Anda di halaman 1dari 229

R

E V I E W L A P O R A N A K H I R

1.1. LATAR BELAKANG


ektor pariwisata merupakan salah satu andalan pembangunan di Indonesia

S
saat ini. Kabupaten Sumbawa sebagai kabupaten yang luas wilayahnya paling
besar di Pulau Sumbawa, dan menyumbang salah satu icon wisata di Propinsi
Nusa Tenggara Barat memiliki berbagai jenis potensi wisata yang masih
memerlukan upaya pengembangan. Berbagai aset wisata yang saat ini ada
masih memerlukan peningkatan baik dari segi kuantitas maupun kualitas dalam
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat setempat untuk berwisata serta menjadikan
pariwisata sebagai salah satu sektor ekonomi alternatif penting di masa depan.

Sampai saat ini belum banyak dilakukan pembangunan obyek dan daya tarik wisata
dalam memenuhi kebutuhan pariwisata di daerah ini, sehingga kontribusi pariwisata
sebagai bagian dari kebutuhan manusia maupun kontribusinya pada pembangunan
daerah belum signifikan. Dilihat dari sisi ini, dapat dimengerti bahwa upaya

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 1


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

pembangunan kepariwisataan perlu dilakukan secara berkesinambungan dan


berkelanjutan, dengan harapan hasil pembangunan kepariwisataan itu dapat
meningkatkan jumlah wisatawan dan memperpanjang lama tinggal serta kesan
wisatawan terhadap aset wisata yang ada.

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten (RIPPAR-KAB) adalah


panduan bagi pembangunan kepariwisataan daerah yang memuat Materi Pokok
Ketentuan Program Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten, yang juga merupakan
Rencana Umum dan Panduan Rancangan, Rencana Investasi, Ketentuan Pengendalian
Rencana dan Pedoman Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan Kawasan
Kepariwisataan.

Dengan berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah yang merupakan acuan bagi


kemandirian daerah dalam mengoptimalisasi potensi sumberdaya alam maupun
sumberdaya buatan yang dimilikinya, sektor pariwisata menjadi salah satu aset yang
potensial untuk dieksploitasi dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian
dan peningkatan kesejahteraan. Sejalan dengan hal tersebut, Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 sebagaimana
diamanatkan dalam Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 juga telah menjadikan
pariwisata sebagai salah satu tema bagi salah satu koridor pembangunan ekonominya
yaitu koridor 5 untuk wilayah Bali - Nusa Tenggara, yang didalamnya adalah Provinsi
NTB dan Kabupaten Sumbawa pada khususnya. Selanjutnya di dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025, pemerintah memberikan penekanan
terhadap 4 (empat) hal pokok dalam pembangunan kepariwisataan yang wajib dijadikan
acuan yaitu:
1) Destinasi Pariwisata;
2) Pemasaran Pariwisata;
3) Industri Pariwisata, dan
4) Kelembagaan Pengelolaan Pariwisata.

Berdasarkan kententuan dan acuan tersebut Kabupaten Sumbawa yang merupakan


salah satu Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki potensi wilayah
yang relatif menjanjikan bagi sektor kepariwisataan, bermaksud untuk memetakan
potensi dan permasalahan di sektor kepariwisataan untuk kemudian diolah dan
dianalisis menjadi rencana pembangunan kepariwisataan Kabupaten Sumbawa untuk
jangka waktu 10 tahun ke depan.

1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


A. MAKSUD
Maksud dari penyusunan RIPPAR-KAB ini adalah Sebagai dokumen panduan yang
menyeluruh dan memiliki kepastian hukum tentang perencanaan pembangunan
kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa.

B. TUJUAN
Tujuan disusunnya studi ini adalah sebagai dokumen perencanaan pembangunan
pariwisata Kabupaten Sumbawa yang berkelanjutan, meliputi:

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 2


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1. Terselenggaranya pemanfaatan Ruang Wilayah yang berkelanjutan dan


berwawasan lingkungan sesuai dengan daya dukung serta arah Kebijakan
Pembangunan.
2. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan/pemanfaatan Sumber Daya Alam
dan Sumber Daya Buatan dengan tetap memperhatikan Sumber Daya Manusia
dan ekosistemnya.
3. Terselenggaranya pemanfaatan Ruang Kawasan-kawasan Peruntukan
Pariwisata khususnya dan Kawasan Budidaya pada umumnya secara optimal.

C. SASARAN
Sasaran dari pekerjaan penyusunan Rencana Induk Pembagunan Kepariwisataan
(RIPPAR) Kabupaten Sumbawa adalah:
1. Mengarahkan jalannya pembangunan kepariwisataan dalam jangka pendek,
menengah dan panjang;
2. Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat
dan kongkrit sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;
3. Menjamin implementasi pembangunan kepariwisataan agar sesuai dengan
aspirasi dan kebutuhan masyarakat;
4. Menjamin terpeliharanya objek wisata pasca pengembangan karena adanya
rasa memiliki dari masyarakat;
5. Mengintegrasikan warisan kebudayaan lokal sebagai bagian dari potensi
pariwisata.

1.3. KELUARAN
Keluaran yang diharapkan dari penyusunan RIPPAR Kabupaten Sumbawa adalah:
a) Konsep dasar Perancangan Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Kabupaten Sumbawa
b) Program Pembangunan Kepariwisataan dengan kegiatannya.

1.4. RUANG LINGKUP


Pekerjaan penyusunan dokumen akademis Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Daerah (RIPPAR) Kabupaten Sumbawa adalah sebagai berikut.

1.4.1. LINGKUP WILAYAH


Kegiatan penyusunan RIPPAR Kabupaten Sumbawa ini mencakup seluruh wilayah
Kabupaten Sumbawa yang terkait dengan rencana pengembangan pariwisata
Kabupaten Sumbawa, melingkupi seluruh wilayah di Kabupaten Sumbawa sebanyak 24
kecamatan, baik wilayah yang berada di daratan maupun kepulauan-kepulauan yang
tersebar di sepanjang bagian utara dan selatan Kabupaten Sumbawa.

1.4.2. LINGKUP MATERI


Hierarkhi RIPPAR Kabupaten Sumbawa secara detil dapat dilihat pada Gambar 1-1.
Penyusunan RIPPAR Kabupaten Sumbawa mengacu pada RIPPARNAS, RIPPARDA
Provinsi NTB dan dokumen perencanaan lain yang memiliki substansi pembahasan
yang sama. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPAR)
Kabupaten Sumbawa ini juga akan diacu dalam penyusunan RIPPAR Kawasan yang
berada di Kabupaten Sumbawa.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 3


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

OBYEK SASARAN PARIWISATA TATA


RUANG TINGKAT

UU : 9/2010 UU : 26/2007
Nasional Nasional
RIPPNAS RTRWN

DTW RIPP Provinsi RTRW Provinsi Provinsi

RIPPAR RTRW
Sub DTW Kabupaten
Kab./Kota Kab./Kota
Kawasan Kota
RIPP RDTRK
Kawasan ( Zonasi )

Rencana Tapak RTR


Obyek Wisata Lokal
Desain Teknis Desain Teknis

IMPLEMENTASI

Gambar 1-1. Hierarkhi RIPPAR Kabupaten Sumbawa



1.4.3. LINGKUP KEGIATAN
Ruang lingkup penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Kabupaten Sumbawa meliputi:
a. Rumusan Program dan Arahan Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten
Sumbawa untuk kurun waktu 10 tahun.
b. Rumusan Rencana Lokasi / Destinasi Wisata berikut pemanfaatannya.
c. Indikasi program pengelolaan pasca pelaksanaan dengan kegiatan:
1) Kajian terhadap kondisi di lapangan terdiri dari:
• Kajian terhadap kondisi eksisting kepariwisataan daerah
• Kajian terhadap potensi dan permasalahan kepariwisataan
• Kajian kondisi sarana dan prasarana
2) Survey lapangan terdiri dari:
• Kondisi geografis
• Origin and Destination
• Block plan / Site plan kawasan
• Sarana dan Prasana pendukung
3) Kajian Perhitungan Teknis
• Rencana struktur lapangan
• Rencana luas kawasan yang ditata.
4) Struktur Tata Ruang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 4


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Meliputi kajian terhadap struktur ruang kepariwisataan dalam artian


pola keterkaitan (linkages) dari masing-masing kawasan wisata/
destinasi wisata yang menimbulkan bangkitan berupa daya tarik atau
daya tolak terhadap wisatawan.
5) Konsep Pendekatan
• Pendekatan ekologis, pendekatan yang mengacu pada aspek
pelestarian lingkungan.
• Pendekatan ruang, pendekatan yang dilakukan dengan memadukan
antara konstruksi formal dan fisik dengan konstruksi sosial dan
ekonomi sehingga menghasilkan perpaduan antara kepentingan
masyarakat luas dengan kepentingan industri.
• Pendekatan partisipatif, pendekatan yang dilakukan dengan
wawancara, sosialisasi atau seminar.

1.5. METODOLOGI
1.5.1. KERANGKA PENDEKATAN
Dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan disebutkan, bahwa yang
dimaksud dengan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
objek dan daya tarik wisata.

Orang yang melakukan kegiatan wisata disebut wisatawan. Oka A. Yoeti menyatakan
bahwa istilah wisatawan harus diartikan sebagai seorang, tanpa membedakan ras,
kelamin, bahasa dan agama, yang memasuki wilayah suatu negara yang mengadakan
perjanjian yang lain daripada negara dimana orang itu biasanya tinggal dan berada
disitu kurang dari 24 jam dan tidak lebih dari 6 bulan, di dalam jangka waktu 12 bulan
berturut-turut, untuk tujuan non migran yang legal, seperti perjalanan wisata, rekreasi,
olahraga, kesehatan, alasan keluarga, studi, ibadah keagamaan atau urusan usaha
(business).
Pariwisata, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang
tersebut (UU No. 10 Tahun 2009).

Sedangkan pengertian pariwisata menurut (A. Hari Karyono, 1997 : 15) dikategorikan
menjadi 2 (dua), yaitu secara:
1. Umum
Pariwisata, adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat untuk mengatur, mengurus, dan melayani kebutuhan wisatawan.
2. Teknis
Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik
secara perorangan maupun kelompok didalam wilayah negara sendiri atau di
negara lain. Kegiatan tersebut dengan menggunakan kemudahan, jasa, dan
faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat,
agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan. Kemudahan dalam batasan
pariwisata maksudnya antara lain berupa fasilitas yang memperlancar arus
kunjungan wisatawan.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 5


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Misalnya dengan memberikan bebas visa, prosedur pelayanan yang cepat


dipintu-pintu masuk dan keluar, tersedianya transportasi dan akomodasi yang
cukup. Faktor penunjangnya adalah prasarana dan utilitas umum, seperti jalan
raya, penyediaan air minum, listrik, tempat penukaran uang, pos dan
telekomunikasi, dsb.
Kepariwisataan, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan
perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan pariwisata baik yang dilakukan
pemerintah, pihak swasta dan masyarakat.

Penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, usaha


bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, dan
kepercayaan pada diri sendiri. Penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan, untuk:
1. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu
objek dan daya tarik wisata;
2. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa;
3. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja;
4. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat;
5. Mendorong pendayagunaan produksi nasional.

Sisi penyediaan pariwisata terdiri dari empat komponen yaitu (Clare A. G, 1979:69):
1. Informasi dan Promosi, motivasi untuk melakukan kunjungan wisata dapat
dimiliki seseorang tetapi mungkin saja ia tidak tahu cara melakukannya.
Sehingga pengetahuan terhadap daerah tujuan wisata sangat ditentukan oleh
ketersediaan informasi.
2. Fasilitas, ketersediaan fasilitas pelayanan berkaitan dengan daya tarik suatu
daerah tujuan wisata, seperti fasilitas transportasi yang akan membawanya dari
dan ke daerah tujuan wisata yang ingin dikunjunginya, fasilitas akomodasi yang
merupakan tempat tinggal sementara di tempat atau di daerah tujuan yang akan
dikunjunginya, fasilitas catering service yang dapat memberikan pelayanan
mengenai makanan dan minuman sesuai dengan selera masing-masing, fasilitas
perbelanjaan dimana wisatawan dapat membeli barang-barang souvenir khas
dari daerah wisata tersebut, dan termasuk juga infrastruktur yang baik.
3. Daya Tarik, suatu Objek wisata akan berkembang apabila mempunyai daya
tarik. Faktor daya tarik inilah yang akan mendorong wisatawan untuk
mengunjunginya. Daya tarik suatu daerah tujuan wisata dapat dikelompokkan
dalam tiga jenis yaitu sifat khas alam, wisata buatan, dan wisata budaya. Daya
tarik wisata ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya jenis atraksi wisata.
Atraksi wisata adalah suatu tempat atau area yang memiliki suatu karakteristik/
daya tarik tertentu dan fasilitas wisata yang dapat menarik para pengunjung atau
wisatawan untuk dapat berwisata atau berekreasi menikmatinya (Ben Hainin,
1998).
4. Aksesibilitas, jarak antara tempat tinggal dengan daerah tujuan wisata,
merupakan faktor yang sangat penting. Pengembangan pariwisata sangat
bergantung pada kemudahan pencapaian daerah tujuan wisata.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 6


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Objek wisata, adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, sejarah
bangsa, keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan (A. Hari
Karyono, 1997 : 27). Sedangkan objek dan daya tarik wisata berdasarkan UU No. 10
Tahun 2009, adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

Secara teoritis penentu kunjungan wisata adalah faktor lokasi dan faktor objek wisata.
Pengaruh faktor lokasi terhadap perkembangan pariwisata suatu wilayah dapat
diungkapkan melalui penilaian rute perjalanan wisata. Jenis pariwisata yang didasarkan
pada Objek wisata dapat dibedakan menjadi (Oka A. Yoeti, 1993 : 114):

1. Cultural Tourism
Yaitu jenis pariwisata, dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan
disebabkan karena adanya daya tarik dari seni budaya suatu tempat atau
daerah. Dalam hal ini, Objek yang daya tariknya bersumber pada kebudayaan,
seperti peninggalan sejarah, museum, atraksi kesenian, dan Objek lain yang
berkaitan dengan budaya. Jadi, Objek kunjungannya adalah warisan nenek
moyang, benda-benda kuno.
2. Recuperriational Tourism
Biasanya disebut sebagai pariwisata kesehatan. Tujuan daripada orang-orang
untuk melakukan perjalanan, adalah untuk menyembuhkan suatu penyakit
dengan kegiatan seperti mandi di sumber air panas, mandi di lumpur atau mandi
susu di Eropa, mandi kopi di Jepang yang katanya membuat orang menjadi awet
muda.
3. Commercial Tourism
Disebut sebagai pariwisata perdagangan, karena perjalanan wisata dikaitkan
dengan kegiatan perdagangan baik nasional maupun internasional, dimana
sering diadakan kegiatan pameran, seminar, dan lain-lain.
4. Sport Tourism
Biasanya disebut dengan istilah pariwisata olahraga. Yang dimaksud dengan
jenis pariwisata ini ialah perjalanan orang-orang yang bertujuan untuk melihat
atau menyaksikan suatu pesta olahraga di suatu tempat atau negara tertentu.
Seperti Olympiade, All England, pertandingan tinju atau sepakbola.
5. Political Tourism
Biasanya disebut sebagai pariwisata politik, yaitu suatu perjalanan yang
tujuannya untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau kejadian yang
berhubungan dengan kegiatan suatu negara, apakah ulang tahun atau
peringatan tertentu. Seperti, Hari Angkatan Perang Indonesia, Parade 1 Mei di
Tiongkok atau 1 Oktober di Rusia.
6. Social Tourism
Pariwisata sosial jangan hendaknya diasosiasikan sebagai suatu peristiwa yang
berdiri sendiri. Pengertian ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraannya saja
yang tidak menekankan untuk mencari keuntungan, seperti misalnya Study Tour,
Picnic atau Youth Tourism yang sekarang kita kenal dengan Pariwisata Remaja.
7. Religion Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk
melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan. Seperti, misalnya ikut

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 7


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

naik Haji Umroh bagi orang yang beragama Islam, kunjungan ke Lourdes bagi
orang beragama Katolik, ke Muntilan yang merupakan pusat pengembangan
agama Kristen di Jawa Tengah, atau agama Hindu-Bali di Sakenan Bali.

Untuk lebih jelasnya pendapat para pakar pariwisata mengenai faktor pembentuk daya
tarik wisata dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1
Faktor Pembentuk Data Tarik Wisata Menurut Para Pakar Pariwisata
No. Pakar Pariwisata Faktor Daya Tarik
Atraksi wisata, transportasi, akomodasi, fasilitas
1. Douglas G. Pearce
dan prasarana
Cuaca, pemandangan, fasilitas sejarah dan
2. Robinson
budaya, aksesbilitas dan akomodasi
Sumber alam, prasarana, transportasi, sarana dan
3. Robert W. Mc Intosh
keramah tamahan
4. Charles Gearing Alam, sosial budaya, sejarah dan fasilitas rekreasi
Sumber : Rangkuman dari beberapa sumber

Pengembangan pariwisata, adalah suatu usaha didalam pendayagunaan potensi


sumber daya alam yang menjadikan daya tariknya sebagai objek wisata yang
diharapkan dapat mendorong pengembangan objek-objek wisata lain sehingga dapat
meningkatkan pendapatan daerah, serta dapat memperluas lapangan usaha bagi
masyarakat sekitar. Sedangkan menurut Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif,
pengembangan pariwisata, merupakan kegiatan yang dapat menunjang pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan wilayah lebih luas.

Pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan cara mengusahakan,
mengelola, dan membuat objek-objek baru sebagai objek dan daya tarik wisata. Produk
wisata, adalah seluruh unsur kepariwisataan baik berupa jasa atraksi wisata maupun
hasil kreasi yang dapat dinikmati wisatawan serta menjadi kenangan.

Usaha pariwisata, adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata


atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana
pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. Usaha pariwisata digolongkan
ke dalam:
1. Usaha jasa pariwisata;
Usaha jasa pariwisata meliputi penyediaan jasa perencanaan, jasa pelayanan,
dan jasa penyelenggaraan pariwisata. Usaha jasa pariwisata dapat berupa jenis-
jenis usaha:
a) Jasa biro perjalanan wisata
b) Jasa agen perjalanan wisata
c) Jasa pramuwisata
d) Jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran
e) Jasa impresariat
f) Jasa konsultan pariwisata
g) Jasa informasi pariwisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 8


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata;


Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, meliputi kegiatan membangun dan
mengelola objek dan daya tarik wisata beserta prasarana dan sarana yang
diperlukan atau kegiatan mengelola objek dan daya tarik wisata yang telah ada.
Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam:
a) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, meliputi:
• Pengelolaan dan pemanfaatan taman nasional
• Pembangunan dan pengelolaan taman wisata
• Pembangunan dan pengelolaan taman hutan raya
• Pengelolaan taman laut
b) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya, meliputi:
• Pengelolaan peninggalan sejarah
• Pengelolaan dan/ atau pembangunan museum
• Pembangunan dan/ atau pengelolaan pusat-pusat kesenian dan
budaya
• Pembangunan dan pengelolaan taman rekreasi
• Pembangunan dan pengelolaan tempat hiburan
• Pembangunan dan pengelolaan taman satwa
• Pengelolaan monumen
c) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus:
• Pengelolaan lokasi-lokasi wisata buru
• Pengelolaan wisata agro
• Pembangunan dan pengelolaan wisata tirta
• Pengelolaan lokasi-lokasi wisata petualangan alam
• Pembangunan dan pengelolaan wisata gua
• Pembangunan dan pengelolaan wisata kesehatan
• Pemanfaatan pusat-pusat dan tempat-tempat budaya, industri dan
kerajinan
3. Usaha sarana pariwisata;
Usaha sarana pariwisata meliputi kegiatan pembangunan, pengelolaan dan
penyediaan fasilitas, serta pelayanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan
pariwisata. Usaha sarana pariwisata dapat berupa jenis-jenis usaha:
a) Penyediaan akomodasi
b) Penyediaan makan dan minum
c) Penyediaan angkutan wisata
d) Penyediaan sarana wisata tirta
e) Kawasan pariwisata

Kawasan pariwisata, adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau
disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata (UU RI No. 9, 2010). Menurut
Depparpostel kawasan pariwisata, adalah suatu lahan dengan batas tertentu, yang
sebagian atau seluruhnya diperuntukkan bagi pengembangan dan atau telah memiliki
kelengkapan prasarana dan sarana pariwisata serta sistem pengelolaannya.

Selain keunikan yang bernilai tinggi perlu diperhatikan kelengkapan prasarana dan
sarana wisata pada Objek wisata. Prasarana, adalah fasilitas yang memungkinkan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 9


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga memudahkan


manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Sedangkan sarana kepariwisataan,
adalah sarana-sarana yang memberikan pelayanan kepada wisatawan baik secara
langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada
kedatangan wisatawan. Untuk lebih jelasnya pendapat para ahli mengenai jenis
prasarana dan sarana pariwisata dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2
Jenis Prasarana dan Sarana Menurut Para Ahli
No. Lothar A. Krack Salah Wahab Oka A. Yoeti
1. Prasarana Prasarana
a. Prasarana Perekonomian a. Prasarana Umum
• Pengangkutan b. Kebutuhan
• Prasarana c. Prasarana Pariwisata
komunikasi • Receptive tourist
• Utilitas plant
• Sistem Perbankan • Residential Tourist
b. Prasarana Sosial • Recreative and
• Sistem pendidikan sportive plant
• Pelayanan Kesehatan
• Faktor Keamanan
• Petugas
2. Sarana
a. Sarana Pokok
Kepariwisataan
b. Sarana pelengkap
kepariwisataan
c. Sarana Penunjang
kepariwisataan
Sumber: Rangkuman dari berbagai sumber

Berdasarkan tabel tersebut diatas menurut Lothar A Krack (Oka A. Yoeti, 1985:172)
dalam bukunya International Tourism membagi prasarana atas dua bagian,yaitu:
1. Prasarana Perekonomian:
a. Pengangkutan
Pengangkutan yang dapat membawa para wisatawan dari negara ia
biasanya tinggal, ke tempat atau negara yang merupakan daerah tujuan
wisata. Prasarana pengangkutan ini meliputi bus, taksi, kereta api, kapal
laut dan kapal udara.
b. Prasarana komunikasi
Dengan tersedianya prasarana komunikasi akan dapat mendorong para
wisatawan tidak akan ragu-ragu meninggalkan rumah dan anak-anaknya,
karena tersedianya prasarana komunikasi di negara yang dikunjungi. Yang
termasuk kelompok ini adalah radio, televisi, telepon, dan surat kabar.
c. Kelompok yang termasuk "Utilities"
Meliputi persediaan air minum, listrik, sumber energi, dan sistem irigasi.
d. Sistem perbankan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 10


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Yang termasuk kelompok ini, adalah bank dan money changer.


2. Prasarana Sosial
a. Sistem pendidikan
Adanya lembaga-lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri dalam
pendidikan kepariwisataan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan
tidak hanya pelayanan bagi para wisatawan, tetapi juga untuk memelihara
dan mengawasi suatu badan usaha yang bergerak dalam kepariwisataan.
b. Pelayanan kesehatan
Apabila wisatawan yang menginap di suatu hotel, sebaiknya tersedia
pelayanan kesehatan untuk pertolongan pertama bila ada yang sakit. Oleh
karena itu di daerah tujuan wisata perlu tersedia pelayanan kesehatan.
c. Faktor keamanan
Perasaan tidak aman dapat terjadi di suatu tempat yang baru saja
dikunjungi. Perasaan ini timbul karena:
• Seringnya terjadi pencopetan, penjambretan, penodongan selama
dalam perjalanan atau di tempat yang dikunjungi
• Seringnya terjadi pencurian di hotel di mana ia menginap.
d. Petugas yang melayani wisatawan
Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah petugas migrasi, petugas bea
dan cukai, petugas kesehatan, polisi dan petugaspetugas lain yang
berkaitan dengan pelayanan wisatawan.

Menurut Profesor Salah Wahab dalam bukunya Tourism Management (Oka A. Yoeti,
1985:178) membagi prasarana atas tiga bagian:
1. Prasarana umum
Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak yang pengadaannya
bertujuan untuk membantu kelancaran roda perekonomian. Meliputi pembangkit
tenaga listrik, sistem jaringan jalan, telekomunikasi, dan sistem penyediaan air
bersih.
2. Kebutuhan masyarakat banyak
Prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak. Termasuk ke dalam RS,
apotik, bank, dan kantor.
3. Prasarana kepariwisataan
a. Receptive Tourist Plan
Yaitu segala bentuk badan usaha atau organisasi yang kegiatannya
khusus untuk mempersiapkan kedatangan wisatawan pada suatu daerah
tujuan wisata. Seperti : travel agent, tour operator, dan Tourist Information
Centre.
b. Residential Tourist Plant
Yaitu semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para wisatawan
untuk menginap dan tinggal untuk sementara waktu. Seperti : hotel, motel,
dan rumah makan.
c. Recreative and Sportive Plant
Yaitu semua fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan rekreasi dan
olahraga. Seperti : fasilitas main golf, main ski, dan kolam renang.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 11


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Sarana kepariwisataan menurut (Oka A. Yoeti dalam Pengantar Ilmu Kepariwisataan


Tahun 1985:184) terbagi dalam tiga bagian, yaitu:
1. Sarana pokok kepariwisataan
Sarana pokok kepariwisataan, adalah sarana yang hidup dan kehidupannya
sangat tergantung kepada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan
wisata, termasuk kelompok ini, adalah:
• travel agent dan tour operator
• perusahaan-perusahaan angkutan wisata
• hotel dan jenis akomodasi lainnya
• bar dan restoran
2. Sarana pelengkap kepariwisataan
Sarana ini adalah sarana untuk wisata yang fungsinya tidak hanya melengkapi
sarana pokok kepariwisataan, tetapi yang terpenting untuk membuat wisatawan
lebih lama tinggal. Yang termasuk pada kelompok ini, adalah:
a. Sarana olahraga
• lapangan tenis
• lapangan golf
• kolam renang
b. Sarana ketangkasan
• bilyard
• jackpot
3. Sarana penunjang kepariwisataan
Sarana yang disediakan agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan atau
membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya, di antaranya klub malam,
dan kasino.

Mandala wisata, adalah tempat yang disediakan untuk kegiatan penerangan wisata
serta peragaan kesenian dan budaya khas daerah. Sapta pesona merupakan kondisi
yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu
daerah atau wilayah di negara kita. Sapta pesona terdiri dari 7 (tujuh) unsur yaitu aman,
tertib, sejuk, indah, ramah, tamah dan kenangan.

1.5.2 TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


Dasar hukum penyusunan RIPPAR Kabupaten Sumbawa mengacu pada berbagai
produk aturan yang ada baik berskala nasional maupun regional (Provinsi NTB) yang
mengatur tentang kepariwisataan, lingkungan, tata ruang, dan pembangunan
masyarakat. Beberapa peraturan dan produk hukum yang digunakan sebagai acuan
tahapan pelaksanaan pekerjaan adalah:
1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup;
4. Undang-Undang No. 10 Tahun 2011 tentang Cagar Budaya;
5. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 12


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

6. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan


Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025;
7. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS);
8. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi dan
Kabupaten/Kota;
9. Rencana Strategis Kabupaten Sumbawa Melalui RPJMD / RPJPD dan RPIJM /
RPIJP;
10. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Barat Tahun 2013-2028;
11. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa; dan
12. Dokumen studi lain yang terkait dengan kegiatan ini.

1.6. JANGKA WAKTU PERENCANAAN


Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pasal 8
disebutkan bahwa pembangunan kepariwisataan yang dilakukan berdasarkan rencana
induk pembangunan kepariwisataan, merupakan bagian integral dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Oleh karena itu, jangka waktu perencanaan
RIPPAR Kabupaten Sumbawa juga menyesuaikan dengan periode waktu Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sumbawa Tahun 2005-2025 yang
tentu saja sama dengan periode waktu Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN). Untuk itu periode jangka waktu perencanaan dalam Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan (RIPPAR) Kabupaten Sumbawa seharusnya adalah
Tahun 2018 – 2025, atau selama 8 tahun. Namun untuk mengantisipasi terjadinya
kekosongan dokumen perencanaan pembangunan kepariwisataan pasca ditetapkannya
RPJPD dan sambil menyiapkan dokumen perencanaan pembangunan kepariwisataan
periode berikutnya, jangka waktu perencanaan RIPPAR Kabupaten Sumbawa
direncanakan selama 10 (sepuluh) tahun terhitung mulai tahun 2018 sampai dengan
tahun 2027. Evaluasi terhadap implementasi rencana dan perubahan-perubahan yang
terjadi, baik perubahan pada kebijakan pembangunan nasional maupun daerah
(provinsi atau kabupaten) dan dinamika internal daerah yang mempengaruhi
pengembangan kepariwisataan dapat dilakukan setiap 5 (lima) tahun.

