Anda di halaman 1dari 46

Perencanaan Tambang PT.

GMC

Disusun Oleh :

Kelompok 5
1. Nurul Putri Mirani
2. Yuli Ria Dogopia
3. Rio Hutapea
4. Rudolf Wardenar
5. Angga Wicaksono
6. Yesaya Adii
7. Aristoteles Saa
8. Loser Sonab
9. Gerson Nawipa
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan penulisan laporan Mata Kuliah Perencanaan
Tambang ini dengan baik. Laporan ini tersaji berkat adanya bantuan dari beberapa pihak,
berupa bimbingan, nasihat, dan kritikkan. Sehingga Laporan ini selesai dibuat dengan
sebaik- baik Nya. Tidak lupa penulis bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Bevie
M. Nahumury, MT selaku dosen mata kuliah Perencanaan Tambang, Asisten dosen yang
tidak dapat kami sebutkan semua, serta terman teman yang telah mendukung penulis dalam
pembuatan laporan Perencanaan Tambang ini.

Dengan kesadaran dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan ketidak sempurnaan, oleh karena itu penulis membutuhkan kritik dan saran
yang akan membuat laporan ini sesuai dengan harapan. Demikian pengantar laporan ini,
kurang dan lebihnya penulis mohon maaf, serta penulis juga berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jayapura , 17 November 2021

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusaan mineral atau batu bara yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian
, pngangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Dalam memulai
penambangannya dilakukanlah terlebih dahulu Perencanaan Tambang.

Perencaan Tambang adalah suatu proses penetapan desain tambang dan langkah
langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam menentukan kelayakan rancangan tambang
dan tahapan pelaksanaan operasi penambangan guna mencapai hasil yang telah
ditentukan. Dalam perencanaan tambang suatu rancangan akan mencapai batas akhir
penambanan dalam jangka waktu tertentu secara aman dan menguntungkan. Dimana
didalamnya berisikan jadwal produksi dan rancangan fase penambangan tahunan/bulanan,
sehingga perencaan tambang memiliki tujuan membuat suatu rancangan tambang untuk
menghasilkan tingkat produksi yang telah ditentukan.

Jadwal produksi berfungsi untuk membuat agar rencana produksi dapat berjalan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, sehingga dapat dikatakan bahwa jadwal
produksi dilakukan agar alat-alat dapat bekerja sesuai dengan kapasitas yang ada serta
kuantitas produk yang yang diinginkan sesuai waktu yang telah ditentukan

Suatu perusahaan tambang yang terletak di daerah desa Koya Koso, Kecamatan
Abepura, Kota Jayapura,Provinsi Papua belum mempunyai system perencanaan yang
baik dan benar serta jadwal prosuksi yang sistematis

Oleh karena itu kami berniat memebantu perusahaan sekaligus simulasi untuk kami
dalam membuka suatu perushaan tambang yang memiliki sistem perencanaan tambang
dan jadwal produksi yang baik dan benar.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari perencanaan tambang ini yaitu untuk mendesain atau memulai suatu
perusahaan dari awal mulai dari jalan tambang, sampai dengan proses pemasaran.

1.2.2 Tujuan
Tujuan dari perencanaan tambang adalah sebagai berikut :
a) Mengetahui penjadwalan produksi.
b) Membuat desain pit penambangan
c) Mengetahui kebutuhan alat.
d) Mengetahui sarana drainase tambang.
e) Mengetahui pengolahan cadangannya.
f) Mengetahui keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diterapkan.
g) Mengetahui pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan.
h) Mengetahui BESR.
i) Mengetahui apakah suatu perusahaan mengalami kerugian atau keuntungan

1.3. Ruang lingkup


a) Topografi
Topografi Kelurahan Koya Barat adalah dataran rendah dengan ketinggian 10 meter
di atas permukaan air laut. Kelurahan ini memiliki luas wilayah 3,885,019 Ha atau
19% luas Wilayah Distrik Muara Tamidan terdiri dari lahan kering, rawa-rawa dan
hutan. Luasan yang akan ditambang PT.GMC adalah sebesar 2 hektar.
b) Data Awal
Dalam pengambilan data awal menggunakan Total Station (Ts) didapatkan 103 data
terdiri dari X sebagai Bujur Timur, Y sebagai Lintang Selatan, dan Z sebagai Elevasi
, kemudian kami mengambil data ketinggian dan kemiringan lereng , kami
mnegambil data kuat tekan menggunkan smit hammer , dan yang terakhir kami
mewawancarai salah satu karyawan perusahan untuk mengetahui ekonomi
perusahaan .
Semua data awal akan kami jadikan sebagai lampiran .

1.4 Metode Studi

 Penentuan Sasaran Produksi


 Pemilihan Metode Penambangan
1.5 Pelaksana studi
Pelaksanaan bertempat di desa Koya Koso, Kecamatan Abepura, Kota
Jayapura,Provinsi Papua. Dengan jarak tempuh 24 Km dalam waktu 40 menit dengan
mengendarai motor.

Gambar 1.1Peta Administrasi Kota Jayapura.


