menentukan. Komponen tersebut meliputi : (Sutrisno Hadi 1998: 231). Metode
latar,input, proses dan output. Output yang pengumpulan data ada bermacam-macam
berkwalitas merupakan salah satu indikator seperti yang dikemukakan oleh (Bagus
Sekolah yang bermutu. Kualitas output Nugroho 2005: 16) metode pengumpulan
ditentukan oleh kualitas konteks,input dan data yang dipergunakan dalam
proses yang terlibat dalam konsep pengumpulan data antara lain kuisioner,
pendidikan sebagai sistim. Hal ini berarti tes, pengukuran, wawancara, pencatatan
bahwa efektifitas penerapan pendidikan dokumen dan observasi.Didalam penelitian
budi pekerti di kabupaten Gianyar ini, teknik yang dipergunakan untuk
tergantung pada efektif tidaknya komponen pengumpulan data adalah sebagai berikut :
penentunya seperti konteks, input dan 1. Kuesioner, yaitu daftar pertanyaan
prosesnya. yang disebarkan kepada seluruh
responden yang terpilih.
2. Wawancara, yaitu tanya jawab selanjutnya dikenal dengan data variabel
dilakukan kepada Kepala sekolah, guru input, skorvariabel proses selanjutnya
dan siswa kelas IX yang mendapat dikenal dengan data variabelproses dan
pendidikan budi pekerti di SMP skorvariabel produk selanjutnya dikenal
Kabupaten Gianyar bertujuan untuk dengan data variabel produk.Hasil
menggali informasi yang lebih penelitian ini telah menemukan bahwa (1)
mendalam tentang pendidikan budi Pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti di
pekerti dan KTSP. SMP Negeri Kabupaten Gianyar ditinjau
3. Observasi, yaitu pengamatan untuk dari komponen konteks, yang meliputi yang
memperdalam dan memperkaya data terdiri dari aspek Visi, Misi, Lingkungan
yang diteliti dengan melihat secara sekolah dan program sekolah efektif, (2)
langsung pengajaran pendidikan budi Pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti di
pekerti. SMP Negeri Kabupaten Gianyar ditinjau
4. Metode dokumentasi dilakukan untuk dari komponen input, yang meliputi aspek
melengkapi data penelitian. manajemen sekolah, sarana dan prasarana
Dokumentasi yang dibutuhkan adalah sekolah, dan kompetensi guru kurang
dokumen internal yang terkait dengan efektif, (3) Pelaksanaan Pendidikan Budi
permasalahan yang telah dirumuskan. Pekerti di SMP Negeri Kabupaten Gianyar
Melalui metode dokumentasi ditinjau dari komponen proses, yang
diharapkan dapat dijadikan bahan meliputi aspek perencanaan pembelajara,
triangulasi untuk menyesuaikan data- proses pembelajara dan penilaian hasil
data yang diperoleh selama penelitian belajar kurang efektif, dan (4) Efektivitas
berlangsung. Instrumrn pengumpulan pelaksanaan pendidikan budi pekerti di
data dibuat berdasarkan kisi – kisi SMP Negeri Kabupaten Gianyar ditinjau
instrumen penelitian. dari segi produk yang terdiri dari aspek
afektif siswa efektif. Apabila efektivitas
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti di
Objek dalam penelitian ini adalah SMP Negeri Kabupaten Gianyar ditinjau
skorvariabel konteks, input, proses dan dari komponen konteks, input, proses dan
produk mengenai efektivitas pelaksanaan produk dijadikan bentuk persentase, dapat
Pendidikan budipekerti pada SMP Negeri dikatakan bahwa: (1) Efektivitas
di Kabupaten Gianyar. Skorvariabel kontek Pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti di
sselanjutnya disebut dengan data SMP Negeri Kabupaten Gianyar ditinjau
variabelkonteks, skorvariabel input dari komponen konteks di dalam
melaksanakan pendidikan budi pekerti PENUTUP
sebesar 51,85% sangat efektif, 48,15% Simpulan
efektif, (2) Efektivitas Pelaksanaan Setelah semua tahapan penelitian
Pendidikan Budi Pekerti di SMP Negeri dilakukan mulai dari pembuatan proposal
Kabupaten Gianyar ditinjau dari komponen penelitian, seminar proposal penelitian,
input di dalam melaksanakan pendidikan review teori lebih lanjut, penyusunan
budi pekerti sebesar 33,33% sangat efektif instrumen penelitian yang disertai dengan
dan 66,67% efektif, (3) Efektivitas ujicoba dan kajian kritis terhadap instrumen
Pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti di penelitian, sampai dengan pengumpulan
SMP Negeri Kabupaten Gianyar ditinjau dan analisis data akhirnya dalam penelitian
dari komponen proses di dalam ini diperoleh beberapa temuan.
melaksanakan pendidikan budi pekerti Berdasarkan atas temuan dalam penelitian
sebesar 77,78% sangatefektif 22,22% ini dapat disimpulkan bahwa: (1)
efektif, dan (4) Efektivitas Pelaksanaan Pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti di
Pendidikan Budi Pekerti di SMP Negeri SMP Negeri Kabupaten Gianyar ditinjau
Kabupaten Gianyar ditinjau dari komponen dari komponen konteks, yang terdiri dari
produk di dalam pelaksanaan pendidikan aspek Visi, Misi, Lingkungan sekolah dan
budi pekerti sebesar 86,45% sangatefektif program sekolah sangat efektif, (2)
11,65% efektif dan 0,81% cukup efektif. Pelaksanaan Pendidikan Budi Pekerti di
Hal ini sebetulnya disebabkan oleh SMP Negeri Kabupaten Gianyar ditinjau
manajemen perencanaan sekolah, dan dari komponen input, yang meliputi aspek
pelaksanaan strategi pembelajaran. Secara manajemen sekolah, sarana dan prasarana
umum sekolah sudah menyusun program sekolah, dan kompetensi guru kurang
pembelajaran tahunan, yang menyangkut efektif, (3) Pelaksanaan Pendidikan Budi
strategi sasaran mutu yang diinginkan, serta Pekerti di SMP Negeri Kabupaten Gianyar
bagaimana mencapai sasaran mutu tersebut. ditinjau dari komponen proses, yang
Pada rencana strategis sekolah masing- meliputi aspek perencanaan pembelajara,
masing memang telah direncanakan target proses pembelajara dan penilaian hasil
yang ingin dicapai, namun untuk mencapai belajar (asesmen) kurang efektif, dan (4)
target tersebut belum menyentuh strategi Efektivitas pelaksanaan pendidikan budi
pembelajaran secara khusus. pekerti di SMP Negeri Kabupaten Gianyar
ditinjau dari segi produk yang terdiri dari
aspek afektif siswa sangat efektif.
Saran merupakan kebutuhan pemerintah.
Berdasarkan simpulan yang telah Melalui kegiatan-kegiatan seperti itu,
dikemukakan, maka dapat diajukan guru akan dapat memperoleh tambahan
rekomendasi sebagai berikut. informasi, pengetahuan, sikap,
1. Pemerintah supaya terus keterampilan pembelajaran, yang
mensosialisasikan melalui pelatihan meliputi aspek kognitif, afektif, dan
penerapan strategi pembelajaran psikomotor.
pendidikan budi pekerti secara 3. Guru diharapkan mampu
berkesinambungan, merata, dan mempertahankan kualitas produk yang
menambah jumlah modul-modul telah baik dalam mengimplementasikan
mengenai material yang berhubungan nilai-nilai budi pekerti dan terus
dengan pendidikan budi pekerti di mengembangkan pendidikan budi
Sekolah. Bahkan hal yang menarik juga pekerti yang telah ada di dalam
perlu dilakukan mengenai studi masyarakat sebagai penunjang materi
kelayakan dalam hal kesiapan guru pendidikan budi pekerti di sekolah.
untuk melaksanakan pendidikan budi 4. Orang tua siswa tidak boleh
pekerti di SMP Negeri Kabupaten menyerahkan begitu saja anaknya
Gianyar. kepada pihak sekolah dalam hal
2. Guru sebagai pelaksana pembelajaran pendidikan budi pekerti, melainkan ikut
pendidikan budi pekerti, dituntut berpartisipasi secara intensif bersama
kesiapannya secara profesional dalam anggota masyarakat untuk membina
mengimplementasikan pendidikan budi peserta didik dalam hal budi pekerti. Hal
pekerti di SMP. Oleh karenanya ini disebabkan oleh hampir sebagian
disarankan kepada para guru untuk mau besar waktu peserta didik berada di
dan mampu menerima dan dalam lingkungan keluarga dan
mengimplementasikan perubahan masyarakat.
strategi pembelajaran. Dengan jalan 5. Untuk kesempurnaan penelitian ini,
guru harus peduli dan bersemangat disarankan kepada peneliti lain untuk
mengasimilasi pola prilaku yang mengadakan penelitian lanjutan dengan
berkembang di masyarakat, mengikuti melibatkan lebih banyak
pelatihan, lokakarya, seminar, simulasi, variabel/indikator dalam CIPP,
proses pembelajaran atau sejenisnya, menambah jumlah populasi, sampel, dan
dan peningkatan kemampuan guru waktu pelaksanaan penelitian.
adalah menjadi kebutuhannya, bukan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin, AJ. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta:
Bumi aksara

Arjana, I Ketut. 2007. Studi Evaluatif tentang Implementasi Rencana Pengembangan


Sekolah Pada Sekolah Berbantuan Dana pengembang Sekolah Kabupaten Buleleng.
Tesis Singaraja :Universitas Pendidikan Ganesha.

