Anda di halaman 1dari 12

PEMANFATAAN KONSORSIUM BAKTERI PEREDUKSI SULFAT

DAN ZEOLIT ALAM DALAM PENGENDAPAN LOGAM Mn

(REDUCING SULPHATE AND NATURAL ZEOLITE IN Mn METAL SEDIMENTATION


USING BACTERIA CONSORTIUM)

Nur’Aini Purnamaningsih1, Endah Retnaningrum2, dan Wahyu Wilopo3


1
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta
Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta 55281
2
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Jl. Teknika Selatan Sekip Utara Yogyakarta 55281
3
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Jl. Grafika No. 2 Bulaksumur Yogyakarta 55281
e-mail: nur8#39@yahoo.com

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan zeolit
alam Wonosari terhadap aktivitas Bakteri Pereduksi Sulfat dalam pengendapan
logam Mn skala continous culture dan mengidentifikasi karakter biofilm Bakteri
Pereduksi Sulfat oleh aktivitas konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat pada zeolit alam
dalam skala continous culture. Tahap penelitian meliputi aktivasi zeolit, pengujian
aktivitas konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat dalam skala continous culture; serta
karakterisasi biofilm konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat. Konsorsium Bakteri
Pereduksi Sulfat yang digunakan berasal dari kotoran kambing. Zeolit yang
digunakan pada pengujian aktivitas konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat adalah
zeolit alam Wonosari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsorsium Bakteri
Pereduksi Sulfat pada bioreaktor dengan penambahan zeolit mempunyai aktivitas
yang lebih efektif dibandingkan dengan bioreaktor tanpa penambahan zeolit, dimana
pH meningkat menjadi pH 6,9; efisiensi pengendapan logam Mn sebesar 61,16%,
serta nilai MPN yang lebih tinggi dari kontrol. Zeolit dalam bioreaktor dengan
waktu pembentukan biofilm 5 hari dan 9 hari terlihat adanya biofilm konsorsium
Bakteri Pereduksi Sulfat yang tumbuh melekat pada permukaan zeolit.
Kata kunci: zeolit, Bakteri Pereduksi Sulfat, continous culture, biofilm

Abstract
This study was aimed at determining the effects of natural zeolite from Wonosari
on the activites of Sulphate Reducing Bacteria in Mangan (Mn) deposition of
continous culture scale, and identifying the biofilm character of Sulphate Reducing
Bacteria on consortium activites on natural zeolite using continous culture scale.
The first step was activation of zeolites, followed by testing the activity of consortium
activities of Sulphate Reduction Bacteria in continuous culture scales; and biofilm
characterization of Sulphate Reducing Bacteria consortium. The consortium of
Sulphate Reducing Bacteria derived from goat feces. The size of zeo natural zeolites
that used in the consortium activity test of Sulphate Reducing Bacteria in Mangan
sedimentation was from Wonosari. The results show that the consortium of Sulphate

37
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 22, Nomor 1, April 2017

Reducing Bacteria in the bioreactor with the addition of zeolite had an activity that
was more effective than the bioreactor without the addition of zeolite, where the
pH is increased to pH 6.9; Mangan sedimentation is 61.16%, and the higher MPN
index than the control. Zeolite in a bioreactor with biofilm formation in 5 th days
and 9th days seems that there are biofilm consortium of Sulphate Reducing Bacteria
growing attached to the surface of the zeolite.
Keywords: zeolite, sulfate reducing bacteria, continous culture, biofilm

PENDAHULUAN yang mengandung logam terlarut tinggi.