1.6 Jadwal
1.6 Diagram Alir

peta temuan
peta topografi Prospeksi contoh batuan
geologi
mineralogi
geofisika jumlah & sifat cadangan
geokimia kadar endapan
Eksplorasi
EKSPLORASI sifat fisik,kimia, mekanik
stratigrafi & litologi

layak a/tidak layak ditambang


kerusakan lingkungan dapat ditangani dpkumen amdal,RKL & RPL
Studi Kelayakan

LAYAK TAMBANG TIDAK LAYAK TAMBANG

( MINEABLE ) ( MINEABLE )

MASUK ARSIP

Pencarian Dana REKACIPTA TAMBANG


Meminjam Bank

peta rancangan kemajuan


tata letak sarana & prasarana tambang
penentuan sasaran produksi
pemilihan metode penambangan
penentuan macam & ukuran

 medan kerja awal


A  sumuran dalam
persiapan penambangan

 produksi
penambangan

pengangkutan
promosi Pemasaran
pengembangan produksi
BAB II

KEADAAN UMUM

2.1. Lokasi & Kesampaian Daerah


2.1.1 Lokasi
Daerah perencanaan penambangan berlokasi di desa Koya Koso, Kecamatan
Abepura, Kota Jayapura,Provinsi Papua.
2.1.1. Kesampaian daerah
Daerah perencanaan penambangan bertempat di desa Koya Koso, Kecamatan
Abepura, Kota Jayapura,Provinsi Papua. Dengan jarak tempuh dari kampus ke
lokasi berkisar 24 Km dalam waktu 40 menit dengan mengendarai motor.
2.2. Kondisi Geologi
Lokasi Kegiatan Berbatasan dengan :

 Sebelah Utara : HUTAN


 Sebelah Selatan : HUTAN
 Sebelah Timur : HUTAN
 Sebelah Barat : JALAN

2.3. Keadaan Daerah Penelitian


Keadaan daerah penelitian pada PT Good Mining Company (GMC) yaitu
Vegetasi: jarang, heterogen

2.4. Tata Guna Lahan & Penduduk


Tata guna lahan pada sekitaran lokasi penambangan yaitu penduduk kebanyakan
melakukan kegiatan berkebun yang dapat menjadi pemasukan tambahan untuk
membantu ekonomi dalam setiap rumah tangga.
2.5. Iklim
Wilayah pada lokasi penambangan PT Good Mining Company (GMC) di klasifikasi
sebagai wilayah tropis dengan suhu berkisar 22-31 derajat pada siang hari. Adapun
cuaca pada umumnya tidak menentu, terkadang panas dan bisa tiba-tiba hujan,
berikut data cura hujan yang dapat dilihat pada table dibawah ini.
No Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov Des
1 2015 318 260 267 152 114 202 164 269 120 95 140 219
2 2016 382 170 318 177 221 285 228 153 338 270 218 367
3 2017 350 180 75 318 219 165 313 160 223 190 270 141
4 2018 157 372 368 179 120 233 172 90 195 101 213 358
5 2019 681 610 621 238 131 119 205 83 97 179 100 160
BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN PENGENDAPAN

3.1. Stratigrafi
Berdasarkan pengamatan dilapangan, serta analisa kandungan fosil yang di dapatkan
selama penelitian berlangsung, dan setelah dibuat penampang stratigrafinya maka penulis
mengelompokan, Penyusunan stratigrafi daerah penelitian didasarkan pada kesamaan ciri
litologi dominan yang ada di daerah penelitian. Secara umum, daerah penelitian disusun oleh
batuan - batuan sediment dan beberaapa batuan volkanik yang pada kala kapur telah
terbentuk oleh aktifitas gunung api bawah laut yang giat menjemari dengan formasi
Auwewa. Bagian atasnya menjemari dengan formasi makats, bersentuhan tektonik dengan
satuan ultramefik.

Secara tratigrafi daerah Kota Jayapura tersusun oleh batuan beku, sedimen dan
metamorfik yang berasal dari umur praTersier, Tersier hingga Kuarter. Urutan batuan yang
menyusun daerah Kota Jayapura dari umur tertua kemuda, sebagai berikut. Pra-Tersierter
diri dari batuan beku mafik dan ultarmafik (m dan um), serta batuan metamorfik (pTmc).
Kelompok batuan ini digolongkan sebagai batuan tektonit (SuwarnodanNoya, 1995).

Tersierter diri kelompok batuan piroklastik yang berupa lava basal, diabas, andesit dan
breksi volkanik, tuf dan sisipan batugamping, greywacke dan tuf (Formasi Auwewa/Tema),
Kelompok batugamping bersispan biomikrit, napal, batupasir halus, greywacke gampingan,
tufaan, dan tuf (FormasiNubai/Tomn), kelompok batuan sedimen berupa greywacke yang
berselingan dengan batulanau dan batulempung serta bersisipan dengan konglomerat dan
napal (FormasiMakats/Tmm), batupasir dan batu lempung yang bersisipan dengan
batugamping, napal dan lanau (FormasiAurimi/Tmpa), dan batugamping
(FormasiBenai/Tmpb). Hampir semua formasi saling jari menjemari. Secara selaras di
atasnya diendapkan greywacke yang berselang-seling dengan batulempung, batulanau,
napal, konglomerat serta sisipan batupsir dan lignit (FormasiUnk/Qtu). Kuarter terdiri dari
Kelompok batuan campur aduk (Qc) dan endapan lumpur (Qmd), kelompok endapan laut
dangkal seperti batugamping koral-ganggang, kalkarenit dan kalsirudit
(FormasiJayapura/Qpj) dan batugamping koral (Qcl), serta kelompok endapan darat seperti
kipas aluvial (Qf) dan endapan aluvial dan pantai (Qa).

