E V I E W L A P O R A N A K H I R
S
saat ini. Kabupaten Sumbawa sebagai kabupaten yang luas wilayahnya paling
besar di Pulau Sumbawa, dan menyumbang salah satu icon wisata di Propinsi
Nusa Tenggara Barat memiliki berbagai jenis potensi wisata yang masih
memerlukan upaya pengembangan. Berbagai aset wisata yang saat ini ada
masih memerlukan peningkatan baik dari segi kuantitas maupun kualitas dalam
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat setempat untuk berwisata serta menjadikan
pariwisata sebagai salah satu sektor ekonomi alternatif penting di masa depan.
Sampai saat ini belum banyak dilakukan pembangunan obyek dan daya tarik wisata
dalam memenuhi kebutuhan pariwisata di daerah ini, sehingga kontribusi pariwisata
sebagai bagian dari kebutuhan manusia maupun kontribusinya pada pembangunan
daerah belum signifikan. Dilihat dari sisi ini, dapat dimengerti bahwa upaya
B. TUJUAN
Tujuan disusunnya studi ini adalah sebagai dokumen perencanaan pembangunan
pariwisata Kabupaten Sumbawa yang berkelanjutan, meliputi:
C. SASARAN
Sasaran dari pekerjaan penyusunan Rencana Induk Pembagunan Kepariwisataan
(RIPPAR) Kabupaten Sumbawa adalah:
1. Mengarahkan jalannya pembangunan kepariwisataan dalam jangka pendek,
menengah dan panjang;
2. Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat
dan kongkrit sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;
3. Menjamin implementasi pembangunan kepariwisataan agar sesuai dengan
aspirasi dan kebutuhan masyarakat;
4. Menjamin terpeliharanya objek wisata pasca pengembangan karena adanya
rasa memiliki dari masyarakat;
5. Mengintegrasikan warisan kebudayaan lokal sebagai bagian dari potensi
pariwisata.
1.3. KELUARAN
Keluaran yang diharapkan dari penyusunan RIPPAR Kabupaten Sumbawa adalah:
a) Konsep dasar Perancangan Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Kabupaten Sumbawa
b) Program Pembangunan Kepariwisataan dengan kegiatannya.
UU : 9/2010 UU : 26/2007
Nasional Nasional
RIPPNAS RTRWN
RIPPAR RTRW
Sub DTW Kabupaten
Kab./Kota Kab./Kota
Kawasan Kota
RIPP RDTRK
Kawasan ( Zonasi )
IMPLEMENTASI
1.5. METODOLOGI
1.5.1. KERANGKA PENDEKATAN
Dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan disebutkan, bahwa yang
dimaksud dengan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
objek dan daya tarik wisata.
Orang yang melakukan kegiatan wisata disebut wisatawan. Oka A. Yoeti menyatakan
bahwa istilah wisatawan harus diartikan sebagai seorang, tanpa membedakan ras,
kelamin, bahasa dan agama, yang memasuki wilayah suatu negara yang mengadakan
perjanjian yang lain daripada negara dimana orang itu biasanya tinggal dan berada
disitu kurang dari 24 jam dan tidak lebih dari 6 bulan, di dalam jangka waktu 12 bulan
berturut-turut, untuk tujuan non migran yang legal, seperti perjalanan wisata, rekreasi,
olahraga, kesehatan, alasan keluarga, studi, ibadah keagamaan atau urusan usaha
(business).
Pariwisata, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang
tersebut (UU No. 10 Tahun 2009).
Sedangkan pengertian pariwisata menurut (A. Hari Karyono, 1997 : 15) dikategorikan
menjadi 2 (dua), yaitu secara:
1. Umum
Pariwisata, adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat untuk mengatur, mengurus, dan melayani kebutuhan wisatawan.
2. Teknis
Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik
secara perorangan maupun kelompok didalam wilayah negara sendiri atau di
negara lain. Kegiatan tersebut dengan menggunakan kemudahan, jasa, dan
faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat,
agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan. Kemudahan dalam batasan
pariwisata maksudnya antara lain berupa fasilitas yang memperlancar arus
kunjungan wisatawan.
Sisi penyediaan pariwisata terdiri dari empat komponen yaitu (Clare A. G, 1979:69):
1. Informasi dan Promosi, motivasi untuk melakukan kunjungan wisata dapat
dimiliki seseorang tetapi mungkin saja ia tidak tahu cara melakukannya.
Sehingga pengetahuan terhadap daerah tujuan wisata sangat ditentukan oleh
ketersediaan informasi.
2. Fasilitas, ketersediaan fasilitas pelayanan berkaitan dengan daya tarik suatu
daerah tujuan wisata, seperti fasilitas transportasi yang akan membawanya dari
dan ke daerah tujuan wisata yang ingin dikunjunginya, fasilitas akomodasi yang
merupakan tempat tinggal sementara di tempat atau di daerah tujuan yang akan
dikunjunginya, fasilitas catering service yang dapat memberikan pelayanan
mengenai makanan dan minuman sesuai dengan selera masing-masing, fasilitas
perbelanjaan dimana wisatawan dapat membeli barang-barang souvenir khas
dari daerah wisata tersebut, dan termasuk juga infrastruktur yang baik.
3. Daya Tarik, suatu Objek wisata akan berkembang apabila mempunyai daya
tarik. Faktor daya tarik inilah yang akan mendorong wisatawan untuk
mengunjunginya. Daya tarik suatu daerah tujuan wisata dapat dikelompokkan
dalam tiga jenis yaitu sifat khas alam, wisata buatan, dan wisata budaya. Daya
tarik wisata ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya jenis atraksi wisata.
Atraksi wisata adalah suatu tempat atau area yang memiliki suatu karakteristik/
daya tarik tertentu dan fasilitas wisata yang dapat menarik para pengunjung atau
wisatawan untuk dapat berwisata atau berekreasi menikmatinya (Ben Hainin,
1998).
4. Aksesibilitas, jarak antara tempat tinggal dengan daerah tujuan wisata,
merupakan faktor yang sangat penting. Pengembangan pariwisata sangat
bergantung pada kemudahan pencapaian daerah tujuan wisata.
Objek wisata, adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, sejarah
bangsa, keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan (A. Hari
Karyono, 1997 : 27). Sedangkan objek dan daya tarik wisata berdasarkan UU No. 10
Tahun 2009, adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.
Secara teoritis penentu kunjungan wisata adalah faktor lokasi dan faktor objek wisata.
Pengaruh faktor lokasi terhadap perkembangan pariwisata suatu wilayah dapat
diungkapkan melalui penilaian rute perjalanan wisata. Jenis pariwisata yang didasarkan
pada Objek wisata dapat dibedakan menjadi (Oka A. Yoeti, 1993 : 114):
1. Cultural Tourism
Yaitu jenis pariwisata, dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan
disebabkan karena adanya daya tarik dari seni budaya suatu tempat atau
daerah. Dalam hal ini, Objek yang daya tariknya bersumber pada kebudayaan,
seperti peninggalan sejarah, museum, atraksi kesenian, dan Objek lain yang
berkaitan dengan budaya. Jadi, Objek kunjungannya adalah warisan nenek
moyang, benda-benda kuno.
2. Recuperriational Tourism
Biasanya disebut sebagai pariwisata kesehatan. Tujuan daripada orang-orang
untuk melakukan perjalanan, adalah untuk menyembuhkan suatu penyakit
dengan kegiatan seperti mandi di sumber air panas, mandi di lumpur atau mandi
susu di Eropa, mandi kopi di Jepang yang katanya membuat orang menjadi awet
muda.
3. Commercial Tourism
Disebut sebagai pariwisata perdagangan, karena perjalanan wisata dikaitkan
dengan kegiatan perdagangan baik nasional maupun internasional, dimana
sering diadakan kegiatan pameran, seminar, dan lain-lain.
4. Sport Tourism
Biasanya disebut dengan istilah pariwisata olahraga. Yang dimaksud dengan
jenis pariwisata ini ialah perjalanan orang-orang yang bertujuan untuk melihat
atau menyaksikan suatu pesta olahraga di suatu tempat atau negara tertentu.
Seperti Olympiade, All England, pertandingan tinju atau sepakbola.
5. Political Tourism
Biasanya disebut sebagai pariwisata politik, yaitu suatu perjalanan yang
tujuannya untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau kejadian yang
berhubungan dengan kegiatan suatu negara, apakah ulang tahun atau
peringatan tertentu. Seperti, Hari Angkatan Perang Indonesia, Parade 1 Mei di
Tiongkok atau 1 Oktober di Rusia.
6. Social Tourism
Pariwisata sosial jangan hendaknya diasosiasikan sebagai suatu peristiwa yang
berdiri sendiri. Pengertian ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraannya saja
yang tidak menekankan untuk mencari keuntungan, seperti misalnya Study Tour,
Picnic atau Youth Tourism yang sekarang kita kenal dengan Pariwisata Remaja.
7. Religion Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk
melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan. Seperti, misalnya ikut
naik Haji Umroh bagi orang yang beragama Islam, kunjungan ke Lourdes bagi
orang beragama Katolik, ke Muntilan yang merupakan pusat pengembangan
agama Kristen di Jawa Tengah, atau agama Hindu-Bali di Sakenan Bali.
Untuk lebih jelasnya pendapat para pakar pariwisata mengenai faktor pembentuk daya
tarik wisata dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Faktor Pembentuk Data Tarik Wisata Menurut Para Pakar Pariwisata
No. Pakar Pariwisata Faktor Daya Tarik
Atraksi wisata, transportasi, akomodasi, fasilitas
1. Douglas G. Pearce
dan prasarana
Cuaca, pemandangan, fasilitas sejarah dan
2. Robinson
budaya, aksesbilitas dan akomodasi
Sumber alam, prasarana, transportasi, sarana dan
3. Robert W. Mc Intosh
keramah tamahan
4. Charles Gearing Alam, sosial budaya, sejarah dan fasilitas rekreasi
Sumber : Rangkuman dari beberapa sumber
Pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan cara mengusahakan,
mengelola, dan membuat objek-objek baru sebagai objek dan daya tarik wisata. Produk
wisata, adalah seluruh unsur kepariwisataan baik berupa jasa atraksi wisata maupun
hasil kreasi yang dapat dinikmati wisatawan serta menjadi kenangan.
Kawasan pariwisata, adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata (UU RI No. 9, 2010). Menurut
Depparpostel kawasan pariwisata, adalah suatu lahan dengan batas tertentu, yang
sebagian atau seluruhnya diperuntukkan bagi pengembangan dan atau telah memiliki
kelengkapan prasarana dan sarana pariwisata serta sistem pengelolaannya.
Selain keunikan yang bernilai tinggi perlu diperhatikan kelengkapan prasarana dan
sarana wisata pada Objek wisata. Prasarana, adalah fasilitas yang memungkinkan
Berdasarkan tabel tersebut diatas menurut Lothar A Krack (Oka A. Yoeti, 1985:172)
dalam bukunya International Tourism membagi prasarana atas dua bagian,yaitu:
1. Prasarana Perekonomian:
a. Pengangkutan
Pengangkutan yang dapat membawa para wisatawan dari negara ia
biasanya tinggal, ke tempat atau negara yang merupakan daerah tujuan
wisata. Prasarana pengangkutan ini meliputi bus, taksi, kereta api, kapal
laut dan kapal udara.
b. Prasarana komunikasi
Dengan tersedianya prasarana komunikasi akan dapat mendorong para
wisatawan tidak akan ragu-ragu meninggalkan rumah dan anak-anaknya,
karena tersedianya prasarana komunikasi di negara yang dikunjungi. Yang
termasuk kelompok ini adalah radio, televisi, telepon, dan surat kabar.
c. Kelompok yang termasuk "Utilities"
Meliputi persediaan air minum, listrik, sumber energi, dan sistem irigasi.
d. Sistem perbankan
Menurut Profesor Salah Wahab dalam bukunya Tourism Management (Oka A. Yoeti,
1985:178) membagi prasarana atas tiga bagian:
1. Prasarana umum
Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak yang pengadaannya
bertujuan untuk membantu kelancaran roda perekonomian. Meliputi pembangkit
tenaga listrik, sistem jaringan jalan, telekomunikasi, dan sistem penyediaan air
bersih.
2. Kebutuhan masyarakat banyak
Prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak. Termasuk ke dalam RS,
apotik, bank, dan kantor.
3. Prasarana kepariwisataan
a. Receptive Tourist Plan
Yaitu segala bentuk badan usaha atau organisasi yang kegiatannya
khusus untuk mempersiapkan kedatangan wisatawan pada suatu daerah
tujuan wisata. Seperti : travel agent, tour operator, dan Tourist Information
Centre.
b. Residential Tourist Plant
Yaitu semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para wisatawan
untuk menginap dan tinggal untuk sementara waktu. Seperti : hotel, motel,
dan rumah makan.
c. Recreative and Sportive Plant
Yaitu semua fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan rekreasi dan
olahraga. Seperti : fasilitas main golf, main ski, dan kolam renang.
Mandala wisata, adalah tempat yang disediakan untuk kegiatan penerangan wisata
serta peragaan kesenian dan budaya khas daerah. Sapta pesona merupakan kondisi
yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu
daerah atau wilayah di negara kita. Sapta pesona terdiri dari 7 (tujuh) unsur yaitu aman,
tertib, sejuk, indah, ramah, tamah dan kenangan.
1.5 Metodologi
1.5.1 Kerangka Pendekatan
1.5.2 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
1.6 Jangka Waktu Perencanaan
1.7 Sistematika Pelaporan
8.4 Visi
8.5 Misi
8.6 Tujuan
8.7 Sasaran
K
epariwisataan nasional adalah tatanan yang menyeluruh dari segala
sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata yang
mencakup berbagai aspek kehidupan dalam upaya menunjang pencapaian
cita-cita nasional, yaitu terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
menunjukkan adanya kesungguhan dalam upaya pengembangan kegiatan pariwisata
secara nasional.
Kebijakan-kebijakan dan strategi yang telah dirumuskan untuk mencapai target sektor
pariwisata, adalah sebagai berikut:
1. Pemasaran
Strategi pemasaran diarahkan pada hal-hal berikut:
a. Peningkatan efektifitas promosi melalui kampanye promosi pariwisata pada
daerah asal wisatawan yang potensial, terutama di kawasan Asia Pasifik.
b. Peningkatan kegiatan promosi terpadu antara sektor pariwisata,
perdagangan dan investasi serta jasa tenaga kerja dalam wadah Badan
Promosi Indonesia serta peningkatan hubungan antar negara (bilateral,
sub-regional dan regional).
2. Produk Wisata
Produk wisata diutamakan pada dua kegiatan berikut:
a. Pemantapan pengembangan produk wisata di daerah wisata Kawasan
Barat Indonesia dengan melakukan usaha-usaha ekstensifikasi,
intensifikasi dan konsolidasi produk.
b. Peningkatan daya saing produk wisata di pasar internasional, melalui
inovasi dan diversifikasi (misalnya pengembangan wisata bahari,
agrowisata, ecotourism, dan wisata minat khusus lainnya), upaya
standarisasi dan pemantauan mutu produk.
3. Prasarana dan Aksesibilitas
a. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana umum seperti jaringan jalan,
jaringan listrik, jaringan air bersih, dan jaringan telekomunikasi untuk
mempercepat pengembangan objek dan daya tarik wisata dan kawasan
pariwisata.
b. Peningkatan aksesibilitas (udara, laut, dan darat) ke dan dari negara
sumber wisatawan dan antar daerah di Indonesia melalui percepatan
perluasan fasilitas bandara, pelabuhan laut, dan terminal darat di lokasi
tertentu melalui kemitraan swasta.
Gambar 2.1
Pembagian Koridor dalam MP3EI
perkembangan wilayah Kabupaten Sumbawa secara khusus dan Provinsi NTB secara
umum. Adapun Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) Provinsi NTB yang
berada di Kabupaten Sumbawa adalah:
1. Kawasan Agropolitan Alas Utan;
2. Kawasan Teluk Saleh – Moyo – Tambora (SAMOTA); dan
3. Kawasan Batu Hijau – Dodo Rinti.
Mengenai penetapan Kawasan Strategis Pariwisata daerah (KSPD) Provinsi NTB yang
masuk dalam wilayah Kabupaten Sumbawa, dapat dilihat pada peta di halaman
selanjutnya.
Untuk menjalankan program yang telah ada dalam beberapa dokumen perencanaan
terkait sektor pariwisata, ditempuh beberapa kebijakan, antara lain:
• Wisata Pegunungan
- Pelestarian alam pegunungan dan wilayah sekitar.
- Peningkatan atraksi wisata pegunungan.
- Mengangkat even-even yang ada dengan membuat kalender wisata.
• Wisata Budaya
- Peningkatan even-even budaya.
- Perencanaan kalender wisata yang disesuaikan dengan even-even
budaya
- Pelestarian/pengamanan wisata budaya untuk menghadapi
modernisasi dan globalisasi serta menjaga keaslian, spesifikasi pada
atraksi wisata tersebut.
- Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan
pelestarian budaya.
- Menyediakan sarana dan prasarana atraksi budaya pada kawasan
wisata unggulan dan kota-kota pusat pelayanan.
- Meningkatkan sumber daya manusia dalam pengelolaan seni
budaya, misalnya peningkatan SDM dalam bidang pembuatan
gerabah, anyaman, pembuatan patung dan lainnya yang berpotensi
di NTB.
-
C. Strategi Keterkaitan AntarKawasan (linkage System Antar objek dan
Budaya)
• Strategi keterkaitan antarobyek berdasarkan kedekatan.
• Strategi keterkaitan obyek berdasarkan keragaman pariwisata yang
ditawarkan (wisata bahari, pegunungan, dan budaya).
• Strategi keterkaitan obyek prioritas dan obyek pendukung.
• Perencanaan paket - paket wisata.
Tabel 2.1
Rencana Pengembangan Destinasi Kawasan Peruntukan Pariwisata
di Kabupaten Sumbawa
Destinasi
No. Daya Tarik Wisata Jenis Daya Tarik Wisata
Pariwisata
1. ISTANA DALAM Istana Dalam Loka Peninggalan Sejarah
LOKA Masjid Jami' Nurul Wisata Religi
(Wisata Budaya) Huda
Wisma Daerah Peninggalan Sejarah
Bala Kuning Peninggalan Sejarah
Dalam Pekat Peninggalan Sejarah
Penyaring Desa Kerajinan
Prajak Peninggalan Sejarah
Poto Desa Wisata
Destinasi
No. Daya Tarik Wisata Jenis Daya Tarik Wisata
Pariwisata
Ngeru Desa Kerajinan
Kakiang Aktraksi Seni Budaya
Moyo Aktraksi Seni Budaya
Maronge Aktraksi Seni Budaya
T
injauan kondisi fisik dasar wilayah Kabupaten Sumbawa meliputi tinjauan aspek
elevasi, kemiringan tanah, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, erosi, drainase,
geologi, jenis tanah, dan kondisi iklim.
A. Topografi
Kabupaten Sumbawa terletak pada ketinggian antara 0 – 1.730 meter diatas permukaan
air laut. Kondisi permukaan tanah di Kabupaten Sumbawa tidak rata atau cenderung
berbukit-bukit, dimana sebagian besar diataranya yaitu seluas 355.108 ha atau 41,81
persen berada pada ketinggian 100 – 500 meter. Sementara itu ketinggian untuk kota-
kota kecamatan di kabupaten Sumbawa berkisar antara 10 – 650 meter diatas
permukaan laut. Ibu kota kecamatan Batu Lanteh yaitu Semongkat merupakan ibu kota
kecamatan yang tertinggi sedangkan Sumbawa Besar yang merupakan ibukota
kabupaten merupakan kawasan perkotaan yang terendah.
B. Iklim
Seperti daerah lainnya di Indonesia, iklim di Kabupaten Sumbawa adalah iklim tropik
yang sangat dipengaruhi oleh iklim muson. Antara bulan Mei sampai dengan Agustus
angin bertiup dari arah tenggara. Angin ini relatif kering dan tidak menimbulkan hujan.
Temperatur siang hari dan malam hari sangat besar fluktuasinya, masa ini sering
disebut dengan musim timur. Antara November sampai dengan Februari angin bertiup
dari barat laut, angin ini membawa hujan. Masa ini sering disebut dengan musim barat.
Rata-rata curah hujan tahunan di daerah daratan rendah adalah 1300 mm dan di
daerah pegunungan adalah 2500 mm. Semakin ke timur curah hujannya semakin kecil,
berkisar antara 800 – 1100 mm. Temperatur rata-rata maksimum dan minimum 32
derajat Celcius dan 22 derajat Celcius. Kelembaban udara rata-rata 85% dan
penyinaran matahari 60%. Evaporasi berkisar 5 mm perhari pada bulan januari dan
berkisar antara 9-10 mm pada bulan oktober. Rata-rata evaporasi tahunan adalah 60%.