1.7. SISTEMATIKA PELAPORAN


Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran
1.3 Keluaran
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Lingkup Wilayah
1.4.2 Lingkup Materi
1.4.3 Lingkup Kegiatan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 13


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1.5 Metodologi
1.5.1 Kerangka Pendekatan
1.5.2 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
1.6 Jangka Waktu Perencanaan
1.7 Sistematika Pelaporan

BAB 2 KEPARIWISATAAN KABUPATEN SUMBAWA DALAM KEBIJAKAN


PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
2.1 Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa dalam Kebijakan Pembangunan
Kepariwisataan Nasional
2.2 Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa dalam Kebijakan Pembangunan
Kepariwisataan Provinsi
2.3 Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa dalam Kebijakan dan
Pembangunan Wilayah Kabupaten

BAB 3 KONDISI WILAYAH KABUPATEN SUMBAWA DALAM MENDUKUNG


PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
3.1 Kondisi Fisik
3.2 Sejarah Sebagai Potensi Pariwisata
3.3 Kekayaan Ekologis Sebagai Potensi Pariwisata
3.4 Kondisi Sosial Budaya Sebagai Potensi Pariwisata
3.5 Perekonomian

BAB 4 KABUPATEN SUMBAWA SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA


4.1 Daya Tarik dan Sumber Daya Wisata Kabupaten Sumbawa
4.2 Fasilitas Pariwisata
4.3 Fasilitas Umum Pendukung Pariwisata
4.4 Aksesibilitas Pendukung Pariwisata
4.5 Prasarana Umum Pendukung Pariwisata
4.6 Penduduk Sebagai Potensi Sumber Daya Manusia Pariwisata

BAB 5 INDUSTRI PARIWISATA


5.1 Usaha Pariwisata
5.2 Usaha Kecil dan Menengah Pendukung Pariwisata

BAB 6 PASAR PARIWISATA DAN UPAYA PEMASARAN


6.1 Jumlah dan Perkembangan Pasar Wisatawan
6.2 Karakteristik Pasar Wisatawan
6.3 Upaya Pemasaran yang Dilakukan Pemerintah Kabupaten Sumbawa

BAB 7 KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN


7.1 Sumber Daya Manusia Pariwisata
7.2 Asosiasi Pariwisata
7.3 Kelembagaan Pemerintah Terkait Pariwisata
7.4 Kelembagaan Lain Terkait Pariwisata

BAB 8 PRINSIP DAN KONSEP PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN


8.1 Tantangan dan Isu Strategis Pembangunan Kepariwisataan
8.2 Prinsip Pembangunan Kepariwisataan
8.3 Konsep Pembangunan Kepariwisataan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 14


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

8.4 Visi
8.5 Misi
8.6 Tujuan
8.7 Sasaran

BAB 9 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN


9.1 Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan
9.2 Strategi Pembangunan Kepariwisataan

BAB 10 RENCANA PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN PARIWISATA


10.1 Rencana Struktur Perwilayahan Pariwisata
10.2 Rencana Kawasan Pengembangan Pariwisata dan Kawasan Strategis
Pariwisata

BAB 11 PROGRAM DAN INDIKASI KEGIATAN PEMBANGUNAN


KEPARIWISATAAN

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 15


K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

2.1. KEPARIWISATAAN KABUPATEN SUMBAWA DALAM KEBIJAKAN


PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL

K
epariwisataan nasional adalah tatanan yang menyeluruh dari segala
sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata yang
mencakup berbagai aspek kehidupan dalam upaya menunjang pencapaian
cita-cita nasional, yaitu terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
menunjukkan adanya kesungguhan dalam upaya pengembangan kegiatan pariwisata
secara nasional.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A
Bab 2 - 1

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Kepariwisataan nasional memiliki potensi besar yang apabila pemanfaatannya


dilakukan secara optimal dan dikelola dengan profesional akan mampu menopang
keberhasilan pembangunan nasional. Oleh karena itu pembangunan objek dan daya
tarik wisata tetap harus dilakukan dengan tetap lmemperhatikan:
1. Kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan kehidupan
ekonomi dan sosial budaya;
2. Nilai-nilai agama, adat istiadat serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat;
3. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup;
4. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.

Landasan normatif yang fundamental yang melandasi kebijakan pengembangan


pariwisata bersumber pada pasal 32 UUD 1945 yang membebani pemerintah dengan
tanggung jawab untuk memajukan kebudayaan nasional; pasal 33 ayat 2 yang
mengamanatkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara, dan pasal 33 ayat 3 yang menyatakan bahwa
bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Landasan normatif ini menjiwai substansi pembangunan pariwisata yang


diinterpretasikan sebagai upaya untuk mengembangkan dan mengamanatkan objek dan
daya tarik wisata yang terwujud, antara lain, dalam bentuk kekayaan alam yang indah,
keragaman flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya, serta peninggalan
sejarah purbakala yang dimiliki bangsa Indonesia.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, pengembangan


kepariwisataan, memiliki:
a. Makna politis, sebagai upaya memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa guna
menggalang persatuan dan kesatuan;
b. Makna ekonomis, sebagai upaya untuk memperkuat perekonomian negara;
c. Makna sosial budaya, sebagai upaya untuk mempertinggi kesadaran dan
kesediaan untuk mempertahankan kebudayaan dan kepribadian bangsa.

Oleh karena itu, sifat pengembangan kepariwisataan nasional, adalah:


a. Terbuka, dalam menyesuaikan diri terhadap perkembangan kemajuan zaman
tetapi tetap berkepribadian Indonesia;
b. Pragmatis, dikembangkan sesuai dengan kemampuan Negara dan Bangsa
Indonesia;
c. Menganut prinsip “Ambeg Paramarta”, yaitu mendahulukan kepentingan
nasional yang lebih tinggi;
d. Multi disiplin, multi upaya dan multi dimensi;
e. Selektif, hanya memilih yang tepat dan sesuai dengan kepentingan nasional;
f. Berwawasan internasional, tetapi tetap berkebudayaan nasional.

Dalam pengembangan kepariwisataan, ada asas-asas yang harus diperhatikan, yaitu:


a. Asas manfaat, bahwa pengembangan kepariwisataan harus dapat memberikan
manfaat sebesar-besarnya baik secara langsung maupun tidak langsung;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A
Bab 2 - 2

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

b. Asas usaha bersama dan kekeluargaan, artinya penyelenggaraan


kepariwisataan harus diarahkan dalam rangka pencapaian cita-cita dan aspirasi
bangsa dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat untuk kepentingan bersama
dan dijiwai semangat kekeluargaan;
c. Asas adil dan merata, pengembangan kepariwisataan nasional harus
menghasilkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat di pelosok tanah air;
d. Asas perikehidupan dan keseimbangan, kepariwisataan nasional harus dapat
mewujudkan perikehidupan yang seimbang materiil dan spiritual baik dalam
hubungan antara sesama manusia dengan lingkungan dan antara manusia
dengan Tuhannya;
e. Asas kepercayaan pada diri sendiri, kepariwisataan nasional harus mampu
meningkatkan dan menumbuhkan kepercayaan kepada diri sendiri, sehingga
secara keseluruhan dapat meningkatkan jati diri bangsa Indonesia.

Kebijakan pembangunan kepariwisataan nasional telah disusun pemerintah dalam


upaya mencapai target untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor penghasil
devisa terbesar, diatas sektor minyak dan gas bumi.

Kebijakan-kebijakan dan strategi yang telah dirumuskan untuk mencapai target sektor
pariwisata, adalah sebagai berikut:
1. Pemasaran
Strategi pemasaran diarahkan pada hal-hal berikut:
a. Peningkatan efektifitas promosi melalui kampanye promosi pariwisata pada
daerah asal wisatawan yang potensial, terutama di kawasan Asia Pasifik.
b. Peningkatan kegiatan promosi terpadu antara sektor pariwisata,
perdagangan dan investasi serta jasa tenaga kerja dalam wadah Badan
Promosi Indonesia serta peningkatan hubungan antar negara (bilateral,
sub-regional dan regional).
2. Produk Wisata
Produk wisata diutamakan pada dua kegiatan berikut:
a. Pemantapan pengembangan produk wisata di daerah wisata Kawasan
Barat Indonesia dengan melakukan usaha-usaha ekstensifikasi,
intensifikasi dan konsolidasi produk.
b. Peningkatan daya saing produk wisata di pasar internasional, melalui
inovasi dan diversifikasi (misalnya pengembangan wisata bahari,
agrowisata, ecotourism, dan wisata minat khusus lainnya), upaya
standarisasi dan pemantauan mutu produk.
3. Prasarana dan Aksesibilitas
a. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana umum seperti jaringan jalan,
jaringan listrik, jaringan air bersih, dan jaringan telekomunikasi untuk
mempercepat pengembangan objek dan daya tarik wisata dan kawasan
pariwisata.
b. Peningkatan aksesibilitas (udara, laut, dan darat) ke dan dari negara
sumber wisatawan dan antar daerah di Indonesia melalui percepatan
perluasan fasilitas bandara, pelabuhan laut, dan terminal darat di lokasi
tertentu melalui kemitraan swasta.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A
Bab 2 - 3

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

c. Swastanisasi atau aliansi penerbangan nasional dengan penerbangan


asing untuk meningkatkan kapasitas tempat duduk.
4. Investasi
a. Pengarahan investasi pada pengembangan pariwisata ke Kawasan Timur
Indonesia melalui pemberian insentif dan kemudahan sesuai dengan
kondisi masing-masing daerah dengan tetap mendorong peningkatan
investasi di Kawasan Barat Indonesia, agar pengembangan pariwisata
merata di setiap kawasan.
b. Pengupayaan percepatan penyelesaian penataan ruang dan peruntukan
tanah yang pasti untuk mendukung kemudahan dan keamanan investasi
pariwisata.
5. Perwilayahan
a. Penyesuaian pembangunan daerah tujuan wisata, dengan potensi masing-
masing dengan mempertimbangkan sasaran pasar utama yang akan diraih
dan pertimbangan terhadap tahap perkembangan daerah tujuan wisata,
yaitu pada tahap lemah, tumbuh, kuat dan terancam.
b. Pemantapan keterpaduan dan komplementaritas pengembangan antara
daerah yang satu dengan daerah lain, dan yang didukung oleh
pengembangan jaringan perhubungan.
6. Lingkungan
a. Pembangunan pariwisata mengacu pada peningkatan kualitas dan ramah
lingkungan serta melibatkan peranserta masyarakat setempat.
b. Penerapan ketentuan-ketentuan mengenai daya dukung lingkungan dalam
pengelolaan dan pembangunan sarana kepariwisataan.
7. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Peningkatan kualitas informasi kepariwisataan dan sistem pelayanan melalui
komputerisasi dan teknologi komunikasi serta pemanfaatan jaringan informasi
global (internet, computer reservation system, dan lainlain).
8. Bina Masyarakat Sadar Wisata
Penggalangan kampanye nasional sadar wisata secara berkelanjutan guna
mendorong dan meningkatkan koordinasi dan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kepariwisataan perlu terus dilakukan.
9. Sumberdaya Manusia
a. Peningkatan keterampilan profesionalisme tenaga kerja pariwisata melalui
diklat pariwisata dengan mengacu pada kurikulum yang standar, sertifikasi,
dan akreditasi.
b. Peningkatan kemampuan aparat pembina kepariwisataan di semua jajaran
pemerintah, khususnya di Kabupaten/Kota.
c. Peningkatan peran pihak swasta dalam usaha peningkatan sumber daya
manusia dalam penyelenggaraan diklat pariwisata.
10. Kelembagaan dan Pengaturan
a. Pemantapan sistem informasi dan manajemen disetiap unit untuk
mendukung efektivitas proses pengambilan keputusan.
b. Penyesuaian produk pengatuan berdasarkan perkembangan dan
tantangan yang akan dihadapi pada perekonomian terbuka dan
perdagangan bebas pada masa yang akan datang dengan berlakunya
AFTA, APEC dan GATS/WTO.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A
Bab 2 - 4

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Upaya pengembangan kepariwisataan nasional, dimaksudkan agar potensi wisata yang


dimiliki Negara Indonesia sebagai alternatif penunjang pembangunan nasional. Upaya
ini dijabarkan melalui Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan setiap provinsi.
Dalam dokumen Master Plan Perluasan dan Percepatan Ekonomi Indonesia (MP3EI),
Provinsi Nusa Tenggara Barat, beserta Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur,
ditetapkan sebagai “Pintu Gerbang Pariwisata Nasional dan Pendukung Pangan
Nasional” yang berada pada koridor 5 MP3EI. Sejalan dengan hal tersebut, maka sektor
unggulan yang ada di koridor ini, lebih ditekankan pada sektor pariwisata dan pertanian,
yang akan saling bersinergis antarsatu dengan yang lainnya.

Gambar 2.1
Pembagian Koridor dalam MP3EI

Potensi sektor pariwisata di Kabupaten Sumbawa dipandang sebagai salah satu


kontributor pengembangan wilayah yang mendukung pelaksanaan dan implementasi
program MP3EI yang secara Nasional disepakati oleh seluruh kepala daerah se-
Indonesia.

2.2. KEPARIWISATAAN KABUPATEN SUMBAWA DALAM KEBIJAKAN


PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Untuk menciptakan arahan kebijakan pengembangan pariwisata Provinsi Nusa
Tenggara Barat sesuai dengan yang telah ditetapkan, maka diperlukan strategi
pengembangan pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Terkait dengan pembangunan sektor Pariwisata di Kabupaten Sumbawa, dalam


dokumen RIPPAR Provinsi NTB dan pembangunan pariwisata Nusa Tenggara Barat,
Kabupaten Sumbawa ditetapkan dalam salah satu Kawasan Strategis Pariwisata
daerah (KSPD) Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penetapan ini tidak lain karena potensi
sektor Pariwisata di Kabupaten Sumbawa selama beberapa tahun belakangan ini cukup
pesat perkembangannya, serta diprediksi akan tumbuh secara dinamis, seiring dengan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A
Bab 2 - 5

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

perkembangan wilayah Kabupaten Sumbawa secara khusus dan Provinsi NTB secara
umum. Adapun Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) Provinsi NTB yang
berada di Kabupaten Sumbawa adalah:
1. Kawasan Agropolitan Alas Utan;
2. Kawasan Teluk Saleh – Moyo – Tambora (SAMOTA); dan
3. Kawasan Batu Hijau – Dodo Rinti.
Mengenai penetapan Kawasan Strategis Pariwisata daerah (KSPD) Provinsi NTB yang
masuk dalam wilayah Kabupaten Sumbawa, dapat dilihat pada peta di halaman
selanjutnya.

Untuk menjalankan program yang telah ada dalam beberapa dokumen perencanaan
terkait sektor pariwisata, ditempuh beberapa kebijakan, antara lain:

2.2.1. Kebijakan Meraih Minat Wisatawan


Untuk meraih minat wisatawan ke provinsi NTB, maka strategi yang dicapai meliputi
strategi perluasan pemasaran/promosi, strategi kerjasama lembaga wisata
internasional, strategi kerjasama antar biro perjalanan dan kerjasama dalam negeri
yang meliputi kerjasama dengan sekolah/lembaga pendidikan dan instansi.
A. Strategi Perluasan Pemasaran/Promosi
Strategi perluasan promosi kepariwisataan dicapai melalui:
• Pemanfaatan peran dan fungsi media center sebagai alat untuk
mengangkat citra positif NTB
• Pengembangan riset, studi dan analisis peran pariwisata
• Promosi pariwisata melalui pengembangan home page (internet)
elektronik, pemasaran iklan, booklet, leaflet yang disebarkan pada
kawasan-kawasan wisata potensial lain
• Mempromosikan produk-produk wisata baru yang berbasis masyarakat,
keaslian spesifik, spiritual dan mistik, petualangan dan wana wisata
bahari dan wisata budaya
• Menekankan pelaksanaan kegiatan promosi pada pasar potensial
• Mensinergikan pro-program pemasaran secara terpadu antara
pemerintah pusat, daerah dan swasta (investor).

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A
Bab 2 - 6

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

KSPD BATU HIJAU – DODO RINTI

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A
Bab 2 - 7

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

B. Strategi Kerjasama Internasional


Peningkatan kerjasama internasional yang sinergi dengan kebijakan/
strategi/program dan kegiatan pariwisata melalui kerjasama bilateral dan
menjadi anggota aktif pada World Tourism Organization, Tourism Work Group
APEC, kerjasama pariwisata ASEAN, serta menjadi anggota PATA, KCA dan
AACUB.
C. Strategi Kerjasama AntarBiro Perjalanan
• Pembuatan linkage system yang signifikan antarbiro perjalanan
• Pembuatan kerjasama yang saling menguntungkan
• Kesamaan program pengembangan antarbiro perjalanan
D. Strategi Kerjasama Dalam Negeri
• Peningkatan paket-paket wisata untuk sekolah-sekolah yang bersifat
studi tour yang dikelola oleh biro-biro perjalanan
• Peningkatan paket-paket wisata untuk instansi dan kantor-kantor swasta

2.2.2. Kebijakan Peningkatan Produk Wisata


Untuk peningkatan produk wisata, strategi yang harus dicapai untuk mendatangkan
wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara sebanyak-banyaknya adalah
pengembangan atraksi wisata unggulan, strategi perluasan pengembangan dan strategi
keterkaitan antarobjek.
A. Strategi Pengembangan Produk Wisata
• Mendorong peran serta masyarakat dalam upaya pembangunan usaha
pariwisata dan pengembangan atraksi wisata
• Pengembangan kawasan wisata sebagai fungsi buffer zone (penyangga)
untuk menghadapi pengaruh modernisasi dan globalisasi serta
pengamanan daerah sekitar kawasan wisata. Pengembangan dengan
mengandalkan konsep keaslian yang spesifik dan memberikan multiflier
efek (dampak ganda) kepada masyarakat.
• Menyusun regulasi perkembangan usaha pariwisata dengan
memperhatikan ketentuan hukum nasional dan internasional serta
peraturan adat setempat
• Mempersiapkan usaha pariwisata dalam menghadapi perdagangan
bebas
• Koordinasi dengan instansi terkait dan mendukung pengembangan
produk wisata
• Mempersiapkan perencanan terpadu
• Penerapan secara konsisten, pengawasan dan penegakan hukum dalam
pengembangan kepariwisataan

B. Strategi Pengembangan Atraksi Wisata Unggulan


• Wisata Bahari
- Menjaga kelestarian alam bahari seperti melindungi terumbu karang
dari pemboman.
- Peningkatan atraksi wisata yang dibagi menjadi atraksi unggulan dan
pendukung.
- Mengangkat even-even yang ada dengan membuat kalender wisata.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A
Bab 2 - 8

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Wisata Pegunungan
- Pelestarian alam pegunungan dan wilayah sekitar.
- Peningkatan atraksi wisata pegunungan.
- Mengangkat even-even yang ada dengan membuat kalender wisata.
• Wisata Budaya
- Peningkatan even-even budaya.
- Perencanaan kalender wisata yang disesuaikan dengan even-even
budaya
- Pelestarian/pengamanan wisata budaya untuk menghadapi
modernisasi dan globalisasi serta menjaga keaslian, spesifikasi pada
atraksi wisata tersebut.
- Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan
pelestarian budaya.
- Menyediakan sarana dan prasarana atraksi budaya pada kawasan
wisata unggulan dan kota-kota pusat pelayanan.
- Meningkatkan sumber daya manusia dalam pengelolaan seni
budaya, misalnya peningkatan SDM dalam bidang pembuatan
gerabah, anyaman, pembuatan patung dan lainnya yang berpotensi
di NTB.
-
C. Strategi Keterkaitan AntarKawasan (linkage System Antar objek dan
Budaya)
• Strategi keterkaitan antarobyek berdasarkan kedekatan.
• Strategi keterkaitan obyek berdasarkan keragaman pariwisata yang
ditawarkan (wisata bahari, pegunungan, dan budaya).
• Strategi keterkaitan obyek prioritas dan obyek pendukung.
• Perencanaan paket - paket wisata.

2.2.3. Kebijaksanaan Memperlama Tinggal Wisatawan


Kebijaksanaan memperlama tinggal wisatawan ini dicapai melalui strategi:
• Peningkatan informasi diversifikasi obyek.
• Peningkatan informasi keunikan setiap obyek baik itu wisata bahari, pegunungan
maupun budaya.
• Peningkatan informasi keragaman paket wisata yang meliputi paket wisata
bahari, pegunungan dan budaya serta paket-paket wisata campuran budaya dan
bahari, pegunungan dan budaya.
• Peningkatan informasi perbaikan kualitas pelayanan di berbagai bidang.
• Peningkatan informasi paket produksi misalnya teknik pembuatan gerabah
sampai finishing, teknik pemintalan benang sampai pembuatan kain tenun (untuk
atraksi).
• Memperbesar pengeluaran wisatawan per hari melalui penawaran produk.

2.2.4. Kebijaksanaan Pengembangan SDM


• Strategi peningkatan peran serta masyarakat.
• Strategi pembentukan paguyuban pedagang kaki lima.
• Strategi peran serta masyarakat sekitar obyek.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A
Bab 2 - 9

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Pembentukan paguyuban guide (pemandu wisata).


• Pembentukan Forum Komunikasi wisata.

2.2.5. Kebijaksanaan Pengembangan Industri Pariwisata


Pengembangan industri wisata ini ditekankan pada kawasan wisata prioritas, dimana
strategi tersebut meliputi:
• Pengembanagn industri wisata seperti akomodasi, biro perjalanan, restoran dan
art shop di setiap kawasan wisata prioritas.
• Pengembangan jasa wisata seperti money changer, Bank dan ATM, Rent Car
dan informasi wisata di setiap kawasan prioritas.
• Pengembangan fasilitas pendukung wisata seperti kesehatan,
supermarket/minimarket dan pos keamanan di setiap kawasan wisata prioritas.

2.2.6. Kebijaksanaan Penyerasian Pengembangan Obyek Wisata


Keserasian pengembangan yang dimaksud meliputi pengembangan obyek wisata dan
budaya serta menyelesaikan konflik wisatawan, penduduk lokal dan pengelola yang
meliputi:
• Strategi penyelesaian konflik eksploitasi pesisir dan kelautan melalui penetapan
zona pemanfaatan pesisir dan kelautan yang serta pengawasan bersama.
• Strategi penyelesaian konflik pemanfaatan pantai (sempadan pantai), dialog dan
pengawasan.
• Strategi penyelesaian konflik pencari ikan yang tidak memperhatikan lingkungan
misalnya pengeboman melalui pembinaan dan penyuluhan.

2.2.7. Kebijaksanaan Pengembangan Pendidikan Kepariwisataan


• Penyediaan sekolah – sekolah pariwisata.
• Penyediaan sekolah – sekolah penunjang pariwisata
• Kerjasama antar pendidikan pariwisata dengan obyek dan atraksi wisata.

2.3. KEPARIWISATAAN KABUPATEN SUMBAWA DALAM KEBIJAKAN DAN


PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUMBAWA
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa 2011-2031, salah satu elemen penting di dalam
pengembangan wilayah Kabupaten Sumbawa adalah sektor wisata. Sektor ini termasuk
dalam salah satu tujuan penataan ruang wilayah yaitu “mewujudkan ruang wilayah
agribisnis, pariwisata dan pertambangan yang memenuhi kebutuhan pembangunan
berdasarkan keunggulan komparatif, berwawasan lingkungan yang berkelanjutan,
efisien dalam alokasi investasi, produktif, aman, nyaman dan bersinergi untuk
tercapainya kesejahteraan masyarakat”.

Dengan memperhatikan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Sumbawa tersebut,


maka sektor wisata, turut andil dan berperan dalam upaya peningkatan pertumbuhan
wilayah di Kabupaten Sumbawa secara umum demi terwujudnya kesejahteraan
masyarakat.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A
Bab 2 - 10

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Kawasan Peruntukan Pariwisata sendiri dalam RTRW Kabupaten Sumbawa tahun


2011-2031, ditetapkan menjadi 2 (dua) jenis dan diarahkan sebarannya pada:
1. Kawasan wisata alam di Kabupaten Sumbawa yang menjadi prioritas
pengembangan yaitu wisata Pantai Sili-Maci, Pulau Moyo dan pulau-pulau kecil
lainnya, Pantai Goa, Pantai Tanjung Menangis, Semongkat, Gili Keramat, Gili
Bedil, Kawasan Pantai Empan, Pantai Labuan Pade, Pantai Lunyuk dan Pantai
Jemplung di Kecamatan Empang; dan
2. Kawasan wisata budaya yang menjadi prioritas pengembangan dengan
penataan desa-desa wisata seperti Desa Poto, Desa Pemulung, Desa Tepal,
Pulau Bungin, sarkofagus di Desa Batu Tering dan daerah konservasi budaya
yaitu Istana Dalam Loka, Bala Kuning, Wisma Praja, dan Makam Raja-Raja.

Rencana pengembangan kawasan peruntukan pariwisata skala prioritas sesuai dengan


yang diamanatkan dalam Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2012 tentang RTRW
Kabupaten Sumbawa Tahun 2011-2031 meliputi:
1. Penyediaan sarana dan prasarana sebagai penunjang pembangunan kawasan
wisata;
2. Menyelenggarakan kegiatan promosi obyek wisata;
3. Pengembangan pusat-pusat informasi pariwisata;
4. Penyediaan fasilitas penunjang seperti listrik, air bersih dan telekomunikasi pada
obyek atau kawasan wisata utama;
5. Penambahan dan perbaikan sarana dan prasarana transportasi guna
mendukung kunjungan arus perjalanan dan perpindahan wisatawan dari satu
tempat ke tempat yang lain;
6. Perbaikan manajemen pengelolaan obyek wisata;
7. Pengembangan atraksi wisata dari budaya lokal masyarakat; dan
8. Penataan ruang kawasan pariwisata untuk mendukung fungsi wilayah dan
menghindari konflik pemanfaatan ruang wilayah sekitarnya.

Sedangkan untuk rencana pengembangan destinasi kawasan peruntukan pariwisata di


Kabupaten Sumbawa, disajikan pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1
Rencana Pengembangan Destinasi Kawasan Peruntukan Pariwisata
di Kabupaten Sumbawa
Destinasi
No. Daya Tarik Wisata Jenis Daya Tarik Wisata
Pariwisata
1. ISTANA DALAM Istana Dalam Loka Peninggalan Sejarah
LOKA Masjid Jami' Nurul Wisata Religi
(Wisata Budaya) Huda
Wisma Daerah Peninggalan Sejarah
Bala Kuning Peninggalan Sejarah
Dalam Pekat Peninggalan Sejarah
Penyaring Desa Kerajinan
Prajak Peninggalan Sejarah
Poto Desa Wisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A
Bab 2 - 11

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Destinasi
No. Daya Tarik Wisata Jenis Daya Tarik Wisata
Pariwisata
Ngeru Desa Kerajinan
Kakiang Aktraksi Seni Budaya
Moyo Aktraksi Seni Budaya
Maronge Aktraksi Seni Budaya

2 BATU BULAN Bendungan Batu Bendungan/Danau


(Wisata Alam dan Bulan
Budaya) Talwa Desa Kerajinan
Batu Tering Peninggalan Purbakala
Liang Petang Gua
Ai Renung Peninggalan Purbakala
Ai Beling Air Terjun/Kawasan Hutan

3 SEMONGKAT Batu Gong Pantai


(Wisata Alam dan Kencana Pantai
Budaya) Goa Pantai dan Wisata Kuliner
Saliper Ate Pantai
Tanjung Menangis Pantai
Pamulung Desa Wisata
Semongkat Kawasan Hutan
Batu Dulang Perkampungan Tradisional
Tepal Desa Wisata

4 LABUHAN MAPIN Lapade Pantai


(Wisata Alam dan Pulau Keramat Taman Laut/Kawasan Laut
Budaya) Agro Tamase Kawasan Hutan
Pulau Kaung Perkampungan Tradisional
Pulau Bungin Perkampungan Tradisional

5 PULAU MOYO Tanjung Pasir Pantai, Taman Nasional/Taman


(Wisata Alam) Laut
Ai Manis Pantai, Taman Nasional/Taman
Laut
Raja Sua Pantai, Taman Nasional/Taman
Laut
Takat Sagele Taman Laut/Kawasan Laut
Labuhan Aji Pantai, Desa Tradisional
Mata Jitu Air Terjun, Taman Nasional

6 EMPANG TARANO Labu Bontong Perkampungan Tradisional


(Wisata Alam dan Brang Bako Pantai
Budaya) Brang Tiram Pantai
Labu Jambu Perkampungan Tradisional
Tero Pantai
Maci Pantai
Sili Pantai
Sumber: Lampiran Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2012, Tentang RTRW Kab. Sumbawa tahun 2011-2031

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A
Bab 2 - 12
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

3.1. KONDISI FISIK

T
injauan kondisi fisik dasar wilayah Kabupaten Sumbawa meliputi tinjauan aspek
elevasi, kemiringan tanah, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, erosi, drainase,
geologi, jenis tanah, dan kondisi iklim.

A. Topografi
Kabupaten Sumbawa terletak pada ketinggian antara 0 – 1.730 meter diatas permukaan
air laut. Kondisi permukaan tanah di Kabupaten Sumbawa tidak rata atau cenderung
berbukit-bukit, dimana sebagian besar diataranya yaitu seluas 355.108 ha atau 41,81
persen berada pada ketinggian 100 – 500 meter. Sementara itu ketinggian untuk kota-
kota kecamatan di kabupaten Sumbawa berkisar antara 10 – 650 meter diatas
permukaan laut. Ibu kota kecamatan Batu Lanteh yaitu Semongkat merupakan ibu kota
kecamatan yang tertinggi sedangkan Sumbawa Besar yang merupakan ibukota
kabupaten merupakan kawasan perkotaan yang terendah.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 1


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

B. Iklim
Seperti daerah lainnya di Indonesia, iklim di Kabupaten Sumbawa adalah iklim tropik
yang sangat dipengaruhi oleh iklim muson. Antara bulan Mei sampai dengan Agustus
angin bertiup dari arah tenggara. Angin ini relatif kering dan tidak menimbulkan hujan.
Temperatur siang hari dan malam hari sangat besar fluktuasinya, masa ini sering
disebut dengan musim timur. Antara November sampai dengan Februari angin bertiup
dari barat laut, angin ini membawa hujan. Masa ini sering disebut dengan musim barat.
Rata-rata curah hujan tahunan di daerah daratan rendah adalah 1300 mm dan di
daerah pegunungan adalah 2500 mm. Semakin ke timur curah hujannya semakin kecil,
berkisar antara 800 – 1100 mm. Temperatur rata-rata maksimum dan minimum 32
derajat Celcius dan 22 derajat Celcius. Kelembaban udara rata-rata 85% dan
penyinaran matahari 60%. Evaporasi berkisar 5 mm perhari pada bulan januari dan
berkisar antara 9-10 mm pada bulan oktober. Rata-rata evaporasi tahunan adalah 60%.

Sebagian besar Kabupaten Sumbawa merupakan lereng vulkan bawah dan daratan
kaki vulkan yang berbentuk bahan pasir vulkan basin berumur muda dan hanya
sebagian kecil saja berupa jalur aliran sungai yang berbentuk dari kaluvio alluvium.
Faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah berjalan
cukup intensif dengan dua pergiliran musim. Pada musim kemarau permukaan tanah
serta batuan secara fisik disinari oleh teriknya matahari sedangkan pada musim hujan
diendapkan pada bagian bawahnya.