Aktivitas industri di beberapa daerah Karena senyawa ini sangat reaktif dan
di Indonesia semakin meningkat, sehingga bereaksi dengan logam membentuk logam
menyebabkan pencemaran lingkungan sulfida yang sangat stabil. Pemanfaatan
akibat berbagai jenis limbah yang dihasilkan Bakteri Pereduksi Sulfat sebagai agensia
dari kegiatan industri. Limbah industri pendetoksifikasi merupakan pendekatan
tambang mineral umumnya menyebabkan untuk proses bioremidiasi lingkungan.
air mempunyai kandungan sulfat yang tinggi Bakteri tersebut mampu tumbuh pada
dan pH <3. Salah satu dampak penurunan lingkungan asam dan kandungan logam
pH tersebut adalah meningkatnya kelarutan Mn yang lebih efektif dengan membentuk
logam, termasuk logam Mn, sehingga dapat biofilm. Biofilm merupakan bentuk koloni
menimbulkan pencemaran logam pada yang terdiri dari berbagai kelompok bakteri
lingkungan perairan. yang melekat pada permukaan suatu substrat
Salah satu alternatif proses penanganan (Rajbir, Debrati, & Rakesh, 2006).
pencemaran secara biologis dengan Proses reduksi sulfat dan pengikatan
memanfaatkan aktivitas mikrobia yaitu logam Mn oleh Bakteri Pereduksi Sulfat
dengan menggunakan Bakteri Pereduksi dapat dikondisikan dalam suatu bioreaktor
Sulfat. Bakteri ini mampu mendekontaminasi anaerob. Dalam reaktor tersebut substrat
sulfat dan mampu menurunkan konsentrasi organik yang kompleks tersedia dengan
logam. Bakteri Pereduksi Sulfat pada adanya aktivitas fermentasi oleh kelompok
umumnya bersifat anaerob dan dapat bereaksi bakteri anaerob lainnya. Bakteri Pereduksi
dengan berbagai logam menghasilkan Sulfat memerlukan asam organik pendek
hidrogen sulfida (H2S) (Widyati, 2006). tertentu untuk respirasi anaerobnya.
Suyasa (2002) menyatakan bahwa Aktivitas Bakteri Pereduksi Sulfat dalam
terbentuknya hidrogen sulfida juga sangat bioreaktor diharapkan dapat lebih efektif
menguntungkan terhadap lingkungan dengan pemberian zeolit alam dari Wonosari.

38
Pemanfataan Konsorsium Bakteri Pereduksi (Purnamaningsih, N.A., dkk.)

Hasil penelitian Pujiastuti dan Saputro mengidentifikasi karakter biofilm Bakteri


(2007) mengenai penurunan kadar Zn dalam Pereduksi Sulfat oleh aktivitas konsorsium
limbah elektroplating pada berbagai ukuran Bakteri Pereduksi Sulfat pada zeolit alam
zeolit didapatkan bahwa Zn dalam limbah dalam skala continous culture.
elektroplating dengan konsentrasi awal
1,6 ppm dapat diserap oleh zeolit sampai METODE PENELITIAN
99,25%; dimana kenaikan penyerapannya Penelitian ini dilakukan dalam
semakin tinggi dengan semakin kecil beberapa tahap, antara lain aktivasi
ukuran zeolit yang digunakan, karena zeolit, pengujian aktivitas konsorsium
semakin kecil ukuran zeolit luas permukaan Bakteri Pereduksi Sulfat dalam skala
penyerapannya semakin besar. Penelitian continous culture (dalam bioreaktor);
sebelumnya Widyati (2007) menunjukkan serta karakterisasi biofilm konsorsium
bahwa Bakteri Pereduksi Sulfat (BPS) yang Bakteri Pereduksi Sulfat. Parameter yang
diisolasi dari sludge industri kertas dengan diamati selama penelitian antara lain pH,
dosis 1% (berat/ volume) dalam waktu 1 konsentrasi sulfat, konsentrasi Mn, dan
hari dapat mereduksi sulfat, dosis inokulum biofilm pada zeolit.
10% (berat/ volume) dapat menurunkan Mikrobia yang digunakan yakni
konsentrasi sulfat dan Mn dalam waktu Konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat yang
2-4 hari. Fahruddin (2009) melaporkan berasal dari kotoran kambing yang diambil
penggunaan sedimen wetland rawa dari peternakan kambing di Kotagede
sebagai sumber Bakteri Pereduksi Sulfat Yogyakarta. Zeolit yang digunakan yaitu
dalam pengolahan limbah asam tambang zeolit alam Wonosari.
menunjukkan bahwa Bakteri Pereduksi Media untuk pertumbuhan Konsorsium
Sulfat dapat meningkatkan pH sampai 7,3. Bakteri Pereduksi Sulfat (BPS) dilakukan
Penelitian yang melaporkan tentang dengan media Postgate (Atlas & Park,
penambahan zeolit alam untuk aktivitas 1993), dimana komposisi untuk satu liter
konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat belum media cair terdiri dari magnesium sulfat
pernah dilakukan. Oleh karena itu, dalam (1,0 g), ammonium klorida (0,5 g), kalium
penelitian ini akan dilakukan penelitian dihidrogen fosfat (1,0 g), glukosa (0,1 g),
untuk mengetahui pengaruh penambahan kalsium klorida (0,1 g), natrium sulfat (0,5
zeolit alam Wonosari terhadap aktivitas g), ekstrak khamir (0,1 g), natrium laktat (8
Bakteri Pereduksi Sulfat dalam pengendapan ml), iron sulfat (0,1 g), asam askorbat (0,5
logam Mn skala continous culture dan g). Limbah sintetik yang digunakan untuk

