Anda di halaman 1dari 50

PERENCANAAN TAMBANG BATUGAMPING PT.

GOOD
MINING COMPANY (GMC) DI KOTA JAYAPURA,
KECAMATAN ABEPURA, KAMPUNG KOYA KOSO

LAPORAN

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

NURUL PUTRI MIRANI ( Nim. 2018 0611 044030 )


YULI EKARIANA DOGOPIA ( Nim. 2018 0611 044139 )
RIO JULIO HUTAPEA ( Nim. 2018 0611 044085 )
YESAYA CHRISTIAN O. W. ADII ( Nim. 2018 0611 044042 )
RUDOLF Y. WARDENAR ( Nim. 2018 0611 044088 )
ANGGA WICAKSONO ( Nim. 2018 0611 044117 )
ARISTOTELES C. SAA ( Nim. 2018 0611 044153 )
LOSER SONAB ( Nim. 2018 0611 044 )
GERSON NAWIPA ( Nim. 2018 0611 044062 )

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Perencanaan
Tambang PT. Good Mining Company (GMC) yang merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan mata kuliah perencanaan tambang.
Dengan segenap kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada orang tua kami terkasih yang telah membesarkan dan
mendidik penulis dengan kasih sayang dan juga tak henti-hentinya memberikan
dukungan doa dan perhatian. Dalam penyusunan laporan ini, penulis juga banyak
mendapatkan bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril
maupun materil, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan ketulusan dan
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Beviano Marcho Nahumury ST,. MT., yang telah membimbing dan
selalu memberikan kami penilaian yang cermat sehingga judul yang penulis
bawakan ini layak di pertimbangkan.
2. Teman-teman kami angkatan 2018 dan semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan semangat, dukungan,
bantuan dan doa selama ini.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan laporan ini,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak dalam rangka penyempurnaan laporan ini.

Jayapura, 06 Desember 2021

PT. Good Mining Company (GM


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertambangan merupakan bagian penting dalam proses pembangunan dan
pengembangan peningkatan ekonomi suatu wilayah dengan memanfaatkan
sumber daya alam yang diharapkan akan memberikan dampak yang baik terlepas
dari perubahan rona lingkungan yang akan ditimbulkan akibat aktifitas
penambangan tersebut. Penambangan yang akan dilakukan membutukan susunan
perencanaan yang selektif baik perencanaan ekonomi atau perencanaan teknik.
Apabila susunan perencanaan telah dilakukan dengan baik maka proses
eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan akan memberikan keuntungan yang
signifikan bagi perusahaan.
Sumber Daya Alam (SDA) Batugamping di Papua cukup merata dan salah
satunya keterdapatannya yaitu pada Kota Jayapura, Kecamatan Abepura,
Kampung Koya Koso. Batugamping pada lokasi ini merupakan batugamping yang
terbentuk di daerah lingkungan pengendapan laut dangkal. Batugamping ini
terbentuk dari pengendapan cangkang atau rumah siput, foraminifera, ganggang,
dan binatang kerang. Ketika hewan- hewan tersebut mati, mereka meninggalkan
cangkangnya dan terakumulasi, terendapkan pada cekungan laut dangkal
kemudian semua itu berproses sekitar jutaan tahun. Pertambangan Batugamping
yang ada diberbagai tempat khususnya di Kota Jayapura dipengaruhi oleh banyak
hal sehingga tidak semua menguntungkan atau tidak semua bisa di eksploitasi
karena belum memenuhi syarat ataupun hukum-hukum pertambangan yang
berlaku. Laporan ini akan membahas secara garis besar mengenai penambangan
Batugamping mulai dari proses eksplorasi, perhitungan cadangan sampai pada

3
tahapan reklamasi oleh PT. Good Mining Company (GMC) yang akan dijelaskan
dalam masing-masing perencanaan.
PT. Good Mining Company (GMC) merupakan perusahaan pertambangan
Batugamping yang tujuan utamanya adalah penambangan berwawasan
lingkungan, dengan luas sumber daya 44851,5 m² dan total cadangan tertambang
313.366 m3 maka target produksi yang diperkirakan adalah 45.600 m 3/tahun. Oleh
karena itu diharapkan PT. GMC dapat berperan penting dalam pembangunan
ekonomi daerah dengan keuntungan yang diperoleh.

1.2. Maksud Dan Tujuan


1.2.1. Maksud
Adapun maksud dari perencanaan tambang ini yaitu untuk mendesain atau
memulai suatu perusahaan dari proses eksplorasi, sampai dengan proses
pemasaran hingga pada tahapan reklamasi.
1.2.2. Tujuan
Adapun tujuan dari PT. Good Mining Company (GMC) adalah sebagai
berikut :
a) Mengetahui penjadwalan produksi.
b) Mengetahui kebutuhan alat.
c) Mengetahui sarana drainase tambang.
d) Mengetahui pengolahan cadangannya.
e) Mengetahui keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diterapkan.
f) Mengetahui pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan.
g) Mengetahui BESR.
h) Mengetahui apakah suatu perusahaan mengalami kerugian atau
keuntungan.

4
1.3. Ruang Lingkup
Dalam pembuatan perencanaan, PT. Good Mining Company (GMC)
membahas mengenai :
1. Perencanaan Teknis
a. Cadangan dan umur tambang
b. Sistem Penambangan
c. Drainase tambang
d. Jalan tambang
e. Geoteknik tambang
f. Lingkungan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
g. Reklamasi dan pasca tambang
2. Perencanaan Ekonomi
a. Manajemen produksi (pemasaran)
b. Cash flow

1.4. Metode Studi


1. Penentuan sasaran produksi.
2. Pemilihan metode penambangan.

1.5. Pelaksanaan Studi


Pelaksanaan studi bertempat di desa Koya Koso, Kecamatan Abepura, Kota
Jayapura, Provinsi Papua.