C. Geomorfologi
Menurut peta topografi skala 1:125.000 kenampakan morfologi Kabupaten Sumbawa
secara umum dapat di bagi dalam empat satuan utama yaitu dataran rendah, dataran
perbukitan, batu gamping, daerah pegunungan dan wilayah gunung api. Di bawah ini
akan dijelaskan karakterisrik dan sebaran dari ke empat satuan tersebut.
a. Dataran Rendah
Satuan utama ini dibagi atas dua satuan yaitu: dataran alluvial dan dataran pantai.
Dataran menempati tepi pantai, kecuali di daerah Kecamatan Moyo Hulu di poros
Sumbawa Besar – Lunyuk Rea. Daerah ini merupakan areal sawah/ladang tadah
hujan dan irigasi teknis. Sebagian besar dataran rendah di Pulau Sumbawa telah
dimanfaatkan sebagai areal sawah, ladang/tegal dan permukiman.
Dataran pantai daerah basah terlentak di pantai utara daerah Plampang, Labuhan
Kuris, bagian hilir Sungai Moyo dan pulau-pulau dilepas pantai barat Sumbawa.
Daerah ini ditumbuhi pohon bakau, dan tumbuhan rawa di pantai lainnya. Usaha
memanfaatkan dataran ini, telah mulai dibuka sebagai tambak ikan dan garam serta
tambak udang. Dataran gosong pasir hanya dijumpai sedikit di pantai dan
merupakan dataran yang dibentuk oleh gosong pasir atau terumbu koral.
b. Daerah Perbukitan dan Batu Gamping
Daerah ini dapat dibedakan atas lima satuan, terdiri atas dataran rendah miring
landai, dataran rendah bergelombang, dataran rendah berbukit bergelombang.
Daerah dengan relief sedang dataran berbukit sedang dengan tekstur halus dan
lereng tajam.
§ Dataran rendah miring landai di Kabupaten Sumbawa tersebar di sekitar lembah
di Kecamatan Empang dan di sepanjang pantai Pulau Moyo. Kantong-kantong
dataran rendah lainnya menempati sepanjang pantai barat (Kecamatan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 2


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Sumbawa, dan Utan) pantai utara Kecamatan Sumbawa, serta pantai selatan
sekitar Teluk Panas Beru.
§ Dataran rendah bergelombang dijumpai di daerah pantai utara Utan hingga
Teluk Sumbawa, daerah mulai dari Sumbawa Besar ke arah timur hingga
Labuhan Kuris. Dataran ini terbentuk oleh batuan vulkanik kecuali yang
menempati pantai utara.
§ Dataran rendah berbukit dan bergelombang merupakan dataran gelombang
dengan bukit yang kadang kala membentuk jajaran masing-masing tersebar di
Empang, Pulau Ngali, Pulau Moyo sebelah utara dan Sumbawa Besar yang
pada umumnya berbentuk oleh batuan vulkanik. Satuan dataran dengan relief
rendah hingga sedang dapat dijumpai di Pulau Moyo, Pulau Liang, Pulau Ngali
dan daerah Kelamping dekat Projo.
§ Satuan morfologi daerah berbukit sedang dengan tekstur halus dan lereng tajam
menempati daerah yang di atas oleh batuan vulkanik dapat dijumpai di daerah
berbukit Sumbawa Besar hingga Plampang. Secara umum di daerah berbukit
dan batu gamping ini di beberapa tempat terutama di satuan yang mempunyai
lereng landai telah dimanfaatkan untuk ladang dan permukiman.
c. Daerah Pegunungan
Satuan ini pada hekekatnya menempati daerah di mana morfologi dicirikan oleh
suatu bentuk rangkaian gunung tua. Terbentuk oleh satuan hasil aktivitas vulkanik
yang telah mengalami denudasi stadium awal sedang. Daerah ini dibedakan atas
daerah pegunungan api tua dengan puncak dan lereng bukit terjal dan tajam,
dataran miring dengan permukaan rata, dataran yang berbukit-bukit tajam,
pegunungan dengan lereng dan puncak terjal, tekstur besar.
§ Satuan daerah gunung api tua dengan puncak dan lereng yang terjal serta tajam
dijumpai di bagian utara dibentuk oleh kumpulan gunung Olat Burbaur, Olat
Puncak Ngengas, Olat Kalaeng, Olat Batulanteh dan puncak-puncak kecil
lainnya. Satuan dengan dataran miring dengan permukaan rata terdapat di
pantai selatan dan bagian tengah Kabupaten Sumbawa. Dataran ini dicirikan
oleh lereng yang tidak terjal dan tidak terlalu intensif mengalami sayatan lembah.
§ Satuan dataran tinggi berbukit tajam hanya dijumpai di daerah Lunyuk, dicirikan
oleh tekstur kasar dan relatif tajam. Pegunungan dengan sifat tekstur kasar,
puncak dan lereng terjal dijumpai hampir ditutupi oleh vegetasi, sebagian hutan
primer maupun skunder, sehingga kesetabilan lereng masih dapat
dipertahankan.
d. Satuan Utama Morfologi gunung Api Aktif
Sifat khas suatu bentuk kerucut gunung api aktif tidak jelas memperlihatkan
klasifikasi satuan ini. Satuan ini menempati pegunungan sekitar Alas dan Empang
yang memperlihatkan satuan dinding kepundan muda dan kemungkinan dinding tua.

Permukaan tanah di wilayah Kabupaten Sumbawa tidak rata atau cenderung berbukit-
bukit dengan ketinggian berkisar antara 0 – 1.730 mdpl, dimana sebagian besar seluas
355.108 ha (41,81%) berada pada ketinggian 100 – 500 m. Sedangkan ketinggian untuk
kota-kota kecamatan di Kabupaten Sumbawa berkisar antara 10 – 650 mdpl. Ibu Kota
Kecamatan Batulanteh yaitu Semongkat merupakan ibu kota kecamatan yang tertinggi,
sedangkan Sumbawa Besar merupakan ibu kota kecamatan yang terendah.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 3


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Berdasarkan kondisi topografi yang tidak rata atau cenderung berbukit-bukit tersebut
akan mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan oleh tanah. Dalamnya
air tanah akan mempengaruhi erosi yang akan mengarahkan gerakan air berikut bahan-
bahan yang terlarut di dalamnya dari suatu tempat ke tempat lain sehingga dalam
pengelolaan tanah perlu diperhatikan unsur-unsur konservasi tanah.
Kabupaten Sumbawa yang terdiri dari wilayah daratan dan wilayah lautan memiliki garis
pantai sekitar 800 km. Secara umum karakteristik wilayah Kabupaten Sumbawa dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1
Karakteristik Wilayah Kabupaten Sumbawa

No Kecamatan Luas Wilayah (km2) Karakteristik Wilayah

1. Lunyuk 513,74 Pegunungan


2. Orong Telu 465,97 Pegunungan
3. Alas 123,04 Pesisir
4. Alas Barat 168,88 Pesisir
5. Buer 137,01 Pesisir
6. Utan 155,42 Pesisir
7. Rhee 230,82 Pesisir
8. Batulanteh 391,40 Pegunungan
9. Sumbawa 44,83 Pesisir
10. Labuhan Badas 435,89 Pesisir
11. Unter Iwes 82,38 Dataran
12. Moyo Hilir 186,79 Pesisir
13. Moyo Utara 90,80 Pesisir
14. Moyo Hulu 311,96 Pegunungan
15. Ropang 444,48 Pegunungan
16. Lenangguar 504,32 Pegunungan
17. Lantung 167,45 Pegunungan
18. Lape 204,43 Pesisir
19. Lopok 155,59 Pegunungan
20. Plampang 418,69 Pesisir
21. Labangka 243,08 Pesisir
22. Maronge 274,75 Pesisir
23. Empang 558,55 Pesisir
24. Tarano 333,71 Pesisir
Jumlah 6.643,98
Sumber : Identifikasi dan Analisa, 2017

D. Geologi
Kabupaten Sumbawa sebagaimana sebagian wilayah Indonesia terletak dalam sabuk
gunung api (ring of fire). Dalam Peta Tatanan Geologi dan Gunung Berapi Indonesia,
Kabupaten Sumbawa tempat pertemuan 2 lempeng aktif dunia yaitu Lempeng Indo-
Australia (bagian selatan) dan Lempeng Eurasia (bagian utara). Kondisi geologis
tersebut menyebabkan Kabupaten Sumbawa kaya akan deposit sumberdaya mineral
sekaligus rawan terhadap bencana alam. Prakiraan potensi sumberdaya mineral

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 4


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

potensial yang dimiliki, berupa emas (180 ribu m3), tembaga (1,575 juta m3),
lempung/tanahliat (5,9juta m3), batugamping (274,29 juta m3) dan marmer (43,06 juta
m3), pasir besi (304,5 m3), sirtu (793 ribu m3) dan batu bangunan (269,22 juta m3).

Potensi lain seperti energi panas bumi juga terdapat di Kecamatan Maronge dengan
potensi 6 Mwe untuk pemanfaatan langsung. Potensi angin juga cukup memadai untuk
pembangkit listrik skala kecil terutama pada 6 kecamatan yakni Alas Barat (376,177
watt), Labuhan Badas (612,541 watt), Labangka (525,177 watt), Empang (376,177
watt), Plampang (313,621 watt) dan Lape (258,415 watt). Demikian pula potensi sumber
daya air, disamping digunakan sebagai air irigasi juga dapat digunakan untuk pembakit
Listrik Mikro Hidro yang terdapat di 16 lokasi potensial dengan potensi energi 3.082
Kwatt.

E. Jenis Tanah
Menurut peta tanah skala tinjau (1:250.000), di Kabupaten Sumbawa tersebar beberapa
jenis tanah yaitu alluvial, grumosol, komplek mediterran coklat, komplek litosol coklat,
dan litossol kemerahan. Jenis tanah yang dominan adalah komplek litosol, mediterran
coklat kemerahan menempati areal 457.478 Ha, tersebar dari bagian selatan Kabupaten
Sumbawa dari timur hingga barat. Jenis tanah lainnya yang banyak dijumpai adalah
tanah kompleks antara mediterran, grumossol, rennzina dan litosol. Mediterran coklat
terdapat pada tiga kecamatan yaitu kecamatan Moyo Hulu, Moyo Hilir, dan Lape Lopok.
Khususnya pada dua kecamatan terakhir ini dijumpai mediterran coklat Kemerahan.
Asosiasi Litosol dan Litosol kemerahan dijumpai di daerah dengan curah hujan tinggi
dan penggunaan lahan berupa hutan lebat dan fisiogerapi berbukit hingga bergunung
yakni di wilayah kecamatan Batu Lanteh, Ropang, Moyo Hulu, yang seluruhnya 34.564
Ha atau 4,1 %. Penyebaran jenis tanah alluvial kelabu dan alluvial coklat kemerahan
dijumpai di daerah daratan/lembah dan di pinggir pantai utara. Daerah ini diusahakan
untuk persawahan, pertambakan dan sebagian besar merupakan masih rawa. Tiap
macam tanah mempunyai sifat dan karakter sendiri dan hal ini akan menentukan
kemampuan suatu lahan untuk dikembangkan sesuai dengan peruntukan tertentu.

F. Hidrologi
Daerah-daerah pertanian dan permukiman di Kabupaten Sumbawa sangat ditentukan
oleh tersedianya air disamping keadaan topografi dan tanahnya. Sumber air pokok
adalah air hujan, air sungai dan air tanah. Daerah ini termasuk daerah curah hujan yang
relatif kecil (semi arid) dan tidak merata sepanjang tahun.

Sungai di Kabupaten Sumbawa mempunyai catchment area yang sempit dan lereng
yang curam, hanya ada beberapa sungai yang luas catchment areanya lebih dari 200
Km2 diantaranya adalah Sungai Brang Beh yang mengalir ke selatan Lunyuk yang
luasnya adalah 1.372 Km2. Sempitnya catchment area atau daerah aliran sungai (DAS)
dan karena curamnya lereng mengakibatkan aliran sungai sangat dipengaruhi oleh
besarnya hujan. Pada waktu hujan besar debit sungai dengan cepat menjadi besar, tapi
begitu hujan selesai aliran sungai dengan cepat menjadi turun.

Fluktuasi aliran sungai yang besar ini mengakibatkan konsentrasi sedimen yang berupa
muatan suspensi sangat besar sekitar 100-200 mg/liter ada yang mencapai 3000

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 5


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

mg/liter. Besarnya kandungan sedimen ini mempunyai pengaruh positif yaitu


mempercepat pembentukan dataran alluvial dan daerah pantai. Air tanah di Kabupaten
Sumbawa telah digunakan meskipun secara sederhana, terutama untuk keperluan
sehari-hari dengan menggunakan sumur gali di daerah-daerah dataran alluvial di
sepanjang pantai utara.

3.2. SEJARAH SEBAGAI POTENSI PARIWISATA


Ditinjau dari segi sejarah, sejak 500 tahun yang lalu di pulau Sumbawa telah berjalan
pemerintahan kerajaan yang berkesinambungan dari abad ke-14 sampai dengan abad
ke-20, yaitu kerajaan Bima, Kerajaan Dompu, dan kerajaan Sumbawa. Masing-masing
kerajaan mempunyai kesatuan pemerintahan adat beserta perangkatnya, dan wilayah
kekuasaannya meliputi batas wilayah kabupaten sekarang ini. Bukti-bukti arkeologis
yang diketemukan di wilayah Sumbawa, berupa sarkofagus, nakara dan menhir,
mengindikasikan bahwa masyarakat Sumbawa telah memiliki kepercayaan dan bentuk-
bentuk ritual penyembahan kepada arwah nenek moyang mereka. Konsep-konsep
tentang kosmologi dan perlunya menjaga keseimbangan antara dirinya dengan
makrokosmos terus diwariskan lintas generasi hingga masuknya kerajaan Hindu-Budha,
bahkan peradaban Islam di Sumbawa kini. Diperkirakan agama Hindu-Budha telah
berkembang pesat di kerajaan-kerajaan kecil Sumbawa sekitar dua ratus tahun sebelum
invasi Kerajaan Majapahit ke wilayah Sumbawa. Beberapa kerajaan itu antara lain:
Kerajaan Dewa Mas Kuning di Selesek (Ropang), Kerajaan Ai Renung (Moyo Hulu),
Kerajaan Awan Kuning di Sampar Semulan (Moyo Hulu), Kerajaan Gunung Setia
(Sumbawa), Kerajaan Dewa Maja Paruwa (Utan), Kerajaan Seran (Seteluk), Kerajaan
Taliwang, dan Kerajaan Jereweh.
Menurut Zolinger, agama Islam masuk ke Pulau Sumbawa lebih dahulu dari pada Pulau
Lombok antara tahun 1450–1540 yang dibawa oleh para pedagang Islam dari Jawa dan
Melayu, khususnya Palembang. Selanjutnya runtuhnya Kerajaan Majapahit telah
mengakibatkan kerajaan-kerajaan kecil di wilayah Sumbawa menjadi kerajaan-kerajaan
yang merdeka. Kondisi ini justru memudahkan bagi proses pengenalan ajaran Islam
oleh para mubaligh tersebut, kemudian pada tahun-tahun awal di abad ke-16 Sunan
Prapen yang merupakan keturunan Sunan Giri dari Jawa datang ke Sumbawa untuk
menyebarkan Islam pada kerajaan-kerajaan Hindu di Sumbawa, dan terakhir
penaklukan Karaeng Moroangang dari Gowa-Sulawesi tahun 1618 atas Kerajaan Dewa
Maja Paruwa (Utan) sebagai kerajaan terakhir yang bersedia masuk Islam sehingga
menghasilkan sumpah “adat dan rapang Samawa (contoh-contoh kebaikan) tidak akan
diganggu gugat sepanjang raja dan rakyatnya menjalankan syariat Islam” yang merujuk
pada konsepsi adat bersendikan syara’, dan syara’ bersendikan kitabullah.

Sebagai bukti kesejarahan tersebut, beberapa bangunan bersejarah/ situs cagar


budaya, dan perkampungan tradisional sebagai potensi pariwisata di Kabupaten
Sumbawa diantaranya adalah:

Istana Dalam Loka (The Old Palace)


Istana Dalam Loka menjadi bukti sejarah dari kejayaan Kesultanan Sumbawa pada
masa lampau. Istana Dalam Loka dibangun pada tahun 1885 oleh sultan ke-16 dari
Dinasti Dewa Dalam Bawa, Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III, kakek dari sultan
Sumbawa saat ini (Sultan Muhammad Kaharuddin IV). Pembangunannya memakan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 6


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

waktu sembilan bulan 10 hari, sama seperti usia bayi dalam kandungan. Istana yang
berlokasi di sebelah Mesjid Agung Nurul Huda ini dibangun tak lepas dari nilai-nilai
Islam yang diterapkan setelah agama tersebut masuk ke Pulau Sumbawa. Bangunan
berbentuk rumah panggung ini memiliki 99 tiang penopang dari kayu jati yang masih
asli, jumlahnya diambil dari sifat Allah atau Asma'ul Husna. Menurut pemandu, kayu jati
pada zaman dahulu dikeringkan dengan proses alami yang membuatnya jadi kokoh dan
kuat walau dimakan usia. Ada 17 anak tangga di Istana Dalam Loka, sama seperti
jumlah raka'at shalat lima waktu. Dahulu, Istana Dalam Loka menjadi kediaman sultan
beserta keluarganya sekaligus pusat pemerintahan.

Wisma Praja/ Wisma Daerah/ Bala Puti (Goverment House)


Merupakan Istana bangunan Belanda pada tahun 1932, tempat sebagai kediaman
terakhir Sultan Kaharuddin III melakukan kegiatan pemerintahan. Sekarang digunakan
sebagai tempat penerimaan tamu-tamu daerah dan kegiatan-kegiatan upacara/ resepsi
yang bersifat formal, serta pertemuan kepemerintahan lainnya.

Bala Kuning (The Yellow House)


Bala kuning merupakan rumah tempat tinggal keluarga Sultan yang terakhir. Di sini
dapat dijumpai benda-benda magis kerajaan, seperti: Bodong, Sarpedang, Payung
Kamutar, Tear (tombak/lembing), Keris, Qur’an tulisan tangan oleh Muhammad Ibnu
Abdullah Al-Jawi (+/- Tahun 1784) pada saat Pemerintahan Sultan Harrunnurrasyid II
(1770 – 1790), yang selalu terpelihara dengan baik.

Makam Sampar
Letaknya tidak jauh dari kota Sumbawa besar, sekitar 1 km arah timur Dalam Loka.
Situs ini disebut Makam Sampar, karena terletak di atas sampar (daratan di atas
bukit). Sengaja di tempatkan di atas bukit mengikuti tradisi para leluhur yang biasanya
membuat makam/ perkuburan di atas bukit. Agak berbeda dengan makam-makam
disekitarnya karena dimakam sampar ini merupakan kuburan para raja Sumbawa
terdahulu bersama ahli kerabatnya. Makam Sampar dikelilingi oleh batu-batu yang
disusun sedemikian rupa seperti tembok setinggi 1 m yang membatasinya dengan
kuburan masyarakat biasa. Siapa nama-nama raja Sumbawa yang dikuburkan di
makam sampar tidak dapat ditunjukkan dengan pasti karena tidak ada tanda-tanda
khusus yang dicantumkan pada tiap kuburan. Hal ini terjadi dengan alasan bahwa Islam
tidak memperkenankan pengkultusan terhadap kuburan.

Makam Karongkeng
Karongkeng adalah sebuah desa yang berjarak 6 km dari Empang ibu kota kecamatan
Empang (107 km dari Sumbawa Besar). Untuk mengunjungi makam karongkeng kita
dapat menggunakan kendaraan cidomo, sepeda motor ataupun mobil karena jalannya
cukup baik. Memasuki areal makam terasa sejuk karena berada di Lutuk kerimbunan
daun pohon asem disekitarnya. Dari profil makam terlihat bahwa jasad yang terkubur
ditempat itu bukanlah orang sembarangan. Beliau adalah H. Abdul Karim (Haji Kari)
seorang penyiar/ mubaliq Islam. Beliau adalah tokoh yang memiliki karomah, karena
konon beliau pergi dan pulang ke Mekkah tanpa melalui perjalanan yang biasa. Abdul
Karim adalah anak dari keluarga biasa, namun Allah mentakdirkannya dengan ilmu dan
karomah sehingga beliau mengembangkan Islam di Sumbawa bagian timur jauh
sebelum raja Sumbawa masuk islam di tahun 1623.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 7


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Situs Ai Renung
Situs Ai Renung adalah situs pertama yang ditemukan di Kabupaten
Sumbawa. Penemunya adalah Dinullah Rayes dari Kabin Kebudayaan Kabupaten
Sumbawa tahun 1971 bersama Drs. Made Purusa dari Balai Arkeologi Denpasar serta
tenaga ahli dari pusat Arkeologi nasional yang melakukan penelitian pertama. Pada
penelitian pertama ditemukan hanya tiga buah sarkopagus, lalu setelah dilakukan
peneitian yang berkelanjutan, sampai saat ini sudah ditemukan tujuh buah sakopagus
(kuburan batu). Disebut situs Ai Renung karena berada dikomplek persawahan Ai
Renung dekat kampung Ai Renung (waktu itu). Seluruh lokasi tersebut berada dalam
wilayah desa Batu Tering kecamatam Moyohulu. Tidak jarang para mahasiswa dan
peneliti asing datang ke Ai Renung lebih-lebih mahasiswa arkeologi. Lokasinya sangat
memungkinkan untuk dikembangkan menjadi obyek wisata budaya, wisata alam (wana-
wisata), camping dan lain-lain. Lokasinya berjarak 5 km dari desa Batu Tering (30 km
dari Sumbawa Besar).

Situs Lutuk Batu Peti


Dinamakan Lutuk Batu Peti karena ada batu seperti peti (sarkopagus) yang terletak di
ujung bukit. Ujung atas bukit itulah yang disebut oleh masyarakat sebagai Lutuk Batu
Peti. Letaknya berada di sebelah barat laut dusun Kuang Amo desa Sempe Kecamatan
Moyohulu. Jaraknya diperkirakan 6 km dari Kuang Amo, karena ditempuh dua jam
dengan berjalan kaki. Menurut para ahli yang pernah datang melakukan penelitian
kesitus tersebut, umur sarkopag diperkirakan sudah lebih dari 2500 tahun.

Situs Tarakin
Letak situs Tarakin agak lebih jauh dari Lutuk Batu Peti dan tidak searah dari Kuang-
Amo. Tarakin berada sebelah barat Kuang Amo, dengan perjalanan 3 jam yang berjarak
sekitar 9 km di atas gunung Tarakin. Untuk mengunjungi situs ini melewati obyek wisata
Ai Beling yang berarti memiliki prospek kepariwisataan yang cukup baik. Namun kondisi
jalan raya yang belum memadai maka obyek tersebut belum banyak dikenal orang.
Pada umumnya masyarakat Kuang Amo tidak banyak yang tahu keberadaan sarkopag
tersebut karena tempatnya yang jauh terpencil, tertutup dalam semak belukar. Para
pemburu dan penjelajah hutan saja yang tahu tempat benda cagar budaya dimaksud.
Tim dari Bidang Peninggalan Sejarah dan kepurbakalaan (PSK) Kanwil Depdikbud
Provinsi NTB bersama Balar (Balai Arkeologi) Denpasar serta Pusat Arkeologi Nasional
melakukan penelitian pada situs Tarakin dan Lutuk Batu Peti. Situs Tarakin diperkirakan
berumur sama dengan situs Lutuk Batu Peti.

Situs Raboran
Situs Raboran juga merupakan sarkopag. Letaknya tidak jauh dari desa Sebasang
Kecamatan Moyo Hulu. Raboran dulunya adalah sebuah dusun terpencil di lereng
gunung, terkenal sebagai pusat penggemblengan dan belajar ilmu kebal bagi
balatentara Kerajaan Sumbawa (Bala Cucuk).

Situs Temang Dongan


Pada mulanya situs Temang Dongan disebut Batu Babung, Batu Balo, Ai Paya Namun
setelah dilakukan beberapa kali survey ternyata semua benda cagar budaya yang
ditemukan adalah sarkopag yang terletak menyebar pada puncak gunung Temang
Dongan, sehingga para arkeolog dari Balai Arkeologi Denpasar menamakan situs

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 8


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

tersebut sebagai situs Temang Dongan. Temang Dongan terletak kira-kira 4 km arah
selatan Desa Pungkit Kecamatan Lape. Untuk sampai ke obyek, sebaiknya mendaki
gunung setinggi 150 meter melalui lereng selatan. Di puncak sebelah selatan itulah
sarkopagus yang telah berusia ribuan tahun tersebut tergeletak di atas daratan.
Pemandangan dari puncak Temang Dongan sungguh menarik karena menyajikan
keindahan alam. Sayup-sayup sebelah barat kita dapat menyaksikan kilauan air waduk
Batu Bulan.

Situs Batu Bata


Situs Batu Tata terletak di jalan Batu Dulang – Punik. Dari bentuknya, diperkirakan batu
tersebut adalah menhir, atau tempat pemujaan arwah leluhur. Masyarakat menyebutnya
batu tata karena ada tatahan bentuk manusia (manusia kangkang) pada salah satu
sisinya. Tetapi sampai saat ditemukannya tidak seorang pun warga masyarakat yang
mengkeramatkannya maupun mengapresiasinya sebagai benda cagar budaya.

Situs Kalimango
Terletak di wilayah desa Mokong Kecamatan Moyo Hulu. Merupakan sarkopag yang
berbeda dengan sarkopag-sarkopag lain yang pernah di temukan di Sumbawa. Sampai
sekarang belum pernah dilakukan penelitian intensif terhadap situs Kalimango karena
kesulitan transportasi. Situs ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki 3 jam ke arah barat
dari desa Mokong.

Situs Batu Gong


Teretak di Desa Pukat Kecamatan Utan. Disebut Batu Gong karena situs tersebut
berupa batu berbentuk gong. Obyek tersebut banyak dikunjungi oleh beberapa orang
yang percaya akan kekeramatannya. Tetapi karena tidak ada juru pelihara, terdapat
beberapa batu yang hilang.

Situs-situs tersebut adalah beberapa yang sudah ditemukan di daerah Sumbawa, dan
masih banyak lagi situs-situs bersejarah lainnya, seperti situs Batu Tulis di Tepal, dan
beberapa situs sejarah yang terdapat di daerah Selatan lainnya.

Dusun Pamulung
Salah satu dusun yang termasuk dalam Wilayah Desa Karang Dima Kecamatan Labuan
Badas, terletak sekitar 8 km dari kota Sumbawa Besar. Dusun ini merupakan lokasi
desa wisata, karena di desa tersebut dapat disaksikan berbagai atraksi budaya daerah,
seperti Karaci, Barapan Kebo, tari-tarian tradisional serta musik tradisional.

Desa Tepal
Desa tradisional yang terletak 37 km dari pusat kota, masuk dalam wilayah Kecamatan
Batu Lanteh. Desa ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau dengan berkuda. Desa
Tepal menyimpan banyak budaya tradisional, karena masyarakatnya masih memegang
teguh adat istiadat dan Budaya Sumbawa. Ini dapat dilihat dari cara berpakaian, cara
hidup dan bentuk rumah yang unik, sehingga desa ini disebut juga Desa Adat.

Desa Poto
Salah satu desa di Kabupaten Sumbawa yang tetap memelihara kelestarian budaya
daerah seperti tenunan tradisional, pembuatan gerabah dan atraksi permainan rakyat

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 9


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

seperti pacuan kuda, barapan kebo (karapan kerbau). Desa Poto yang letaknya di
Kecamatan Moyo Hilir kira-kira 13 km dari kota Sumbawa Besar dapat dijangkau
dengan sarana transportasi darat yang senantiasa melayani trayek tersebut setiap hari.

Pulau Bungin (Bungin Island)


Lazimnya disebut sebagai pulau terpadat di dunia, karena kepadatan penduduknya
+14.000 jiwa/km persegi. Dikenal juga sangat aman karena sejauh ini kehidupan
masyarakatnya selalu rukun dan damai. Di pulau ini tidak akan ditemui lahan pertanian,
perkebunan maupun peternakan. Lahan-lahan yang ada dimanfaatkan untuk
membangun runah tinggal. Untuk membangun rumah baru, mereka harus bergotong
royong dengan cara menyusun batu karang yang telah dikumpulkan sebelumya.
Ketiadaan lahan membawa keunikan tersendiri, karena ternak kambing milik penduduk
setempat tidak hanya memakan dedaunan, tetapi juga kertas, ikan laut, dan kain-kain
baju yang telah robek. Pulau Bungin masih berada dalam wilayah Kecamatan Alas atau
+ 70 km dari kota Sumbawa besar. Untuk mencapai pulau ini tersedia perahu motor
yang hilir mudik antara pulau Bungin dan Dermaga Alas atau melalui darat dengan
kendaraan bermotor.

Pulau Kaung (Kaung Island)


Salah satu pulau perkampungan nelayan yang letaknya tidak terlalu jauh dari pulau
Bungin. Untuk mencapai pulau ini tidak lagi menyebrangi laut, melainkan dapat dilalui
lewat darat dengan mempergunakan kendaraan bermotor maupun naik cidomo.
Kerajinan rakyat yang terbuat dari kerang-kerangan dapat ditemui di pulau ini.

Dusun Talwa
Merupakan dusun pandai besi (Black Smith) yang tetap mempertahankan sifat
tradisionalnya yang kental dalam pembuatan pisau, parang, cangkul, tembilang, dan
sebagainya. Dusun Talwa yang oleh para wisatawan dijuluki sebagai Blingin Jerman ini
terletak di Kecamatan Moyo Hulu, berjarak 14 km dari kota Sumbawa Besar.