Brinkerhoff,Robert.O,etaI.1986.Program Evaluation, APractitioner’s guide for Trainers and


Educators. Boston : Kluwer-Njhoff Publishing

Candiasa, I Mede. 2004.AnalisisButirdisertaiaplikasidenganITEMAN ,BIGSTEP dan SPSS.


Singaraja : IKIP Negeri sigaraja

Dantes, N. 2007. Tinjauan Tentang Konten Budi Pekerti Berbasis Multi Kultural Dalam
Kaitannya Dengan Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTS).
UNDIKSHA

Dantes, N. 2007, Tinjauan Teoritik Pengembangan Alat Penilaian Kemampuan Calon Guru
(APKCG) Dalam Rangka Implementasi KTSP Pada Pendidikan Dasar Dan
Menengah. UNDIKSHA

Dantes, N. 2001, Cara Pengujian Alat Ukur. IKIP Negeri Singaraja.

Djamarah, Syaiful Bahri.1994. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya . Usaha
Nasional

Fernandes.H.J.X. 1984. Evaluation of Educational Programs. Jakarta : Evaluation And


Curriculum Development.

Hadi, Sutrisno. 2001. Metodelogi Research. Yogyakarta : Andi.

Hasan, Ani.M.2003. pengembangan profesionalisme Guru di Abad pengetahuan.

Hasil Penelitian KKG-MGMP. 2007. Kerjasama Departemen Pendidikan Nasional dan Bank
Dunia

Joint Committee. 1991. Ukuran Buku untuk Evaluasi Program, Proyek dan Materi
Pendidikan. TerjemahanRasdiEkosiswoyo. Standart for Evaluations of Educational
Programs, Projct, and Materials. 1981. Semarang : IKIP Semarang Press.

Kelompok Kerja Guru Mata Pelajaran. 1994. Jakarta: Direktorat jenderal


Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .

Koyan, I Wayan., Prof. Dr. 2007. Assesmen Dalam Pendidikan. Singaraja, Undiksha.

Koyan, I Wayan. 2004. Konsep Dasar dan Teknik Evaluasi Hasil Belajar. Singaraja : IKIP
Negeri Singaraja
Kurikulum Muatan Lokal SD dan SMP Standar Kompetensi Mata Pelajaran Budi Pekerti
Untuk SMP, Dinas Pendidikan, Denpasar

Marhaeni, AAIN. 2006, Evaluasi internal dalam rangka meningkatkan kinerja Pengelola
sekolah (makalah), Dinas pendidikan kabupaten Tabanan, Tabanan.

Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah . Bandung :PT Remaja Rosdakarya

Pedoman pelaksanaan Blockgrant Revitalisasi KKG/MGMP. 2006. Jakarta :


Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.
Departemen Pendidikan Nasiaonal.

Peraturan Materi Pendidikan Nasional Nomor 7 tahun 2007 tentang organisasi dan tata kerja
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. 2007.Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional .

Propokenko, Josep. 1987. Productivity Managemen: A Practical Hand-Book

Rindjin, Ketut. 2002. Peyusunan Rencana Strategis di Lingkungan IKIP Nengri Singaraja.
Disampaikan pada Lokakarya Unit Kerja Di Lingkungan IKIP Nengri Singaraja, 20
Agustus 2002.

Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi Struktur Desain dan Aplikasi . Jakarta:
Arcan

Rosyada, Dede.2004. Paradigma Pendidikan Demokrasi.Sebuah Model Pelibatan

Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pendidikan.Jakarta. Prenada Media

Sahertian, Piet A Prof Drs .2000 .Supervisi Pendidikan . Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sahertian, Piet A Prof Drs. 1994. Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta :RinikaCipta

Scheaffer, L .Richard, et al. 1990. Elementary Survey Sampling. Boston : PWS –Kent
Company

Soeratno, Arsyad L. 1999. Metodologi Penelitian. Yogyakarta :UPP AMP YKPN

Sudijono, A. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono, Prof. Dr. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Stufflebeam, Daniel L. 1981. Standards for Evaluation of Education Program, Project, and
Material. New York: McGraw-Hill Book Company

Taylor,B,O. 1990.Case Studies in EffectiveSchool Research. Dubuque,10: Kendall Hunt


Publishing Company.
Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 2005. Jakarta

Wadi, Andi . 2006 Evaluasi Implementasi Program Menejemen Berbasis Sekolah (MBS)
sebagai upaya peningkatan kualitas lulusan pada SMK 1 Sukasada (Studi Evaluatif
dengan menggunakan pendekatan CIPP). Tesis . Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.

Zuriah, Nurul Dra M.Si. 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif
Perubahan .Malang : Bumi Aksara.
PENERAPAN TEKNIK SUPERVISI KELOMPOK DENGAN METODE WORKSHOP
UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DI SD NEGERI
LAMKLAT TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Ismuha
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Besar

Abstrak
Salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam
menyusun perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam RPP. Dalam menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), diperlukan kemampuan guru dalam memfasilitasi
pengalaman belajar yang berkesan yang mampu menguatkan karakter siswa. Integrasi nilai-
nilai karakter dalam pembelajaran diharapkan tidak sebatas tertulis secara administratif,
namun nantinya dapat diterapkan dengan alamiah dalam pembelajaran. Kenyataan di
lapangan menunjukkan bahwa masih ada guru jenjang Sekolah Dasar (SD) dalam menyusun
RPP belum sepenuhnya mengacu pada Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang Standar
Proses, berdasarkan silabus, analisis kompetensi dasar (KD) serta dengan memperhatikan
prinsip-prinsip dan langkah-langkah dalam menyusun RPP. Berdasarkan identifikasi masalah
di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah “Apakah
penerapan teknik supervisi kelompok dengan metode workshop dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SD Negeri
Lamklat Tahun Pelajaran 2017/2018?”. Adapun metode penelitian yang digunakan ialah
Penelitian Tindakan Sekolah, dan yang menjadi subjek penelitian yaitu guru SD Negeri
Lamklat Aceh Besar. Hasil penelitian menggambarkan bahwa kemampuan guru dalam
menyusun RPP mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, hasil analis
data terhadap 10 orang guru mata pelajaran dalam menyusun RPP dapat digambarkan bahwa
guru yang memperoleh predikat “amat baik” yaitu 1 orang guru (10%), pada siklus II
meningkat menjadi 3 orang guru (30%), yang memperoleh predikat “baik” pada siklus I
berjumlah 4 orang guru (40%), pada siklus II meningkat menjadi 5 orang guru (50%).
Sementara yang memperoleh predikat “cukup” pada siklus I sebanyak 3 orang guru (30%),
sedangkan pada siklus II menurun menjadi 20% begitu juga dengan yang masih “kurang”
pada siklus I hanya satu orang guru (10%), pada siklus II menurun menjadi 0%.

