1814221008
Ilmu Kelautan
Metode Ilmiah
Parameter
Topik Lokasi Data yang digunakan Software Alat Referensi
penelitian
Analisis Parameter
Selat Buton dan
Oseanografi Melalui SST, Klorofil-a, Memperoleh data SST, Klorofil-a,
Laut Banda di
Pendekatan Sistem Tinggi Permukaan dan Tinggi permukaan laut dari _ _ (Rana, 2008)
Perairan Sulawesi
Informasi Manajemen Laut situs ccar.colorado.edu
Tenggara
Berbasis Web
Golden
Data Primer (Arus) dan Sekunder Software
Batimetri, Pasang ADCP untuk arus
Karakteristik Perairan Teluk (data Dihidros untuk peta Surfer (Tanto et al.,
Surut, Gelombang, laut; Echosounder
Oseanografi Fisik Bungus Batimetri) (data ECMWF untuk (Batimetri), 2016)
Arus Laut untuk batimetri
Gelombang) Statistica 7
(arus)
Perairan Utara Memperoleh data Badan
Karakteristik Pasang Surut, Arus, (Pamungkas,
dan Selatan Pulau Informasi Geospasial (BIG) _ _
Oseanografi Fisik dan Gelombang 2018)
Bangka melalui http://tides.big.go.id.
Galah berskala,
Gelombang, Pantai Pandan, (Harahap,
Karakteristik Curent meter, GPS,
Kecepatan arus, Tapanuli tengah, Data Primer _ Mubarak and
Oseanografi Fisik Thermometer dan
Kemiringan pantai Sumatera Utara Galib, 2009)
Hendratraktometer
arus, suhu,
SMS (Surface
kekeruhan, Perairan Pulau Modeling
kecerahan, Data Primer dan Sekunder
Karakteristik Kerumputan, System) (Salim, Yuliyanto
kedalaman, (Penelitian sebelumnya dan Dinas
Oseanografi Fisika- Kotabaru, untuk pola _ and Baharuddin,
substrat perairan, Perikanan dan Kelautan Prov.
Kimia Kalimantan arus, Arcgis 2017)
oksigen terlarut, Kalsel, 2015)
Selatan untuk peta
salinitas, pH, posfat
batimetri
dan nitrat.
Karakteristik dan Laju Perairan Teluk Grab Sampler, dan (Rustam et al.,
Sedimen Data Primer _
Sedimentasi Banten Tabung PVC 2018)
Water Quality
suhu, salinitas, pH,
Kesesuaian Kondisi Checker (WQC-24)
DO, kekeruhan, Arcgis untuk
Oseanografi dalam Perairan Pulau TOA DKK untuk (Corvianawatie
arus laut, Data Primer membuat
Mendukung Ekosistem Pari, Jakarta kualitas perairan, and Abrar, 2018)
gelombang, dan peta perairan
Terumbu Karang Flowmeter untuk
pasang surut.
arus
PENGARUH KONDISI
Perairan Batu ODV, Ms.
OSEANOGRAFI (Lubis et al.,
SST dan Klorofil-a Ampar, Kepulauan Data sekunder dari MODIS/NASA Excel, dan _
TERHADAP 2019)
Riau Panoply
PERUBAHAN IKLIM
Corvianawatie, C. and Abrar, M. (2018) ‘Kesesuaian Kondisi Oseanografi Dalam Mendukung Ekosistem Terumbu Karang Di Pulau
Pari’, Jurnal Kelautan Nasional, 13(3), pp. 155–162. doi: 10.15578/jkn.v13i3.6322.
Harahap, S., Mubarak and Galib, M. (2009) ‘KARAKTERISTIK OSEANOGRAFI FISIKA PANTAI PANDAN TAPANULI
TENGAH SUMATERA UTARA By Sakkeus Harahap 1) , Mubarak 2) , Musrifin Galib 2)’.
Ilhamsyah, Y. et al. (2018) ‘Characteristics of hydro-oceanography in the Aceh waters , Indonesia : expedition by R / V’, AES Bioflux,
10(3), pp. 200–208.
Lubis, M. Z. et al. (2019) ‘Pengaruh Kondisi Oseanografi Terhadap Perubahan Iklim Di Daerah Perairan Batu Ampar, Kepulauan Riau’,
Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 11(2), p. 191. doi: 10.21107/jk.v11i2.4766.
Pamungkas, A. (2018) ‘Karakteristik Parameter Oseanografi ( Pasang-Surut , Arus , dan Gelombang ) di Perairan Utara dan Selatan
Pulau Bangka Abstract Characteristics of Oceanographic Parameters ( Tidal , Flow , and Waves ) in North and South of Bangka
Island Bangka Belitung se’, Buletin Oseanografi Mariana, 7(1), pp. 51–58.