Obyek-obyek wisata budaya yang ada di Kabupaten Sumbawa sangat banyak dan hal
ini dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata disamping sebagai pengembangan
ilmu pengetahuan. Obyek ini dapat berupa artifak atau bangunan peninggalan sejarah/
benda purbakala dan atraksi tari atau kerajinan.
Adapun benda cagar budaya yang dijadikan sebagai obyek wisata budaya di Kabupaten
Sumbawa terlihat pada Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2
Jumlah Cagar Budaya di Kabupaten Sumbawa

No Nama Cagar Budaya Lokasi (Kecamatan/Desa)


1 2 3
1 Makam Sampar Kel. Seketeng Kec. Sumbawa
2 Bangunan Istana Dalam Loka Kel. Seketeng Kec. Sumbawa
3 Bangunan Bala Kuning Kel. Seketeng Kec. Sumbawa
4 Situs Batu Bertulis Kel. Seketeng Kec. Sumbawa

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 10


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

No Nama Cagar Budaya Lokasi (Kecamatan/Desa)


1 2 3
5 Rumah Adat Bala Datu Ranga Kel. Seketeng Kec. Sumbawa
6 Bangunan Istana Baru/Wisma Praja Kel. Brang Bara Kec. Sumbawa
7 Situs Buin Ai Awak Kel. Seketeng Kec. Sumbawa
8 Makam Datu Putih Geti Kel. Brang Biji Kec. Sumbawa
9 Makam Krongkeng Ds. Krongkeng Kec. Tarano
10 Situs Keramat Endagu Ds. Lab. Jambu Kec. Tarano
11 Makam Batu Tempayan Ds. Mata Kec. Tarano
12 Situs Ai Renung Ds. Batu Tering Kec. Moyo Hulu
13 Situs Lutuk Batu Peti Ds. Kuang Amo Kec. Moyo Hulu
14 Situs Tarakin Ds. Kuang Amo Kec. Moyo Hulu
15 Situs Raboran Ds. Sebasang Kec. Moyo Hulu
16 Makam Lala Bulan Ds. Batu Bulan Kec. Moyo Hulu
17 Situs Sampar Rhee Dsn. Kalimango Kec. Moyo Hulu
18 Makam Ponan Ds. Poto Kec. Moyo Hilir
19 Makam Kuber Tana Belo Ds. Olat Rawa Kec. Moyo Hilir
20 Situs Batu Masjid Ds. Olat Rawa Kec. Moyo Hilir
21 Makam Lake Mudi Ds. Ngeru Kec. Moyo Hilir
22 Makam Kuber Peti Ds. Poto Kec. Moyo Hilir
23 Makam Lala Bunte Ds. Pemasar Kec. Maronge
24 Situs Temang Dongan/Batu Babung Ds. Pungkit Kec. Lopok
25 Makam Dea Busing Kecamatan Lape
26 Situs Batu Tata Ds. Punik Kec. Batu Lanteh
27 Situs Batu Bergores Ds. Tepal Kec. Batu Lanteh
28 Situs Batu Tapak Kaki Ds. Tangkanpulit Kec. Batu Lanteh
29 Situs Patung Batu Kecamatan Ropang
30 Situs Batu Gong Ds. Pukat Kec. Utan
31 Situs Makam Orong Bawa Ds. Orong Bawa Kec. Utan
32 Makam Faqih Ismail Ds. Motong Kec. Utan
33 Makam Kramat Ds. Labu Bua Kec. Utan
34 Bangunan Bala Dea Iman Ds. Empang Atas Kec. Empang
35 Situs Lesung Batu Ds. Brangkolong Kec. Plampang
36 Makam Kramat Mampis Ds. Luar Kec. Alas

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 11


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

No Nama Cagar Budaya Lokasi (Kecamatan/Desa)


1 2 3
37 Gua Liang Ne Munri Ds. Dalam Kec. Alas
38 Situs Batu Pemanto/Batu Bersusun Ds. Mate Mega Kec. Alas
39 Bangunan Bala Datu Alas Ds. Dalam Kec. Alas
40 Situs Batu Nong Ds. Lekong Kec. Alas
41 Makam Pua Bonga Ds. Lab. Burung Kec. Buer
42 Situs Batu Patung Kebo Ds. Jamu Kec. Lunyuk
Sumber: Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kab. Sumbawa, 2016.

3.3. KEKAYAAN EKOLOGIS SEBAGAI POTENSI PARIWISATA


Gambaran umum untuk wilayah Kabupaten Sumbawa meliputi gambaran aspek
geografis, aspek fisik, penggunaan lahan, kependudukan, fasilitas, dan perekonomian.

3.3.1. Letak Geografis dan Administratif


Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) kabupaten/kota yang
berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat, terletak pada sentral Pulau Sumbawa, yakni
pada posisi 116” 42’ sampai dengan 118” 22’ Bujur Timur dan 8’’ 8’ sampai dengan 9’’ 7’
Lintang Selatan serta memiliki luas wilayah 6.643,98 KM2. Secara administratif memiliki
batas:
• Sebelah Utara : Laut Flores
• Sebelah Timur : Kabupaten Dompu
• Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
• Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa Barat

Kabupaten Sumbawa terbagi menjadi 24 (dua puluh empat) wilayah kecamatan, yang
tersebar dari bagian barat hingga timur kabupaten ini, antara lain :
1. Kecamatan Tarano
2. Kecamatan Labangka
3. Kecamatan Empang
4. Kecamatan Lunyuk
5. Kecamatan Plampang
6. Kecamatan Maronge
7. Kecamatan Moyo Hilir
8. Kecamatan Moyo Utara
9. Kecamatan Moyo Hulu
10. Kecamatan Batu Lanteh
11. Kecamatan Sumbawa
12. Kecamatan Unter Iwis
13. Kecamatan Labuhan Badas
14. Kecamatan Rhee
15. Kecamatan Utan
16. Kecamatan Buer
17. Kecamatan Alas
18. Kecamatan Alas Barat

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 12


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

19. Kecamatan Orong Telu


20. Kecamatan Lape
21. Kecamatan Lopok
22. Kecamatan Lantung
23. Kecamatan Lenangguar
24. Kecamatan Ropang

Dengan luas wilayah yang sangat besar tersebut, Kabupaten Sumbawa memiliki
keragaman morfologi wilayah yang memiliki karakteristik yang khas. Untuk jelasnya
mengenai pembagian wilayah di Kabupaten Sumbawa, dapat dilihat pada Peta 3.1
berikut ini.

Gambar 3.1
Peta Administrasi Kabupaten Sumbawa

3.3.2. Penggunaan Lahan


Merujuk kepada Rencana Tata Ruang Wilayah, tata guna lahan terbagi ke dalam dua
klasifikasi besar yaitu kawasan budidaya dan kawasan lindung.
a. Kawasan Budidaya
Penggunaan lahan di Kawasan Budidaya di Kabupaten Sumbawa terbagi dalam
beberapa kategori penggunaan, meliputi: 1) lahan sawah, terdiri dari: lahan irigasi
teknis, lahan tadah hujan, rawa pasang surut dan rawa lebak; 2) lahan pertanian bukan
sawah, terdiri dari: tegal/ kebun, ladang/ huma, perkebunan, ditanami pohon/ hutan
rakyat, padang pengembalaan/ padang rumput, sementara tidak diusahakan, lainnya
(tambak, kolam, empang, hutan negara dll); 3) lahan bukan pertanian, terdiri dari: jalan
pemukiman, perkantoran, sungai dan lain-lain.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 13


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel 3.3
Penggunaan Lahan (Ha) Tahun 2011-2014 Di Kabupaten Sumbawa
Luas Penggunaan (Ha)
Lahan
2010 2011 2012 2013 2014
1 2 3 4 5 6
Lahan Sawah 48.491 49.324 51.588 56.146 56.191
Lahan Bukan Sawah 518.123 517.787 515.537 510.565 509.058
Lahan Bukan Pertanian 97.784 97.287 97.273 97.687 99.149
Total Lahan 664.398 664.398 664.398 664.398 664.398
Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa (Sumbawa Dalam Angka 2011-2015).

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 10 Tahun 2012 tentang


RTRW Kabupaten Sumbawa, bahwa rencana pengembangan kawasan budidaya di
Kabupaten Sumbawa dalam 20 tahun adalah sebesar 435.675,97 hektar.

Gambar 2.8
Peta Penggunaan Lahan Di Kabupaten Sumbawa

b. Kawasan Lindung
Kawasan Lindung sebagaimana diatur dalam peraturan daerah tentang rencana
tata ruang wilayah Kabupaten Sumbawa terdiri dari:
1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya;
Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya meliputi
kawasan resapan air yang terletak pada Kecamatan Utan, Kecamatan Rhee,
Kecamatan Batu Lanteh, Kecamatan Ropang, Kecamatan Lenangguar,
Kecamatan Lunyuk, Kecamatan Orong Telu, Kecamatan Lape, Kecamatan
Lopok, Kecamatan Moyo Hulu, Kecamatan Maronge, Kecamatan Labuhan
Badas, Kecamatan Moyo Hilir, Kecamatan Tarano, Kecamatan Empang,
Kecamatan Labangka, Kecamatan Plampang, Kecamatan Unter Iwes,
Kecamatan Buer, Kecamatan Alas dan Kecamatan Alas Barat.
2. Kawasan perlindungan setempat;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 14


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Sumbawa adalah seluas


29.398,37 Ha meliputi:
a. Kawasan sempadan sungai diarahkan untuk pengelolaan sungai bersama
dari hulu sampai hilir sungai untuk memanfaatkan potensi sungai maupun
melindungi sungai dari kegiatan yang dapat mengganggu atau merusak
bantaran, tanggul sungai, kualitas air sungai, dasar sungai, mengamankan
aliran sungai dan mencegah terjadinya bahaya banjir terutama pada daerah
aliran sungai-sungai besar yaitu DAS Rhee, DAS Ampang, DAS Bako, DAS
Beh, DAS Moyo Hulu dan DAS Pulau Moyo;
b. Kawasan sekitar danau atau waduk diarahkan ke seluruh kawasan sekitar
danau dan waduk yang tersebar di Kabupaten Sumbawa meliputi
Bendungan Batu Bulan di Kecamatan Moyo Hulu, Bendungan Mamak di
Kecamatan Lopok, Bendungan Tiu Kulit di Kecamatan Plampang,
Bendungan Gapit di Kecamatan Empang, dan Bendungan Plara di
Kecamatan Lunyuk;
c. Kawasan mata air yang tersebar di seluruh kecamatan, dan dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk keperluan pemenuhan air minum dan irigasi; dan
d. Kawasan sempadan pantai berlokasi di seluruh kecamatan kecuali
Kecamatan Batu Lanteh, Kecamatan Orong Telu, Kecamatan Lenangguar,
Kecamatan Moyo Hulu, Kecamatan Unter Iwes, dan Kecamatan Lantung.
e. Kawasan ekosistem mangrove ditetapkan di wilayah Pulau Rakit, Pulau
Ngali, Pulau Liang, Pulau Medang, pesisir Teluk Saleh, Pulau Panjang,
pesisir utara Sumbawa dan pesisir selatan Sumbawa.
f. Kawasan Ruang Terbuka Hijau seluas 30 % (tiga puluh per seratus) dari
luas perkotaan Kabupaten Sumbawa
3. Kawasan cagar budaya seluas 4.874,5 Ha
4. kawasan lindung geologi.
Kawasan lindung geologi di Kabupaten Sumbawa meliputi kawasan cagar alam
geologi berupa:
a. Kawasan cagar alam geologi yang berupa keunikan bentang alam di
kawasan Puncak Ngengas Selalu Legini;
b. Kawasan rawan bencana geologi yaitu :
1) Kawasan rawan bencana banjir meliputi Kecamatan Sumbawa,
Kecamatan Moyo Hilir, Kecamatan Moyo Utara, Kecamatan Lunyuk,
Kecamatan Rhee, Kecamatan Alas Barat, Kecamatan Buer, Kecamatan
Labuhan Badas, Kecamatan Unter Iwes, Kecamatan Plampang,
Kecamatan Ropang, Kecamatan Lape, Kecamatan Lopok, Kecamatan
Alas dan Kecamatan Empang;
2) Kawasan rawan bencana longsor meliputi Kecamatan Batu Lanteh,
Kecamatan Orong Telu, Kecamatan Ropang, Kecamatan Lenangguar,
Kecamatan Lantung, Kecamatan Alas, Kecamatan Lunyuk, Kecamatan
Labangka, dan Kecamatan Empang;
3) Kawasan rawan bencana tsunami yang berlokasi di hampir sepanjang
pantai selatan Sumbawa dan pantai utara Sumbawa; dan
4) Kawasan rawan bencana gempa bumi yang berlokasi di hampir
diseluruh wilayah Kabupaten mengingat lokasi berada pada daerah
patahan dan berbatasan dengan Samudra Hindia.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 15


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

3.3.3. Wilayah Rawan Bencana


Kabupaten Sumbawa memiliki ancaman bencana kegempaan yang cukup tinggi dan
tsunami terutama di wilayah pesisir bagian Selatan, dikarenakan posisi Pulau Sumbawa
diapit oleh dua lempeng tektonik (utara dan selatan) yang pergerakannya dapat
menimbulkan gempa, yang pada skala dan kedalaman tertentu dapat menyebabkan
tsunami.

Gambar 3.3
Peta Lempeng Tektonik

Berdasarkan Gambar diatas, kawasan rawan tsunami terletak pada kawasan pesisir
bagian utara dan selatan yaitu Alas, Utan, Badas, Sumbawa Besar, Prajak, Labuhan
Moyo Hilir, Empang dan Plampang bagian Selatan, Lunyuk dan Teluk Panas,
Plampang.
Pada musim hujan, ancaman banjir terjadi wilayah dengan catchment area besar
dengan kondisi DAS yang mulai terganggu seperti sepanjang Brang Moyo, Brang Beh di
Lunyuk, Brang Labuhan Mapin di Alas, Brang Utan, Brang Buer, dan Brang Muir.
Ancaman terhadap permukiman penduduk di sepanjang tebing sungai juga menjadi
permasalahan tersendiri pada saat musim hujan.
Kawasan yang diidentifikasi sebagai kawasan rawan banjir di Kabupaten Sumbawa
terletak pada sepanjang Brang Moyo di daerah Poto Tengke Moyo Hilir, Brang Beh di
Lunyuk, Brang Labuhan Mapin di Alas, Brang Utan di Utan Rhee, Brang Muir di
Plampang, Empang, Moyo Hulu, Ropang dan Lape Lopok. Demikian pula dengan
ancaman tanah longsor. Di Kabupaten Sumbawa, kawasan rawan longsor
dikelompokkan ke dalam 2 (dua) type, yaitu (1) lokasi rawan tanah longsor type A
(Kawasan sekitar Alas, Semongkat, Lenangguar, dan Empang), dan (2) lokasi rawan
tanah longsor type B (Jalur jalan Orong Telu-Ropang-Lunyuk-Jalur ke Sumbawa Barat
dan pada desa- desa di Kecamatan Batu Lanteh).
Ancaman kekeringan juga berpeluang terjadi pada banyak titik di Kabupaten Sumbawa
terutama pada wilayah lumbung pangan di Kecamatan Labangka, Lunyuk, Moyo Hilir,
Moyo Utara, Utan, Alas dan Alas Barat. Bencana alam lainnya yang perlu diwaspadai
adalah tanah longsor terutama di wilayah Kecamatan Batulanteh, Lunyuk, Ropang,

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 16


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Lantung dan Orong Telu termasuk di beberapa bagian permukiman padat penduduk di
wilayah perbukitan Kecamatan Sumbawa. Bencana abrasi pantai terutama dirasakan di
wilayah permukiman padat penduduk di pesisir pantai labuhan Kecamatan Labuhan
Sumbawa. Sedangkan ancaman angin topan terkadang menerjang beberapa wilayah
permukiman terbuka seperti wilayah Pulau Kaung, Pulau Bungin, dan wilayah pesisir
sepanjang pantai sebelah utara Kabupaten Sumbawa.
Kondisi geologis seperti itu memberikan peluang sekaligus tantangan bagi Kabupaten
Sumbawa dalam pembangunan daerah.Pengelolaan potensi sumberdaya geologis yang
berwawasan lingkungan sekaligus mitigasi bencana alam dalam konsep pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) menjadi jawaban untuk dapat mengoptimalkan
potensi sumberdaya geologis yang dimiliki Kabupaten Sumbawa.

3.3.4 POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH


Berdasarkan kondisi karakteristik wilayah dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki
potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya sebagai seperti terlihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 3.4
Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya
Dalam RTRW Kabupaten Sumbawa
No Jenis Kawasan Lokasi
1 Kawasan Hutan Produksi • Kawasan Hutan Produksi Tetap yaitu Ngali RTK
Tetap 12 (1.135,10 Ha), Serading RTK 36 (826 Ha),
Pusuk Pao RTK 38 (2.072,30 Ha), Buin Soway
RTK 57 (3.813,90 Ha), Selalu Legini RTK 59
(5.415 Ha), Klongkang P. Ngengas RTK 60
(976,06 Ha), Batu Lanteh RTK 61 (1.891,40 Ha),
Dodo Jaran Pusang RTK 64 (12.571,10 Ha),
Ampang Kampaja RTK 70 (11.113 Ha), Olat
Lake/Olat Cabe RTK 78 (3.451,78 Ha), Gili
Ngara/Olat Puna RTK 79 (2.617,80 Ha), P. Rai
Rakit Kwangko RTK 80 (4.745,31 Ha), Samoko
Lito RTK 89 (251,50 Ha).
2 Kawasan Peruntukan • Kawasan Alas dan Pantai Utara Kabupaten
Perikanan, Kelautan, Pesisir Sumbawa dan sekitarnya sebagai kawasan
dan Pulau Kecil penangkapan ikan, budidaya laut, budidaya
tambak, pertambangan, cagar wisata, konservasi
terumbu karang dan lamun, perlindungan cagar
alam dan pelabuhan;
• Kawasan Teluk Saleh dan sekitarnya sebagai
kawasan penangkapan ikan, budidaya laut,
budidaya tambak, pertambangan, wisata bahari,
pelestarian ekosistem dan pelabuhan;
3 Kawasan Peruntukan • Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi terdiri
Pertanian dari beririgasi teknis seluas 17.714 Ha;
• Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi
setengah teknis seluas 8.839 Ha;
• Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi
sederhana seluas4.602 Ha;
• Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi non PU

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 17


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

No Jenis Kawasan Lokasi


seluas 4.397Ha;
• Kawasan pertanian lahan sawah tadah hujan
seluas 7.627 Ha;
• Kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering
tersebar di seluruh kecamatan seluas 23.795 Ha.
• Kawasan pertanian tanaman hortikultura semusim
tersebar di seluruh wilayah kecamatan seluas
91.905 Ha.
4 Kawasan Peruntukan • Perkebunan dikembangkan di Kawasan Industri
Perkebunan Masyarakat Perkebunan (KIM-Bun): Rhee dengan
tanaman unggulan kelapa, jambu mete;
Batulanteh dengan tanaman unggulan kopi,
• Komoditi unggulan jambu mete di KIM-Bun : Utan
Rhee,
• Komoditi kelapa di KIM-Bun : Sumbawa;
• Komoditi kopi di KIM-Bun : Batulanteh,
• Komoditi kemiri di KIM-Bun : Batulanteh,
• Kawasan perkebunan dikembangkan kegiatan
agroindustri Hasil tanaman perkebunan dan
tanaman komoditi unggulan;
5 Kawasan Peruntukan • WUP operasi produksi di Pulau Sumbawa seluas
Pertambangan 100.536,29 Ha
• Zona-zona tertentu yang telah dinyatakan layak
berdasarkan Hasil kajian teknis, ekonomi dan
lingkungan.
6 Kawasan Peruntukan • WUP operasi produksi di Pulau Sumbawa seluas
Peternakan 100.536,29 Ha
• Zona-zona tertentu yang telah dinyatakan layak
berdasarkan Hasil kajian teknis, ekonomi dan
lingkungan.
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa 2011-2031

3.4. KONDISI SOSIAL BUDAYA SEBAGAI POTENSI PARIWISATA


Masyarakat Sumbawa memiliki sikap yang relatif terbuka, bahwa keberadaan manusia
tidak dilihat dari latar belakang asal, keturunan, tetapi lebih ditekankan pada sejauh
mana orang itu dapat membawa ketenangan hati bagi kehidupan bersama. Konsep
ketenangan (hati) inilah lalu merefleksikan berbagai konstruksi hubungan sosial
kemasyarakatannya. Melalui adat istiadat dan budaya lokal bersendikan agama,
kehidupan sosial secara intuitif terintrodusir ke dalam nilai hidup yang menempatkan
masalah hati nurani sebagai parameter dalam mengarahkan derap langkah kehidupan.
Hati nurani pula yang menjadi ukuran tercapainya tujuan kehidupan, bahkan hati nurani
diidentikkan dengan diri manusia itu sendiri.
Perilaku keterbukaan, egaliter yang dimiliki selain digambarkan dalam konstruksi
kebahasaan juga dalam pola komunikasi antarsesama telah memunculkan suatu bentuk
reduksi sarana komunikasi (bahasa) dari terminologi hubungan kekerabatan/
persaudaraan antarsesama dengan melintasi batas hubungan seketurunan. Fakta
semangat egalitarian itulah yang menjadikan Sumbawa memiliki masyarakat yang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 18


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

majemuk. Hal ini terlihat dari beragamnya suku yang mendiami Kabupaten Sumbawa
selain suku Sumbawa yang merupakan suku asli masyarakat Sumbawa.
Dari segi keagamaan, mayoritas penduduk Kabupaten Sumbawa beragama Islam,
diikuti Hindu, Katolik, Protestan, dan yang paling sedikit beragama Budha. Sampai
dengan saat ini, nilai-nilai toleransi antar umat beragama senantiasa teraktualisasi
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kasus-kasus perusakan terhadap rumah
ibadah tidak dijumpai di Kabupaten Sumbawa. Dari lima agama yang dianut masyarakat
di kabupaten Sumbawa, tersedia 926 unit prasarana keagamaan, yang terdiri atas 880
unit mesjid/musholla, 2 gereja kristen, 3 gereja katholik, 40 pura dan 1 wihara. Peran
yang ditempuh pemerintah daerah selama ini hanyalah memberikan bantuan dana
untuk pembangunan dan pemeliharaan terhadap prasarana keagamaan tersebut.
Sumber utama pembiayaan pembangunannya merupakan swadaya masyarakat
ataupun dari bantuan yang diterima dari pihak luar.
Aspek lain yang tidak kalah penting sebagai potensi pariwisata adalah aspek budaya,
aspek ini mempunyai nilai-nilai yang masih sangat dipertahankan sebagai landasan
hidup dalam bermasyarakat, berinteraksi dengan masyarakat luar dan pranata global.
Masyarakat Kabupaten Sumbawa secara historis pernah dipengaruhi oleh paradaban
zaman prasejarah yang dibawa oleh nenek moyang yang tergolong suku bangsa
Austronesia, selanjutnya pengaruh agama hindu di Pulau Jawa dirasakan pula di Pulau
Sumbawa, bahkan beberapa diantara unsur budaya prasejarah tersebut seperti pemuja
animisme, pemuja arwah leluhur misalnya ritual tanak eneng ujan (upacara mohon
hujan), dan basadekah lang (ritual selamatan dan mohon doa untuk kesuburan pada)
masih dipertahankan sampai sekarang.
Pada tahun 1511 M, ketika kerajaan Malaka yang beragama islam jatuh ketangan
Portugis, diperkirakan banyak orang-orang islam bugis yang ada di Malaka bermigrasi
ke P. Sumbawa dan menetap disana. Pada tahun 1618 M dibawah pimpinan Karaeng
Moroangang dari kerajaan Goa (Sulawesi) memperluas pengaruhnya dengan azas
islam sehingga pengaruh Hindu tidak berkembang secara bebas, dibeberapa tempat
tradisi animisme sudah mulai ditinggalkan. Pada tahun 1623 P. Sumbawa telah berada
dibawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Goa (Sulawesi) dipersatukan dibawah
Kesultanan Sumbawa, kemudian orang-orang Makasar dan Bugis berdatangan ke P.
Sumbawa. Pada tahun 1856 ratusan keluarga Sasak dari Lombok bermigrasi disusul
oleh etnis jawa. Beberapa etnis yang kini mendiami P. Sumbawa diantaranya etnis
jawa, Makasar, Bugis, Sasak, Sunda, Timor, Minang dll. Dalam berinteraksi pada
umumnya penduduk Kabupaten Sumbawa menggunakan bahasa Samawa dengan
berbagai dialek seperti dialek Taliwang, Tepal, Jereweh dll. Bahasa Indonesia dipakai
oleh penduduk setempat dalam berinteraksi dengan masyarakat pendatang dari luar
Kabupaten Sumbawa.
Sebagai Kabupaten yang berkembang dari cikal bakal wilayah Kesultanan Samawa,
kondisi sosial budaya masyarakat masih dipengaruhi oleh budaya dan adat istiadat
yang berkembang pada zaman kerajaan dulu. Ruh dari budaya dan adat istiadat masih
tetap hidup terutama terlihat dalam event-event kebudayaan. Berbagai kesenian
tradisional masih tetap terpelihara dan menjadi bagian dari berbagai prosesi kegiatan
adat-istiadat masyarakat Sumbawa. Disamping itu, peninggalan-peninggalan sejarah
masa lampau berupa bangunan-bangunan bersejarah (situs-situs budaya) serta
berbagai perlengkapan upacara adat sebagian masih terpelihara dengan baik.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 19


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Dalam perkembangannya, tidak bisa dipungkiri bahwa berkembangnya ilmu


pengetahuan dan teknologi, kecanggihan informasi dan komunikasi yang kini serba
sukar terbendung merambat pula dalam kehidupan sosial. Sikap masyarakat yang
terbuka disamping memberikan sisi positif ternyata juga mulai terinfiltrasi ke sikap moral,
perilaku dalam kehidupan. Nilai-nilai budaya dan agama mulai terusik. Apresiasi
masyarakat umumnya kalangan generasi muda terhadap budaya-budaya lokal
termasuk seni dan bahasa, serta sikap pergaulanpun relatif mulai menunjukkan
pergeseran mengikuti perkembangan dunia luar meskipun belum tentu senafas dengan
nilai-nilai moral, budaya dan agama. Kreasi-kreasi seni yang merupakan kesenian
kontemporer sebagai seni garapan baru lebih banyak dipertunjukkan dan diminati
masyarakat terutama kalangan generasi muda dibandingkan dengan seni tradisional.
Kondisi ini memang sangat kontras mengingat Kabupaten Sumbawa dulunya adalah
sebuah kerajaan yang mestinya dapat mewariskan orisinalitas adat dan budaya lokal
kepada generasi penerusnya. Meskipun demikian, ruh dari budaya dan adat istiadat
masih tetap hidup terutama terlihat dalam event-event budaya walaupun tetap tidak
dapat mewarnai kehidupan keseharian masyarakat.

3.5. PEREKONOMIAN
Pendapatan Regional
PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 2010
Kabupaten Sumbawa dari rentang tahun 2011 – 2014, sebagai berikut.

Tabel 3.5
PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2011 – 2016
ADH Berlaku dan ADH Konstan 2010 Di Kabupaten Sumbawa
PDRB ADH (Juta Rp.) Laju Pertumbuhan (%)
Tahun
Berlaku Konstan (2010) Berlaku Konstan (2010)
1 2 3 4 5
2011 6.805.883,27 6.606.354,56 10,20 6,97
2012 7.410.211,83 7.046.786,98 8,88 6,67
2013 8.051.789,00 7.500.252,00 8,66 6,44
2014 9.074.925,00 7.997.178,00 12,71 6,63
2015* 10.288.325,00 8.511.042,00 13,37 6,43
2016** 11.392.034,00 8.958.630,00 10,73 5,26
Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa (PDRB tahun 2017)
*) Laju pertumbuhan menggunakan tahun dasar 2000.

Kondisi perekonomian Kabupaten Sumbawa terus tumbuh dan berkembang, terlihat dari
peningkatan PDRB ADH Berlaku dari Rp6,805 trilyun pada tahun 2011 menjadi
Rp11,392 Trilyun pada tahun 2016 dengan rata-rata laju pertumbuhan pertahun sebesar
10,76%. Demikian pula dengan PDRB ADH Konstan 2010 dari Rp6,606 Trilyun pada
tahun 2011 menjadi Rp8,959 Trilyun pada tahun 2016 dengan rata-rata laju
pertumbuhan pertahun sebesar 6,40%.
Berdasarkan struktur perekonomian Kabupaten Sumbawa pada tahun 2016,
maka sektor penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Sumbawa adalah kategori
pertanian, kehutanan, dan perikanan yang memberikan kontribusi sebesar 38,79%;
disusul kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 20


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

dengan kontribusi sebesar 15,46%; kategori konstruksi dengan kontribusi sebesar


12,97%; dan kategori administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib
yang memberikan kontribusi sebesar 7,11%. Selain itu, sektor jasa pendidikan dan
sektor transportasi dan pergudangan juga memiliki konstribusi yang cukup besar
terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa dengan kontribusi berturut-turut sebesar 4,86%
dan 4,01%.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 21


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

K
4.1. DAYA TARIK DAN SUMBER DAYA WISATA KABUPATEN SUMBAWA
abupaten Sumbawa memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak dan
beragam. Wisata alam, wisata sejarah, dan wisata budaya dapat ditemukan
di kabupaten ini. Wisata alam yang meliputi wisata hutan, wisata bahari
baik berupa wisata pantai maupun wisata taman laut, wisata pertanian,
wisata cagar alam, dan sebagainya tersebar di Kabupaten Sumbawa.
Wisata sejarah yang sebagian besar berupa peninggalan purbakala juga terdapat di
kabupaten ini.
Potensi daya tarik dan sumber daya obyek wisata di Kabupaten Sumbawa
diklasifikasikan meliputi obyek-obyek sebagai berikut.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 1


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

(1) Obyek Wisata Alam


Secara umum wisata alam dan pegunungan meliputi wisata laut dan pantai, wisata
hutan, wisata pendakian, wisata cagar alam, wisata air terjun dan sebagainya.
Wisata ini dapat berupa wisata massal maupun ekowisata. Obyek wisata bahari
banyak mendominasi keragaman wisata alam di hampir seluruh wilayah Kabupaten
Sumbawa. Hal ini tidak terlepas dari kondisi alam dan morfologi wilayahnya, dimana
pada bagian pesisir, memiliki kondisi morfologi wilayah yang landai dan memiliki
akses mudah. Sedangkan wilayah lain, morfologinya bergelombang dan berbukit.
Daya tarik yang paling menonjol pada wisata bahari di Kabupaten Sumbawa adalah
keindahan panorama pantainya yang indah, pasir putih yang terdapat di pesisir
pantai, taman laut yang berada di dasar laut, serta keanekaragaman terumbu
karang yang terdapat di sekitar pantai. Wisatawan yang datang ke obyek dapat
melakukan diving, snorkelling, katamaran, berenang, menyelam, berjemur, serta
kegiatan olahraga laut lainnya. Salah satu tempat yang juga direkomendasikan serta
mempunyai potensi wisata untuk dikembangkan adalah Pulau Moyo yang namanya
sudah mendunia dan banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Wisata alam di
Kabupaten Sumbawa sangat banyak, setidaknya terdapat 122 obyek wisata alam
yang tersebar di 22 wilayah kecamatan.