3.2. Kondisi Batuan


Batuan Sedimen berupa batuan gunung api bawah laut seperti lava basalt, diabas dan
andesit, aglomerat, breksi gunung api, tufa, sisipan batugamping dan tuf pasiran gampingan
(Formasi Auwewa/Tema) dan batugamping berukuran halus-kasar, masif (pejal) dan
mengandung fosilkoral, cangkang moluska, duri echinoid (Formasi Benai/Tmpb).
3.3. Struktur Geologi
Struktur geologi berupa antiklin, sinklin, sesar normal, sesar naik dan sesar mendatar.
Arah umum strukur regional pada batuan sedimen berarah Baratlaut tenggara, beberapa
hampir mendekati barat baratlaut, timur tenggara dan utara baratlaut; selatan tenggara
terutama pada batuan tersier. Strukur timur timurlaut, barat baratdaya terdapat pada batuan
malihan dan ultrabasa, sedangkan yang hampir utara selatan pada batugamping Kuarter.

Arah umum sumbu lipatan barat baratlaut, timur tenggara, beberapa sumbu antiklin
tergeserkan oleh sesar mendatar maupun sesar turun. Sesar turun berarah barat baratlaut,
timur tenggara, timurlaut baratdaya serta hampir utara selatan; menyesarkan batuan berumur
Tersier dan Kuarter. Sesar naik berarah jurus baratlaut tenggara dan melengkung ke arah
barat timur, memisahkan malihan Cycloops dengan satuan batuan Ultramafik. Diduga pula
satuan batuan mafik dengan formasi Auwewa. Sesar mendatar berarah timurlaut baratdaya
yang menyesarkan sesar turun dan sesar naik, umumnya merupakan batas satuan batuan
ultrabasa dan batuan sedimen klastik kasar. Kelurusan berarah umum hampir searah struktur
regional, yakni baratlaut tenggara. Beberapa berarah uatara selatan dan timurlaut barat daya.

Sejak Kala Kapur sampai Miosen Awal, diperkirakan telah terjadi kegiatan gunung
apai bawah laut yang membentuk Formasi Auwewa. Kegiatan tektonik Oligosen Tengah
menyebabkan susut laut dan pada saat tersebut batuan ultramafik, mafik dan malihan muncul
ke permukaan, sementara kegiatan gunung api berlangsung terus. Oligosen Akhir hingga
Miosen Tengah terjadi sedimentasi batugamping.

3.4. Data Pengukuran


Berdasarkan pengukuran data lapangan yang sudah kami ambil menggunakan alat
pengukur Total Station (Ts), didapatkanlah 103 data yang terdiri dari X (Bujur Timur), Y
(Lintang Selatan), dan Z (Elevasi) di lokasi pengukuran PT. Good Mining Company sebagai
berikut :
Tabel 3. 1 Data Pengukuran Total Station PT. Good Mining Company

PATOK X Y Z

1 477060 9702369 20

2 477038 9702400 19

3 477023 9702381 19

4 477030 9702371 23

5 477059 9702354 24

6 477044 9702357 27

7 477053 9702351 25

8 477045 9702355 29

9 477060 9702346 28

10 477068 9702337 32

11 477062 9702344 32

12 477052 9702348 33

13 477047 9702353 32

14 476980 9702455 16

15 477118 9702313 22

16 477007 9702344 19

17 477050 9702330 22

18 477010 9702319 26

19 477062 9702333 21

20 477029 9702311 27

21 477079 9702305 22
22 477039 9702296 29

23 477069 9702303 25

24 477063 9702295 26

25 477025 9702301 29

26 477009 9702303 27

27 477054 9702311 25

28 476992 9702315 26

29 477147 9702254 24

30 477150 9702269 23

31 477092 9702204 38

32 477144 9702422 6

33 477103 9702322 24

34 477097 9702319 27

35 477137 9702317 19

36 477138 9702312 20

37 477139 9702307 20

38 477127 9702302 24

39 477090 9702319 29

40 477115 9702297 27

41 477135 9702249 30

42 477124 9702247 34

43 477139 9702248 28

44 477143 9702230 30

45 477152 9702279 17
46 477166 9702253 19

47 477156 9702241 21

48 477149 9702237 23

49 477142 9702239 26

50 477128 9702257 29

51 477137 9702246 27

52 477137 9702231 28

53 477140 9702267 30

54 477133 9702233 25

55 477143 9702236 23

56 477150 9702240 23

57 477149 9702248 26

58 477123 9702250 32

59 477144 9702255 29

60 477129 9702257 33

61 477134 9702259 32

62 477134 9702226 22

63 477131 9702226 36

64 477128 9702256 34

65 477133 9702259 34

66 477157 9702259 28

67 477144 9702244 31

68 477149 9702225 23

69 477132 9702220 26
70 477164 9702201 15

71 477136 9702190 39

72 477122 9702238 32

73 477128 9702219 29

74 477136 9702256 34

75 477141 9702228 29

76 477151 9702251 32

77 477144 9702270 36

78 477152 9702261 35

79 477162 9702261 37

80 477110 9702251 30

81 477117 9702263 32

82 477119 9702300 45

83 477129 9702300 47

84 477138 9702295 47

85 477148 9702283 45

86 477145 9702272 40

87 477155 9702269 42

88 477140 9702240 31

89 477144 9702244 34

90 477148 9702239 34

91 477166 9702244 37

92 477106 9702268 30

93 477142 9702239 28
94 477130 9702244 30

95 477128 9702251 32

96 477150 9702254 32

97 477136 9702268 36

98 477144 9702292 43

99 477129 9702220 24

100 477154 9702252 32

101 477143 9702242 30

102 477142 9702275 35

103 477150 9702263 34

3.5. Sumberdaya Dan Cadangan


3.5.1. Klasifikasi Sumber Daya Dan Cadangan
Klasifikasi Sumber Daya Mineral dan Cadangan adalah suatu proses pengumpulan,
penyaringan serta pengolahan data dan informasi dari suatu endapan mineral untuk
memperoleh gambaran yang ringkas mengenai endapan itu berdasarkan kriteria: keyakinan
geologi dan kelayakan tambang. Kriteria keyakinan geologi didasarkan pada tahap
eksplorasi yang meliputi survei tinjau, prospeksi, eksplorasi umum dan eksplorasi rinci.
Kriteria kelayakan tambang didasarkan pada faktor-faktor ekonomi, teknologi,
peraturan/perundang- undangan, lingkungan dan social (economic, technological, legal,
environment and social factor).