39
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 22, Nomor 1, April 2017

pengujian aktivitas Konsorsium BPS yakni Bakteri Pereduksi Sulfat terdiri dari tiga
medium Postgate cair yang ditambahkan bak, yakni bak pengisi, bak pengolah
sulfat sebanyak 100 ppm dan Mn sebanyak dan bak penampung. Volume bak pengisi
10 ppm. Mn yang digunakan yaitu mangan sebesar 6.000 ml, dan pada bak pengolah
(II) sulfat (MnSO4.H2O, Mr = 168,91 g terdapat perlakuan dengan dan tanpa
mol-1). penambahan zeolit alam Wonosari.
Alat yang akan digunakan antara Limbah sintetik berupa media Post-
lain alat gelas (Pyrex), timbangan analitik gate yang ditambahkan sulfat sebesar 100
(Acis), bunsen, penyaring, pH indikator ppm dan Mn sebesar 10 ppm pada bak
(Merck), pH meter (Metrohm), oven, pengisi dialirkan ke dalam bak pengolah.
Laminar Air Flow, inkubator, vortex, Pada perlakuan dengan penambahan zeolit
autoclave, dua set bioreaktor, stopwatch, alam, bak pengolah diisi dengan sumber
Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV- inokulum konsorsium Bakteri Pereduksi
1601), Atomic Absorbtion Spektrofotometer Sulfat dan zeolit alam Wonosari yang telah
(Hitachi Z-2000), dan SEM-EDX (JEOL dipreparasi dan disterilisasi menggunakan
JSM-6510LA). autoclave. Sedangkan bak pengolah tanpa
Zeolit alam Wonosari direndam dengan penambahan zeolit hanya berisi konsorsium
akuades selama 24 jam pada temperatur Bakteri Pereduksi Sulfat. Rancangan
kamar. Perendaman ini bertujuan untuk bioreaktor pengolahan limbah sintetik
menghilangkan pengotor-pengotor larut air ditunjukkan pada Gambar 1.
yang terdapat dalam kerangka zeolit. Zeolit Pengamatan pada bioreaktor dilakukan
yang sudah direndam tersebut kemudian selama sembilan hari, dimana sampel yang
disaring dengan menggunakan penyaring keluar pada bak penampung dianalisis pH,
dan dikeringkan dalam oven selama 24 jam sulfat dan Mn pada hari ke-0, 3, 5, 7 dan 9.
0
pada temperatur 80 C untuk menguapkan Sedangkan untuk mengetahui pembentukan
air yang terdapat dalam permukaan zeolit biofilm pada zeolit digunakan metode Most
sehingga membuka pori-pori dari zeolit. Probable Number (MPN) untuk menduga
Ada dua set bioreaktor yang diguna- jumlah populasi bakteri, dianalisis pada
kan dalam penelitian ini. Satu set hari ke-5 dan 9. Pada analisis MPN, tabung
bioreaktor merupakan pengolahan dengan kultur diinkubasi pada suhu kamar (30
penambahan zeolit dan satu set bioreaktor ± 20C) selama 14 hari. Setelah 14 hari,
tanpa penambahan zeolit. Unit pengolahan dilakukan pengamatan dengan melihat
limbah sintetik menggunakan konsorsium jumlah tabung kultur yang menghitam