Kata Kunci: Teknik Supervisi Kelompok, Metode Workshop, Kompetensi Guru, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Abstract
One of the factors determining the success of learning is the teacher's ability in drawing up
the planning of learning that is contained in the RPP. In drawing up the plan of
implementation of the learning (RPP), required the ability of the teacher in facilitating
effective learning experience that is able to strengthen the character of students. The
integration of the values of the characters in the learning expected not limited to written
administratively, but would later be applied with natural learning. The reality on the ground
shows that there are still teachers of elementary school level (SD) in compiling a RPP has not
fully refers to the Permendikbud number 22 year 2016 on standard processes, based on the
syllabus, basic competency analysis (KD) as well as with pay attention to the principles and
steps in crafting a RPP. Based on the identification issue above, the formulation of problems
in the research of the action of this school is "Whether the application of engineering
supervision group with the workshop method can increase the ability of teachers in drawing
up the implementation plan Learning (RPP) in SD Negeri Lamklat Year 2017/2018 Lesson? ".
As for the research method used is the research of the action of the school, and be the subject
of research i.e. primary school teachers of the country Lamklat Aceh Besar. The results
illustrate that the ability of a teacher in drawing up the RPP has increased from cycle to cycle
I II. In cycle I, data analysts results against 10 men teachers subjects in crafting a RPP can
be described that teachers who obtain a predicate "very good" i.e. 1 teachers (10%), cycle II
increased to 3 teachers (30%), which gained the predicate "very good" on cycle I totalled 4
teachers (40%), on cycle II increased to 5 teachers (50%). While that obtain a predicate
"enough" on cycle I as much as 3 teachers (30%), whereas in cycle II decreased to 20% so
that it is still "lacking" in cycle I, only one teacher (10%), cycle II decreased to 0%.

Keywords: Group, Methods Of Supervision Engineering Workshops, Teacher Competency,


Learning Implementation Plan (RPP)

PENDAHULUAN pembelajaran. Seorang guru harus mampu

Pendidikan Nasional, sebagai salah membuat perhitungan secara akal sehat

satu sektor pembangunan nasional dalam tentang strategi pembelajaran apa saja yang

upaya mencerdaskan kehidupan bangsa akan digunakan dalam suatu kegiatan

sebagaimana diamanatkan dalam Undang- pembelajaran. Menurut Usman (2014: 2),

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang “guru merupakan unsur utama dalam

Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia keseluruhan proses pembelajaran, tanpa

terdidik yang beriman dan bertakwa kepada guru proses pembelajaran tidak akan

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berjalan”.

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan Salah satu faktor penentu

menjadi warga negara yang demokratis dan keberhasilan pembelajaran adalah

bertanggung jawab. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam menyusun

pendidikan nasional harus berfungsi secara perencanaan pembelajaran yang tertuang

optimal sebagai wahana utama dalam dalam RPP. Dalam menyusun Rencana

pembangunan bangsa dan karakter. Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Menurut Sanjaya (2014: 6) “untuk diperlukan kemampuan guru dalam

mencapai tujuan pendidikan yakni standar memfasilitasi pengalaman belajar yang

kompetensi yang harus dimiliki peserta berkesan yang mampu menguatkan karakter

didik, guru sebagai ujung tombak siswa. Integrasi nilai-nilai karakter dalam

pelaksanaan pendidikan di lapangan sangat pembelajaran diharapkan tidak sebatas

menentukan keberhasilan”. tertulis secara administratif, namun

Pemahaman dalam pengelolaan nantinya dapat diterapkan dengan alamiah

pembelajaran yang meliputi desain dan dalam pembelajaran. Untuk mencapai hasil

implementasi strategi pembelajaran yang yang optimal, guru dapat memfokuskan

sesuai dengan tujuan dan materi pada nilai-nilai yang relevan sesuai dengan
ruang lingkup kompetensi dasar dan degan kriteria “kurang”. Hasil tersebut
dinamika pembelajaran. Mulyasa (2013: mengindikasikan bahwa rata-rata kualitas
100) mengemukakan bahwa “Perancangan RPP guru SD Negeri Lamklat masih
pembelajaran merupakan salah satu rendah. Berdasarkan hasil wawancara pasca
kompetensi pedagogis yang harus dimiliki observasi, sebahagian besar guru belum
guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan memahami secara utuh tentang prinsip-
pembelajaran. Perancangan pembelajaran prinsip dan langkah-langkah dalam
sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu menyusun RPP sesuai dengan
identifikasi kebutuhan, perumusan Permendikbud nomor 22 tahun 2016
kompetensi, dan penyusunan program tentang Standar Proses walaupun ada
pembelajaran”. Rencana Pelaksanaan diantara guru-guru tersebut sudah pernah
Pembelajaran (RPP) dikembangkan dari mengikuti pelatihan tentang pengembangan
silabus untuk mengarahkan kegiatan RPP.
pembelajaran peserta didik dalam upaya Untuk mengatasi masalah tersebut
mencapai Kompetensi Dasar (KD)”. perlu adanya solusi sehingga guru-guru SD
Kenyataan di lapangan Negeri Lamklat mampu mengembangkan
menunjukkan bahwa masih ada guru RPP sesuai dengan tuntutan kurikulum,
jenjang Sekolah Dasar (SD) dalam salah satunya adalah melalui pelaksanaan
menyusun RPP belum sepenuhnya mengacu supervisi dengan menerapkan teknik
pada Permendikbud nomor 22 tahun 2016 supervisi kelompok menggunakan metode
tentang Standar Proses, berdasarkan silabus, workshop. Menurut Ruswenda (2011: 41),
analisis kompetensi dasar (KD) serta supervisi akademik merupakan bagian dari
dengan memperhatikan prinsip-prinsip dan supervisi pendidikan yang menitik beratkan
langkah-langkah dalam menyusun RPP. pada upaya memberi bantuan meningkatkan
Berdasarka hasil supervisi/telaah RPP yang mutu pembelajaran dan profesional guru
penulis laksanakan terhadap sepuluh orang sebagai pengelola proses belajar mengajar
guru SD Negeri Lamklat Kabupaten Aceh di kelas”. Selanjutnya Sagala (2012: 181)
Besar pada tahun sebelumnya terdapat 3 mengemukakan bahwa “workshop dalam
orang guru (30% guru) dalam menyusun kegiatan supervisi pendidikan adalah
RPP memiliki nilai skor 80 < B < 90 kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari
dengan kriteria “baik”, sementara 7 orang sejumlah guru yang mempunyai masalah
(70%) guru memperoleh nilai skor 70 < C < yang relatif sama dan ingin dipecahkan
80 dengan kriteria “cukup” dan 4 orang bersama memalui percakapan dan bekerja
atau 40% guru memperoleh nilai skor < 70 secara kelompok maupun bersifat
perseorangan”. Berdasarkan identifikasi kepada perkembangan kepemimpinan
masalah di atas, maka rumusan masalah guru-guru dan personel sekolah lainnya di
dalam penelitian tindakan sekolah ini dalam mencapai tujuan pendidikan”.
adalah “Apakah penerapan teknik supervisi Lebih lanjut Purwanto menyampaikan,
kelompok dengan metode workshop dapat “Supervisi pendidikan adalah pemberian
meningkatkan kemampuan guru dalam pelayanan kepada guru untuk
menyusun Rencana Pelaksanaan mengembangkan mutu pembelajaran,
Pembelajaran (RPP) di SD Negeri Lamklat memfasilitasi guru agar dapat mengajar
Tahun Pelajaran 2017/2018?” dengan efektif. Melakukan kerja sama
Supervisi Akademik dengan guru atau anggota staf lainnya
Masaong (2013: 3) untuk meningkatkan mutu pembelajaran,
menyatakan “Supervisi diartikan sebagai pengembangan kurikulum, serta
layanan yang bersifat membimbing, meningkatkan pertumbuhan profesional
memfasilitasi, memotivasi serta menilai semua anggotanya”.
guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan Tujuan supervisi pendidikan menurut
pengembangan profesinya secara efektif”. N. A. Ametembun dalam Tim Dosen (2015:
Berdasarkan pendapat di atas dapat 316) adalah:
disimpulkan bahwa beberapa aspek penting 1) Membina guru untuk lebih memahami
dari supervisi yaitu: bersifat bantuan dan tujuan pendidikan yang sebenarnya dan
pelayanan kepada sekolah, guru dan staf; peranan sekolah dalam mencapai tujuan
bermanfaat untuk pengembangan kualitas 2) Memperbesar kesanggupan guru untuk
guru; pengembangan profesional guru; serta mempersiapkan peserta didiknya untuk
untuk memotivasi guru dalam menjadi anggota masyarakat yang
merencanakan dan melaksanakan efektif.
pembelajaran. 3) Membantu guru untuk mengadakan
Supervisi dalam pendidikan bukan diagnosis secara kritis terhadap
hanya sekedar kontrol melihat apakah aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan
segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai belajar mengajar, serta menolong
dengan rencana atau program yang telah mereka dalam merencanakan pembaikan
digariskan, tetapi lebih dari itu. Supervisi 4) Meningkatkan kesadaran terhadap
dalam pendidikan mengandung pengertian tata kerja yang demokratis dan
yang luas. Menurut Purwanto (2012: 76) komprehensif
“Supervisi adalah segala bantuan dari 5) Memperbesar ambisi untuk
para pimpinan sekolah, yang tertuju meningkatkan mutu kerjanya
secara professional dalam profesinya memiliki masalah atau kebutuhan atau
(keahlian) melindungi guru dan kelemahan yang sama dikelompokkan atau
karyawan pendidikan terhadap tuntutan dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama.
yang tak wajar dan kritik-kritik tak sehat Kemudian mereka diberikan layanan
dari masyarakat supervisi sesuai dengan permasalahan atau
6) Membantu lebih mempopulerkan kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut
sekolah kepada masyarakat untuk Sagala (2012: 175-186) mengemukakah
menyokong sekolah bahwa teknik supervisi yang bersifat
7) Membantu guru untuk lebih dapat kelompok kegiatan tersebut antara lain:
memanfaatkan pengalamannya sendiri a. Pertemuan Orientasi, yaitu pertemuan
8) Mengembangkan “spirit de corps” guru- yang dilakukan oleh pengawas madrasah
guru yaitu ada rasa kesatuan dan dan atau kepala madrasah, guru latih,
persatuan antar guru. dan guru baru yang bertujuan
Menurut Kemdikbud dalam Buku mengenalkan guru baru terhadap suasana
Panduan Kerja Kepala Sekolah (2017: 80), kerja sebagai seorang pendidik;
“Teknik supervisi kelompok adalah cara b. Rapat Guru, yaitu pertemuan antara
melaksanakan program supervisi yang pengawas madrasah dengan guru-guru
ditujukan kepada dua orang guru atau lebih. yang dilakukan untuk menyelesaikan
Supervisi ini dilakukan kepada kelompok masalah-masalah yang dihadapi oleh
guru yang memiliki masalah atau guru;
kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang c. Studi Kelompok Antar Guru, yaitu
sama”. Supervisi kelompok, yaitu: kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah
supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan guru mata pelajaran untuk mengkaji atau
kepanitiaan, kerja kelompok, aboratorium, mempelajari sejumlah masalah yang
membaca terpimpin, demonstrasi berhubungan dengan penyajian dan
pembelajaran, darmawisata, kuliah/studi, pengembangan materi bidang studi yang
diskusi panel, perpustakaan, organisasi diampunya. Kegiatan ini lebih dikenal
profesional, pertemuan guru, lokakarya dengan Musyawarah Guru Mata
atau konferensi kelompok. Pelajaran (MGMP);
Teknik supervisi kelompok adalah d. Diskusi yaitu pertukaran pikiran atau
salah satu cara melaksanakan program pendapat yang membahas masalah untuk
supervisi yang dilakukan terhadap lebih dicari alternatif penyelesaiannya. Teknik
dari satu orang guru. Guru-guru yang supervisi ini diikuti oleh sejumlah guru
diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, dan satu atau beberapa supervisor,
supervisor diharapkan atau kepala manajerial. Metode ini tentunya bersifat
sekolah dapat memberikan pengarahan, kelompok dan dapat melibatkan beberapa
bimbingan, nasihat-nasihat, ataupun kepala sekolah, wakil kepala sekolah
saran-saran yang diperlukan; dan/atau perwakilan komite sekolah.
e. Workshop (Lokakarya), yaitu kegiatan Penyelenggaraan disesuaikan dengan tujuan
belajar kelompok guru yang mempunyai atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan
masalah yang relatif sama untuk dicari bersama dengan pengawas maupun kepala
penyelesaiannya, tekninik supervisi sekolah atau organisasi sejenis lainnya
menggunakan workshop dapat dilakukan (Depdiknaas, 2008: 21).
bila sejumlah guru mempunyai problem Menurut Hamalik (2005: 31)
yang relatif sama; Pelatihan/workshop yang diselenggarakan
f. Tukar Menukar Pengalaman, yaitu harus mempunyai yang meliputi :
teknik saling memberi dan menerima a. pelatihan dilakukan dengan maksud
dari guru berpengalaman ke guru yang untuk menguasai bahan pelajaran
belum berpengalaman; tertentu;
g. Diskusi Panel, yaitu bentuk diskusi yang b. para peserta menyadari bahwa pelatihan
dilakukan untuk menyelesaikan masalah itu bermakna bagi kehidupannya;
dan didatangkan ahli untuk membantu c. latihan harus dilakukan terhadap hal-hal
menyelesaikan masalah tersebut; yang telah diperoleh peserta;
h. Seminar, yaitu dilakukan untuk d. latihan berfungsi sebagai diagnosis
memperbaiki cara mengajar guru dan melalui usaha membaca berkalikali,
meningkatkan kualitas manajemen mengadakan koreksi atas kesalahan-
madrasah; kesalahan yang timbul;
i. Simposium, yaitu suatu kegiatan yang e. latihan dilakukan dengan tahapan
membahas sekumpulan karangan pendek sebagai berikut: mula-mula latihan untuk
tentang suatu pokok masalah yang mendapat ketepatan, selanjutnya antara
ditulis; sejumlah ahli, dan pandangan keduanya dicari keseimbangan;
para ahli tersebut agar pandangan ahli f. latihan dibagi-bagi menjadi sejumlah
tersebut dapat dijadikan jalan keluar. kurun waktu latihan yang singkat;
g. kegiatan latihan harus hidup, menarik
Teknik Supervisi Kelompok dengan
dan menyenangkan;
Workshop (Lokakarya)
Workshop atau lokakarya merupakan h. latihan jangan dianggap sebagi upaya

