Anda di halaman 1dari 24

PEMBELAJARAN IPA DI MI/SD DENGAN STRATEGI

PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pembelajaran IPA Di MI/SD

Dosen Pengampu : Safran, M.Pd.I

Disusun Oleh : Kelompok 9

Anju Mayang Chairunnisa (0306193181)

Sekar Dea Lestari (0306193191)

Siti Sarah (0306193175)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah puji serta syukur kita atas kehadirat Allah subhanahu wata’ala, karena
berkat limpahan rahmat serta hidayah-Nya, kami mampu menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi
wasallam. Semoga dengan memperbanyak sholawat kita termasuk umat yang mendapatkan
syafaat di yaumil akhir kelak. Aamiin ya Rabbal’alamin.

Makalah ini kami buat sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pembelajaran IPA Di MI/SD.
Dengan dosen pengampu : Bapak Safran, M.Pd.I Makalah ini berisikan materi tentang
“Pembelajaran Ipa Di Mi/Sd Dengan Strategi Pembelajaran Discovery Learning”.

Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya
bagi kami para penyusun makalah. Kritik dan saran yang sifatnya membangun kami ucapkan
terimakasih, dan jika masih ada kekeliruan dalam penyusunan makalah ini kami mohon maaf.
Wassallamu’alaikum warrahmatullah wabarakatuh.

Penulis,
Kelompok 9

Medan, 25 September 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................1

DAFTAR ISI.........................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.............................................................................................3
C. Tujuan.................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Teoritik Discovery Learning................................................................4


B. Media, Model, Teknik, Metode, Pendekatan, Strategi Serta Teori Yang
Digunakan...........................................................................................................5
C. Penyusunan RPP IPA K-13..............................................................................10
D. Kegiatan Penilaian.............................................................................................23

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................24
B. Saran...................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode merupakan langkah awal dalam menerpakan recana yang kita susun
sebelumnya. Sebelum terjun ke lapangan perlu mempersiapkan hal-hal yang berkaitan
dengan langkah-langkah pembelajaran, menentukan metode yang tepat dalam pembelajaran
dan membuat konsep. Hal itu dimaksudkan agar kegiatan belajar mengajar tercapai secara
maksimal dan sisiwa dapat merasakan hasil dari metode yang diterapkan, yaitu system
belajarmengajar metode.
Dalam hal ini guru dituntut selain menguasai materi guru juga harus mampu
memilih metode yang cocok sesuai pelajaran yang diajarkan. Misalkan IPA metode yang
sesuaia dalah discovery Learning. Maka guru harus menerapkan metode tersebut kedalam
pembelajaran dan setidaknya dapat memberikan variasi-variasi dalam mengajar dengan
menggunakan metode tersebut agar dapat menarik minat peserta didik. Nah, Discovery
Learning adalah metode pengajaran di mana guru memberikan kebebasan siswa untuk
menemukan sesuatu sendiri karena dengan menemukan sendiri siswa dapat lebih mengerti
secara dalam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Teoritik Discovery Learning ?
2. Apa Media, Model, Teknik, Metode, Pendekatan, Strategi Serta Teori Yang
Digunakan ?
3. Bagaimana Contoh Penyusunan RPP IPA K-13 ?
4. Bagaimana Contoh Kegiatan Penilaian ?

C. Tujuan
1. Membahas Sejarah Teoritik Discovery Learning
2. Membahas Media, Model, Teknik, Metode, Pendekatan, Strategi Serta Teori Yang
Digunakan
3. Membahas Contoh Penyusunan RPP IPA K-13
4. Membahas Contoh Kegiatan Penilaian
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Teoritik Discovery Learning

Tokoh yang mencetuskan konsep belajar penemuan (discovery) ini yaitu Seymour
Jerome Bruner, lahir pada 1 Oktober 1915 di New York City, Amerika Serikat. Ia adalah
seorang pendidik melalui pengamatan dan penyelidikan secara konsisten dan sistematis.
Penemuan menurut Bruner merupakan belajar untuk pengembangan kognitif peserta
didik.Jika Piaget mengatakan pengembangan kognitif menyebabkan perkembangan bahasa
peserta didik, sebaliknya menurut Bruner perkembangan bahasa peserta didik besar
pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif.Ini sangat beralasan kerena bahasa adalah alat
untuk membuka cakrawala pengetahuan dunia.