40
Pemanfataan Konsorsium Bakteri Pereduksi (Purnamaningsih, N.A., dkk.)

Gambar 1. Rancangan Bioreaktor Pengolahan Limbah


Sintetik

yang menunjukkan terbentuknya endapan Pereduksi Sulfat yang menempel pada


sulfide yang mengindikasikan tumbuhnya permukaan zeolit dilakukan dengan
konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat. Scanning Electron Microscopy-Energy
Pembacaan hasil dari uji MPN dengan Dispersive X-Ray (SEM-EDX). Analisis
menghitung jumlah tabung yang positif. SEM-EDX ini dilakukan di Laboratorium
Angka yang diperoleh dicocokkan dengan Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT)
tabel MPN. UGM Yogyakarta. Analisis SEM-EDX
Pengamatan karakter molekuler ini dilakukan pada permukaan zeolit yang
pembentukan biofilm konsorsium Bakteri telah terbentuk biofilm konsorsium Bakteri

41
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 22, Nomor 1, April 2017

Pereduksi Sulfat terpilih dalam pengujian dan 9. Hasil analisis pH, konsentrasi sulfat,
skala continous culture. Hasil dari EDX dan logam Mn ditunjukkan pada Gambar 2.
yaitu tampilan prosentase berupa mass % Gambar 2a menunjukkan bahwa Bio-
dan atom % dari unsur yang terkandung di reaktor dengan penambahan zeolit (BZ)
dalam bahan. Unsur yang ditampilkan pada mengalami kenaikan pH, dimana pH
grafik bisa dipilih sesuai yang dikehendaki. awal medium asam (pH 5) menjadi netral
Untuk penelitian ini adalah unsur Mn. (pH 6,6). Bioreaktor tanpa penambahan
zeolit (BTZ) juga mengalami kenaikan pH
HASIL DAN PEMBAHASAN menjadi netral (pH 7,0). Proses reduksi
Pengujian Aktivitas Konsorsium Bakteri sulfat menjadi sulfida dihasilkan bikarbonat
Pereduksi Sulfat dalam Skala Continous (HCO3) menyumbang alkalinitas pada
Culture (Bioreaktor) perairan sehingga meningkatkan pH perairan
Pada penelitian ini konsorsium (Warkentin & Rowley, 1994).
Bakteri Pereduksi Sulfat yang digunakan Bioreaktor dengan penambahan zeolit
berupa kotoran kambing dan zeolit yang (BZ) pada Gambar 2b lebih efektif dalam
ditambahkan adalah zeolit yang berukuran reduksi sulfat dibandingkan bioreaktor
kecil diaplikasikan ke dalam bioreaktor tanpa penambahan zeolit (BTZ), dimana
dengan sistem continous culture. hasil pengukuran konsentrasi sulfat pada
Salah satu keunggulan sistem pengolah- bioreaktor dengan penambahan zeolit hari
an secara bioteknologi dengan memanfaatkan ke-7 didapatkan konsentrasi akhir sulfat
peranan bakteri yaitu pengurangan tingkat sebesar 1.037 ppm, sedangkan konsentrasi
keracunan elemen polusi terhadap lingkungan akhir sulfat bioreaktor tanpa penambahan
dengan mengandalkan peranan bakteri untuk zeolit sebesar 1.303 ppm.
menyerap, mendegradasi, mentransformasi Bakteri Pereduksi Sulfat adalah
dan mengimobilisasi zat pencemar (Wahyuni kelompok heterotrofik yang menggunakan
dkk., 2008). Reduksi yang terjadi adalah senyawa organik sederhana sebagai sumber
proses terendapkannya pencemar dalam karbon dan mampu hidup pada kondisi
bentuk tereduksi oleh aktivitas mikro- lingkungan yang ekstrim. Bakteri Pereduksi
organisme dalam suatu bioreaktor. Sulfat memanfaatkan sulfat, tiosulfat, sulfit
Pengamatan pada bioreaktor dilakukan dan senyawa-senyawa sulfur yang dapat
selama 9 hari, dimana pH, kandungan sulfat, direduksi lainnya sebagai akseptor elektron
serta logam Mn yang terkandung dalam dalam proses respirasi metaboliknya
limbah sintetik diukur pada hari ke 0, 3, 5, 7 (Madigan et al., 1992).