salah satu metode yang dapat ditempuh sambilan untuk dilakukan seenaknya

pengawas dalam melakukan supervisi secara insidental;


i. latihan dapat mencapai kemajuan berkat berkewajiban menyusun RPP secara
ketekunan dan kedisiplinan tinggi; dan lengkap dan sistematis agar
latihan yang dilaksanakan lebih berhasil, pembelajaran berlangsung secara
bila unsur emosi sedapat mungkin interaktif, inspiratif, menyenangkan,
dikurangi. menantang, efisien, memotivasi
Selanjutnya menurut Sagala (2012: peserta didik untuk berpartisipasi
181) mengemukakah “workshop dalam aktif, serta memberikan ruang yang
kegiatan supervisi pendidikan adalah cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari kemandirian sesuai dengan bakat,
sejumlah guru yang mempunyai masalah minat, dan perkembangan fisik serta
yang relatif sama ingin dipecahkan bersama psikologis peserta didik. RPP disusun
memalui percakapan dan bekerja secara berdasarkan KD atau subtema yang
kelompok maupun bersifat perseorangan”. dilaksanakan kali pertemuan atau
lebih.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) Berdasarkan Permendikbud di atas
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tugas guru adalah merencanakan
(RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran di antaranya adalah
pembelajaran tatap muka untuk satu merumuskan indikator pencapaian
pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan kompetensi, merumuskan tujan
dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran, sebagai proses untuk
pembelajaran peserta didik dalam upaya mengarahkan peserta didik agar kreatif.
mencapai Kompetensi Dasar (KD). Majid (2013 :92) yang mengatakan:
Menurut Permendikbud nomor 22 tahun “Kerangka perencanaan dan implementasi
2016 tentang Standar Proses pada Bab 3 pengajaran melibatkan urutan langkah-
menjelaskan bahwa: langkah yang sangat penting bagi para guru
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam mempersiapkan pelaksanaan rencana
(RPP) adalah rencana kegiatan pengajaran”.
pembelajaran tatap muka untuk satu Dalam menyusun RPP hendaknya
pertemuan atau lebih. RPP memperhatikan prinsip-prinsip sesuai
dikembangkan dari silabus untuk dengan yang tertuang dalam Bab 3
mengarahkan kegiatan pembelajaran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016
peserta didik dalam upaya mencapai tentang Standar Proses. Rencana
Kompetensi Dasar (KD). Setiap Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat
pendidik pada satuan pendidikan dikembangkan secara rinci mengacu pada
silabus, buku guru, buku siswa, buku teks Besar. SD Negeri Lamklat merupakan salah
pelajaran dan referensi lain yang satu sekolah binaan peneliti selaku
mendukung. Pengembangan RPP dapat pengawas sekolah, di mana di sekolah
dilakukan oleh guru secara mandiri tersebut masih banyak guru yang belum
dan/atau secara berkelompok baik di mampu menyusun RPP sesuai dengan
sekolah/madrasah yang dapat tuntunan Kurikulum 2013. Penelitian ini
dikoordinasikan, difasilitasi, dan disupervisi dilaksanakan dalam kurun waktu 3 bulan
oleh pengawas sekolah/madrasah maupun mulai dari bulan Juli sampai dengan bulan
di kelompok KKG. September 2018 pada semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019.
METODE
Penelitian Tindakan Sekolah ini Penelitian tindakan ini dilaksanakan

dilaksanakan di SD Negeri Lamklat yang dengan proses daur ulang yang

beramat di Jalan alamat Jln. Pasar Lambaro dilaksanakan 4 tahap, seperti yang terlihat

Angan - Lambada Peukan Desa Liue dalam gambar berikut:

Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh

Gammbar 1. Alur PTS Model Kemmis & Mc. Taggart dalam Arikunto (2008: 16).

