Anda di halaman 1dari 39

PERANCANGAN REST AREA DI LANGGALIRU KABUPATEN SUMBA

TENGAH DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

KOLOKIUM ARSITEKTUR

Oleh :
ANGGUN CHASMI RAMBU P. LEBA
NIM : 1906090007

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pulau Sumba dinobatkan menjadi pulau terindah di dunia pada tahun 2017 hingga
sekarang, dengan judul : The Beautiful Island In The World ( Majalah Fokus,
Jerman ) Keindahan alam perbukitan sabana, hutan lindung dengan flora – fauna
langkah, keindahan pantai pasir putih dan alam bawah laut juga keaslian budaya di
empat daerah terbesar yang masih dijaga adat istiadat menjadi daya tarik yang
membuat pulau sumba menjadi surga bagi para wisatawan dalam maupun luar
negeri. Jumlah wisatawan mancanegara dari luar pulau Sumba semakin
berkembang. Pulau Sumba menjadi salah satu daerah fokus pengembangan
infrastruktur dan akomodasi pariwisata dalam RTRW Provinsi Nusa Tenggara
Timur
Perancangan arsitektur dapat mencakup berbagai sektor pembangunan, salah
satunya penyediaan sarana prasarana publik. Untuk menyediakan tempat istirahat
pada jalan umumdiperlukan suatu acuan dalam proses perencanaanya,(Balai Teknik
Lalu lintas dan Lingkungan jalan) pedoman ini berisi acuan bagi penyelenggara
jalan dan pihak yang terlibat dalam merencanakan tempat istirahat pada jalan umum
yang meliputi prinsip perencanaan, penentuan lokasi, fungsi dan tipe tempat
istirahat, jarak antar tempat istirahat, pintu masuk dan keluar, fasilitas layanan, luas
area dan kapasitas fasilitas tempat istirahat serta prosedur perencanaan tempat
istirahat. Melakukan perjalanan jarak jauh membutuhkan perencanaan yang
matang, tujuannya adalah agar selamat sampai tujuan. Salah satu poin yang harus
direncanakan adalah menentukan waktu istirahat yang ideal. Berkendara
berjam-jam tanpa jeda istirahat membuat konsentrasi dalam berkendera menurun
dan badan terasa letih. Hal ini dapat meningkatkan potensi terjadinya
kecelakaan. Maka dari itu di sarankan meluang waktu sebentar untuk istirahat
supaya kondisi badan kembali bugar dan konsentrasi tetap terjaga.
Kabupaten Sumba Tengah menjadi poros utama lalulintas darat di Pulau
Sumba. Penyediaan tempat istirahat merupakan salah satu keharusan untuk
perjalanan jarak jauh sebagai mana diamanatkan di dalam Undang-Undang No. 22
Tahun 2009 tentang Lalu lintas Angkutan jalan dan Peraturan Pemerintah No. 34
Tahun 2006 tentang jalan. Pertumbuhan ekonomi dan kepariwisataan di pulau
Sumba mulai berkembang. Lalu lintas kendaraan bermotor yang melalui jalan
nasional yang menghubungkan empat kabupaten dengan masing-masing jarak
dengan waktu tempuh antar kota 2 jam perjalanan sepanjang 76 KM ( Waingapu –
Langgaliru ); Langgaliru – Waibakul 41 KM dengan lama waktu tempuh perjalanan
1 Jam ; Waibakul – Waitabula 61 KM dengan waktu tempuh perjalanan 1 setengah
jam ( 1 jam 30 menit ) . Sedangkan jarak titik tempuh terjauh ( dari Sumba Timur ke
Sumba Barat Daya) memerlukan waktu tempuh 5-6 jam perjalanan. Dari segi
intensitas kendaraan melintas perjalanan dalam sehari tercatat ada 1200-1300
kendaraan melintas setiap harinya.
Berdasarkan peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat NO.10
Tahun 2008 mengenai Tempat Istirahat dan Pelayanan ( TIP ), Bab II Pasal 5,
Undang-undang No 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Peraturan tersebut terealisasikan dalam Rencana tentang Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2020 – 2040 dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2006-2020 yang memuat
tentang rencana pembangunan Rest Area yang berlokasi di Desa Padira Tana,
Kecamatan Umbu Ratunggay, Kabupaten Sumba Tengah.
Rest Area ( Tempat Istirahat dan Pelayanan ) merupakan sarana dan prasarana
yang mampu memenuhi kebutuhan pengguna jalan baik untuk beristirahat, melepas
kejenuhan maupun untuk berekreasi. Kehadiran Rest Area di ruas jalan yang ada di
pulau Sumba sangat di butuhkan, persoalan penataan dan kenyamanan para
pengendara mengalami sedikit gangguan dengan fenomena penataan area titik
kumpul dan Tempat Istirahat Pelayanan tidak resmi di daerah Langgaliru
yang mengakibatkan munculnya beberapa tempat persinggahan (Rumah makan,
Warung kopi, dan Bengkel) yang tidak teratur peletakannya dengan fasilitas yang
kurang memadai guna pelayanan ( Parkir, Toilet, Keamanan), perjalanan jauh arus
kendaraan seiring perkembangaan di bidang area kepariwisataan dan ekonomi
membuat arus lalu lintas antar kota semakin berkembang dapat meningkatkan
intensitas dan fatalitas kecelakaan yang diakibatkan oleh faktor kelelahan orang dan
kendaraaan. Untuk itu, diperlukan tempat istirahat sebagai fasilitas yang dapat
mereduksi fakor penyebab kecelakaan.
Kehadiran Rest Area atau Tempat Istirahat Pelayanan di Langgaliru memiliki
fungsi utama sebagai tempat istirahat dan memiliki fungsi tambahan di antaranya
adalah sebagai tempat untuk mengakomodasi interaksi antara pengguna jalan
dengan potensi lokal ( masyarakat, produk dan alam). Dengan fungsi tambahan
tersebut diharapkan akan menjawab persoalan dan fenomena yang terjadi, fasilitas
yang akan dirancang sangat membantu pemerintah daerah dan masyarakat baik
masyarakat lokal dan masyarakat luar dengan kenyamanan dan pendekatan
arsitektur lokal yang akan memberi identitas bangunan semakin jelas.
Dengan menggunakan pendekatan Arsitektur Neo-vernakular yaitu
suatu penerapan elemen arsitektur berupa elemen fisik dan non-fisik dengan tujuan
melestarikan unsur-unsur lokal kemudian sedikit banyak mengalami perubahan
menuju suatu karya yang lebih modern tanpa mengesampingkan nilai tradisi
setempat dapat berkelanjutan.
B. Metode Desain

1. Proses Desain / Diagram Pola Pikir Desain

Jumlah wisatawan mancanega dan luar pulau Sumba semakin berkembang. Pulau Sumba menjadi salah
satu daerah fokus pengembangan infrastruktur dan akomodasi pariwisata dalam RTRW Provinsi Nusa
Tenggara Timur.

Jalan Nasional yang menghubungkan beberapa kota / kabupaten di pulau Sumba belum memiliki Rest
Area atau tempat pemberhentian sementara yang memadai

Sepanjang jalan nasional dengan jarak tempuh di atas 2 jam harus memiliki tempat istirahat pelayanan
( Rest Area )

Pertumbuhan ekonomi masyarakat yang berdampak pada peningkatan jumlah kendaraan yang beroperasi
dan melintas antar kota di Pulau Sumba

Mendesign Rest Area dengan Fasilitas berstandar dan memadai, Fasilitas harus menyelesaika
permasalahan menunjang pertumbuhan dan pengembangan Ekonomi Pariwisata yang ada di Daerah

Perancangan Rest Area di Langgaliru Kabupaten Sumba Tengah dengan Pendekatan Arsitektur
Neo-vernakular

Studi Literatur : Data Primer ( Observasi dan Dokumentasi )

 Pengertian Rest Area Data Sekunder :


 Arsitektur Neo-Vernakular
 Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Prov.
 Pengertian fasilitas pendukung Pariwisata
Nusa Tenggara Timur
 Fasilitas Standar Rest Area
 Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kab.
 Fasilitas Tambahan media Informasi dan
Sumba Tengah 2020-2040
promosi pariwisata
 Peraturan pemerintah atau
 Pola penataan dan Arsitektur Rumah Adat
perundang-undangan lalulintas No. 14 Tahun
Sumba
1992
Studi Preseden :
 Literatur Buku Jurnal dan Internet
 Rest Area Tipe A KM. 360 Batang
 Rumah Budaya Sumba
 Terminal Wisata Karang padang