42
Pemanfataan Konsorsium Bakteri Pereduksi (Purnamaningsih, N.A., dkk.)

Gambar 2. Hubungan Aktivitas Konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat dengan (a)


pH (b) konsentrasi sulfat (c) konsentrasi logam Mn

(a) (b)

(c)

Dari Gambar 2c. menunjukkan toleran terhadap konsentrasi sulfat dan logam
bahwa hasil pengukuran konsentrasi Mn terlarut yang tinggi. Penggunaan rangkaian
bioreaktor dengan penambahan zeolit (BZ) bioreaktor dengan media kompos dan batu
lebih efektif, dimana konsentrasi Mn awal vulkanik dapat memperbaiki kualitas air asam
dalam limbah sintetik sebesar 10,5270 tambang ditinjau dari parameter pH, sulfat,
ppm mengalami reduksi 61,16% menjadi dan logam terlarut, dimana pH meningkat
4,0885 ppm. Bioreaktor tanpa penambahan dari 2,85 menjadi 6,98; mereduksi sulfat
zeolit (BTZ) mengalami reduksi Mn sebesar dari 721,75 menjadi 226,679 (68,59%); serta
49,19% menjadi 5,3485 ppm. mereduksi logam Fe dan Mn masing-masing
Hasil penelitian Wahyuni (2008) me- dari 10,82 menjadi 0,17 (98,43%) dan dari
nunjukkan bahwa D. orientis ICBB 1220 13,79 menjadi 3,65 (73,52%). Sulfida yang

43
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 22, Nomor 1, April 2017

dihasilkan dalam proses reduksi sulfat biofilm 5 dan 9 hari dengan menggunakan
bereaksi dengan ion-ion logam terlarut metode Most Probable Number (MPN)
membentuk sulfida logam yang tidak larut dilakukan untuk menduga jumlah populasi
sehingga konsentrasi logam terlarut dalam bakteri dari masing-masing waktu pem-
air asam tambang menurun (Warkentin & bentukan biofilm. Hasil uji MPN pada hari
Rowley, 1994). ke-5 dan hari ke-9 dapat dilihat pada Tabel
Sulfida merupakan bentuk tereduksi 1 dan Tabel 2.
dari sulfur (S), sedangkan sulfur dioksida Hasil analisis Most Probable Number
(SO2) dan ion sulfat (SO42-) adalah bentuk (MPN) menunjukkan bahwa nilai MPN
teroksidasinya. Pembentukan sulfida konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat pada
yang didukung oleh proses biologi kon- bioreaktor dengan penambahan zeolit
sorsium Bakteri Pereduksi Sulfat dapat (BZ) biofilm 5 hari sebesar 2.000 sel per
mengendapkan ion-ion logam yang toksik 100 ml dan biofilm 9 hari sebesar 9.300
seperti Fe, Cu, Mn, Zn, Ni, dan Pb. sel per 100 ml. Sedangkan nilai MPN
Penanganan limbah yang terkontaminasi konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat pada
logam Fe, Zn, Mn, dan Cd secara biologis bioreaktor tanpa penambahan zeolit (BTZ)
dengan memanfaatkan Bakteri Pereduksi biofilm 5 hari yakni <300 sel per100 ml,
Sulfat dalam suatu bioreaktor mampu dan biofilm 9 hari sebesar 900 sel per
menurunkan kadar logam terlarut tersebut 100 ml. Nilai MPN yang didapat dari
hingga 95%. bioreaktor dengan penambahan zeolit (BZ)
Perhitungan jumlah konsorsium lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
Bakteri Pereduksi Sulfat pembentukan MPN yang didapat dari bioreaktor tanpa

Tabel 1
MPN Konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat pada Hari ke-5
Variasi Pengenceran
MPN Indeks
No Sampel dan Hasil Positif
(sel/ 100 ml)
3x10-1 3x10-2 3x10-3
1 KK + Zeolit (BZ) 2 1 1 2.000
2 KK (BTZ) 0 0 0 <300
Keterangan:
BZ = Bioreaktor konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat berupa kotoran kambing
dengan penambahan zeolit
BTZ = Bioreaktor konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat berupa kotoran kambing
tanpa penambahan zeolite