Sebagian besar Kabupaten Sumbawa merupakan lereng vulkan bawah dan daratan
kaki vulkan yang berbentuk bahan pasir vulkan basin berumur muda dan hanya
sebagian kecil saja berupa jalur aliran sungai yang berbentuk dari kaluvio alluvium.
Faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah berjalan
cukup intensif dengan dua pergiliran musim. Pada musim kemarau permukaan tanah
serta batuan secara fisik disinari oleh teriknya matahari sedangkan pada musim hujan
diendapkan pada bagian bawahnya.
C. Geomorfologi
Menurut peta topografi skala 1:125.000 kenampakan morfologi Kabupaten Sumbawa
secara umum dapat di bagi dalam empat satuan utama yaitu dataran rendah, dataran
perbukitan, batu gamping, daerah pegunungan dan wilayah gunung api. Di bawah ini
akan dijelaskan karakterisrik dan sebaran dari ke empat satuan tersebut.
a. Dataran Rendah
Satuan utama ini dibagi atas dua satuan yaitu: dataran alluvial dan dataran pantai.
Dataran menempati tepi pantai, kecuali di daerah Kecamatan Moyo Hulu di poros
Sumbawa Besar – Lunyuk Rea. Daerah ini merupakan areal sawah/ladang tadah
hujan dan irigasi teknis. Sebagian besar dataran rendah di Pulau Sumbawa telah
dimanfaatkan sebagai areal sawah, ladang/tegal dan permukiman.
Dataran pantai daerah basah terlentak di pantai utara daerah Plampang, Labuhan
Kuris, bagian hilir Sungai Moyo dan pulau-pulau dilepas pantai barat Sumbawa.
Daerah ini ditumbuhi pohon bakau, dan tumbuhan rawa di pantai lainnya. Usaha
memanfaatkan dataran ini, telah mulai dibuka sebagai tambak ikan dan garam serta
tambak udang. Dataran gosong pasir hanya dijumpai sedikit di pantai dan
merupakan dataran yang dibentuk oleh gosong pasir atau terumbu koral.
b. Daerah Perbukitan dan Batu Gamping
Daerah ini dapat dibedakan atas lima satuan, terdiri atas dataran rendah miring
landai, dataran rendah bergelombang, dataran rendah berbukit bergelombang.
Daerah dengan relief sedang dataran berbukit sedang dengan tekstur halus dan
lereng tajam.
§ Dataran rendah miring landai di Kabupaten Sumbawa tersebar di sekitar lembah
di Kecamatan Empang dan di sepanjang pantai Pulau Moyo. Kantong-kantong
dataran rendah lainnya menempati sepanjang pantai barat (Kecamatan
Sumbawa, dan Utan) pantai utara Kecamatan Sumbawa, serta pantai selatan
sekitar Teluk Panas Beru.
§ Dataran rendah bergelombang dijumpai di daerah pantai utara Utan hingga
Teluk Sumbawa, daerah mulai dari Sumbawa Besar ke arah timur hingga
Labuhan Kuris. Dataran ini terbentuk oleh batuan vulkanik kecuali yang
menempati pantai utara.
§ Dataran rendah berbukit dan bergelombang merupakan dataran gelombang
dengan bukit yang kadang kala membentuk jajaran masing-masing tersebar di
Empang, Pulau Ngali, Pulau Moyo sebelah utara dan Sumbawa Besar yang
pada umumnya berbentuk oleh batuan vulkanik. Satuan dataran dengan relief
rendah hingga sedang dapat dijumpai di Pulau Moyo, Pulau Liang, Pulau Ngali
dan daerah Kelamping dekat Projo.
§ Satuan morfologi daerah berbukit sedang dengan tekstur halus dan lereng tajam
menempati daerah yang di atas oleh batuan vulkanik dapat dijumpai di daerah
berbukit Sumbawa Besar hingga Plampang. Secara umum di daerah berbukit
dan batu gamping ini di beberapa tempat terutama di satuan yang mempunyai
lereng landai telah dimanfaatkan untuk ladang dan permukiman.
c. Daerah Pegunungan
Satuan ini pada hekekatnya menempati daerah di mana morfologi dicirikan oleh
suatu bentuk rangkaian gunung tua. Terbentuk oleh satuan hasil aktivitas vulkanik
yang telah mengalami denudasi stadium awal sedang. Daerah ini dibedakan atas
daerah pegunungan api tua dengan puncak dan lereng bukit terjal dan tajam,
dataran miring dengan permukaan rata, dataran yang berbukit-bukit tajam,
pegunungan dengan lereng dan puncak terjal, tekstur besar.
§ Satuan daerah gunung api tua dengan puncak dan lereng yang terjal serta tajam
dijumpai di bagian utara dibentuk oleh kumpulan gunung Olat Burbaur, Olat
Puncak Ngengas, Olat Kalaeng, Olat Batulanteh dan puncak-puncak kecil
lainnya. Satuan dengan dataran miring dengan permukaan rata terdapat di
pantai selatan dan bagian tengah Kabupaten Sumbawa. Dataran ini dicirikan
oleh lereng yang tidak terjal dan tidak terlalu intensif mengalami sayatan lembah.
§ Satuan dataran tinggi berbukit tajam hanya dijumpai di daerah Lunyuk, dicirikan
oleh tekstur kasar dan relatif tajam. Pegunungan dengan sifat tekstur kasar,
puncak dan lereng terjal dijumpai hampir ditutupi oleh vegetasi, sebagian hutan
primer maupun skunder, sehingga kesetabilan lereng masih dapat
dipertahankan.
d. Satuan Utama Morfologi gunung Api Aktif
Sifat khas suatu bentuk kerucut gunung api aktif tidak jelas memperlihatkan
klasifikasi satuan ini. Satuan ini menempati pegunungan sekitar Alas dan Empang
yang memperlihatkan satuan dinding kepundan muda dan kemungkinan dinding tua.
Permukaan tanah di wilayah Kabupaten Sumbawa tidak rata atau cenderung berbukit-
bukit dengan ketinggian berkisar antara 0 – 1.730 mdpl, dimana sebagian besar seluas
355.108 ha (41,81%) berada pada ketinggian 100 – 500 m. Sedangkan ketinggian untuk
kota-kota kecamatan di Kabupaten Sumbawa berkisar antara 10 – 650 mdpl. Ibu Kota
Kecamatan Batulanteh yaitu Semongkat merupakan ibu kota kecamatan yang tertinggi,
sedangkan Sumbawa Besar merupakan ibu kota kecamatan yang terendah.
Berdasarkan kondisi topografi yang tidak rata atau cenderung berbukit-bukit tersebut
akan mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan oleh tanah. Dalamnya
air tanah akan mempengaruhi erosi yang akan mengarahkan gerakan air berikut bahan-
bahan yang terlarut di dalamnya dari suatu tempat ke tempat lain sehingga dalam
pengelolaan tanah perlu diperhatikan unsur-unsur konservasi tanah.
Kabupaten Sumbawa yang terdiri dari wilayah daratan dan wilayah lautan memiliki garis
pantai sekitar 800 km. Secara umum karakteristik wilayah Kabupaten Sumbawa dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1
Karakteristik Wilayah Kabupaten Sumbawa
D. Geologi
Kabupaten Sumbawa sebagaimana sebagian wilayah Indonesia terletak dalam sabuk
gunung api (ring of fire). Dalam Peta Tatanan Geologi dan Gunung Berapi Indonesia,
Kabupaten Sumbawa tempat pertemuan 2 lempeng aktif dunia yaitu Lempeng Indo-
Australia (bagian selatan) dan Lempeng Eurasia (bagian utara). Kondisi geologis
tersebut menyebabkan Kabupaten Sumbawa kaya akan deposit sumberdaya mineral
sekaligus rawan terhadap bencana alam. Prakiraan potensi sumberdaya mineral
potensial yang dimiliki, berupa emas (180 ribu m3), tembaga (1,575 juta m3),
lempung/tanahliat (5,9juta m3), batugamping (274,29 juta m3) dan marmer (43,06 juta
m3), pasir besi (304,5 m3), sirtu (793 ribu m3) dan batu bangunan (269,22 juta m3).
Potensi lain seperti energi panas bumi juga terdapat di Kecamatan Maronge dengan
potensi 6 Mwe untuk pemanfaatan langsung. Potensi angin juga cukup memadai untuk
pembangkit listrik skala kecil terutama pada 6 kecamatan yakni Alas Barat (376,177
watt), Labuhan Badas (612,541 watt), Labangka (525,177 watt), Empang (376,177
watt), Plampang (313,621 watt) dan Lape (258,415 watt). Demikian pula potensi sumber
daya air, disamping digunakan sebagai air irigasi juga dapat digunakan untuk pembakit
Listrik Mikro Hidro yang terdapat di 16 lokasi potensial dengan potensi energi 3.082
Kwatt.
E. Jenis Tanah
Menurut peta tanah skala tinjau (1:250.000), di Kabupaten Sumbawa tersebar beberapa
jenis tanah yaitu alluvial, grumosol, komplek mediterran coklat, komplek litosol coklat,
dan litossol kemerahan. Jenis tanah yang dominan adalah komplek litosol, mediterran
coklat kemerahan menempati areal 457.478 Ha, tersebar dari bagian selatan Kabupaten
Sumbawa dari timur hingga barat. Jenis tanah lainnya yang banyak dijumpai adalah
tanah kompleks antara mediterran, grumossol, rennzina dan litosol. Mediterran coklat
terdapat pada tiga kecamatan yaitu kecamatan Moyo Hulu, Moyo Hilir, dan Lape Lopok.
Khususnya pada dua kecamatan terakhir ini dijumpai mediterran coklat Kemerahan.
Asosiasi Litosol dan Litosol kemerahan dijumpai di daerah dengan curah hujan tinggi
dan penggunaan lahan berupa hutan lebat dan fisiogerapi berbukit hingga bergunung
yakni di wilayah kecamatan Batu Lanteh, Ropang, Moyo Hulu, yang seluruhnya 34.564
Ha atau 4,1 %. Penyebaran jenis tanah alluvial kelabu dan alluvial coklat kemerahan
dijumpai di daerah daratan/lembah dan di pinggir pantai utara. Daerah ini diusahakan
untuk persawahan, pertambakan dan sebagian besar merupakan masih rawa. Tiap
macam tanah mempunyai sifat dan karakter sendiri dan hal ini akan menentukan
kemampuan suatu lahan untuk dikembangkan sesuai dengan peruntukan tertentu.
F. Hidrologi
Daerah-daerah pertanian dan permukiman di Kabupaten Sumbawa sangat ditentukan
oleh tersedianya air disamping keadaan topografi dan tanahnya. Sumber air pokok
adalah air hujan, air sungai dan air tanah. Daerah ini termasuk daerah curah hujan yang
relatif kecil (semi arid) dan tidak merata sepanjang tahun.
Sungai di Kabupaten Sumbawa mempunyai catchment area yang sempit dan lereng
yang curam, hanya ada beberapa sungai yang luas catchment areanya lebih dari 200
Km2 diantaranya adalah Sungai Brang Beh yang mengalir ke selatan Lunyuk yang
luasnya adalah 1.372 Km2. Sempitnya catchment area atau daerah aliran sungai (DAS)
dan karena curamnya lereng mengakibatkan aliran sungai sangat dipengaruhi oleh
besarnya hujan. Pada waktu hujan besar debit sungai dengan cepat menjadi besar, tapi
begitu hujan selesai aliran sungai dengan cepat menjadi turun.
Fluktuasi aliran sungai yang besar ini mengakibatkan konsentrasi sedimen yang berupa
muatan suspensi sangat besar sekitar 100-200 mg/liter ada yang mencapai 3000
waktu sembilan bulan 10 hari, sama seperti usia bayi dalam kandungan. Istana yang
berlokasi di sebelah Mesjid Agung Nurul Huda ini dibangun tak lepas dari nilai-nilai
Islam yang diterapkan setelah agama tersebut masuk ke Pulau Sumbawa. Bangunan
berbentuk rumah panggung ini memiliki 99 tiang penopang dari kayu jati yang masih
asli, jumlahnya diambil dari sifat Allah atau Asma'ul Husna. Menurut pemandu, kayu jati
pada zaman dahulu dikeringkan dengan proses alami yang membuatnya jadi kokoh dan
kuat walau dimakan usia. Ada 17 anak tangga di Istana Dalam Loka, sama seperti
jumlah raka'at shalat lima waktu. Dahulu, Istana Dalam Loka menjadi kediaman sultan
beserta keluarganya sekaligus pusat pemerintahan.
Makam Sampar
Letaknya tidak jauh dari kota Sumbawa besar, sekitar 1 km arah timur Dalam Loka.
Situs ini disebut Makam Sampar, karena terletak di atas sampar (daratan di atas
bukit). Sengaja di tempatkan di atas bukit mengikuti tradisi para leluhur yang biasanya
membuat makam/ perkuburan di atas bukit. Agak berbeda dengan makam-makam
disekitarnya karena dimakam sampar ini merupakan kuburan para raja Sumbawa
terdahulu bersama ahli kerabatnya. Makam Sampar dikelilingi oleh batu-batu yang
disusun sedemikian rupa seperti tembok setinggi 1 m yang membatasinya dengan
kuburan masyarakat biasa. Siapa nama-nama raja Sumbawa yang dikuburkan di
makam sampar tidak dapat ditunjukkan dengan pasti karena tidak ada tanda-tanda
khusus yang dicantumkan pada tiap kuburan. Hal ini terjadi dengan alasan bahwa Islam
tidak memperkenankan pengkultusan terhadap kuburan.
Makam Karongkeng
Karongkeng adalah sebuah desa yang berjarak 6 km dari Empang ibu kota kecamatan
Empang (107 km dari Sumbawa Besar). Untuk mengunjungi makam karongkeng kita
dapat menggunakan kendaraan cidomo, sepeda motor ataupun mobil karena jalannya
cukup baik. Memasuki areal makam terasa sejuk karena berada di Lutuk kerimbunan
daun pohon asem disekitarnya. Dari profil makam terlihat bahwa jasad yang terkubur
ditempat itu bukanlah orang sembarangan. Beliau adalah H. Abdul Karim (Haji Kari)
seorang penyiar/ mubaliq Islam. Beliau adalah tokoh yang memiliki karomah, karena
konon beliau pergi dan pulang ke Mekkah tanpa melalui perjalanan yang biasa. Abdul
Karim adalah anak dari keluarga biasa, namun Allah mentakdirkannya dengan ilmu dan
karomah sehingga beliau mengembangkan Islam di Sumbawa bagian timur jauh
sebelum raja Sumbawa masuk islam di tahun 1623.
Situs Ai Renung
Situs Ai Renung adalah situs pertama yang ditemukan di Kabupaten
Sumbawa. Penemunya adalah Dinullah Rayes dari Kabin Kebudayaan Kabupaten
Sumbawa tahun 1971 bersama Drs. Made Purusa dari Balai Arkeologi Denpasar serta
tenaga ahli dari pusat Arkeologi nasional yang melakukan penelitian pertama. Pada
penelitian pertama ditemukan hanya tiga buah sarkopagus, lalu setelah dilakukan
peneitian yang berkelanjutan, sampai saat ini sudah ditemukan tujuh buah sakopagus
(kuburan batu). Disebut situs Ai Renung karena berada dikomplek persawahan Ai
Renung dekat kampung Ai Renung (waktu itu). Seluruh lokasi tersebut berada dalam
wilayah desa Batu Tering kecamatam Moyohulu. Tidak jarang para mahasiswa dan
peneliti asing datang ke Ai Renung lebih-lebih mahasiswa arkeologi. Lokasinya sangat
memungkinkan untuk dikembangkan menjadi obyek wisata budaya, wisata alam (wana-
wisata), camping dan lain-lain. Lokasinya berjarak 5 km dari desa Batu Tering (30 km
dari Sumbawa Besar).
Situs Tarakin
Letak situs Tarakin agak lebih jauh dari Lutuk Batu Peti dan tidak searah dari Kuang-
Amo. Tarakin berada sebelah barat Kuang Amo, dengan perjalanan 3 jam yang berjarak
sekitar 9 km di atas gunung Tarakin. Untuk mengunjungi situs ini melewati obyek wisata
Ai Beling yang berarti memiliki prospek kepariwisataan yang cukup baik. Namun kondisi
jalan raya yang belum memadai maka obyek tersebut belum banyak dikenal orang.
Pada umumnya masyarakat Kuang Amo tidak banyak yang tahu keberadaan sarkopag
tersebut karena tempatnya yang jauh terpencil, tertutup dalam semak belukar. Para
pemburu dan penjelajah hutan saja yang tahu tempat benda cagar budaya dimaksud.
Tim dari Bidang Peninggalan Sejarah dan kepurbakalaan (PSK) Kanwil Depdikbud
Provinsi NTB bersama Balar (Balai Arkeologi) Denpasar serta Pusat Arkeologi Nasional
melakukan penelitian pada situs Tarakin dan Lutuk Batu Peti. Situs Tarakin diperkirakan
berumur sama dengan situs Lutuk Batu Peti.
Situs Raboran
Situs Raboran juga merupakan sarkopag. Letaknya tidak jauh dari desa Sebasang
Kecamatan Moyo Hulu. Raboran dulunya adalah sebuah dusun terpencil di lereng
gunung, terkenal sebagai pusat penggemblengan dan belajar ilmu kebal bagi
balatentara Kerajaan Sumbawa (Bala Cucuk).
tersebut sebagai situs Temang Dongan. Temang Dongan terletak kira-kira 4 km arah
selatan Desa Pungkit Kecamatan Lape. Untuk sampai ke obyek, sebaiknya mendaki
gunung setinggi 150 meter melalui lereng selatan. Di puncak sebelah selatan itulah
sarkopagus yang telah berusia ribuan tahun tersebut tergeletak di atas daratan.
Pemandangan dari puncak Temang Dongan sungguh menarik karena menyajikan
keindahan alam. Sayup-sayup sebelah barat kita dapat menyaksikan kilauan air waduk
Batu Bulan.
Situs Kalimango
Terletak di wilayah desa Mokong Kecamatan Moyo Hulu. Merupakan sarkopag yang
berbeda dengan sarkopag-sarkopag lain yang pernah di temukan di Sumbawa. Sampai
sekarang belum pernah dilakukan penelitian intensif terhadap situs Kalimango karena
kesulitan transportasi. Situs ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki 3 jam ke arah barat
dari desa Mokong.
Situs-situs tersebut adalah beberapa yang sudah ditemukan di daerah Sumbawa, dan
masih banyak lagi situs-situs bersejarah lainnya, seperti situs Batu Tulis di Tepal, dan
beberapa situs sejarah yang terdapat di daerah Selatan lainnya.
Dusun Pamulung
Salah satu dusun yang termasuk dalam Wilayah Desa Karang Dima Kecamatan Labuan
Badas, terletak sekitar 8 km dari kota Sumbawa Besar. Dusun ini merupakan lokasi
desa wisata, karena di desa tersebut dapat disaksikan berbagai atraksi budaya daerah,
seperti Karaci, Barapan Kebo, tari-tarian tradisional serta musik tradisional.
Desa Tepal
Desa tradisional yang terletak 37 km dari pusat kota, masuk dalam wilayah Kecamatan
Batu Lanteh. Desa ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau dengan berkuda. Desa
Tepal menyimpan banyak budaya tradisional, karena masyarakatnya masih memegang
teguh adat istiadat dan Budaya Sumbawa. Ini dapat dilihat dari cara berpakaian, cara
hidup dan bentuk rumah yang unik, sehingga desa ini disebut juga Desa Adat.
Desa Poto
Salah satu desa di Kabupaten Sumbawa yang tetap memelihara kelestarian budaya
daerah seperti tenunan tradisional, pembuatan gerabah dan atraksi permainan rakyat
seperti pacuan kuda, barapan kebo (karapan kerbau). Desa Poto yang letaknya di
Kecamatan Moyo Hilir kira-kira 13 km dari kota Sumbawa Besar dapat dijangkau
dengan sarana transportasi darat yang senantiasa melayani trayek tersebut setiap hari.
Dusun Talwa
Merupakan dusun pandai besi (Black Smith) yang tetap mempertahankan sifat
tradisionalnya yang kental dalam pembuatan pisau, parang, cangkul, tembilang, dan
sebagainya. Dusun Talwa yang oleh para wisatawan dijuluki sebagai Blingin Jerman ini
terletak di Kecamatan Moyo Hulu, berjarak 14 km dari kota Sumbawa Besar.
Obyek-obyek wisata budaya yang ada di Kabupaten Sumbawa sangat banyak dan hal
ini dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata disamping sebagai pengembangan
ilmu pengetahuan. Obyek ini dapat berupa artifak atau bangunan peninggalan sejarah/
benda purbakala dan atraksi tari atau kerajinan.
