PROGRAM

PENGEMBANGAN GARAM
NASIONAL

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
2010
Pemenuhan Garam Nasional
Industri Chlor Alkali Plant (CAP)

Industri pangan dan farmasi

Aneka industri

Garam konsumsi beryodium di masyarakat

 Program
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri
Garam
1. Peningkatan produksi garam industri, melalui:
Ekstensifikasi lahan pegaraman skala luas (lebih dari 2.000 hektar)
Revitalisasi permesinan industri garam industri
2. Peningkatan produksi dan kualitas garam rakyat, melalui:
Intensifikasi lahan pegaraman
Pemurnian/pencucian garam kualitas rendah
3. Peningkatan produksi, distribusi, dan konsumsi garam beryodium
untuk mencapai Universal Salt Iodization (USI) atau Garam
Konsumsi Beryodium untuk Semua, melalui:
Peningkatan produksi di sentra garam rakyat
Pembinaan industri kecil dan menengah garam beryodium
Peningkatan produksi dan pemasaran garam beryodium oleh
industri garam besar
 Program Pengembangan Industri Garam Nasional
No Kegiatan Lingkup Kegiatan Lokasi Kegiatan/Obyek Survey Metodologi Output

1Administrasi Proyek Mendukung pelaksanaan Kantor Kementerian

kegiatan

2Pemetaan Potensi Lahan 1)
Pegaraman dan Kebutuhan
Garam Nasional
Identifikasi, pemetaan Kabupaten Nagekeo dan Ende Provinsi a) Pengukuran dan Pemetaan Lahan a) Tersusunnya dokumen profil
lahan untuk perencanaan NTT Potensi Garam promosi investasi di Kabupaten
awal program investasi b) Pengolahan Data Pengukuran Nagekeo dan Ende Provinsi
industri garam industri di Nusa Tenggara Timur dalam
c) Pengukuran Bathimetri dan Soil Test
Kabupaten Nagakeo dan pengembangan industri garam
Ende Propinsi Nusa industri
Tenggara Timur seluas d) Perencanaan Infrastruktur
2.600 Ha

2) Identifikasi Lahan Potensial Jawa Barat (Indramayu, Cirebon), Jawa
Melalui Penginderaan Jauh Tengah (Rembang, Pati, Jepara,
Demak) Jawa Timur (Sumenep,
Pamekasan dan Sampang), Sulawesi
Selatan (Jeneponto, Takalar dan
Pangkep), Nusa Tenggara Barat (Bima,
Sumbawa, Lombok Timur), Nusa
Tenggara Timur (Kupang Tengah,
Kupang Timur, Solamu, Flores, TTS,
Sumba Barat Daya)
3) Survey Sosial Ekonomi Kabupaten Nagekeo dan Ende, NTT
Data Pendukung
a) Penginderaan Jauh dan Pemilihan
Jenis Citra (Ikonos/Quick Bird)
b) Metode Pengolahan Data Citra
c) Penentuan Kriteria Lahan Potensial
d) Input Data Pendukung
Modeling/Scoring Penentuan Lahan
e) Potensial
Ground Check Areal Potensial
a) Pengumpulan Data Primer melalui
Kuesioner
b) Pengolahan dan Analisis Data
Kuesioner
a) Tersusunnya data potensi lahan
pegaraman pada sentra produksi
di seluruh Indonesia
a) Data Sosial Ekonomi yang
mampu memberikan gambaran
mengenai kondisi soseial,
ekonomi, budaya masyarakat di
sekitar lahan potensial

4) Survey Industri Garam Jawa Barat (Indramayu, Cirebon), Jawa
Industri ( 100 responden) Tengah (Rembang, Pati, Jepara,
dan Industri Pengguna Demak) Jawa Timur (Sumenep,
Garam Industri (100 Pamekasan dan Sampang), Sulawesi
responden) Selatan (Jeneponto, Takalar dan
Pangkep), Nusa Tenggara Barat (Bima,
Sumbawa, Lombok Timur), Nusa
Tenggara Timur (Kupang Tengah,
Kupang Timur, Solamu, Flores, TTS,
Sumba Barat Daya)
a) Pengumpulan Data Primer melalui a) Terkumpulnya data mengenai
Kuesioner kemampuan industri garam
untuk pemenuhan kebutuhan
garam industri secara
merumuskan strategi untuk
peningkatan produksi
b) Pengolahan dan Analisis Data b) Tersusunnya data dan informasi
Kuesioner kebutuhan garam nasional untuk
tahun 2010/2011 dan proyeksi
hingga tahun 2020