5
6
1.6. Jadwal Waktu Kegiatan

7
1.7. Diagram Alir

PROSPEKSI Peta Temuan


Contoh Batuan
Peta Topografi
Geologi
Mineralogi Jumlah dan Sifat Cadangan
Kadar Endapan
ESKPLORASI
Sifat Fisik, Kimia & Mekanik
Stratigrafi & Litologi

Layal / Tidak Layak Ditambang


Kerusakan Lingkungan dapat
STUDI KELAYAKAN
Ditangani Dokumen AMDAL, RKL
& RPL

TIDAK LAYAK TAMBANG LAYAK TAMBANG


(UNMINEABLE) (MINEABLE)

MASUK ARSIP

PENCARIAN DANA Meminjam Bank REKACIPTA TAMBANG

Peta Rancangan Kemajuan


Tata Letak Sarana & Prasarana
Tambang

Penentuan Sarana Produksi


Pemilihan Metode
Penambangan
Penentuan Macam & Ukuran
8

Medan Kerja Awal


A Sumuran Dalam
PERSIAPAN PENAMBANGAN

PENAMBANGAN Produksi

Pengangkutan
Promosi PENAMBANGAN
Pengembangan Produksi

9
BAB II
KEADAAN UMUM

2.1. Lokasi Dan Kesampaian Daerah


2.1.1. Lokasi
Lokasi penambangan PT. Good Mining Company (GMC) terletak di Distrik
Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua dengan koordinat 2°41’30,04’’ South,
140°47’35,21’’ East. Adapun lokasi penambangan PT. Good Mining Company
(GMC) berbatasan langsung dengan :
 Sebelah Utara : Pemukiman Warga
 Sebelah Selatan : Hutan
 Sebelah Timur : Jalan Poros
 Sebelah Barat : Hutan

10

Gambar 2. 1 Peta Lokasi Penambangan PT. Good Mining Company (GMC)


2.1.2. Kesampaian Daerah
Daerah penambangan PT. Good Mining Company (GMC) terletak di Distrik
Abepura, Kota Jayapura, Provinsi Papua dengan jarak dari Universitas
Cenderawasih menuju lokasi penambangan adalah 24 Km dan dapat di tempuh
dengan transportasi darat menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat
dalam waktu ± 90 menit perjalanan.

2.2. Kondisi Geologi


Lingkungan geografi dan fisiografi Papua nampak mirip dengan seekor
burung, dimana daerah-daerahnya terbagi atas kepala, leher serta badan seperti
pada gambar 2.1.1 Menurut DOW, et.al, 1988 (Buku Lapangan
Geologiangkatan 2010), geomorfologi regional daerah penelitian terletak pada
daerah badan.Daerah badan Papua terbagi atas 5 (lima) bagian, yaitu :
1. Daerah Tengah (“Central Range”), merupakan pegunungan yang pejal,
memperlihatkan kenampakan glasiasi dan danau-danau Paniai.
2. Daerah tinggian tengah, terdiri dari pegunungan ofiolit (“Ophiolite
Mountain”) terletak dekat dengan daerah tengah yang tidak diberi nama.
3. Pedataran danau (“Meervlakte”), terlihat sebagai cekungan antar
pegunungan, batas utara dari ofiolit.
4. Pegunungan utara (“Northern Mountains”), terletak di bagian utara
“Meervlakte” yang merupakan daerah hamburan berelief rendah –
sedang.
5. Pedataran bagian selatan (“Southern Plains”), yaitu wilayah bagian
selatan daerah tengah.
11
2.3. Keadaan Daerah Penelitian
Keadaan pada daerah penambangan pada PT. Good Mining Company
(GMC) yaitu, vegetasinya: jarang, heterogen.

2.4. Tata Guna Lahan Dan Penduduk


Tata guna lahan pada sekitaran lokasi penambangan yaitu penduduk
kebanyakan melakukan kegiatan berkebun yang dapat menjadi pemasukan
tambahan untuk membantu ekonomi dalam setiap rumah tangga.

2.5. Iklim
Wilayah pada lokasi penambangan PT. Good Mining Company (GMC) di
klasifikasi sebagai wilayah tropis dengan suhu berkisar 22-310 derajat pada siang
hari. Adapun cuaca pada umumnya tidak menentu, terkadang panas dan bisa tiba-
tiba hujan, berikut data cura hujan yang dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 2. 1 Data Curah Hujan Balai Besar BMKG Wilayah V


Curah Hujan (mm)
No Bulan
2015 2016 2017 2018 2019
1 Januari 223 148 238 83 261
2 Febuari 138 93 202 200 131
3 Maret 116 180 59 205 519
4 April 77 90 172 157 178
5 Mei 86 65 123 121 139
6 Juni 84 108 132 92 133
7 Juli 134 134 224 138 112
8 Agustus 45 63 172 149 39
9 September 177 263 221 158 86
10 Oktober 53 70 121 85 223
11 November 114 107 165 202 138
12
12 Desember 89 295 192 208 116
Jumlah 1336 1616 2021 1798 2075