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh caranya melihat kondisi lingkungan.Berbagai sumber yang ada, maka teori
belajar penemuan yang ditemukan oleh Bruner adalah memahami konsep, arti, dan hubungan
melalui proses intuitif (yang disesuiakan dengan kemampuan masing-masing) untuk akhirnya
sampai kepada sesuatu kesimpulan yang disebut dengan istilah discovery learning. Bruner
menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
pelajar, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik.Berusaha sendiri untuk
mencari pemecahan masalah, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagai
pembelajaran khususnya bagi peserta didik. Selain teori discovery, teori ini juga dikenal
sebagai teori intruksi yang diambil dari makna proses perolehan kognitif itu sendiri.

Perkembangan teori discovery learning ini diawali olehpercobaan yang dilakukan


oleh Kohler terhadap seekor simpanzee (sejenis kera berwara hitam) disebuah lembaga
konservasi satwa di pulau Tenerive ke pulau Canaries Simpanzee yang lebih dahulu
dilaparkan di tempat dalam sangkar berjeruji besi dan diluarnya diletakkan pisang. Di dekat
pisang tersebut diletakkan sepotong tongkat dan dengan tongkat itu ia bisa meraih pisang.
Experiment ini bertujuan untuk menyelidiki apakah hewan itu mampu melihat hubungan arti
antara tongkat dan pisang itu. Tanpa melalui proses trail and error. Secara tiba-tiba hewan
tersebut.Melihat hubungan arti tongkat-pisang dan langsung pisang diraih dengan tongkat
tersebut. Dipercobaan lain keadaanya semakin dipersulit namun masih tetap berhasil, kecuali
beberapa di antaranya yang situasinya lebih rumit.
Percobaan itu Kohler berkesimpulan bahwa proses belajar terjadi bukan hasil trail and
error atau pengaturan stimulus-stimulus, tetapi belajar berlangsung dari hasil kemampuan
menganalisis situasi yang dihadapi berujud suatu kebulatan yang penuh arti hingga
mengetahui serta memahami. Semakin jelas makna atau arti dalam situasi semakin mudah
dan cepat berlangsungnya proses belajar. Dari percobaan inilah disimpulkan bahwa belajar
adalah hasil kemampuan kognitif (kecerdasan, pemahaman , pengertian dan lain-lain), dan
bukan hasil mekanisme dari respon atau stimulus, kalau teori kognitif ini mencapai
puncaknya pada Bruner, yang pada konsep ini lebih dikenal dengan sebutan Instrumental
Conceptualisme yang dipelopori oleh Jerome S. Bruner yang awal mulanya belajar adalah
bukan terjadi karena rangsangan luar (S), tatapi situasi yang dihadapi mengandung
pengertian/konsep, prinsip dan kaidah yang khas dan padat. Situasi yang demikian biasanya
cenderung seseorang untuk memahami, menemukan prinsip, menyimpulkan serta
mencobanya.

Percobaan di atas terlihat bahawa Bruner hanya kognitivisme yang mengambil hasil
percobaan orang lain untuk memperkuat teori yang ada. Walau ia hanya sekedar memperkuat
atau mengambil hasil orang lain namun ia berhasil memberikan pemahaman yang mendalam
tentang belajar kognitif melalaui teorinya yang lebih dikenal sebagai belajar discovery
(belajar penemuan).

Discovery adalah metode pengajaran di mana guru memberikan kebebasan siswa


untuk menemukan sesuatu sendiri karena dengan menemukan sendiri siswa dapat lebih
mengerti secara dalam. Dengan menemukan sendiri, siswa akan sampai pada pengalaman
gembira “AHA! Aku menemukan”. Siswa akan menjadi senang.