3Fasilitasi pengembangan Pembangunan Sarana Kabupaten Sampang, Indramayu dan a) Pembangunan pasokan air baku ke a) Terlaksananya pembangunan
lahan pegaraman Pendukung untuk Produksi Rembang lahan pegaraman seluas 200 Ha, infrastruktur dan sarana untuk
jarak laut ke lahan 1500 meter, meningkatkan produktivitas
debit air 1500 m 3/jam lahan dan kualitas garam

4Fasilitasi peralatan Pemberian bantuan Mesin Kabupaten Sampang, Sumenep, Mesin Pengolahan Garam yang Terlaksanaanya pembangunan
pemurnian dan iodisasi Pengolahan Garam Pamekasan, Rembang, Pati dan mampu meningkatkan kualitas garam unit pemurnian iodisasi garam di
garam Indramayu dari kualitas rendah (K3) menjadi K1 sentra garam rakyat
 Output
1. Peningkatan produksi garam nasional
2. Peningkatan kesejahteraan pegaram
3. Peningkatan kesehatan masyarakat
4. Penghematan devisa
Kerangka Pikir Pengembangan Garam Nasional
 Program Pengembangan Garam Nasional
KONSUMSI
KONSUMSI GARAM
GARAM ANEKA INDUSTRI CAP

MAKANAN MINUMAN
DAN FARMASI IMPORT
DI MASYARAKAT CHLOR ALKALI
BERYODIUM / TIDAK,
KURANG KUALITAS TINGGI &
RENDAH

EKSTENSIFIKASI
LAHAN DI NTT

GARAM INDUSTRI GARAM

BERYODIUM INDUSTRI KECIL REVITALISASI
INDUSTRI PERMESINAN
GARAM
BAHAN BAKU

REVITALISASI LAHAN
SENTRA GARAM PT. GARAM POTENSIAL
RAKYAT

INTENSIFIKASI
PEMURNIAN
LAHAN INTENSIFIKASI
PEGARAMAN DAN IODISASI
LAHAN
PT. GARAM
 Program Pengembangan Garam
KONDISI SAAT INI P R O G R AM
KONDISI SAAT INI P R O G R AM
PRODUKTIVITAS & INTENSIFIKASI LAHAN MENINGKATKNYA
PRODUKTIVITAS & INTENSIFIKASI LAHAN
KUALITAS GARAM RAKYAT PEGARAMAN ( GARAM RAKYAT,
KUALITAS GARAM RAKYAT PEGARAMAN ( GARAM RAKYAT,
BELUM OPTIMAL PT. GARAM )
BELUM OPTIMAL PT. GARAM )
PENGOLAHAN GARAM K3
PENGOLAHAN GARAM K3
MENJADI GARAM BAHAN BAKU
KONSUMSI GARAM MENJADI GARAM BAHAN BAKU
KONSUMSI GARAM
BERYODIUM BELUM PEMBINAAN IKM GARAM
BERYODIUM BELUM PEMBINAAN IKM GARAM
TERPENUHI BERYODIUM
TERPENUHI BERYODIUM
IODISASI GARAM DISENTRA
IODISASI GARAM DISENTRA
GARAM RAKYAT
GARAM RAKYAT
O U T PUT
O U T PUT
MENINGKATKNYA
PRODUKTIVITAS DAN
PRODUKTIVITAS DAN
KUALITAS GARAM RAKYAT
KUALITAS GARAM RAKYAT
MENINGKATNYA PRODUKSI
MENINGKATNYA PRODUKSI
DAN KONSUMSI GARAM
DAN KONSUMSI GARAM
BERYODIUM
BERYODIUM
MENINGKATNYA
MENINGKATNYA
KESEJAHTERAAN PEGARAM
KESEJAHTERAAN PEGARAM