Klasifikasi sumber daya mineral dan cadangan berdasarkan 2 kriteria, yaitu :

1) Tingkat Keyakinan Geologi, ditentukan oleh 4 tahap eksplorasi, yaitu :


a. Survei tinjau
b. Prospeksi
c. Eksplorasi umum
d. Eksplorasi rinci
Kegiatan dari a ke d menunjukkan makin rincinya penyelidikan, sehingga tingkat
keyakinan geologinya makin tinggi dan tingkat kesalahannya makin rendah.
2) Pengkajian Layak Tambang
a. Pengkajian layak tambang meliputi faktor-faktor ekonomi, penambangan,
pemasaran, lingkungan, sosial, dan hukum/ perundang-undangan. Untuk endapan
mineral bijih, metalurgi juga merupakan faktor pengkajian layak tambang.
b. Pengkajian layak tambang akan menentukan apakah sumber daya mineral akan
berubah menjadi cadangan atau tidak.
c. Berdasarkan pengkajian ini, bagian sumber daya mineral yang layak tambang
berubah statusnya menjadi cadangan sedangkan yang belum layak tambang tetap
menjadi sumber daya mineral.
3.5.2. Klasifikasi Sumber Daya Mineral (Resources) dan Cadangan (Reserves) di
Beberapa Daerah
A. Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia)
Sumber Daya Mineral (Mineral Resource) adalah endapan mineral yang
diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan
keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan
pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.
1. Sumber Daya Mineral Hipotetik (Hypothetical Mineral Resource) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
perkiraan pada tahap Survei Tinjau.
2. Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource) adalah sumber
daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil
tahap Prospeksi.
3. Sumber Daya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resource) adalah sumber
daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil
tahap Eksplorasi Umum.
4. Sumber Daya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource) adalah sumber
daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil
tahap Eksplorasi Rinci.
Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran,
bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis,
hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan.

1. Cadangan Terkira (Probable Reserve) adalah sumber daya mineral terunjuk


dan sebagian sumberdaya mineral terukur yang tingkat keyakinan geologinya
masih lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambangsemua faktor
yang terkait telah terpenuhi,sehingga penambangan dapat dilakukan secara
ekonomik.
2. Cadangan Terbukti (Proved Reserve) adalah sumber daya mineral terukur
yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah
terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik.
3.5.3. Metode Penaksiran Evaluasi Cadangan
A. Metode Cross Section
Masih sering dilakukan pada tahap paling awal dari perhitungan. Hasil
perhitungan secara manual ini dapat dipakai sebagai alat pembanding untuk
mengecek hasil perhitungan yang lebih canggih dengan menggunakan komputer.
B. Metode Permodelan Surpac
Metode ini digunakan untuk mengestimasi total keseluruhan cadangan yang layak
di tambang dengan membuat sebuah pit. Merode ini juga dapat melihat
permodelan estimasi cadangan yang di tambang tiap tahunnya .
Bab IV
Rencana Penambangan
4.1 Pemilihan Metode Penambangan
Biaya Tambang Terbuka didapat dar total seluruh biaya operasional dan investasi
perusahaan. Sedangkan biaya pengupasan OB didapat dari biaya perhitungan
pengupasan OB yang dapat di lihat pada 4.2 . maka dari itu untuk menghitung Besr kita
harus terlebih dahulu menghitung total baiaya operasionala secra keselurahan serta baya
investasi .

a. Perencanaan Biaya Investasi

Perencanaan Biaya Investasi PT. GMC


No Total investasi Biaya
1 pengupasan OB Rp 161.200.000
2 Harga Excavator Rp 1.100.000
3 Sarana Penunjang (Bangunan) Rp 50.000.000
4 harga Dumptruck Rp 350.000.000
b. Perencanaan Biaya Operasional

Perencanaan Biaya Operasional Backhoe


Harga Beli alat Rp1.200.000.000
prakiraan umur alat 5 Tahun
Daya Mesin 147 HP
operating faktor 1,07 Jam/tahun
Faktor Pengoperasian 64,4 menit
kapasitas bak pelumas 400 liter
jam kerja efektif 7 jam/hari
waktu penggantian pelumas 250 jam
Pajak, Asuransi 20 %
harga pelumas Rp50.000 Rp
harga BBM Rp6.000 Rp
Jumlah excavator yang digunakan 1