Adapun benda cagar budaya yang dijadikan sebagai obyek wisata budaya di Kabupaten
Sumbawa terlihat pada Tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2
Jumlah Cagar Budaya di Kabupaten Sumbawa
Kabupaten Sumbawa terbagi menjadi 24 (dua puluh empat) wilayah kecamatan, yang
tersebar dari bagian barat hingga timur kabupaten ini, antara lain :
1. Kecamatan Tarano
2. Kecamatan Labangka
3. Kecamatan Empang
4. Kecamatan Lunyuk
5. Kecamatan Plampang
6. Kecamatan Maronge
7. Kecamatan Moyo Hilir
8. Kecamatan Moyo Utara
9. Kecamatan Moyo Hulu
10. Kecamatan Batu Lanteh
11. Kecamatan Sumbawa
12. Kecamatan Unter Iwis
13. Kecamatan Labuhan Badas
14. Kecamatan Rhee
15. Kecamatan Utan
16. Kecamatan Buer
17. Kecamatan Alas
18. Kecamatan Alas Barat
Dengan luas wilayah yang sangat besar tersebut, Kabupaten Sumbawa memiliki
keragaman morfologi wilayah yang memiliki karakteristik yang khas. Untuk jelasnya
mengenai pembagian wilayah di Kabupaten Sumbawa, dapat dilihat pada Peta 3.1
berikut ini.
Gambar 3.1
Peta Administrasi Kabupaten Sumbawa
Tabel 3.3
Penggunaan Lahan (Ha) Tahun 2011-2014 Di Kabupaten Sumbawa
Luas Penggunaan (Ha)
Lahan
2010 2011 2012 2013 2014
1 2 3 4 5 6
Lahan Sawah 48.491 49.324 51.588 56.146 56.191
Lahan Bukan Sawah 518.123 517.787 515.537 510.565 509.058
Lahan Bukan Pertanian 97.784 97.287 97.273 97.687 99.149
Total Lahan 664.398 664.398 664.398 664.398 664.398
Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa (Sumbawa Dalam Angka 2011-2015).
Gambar 2.8
Peta Penggunaan Lahan Di Kabupaten Sumbawa
b. Kawasan Lindung
Kawasan Lindung sebagaimana diatur dalam peraturan daerah tentang rencana
tata ruang wilayah Kabupaten Sumbawa terdiri dari:
1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya;
Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya meliputi
kawasan resapan air yang terletak pada Kecamatan Utan, Kecamatan Rhee,
Kecamatan Batu Lanteh, Kecamatan Ropang, Kecamatan Lenangguar,
Kecamatan Lunyuk, Kecamatan Orong Telu, Kecamatan Lape, Kecamatan
Lopok, Kecamatan Moyo Hulu, Kecamatan Maronge, Kecamatan Labuhan
Badas, Kecamatan Moyo Hilir, Kecamatan Tarano, Kecamatan Empang,
Kecamatan Labangka, Kecamatan Plampang, Kecamatan Unter Iwes,
Kecamatan Buer, Kecamatan Alas dan Kecamatan Alas Barat.
2. Kawasan perlindungan setempat;
Gambar 3.3
Peta Lempeng Tektonik
Berdasarkan Gambar diatas, kawasan rawan tsunami terletak pada kawasan pesisir
bagian utara dan selatan yaitu Alas, Utan, Badas, Sumbawa Besar, Prajak, Labuhan
Moyo Hilir, Empang dan Plampang bagian Selatan, Lunyuk dan Teluk Panas,
Plampang.
Pada musim hujan, ancaman banjir terjadi wilayah dengan catchment area besar
dengan kondisi DAS yang mulai terganggu seperti sepanjang Brang Moyo, Brang Beh di
Lunyuk, Brang Labuhan Mapin di Alas, Brang Utan, Brang Buer, dan Brang Muir.
Ancaman terhadap permukiman penduduk di sepanjang tebing sungai juga menjadi
permasalahan tersendiri pada saat musim hujan.
Kawasan yang diidentifikasi sebagai kawasan rawan banjir di Kabupaten Sumbawa
terletak pada sepanjang Brang Moyo di daerah Poto Tengke Moyo Hilir, Brang Beh di
Lunyuk, Brang Labuhan Mapin di Alas, Brang Utan di Utan Rhee, Brang Muir di
Plampang, Empang, Moyo Hulu, Ropang dan Lape Lopok. Demikian pula dengan
ancaman tanah longsor. Di Kabupaten Sumbawa, kawasan rawan longsor
dikelompokkan ke dalam 2 (dua) type, yaitu (1) lokasi rawan tanah longsor type A
(Kawasan sekitar Alas, Semongkat, Lenangguar, dan Empang), dan (2) lokasi rawan
tanah longsor type B (Jalur jalan Orong Telu-Ropang-Lunyuk-Jalur ke Sumbawa Barat
dan pada desa- desa di Kecamatan Batu Lanteh).
Ancaman kekeringan juga berpeluang terjadi pada banyak titik di Kabupaten Sumbawa
terutama pada wilayah lumbung pangan di Kecamatan Labangka, Lunyuk, Moyo Hilir,
Moyo Utara, Utan, Alas dan Alas Barat. Bencana alam lainnya yang perlu diwaspadai
adalah tanah longsor terutama di wilayah Kecamatan Batulanteh, Lunyuk, Ropang,
Lantung dan Orong Telu termasuk di beberapa bagian permukiman padat penduduk di
wilayah perbukitan Kecamatan Sumbawa. Bencana abrasi pantai terutama dirasakan di
wilayah permukiman padat penduduk di pesisir pantai labuhan Kecamatan Labuhan
Sumbawa. Sedangkan ancaman angin topan terkadang menerjang beberapa wilayah
permukiman terbuka seperti wilayah Pulau Kaung, Pulau Bungin, dan wilayah pesisir
sepanjang pantai sebelah utara Kabupaten Sumbawa.
Kondisi geologis seperti itu memberikan peluang sekaligus tantangan bagi Kabupaten
Sumbawa dalam pembangunan daerah.Pengelolaan potensi sumberdaya geologis yang
berwawasan lingkungan sekaligus mitigasi bencana alam dalam konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) menjadi jawaban untuk dapat mengoptimalkan
potensi sumberdaya geologis yang dimiliki Kabupaten Sumbawa.
majemuk. Hal ini terlihat dari beragamnya suku yang mendiami Kabupaten Sumbawa
selain suku Sumbawa yang merupakan suku asli masyarakat Sumbawa.
Dari segi keagamaan, mayoritas penduduk Kabupaten Sumbawa beragama Islam,
diikuti Hindu, Katolik, Protestan, dan yang paling sedikit beragama Budha. Sampai
dengan saat ini, nilai-nilai toleransi antar umat beragama senantiasa teraktualisasi
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kasus-kasus perusakan terhadap rumah
ibadah tidak dijumpai di Kabupaten Sumbawa. Dari lima agama yang dianut masyarakat
di kabupaten Sumbawa, tersedia 926 unit prasarana keagamaan, yang terdiri atas 880
unit mesjid/musholla, 2 gereja kristen, 3 gereja katholik, 40 pura dan 1 wihara. Peran
yang ditempuh pemerintah daerah selama ini hanyalah memberikan bantuan dana
untuk pembangunan dan pemeliharaan terhadap prasarana keagamaan tersebut.
Sumber utama pembiayaan pembangunannya merupakan swadaya masyarakat
ataupun dari bantuan yang diterima dari pihak luar.
Aspek lain yang tidak kalah penting sebagai potensi pariwisata adalah aspek budaya,
aspek ini mempunyai nilai-nilai yang masih sangat dipertahankan sebagai landasan
hidup dalam bermasyarakat, berinteraksi dengan masyarakat luar dan pranata global.
Masyarakat Kabupaten Sumbawa secara historis pernah dipengaruhi oleh paradaban
zaman prasejarah yang dibawa oleh nenek moyang yang tergolong suku bangsa
Austronesia, selanjutnya pengaruh agama hindu di Pulau Jawa dirasakan pula di Pulau
Sumbawa, bahkan beberapa diantara unsur budaya prasejarah tersebut seperti pemuja
animisme, pemuja arwah leluhur misalnya ritual tanak eneng ujan (upacara mohon
hujan), dan basadekah lang (ritual selamatan dan mohon doa untuk kesuburan pada)
masih dipertahankan sampai sekarang.
Pada tahun 1511 M, ketika kerajaan Malaka yang beragama islam jatuh ketangan
Portugis, diperkirakan banyak orang-orang islam bugis yang ada di Malaka bermigrasi
ke P. Sumbawa dan menetap disana. Pada tahun 1618 M dibawah pimpinan Karaeng
Moroangang dari kerajaan Goa (Sulawesi) memperluas pengaruhnya dengan azas
islam sehingga pengaruh Hindu tidak berkembang secara bebas, dibeberapa tempat
tradisi animisme sudah mulai ditinggalkan. Pada tahun 1623 P. Sumbawa telah berada
dibawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Goa (Sulawesi) dipersatukan dibawah
Kesultanan Sumbawa, kemudian orang-orang Makasar dan Bugis berdatangan ke P.
Sumbawa. Pada tahun 1856 ratusan keluarga Sasak dari Lombok bermigrasi disusul
oleh etnis jawa. Beberapa etnis yang kini mendiami P. Sumbawa diantaranya etnis
jawa, Makasar, Bugis, Sasak, Sunda, Timor, Minang dll. Dalam berinteraksi pada
umumnya penduduk Kabupaten Sumbawa menggunakan bahasa Samawa dengan
berbagai dialek seperti dialek Taliwang, Tepal, Jereweh dll. Bahasa Indonesia dipakai
oleh penduduk setempat dalam berinteraksi dengan masyarakat pendatang dari luar
Kabupaten Sumbawa.
Sebagai Kabupaten yang berkembang dari cikal bakal wilayah Kesultanan Samawa,
kondisi sosial budaya masyarakat masih dipengaruhi oleh budaya dan adat istiadat
yang berkembang pada zaman kerajaan dulu. Ruh dari budaya dan adat istiadat masih
tetap hidup terutama terlihat dalam event-event kebudayaan. Berbagai kesenian
tradisional masih tetap terpelihara dan menjadi bagian dari berbagai prosesi kegiatan
adat-istiadat masyarakat Sumbawa. Disamping itu, peninggalan-peninggalan sejarah
masa lampau berupa bangunan-bangunan bersejarah (situs-situs budaya) serta
berbagai perlengkapan upacara adat sebagian masih terpelihara dengan baik.
3.5. PEREKONOMIAN
Pendapatan Regional
PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 2010
Kabupaten Sumbawa dari rentang tahun 2011 – 2014, sebagai berikut.
Tabel 3.5
PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2011 – 2016
ADH Berlaku dan ADH Konstan 2010 Di Kabupaten Sumbawa
PDRB ADH (Juta Rp.) Laju Pertumbuhan (%)
Tahun
Berlaku Konstan (2010) Berlaku Konstan (2010)
1 2 3 4 5
2011 6.805.883,27 6.606.354,56 10,20 6,97
2012 7.410.211,83 7.046.786,98 8,88 6,67
2013 8.051.789,00 7.500.252,00 8,66 6,44
2014 9.074.925,00 7.997.178,00 12,71 6,63
2015* 10.288.325,00 8.511.042,00 13,37 6,43
2016** 11.392.034,00 8.958.630,00 10,73 5,26
Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa (PDRB tahun 2017)
*) Laju pertumbuhan menggunakan tahun dasar 2000.
Kondisi perekonomian Kabupaten Sumbawa terus tumbuh dan berkembang, terlihat dari
peningkatan PDRB ADH Berlaku dari Rp6,805 trilyun pada tahun 2011 menjadi
Rp11,392 Trilyun pada tahun 2016 dengan rata-rata laju pertumbuhan pertahun sebesar
10,76%. Demikian pula dengan PDRB ADH Konstan 2010 dari Rp6,606 Trilyun pada
tahun 2011 menjadi Rp8,959 Trilyun pada tahun 2016 dengan rata-rata laju
pertumbuhan pertahun sebesar 6,40%.
Berdasarkan struktur perekonomian Kabupaten Sumbawa pada tahun 2016,
maka sektor penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Sumbawa adalah kategori
pertanian, kehutanan, dan perikanan yang memberikan kontribusi sebesar 38,79%;
disusul kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor
K
4.1. DAYA TARIK DAN SUMBER DAYA WISATA KABUPATEN SUMBAWA
abupaten Sumbawa memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak dan
beragam. Wisata alam, wisata sejarah, dan wisata budaya dapat ditemukan
di kabupaten ini. Wisata alam yang meliputi wisata hutan, wisata bahari
baik berupa wisata pantai maupun wisata taman laut, wisata pertanian,
wisata cagar alam, dan sebagainya tersebar di Kabupaten Sumbawa.
Wisata sejarah yang sebagian besar berupa peninggalan purbakala juga terdapat di
kabupaten ini.
Potensi daya tarik dan sumber daya obyek wisata di Kabupaten Sumbawa
diklasifikasikan meliputi obyek-obyek sebagai berikut.
Tabel 4.1
Sebaran dan Kondisi Objek Wisata Alam
Lokasi Tertangani
No. Jenis Daya Tarik Wisata
(Desa/Kel) Sudah Belum
I. Kecamatan Alas Barat
1. Taman Laut Labuhan Mapin Labuhan Mapin √
Lokasi Tertangani
No. Jenis Daya Tarik Wisata
(Desa/Kel) Sudah Belum
2. Air Terjun Dihu Mbai (P. Moyo) Labuhan Aji √
Lokasi Tertangani
No. Jenis Daya Tarik Wisata
(Desa/Kel) Sudah Belum
4. Gua Karst Liang Petang Batu Tering √
Lokasi Tertangani
No. Jenis Daya Tarik Wisata
(Desa/Kel) Sudah Belum
XVIII. Kecamatan Empang
1. Taman Wisata Alam Brang Bako Jotang √
6. Buin Pitu √
Lokasi Tertangani
No. Jenis Daya Tarik Wisata
(Desa/Kel) Sudah Belum
14. Arung Jeram / Rapting Desa Lantung √
Tabel 4.2
Sebaran dan Kondisi Objek Wisata Sejarah dan Budaya
Lokasi Tertangani
No. Jenis Daya Tarik Wisata
(Desa/Kel) Sudah Belum
I. Kecamatan Alas Barat
1. Perkampungan Tradisional Labuhan Mapin Labuhan Mapin √
Lokasi Tertangani
No. Jenis Daya Tarik Wisata
(Desa/Kel) Sudah Belum
2. Museum Istana Bala Puti Brang Bara √
Tabel 4.3
Sebaran dan Kondisi Objek Wisata Buatan
Lokasi Tertangani
No. Jenis Daya Tarik Wisata
(Desa/Kel) Sudah Belum
I. Kecamatan Alas Barat
1. Taman Hiburan dan Rekreasi Putri Balqis Gontar √
2. Embung Parado √
X. Kecamatan Plampang
1. Taman Hiburan dan Rekreasi Saliper Ate Teluk Santong √
JUMLAH
NO. NAMA FASILITAS TIPE KET.
KAMAR
33 PESANGGERAHAN LUNYUK Melati 1 3
34 99 - 16
35 PONDOK DAUN HOMESTAY - 12
36 KARA - 7
37 GUEST HOUSE 668 JAYA Melati 1 13
38 CITRA - 12
39 BALE UMA HOME STAY - 10
40 AMORY HOME STAY - 10
JUMLAH KAMAR HOTEL 707
Sumber : Dinas POPAR Kab. Sumbawa, 2017
C. Fasilitas Bank
Fasilitas perbankan di Kabupaten Sumbawa telah banyak tersebar di kota
Kabupaten Sumbawa dan telah di buka cabang-cabang bank yang terdapat di
beberapa kecamatan yang dapat memudahkan aktifitas perbankan. Fasilitas
perbankan yang telah tersedia antara lain: Bank BNI, BRI, Bank NTB, Bank
Danamon, Bank Mandiri, Bank Mandiri Syariah.
Tabel 4.5
Jumlah Restoran/Rumah Makan di Kabupaten Sumbawa
Tahun 2011 Tahun 2015
No Uraian Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Usaha Kursi Usaha Kursi
1 2 3 4 5 6
1. Restoran 8 236 9 408
Rumah makan/Café/ 233 2.228 281 2.671
2.
Depot
Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kab. Sumbawa
Tahun
No Klasifikasi Pelanggan
2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7
4 Industri (VA) 5.900.800 8.082.700 8.444.900 9.628.200 9.698.200
5 Gedung & Jasa (VA) 2.530.350 4.316.450 4.752.300 4.959.400 5.623.550
Sumber: Daerah Dalam Angka. BPS Kab. Sumbawa (beberapa tahun terbitan)
Air bersih yang diakses masyarakat berasal dari distribusi Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM), sumber air tanah melalui pompa, dan sumber air pegunungan
melalui jaringan sistem gravitasi.
Tabel 4.8
Jumlah, Sex Rasio Dan Kepadatan Penduduk Tahun 2012-2016
Di Kabupaten Sumbawa
Penduduk (Jiwa) Kepada
Sex
No Kecamatan Perem- tan (Jiwa/
Laki-Laki Jumlah Rasio
puan Km2)
1 2 3 4 5 6 7
1. Lunyuk 10.460 9.852 20.312 106 40
2. Orong Telu 2.499 2.274 4.773 110 10
3. Alas 14.753 14.427 29.180 102 237
4. Alas Barat 9.967 9.599 19.566 104 116
5. Buer 7.066 7.044 14.110 100 103
6. Utan 15.174 14.863 30.037 102 193
7. Rhee 3.780 3.481 7.261 109 31
8. Batulanteh 5.426 4.968 10.394 109 27
9. Sumbawa 30.842 30.022 60.864 103 1.358
10. Lab. Badas 16.756 16.536 33.292 101 76
11. Unter Iwes 10.039 9.486 19.525 106 237
12. Moyohilir 12.072 11.710 23.782 103 127
13. Moyo Utara 4.912 4.746 9.658 103 106
14. Moyohulu 10.679 10.057 20.736 106 66
15. Ropang 2.708 2.428 5.136 112 12
16. Lenangguar 3.382 3.062 6.444 110 13
17. Lantung 1.454 1.405 2.859 103 17
18. Lape 8.870 8.397 17.267 106 84
19. Lopok 9.464 9.280 18.744 102 120
20. Plampang 16.132 15.337 31.469 105 75
21 Labangka 5.566 5.217 10.783 107 44
22. Maronge 5.356 4.954 10.310 108 38
23. Empang 11.597 10.963 22.560 106 40
24 Tarano 8.369 8.072 16.441 104 49
Jumlah Th. 2016 227.323 218.180 445.503 104 67
Jumlah Th. 2015 224.974 216.128 441.102 104 66
Jumlah Th. 2014 222.728 213.871 436.599 104 66
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 14
K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R
Dari tabel di atas, meskipun jumlah penduduk setiap tahun bertambah, namun laju
pertumbuhannya menunjukkan kecenderungan menurun.
Gambar 4.1
Struktur Penduduk Tahun 2016 Di Kabupaten Sumbawa
Struktur penduduk Kabupaten Sumbawa dari tahun 2012 s/d 2016 menunjukkan trend
positif, dengan menurunnya persentase penduduk usia non produktif (usia 0-14 tahun
dan usia diatas 64 tahun), dan semakin meningkatnya persentase penduduk usia
produktif (usia 15-64 tahun), sebagaimana tabel berikut ini.
Tabel 4.10
Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2012-2016
Di Kabupaten Sumbawa
Persentase
No Kelompok Umur
2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6 7
1 0 – 4 Tahun 10,74 10,63 10,48 10,30 10,11
2 5 – 9 Tahun 9,95 9,96 9,97 9,99 9,97
3 10 – 14 Tahun 9,32 9,20 9,11 9,05 9,02
4 15 – 19 Tahun 8,29 8,24 8,17 8,10 8,03
5 20 – 24 Tahun 7,79 7,73 7,67 7,61 7,57
6 25 – 29 Tahun 8,23 8,12 8,03 7,96 7,90
7 30 – 34 Tahun 8,52 8,47 8,41 8,33 8,25
8 35 – 39 Tahun 7,64 7,65 7,65 7,65 7,62
9 40 – 44 Tahun 7,09 7,19 7,27 7,33 7,38
10 45 – 49 Tahun 6,12 6,21 6,31 6,41 6,52
11 50 – 54 Tahun 4,74 4,81 4,88 4,96 5,03
12 55 – 59 Tahun 3,86 3,99 4,11 4,21 4,31
13 60 – 64 Tahun 2,70 2,76 2,82 2,91 3,01
14 65 – 69 Tahun 2,03 2,08 2,13 2,18 2,22
15 70 – 74 Tahun 1,40 1,40 1,41 1,42 1,44
16 > 75 Tahun 1,57 1,58 1,59 1,60 1,63
Jumlah 100 100 100 100 100
Sumber: BPS Kab. Sumbawa (beberapa tahun terbitan)
I
ndustri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam
rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan
dalam penyelenggaraan pariwisata.