PRODUKSI GARAM
PRODUKSI GARAM REVITALISASI INDUSTRI
INDUSTRI BELUM MAMPU REVITALISASI INDUSTRI
INDUSTRI BELUM MAMPU GARAM INDUSTRI MENINGKATNYA PRODUKSI
MENGURANGI SUBTITUSI GARAM INDUSTRI
MENGURANGI SUBTITUSI GARAM INDUSTRI UNTUK
IMPORT
IMPORT EKSTENSIFIKASI LAHAN SUBSTITUSI IMPORT
EKSTENSIFIKASI LAHAN
GARAM DI NAGEKEO, NTT
IMPORT GARAM ANEKA GARAM DI NAGEKEO, NTT
IMPORT GARAM ANEKA
PANGAN DAN KESEHATAN
PANGAN DAN KESEHATAN
REVITALISASI LAHAN
REVITALISASI LAHAN
IMPORT GARAM CHLOR PEGARAMAN
IMPORT GARAM CHLOR PEGARAMAN
ALKALI
ALKALI
Ektensifikasi Lahan Garam di NTT
 Intensifikasi Lahan Garam Rakyat
Kondisi Sentra Garam Rakyat
Produktivitas Masih Rendah (di bawah 60 ton/hektar
standar K1)
Kualitas Garam Rakyat Rata-rata K2 dan K1 Terutama
yang Dipengaruhi oleh Kotoran dan Kadar Air
Infrastruktur dan Sarana Prasarana Terbatas
Teknologi Pegaraman Masih Konvensional
Terbatasnya Kegiatan Fasilitasi Infrastruktur,
Pengembangan Teknologi, Sarana Produksi, dan
Pelatihan SDM di Sentra Garam Rakyat
Program Intensifikasi
Lahan Garam Rakyat
Target Intensifikasi:
1 Peningkatan Produktivitas Sebesar 25 %
2Peningkatan Kualitas di Setiap Sentra Kabupaten
3Perubahan dari K2 ke K1 40 %
4Peningkatan Harga 25-30 %
5Lokasi Sentra 11 Kabupaten
6Paket intensifikasi minimal 50 Ha, 100 Ha / setia
Kelompok
7Luas Lahan 10.800 hektar (tabel terlampir)
Persiapan Intensifikasi
Penentuan Lokasi
Pendataan Lahan per Lokasi (Kabupaten)
Pendataan Infrastruktur
Pendataan Teknologi
Pendataan Produktivitas dan Kualitas
Pendataan SDM
Fasilitas Infrastruktur
Penyempurnaan/Perbaikan Saluran Primer dan Sekunder
Transportasi Garam/Jalan di Sekitar Saluran Primer dan Sekunder
Pintu Air pada Saluran Primer dan Sekunder
Pembuatan Dermaga Kecil untuk Distribusi Garam
Penataan Lahan Garam (Konvensional Sistem Kristalisasi
Bertingkat)
Persiapan Kolam Penampungan Air Muda, Air Tua, dan Pembuangan
Persiapan Kolam Penguapan
Persiapan Meja Kristalisasi
Sistem Saluran Input dan Output
SOP Penataan Lahan Pegaraman dengan Sistem Kristalisasi
Bertingkat
Fasilitas Sarana Produksi
Pompa Air
Pompa Kincir Angin
Guluk dan Sorkot
Tempat Penirisan/Pencucian Garam di Ladang
Peningkatan Kesadaran dan Kemampuan SDM dalam Pengendalian
Mutu Garam
Pelatihan Quality Control Proses Pegaraman dan Sistem Panen
Sistem Uji Mutu Air dan Garam
Sistem Panen Garam
Kebijakan Daerah/SK Bupati tentang Sistem Produksi, Pemasaran, dan
Pengawasan Garam di Tingkat Kabupaten
 PROGRAM SWASEMBADA GARAM KONSUMSI BERYODIUM