Perhitungan Biaya kepemilikan dan biaya Operasional Backhoe


No Keterangan Rumus Biaya Satuan
1 Depresiasi Harga beli alat/umur alat Rp240.000.000
Harga alat(n+1)+Harga alat(n-1)
2 pajak dan asuransi 2(n) Rp7.680.000.000
biaya rata-rata Pajak, asuransi x 20%
3 yang dikeluarkan Rp1.536.000.000
biaya Depresiasi + pajak,asuransi
4 Kepemilikan Rp1.776.000.000
5 Bahan Bakar
Kebutuhan bahan 0,04 x Hp x 1,07
bakar 6,3 galon/jam
x 240 (waktu kerja dalam setahun)
7.550 galon/tahun
1 galon = 19 liter
143.448 liter/tahun
harga BBM Rp. 6000/ liter Rp 860.690.880 liter/tahun
kebutuhan HP x f x 0,006 Kapasitas bak
Minyak Pelumas 7,4 t 2,18 galon/jam
x 240 (waktu kerja dalam setahun) 435,36 jam/tahun
1 galon = 19 liter
8.272 liter/tahun
Harga Pelumas Rp45.000 /liter
Kebutuhan pelumas x harga
pelumas Rp372.230.951 liter/tahun
6 Biaya Perbaikan =biaya depresiasi Rp240.000.000
Biaya
7 Operasional
Biaya Bahan
Bakar Rp860.690.880
Biaya Pelumas Rp372.230.951
Biaya
Pemeliharaan Rp240.000.000
Rp1.472.921.831

Perencanaan Biaya Operasional Dumptrcuk


1 Harga Beli alat Rp350.000.000
2 prakiraan umur alat 5 Tahun
3 Daya Mesin 128 HP
4 operating faktor 0,12 Jam/tahun
5 Faktor Pengoperasian 73,8 menit
6 kapasitas bak pelumas 100 liter
7 jam kerja efektif 7 jam/hari
8 waktu penggantian pelumas Rp250 jam
9 Pajak, Asuransi 20 %
10 harga pelumas Rp50.000 Rp
11 harga BBM Rp6.000 Rp
12 Jumlah dumptruck yang digunakan 1
Perhitungan Biaya kepemilikan dan biaya Operasional Dumptruck

No Keterangan Rumus Biaya satuan


1 Depresiasi Harga beli alat/umur alat Rp70.000.000
pajak dan Harga alat(n+1)+Harga alat(n-1)
2 asuransi 2(n) Rp350.000.000
biaya rata-rata Pajak, asuransi x 20%
yang
3 dikeluarkan Rp70.000.000
biaya Depresiasi + pajak,asuransi
4 Kepemilikan Rp140.000.000
5 Bahan Bakar
Kebutuhan 0,04 x Hp x 0,12
bahan bakar 0,6144 galon/jam
x 240 (waktu kerja dalam setahun) 737,28 galon/tahun
1 galon = 19 liter
14.008 liter/tahun
harga BBM Rp. 6000/ liter Rp84.049.920 liter/tahun
Kebutuhan HP x f x 0,006 Kapasitas bak
Minyak 7,4 t
Pelumas 0,58 galon/jam
x 240 (waktu kerja dalam setahun) 701,5783784 galon/tahun
1 galon = 19 liter
13.330 liter/tahun
Harga Pelumas Rp45.000 /liter
Kebutuhan pelumas x harga
pelumas Rp599.849.514 liter/tahun
Biaya =biaya depresiasi
6 Perbaikan Rp70.000.000
Biaya
7 Operasional Rp2.226.821.265
Biaya Bahan
Bakar Rp84.049.920
Biaya Pelumas Rp599.849.514
Biaya
Pemeliharaan Rp70.000.000
Rp753.899.434

Gaji Karyawan Perorang Perbulan Pertahun


2 operator Rp 2.000.000 Rp 4.000.000 Rp . 48.000.000
1 KTT + 8 Divisi Rp. 5.000.000 Rp. 40.000.000 Rp. 480.000.000
Rp. 560.000.000

Total biaya yang di keluarkan /tahun biaya kepemilikan +biaya operasional


(excavator)
= Rp140.000.000 + Rp1.472.921.831
= Rp3.248.921.831
Total biaya yang di keluarkan /tahun
(Dumptruck) biaya kepemilikan +biaya operasional
=Rp140.000.000 + Rp753.899.434 +Rp
11.000.000
=Rp893.899.434
= Rp3.248.921.831 + Rp893.899.434 + Gaji
karyawan (Rp. 560.000.000. )
Total keseluruhan = Rp 4.702.821.265/ tahun

Keuntungan Kotor yang didapatkan perusahaan


No Keterangan Nilai
1 Produksi / tahun 45.600
2 harga jual / 1,9 m3 Rp300.000
3 Berapa kali pembelian material 24.000 kali dalam setahun
4 Keuntungan kotor Rp 7.200.000.000

Biaya Tambang Bawah Tanah − Biaya tambang


𝐵𝐸𝑆𝑅1 =
Terbuka Biaya pengupasan OB

(2 × Biaya Tambang Bawah Tanah) − 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘𝑎 Biaya pengupasan


𝐵𝐸𝑆𝑅1 =
OB

(2 × 4.702.821.265) − Rp
𝐵𝐸𝑆𝑅1 = 4.702.821.265
161.200.000
𝐵𝐸𝑆𝑅1 = (Rp 9.405.642.530) − Rp
4.702.821.265
161.200.000
BESR1 = 29,1 (Tambang Terbuka)

Nilai yang diperoleh − ongkos


BESR2
= produksi Biaya pengupasan
OB

Rp7.200.000.000 − Rp4.702.821.265
BESR2
= 161.200.000

BESR2 = 15,4

Biaya operasional tambang bawah tanah 2 kali lebih besar dari biaya tambang terbuka,
materinya di ambil dari hasil webinar pada menit 33:42 https://youtu.be/4mfviC71THU
4.2 Pembersihan lahan, Pengupasan Tanah Penutup
Tipe Alat : Caterpillar 320D

