GMC
Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Nurul Putri Mirani
2. Yuli Ria Dogopia
3. Rio Hutapea
4. Rudolf Wardenar
5. Angga Wicaksono
6. Yesaya Adii
7. Aristoteles Saa
8. Loser Sonab
9. Gerson Nawipa
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan penulisan laporan Mata Kuliah Perencanaan
Tambang ini dengan baik. Laporan ini tersaji berkat adanya bantuan dari beberapa pihak,
berupa bimbingan, nasihat, dan kritikkan. Sehingga Laporan ini selesai dibuat dengan
sebaik- baik Nya. Tidak lupa penulis bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Bevie
M. Nahumury, MT selaku dosen mata kuliah Perencanaan Tambang, Asisten dosen yang
tidak dapat kami sebutkan semua, serta terman teman yang telah mendukung penulis dalam
pembuatan laporan Perencanaan Tambang ini.
Dengan kesadaran dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan ketidak sempurnaan, oleh karena itu penulis membutuhkan kritik dan saran
yang akan membuat laporan ini sesuai dengan harapan. Demikian pengantar laporan ini,
kurang dan lebihnya penulis mohon maaf, serta penulis juga berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
Perencaan Tambang adalah suatu proses penetapan desain tambang dan langkah
langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam menentukan kelayakan rancangan tambang
dan tahapan pelaksanaan operasi penambangan guna mencapai hasil yang telah
ditentukan. Dalam perencanaan tambang suatu rancangan akan mencapai batas akhir
penambanan dalam jangka waktu tertentu secara aman dan menguntungkan. Dimana
didalamnya berisikan jadwal produksi dan rancangan fase penambangan tahunan/bulanan,
sehingga perencaan tambang memiliki tujuan membuat suatu rancangan tambang untuk
menghasilkan tingkat produksi yang telah ditentukan.
Jadwal produksi berfungsi untuk membuat agar rencana produksi dapat berjalan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, sehingga dapat dikatakan bahwa jadwal
produksi dilakukan agar alat-alat dapat bekerja sesuai dengan kapasitas yang ada serta
kuantitas produk yang yang diinginkan sesuai waktu yang telah ditentukan
Suatu perusahaan tambang yang terletak di daerah desa Koya Koso, Kecamatan
Abepura, Kota Jayapura,Provinsi Papua belum mempunyai system perencanaan yang
baik dan benar serta jadwal prosuksi yang sistematis
Oleh karena itu kami berniat memebantu perusahaan sekaligus simulasi untuk kami
dalam membuka suatu perushaan tambang yang memiliki sistem perencanaan tambang
dan jadwal produksi yang baik dan benar.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari perencanaan tambang adalah sebagai berikut :
a) Mengetahui penjadwalan produksi.
b) Membuat desain pit penambangan
c) Mengetahui kebutuhan alat.
d) Mengetahui sarana drainase tambang.
e) Mengetahui pengolahan cadangannya.
f) Mengetahui keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diterapkan.
g) Mengetahui pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan.
h) Mengetahui BESR.
i) Mengetahui apakah suatu perusahaan mengalami kerugian atau keuntungan
peta temuan
peta topografi Prospeksi contoh batuan
geologi
mineralogi
geofisika jumlah & sifat cadangan
geokimia kadar endapan
Eksplorasi
EKSPLORASI sifat fisik,kimia, mekanik
stratigrafi & litologi
( MINEABLE ) ( MINEABLE )
MASUK ARSIP
produksi
penambangan
pengangkutan
promosi Pemasaran
pengembangan produksi
BAB II
KEADAAN UMUM
3.1. Stratigrafi
Berdasarkan pengamatan dilapangan, serta analisa kandungan fosil yang di dapatkan
selama penelitian berlangsung, dan setelah dibuat penampang stratigrafinya maka penulis
mengelompokan, Penyusunan stratigrafi daerah penelitian didasarkan pada kesamaan ciri
litologi dominan yang ada di daerah penelitian. Secara umum, daerah penelitian disusun oleh
batuan - batuan sediment dan beberaapa batuan volkanik yang pada kala kapur telah
terbentuk oleh aktifitas gunung api bawah laut yang giat menjemari dengan formasi
Auwewa. Bagian atasnya menjemari dengan formasi makats, bersentuhan tektonik dengan
satuan ultramefik.
Secara tratigrafi daerah Kota Jayapura tersusun oleh batuan beku, sedimen dan
metamorfik yang berasal dari umur praTersier, Tersier hingga Kuarter. Urutan batuan yang
menyusun daerah Kota Jayapura dari umur tertua kemuda, sebagai berikut. Pra-Tersierter
diri dari batuan beku mafik dan ultarmafik (m dan um), serta batuan metamorfik (pTmc).