Persiapan
Data Susenas 2005
Tingkat Konsumsi Garam Beryodium di Tiap
Kabupaten/Kota yang Belum Memenuhi 90%
Tipe Daerah Sebagai Konsumen, Produsen, dan Sentra
Garam Rakyat
Pembentukan KUB di Sentra Garam Rakyat
Pendataan Produsen Skala Kecil, Menengah, dan Besar

Peningkatan Produksi Garam Beryodium di Sentra

Percepatan Produksi,
,

Garam Rakyat
Distribusi, dan Konsumsi Pembentukan KUB
Garam Beryodium yang Bantuan Peralatan Iodisasi Garam dan KIO3
Memenuhi Syarat SNI Peningkatan Peran Tim GAKY di Daerah

Pembinaan Industri Kecil dan Menengah

Monitoring Mutu Garam Beryodium
Bantuan Alat Iodisasi dan KIO3
Penegakan Norma Sosial dan Norma Hukum

Revitalisasi Mesin Peralatan pada Industri besar

Mendorong Peningkatan Investasi Garam Beryodium dan
Garam Industri
Mendorong Pemasaran dan Distribusi Garam Beryodium ke
Daerah
Tabel 1. Kebutuhan Garam Nasional Tahun 2007 - 2009

Sumber : Deperin, 2009

Tabel 2. Produksi Garam Nasional

Tabel 3. Impor Garam per Tahun

Tabel 4. Luas Lahan Nominatif dan Lahan Produktif Pegaraman Menurut

Provinsi
Tabel 5. Sebaran Industri Garam Beryodium dan Kapasitas Produksi Menurut
Propinsi
Tabel 6. Rencana Program Intensifikasi Lahan Pegaraman
TOTAL ALOKASI BIAYA
LUAS LAHAN (HA) 2010 2011 2012 2013
INTENSIFIKASI (Ha) (Rp)

PROGRAM INTENSIFIKASI
13.732 3.550 3.550 2.250 9.350 187.000.000.000
LAHAN PEGARAMAN

PRIORITAS INTENSIFIKASI
8.919 400 2.600 1.950 1.150 6.100 122.000.000.000
LAHAN PEGARAMAN

Biaya intensifikasi per hektar kurang lebih Rp 20 juta.

Tabel 7. Program dan Output Intensifikasi Lahan Pegaraman

Program Intensifikasi Output intensifikasi

1. Pembangunan infrastruktur
- Pembuatan saluran primer dan sekunder 1. Peningkatan produktivitas lahan kurang lebih 20-
- Jalan dari lahan ke collecting point di kanan kiri saluran
- Pembuatan pintu air 25 % (min. 15 ton/ha)
- Pembuatan dermaga 2. Peningkatan kualitas garam yang semula K2 dan
2. Penataan Lahan Pegaraman dari Konvensional ke Sistem Kristalisasi K3 menjadi K1, K2, dan sedikit K3
Bertingkat
3. Transportasi dari lahan ke collecting point lancer
- Kolam penampungan air baku
- Kolam penguapan 4. Biaya transportasi lebih hemat
- Kolam penampungan air tua 5. Kinerja pegaram (pemilik, penggarap, dan
- Pembuatan meja kristalisasi
pedagang kecil setempat) meningkat
3. Sarana Produksi
- Pompa air 6. Pegaram termotivasi untuk meningkatkan
- Pompa kincir angin kualitas
- Guluk dan sorkot 7. Kualitas garam di sentra lebih homogeny
- Tempat penirisan garam
8. Pembelian garam oleh pengusaha besar lancar
Perkiraan biaya intensifikasi lahan pegaraman sekitar 15-20 juta
Tabel 8. Program Intensifikasi Lahan Garam Rakyat di Setiap Kabupaten
Rencana Intensifikasi
No Lokasi Pegaraman Luas Lahan (ha)
2010 2011 2012 2013 2014
PROPINSI: JAWA BARAT
1. KABUPATEN INDRAMAYU
A KECAMATAN LOSARANG 723 50 200 200 50
B KECAMATAN KRANGKENG 488 200 100 50
C KECAMATAN KANDANGHAUR 165 50 50