Kapasitas : 0,9 m3

tabel cycle time excavator

No memuat swing isi menumpah swing kosong waktu edar

1 18,19 3,46 12,9 2,11 36,66

2 12,1 3,28 10,7 1,4 27,48

3 11,12 3,58 9,8 2,36 26,86

4 6,5 4,33 7,75 1,92 20,5

5 10,06 3,67 7,9 1,68 23,31

6 11,09 2,37 9,58 2,37 25,41

26,7

Tipe Alat : Mitsubishi Ragasa 120 PS

Kapasitas : 1,9 m3

No Muat Angkut Menumpah Kembali kosong Waktu edar

1 32,96 80,21 15,88 48,65 177,7

2 40,87 83,62 16,94 53,53 194,96

3 44,09 84,06 16,01 47,93 192,09

4 49,97 113,66 17 66,28 246,91

5 44,66 108,75 20,81 86,17 260,39

6 42,91 93,69 36,12 59,84 232,56


7 39,78 82,75 25,81 47,72 196,06

8 34,72 80,22 21,06 45,19 181,19

9 36,63 74 24,87 49,62 185,12

10 39,25 94,09 22,72 59,12 215,18

11 43,41 74,56 23,38 59,64 200,99

12 45,84 82,66 19,66 47,16 195,32

206,539

tabel pengsian overburden


titik panjang (m) tebal (m)
1 10 0,4

2 10 0,4

3 10 0,4

4 10 0,4

5 10 0,4

6 10 0,4

7 10 0,4

8 10 0,4

9 10 0,4

10 10 0,4

11 10 0,4

12 10 0,2

13 10 0,2

14 10 0,2

15 10 0,1

16 10 0,1

17 10 0,1
18 10 0,2

19 10 0,2 Produktivitas Excavator = ((Kapasitas bucket x


3.600 x E)/Waktu edar)x jam kerja efektif
20 10 0,2
= ((0,9*3600*0,71)/26,7)x 7
200 0,295
= 603,05 m3/hari
v=pxlxt 11.800

Biaya pengupasan overburden


no keterangan Satuan banyak Total
3
1 produktivitas excavator perhari 86,15m /hari 7 hari 603,05 m3
2 Volume OB 11.800 m3
2 penyewaan excavator perhari 800 rb/jam 7 jam Rp 5.600.000
3 solar 410 liter Rp.6000/liter Rp 2.460.000
4 Volume overburden 11. 800 m3
Volume
OB/Produktivitas 11.800 m3/603,05
5 lama waktu pengupasan OB exca per hari m3 (20 hari)
Lama waktu
pengupasan OB
x Penyewaan
Excavator per
6 Biaya pengupasan overburden hari 20xRp5.600.000 Rp 161.200.000
4.2 Geometri Lereng

a) Pegujian lab

Figure 1gambar lereng pada stasiun 1

Figure 2 gambar lereng pada stasiun 2

Pengujian hanya di lakukan pada dua stasiun karena lokasi penelitian memiliki jenis
batuan yang sama dan juga lokasi penelitian merupakan perusahaan yang baru
memulai operasi jadi lahan terbuka masih sangat relatif kecil .
PENGUJIAN SIFAT FISIK SAMPEL
K5S1 K5S2
berat natural(Wn) gr/cm3 284,3 164,6
Berat Jenuh (Ww) gr/cm3 296,7 198,4
Berat Diatas air (Ws) gr/cm3 71,4 29
Berat Kering (Wo) gr/cm3 274,8 158
berat jenis semu gr/cm3 274,8 274,8
berat jenis asli 1,35 1,22
kadar air alami (%) 0,035 0,042
kadar air jenuh (%) 0,080 0,256
derajat kejenuhan 0,434 0,163
porositas (n) 0,097 0,238
Void ratio 0,11 0,31

Table 1 data smith hammer stasiun 1

Table 2 tabel smith hammer stasiun 2


No Posisi Rebound (Mpa)
10
1 H 46 H 34
2 H 36 11 H 30
3 H 28 12 H 24
4 H 46 13 H 29
14 H 18
5 H 42
15 H 36
6 H 30 16 H 26
7 H 38 17 H 30
8 H 50 18 v 44
30,11
9 H 38
39,33

b) Penentuan muka air tanah berdasrkan teori Hoek & Bray


Muka air tanah Untuk mengetahui pengaruh air, dalam model direpresentasikan dengan garis
muka air tanah. Efek dari keberadaan air dalam massa batuan adalah menambah massa jenis
batuan sehingga beban yang harus ditahan oleh lereng bertambah. Di sisi lain juga air
menyebabkan menurunnya kekuatan massa batuan karena menimbulkan tekanan pori. Dari
hasil pengukuran ketinggian MAT yang hampir mendekati permukaan maka diasumsikan
bentuk muka air tanah berdasarkan gambar kondisi air oleh Hoek & Bray (Gambar 3) Dalam
pemodelan lereng ini menggunakan asumsi muka air tanah sesuai kondisi MAT nomor 5
atau keadaan jenuh untuk pembuatan waste dump di karenakan material berbutir
memiliki keadaan jenuh karena merupakan material timbunan, sedangkan untuk permodelan
lereng single slope menggunakan chart No.3. Karena kadar air alami yaitu 15% maka chart
yang di pakai No.3. Apabila kadar air alami diatas 50% maka chart yang di pakai No.4 dan
No.5.
Dari pengujian lab yang di lakukan didapatkan akadar air alami hanya sebesar 0.035%. maka
kami memilih chart no 2.