B. Media, Model, Teknik, Metode, Pendekatan, Strategi Serta Teori Yang


Digunakan
1. Media, Model & Teknik

Kemampuan berfikir peserta didik tidak sama, sehingga guru harus memberikan
kebebasan siswa untuk menemukan jawaban dari permaslahan yang terjadi. Dengan
menemukan sendiri pemahamansiswa akan lebih mendalam dan tidak mudah lupa.
Karena penemuan siswa tersebut akan selalu diingat sepanjang mereka belajar. Siswa
juga akan merasa senang karena mampu menemukan sendiri jawabannya tanpa dibantu

1
oleh guru. Dengan memberikan kebebasan berfikir berarti guru seperti memberikan
penghargaan bagi siswa.

Metode pembelajaran menemukan (discovery learning) ini ditokohi oleh Jerome


Brunner. Dengan teorinya yan disebut Free Discovery Learning. Brunner mengatakan
bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

Dengan menggunakan dasar pemikiran psikologi kognitif maka, dalam proses


pembelajaran siswa dituntut untuk aktif didalamnya sehingga proses belajar mengajar
menjadi lebih bermakna bagi mereka.Perkembangan kognitif seseorang anak terjadi
melalui tiga tahapan yang di tentukan oleh caranya melihat lingkungan yaitu enactive,
iconic, dan symbolic:

a. Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk


memahami lingkungan sekitarnya. Artinyadalammemahami dunia sekitarnya
anak menggunakan pengetahuan motorik.

b. Tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-


gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya dalam memahami dunia sekitarnya
belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan(komparasi).

c. Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak
yang sangan dipengaruhi oleh kemapuannya dalam berbahasa dan logika.

Menurut Brunner dalam Dalyono menyatakan bahwa anak harus berperanan secara
aktif dalam belajar di kelas. Untuk itu, Brunner memakai cara yang disebut “discovery
learning”, yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu
bentuk akhir.

Sedangkan menurut Sund dalam Roestiyah discovery adalah proses mental dimana
siswa mampu mengasimilasi sesuatu konsep atau prinsip.Siswa belajar melalui aktif
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk
mempunyai pengalaman-pengalaman dan menghubungkan pengalaman- pengalaman
tersebut untuk menemukan suatu prinsip-prinsip bagidiri mereka sendiri.

Tujuan dari discovery adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu cara
yang dapat melatih berbagai kemampuan intelektual siswa, merangsang keingintahuan

2
dan memotivasi kemampuan siswa.

Proses pembelajaran discovery harus meliputi pengalaman- pengalaman belajar


untuk menjamin siswa dapat mengembangkan proses-proses discovery sehingga
kegiatan belajar mengajar harus di rencanakan sedemikian rupa agar siswa dapat
menemukan konsep- konsep atau prinsip-prinsip melalui mentalnya dengan mengamati,
mengukur, menduga, menggolongkan, mengambil kesimpulan sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuaannya dengan penuh percaya diri.

2. Metode

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal
dari bahasa Greeka, Metha, (melalui atau melewati), dan Hodos (jalan atau cara), jadi
metode bias berarti jalan atau cara yag harus dilalui untuk mencapai yujuan tertentu.
Dengan kata lain, metode adlaah “cara untuk mencapai tujuan berdasarkan kaidah-
kaidah yang jelas dan tegas”.
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Menurut Wina Sanjaya metode adalah “Cara yang digunakan untuk
mengimplementaikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan
yang disusun tercapai secara optimal”. Metode merupakan langkah awal dalam
menerpakan recana yang kita susun sebelumnya. Sebelum terjun ke lapangan perlu
mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan langkah-langkah pembelajaran,
menentukan metode yang tepat dalam pembelajaran dan membuat konsep. Hal itu
dimaksudkan agar kegiatan belajar mengajar tercapai secara maksimal dan sisiwa dapat
merasakan hasil dari metode yang diterapkan, yaitu system belajarmengajar
metodediperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasisesuaidengan
tujuanyangingindicapaisetelajpelajaraniniberakhir.Metodejuga sebagai salah satu alat
untuk mencaopai tujuan,denganmemanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu
mencapaitujuanpengajaran.
Metode pada dasarnya adalah cara sistematis yang direncana untuk mewujudkan
pembelajaran sesuai yang ditentukan. Dalam hal ini guru dituntut selain menguasai
materi guru juga harus mampu memilih metode yang cocok sesuai pelajaran yang
diajarkan. Misalkan IPA metode yang sesuai adalah discovery learning. Maka guru
harus menerapkan metode tersebut ke dalam pembelajaran dan setidaknya
dapatmemberikan variasi-variasi dalam mengajar dengan menggunakan metode tersebut