ANALISIS

KONSEP DASAR DESAIN


2. Metode Desain

a. Metode Pengumpulan Data dan Penelusuran Masalah


Untuk memperoleh data tersebut adalah dengan cara pengamatan langsung guna
melihat kondisi lapangan dan bangunan sejenis yang tujuannya untuk
mendapatkan gambaran, baik fakta-fakta yang ada maupun permasalahan yang
timbul secara langsung.
1) Survay Lapangan
Denis data yang di cari adalah kondisi tapak, suasana tapak, keadaan fisik
tapak dan kehidupan sosial masyaratkat di sekitar tapak. Data tersebut
diatas diperoleh dari masyarakat sekitar Rest Area Langgaliru, Pengelola
Rest Area, Pengunjung Rest area dan Dinas terkait.
2) Studi Banding
Jenis data yang di cari adalah bangunan dan fasilitas pembanding Rest Area,
selain itu juga data yang di jadikan acuan bangunan dan fasilitas
pembanding secara fisik, hal ini berkaitan erat dengan tema yang di ambil
dalam perancangan Rest area yang berwawasan Neo-vernakular.
b. Metode Pencarian Ide dan Pengembangan Desain
Pendekatan yang dilakukan dalam perancangan Rest area di Langgaliru,
Kecamatan Umbu Ratunggay Kabupaten Sumba Tengah adalah :
a. Mencari studi banding tentang perancangan Rest area dengan tema sejenis.
b. Studi literatur menurut peraturan Permendikbud No. 10 Tahun 2008
mengenai Tempat Istirahat Pelayanan dengan mencari data yang relevan
dari jurnal dan artikel ilmiah.
c. Survay lapangan untuk mengumpulkan data awal tentang kondisi
lingkingan disekitar site
d. Observasi ( Pengamatan ) terhadap objek sejenis yaitu Rest Area pada Ruas
jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 19; Rest Area pada Ruas jalan Tol Jakarta
– Merak KM 14 untuk mendapatkan data spesifikasi tentang Rest Area
c. Metode Evaluasi dan Pemilihan Desain
Tahap evaluasi dilakukan untuk mengkaji ulang kesesuaian antara tema pada
latar belakang pengamatan, pemantapan dan perumusan masalah tujuan dan
sasaran, lingkup pembahasan dan tinjauan pustaka.

BAB II
PRA DESAIN
A. Tinjauan Pustaka
Judul dari Penelitian ini adalah “ Perancagan Rest Area di Kabupaten
Sumba Tengah ” Perancangan Rest Area ini menggunakan pendekatan
Arsitektur Neo-vernakular yang lebih mengarah pada penerapan elemen
arsitektur lokal yang telah ada baik fisik ( Bentuk, Konstruksi ) maupun non fisik
( Konsep, Filosofi dan Tata Ruang ) dengan tujuan melestarikan
unsur – unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi
yang kemudian sedikit atau banyak mangalami pembaruan menuju suatu karya
yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi
setempat.
Menurut Zikri, Arsitektur Neo-vernakular menerapkan bentuk-bentuk
arsitektural yang menjawab keadaan budaya lingkungan dan iklim, seperti tata
letak denah, detail dan ornamen. Penerapan elemen non-Fisik seperti pola pikir,
kepercayaan, dan tata letak yang mengacu kepada makro kosmos lainnya.
Bangunan Neo-vernakular menghasilkan sebuah gaya baru yang tidak
sepenuhnya menerapkanprinsip-prinsip bangunan vernakular.
Kawasan merupakan wilayah dalam batasan fungsional tertentu. Menurut
Undang – Undang No.26 Tahun 2007 mendefinisikan kawasan sebagai wilayah
yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya. Contoh kawasan antara lain:
Kawasan Lindung, Kawasan budidaya, dalam suatu wilayah provinsi . Kawasan
perkotaan, Kawasan Perdesaandalam suatu wilayah kabupaten, Kawasan
perumahan, Kawasan Pusat Kota dan kawasan Industri dalam suatu kota.
Berdasarkan buku pedoman PUPR tentang perencanaan tempat istirahat pada
jalan umum atau Rest Area memiliki fungsi utama sebagai tempat istirahat dan
pos manajemen jalan dan memiliki fungsi tambahan diantaranya adalah
sebagai pos tanggap darurat dan pusat informasi untuk mengakomodasi interaksi
antara pengguna jalan dengan potensi lokal ( Masyarakat, Produk dan Alam).
Kata NEO atau NEW berarti baru, sedangkan kata vernacular berasal
dari kata vernaculus ( bahasa latin ) yang berarti asli. Jadi Arsitektur
Neo-vernakular dapat di artikan sebagai arsitektur asli yang di bangun oleh
masyarakat setempat dengan Konsep baru, baik secara
pengerjaan ( penggunaan teknologi ) maupun material ( bahan- bahan modern ).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa “ Peracangan Rest
Area dengan pendekatan Arsitektur
Neo-vernakular” merupakan peracangan sarana dan prasarana yang mampu
memenuhi kebutuhan pengguna jalan baik untuk beristirahat pada jalan umum
atau rest area memiliki fungsi utama sebagai tempat istirahat dan memiliki fungsi
tambahan diantaranya adalah sebagai tempat untuk mengakomodasi interaksi
antara pengguna jalan dengan potensi lokal.
1. Tinjauan Terhadap Pedoman Perencanaan Rest Area
Tempat Istirahat sementara ( Rest Area ), merupakan layanan
fasilitas jalan umum, yang terletak disebelah jalan lintas atau jalan umum,
para sopir dan penumpang dapat beristirahat makan atau mengisi bensin
tanpa meninggalkan ke sekunder jalan.
a) Rest area adalah Tempat Istirahat dan Pelayanan Wisata ( TIP),
(Poerwodarminto, 1986)
b) Rest area merupakan sebuah fasilitas yang memberikan kesempatan
kepada pengemudi, penumpang maupun kendaraan untuk berhenti
beristirahat. Sedangkan untuk kendaraan, di Rest area dapat mengisi
bahan bakar, cek kendaraan, cuci kendaraan, mengistirahatkan mesin
( Purnamasari, 2012)
c) Menurut Wikipedia online, Rest area adalah sarana atau wahana untuk
melakukan atau mempermudah sesuatu. Area Istirahat pada umumnya
seperti pada area Pom bensin, Resto, alun-alun dan
Pusat layanan . Fasilitas pada area tersebut seperti taman, SPBU mini,
WC dan Restoran atau kantin. Pada Fasilitas umum seperti area
parker atau kawasan pemandangan bisa dijadikan tempat istirahat
juga.
d) Dalam kamus bahasa Indonesia Rest Area adalah sebuah
kawasan peristirahatan yang bersifat sementara. Secara umum, Rest
area dapat di simpulkan sebagai tempat istirahat sejenak
atau melepaskan kelelahan, kejenuhan, ataupun hendak ke toilet
selama dalam perjalanan jarak jauh. Tempat Istirahat ini
banyak ditemukan di jalan nasional ataupun jalan tol dimana para
pengemudi atau pengguna jalan beristirahat. Standar perawatan dan
fasilitas istirahat masing-masing daerah berbeda-beda.
Rest Area dapat di manfaatkan oleh pengguna jalan, pengemudi maupun
penumpang sebagai tamu untuk beristirahat dan kegiatan lain selama berhenti
sejenak dari perjalanan. Rest area kadang digunakan untuk beberapa tujuan
lain, diantaranya layanan Pom Bensin/SPBU, makanan atau restoran,
penginapan dan pusat informasi sehingga di dalam rest area juga terdapat
pelaku usaha dan penyedia jasa sehongga dapat dikelompokan menjadi 3
golongan utama pengguna Rest Area yaitu :
a. Pengelola
b. Tamu / Pemakai (Traveler )
1) Pengemudi kendaraan bermotor : Pemakai kendaraan pribadi
maupun bus pariwisata dan angkutan berat antar kabupaten / Kota
2) Penumpang kendaraan bermotor : penumpang kendaraan pribadi
maupun bus dan sopir serta angkutan berat antar kabupaten / kota.
3) Penyedia jasa dan pelaku usaha sedia jasa. Selain itu dikelola
oleh pengelola setempat
1.1 Sejarah Rest Area di Langgaliru
Pada awalnya Rest area dibangun sebagai tempat istirahat sementara
yang merupakan bagian dari sistem jalur lalu lintas nasional antar
kota/kabupeten yang menghubungkan beberapa kota di antaranya Kota
Waingapu, Wabakul, Waikabubak dan Waitabula.
Tempat Istirahat Pelayanan sementara di area Langgaliru merupakan titik
tempat istirahat yang menyediakan beberapa fasilitas untuk para pengguna
jalan. Semulanya rest area terdiri dari fasilitas toilet, tempat makan.
Dalam kamus bahasa Indonesia Rest Area adalah sebuah kawasan
peristirahatan yang bersifat sementara, tempat istirahat ini banyak
ditemukan pada jalan tol ataupun jalan nasional dimana para pengemudi
atau pengguna jalan beristirahat. Dijalan arteri primer juga banyak
ditemukan restoran yang berfungsi sebagai tempat
istirahat. Restoran-restoran ini banyak digunakan oleh pengemudi atau
pengguna jalan antar kota untuk beristirahat ( Neufert, 1978 ).
Standar perawatan dan fasilitas istirahat masing-masing daerah
berbeda-beda. Pada umumnya memiliki tempat parkir yang alokasikan
untuk bus, truk, mobil dan sepeda motor. Pemerintah juga banyak
mengalokasikan Rest Area terletak ditempat sepi atau jauh dari keramaian
yaitu jauh dari tempat makan, pom bensin, dan fasilitas umum
lainnya. Sehingga banyak tempat istirahat yang
jauh dari keramaian memiliki reputasi yang kurang aman dari kejahatan,
terutama pada malam hari serta fasilitas umum yang kurang memadai.
1.2 Klasifikasi Rest Area
Rest Area ini mempunyai beberapa tipe yang didasarkan pada lama
kunjungan pengendara dalam memanfaatkan faslitas rest area. Adapun hal
yang akan mempengaruhi kelengkapan fasilitas yang terdapat dalam rest
area antara lain :
a. Rest area type A
Rest area type A memiliki beberapa fasilitas antara lain :
1) Musholah
2) Kantin / Restaurang
3) Toilet
4) Lahan parkir
5) Service kendaraan
6) SPBU
7) Mini market
8) ATM
9) Pos Keamanan
b. Rest area type B
1) Musholah
2) Kantin / Restaurant
3) Toilet
4) Lahan Parkir
5) Sehingga Service Kendaraan
6) Pos Keamanan
c. Rest area tipe C
1) Toilet
2) Warung / kios
3) Lahan Parkir
1.3 Sasaran Pengguna Rest Area
Rest Area dapat dimanfaatkan oleh pengguna jalan, pengemudi maupun
penumpang sebagai tamu untuk beristirahat dan kegiatan lain selama berhenti
sejenak dari perjalanan. Rest area kadang digunakan untuk beberapa tujuan
lain diantaranya layanan Pom bensin / SPBU, makanan atau restoran, pusat
informasi sehingga didalam rest area juga terdapat pelaku usaha, dan penyedia
jasa sehingga dapat dikelompokan menjadi 3 golongan utama pengguna rest
area yaitu :
a. Pengelola
b. Tamu / Pemakai (Traveller)
1) Pengemudi kendaraan bermotor :pemakai kendaraan pribadi
maupun bus pariwisata dan angkutan berat antar kota / kabupaten
2) Penumpang kendaraan bermotor: penumpang kendaraan pribadi
maupun bus dan sopir dan karnet angkutan berat antar kota /
kabupaten.
c. Penyedia jasa dan pelaku usaha sedia jasa. Selain itu dikelola oleh
pengelola setempat
1.4 Standarisasi Rest Area
a. Standarisasi Luasan minimum pada Rest Area
1) Standarisasi luasan minimum Rest Area
Definisi standardisasi luasan minimum Rest Area oleh Kementrian
Pekerjaan Umum (disertai lampiran No.15 Keputusan Direktur
Jenderal Bina Marga ) adalah sebagai berikut :
Tabel 1 - Data Standar Luasan Minimum Rest Area