c) Geometri bench
Geometri bench adalah tinggi bench (H), lebar bench (Sb) dan panjang bench (L). Kemudian
bagian-bagian lain adalah puncak bench (crest), kaki bench (toe), muka bench (bench face),
sudut lereng (α)

d) Permodelan lereng menggunakan aplikasi slide untuk mencari nilai fk


Analisis kestabilan untuk lereng tunggal (single slope) dilakukan untuk menentukan tinggi
dan sudut lereng tunggal, dengan cara memvariasikan tinggi dan kemiringan lereng sampai
diperoleh geometri lereng yang stabil dan aman. Hasil simulasi lereng tunggal menggunakan
variasi sudut dan ketinggian yang berbeda-beda untuk menunjukan bahwa semua model
yang disimulasikan diharapkan dapat digunakan dalam kondisi yang stabil. Lihat salah satu
contoh rekap gambar rekap single slope sudut 90 dengan ketinggian 7-8 m. didapatkan dari
kondisi real dilapangan.
 Stasiun 1

Tinggi lereng 10 m
Slope 900
2/3 dari tinggi lereng (ritchi &
Lebar crest call 1986)
Lebar toe = lebar crest
Tinggi
keseluruhan 2x tinggi bench

Figure 3 hasil analisis menggunakan rock lab untuk mendapatkan


kohesi dan sudut geser dalam

Dari permodelan diatas didapatkan faktor keamanan sebesar 0,6 yang artinya lereng tersebut
dalam keadaan rawan longsor. Maka hal yang perlu dilakukan adalah memperbaiki
kemiringan slope lereng lebih landai dalam perencanaan sistem penambangannya.

 Stasiun 2

Tinggi lereng 7m
Slope 800
2/3 dari tinggi lereng (ritchi &
Lebar crest call 1986)
Lebar toe = lebar crest
Tinggi
keseluruhan 2x tinggi bench
Dari permodelan diatas didapatkan faktor keamanan sebesar 0,5 yang artinya lereng tersebut
dalam keadaan rawan longsor. Maka hal yang perlu dilakukan adalah memperbaiki
kemiringan slope lereng lebih landai dalam perencanaan sistem penambangannya

e) Kriteria Kemantapan Analisis ini akan menggunakan FK≥1,1


untuk menyatakan bahwa lereng dalam keadaan stabil dengan nilai probabilitas kelongsoran
maksimal 5%, sesuai kriteria faktor keamanaan yang dianjurkan KepMen ESDM nomor
1827, 2018. Jika hasil simulasi mempunyai FK<1,1 dan nilai probabilitas kelongsoran >5%,
maka lereng dinyatakan belum stabil.

f) Perbaikan permodelan lereng

Dengan melakukan pengurangan pada tinggi lereng menjadi 5 m dan slope menjadi 600
didapatkan analisis perhitungan seperti di bawah ini serta mempertimbangkan beban statis
dan dinamis serta memasukkan water table sesuai dengan ketentuaan hook and bray
beban statis dianggan sebgai beban alat di

dapat dari perhitungan luas dan berat alat

sedsngkan beban dinamis dimasukkan data

koefisien seismic daerah penelitian yaiut

sebesar 0.09 g.

4.4 Perhitungan Sumberdaya Dan Permodelan


Data Perusahaan PT. GMC
No Data Perusahaan Nilai
1 luas area penambangan 2 hektar
2 Cadangan batu gamping 279.289 m3/tahun
3 produksi/tahun 45.600m3/tahun
4 harga jual Rp. 100.000 ret
5 umur tambang 6 tahun
Total volume sumberdaya dari
melakukan cut and fill pada apikasi
surfer didapat volume sebesar
1.163.904,8 m3.

Sedangkan total cadangan didapat


313.366 m3 dari perhitungan volume
solid pit yang dapat ditamban. Dengan
begitu didapatkan umur tambang
kurang lebih selama 6 tahun dengan
produksi pertahun sebesar 45.600
m3/tahun didapat dari permintaan pasar
perhari sebesar 100 ret/hari =100 ret x
kapasitas bucket dumptruck (1,9 m3) =
100 x 1,9 = 190 m3/hari
Tahun 1

Tahun 2

Tahun ke 3

Tahun ke 4
Tahun ke 4

Tahun Ke 5

Tahun ke 6
4.5 Jalan Tambang

4.5.1 Lebar jalan


 Lebar jalan pada jalan lurus

Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih, menurut Aashto
Manual Ruler High Way Design, harus ditambah dengan setengan lebar alat angkut
pada bagian tepi kanan dan kiri jalan.

Lebar jalan minimum pada jalan lurus dihitung dengan menggunakan rumus:
L min = n.Wt + (n+1).( ½ .Wt) Dimana:
L min = Lebar jalan minimum, m n = jumlah lajur
Wt = lebar alat angkut, m

Gambar 3. Lebar jalan pada jalan lurus


Diketahui:
Wt = 1,97
n =1
Sehingga:
L min = n.Wt + (n+1).( ½ .Wt)
Lmin = n × Wt + (n+1) × (1/2 ×
Wt)
= 1 × 1,97 + (1+1) × (1/2 × 1,97)
= 3,94 m
Artinya, supaya sebuah dumptruck dapat berjalan dengan aman jalan lurus, maka lebar
jalan minimal adalah 3,94 m.