3
agar dapat menarik minat peserta didik.
Menurut Suryobroto dalam Paul Suparno, metode discovery (penemuan) diartikan
sebagai cara mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi objek
dan lain-lain percobaan, sebelum samapai generalisasi umum. Metode discovery
(penemuan) adalah metode dimana dalam proses belajar siswa diperkenankan
menemukan sendiri informasinya. Maka keaktifan siswa sangat penting. Untuk itu
terdapat langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam proses discovery, antara lain
proses discovery ini meliputi:
a. Mengamati, siswa mengamati gejala atau persoalan yang dihadapi.
b. Menggolongkan, siswa mengklasifikasi apa-apa yang ditemukan dan
pengamatan sehingga menjadi lebihjelas.
c. Memprediksi, siswa diajak memperkirakan mengapa gejala itu terjadi atau
mengapa persoalan ituterjadi.
d. Mengukur, siswa melakukan pengukuran terhadap yang diamati untuk
memperoleh data yang lebih akurat yang dpaat digunakan untuk
mengambilkesimpulan.

3. Pendekatan, Strategi Serta Teori Discovery Learning

Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam


kompetensi, mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan
persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Untuk itu, guru perlu menemukan cara
terbaik bagaimana berbagai konsep yang diajarkan pada Mata Pelajaran yang diampunya,
sehingga semua siswa dapat merasakan manfaatnya atau bisa digunakan dan diingat lebih
lama konsep tersebut dan bagaimana setiap Mata Pelajaran dapat dipahami sebagai
bagian yang saling berhubungan dan membentuk suatu pemahaman yang utuh.
Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu
bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan dari apa yg
mereka pelajari, serta bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam
dari siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu
mengkaitkannya dengan kehidupan nyata.

Menurut Beli, beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni
sebagai berikut:

4
a. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif
dalampembelejaran.
b. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar
menemukan pola dalam situasi konkret maupunabstrak.
c. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab untuk memperoleh informasi
yang bermanfaat dalam menentukan.
d. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama
yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan mengguakan ide-ide
oranglain.
e. Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa konsep dan prinsip yang
dipelajari melalui penemuan lebihbermakna.
f. Ketrampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa
kasus, lebih mudah di transfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam situasi
belajar yangbaru.

Adapun Kelebihan Metodedalam pembelajaran menurut Brunner adalah


Discoveryyaitu :
a. Mengembangkan potensi intelektual. Siswa hanya akan dapat mengebangkan
pikirannya dengan berpikir, dengan menggunakan pikirannya sendiri. Dengan
metode discovery pikiran siswa digunakan, dilatih untuk memecahkanpersoalan.
b. Mengembangkan motivasi intrinsik. Dengan menemukan sendiri dalam metode
discovery siswa merasa puas secara intelektual. Kepuasan ini merupakan
penghargaan dari dalam diri sendiri yang akan lebih menguatkan untuk terus mau
menekunisesuatu.
c. Metode ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan
maju sesuai dengan kemampuanyya masing-masing.Membantu siswa untuk
memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses
penemuan sendiri.
d. Siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sebab ia berpikir dan
menggunakan kemampuan 15untuk menemukan hasilakhir.
e. Memahami berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman
belajar saja, membantu bila diperlukan.