Tipe A ( m2) B( m2) C( m2)


Luasan 5500 2600 1750
Fasilitas 795 230 350
Pelayanan
Area Terbuka 2100 1050 500
Parkir 2600 1300 1200
Sumber : lampiran No.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga

2) Standarisasi luasan toilet umum


Tabel 2 - Data Standard Luasan Toilet umum
Tipe Jumlah Luasan
fasilitas Orang Urinal Toilet Toilet standar
Rest area Pria Wanita (m2)

A >71 15-20 5-7 15-20 290-350

B 46-70 Min. 10 Min. 3 Min. 10 Min. 240

C <45 Min. 5 Min. 2 Min. 5 Min. 120

Sumber : lampiran No.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga

3) Standarisasi luasan Tempat duduk, Mushalla dan Taman


Tabel 3 - Data Standar Luasan Minimum Tempat Duduk Telopon Umum,
Mushola dan Taman Rest Area
Tipe fasilitas Luasan Minimum
Rest area
Tempat Musholah Taman
duduk (m ) 2
(m2)

A >40 21 5000

B >30 15 1000

C >20 9 500

Sumber : lampiran No.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga


4) Standarisasi luasan minimum Restaurant
Tabel 4 - Data Standar Luasan Minimum Restoran Rest Area
Tipe fasilitas Jumlah Luasan
Rest area Pengunjung Tempat Minimum
duduk (m2)

A > 250 190 800

B 100-250 130 650

C < 100 170 400

Sumber : Lampiran No.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga


5) Standarisasi luasan minimum SPBU
Tabel 5 - Data Standar Luasan Minimum SPBU
Tipe Jumlah Ruang Kantor Ruang cuci Luasan
fasilitas flowmeter pengisian umum untuk minimum
Rest minimum bahan 2
(m ) mobil/bengkel (m2)
area ( buah) bakar minimum (m2 )
(m2)
A 4 300 120 80 550

B&C 4 300 120 - 470

Sumber : Lampiran No.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga


b. Standarisasi Fasilitas didalam Rest Area
Table 6 - Data Standarisasi Fasilitas Rest Area
Tipe A B C

Fasilitas yang di KM KM KM
sediakan Papan Informasi Papan Informasi Papan Informasi
Tempat Parkir Tempat Parkir Tempat Parkir
Musholah Musholah
Warung / Rumah makan
Telepon
Pos Kesehatan / P3K
Pom Bensin
Kios
Fasilitas Bengkel Kecil Kios Warung / Rumah
Tambahan Gazebo Pom Bensin makan
Taman / Kolam
Sumber : Lampiran No.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga
c. Standarisasi Pemilihan tapak untuk Rest Area
Adalah standar didalam menentukan tapak ideal bagi rest area,
yang meliputi berbagai factor baik segi fisik maupun sarana dan
prasarana. Factor-faktor tersebut adalah :
1) Faktor bentuk
Bentuk ideal adalah perrsegi panjang
2) Faktor keamanan dan keselamatan
a) Berada pada jalan yang relatif lurus datar
b) Jarak lahan kurang lebih 15m dari sisi bahu jalan
sebelah luar yang diperkeras
c) Jalan masuk dan keluar tidak mengganggu lalu lintas
jalan raya.
3) Faktor aksebilitas dan prasarana yaitu tersediannya :
a) Jalan raya
b) Air bersih
c) Drainase dan limbah
d) Jaringan Listrik
e) Jaringan telepon
a. Jenis-jenis kendaraan yang masuk Rest Area
Jenis kendaraan yang masuk rest area adalah semua jenis kendaraan
bermotor, dan kendaraan roda empat
b. Waktu Pelayanan Rest Area
Karena fungsi rest area sebagai tempat singgah atau transit bagi orang
yang melakukan perjalanan, sedangkan waktu perjalanannya adalah
tidak terbatas maka waktu pelayanan rest area adalah 24 jam non stop
c. Skup pelayanan Rest Area
Rest area ini memiliki skup pelayanan regional antar
kabupaten / kota, ini berarti dapat pula melayani pengendara
kendaraan bermotor yang melintasi daerah tersebut, walaupun
berasal dari kota / kabupaten lain, karena adanya tingkat
kemajemukan yang tinggi bagi daerah asal pengendara
kendaraan bermotor di jalan raya. Skup pelayanan ini
berpengaruh penting terhadap klasifikasi rest area

2. Tinjauan Terhadap Pendekatan Arsitektur Neo-vernakular

Arsitektur Neo-vernakular adalah salah satu paham atau aliran yang


berkembang pada era post modern yaitu aliran arsitektur yang muncul pada
pertengahan tahun 1960-an, post modern lahir disebabkan pada era modern
timbul protes dari para arsitek terhadap pola-pola yang berkesan monoton
( bangunan berbentuk kotak-kotak ). Oleh sebab itu lahirlah aliran-aliran
baru yaitu post modern.

Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya post modern menyebutkan


tiga alasan yang mendasari timbulnya era post modern yaitu :

1) Kehidupan sudah berkembang dari dunia serba terbatas ke dunia


tanpa batas , ini di sebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya
daya tiru manusia.
2) Canggihnya Teknologi menghasilkan produk-produk yang bersifat
pribadi
3) Adanya kecenderungan untuk kembali kepada nilai-nilai tradisional
atau daerah, sebuah kecenderungan manusia untuk menoleh
kebelakang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Arsitektur Neo-vernakular dan
aliran-alirannya merupakan arsitektur yang menggabungkan antara
tradisional dan non tradisional, perpaduan yang lama dengan
yang baru. Dalam timeline arsitektur modern, vernacular berada pada posisi
arsitektur modern awal dan berkembang menjadi Neo-vernakular pada
masa modern akhir setelah terjadi eklektisme dan kritikan- kritikan terhadap
arsitektur modern.
Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo-vernakular adalah
sebagai berikut :
1) Bentuk-bentuk menerapkan unsure budaya, lingkungan termasuk
iklim setempat di ungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural ( tata
letak denah, detail, struktur dan ornamen )
2) Tidak hanya elemen fsisk yang diterapkan dalam bentuk modern,
tetapi juga elemen non fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan,
tata letak yang mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi
konsep dan kriteria perancangan.Produk pada bangunan tidak murni
menerapkan prinsip-prinsip pada bangunan
vernakular melainkan karya baru ( mengutamakan penampilan
visualnya )
Konsep Arsitektur Neo-vernakular merujuk pada penerapan elemen
orisinal atau budaya dengan sentuhan elemenmodern. Jika di lihat dari segi
arsitektur, tujuannya adalah menciptakan bangunan modern
tanpa mengesampingkan nilaitradisi.
2.1 Pengertian Pendekataan Arsitektur Neo-vernakular.

Kata NEO atau NEW Berarti baru atau hal yang baru. Sedangkan
kata vernacular berasal dari kata vernaculus(bahasa latin ) yang berarti
asli yang dibangun oleh masyarakat setempat. Arsitektur
Neo-vernakular tidak hanya menerapkan elemen fisik yang diterapkan
dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola
pikir, kepercayaan, tata letak, religi, dan lain-lain. Arsitektur
Neo-vernakular merupakan suatu paham dari aliran arsitektur
post-modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme
yang mengutamakan nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang
dipengaruhi perkembangan teknologi industri.Arsitektur
Neo-vernakular merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya
mempertimbangkan kaidah-kaidah normatif, kosmologis, peran serta
budaya lokal, dalam kehidupan masyarakat serta keselarsan
antara bangunan alam, dan lingkungan
Bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam
pengulangan dari jumlah tipe-tipe yang terbatas, dan dalam
penyesuaiannya, terhadap iklim lokal, material dan adat istiadat ( Leon
Krier, 1971)
Menurut Charles Jencks dalam bukunya “ language of post modern
Architecture (1990)” dapat di paparkan ciri-ciri Arsitektur
Neo-vernakular selalu menggunakan atap bumbungan, batu bata
( elemen konstruksi lokal ). “ Pada Intinya Arsitektur Neo-vernakular
merupakan perpaduan antara arsitektur vernakular dan arsitektur
modern”. Aliran Arsitektur Neo-vernakular sangat mudah dikenal dan
memiliki ciri khas seperti : hampir selalu beratap bubungan, banyak
keindahan lokal dan menggunakan material-material lokal.
Tabel 7 - Perbandingan Arsitektur Tradisional, Vernakular dan
Neo-vernakular

Perbandingan Tradisional Vernakular Neo-vernakular

Ideology Terbentuk oleh tradisi Terbentuk oleh tradisi Penerapan elemen


yang secara turun temurun turun temurun tetapi arsitektur yang sudah ada
berdasarkan kultur dan terdapat pengaruh dari luar dan kemudian sedikit atau
kondisi lokal baik fisik maupun non banyaknya mengalami
fisik, bentuk pembaharuan menuju
perkembangan arsitektur suatu karya yang modern.
tradisional

Prinsip Tertutup dari Berkembang setiap waktu Arsitektur yang bertujuan


perubahan zaman, terpaut untuk merefleksikan melestestarikan
pada satu lingkungan budaya dan unsure-unsur lokal yang
kultur kedaerahan, dan sejarah dari daerah dimana telah terbentuk secara
mempunyai peraturan dan arsitektur tersebut berada. empiris oleh tradisi
norma-norma Transformasi dari situasi dan mengembangkannya
keagamaan yang kental kultur homogeny ke menjadi suatu langgam
situasiyang lebih yang modern, kelanjutan
heterogen. dari arsitektur Vernakular

Ide Desain Lebih mementingkan fasad Ornamen sebagai Bentuk Desain lebih
atau bentuk, ornament pelengkap, tidak Modern
sebagai suatu keharusan. meninggalkan nilai-nilai
setemapat tetapi dapat
melayani aktifitas
masyarakat didalam.

Sumber : Sonny Susanto,Joko Triyono,Vernakular dan Neo-vernakular

Dalam hal ini, Arsitektur Neo-vernakular banyak ditemukan bentuk-bentuk


yang sangat modern namun dalam penerapannya masih
menggunakan konsep lama daerah setempat yang dikemas dalam bentuk yang
modern. Arsitektur Neo-vernakular ini menunjukan suatu bentuk yang modern
tapi masih memiliki image daerah setempat walaupun material yang digunakan
adalah bahan modern seperti kaca dan logam. Dalam Arsitektur Neo-vernakular
ini menunjukan ide, bentuk-bentuk di ambil dari vernacular aslinya yang di
kembangkan dalam bentuk modern.
2.2 Prinsip Arsitektur Neo-vernakular
Penerapan konsep Neo-vernakular dalam arsitektur memiliki beberapa
pinsip dasar :
1) Hubungan Langsung, merujuk pada pebangunan yang adaptif
terhadap arsitektur setempat yang disesuaikan dengan konsep masa
kini.
2) Hubungan abstrak, bentuk bangunan dapat di interprestasikan
melalui analisis tradisi budaya.
3) Hubungan Lanskap, mencerminkan lingkungan seperti kondisi fisik
4) Hubungan Kontemporer, pemanfaatan teknologi yang relevan dalam
konsep Arsitektur
5) Hubungan Masa depan, merujuk pada langkah antisipasi akan
kondisi waktu yang akan datang
Maka dapat dipahami bahwa pada dasarnya prinsip dasar arsitektur
neo-vernakular adalah melestarikan unsur-unsur lokal sehingga dalam
bentuk dan sistemnyan terutama yang berkaitan dengan iklim setempat,
seperti penghawaan, pencahayaan alami, antisipasi terhadap regionalism
merupakan aspek yang mendasar.
2.3 Manfaat dan Tujuan Arsitektur Neo-vernakular
Desain Arsitektur Neo-vernacular adalah pendekatan yang dapat
menghubungkan kembali manusia alam dan budaya. Desain Neo-vernakular
berupaya untuk mempertahankan budaya lokal yang dikembangkan secara
modern, baik fungsi, dan ketahanan sistem alam. Penerapan Desain
Neo-vernakular dapat menerapkan kondisi lingkungan suatu
bangunan atau lanskap di jangka dalam jangka panjang secara alami dan
berkelanjutan.
2.4 Contoh Bangunan Arsitektur Neo-Vernakular
a. Bandara Internasional Soekarno –Hatta
Berada di daerah sub urban Kota Jakarta dengan kapasitas 9 juta orang.
Dirancang oleh Paul Andreu dari Prancis. Sebagian besar berkonstruksi
tiang dan balok ( dari pipa-pipa baja ) yang di eskpose.
Gambar 1 Bandara Soekarno-Hatta
Sumber : http://www.airport.com
Unit-unit dalam terminal dihubungkan dengan selasar terbuka yang
sangat tropikal, sehingga pengunjungnya merasakan udara alami dan
sinar matahari. Unit ruang tunggu menggunakan arsitektur joglo dalam
dimensi yang lebuh besar, namum bentk maupun system konstruksinya
tidak berbeda dari soko guru dan usuk, dudur, takir, danlain-lain dari
elemen kontruksi jawa. Penggunaan material modern namun memiliki
tampilan seperti kayu yang diterapkan pada kolom-kolom diruang
tunggu memberikan kesan yang modern namun natural.