 Lebar jalan pada tikungan

Gambar 4. Lebar jalan pada tikungan Lebar jalan pada tikungan selalu lebih
besar dari lebar jalan lurus. Lebar jalan minimum pada tikungan dihitung dengan
menggunakan rumus:

W = n ( U + Fa + Fb + Z ) + C C = Z = ½ ( U + Fa + Fb )
Dimana:
W = Lebar jalan pada tikungan, m n = Jumlah lajur
U = Jarak jejak roda kendaraan Fa = Lebar juntai depan
Fb = Lebar juntai belakang
C = Jarak antara dua alat yang akan
bersimpangan Z = Jarak sisi luar alat ke tepi
jalan
Diketahui:
n =1
U = 0,72 m
Fa = 1,4 m
Fb =1,495 m
C = Z =1/2 ( U+Fa+Fb)
= ½ (0,72+1,4+1,495)
= 1,8075
W = n (U+Fa+Fb+Z) + C
= 1 (0,72+1,4+1,495+1,8075)+1,8075
= 7,24 m
Artinya, supaya sebuah dumptruck dapat berjalan dengan aman pada tikungan, maka
lebar jalan minimal adalah 7,24 m.

4.5.2 Jari – jari tikungan


W
𝑅=
Sinβ

3,35
=
sin−1(1,4 − 8,3)
= 6,97 = 7

Artinya, supaya sebuah dumptruck dapat berjalan dengan aman pada tikungan, maka jari-jari
tikungan adalah 7 .

4.5.3 Superelevasi
Dik : s = 60 (kecepatan)
R = 7 (jari-jari)
𝑠2
𝑒 = 67
R
Landai Relatif Maksimum (untuk 2/2TB)

Artinya, supaya sebuah dumptruck dapat berjalan dengan aman , maka


superelevasinya adalah 1/125 dengan kecepatan 60 km/jam

4.5.4 Kemiringan jalan


Kemiringan jalan merupakan faktor penting dalam geometri jalan tambang.
Kemiringan biasanya dinyatakan dalam persen (%).

Kemiringan ( ) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

∆h
𝛼=
∆𝑥
Dimana :
Δh = beda tinggi antara dua titik yang diukur Δx= jarak datar antara dua titik
yang diukur
Kemiringan Maksimum Vs Kecepatan (data dari Bina Marga 1)

Jari-Jari Tikungan Minimum Untuk emak = 10%

Artinya, supaya sebuah dumptruck dapat berjalan dengan aman, maka kemiringan
jalan maximum adalah 8% dengan kecepatan 60, serta jari-jari tikungan minimum
adalah 113 dengan kecepatan 60 km/jam
4.5.5 Cross slope
Untuk jalan angkut satu jalur
a=1×lebar jalan
a=1×2,5
a=2,5 = 3 m
sehingga beda tinggi yang dibuat
b= 3 m × 40 mm/m
b= 120 mm = 12 cm
jadi nilai cross sope yang baik dengan lebar 2,5 m adalah 120 mm/m

4.6 Target Produksi


Total volume sumberdaya dari melakukan cut and fill pada apikasi surfer didapat volume
sebesar 1.163.904,8 m3.
Sedangkan total cadangan didapat 313.366 m3 dari perhitungan volume solid pit yang dapat
ditamban. Dengan begitu didapatkan umur tambang kurang lebih selama 6 tahun dengan
produksi pertahun sebesar 45.600 m3/tahun didapat dari permintaan pasar perhari sebesar
100 ret/hari =100 ret x kapasitas bucket dumptruck (1,9 m3) = 100 x 1,9 = 190 m3/hari

4.7 Layout Perusahaan


4.8 Peralatan Tambang

4.8.1 Spesifikasi Alat Dan Waktu Edar Alat


Tipe Alat : Caterpillar 320D
Kapasitas : 0,9 m3
tabel cycle time excavator
No memuat swing isi menumpah swing kosong waktu edar
1 18,19 3,46 12,9 2,11 36,66
2 12,1 3,28 10,7 1,4 27,48
3 11,12 3,58 9,8 2,36 26,86
4 6,5 4,33 7,75 1,92 20,5
5 10,06 3,67 7,9 1,68 23,31
6 11,09 2,37 9,58 2,37 25,41
26,7
Tipe Alat : Mitsubishi Ragasa 120 PS
Kapasitas : 1,9 m3

Kembali
No Muat Angkut Menumpah Waktu edar
kosong
1 32,96 40,21 15,88 40,21 129,26
2 40,87 33,62 16,94 33,62 125,05
3 44,09 35,06 16,01 35,06 130,22
4 49,97 29,66 17 29,66 126,29
5 44,66 30,75 20,81 30,75 126,97
6 42,91 40,69 36,12 40,69 160,41
7 39,78 42,75 25,81 42,75 151,09
8 34,72 40,22 21,06 40,22 136,22
9 36,63 39 24,87 39 139,5
10 39,25 40,09 22,72 40,09 142,15
11 43,41 39,56 23,38 39,56 145,91
12 45,84 35,66 19,66 35,66 136,82
206,53

4.8.2 Perhitungan Match Faktor alat

jumlah alat angkut (na) 1


waktu muat sampai penuh
(menit) (wtm) 0,4
jumah alat muat (Nm) (nm) 1
waktu edar alat angkut (wta)
(menit) (wta) 3,4
(na)x(wtm)
match faktor (nm)x(wta) 1

Dari perhitungan match factor didapatkan angka sebesar 0,1 maka dapat disimpulkan artinya
MF < 1, maka alat angkut bekerja penuh dan alat muat mempunyai waktu tunggu.
Namun perusahaan tetap akan menggunakan 1 alat excavator dan 1 alat dumptruck karena
telah sesuai dengan target produksi perusahaan yang diambil dari permintaan pasar yaitu
sebesar 190m3 /hari . kemudian perusahaan juga telah melakukan perhitungan biaya
pembelian atau penyewaan dumptruck jika lebih dari 1 maka akan terjadi kerugian pada
perusahaan .

Anda mungkin juga menyukai