Tabel 4.1
Sebaran dan Kondisi Objek Wisata Alam
Lokasi Tertangani
No. Jenis Daya Tarik Wisata
(Desa/Kel) Sudah Belum
I. Kecamatan Alas Barat
1. Taman Laut Labuhan Mapin Labuhan Mapin √

2. Pantai & Taman Nasional Pulau Panjang Labuhan Mapin √

3. Air Terjun Tiu Sabangka Mapin Rea √

4. Wisata Alam Uma Jomo Desa Gontar √

5. Wisata Alam Gili Kalong Labuhan Mapin √

II. Kecamatan Buer


1. Kawasan/Resort Terpadu Agro Tamase Juru Mapin √

III. Kecamatan Alas


1. Air Terjun Agal Marente √

2. Air Terjun Saketok Marente √

3. Air Terjun Sebra Marente √

4. Taman Wisata Alam Mate Mega Marente √

5. Taman Laut Pulau Bungin Pulau Bungin √

IV. Kecamatan Utan


1. Pantai Labu Pade Pukat √

2. Pantai dan Taman Laut Pulau Bedil Labuhan Bajo √

3. Pantai dan Taman Laut Pulau Keramat Labuhan Bajo √

4. Pantai dan Taman Laut Pulau Temudung Labuhan Bajo √

5. Bendungan Beringin Sila Stowe Brang √

V. Kecamatan Labuhan Badas


1. Taman Nasional & Pantai Ai Manis (P. Moyo) Labuhan Aji √

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 2


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Lokasi Tertangani
No. Jenis Daya Tarik Wisata
(Desa/Kel) Sudah Belum
2. Air Terjun Dihu Mbai (P. Moyo) Labuhan Aji √

3. Air Terjun, Taman Nasional Mata Jitu (P. Labuhan Aji √


Moyo)
4. Pantai & Taman Nasional Pantai Gedal Labuhan Aji √

5. Taman Nasional Raja Sua (P. Moyo) Labuhan Aji √

6. Air Terjun Sangelo (P. Moyo) Sebotok √

7. Pantai & Taman Nasional Tanjung Pasir (P. Labuhan Aji √


Moyo)
8. Pantai & Taman Laut Labuhan Aji (P. Moyo) Labuhan Aji √

9. Pantai Batu Gong Labuhan Badas √

10. Pantai Goa Karang Dima √

11. Pantai Kencana Labuhan Badas √

12. Bajo/ Bugis √


Taman Laut Pulau Medang Medang

13. Taman Laut Takat Sagele (P. Moyo) Labuhan Aji √

14. Pantai & Taman Laut Tanjung Pasir Utara Sebotok √

15. Pantai Salipir Ate Labuhan Badas √

VI. Kecamatan Sumbawa


1. Pantai Batu Kuping Brang Biji √

2. Pantai dan Taman Laut Tanjung Menangis Brang Biji √

VII. Kecamatan Moyo Hilir


1. Taman Laut Prajak Batu Bangka √

2. Pantai & Taman Laut Pulau Dangar Ode Olat Rawa √

VIII. Kecamatan Moyo Utara


1. Pantai Ai Loang Penyaring √

2. Wisata Alam Labuhan Sawo Ds. Labu Sawo √

3. Wisata Alam Lu Air Ds. Prajak √

IX. Kecamatan Unter Iwes


1. Taman Wisata Alam Ai Kawat Krekeh √

2. Air Terjun Ai Nyember Krekeh √

3. Air Terjun Ai Teba Krekeh √

4. Taman Wisata Alam Brang Pelat Pelat √

X. Kecamatan Batu Lanteh


1. Taman Wisata Alam Batu Dulang Batu Dulang √

2. Taman Nasional Semongkat Kelungkung √

3. Air Terjun Tebangan Batu Rotok √

4. Air Terjun Telekan Tepal √

5. Air Terjun Tiu Rarang Tepal √

XI. Kecamatan Moyo Hulu


1. Air Terjun Ai Beling Brang Rea √

2. Gua Karst Liang Bukal Batu Tering √

3. Gua Karst Liang Kelondo Pernek √

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 3


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Lokasi Tertangani
No. Jenis Daya Tarik Wisata
(Desa/Kel) Sudah Belum
4. Gua Karst Liang Petang Batu Tering √

5. Teba Tewa Pernek √

6. Bendungan Batu Bulan Maman √

XII. Kecamatan Lenangguar


1. Air Terjun Teba Muren Lenangguar √

2. Air Terjun Ai Puti Lenangguar √

3. Air Terjun Lenangguar √

4. Air Terjun Kokar Tasik Desa Tatebal √

5. Air Terjun Gerontong Desa Tatebal √

6. Air Terjun Lete Batu Desa Tatebal √

XIII. Kecamatan Lunyuk


1. Pantai & Taman Wisata Alam Emang Lestari Emang Lestari √

2. Taman Laut Lampin Padasuka √

3. Pantai & Taman Wisata Alam Pandan Sari Lunyuk Ode √

4. Pantai & Taman Wisata Alam Sampar Goal Lunyuk Ode √

5. Batu Bongkang Dsn. Sampar Goal √

6. Tampar Belo (Kuang Dingin) Dsn. Mekar Sari √

7. Pasir Putih Dsn. Sampar Lok √

8. Pantai Petani Ds. Emang Lestari √

XIV. Kecamatan Lape


1. Air Terjun Tiu Pasai Lape √

2. Wisata Alam Batu Puyung √

3. Wisata Alam Ai Rantok √

4. Wisata Alam Ai Tenge √

5. Wisata Alam Embung Ai Bua √

6. Wisata Alam Batu Bela √

7. Wisata Alam Embung Parado √

8. Pantai dan Taman Laut Pulau Dangar Rea Labuhan Kuris √

9. Pantai dan Taman Laut Pualu Liang Labuhan Kuris √

10. Pantai dan Taman Laut Pulau Ngali Labuhan Kuris √

XV. Kecamatan Lopok


1. Wisata Alam Bendungan Mamak Mamak √

XVI. Kecamatan Marongge


1. Wisata Alam Ai Panas Maronge √

2. Pantai dan Taman Laut Pulau Tapan Labuhan Sangoro √


(Ketapang)
3. Wisata Alam Bendungan Tiu Kulit Simu √

XVII. Kecamatan Labangka


1. Pantai & Taman Wisata Alam Pantai Labangka √
Labangka I
2. Gua Karst Liang Dewa Labangka √

3. Pantai & Taman Wisata Alam Pantai Sekokat Sekokat √

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 4


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Lokasi Tertangani
No. Jenis Daya Tarik Wisata
(Desa/Kel) Sudah Belum
XVIII. Kecamatan Empang
1. Taman Wisata Alam Brang Bako Jotang √

2. Taman Wisata Alam Brang Tiram Jotang √

3. Taman Wisata Alam Pantai Tero Boal √

4. Taman Wisata Alam Pulau Raja Kepe Empang √

XIX. Kecamatan Plampang


1. Jaran Pusang Muer √

2. Air Terjun Pelman Plampang √

3. Danau Telaga Lompa Muer √

4. Pantai dan Taman Laut Pulau Kebo Teluk Santong √

5. Pantai dan Taman Laut Pulau Lipan Teluk Santong √

6. Pulau Meriam Besar Teluk Santong √

7. Pulau Meriam Kecil Teluk Santong √

8. Pulau Sentigi Teluk Santong √

9. Pantai Saliper Ate Teluk Santong √

XX. Kecamatan Tarano


1. Pantai & T. Wisata Alam Pantai Donggo Dede Mata √

2. Pantai & Taman Wisata Alam Pantai Maci Mata √

3. Pantai & Taman Wisata Alam Pantai Panubu Mata √

4. Pantai & Taman Wisata Alam Pantai Sili Mata √

5. Pantai & Taman Wisata Alam Pantai So Athi Mata √

6. Buin Pitu √

7. Pantai Jemplung Labuhan Jambu √

8. Pantai & Taman Laut Pulau Depi Lab. Bontong √

9. Pantai & Taman Laut Pulau Rakit Lab. Bontong √

10. Pantai dan Religi Gili Dewa Lab. Bontong √

XXI. Kecamatan Lantung


1. Lenang Indah Lantung Desa Sepukur √

2. Lampas Sepukur Desa Sepukur √

3. Lampas Buin Racin Desa Sepukur √

4. Batu Raponong Desa Sepukur √

5. Buin Lajendre Desa Padesa √

6. Lampas Perung Desa Padesa √

7. Liang Zamrud Desa Padesa √

8. Batu Nganga/Bela Desa Padesa √

9. Batu Panimang Desa Lantung √

10. Lampas Ekat Desa Lantung √

11. Liang Batu Para Desa Lantung √

12. Buin Ai Mual Desa Lantung √

13. Ble Bananung Desa Lantung √

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 5


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Lokasi Tertangani
No. Jenis Daya Tarik Wisata
(Desa/Kel) Sudah Belum
14. Arung Jeram / Rapting Desa Lantung √

XXII. Kecamatan Orong Telu


1. Air Terjun & Sumber Air Panas Senawang Senawang √
Sumber : Hasil Identifikasi Data Lapangan, 2017

(2) Obyek Wisata Sejarah dan Budaya


Obyek wisata sejarah di Kabupaten Sumbawa berdasarkan sejarah yang ada tidak
terlepas dari benda-benda peninggalan sejarah seperti makam, monumen hingga
benda purbakala pada zaman dulu. Daya tarik wisata sejarah yang ditonjolkan di sini
adalah adanya ornamen budaya peninggalan Kesultanan Samawa yang didukung
dengan panorama indah sehingga dapat membuat wisatawan semakin tertarik untuk
mengunjunginya. Daya tarik terhadap budaya juga menjadi potensi tersendiri.
Tabel berikut menunjukkan Benda Cagar Budaya (BCB) yang dijadikan sebagai
obyek wisata sejarah dan budaya di Kabupaten Sumbawa.
Kondisi fisik dari tempat-tempat wisata sejarah tersebut sebagian besar masih relatif
baik. Hanya beberapa lokasi yang potensi utamanya berupa peninggalan pubakala,
kondisinya tidak baik, bahkan cenderung tidak terurus sehingga perlu mendapatkan
penanganan yang lebih intensif.
Di Kabupaten Sumbawa dikenal pula memiliki wisata budaya berupa tari-tarian
daerah dan kegiatan budaya kemasyarakatan, seperti : Atraksi Karaci, Ratib Rabana
Rea, Nuja Rame, Nesek, Barempuk, Barapan Kebo dan Main Jaran.

Tabel 4.2
Sebaran dan Kondisi Objek Wisata Sejarah dan Budaya
Lokasi Tertangani
No. Jenis Daya Tarik Wisata
(Desa/Kel) Sudah Belum
I. Kecamatan Alas Barat
1. Perkampungan Tradisional Labuhan Mapin Labuhan Mapin √

2. Situs Purbakala dan Budaya Kuburan Gontar √


Keramat
3. Uma Jomo Desa Gontar √

II. Kecamatan Alas


1. Perkampungan Tradisional Pulau Bungin Pulau Bungin √

III. Kecamatan Buer


1. Perkampungan Tradisional Pulau Kaung Pulau Kaung √

IV. Kecamatan Utan


1. Situs Batu Gong Utan √

V. Kecamatan Labuhan Badas


1. Perkampungan Tradisional Dusun Pamulung Karang Dima √

2. Perkampungan Tradisional Pantai Goa Karang Dima √

3. Perkampungan Tradisional Pulau Medang Bajo/Bugis Medang √

VI. Kecamatan Sumbawa


1. Museum Istana Bala Kuning Seketeng √

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 6


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Lokasi Tertangani
No. Jenis Daya Tarik Wisata
(Desa/Kel) Sudah Belum
2. Museum Istana Bala Puti Brang Bara √

3. Museum Istana Dalam Loka Seketeng √

4. Makam Sampar Seketeng √

5. Museum Bala Datu Ranga Pekat √

6. Museum Daerah Brang Bara √

VII. Kecamatan Unter Iwes


1. Perkampungan Tradisional Dusun Perung Krekeh √

VIII. Kecamatan Batu Lanteh


1. Perkampungan Tradisional Desa Tepal Tepal √

IX. Kecamatan Moyo Hilir


1. Perkampungan Tradisional Desa Poto Poto √

2. Perkampungan Tradisional Kakiang Kakiang √

3. Perkampungan Tradisional Moyo Moyo √

4. Budaya Ponan Desa Poto √

5. Kuber Belo Dsn. Semeri √

X. Kecamatan Moyo Utara


1. Perkampungan Tradisional Senampar Sebewe √

2. Perkampungan Tradisional Penyaring Penyaring √

XI. Kecamatan Moyo Hulu


1. Situs Purbakala dan Budaya Ai Renung Batu Tering √

2. Situs Purbakala dan Budaya Lutuk Batu Peti Kuang Amo √

3. Situs Raboran Sebasang √

4. Situs Sampar Re Kalimango √

5. Situs Tarakin Kuang Amo √

XII. Kecamatan Lopok


1. Situs Temang Dongan Pungkit √

XIII. Kecamatan Maronge


1. Perkampungan Tradisional Maronge Maronge √

XIV. Kecamatan Empang


1. Perkampungan Tradisional Boal Boal √

2. Perkampungan Tradisional Empang Empang √

XV. Kecamatan Plampang


1. Perkampungan Tradisional Teluk Santong Teluk Santong √

XVI. Kecamatan Tarano


1. Perkampungan Tradisional Labuhan Lab. Bontong √
Bontong
2. Perkampungan Tradisional Labuhan Jambu Labuhan Jambu

3. Makam Karongkeng Lab. Bontong √

XVII. Kecamatan Ropang


1. Perkampungan Tradisional Lebangkar Lebangkar √
Sumber : Hasil Identifikasi Data Lapangan, 2017

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 7


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

(3) Obyek Wisata Buatan


Objek wisata yang di buat secara sengaja atau juga bisa di bilang buatan manusia
dengan segala keunikan, keindahan keanekaragaman kekayaan hasil cipta rasa dan
karya manusia, ataupun hasil dari sebuah kreatifitas yang berupa implementasi ide
dan seni. Obyek wisata buatan yaitu wisata rekreasi dan minat khusus adalah suatu
bentuk wisata yang memiliki sifat rekreatif, dimana dalam wisata tersebut wisatawan
melakukan kegiatan wisata atau mengunjungi suatu tempat karena memiliki suatu
minat atau motivasi khusus mengenai suatu jenis objek atau kegiatan yang dapat
ditemui atau dilakukan di sebuah lokasi wisata.
Wisata yang bersifat rekreatif dan minat khusus sebenarnya tidak memerlukan
fasilitas yang mahal dan pengembangan infrastruktur yang besar. Sifat yang paling
utama dari klasifikasi wisata ini adalah lebih dominan pada pencapaian kesan yang
terjadi karena sifat tantangan yang diperoleh wisatawan.

Tabel 4.3
Sebaran dan Kondisi Objek Wisata Buatan
Lokasi Tertangani
No. Jenis Daya Tarik Wisata
(Desa/Kel) Sudah Belum
I. Kecamatan Alas Barat
1. Taman Hiburan dan Rekreasi Putri Balqis Gontar √

II. Kecamatan Buer


1. Kawasan/Resort Terpadu Agro Tamase Juru Mapin √

III. Kecamatan Utan


1. Taman Hiburan & Rekreasi Labu Pade Pukat √

2. Waduk Bendungan Beringin Sila Stowe Brang √

IV. Kecamatan Unter Iwes


1. Taman Hiburan & Rekreasi Splash Water Park Pelat √

V. Kecamatan Moyo Hulu


1. Waduk Bendungan Batu Bulan Maman √

VI. Kecamatan Moyo Utara


1. Kawasan/Resort Terpadu Ai Loang Penyaring √

VII. Kecamatan Lape


1. Wisata Buatan Embung Ai Bua √

2. Embung Parado √

VIII. Kecamatan Lopok


1. Taman Hiburan dan Rekreasi Miyati Lopok √

2. Taman Wisata Buatan Lopok √

3. Waduk Bendungan Mamak Mamak √

IX. Kecamatan Maronge


1. Waduk Bendungan Tiu Kulit Simu √

X. Kecamatan Plampang
1. Taman Hiburan dan Rekreasi Saliper Ate Teluk Santong √

XI. Kecamatan Rhee


1. Agro Wisata Kuliner Jagung Rhee √
Sumber : Hasil Identifikasi Data Lapangan dan Instansi serta Hasil Analisa, 2017

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 8


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

4.2. FASILITAS PARIWISATA


Sarana dan prasarana yang terdapat di Kabupaten Sumbawa termasuk
akomodasi umumnya telah tersedia dengan baik, tetapi tidak menjangkau objek wisata
yang lokasinya jauh dari pusat pelayanan pada masing-masing wilayah.
Akomodasi tersebut telah memiliki fasilitas yang cukup dan tersedia sumber air
bersih. Akomodasi yang utama adalah hotel atau penginapan lain yang sejenis.
Akomodasi penginapan di Kab. Sumbawa, terutama yang berada di kawasan bagian
selatan, masih ada yang menggunakan jasa rumah penduduk (homestay).
Untuk jumlah kamar yang tersedia di Kabupaten Sumbawa, terkait akomodasi
wisata, sejumlah 697 kamar dari 39 unit fasilitas hotel/losmen/wisma, baik yang
berkelas bintang maupun kelas melati. Sebagian hotel/losmen/wisma tersebut masih
berada di Sumbawa Besar dan sekitarnya, hanya ada di beberapa lokasi yang letaknya
menyebar.
Tabel 4.4
Sarana Hotel/Losmen/Wisma Kab. Sumbawa
JUMLAH
NO. NAMA FASILITAS TIPE KET.
KAMAR
1 AMANWANA RESORT Bintang 4 20
2 LAGUNA BIRU Bintang 2 9
3 KENCANA BEACH Bintang 1 19
4 TAMBORA Melati 3 31
5 SAMAWA SEA SIDE COTTAGE Bintang 3 11
6 TRANSIT HOTEL Bintang 2 37
7 CENDERAWASIH Melati 3 28
8 TIRTA SARI Melati 3 21
9 PARAHIYANGAN - 54
10 SUTAN HOTEL - 24
11 GARUDA HOTEL - 28
12 SERNU RAYA Melati 2 34
13 DEWI Melati 2 31
14 HARAPAN Melati 2 21
15 SUCI Melati 2 30
16 JAYANNI Melati 2 26
17 CIREBON Melati 2 42
18 SAMAWA REA - 12
19 DIAN Melati 2 10
20 EKSEKUTIF Melati 2 10
21 ANDA Melati 2 20
22 GAROTO Melati 1 9
23 BARU Melati 1 10
24 MEKAR SARI Melati 1 14
25 TUNAS Melati 1 10
26 BALA KEMAR Melati 1 16
27 LINA - 6
28 TELAGA Melati 1 10
29 SAUDARA Melati 1 10
30 SELAMAT Melati 1 6
31 TARANO JAYA - 9
32 PESANGGERAHAN EMPANG Melati 1 6

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 9


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

JUMLAH
NO. NAMA FASILITAS TIPE KET.
KAMAR
33 PESANGGERAHAN LUNYUK Melati 1 3
34 99 - 16
35 PONDOK DAUN HOMESTAY - 12
36 KARA - 7
37 GUEST HOUSE 668 JAYA Melati 1 13
38 CITRA - 12
39 BALE UMA HOME STAY - 10
40 AMORY HOME STAY - 10
JUMLAH KAMAR HOTEL 707
Sumber : Dinas POPAR Kab. Sumbawa, 2017

4.3. FASILITAS UMUM PENDUKUNG PARIWISATA


Fasilitas-Fasilitas yang terdapat di Kabupaten Sumbawa:
A. Fasilitas Laut
Fasilitas laut yang tersedia untuk memasuki Kabupaten Sumbawa telah tersedia
dengan menggunakan kapal laut fery melalui Pelabuhan Poto Tano (Wilayah
Kabupaten Sumbawa Barat) dan Pelabuhan Badas. Pelabuhan Badas dapat pula
digunakan sebagai tempat persinggahan kapal-kapal besar menuju daerah lain di
seluruh Indonesia.

B. Fasilitas Bandar Udara


Bandar udara Sultan Muhammad Kaharudin IV dan Bandar Udara Lunyuk
merupakan bandar udara yang terletak di Kabupaten Sumbawa. Bandara Sultan
Muhammad Kaharudin IV termasuk bandara kelas III, terletak di Kota Sumbawa
Besar yang melayani penerbangan domestik. Bandara ini memiliki landasan pacu
sepanjang 1.650 x 30 m permukaan aspal dengan ketinggian 1 meter di atas
permukaan tanah, dan dapat didarati pesawat jenis ATR 72-800 dan memiliki
terminal domestik baru dengan konsep arsitektur khas rumah adat Sumbawa yang
sedang dalam proses pembangunan. Bandara ini sedang dalam proses perluasan
dan pembangunan. Bandar udara Sultan Muhammad Kaharuddin IV melayani
penerbangan setiap hari dengan jadwal 3 kali sehari serta telah di lengkapi fasilitas
penunjang penerbangan yang cukup memadai. Sedangkan Bandar Udara Lunyuk
memiliki ukuran landasan pacu 850 x 23 m permukaan beton mulai tanggal 23 Juli
2014. Akses untuk mencapai kota bisa menggunakan angkutan darat berupa Bis, mobil
travel atau ojek. Bandara Lunyuk merupakan simpul dalam jaringan transportasi
sesuai dengan hierarkinya, pintu gerbang kegiatan perekonomian, tempat kegiatan
alih moda transportasi, sebagai akses penanganan bencana, serta prasarana
memperkukuh Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara.

C. Fasilitas Bank
Fasilitas perbankan di Kabupaten Sumbawa telah banyak tersebar di kota
Kabupaten Sumbawa dan telah di buka cabang-cabang bank yang terdapat di
beberapa kecamatan yang dapat memudahkan aktifitas perbankan. Fasilitas
perbankan yang telah tersedia antara lain: Bank BNI, BRI, Bank NTB, Bank
Danamon, Bank Mandiri, Bank Mandiri Syariah.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 10


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

D. Fasilitas Rumah Makan dan Restoran


Ketersediaan restoran/rumah makan di suatu daerah dapat menunjukkan indikator
tingkat daya tarik investasi suatu daerah. Perkembangan ketersediaan restoran/
rumah makan di Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut.

Tabel 4.5
Jumlah Restoran/Rumah Makan di Kabupaten Sumbawa
Tahun 2011 Tahun 2015
No Uraian Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Usaha Kursi Usaha Kursi
1 2 3 4 5 6
1. Restoran 8 236 9 408
Rumah makan/Café/ 233 2.228 281 2.671
2.
Depot
Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kab. Sumbawa

E. Fasilitas Rumah Sakit


Rumah Sakit di Kabupaten Sumbawa berjumlah 3 buah, yang terdiri dari 1 buah
rumah sakit milik Pemerintah Provinsi yang merupakan rumah sakit rujukan Pulau
Sumbawa, 1 buah rumah sakit umum daerah, dan 1 buah rumah sakit milik swasta.
Fasilitas kesehatan yang tersedia cukup lengkap dan memadai. Selain rumah sakit,
tersedia pula 25 unit Puskesmas, 93 unit puskesmas pembantu dan sebanyak 26
unit polindes yang tersebar di seluruh kecamatan.

F. Fasilitas Pusat Informasi Pariwisata


Pusat Informasi Pariwisata berada di tengah Kota Sumbawa Besar, dengan
memanfaatkan bangunan yang berada di areal Taman Mangga (salah satu ruang
publik di Kabupaten Sumbawa). Selain itu untuk mendekatkan pelayanan informasi
bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sumbawa melalui Bandar
Udara Sultan Muhammad Kaharuddin IV juga telah disediakan ruangan di Bandara
tersebut sebagai Pusat Informasi Pariwisata di Kabupaten Sumbawa. Selain itu,
telah dibangun pula Pusat Informasi Pariwisata di obyek wisata Pantai Saliper Ate.
Pusat Informasi Pariwisata tersebut dilengkapi dengan fasilitas pendukung
pelayanan informasi berupa website pariwisata beserta perangkat pendukungnya
serta kapasitas sumberdaya pegawai dan tenaga operator yang cukup memadai.

4.4. AKSESIBILITAS PENDUKUNG PARIWISATA


Akses menuju objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Sumbawa relatif mudah untuk
dijangkau sehingga aksesibilitasnya cukup tinggi. Akses tersebut dapat ditempuh
dengan menggunakan transportasi darat, yakni kendaraan roda dua atau empat serta
transportasi laut menggunakan speed boat, atau kapal kayu. Sedangkan untuk
transportasi udara hanya melayani Ibukota Kabupaten Sumbawa, melalui Bandar Udara
Sultan Muhammad Kaharuddin IV – Sumbawa Besar.
Untuk transportasi darat, sebaran beberapa objek wisata sudah dilengkapi dengan
infrastruktur jalan yang baik dan beraspal walaupun pada beberapa lokasi objek wisata,
kondisi perkerasan aspalnya sedikit rusak dan membutuhkan penanganan, serta di
beberapa obyek wisata alam pegunungan masih terdapat obyek wisata yang belum
ditunjang dengan infrastruktur jalan masuk yang memadai menuju lokasi obyek wisata.
Untuk transportasi laut menuju objek-objek wisata kepulauan, wisatawan dapat
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 11
K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

memanfaatkan jasa penyeberangan yang dilayani oleh masyarakat setempat, seperti di


wilayah Labuhan Badas, Labuhan Sumbawa, Labuan Pade, Tanjung Menangis,
Labuhan Jambu, dan wilayah-wilayah lain yang tersebar di pesisir utara kabupaten
Sumbawa.

4.4.1. Lokasi dan Aksesbilitas Objek Wisata


Akses menuju objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Sumbawa memang
cenderung relatif mudah, baik yang ditempuh menggunakan kendaraan di darat maupun
kendaraan air. Dengan melihat lokasi objek wisata yang menyebar di seluruh wilayah
Kabupaten Sumbawa yang sangat luas ini, maka faktor aksesbilitas terkadang
menimbulkan permasalahan tersendiri. Kemudahan pencapaian yang sebenarnya
diinginkan oleh wisatawan, sering terhambat oleh kurang tersedianya moda
pengangkutan yang baik dan nyaman. Untuk objek-objek wisata yang masih berada di
sekitar jalur utama Trans Pulau Sumbawa, kemungkinan akan lebih mudah
pencapaiannya, sedangkan untuk objek wisata yang berada di luar jalur utama tersebut,
akan sangat sulit untuk mencapainya, kecuali menggunakan kendaraan pribadi.

4.4.2. Akomodasi Wisata


Sarana dan prasarana yang terdapat di Kabupaten Sumbawa, jika dilihat dari rasio
jumlah antara wisatawan dan ketersediaan infrastruktur penunjang sektor pariwisata
terutama akomodasi, relatif sudah berimbang. Akan tetapi, akomodasi yang ada saat ini,
sebarannya tidak merata, dan tidak menjangkau hingga objek-objek wisata yang ada.
Akomodasi utama hanya berada di pusat kota, atau pusat pelayanan lainnya seperti
ibukota kecamatan yang ramai kegiatan wilayahnya. Wisatawan harus mengakses ke
lokasi tertentu dalam jarak yang cukup jauh untuk mendapatkan akomodasi yang
diinginkan. Terkait dengan masalah akomodasi, hal ini berhubungan erat dengan
permasalahan aksesbilitas yang ada saat ini, sehingga keduanya berhubungan erat dan
saling mempengaruhi.
Jika melihat sifat sektor wisata yang mengandalkan kemudahan, kenyamanan, maka
kondisi ini menjadi kontradiksi, karena di satu sisi, wisatawan ingin cepat mudah
mengakses dan menikmati potensi objek wisata yang ada, tetapi di sisi lain, kemudahan
dalam menunjang kegiatan wisatanya tidak tersedia dengan baik dan lengkap.

4.5. PRASARANA UMUM PENDUKUNG PARIWISATA


A. Prasarana Jaringan Listrik
Penyedia utama layanan listrik di Kabupaten Sumbawa selama ini adalah PT. PLN,
yang kapasitas layanannya sudah tersebar di semua desa yang ada di Kabupaten
Sumbawa. Setiap tahun jumlah pelanggan listrik di Kabupaten Sumbawa terus
bertambah baik untuk keperluan rumah tangga, kebutuhan industri maupun
kebutuhan lainnya. Jumlah VA daya listrik tersambung di Kabupaten Sumbawa
disajikan sebagai berikut.
Tabel 4.6
Jumlah VA Tersambung Pada Layanan PLN Tahun 2011-2015
Di Kabupaten Sumbawa
Tahun
No Klasifikasi Pelanggan
2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7
1 Sosial (VA) 1.989.100 3.372.550 3.679.650 3.941.300 4.155.400
2 Rumah Tangga (VA) 48.674.000 69.940.700 81.326.850 90.409.400 97.051.500
3 Usaha (VA) 7.903.400 9.581.350 11.886.300 16.353.750 17.607.200
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 12
K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tahun
No Klasifikasi Pelanggan
2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7
4 Industri (VA) 5.900.800 8.082.700 8.444.900 9.628.200 9.698.200
5 Gedung & Jasa (VA) 2.530.350 4.316.450 4.752.300 4.959.400 5.623.550
Sumber: Daerah Dalam Angka. BPS Kab. Sumbawa (beberapa tahun terbitan)

Berdasarkan data tersebut, konsumen terbesar yang memanfaatkan daya lisrik di


Kabupaten Sumbawa adalah rumah tangga, sedangkan dari klasifikasi sosial
merupakan konsumen terendah.
Selain pasokan energi listrik dari PLN, di Kabupaten Sumbawa juga terdapat layanan
pasokan energi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

B. Prasarana Pelayanan Air Bersih


Sebanyak 76,60% rumah tangga di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2015 telah
menggunakan akses layanan air bersih. Gambaran umumnya disajikan pada tabel
berikut.
Tabel 4.7
Persentase Rumah Tangga Dengan Akses Air Bersih Tahun 2015
Rumah Tangga Dengan
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Akses Air Bersih
Jumlah %
1 2 3 4 5
1 Tarano 4.385 2.979 67,94
2 Empang 6.322 5.189 82,08
3 Plampang 7.646 4.846 63,38
4 Labangka 3.262 2.145 65,76
5 Maronge 2.849 1.944 68,23
6 Lape 4.655 3.457 74,26
7 Lopok 5.324 3.867 72,63
8 Moyo Hilir 6.556 4.802 73,25
9 Moyo Utara 2.699 2.210 81,88
10 Moyo Hulu 6.403 4.197 65,55
11 Ropang 1.548 1.108 71,58
12 Lenangguar 1.904 1.376 72,27
13 Lantung 970 788 81,24
14 Lunyuk 5.411 3.463 64,00
15 Orong Telu 1.234 901 73,01
16 Batu Lanteh 3.181 2.349 73,84
17 Unter Iwes 5.464 4.493 82,23
18 Sumbawa 16.904 16.588 98,13
19 Lab. Badas 8.498 6.352 74,75
20 Rhee 2.003 1.669 83,33
21 Utan 8.578 5.859 68,30
22 Buer 4.049 2.746 67,82
23 Alas 8.074 6.746 83,55
24 Alas Barat 5.495 4.457 81,11
Jumlah Kabupaten 123.414 94.531 76,60
Sumber: Dinas PU Kab. Sumbawa

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 13


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Air bersih yang diakses masyarakat berasal dari distribusi Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM), sumber air tanah melalui pompa, dan sumber air pegunungan
melalui jaringan sistem gravitasi.

C. Prasarana Kantor Pos


Jumlah kantor pos di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2016 sebanyak 13 kantor
pos. Banyaknya rekening masuk dan keluar setiap tahun relatif besar. Ini
menunjukkan bahwa pos masih merupakan sarana yang diandalkan dalam
memperlancar arus pengiriman barang maupun uang.