Rana, W. (2008) ‘ANALISIS PARAMETER OSEANOGRAFI MELALUI PENDEKATAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
BERBASIS WEB’, Jurnal ilmiah Agribisnis dan Perikanan, 8(1), pp. 1–7.
Rustam, A. et al. (2018) ‘Karakteristik Sebaran Sedimen Dan Laju Sedimentasi Perairan Teluk Banten’, Jurnal Segara, 14(3), pp. 137–
144. doi: 10.15578/segara.v14i3.7351.
Salim, D., Yuliyanto, Y. and Baharuddin, B. (2017) ‘Karakteristik Parameter Oseanografi Fisika-Kimia Perairan Pulau Kerumputan
Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan’, Jurnal Enggano, 2(2), pp. 218–228. doi: 10.31186/jenggano.2.2.218-228.
Suhana, M. P., Nurjaya, I. W. and Natih, N. M. N. (2018) ‘Karakteristik Gelombang Laut Pantai Timur Pulau Bintan Provinsi Kepulauan
Riau Tahun 2005-2014’, Dinamika Maritim, 6(2), pp. 16–19. Available at:
http://ojs.umrah.ac.id/index.php/dinamikamaritim%0Ahttp://ojs.umrah.ac.id/index.php/dinamikamaritim%0Ahttps://www.neliti.
com/publications/233826/karakteristik-gelombang-laut-pantai-timur-pulau-bintan-provinsi-kepulauan-riau-t.
Tanto, T. Al et al. (2016) ‘Karakteristik Oseanografi Fisik (Batimetri, Pasang Surut, Gelombang Signifikan Dan Arus Laut) Perairan
Teluk Bungus’, Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 9(2), p. 107. doi: 10.21107/jk.v9i2.1240.
Judul : Analisis Karakteristik Parameter Oseanografi (Arus, Gelombang,
Pasang Surut, dan Sedimentasi) Menggunakan Sistem Penginderaan Jarak Jauh
BAB I
PENDAHULUAN
Data pasang surut cukup penting dan dapat bermanfaat bagi alur perkapalan yang mana
tentunya terdapat beberapa daerah memiliki topografi pantai dan perairan dengan
kedalaman rendah. Selain itu, jika mengetahui kondisi pasang surut suatu perairan akan
berguna untuk mempermudah pemantauan bencana tsunami, badai pasang, navigasi
perkapalan, rekayasa pantai, dan pengelolaan pantai. Sedangkan data gelombang dapat
bermanfaat bagi sistem pelayaran karena dapat menjaga kondisi waktu perairan tetap
aman dan saat tidak disarankan untuk berlayar (Tanto et al., 2016).
Teluk Lampung adalah salah satu perairan yang berperan cukup penting bagi
masyarakat Lampung. Perairan ini dijadikan sebagai dearah lalu lintas pelayaran dan
sering dilewati oleh kapal besar seperti kapal penumpang, kapal tanker, hingga kapal
pengangkutan batu bara dari pelabuhan Panjang, Bandar Lampung. Di samping itu,
Teluk Lampung menjadi titik aliran muara dari beberapa sungai yaitu, Sungai
Simpangkanan, Sungai Ratai, dan Sungai Pedada. Hal ini menyebabkan perairan Teluk
Lampung menjadi keruh dan berlumpur. Kondisi parameter oseanografi di Teluk
Lampung dapat dikatakan kurang baik, ini dikarenakan banyaknya sedimentasi atau
pendangkalan serta arus putar yang terjadi di perairan tersebut. Fenomena seperti ini
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kapal (Nursusty, Atmodjo and Hariyadi,
2013). Oleh karena itu, diperlukan kajian dan penelitian mengenai kondisi parameter
oseanografi di perairan Teluk Lampung supaya dapat dijadikan referensi untuk
menanggulangi permasalahan pendangkalan yang terjadi dan mengurangi intensitas
kecelakaan lalu lintas kapal disana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Arus laut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu arah angin, tekanan air, densitas air,
arus permukaan, upwelling, dan downwelling. Menurut Hadi dan Radjawane (2009)
dalam Ludy, et al (2015) arus memiliki peran penting dalam mengetahui kualitas
kondisi suatu perairan. Jenis arus yang mendominasi, kecepatan, dan arah merupakan
beberapa pola karakteristik arus laut yang menyebabkan perairan menjadi lebih
dinamis. Pergerakan arus laut juga membawa material dan sifat yang terdapat di dalam
air. Arus akan berkaitan langsung dengan aspek biologi, kimia, dan bahan polutan. Hal
ini mencakup distribusi mikroorganisme seperti fitoplankton, sebaran nutrien, dan
sebaran bahan polutan yang berdampak bagi kehidupan dan ekosistem di sekitarnya.