Gambar 2 Ruang tunggu keberangkatan Bandara Soekarno-Hatta


Sumber : http://www.airport.com
2.5 Studi Banding
a. Rest Area pada Ruas jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 19

Gambar 3 Rest Area pada ruas jalan tol Jakarta-Cikampek KM 19


Sumber : Dokumentasi Penulis,2016
Rest Area yang terletak pada ruas jalan tol Jakarta-Cikampek merupakan rest
area dengan klasifikasi rest area type A. secara keseluruhan rest area ini telah
memenuhi standar yang telah ditentukan dalam hal perencanaan rest area
type A, beberapa kelebihan dan kekurangan pada rest area ini antara lain :
a) Pada Stasiun Bahan Bakau Umum (SPBU) di rest area ini tampilan
tampak muka pada bangunannya mempunyai nilai estetika indah
sehingga mempunyai daya tarik tersendiri agar orang yang berada di
ruas tol saat melintasi di rest area ini ingin sekali masuk ke rest area ini
selain untuk melakukan pennngisian bahan bakar.

Gambar 4 SPBU Rest Area pada ruas jalan tol Jakarta-Cikampek KM


19
Sumber : Dokumentasi Penulis,2016
b) Dengan adanya tampilan bangunan SPBU yang menarik diruas tol
Jakarta-cikampek ini merupakan modifikasi lingungan yang dapat
membuat pengendara kendaraan atau pengguna jalan tol terasa tidak
bosan berada di ruas jalan tol akibat kejenuhan berkendara.

Gambar 5 SPBU Rest Area pada ruas jalan tol Jakarta-Cikampek KM 19 S


Sumber : Dokumentasi Penulis,2016
c) Pada rest area ini terdapat tempat parkir yang luas dan nyaman yang
dapat digunakan para pengunjung ketika beristirahat di rest area
ini, dapat menampung kurang lebih 200 kendaran, diantaranya
parkiran truk, dan bus 50 sedangkan sedan dan mini bus 150
kendaraan

Gambar 6 Area Parkir Mobil (Minibus)


Sumber : Dokumentasi Penulis,2016
d) Pada rest area ini tedapat tempat ibadah yaitu sebuah musholla dan
juga toilet.
Gambar 7 Tempat Ibadah (Musholah)
Sumber : Dokumentasi Penulis,2016

e) Di rest area ini terdapat beberapa tempat makan dan minum dengan
tingkat ekonomi yang berbeda-beda

Gambar 8 Cafe dan Resto yang terdapat di Rest Area


Sumber : Dokumentasi Penulis,2016
2.5.2 Rest Area pada Ruas jalan Tol Jakarta – Merak KM 14
Rest Area yang terletak papa ruas jalan tol Jakarta – Merak
merupakan rest area dengan klasifikasi rest area tipe A. Secara
keseluruhan rest area ini telah memenuhi standar yang telah ditentukan
dalam hal perencaan rest area tipe A. Rest area tipe A memiliki
beberapa kelebihan dan kekurangan antara lain :
a. Pada tempat SPBU di rest area Jakarta-Merah KM 14 mempunyai
fasilitas yang luas lahan dan nyaman, kualitas dan kuantitas yang
terjamin, menyediakan :pertamax, premium dan solar dilengkapi
dengan fasilitas Debit BCA.
Gambar 9 Tempat SPBU pada rest area jakarta-merak KM 14
Sumber : Dokumentasi Penulis,2016
b. Pada tampak bangunan SPBU di rest area ini tidak terlalu
ditonjolkan sehingga terlihat sama denganSPBU dijalan-jalan
umum.
c. Terdapat pepohonan yang rimbun pada rest area ini membuat para
pengujung rest area ini dapat melepaskan lelahnya dengan
nyaman.

Gambar 10 Tempat Parkiran sedan dan mini bus


Sumber : Dokumentasi Penulis,2016
d. Pada rest area ini terdapat tempat parkir yang luas dan nyaman
yang dapat menampung kurang lebih 200 kendaraan, diantaranya
parkiran truk dan bus 50, sedangkan kendaraan bermotor lainnya
150 kendaraan
Gambar 11 Tempat parkiran truk dan bus
Sumber : Dokumentasi Penulis,2016
e. Pada rest area ini tidak ditemukan fasilitas untu istirahat yang
nyaman sehingga bagi para pengunjung yang ingin beristirahat
hanya dapat beristirahat di kantin, di restoran, di mushollah dan di
tempat parkir saja

Gambar 12 cafe dan RM Padang sederhana


Sumber : Dokumentasi Penulis,2016

f. Pada rest area ini juga terdapat Bengkel.

Gambar 13 bengkel
Sumber : Dokumentasi Penulis,2016
2.6 Rangkuman Hasil Studi Banding
Dari beberapa studi banding yang sudah dibahas di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa dalam perencanaan Rest Area harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a. Pada bangunan rest area yang mempunyai bentuk tampilan pada
bangunan yang menarik atau nilai estetika yang indah ini juga menjadi
nilai lebih pada rest area tersebut sebab pada bentuk-bentuk struktur
yang menarik dapat menimbulkan efek psikologis pada orang.
b. Pada bangunan rest area yang mempunyai bentuk tampilan pada
bangunan yang menarik juga dapat dijadikan landark / tanda pada
ruas jalan
c. Pada rest area tersebut tidak pernah ditemukan sebuah fasilitas untuk
beristirahat yang nyaman sehingga bagi para pengunjung yang ingin
beristirahat hanya dapat beristirahat di kantin, direstaurant, di
mushollah dan ditempat parkir saja.
d. Pada rest area sering kali kapasitas parkir yang tersedia di rest area
tidak mampu lagi menampung kendaraan yang ingin parkir, sehingga
pihak pengelola sering memberikan batasan bagi setiap pengunjung
untuk memarkirkan kendaraannya.
B. Program Desain ( Programing )
1. Tujuan Desain
Tujuan yang ingin di capai dalam perancangan Rest Area di Langgaliru
Kecamatan Umbu Ratunggay, Kabupaten Sumba Tengah adalah :
a) Merancang kembali Fasilitas Rest Area di Langgaliru yang mampu
memberikan pelayanan kepada pengguna jalan nasional yang ada di
pulau sumba
b) Merancang Rest Area dengan pendekatan Arsitektur Neo-vernakular
dengan mengembangkan potensi lokal sebagai ciri khas daerah
2. Fokus / Sasaran Desain
2.1 Penentu fungsi dan Tipe Rest Area
a) Fungsi Rest Area / Tempat Istirahat Sementara
Penentu fungsi tempat istirahat mempertibangkan RDTR dan
kebijakan pemerintah setempat, fungsi tempat istrihat sementara
terbagi menjadi dua fungsi yaitu fungsi utama dan fungsi tambahan.
Tabel 8 - Fungsi Rest Area
Fungsi Rest Area
Utama Tambahan
Tempat Istirahat Pos tanggap darurat
Pos Manajemen jalan Pusat informasi
Fasilitas umum
Inkubator ekonomi lokal
Sumber : Analisa Penulis,2023
b) Tipe Rest Area / Tempat Istirahat Sementara
Pembagian tipe tempat istirahat digunakan untuk menentukan jarak
antar tempat istirahat dan mengetimasi kebutuhan minimal luas
area tempat istirahat. Tipe tempat istirahat dibagi berdasarkan
fungdi tempat istirahat. Ketentuan tipe tempat istirahat dapat
dilihat pada tabel 4.2
Tabel 9 -Tipe tempat istirahat berdasarkan peruntukan dan
fungdi tempat istirahat
Fungsi utama Fungsi Tambahan Tipe tempat
Istirahat
Tempat Istirahat Pos tanggap darurat A
Pos Manajemen jalan Pusat informasi
Fasilitas umum
Inkubator ekonomi
lokal
Pos tanggap darurat B
Pusat Informasi
Fasilitas umum
Pusat tanggap C
darurat
Pusat informasi
Sumber : Analisa Penulis,2023
2.1 Sasaran Pengguna Rest Area
Rest Area dapat dimanfaatkan oleh pengguna jalan, pengemudi maupun
penumpang sebagai tamu untuk beristirahat dan kegiatan lain selama berhenti
sejenak dari perjalanan. Rest area kadang digunakan untuk beberapa tujuan
lain diantaranya layanan Pom bensin / SPBU, makanan atau restoran, pusat
informasi sehingga didalam rest area juga terdapat pelaku usaha, dan penyedia
jasa sehingga dapat dikelompokan menjadi 3 golongan utama pengguna rest
area yaitu :
a. Pengelola
b. Tamu / Pemakai ( Traveller )
1) Pengemudi kendaraan bermotor :pemakai kendaraan pribadi maupun
bus pariwisata dan angkutan berat antar kota / kabupaten
2) Penumpang kendaraan bermotor: penumpang kendaraan pribadi
maupun bus dan sopir dan karnet angkutan berat antar kota /
kabupaten.
c. Penyedia jasa dan pelaku usaha sedia jasa. Selain itu dikelola oleh pengelola
setempat
3. Data
a. Deskripsi Umum Proyek
1) Lokasi Perancangan
Lokasi perancangan akan dilaksanakan di Langgaliru,
Kecamatan Umbu Ratunggay, Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi
Nusa Tenggara Timur.