4.6. PENDUDUK SEBAGAI POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA PARIWISATA


4.6.1 Jumlah Penduduk, Sex Rasio dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan angka proyeksi dari Badan Pusat Statistik terdata jumlah penduduk
di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2016 sebesar 445.503 jiwa, terdiri dari laki-
laki 227.323 jiwa (51,03%) dan perempuan 218.180 jiwa (48,97%), dengan sex
rasio sebesar 104. Secara rinci terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.8
Jumlah, Sex Rasio Dan Kepadatan Penduduk Tahun 2012-2016
Di Kabupaten Sumbawa
Penduduk (Jiwa) Kepada
Sex
No Kecamatan Perem- tan (Jiwa/
Laki-Laki Jumlah Rasio
puan Km2)
1 2 3 4 5 6 7
1. Lunyuk 10.460 9.852 20.312 106 40
2. Orong Telu 2.499 2.274 4.773 110 10
3. Alas 14.753 14.427 29.180 102 237
4. Alas Barat 9.967 9.599 19.566 104 116
5. Buer 7.066 7.044 14.110 100 103
6. Utan 15.174 14.863 30.037 102 193
7. Rhee 3.780 3.481 7.261 109 31
8. Batulanteh 5.426 4.968 10.394 109 27
9. Sumbawa 30.842 30.022 60.864 103 1.358
10. Lab. Badas 16.756 16.536 33.292 101 76
11. Unter Iwes 10.039 9.486 19.525 106 237
12. Moyohilir 12.072 11.710 23.782 103 127
13. Moyo Utara 4.912 4.746 9.658 103 106
14. Moyohulu 10.679 10.057 20.736 106 66
15. Ropang 2.708 2.428 5.136 112 12
16. Lenangguar 3.382 3.062 6.444 110 13
17. Lantung 1.454 1.405 2.859 103 17
18. Lape 8.870 8.397 17.267 106 84
19. Lopok 9.464 9.280 18.744 102 120
20. Plampang 16.132 15.337 31.469 105 75
21 Labangka 5.566 5.217 10.783 107 44
22. Maronge 5.356 4.954 10.310 108 38
23. Empang 11.597 10.963 22.560 106 40
24 Tarano 8.369 8.072 16.441 104 49
Jumlah Th. 2016 227.323 218.180 445.503 104 67
Jumlah Th. 2015 224.974 216.128 441.102 104 66
Jumlah Th. 2014 222.728 213.871 436.599 104 66
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 14
K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Penduduk (Jiwa) Kepada


Sex
No Kecamatan Perem- tan (Jiwa/
Laki-Laki Jumlah Rasio
puan Km2)
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah Th. 2013 220.206 211.718 431.924 104 65
Jumlah Th. 2012 217.679 209.440 427.119 104 64
Sumber: BPS Kab. Sumbawa (beberapa tahun terbitan)

4.6.2 Pertumbuhan Penduduk


Pada rentang waktu 5 (lima) tahun terakhir, yakni dari tahun 2012-2016, penduduk
Kabupaten Sumbawa terus mengalami peningkatan dari 427.119 jiwa pada tahun
2012 menjadi 445.503 jiwa pada tahun 2016, dengan laju pertumbuhan rata-rata
per tahun sebesar 1,08%.
Tabel 4.9
Pertumbuhan Penduduk Tahun 2011-2014 Di Kabupaten Sumbawa
Tahun
Uraian
2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6
Laki-Laki 217.679 220.206 222.728 224.974 227.323
Perempuan 209.440 211.718 213.871 216.128 218.180
Jumlah 427.119 431.924 436.599 441.102 445.503
Pertumbuhan (%) 1,17 1,12 1,08 1,03 1,00
Sumber: BPS Kab. Sumbawa (data diolah)

Dari tabel di atas, meskipun jumlah penduduk setiap tahun bertambah, namun laju
pertumbuhannya menunjukkan kecenderungan menurun.

4.6.3 Struktur Dan Komposisi Penduduk


Pada tahun 2016, penduduk Kabupaten Sumbawa masih didominasi oleh
kelompok umur 0-4 tahun, yaitu sebanyak 45.057 jiwa dengan komposisi
penduduk laki-laki masih lebih banyak dari perempuan. Struktur penduduk
Kabupaten Sumbawa ditunjukkan pada piramida berikut ini.

Gambar 4.1
Struktur Penduduk Tahun 2016 Di Kabupaten Sumbawa

Struktur penduduk Kabupaten Sumbawa dari tahun 2012 s/d 2016 menunjukkan trend
positif, dengan menurunnya persentase penduduk usia non produktif (usia 0-14 tahun
dan usia diatas 64 tahun), dan semakin meningkatnya persentase penduduk usia
produktif (usia 15-64 tahun), sebagaimana tabel berikut ini.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 15


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel 4.10
Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2012-2016
Di Kabupaten Sumbawa
Persentase
No Kelompok Umur
2012 2013 2014 2015 2016
1 2 3 4 5 6 7
1 0 – 4 Tahun 10,74 10,63 10,48 10,30 10,11
2 5 – 9 Tahun 9,95 9,96 9,97 9,99 9,97
3 10 – 14 Tahun 9,32 9,20 9,11 9,05 9,02
4 15 – 19 Tahun 8,29 8,24 8,17 8,10 8,03
5 20 – 24 Tahun 7,79 7,73 7,67 7,61 7,57
6 25 – 29 Tahun 8,23 8,12 8,03 7,96 7,90
7 30 – 34 Tahun 8,52 8,47 8,41 8,33 8,25
8 35 – 39 Tahun 7,64 7,65 7,65 7,65 7,62
9 40 – 44 Tahun 7,09 7,19 7,27 7,33 7,38
10 45 – 49 Tahun 6,12 6,21 6,31 6,41 6,52
11 50 – 54 Tahun 4,74 4,81 4,88 4,96 5,03
12 55 – 59 Tahun 3,86 3,99 4,11 4,21 4,31
13 60 – 64 Tahun 2,70 2,76 2,82 2,91 3,01
14 65 – 69 Tahun 2,03 2,08 2,13 2,18 2,22
15 70 – 74 Tahun 1,40 1,40 1,41 1,42 1,44
16 > 75 Tahun 1,57 1,58 1,59 1,60 1,63
Jumlah 100 100 100 100 100
Sumber: BPS Kab. Sumbawa (beberapa tahun terbitan)

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 16


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

5.1. USAHA PARIWISATA

I
ndustri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam
rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan
dalam penyelenggaraan pariwisata.

Usaha pariwisata meliputi:


1. Agen Perjalanan, Biro Perjalanan dan Tour Operator (Usaha Jasa Perjalanan):
Kegiatan Biro Perjalanan lebih luas lagi dibandingkan dengan Biro Perjalanan.
2. Pemanduan Wisata: Usaha ini ada yang telah dimasukkan ke dalam kegiatan Biro
Perjalanan. Namun terdapat pula yang berdiri sendiri. Misalnya, di sebuah objek
wisata terdapat para pemandu yang tidak terkait dengan Biro Perjalanan. Mereka
merupakan pemandu resmi yang tergabung dalam suatu perkumpulan tertentu.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 5 - 1


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

3. Pelayanan Informasi Wisata: Pelayanan informasi wisata dapat dilakukan baik oleh
pemerintah maupun pihak swasta. Kegiatan ini dilakukan oleh pemerintah maka hal
tersebut bukan merupakan usaha komersial, melainkan kegiatan untuk memberikan
kemudahan pelayanan kepada para wisatawan.
4. Pelayanan Pertemuan dan Konferensi: Pelayanan dan pertemuan ini lebih
memfokuskan kegiatannya pada penyediaan fasilitas pertemuan, seminar-seminar,
konferensi dan lain-lain baik dari penyelenggaraannya maupun penyediaan tempat
beserta perlengkapannya. Usaha ini juga kadang menyediakan jasa Master of
Ceremony (MC).
5. Usaha Jasa Boga: Restoran, bar dan ketering merupakan usaha yang berdiri sendiri
maupun usaha yang menyatu dengan hotel.
6. Usaha Transportasi: Usaha transportasi meliputi transportasi darat, laut dan udara.
Perusahaan transportasi udara meliputi maskapai penerbangan, transportasi darat
meliputi pelayanan bus, kereta, perusahaan taksi dan transportasi laut meliputi
pelayanan umum dan pelayanan wisata.
7. Usaha Jasa Akomodasi: Usaha akomodasi memberikan pelayanan kepada tamu
yang menginginkan penyewaan penginapan (tempat tinggal) baik dalam jangka
waktu pendek maupun agak lama. Berbagai macam jenis akomodasi seperti: hotel,
motel, apartemen, guest house, hostel, wisma, cottage, bungalow dan lain
sebagainya.
8. Usaha Jasa Pencucian (Laundry and Dry Cleaning): Usaha pencucian memberikan
pelayanan kepada para tamu yang ingin mencucikan pakaiannya baik dicuci biasa
maupun kering/minyak.
9. Usaha Jasa Pemijatan (Message): Message bukan hal baru di hotel. Para tamu
dapat memperoleh pelayanan pemijatan baik ditempat/ruang pemijatan maupun di
kamar. Bermacam-macam mulai dari pijat biasa, refleksi maupun pijat untuk
olahraga dan kecantikan.
10. Usaha Jasa Penitipan Anak (Baby Sitting): Para wisatawan yang repot dengan
keluarga sementara waktu mereka terbatas dapat memanfaatkan tempat ini. Untuk
layanan ini, hotel biasanya tidak menyediakan karyawan permanen tetapi daily
worker atau casual.

Berbagai usaha pariwisata di Kabupaten Sumbawa hingga tahun 2016 disajikan pada
Tabel 5.1 sampai dengan Tabel 5.5 berikut ini.

Tabel 5.1
Usaha Transportasi Wisata Di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016
Jumlah
NO Nama Badan Usaha Nama Pimpinan Alamat Tempat Usaha Tenaga Kerja
Lokal Asing
1 2 3 4 5 6
1. PT. Samawa Novel Jalan Ki Hajar 4 -
Nusantara Indah Dewantara No. 43
Kelurahan Pekat -
Sumbawa Besar

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 5 - 2


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Jumlah
NO Nama Badan Usaha Nama Pimpinan Alamat Tempat Usaha Tenaga Kerja
Lokal Asing
1 2 3 4 5 6
2. The Travel Tia Lusianti Jalan Kebayan No. 4 5 -
Kel. Uma Sima -
Sumbawa Besar
3. CV. Lentera Arung Yus Harianto RT.005 RW.007 11 -
Jonga 97 Kelurahan Lempeh,
Kecamatan Sumbawa
4. PT. Lantung Prima Marairoant Jalan Cendrawasih Gg. 4 -
Utama 4 RT. 003 RW.005,
Kelurahan Brang Biji.
Sumber: Dinas POPAR Kab. Sumbawa

Sementara usaha perjalanan wisata yang tersedia di Kabupaten Sumbawa sampai


dengan tahun 2016 terdaftar sebanyak 9 (sembilan) Badan Usaha, sebagaimana Tabel
5.2 berikut ini.
Tabel 5.2
Usaha Perjalanan Wisata di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016
Jumlah
Nama Badan Nama Tenaga Kerja
NO Alamat Tempat Usaha
Usaha Pimpinan
Lokal Asing
1 2 3 4 5 6
1. PT. Tambora Duta Ade Wira Utama Jalan Kebayan N0. 2 5 -
Wisata Ranteg Kelurahan Brang Biji,
Sumbawa Besar Telp.
0371 - 21624, 21555
2. PT. Tia Utama Era Tia Lusianti Jalan Kebayan No. 5 -
Travel 4/45 Kel. Uma Sima -
Sumbawa Besar Telp.
085 238 371 435
3. CV. Aero Trans Syaiful Bahri, Griya Idola Blok M.14 1 -
Mandiri SH Labuhan Sumbawa,
Kec. Labuhan Badas
Telp. 0371-23966
4. Gerai Garuda Nurhasanah Jalan Kebayan No. 2 3 -
(PT. Anugerah Tana Sumbawa Besar Telp.
Samawa) 081 877 241 949
5. CV. Lentera Arung Yus Harianto RT.005 RW.007 11 -
Jonga 97 Kelurahan Lempeh,
Kecamatan Sumbawa
6. PT. Batu Bulaeng Idrus Jalan Raberas, Gg. 6 -
Samawa Rambutan RT.002
RW.006 Kelurahan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 5 - 3


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Jumlah
Nama Badan Nama Tenaga Kerja
NO Alamat Tempat Usaha
Usaha Pimpinan
Lokal Asing
1 2 3 4 5 6
Seketeng - Sumbawa

7. CV. Bangun Sahabuddin, Jl. Garuda Gg. Karya III 4 -


Samawa Andalan A.Md Rt/Rw.003/004,
Kelurahan Lempeh -
Sumbawa Besar
8. PT. Anugerah Tana Nurhasanah Jalan Kebayan No. 2 3 -
Samawa Sumbawa Besar
9. PT. Sabalong Tour H. Herman BTN Bukit Permai Blok 6 -
Travel Kadri M-15 RT.003 RW.008
Kelurahan Seketeng
Sumber: Dinas POPAR Kab. Sumbawa

Tabel 5.3
Usaha Wisata Selam di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016
Jumlah
NO Nama Badan Usaha Nama Pimpinan Alamat Tempat Usaha Tenaga Kerja
Lokal Asing
1 2 3 4 5 6
1. SAMAWA DIVE ALFARIZI ARIFIN Samawa Seaside 5 -
CENTRE (Wisata Cottage, Dusun Omo,
Selam) Desa Penyaring
Kecamatan Moyo
Utara. Telp. 0371 -
21754
2 MOKO MOYO DIVE DENNY Desa Labuhan Aji, 4 -
(Wisata Selam) Pulau Moyo
Kecamatan Labuhan
Badas
Sumber: Dinas POPAR Kab. Sumbawa

Tabel 5.4
Usaha Jasa Hiburan dan Rekreasi di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016
Jumlah JumLah
Nama Alamat Tempat
NO Nama Usaha Ruang/ Tenaga Kerja
Pimpinan Usaha
Kamar Lokal Asing
1 2 3 4 5 6 7
1. NT Family Totom Jalan DR. Cipto No.
4 2 -
Karaoke Wibowo 25 Sumbawa Besar
2. Warna Warni Chandra Tios, Jalan Sultan
7 - -
SE Kaharuddin No. 27

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 5 - 4


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Jumlah JumLah
Nama Alamat Tempat
NO Nama Usaha Ruang/ Tenaga Kerja
Pimpinan Usaha
Kamar Lokal Asing
1 2 3 4 5 6 7
Kel. Brang Bara
Kec. Sumbawa
3. Karaoke Aurora Ratna RT.002 RW.002
Gemala Desa Nijang Kec. 2 1 -
Unter Iwes
4. Senyaman Ate Jamaluddin Jalan Manggis N0.
6 - -
HM 12 Kel. Seketeng
5. Sernu Raya M. Nur. H. Jalan Bungur No. 18
Family Music Yusuf Sumbawa 5 3 -
Room
6. G'Studio Dony Jalan Bungur
Bernyanyi Triwardana RT.002 RW.007 Kel.
4 3 -
Lempeh Kec.
Sumbawa
7. The Beat Family Sartono Jalan Terusan
Karaoke Kerato - Olat Rarang
4 3 -
Kel. Lempeh, Kec.
Sumbawa
8. Azena Karaoke Sugianti Jalan Diponegoro
No. 61 Kel. Bugis 6 10 -
Kec. Sumbawa
Sumber: Dinas POPAR Kab. Sumbawa

Tabel 5.5
Usaha Jasa Informasi Pariwisata di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016
Jumlah
Nama Badan Alamat Tempat Tenaga Kerja
NO Nama Pimpinan
Usaha Usaha
Lokal Asing
1 2 3 4 5 6
1. CV. Lentera Yus Harianto RT.005 RW.007 11 -
Arung Jonga 97 Kelurahan Lempeh,
Kec. Sumbawa
2. CV. Transmedia Yudi Prasetiyo Utomo Bandar Udara Sultan 4 -
Globalindo Muhammad
Kaharuddin, Jalan
Garuda N0. 41
Kelurahan Lempeh -
Sumbawa Besar
Sumber: Dinas POPAR Kab. Sumbawa

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 5 - 5


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

5.2. USAHA KECIL DAN MENENGAH PENDUKUNG PARIWISATA


Wisatawan selama di daerah tujuan wisata melakukan berbagai pengeluaran
(konsumsi), seperti untuk akomodasi, makanan dan minuman, perjalanan, melihat
atraksi budaya, pembelian cendramata dan lain-lain. Pengeluaran ini akan ditangkap
oleh sektor-sektor ekonomi, sehingga menjadi pendapatan sektor-sektor ekonomi
tersebut, dan disebut dengan efek langsung (direct effects) pengeluaran wisatawan.
Namun peningkatan pendapatan sektor-sektor ekonomi tersebut akan meningkatkan
permintaan input yang berasal dari output sektor-sektor ekonomi lain seperti pertanian,
industri, industri kerajinan, jasa transportasi dan sebagainya. Dengan demikian,
peningkatan pendapatan sektor-sektor ekonomi yang satu akan mendorong
peningkatan produktivitas sektor-sektor ekonomi yang lain. Peningkatan output sektor-
sektor ekonomi produksi selanjutnya akan meningkatkan balas jasa faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi, sehingga meningkatkan pendapatan pemilik
faktor produksi, yaitu rumahtangga dan perusahaan. Ini disebut efek tidak langsung
(indirect effects) pengeluaran wisatawan. Peningkatan pendapatan rumahtangga atau
masyarakat akan mendorong peningkatan konsumsi masyarakat, selanjutnya
mendorong peningkatan pendapatan masyarakat lainnya dan memperluas kesempatan
kerja. Ini disebut efek yang didorong (induced effects) dari pengeluaran wisatawan.
Indirect effects dan induced effects disebut secondary effects, dan efek pengganda
(multiplier effects) wisatawan mengukur total efek (directs plus secondary) yang
dihasilkan dari tambahan pengeluaran wisatawan. Peningkatan aktivitas produksi
sektor-sektor ekonomi yang terkait langsung atau tidak langsung dengan pariwisata
akan menciptakan dan memperluas lapangan kerja. Ini yang disebut dengan keterkaitan
penciptaan kesempatan kerja (employment linkages).
Usaha kecil menengah (UKM) dan usaha rumah tangga (URT) baik yang berbadan
hukum maupun tidak berbadan hukum adalah pelaku-pelaku ekonomi yang tersebar di
semua sektor ekonomi, dan merupakan usaha yang banyak menciptakan lapangan
usaha tanpa harus memiliki jenjang pendidikan tertentu. Kebijakan pemerintah untuk
memberi prioritas lebih besar dalam pembangunan yang berorientasi pada
pemberdayaan ekonomi kerakyatan utamanya UKM dan URT sangat strategis dan akan
berdampak luas terhadap penyerapan tenaga kerja.
Usaha kecil menengah merupakan peluang usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri dan dikerjakan secara mandiri namun memerlukan akses permodalan dalam
pengembangan usaha. Jumlah UKM non BPR di Kabupaten Sumbawa menunjukkan
perkembangan yang positif. Pada tahun 2014 berjumlah 7.456 bertambah sebesar
1,03% menjadi 7.658 pada tahun 2015. Ini menunjukkan semakin besarnya kapasitas
pelayanan pendukung yang dimiliki daerah dalam meningkatkan ekonomi daerah
melalui UKM.
Tabel 5.1
Jumlah UKM non BPR/LKM Tahun 2011-2015 Di Kabupaten Sumbawa
UKM/BPR/LKM (Unit)
No Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7
1 Jumlah seluruh UKM 5.846 6.224 6.317 7.678 7.822
2 Jumlah BPR/LKM 182 185 194 222 164
3 Jumlah UKM non BPR/LKM 5.664 6.039 6.123 7.456 7.658
Sumber: Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumbawa

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 5 - 6


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Banyaknya sentra industri, unit usaha produksi dan tenaga kerja sebagai hasil dari efek
langsung, efek tidak langsung, efek pendorong, dan efek pengganda atas kunjungan
wisatawan di Kabupaten Sumbawa terlihat pada Tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2
Sentra Industri, Unit Usaha Produksi dan Tenaga Kerja Tahun 2015-2016
di Kabupaten Sumbawa
2015 2016
No Jenis Industri Sentra Unit Tenaga Sentra Unit Tenaga
Industri Usaha Kerja Industri Usaha Kerja
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Industri Makanan 31 540 1.058 31 545 1.072
dan Minuman
2. Industri Kayu, 15 261 544 15 261 544
Rotan, Rumput
dan Sejenisnya
3. Industri Pulp, 26 584 1.841 26 585 1.845
Kertas, dan
Bahan Kimia
4. Industri Aneka 4 72 84 4 72 95
5. Industri Tekstil 13 290 397 13 290 397
6. Industri Logam, 9 86 322 9 90 335
Mesin dan
Perekayasaan
Jumlah 98 1.833 4.246 98 1.843 4.288
Sumber: Sumbawa Dalam Angka, 2017.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 5 - 7


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

6.1. JUMLAH DAN PERKEMBANGAN PASAR WISATAWAN


A. Jumlah Wisatawan
Berdasarkan data pada Tabel dan grafik berikut dapat dilihat adanya fluktuasi
kunjungan wisatawan di Kabupaten Sumbawa. Tetapi jika melihat kunjungan secara
umum, didapatkan kesimpulan, bahwa kunjungan wisatawan yang datang ke Kabupaten
Sumbawa meningkat.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 6 - 1


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel 6.1
Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Sumbawa
TAHUN 2015 TAHUN 2016
NO. BULAN
WNI WNA JUMLAH WNI WNA JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Januari 4.550 108 4.658 5.423 118 5.541
2 Pebruari 4.329 104 4.433 5.395 68 5.463
3 Maret 4.955 117 5.072 6.118 100 6.218
4 April 4.669 119 4.788 6.315 95 6.410
5 Mei 4.642 156 4.798 6.574 157 6.731
6 Juni 5.996 145 6.141 5.722 117 5.839
7 Juli 6.251 195 6.446 5.932 244 6.176
8 Agustus 6.446 269 6.715 6.811 336 7.147
9 September 6.976 135 7.111 6.606 234 6.840
10 Oktober 7.271 167 7.438 7.045 229 7.274
11 Nopember 6.771 116 6.887 7.014 172 7.186
12 Desember 7.088 107 7.195 6.081 138 6.219
JUMLAH 69.944 1.738 71.682 75.036 2.008 77.044
JUMLAH 2014 42.816 2.447 45.263
JUMLAH 2013 41.763 3.340 45.103
JUMLAH 2012 40.130 3.233 43.363
Sumber: DISPOPAR Kab. Sumbawa, 2017

Rentang data kunjungan wisatawan selama 5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan


jumlah wisatawan. Bila dibanding dengan tahun sebelumnya, jumlah wisatawan pada
tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 1.740 orang dari tahun 2012, atau tumbuh
sebesar 4,01%. Sedangkan pada tahun 2014, kunjungan wisatawan hanya mengalami
pertumbuhan sebesar 0,35%. Namun pada tahun 2015, kunjungan wisatawan
mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan sebesar 58,37%, dan tahun 2016
tumbuh sebesar 7,48%. Untuk kunjungan wisatawan mancanegara, sampai dengan
tahun 2015 mengalami kecenderungan menurun, namun mulai meningkat pada tahun
2016. Sedangkan kunjungan wistawan domestik menunjukkan kecenderungan yang
meningkat setiap tahun, sebagaimana terlihat pada Gambar 6.1 dan 6.2.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 6 - 2


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

4.500

3.233 3.340

3.000
2.447
2.008
1.738

1.500

-
2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 6.1
Trend Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Kabupaten Sumbawa

90.000
75.036
69.944

60.000

41.763 42.816
40.130

30.000

-
2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 6.2
Trend Kunjungan Wisatawan Domestik di Kabupaten Sumbawa

B. Perkembangan Pasar Wisatawan


Kunjungan wisatawan yang mengunjungi objek-objek wisata yang ada di Kabupaten
Sumbawa, cenderung wisatawan yang hanya singgah dan tidak banyak menghabiskan
waktunya untuk menikmati potensi sektor wisata di wilayah ini. Kecuali pada beberapa
objek wisata yang memang telah terkenal dan memiliki nama yang mendunia seperti
Pulau Moyo. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis data terkait kunjungan wisata,
kebanyakan wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Sumbawa, didominasi oleh

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 6 - 3


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

wisatawan domestik, sedangkan wisatawan mancanegara menyumbang jumlah


kunjungan yang relatif kecil jika melihat rasio kunjungan wisatawan keseluruhan.
Kebanyakan wisatawan mancanegara yang mengunjungi Kabupaten Sumbawa
merupakan wisatawan yang menghabiskan waktunya atau hanya sekedar beristirahat
untuk melanjutkan perjalanan wisatanya ke daerah lain. Hal ini tentu saja tidak
menguntungkan baik dari segi kontribusi ke pemerintah maupun ke masyarakat sendiri.

ANALISIS PENGEMBANGAN PASAR WISATA


Kegiatan pengembangan pariwisata diharapkan mampu menjadi lokomotif dalam
mengembangkan perekonomian daerah. Pengembangan pariwisata daerah terutama di
Kabupaten Sumbawa diarahkan pada wisata budaya dan bahari. Wisatawan di kedua
jenis wisata tersebut selain menikmati keunikan budaya dan keindahan alam juga
diharapkan ikut berpartisipasi langsung dalam konservasi budaya dan lingkungan serta
dapat memperoleh pemahaman lebih baik tentang seluk beluk ekosistem budaya dan
alam. Interaksi wisatawan dengan masyarakat diharapkan mampu membangun
kesadaran bersikap saling menghormati nilai dan tata cara budaya masing-masing serta
berupaya agar alam tetap lestari.
Pengembangan pasar wisata perlu memperhatikan segmentasi pasar, yaitu membagi
pasar wisata menjadi beberapa kelompok pengunjung berdasarkan kebutuhan,
karakteristik, dan mungkin membutuhkan produk wisata atau bauran pemasaran yang
berbeda. Dasar untuk membuat segmentasi pasar wisata ada 3 (tiga) yaitu: segmentasi
geografi, segmentasi demografi, serta segmentasi tingkah laku berdasarkan
pengetahuan dan sikap pengunjung.

Pemasaran industri pariwisata harus memutuskan segmen mana dan berapa segmen
wisata yang akan dilayani. Pemerintah daerah diharapkan dapat berperan untuk
mengevaluasi jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sumbawa guna
melakukan strategi pengembangan wisata yaitu :
(1) Mengindentifikasi segmen pasar wisata untuk setiap obyek wisata yang ada di
Kabupaten Sumbawa
(2) Mengembangkan produk wisata untuk memperluas segmen pasar wisata
(3) Meningkatkan akses ke seluruh kawasan dan obyek daerah tujuan wisata di
Kabupaten Sumbawa guna meningkatkan lama tinggal wisatawan

6.2. KARAKTERISTIK PASAR WISATAWAN


Wisata pantai merupakan wisata yang paling diminati wisatawan baik wisatawan
domestik, nusantara, maupun wisatawan mancanegara. Potensi alam dari pantai dan
laut memberikan daya tarik dan pengalaman tersendiri. Keterbukaan pandangan dan
kebebasan bergerak merupakan karakteristik obyek wisata pantai dimanapun berada.
Oleh karena itu, karakter pantai harus dipertahankan tanpa hambatan yang berarti untuk
tetap mempertahankan dan meningkatkan daya tarik bagi pengunjung. Aktivitas
wisatawan yang dapat diakomodasi sangat beragam, antara lain:
(1) Berenang di laut
(2) Berjalan-jalan di tepi pantai
(3) Berjemur matahari (sun bath) di atas pasir pantai.
(4) Berperahu di tepi laut
(5) Berselancar dan bermain ski air

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 6 - 4


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

(6) Kegiatan mengumpulkan kerang


(7) Kegiatan berfoto, people watching, dan lain sebagainya

6.3. UPAYA PEMASARAN YANG DILAKUKAN PEMERINTAH KABUPATEN


SUMBAWA
Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi dengan
wisatawan untuk mengembangkan kepariwisataan dan seluruh pemangku
kepentingannya. Pemasaran dalam bidang pariwisata sangat diperlukan karena akan
memperkenalkan semua obyek wisata yang ada kepada masyarakat luas dan akan
menarik wisatawan untuk berkunjung. Untuk menarik pengunjung ke suatu lokasi
terdapat dua jenis strategi utama yaitu event dan atraksi. Berbagai jenis event dapat
dirancang dan diselenggarakan untuk memberi kontribusi bagi upaya pemasaran
destinasi. Agar suatu event dapat berjalan baik dan lancar memerlukan dukungan dari
seluruh pemangku kepentingan pariwisata baik pemerintah, pengusaha dan
masyarakat. Event yang menarik bagi suatu pasar yang diinginkan dan sesuai dengan
budaya masyarakat dapat memberikan hasil yang menguntungkan, terutama bila event
tersebut berlangsung secara reguler selama bertahun-tahun. Event yang hanya bisa
terjadi satu kali atau yang memerlukan investasi modal besar bagi suatu masyarakat
tidak memberikan keuntungan ekonomis yang memadai.

Dalam kaitan tersebut, dalam lima tahun terakhir (tahun 2012-2016) Pemerintah
Kabupaten Sumbawa telah melakukan upaya pemasaran pariwisata melalui
penyelenggaraan event dan atraksi yang dikemas dalam satu festival seni budaya
bernama Festival Moyo. Melalui Festival Moyo ini Pemerintah Kabupaten Sumbawa
berupaya memperkenalkan potensi pariwisata dari sisi obyek wisata alam dan budaya
serta pertunjukan atraksi potensi keragaman seni budaya yang tumbuh dan
berkembang di Kabupaten Sumbawa. Meskipun reguler dilaksanakan setiap tahun,
namun karena durasi waktu pelaksanaan hanya terkonsentrasi pada satu bulan tertentu
selama satu bulan penuh, belum mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Untuk mampu memberikan dampak yang
signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan, diperlukan penyelenggaraan event-
event festival yang terjadi sepanjang tahun. Kondisi ini akan memudahkan bagi pelaku
usaha pariwisata dalam membantu promosi pariwisata di Kabupaten Sumbawa melalui
pembuatan paket-paket wisata sepanjang tahun.