44
Pemanfataan Konsorsium Bakteri Pereduksi (Purnamaningsih, N.A., dkk.)

Tabel 2
MPN Konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat pada Hari ke-9
Variasi Pengenceran
MPN Indeks
No Sampel dan Hasil Positif
(sel/ 100 ml)
3x10-1 3x10-2 3x10-3
1 KK + Zeolit (BZ) 3 2 0 9.300
2 KK (BTZ) 2 0 0 900
Keterangan:
BZ = Bioreaktor konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat berupa kotoran kambing
dengan penambahan zeolit
BTZ = Bioreaktor konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat berupa kotoran kambing
tanpa penambahan zeolit

penambahan zeolit. Hal ini dikarenakan bioreaktor dengan penambahan zeolit (BZ)
konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat pada mempunyai aktivitas yang lebih tinggi
bioreaktor dengan penambahan zeolit dapat dibandingkan dengan bioreaktor tanpa
membentuk biofilm untuk melekatkan penambahan zeolit (BTZ). Bioreaktor
diri pada permukaan zeolit, sehingga dengan penambahan zeolit (BZ) yang
biofilm dan polimer-polimer ekstraseluler digunakan dalam penelitian ini memakai
dapat tumbuh dan melekat pada media sistem reaktor dengan pertumbuhan
pendukung. melekat. Dalam sistem ini mikrobia tumbuh
Penggunaan kotoran kambing dan pada media pendukung berupa zeolit
zeolit sangat mendukung kinerja bioreaktor membentuk biofilm untuk melekatkan
dalam pengolahan limbah sintetik. Sumber diri pada permukaan zeolit sehingga
konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat biofilm dan polimer-polimer ekstraseluler
berupa kotoran kambing sangat berperan dapat tumbuh dan melekat pada media
dalam reduksi sulfat dan logam Mn, serta pendukung. Sedangkan bioreaktor tanpa
dengan adanya penambahan zeolit sangat penambahan zeolit (BTZ) termasuk sistem
mendukung dalam pertumbuhan biofilm reaktor pertumbuhan tersuspensi, sehingga
konsorsium Bakteri pereduksi Sulfat untuk biofilm tumbuh dan berkembang dalam
melekatkan diri dan melindungi dari abrasi keadaan tersuspensi dalam air sehingga
air limbah. aktivitas mikrobia menjadi kurang optimal.
Dari hasil analisis pH, sulfat, Mn, Zeolit yang digunakan dalam
dan MPN tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini sangat berperan dalam
konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat pada proses pengolahan limbah sintetik yang

45
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 22, Nomor 1, April 2017

mengandung sulfat dan logam Mn. Dengan hasil pengamatan foto SEM zeolit tanpa
mengimobilisasi sel-sel bakteri pada suatu perlakuan (kontrol), zeolit perlakuan
permukaan partikel padatan dan terbentuk hari ke-5, dan zeolit perlakuan hari ke-9
biofilm, efektivitas kinerja bakteri dalam (Gambar 3).
mereduksi sulfat dan mengendapkan Gambar 3a menunjukkan bahwa zeolit
logam dapat meningkat. Bioreaktor yang tanpa perlakuan (kontrol) tidak terbentuk
digunakan dalam penelitian ini dengan biofilm, namun hanya terlihat rongga-
sistem pertumbuhan melekat, dimana rongga pada permukaan zeolit. Gambar 3b
mikrobia tumbuh di atas zeolit membentuk menunjukkan bahwa zeolit dalam waktu
lapisan biofilm untuk melekatkan diri pada pembentukan biofilm 5 hari sudah terlihat
permukaan zeolit. adanya biofilm dan polimer-polimer
Hasil dari EDX dari zeolit yang telah ekstraseluler yang tumbuh melekat pada
dianalisis, didapatkan presentase unsur permukaan zeolit. Biofilm dan polimer-
yang terkandung di dalam bahan, yakni polimer ekstraseluler yang terdapat pada
zeolit tanpa perlakuan (kontrol) memiliki zeolit juga berperan dalam proses reduksi
kandungan Mn 0%, zeolit perlakuan hari sulfat dan logam Mn. Pada Gambar 3c
ke-5 mengandung Mn 0,15%, dan zeolit secara visual dapat dilihat bahwa zeolit
perlakuan hari ke-9 mengandung Mn 0,88% dalam waktu pembentukan biofilm 9 hari
yang ditunjukkan pada Tabel 3. relatif lebih padat dibandingkan zeolit
Pengamatan karakter molekuler dalam waktu pembentukan biofilm 5
pertumbuhan bakteri pereduksi sulfat hari. Hal ini disebabkan karena waktu
yang menempel pada zeolit dilakukan pembentukan biofilm lebih lama, sehingga
dengan menggunakan Scanning Electron pembentukan sel-sel bakteri yang terikat
Microscopy-Energy Dispersion X-Ray ke matriks dan senyawa ekstraseluler pada
(SEM-EDX). Berikut ini merupakan biofilm lebih tinggi.
Polimer ekstraseluler pada bio-film