Gambar Peta Wilayah Kab. Sumba Tengah

Sumber; BPS Kab. Sumba Tengah


Luas wilayah 1.869 Km2 dan jumlah penduduknya 71.250 jiwa pada
tahun 2018. Secara letak geografis Kabupaten Sumba Tengah terletak
pada 1190 24’ 56,26’’– 1200 50’55, 29’’ Bujur Timur dan 90 20’38,31’’-
9050’38,86’’ Lintang Selatan.
Kabupaten Sumba Tengah menjadi salah satu daerah dengan fokus
pengembangan dan promosi pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Bentuk keseriusan pemerintah provinsi dan daerah di jabarkan
dalam RTRW provindi NTT tahun 2006 – 2020 dan RTRW kabupaten
Sumba Tengah 2020- 20240 mulai dari promosi, pengembangan dan
penyediaan fasilitas. Perancangan yang akan dirancang yaitu memiliki
fungsi sebagai Tempat Istirahat dan Pelayanan di Langgaliru.
Menurut peraturan daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Nusa Tenggara Timur Tahun 2010-2030 Bab 3 tentang Rencana Detail
Ruang Wilayah Provinsi bagian ke tiga tentang sistem jaringan
prasarana utama, sebagai mana dimaksud dalam pasal 7 ayat 2 huruf a
tentang sistem jaringan transportasi darat; Peraturan Menteri PUPR
No.10/PRT/M/2018 tentang Tempat Istirahat dan Pelayanan pada
jalan tol / jalan nasional; PERDA Kabupaten Sumba Tengah No.11
Tahun 2020 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba
Tengah Tahun 2020-2040,sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 bagian
9 tentang sistem jaringan transportasi darat, pasal 27 bagian c tentang
kawasan peruntukan pariwisata buatan sebagai mana dimaksud pada
ayat (1) tentang wisata Kuliner Langgaliru Kecamatan Umbu
Ratunggay.
Batas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah :
 Utara: Selat Sumba dan Laut Sawu
 Timur : Kec. Lewa, Kec. Taharu, dan Kec. Lewa Tidahu –
Kab. Sumba Timur
 Selatan: Samudra Hindia
 Barat: Kec. Tanarighu, Kec. Loli, Kec. Kota Waikabubak dan
Kec. Wanokaka – Kabupaten Sumba Barat.
1. Keadaan Geografis Langgaliru, Kec. Umbu Ratunggay Langgaliru,
Kecamatan Umbu Ratunggay
Adapun jarak antar kecamatan terhadap Ibukota Kabupaten Sumba
Tengah (Waibakul) dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar : Jarak Antar Kecamatan terhadap Ibukota Kabupaten Sumba


Tengah Tahun 2020
Sumber: Badan Pusat Statistik dalam angka, 2020
a. Bagian wilayah Kelurahan / Desa
Kecamatan Umbu Ratunggay terdiri dari 17 Desa yaitu sebagai
berikut :
1. Desa Weluk Praimemang
2. Desa Tana Mbanas Selatan
3. Desa Tana Mbanas Barat
4. Desa Tana Mbanas
5. Desa Soru
6. Desa Praikoroku Jangga
7. Desa Padira Tana
8. Desa Maradesa
9. Desa Maradesa Timur
10. Desa Mbilur Pangadu
11. Desa Ngadu Bolu
12. Desa Ngadu Bolu
13. Desa Bolu Bokat
14. Desa Bolu Bokat Barat
15. Desa Bolu Bokat Utara
16. Desa Lenang
17. Desa Lenang Selatan
b. Batas wilayah administrasi Kecamatan Umbu Ratunggay
Batas wilayah adminstrasi Kecamatan Umbu Ratunggay adalah
sebagai berikut :
 Utara berbatasan dengan Selat Sumba dan Laut Sawu;
 Timu berbatasan dengan Kec. Lewa, Kec. Taharu, dan Kec.
Lewa Tidahu – Kab. Sumba Timur;
Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia;
Barat berbatasan dengan Kec. Tanarighu, Kec. Loli, Kec.
Kota Waikabubak dan Kec. Wanokaka – Kabupaten Sumba
Barat
2. Kondisi Fisik dasar
a. Letak Geografis
Jumlah penduduk Kabupaten Sumba Tengah pada tahun 2020 adalah
sebanyak 85.482 jiwa dengan RJK (Rasio Jenis Kelamin) sebesar
105,5. Jumlah penduduk tersebut mengalami penurunan sebesar 2,67%
dari tahun 2019. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2010-2020 adalah
sebesar 3,18 %. Kabupaten Sumba Tengah memiliki kepadatan
penduduk rendah yaitu 46 jiwa/km2.
Gambar : Jumlah Penduduk Kab. Sumba Tengah 2010-2020
Sumber: Badan Pusat Statistik dalam angka, 2021

b. Topografi dan kemiringan Tanah Kecamatan Umbu Ratunggay


Meizer dan Pfeiffer (1964) membagi dataran Sumba dalam 7 jenis
topografi, karena pembagiannya sangat sulit untuk diamati maka untuk
lebih mempermudah pengamatan pembagian wilayah topografi dibuat
dalam 5 kelompok.
 Wilayah gunung ditandai dengan kemiringan yang tinggi, wilayah
ini meliputi Gunung Tanadaru.
 Wilayah perbukitan ditandai dengan kemiringan yang lebih
rendah dari wilayah gunung.
 Wilayah undukan dekat laut ditandai undukan dan jurang yang
curam sepanjang pantai selatan.
 Wilayah datar yang cukup luas dan dikelilingi bukit seperti
Dataran Anakalang.
 Wilayah dataran alluvial ditandai oleh dataran yang agak sempit
sekitar sungai.
Keadaan kemiringan lahan di Wilayah Kabupaten Sumba Tengah
terdiri dari lahan datar hingga berbukit dengan ketinggian dari
permukaan laut berkisar ± 0 hingga 800 MSL (Mean Sea Level). Untuk
kemiringan lahan wilayah Kabupaten Sumba Tengah dan sepanjang
pantai relatif datar. Sebagian besar wilayahnya berbukit-bukit di mana
hampir 50% luas wilayahnya memiliki kemiringan 140-400.
c. Iklim
Jika dilihat dari sisi iklim, rata-rata suhu udara di Kabupaten Sumba
Tengah tahun 2020 berkisar antara 26,22˚C sampai dengan 29,12˚C
dengan kelembaban udara rata-rata tahunan 78,63. Curah hujan
tertinggi di Kabupaten Sumba Tengah pada bulan Februari sebanyak
265,5 mm dan yang terendah di bulan Juli – September yaitu 0 mm
dengan total hari hujan sebanyak 96 hari.
d. Cuaca
Berdasarkan data BPS, bencana alam yang tercatat dalam kurun waktu
2018-2020 adalah banjir, gempa bumi, dan tanah longsor. Berdasarkan
RTRW Kabupaten Sumba Tengah 2009-2029, perincian daerah rawan
bencana adalah sebagai berikut :
Tabel : Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Sumba Tengah
No Kawasan Lokasi

1 Kawasan rawan bencana Tersebar hamper seluruh wilayah


kabupaten
Kabupaten dengan luas 51.073 Ha

Sumber: RTRW Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009-2029

e. Geologi dan Jenis Tanah


Untuk kondisi geologi di Kabupaten Sumba Tengah lebih didominasi
oleh kelompok batu gamping koral yang relatif masih muda sehingga
jenis tanah permukaannya relatif bervariasi yakni campuran antara batu
gamping, batu gamping lempungan, sisipan nepal pasiran dan mepal
tufan. Sementara itu pada bagian pantai didominasi oleh Formasi
Kaliangga yang terbentuk struktur lapisan batu gamping trumbu.