Kelompok batuan ini digolongkan sebagai batuan tektonit (SuwarnodanNoya, 1995).
Tersierter diri kelompok batuan piroklastik yang berupa lava basal, diabas, andesit dan
breksi volkanik, tuf dan sisipan batugamping, greywacke dan tuf (Formasi Auwewa/Tema),
Kelompok batugamping bersispan biomikrit, napal, batupasir halus, greywacke gampingan,
tufaan, dan tuf (FormasiNubai/Tomn), kelompok batuan sedimen berupa greywacke yang
berselingan dengan batulanau dan batulempung serta bersisipan dengan konglomerat dan
napal (FormasiMakats/Tmm), batupasir dan batu lempung yang bersisipan dengan
batugamping, napal dan lanau (FormasiAurimi/Tmpa), dan batugamping
(FormasiBenai/Tmpb). Hampir semua formasi saling jari menjemari. Secara selaras di
atasnya diendapkan greywacke yang berselang-seling dengan batulempung, batulanau,
napal, konglomerat serta sisipan batupsir dan lignit (FormasiUnk/Qtu). Kuarter terdiri dari
Kelompok batuan campur aduk (Qc) dan endapan lumpur (Qmd), kelompok endapan laut
dangkal seperti batugamping koral-ganggang, kalkarenit dan kalsirudit
(FormasiJayapura/Qpj) dan batugamping koral (Qcl), serta kelompok endapan darat seperti
kipas aluvial (Qf) dan endapan aluvial dan pantai (Qa).
Arah umum sumbu lipatan barat baratlaut, timur tenggara, beberapa sumbu antiklin
tergeserkan oleh sesar mendatar maupun sesar turun. Sesar turun berarah barat baratlaut,
timur tenggara, timurlaut baratdaya serta hampir utara selatan; menyesarkan batuan berumur
Tersier dan Kuarter. Sesar naik berarah jurus baratlaut tenggara dan melengkung ke arah
barat timur, memisahkan malihan Cycloops dengan satuan batuan Ultramafik. Diduga pula
satuan batuan mafik dengan formasi Auwewa. Sesar mendatar berarah timurlaut baratdaya
yang menyesarkan sesar turun dan sesar naik, umumnya merupakan batas satuan batuan
ultrabasa dan batuan sedimen klastik kasar. Kelurusan berarah umum hampir searah struktur
regional, yakni baratlaut tenggara. Beberapa berarah uatara selatan dan timurlaut barat daya.
Sejak Kala Kapur sampai Miosen Awal, diperkirakan telah terjadi kegiatan gunung
apai bawah laut yang membentuk Formasi Auwewa. Kegiatan tektonik Oligosen Tengah
menyebabkan susut laut dan pada saat tersebut batuan ultramafik, mafik dan malihan muncul
ke permukaan, sementara kegiatan gunung api berlangsung terus. Oligosen Akhir hingga
Miosen Tengah terjadi sedimentasi batugamping.
PATOK X Y Z
1 477060 9702369 20
2 477038 9702400 19
3 477023 9702381 19
4 477030 9702371 23
5 477059 9702354 24
6 477044 9702357 27
7 477053 9702351 25
8 477045 9702355 29
9 477060 9702346 28
10 477068 9702337 32
11 477062 9702344 32
12 477052 9702348 33
13 477047 9702353 32
14 476980 9702455 16
15 477118 9702313 22
16 477007 9702344 19
17 477050 9702330 22
18 477010 9702319 26
19 477062 9702333 21
20 477029 9702311 27
21 477079 9702305 22
22 477039 9702296 29
23 477069 9702303 25
24 477063 9702295 26
25 477025 9702301 29
26 477009 9702303 27
27 477054 9702311 25
28 476992 9702315 26
29 477147 9702254 24
30 477150 9702269 23
31 477092 9702204 38
32 477144 9702422 6
33 477103 9702322 24
34 477097 9702319 27
35 477137 9702317 19
36 477138 9702312 20
37 477139 9702307 20
38 477127 9702302 24
39 477090 9702319 29
40 477115 9702297 27
41 477135 9702249 30
42 477124 9702247 34
43 477139 9702248 28
44 477143 9702230 30
45 477152 9702279 17
46 477166 9702253 19
47 477156 9702241 21
48 477149 9702237 23
49 477142 9702239 26
50 477128 9702257 29
51 477137 9702246 27
52 477137 9702231 28
53 477140 9702267 30
54 477133 9702233 25
55 477143 9702236 23