Adapun Subjek dari penelitian 10 orang guru. Sedangkan teknik


tindakan sekolah ini adalah guru kelas dan pengumpulan data merupakan cara yang
guru mata pelajaran yang mengajar SD digunakan peneliti untuk mendapatkan data
Negeri Lamklat kabupaten Aceh Besar dalam suatu penelitian. Menurut Sugiyono
tahun pelajaran 2018/2019 yang bejumlah (2016: 225) menyebutkan bahwa
“pengumpulan data dapat diperoleh dari 1. Memberi skor pada setiap alternatif
hasil observasi, wawancara, dokumentasi, jawaban, yaitu alternatif jawaban
dan gabungan/triangulasi”. Dalam tidak ada/tidak sesuai diberi bobot 1,
penelitian ini peneliti menggunakan teknik alternatif jawaban kurang
pengumpulan data dengan cara observasi, lengkap/sesuai sebagian diberi bobot 2,
wawancara dan dokumentasi. dan alternatif jawaban sudah
Analisis data pada penelitian ini lengkap/sesuai seluruhnya diberi bobot
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif 3.
(statistik) sederhana. Analisis data tentang 2. Menghitung setiap alternatif jawaban;
kualitas rencana pelaksanaan 3. Menjumlahkan selisih perolehan skor
pembelajaran (RPP) dilakukan dengan dan memasukan hasil perhitungan skor
langkah-langkah sebagai berikut : ke dalam rumus berikut :

Jumlah Skor
Nilai = x 100
Skor Maksimal
Sumber: Kemendikbud (2017: 591)
Agar data yang diperoleh mudah dikonversikan kedalam beberapa
untuk dilihat tingkat keberhasilannya, kategori:
maka semua hasil yang diperoleh
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian RPP
Peringkat Nilai
Amat Baik (AB) 90 < AB < 100
Baik (B) 80 < B < 90
Cukup (C) 70 < C < 80
Kurang (K) < 70
Sumber: Kemendikbud (2017: 594)
HASIL PENELITIAN supervisi pada setiap siklusnya.
Berdasarkan hasil analisis data hasil Kompetensi guru dalam menyusun RPP,
penelitian menunjukkan bahwa kesepuluh terjadi peningkatan dari siklus ke siklus.
orang guru mata pelajaran menunjukkan Hasil penelitian menggambarkan
sikap yang baik dan termotivasi dalam bahwa kemampuan guru dalam menyusun
menyusun RPP dengan lengkap, hal RPP ada peningkatan dari siklus I ke siklus
tersebut berindikasi dari adanya II. Pada siklus I, hasil analis data terhadap
peningkatan kualitas RPP guru dan 10 orang guru mata pelajaran dalam
aktivitas guru dalam mengikuti kegiatan menyusun RPP dapat digambarkan bahwa
guru yang memperoleh predikat “amat I sebanyak 3 orang guru (30%), sedangkan
baik” yaitu 1 orang guru (10%), pada pada siklus II menurun menjadi 20%
siklus II meningkat menjadi 3 orang guru begitu juga dengan yang masih “kurang”
(30%), yang memperoleh predikat “baik” pada siklus I hanya satu orang guru (10%),
pada siklus I berjumlah 4 orang guru pada siklus II menurun menjadi 0%.
(40%), pada siklus II meningkat menjadi 5 Kemampuan guru dalam menyusun RPP
orang guru (50%). Sementara yang dari siklus I ke siklus II dapat digambarkan
memperoleh predikat “cukup” pada siklus dengan diagram batang berikut:

60
50%
50
40%
40
30% 30%
30 SIKLUS I
20 SIKLUS II
20
10% 10%
10
0%
0
Amat Baik Baik Cukup Kurang

Gambar 4.2 Diagram Kemampun Guru siklus I dan Siklus II


Keberhasilan tindakan ini disebabkan siklus I tampak semua peserta hadir
oleh pemahaman secara menyeluruh (100%), sementara kesiapan mental dan
tentang Rencana Pelaksanaan fisik ada peningkatan dari 70% menjadi
Pembelajaran (RPP) sangat diperlukan. 90%, kesiapan bahan pendukung
Dengan pemahaman yang baik, maka meningkat dari 50% menjadi 70%,
penyusunan RPP dapat dilakukan dengan membaca modul meningkat dari 50%
baik. Di samping itu juga dipengaruhi oleh menjadi 70%, Kerja sama juga ada
tingkat keaktifan peserta dalam mengikuti peningkatan dari 60% menjadi 80%. Pada
kegiatan pada setiap siklusnya. siklus I peserta yang dapat menyesaikan
Hasil penelitian terhadap aktivitas tugas hanya 60% semenatara pada siklus II
guru dalam mengikuti kegiatan supervisi meningkat menjadi 80%. Aktivitas guru
menunjukkan bahwa ada peningkatan dari dapat digambarkan dengan diagram
siklus I ke siklus II. Pada siklus I dan berikut:
SIKLUS II SIKLUS I

Ketuntasan menyelesaikan tugas 80%


60%

Bekerjasama 80%
60%

Membaca Panduan/Menggali sumber 80%


60%

Kesiapan Bahan pendukung 70%


50%

Kesiapan mental dan fisik 90%


70%

Kehadiran 100%
100%

Gambar 4.2 Diagram Aktivitas Guru siklus I dan Siklus II

Mengoptimalkan pemahaman guru percakapan dan bekerja secara kelompok


dalam menyusun rencana pelaksanaan maupun bersifat perseorangan”.
pembelajaran melalui pembinaan intensip
SIMPULAN
dalam bentuk supervisi akademik dengan Berdasarkan hasil penelitian dan
teknik supervisi kelompok merujuk pada pembahasan tentang peningkatan
metode workshop dimana para guru kemampuan guru SD Negeri Lamklat
berdiskusi, bekerja sama dan berkonsultasi tahun pelajaran 2018/2019 dalam
secara aktif akan sangat membantu guru menetapkan menyusun rencana
dalam memahami konsep dan prinsip- pelaksanaan pebelajaran melalui kegiatan
prinsip dalam menyusun RPP. Hal ini supervisi akademik teknik kelompok
senada dengan pendapat Ruswenda (2011: dengan metode workshop dapat diambil
41) yang mengemukakah bahwa “Supervisi beberapa kesimpulan sebagai berikut:
akademik merupakan bagian dari supervisi 1. Kegiatan supervisi akademik teknik
pendidikan yang menitik beratkan pada kelompok dengan metode workshop
upaya memberi bantuan meningkatkan dapat meningkatkan kemampuan guru
mutu pembelajaran dan profesional guru SD Negeri Lamklat tahun pelajaran
sebagai pengelola proses belajar mengajar 2018/2019 dalam menyusun RPP. Pada
di kelas”. Selanjutnya menurut Sagala siklus I, hasil analis data terhadap 10
(2012: 181) mengemukakah “workshop orang guru mata pelajaran dalam
dalam kegiatan supervisi pendidikan menyusun RPP dapat digambarkan
adalah kegiatan belajar kelompok yang bahwa guru yang memperoleh predikat
terjadi dari sejumlah guru yang “amat baik” yaitu 1 orang guru (10%),
mempunyai masalah yang relatif sama pada siklus II meningkat menjadi 3
ingin dipecahkan bersama memalui orang guru (30%), yang memperoleh
predikat “baik” pada siklus I berjumlah meningkat dari 50% menjadi 70%,
4 orang guru (40%), pada siklus II Kerja sama juga ada peningkatan dari
meningkat menjadi 5 orang guru (50%). 60% menjadi 80%. Pada siklus I peserta
Sementara yang memperoleh predikat yang dapat menyesaikan tugas hanya
“cukup” pada siklus I sebanyak 3 orang 60% semenatara pada siklus II
guru (30%), sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 80%.
menurun menjadi 20% begitu juga Berdasarkan penelitian yang telah
dengan yang masih “kurang” pada dilaksanakan, peneliti menyampaikan
siklus I hanya satu orang guru (10%), beberapa saran sebagai berikut.
pada siklus II menurun menjadi 0%.. 1. Motivasi yang sudah tertanam
2. Supervisi akademik teknik kelompok khususnya dalam penyusunan RPP
dengan metode workshop dapat hendaknya terus dipertahankan dan
meningkatkan motivasi guru dalam ditingkatkan/dikembangkan .
menyusun RPP dengan lengkap. Guru 2. RPP yang disusun/dibuat hendaknya
menunjukkan keseriusan dalam mengandung komponen-komponen
memahami dan menyusun RPP apalagi RPP secara lengkap dan baik karena
setelah mendapatkan bimbingan RPP merupakan acuan/pedoman dalam
pengembangan/penyusunan RPP dari melaksanakan pembelajaran.
peneliti. Kehadiran peserta pada siklus I 3. Kegiatan supervisi akademik dengan
dan siklus I yaitu 100%, ini bergai teknik dan pendekatan perlu
menggambarkan bahwa antusiasme dilaksanakan terhadap semua guru
peserta tinggi, sementara kesiapan sebagai bentuk pembinaan baik untuk
mental dan fisik ada peningkatan dari memperbaiki perangkat pembelajaran
70% menjadi 90%, kesiapan bahan maupun untuk meningkatkan
pendukung meningkat dari 50% kemampuan guru dalam proses belajar
menjadi 70%, membaca modul mengajar.
DAFATAR PUSTAKA