Tabel 3 mempunyai tiga fungsi yaitu mengi-


Presentase Unsur Mn yang Terkandung mobilisasi air pada biofilm, menjerat
pada Zeolit logam-logam dan produk-produk proses
Zeolit Mangan (Mn)
korosi pada substrat, dan menurunkan laju
Kontrol 0,00%
Perlakuan hari ke-5 0,15% difusi dari dan menuju substrat.
Perlakuan hari ke-9 0,88%

46
Pemanfataan Konsorsium Bakteri Pereduksi (Purnamaningsih, N.A., dkk.)

Gambar 3. Foto Permukaan Zeolit Hasil Pengamatan dengan Scanning Electron


Microscopy Perbesaran 10.000x (a) kontrol, (b) Konsorsium Bakteri
Pereduksi Sulfat pada Zeolit pada Hari ke-5, (c) Konsorsium Bakteri
Pereduksi Sulfat pada Zeolit pada Hari ke-9

(a) (b)

(c)

SIMPULAN waktu pembentukan biofilm 5 hari dan 9 hari


Konsorsium Bakteri Pereduksi Sulfat terlihat adanya biofilm konsorsium Bakteri
pada bioreaktor dengan penambahan zeolit Pereduksi Sulfat yang tumbuh melekat pada
mempunyai aktivitas yang lebih efektif permukaan zeolit.
dibandingkan dengan bioreaktor tanpa
penambahan zeolit, dimana pH meningkat DAFTAR PUSTAKA
menjadi pH 6,9, efisiensi pengendapan logam
Atlas, M. R., & Parks, L.C. (1993).
Mn sebesar 61,16%, serta nilai MPN yang Handbook of microbiological media.
lebih tinggi. Zeolit dalam bioreaktor dengan Boca Raton: CRC Press.

47
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 22, Nomor 1, April 2017

Fahruddin. (2009). Pengaruh jenis desimen Wahyuni, E. T., Aryanto Y., Setiaji, B.,
wetland dalam reduksi sulfat pada Sastrohamijoyo, H. Wanida, C.,
limbah air asam tambang (AAT). J. Tek. & Webb, J. (2001). Sintesis novel
Ling, 10(1), 26-30. oksida besi di dalam struktur zeolit.
Prosiding Seminar Nasional Kimia IX,
Pujiastuti, C., & Saputro, E. A. (2007, Yogyakarta.
Juli). Pengaruh ukuran zeolit dan
penambahan naedta pada penyerapan Warkentin, D. D., & Rowley, M. V. (1994).
logam Zn dalam limbah elektroplating. Britannia minesite ARD biosulphide
Makalah dipresentasikan pada Seminar demonstration project. Interim Report-
Nasional Teknik Kimia Soebardjo Laboratory Testing. NTBC Research
Brotohardjono, Surabaya Corp, Richmont, BC, Canada.

Rajbir, S., Debrati, P., & Rakesh, K. Widyati, E. (2006). Bioremediasi tanah
J. (2006). Biofilm: Implication in bekas tambang batubara dengan
bioremidiation. Institute of Microbial sludge industri kertas untuk memacu
Technology. Article. revegetasi lahan (Disertasi tidak
diterbitkan). Program Pascasarjana
Suyasa, I. W. B. (2002). Peningkatan pH Institut Pertanian, Bogor.
dan pengendapan logam berat terlarut
air asam tambang (AAT) dengan Widyati, E. (2007). Pemanfaatan bakteri
bakteri pereduksi sulfat dari ekosistem pereduksi sulfat untuk bioremediasi
air hitam Kalimantan (Disertasi tidak tanah bekas tambang batubara.
diterbitkan). Institut Pertanian Bogor, Biodiversitas, 8(4), 283-286.
Bogor.

48

Anda mungkin juga menyukai