56 477150 9702240 23
57 477149 9702248 26
58 477123 9702250 32
59 477144 9702255 29
60 477129 9702257 33
61 477134 9702259 32
62 477134 9702226 22
63 477131 9702226 36
64 477128 9702256 34
65 477133 9702259 34
66 477157 9702259 28
67 477144 9702244 31
68 477149 9702225 23
69 477132 9702220 26
70 477164 9702201 15
71 477136 9702190 39
72 477122 9702238 32
73 477128 9702219 29
74 477136 9702256 34
75 477141 9702228 29
76 477151 9702251 32
77 477144 9702270 36
78 477152 9702261 35
79 477162 9702261 37
80 477110 9702251 30
81 477117 9702263 32
82 477119 9702300 45
83 477129 9702300 47
84 477138 9702295 47
85 477148 9702283 45
86 477145 9702272 40
87 477155 9702269 42
88 477140 9702240 31
89 477144 9702244 34
90 477148 9702239 34
91 477166 9702244 37
92 477106 9702268 30
93 477142 9702239 28
94 477130 9702244 30
95 477128 9702251 32
96 477150 9702254 32
97 477136 9702268 36
98 477144 9702292 43
99 477129 9702220 24
(2 × 4.702.821.265) − Rp
𝐵𝐸𝑆𝑅1 = 4.702.821.265
161.200.000
𝐵𝐸𝑆𝑅1 = (Rp 9.405.642.530) − Rp
4.702.821.265
161.200.000
BESR1 = 29,1 (Tambang Terbuka)
Rp7.200.000.000 − Rp4.702.821.265
BESR2
= 161.200.000
BESR2 = 15,4
Biaya operasional tambang bawah tanah 2 kali lebih besar dari biaya tambang terbuka,
materinya di ambil dari hasil webinar pada menit 33:42 https://youtu.be/4mfviC71THU
4.2 Pembersihan lahan, Pengupasan Tanah Penutup
Tipe Alat : Caterpillar 320D
Kapasitas : 0,9 m3
26,7
Kapasitas : 1,9 m3
206,539
2 10 0,4
3 10 0,4
4 10 0,4
5 10 0,4
6 10 0,4
7 10 0,4
8 10 0,4
9 10 0,4
10 10 0,4
11 10 0,4
12 10 0,2
13 10 0,2
14 10 0,2
15 10 0,1
16 10 0,1
17 10 0,1
18 10 0,2
a) Pegujian lab
Pengujian hanya di lakukan pada dua stasiun karena lokasi penelitian memiliki jenis
batuan yang sama dan juga lokasi penelitian merupakan perusahaan yang baru
memulai operasi jadi lahan terbuka masih sangat relatif kecil .
PENGUJIAN SIFAT FISIK SAMPEL
K5S1 K5S2
berat natural(Wn) gr/cm3 284,3 164,6
Berat Jenuh (Ww) gr/cm3 296,7 198,4
Berat Diatas air (Ws) gr/cm3 71,4 29
Berat Kering (Wo) gr/cm3 274,8 158
berat jenis semu gr/cm3 274,8 274,8
berat jenis asli 1,35 1,22
kadar air alami (%) 0,035 0,042
kadar air jenuh (%) 0,080 0,256
derajat kejenuhan 0,434 0,163
porositas (n) 0,097 0,238
Void ratio 0,11 0,31
c) Geometri bench
Geometri bench adalah tinggi bench (H), lebar bench (Sb) dan panjang bench (L). Kemudian
bagian-bagian lain adalah puncak bench (crest), kaki bench (toe), muka bench (bench face),
sudut lereng (α)
Tinggi lereng 10 m
Slope 900
2/3 dari tinggi lereng (ritchi &
Lebar crest call 1986)
Lebar toe = lebar crest
Tinggi
keseluruhan 2x tinggi bench
Dari permodelan diatas didapatkan faktor keamanan sebesar 0,6 yang artinya lereng tersebut
dalam keadaan rawan longsor. Maka hal yang perlu dilakukan adalah memperbaiki
kemiringan slope lereng lebih landai dalam perencanaan sistem penambangannya.
Stasiun 2
Tinggi lereng 7m
Slope 800
2/3 dari tinggi lereng (ritchi &
Lebar crest call 1986)
Lebar toe = lebar crest
Tinggi
keseluruhan 2x tinggi bench
Dari permodelan diatas didapatkan faktor keamanan sebesar 0,5 yang artinya lereng tersebut
dalam keadaan rawan longsor. Maka hal yang perlu dilakukan adalah memperbaiki
kemiringan slope lereng lebih landai dalam perencanaan sistem penambangannya
Dengan melakukan pengurangan pada tinggi lereng menjadi 5 m dan slope menjadi 600
didapatkan analisis perhitungan seperti di bawah ini serta mempertimbangkan beban statis
dan dinamis serta memasukkan water table sesuai dengan ketentuaan hook and bray
beban statis dianggan sebgai beban alat di
sebesar 0.09 g.