1) Kriteria Pemilihan Tapak

Ada beberapa item yang menajadi kriteria dalam dalam pemilihan


lokasi Perancangan Rest Area antara lain :

1. Prinsip Perencanaan Tempat Istirahat


Pada prinsipnya perencenaan tempat istirahat pada jalan umum
harus memperhatikan :
a) Pemenuhan peraturan perundang-undagan dan persyaratan
teknis jalan serta persyaratan teknik bangunan/gedung
b) Keamanan, keselamatan, dan kemudahan bagi pengguna
jalan dan pengguna tempat istirahat
c) Kebutuhan pengguna jalan, penyelenggara jalan dan
masyarakat lokal
d) Kesesuaian tujuan pembangunan tempat istirahat dengan
rencana pengembangan induk sector wilayah
e) Keterlibatan Pemerintah, swasta maupun masyarakat lokal
agar penyelegaraaan tempat istirahat dapat berkelanjutan
termasuk dukungan kelembagaan dan pembiyayaan
2. Penentuan Lokasi Tempat Istirahat
a) Keselamatan dan kemudahan pengguna jalan dengan
pengguna tempat istirahat meliputi :Tempat istirahat tidak
berada pada lokasi yang rawan bencana; Penyediaan tempat
istirahatdirencanakan pada lokasi yang dapat mengurangi
kecelakaan akibat kelelahan; memenuhi persyaratan
geometrik jalan, diantaranya jarak pandang yang aman,
memiliki tanda akses untuk akses masuk dan keluar masuk
tempat istirahat.
b) Kesesuaian lokasi tempat istirahat dengan penataan ruang
dan perizinan lingkungan, ketentuan yang harus
diperhatkan dalam penetapan lokasi sebagai
berikut; pemilihan lokasi berdasarkan pada rencana
pengembangan induk sektoral dan RDTR daerah setempat
c) Keberlanjutan dan efesiensi penyediaan tempat istirahat
meliputi : pemetaan kebutuhan masyarakat lokal, pengguna
jalan dan penyelenggara jalan; ketertarikan pemerintah
dan masyarakat lokal untuj terlibat dalam pembangunan
dan pengembangan tempat istirahat
termasuk pengalokasian sumber daya yang cukup;
kelembagaan dan kepemimpinan untuk mendorong
keberlanjutan dari pembangunan dan pengembangan
tempat istirahat; pengaturan jarak antar tempat istirahat
d) Kesesuaian lokasi tempat istirahat dengan rencana
pembangunan harus memperhatikan rencana pembangunan
induk sektoral yang meliputi : akses terhadap pasar; akses
terhdap potensi ekonomi lokal, pusat budaya lokal, atau
masyarakat lokal; akses terhadap prasarana atau fasilitas
penunjang, diantaranya sumber daya listrik, air,
telekomunikasi, limbah atau persampahan; ketersediaan
tenaga kerja dan peran masyarakat lokal.
3. Penentu fungsi dan Tipe Rest Area
a) Fungsi Rest Area / Tempat Istirahat Sementara
Penentu fungsi tempat istirahat mempertibangkan RDTR
dan kebijakan pemerintah setempat, fungsi tempat istrihat
sementara terbagi menjadi dua fungsi yaitu fungsi utama
dan fungsi tambahan.
Tabel 1- Fungsi Rest Area
Fungsi Rest Area

Utama Tambahan

Tempat Istirahat Pos tanggap darurat


Pos Manajemen jalan Pusat informasi
Fasilitas umum
Inkubator ekonomi lokal

Sumber : Analisa Penulis,2023


b) Tipe Tempat Istirahat Pelayanan ( Rest Area )
Pembagian tipe tempat istirahat digunakan untuk menentukan
jarak antar tempat istirahat dan mengetimasi kebutuhan
minimal luas area tempat istirahat. Tipe tempat istirahat
dibagi berdasarkan fungdi tempat istirahat. Ketentuan tipe
tempat istirahat dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 - Tipe tempat istirahat berdasarkan peruntukan
dan fungdi tempat istirahat
Fungsi utama Fungsi Tambahan Tipe tempat
Istirahat

Tempat Istirahat Pos tanggap darurat A


Pos Manajemen
Pusat informasi
jalan
Fasilitas umum
Inkubator ekonomi
lokal
Pos tanggap darurat B
Pusat Informasi
Fasilitas umum
Pusat tanggap C
darurat
Pusat informasi
Sumber : Analisa Penulis,2023
2) Proses Perancangan

Proses perancangan dalam tulisan ini meliputi Identifikasi masalah,


pengumpulan data, analisis dan sintesis, konsep dasar, konsep
perancangan

a. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah :
1. Jalan nasional yang meghubungkan beberapa kota di pulau
Sumba belum meiliki rest area atau tempat istirahat sementara
yang memadai
2. Kecelakaan lalulintas yang terus terjadi akibat parkir dan tempat
pemberhentian yang tidak teratur
3. Tidak adanya bangunan atau fasilitas khusus informasi dan
promosi pariwisata sepanjang jalan nasional
4. Munculnya beberapa tempat persinggahan ( Rumah makan,
Warung kopi, Bengkel) yang tidak teratur perletakannya dengan
fasilitas yang kurang memadai guna pelayanan ( Parkir, Toilet
keamanan dan kenyamaan).
Dari identifikasi masalah diatas dapat disimpulkan maka perlu
dirancang fasilitas baik sarana dan prasarana rest area sehingga dapat
menjadi sebuah wadah untuk tempat istirahat sementara, dimana
dengan adanya rest area ini bisa membantu meningkatkan dan
mengoptimalkan serta menunjang potensi-potensi yang ada, guna
menambah kesempatan kerja bagi pendapatan masyarakat setempat
serta menjadi nilai tambah bagi kecamatan Umbu Rantunggay itu
sendiri.
b. Pengumpulan Data
1. Jenis data
a) Data primer
Data primer merupakan data yang didapat melalui hasil observasi
atau pengamatan langsung di lapangan, wawancara kepada
masyarakat setempat maupun dokumentasi langsung keadaan
lokasi, dalam perancangan ini data yang di dapat, berupa keadaan
lokasi, vegetasi pencapaian, sarana prasarana, dan juga potensi.
b) Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapat berdasarkan studi
literatur, jurnal, makalah, foto atau gambar hasil dokumentasi dari
orang lain, ataupun pembanding dari penelitian sebelumnya
dengan objek yang sama. Data yang didapat dalam penelitian ini
berupa peta lokasi, jumlah kendaraan yang melintas setiap harinya,
jumlah penduduk, iklim, tata guna lahan, standar perancangan,
aturan-aturan / syarat-syarat penentu rest area dan pendekatan
yang digunakan.