13
BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN PENGENDAPAN

3.1. Stratigrafi
Berdasarkan pengamatan dilapangan, serta analisa kandungan fosil yang
di dapatkan selama penelitian berlangsung, dan setelah dibuat penampang
stratigrafinya maka penulis mengelompokan, Penyusunan stratigrafi daerah
penelitian didasarkan pada kesamaan ciri litologi dominan yang ada di daerah
penelitian. Secara umum, daerah penelitian disusun oleh batuan - batuan sediment
dan beberaapa batuan volkanik yang pada kala kapur telah terbentuk oleh aktifitas
gunung api bawah laut yang giat menjemari dengan formasi Auwewa. Bagian
atasnya menjemari dengan formasi makats, bersentuhan tektonik dengan satuan
ultramefik.
Secara tratigrafi daerah Kota Jayapura tersusun oleh batuan beku, sedimen
dan metamorfik yang berasal dari umur praTersier, Tersier hingga Kuarter. Urutan
batuan yang menyusun daerah Kota Jayapura dari umur tertua kemuda, sebagai
berikut. Pra-Tersierter diri dari batuan beku mafik dan ultarmafik (m dan um),
serta batuan metamorfik (pTmc). Kelompok batuan ini digolongkan sebagai
batuan tektonit (SuwarnodanNoya, 1995).
Tersierter diri kelompok batuan piroklastik yang berupa lava basal, diabas, andesit
dan breksi volkanik, tuf dan sisipan batugamping, greywacke dan tuf (Formasi
Auwewa/Tema), Kelompok batugamping bersispan biomikrit, napal, batupasir
halus, greywacke gampingan, tufaan, dan tuf (FormasiNubai/Tomn), kelompok
batuan sedimen berupa greywacke yang berselingan dengan batulanau dan
batulempung serta bersisipan dengan konglomerat dan napal
(FormasiMakats/Tmm), batupasir dan batu lempung yang bersisipan dengan

14
batugamping, napal dan lanau (FormasiAurimi/Tmpa), dan batugamping
(FormasiBenai/Tmpb). Hampir semua formasi saling jari menjemari. Secara
selaras di atasnya diendapkan greywacke yang berselang-seling dengan
batulempung, batulanau, napal, konglomerat serta sisipan batupsir dan lignit
(FormasiUnk/Qtu). Kuarter terdiri dari Kelompok batuan campur aduk (Qc) dan
endapan lumpur (Qmd), kelompok endapan laut dangkal seperti batugamping
koral-ganggang, kalkarenit dan kalsirudit (FormasiJayapura/Qpj) dan
batugamping koral (Qcl), serta kelompok endapan darat seperti kipas aluvial (Qf)
dan endapan aluvial dan pantai (Qa).

3.2. Kondisi Batuan


Batuan Sedimen berupa batuan gunung api bawah laut seperti lava basalt,
diabas dan andesit, aglomerat, breksi gunung api, tufa, sisipan batugamping dan
tuf pasiran gampingan (Formasi Auwewa/Tema) dan batugamping berukuran
halus-kasar, masif (pejal) dan mengandung fosilkoral, cangkang moluska, duri
echinoid (Formasi Benai/Tmpb).

3.3. Stuktur Geologi


Struktur geologi berupa antiklin, sinklin, sesar normal, sesar naik dan sesar
mendatar. Arah umum strukur regional pada batuan sedimen berarah Baratlaut
tenggara, beberapa hampir mendekati barat baratlaut, timur tenggara dan utara
baratlaut; selatan tenggara terutama pada batuan tersier. Strukur timur timurlaut,
barat baratdaya terdapat pada batuan malihan dan ultrabasa, sedangkan yang
hampir utara selatan pada batugamping Kuarter.
Arah umum sumbu lipatan barat baratlaut, timur tenggara, beberapa sumbu
antiklin tergeserkan oleh sesar mendatar maupun sesar turun. Sesar turun berarah
barat baratlaut, timur tenggara, timurlaut baratdaya serta hampir utara selatan;
15
menyesarkan batuan berumur Tersier dan Kuarter. Sesar naik berarah jurus
baratlaut tenggara dan melengkung ke arah barat timur, memisahkan malihan
Cycloops dengan satuan batuan Ultramafik. Diduga pula satuan batuan mafik
dengan formasi Auwewa. Sesar mendatar berarah timurlaut baratdaya yang
menyesarkan sesar turun dan sesar naik, umumnya merupakan batas satuan
batuan ultrabasa dan batuan sedimen klastik kasar. Kelurusan berarah umum
hampir searah struktur regional, yakni baratlaut tenggara. Beberapa berarah uatara
selatan dan timurlaut barat daya.
Sejak Kala Kapur sampai Miosen Awal, diperkirakan telah terjadi kegiatan
gunung apai bawah laut yang membentuk Formasi Auwewa. Kegiatan tektonik
Oligosen Tengah menyebabkan susut laut dan pada saat tersebut batuan
ultramafik, mafik dan malihan muncul ke permukaan, sementara kegiatan gunung
api berlangsung terus. Oligosen Akhir hingga Miosen Tengah terjadi sedimentasi
batugamping.