2. KABUPATEN CIREBON
A KECAMATAN KAPETAKAN 372 100 50 50
B KECAMATAN LOSARI 103 50 50

C KECAMATAN ASTANA JAPURA 529 200 100 50

PROPINSI: JAWA TENGAH

3. KABUPATEN DEMAK
A KECAMATAN WEDUNG 751 100 200 200

4. KABUPATEN PATI
A KECAMATAN BATANGAN 430 200 200 100 100
B KECAMATAN JUWANA 153 100 50
C KECAMATAN WEDARIJAKSA 184 100 50
D KECAMATAN TRANGKIL 100 50 50

5. KABUPATEN REMBANG
A KECAMATAN KALIORI 668 200 200 100
B KECAMATAN REMBANG 375 100 50 50
C KECAMATAN LASEM 370 100 100 50
Tabel 8. Program Intensifikasi Lahan Garam Rakyat di Setiap Kabupaten
PROPINSI: JAWA TIMUR
6. KABUPATEN SAMPANG
A KECAMATAN SRESEH 2,063 50 500 300 250 200
B KECAMATAN PENGARENGAN 1,098 100 300 300 100 100
C KECAMATAN SAMPANG 652 50 200 100 100 50
D KECAMATAN JRENGIK 274 100 100
E KECAMATAN CAMPLONG 85 50

7. KABUPATEN PAMEKASAN
A KECAMATAN PADEMAWU 215 100 50 50
B KECAMATAN GALIS 413 200 100 50
C KECAMATAN TLANAKAN 22

8. KABUPATEN SUMENEP
A KECAMATAN KALIANGET 1,486 200 200 200
B KECAMATAN GAPURA 164 100
C KECAMATAN PRAGAAN 565 250 250
D KECAMATAN SARONGGI 222 100 100
E KECAMATAN GILIGENTING 201 100 100
F KECAMATAN LAPA LAOK 130 100

PROPINSI: NUSA TENGGARA BARAT

9. KABUPATEN BIMA
A KECAMATAN WOHA 508 50 100 200 50
B KECAMATAN BOLO 245 100 100
C KECAMATAN BELO 102 50

PROPINSI: SULAWESI SELATAN

10. KABUPATEN JENEPONTO
A KECAMATAN BANGKALA 368 100 50 50
KECAMATAN
B BATANG/ARUNGKEKE 162 100 50 50

11. KABUPATEN TAKALAR

KECAMATAN
Tabel 9. Program Prioritas Intensifikasi Lahan Pegaraman di Kabupaten
Kondisi Saat Ini Rencana Output Rencana Intensifikasi (Ha)
Luas
Kualitas Kualitas
Lahan
Produktivit Produktivit
(ha)
No Lokasi Pegaraman as (ton/Ha) (K1/K2/K3) as (ton/Ha) (K1/K2/K3) 2011 2012 2013
PROPINSI: JAWA BARAT
A KABUPATEN INDRAMAYU
- KECAMATAN
LOSARANG 723 60-70 K2 75-80 K1 = 40% 200 200 50
K3 K2 = 40%
K3 = 20%

B KABUPATEN CIREBON
- KECAMATAN ASTANA
JAPURA 529 60-70 K2 75-80 K1 = 40% 100 100 50
K3 K2 = 40%
K3 = 20%

PROPINSI: JAWA
TENGAH
C KABUPATEN DEMAK
- KECAMATAN WEDUNG 751 60-70 K3 75-80 K1 = 40% 100 100 50
K2 = 40%
K3 = 20%

PROPINSI: JAWA
TENGAH
D KABUPATEN PATI
- KECAMATAN
BATANGAN 632 65-70 K2 75-80 K1 = 40% 200 100 100
K3 K2 = 40%
K3 = 20%

PROPINSI: JAWA
TENGAH
E KABUPATEN REMBANG
Tabel 9. Program Prioritas Intensifikasi Lahan Pegaraman di Kabupaten
PROPINSI: JAWA TIMUR
F KABUPATEN SAMPANG
K1 =
- KECAMATAN SRESEH 2,063 60-70 K3 75-80 50% 500 300 250
K2 =
35%
K3 =
15%