Salah satu angin yang mempengaruhi terbentuknya arus adalah angin Muson. Angin
Muson adalah pola angin yang berhembus secara periodik dengan interval waktu
minimal 3 bulan. Pola antar peiode memiliki arah yang berlawanan dan dapat berganti
arah setiap setengah tahun. Triatmodjo (1999) menyatakan bahwa angin muson dibagi
menjadi 2, yaitu angin muson Barat yang berlangsung pada bulan Desember-Februari
dan angin muson Timur berlangsung pada bulan Juni-Agustus. Di antara perubahan
dari musim angin satu ke yang lainnya terdapat fase peralihan yang bertiup antara
Maret-Mei dan September-November (Grivina Yuliantika, Andri Suprayoga, 2016).
Dalam pengukuran gelombang laut umumnya masih dibagi menjadi beberapa bagian
lagi seperti tinggi gelombang, periode gelombang, cepat rambat gelombang, panjang
gelombang, kemiringan gelombang, dan energi gelombang. Rambatan gelombang
menuju pantai atau perairan dangkal umumnya berasal dari angin permukaan.
Gelombang angin permukaan yang dihasilkan memiliki periode yang lebih kecil
dibanding arus laut dalam. Namun, rambatan gelombang tersebut akan mengalami
penambahan panjang gelombang secara cepat akibat dipengaruhi oleh gesekan dari
dasar laut. Pengukuran tinggi gelombang didapatkan dari jarak vertikal antara puncak
dengan lembah gelombang (Harahap, Mubarak and Galib, 2009).
Panjang gelombang merupakan jarak antara dua puncak gelombang atau jarak antara
dua lembah gelombang. Umumnya dilambangkan dengan lamda, jika suatu gelombang
mendekati perairan yang lebih dangkal maka gelombang akan pecah dan panjang
gelombang akan semakin kecil. Pada pengukuran panjang gelombang hasil yang
didapatkan akan bervariasi antara saat surut menuju pasang dan saat pasang menuju
surut. Panjang gelombang saat pasang menuju surut akan lebih tinggi dibanding saat
surut menuju pasang. Namun, tak jarang juga terdapat panjang gelombang laut yang
sama besarnya baik ketika pasang ataupun surut akibat dipengaruhi oleh faktor
topografi pantai yang lebih landai (Harahap, Mubarak and Galib, 2009).
Kemiringan gelombang juga termasuk salah satu komponen gelombang yang dapat
diukur. Kemiringan gelombang adalah hasil yang diperoleh dari perbandingan antara
tinggi gelombang dengan panjang gelombang. Jika panjang gelombang semakin besar
maka akan semakin kecil kemiringannya. Gelombang yang memiliki kemiringan maka
gelombang ini tidak akan pecah sebelum mencapai garis pantai. Gelombang tersebut
akan termasuk ke dalam kategori Very Shallw Water Waves. Saat kemiringan
gelombang cukup besar dan curam hal tersebut dapat membahayakan kapal yang
sedang berlayar. Gelombang akan mengalami perubahan dari gelombang perairan
dalam menuju ke perairan dangkal dan mengalami proses shoaling transformation
yang terjadi ketika kemiringan gelombang < 0,5 (Harahap, Mubarak and Galib, 2009).
2.3 Pasang Surut
Pasang surut pada air laut terjadi akibat adanya gaya tarik menarik antara gravitasi
bumi dengan bulan dan matahari. Tak hanya itu, meskipun hanya sedikit terdapat juga
pengaruh dari gaya tarik planet lainnya. Besar naik turunnya permukaan air laut akibat
dari pasang surut ini bergantung pada posisi matahari dan bulan. Pasang surut dibagi
menjadi beberapa tipe yaitu semi diurnal, campuran semi diurnal, campuran diurnal,
dan diurnal. Perbedaannya terletak pada intensitas terjadinya pasang dan surut. Pada
tipe semi diurnal maka pasang dan surut akan terjadi sebanyak 2 kali dalam sehari dan
membentuk gelombang simetris, untuk tipe diurnal maka hanya terjadi 1 kali pasang
dan surut, tipe campuran semi diurnal akan terjadi 2 kali pasang dan surut tetapi
gelombang yang terbentuk tidak sama atau dapat disebut asimetris, sedangkan tipe
campuran diurnal maka terjadi 2 kali pasang dan surut tetapi bentuk gelombang seperti
tipe diurnal (Tanto et al., 2016).
Pasang surut merupakan salah satu bagian dari dinamika laut yang penting bagi
perubahan wilayah pesisir. Dalam pengembangan daerah pantai baik untuk
pembangunan pelabuhan, transportasi, objek wisata, pencegahan erosi, dan
sedimentasi data pasang surut suatu perairan sangat dibutuhkan. Fenomena pasang
surut adalah akibat dari gaya sentrifugal yang mana merupakan gaya dorong ke arah
luar pusat rotasi bumi. Gaya tarik gravitasi bulan 2 kali lebih besar dibandingkan
matahari dalam membangkitkan pasang surut air laut, hal ini karena bulan jaraknya
lebih dekat dengan bumi. Gaya tarik bumi akan menarik air laut ke arah bulan dan
matahari sehingga menghasilkan dua tonjolan yang bergantung pada lintang dan
ditentukan oleh deklinasi (Irawan, Fahmi and Roziqin, 2018).