3.4. Data Pengukuran

Tabel 2. 2 Data Pengukuran menggunakan TS (PT. GMC)


PATOK X Y Z
1 477060 9702369 20
2 477038 9702400 19
3 477023 9702381 19
4 477030 9702371 23
5 477059 9702354 24
6 477044 9702357 27
7 477053 9702351 25
8 477045 9702355 29
9 477060 9702346 28
10 477068 9702337 32
11 477062 9702344 32
12 477052 9702348 33
16
13 477047 9702353 32
14 476980 9702455 16
15 477118 9702313 22
16 477007 9702344 19
17 477050 9702330 22
18 477010 9702319 26
19 477062 9702333 21
20 477029 9702311 27
21 477079 9702305 22
22 477039 9702296 29
23 477069 9702303 25
24 477063 9702295 26
25 477025 9702301 29
26 477009 9702303 27
27 477054 9702311 25
28 476992 9702315 26
29 477147 9702254 24
30 477150 9702269 23
31 477092 9702204 38
32 477144 9702422 6
33 477103 9702322 24
34 477097 9702319 27
35 477137 9702317 19
36 477138 9702312 20
37 477139 9702307 20
38 477127 9702302 24
39 477090 9702319 29
40 477115 9702297 27
41 477135 9702249 30
42 477124 9702247 34
43 477139 9702248 28
44 477143 9702230 30
45 477152 9702279 17
46 477166 9702253 19
47 477156 9702241 21
48 477149 9702237 23
49 477142 9702239 26

17
50 477128 9702257 29
51 477137 9702246 27
52 477137 9702231 28
53 477140 9702267 30
54 477133 9702233 25
55 477143 9702236 23
56 477150 9702240 23
57 477149 9702248 26
58 477123 9702250 32
59 477144 9702255 29
60 477129 9702257 33
61 477134 9702259 32
62 477134 9702226 22
63 477131 9702226 36
64 477128 9702256 34
65 477133 9702259 34
66 477157 9702259 28
67 477144 9702244 31
68 477149 9702225 23
69 477132 9702220 26
70 477164 9702201 15
71 477136 9702190 39
72 477122 9702238 32
73 477128 9702219 29
74 477136 9702256 34
75 477141 9702228 29
76 477151 9702251 32
77 477144 9702270 36
78 477152 9702261 35
79 477162 9702261 37
80 477110 9702251 30
81 477117 9702263 32
82 477119 9702300 45
83 477129 9702300 47
84 477138 9702295 47
85 477148 9702283 45
86 477145 9702272 40

18
87 477155 9702269 42
88 477140 9702240 31
89 477144 9702244 34
90 477148 9702239 34
91 477166 9702244 37
92 477106 9702268 30
93 477142 9702239 28
94 477130 9702244 30
95 477128 9702251 32
96 477150 9702254 32
97 477136 9702268 36
98 477144 9702292 43
99 477129 9702220 24
100 477154 9702252 32
101 477143 9702242 30
102 477142 9702275 35
103 477150 9702263 34

3.5. Sumberdaya Dan Cadangan


3.5.1. Klasifikasi Sumber Daya Dan Cadangan
Klasifikasi Sumber Daya Mineral dan Cadangan adalah suatu proses
pengumpulan, penyaringan serta pengolahan data dan informasi dari suatu
endapan mineral untuk memperoleh gambaran yang ringkas mengenai endapan itu
berdasarkan kriteria: keyakinan geologi dan kelayakan tambang. Kriteria
keyakinan geologi didasarkan pada tahap eksplorasi yang meliputi survei tinjau,
prospeksi, eksplorasi umum dan eksplorasi rinci. Kriteria kelayakan tambang
didasarkan pada faktor-faktor ekonomi, teknologi, peraturan/perundang-
undangan, lingkungan dan social (economic, technological, legal, environment
and social factor).
Klasifikasi sumber daya mineral dan cadangan berdasarkan 2 kriteria, yaitu :
1) Tingkat Keyakinan Geologi, ditentukan oleh 4 tahap eksplorasi, yaitu :

19
a. Survei tinjau
b. Prospeksi
c. Eksplorasi umum
d. Eksplorasi rinci
Kegiatan dari a ke d menunjukkan makin rincinya penyelidikan, sehingga
tingkat keyakinan geologinya makin tinggi dan tingkat kesalahannya makin
rendah.

2) Pengkajian Layak Tambang


a. Pengkajian layak tambang meliputi faktor-faktor ekonomi,
penambangan, pemasaran, lingkungan, sosial, dan hukum/ perundang-
undangan. Untuk endapan mineral bijih, metalurgi juga merupakan
faktor pengkajian layak tambang.
b. Pengkajian layak tambang akan menentukan apakah sumber daya
mineral akan berubah menjadi cadangan atau tidak.
c. Berdasarkan pengkajian ini, bagian sumber daya mineral yang layak
tambang berubah statusnya menjadi cadangan sedangkan yang belum
layak tambang tetap menjadi sumber daya mineral.
3.5.2. Klasifikasi Sumber Daya Mineral (Resources) dan Cadangan (Reserves) di
Beberapa Daerah
A. Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia)
Sumber Daya Mineral (Mineral Resource) adalah endapan mineral yang
diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral dengan

20
keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah
dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak
tambang.
1. Sumber Daya Mineral Hipotetik (Hypothetical Mineral Resource)
adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan perkiraan pada tahap Survei Tinjau.
2. Sumber Daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap Prospeksi.
3. Sumber Daya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resource) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Umum.
4. Sumber Daya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Rinci.
Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui
ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara
ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat
perhitungan dilakukan.
1. Cadangan Terkira (Probable Reserve) adalah sumber daya mineral
terunjuk dan sebagian sumberdaya mineral terukur yang tingkat
keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi
kelayakan tambangsemua faktor yang terkait telah terpenuhi,sehingga
penambangan dapat dilakukan secara ekonomik.
2. Cadangan Terbukti (Proved Reserve) adalah sumber daya mineral
terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang

21
terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara
ekonomik.
3.5.3. Metode Penaksiran Evaluasi Cadangan
A. Metode Cross Section
Masih sering dilakukan pada tahap paling awal dari perhitungan. Hasil
perhitungan secara manual ini dapat dipakai sebagai alat pembanding untuk
mengecek hasil perhitungan yang lebih canggih dengan menggunakan
komputer.
B. Metode Polygon
Metoda poligon ini merupakan metoda perhitungan yang paling
konvensional. Metoda ini umum diterapkan pada endapan-endapan yang
relatif homogen dan mempunyai geometri yang sederhana. Kadar pada
suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan nilai conto yang berada
ditengah-tengah poligon sehingga metoda ini sering disebut dengan poligon
daerah pengaruh. Daerah pengaruh dibuat dengan membagi dua jarak antara
dua titik conto dengan satu garis sumbu.
C. Metode Segitiga
Metode triangulasi dilakukan dengan konsep dasar menjadikan titik yang
diketahui menjadi titik sudut suatu prisma segitiga. Prisma segitiga
diperoleh dengan cara menghubungkan titik-titik yang diketahui tanpa
berpotongan.

22
BAB IV
RENCANA PENAMBANGAN

23
BAB V
FASILITAS PENUNJANG DAN INFRASTRUKTUR

24
BAB VI
LINGKUNGAN DAN K3

6.1. Ukl & Upl


Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang
tidak wajib melakukan AMDAL.
Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan
upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.
Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan
menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang
tersedia.
UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk
pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan
atau kegiatan. Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL
tetapi dengan menggunakan formulir isian yang berisi :
 Identitas pemrakarsa 
 Rencana Usaha dan/atau kegiatan 
 Dampak Lingkungan yang akan terjadi 
 Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup 
 anda tangan dan cap 

Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :


1. Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup
Kabupaten atau Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah
kabupaten atau kota.
25
2. Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup
Provinsi untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota.
3. Instansi yang bertanggung jawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup
dan pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih
dari satu provinsi atau lintas batas negara.

6.2. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian
secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan
proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah
indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja
yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi
dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang
dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 Tahun 1969 tentang pokok-
pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU
No.12 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam Pasal 86 UU No.13 Tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja
atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat
dan martabat serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut,
26
maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids
Reglement, stbl No.406 Tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai
menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik
di darat, di dalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada
di dalam wilayah kekuasaan hukum republik indonesia. Undang-undang tersebut
juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan,
pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk teknis dan
aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada
pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya
personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh
karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3
yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra
sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan
baik.

6.2.1. Tujuan K3
a) Untuk mengetahui Kecelakaan Kerja Tambang.
b) Untuk mengetahui peran K3 dalam mencegah kecelakaan kerja guna
meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
c) Untuk mengetahui Sistem Manajemen K3 Pertambangan

27
6.2.2. Sebab-Sebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan
yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan
merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang
mengungkapkan tindakan yang lalai seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan
mencapai suatu yang jauh di atas sebuah tangga. Hal tersebut menunjukkan cara
yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki
kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik.a
 Penyebab dasar kecelakaan kerja :
a) Faktor personil
b) Kelemahan pengetahuan dan skill
c) Kurang motivasi
d) Problem fisik
e) Faktor pekerjaan :
 Standar kerja tidak cukup memadai
 Pemeliharaan tidak memadai
 Pemakaian alat tidak benar
 Kontrol pembelian tidak ketat
 Tindakan tidak aman
 Mengoperasikan alat bukan wewenangnya
 Mengoperasikan alat dengan kecepatan tinggi
 Posisi kerja yang salah
 Perbaikan alat, pada saat alat beroperasi
 Kondisi tidak aman
 Tidak cukup pengaman alat

28
 Tidak cukup tanda peringatan bahaya
 Kebisingan/debu/gas di atas nab
 Housekeeping tidak baik
 Penyebab kecelakaan kerja (Heinrich Mathematical Ratio) dibagi atas 3
bagian berdasarkan persentasenya :
a) Tindakan tidak aman oleh pekerja (88%)
b) Kondisi tidak aman dalam areal kerja (10%)
c) Diluar kemampuan manusia (2%)

6.2.3. Definisi Alat Pelindung Diri (Apd)


Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.APD dipakai sebagai upaya terakhir
dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. APD juga merupakan
kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Perlengkapan pelindung diri termasuk semua pakaian dan aksesories
pekerjaan lain yang dirancang untuk menciptakan sebuah penghalang terhadap
bahaya tempat kerja. Penggunaan APD harus tetap di kontrol oleh pihak yang
bersangkutan, khususnya di sebuah tempat kerja.

6.2.4. Ruang Lingkup Alat Pelindung Diri (Apd)


Ruang lingkup APD antara lain :
1. Alat-alat pelindung diri.
2. Manfaat alat pelindung diri.
3. Cara memilih alat pelindung diri.
29
6.2.5. Tujuan Dan Manfaat Alat Pelindung Diri (Apd)
Adapun tujuan dari penggunaan alat pelindung diri, antara lain :
1. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan
administrative tidak dapat dilakukan dengan baik.
2. Meningkatkan efektifitas dan produktivitas kerja.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Sedangkan manfaat dari penggunaan alat pelindung diri, antara lain :
1. Untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.
2. Mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.

6.2.6. Jenis Dan Fungsi Alat Pelindung Diri (Apd)


Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat
bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh
pemerintah melalui  Departement Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia. Hal ini tertulis di Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri. Adapun bentuk dari alat tersebut
adalah :
1. Safety Helmet
Safety helmet berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa
mengenai kepala secara langsung.