3. Pelayanan Informasi Wisata: Pelayanan informasi wisata dapat dilakukan baik oleh
pemerintah maupun pihak swasta. Kegiatan ini dilakukan oleh pemerintah maka hal
tersebut bukan merupakan usaha komersial, melainkan kegiatan untuk memberikan
kemudahan pelayanan kepada para wisatawan.
4. Pelayanan Pertemuan dan Konferensi: Pelayanan dan pertemuan ini lebih
memfokuskan kegiatannya pada penyediaan fasilitas pertemuan, seminar-seminar,
konferensi dan lain-lain baik dari penyelenggaraannya maupun penyediaan tempat
beserta perlengkapannya. Usaha ini juga kadang menyediakan jasa Master of
Ceremony (MC).
5. Usaha Jasa Boga: Restoran, bar dan ketering merupakan usaha yang berdiri sendiri
maupun usaha yang menyatu dengan hotel.
6. Usaha Transportasi: Usaha transportasi meliputi transportasi darat, laut dan udara.
Perusahaan transportasi udara meliputi maskapai penerbangan, transportasi darat
meliputi pelayanan bus, kereta, perusahaan taksi dan transportasi laut meliputi
pelayanan umum dan pelayanan wisata.
7. Usaha Jasa Akomodasi: Usaha akomodasi memberikan pelayanan kepada tamu
yang menginginkan penyewaan penginapan (tempat tinggal) baik dalam jangka
waktu pendek maupun agak lama. Berbagai macam jenis akomodasi seperti: hotel,
motel, apartemen, guest house, hostel, wisma, cottage, bungalow dan lain
sebagainya.
8. Usaha Jasa Pencucian (Laundry and Dry Cleaning): Usaha pencucian memberikan
pelayanan kepada para tamu yang ingin mencucikan pakaiannya baik dicuci biasa
maupun kering/minyak.
9. Usaha Jasa Pemijatan (Message): Message bukan hal baru di hotel. Para tamu
dapat memperoleh pelayanan pemijatan baik ditempat/ruang pemijatan maupun di
kamar. Bermacam-macam mulai dari pijat biasa, refleksi maupun pijat untuk
olahraga dan kecantikan.
10. Usaha Jasa Penitipan Anak (Baby Sitting): Para wisatawan yang repot dengan
keluarga sementara waktu mereka terbatas dapat memanfaatkan tempat ini. Untuk
layanan ini, hotel biasanya tidak menyediakan karyawan permanen tetapi daily
worker atau casual.
Berbagai usaha pariwisata di Kabupaten Sumbawa hingga tahun 2016 disajikan pada
Tabel 5.1 sampai dengan Tabel 5.5 berikut ini.
Tabel 5.1
Usaha Transportasi Wisata Di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016
Jumlah
NO Nama Badan Usaha Nama Pimpinan Alamat Tempat Usaha Tenaga Kerja
Lokal Asing
1 2 3 4 5 6
1. PT. Samawa Novel Jalan Ki Hajar 4 -
Nusantara Indah Dewantara No. 43
Kelurahan Pekat -
Sumbawa Besar
Jumlah
NO Nama Badan Usaha Nama Pimpinan Alamat Tempat Usaha Tenaga Kerja
Lokal Asing
1 2 3 4 5 6
2. The Travel Tia Lusianti Jalan Kebayan No. 4 5 -
Kel. Uma Sima -
Sumbawa Besar
3. CV. Lentera Arung Yus Harianto RT.005 RW.007 11 -
Jonga 97 Kelurahan Lempeh,
Kecamatan Sumbawa
4. PT. Lantung Prima Marairoant Jalan Cendrawasih Gg. 4 -
Utama 4 RT. 003 RW.005,
Kelurahan Brang Biji.
Sumber: Dinas POPAR Kab. Sumbawa
Jumlah
Nama Badan Nama Tenaga Kerja
NO Alamat Tempat Usaha
Usaha Pimpinan
Lokal Asing
1 2 3 4 5 6
Seketeng - Sumbawa
Tabel 5.3
Usaha Wisata Selam di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016
Jumlah
NO Nama Badan Usaha Nama Pimpinan Alamat Tempat Usaha Tenaga Kerja
Lokal Asing
1 2 3 4 5 6
1. SAMAWA DIVE ALFARIZI ARIFIN Samawa Seaside 5 -
CENTRE (Wisata Cottage, Dusun Omo,
Selam) Desa Penyaring
Kecamatan Moyo
Utara. Telp. 0371 -
21754
2 MOKO MOYO DIVE DENNY Desa Labuhan Aji, 4 -
(Wisata Selam) Pulau Moyo
Kecamatan Labuhan
Badas
Sumber: Dinas POPAR Kab. Sumbawa
Tabel 5.4
Usaha Jasa Hiburan dan Rekreasi di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016
Jumlah JumLah
Nama Alamat Tempat
NO Nama Usaha Ruang/ Tenaga Kerja
Pimpinan Usaha
Kamar Lokal Asing
1 2 3 4 5 6 7
1. NT Family Totom Jalan DR. Cipto No.
4 2 -
Karaoke Wibowo 25 Sumbawa Besar
2. Warna Warni Chandra Tios, Jalan Sultan
7 - -
SE Kaharuddin No. 27
Jumlah JumLah
Nama Alamat Tempat
NO Nama Usaha Ruang/ Tenaga Kerja
Pimpinan Usaha
Kamar Lokal Asing
1 2 3 4 5 6 7
Kel. Brang Bara
Kec. Sumbawa
3. Karaoke Aurora Ratna RT.002 RW.002
Gemala Desa Nijang Kec. 2 1 -
Unter Iwes
4. Senyaman Ate Jamaluddin Jalan Manggis N0.
6 - -
HM 12 Kel. Seketeng
5. Sernu Raya M. Nur. H. Jalan Bungur No. 18
Family Music Yusuf Sumbawa 5 3 -
Room
6. G'Studio Dony Jalan Bungur
Bernyanyi Triwardana RT.002 RW.007 Kel.
4 3 -
Lempeh Kec.
Sumbawa
7. The Beat Family Sartono Jalan Terusan
Karaoke Kerato - Olat Rarang
4 3 -
Kel. Lempeh, Kec.
Sumbawa
8. Azena Karaoke Sugianti Jalan Diponegoro
No. 61 Kel. Bugis 6 10 -
Kec. Sumbawa
Sumber: Dinas POPAR Kab. Sumbawa
Tabel 5.5
Usaha Jasa Informasi Pariwisata di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016
Jumlah
Nama Badan Alamat Tempat Tenaga Kerja
NO Nama Pimpinan
Usaha Usaha
Lokal Asing
1 2 3 4 5 6
1. CV. Lentera Yus Harianto RT.005 RW.007 11 -
Arung Jonga 97 Kelurahan Lempeh,
Kec. Sumbawa
2. CV. Transmedia Yudi Prasetiyo Utomo Bandar Udara Sultan 4 -
Globalindo Muhammad
Kaharuddin, Jalan
Garuda N0. 41
Kelurahan Lempeh -
Sumbawa Besar
Sumber: Dinas POPAR Kab. Sumbawa
Banyaknya sentra industri, unit usaha produksi dan tenaga kerja sebagai hasil dari efek
langsung, efek tidak langsung, efek pendorong, dan efek pengganda atas kunjungan
wisatawan di Kabupaten Sumbawa terlihat pada Tabel 5.2 berikut ini.
Tabel 5.2
Sentra Industri, Unit Usaha Produksi dan Tenaga Kerja Tahun 2015-2016
di Kabupaten Sumbawa
2015 2016
No Jenis Industri Sentra Unit Tenaga Sentra Unit Tenaga
Industri Usaha Kerja Industri Usaha Kerja
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Industri Makanan 31 540 1.058 31 545 1.072
dan Minuman
2. Industri Kayu, 15 261 544 15 261 544
Rotan, Rumput
dan Sejenisnya
3. Industri Pulp, 26 584 1.841 26 585 1.845
Kertas, dan
Bahan Kimia
4. Industri Aneka 4 72 84 4 72 95
5. Industri Tekstil 13 290 397 13 290 397
6. Industri Logam, 9 86 322 9 90 335
Mesin dan
Perekayasaan
Jumlah 98 1.833 4.246 98 1.843 4.288
Sumber: Sumbawa Dalam Angka, 2017.
Tabel 6.1
Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Sumbawa
TAHUN 2015 TAHUN 2016
NO. BULAN
WNI WNA JUMLAH WNI WNA JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Januari 4.550 108 4.658 5.423 118 5.541
2 Pebruari 4.329 104 4.433 5.395 68 5.463
3 Maret 4.955 117 5.072 6.118 100 6.218
4 April 4.669 119 4.788 6.315 95 6.410
5 Mei 4.642 156 4.798 6.574 157 6.731
6 Juni 5.996 145 6.141 5.722 117 5.839
7 Juli 6.251 195 6.446 5.932 244 6.176
8 Agustus 6.446 269 6.715 6.811 336 7.147
9 September 6.976 135 7.111 6.606 234 6.840
10 Oktober 7.271 167 7.438 7.045 229 7.274
11 Nopember 6.771 116 6.887 7.014 172 7.186
12 Desember 7.088 107 7.195 6.081 138 6.219
JUMLAH 69.944 1.738 71.682 75.036 2.008 77.044
JUMLAH 2014 42.816 2.447 45.263
JUMLAH 2013 41.763 3.340 45.103
JUMLAH 2012 40.130 3.233 43.363
Sumber: DISPOPAR Kab. Sumbawa, 2017
4.500
3.233 3.340
3.000
2.447
2.008
1.738
1.500
-
2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 6.1
Trend Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Kabupaten Sumbawa
90.000
75.036
69.944
60.000
41.763 42.816
40.130
30.000
-
2012 2013 2014 2015 2016
Gambar 6.2
Trend Kunjungan Wisatawan Domestik di Kabupaten Sumbawa
Pemasaran industri pariwisata harus memutuskan segmen mana dan berapa segmen
wisata yang akan dilayani. Pemerintah daerah diharapkan dapat berperan untuk
mengevaluasi jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sumbawa guna
melakukan strategi pengembangan wisata yaitu :
(1) Mengindentifikasi segmen pasar wisata untuk setiap obyek wisata yang ada di
Kabupaten Sumbawa
(2) Mengembangkan produk wisata untuk memperluas segmen pasar wisata
(3) Meningkatkan akses ke seluruh kawasan dan obyek daerah tujuan wisata di
Kabupaten Sumbawa guna meningkatkan lama tinggal wisatawan
Dalam kaitan tersebut, dalam lima tahun terakhir (tahun 2012-2016) Pemerintah
Kabupaten Sumbawa telah melakukan upaya pemasaran pariwisata melalui
penyelenggaraan event dan atraksi yang dikemas dalam satu festival seni budaya
bernama Festival Moyo. Melalui Festival Moyo ini Pemerintah Kabupaten Sumbawa
berupaya memperkenalkan potensi pariwisata dari sisi obyek wisata alam dan budaya
serta pertunjukan atraksi potensi keragaman seni budaya yang tumbuh dan
berkembang di Kabupaten Sumbawa. Meskipun reguler dilaksanakan setiap tahun,
namun karena durasi waktu pelaksanaan hanya terkonsentrasi pada satu bulan tertentu
selama satu bulan penuh, belum mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Untuk mampu memberikan dampak yang
signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan, diperlukan penyelenggaraan event-
event festival yang terjadi sepanjang tahun. Kondisi ini akan memudahkan bagi pelaku
usaha pariwisata dalam membantu promosi pariwisata di Kabupaten Sumbawa melalui
pembuatan paket-paket wisata sepanjang tahun.
Dari sisi kelembagaan pariwisata yang ada di luar pemerintahan belum mampu optimal
dalam mengupayakan pemasaran pariwisata di Kabupaten Sumbawa. Hingga tahun
2016 asosiasi pariwisata yang ada di Kabupaten Sumbawa baru terbentuk dua asosiasi,
yaitu Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) dan Himpunan Pramuwisata Indonesia
(HPI). Peran kedua lembaga ini belum mampu memberikan dampak yang signifikan
bagi perkembangan pariwisata di Kabupaten Sumbawa. Diperlukan asosiasi-asosiasi
pariwisata lainnya sebagai mitra kerja Pemerintah Daerah dalam pembangunan
kepariwisataan daerah, seperti Association Of The Indonesian Tours and Travel
Agencies (ASITA), dan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BP2D), serta asosiasi-
asosiasi pariwisata lainnya.
P
7.1. SUMBER DAYA MANUSIA PARIWISATA
engembangan kegiatan kepariwisataan yang tidak tertata seringkali
membawa konotasi negatif bagi perkembangan adat serta budaya
setempat. Salah satu antisipasi dari hal tersebut dapat dilakukan dengan
meletakan dasar yang kokoh terhadap adat serta budaya setempat. Hal
tersebut dapat dilakukan melalui pembinaan sejak dini nilai-nilai tradisi,
budaya serta adat setempat melalui pendidikan formal, misalnya melalui kurikulum
pendidikan. Sehingga pada masa yang akan datang nilai-nilai budaya tersebut tetap
mengakar pada masyarakat dan dapat menjadi potensi budaya bagi pengembangan
kegiatan kepariwisataan.
1. Kalangan Pemerintah
2. Kalangan Tenaga Kerja/ Usaha Pariwisata
3. Kalangan Masyarakat, khususnya sekitar objek dan daya tarik wisata
Untuk kalangan tenaga kerja/ usaha pariwisata, peningkatan kualitas SDM dapat
dilakukan melalui kegiatan-kegiatan pendidikan dan latihan yang bersifat penyegaran,
pemantapan dan pengembangan. Kegiatan diklat pemantapan dapat dilakukan pada
kalangan pimpinan tingkat menengah, dengan lama waktu sekitar 3 - 6 hari dan titik
berat pada peningkatan wawasan pariwisata. Kegiatan diklat pengembangan, dapat
dilakukan pada kalangan pimpinan tingkat bawah atau pelaksana, dengan lama waktu
sekitar 7-14 hari dan titik berat pada praktek kerja lapangan.
Tabel 7.1
Komposisi Instansi / Lembaga Pengelola Kepariwisataan
Kabupaten Sumbawa
Instansi / Lembaga Instansi / Lembaga
No. Jenis Usaha
Langsung Tidak Langsung
1. Akomodasi • Dispopar • Bappeda
• Dinas PERA-KP
• DPM-PTSP
• Bagian Ekonomi
2. Restoran / Rumah Makan • Dispopar • Bappeda
• Bapenda • Dinas PERA-KP
• Disperindag • DPM-PTSP
3. Objek & Daya Tarik Wisata • Dispopar • Bappeda
Alam & Pegunungan • Dinas PUPR
• Dinas Kehutanan
• Balai KSDA
• Dinas Perhubungan
• Disperindag
4. Objek & Daya Tarik Wisata • Dispopar • Bappeda
Bahari • Dinas Kelautan & • Dinas PUPR
Perikanan • Balai KSDA
• Dinas Perhubungan
• Disperindag
5. Objek & Daya Tarik Wisata • Dispopar • Bappeda
Budaya dan Sejarah • Dinas Dikbud • Dinas PUPR
• Masyarakat Adat • Dinas Perhubungan
• Disperindag
6. Objek & Daya Tarik Wisata • Dispopar • Disperindag
Rekreasi dan Hiburan • Bapenda • Swasta
• DPM-PTSP
Sumber: Hasil Rencana, 2017
Selain LATS, terdapat pula lembaga Dewan Kesenian Sumbawa (DKS) yang dibentuk
sejak tahun 1998, dihajatkan untuk menjadi organisasi induk dimana para seniman dan
kelompok-kelompok seni di Kabupaten Sumbawa bernaung. Dengan demikian DKS
memiliki fungsi pembinaan dan koordinasi terhadap seniman dan kelompok seni serta
berperan untuk menjalankan fungsi kemitraan dengan pemerintah daerah. Melalui DKS
ini pula diharapkan agar potensi-potensi pariwisata yang hampir dan bahkan sudah
punah dapat digali dan dikembangkan kembali.
Tabel 7.2
Jumlah Kelompok Sadar Wisata Tahun 2017 di Kabupaten Sumbawa
1 2 3 4 5
1 BULAN SUAR ABDULLAH ZAIN Poto Kec. Moyo Hilir 35 Orang
1 2 3 4 5
18 SAMADA ANGI JAHRUN Maci Kec. Tarano 35 Orang
S
8.1. TANTANGAN DAN ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
elain memiliki potensi yang sangat baik di sektor pariwisata, objek-objek
wisata yang ada sampai saat ini juga memiliki keterbatasan yang relatif
hampir sama antara satu objek dengan yang lainnya.
Secara umum, seluruh kondisi objek wisata yang tersebar di wilayah
Kabupaten Sumbawa memiliki karakteristik objek dan atraksi wisata yang
bervariasi. Jika diamati dengan seksama, sebenarnya permasalahan yang ada di
masing-masing objek tersebut secara umum relatif memiliki kesamaan. Kondisi sarana
pendukung wisata yang kurang baik dan tidak lengkap merupakan salah satu
permasalahan utama. Adapun permsalahan umum yang terjadi pada kondisi objek
wisata di Kabupaten Sumbawa adalah:
A. Faktor Internal
(1) Produk dan Daya Tarik Wisata
• Banyaknya objek wisata yang belum tergali
B. Faktor Eksternal
(1) Produk dan Daya Tarik Wisata
• Pengelolaan objek dan daya tarik wisata di daerah lain yang lebih baik
• Jenis objek dan daya wisata yang sama dengan daerah lain
• Status kepemilikan dan pengelolaan sebagian objek wisata belum jelas
berkaitan dengan PAD dan pemeliharaan objek
• Potensi wisata belum jadi daya tarik yang besar bagi investor
Tabel 8.1
Isu-isu Internal Pengembangan Pariwisata Kabupaten Sumbawa
Isu-isu Internal
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
• Keragaman objek, daya tarik dan • Banyaknya objek wisata yang belum
atraksi wisata tergali
• Pemandangan yang indah • Penataan objek wisata belum ditangani
• Beragamnya kegiatan masyarakat yang secara optimal
adaptif dan masih eksisnya budaya • Kurangnya event wisata yang dilakukan
lokal masyarakat Samawa secara rutin untuk menarik kunjungan
• Tersedianya banyak kesenian wisatawan
tradisional • Kurangnya produk olahan maupun
• Banyak terdapat peninggalan sejarah cinderamata
• Letak geografis berada di lintasan jalur • Sarana dan prasarana wisata yang
utama Pulau Sumbawa belum memadai
• Telah memiliki usaha jasa dan sarana • Lemahnya segi pemeliharaan sarana
wisata yang menunjang kegiatan dan prasarana yang sudah dibangun
pariwisata • Belum optimalnya pengelolaan jasa
• Tersedianya Pusat Informasi Pariwisata dan sarana penunjang pariwisata
bagi wisatawan • Peran serta masyarakat sekitar objek
• Sebagian objek dan daya tarik wisata wisata masih rendah
sudah ada yang diekspos keluar • Belum optimalnya pelayanan dan
daerah operasional Pusat Informasi Pariwisata
• Promosi kepariwisataan belum
dilaksanakan dengan baik sehingga
kurang mendapatkan informasi
mengenai kepariwisataan baik dari segi
objek, daya tarik maupun atraksi wisata
• Pola pikir masyarakat belum mengarah
kepada pengembangan potensi
Isu-isu Internal
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
pariwisata
• Pemahaman masyarakat terhadap
pengelolaan objek wisata belum
profesional
• Kualitas sumber daya manusia bidang
pariwisata masih kurang dan belum
memadai
• Adanya pergeseran nilai-nilai sosial
budaya
• Keterpaduan antar pengelola,
pengambil kebijakan dan perhatian
masyarakat dalam mewujudkan upaya
pengembangan masih kurang sehingga
melemahkan sinergi hasil
pembangunan
Sumber: Hasil Analisa 2013
Isu-isu Eksternal
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)
• Kondisi jalan yang baik sehingga pariwisata
memudahkan pencapaian ke objek • Adanya persaingan yang ketat antar
wisata daerah dalam menarik jumlah
• Terbukanya kesempatan untuk wisatawan
mengembangkan usaha jasa dan • Daerah-daerah lain lebih konsern dan
sarana penunjang pariwisata lebih gencar dalam melakukan promosi
• Tingginya tingkat kunjungan wisatawan, dan pemasaran wisata daerah
khususnya wisnus dari tahun ke tahun • Kurangnya pemberdayaan dalam
• Kabupaten Sumbawa berada di pemeliharaan, sehingga hasil
lintasan Lombok - Komodo pembangunan mudah/ cepat rusak dan
• Besarnya minat investor di sektor kurang terpelihara
pariwisata • Masuknya pengaruh budaya dari luar
• Situasi dan kondisi yang relatif kondusif dan terjadi interaksi antara masyarakat
memungkinkan wisatawan untuk lokal dan wisatawan (arus global)
menikmati objek wisata • Dampak dari kegiatan wisata seperti
• Tersedianya sumberdaya manusia miras, narkoba, dll yang biasanya tidak
• Keinginan sumberdaya manusia untuk bisa dihindari
memajukan sektor pariwisata
• Semangat pelaku wisata yang masih
tinggi
Sumber: Hasil Analisa 2013
• Lahan yang ekologinya diperkirakan tidak stabil dan menimbulkan dampak bagi
daerah sekitarnya atau lahan yang memerlukan kelestarian lingkungan
dibebaskan dari peruntukan kegiatan pembangunan dan diusulkan sebagai
kawasan konservasi dan preservasi. Tujuannya, adalah untuk mencegah
timbulnya ketidakseimbangan (mempertahankan keseimbangan) ekologi di
seluruh kawasan perencanaan.