2. Analisis dan Sintesis


1) Analisis perancangan
Analisis perancangan terbagi atas :
a) Analisis non fisik
 Jenis Kegiatan
Melakukan identifikasi mengenai jenis kegiatan
berdasarkan fungsi rest area, pengelompokan jenis kegiatan
sehingga mempermudah dalam menanalisis pelaku /
pengunjung dan aktivitas pelaku / pengunjung. Data yang
digunakan adalah data sekunder hasil studi literature dan
studi banding, dengan metode analisis yang digunakan
adalah kualitatif.
 Pelaku Kegiatan
Tahapan berikutnya adalah mengidentifikasi pelaku dari
setiap kegiatan yang telah di analisis, hasil dari identifikasi
ini akan berpengaruh pada kebutuhan dan besaran ruang.
Kemudian analisis aktivitas berdasarkan pelaku kegiatan,
data yang digunakan adalah data sekunder hasil studi
literatur, dan studi banding, dengan metode analisis yang
digunakan adalah kualitatif.
b) Analisis Fisik
 Lokasi
Melakukan identifikasi dan analisis pada lokasi
perancangan, kemudian mencari berbagai alternatif sebagai
solusi dari peramasalahan yang didapat. Lokasi yang akan
digunakan sebagai objek perancangan harus sesuai dengan
peruntukan lahan dan rencana tata ruang wilayah
 Tapak
Melakukan analisis mengenai data-data tapak seperti
topografi ( terkait dengan jenis tanah dan elevasi / kontur),
klimatologgi ( mengenai iklim, arah angin, vegetasi, akses
ke lokasi dan lain sebaginya. Data di olah menggunakan
analisis deskriptif analisis yang dilakukan dengan metode
kualitatif.
2) Sintesis Perancangan
a) Sintesis non fisik / Fungsi
 Studi Kebutuhan Ruang
Melakukan studi mengenai jenis ruang yang dibutuhkan
dalam perancangan sesuai dengan jenis dan pelaku kegiatan
yang telah di analisis. Data diperoleh dari data sekunder
hasil studi literatur dan studi banding.
 Studi Besaran Ruang
Melakukan studi besaran ruang berdasarkan standar ukuran
sebuah ruang, tujuannya adalah mendapatkan ruang
dengan ukuran sesuai standard an kebutuhan dari pengguna.
Data yang digunakan adalah data sekunder hasil studi
literature dan studi banding
 Studi Hubungan dan Organisasi Ruang
Melakukan studi mengenai hubungan dan organisasi antar
ruang berdasarkan aktifitas di dalam bangunan / kawasan,
tujuannya adalah untuk terorganisasi dengan baik. Data
yang dugunakan adalah data sekunder, hasil studi literature
dan studi banding
b) Sintesis fisik
Sintesis fisik, meliputi sintesis tapak pada objek perancangan.
3. Konsep Dasar
Memuat tentang penggambaran umum perancangan, meliputi
penjelasan apa yang yang akan dirancang, sampai pada penggambaran
bentuk dasar dari objek rancangan.
4. Konsep Perancangan
Konsep perancangan merupakan turunan dari konsep dasar yang
memuat tentang hasil olahan data berdasarkan analisis yang paling
sesuai dengan objek rancangan dan pendekatan. Beberapa hasil
analisis antara lain; Konsep tapak, konsep kontur, konsep zonasi,
konsep kebisingan, konsep pencahayaan dan pengahwaan, konsep
view, konsep pencapaian, konsep utulitas, konsep sirkulasi, konsep
hubungan ruang, dan konsep bentuk.
5. Pra- Rancangan
Dalam pra-rancanganoutput yang dihasilkan berupa skematik desain.
6. Rancangan
Rancangan merupakan tahapan akhir dari penyusunan tulisan dan
kemudian akan berlanjut pada pengkajian hasil penulisan konsep yang
dibuat, dalam bentuk gambar perancangan, tahapan ini memiliki
beberapa bagian antara lain:
1. Gambar Kerja
Gambar kerja merupakan proses menggambar semua yang telah
dikonsepkan sebelumnya, gambar yang dihasilkan dalam
tahapan ini adalah gambar 2 dimensi antara lain; Site plan, blok
plan, denah, tampak, potongan, rencana-rencana dan detail
gambar.
2. Gambar 3 Dimensi
Gambar 3 dimensi merupakan proses lanjutan dari gambar kerja.
Dalam tahapan ini semua hasil gambar kerja dibuat pemodelan
dalam bentuk 3D yang memuat seluruh konsep rancangan.
c. Data Fisik, Non Fisik, dan Data Literatur
a) Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat melalui hasil observasi atau
pengamatan langsung di lapangan, wawancara kepada masyarakat
setempat maupun dokumentasi langsung keadaan lokasi, dalam
perancangan ini data yang di dapat, berupa keadaan lokasi, vegetasi
pencapaian, sarana prasarana, dan juga potensi.
b) Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapat berdasarkan studi literatur,
jurnal, makalah, foto atau gambar hasil dokumentasi dari orang lain,
ataupun pembanding dari penelitian sebelumnyadengan objek
yang sama. Data yang didapat dalam penelitian ini berupa peta lokasi,
jumlah kendaraan yang melintas setiap harinya, jumlah penduduk, iklim,
tata guna lahan, standar perancangan, aturan-aturan / syarat-syarat
penentu rest area dan pendekatan yang digunakan.
c) Analisis dan Sintesis
Analisis perancangan terbagi atas :
1) Analisis non fisik
 Jenis Kegiatan
Melakukan identifikasi mengenai jenis kegiatan berdasarkan
fungsi rest area, pengelompokan jenis kegiatan sehingga
mempermudah dalam menanalisis pelaku / pengunjung dan
aktivitas pelaku / pengunjung.Data yang digunakan adalah data
sekunder hasil studi literature dan studi banding, dengan metode
analisis yang digunakan adalah kualitatif.
 Pelaku Kegiatan
Tahapan berikutnya adalah mengidentifikasi pelaku dari setiap
kegiatan yang telah di analisis, hasil dari identifikasi
ini akanberpengaruh pada kebutuhan dan besaran ruang.
Kemudian analisis aktivitas berdasarkan pelaku kegiatan, data
yang digunakan adalah data sekunder hasil studi
literatur, dan studi banding, dengan metode analisis yang
digunakan adalah kualitatif.
b) Analisis Fisik
 Lokasi
Melakukan identifikasi dan analisis pada lokasi perancangan,
kemudian mencari berbagai alternatif sebagai solusi dari
peramasalahan yang didapat. Lokasi yang akan digunakan
sebagai objek perancangan harus sesuai dengan peruntukan
lahan dan rencana tata ruang wilayah
 Tapak
Melakukan analisis mengenai data-data tapak seperti
topografi ( terkait dengan jenis tanah dan elevasi / kontur),
klimatologgi ( mengenai iklim, arah angin, vegetasi, akses
ke lokasi dan lain sebaginya. Data di olah menggunakan
analisis deskriptif analisis yang dilakukan dengan metode
kualitatif.
2) Sintesis Perancangan
a) Sintesis non fisik / Fungsi
 Studi Kebutuhan Ruang
Melakukan studi mengenai jenis ruang yang dibutuhkan
dalam perancangan sesuai dengan jenis dan pelaku kegiatan
yang telah di analisis. Data diperoleh dari data sekunder
hasil studi literatur dan studi banding.
 Studi Besaran Ruang
Melakukan studi besaran ruang berdasarkan standar ukuran
sebuah ruang, tujuannya adalah
mendapatkan ruang dengan ukuran sesuai standard an
kebutuhan dari pengguna.Data yang digunakan adalah data
sekunder hasil studi literature dan studi banding
 Studi Hubungan dan Organisasi Ruang
Melakukan studi mengenai hubungan dan organisasi antar
ruang berdasarkan aktifitas di dalam bangunan / kawasan,
tujuannya adalah untuk terorganisasi dengan baik. Data yang
dugunakan adalah data sekunder, hasil studi literature dan
studi banding
b) Sintesis fisik
Sintesis fisik, meliputi sintesis tapak pada objek perancangan.

d. Konsep Dasar
Memuat tentang penggambaran umum perancangan, meliputi
penjelasan apa yang yang akan dirancang, sampai pada penggambaran
bentuk dasar dari objek rancangan.
e. Konsep Perancangan
Konsep perancangan merupakan turunan dari konsep dasar yang memuat
tentang hasil olahan data berdasarkan analisis yang paling sesuai dengan
objek rancangan dan pendekatan. Beberapa hasil analisis antara lain;
Konsep tapak, konsep kontur, konsep zonasi, konsep kebisingan, konsep
pencahayaan dan pengahwaan, konsep view, konsep pencapaian, konsep
utulitas, konsep sirkulasi, konsep hubungan ruang, dan konsep bentuk.
f. Pra- Rancangan
Dalam pra-rancangan output yang dihasilkan berupa skematik desain.
g. Rancangan
Rancangan merupakan tahapan akhir dari penyusunan tulisan dan
kemudian akan berlanjut pada pengkajian hasil penulisan konsep yang
dibuat, dalam bentuk gambar perancangan, tahapan ini memiliki beberapa
bagian antara lain :
1. Gambar Kerja
Gambar kerja merupakan proses menggambar semua yang telah
dikonsepkan sebelumnya, gambar yang dihasilkan dalam tahapan ini
adalah gambar 2 dimensi antara lain; Site plan, blokplan, denah,
tampak, potongan, rencana-rencana dan detail gambar.
2. Gambar 3 Dimensi
Gambar 3 dimensi merupakan proses lanjutan dari gambar
kerja. Dalam tahapan ini semua hasil gambar kerja dibuat pemodelan
dalam bentuk 3D yang memuat seluruh konsep rancangan.

4. Daftar Kebutuhan dan Kriteria

Fasilitas perancangan didapat berdasarkan hasil studi literatur dan studi kasus
fungsi bangunan yang sejenis. Fasilitas yang didapat kemudian dikelompokkan
berdasarkan fungsi dari objek perancangan antara lain :
1. Fasilitas Primer / Utama
Fasilitas Rest Area atau Tempat Istirahat Pelayanan sementara merupakan
fasilitas utama dalam perancangan yaitu terdapat kegiatan utama di Rest
Area seperti Tempat beristirahat, Tempat makan, Toilet.
2. Fasilitas Sekunder / Pendukung
Fasilitas sekunder atau fasilitas pendukung dalam perancangan ini
antara lain Tempat Beribadah, perbelanjaan, Tempat Atm Center.
3. Fasilitas Pelayanan / Service
Fasilitas pelayanan atau service dalam perancangan ini antara lain :
a) Parkiran (Disediakan parkiran mobil, bus, truk, dan motor untuk
pengelola, pengunjung )
b) Pos satpam / Pos keamanan ( Bagian yang bertugas untuk
keamanan)

Pos kesehatan ( Bagian yang bertugas dalam pelayanan kesehatan )


BAB III
PERMASALAHAN IDE DAN SOLUSI DESAIN
A. Masalah ( Problem Statement )

Anda mungkin juga menyukai