5
Adapun Kelemahan Metodedalam pembelajaran menurut Brunner adalah
Discoveryyaitu :

a. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir
dalam mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan,
sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk
membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalahlainnya.
c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yanglama.
d. Pemeblajaran discovery tidak cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang dmendapatperhatian.
e. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebihlama.

C. Penyusunan RPP IPA K-13

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Satuan pendidikan : SD Muhammadiyah 09 Medan
Kelas/Semester : VI/1
Tema : 1 (Selamatkan Makhluk Hidup)
Sub Tema : 2 (Hewan Sahabatku)
Fokus Pembelajaran : IPA
Alokasi Waktu : 2 X 35 Menit (1 X Pertemuan)

1. KOMPETENSIINTI

a. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.

b. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan


percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga.

6
c. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca) danmenanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,danbenda-bendayang
dijumpainyadi rumahdandi sekolah.
d. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasayang jelas, sistematis dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.

2. KOMPETENSI DASAR & INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

KOMPETENSI INDIKATOR
3.1 Membandingkan 3.1.1Mengklasifikasikan cara
caraperkembangbiak perkembangbiakan hewan
an hewan 3.1.2 Menganalisis ciri–ciri hewan
berdasarkan cara
perkembangbiakannya

4.1.1Menyajikan data tentang 3 ciri–ciri


4.1 Menyajikan karya
hewan Berdasarkan cara
tentang
perkembangbiakannya hewan dengan
perkembangbiakan
tepat.
hewan

 Kata kerja operasional pada 3.1 terdapat pada kata awal kalimat
“Membandingkan”.

 Kata “Membandingkan” apabila dilihat dalam kaidah taksonomi bloom letak


level kognitifnya terletak pada kategori C4 (Analisa).

3. TUJUANPEMBELAJARAN

a. Melalui pengamatandanberdiskusi tentanggambar di tempat fasilitas


umum, siswa dapat mengklasifikasikan beberapa hewan berdasarkan 3

7
cara perkembangbiakan dengan benar.
b. Melalui diskusi kelompok dan tanya jawab dengan guru tentang
perkembangbiakan pada hewan, siswa dapat menemukan 3 ciri–ciri
hewan berdasarkan cara perkembangbiakannya dengan benar.
c. Melalui kegiatan presentasi kelompok, siswa dapat menyajikan data
tentang ciri –ciri hewanberdasarkan cara perkembangbiakannya
 Karakter siswa yang diharapkan:Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong royong
dan Integritas

4. MATERI PEMBELAJARAN

Perkembangbiakan pada hewan

a) Macam–macam perkembangbiakan pada hewan

b) Contoh perkembangbiakan hewan secara generatif

c) Contoh perkembangbiakan secara vegetatif

 Perkembangbiakan pada hewan dibedakan menjadi dua


jenis yaitu perkembangbiakan secara generatif (kawin) dan secara
vegatatif (takkawin).

5. ALOKASI WAKTU
Pendahuluan : 10 Menit
Kegiatan Inti : 45 Menit
Eksplorasi : 10 Menit ( Orientasi dan pengorgasiasian)
Elaborasi : 20 Menit (membimbing, mengembangkan dan menyajikan)
Konfirmasi : 15 Menit ( menganalisi dan mengevaluasi)
Penutup : 15 menit
Jumlah : 70 menit

6. METODE& MODELPEMBELAJARAN

a. Metode Pembelajaran :Pengamatan, TanyaJawab, Diskusi,dan Presentasi

b. Pendekatan :Saintifik, Penemuan (discoverylearning)

8
c. ModelPembelajaran :Discovery Learning

7. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN

a. MediaPembelajaran.