• Dalam pengembangan kawasan wisata sebaiknya digunakan teknik konservasi
budaya, artinya melalui pengembangan pariwisata secara langsung dapat
membantu pelestarian atau bahkan menghidupkan kembali musik dan tarian
misalnya kerajinan tangan, pakaian daerah, upacara adat dan gaya arsitektur
daerah yang hampir punah.
• Pengembangan kawasan wisata dilakukan secara bertahap sesuai
perkembangan pasar dan keseimbangan masyarakatnya.
Untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan ruang sesuai dengan peranan dan fungsi
yang diharapkan, batasan serta potensi yang terdapat di kawasan perencanaan, maka
konsepsi pengembangannya sebagai kawasan wisata didasarkan pada kriteria-kriteria
berikut:
• Kesesuaian lahan dan kemampuan lahan dalam mendukung pengembangan
kawasan wisata;
• Kebutuhan ruang dan komponen dalam menampung perkembangan kegiatan
pariwisata;
• Tingkat kemudahan hubungan intensitas kegiatan dan kecenderungan
perkembangan.
A. Konsep Zonasi
Konsep zonasi ini memiliki tujuan untuk menjaga kelestarian sumberdaya yang ada di
dalamnya dan turut serta memelihara lingkungan agar berkelanjutan. Berkaitan dengan
konsep diatas, fasilitas yang merupakan faktor pendukung utama suatu atraksi
memerlukan penempatan yang baik. Dengan menggunakan konsep zonasi yang sesuai
dapat menciptakan suatu pengembangan atraksi wisata yang berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan.
1. Zona Inti, merupakan main attraction suatu ODTW ditempatkan dan aktivitas
utama harus dilengkapi pula dengan fasilitas utama.
2. Zona Penyangga (Buffer Zone), berfungsi memisahkan main attraction dengan
aktivitas dan fasilitas pendukung.
3. Zona Pelayanan, suatu area dimana seluruh aktivitas dan fasilitas pendukung
dikelompokkan seperti jaringan infrastruktur dasar, akses fasilitas, pelayanan
pengunjung dan sebagainya.
Lebih jelas mengenai konsep zonasi tersebut diatas lihat pada Gambar 8.1
Gambar 8.1
Konsep Zonasi
Karakteristik ODTW yang mass tourism dengan area kepadatan medium dan tinggi,
menurut Baud-Bovy (101:1977) harus dilengkapi dengan fasilitas- fasilitas, sebagai
berikut:
a. Fully equipped picnic sites with car parking;
b. Grassed area for rest, sunbathing, family groups;
c. Limited camp sites (day and weekend use and for organised youth dubs, etc);
d. Catering, recreational and cultural facilities, zoological gardens, natural history
and local culture museum, etc;
e. Where posssible rivers or reservoir for fishing, swimming and other permitted
water based activities;
f. At a later phase the park may include open or enclosed swimming pools and
spot is fields for shows and competitions.
Atraksi wisata yang berkualitas harus didukung pula dengan adanya berbagai fasilitas.
Fasilitas wisata yang tersedia di suatu kawasan wisata merupakan faktor pendukung
terhadap daya tarik wisata yang dimiliki, sehingga keberadaan fasilitas wisata yang
fungsional dan berkualitas merupakan kondisi mutlak dalam pengelolaan suatu usaha
atraksi wisata. Kemudian dalam diktat MAW (2000:13) standar yang terdapat dalam
fasilitas wisata sangat berkaitan dengan fasilitas fisik yang tersedia di kawasan wisata
seperti : jumlah, jenis, kondisi atau kualitas dan daya tampung/ kapasitas dari fasilitas
wisata tersebut.
Penyediaan jenis dan jumlah fasilitas wisata di suatu atraksi wisata harus
mempertimbangkan beberapa faktor, sebagai berikut:
• Karakteristik atraksi wisata;
• Profil pengunjung/ wisatawan;
• Referensi dan permintaan pasar wisata;
• Aktivitas wisata yang akan dilaksanakan oleh para pengunjung/wisatawan;
• Tingkat pengembangan pariwisata yang direncanakan;
• Dana pengembangan yang tersedia.
Hal ini juga didukung oleh pendapat Inskeep di bawah ini:
“The basic approach for planning of natural tourist attractions is
application of the environmental planning approach which emphasizes
conservation of the natural environment as well as designing visitor
facilities and organizing visitor use that fit well into the environment and
do not degrade it" (1991:272).
Fasilitas yang disediakan di dalam suatu kawasan wisata sangat dibutuhkan wisatawan/
pengunjung untuk mendukung aktivitas pengunjung selama pengunjung menikmati
atraksi wisata yang ada.
WISATA
ALAM
KLASIFIKASI
WISATA
WISATA
WISATA
MINAT
BUDAYA
KHUSUS
Gambar 8.2
Klasifikasi Wisata Berdasarkan UU No. 9 / 2010
Jenis wisata ini pada umumnya diminati oleh jumlah wisatawan yang terbatas
jumlahnya. Ekowisata adalah jenis kegiatan wisata yang lebih banyak mengandalkan
kepada daya tarik alam yang ada dan hanya sesedikit mungkin menampilkan segala
sesuatu yang sifatnya buatan manusia, baik untuk daya tariknya maupun fasilitas-
fasilitas wisata. Ekowisata dikembangkan menjadi daya tarik minor atau yang jumlahnya
hanya sedikit, dan disisi lain tidak perlu dilakukan banyak upaya untuk mengembangkan
kegiatan ini.
Ada 3 unsur strategis yang ditetapkan untuk membentuk struktur ruang kegiatan, yaitu:
1. Simpul-Simpul Pengembangan, yang merupakan cluster-cluster daya tarik
wisata, berfungsi sebagai suatu kesatuan wilayah pengembangan kegiatan
wisata dimana di dalamnya:
• Terdapat kumpulan berbagai objek/ daya tarik wisata
• Sebagai pusat pelayanan kepada wisatawan
• Sebagai tempat pengembangan usaha-usaha pariwisata
2. Pintu Gerbang Wilayah, sesuai dengan namanya, akan menjadi tempat keluar-
masuknya wisatawan dari dan ke suatu wilayah. Penetapan suatu titik sebagai
pintu gerbang adalah bersangkut-paut dengan ketersediaan prasarana
Pintu gerbang wilayah juga menjadi titik lokasi yang memberi kesadaran kepada
wisatawan mengenai identitas dari suatu wilayah yang akan dimasuki. Dengan
demikian pintu gerbang dapat juga berfungsi memberikan citra/ impresi
mengenai suatu wilayah kepada wisatawan yang datang, sebagai "kesan
pertama" yang akan membantu wisatawan dalam mengapresiasi berbagai daya
tarik yang ada di dalam wilayah tersebut.
Gambar 8.3
Konsep Struktur Tata Ruang Pariwisata
Potensi sumber daya wisata Kabupaten Sumbawa sekaligus potensi pasar wisatawan
yang tersebar tidak merata di wilayah Sumbawa, serta kondisi lingkungan fisik, sosial,
budaya, maupun ekonomi yang beragam menyebabkan pengembangan pariwisata
yang sesuai dengan kerangka pembangunan berkelanjutan menjadi tidak bisa ditawar-
tawar lagi.
Pariwisata sangat multisektoral dan tidak dapat maju dan berkembang dengan
sendirinya tanpa dukungan dari sektor lain. Di lain pihak, sektor lain pun dapat
memanfaatkan pariwisata untuk bersinergi secara positif sehingga saling mendukung
dan menguntungkan. Dengan kreativitas dan inovasi perencanaan, pariwisata dapat
dikembangkan seiring dengan sektor lainnya tanpa harus memunculkan konflik. Oleh
karena itu pengembangan pariwisata Kabupaten Sumbawa, harus:
1. Dikaitkan dan diselaraskan dengan sektor ekonomi dasar yang berkembang
atau berpotensi di daerah yang bersangkutan, misalnya pengembangan wisata
agro perkebunan buah-buahan di kawasan agropolitan yang ditetapkan sebagai
kawasan budidaya buah-buahan;
2. Secara kreatif menggali potensi, baik yang tangible (teraba) maupun intagible
(tak teraba) dari potensi sumber daya sektor-sektor di wilayah;
3. Bekerjasama dan berkoordinasi dengan sektor lain dalam berbagai tahapan
perencanaan, implementasi dan pengawasan pembangunan serta dengan jelas
menguraikan ’siapa melakukan apa’ di antara sektor-sektor yang ada dalam
pemerintahan, industri pariwisata, masyarakat, dan stakeholders pariwisata
lainnya.
Dengan konsep penjenjangan ini maka pengembangan kawasan wisata akan memiliki
perbedaan skala dan prioritas pengembangan.
Gambar 8.4
Pembagian Ruang Rekreasi Pantai yang Ideal
Secara umum ruang-ruang yang diperlukan untuk wisata pantai meliputi: (1) ruang
sirkulasi yang terdiri atas jalur kendaraan, jalur pejalan kaki (pedestrian walk), dan jalur
hijau jalan, (2) ruang pelayanan yang terdiri atas areal parkir dan areal amenitas (sarana
dan prasarana), (3) ruang terbuka hijau, dan (4) ruang aktivitas pantai-laut. Jalur
sirkulasi kendaraan merupakan jalur sirkulasi yang menghubungkan antar daerah atau
antarobyek wisata, sedangkan jalur pedestrian merupakan jalur pejalan kaki yang
terutama disediakan di kawasan obyek wisata tersebut. Ruang pelayanan dapat berupa
node atau tempat berkumpulnya wisatawan sebelum dan setelah mereka berekreasi.
Areal parkir berada pada ruang pelayanan ini. Pada ruang pelayanan ini tersedia
berbagai amenitas yang bersifat tidak permanen seperti kios makanan, kios cindera
mata, kantor pengawasan pantai, tempat sewa alat-alat berenang dan sebagainya.
Amenitas yang bersifat bangunan permanen seperti hotel/penginapan dan restoran
tidak ditempatkan pada kawasan ini, namun ditempatkan pada area rumah dan
bangunan seperti terlihat pada Gambar 8.6.
Ruang terbuka hijau pada obyek wisata pantai disediakan untuk memperkaya
keragaman aktivitas pengunjung. Selain beraktivitas di pantai dan laut bagi pengunjung
yang senang berenang dan bermain pasir, juga menyediakan tempat rekreasi lain bagi
pengunjung yang tidak berenang saat itu, misalnya kegiatan duduk-duduk di taman,
berjalan-jalan di bawah tegakan pohon dengan berbagai vegetasi berbunga dan
sebagainya. Desain ruang terbuka hijau disesuaikan dengan ketersediaan lahan di
setiap obyek wisata.
Ruang aktivitas pantai-laut merupakan ruang yang disediakan bagi pengunjung untuk
beraktivitas seperti jalan-jalan di pasir pantai, berenang di tepi laut, mencari atau koleksi
kerang laut, bermain pasir membentuk bangunan dan permainan dari pasir, dan
sebagainya. Pantai yang tidak mempunyai pasir atau batas daratan dengan laut yang
jelas (tidak landai), maka pengembangannya diarahkan pada rekreasi dengan
promenade (Gambar 8.5). Area laut dapat digunakan untuk rekreasi berenang,
berdayung, ski air, dan sebagainya, sesuai dengan kondisi laut tersebut. Area ini harus
didesain untuk semua pengunjung yang ingin berenang di laut, baik yang sudah bisa
berenang, maupun yang belum bisa berenang. Batas kedalaman atau area yang dapat
digunakan untuk berenang harus jelas dan mudah dikenali oleh orang yang sedang
berenang.
Gambar 8.5
Pengembangan Pantai dengan Promenade
Untuk konsep pomenade pada kawasan rekreasi pantai ini sebaiknya dapat
mengakomodasi kegiatan tambahan seperti jogging, bersepeda (bicycling) dan duduk-
duduk di atas seawall. Ruang terbuka hijau yang ada merupakan satu kesatuan
lanskap dengan pomenade sehingga untuk menyatukan ruang-ruang tersebut maka
desain sebaiknya dilakukan secara terintegrasi.
Gambar 8.6 memperlihatkan konsep zonasi di kawasan pantai yang menjadi konsep
pengembangan obyek-obyek wisata pantai di Kabupaten Sumbawa. Pada konsep ini,
sirkulasi kendaraan memisahkan kawasan rekreasi pantai dengan kawasan bangunan
Prinsip utama yang sangat penting dalam pengembangan obyek wisata kawasan pantai
adalah pandangan dari sirkulasi utama (jalan utama) menuju pantai harus tidak ada
hambatan atau penghalang. Artinya pantai pemandangan laut dapat dilihat pada jalur
sirkulasi utama (jalan kendaraan) baik secara terbuka maupun terlihat secara sebagian.
Gambar 8.6
Konsep Zonasi Kawasan Obyek Wisata Pantai
Perkerasan pada ruang pelayanan, ruang terbuka hijau, dan area pasir harus
menggunakan material ramah lingkungan, seperti conblock (contrete block) dan
grassblock. Aliran air permukaan pada area perkerasan harus masuk ke kawasan itu
sendiri. Teknik penyerapan air yang ramah lingkungan dan dapat diterapkan di kawasan
ini adalah teknik biopori. Teknik ini diintegrasikan dengan limbah organik berupa
sampah organik yang ada di kawasan, diantaranya adalah limbah organik dari restoran,
serasah dari pohon-pohon yang ada, limbah dari buah-buahan yang dikonsumsi
langsung, dan sebagainya.
WISATA
BAHARI
Selancar
ATRAKSI
ATRAKSI
MINAT
PANTAI
Ski Air KHUSUS
Menyelam
Snorkling
Berperahu
Memancing
Berdayung
Berkano
Gambar 8.7
Kegiatan Wisata Bahari
Tahapan pembangunan kawasan untuk wisata bahari secara singkat dapat dilihat pada
Gambar 8.8. Kajian kelayakan untuk pengembangan obyek wisata pantai perlu
dilakukan diantaranya meliputi :
(1) Detail Engineering Design (DED) lokasi obyek wisata,
(2) Kajian kelayakan secara sosial dan ekonomi, dan
(3) Kajian mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
Apabila hasil kajian secara sosial, ekonomi, dan lingkungan dinyatakan layak, maka
pemerintah Kabupaten Sumbawa menawarkan hasil kajian ini kepada investor yang
berminat baik yang berasal dari kalangan masyarakat setempat maupun dari luar
Kabupaten Sumbawa.
Gambar 8.8
Tahapan Pembangunan Obyek Wisata Bahari
Obyek wisata alam & pengunungan erat kaitannya dengan hutan baik hutan alami atau
hutan binaan, air terjun, pendakian, kawasan agropolitan dan atraksi yang berkaitan
dengan objek wisata yang berada di kawasan konservasi. Obyek wisata yang
memanfaatkan kawasan konservasi tidak terlepas dari ketentuan yang telah ditetapkan
seperti Undang-Undang Kehutanan. Pengembangan kawasan alam dan pengunungan
lebih diarahkan pada konservasi kawasan sehingga untuk kegiatan wisata harus
dikembangkan sebagai tujuan ekowisata. Ekowisata merupakan kegiatan perjalanan
wisata yang bertanggung jawab di daerah tujuan wisata yang masih alami atau di
daerah tujuan wisata yang dikelola dengan kaidah alam dimana tujuannya selain
menikmati keindahan juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan
terhadap usaha-usaha konservasi alam dan peningkatan pendapatan masyarakat
setempat sekitar daerah tujuan ekowisata.
Pemanfaatan kawasan alam dan pegunungan untuk ekowisata harus
mempertimbangkan dampak yang diakibatkan oleh wisatawan. Kabupaten Sumbawa
mempunyai banyak potensi wisata alam dan pegunungan Beberapa pertimbangan
penting dalam pemanfaatan ekowisata ini antara lain adalah:
(1) Pengunjung kawasan harus bertanggung jawab terhadap ekologi alam tersebut atau
disebut sebagai ekowisatawan. Pelatihan atau pengarahan intensif bagi calon
pengunjung perlu dilakukan berkaitan dengan ekowisata dan pentingnya konservasi
kawasan.
(2) Fasilitas pendakian harus memenuhi persyaratan ekowisata yang berbasis pada
sumber daya lokal dan alami. Struktur bangunan tidak dibangun yang berlebihan.
(3) Setiap kegiatan yang memanfaatkan kawasan konservasi harus ada petunjuk jalan
(guide) yang ditunjuk oleh pengelola pariwisata setempat sehingga setiap kegiatan
wisata yang dlakukan wisatawan tercatat di pengelola kawasan.
(4) Jumlah kegiatan wisata tidak melebihi daya dukung kawasan. Kajian perlu dilakukan
berkaitan dengan daya dukung kawasan setiap objek wisata yang dimanfaatkan
untuk kegiatan wisata sebagai ekowisata.
(5) Perbaikan aksesibilitas menuju kawasan dan di dalam kawasan. Sirkulasi di dalam
kawasan dibuat sealami mungkin dan membantu konservasi lahan.
Kegiatan wisata alam dan pegunungan merupakan kegiatan ekowisata yang sangat
memperhatikan ekologi kawasan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Pengelolaan
kegiatan di kawqasan ini harus mengikuti prosedur dan ketentuan yang ditetapkan pihak
pengelola (Lembaga Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa).
Atraksi lain yang ada di dalam kelompok wisata ini adalah kawasan agrowisata nama
umum dari wisata pertanian, yaitu wisata ke kawasan pertanian baik pertanian secara
umum ataupun pertanian secara khusus. Kawasan pertanian umum yang dimaksud
dapat berupa integrated farming dimana berbagai komoditas seperti sayuran, buah-
buahan, tanaman hias, peternakan, perikanan, dan sebagainya. Pertanian secara
khusus yang dimaksud dapat berupa pertanian khusus buah-buahan, khusus buah-
buahan tertentu seperti buah naga, buah stroberi, buah durian, buah manggis, dan
sebagainya. Agrowisata di Kabupaten Sumbawa lebih diarahkan pada agrowisata
perkebunan. Komoditas agrowisata yang paling potensial di Kabupaten Sumbawa
adalah perkebunan, yang berada didataran tinggi Buer berupa Agro Tamase dan
kawasan Semongkat di Kecamatan Batulanteh.
Kegiatan agrowisata yang dapat diakomodasi pada lokasi ini adalah seperti tercantum
pada Gambar 8.9. Secara umum, kegiatan agrowisata meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut: (1) menikmati lanskap perkebunan, (2) mengikuti proses produksi
perkebunan, (3) mengikuti proses pengolahan hasil perkebunan, dan (4) menikmati
produk-produk lainnnya. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikunjungi baik secara
sendiri-sendiri maupun keseluruhan. Kunjungan secara keseluruhan merupakan paket
khusus yang ditawarkan dengan berbagai sajian termasuk didalamnya souvenir dan
menikmati hidangan makanan khas.
Gambar 8.9
Kegiatan-kegiatan di Kawasan Agrowisata
Lanskap Perkebunan. Salah satu daya tarik agrowisata di perkebunan adalah kondisi
alam atau lanskapnya. Bentukan lahan (landform) yang alami bergelombang sampai
berbukit tersebut memungkinkan untuk mengakomodasi kegiatan-kegiatan seperti
rekreasi alam, piknik, dan berkemah (Gambar 8.10). Sirkulasi di dalam perkebunan
harus dirancang untuk dapat membawa pengunjung berkeliling menikmati
pemandangan alam perkebunan dan pemandangan pantai dan laut yang sangat
menarik. Sirkulasi ini harus dapat mengakomodasi pergerakan pengunjung yang
beragam mulai dari anak-anak sampai kakek-nenek. Panjang sirkulasi tidak terlalu jauh
dan tidak memotong kawasan yang mempunyai kemiringan lahan yang sangat tajam.
Pola sirkulasi sebaiknya mengikuti pola alami, yaitu pola organik.