Dari sisi kelembagaan pariwisata yang ada di luar pemerintahan belum mampu optimal
dalam mengupayakan pemasaran pariwisata di Kabupaten Sumbawa. Hingga tahun
2016 asosiasi pariwisata yang ada di Kabupaten Sumbawa baru terbentuk dua asosiasi,
yaitu Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) dan Himpunan Pramuwisata Indonesia
(HPI). Peran kedua lembaga ini belum mampu memberikan dampak yang signifikan
bagi perkembangan pariwisata di Kabupaten Sumbawa. Diperlukan asosiasi-asosiasi
pariwisata lainnya sebagai mitra kerja Pemerintah Daerah dalam pembangunan
kepariwisataan daerah, seperti Association Of The Indonesian Tours and Travel
Agencies (ASITA), dan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BP2D), serta asosiasi-
asosiasi pariwisata lainnya.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 6 - 5


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

P
7.1. SUMBER DAYA MANUSIA PARIWISATA
engembangan kegiatan kepariwisataan yang tidak tertata seringkali
membawa konotasi negatif bagi perkembangan adat serta budaya
setempat. Salah satu antisipasi dari hal tersebut dapat dilakukan dengan
meletakan dasar yang kokoh terhadap adat serta budaya setempat. Hal
tersebut dapat dilakukan melalui pembinaan sejak dini nilai-nilai tradisi,
budaya serta adat setempat melalui pendidikan formal, misalnya melalui kurikulum
pendidikan. Sehingga pada masa yang akan datang nilai-nilai budaya tersebut tetap
mengakar pada masyarakat dan dapat menjadi potensi budaya bagi pengembangan
kegiatan kepariwisataan.

Secara umum, sumber daya manusia pariwisata dapat dikelompokkan menjadi 3


kelompok, yaitu:

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 7 - 1


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1. Kalangan Pemerintah
2. Kalangan Tenaga Kerja/ Usaha Pariwisata
3. Kalangan Masyarakat, khususnya sekitar objek dan daya tarik wisata

Untuk kalangan pemerintah yang menangani secara langsung pengembangan


pariwisata, perlu dilakukan Diklat Penjenjangan dan Diklat Teknis Fungsional.
Sedangkan untuk aparat yang menunjang/ tidak langsung terkait dengan
pengembangan pariwisata, dilakukan Diklat Kepariwisataan yang bersifat penyuluhan,
peningkatan “Tingkat Sadar Wisata” dan “Citra Pariwisata”.

Untuk kalangan tenaga kerja/ usaha pariwisata, peningkatan kualitas SDM dapat
dilakukan melalui kegiatan-kegiatan pendidikan dan latihan yang bersifat penyegaran,
pemantapan dan pengembangan. Kegiatan diklat pemantapan dapat dilakukan pada
kalangan pimpinan tingkat menengah, dengan lama waktu sekitar 3 - 6 hari dan titik
berat pada peningkatan wawasan pariwisata. Kegiatan diklat pengembangan, dapat
dilakukan pada kalangan pimpinan tingkat bawah atau pelaksana, dengan lama waktu
sekitar 7-14 hari dan titik berat pada praktek kerja lapangan.

7.2. ASOSIASI PARIWISATA


Hingga tahun 2016 asosiasi pariwisata di Kabupaten Sumbawa masih sangat minim.
Keberadaan asosiasi pariwisata diharapkan mampu menjadi mitra kerja pemerintah
daerah dalam pembangunan kepariwisataan daerah.

Assosiasi pariwisata yang ada di kabupaten sumbawa tahun 2016, adalah:


1. PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Cabang Sumbawa
2. HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Cabang Sumbawa

7.3. KELEMBAGAAN PEMERINTAH TERKAIT PARIWISATA


Lembaga kepariwisataan pemerintah di tingkat Kabupaten adalah Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata (DISPOPAR) Kabupaten Sumbawa yang berwenang dalam
mengelola kepariwisataan di Tingkat Kabupaten Sumbawa. Dinas ini didukung oleh
Dinas-dinas lain sebagai lembaga pemerintah tingkat hulu dalam sektor pariwisata.

Lembaga kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa telah melaksanakan tugasnya sesuai


tugas pokok dan fungsinya. Pada masa yang akan datang tugas dan tanggung jawab
lembaga-lembaga tersebut semakin berat. Beban yang berat tersebut terutama untuk
mengantisipasi perkembangan kepariwisataan yang berkaitan dengan koordinasi
dengan masyarakat atau stakeholders lainnya. Kondisi Kabupaten Sumbawa yang
kondisi wilayahnya bervariasi memerlukan dukungan sistem kelembagaan yang kuat
dan SDM yang handal dan profesional.
Posisi Instansi/ Dinas dan lembaga yang langsung maupun tidak langsung menangani
kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa dapat dilihat pada Tabel 7.1 berikut ini.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 7 - 2


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel 7.1
Komposisi Instansi / Lembaga Pengelola Kepariwisataan
Kabupaten Sumbawa
Instansi / Lembaga Instansi / Lembaga
No. Jenis Usaha
Langsung Tidak Langsung
1. Akomodasi • Dispopar • Bappeda
• Dinas PERA-KP
• DPM-PTSP
• Bagian Ekonomi
2. Restoran / Rumah Makan • Dispopar • Bappeda
• Bapenda • Dinas PERA-KP
• Disperindag • DPM-PTSP
3. Objek & Daya Tarik Wisata • Dispopar • Bappeda
Alam & Pegunungan • Dinas PUPR
• Dinas Kehutanan
• Balai KSDA
• Dinas Perhubungan
• Disperindag
4. Objek & Daya Tarik Wisata • Dispopar • Bappeda
Bahari • Dinas Kelautan & • Dinas PUPR
Perikanan • Balai KSDA
• Dinas Perhubungan
• Disperindag
5. Objek & Daya Tarik Wisata • Dispopar • Bappeda
Budaya dan Sejarah • Dinas Dikbud • Dinas PUPR
• Masyarakat Adat • Dinas Perhubungan
• Disperindag
6. Objek & Daya Tarik Wisata • Dispopar • Disperindag
Rekreasi dan Hiburan • Bapenda • Swasta
• DPM-PTSP
Sumber: Hasil Rencana, 2017

7.4. KELEMBAGAAN LAIN TERKAIT PARIWISATA


Sebagai daerah dengan kondisi sosial budaya masyarakat yang masih dipengaruhi oleh
budaya dan adat istiadat yang berkembang sejak zaman kerajaan, peran kelembagaan
adat yang ada sangat diperlukan dalam membantu pembangunan kepariwisataan
daerah. Di tingkat Kabupaten terdapat Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) yang
membawahi LATS di tingkat Kecamatan. Sebagai mitra strategis pemerintah daerah,
LATS dapat berperan aktif dalam memberikan masukan dan saran kepada Pemerintah
Daerah atas berbagai kebijakan pembangunan termasuk pembangunan bidang
pariwisata.

Selain LATS, terdapat pula lembaga Dewan Kesenian Sumbawa (DKS) yang dibentuk
sejak tahun 1998, dihajatkan untuk menjadi organisasi induk dimana para seniman dan
kelompok-kelompok seni di Kabupaten Sumbawa bernaung. Dengan demikian DKS
memiliki fungsi pembinaan dan koordinasi terhadap seniman dan kelompok seni serta

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 7 - 3


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

berperan untuk menjalankan fungsi kemitraan dengan pemerintah daerah. Melalui DKS
ini pula diharapkan agar potensi-potensi pariwisata yang hampir dan bahkan sudah
punah dapat digali dan dikembangkan kembali.

Dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, telah dibentuk


Kelompok-kelompok Sadar Wisata di berbagai lokasi obyek wisata. Hingga tahun 2017,
Kelompok Sadar Wisata yang telah terbentuk di Kabupaten Sumbawa terlihat pada
Tabel 7.2 berikut ini.

Tabel 7.2
Jumlah Kelompok Sadar Wisata Tahun 2017 di Kabupaten Sumbawa

No POKDARWIS NAMA KETUA ALAMAT ANGGOTA

1 2 3 4 5
1 BULAN SUAR ABDULLAH ZAIN Poto Kec. Moyo Hilir 35 Orang

2 SAMPAR ALWAN HIDAYAT, Batu Tering, Moyo 25 Orang


PATONANG S.Pdi Hulu
3 DARWIS AI BARI KAMARUDDIN Ai Bari Kec. Moyo 26 Orang
Utara
4 DARWIS M. MAHDI Kelungkung kec. 34 Orang
SENAMPAR Batu Lanteh
5 BUIN AI AWAK EDY RAHMAD Seketeng Kec. 35 Orang
Sumbawa
6 JENRING LET BUJIR DM Pamulung Kec. Lab. 35 Orang
BATU REA Badas
7 TELAGA LOMPA M. NURMALA Plampang 34 Orang

8 TIMBUL WISATA ALFING Lab. Mapin Kec. 27 Orang


Alas Barat
9 SUKA MADYA ABDULLAH M Lenangguar 35 Orang

10 DARWIS BATU A. MANAF M. ALI Batu Bulan Kec. 27 Orang


BULAN Moyo Hulu
11 DARWIS RHEE SUPARMAN M Rhee Loka Kec. 100 Orang
SALEH, A.Md Rhee
12 DARWIS LUNYUK ABDULLAH M. NUR Pada Suka Kec. 35 Orang
Lunyuk
13 DARWIS MAMAK A. Manan HD Mamak Kec. Lopok 20 Orang

14 BATU BAKO M. A. DAYAT Empang Bawa Kec. 35 Orang


Empang
15 JAYA BAHARI ARDIANSYAH Lab. Burung Kec. 25 Orang
Buer
16 DARWIS BUER UNGANG Buer Kec. Buer 35 Orang

17 WISATA BAHARI BAHARUDDIN Penyaring Kec. 35 Orang


Moyo Utara

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 7 - 4


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

No POKDARWIS NAMA KETUA ALAMAT ANGGOTA

1 2 3 4 5
18 SAMADA ANGI JAHRUN Maci Kec. Tarano 35 Orang

19 JAYA MAKMUR AHMAD Perung Kec. Unter 34 Orang


Iwis
20 DADARA RENAP Jotang Baru Kec. 25 Orang
BELANG Empang
21 KAKIANG PAHRUDDIN, SE Kakiang Kec. Moyo 27 Orang
CREATIVE Hilir
22 AGRO TAMASE TAHZINUL MURAD Juru Mapin Kec. 27 Orang
Buer
23 GOA JAYA NAHUNG Karang Dima Kec. 27 Orang
Lab. Badas
24 BATU TONGKOK SYAHRUDDIN Plampang Kec. 25 Orang
JARAN PUSANG Plampang
25 DARWIS ZUHRIADI TABRI Penyaring Kec. 26 Orang
PENYARING Moyo Utara
26 BINTANG LAUT AHMAD Labuhan Aji Kec. 20 Orang
Lab. Badas
27 CITRA BAHARI M. AMIR, S.Pd Pulau Medang Kec. 25 Orang
Lab. Badas
28 MADU LESTARI M. YAMIN Semongkat Kec. 48 Orang
Batu Lanteh
29 LESENG A. W. SOEKANDAR Leseng Kec. Moyo 24 Orang
KREATIF Hulu
30 BATU API ARIFIN Maman Kec. Moyo 27 Orang
Hulu
31 KRAMAT JAYA HERMAYADI AL Labu Pade Kec. 20 Orang
Utan
32 TANJUNG SARI HASIBUAN Batu Gong Kec. 26 Orang
Lab. Badas
33 BUNGIN SAHABUDDIN Pulau Bungin Kec. 40 Orang
TAKETEN Alas
34 TIU SEBANGKA ANGGUN Desa Mapin Rea 35 Orang
FIRMANSYAH Kec. Alas Barat
35 SAGARA BURHANUDDIN, Desa Marente Kec. 46 Orang
S.Pd Alas
36 ADVENTUROUS RAMA EROPATI Sumbawa Besar 20 Orang
SUMBAWA
Sumber: Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kab. Sumbawa, 2017

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 7 - 5


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

S
8.1. TANTANGAN DAN ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN
elain memiliki potensi yang sangat baik di sektor pariwisata, objek-objek
wisata yang ada sampai saat ini juga memiliki keterbatasan yang relatif
hampir sama antara satu objek dengan yang lainnya.
Secara umum, seluruh kondisi objek wisata yang tersebar di wilayah
Kabupaten Sumbawa memiliki karakteristik objek dan atraksi wisata yang
bervariasi. Jika diamati dengan seksama, sebenarnya permasalahan yang ada di
masing-masing objek tersebut secara umum relatif memiliki kesamaan. Kondisi sarana
pendukung wisata yang kurang baik dan tidak lengkap merupakan salah satu
permasalahan utama. Adapun permsalahan umum yang terjadi pada kondisi objek
wisata di Kabupaten Sumbawa adalah:
A. Faktor Internal
(1) Produk dan Daya Tarik Wisata
• Banyaknya objek wisata yang belum tergali

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 1


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Penataan objek wisata belum ditangani secara optimal


• Kurangnya event wisata yang dilakukan secara rutin untuk menarik kunjungan
wisatawan
• Kurangnya produk olahan maupun cinderamata

(2) Sarana dan Prasarana


• Sarana dan prasarana wisata yang belum memadai
• Lemahnya segi pemeliharaan sarana dan prasarana yang sudah dibangun
• Belum optimalnya pengelolaan jasa dan sarana penunjang pariwisata
• Peran serta masyarakat sekitar objek wisata masih rendah
• Belum optimalnya pelayanan dan operasional Pusat Informasi Pariwisata

(3) Pasar dan Promosi


• Promosi kepariwisataan belum dilaksanakan dengan baik sehingga kurang
mendapatkan informasi mengenai kepariwisataan baik dari segi objek, daya
tarik maupun atraksi wisata

(4) Sumberdaya Manusia


• Pola pikir masyarakat belum mengarah kepada pengembangan potensi
pariwisata
• Pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan objek wisata belum profesional
• Kualitas sumber daya manusia bidang pariwisata masih kurang dan belum
memadai
• Adanya pergeseran nilai-nilai sosial budaya
• Keterpaduan antarpengelola, pengambil kebijakan dan perhatian masyarakat
dalam mewujudkan upaya pengembangan masih kurang sehingga
melemahkan sinergi hasil pembangunan

B. Faktor Eksternal
(1) Produk dan Daya Tarik Wisata
• Pengelolaan objek dan daya tarik wisata di daerah lain yang lebih baik
• Jenis objek dan daya wisata yang sama dengan daerah lain
• Status kepemilikan dan pengelolaan sebagian objek wisata belum jelas
berkaitan dengan PAD dan pemeliharaan objek
• Potensi wisata belum jadi daya tarik yang besar bagi investor

(2) Sarana dan Prasarana


• Degradasi lingkungan dan menurunnya debit air Pemenuhan akan kebutuhan
sarana dan prasarana penunjang pariwisata

(3) Pasar dan Promosi


• Adanya persaingan yang ketat antar daerah dalam menarik jumlah wisatawan
• Daerah-daerah lain lebih konsern dan lebih gencar dalam melakukan promosi
dan pemasaran wisata daerah

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 2


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

(4) Sumberdaya Manusia


• Kurangnya pemberdayaan dalam pemeliharaan, sehingga hasil pembangunan
mudah/ cepat rusak dan kurang terpelihara
• Masuknya pengaruh budaya dari luar dan terjadi interaksi antara masyarakat
lokal dan wisatawan (arus global)
• Dampak dari kegiatan wisata seperti miras, narkoba, dan lain-lain yang
biasanya tidak bisa dihindari

8.1.1 Isu-isu Internal Pengembangan Pariwisata


Isu-isu internal yang ada di Kabupaten Sumbawa khususnya pada sektor pariwisata
terdapat pada kekuatan dan kelemahan kepariwisataan Kabupaten Sumbawa itu
sendiri. Kekuatan (strength) merupakan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Sumbawa
yang dapat dikembangkan karena belum dimanfaatkan secara optimal. Kelemahan
(weakness) merupakan permasalahan atau kendala yang dapat menghambat
berkembangnya pariwisata di Sumbawa.

Tabel 8.1
Isu-isu Internal Pengembangan Pariwisata Kabupaten Sumbawa
Isu-isu Internal
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
• Keragaman objek, daya tarik dan • Banyaknya objek wisata yang belum
atraksi wisata tergali
• Pemandangan yang indah • Penataan objek wisata belum ditangani
• Beragamnya kegiatan masyarakat yang secara optimal
adaptif dan masih eksisnya budaya • Kurangnya event wisata yang dilakukan
lokal masyarakat Samawa secara rutin untuk menarik kunjungan
• Tersedianya banyak kesenian wisatawan
tradisional • Kurangnya produk olahan maupun
• Banyak terdapat peninggalan sejarah cinderamata
• Letak geografis berada di lintasan jalur • Sarana dan prasarana wisata yang
utama Pulau Sumbawa belum memadai
• Telah memiliki usaha jasa dan sarana • Lemahnya segi pemeliharaan sarana
wisata yang menunjang kegiatan dan prasarana yang sudah dibangun
pariwisata • Belum optimalnya pengelolaan jasa
• Tersedianya Pusat Informasi Pariwisata dan sarana penunjang pariwisata
bagi wisatawan • Peran serta masyarakat sekitar objek
• Sebagian objek dan daya tarik wisata wisata masih rendah
sudah ada yang diekspos keluar • Belum optimalnya pelayanan dan
daerah operasional Pusat Informasi Pariwisata
• Promosi kepariwisataan belum
dilaksanakan dengan baik sehingga
kurang mendapatkan informasi
mengenai kepariwisataan baik dari segi
objek, daya tarik maupun atraksi wisata
• Pola pikir masyarakat belum mengarah
kepada pengembangan potensi

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 3


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Isu-isu Internal
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
pariwisata
• Pemahaman masyarakat terhadap
pengelolaan objek wisata belum
profesional
• Kualitas sumber daya manusia bidang
pariwisata masih kurang dan belum
memadai
• Adanya pergeseran nilai-nilai sosial
budaya
• Keterpaduan antar pengelola,
pengambil kebijakan dan perhatian
masyarakat dalam mewujudkan upaya
pengembangan masih kurang sehingga
melemahkan sinergi hasil
pembangunan
Sumber: Hasil Analisa 2013

8.1.2 Isu-Isu Eksternal Pengembangan Kawasan


Pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumbawa dilakukan dengan mengkaji
keterkaitan pengembangan Kabupaten Sumbawa dalam lingkup Provinsi NTB dan
nasional, bahkan regional dan global. Pengkajian ini menghasilkan isu-isu eksternal
dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Sumbawa. Isu-isu eksternal yang ada di
Kabupaten Sumbawa berupa peluang dan tantangan, khususnya pada sektor
pariwisata. Peluang merupakan kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan pariwisata. Ancaman merupakan penghambat yang dapat
menghentikan atau merusak rencana pengembangan pariwisata di Kabupaten
Sumbawa.
Tabel 8.2
Isu-isu Eksternal Pengembangan Pariwisata Kabupaten Sumbawa
Isu-isu Eksternal
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)
• Tersedianya potensi wisata • Pengelolaan objek dan daya tarik
• Kondisi bentang alam yang indah wisata di daerah lain yang lebih baik
• Adanya kecenderungan para • Jenis objek dan daya wisata yang
wisatawan untuk “back to nature” sama dengan daerah lain
(keaslian dan kelokalan) • Status kepemilikan dan pengelolaan
• Budaya masyarakat yang ramah sebagian objek wisata belum jelas
• Sudah tersedia sarana akomodasi berkaitan dengan PAD dan
perhotelan yang didalamnya pemeliharaan objek
menyuguhkan daya tarik dan atraksi • Potensi wisata belum jadi daya tarik
wisata yang besar bagi investor
• Sebagian objek wisata sudah • Degradasi lingkungan dan menurunnya
dilengkapi dengan sarana dan debit air Pemenuhan akan kebutuhan
prasarana yang menunjang sarana dan prasarana penunjang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 4


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Isu-isu Eksternal
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)
• Kondisi jalan yang baik sehingga pariwisata
memudahkan pencapaian ke objek • Adanya persaingan yang ketat antar
wisata daerah dalam menarik jumlah
• Terbukanya kesempatan untuk wisatawan
mengembangkan usaha jasa dan • Daerah-daerah lain lebih konsern dan
sarana penunjang pariwisata lebih gencar dalam melakukan promosi
• Tingginya tingkat kunjungan wisatawan, dan pemasaran wisata daerah
khususnya wisnus dari tahun ke tahun • Kurangnya pemberdayaan dalam
• Kabupaten Sumbawa berada di pemeliharaan, sehingga hasil
lintasan Lombok - Komodo pembangunan mudah/ cepat rusak dan
• Besarnya minat investor di sektor kurang terpelihara
pariwisata • Masuknya pengaruh budaya dari luar
• Situasi dan kondisi yang relatif kondusif dan terjadi interaksi antara masyarakat
memungkinkan wisatawan untuk lokal dan wisatawan (arus global)
menikmati objek wisata • Dampak dari kegiatan wisata seperti
• Tersedianya sumberdaya manusia miras, narkoba, dll yang biasanya tidak
• Keinginan sumberdaya manusia untuk bisa dihindari
memajukan sektor pariwisata
• Semangat pelaku wisata yang masih
tinggi
Sumber: Hasil Analisa 2013

8.2. PRINSIP PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN


Kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip:
1. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari
konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang
Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan
antara manusia dan lingkungan;
2. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal;
3. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan
proporsionalitas;
4. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
5. memberdayakan masyarakat setempat;
6. menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah yang
merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta
keterpaduan antarpemangku kepentingan;
7. mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam
bidang pariwisata; dan
8. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 5


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

8.3. KONSEP PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN


Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara
menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari
segi ekonomi, sosial dan kultural.

Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan pariwisata ke dalam


suatu program pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu negara. Disamping
itu, rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan
pemerintah, untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata.

Konsep pengembangan kegiatan pariwisata harus diintegrasikan ke dalam pola dan


program pembangunan semesta ekonomi, fisik dan sosial sesuatu Negara, karena
pengembangan pariwisata saling berkait dengan sektor lain. Pengembangan pariwisata
diarahkan sedemikian rupa, sehingga dapat membawa kesejahteraan ekonomi yang
tersebar luas dalam masyarakat.

Pengembangan pariwisata harus sadar lingkungan, sehingga pengembangannya


mencerminkan ciri-ciri khas budaya dan lingkungan alam suatu negara, bukan merusak
lingkungan alam dan budaya yang khas. Konsep pengembangan pariwisata akan
mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:
a. Posisi daya tarik (Positioning)
b. Sinergi daya tarik wisata
c. Keselarasan antar sektor
d. Keselarasan lingkungan

Pertimbangan utama yang harus mendayagunakan pariwisata sebagai sarana untuk


memelihara kekayaan budaya, lingkungan alam dan peninggalan sejarah, sehingga
masyarakat sendiri menikmatinya dan merasa bangga akan kekayaannya itu.
Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa, sehingga pertentangan
sosial dapat dicegah seminimal mungkin, sedapat mungkin harus menampakkan
perubahan-perubahan sosial yang positif.
Keseimbangan antara ekonomi, kehidupan dan alam diperlukan untuk:
a. Meningkatkan pendapatan (standar hidup)
b. Penggunaan sumberdaya yang efektif (energy saving, recycling, dll)
c. Menjaga dan memperkaya lingkungan
d. Pengarahan amenity (leisure, comfort, contact with nature, dll)

Berdasarkan hal tersebut, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam


perumusan konsep pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Sumbawa, adalah
sebagai berikut:
• Perlunya pemisahan zoning antara kawasan wisata dengan kegiatan lainnya.
Tujuannya, adalah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam pelaksanaan
rencana tata ruang di masa datang.
• Lahan yang saat ini mempunyai ikatan dengan kehidupan dan adat istiadat
masyarakat setempat harus dipertahankan keberadaannya. Tujuannya, adalah
untuk menghindari timbulnya benturan kepentingan antara pihak pelaksana
pembangunan dengan masyarakat.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 6


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Lahan yang ekologinya diperkirakan tidak stabil dan menimbulkan dampak bagi
daerah sekitarnya atau lahan yang memerlukan kelestarian lingkungan
dibebaskan dari peruntukan kegiatan pembangunan dan diusulkan sebagai
kawasan konservasi dan preservasi. Tujuannya, adalah untuk mencegah
timbulnya ketidakseimbangan (mempertahankan keseimbangan) ekologi di
seluruh kawasan perencanaan.
• Dalam pengembangan kawasan wisata sebaiknya digunakan teknik konservasi
budaya, artinya melalui pengembangan pariwisata secara langsung dapat
membantu pelestarian atau bahkan menghidupkan kembali musik dan tarian
misalnya kerajinan tangan, pakaian daerah, upacara adat dan gaya arsitektur
daerah yang hampir punah.
• Pengembangan kawasan wisata dilakukan secara bertahap sesuai
perkembangan pasar dan keseimbangan masyarakatnya.

Untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan ruang sesuai dengan peranan dan fungsi
yang diharapkan, batasan serta potensi yang terdapat di kawasan perencanaan, maka
konsepsi pengembangannya sebagai kawasan wisata didasarkan pada kriteria-kriteria
berikut:
• Kesesuaian lahan dan kemampuan lahan dalam mendukung pengembangan
kawasan wisata;
• Kebutuhan ruang dan komponen dalam menampung perkembangan kegiatan
pariwisata;
• Tingkat kemudahan hubungan intensitas kegiatan dan kecenderungan
perkembangan.

Konsep pengembangan kepariwisataan Kabupaten Sumbawa ini terkait dengan potensi


dan permasalahan pengembangan kepariwisataan dan isu-isu strategis pengembangan
kepariwisataan yang dihadapi.

A. Konsep Zonasi
Konsep zonasi ini memiliki tujuan untuk menjaga kelestarian sumberdaya yang ada di
dalamnya dan turut serta memelihara lingkungan agar berkelanjutan. Berkaitan dengan
konsep diatas, fasilitas yang merupakan faktor pendukung utama suatu atraksi
memerlukan penempatan yang baik. Dengan menggunakan konsep zonasi yang sesuai
dapat menciptakan suatu pengembangan atraksi wisata yang berkelanjutan
dan berwawasan lingkungan.

Menurut Inskeep (1991:432), zonasi diciptakan/ dibuat dengan maksud untuk


membatasi daerah-daerah dengan jenis penggunaan lahan yang berbeda-beda
sehingga kepentingan masing-masing penggunaan lahan tidak bertabrakan dan lebih
dapat dikendalikan serta diawasi. Selain itu juga zonasi diperlukan sebagai suatu usaha
peminimalan dampak kerusakan yang mungkin ditimbulkan sebagai akibat adanya
kunjungan. Zonasi ini berguna dalam membagi konsentrasi pengunjung, sehingga tidak
terjadi konsentrasi di satu tempat yang dapat mengakibatkan kenyamanan pengunjung
menjadi berkurang.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 7


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1. Zona Inti, merupakan main attraction suatu ODTW ditempatkan dan aktivitas
utama harus dilengkapi pula dengan fasilitas utama.
2. Zona Penyangga (Buffer Zone), berfungsi memisahkan main attraction dengan
aktivitas dan fasilitas pendukung.
3. Zona Pelayanan, suatu area dimana seluruh aktivitas dan fasilitas pendukung
dikelompokkan seperti jaringan infrastruktur dasar, akses fasilitas, pelayanan
pengunjung dan sebagainya.

Lebih jelas mengenai konsep zonasi tersebut diatas lihat pada Gambar 8.1

Gambar 8.1
Konsep Zonasi

B. Konsep Aktivitas Wisata


Aktivitas wisata didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan wisata, baik berupa atraksi atau
events yang ditawarkan atau tersedia di suatu Objek wisata maupun berupa kegiatan
yang dapat dilakukan oleh wisatawan yang berkunjung. Jenis aktivitas dapat ditentukan
berdasarkan bentuk daya tarik dan potensi yang dimiliki oleh Objek wisata tersebut
(Inskeep, 1991).
Salah satu dari beberapa aktivitas standar wisata yang berbasiskan air yang
dikemukakan oleh Baud-bovy dan Lawson (1977), bukan hanya aktivitas berenang saja
yang dapat diterapkan. Selain itu ada juga aktivitas-aktivitas lain (Standards for Land-
Based Outdoor Recreational Activities) seperti: Pickniking parks, playing fields, open
space, commonstrail activities such as: hiking, walking, bicycling, and hore riding.
Miscellaneous recreational activities such as; outdoor sports (individualor team games),
climbing, hunting, shooting ranges and sport centres combined with multiple indoor
sport.

C. Konsep Fasilitas Wisata


Secara definitif, menurut Witt-Moutinho (1994:338) fasilitas ODTW yang kadang juga
diterminologikan sebagai amenities, adalah "segala unsur-unsur yang terdapat di suatu
daerah tujuan wisata, atau yang berhubungan dengannya, yang dimungkinkan
digunakan bagi para pengunjung yang tidak hanya untuk sekedar tinggal dan menikmati
saja, tapi juga ikut berpartisipasi dalam ODTW atau atraksi tersebut."

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 8


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Karakteristik ODTW yang mass tourism dengan area kepadatan medium dan tinggi,
menurut Baud-Bovy (101:1977) harus dilengkapi dengan fasilitas- fasilitas, sebagai
berikut:
a. Fully equipped picnic sites with car parking;
b. Grassed area for rest, sunbathing, family groups;
c. Limited camp sites (day and weekend use and for organised youth dubs, etc);
d. Catering, recreational and cultural facilities, zoological gardens, natural history
and local culture museum, etc;
e. Where posssible rivers or reservoir for fishing, swimming and other permitted
water based activities;
f. At a later phase the park may include open or enclosed swimming pools and
spot is fields for shows and competitions.

Atraksi wisata yang berkualitas harus didukung pula dengan adanya berbagai fasilitas.
Fasilitas wisata yang tersedia di suatu kawasan wisata merupakan faktor pendukung
terhadap daya tarik wisata yang dimiliki, sehingga keberadaan fasilitas wisata yang
fungsional dan berkualitas merupakan kondisi mutlak dalam pengelolaan suatu usaha
atraksi wisata. Kemudian dalam diktat MAW (2000:13) standar yang terdapat dalam
fasilitas wisata sangat berkaitan dengan fasilitas fisik yang tersedia di kawasan wisata
seperti : jumlah, jenis, kondisi atau kualitas dan daya tampung/ kapasitas dari fasilitas
wisata tersebut.

Penyediaan jenis dan jumlah fasilitas wisata di suatu atraksi wisata harus
mempertimbangkan beberapa faktor, sebagai berikut:
• Karakteristik atraksi wisata;
• Profil pengunjung/ wisatawan;
• Referensi dan permintaan pasar wisata;
• Aktivitas wisata yang akan dilaksanakan oleh para pengunjung/wisatawan;
• Tingkat pengembangan pariwisata yang direncanakan;
• Dana pengembangan yang tersedia.
Hal ini juga didukung oleh pendapat Inskeep di bawah ini:
“The basic approach for planning of natural tourist attractions is
application of the environmental planning approach which emphasizes
conservation of the natural environment as well as designing visitor
facilities and organizing visitor use that fit well into the environment and
do not degrade it" (1991:272).