30
Gambar 6. 1 Safety helmet

2. Sabuk Keselamatan (Safety Belt)


Sabuk Keselamatan (safety belt) berfungsi sebagai alat pengaman ketika
menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil,
pesawat, alat berat, dan lain-lain).

Gambar 6. 2 Safety Belt

3. Sepatu Pelindung (Safety Shoes)


Sepatu karet (sepatu boot) berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di
tempat yang becek atau pun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal
untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan
kimia, dan sebagainya.

31

Gambar 6. 3 Safety Shoes


4. Sarung Tangan
Sarung tangan berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di
tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan
bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.

Gambar 6. 4 Sarung Tangan

5. Penutup Telinga (Ear Plug /Ear Muff)


Penutup telinga (ear plug/ear muff) berfungsi sebagai pelindung telinga
pada saat bekerja di tempat yang bising.

Gambar 6. 5 Penutup Telinga

32
6. Kacamata Pengaman (Safety Glasses)
Kacamata pengaman (safety glasses) berfungsi sebagai pelindung mata
ketika bekerja (misalnya mengelas).

Gambar 6. 6 Kacamata Pengaman

7. Masker (Respirator)
Masker (respirator) berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat
bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun,

Gambar 6. 7 Masker
dsb).

8. Pelindung wajah (Face Shield)


Pelindung wajah (face shield) berfungsi sebagai pelindung wajah.

33

Gambar 6. 8 Pelindung Wajah


9. Jas Hujan (Rain Coat)
Jas hujan (rain coat) berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja
(misal bekerja pada waktu hujan atau sedang mencuci alat).

Gambar 6. 9 Jas Hujan

Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan


pedoman yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L:
Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan). APD harus digunakan sesuai
dengan jenis pekerjaan dan dalam jumlah yang memadai, memastikan APD yang
dugunakan aman untuk keselamatan pekerja, selain itu APD juga harus sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan

6.2.7. Cara Merawat Apd


 Helm Safety / Helm Kerja (Hard Hat)
1. Helm kerja dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini.
2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat helm kerja yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta
34
tidak dibenarkan untuk dipergunakan (retak-retak, bolong atau tanpa
system suspensinya).
3. Setiap manajemen ini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang
memiliki helm kerja dan telah mengikuti training.
 Kacamata Safety (Safety Glasses)
1. Kacamata safety dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen ini.
2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan kacamata safety yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta
tidak dibenarkan untuk dipergunakan.
3. Penyimpanan masker harus terjamin sehingga terhindar dari debu,
kondisi yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin), kelembaban
atau kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia berbahaya.
4. Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang
memiliki kacamata safety dan telah mengikuti training.
 Sepatu Safety (Safety Shoes)
1. Sepatu safety dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini.
2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sepatu safety yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta
tidak dibenarkan untuk dipergunakan.
3. Setiap manajemen lini harus memiliki catatan jumlah karyawan yang
memiliki sepatu safety dan telah mengikuti training.
 Masker / Perlindungan Pernafasan (Mask / Respiratory Protection)

35
1. Pelindung pernafasan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin
yang menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya.
2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan alat pelindung
pernafasan yang kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat
tersebut ditarik serta tidak dibenarkan untuk dipergunakan.
3. Kondisi dan kebersihan alat pelindung pernafasan menjadi tanggung
jawab karyawan yang bersangkutan,
4. Kontrol terhadap kebersihan alat tersebut akan selalu dilakukan oleh
managemen lini.
 Sarung tangan
1. Sarung tangan dijaga keadaannya dengan pemeriksaan rutin yang
menyangkut cara penyimpanan, kebersihan serta kondisinya oleh
manajemen lini.
2. Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan sarung tangan yang
kualitasnya tidak sesuai persyaratan maka alat tersebut ditarik serta
tidak dibenarkan untuk dipergunakan.
3. Penyimpanan sarung tangan harus terjamin sehingga terhindar dari
debu, kondisi yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin),
kelembaban atau kemungkinan tercemar bahan-bahan kimia
berbahaya.

6.2.8. Undang-Undang K3
1. Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie).
2. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 203 Tentang
Ketenagakerjaan.
36
 Peraturan Pemerintah Terkait K3
1. Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Verordening).
2. Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973 Tentang Pengawasan Atas
Peredaran, Penyimpanan Dan Peredaran Pestisida.
3. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1973 Tentang Pengaturan Dan
Pengawasan Keselamatan Kerja Di Bidang Pertambangan.
4. Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 1979 Tentang Keselamatan Kerja
Pada Pemurnian Dan Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi.
 Peraturan Menteri Terkait K3
1. Permenakertranskop Ri No 1 Tahun 1976 Tentang Kewajiban
Latihan Hiperkes Bagi Dokter Perusahaan.
2. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1978 Tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Dalam Pengangkutan Dan Penebangan Kayu.
3. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978 Tentang Penunjukan Dan
Wewenang Serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Dan Ahli Keselamatan Kerja.
4. Permenakertrans RI No 1 Tahun 19879 Tentang Kewajiban Latihan
Hygienen Perusahaan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Bagi
Tenaga Paramedis Perusahaan.
5. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 Tentang Keselamatan Kerja
Pada Konstruksi Bangunan.
6. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 Tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan
Kerja.
7. Permenakertrans RI No 4 Tahun 1980 Tentang Syarat-Syarat
Pemasangan Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.