Fasilitas yang mendukung kegiatan rekreasi tersebut adalah gazebo, shelter, bangku
taman, dan ruang terbuka berupa lapangan rumput yang dikelilingi tegakan pohon
(Gambar 8.11). Fasilitas ini disediakan untuk memenuhi kegiatan-kegiatan rekreasi
seperti duduk-duduk di hamparan rumput, duduk-duduk di bawah tegakan atau shelter,
lari-lari bagi anak-anak, dan foto-foto. Beberapa tegakan pohon yang merupakan focal
point perlu dihadirkan di kawasan rumput terbuka. Pohon yang dihadirkan dapat berupa
pohon berbunga menarik atau pohon besar yang mampu memberi naungan yang cukup
luas.
Gambar 8.10
Lanskap Perkebunan sebagai Daya Tarik Obyek Wisata
Gambar 8.11
Lapangan Rumput di antara Tegakan Pohon
Kegiatan lain yang sangat menarik adalah kegiatan berkemah di bawah tegakan pohon
di perkebunan tersebut. Sebagian areal perkebunan sesuai dengan kebutuhan standar
dapat dimanfaatkan untuk area berkemah. Fasilitas disesuaikan dengan kebutuhan
standar bumi perkemahan sederhana. Pengelolaan bumi perkemahan ini masih
terintegrasi dengan agrowisata.
8.4. VISI
Visi adalah sesuatu yang diharapkan dan yang dicita-citakan. Dalam kenyataan hal itu
bisa saja tidak terwujud karena beberapa faktor. Namun demikian visi itu bukan juga
sesuatu yang tidak dapat dicapai karena membuat visi dilakukan berdasarkan
kemampuan dan peluang yang ada dengan melihat perkembangan aktual yang terjadi.
Rona bentang alam yang mempesona, keragaman budaya dan kehidupan masyarakat
yang religius merupakan modal dasar yang potensial bagi kepariwisataan. Usaha untuk
mengeksploitasi bagi kepentingan pariwisata dengan memperhatikan kelestariannya
akan menjamin kelangsungan lingkungan hidup secara keseluruhan sekaligus
menjamin kelangsungan kepariwisataan itu sendiri.
8.5. MISI
Pernyataan misi merupakan hal yang sangat penting untuk dapat terus eksis. Dengan
misi, dapat ditetapkan sasaran utama yang harus dicapai oleh organisasi, sehingga
tidak ada keraguan bagi segenap komponen organisasi.
Misi mengandung aktivitas organisasi, memberikan gambaran tentang citra yang ingin
diproyeksikan agar dikenali dan diketahui oleh berbagai pihak yang berkepentingan,
mencerminkan pandangan organisasi tentang dirinya sendiri dan bidang aktivitas yang
ditekuni. Dengan demikian misi merupakan maksud dari kegiatan utama yang membuat
organisasi memiliki jati diri dan sekaligus membedakannya dari organisasi lain.
8.6. TUJUAN
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari misi, yang merupakan hasil akhir
yang akan dicapai. Melalui tujuan ini akan diketahui apa yang harus dilakukan, dengan
memperhitungkan sumber daya, nilai-nilai dan faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi.
8.7. SASARAN
Sasaran Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa, yaitu:
1. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara;
2. Meningkatnya lama tinggal wisatawan nusantara dan mancanegara;
3. Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara dan mancanegara; dan
4. Meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto sub sektor hotel dan restoran.
K
9.1.1 Formulasi Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan
ebijakan pembangunan kepariwisataan diderivasi dari isu-isu strategis yang
dianalisis dengan analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, dan
threat) untuk menjawab permasalahan-permasalahan strategis
kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa. Kebijakan ini dijadikan landasan
bagi penyusunan rumusan strategi pembangunan kepariwisataan di
Kabupaten Sumbawa.
Untuk membuat suatu kebijakan dan rencana pembangunan kepariwisataan di
Kabupaten Sumbawa perlu diketahui kekuatan (potensi) dan kelemahan (kendala/
permasalahan) yang dimiliki berdasarkan karakteristik tiap objek wisata yang ada. Di
samping itu, perlu juga mengetahui bentuk peluang dan tantangan/ancaman yang akan
dihadapi yang berasal dari kondisi eksternal yang terkait dengan pembangunan
kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa.
Formulasi kebijakan pembangunan kepariwisataan dilakukan dengan menghadapkan
isu-isu internal dengan eksternal. Faktor-faktor internal dan eksternal yang ada
kemudian ditabulasi silang sehingga dapat memformulasikan dasar strategis yang
menjadi dasar kebijakan pembangunan kepariwisataan. Tabulasi tersebut dapat dilihat
pada Tabel 9.1 dan 9.2 berikut ini.
Tabel 9.1
Analisis Isu-isu Internal dan Eksternal
Kekuatan (S): Kelemahan (W):
• Keragaman • Banyaknya objek wisata yang
objek, daya tarik belum tergali
dan atraksi • Penataan objek wisata belum
wisata ditangani secara optimal
• Pemandangan • Kurangnya event wisata yang
yang indah dilakukan secara rutin untuk
• Beragamnya menarik kunjungan wisatawan
kegiatan • Kurangnya produk olahan
masyarakat yang maupun cinderamata
adaptif dan • Sarana dan prasarana wisata
masih eksisnya yang belum memadai
budaya lokal • Lemahnya segi pemeliharaan
masyarakat sarana dan prasarana yang
Samawa sudah dibangun
• Tersedianya • Belum optimalnya pengelolaan
banyak kesenian jasa dan sarana penunjang
tradisional pariwisata
• Banyak terdapat • Peran serta masyarakat sekitar
peninggalan objek wisata masih rendah
sejarah • Belum optimalnya pelayanan dan
• Letak geografis operasional Pusat Informasi
berada di Pariwisata
lintasan jalur • Promosi kepariwisataan belum
utama Pulau dilaksanakan dengan baik
Sumbawa sehingga kurang mendapatkan
• Telah memiliki informasi mengenai
usaha jasa dan kepariwisataan baik dari segi
sarana wisata objek, daya tarik maupun atraksi
yang menunjang wisata
kegiatan • Pola pikir masyarakat belum
pariwisata mengarah kepada
• Tersedianya pengembangan potensi
Pusat Informasi pariwisata
• Terbukanya • Melakukan
kesempatan untuk kerjasama
mengembangkan interregional
usaha jasa dan dengan
sarana penunjang pemerintah dan
pariwisata pengelola
• Tingginya tingkat pariwisata di
kunjungan wilayah sekitar
wisatawan, Kabupaten
khususnya wisnus Sumbawa untuk
dari tahun ke tahun membuka paket
• Kabupaten Sumbawa jalur wisata
berada di lintasan
Lombok - Komodo
• Besarnya minat
investor di sektor
pariwisata
• Situasi dan kondisi
yang relatif kondusif
memungkinkan
wisatawan untuk
menikmati objek
wisata
• Tersedianya
sumberdaya manusia
• Keinginan
sumberdaya manusia
untuk memajukan
sektor pariwisata
• Semangat pelaku
wisata yang masih
tinggi
Sumber: Hasil Analisa, Tahun 2013
Tabel 9.2
Analisis Isu-isu Internal dan Eksternal
Kekuatan (S): Kelemahan (W):
• Keragaman • Banyaknya objek wisata yang
objek, daya tarik belum tergali
dan atraksi • Penataan objek wisata belum
wisata ditangani secara optimal
• Pemandangan • Kurangnya event wisata yang
yang indah dilakukan secara rutin untuk
• Beragamnya menarik kunjungan wisatawan
kegiatan • Kurangnya produk olahan
masyarakat yang maupun cinderamata
seperti miras,
narkoba, dll yang
biasanya tidak bisa
dihindari
Sumber: Hasil Analisa, Tahun 2013
40. Pengembangan potensi sumber daya daerah melalui desa wisata dan kampung
wisata;
41. Peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah sebagai komponen
pendukung produk wisata di destinasi pariwisata daerah;
42. Peningkatan kemampuan berusaha pelaku usaha pariwisata skala usaha mikro,
kecil dan menengah yang dikembangkan masyarakat;
43. Pemberian insentif dan kemudahan bagi pengembangan industri kecil dan
menengah dan Usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
44. Perlindungan terhadap kelangsungan industri kecil dan menengah dan Usaha
pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah di sekitar DPK;
45. Dorongan kemitraan antarusaha kepariwisataan dengan industri kecil dan
menengah dan usaha mikro, kecil dan menengah;
46. Peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah dan layanan jasa
kepariwisataan yang dikembangkan usaha mikro, kecil dan menengah dalam
memenuhi standar pasar;
47. Penguatan akses dan jejaring industri kecil dan menengah dan usaha pariwisata
skala usaha mikro, kecil dan menengah dengan sumber potensi pasar dan informasi
global;
48. Peningkatan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dalam upaya
memperluas akses pasar terhadap produk industri kecil dan menengah dan usaha
pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah;
49. Pemberian insentif dan kemudahan terhadap akses permodalan bagi usaha
pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah dalam pengembangan usaha
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
50. Pemberian bantuan permodalan untuk mendukung perkembangan industri kecil dan
menengah dan usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah di sekitar
DPK;
51. Peningkatan pemahaman, dan kesadaran masyarakat tentang sadar wisata dalam
mendukung pengembangan kepariwisataan;
52. Peningkatan peran serta masyarakat dalam mewujudkan sadar wisata bagi
penciptaan iklim kondusif kepariwisataan;
53. Peningkatan peran dan kapasitas masyarakat dan polisi pariwisata dalam
menciptakan iklim kondusif kepariwisataan;
54. Peningkatan kualitas jejaring media dalam mendukung upaya pemberdayaan
masyarakat di bidang pariwisata;
55. Pengembangan pariwisata sebagai investasi pengetahuan;
56. Peningkatan kuantitas dan kualitas informasi pariwisata nusantara kepada
masyarakat;
57. Upaya menarik investasi modal asing di bidang pariwisata sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan di bidang keuangan;
58. Dorongan investasi daerah di bidang pariwisata sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan di bidang keuangan serta penanaman modal;
59. Pelaksanaan debirokratisasi investasi di bidang pariwisata;
60. Pelaksanaan deregulasi peraturan yang menghambat perizinan;
61. Penyediaan informasi peluang investasi di destinasi pariwisata daerah;
62. Peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata di dalam negeri dan di luar
negeri; dan
63. Peningkatan sinergi promosi investasi di bidang pariwisata dengan sektor terkait.
R
encana Struktur Tata Ruang Pariwisata Kabupaten Sumbawa akan terbagi
menjadi 3 zonasi, yang di dalamnya akan terdiri dari beberapa Satuan
Kawasan Wisata (SKW). Pembagian zonasi pengembangan kepariwisataan
Kabupaten Sumbawa ini terkait dengan potensi dan permasalahan
pengembangan kepariwisataan dan isu-isu strategis pengembangan
kepariwisataan yang dihadapi. Adapun pembagian zonasi tersebut, adalah:
1. Zona Inti, merupakan main attraction suatu ODTW ditempatkan dan aktivitas
utama harus dilengkapi pula dengan fasilitas utama.
2. Zona Penyangga (Buffer Zone), berfungsi memisahkan main attraction dengan
aktivitas dan fasilitas pendukung.
3. Zona Pelayanan, suatu area dimana seluruh aktivitas dan fasilitas pendukung
dikelompokkan seperti jaringan infrastruktur dasar, akses fasilitas, pelayanan
pengunjung dan sebagainya.
Dalam Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Sumbawa
2011 – 2031, secara eksplisit telah dikelompokkan seluruh objek wisata yang ada di
Kabupaten Sumbawa dalam kawasan-kawasan utama destinasi wisata yang terkait
antarsatu dengan lainnya. Kawasan Destinasi Wisata Utama yang ada dalam dokumen
tersebut, terdiri dari 6 (enam) kawasan Destinasi Utama yaitu:
1. Dalam Loka
2. Batu Bulan
3. Semongkat
4. Lab. Mapin
5. Pulau Moyo
6. Empang Tarano
Dari keenam Kawasan Destinasi Utama tersebut, terdiri dari beberapa jenis daya tarik
wisata yang sangat menarik dan memiliki karakteristik yang beragam. Sedangkan dalam
hasil identifikasi dan survey lapangan yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat
juga kawasan yang memiliki potensi pengembangan wisata yang cukup baik yaitu di
Kecamatan Lunyuk dan Labangka, berupa wisata pantai/ bahari.
Tabel 10.3
Pengelompokan Wisata Alam Bahari
No. OBYEK WISATA ALAM BAHARI JENIS DAYA TARIK WISATA
I. Kecamatan Alas Barat
1. Labuhan Mapin Taman Laut
2. Pulau Panjang Pantai
II. Kecamatan Alas
3. Pulau Bungin Taman Laut
III. Kecamatan Utan
4. Pulau Bedil Pantai dan Taman Laut
5. Pulau Keramat Pantai dan Taman Laut
6. Pulau Temudung Pantai dan Taman Laut
Tabel 10.4
Pengelompokan Wisata Alam Pegunungan
OBYEK WISATA
No. JENIS DAYA TARIK WISATA
ALAM PEGUNUNGAN
I. Kecamatan Alas Barat
1. Pulau Panjang Taman Nasional
2. Tiu Sabangka Air Terjun
3. Uma Jomo Wisata Alam Pertanian
4. Gili Kalong Pantai
II. Kecamatan Alas
5. Agal Air Terjun
6. Saketok Air Terjun
OBYEK WISATA
No. JENIS DAYA TARIK WISATA
ALAM PEGUNUNGAN
7. Sebra Air Terjun
8. Mate Mega Wisata Alam Pegunungan
III. Kecamatan Buer
9. Agro Tamase Agrowisata
IV. Kecamatan Utan
10. Beringin Sila Taman Wisata Alam
IV. Kecamatan Labuhan Badas
11. Ai Manis (P. Moyo) Taman Nasional
12. Dihu Mbai (P. Moyo) Air Terjun
13. Mata Jitu (P. Moyo) Air Terjun, Taman Nasional
14. Pantai Gedal Taman Nasional
15. Raja Sua (P. Moyo) Taman Nasional
16. Sangelo (P. Moyo) Air Terjun
17. Tanjung Pasir (P. Moyo) Taman Nasional
V. Kecamatan Unter Iwes
18. Ai Kawat Wisata Alam Pegunungan
19. Ai Nyember Air Terjun
20. Ai Teba Air Terjun
21. Brang Pelat Wisata Alam Pegunungan
VI. Kecamatan Batu Lanteh
22. Batu Dulang Wisata Alam Pegunungan
23. Semongkat Taman Nasional
24. Tebangan Air Terjun
25. Telekan Air Terjun
26. Tiu Rarang Air Terjun
VII. Kecamatan Moyo Hulu
27. Ai Beling Air Terjun
28. Batu Bulan Wisata Alam Pegunungan
29. Liang Bukal Gua Karst
30. Liang Kelondo Gua Karst
31. Liang Petang Gua Karst
32. Teba Tewa Air Terjun
VIII. Kecamatan Lenangguar
33. Teba Muren Air Terjun
34. Ai Puti Air Terjun
35. Air Terjun Air Terjun
36. Kokar Tasik Air Terjun
37. Gerontong Air Terjun
OBYEK WISATA
No. JENIS DAYA TARIK WISATA
ALAM PEGUNUNGAN
38. Lete Batu Air Terjun
IX. Kecamatan Lunyuk
39. Emang Lestari Wisata Alam Pegunungan
40. Pandan Sari Wisata Alam Pegunungan
41. Sampar Goal Wisata Alam Pegunungan
42. Batu Bongkang Wisata Alam Pegunungan
43. Tampar Belo (Kuang Dingin) Wisata Alam Pegunungan
X. Kecamatan Lape
44. Tiu Pasai Air Terjun
45. Batu Puyung Wisata Alam Pegunungan
46. Ai Rantok Wisata Alam Pegunungan
47. Ai Tenge Wisata Alam Pegunungan
48. Ai Bua Wisata Alam Pegunungan
49. Batu Bela Wisata Alam Pegunungan
50. Embung Parado Wisata Buatan Embung
XI. Kecamatan Lopok
51. Bendungan Mamak Wisata Alam Pegunungan
XII. Kecamatan Marongge
52. Ai Panas Sumber Air Panas Alami
53. Bendungan Tiu Kulit Wisata Alam Pegunungan
XIII. Kecamatan Labangka
54. Liang Dewa Gua Karst
XIV. Kecamatan Empang
55. Brang Bako Wisata Alam Pegunungan
56. Brang Tiram Wisata Alam Pegunungan
57. Pulau Raja Kepe Wisata Alam Pegunungan
XV. Kecamatan Plampang
58. Jaran Pusang Wisata Alam Pegunungan
59. Pelman Air Terjun
60. Telaga Lompa Danau
XVI. Kecamatan Tarano
61. Buin Pitu Wisata Alam
XVII. Kecamatan Lantung
62. Lenang Indah Lantung Wisata Alam Pegunungan
63. Lampas Sepukur Wisata Alam Pegunungan
64. Lampas Buin Racin Wisata Alam Pegunungan
65. Batu Raponong Wisata Alam Pegunungan
66. Buin Lajendre Wisata Alam Pegunungan
OBYEK WISATA
No. JENIS DAYA TARIK WISATA
ALAM PEGUNUNGAN
67. Lampas Perung Wisata Alam Pegunungan
68. Liang Zamrud Wisata Alam Pegunungan
69. Batu Nganga/Bela Wisata Alam Pegunungan
70. Batu Panimang Wisata Alam Pegunungan
71. Lampas Ekat Wisata Alam Pegunungan
72. Batu Para Gua Karst
73. Buin Ai Mual Wisata Alam Pegunungan
74. Ble Bananung Wisata Alam Pegunungan
75. Arung Jeram / Rapting Wisata Alam Pegunungan
XVIII. Kecamatan Orong Telu
76. Senawang Air Terjun & Sumber Air Panas Alami
Sumber: Hasil Identifikasi Data Lapangan dan Instansi serta Hasil Analisa, 2017
Tabel 10.5
Pengelompokan Wisata Rekreasi dan Minat Khusus
WISATA REKREASI &
No. JENIS DAYA TARIK WISATA
MINAT KHUSUS
I. Kecamatan Alas Barat
1. Putri Balqis Taman Hiburan dan Rekreasi
II. Kecamatan Buer
2. Agro Tamase Kawasan Agrowisata/Resort Terpadu
III. Kecamatan Utan
3. Bendungan Beringin Sila Wisata Buatan Bendungan
4. Labu Pade Taman Hiburan & Rekreasi
IV. Kecamatan Rhee
5. Kuliner Jagung Agro Wisata
V. Kecamatan Labuhan Badas
6. Kencana Taman Hiburan & Rekreasi
7. Goa Wisata Kuliner
8. Saliper Ate Taman Hiburan & Rekreasi
9. Jempol Wisata Kuliner
VI. Kecamatan Unter Iwes
10. Splash Water Park Taman Hiburan & Rekreasi
VII. Kecamatan Batu Lanteh
11. Semongkat Taman Hiburan & Rekreasi
Dalam pembagian tersebut, terdapat beberapa objek wisata yang masuk ke dalam
beberapa jenis daya tarik wisata sesuai dengan atraksi wisata yang ada di lokasi objek
wisata tersebut. Pengelompokan jenis wisata tersebut dapat dilihat pada tabel dan peta
yang disajikan pada halaman selanjutnya.
Tabel 10.6
Pembagian Destinasi Pariwisata Kabupaten (DPK) Kab. Sumbawa
DESTINASI PARIWISATA DAYA TARIK JENIS DAYA TARIK
KABUPATEN (DPK) WISATA WISATA
1. Istana Dalam Loka Peninggalan Sejarah
2. Mesjid Jami’ Nurul Wisata Religi
Huda
3. Wisma Daerah (Praja) Peninggalan Sejarah
4. Bala Kuning Peninggalan Sejarah
5. Dalam Pekat Peninggalan Sejarah
6. Penyaring Desa Kerajinan
I
7. Prajak Peninggalan Sejarah
ISTANA DALAM LOKA
8. Poto Desa Wisata
9. Ngeru Desa Kerajinan
10. Kakiang Atraksi Seni Budaya
11. Moyo Atraksi Seni Budaya
12. Maronge Atraksi Seni Budaya
13. Bendungan Tiu Kulit Bendungan Buatan
14. Pulau Dangar Taman Laut
1. Lapade Pantai
2. Pulau Keramat Taman Laut/ Kawasan Laut
IV 3. Agro Tamase Kawasan Hutan
LAB. MAPIN 4. Pulau Kaung Perkampungan Tradisional
5. Pulau Bungin Perkampungan Tradisional
6. Gili Bedil Taman Laut / Kawasan Laut
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta pembagian Destinasi Pariwisata Kabupaten
(DPK) di halaman selanjutnya.