- KECAMATAN K1 =
PENGARENGAN 1,098 60-70 K3 75-80 50% 300 300 100
K2 =
35%
K3 =
15%

K1 =
- KECAMATAN SAMPANG 652 60-70 K3 75-80 50% 200 200 100
K2 =
35%
K3 =
15%

PROPINSI: JAWA TIMUR

G KABUPATEN PAMEKASAN
K1 =
- KECAMATAN GALIS 413 65-75 K1 75-80 60% 200 100 100
K2 =
K2 20%
K3 =
K3 20%

PROPINSI: JAWA TIMUR

H KABUPATEN SUMENEP
 Tabel 9. Program Prioritas Intensifikasi Lahan Pegaraman di Kabupaten
PROPINSI: SULAWESI
SELATAN
J KABUPATEN JENEPONTO
- KECAMATAN BANGKALA 368 40-60 K2 75-80 K1 = 40% 100 100 100
K3 K2 = 40%
K3 = 20%

PROPINSI: SULAWESI
SELATAN
K KABUPATEN TAKALAR
- KECAMATAN
MANGAROBOMBA 350 60-70 K2 75-80 K1 = 40% 100 50
K3 K2 = 40%
K3 = 20%

TOTAL (ha) 8,919 2,600 1,950 1,150

Anggaran Intensifikasi Lahan Pegaraman

23,000,000,00
Rata-rata per hektar sekitar Rp 20 juta, sehingga total anggaran per tahun (Rp) 52,000,000,000 39,000,000,000 0

Untuk pembangunan infrastruktur, penataan lahan,

sarana produksi di sentra dengan batas minimal luas
lahan:
- 50 Ha
- 100 Ha
- 200 Ha

Kualitas didasarkan pada:

- K1: sesuai SNI garam bahan
baku
- K2: kadar NaCl 90-94 %
- K3: kadar NaCl 85-90 %
Tabel 10. Perkiraan Kebutuhan Alat Pencucian dan Iodisasi

LUAS LAHAN PRODUKSI GARAM K3 UNIT PENCUCIAN UNIT IODISASI

KABUPATEN (Ha) (ton/tahun/musim) (ton)