 Laptop

 Smartphone

 Gambar hewan yang ada dilingkungan sekitar.

b. Sumber

1. Buku Siswa : Wulan Dara Retno, dkk. 2018. Buku Siswa Tematik
Terpadu Kurikulum 2013 Tema 1 Selamatkan Makhluk
Hidup.Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Halaman
(Halaman 62– 73)
2. BukuGuru :WulanDaraRetno,dkk.2018.Buku Guru Tematik
Terpadu Kurikulum 2013 Tema 1 Selamatkan Makhluk
Hidup.Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Halaman
(Halaman 66 – 71)

8. LANGKAH–LANGKAHPEMBELAJARAN
kEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI
WAKTU

KEGIATAN 1. Guru memberikan salam dan meminta siswa 10 MENIT


PENDHAULUA yang datang lebih awal memimpin doa
N 2. Guru mengingatkan siswa untuk selalu
mematuhi protokol kesehatan 5 m
3. Guru melakukan presensi dan kehadiran
siswa
4. Guru bersama siswa menyanyikan lagu
syukur
5. Guru melakukan kegiatan pemberian
rangsangan (stimulation) pada siswa yaitu
dengan cara menanyakan pada siswa materi
apa yang akan dipelajari serta bagaimana
perkembangbiakan secara generatif dan
vegetatif.

9
Kegiatan inti 1. Identifikasi Masalah (Problem Statement) 45 Menit

Guru memberikan siswa kesempatan


untuk memperhatikan gambar yang diberikan
guru dan mengaitkan materi dengan
pengalaman siswa/dengan pembelajaran
sebelumnya. Pertanyaan sederhana
disampaikan guru kepada siswa:
a. Pernahkah kalian pergi kepasar, adakah
hewan dijual disana?
b. Sebutkan hewan yang dijual di pasar?

c. Mengapa banyak hewan yang dijual dan


dikonsumsi manusia tetapi hewan tersebut
tidak habis/punah?

Jawaban yang diharapkan:

 Pernah, ada

 Ayam, sapi, daging, ikan, kambing,

 Karena hewan tersebut beranak


dan bertelur sehingga tidak habis
2. Pengumpulan Data (Data Collection)

a. Guru mengarahkan siswa untuk


membentuk kelompok (4-5 orang)
menggunakan game menyebutkan angka

b. Guru membagikan LKPD kepada setiap


kelompok

c. Guru mengumpulkan hipotesa awal siswa


melalui jawaban kelompok pada LKPD
3. Pengolahan Data (Data Processing)

a. Guru mengarahkan siswa mengumpulkan


informasi mengenai hewan dan cara

10
perkembangbiakannya
b. Siswa dibimbing untuk melakukan
analisis terhadap perkembangbiakan
hewan berdasarkan cara
perkembangbiakkannya (LKPD)
(Critical thinking)
4. Pembuktian (Verification)

a. Masing–masing kelompok
mempresentasikan hasil analisisnya
b. Memberikan kesempatan kelompok lain
untuk bertanya
5. Generalisasi (Generalization)
a. Guru bersama siswa menganalisis hasil
kerja diskusi kelompok
b. Siswa diberi penguatan oleh guru terkait
materi tentang perkembangbiakan pada
hewan

Siswa menarik kesimpulan dengan


bimbingan guru.
Kegiatan Penutup 1) Guru bersama – sama dengan siswa membuat 15 Menit
simpulan pelajaran tentang
perkembangbiakan beberapa jenis hewan dan
menemukan ciri–ciri hewan berdasarkan cara
perkembangbiakannya.
2) Guru melakukan refleksi pembelajaran
3) Guru menyampaikan materi pokok yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
Mengajak semua siswa berdo’a untuk
mengakhiri pelajaran.