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 20
K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R
KPPK Gerbang Barat dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Alas Barat dan Kecamatan
Alas; KPPK Batu Telu dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Batu Lanteh dan Kecamatan
Orong Telu; KPPK Lenangguar-Lantung dan sekitarnya, meliputi Kecamatan
Lenangguar dan Kecamatan Lantung; sedangkan KPPK Dodo-Rinti dan sekitarnya,
meliputi Kecamatan Lunyuk, Kecamatan Ropang dan Kecamatan Labangka.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta pembagian Kawasan Pengembangan
Pariwisata Kabupaten Sumbawa di halaman selanjutnya.
KSPK Kebete dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Buer, Kecamatan Utan dan
Kecamatan Rhee (termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya); KSPK Dalam Loka-
Tanjung Menangis dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Labuhan Badas, Kecamatan
Sumbawa, Kecamatan Unter Iwes, Kecamatan Moyohilir dan Kecamatan Moyo Utara;
KSPK Temang Dongan-Ai Renung dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Moyohulu dan
Kecamatan Lopok; KSPK Teluk Saleh-Pulau Moyo dan sekitarnya, meliputi Pulau Moyo,
Kecamatan Moyo Utara, Kecamatan Moyohilir, Kecamatan Lape, Kecamatan Maronge,
Kecamatan Plampang, Kecamatan Empang dan Kecamatan Tarano; sedangkan KSPK
Sili-Maci-Panubu dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Empang dan Kecamatan Tarano
(terutama pesisir selatan).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta pembagian Kawasan Strategis Pariwisata
Kabupaten Sumbawa di halaman selanjutnya.
P
rioritas program pengembangan wisata di Kabupaten Sumbawa dibagi
menjadi dua pembahasan, yaitu: prioritas program penanganan dan
prioritas penanganan kawasan. Prioritas program penanganan menyangkut
substansi dari program pengembangan wisata di Kabupaten Sumbawa,
yaitu program-program apa saja yang perlu segera dilakukan. Sedangkan
prioritas penanganan kawasan menyangkut aspek spasial dalam pengembangan wisata
Kabupaten Sumbawa, yaitu DPK-DPK mana saja yang penanganannya perlu
diprioritaskan.
Gambar 11.1
Prioritas Penanganan Program Pengembangan Wisata
maupun ekonomi mempunyai potensi yang cukup tinggi dan relatif tidak terlalu
mempunyai kendala dalam pengembangannya. Prioritas terakhir diberikan bagi
kawasan yang secara fisik maupun ekonomi tidak berpotensi, dan kendala yang
dihadapi dalam pengembangannya pun cukup tinggi.
POTENSI KENDALA
Gambar 11.2
Prioritas Penanganan Program Pengembangan Kawasan
Berdasarkan sistematika diatas serta kondisi eksisting yang ada, maka kawasan yang
menempati prioritas tertinggi dalam pengembangannya adalah terletak pada DPK
Lunyuk dan DPK Empang Tarano. Relevansi penanganan kawasan yang diprioritaskan,
terletak pada penciptaan kawasan wisata Kabupaten Sumbawa yang dapat menjadi
"Primadona" bagi wisatawan regional maupun internasional yang pada akhirnya mampu
menjadi pemacu bagi pertumbuhan kawasan lainnya.
Prioritas berikutnya diberikan pada objek dan daya tarik wisata yang pengembangannya
sudah berlangsung dan relatif tidak mempunyai kendala. Objek dan daya tarik wisata
yang termasuk dalam prioritas ini terletak pada DPK Labuan Mapin dan DPK Batu
Bulan. Untuk objek dan daya tarik wisata yang terletak pada DPK selain di atas, prioritas
penanganannya adalah prioritas ketiga, yaitu DPK Semongkat, DPK Istana Dalam Loka
dan DPK Pulau Moyo.
TABEL 11.1
INDIKASI PROGRAM DAN KEGIATAN
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2018-2027
PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS
Program Pembangunan 1. Penyusunan Rencana Induk dan Tersedianya Rencana Induk dan Perangkat Daerah bidang Pariwisata
Destinasi Pariwisata Rencana Detail Pembangunan Rencana Detail Pembangunan KSPK
Kawasan Pariwisata dan KPPK
2. Penyusunan regulasi tata bangunan Tersedianya regulasi tata bangunan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
dan tata lingkungan pembangunan dan tata lingkungan KSPK dan KPPK 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
kawasan pariwisata Umum dan Penataan Ruang;
3. Perangkat Daerah bidang Perumahan
dan Kawasan Permukiman
3. Pembuatan standarisasi fasilitas Terbentuknya standarisasi fasilitas 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
umum dan fasilitas pariwisata umum dan fasilitas pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
4. Pembuatan aturan untuk Terbentuknya aturan untuk 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pengembangan fasilitas umum dan pengembangan fasilitas umum dan 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
fasilitas pariwisata menggunakan fasilitas pariwisata Umum dan Penataan Ruang
kekayaan dan mempertimbangan
nilai-nilai lokal
5. Pengembangan pariwisata berbasis Tersusunnya revitalisasi paket 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
kegiatan budaya (cultural events) cultural event tourism 2. Perangkat Daerah bidang
Kebudayaan
6. Pengembangan pariwisata berbasis Tersusunnya revitalisasi paket 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
peninggalan sejarah dan budaya heritage tourism 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
(heritage tourism) Umum dan Penataan Ruang
7. Pembinaan dan penataan kawasan Terbinanya dan tertatanya kawasan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
wisata dan komunitas masyarakat wisata dan komunitas masyarakat 2. Perangkat Daerah bidang
yang mencerminkan prinsip-prinsip yang mencerminkan prinsip-prinsip Kebudayaan
sadar wisata/sapta pesona sadar wisata/sapta pesona
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)
K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 4
R E V I E W L A P O R A N A K H I R
(1) Alternatif, alternatif adalah obyek-obyek yang berbeda dan memiliki kesempatan
yang sama untuk dipilih oleh pengambil keputusan.
(2) Atribut, atribut sering juga disebut sebagai kriteria keputusan.
Penilaian objek dan daya tarik wisata tersebut dilihat setiap satuan kawasan wisata
sesuai dengan daya tarik setiap kawasan, dan penilaian yang dilakukan dilihat dari
aspek-aspek, yaitu sebagai berikut :
1. Letas Strategis Kawasan
2. Fungsi Kawasan
3. Generator Ekonomi
4. Tingkat Kerawanan Bencana
5. Potensi Konflik
6. Kesesuaian dengan Regulasi Tata Ruang
7. Memiliki Dokumen Rinci berkaitan dengan penataan kawasan
8. Keragaman Program Terdapat dalam RPIJM
9. Kondisi Aksesbilitas
10. Permasalahan Kawasan
11. Status Kawasan
Dengan melihat penilaian dari setiap objek wisata tersebut, maka untuk pengembangan
selanjutnya mudah dilihat kekurangan-kekurangan yang harus dibenahi dan
dikembangkan agar menjadi lebih baik dengan melakukan strategi pengembangan di
setiap Satuan Kawasan Wisata (SKW).
Kesesuaian dengan Kesesuaian >60% 3 Dokumen rencana Wawancara pejabat Kesesuaian dengan RTRW ditinjau
RTRW tata ruang Observasi lapangan berdasarkan besarnya penyimpangan atau
Kesesuaian 30 - 60% 2 ketidak sesuaian fungsi kawasan serta
rencana penggunaan lahan terhadap kondisi
Kesesuaian < 30% 1 faktual dilapangan. Semakin tinggi tingkat
kesesuaian dengan Rencana tata ruang
maka jaminan keberlanjutan program jg
semakin tinggi. untuk Kesesuaian >60%
diberi nilai (3), kesesuaian 30-60% diberi nilai
(2) dan kesesuaian kurang dari 30% diberi
nilai (1).
Memiliki Dokumen Sudah ada 3 Wawancara - Untuk kawasan yang sudah memiliki RDTR
Rencana Detai Tata dengan Pejabat diberi nilai (3), kawasan yang masih dalam
Ruang Dalam Rencana 2 rencana/ sedang dalam proses penyusunan
diberi nilai (2) dan kawasan yang belum/
Tidak ada 1 tidak ada rencana penyusunan RDTR dalam
waktu dekat diberi nilai (1).
Program RPIJM Terdapat banyak 3 Dokumen RPIJM - Parameter penilaian kawasan terkait dengan
penanganan banyk/sedikitnya penanganan kawasan yang
Tidak banyak 2 tercantum dalam RPIJM. Dimana kawasan
penanganan yang memiliki banyak dan beragam program
Tidak ada 1 penanganan kawasan perkotaan diberi nilai
penanganan (3), kawasan yang memiliki sedikit program
dan tidak beragam dalam penanganan
kawasan di RPIJM diberi nilai (2) dan yang
B. Batu Bulan
Destinasi utama berikutnya adalah Destinasi kawasan Batu Bulan. Destinasi di
Kawasan ini terdiri dari 6 objek wisata, dimana setelah melakukan pembobotan,
diperoleh skor untuk prioritas penanganan adalah sebagai berikut :
• Prioritas 1 : Bendungan Batu Bulan
• Prioritas 2 : Talwa
• Prioritas 3 : - Batu Tering
- Liang Petang
• Prioritas 4 : - Ai Renung
- Ai Beling
• Prioritas 5 : Bendungan Mamak
C. Semongkat
Destinasi Utama Semongkat, berada di beberapa wilayah kecamatan seperti
Kecamatan Sumbawa, Batulanteh, dan Labuhan Badas. Destinasi utama ini, memiliki
daya tarik objek wisata seperti wisata alam, wisata rekreasi dan beberapa wisata bahari.
Dengan menggunakan metode MCDM, diperoleh hasil bahwa prioritas 1 adalah Wisata
Pantai Goa di Kecamatan Labuhan Badas dan prioritas terendah adalah Permukiman
Tradisional Tepal di Batulanteh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini.
D. Labuan Mapin
Labuan Mapin Merupakan desa wisata bahari yang ada di Kecamatan Alas Barat, dan
berbatasan langsung dengan Kabupaten Sumbawa Barat. Mengingat eksistensi
kawasan ini, dalam beberapa dasawarsa, saat berlangsungnya pendudukan Tentara
Jepang di Nusantara, maka lokasi Labuan Mapin sangat strategis. Mengingat hal itu,
maka destinasi utama kali ini, merujuk pada penamaan Labuhan Mapin secara umum.
Di dalam Destinasi Utama Kawasan Labuhan Mapin ini, terdiri dari 5 objek wisata
andalan yang mayoritas merupakan wisata bahari. Adapun hasil pembobotan yang telah
dilakukan terkait destinasi utama di kawasan ini, hasil yang diperoleh adalah :
• Prioritas 1 : Agro Buer
• Prioritas 2 : Lapade
• Prioritas 3 : Pulau Bungin
• Prioritas 4 : Pulau Keramat
• Prioritas 5 : Pulau Kaung
• Prioritas 6 : Pulau Bedil
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini
E. Pulau Moyo
Moyo adalah sebuah pulau yang terdapat 2,5 km di sebelah utara Pulau Sumbawa.
Pulau ini memiliki luas 350 km2, dan memiliki garis pantai 88 km. Secara administratif,
pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa.
Pulau Moyo memiliki cagar alam yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi yang
berada beberapa kilometer dari pantai utara dan pulau ini dikelilingi oleh terumbu
karang yang indah dan habitat untuk babi hutan, biawak berikut 21 jenis kelelawar, rusa
liar dan terdapat juga kelompok kera pemakan kepiting, serta berbagai macam spesies
burung, ikan lumba-lumba dan kura-kura. Selain menawarkan wisata bahari, di pulau
Moyo juga terdapat air terjun alami yang memiliki air yang jernih yaitu Mata Jitu.
Adapun hasil pembobotan yang telah dilakukan terkait destinasi utama di kawasan ini,
hasil yang diperoleh adalah:
• Prioritas 1 : Ai Manis
• Prioritas 2 : Tanjung Pasir
• Prioritas 3 : - Raja Sua
- Takat Sagele
- Labuhan Aji
- Mata Jitu
• Prioritas 4 : Sebotok
F. Empang Tarano
Destinasi Wisata Utama yang ke-enam berada di kawasan Empang-Tarano. Kawasan
ini berada di ujung timur Kabupaten Sumbawa dan berbatasan langsung dengan
kabupaten Dompu. Secara umum, potensi wisata yang ada di kawasan ini didominasi
oleh wisata bahari. Terdapat juga wisata rekreasi minat khusus, berupa kawasan pantai
yang memiliki ombak yang sangat baik, dan dimanfaatkan oleh wisatawan yang
berkunjung, terutama wisatawan mancanegara untuk melakukan kegiatan olah raga air
yaitu surfing. Keberadaan lokasi surfing ini dipercaya oleh wisatawan merupakan
kawasan yang terbaik yang ada di kawasan Nusa Tenggara Barat, karena pantai lokasi
olahraga air ini, langsung menghadap Samudera Indonesia yang gelombang maupun
ombaknya konstan.
Lokasi wisata yang ada di kawasan ini, sangat berpotensi untuk dikembangkan, tetapi
tidak ditunjang oleh infrastruktur yang memadai, sehingga wisatawan hanya singgah
saja di lokasi ini, tanpa memberikan kontribusi apapun bagi pemerintah maupun
masyarakat yang ada di wilayah ini.
Sedangkan untuk hasil pembobotan yang dilakukan, terkait dengan penentuan prioritas
kawasan, dapat dilihat pada table berikut ini.
Untuk prioritas penanganan sesuai dengan hasil perankingan yang telah dilakukan,
didapatkan hasil :
G. Lunyuk
Kawasan wisata yang ada di Kecamatan Lunyuk, merupakan hasil identifikasi setelah
dilakukan survey mendalam dan mengakomodir saran dari beberapa pihak. Kondisi
objek wisata di Kecamatan Lunyuk, masih sangat alami dan memiliki panorama alam
yang sangat indah, tetapi belum terkelola dengan baik. Kondisi alam yang unik, antara
morfologi pegunungan dan pantai yang cukup landai dan luas, ditambah lagi dengan
pasir putih yang sangat indah, ditunjang dengan iklim yang sangat bersahabat karena
menghadap langsung ke Samudera Hindia. Adapun objek wisata di kecamatan Lunyuk
yang sangat berpotensi dikembangkan adalah wisata bahari.
H. Labangka
Seperti halnya Lunyuk, kawasan wisata yang ada di Kecamatan Labangka merupakan
hasil identifikasi setelah dilakukan survey mendalam dan mengakomodir saran dari
beberapa pihak. Kondisi objek wisata di Kecamatan Labangka, masih sangat alami dan
memiliki panorama alam yang sangat indah, tetapi belum terkelola dengan baik.
Kondisi alam yang unik, antara morfologi pegunungan dan pantai yang cukup landai dan
luas, ditambah lagi dengan pasir putih yang sangat indah, ditunjang dengan iklim yang
sangat bersahabat karena menghadap langsung ke Samudera Hindia. Adapun objek
wisata di kecamatan Labangka yang sangat berpotensi dikembangkan adalah wisata
bahari.
Sedangkan untuk hasil pembobotan yang dilakukan, terkait dengan penentuan prioritas
kawasan, dapat dilihat pada table berikut ini.
Dalam menganalisis tentang penilaian terhadap beberapa objek wisata yang ada di
Kabupaten Sumbawa, digunakan metode pembobotan skoring dengan skala penilaian
mengaplikasi skala penilaian Fandeli yang didukung dengan metode pembobotan dan
Value Action Criteria (VAC). Metode pembobotan (faktor skoring) merupakan suatu
teknik dalam menganalisis data dengan membuat suatu nilai terhadap keadaan yang
ada, dan disusun menurut ranking yang telah dibuat sebelumnya. Dalam pembobotan
ini, akan menghasilkan nilai yang paling rendah hingga yang paling tinggi untuk
menentukan variable mana yang mempunyai daya tarik tinggi, sedang, dan rendah
untuk aktivitas wisata. Skala untuk kawasan wisata yang terbentuk dari tiap-tiap SKW
(Satuan Kawasan Wisata) berbeda-beda, didasarkan pada nilai tertinggi dan terendah
untuk masing-masing total skor yang telah diperoleh.
Dalam menentukan penilaian digunakan skala penilaian menurut Fandeli yaitu membagi
menjadi 5 kelas yaitu :
- sangat buruk (nilai skor 1)
- buruk (nilai skor 2)
- sedang (nilai skor 3)
- baik (nilai skor 4)
- sangat baik (nilai skor 5).
Skala penilaian yang dipergunakan untuk kawasan Destinasi Utama “Istana Dalam
Loka” adalah :
• 57 – 70 à Sangat Baik
• 43 – 56 à Baik
• 29 – 42 à Sedang
• 15 – 28 à Buruk
• 00 – 14 à Sangat Buruk
1. Hasil Skoring
Sedangkan hasil akumulasi skor rata-rata masing-masing indikator yang diperoleh
dari perhitungan menggunakan Metode Fandeli adalah :
1. Atraksi à 47
2. Aksesbilitas à 54,5
3. Informasi & Promosi à 45
4. Pelayanan à 30,8
B. Batu Bulan
Kawasan Wisata Destinasi Utama Batu Bulan, dalam analisis Fandeli menghasilkan
skala penilaian :
• 29 – 35 à Sangat Baik
• 22 – 28 à Baik
• 15 – 21 à Sedang
• 08 – 14 à Buruk
• 00 – 07 à Sangat Buruk
1. Hasil Skoring
Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah :
1. Atraksi à 23
2. Aksesbilitas à 21,25
3. Informasi & Promosi à 19
4. Pelayanan à 13
C. Semongkat
Kawasan Wisata Destinasi Utama Semongkat, dalam analisis Fandeli menghasilkan
skala penilaian:
• 45 – 55 à Sangat Baik
• 34 – 44 à Baik
• 23 – 33 à Sedang
• 12 – 22 à Buruk
• 00 – 11 à Sangat Buruk
1. Hasil Skoring
Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah :
1. Atraksi à 37
2. Aksesbilitas à 42,5
3. Informasi & Promosi à 33,25
4. Pelayanan à 28,4
2. Kesimpulan Destinasi Utama
Dalam destinasi utama ini, berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan Analisis
Fandeli, diperoleh penilaian dan kesimpulan, untuk atraksi wisata dan aksesibilitas di
kawasan ini sudah baik, dan perlu sedikit penanganan untuk kegiatan informasi –
promosi dan pelayanan di masing-masing objek wisata.
Tabel Lampiran I-12
Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Semongkat”
D. Lab. Mapin
Skala penilaian Kawasan Wisata Destinasi Utama Lab. Mapin, yang digunakan sesuai
dengan hasil pembobotan dalam analisis Fandeli menghasilkan skala penilaian :
• 25 – 30 à Sangat Baik
• 19 – 24 à Baik
• 13 – 18 à Sedang
• 07 – 12 à Buruk
• 00 – 06 à Sangat Buruk
1. Hasil Skoring
Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah :
1. Atraksi à 22
2. Aksesbilitas à 18,75
3. Informasi & Promosi à 17,25
4. Pelayanan à 12,8
2. Kesimpulan Destinasi Utama
Dalam destinasi utama ini, berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan Analisis
Fandeli, diperoleh penilaian dan kesimpulan, hanya atraksi yang berada dalam skala
baik. Jika di kaji lebih dalam, sebenarnya aksesibilitas, promosi dan pelayanan yang
ada di kawasan ini, saat dikaji secara parsial, sudah cukup memadai, karena pada
beberapa objek wisata unggulan, sudah terpenuhi dengan baik dan lengkap. Tetapi
karena menggunakan skoring akumulatif, maka hasil kesimpulan umum yang diperoleh
untuk informasi dan promosi serta pelayanan objek wisata, perlu sedikit peningkatan
karena masih dalam skala sedang.
Tabel Lampiran I-13
Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Labuhan Mapin”
E. Pulau Moyo
Moyo adalah pulau yang terletak di utara Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Destinasi ini menjadi pilihan wisata beberapa orang dikarenakan tempatnya sunyi dan
indah. Lokasinya yang berpisah dengan pulau induknya, hanya dapat ditempuh dengan
menggunakan transportasi laut dan udara.
Kawasan Wisata Destinasi Utama Pulau Moyo, dalam analisis Fandeli menghasilkan
skala penilaian :
• 29 – 35 à Sangat Baik
• 22 – 28 à Baik
• 15 – 21 à Sedang
• 08 – 14 à Buruk
• 00 – 07 à Sangat Buruk
1. Hasil Skoring
Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah :
1. Atraksi à 34
2. Aksesbilitas à 14
3. Informasi & Promosi à 23,75
4. Pelayanan à 16,4
Hasil penilaian yang dilakukan diperoleh kesimpulan umum bahwa tingkat aksesbilitas
dan pelayanan perlu ditingkatkan untuk menunjang indikator atraksi yang memiliki nilai
bobot yang sangat baik. Sedangkan untuk informasi dan promosi berada dalam skala
baik. Tetapi mengingat kondisi beberapa objek wisata unggulan yang ada di kawasan
Pulau Moyo ini, bersifat private dan ekseklusif, maka dalam penilaian yang dilakukan,
secara perbandingan, tidak dapat dipergunakan karena keunggulan yang ditawarkan
oleh kawasan wisata ini, juga mencakup indikator lain yang nilai bobotnya kecil. Sebagai
contoh, tingkat aksesbilitas / pencapaian yang rendah, sebenarnya merupakan salah
satu nilai tawar lokasi objek wisata yang diunggulkan, karena konsep wisata di kawasan
ini adalah eksklusif.