2.4 Sedimentasi
Sedimen merupakan partikel endapan yang diakibatkan oleh proses sedimentasi.
Sedimentasi adalah proses pengendapan material atau substrat yang terbawa oleh
pergerakan air laut yaitu arus. Sedimentasi dapat bersifat merugikan karena
menyebabkan pendangkalan pada area titik kumpul sedimen tersebut. Jika perairan
mengalami pendangkalan maka beberapa aktivitas perikanan dan kelautan dapat
terganggu contohnya kegiatan perkapalan dan pelayaran. Umumnya untuk mengetahui
alur sedimentasi suatu perairan maka dibutuhkan data angin dan arus laut. Beberapa
penelitian yang memodelkan sedimentasi akan melakukan simulasi model
hidrodinamika 2D yang akan menghasilkan pola arus dan dirata-ratakan terhadap
kedalaman daerah model.
Proses sedimentasi juga bergantung pada substrat di daerah pantai. Jika suatu perairan
berada di dekat muara sungai dengan substrat berlumpur maka kemungkinan terjadinya
pengendapan sedimen cukup tinggi. Hal tersebut dikarenakan air sungai yang bermuara
menuju pantai akan membawa padatan tersuspensi dari daratan. Besarnya daya
sedimentasi dipengaruhi oleh energi pembangkit yang mendominasi di suatu perairan.
Sebagai contoh, penelitian pada Teluk Lampung memiliki gaya pembangkit arus yang
di dominasi oleh pasang surut. Pada saat pasang, pergerakan massa air dari arah laut
menuju ke bagian dalam teluk, massa air tersebut akan membawa padatan tersuspensi
dari laut menuju ke dalam teluk. Ketika pasang membawa material sedimen dari sungai
maka akan tertahan oleh pergerakan massa air dari laut sehingga kecepatan aliran
sungai akan lebih pelan dan kemampuan membawa sedimen menjadi berkurang. Van
Rijn (1993) dalam Nursusty et al (2013) menyatakan bahwa kedalaman dan kecepatan
aliran berpengaruh terhadap kecepatan sedimentasi. Diperlukan minimal kedalaman 2
m untuk terjadi flokulasi minimum. Kecepatan arus yang besar menyebabkan
kecepatan endap di lapisan dasar akan menurun akibat adanya gaya gesek pada lapisan
dasar, sedangkan menurunnya konsentrasi padatan sedimen pada lapisan permukaan
diakibatkan oleh adanya proses penenggelaman.
BAB III
METODOLOGI
Sedangkan untuk metode penentuan sedimentasi menggunakan data primer dan data
sekunder dari DInas Hidro-Oseanografi. Tahapan pengolahan data yaitu tahap
pengambilan data, pengolahan dan analisa data, dan verifikasi data. Pengolahan data
dengan menggunakan TMD (Tide Model Driver) sebagai masukannya dan
pemodelannya menggunakan software Mike 21.
DAFTAR PUSTAKA
Grivina Yuliantika, Andri Suprayoga, A. S. (2016) ‘ANALISIS POLA ARUS LAUT
PERMUKAAN PERAIRAN INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN
SATELIT ALTIMETRI JASON-2 TAHUN 2010-2014’, Jurnal Geodesi Undip,
5(April), pp. 200–207.
Harahap, S., Mubarak and Galib, M. (2009) ‘KARAKTERISTIK OSEANOGRAFI
FISIKA PANTAI PANDAN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA By
Sakkeus Harahap 1) , Mubarak 2) , Musrifin Galib 2)’.
Irawan, S., Fahmi, R. and Roziqin, A. (2018) ‘Kondisi Hidro-Oseanografi (Pasang
Surut, Arus Laut, Dan Gelombang) Perairan Nongsa Batam’, Jurnal Kelautan:
Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 11(1), p. 56. doi:
10.21107/jk.v11i1.4496.
Nursusty, F., Atmodjo, W. and Hariyadi, H. (2013) ‘Transpor Sedimen Di Perairan
Teluk Lampung’, Jurnal Oseanografi, 2(3), pp. 361–368.
Tanto, T. Al et al. (2016) ‘Karakteristik Oseanografi Fisik (Batimetri, Pasang Surut,
Gelombang Signifikan Dan Arus Laut) Perairan Teluk Bungus’, Jurnal
Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 9(2), p. 107.
doi: 10.21107/jk.v9i2.1240.