9. PENILAIAN HASIL BELAJAR

11
a) Teknik Penilaian
a) Penilaian Sikap

Mencatat hal-hal menonjol (positif atau negatif)yang ditunjukkan siswa


dalam sikap disiplin.
b) Penilaian Pengetahuan

Muatan Indikator Teknik Bentuk Instumen


Penilaian
IPA 1. Mengklasifikasikan beberapa Testertulis Soal pilihan
hewan berdasarkan 3 cara ganda Soal isian
perkembangbiakan. Soal uraian
2. Menemukan 3 ciri – ciri hewan
berdasarkan cara perkembang-
biakannya.

c) UnjukKerja

Teknik BentukInstumen
Penilaian
Muatan Indikator
IPA Menyajikan data tentang ciri –ciri Diskusi Rubrik penilaian
hewan berdasarkan cara dan
unjuk hasil
perkembangbiakannya

Petapikiran IPA dinilai dengan daftar periksa

Indikator Penilaian Alur & Benar Tidak Benar

Laporan memuat nama


hewan dengan benar

12
Tabel memuat cara
perkembangbiakan

Tabel memuat penjelasan ciri


Perkembangbiakan

Manfaat perkembangbiakan
ditulis dengan Menyertakan
contoh

d) Diskusi

Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Kurang


(4) (3) (2) (1)
Mendengarkan Selalu Mendengarkan Masih perlu Sering diingatkan
mendengarkan teman yang diingatkan untuk mendengarkan
teman yang berbicara, untuk teman yang
sedang namun sesekali mendengarkan sedangberbicara,
berbicara masih perlu teman yang namun tidak
diingatkan. sedang mengindahkan
berbicara.
Komunikasi Merespon dan Merespon Sering Membutuhkanbant
nonverbal menerapkan dengan tepat merespon uan dalam
(kontak mata, komunikasi terhadap kurang tepat memahami bentuk
bahasa tubuh, nonverbal komunikasi terhadap komunikasi
postur, dengan tepat nonverbal komunikasi nonverbal yang
ekspresi yang nonverbal ditunjukan
wajah, suara) ditunjukan yang teman.
teman. ditunjukan
teman.
Pertisipasi( Isi Berbica Berbicara Jarang berbicara
menyampaik pembicara dan dan selama proses
an ide, an meneran menerank diskusi
perasaan, menginspir gkan an secara berlangsung.
pikiran) asi teman. secara rinci,
Selalu rinci, Namun

13
Mendukung Merespon terkadang
dan sesuai topik merespon
memimpin kurang
Lainnya saat sesuai dengan
diskusi. topik.

b) Remedial

Siswa yang belum terampil dalam menemukan ide/gagasan


pokok dan simpulan dapat diberikan contoh-contoh tambahan teks
sebagai latihan tambahan. Siswa dapat dibantu oleh siswa lain yang
telah sangat terampil dalam menemukan ide/gagasan pokok dan
simpulan.

c) Bentuk Instrumen Penilaian


 Jurnal Penialaian Sikap

Penilaian sikap disiplin siswa seperti hadir tepat waktu, mengikuti


proses pembelajaran,menyelesaikan tugas tepat waktu.

SikapPercayaDiri
No NamaSiswa Jumlah Nilai Predikat
4 3 2 1

1
2
3
Dst
Guru memberikan tanda (√) pada setiap kriteria sesuai dengan nilai karakter yang muncul
dari siswa

14
 Kriteria:
1. Berani tampil dihadapan siswa lainnya
2. Berani mengemukakan pendapat
3. Berani menjawab pertanyaan

Skor4 :Jika siswamemenuhi3 dari3 kriteria

Skor 3 : Jika siswa memenuhi 2 dari 3 kriteria

Skor 2 : Jika siswa memenuhi 1 dari 3 kriteria

Skor1:Jikasiswatidak memenuhi semua kriteria

Perolehan skor( jumlah)


Nilai Sikap = x 100
skor maksimal

Nilaisikapdikualifikasikanmenjadipredikatsebagai berikut:

SB =Sangat Baik=81 – 100

C =Cukup = 51 – 65

B =Baik =66 – 80

K =Kurang =0 –50

 Pengetahuan Keterampilan

21
10. PEMBELAJARAN REMEDIAL

1. Guru memberikan bimbingan kepada siswa yang belum


mampu memahami cara perkembangbiakan pada hewan.
2. Guru memberikan penjelasan lebih lanjut kepada siswa yang belum
mampu mengklasifikasikan hewan berdasarkan cara perkembang-
biakannya.
3. Siswa yang masih memiliki kesulitan dalam menyajikan data ciri–ciri
hewan berdasarkan cara perkembangbiakannya.