37
8. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1981 Tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja.
9. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1982 Tentang Bejana Tekan.
10. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1982 Tentang Kualifikasi Juru Las.
11. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1982 Tentang Pelayanan Kesehatan
Tenaga Kerja.
12. Permenaker RI No 2 Tahun 1983 Tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Otomatis.
13. Permenaker RI No 3 Tahun 1985 Tentang Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Pemakaian Asbes.
14. Permenaker RI No 4 Tahun 1985 Tentang Pesawat Tenaga Dan
Produksi.
15. Permenaker RI No 5 Tahun 1985 Tentang Pesawat Angkat Dan
Angkut.
16. Permenaker RI No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja.
17. Permenaker RI No 1 Tahun 1988 Tentang Kualifikasi Dan Syarat-
Syarat Operator Pesawat Uap.
18. Permenaker RI No 1 Tahun 1989 Tentang Kualifikasi Dan Syarat-
Syarat Operator Keran Angkat.
19. Permenaker RI No 2 Tahun 1989 Tentang Pengawasan Instalasi-
Instalasi Penyalur Petir.
20. Permenaker RI No 2 Tahun 1992 Tentang Tata Cara Penunjukan,
Kewajiban Dan Wewenang Ahli Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

38
21. Permenaker RI No 4 Tahun 1995 Tentang Perusahaan Jasa
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
22. Permenaker RI No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.
23. Permenaker RI No 1 Tahun 1998 Tentang Penyelenggaraan
Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja Dengan Manfaat Lebih
Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.
24. Permenaker RI No 3 Tahun 1998 Tentang Tata Cara Pelaporan Dan
Pemeriksaan Kecelakaan.
25. Permenaker RI No 4 Tahun 1998 Tentang Pengangkatan,
Pemberhentian Dan Tata Kerja Dokter Penasehat.
26. Permenaker RI No 3 Tahun 1999 Tentang Syarat-Syarat
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Lift Untuk Pengangkutan Orang
Dan Barang.
 Keputusan Menteri Terkait K3
1. Kepmenaker RI No 155 Tahun 1984 Tentang Penyempurnaan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Kep
125/Men/82 Tentang Pembentukan, Susunan Dan Tata Kerja Dewan
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja Wilayah Dan Panitia Pembina Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja.
2. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja Dan Menteri Pekerjaan
Umum Ri No 174 Tahun 1986 No 104/Kpts/1986 Tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan
Konstruksi.

39
3. Kepmenaker RI No 1135 Tahun 1987 Tentang Bendera Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja.
4. Kepmenaker RI No 333 Tahun 1989 Tentang Diagnosis Dan
Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
5. Kepmenaker RI No 245 Tahun 1990 Tentang Hari Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Nasional.
6. Kepmenaker RI No 51 Tahun 1999 Tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika Di Tempat Kerja.
7. Kepmenaker RI No 186 Tahun 1999 Tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran Di Tempat Kerja.
8. Kepmenaker RI No 197 Thun 1999 Tentang Pengendalian Bahan
Kimia Berbahaya.
9. Kepmenakertrans RI No 75 Tahun 2002 Tentang Pemberlakuan
Standar Nasional Indonesia (SNI) No Sni-04-0225-2000 Mengenai
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (Puil 2000) Di Tempat
Kerja.
10. Kepmenakertrans RI No 235 Tahun 2003 Tentang Jenis-Jenis
Pekerjaan Yang Membahayakan Kesehatan, Keselamatan Atau
Moral Anak.
11. Kepmenakertrnas RI No 68 Tahun 2004 Tentang Pencegahan Dan
Penanggulangan Hiv/Aids Di Tempat Kerja.
 Instruksi Menteri Terkait K3
1. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No 11 Tahun 1997 Tentang
Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran.
 Surat Edaran Dan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial Dan
Pengawasan Ketenagakerjaan Terkait K3

40
1. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial
Dan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja Ri No
84 Tahun 1998 Tentang Cara Pengisian Formulir Laporan Dan
Analisis Statistik Kecelakaan.
2. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Dan
Pengawasan Ketenagakerjaan No 407 Tahun 1999 Tentang
Persyaratan, Penunjukan, Hak Dan Kewajiban Teknisi Lift.
3. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial Dan
Pengawasan Ketenagakerjaan No 311 Tahun 2002 Tentang
Sertifikasi Kompetensi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Teknisi
Listrik.

6.2.9. Job Safety Analysis


Dalam pembuatan prosedur pekerjaan, bahaya yang akan ditimbulkan sudah
didentifikasi dan telah disiapkan cara penangulangannya melalui program analisa
keselamatan kerja (Lodou, 2007). Job safety analysis adalah suatu pendekatan
struktural untuk mengidentifikasi potensi bahaya dalam suatu pekerjaan dan
memberikan langkah – langkah perbaikan (Anonim, 2007).
Job safety analysis merupakan identifikasi sistematik dari bahaya potensial
ditempat kerja dan mencari cara untuk menanggulangi resiko bahaya. Dalam
analisa keselamatan kerja dilakukan peninjauan terhadap metode kerja dan
penemuan bahaya yang mungkin diabaikan dalam proses design peralatan,
pemasangan mesin dan proses kerja. Melalui penerapan analisa keselamatan kerja
dapat dilakukan perubahan prosedur kerja menjadi lebih aman (Greenwood,
2006).
Tujuan melaksanakan job safety analysis adalah :

41
1. Memberikan pelatihan individu mengenai keselamatan dan prosedur
kerja efesien.
2. Mempercayakan pekerjaan ke pekerja baru.
3. Meninjau prosedur kerja setelah terjadi kecelakaan.
4. Mengidentifikasi usaha perlindungan yang dibutuhkan ditempat kerja.
5. Meningkatkan partisipasi pekerja mengenai keselamatan ditempat
kerja.
6. Mengurangi absen.
7. Mengurangi biaya kompensasi pekerja
8. Meningkatkan produktivitas.