Abd. Kadim Masaong. 2013. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru,
Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. CV. Pustaka Setia: Bandung.

E. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Hamalik, Oemar. 2005. Pengembangan Sumber Daya Manusia (Manajemen Pelatihan


Ketenagakerjaan ) Pendekatan Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

B. Uno, Hamzah. 2007. Pembelajaran Menciptakan proses belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara.

Karwati, Euis & Donni, J.P. 2013. Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah. Bandung:
Alfabeta.

Kemendikbud. 2013. Pelatihan Implimentasi Kurikulum 2013. Jakarta. Direktorat Jenderal


Pendidikan Dasar. Jakarta.

Kemendikbud. (2016). Panduan Penilaian Untuk SMP. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Dasar.

Kemdikbud. 2016. Panduan Pembelajaran Untuk Sekeloh Menengah Pertama. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Pertama.

Kemdikbud. 2016. Panduan Kerja Kepala Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru Dan
Tenaga Kependidikan Direktorat Pembinaan Tenaga Ependidikan Pendidikan Dasar
Dan Menengah.

Purwanto, Ngalim, M. 2012. Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Sagala, Syaiful. 2012. Supervisi Pembelajaran Dalam Provesi Pendidikan. Bandung:


Alfabeta.

Ruswenda, U. 2011. Berbagai Faktor dalam Supervisi Akademik Pengawas Sekolah


Menengah Kejuruan di Kabupaten Kuningan. Tesis tidak diterbitkan. Jakarta :
Pascasarjana Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan kuantitatif, kualitatif, R&D,


Cetakan ke-24. Bandung: Alfabeta.
Sutarsih, C dan Nurdin. 2012. Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Suyanto dan Jihad, A. 2013. Menjadi Guru Profesional (Strategi Meningkatkan Kualifikasi
dan Kualitas Guru di Era Global). Jakarta: Esensi Erlangga Group.

Tim Dosen. 2015. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Usman, H. 2014. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 4. Jakarta: Bumi
Aksara.

Wahyudi. 2012. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajaran (Learning


Organization). Bandung: Alfa Beta.
PENGGUNAAN MULTIMEDIA TERHADAPAKTIVITAS BELAJAR SISWA
PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAHDI SMANEGERI 7
ACEH BARAT DAYA
1)
Nurdin Amin dan 2)Rosi Novi Aji
1),2)
Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry

Abstrak
Pembelajaran yang berlangsung di SMA Negeri 7 Aceh Barat Daya saat ini masih
menggunaakan media pembelajaran biasa seperti menggunakan LKS dan media slide yang
berisi tulisan-tulisan saja belum ada upaya guru untuk mengembangkan media pembelajaran
yang dapat menarik perhatian siswa sehingga berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar
siswa. Salah satu media yang dapat mengaktifkan aktivtas belajar siswa yaitu dengan
menggunakan multimedia yang berupa power point dan alat peraga.Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas belajar yang dibelajarkan menggunakan multimedia pada materi
sistem peredaran darah manusia.Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-
Eksperiment dangan desain One Group Pretest-Posttest Design.Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 7 Aceh Barat Daya, sedangkan sampel dalam
penelitian ini yaitu siswa kelas XI IPA1 yang terdiri dari 26 siswa dengan menggunakan
teknik Purposive Sampling. Teknik pengumpulan data penelitian ini yaitu dengan observasi
dan tes. Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama 96% dengan kategori
sangat aktif dan pertemuan kedua 92% juga termasuk kategori sangat aktif. Dari kedua
pertemuan tersebutpenggunaan multimedia terhadapaktivitas belajar siswapada materiSistem
Peredaran Darahdi SMANegeri7Aceh Barat Daya95% sangat aktif dan 80% siswa aktif.

Kata Kunci: Multimedia, Aktivitas Belajar


Abstract
The learning that takes place at SMA Negeri 7 southwest Aceh still learning like media and using
media and categorized as the slide that contains the writings of course there hasn't been an effort of
teachers to develop instructional media that can draw attention of students so that the effect on the
activity and results of student learning. One of the media that can enable aktivtas student learning
by using multimedia in the form of power point and props. This research aims to know the
dibelajarkan learning activities using multimedia material on the human circulatory system. The
design used in this study is the Pre-alphabets experiment design with One Group Pretest – Posttest
Design. Of the population in this research is the entire grade 7 SMA Negeri XI in Southwest Aceh,
while the sample in this study i.e., students class XI IPA1 consisting of 26 students by using
Purposive Sampling technique. This research data gathering techniques that is by observation and
tests. The results of observation learning activities of students at the first meeting of 96% with a
very active category and the second meeting 92% also including very active category. The second
meeting of the tersebutpenggunaan multimedia terhadapaktivitas learning siswapada materiSistem
Darahdi West Daya95 SMANegeri7Aceh Circulation% very active and 80% of students active.

Keywords: Multimedia, Learning Activities

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |190


PENDAHULUAN dengan mengembangkan instrumen
evaluasi. Guru membantu pembelajaran,
Pembelajaran yang berlangsung di
yakni berupaya menimbulkan sekumpulan
sekolah khususnya pada tingkat Sekolah
peristiwa yang dapat meningkatkan dan
Menengah Atas (SMA) adalah suatu
memudahkan pembelajaran untuk belajar
kegiatan yang melibatkan guru dengan
(Hamid, 2007).
siswa secara bersama-sama utntuk
Proses pembelajaran yang
mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan
diterapkan guru untuk siswa harus
sangat penting artinya, sebab tanpa
memperlihatkan spesifikasi dan
pendidikan manusia akan sulit berkembang
karakteristik mata pembelajaran serta
dan bahkan akan terbelakang,dengan
perkembangan siswa sehingga dalam
demikian pendidikan harus betul-betul
proses belajar mengajar tercipta susasana
diarahkan dengan pembelajaran yang
kelas yang kondusif dan semangat siswa
efektif untuk menghasilkan manusia yang
dalam mengikuti pembelajaran, terutama
berkualitas, juga memiliki budi pekerti
pada mata pelajaran biologi. Pada ruang
yang luhur dan moral yang baik.
lingkup pembelajaran biologi, karakteristik
Guru selalu menjadi tokoh sentral
yang harus dimunculkan yaitu adanya
dalam pembelajaran di sekolah, kedudukan
pengkaitan konsep kehidupan sehari-hari
guru dalam kegiatan mengajar sangat
melalui penggunaan multimedia ataupun
membutuhkan pengembangan kreativitas.
alat peraga pembelajaran.
Kreativitas seorang guru meliputi gagasan
Multimedia pembelajaran
atau ide dan berperilaku kreatif dalam
merupakan alat bantu atau sarana yang
menjalankan tugasnya. Guru yang kreatif
digunakan oleh guru untuk menunjang
akan membawa suasana belajar yang
proses belajar mengajar, multimedia adalah
bergairah dan menyenangkan anak
suatu sarana atau media melalui
didiknya, sebaliknya apabila proses
penggunaan komputer dalam
pembelajaran itu bersifat pasif, monoton,
menggabungkan dan menyajikan suara,
kurang kreatif, dan lain sebagainya akan
teks, animasi, audio dan video dengan alat
mempengaruhi motivasi dan prestasi siswa
bantu dan koneksi sehingga pengguna dapat
saat belajar. Kreativitas guru berhubungan
bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan
dengan merancang dan mempersiapkan
berkomunikasi. Siswa lebih mudah
bahan ajar atau materi pelajaran,
memahami pelajaran yang menggunakan
menggunakan metode yang variatif,
suatu media yang dipadupadankan dari
memanfaatkan media pembelajaran, sampai
pada tanpa menggunakan media apapun.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |191