11. PEMBELAJARAN PENGAYAAN

1. Siswa dapat memilih satu hewan yang berkembangbiak secara ovipar,


vivipar, dan ovoviviparkemudian mempresentasikan cara berkembangbiak
dan ciri – ciri dari hewan tersebutberdasarkancaraperkembangbiakannya .

Mengetahui, Medan, 25 September 2021


Kepala sekolah, Guru Kelas VI
SD Muhammadiyah 09 Medan SD Muhammadiyah 09 Medan

Adih, S.Pd Eka Mayli Arti, S.Pd


NIP. 196312121984101013 NIP. 19820172014122003

D. Kegiatan Penilaian

Dalam model pembelajaran discovery learning, penilaian dapat dilakukan dengna


menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang dapat berupa penilaian
kognitif, proses, sikap atau penilaian hasil kerja siswa. Jika penilaian berupa penilaian
kognitif, maka dapat menggunakan tes tertulis. Evaluasi (Evaluation) adalah kemampuan

22
seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide. Misalnya jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akan mampu memilih satu pilihan
yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria tertentu. Kemampuan melakukan
evaluasi juga dapat diartikan mempertimbangkan dan menilai benar salah, baik buruk,
bermanfaat tidakbermafaat.
Dalam pembelajaran dapat ditunjukkan melalui: mempertahankan pendapat, beradu
argumentasi, memilih solusi terbaik, menyusun kriteria penilaian, menyarankan perubahan,
menulis laporan, membahas suatu kasus, dan menyarankan strategi baru.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk
mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seseorang yang hasil belajarnya tinggi dapat
dikatakan bahwa dia telah berhasil dalam belajar, demikian sebaliknya.Menurut para ahli
pendidikan, hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu faktor yang terdapat dalam diri peserta didik itu sendiri (faktor internal) dan
faktor yang terdapat diluar diri peserta didik (faktorinternal).

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses pembelajaran discovery harus meliputi pengalaman- pengalaman belajar


untuk menjamin siswa dapat mengembangkan proses-proses discovery sehingga kegiatan
belajar mengajar harus di rencanakan sedemikian rupa agar siswa dapat menemukan
konsep- konsep atau prinsip-prinsip melalui mentalnya dengan mengamati, mengukur,
menduga, menggolongkan, mengambil kesimpulan sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuaannya dengan penuh percaya diri.

Discovery learning ini ditokohi oleh Jerome Brunner. Dengan teorinya yan disebut
Free Discovery Learning. Brunner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya.Dengan menggunakan dasar pemikiran psikologi kognitif maka, dalam
proses pembelajaran siswa dituntut untuk aktif didalamnya sehingga proses belajar
mengajar menjadi lebih bermakna bagi mereka.

B. Saran

Kami menulis makalah dengan judul “Pembelajaran Ipa Di Mi/Sd Dengan Strategi
Pembelajaran Discovery Learning”. Dan kita semua tahu bahwa makalah ini bukan tanpa
kekurangan dan kesalahan. Jika ada sanggahan, saran, atau peringatan yang digunakan
sebagai dukungan dalam makalah ini, Akhirnya kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada para pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aswan, Zain Dkk. 2008.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Baharudin, dkk. 2010.Teori Belajar& pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Asdi mahastya

Kemendikbud .(2018). Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 Tentang


PerubahanAtasPeraturanMenteriPendidikan&KebudayaanNomor 24 Tahun 2016
TentangKompetensiInti&KompetensiDasarPelajaranPadaKurikulum 2013
PadaPendidikanDasar&PendidikanMenengah. Jakarta: Kemendikbud

Kumalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Badung: PT.
Refika Aditama.

Roestiyah, 2008. Strategi Belajar Mengajar, cet. Ke-7. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Utara, Retno. (2011). Taksonomi Bloom. [online] [24 September 2021]

21

Anda mungkin juga menyukai