Menurut Greenwood (2006), proses job safety analisys terdiri dari beberapa
tahapapan, yaitu :
1. Memilih pekerjaan.
Pekerjaan dengan kecelakaan yang besar akan menjadi prioritas dan
analisa terlebih dahulu. dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa,
terdapat beberapa faktor yang harus dipenuhi antara lain :
a. Frekuensi kecelakaan.
Pekerjaan dengan frekuensi kecelakaan tinggi menjadi prioritas
utama dalam job safety analysis.
b. Tingkat cedera yang menyebabkan cacat.
Setiap pekerjaan yang menyebakan cacat harus dimasukan
kedalam job safety analysis.
c. Kekuatatan potensi
Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah
kecelakaan namun berpotensi untuk menimbulkan bahaya.
d. Pekerjaan baru
42
Job safety analysis untuk setap pekerjaan baru harus dilakukan
segera mungkin. Job safety analysis untuk setiap pekerjaan baru
tidak boleh ditunda hingga dapat terjadi kecelakaan atau hampir
terjadi kecelakaan.
e. Mendekati bahaya
Pekerjaan dengan tingkat bahaya yang besar harus menjadi
prioritas dalam job safety analysis.
2. Membagi pekerjaan
Untuk membagi pekerjaan diperlukan seorang pekerja yang harus
mampu melakukan observasi. Pekerja yang mampu melakukan
obsevasi adalah pekerja yang berpengalaman dan kooperatif sehingga
mampu berbagi ide.
3. Identifikasi Bahaya dan Potensi Kecelakaan Kerja
Tahap berikutnya untuk mengembangkan job safety analysis adalah
melakukan identifikasi semua bahaya. Identifikasi dilakukan terhadap
bahaya yang disebabkan oleh lingkungan dan berhubungaan dengan
prosedur kerja.

4. Mengembangkan Solusi
Langkah terakhir dalam job safety analysis adalah mengembangkan
prosedur kerja yang aman untuk mencegah kejadiaan atau potensi
kecelakaan. Beberapa solusi yang diterapkan antara lain :
a. Menemukan cara baru untuk suatu pekerjaan.
b. Mengubah prosedur kerja.
c. Mengurangi frekuensi pekerjaan.

43
ANALISIS KESELAMATAN KERJA (JOB SAFETY ANALYSISI)
Nama Pekerjaan : Mengganti roda truk Tanggal :
Bagian : Dianalisis Oleh :
Lokasi : Koya Barat Disetujui Oleh :
Alat Pelindung Diri Yang Digunakan : Helm Safety, Sepatu Safety, Kacamata Safety, Kaos Tangan
Bahaya yang
No. Uraian Pekerjaaan Tindakan pencegahan / pengendalian
ditiumbulkan
1 Persiapan

Menyiapkan peralatan Tangan terkilir saat Waspadai keadaan terkilir


dongkrak, ganjal dan kunci, mengangkat kayu balok
Gunakan helmet, sepatu safety, kaos
roda serta kayu balok dan ganjal
tangan, dan kacamata safety

Kendaraan yang diparkir di pinggir


jalan yang aman, matikan engine,
Memarkir kendaraan dan Kendaraan bergerak
2 pasang rem parkir, masukkan gigi 1
mematikan engine dengan sendirinya
maju dan pasang ganjal dengan rapat
ke roda

Kendaraan bertabrakan Pasang safety cone / segitiga muka


3
dengan kendaraan lain belakang

Pastikan posisi tangan aman dan


Tangan terkilir saat
Menyiapkan roda serep waspadai tangan dari kemungkinan
membuka bolt roda
terkilir
Pinggang terkilir saat
mengangkat roda dari Posisikan tubuh yang aman
bracket
Engine dihidupkan oleh Cabut kunci kontak dan berikan tanda
4
orang lain out of service tag
Periksa dan pastikankelayakan pakai
dongkrak dan SWL sesuai

Tertimpa Kendaraan Pasang stand/penyangga beban di


karena kegagalan bawah kayu balok
dongkrak
Melepas dan memasang
roda Pasang kayu balok di bawah
dongkrak sebagai landasan

Kendurkan nut roda sebelum


Ban memutar saat dibuka
didongkrak

Tangan dan pinggang


Waspadai tangan dan pinggang dari
terkilir saat mengangkat
kemungkinan terkilir
roda

44
Tangan dan pinggang
Ikuti prosedur mengangkat roda
terkilir saat mengangkat
manual
roda
Roda terlepas saat Kencangkan nut roda dengan kunci
berjalan torgue wrench sesuai spesifikasi
Mengamankan area kerja Amankan semua peralatan yang
Kendaraan ditabrak oleh
5 dan mengoperasikan digunakan sebelum mengoperasikan
kendaraan lain
kendaraan kembali kendaraan
Periksa kendaraan dari arah depan
dan belakang sebelum
mengoperasikan kendaraan untuk
meninggalkan area

45
BAB VIII
INVESTASI KEEKONOMIAN DAN KELAYAKAN TAMBANG

46
BAB VII
ORGANISASI DAN SUMBERDAYA MANUSIA

47
BAB IX PASCA TAMBANG DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT
(COMMUNITY DEVELOPMENT)

48
BAB X PEMASARAN

49
BAB XI KESIMPULAN

50

Anda mungkin juga menyukai