F. Empang Tarano
Kawasan Wisata Destinasi Utama Empang Tarano, dalam analisis Fandeli
menghasilkan skala penilaian :
• 49 – 60 à Sangat Baik
• 37 – 48 à Baik
• 25 – 36 à Sedang
• 11 – 24 à Buruk
• 00 – 12 à Sangat Buruk
1. Hasil Skoring
Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah :
1. Atraksi à 47
2. Aksesbilitas à 26,5
3. Informasi & Promosi à 25,5
4. Pelayanan à 22,4
G. Lunyuk
Skala penilaian Kawasan Wisata Destinasi Utama Lunyuk, yang digunakan sesuai
dengan hasil pembobotan dalam analisis Fandeli menghasilkan skala penilaian :
• 11 – 15 à Sangat Baik
• 10 – 12 à Baik
• 07 – 09 à Sedang
• 04 – 06 à Buruk
• 00 – 03 à Sangat Buruk
1. Hasil Skoring
Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah :
1. Atraksi à 12
2. Aksesbilitas à 5,25
3. Informasi & Promosi à 6,5
4. Pelayanan à 6,2
H. Labangka
Skala penilaian Kawasan Wisata Destinasi Utama Labangka, yang digunakan sesuai
dengan hasil pembobotan dalam analisis Fandeli menghasilkan skala penilaian :
• 13 – 15 à Sangat Baik
• 10 – 12 à Baik
• 07 – 09 à Sedang
• 04 – 06 à Buruk
• 00 – 03 à Sangat Buruk
1. Hasil Skoring
Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah :
5. Atraksi à 12
6. Aksesbilitas à 5,25
7. Informasi & Promosi à 6,5
8. Pelayanan à 6,2
2. Kesimpulan Destinasi Utama
Seperti halnya dengan Destinasi utama Lunyuk, dalam destinasi utama Labangka ini,
berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan Analisis Fandeli, diperoleh penilaian
dan kesimpulan, atraksi yang ditawarkan pada kawasan destinasi utama ini sudah baik,
karena kondisi alam yang masih alami, yang merupakan salah satu faktor wisatawan
mengunjungi suatu lokasi wisata. Untuk indikator lain sesuai hasil penilaian pembobotan
yang dilakukan, masih dalam skala “buruk”. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengembangan dan kebijakan dari pemerintah jika ingin mengembangkan kawasan ini
menjadi salah satu destinasi wisata yang mampu bersaing dengan kawasan-kawasan
lain disekitarnya.
Kondisi lanskap sekitar bangunan bersejarah sebaiknya juga dikembalikan pada kondisi
seperti semula. Oleh karena itu perlu suatu kajian lanskap secara khusus, karena kajian
ini belum pernal dilakukan sebelumnya. Pengembangan lingkungan luar (outdoor) atau
dikenal sebagai lanskap dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi ruang luar seperti
yang terjadi saat bangunan bersejarah tersebut dioperasionalkan pada zamannya.
Selain itu, penampilan lanskap pendukung bangunan utama agar terlihat estetik
memberi suatu kesatuan antara bangunan dan lanskapnya.
Perencanaan obyek wisata museum secara khusus diarahkan pada hal-hal sebagai
berikut:
1. Materi Koleksi.
Suatu museum akan menjadi perhatian pengunjung apabila koleksinya memberikan
daya tarik tersendiri. Daya tarik dapat berupa topik atau jenis koleksinya dan juga
kualitas koleksinya. Pengembangan materi koleksi untuk setiap museum perlu dikaji
terlebih dahulu. Demikian juga terhadap kualitas koleksi, pemeliharaan perlu
dilakukan secara intensif.
2. Sekuens atau sirkulasi.
Materi yang baik perlu disajikan dengan baik juga. Penyajian tidak hanya sekedar
menampilkan dalam ruang pamer yang menarik, tapi juga berkaitan dengan
rangkaian cerita yang terkandung di dalamnya. Seluruh koleksi dihadirkan dalam
suatu rangkaian cerita yang mudah dipahami dan menarik. Beberapa museum tidak
memperlihatkan sekuens yang mudah dimengerti. Jadi tidak hanya menceritakan
bahwa koleksi ini dan koleksi itu pernah digunakan pada masa itu, tapi koleksi satu
dengan lainnya mempunyai keterkaitan dan memberi cerita yang menyeluruh
(komprehensif) dan menarik. Dalam menikmati cerita yang terkandung dalam koleksi
tersebut, pengunjung diharapkan merasa nyaman bergerak dalam museum
tersebut. Pergerakan pengunjung diharapkan tidak terhambat oleh adanya dan
bertumpuknya koleksi yang tidak terartur. Oleh karena itu, perlu penataan koleksi
sehingga memberi cerita keseluruhan yang menarik dan nyaman bergerak
menikmati koleksi tersebut.
3. Penampilan Keseluruhan.
Penampilan museum secara keseluruhan merupakan penampilan indoor dan
outdoor. Kesatuan penataan kedua ruang tersebut (indoor dan outdoor) sangat
membantu penampilan keseluruhan. Penampilan outdoor meliputi karakter
bangunan dan keindahan penampilan bangunan dan lingkungan luarnya.
4. Keramahtamahan Penjaga.
Hal kecil yang dapat mengganggu daya tarik obyek wisata museum adalah
pelayanan museum dan guidenya. Bila museum tersebut berukuran kecil dan
dikelola oleh satu atau dua orang saja, yang bertugas menjaga dan melayani
pengunjung, maka peran penjaga tersebut sangat membantu meningkatkan daya
tarik museum. Penyambutan yang ramah dengan penjelasan sang sangat menarik
akan membantu meningkatkan daya tarik museum sebagai obyek wisata.
Kegiatan budaya atau adat biasanya diselenggarakan dalam periode tertentu atau
dilakukan dengan frekuensi tertentu dalam satu tahun. Jadwal penyelenggaraan yang
pasti dari suatu kegiatan budaya akan sangat membantu bagian promosi sehingga
memudahkan para calon wisatawan yang akan melihat kegiatan tersebut untuk
menetapkan hari kunjungannya ke lokasi dimana kegiatan tersebut dilaksanakan.
Kegiatan yang jelas dan pasti juga memudahkan perencana pariwisata untuk membuat
program wisata yang lebih akurat dan efisien.
Perencanaan obyek wisata budaya juga harus memperhatikan ruang atau lokasi yang
diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan budaya tersebut. Kegiatan budaya dapat
dilakukan di dalam gedung, di halaman atau ruang terbuka, dan di laut. Apakah ruang,
gedung, atau lokasi yang seharusnya digunakan masih ada atau sudah berubah fungsi.
Perbaikan atau penyediaan sarana tersebut harus direncanakan dengan baik agar
kegiatan budaya yang sudah mengakar tidak hilang secara bertahap. Oleh karena itu
perlu kajian berkaitan dengan identifikasi dan inventarisasi kegiatan budaya khususnya
berkaitan dengan kebutuhan ruang, gedung atau lokasi.
Kebutuhan berwisata satu atau kelompok wisatawan dapat berbeda dengan satu atau
kelompok wisatawan lainnya. Kebutuhan yang berbeda-beda ini perlu diidentifikasi
dengan baik sehingga pengunjung dapat memperoleh pengalaman sesuai dengan yang
diinginkan (Gambar Lampiran II-4).
Wisatawan yang mempunyai waktu kunjungan sampai setengah hari, kunjungan dapat
diarahkan hanya dalam sekitar kota saja (Gambar Lampiran II-5). Kunjungan dengan
waktu yang tersedia satu hari penuh dapat dilakukan di dalam kota dengan wisata
perkotaan. Obyek-obyek yang dikunjungi dapat berupa obyek-obyek wisata andalah
yang ada di Sumbawa Besar dan sekitarnya.
Paket wisata dengan waktu yang tersedia selama satu minggu merupakan paket wisata
yang diprediksi merupakan paket wisata yang cukup lengkap. Paket ini dapat
mengunjungi semua berbagai obyek-obyek wisata yang ada. Waktu satu minggu masih
sangat memungkinkan untuk mengikuti paket khusus atau paket minat khusus. Paket
wisata dengan waktu yang tersedia lebih dari satu minggu dapat diarahkan pada wisata
dengan homestay. Wisatawan dapat menikmati alam dan budaya Samawa lebih
mendalam lagi seperti kebiasaan hidup sehari-hari, dan sebagainya.
Jenis Obyek Wisata yang Sama. Paket wisata yang didasarkan atas kesamaan obyek
dapat disusun dengan memperhatikan obyek-obyek wisata andalan dan mempunyai
nilai wisata yang tinggi, seperti sebagai berikut:
1) Paket Wisata Sejarah dan Budaya
2) Paket Wisata Taman Laut (Diving dan Snorkeling)
3) Paket Wisata Pantai
4) Paket Agrowisata
5) Paket Ekowisata
Paket wisata dengan jenis obyek yang sama dapat dilaksanakan dalam dan antarzona
pariwisata, atau kunjungan di zona pariwisata 1 hanya pada lokasi-lokasi yang paling
baik (andalan), kemudian dilanjutkan pada objek lain yang terbaik di masing-masing
zona pariwisata lainnya.
Jenis Obyek yang Beragam. Paket wisata ini menyediakan berbagai macam obyek
untuk dikunjungi, mulai dari obyek wisata sejarah, bahari, alam pegunungan, bahkan
sampai pada wisata rekreasi. Sekali kunjungan wisatawan diajak ke berbagai obyek
wisata andalan baik di dalam zona pariwisata maupun zona pariwisata lainnya sesuai
waktu wisatawan yang tersedia. Penyusunan paket wisata ini perlu kajian khusus.
Obyek Wisata yang Berdekatan. Paket wisata ini disediakan bagi wisatawan yang
tidak ingin pergi jauh dari tempat mereka menginap. Wisatawan akan mengunjungi
obyek-obyek wisata yang lokasinya berdekatan dan tidak jauh, walaupun obyek-obyek
wisata yang dikunjungi bukan merupakan obyek andalan di zona tersebut. Kunjungan
obyek-obyek wisata terdekat di Sumbawa dapat dilakukan walaupun bukan obyek
wisata andalan.
Pelayanan juga dapat dilakukan pada kabupaten sekitar sehingga pencapaian lebih
mudah dan cepat. Pengembangan pelayanan lintas kabupaten tersebut perlu ada suatu
kajian khusus, mengingat jenis pelayanan yang diperlukan dan mekanisme merujuk
belum dipunyai. Melalui kajian tersebut, akan diketahui fasilitas dan pelayanan seperti
apa yang dimiliki masing-masing zona wisata yang ada.
Rumah sakit, klinik atau puskesmas di Kabupaten Sumbawa selalu terbuka untuk
melayani para pasiennya, termasuk para wisatawan. Demikian pula apabila wisatawan
berkeinginan membeli souvenir yang merupakan ciri khas Kabupaten Sumbawa, dapat
mengunjungi toko-toko souvenir atau pasar terdekat untuk mendapatkan berbagai
macam oleh-oleh khas Kabupaten Sumbawa.
Merujuk pada Gambar Lampiran II-7 tersebut di atas, perencanaan amenitas lebih
difokuskan pada kebutuhan utama wisatawan selama kunjungannya di Kabupaten
Sumbawa. Perencanaan amenitas meliputi penginapan atau hotel, rumah makan atau
restoran, pelayanan kesehatan, listrik, telepon, pos, dan sebagainya.
kamar, dirasa masih mencukupi untuk menampung jumlah wisatawan yang akan
memanfaatkan akomodasi hotel.
Penataan kembali kondisi fisik yang direncanakan tidak hanya dilakukan pada
indoor penginapan, tapi juga outdoor-nya. Kondisi sekitar penginapan harus
diperhatikan sehingga wisatawan merasa nyaman untuk tinggal. Keramahtamahan
pelayanan adalah sangat penting, karena akan memberikan kesan yang sangat
mendalam dan membekas sampai mereka kembali.
Kegiatan yang perlu dilakukan dalam perencanaan pembangunan pariwisata adalah
identifikasi penginapan yang memenuhi standard, perencanaan detil lanskap
perhotelan dan penginapan yang mendukung estetika lingkungan, serta pendidikan
dan pelatihan perhotelan dan keramahtamahan bagi pekerja hotel dan penginapan.
Rumah Makan. Berbagai rumah makan, saat ini tersedia cukup banyak di seluruh
Kabupaten Sumbawa, baik yang menyediakan makanan tradisional maupun makanan
nusantara. Pembinaan rumah-rumah makan dilakukan pada rumah makan yang belum
memenuhi standar kesehatan. Selain itu, pembinaan juga dilakukan untuk memberi
pelayanan yang ramah dan menyenangkan para wisatawan sehingga wisatawan ingin
kembali makan di tempat tersebut.
Pelayanan makan, selain makan di tempat juga menyediakan paket makan yang dapat
dibawa wisatawan dan tahan lama. Hal ini mengantisipasi kemungkinan tidak adanya
rumah makan pada lokasi tertentu dimana wisatawan ingin menghabiskan waktunya
seharian penuh di lokasi tersebut.
Toko Souvenir. Beberapa buah tangan (oleh-oleh) khas Sumbawa, tersedia di toko
souvenir. Jumlah toko souvenir masih sangat terbatas dan saat ini hanya ada di kota-
kota kecamatan dan berpusat di Sumbawa Besar. Pengembangan pelayanan gift dan
souvenir ini harus melibatkan masyarakat pengrajin dan industri wisata. Penataan lokasi
toko souvenir harus dilakukan untuk menyedia pelayanan ini bagi wisatawasn dengan
mudah.
Aksesibilitas. Perencanaan infrastruktur aksesibilitas meliputi aksesibilitas menuju Ibu
Kota Kabupaten dan obyek wisata yang dituju (Gambar Lampiran II-8). Sampai saat ini
akses yang paling mudah menuju Kabupaten Sumbawa adalah melalui penyeberangan
laut yang dilanjutkan dengan perjalanan menggunakan kendaraan darat. Sedangkan
untuk rute penerbangan, Kabupaten Sumbawa telah di layani oleh 2 maskapai regular
yang memanfaatkan Bandar Udara Brang Biji Sumbawa Besar. Penerbangan utama
dilakukan melalui Hub Lombok dan Denpasar. Beberapa penerbangan non regular juga
sering singgah di Bandar Udara ini, untuk mengangkut grup wisatawan yang akan
menuju ke pulau Moyo.
Akses direncanakan menggunakan transportasi darat, laut dan udara. Demikian pula
akses menuju obyek-obyek wisata direncanakan dengan menggunakan ketiga
transportasi tersebut. Pada umumnya obyek-obyek wisata di Kabupaten Sumbawa
berjarak lebih dari 10 kilometer dari pusat kota Kabupaten/Kota. Obyek-obyek wisata
yang jaraknya dekat dengan ibukota kabupaten dan jumlahnya sedikit. Hal ini
menunjukkan bahwa transportasi sangat diperlukan untuk mencapai obyek-obyek
wisata tersebut. Oleh karena itu, perencanaan aksesibilitas juga meliputi akses menuju
ibukota kabupaten, dan akses menuju obyek-obyek wisata. Selain itu juga konektivitas
antar obyek wisata, perlu diperhatikan.
Akses darat dari ibu kota kabupaten menuju obyek wisata direncanakan untuk
ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas, peningkatan jalan
diarahkan pada peningkatan kelas jalan atau fisik jalan yang semula jalan tersebut
berupa jalan agregrat menjadi jalan beraspal, atau semua berupa jalan tanah menjadi
jalan agregrat. Selain itu, pengembangan jalan beraspal yang sudah ada diikuti dengan
pengembangan lanskap jalannya.
Pada jalan-jalan-jalan kota bagian tertentu yang intensitas pejalan kakinya tinggi,
khususnya untuk mencapai obyek-obyek wisata, perlu trotoar (pedestrian walk) yang
memadai, agar para wisatawan merasa nyaman menuju obyek-obyek wisata di dalam
kota dengan berjalan kaki.
Pengembangan jalan secara kuantitas yang dimaksud adalah menambah panjang jalan
menjadi lebih panjang sesuai dengan RTRW Kabupaten Sumbawa. Dalam RIPPDA
Kabupaten Sumbawa ini, pengembangan jalan baru disarankan agar melintasi obyek-
obyek wisata andalan yang potensial dan yang masih belum dimanfaatkan sebagai
obyek wisata. Prasarana Jalan sangat penting dalam pariwisata, namun demikian, alat
transportasi juga merupakan fasilitas penting bagi pariwisata. Pengunjung lokal dan
pengunjung lainnya memerlukan transportasi yang layak, pasti, dan tertib.
V. Perencanaan Kelembagaan
Lembaga kepariwisataan merupakan suatu lembaga yang mengelola berbagai kegiatan
kepariwisataan baik secara langsung maupun tidak langsung. Lembaga ini sangat
diharapkan keberadaannya agar kepariwisataan daerah terorganisir dan terkoordinasi
dengan baik sehingga para wisatawan merasakan kenyamanannya berwisata di daerah
tersebut. Lembaga kepariwisataan yang profesional tidak harus lembaga baru yang
dibentuk khusus untuk kepariwisataan, tapi dapat juga memberdayakan lembaga yang
sudah ada dan potensial untuk dikembangkan secara profesional.
Peran utama lembaga atau institusi tersebut adalah mengelola sistem kepariwisataan
Kabupaten Sumbawa yang ada di dalamnya. Kegiatan penting lainnya adalah
mempromosikan dan memasarkan pariwisata yang ada di Kabupaten Sumbawa.
Pada tingkat Kabupaten, lembaga yang menangani kepariwisataan secara legal adalah
Dinas Pemuda Olahraga dan Budaya dan Pariwisata Kabupaten Sumbawa. Sedangkan
pada tingkat kecamatan, dapat dibentuk lembaga yang menangani sektor wisata berupa
Unit Pelaksana Teknis Bidang Pariwisata (Gambar Lampiran II-10). Dengan demikian,
lembaga yang menangani kepariwisataan secara legal sudah ada.
Pembentukan lembaga baru yang independen sekalipun masih dirasa kurang tepat,
karena dapat mengurangi peran dan fungsi dinas-dinas tersebut. Namun demikian,
pada pelaksanaannya dinas-dinas tersebut masih mempunyai kelemahan-kelemahan
yang perlu diperkuat. Oleh karena itu, pada pelaksanaannya dinas-dinas tersebut dapat
bermitra dengan masyarakat dan atau lembaga non-pemerintah (LSM). Bentuk
kemitraan, kewenangan, dan teknis pelaksanaannya perlu dikaji lebih jauh.
Faktor-faktor yang terkena dampak meliputi faktor biogeofisik kimia, aspek sosial
ekonomi dan sosial budaya. Sumber dampak meliputi komponen-komponen penting
penyebab dampak seperti misalnya emisi SO2 dan NOx dengan konsentrasi tinggi, atau
berupa limbah rumah makan, sampah kawasan rekreasi dan sebagainya.
Upaya pencegahan dampak yang diakibatkan oleh kegiatan wisata di produk wisata
dapat dilakukan dengan beberapa cara (Suratmo, 1990), diantaranya:
1. Pencegahan dilakukan dengan menggunakan bahan baku yang tidak atau kurang
menghasilkan limbah berbahaya dan beracun yang dapat mengganggu dan
membahayakan kesehatan manusia.
2. Penanggulangan di luar prosesnya agar tidak membahayakan.
3. Pengembangan, yaitu usaha untuk lebih meningkatkan daya guna dampak positif
afar dapat diperoleh manfaat yang lebih besar.
Perencanaan pengelolaan lingkungan yang lebih detil perlu suatu kajian tersendiri yang
mencermati setiap obyek-obyek wisata, dan setiap kawasan atau zona.
Dalam pelaksanaan masa pekerjaan, konsultan melakukan 3 kali seminar pada masing-
masing tahapan laporan, dengan tujuan menyampaikan progress perkembangan
pekerjaan kepada pihak Pengguna Jasa. Seminar yang dilakukan dihadiri oleh
stakeholder yang memiliki kaitan dengan pengembangan sektor Pariwisata di
Kabupaten Sumbawa. Kegiatan seminar yang dilakukan antara lain :
2. Pelabuhan Wisata