Tahun 2
Tahun ke 3
Tahun ke 4
Tahun ke 4
Tahun Ke 5
Tahun ke 6
4.5 Jalan Tambang
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih, menurut Aashto
Manual Ruler High Way Design, harus ditambah dengan setengan lebar alat angkut
pada bagian tepi kanan dan kiri jalan.
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dihitung dengan menggunakan rumus:
L min = n.Wt + (n+1).( ½ .Wt) Dimana:
L min = Lebar jalan minimum, m n = jumlah lajur
Wt = lebar alat angkut, m
Gambar 4. Lebar jalan pada tikungan Lebar jalan pada tikungan selalu lebih
besar dari lebar jalan lurus. Lebar jalan minimum pada tikungan dihitung dengan
menggunakan rumus:
W = n ( U + Fa + Fb + Z ) + C C = Z = ½ ( U + Fa + Fb )
Dimana:
W = Lebar jalan pada tikungan, m n = Jumlah lajur
U = Jarak jejak roda kendaraan Fa = Lebar juntai depan
Fb = Lebar juntai belakang
C = Jarak antara dua alat yang akan
bersimpangan Z = Jarak sisi luar alat ke tepi
jalan
Diketahui:
n =1
U = 0,72 m
Fa = 1,4 m
Fb =1,495 m
C = Z =1/2 ( U+Fa+Fb)
= ½ (0,72+1,4+1,495)
= 1,8075
W = n (U+Fa+Fb+Z) + C
= 1 (0,72+1,4+1,495+1,8075)+1,8075
= 7,24 m
Artinya, supaya sebuah dumptruck dapat berjalan dengan aman pada tikungan, maka
lebar jalan minimal adalah 7,24 m.
3,35
=
sin−1(1,4 − 8,3)
= 6,97 = 7
Artinya, supaya sebuah dumptruck dapat berjalan dengan aman pada tikungan, maka jari-jari
tikungan adalah 7 .
4.5.3 Superelevasi
Dik : s = 60 (kecepatan)
R = 7 (jari-jari)
𝑠2
𝑒 = 67
R
Landai Relatif Maksimum (untuk 2/2TB)
∆h
𝛼=
∆𝑥
Dimana :
Δh = beda tinggi antara dua titik yang diukur Δx= jarak datar antara dua titik
yang diukur
Kemiringan Maksimum Vs Kecepatan (data dari Bina Marga 1)
Artinya, supaya sebuah dumptruck dapat berjalan dengan aman, maka kemiringan
jalan maximum adalah 8% dengan kecepatan 60, serta jari-jari tikungan minimum
adalah 113 dengan kecepatan 60 km/jam
4.5.5 Cross slope
Untuk jalan angkut satu jalur
a=1×lebar jalan
a=1×2,5
a=2,5 = 3 m
sehingga beda tinggi yang dibuat
b= 3 m × 40 mm/m
b= 120 mm = 12 cm
jadi nilai cross sope yang baik dengan lebar 2,5 m adalah 120 mm/m
Kembali
No Muat Angkut Menumpah Waktu edar
kosong
1 32,96 40,21 15,88 40,21 129,26
2 40,87 33,62 16,94 33,62 125,05
3 44,09 35,06 16,01 35,06 130,22
4 49,97 29,66 17 29,66 126,29
5 44,66 30,75 20,81 30,75 126,97
6 42,91 40,69 36,12 40,69 160,41
7 39,78 42,75 25,81 42,75 151,09
8 34,72 40,22 21,06 40,22 136,22
9 36,63 39 24,87 39 139,5
10 39,25 40,09 22,72 40,09 142,15
11 43,41 39,56 23,38 39,56 145,91
12 45,84 35,66 19,66 35,66 136,82
206,53
Dari perhitungan match factor didapatkan angka sebesar 0,1 maka dapat disimpulkan artinya
MF < 1, maka alat angkut bekerja penuh dan alat muat mempunyai waktu tunggu.
Namun perusahaan tetap akan menggunakan 1 alat excavator dan 1 alat dumptruck karena
telah sesuai dengan target produksi perusahaan yang diambil dari permintaan pasar yaitu
sebesar 190m3 /hari . kemudian perusahaan juga telah melakukan perhitungan biaya
pembelian atau penyewaan dumptruck jika lebih dari 1 maka akan terjadi kerugian pada
perusahaan .