Fungsi utama dari media pembelajaran (KKM) yakni masih di bawah standar.Rata-
adalah untuk menurunkan keabstrakan dari rata dari 65 % siswa belum mencapai nilai
konsep materi pelajaran, agar siswa mampu KKM dari nilai yang telah ditetapkan pada
menangkap arti sebenarnya dari konsep tahun 2016/2017 di SMAN 7 Aceh Barat
pelajaran tersebut dengan cara melihat, Daya.
meraba, dan memanipulasi objek maka Kondisi siswayang siap menerima
siswa akan mempunyai pengalaman- pelajaran dariguru,akan berusaha merespon
pengalaman nyata atau realistis dalam atas pertanyaan-pertanyaan yangtelah
kehidupan tentang arti dari konsep materi diberikan oleh guru.Untuk dapat memberi
pelajaran yang diterimanya. jawaban yang benar tentunya siswa harus
Pelajaran biologi pada materi sistem mempunyai pengetahuan dengan cara
peredaran darah tingkat SMA di kelas XI membaca dan mempelajari materi yang
sesuai dengan KD 3.6.menganalisis akan diajarkan oleh guru.Dalam
hubungan antara struktur jaringan penyusun mempelajari materi tentunya siswa harus
organ pada sistem sirkulasi dan mempunyai buku pelajaran dapat berupa
mengaitkannya dengan bioprosesnya buku paket dari sekolah maupun buku
sehingga dapat menjelaskan mekanisme diktat lain yang masih relevan digunakan
peredaran darah serta gangguan fungsi yang sebagai acuan untuk belajar.
mungkin terjadi pada sistem sirkulasi Berdasarkan uraian di atas
manusia melalui studi literature, sebaiknya guru lebih meningkatkan
pengamatan, percobaan dan simulasi, dan aktivitas siswa saat proses belajar mengajar
KD 4.6. menyajikan hasil analisis tentang berlangsung dilakukanguru untuk
kelainan pada struktur dan pembuluh darah, membangkitkan aktivitas belajar siswa
jantung dan pembuluh darah yang yaitu seperti menggunakan suatu media
menyebabkan gangguan sistem peredaran yaitu multimedia yang berisikan media
darah manusia melalui berbagai bentuk Power Point dan alat peraga pada sistem
media presentasi. peredaran darah. Siswa akan penasaran
Penguasaan materi siswa terhadap terhadap alat peraga dan media Power
materi sistem peredaran darah bervariasi, Point pembelajaran yang menggunakan
sebagian siswa sudah mencapai media tersebut maka siswa akan
ketutuntasan namum sebagian besar siswa menggunakan indera seperti penglihatan,
belum mencapai nilai ketuntasan.Hal pendengaran dan peraba maka dengan
tersebut terlihat dari nilai siswa yang belum demikian aktivitas belajar siswa akan
mencapai Kriteria Ketutasan Minimal

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |192


meningkat dan mampu meningkatkan hasil Pre-eksperimen.Pre-eksperimen merupakan
belajar. jenis penelitian yang tidak mencukupi
semua syarat-syarat dari suatu desain
METODE percobaan yang sesungguhnya Desain yang
RancanganPenelitian digunakan yaitu One Group Pretest-
Jenis penelitian yang digunakan Posttest Design. Pada penelitian ini
dalam penelitian ini adalah penelitian terdapat pre-test sebelum perlakuan dan
kuantitatif dengan rancangan penelitian post-test setelah diberikan perlakuan
.
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian True –Eksperimen

Pre-test Treatment Post-test


O1 X O2

Keterangan:
O1 : Hasil Pengukuran pre-test
X : Pelatihan

Populasi dan Sampel seluruh siswa kelas XI IPA1 sebanyak 26

Penenlitian ini dilaksanakan di siswa.

SMA Negeri 7 Aceh Barat Daya. Penelitian Intrumen Penelitian

dilapangan akan dilakukan pada bulan Lembar observasi yang digunakan


November 2018 sebanyak 3 kali untuk mengamati aktivitas siswa pada saat
pertemuan. mengkuti proses belajar mengajar dikelas.
Populasi adalah seluruh subjek Dalam penelitian ini pengisian lembar
penelitian yang akan diteliti dalam suatu observasi siswa di lakukan oleh 2 orang
penelitian, sedangkan sampel adalah observer yaitu guru bidang studi biologi
sebagian atau mewakili populasi yang SMA Negeri 7 Aceh Barat Daya, dengan
diteliti.Jadi,dalam penelitian ini memberikan tanda ceck list pada kolom
populasinya adalah seluruh siswa kelas XI yang telah disediakan. Penilaian aktivitas
di SMA Negeri 7 Aceh Barat Daya tahun yang diamati meliputi: Visual Activities,
ajaran 2018/2019.Sampel yang digunakan oral activites, listening actvities, writing
yaitu purposivesampling, pengambilan activities, motor activities, emotional
sampel dengan pertimbangan activitiesdan mental activities.
tertentu.Sampel dalam penelitian ini yaitu

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |193


Aktivitas siswa adalah segala gembira, bergairah, berani, tenang dan
bentuk kegiatan belajar siswapada saat gugup.
proses belajar mengajar berlangsung g. Mental activities misalnya
didalam kelas yang menghasilkan suatu menanggapi, menggugat,
perubahan oleh sisiwa.Aktivitas belajar memecahkan soal, menganalisis,
dikelompokkan kedalam beberapa jenis mengambil keputusan. ( Sardiman,
yaitu: 2005)
Teknik dan analisis data
a. Visual activities. Misalnya: membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, Terknik pengumpulan data yang akan

percobaan dan pekerjaan oranglain dilakukan dalam pengujian hipotesis

b. Oral activities. Misalnya digunakan beberapa metode antara lain

menyatakan, merumuskan, bertanya, sebagai berikut.Dalam penelitian ini,

memberi saran, mengeluarkan peneliti melakukan observasi langsung

pendapat, mengadakan wawancara, untuk mngetahui partisipasi aktivitas siswa

diskusi dan intruksi. pada saat proses belajar mengajar

c. Listening activities. Misalnya berlangsung dengan menggunakan

mendengarkan, uraian percakapan, multimedia. Dari hasil pengamatan

diskusi, musik dan pidato. aktivitas siswa selama pembelajaran

d. Writing activities. Misalnya menulis, berlangsung dianalisis dengan

cerita, karangan, laporan, angket dan menggunakan rumus:



menyalin. NR = ∑ x 100
e. Motor activities. Misalnya Keterangan:
menganggap, mengingat memecahkan NR: Nilairata-rata.
soal, menganalisis, melihat hubungan Seorang siswa dinyatakan aktif
dan mengambil keputusan. apabila melakukan 61% dari jenis kegiatan
f. Emotional activities. Misalnya yang diamati dengan kreteria penafsiran
menaruh minat, merasa bosan, persentase aktivitas belajar siswa sebagai
berikut:

No Nilai Komposisi Siswa Keterangan


1 81%-100% 21-26 siswa Sangat aktif
2 61%-80% 15 -20 siswa Aktif
3 41%-60% 10-14 siswa Cukup
4 21%-40% 6-9 siswa Kurang Aktif

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |194


5 0%-20% 0-5 siswa Sangat Kurang Aktif

HASIL DAN PEMBAHASAN siswa dalam pembelajaran dengan

Aktivitas belajar siswa diamati menggunakan multmedia pada materi

dengan menggunakan lembar observasi sistem peredaran darah di SMA Negeri 7

aktivitas belajar siswa yang diisi oleh dua Aceh Barat Daya dapat di lihat pada tabel

orang observer. Data aktivitas belajar dibawah ini:

Rata-Rata Eksperimen Persentase


No Aspek yang Diamati Kategori
Pertemuan 1 Pertemuan 2 (%)
1. Visual Activities 95 95 95% SA
2 Oral Activities 90 80 85% SA
3 Listening Activities, 100 100 100% SA
4 Writing Activities, 100 100 100% SA
5 Emotinal Activities 100 90 95% SA
6 Motor activities 95 90 92,50% SA
7 Mental Activities 93 87 90% SA
Jumlah Total 673 642 657,5
Persentase Aktivitas 96% (SA) 92% (SA) 94% (SA)

Berdasarkan Tabel4.1 hasil dan writing activities yang memiliki


pengamatan dari berbagai aspek aktivitas nilai100% dikarenakan pada aspek
belajar siswa yang diamati yaitu Visual tersebut siswa menunjukkan aktivitas
Activities, oral activites, listening belajar yang aktif pada saat proses belajar
actvities, writing activities, motora berlangsung dengan menggunakan
ctivities, emotional activities dan mental Multimedia. Persentase data keseluruhan
activities memiliki nilai yang bervariasi aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada
namun ada beberapa aspek aktivitas gambar di bawah ini:
belajar siswa yang memiliki nilai sama
pada pertemuanI dan II seperti aspek
emotional activities, listening actvities,

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |195


15,21 15,21
15,50 14,45 14,45
15,00 14,07
14,50 13,69
14,00 12,93
13,50
13,00
12,50
12,00
11,50

Gambar 1.Persentase aktivitas belajar siswa

Berdasarkan gambar diatas dapat dalam memahami apa yang


dideskripsikan secara rinci pada setiap disampaikan oleh guru dalam
aspek pada topic yang dideskripsikan pembelajaran.
berikut ini: d. Aktivitas menulis dalam belajar
diperoleh persentase sebesar15,21%Ini
a. Aktivitas penglihatan dalam belajar
dapat diinterpretasikan bahwa siswa
diperoleh persentase sebesar14,45. Ini
cukup baik dalam merangkum isi
dapat diinterpretasikan bahwa siswa
pelajaran,mencatat hal-hal penting
sudah cukup baik dalam melakukan
dalam pelajaran, serta mampu menulis
aktivitas-aktivitas terkait penglihatan
cerita dan mengarang.
dalam belajar seperti membaca dan
e. Aktivitas menggambar dalam belajar
memperhatikan guru menjelaskan.
diperoleh persentase dengan
b. Aktivitas lisan dalam belajar diperoleh
sebesar 14,45%, Ini dapat
persentase sebesar 12.93%. Ini dapat
diinterpretasikan bahwa siswa sudah
diinterpretasikan bahwa siswa sudah
cukup baik dalam melaksanakan
cukup baik dalam merumuskan
aktivitas-aktivitas belajar terkait
pembelajaran,bertanya, berpendapat,
dalamm enggam barsesuatu.
dan berdiskusi dalam proses belajar.
f. Aktivitas motorik dalam belajar
c. Aktivitas mendengarkan dalam belajar
diperoleh persentase sebesar
diperoleh persentase sebesar15,21%.Ini
14,07%,Hal ini dapat diinterpretasikan
dapat diinterpretasikan bahwa siswa
bahwa siswa sudah cukup baik dalam
sudah cukup baik dalam mendengarkan
materi yang disampaikan, cukup baik

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |196


melakukan percobaan-percobaan, berubah dengan cepat, tepat,mudah dan
membuat kontruksi,dan mereparasi. benar, baik berkaitan dengan aspek
g. Aktivitas mental dalam belajar kognitifafektif maupun psikomotor
diperoleh persentase (AbinSyamsudin M. 2003). Aktivitas
sebesar13,69%,Hal ini dapat belajaradalah aktivitas yang bersifat fisik
diinterpretasikan bahwa siswa sudah maupun mental.Dalam proses belajar
cukup baikdalam menanggapi, kedua aktivitas itu harus saling berkaitan.
mengingat,dan memecahkan masalah Lebih lanjut lagi piaget menerangkan
dalam proses pembelajaran. dalam buku Sardiman bahwa jika seorang
Belajar pada dasarnya sangat anak berfikir tanpa berbuat sesuatu,berarti
dibutuhkan adanya aktivitas, dikarenakan anak itu tidak berfikir (Sardiman,2011).
tanpa adanya aktivitas proses belajar Berdasarkan data diatas persentase
tidak mungkin berlangsung dengan aktivitas belajar siswa untuk kategori
baik.Pada proses aktivitas pembelajaran sangat tinggi sebesar 95% sedangkan
harus melibatkan seluruh aspek peserta untuk kategoritinggi sebesar 80% yang
didik,baik jasmani maupun rohani disajikan dalam histogram berikut ini:
sehingga perubahan perilaku nya dapat

95
100
80
80
60
40
20
0 0 0
0
Sangat Aktif Cukup Kurang Sangat
aktif Aktif Kurang
Aktif

Gambar 2.Persentase aktivitasbelajarsiswa

Nilai persentase aktivitas belajar pertemuan pertama rata-rata nilai


siswa pada saat belajar mengajar persentase aktivitas siswa 95%
berlangsung rata-rata siswa sangat aktif, hal menunjukkan bahwa siswa sangat aktif
ini berdasarkan nilai pengamatan yang (SA) dan pertemuan kedua dengan nilai
dilakukan oleh 2 orang observer pada persentase aktivitas belajar siswa yang

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |197


didapatkan yaitu 92% yang juga dengan menggunakan multimedia yang
menunjukkan bahwa siswa sangat aktif berupapower point dan alat peraga sistem
(SA). Hasil keseluruhan persentase peredaran darah manusia dikategorikan
aktivitas belajar siswa yaitu 94% yang sangat aktif, data tersebut dapat dilihat pada
menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa Gambar 4.1.

96%
Persentase Aktivitas

98%
Belajar Siswa (%)

96%
94% 92%

92%
90%
Pertemuan I Pertemuan II

Gambar 3. Perbandingan Persentase Aktivitas Belajar Siswa pada Pertemuan 1dan II

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat Berdasarkan hasil penelitian yang


dilihat bahwa terdapat perbedaan telah dilakukan dengan judul “Pengaruh
pertemuan I dan pertemuan II. Pertemuan Penggunaan Multimedia Terhadap
pertama nilai persentase aktivitas siswa Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada
yaitu 96% sedangkan pertemuan kedua Materi Sistem Peredaran Darah di SMAN 7
manunjukkan nilai persentase yaitu 92% Aceh Barat Daya” diketahui bahwa:
yang menunjukkan bahwa pertemuan I Aktivitas belajar siswa dengan penggunaan
siswa lebih antusias untuk belajar karena multimedia pada materi sistem peredaran
pembahasan dan materi masih tergolong darah tergolong sangat aktif (94%) terdapat
mudah dan siswa pertama kali melihat perbedaan pertemuan I dan pertemuan II.
multimedia yang ditampilkan. Sedangkan Pertemuan pertama nilai persentase
pertemuan II antusias siswa edikit menurun aktivitas siswa yaitu 96% sedangkan
dikarenakan materi mulai sulit dan siswa pertemuan kedua manunjukkan nilai
sudah melihat multimedia yang ditampilkan persentase yaitu 92% hal ini
di pertemuan I. akan tetapi pertemuan I dan dapatdeskripsikan bahwa siswa sudah
pertemuan II tergolong sangat aktif (SA) cukup baik dalam melaksanakan aktivitas-
aktivitas dalam belajar.
SIMPULAN

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |198


DAFTAR PUSTAKA
AbinSyamsudin M. 2003.,Psikologi Pendidikan, Bandung:Rosda Karya Remaja.

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

Annurahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfa Beta.

Hamid Abdul. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.Cetakan pertama, Pasca sarjana
Unimed: Medan.

Sudijono. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.

Sukardi. 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Prakteknya. Jakarta: Bumi Askara.

Sukayati. 2003. Media Pembelajran Matematika Sekolah Dasar. Yogyakarta: PPPG


Matematikan.

Sardiman. 2011.Interaksi dan Motivasi Belajar.Jakarta:RinekaCipta

Sardiman. 2009. InteraksidanMotivasiBelajarMengajar,Jakarta:RajawaliPress

Yani, Yuli. 2014.”Upaya Meningkatkan Aktivitas dan hasil Belajar Siswa dengan
menggunakan Model pembelajaran Numberend Heads Together (NHT) pada Mata
Pelajaran IPS semester genap di SMK Bakauhuni. Kabupaten lampung Selatan.
Jurnal Pendidikan. Vol.2. No.2.

Jurnal Visipena Volume 10, Nomor 1, Juni 2019 |199


Juenal
VISIPENA

Anda mungkin juga menyukai