JAWA BARAT

1. KAB. INDRAMAYU 1.576 119.394 47.758 16 12

2. KAB. CIREBON 1.004 76.061 30.424 10 8

JAWA TENGAH

3. KAB. DEMAK 751 52.472 20.989 7 5

4. KAB. PATI 1.178 82.306 24.692 11 6

5. KAB. REMBANG 1.413 98.725 29.617 14 8

JAWA TIMUR

6. KAB. SAMPANG 4.172 250.000 50.000 41 12

7. KAB. PAMEKASAN 650 88.000 17.600 6 4

8. KAB. SUMENEP 2.768 125.000 25.000 27 6

NUSA TENGGARA BARAT

9. KAB. BIMA 855 59.330 29.665 8 8

SULAWESI SELATAN
10. KAB. JENEPONTO 530 34.644 13.858 5 3
11. KAB. TAKALAR 350 22.878 11.439 3 3
TOTAL 15.247 1.008.809 301.041 148 75
Tabel 11. Konsumsi Garam Beryodium di Tiap Propinsi dan Kebutuhan Garam Beryodium yang
Diperlukan Cukup Kurang Tidak Ada
Juml. Kebutuhan
No. Propinsi
Penduduk (kg)
% kg % kg % kg
1 NAD 4,031,589 14,110,562
2 Sumut 11,688,987 40,911,455 91.22 37,319,429 7.81 3,195,185 0.97 396,841
3 Sumbar 4,555,810 15,945,335 88.34 14,086,109 10.61 1,691,800 1.05 167,426
4 Riau 4,563,406 15,971,921 89.24 14,253,342 8.13 1,298,517 2.63 420,062
5 Jambi 2,627,216 9,195,256 91.82 8,443,084 7.8 717,230 0.38 34,942
6 Sumsel 6,767,645 23,686,758 86.89 20,581,424 10.33 2,446,842 2.78 658,492
7 Bengkulu 1,546,286 5,412,001 86.17 4,663,521 13.15 711,678 0.68 36,802
8 Lampung 7,104,572 24,866,002 75.61 18,801,184 17.67 4,393,823 6.72 1,670,995
9 Babel 1,042,828 3,649,898 93.53 3,413,750 5.87 214,249 0.6 21,899
10 Kepri 1,273,011 4,455,539 87.9 3,916,418 9.29 413,920 2.81 125,201
11 DKI 8,839,247 30,937,365 61.37 18,986,261 18.05 5,584,194 20.58 6,366,910
12 Jabar 38,886,975 136,104,413 66.39 90,359,719 21.97 29,902,139 11.64 15,842,554
13 Jateng 31,896,114 111,636,399 62.77 70,074,168 20.13 22,472,407 17.11 19,100,988
14 DIY 3,337,095 11,679,833 74.33 8,681,619 20.32 2,373,342 5.35 624,871
15 Jatim 36,058,107 126,203,375 72.32 91,270,280 12.68 16,002,588 15 18,930,506
16 Banten 9,008,151 31,528,529 51.66 16,287,638 28.72 9,054,993 19.63 6,189,050
17 Bali 3,378,092 11,823,322 45.48 5,377,247 15.53 1,836,162 38.99 4,609,913
18 NTB 4,169,695 14,593,933 23.97 3,498,166 15.88 2,317,516 60.15 8,778,250
19 NTT 4,243,182 14,851,137 36.77 5,460,763 10.75 1,596,497 52.48 7,793,877
20 Kalbar 4,042,817 14,149,860 83.73 11,847,677 14.08 1,992,300 2.19 309,882
21 Kalteng 1,913,026 6,695,591 88.94 5,955,059 10.46 700,359 0.6 40,174
22 Kalsel 3,271,413 11,449,946 84.37 9,660,319 13.56 1,552,613 2.07 237,014
23 Kaltim 2,840,874 9,943,059 82.63 8,215,950 12.07 1,200,127 5.3 526,982
24 Sulut 2,121,017 7,423,560 92.09 6,836,356 7.57 561,963 0.34 25,240
25 Sulteng 2,290,969 8,018,392 84.4 6,767,522 13.51 1,083,285 2.09 167,584
26 Sulsel 7,488,674 26,210,359 59.54 15,605,648 17.67 4,631,370 22.79 5,973,341
27 Sultra 1,960,697 6,862,440 64.36 4,416,666 14.66 1,006,034 20.98 1,439,740
28 Gorontalo 920,015 3,220,053 85.38 2,749,281 14.32 461,112 0.3 9,660
29 SulBar 968,449 3,389,572
30 Maluku 1,249,212 4,372,242 43.93 1,920,726 8.74 382,134 47.33 2,069,382
31 Malut 881,867 3,086,535 72.15 2,226,935 14.32 441,992 13.54 417,917
32 Papua Barat 616,960 2,159,360
33 Papua 1,822,878 6,380,073 93.57 5,969,834 4.59 292,845 1.85 118,031
217,406,876 760,924,066 517,646,095 120,529,216 103,104,525
 Tabel 12. Kapasitas Produksi Produsen Garam Beryodium

(Ton)
No Nama Perusahaan Kapasitas

1 PT. Garam 150,000

2 PT. Sumatraco Langgeng Makmur 130,000

3 PT. Susanti Megah 125,000

4 PT. Budiono Madura Bangun Persada 100,000

5 PT. Garindo Sejahtera Abadi 100,000

6 PT. Elitstar 75,000

7 PT. Cheetam 60,000

8 PT. Sumatra Palm Raya 50,000

9 PT. Saltindo 50,000

10 PT. Unichem 50,000

11 PT. Kusuma Tirta 30,000

12 PT. Inti Laut Sari Pangan 30,000

13 UD. Kalisari 25,000

Total 975,000