Menurut Inskeep pula bahwa konservasi ini diterminologikan sebagai "Management


Plan”, dimana hal tersebut memiliki konsep manajemen yang selalu berkesinambungan
sehingga pariwisata yang ada didalamnya dapat mendukung fungsl konservasi dan
diantara keduanya bisa saling terlaksana seiring sejalan (1991:272). Mengacu pada
prinsip-prinsip perencanaan, khususnya dalam perencanaan zonasi, maka perlu
dilakukan suatu penetapan perencanaan dan desain berbagai fasilitas yang dibutuhkan
atau sesuai dengan natural attraction resources.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 9


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Fasilitas yang disediakan di dalam suatu kawasan wisata sangat dibutuhkan wisatawan/
pengunjung untuk mendukung aktivitas pengunjung selama pengunjung menikmati
atraksi wisata yang ada.

D. Konsep Pengembangan Daya Tarik Utama


Pengembangan daya tarik utama bagi para wisatawan diarahkan dengan menjadikan
pantai sebagai daya tarik utama (focus of interst) dengan didorong oleh jenis-jenis
produk lainnya seperti unsur penunjang (enrichment factor). Faktor yang dapat dijadikan
unsur penunjang, adalah sebagai berikut (lihat pada Gambar 8.2):

WISATA
ALAM

KLASIFIKASI
WISATA

WISATA
WISATA
MINAT
BUDAYA
KHUSUS

Gambar 8.2
Klasifikasi Wisata Berdasarkan UU No. 9 / 2010

E. Konsep Diversifikasi Daya Tarik


Di samping penetapan ciri daya tarik utama tersebut, dapat juga dikembangkan suatu
ciri daya tarik berbeda yang dimaksudkan sebagai diversifikasi produk. Pengembangan
ini dilakukan secara terbatas karena bukan merupakan bagian dari konsentrasi
pengembangan yang akan dijalankan. Melihat kondisi alam yang banyak diantaranya
masih asli, dapat diperkenalkan jenis wisata ekowisata.

Jenis wisata ini pada umumnya diminati oleh jumlah wisatawan yang terbatas
jumlahnya. Ekowisata adalah jenis kegiatan wisata yang lebih banyak mengandalkan
kepada daya tarik alam yang ada dan hanya sesedikit mungkin menampilkan segala
sesuatu yang sifatnya buatan manusia, baik untuk daya tariknya maupun fasilitas-
fasilitas wisata. Ekowisata dikembangkan menjadi daya tarik minor atau yang jumlahnya
hanya sedikit, dan disisi lain tidak perlu dilakukan banyak upaya untuk mengembangkan
kegiatan ini.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 10


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

F. Konsep Struktur Tata Ruang


Sesuai dengan kaidah perencanaan yang baik, penataan suatu wilayah harus
mempertimbangkan unsur-unsur keterpaduan dan menyeluruh (holistik). Berdasarkan
hal itu, upaya pengembangan kegiatan pariwisata di Kabupaten Sumbawa harus
dilakukan dengan memandang Kabupaten Sumbawa sebagai suatu satuan wilayah
pengembangan. Implikasinya adalah semua komponen penunjang ditata sebagai satu
kesatuan yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Penetapan struktur ruang merupakan penjabaran spasial dari strategi pengembangan


yang diambil dan dimaksudkan untuk:
1. Memaksimalkan peluang kedatangan wisatawan melalui penciptaan kemudahan
kunjungan;
2. Mengefektifkan upaya pengembangan kegiatan pariwisata melalui aglomerasi-
aglomerasi kegiatan dan alokasi fasilitas penunjang secara efisien;
3. Meningkatkan citra daya tarik wisata Kabupaten Sumbawa melalui sediaan
produk yang menarik, serta pelayanan yang berkualitas;
4. Memberi kejelasan kepada berbagai pihak terkait dengan industri pariwisata dan
menyelaraskan dengan rencana pengembangan sektor-sektor kegiatan lainnya.

Ada 3 unsur strategis yang ditetapkan untuk membentuk struktur ruang kegiatan, yaitu:
1. Simpul-Simpul Pengembangan, yang merupakan cluster-cluster daya tarik
wisata, berfungsi sebagai suatu kesatuan wilayah pengembangan kegiatan
wisata dimana di dalamnya:
• Terdapat kumpulan berbagai objek/ daya tarik wisata
• Sebagai pusat pelayanan kepada wisatawan
• Sebagai tempat pengembangan usaha-usaha pariwisata

Sebagai pusat pelayanan kepada wisatawan, pada tiap Simpul Pengembangan


harus memiliki fasilitas pelayanan yang bersifat menunjang aktivitas wisata,
yaitu:
• Akomodasi
• Logistik
• Transportasi
• Informasi dan komunikasi
• Rekreasi
Simpul pengembangan dengan demikian merupakan suatu kutub pertumbuhan
kegiatan pariwisata dan suatu wilayah. Sebagai kutub pertumbuhan, tidak
diberikan suatu batasan wilayah yang tegas, sebaliknya diharapkan kutub
tersebut akan terus membesar sejauh hal itu memberi keuntungan kepada
wilayah secara keseluruhan. Simpul pengembangan juga bukan merupakan
suatu alokasi wilayah yang secara eksklusif hanya diperuntukan bagi
pengembangan kegiatan tertentu.

2. Pintu Gerbang Wilayah, sesuai dengan namanya, akan menjadi tempat keluar-
masuknya wisatawan dari dan ke suatu wilayah. Penetapan suatu titik sebagai
pintu gerbang adalah bersangkut-paut dengan ketersediaan prasarana

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 11


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

perhubungan antar wilayah serta posisi wilayah-wilayah luar yang akan


dipandang menjadi sumber wisatawan.

Pintu gerbang wilayah juga menjadi titik lokasi yang memberi kesadaran kepada
wisatawan mengenai identitas dari suatu wilayah yang akan dimasuki. Dengan
demikian pintu gerbang dapat juga berfungsi memberikan citra/ impresi
mengenai suatu wilayah kepada wisatawan yang datang, sebagai "kesan
pertama" yang akan membantu wisatawan dalam mengapresiasi berbagai daya
tarik yang ada di dalam wilayah tersebut.

3. Koridor Penghubung, berfungsi menjadi jalur pergerakan wisatawan sejak


kedatangan dan pergerakan antar simpul pengembangan. Jika pada masing-
masing simpul pengembangan pergerakan wisatawan merupakan perjalanan
jarak pendek, yaitu dari tempat akomodasi ke berbagai lokasi objek wisata dan
daya tarik lainnya, maka pergerakan wisatawan di Koridor Penghubung
merupakan suatu perjalanan jarak jauh. Perbedaan sifat perjalanan ini
memerlukan jenis pelayanan yang berbeda.

Gambar 8.3
Konsep Struktur Tata Ruang Pariwisata

G. Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan


Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, adalah pembangunan yang didukung
secara ekologis dalam jangka panjang, sekaligus layak secara ekonomi, adil secara
etika dan sosial.

Potensi sumber daya wisata Kabupaten Sumbawa sekaligus potensi pasar wisatawan
yang tersebar tidak merata di wilayah Sumbawa, serta kondisi lingkungan fisik, sosial,
budaya, maupun ekonomi yang beragam menyebabkan pengembangan pariwisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 12


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

yang sesuai dengan kerangka pembangunan berkelanjutan menjadi tidak bisa ditawar-
tawar lagi.

Pengembangan kepariwisataan harus disesuaikan dengan daya dukung spesifik untuk


tiap-tiap wilayahnya. Pembangunan pariwisata Kabupaten Sumbawa yang
berkelanjutan berprinsip pada:
1. Terjaminnya keberlanjutan sumber daya wisata dan sumber daya pendukung
pembangunan pariwisata Kab. Sumbawa untuk kesejahteraan masyarakat;
2. Terintegrasinya pembangunan kepariwisataan Sumbawa dengan lingkungan
alam, budaya, dan manusia, serta menjamin perubahan yang terjadi akibat
pembangunan pariwisata dapat diterima oleh lingkungan;
3. Terpadunya perencanaan dan pengembangan pariwisata yang disusun
pemerintah dan otoritas yang berwenang dengan seluruh stakeholders
pariwisata di Kab. Sumbawa.

H. Konsep Keterkaitan Antar sektor dalam Pengembangan Pariwisata


Pengembangan wilayah melihat sektor-sektor sebagai suatu sistem yang saling
berkaitan. Sektor ekonomi yang utama di suatu wilayah perlu dikembangkan dalam
kerangka saling melengkapi dan mendukung dengan sektor lain.

Pariwisata sangat multisektoral dan tidak dapat maju dan berkembang dengan
sendirinya tanpa dukungan dari sektor lain. Di lain pihak, sektor lain pun dapat
memanfaatkan pariwisata untuk bersinergi secara positif sehingga saling mendukung
dan menguntungkan. Dengan kreativitas dan inovasi perencanaan, pariwisata dapat
dikembangkan seiring dengan sektor lainnya tanpa harus memunculkan konflik. Oleh
karena itu pengembangan pariwisata Kabupaten Sumbawa, harus:
1. Dikaitkan dan diselaraskan dengan sektor ekonomi dasar yang berkembang
atau berpotensi di daerah yang bersangkutan, misalnya pengembangan wisata
agro perkebunan buah-buahan di kawasan agropolitan yang ditetapkan sebagai
kawasan budidaya buah-buahan;
2. Secara kreatif menggali potensi, baik yang tangible (teraba) maupun intagible
(tak teraba) dari potensi sumber daya sektor-sektor di wilayah;
3. Bekerjasama dan berkoordinasi dengan sektor lain dalam berbagai tahapan
perencanaan, implementasi dan pengawasan pembangunan serta dengan jelas
menguraikan ’siapa melakukan apa’ di antara sektor-sektor yang ada dalam
pemerintahan, industri pariwisata, masyarakat, dan stakeholders pariwisata
lainnya.

Dengan konsep ini pariwisata menjadi alat pemersatu sektor-sektor pembangunan


wilayah dan mengurangi potensi konflik antar kepentingan.

I. Konsep Hirarki dan Penjenjangan Pariwisata


Kapasitas masyarakat untuk berpariwisata berbeda-beda karena adanya perbedaan
kemauan dan kemampuan (fisik, ekonomi), dan heterogenitas masyarakat Indonesia
pada umumnya. Dengan pertimbangan tersebut maka diperlukan konsep stratifikasi
atau penjenjangan, yang membagi pengembangan kawasan wisata menurut jangkauan
atau skala jangkauan, baik fisik maupun ekonomi.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 13


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Konsep penjenjangan dalam pengembangan pariwisata Kab. Sumbawa, dilakukan


dengan:
1. Membagi skala pengembangan kawasan wisata menjadi skala lokal yang
melayani pengunjung lokal (recreationist), skala kabupaten/kota yang melayani
wisatawan luar kota weekenders dan/ atau liburan pendek, dan skala provinsi
serta skala nasional dan skala internasional untuk melayani wisatawan regional.
2. Membedakan bentuk pengembangan pariwisata suatu wilayah tergantung pada
karakteristik potensial untuk setiap skala yang dimiliki.

Dengan konsep penjenjangan ini maka pengembangan kawasan wisata akan memiliki
perbedaan skala dan prioritas pengembangan.

8.3.1 Obyek Wisata Bahari

Obyek-obyek wisata pantai di Kabupaten Sumbawa dapat mengakomodasi kegiatan-


kegiatan tersebut walaupun tidak berada pada satu obyek. Obyek wisata pantai yang
ideal meliputi ruang-ruang yang dapat mengakomodasi berbagai macam kegiatan
pantai (Gambar 8.4). Orientasi wisata pantai adalah menghadap laut sehingga konsep
utama pembangunan pariwisata di pantai adalah menjadikan laut sebagai muka atau
bagian depan kawasan (waterfront). Setiap pembangunan struktur harus menjadikan
laut sebagai bagian depannya. Dengan memenuhi ketentuan daerah sempadan pantai,
konsep waterfront ini akan sangat kuat dan dapat menjadikan pantai terlihat identitas
dan karakternya (Gambar 8.4). Pantai diarahkan untuk menerapkan konsep waterfront-
based development.

Gambar 8.4
Pembagian Ruang Rekreasi Pantai yang Ideal

Secara umum ruang-ruang yang diperlukan untuk wisata pantai meliputi: (1) ruang
sirkulasi yang terdiri atas jalur kendaraan, jalur pejalan kaki (pedestrian walk), dan jalur
hijau jalan, (2) ruang pelayanan yang terdiri atas areal parkir dan areal amenitas (sarana
dan prasarana), (3) ruang terbuka hijau, dan (4) ruang aktivitas pantai-laut. Jalur
sirkulasi kendaraan merupakan jalur sirkulasi yang menghubungkan antar daerah atau
antarobyek wisata, sedangkan jalur pedestrian merupakan jalur pejalan kaki yang
terutama disediakan di kawasan obyek wisata tersebut. Ruang pelayanan dapat berupa
node atau tempat berkumpulnya wisatawan sebelum dan setelah mereka berekreasi.
Areal parkir berada pada ruang pelayanan ini. Pada ruang pelayanan ini tersedia
berbagai amenitas yang bersifat tidak permanen seperti kios makanan, kios cindera

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 14


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

mata, kantor pengawasan pantai, tempat sewa alat-alat berenang dan sebagainya.
Amenitas yang bersifat bangunan permanen seperti hotel/penginapan dan restoran
tidak ditempatkan pada kawasan ini, namun ditempatkan pada area rumah dan
bangunan seperti terlihat pada Gambar 8.6.

Ruang terbuka hijau pada obyek wisata pantai disediakan untuk memperkaya
keragaman aktivitas pengunjung. Selain beraktivitas di pantai dan laut bagi pengunjung
yang senang berenang dan bermain pasir, juga menyediakan tempat rekreasi lain bagi
pengunjung yang tidak berenang saat itu, misalnya kegiatan duduk-duduk di taman,
berjalan-jalan di bawah tegakan pohon dengan berbagai vegetasi berbunga dan
sebagainya. Desain ruang terbuka hijau disesuaikan dengan ketersediaan lahan di
setiap obyek wisata.

Ruang aktivitas pantai-laut merupakan ruang yang disediakan bagi pengunjung untuk
beraktivitas seperti jalan-jalan di pasir pantai, berenang di tepi laut, mencari atau koleksi
kerang laut, bermain pasir membentuk bangunan dan permainan dari pasir, dan
sebagainya. Pantai yang tidak mempunyai pasir atau batas daratan dengan laut yang
jelas (tidak landai), maka pengembangannya diarahkan pada rekreasi dengan
promenade (Gambar 8.5). Area laut dapat digunakan untuk rekreasi berenang,
berdayung, ski air, dan sebagainya, sesuai dengan kondisi laut tersebut. Area ini harus
didesain untuk semua pengunjung yang ingin berenang di laut, baik yang sudah bisa
berenang, maupun yang belum bisa berenang. Batas kedalaman atau area yang dapat
digunakan untuk berenang harus jelas dan mudah dikenali oleh orang yang sedang
berenang.

Gambar 8.5
Pengembangan Pantai dengan Promenade

Untuk konsep pomenade pada kawasan rekreasi pantai ini sebaiknya dapat
mengakomodasi kegiatan tambahan seperti jogging, bersepeda (bicycling) dan duduk-
duduk di atas seawall. Ruang terbuka hijau yang ada merupakan satu kesatuan
lanskap dengan pomenade sehingga untuk menyatukan ruang-ruang tersebut maka
desain sebaiknya dilakukan secara terintegrasi.

Gambar 8.6 memperlihatkan konsep zonasi di kawasan pantai yang menjadi konsep
pengembangan obyek-obyek wisata pantai di Kabupaten Sumbawa. Pada konsep ini,
sirkulasi kendaraan memisahkan kawasan rekreasi pantai dengan kawasan bangunan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 15


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

seperti hotel, perumahan, perkantoran, restauran, dan sebagainya. Bangunan yang


berada di tepi jalan memanfaatkan ruang terbuka yang berada di seberang jalan
sebagai halaman mukanya (waterfront). Semua bangunan berorientasi menghadap
laut. Bangunan-bangunan taman dan kantor pengawas pantai yang tidak permanen
dapat diletakkan di ruang terbuka hijau, sedangkan bangunan permanen tetap harus
berada di seberang jalan utama.

Prinsip utama yang sangat penting dalam pengembangan obyek wisata kawasan pantai
adalah pandangan dari sirkulasi utama (jalan utama) menuju pantai harus tidak ada
hambatan atau penghalang. Artinya pantai pemandangan laut dapat dilihat pada jalur
sirkulasi utama (jalan kendaraan) baik secara terbuka maupun terlihat secara sebagian.

Gambar 8.6
Konsep Zonasi Kawasan Obyek Wisata Pantai

Perkerasan pada ruang pelayanan, ruang terbuka hijau, dan area pasir harus
menggunakan material ramah lingkungan, seperti conblock (contrete block) dan
grassblock. Aliran air permukaan pada area perkerasan harus masuk ke kawasan itu
sendiri. Teknik penyerapan air yang ramah lingkungan dan dapat diterapkan di kawasan
ini adalah teknik biopori. Teknik ini diintegrasikan dengan limbah organik berupa
sampah organik yang ada di kawasan, diantaranya adalah limbah organik dari restoran,
serasah dari pohon-pohon yang ada, limbah dari buah-buahan yang dikonsumsi
langsung, dan sebagainya.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 16


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

WISATA
BAHARI

Selancar
ATRAKSI
ATRAKSI
MINAT
PANTAI
Ski Air KHUSUS

Menyelam

Snorkling

Berperahu

Memancing

Berdayung

Berkano

Gambar 8.7
Kegiatan Wisata Bahari

Tahapan pembangunan kawasan untuk wisata bahari secara singkat dapat dilihat pada
Gambar 8.8. Kajian kelayakan untuk pengembangan obyek wisata pantai perlu
dilakukan diantaranya meliputi :
(1) Detail Engineering Design (DED) lokasi obyek wisata,
(2) Kajian kelayakan secara sosial dan ekonomi, dan
(3) Kajian mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

Apabila hasil kajian secara sosial, ekonomi, dan lingkungan dinyatakan layak, maka
pemerintah Kabupaten Sumbawa menawarkan hasil kajian ini kepada investor yang
berminat baik yang berasal dari kalangan masyarakat setempat maupun dari luar
Kabupaten Sumbawa.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 17


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Gambar 8.8
Tahapan Pembangunan Obyek Wisata Bahari

8.3.2 Obyek Wisata Alam & Pegunungan

Obyek wisata alam & pengunungan erat kaitannya dengan hutan baik hutan alami atau
hutan binaan, air terjun, pendakian, kawasan agropolitan dan atraksi yang berkaitan
dengan objek wisata yang berada di kawasan konservasi. Obyek wisata yang
memanfaatkan kawasan konservasi tidak terlepas dari ketentuan yang telah ditetapkan
seperti Undang-Undang Kehutanan. Pengembangan kawasan alam dan pengunungan
lebih diarahkan pada konservasi kawasan sehingga untuk kegiatan wisata harus
dikembangkan sebagai tujuan ekowisata. Ekowisata merupakan kegiatan perjalanan
wisata yang bertanggung jawab di daerah tujuan wisata yang masih alami atau di
daerah tujuan wisata yang dikelola dengan kaidah alam dimana tujuannya selain
menikmati keindahan juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan
terhadap usaha-usaha konservasi alam dan peningkatan pendapatan masyarakat
setempat sekitar daerah tujuan ekowisata.
Pemanfaatan kawasan alam dan pegunungan untuk ekowisata harus
mempertimbangkan dampak yang diakibatkan oleh wisatawan. Kabupaten Sumbawa
mempunyai banyak potensi wisata alam dan pegunungan Beberapa pertimbangan
penting dalam pemanfaatan ekowisata ini antara lain adalah:
(1) Pengunjung kawasan harus bertanggung jawab terhadap ekologi alam tersebut atau
disebut sebagai ekowisatawan. Pelatihan atau pengarahan intensif bagi calon
pengunjung perlu dilakukan berkaitan dengan ekowisata dan pentingnya konservasi
kawasan.
(2) Fasilitas pendakian harus memenuhi persyaratan ekowisata yang berbasis pada
sumber daya lokal dan alami. Struktur bangunan tidak dibangun yang berlebihan.
(3) Setiap kegiatan yang memanfaatkan kawasan konservasi harus ada petunjuk jalan
(guide) yang ditunjuk oleh pengelola pariwisata setempat sehingga setiap kegiatan
wisata yang dlakukan wisatawan tercatat di pengelola kawasan.
(4) Jumlah kegiatan wisata tidak melebihi daya dukung kawasan. Kajian perlu dilakukan
berkaitan dengan daya dukung kawasan setiap objek wisata yang dimanfaatkan
untuk kegiatan wisata sebagai ekowisata.
(5) Perbaikan aksesibilitas menuju kawasan dan di dalam kawasan. Sirkulasi di dalam
kawasan dibuat sealami mungkin dan membantu konservasi lahan.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 18


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Kegiatan wisata alam dan pegunungan merupakan kegiatan ekowisata yang sangat
memperhatikan ekologi kawasan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Pengelolaan
kegiatan di kawqasan ini harus mengikuti prosedur dan ketentuan yang ditetapkan pihak
pengelola (Lembaga Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa).

Atraksi lain yang ada di dalam kelompok wisata ini adalah kawasan agrowisata nama
umum dari wisata pertanian, yaitu wisata ke kawasan pertanian baik pertanian secara
umum ataupun pertanian secara khusus. Kawasan pertanian umum yang dimaksud
dapat berupa integrated farming dimana berbagai komoditas seperti sayuran, buah-
buahan, tanaman hias, peternakan, perikanan, dan sebagainya. Pertanian secara
khusus yang dimaksud dapat berupa pertanian khusus buah-buahan, khusus buah-
buahan tertentu seperti buah naga, buah stroberi, buah durian, buah manggis, dan
sebagainya. Agrowisata di Kabupaten Sumbawa lebih diarahkan pada agrowisata
perkebunan. Komoditas agrowisata yang paling potensial di Kabupaten Sumbawa
adalah perkebunan, yang berada didataran tinggi Buer berupa Agro Tamase dan
kawasan Semongkat di Kecamatan Batulanteh.

Kegiatan agrowisata yang dapat diakomodasi pada lokasi ini adalah seperti tercantum
pada Gambar 8.9. Secara umum, kegiatan agrowisata meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut: (1) menikmati lanskap perkebunan, (2) mengikuti proses produksi
perkebunan, (3) mengikuti proses pengolahan hasil perkebunan, dan (4) menikmati
produk-produk lainnnya. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikunjungi baik secara
sendiri-sendiri maupun keseluruhan. Kunjungan secara keseluruhan merupakan paket
khusus yang ditawarkan dengan berbagai sajian termasuk didalamnya souvenir dan
menikmati hidangan makanan khas.

Gambar 8.9
Kegiatan-kegiatan di Kawasan Agrowisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 19


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Lanskap Perkebunan. Salah satu daya tarik agrowisata di perkebunan adalah kondisi
alam atau lanskapnya. Bentukan lahan (landform) yang alami bergelombang sampai
berbukit tersebut memungkinkan untuk mengakomodasi kegiatan-kegiatan seperti
rekreasi alam, piknik, dan berkemah (Gambar 8.10). Sirkulasi di dalam perkebunan
harus dirancang untuk dapat membawa pengunjung berkeliling menikmati
pemandangan alam perkebunan dan pemandangan pantai dan laut yang sangat
menarik. Sirkulasi ini harus dapat mengakomodasi pergerakan pengunjung yang
beragam mulai dari anak-anak sampai kakek-nenek. Panjang sirkulasi tidak terlalu jauh
dan tidak memotong kawasan yang mempunyai kemiringan lahan yang sangat tajam.
Pola sirkulasi sebaiknya mengikuti pola alami, yaitu pola organik.

Fasilitas yang mendukung kegiatan rekreasi tersebut adalah gazebo, shelter, bangku
taman, dan ruang terbuka berupa lapangan rumput yang dikelilingi tegakan pohon
(Gambar 8.11). Fasilitas ini disediakan untuk memenuhi kegiatan-kegiatan rekreasi
seperti duduk-duduk di hamparan rumput, duduk-duduk di bawah tegakan atau shelter,
lari-lari bagi anak-anak, dan foto-foto. Beberapa tegakan pohon yang merupakan focal
point perlu dihadirkan di kawasan rumput terbuka. Pohon yang dihadirkan dapat berupa
pohon berbunga menarik atau pohon besar yang mampu memberi naungan yang cukup
luas.

Gambar 8.10
Lanskap Perkebunan sebagai Daya Tarik Obyek Wisata

Lapangan rumput terbuka selain sebagai tempat rekreasi jalan-jalan menikmati


pemandangan dapat juga dimanfaatkan untuk kegiatan piknik dengan duduk bersama di
atas rumput di bawah tegakan pohon sambil menikmati hidangan makanan dan
minuman. Area piknik dan rekreasi dapat berdampingan dan atau satu kesatuan.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 20


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Gambar 8.11
Lapangan Rumput di antara Tegakan Pohon

Pemandangan lanskap perkebunan dapat dinikmati dengan mengunjungi lokasi dan


mengikuti sirkulasi yang direncanakan belum terasa cukup apabila tidak dapat
menikmati produk perkebunan secara langsung. Pengunjung dapat merasakan
nikmatnya buah lokalyang tumbuh di kawasan tersebut, dengan mengunjungi area
tertentu yang dirancang khusus untuk memetik dan menikmati produk perkebunan
secara langsung.

Kegiatan lain yang sangat menarik adalah kegiatan berkemah di bawah tegakan pohon
di perkebunan tersebut. Sebagian areal perkebunan sesuai dengan kebutuhan standar
dapat dimanfaatkan untuk area berkemah. Fasilitas disesuaikan dengan kebutuhan
standar bumi perkemahan sederhana. Pengelolaan bumi perkemahan ini masih
terintegrasi dengan agrowisata.

8.4. VISI
Visi adalah sesuatu yang diharapkan dan yang dicita-citakan. Dalam kenyataan hal itu
bisa saja tidak terwujud karena beberapa faktor. Namun demikian visi itu bukan juga
sesuatu yang tidak dapat dicapai karena membuat visi dilakukan berdasarkan
kemampuan dan peluang yang ada dengan melihat perkembangan aktual yang terjadi.

Visi Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa adalah: “Menjadikan Sektor


Pariwisata Sebagai Andalan Perekonomian Daerah Berbasiskan Sumber Daya
Alam dan Budaya yang Lestari dan Agamis”.
Rumusan tersebut mengandung arti, sebagai berikut:
1. Lokomotif perkembangan sektor yang terkait
2. Pendorong pertumbuhan perekonomian daerah (PDRB dan Income Perkapita)
3. Andalan Pendapatan Asli Daerah/ Desa baik langsung maupun tidak langsung
4. Basis kekuatannya terletak pada alam dan budaya
5. Memperhatikan kelestarian sumber daya alam, budaya dan nilai agama

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 21


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ekonomi telah mendorong


berkembangnya pariwisata. Meningkatnya aktivitas ekonomi menyebabkan lebih banyak
penduduk bepergian untuk urusan bisnis dan berbagai keperluan dinas. Kenaikan
pendapatan karena pertumbuhan ekonomi, juga menyebabkan penduduk lebih mampu
bepergian untuk rekreasi dan penyegaran. Tetapi sebaliknya pun telah terbukti dan tidak
dapat disangkal, bahwa perkembangan pariwisata mendorong dan mempercepat
pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik permintaan
konsumsi maupun permintaan investasi, yang pada gilirannya akan menimbulkan
kegiatan produksi barang dan jasa, baik barang konsumsi maupun barang modal.
Dengan demikian, produk dan pendapatan masyarakat dan daerah meningkat.

Rona bentang alam yang mempesona, keragaman budaya dan kehidupan masyarakat
yang religius merupakan modal dasar yang potensial bagi kepariwisataan. Usaha untuk
mengeksploitasi bagi kepentingan pariwisata dengan memperhatikan kelestariannya
akan menjamin kelangsungan lingkungan hidup secara keseluruhan sekaligus
menjamin kelangsungan kepariwisataan itu sendiri.

8.5. MISI
Pernyataan misi merupakan hal yang sangat penting untuk dapat terus eksis. Dengan
misi, dapat ditetapkan sasaran utama yang harus dicapai oleh organisasi, sehingga
tidak ada keraguan bagi segenap komponen organisasi.

Misi mengandung aktivitas organisasi, memberikan gambaran tentang citra yang ingin
diproyeksikan agar dikenali dan diketahui oleh berbagai pihak yang berkepentingan,
mencerminkan pandangan organisasi tentang dirinya sendiri dan bidang aktivitas yang
ditekuni. Dengan demikian misi merupakan maksud dari kegiatan utama yang membuat
organisasi memiliki jati diri dan sekaligus membedakannya dari organisasi lain.

Misi Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa, yaitu:


1. Mengembangkan Daya Tarik Wisata, Fasilitas Pariwisata, Fasilitas Umum
pendukung pariwisata, prasarana/infrastruktur, Pemberdayaan Masyarakat, serta
investasi pariwisata secara terpadu dan berkesinambungan;
2. Mengembangkan Pemasaran Pariwisata bersama, terpadu, dan
berkesinambungan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, serta
pemasaran yang bertanggungjawab;
3. Mengembangkan struktur Industri Pariwisata, daya saing produk pariwisata,
kemitraan Usaha Pariwisata, kredibilitas bisnis, serta tanggung jawab terhadap
lingkungan alam dan sosial budaya; dan
4. Pengembangan organisasi pemerintah, swasta, dan masyarakat, sumber daya
manusia, regulasi, serta mekanisme operasional di bidang Kepariwisataan.

8.6. TUJUAN
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari misi, yang merupakan hasil akhir
yang akan dicapai. Melalui tujuan ini akan diketahui apa yang harus dilakukan, dengan
memperhitungkan sumber daya, nilai-nilai dan faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 22


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tujuan Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa, yaitu:


1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata yang mempunyai
keunikan lokal, kesejarahan, dan nilai-nilai budaya, sebagai pusat pertumbuhan
ekonomi, sosial budaya dan Pemberdayaan Masyarakat yang didukung pelestarian
lingkungan dan cagar budaya;
2. Memasarkan Destinasi Pariwisata secara efektif, efisien dan bertanggung jawab
dalam membangun citra Daerah sebagai Destinasi Pariwisata yang berdaya saing;
3. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian Daerah
dan masyarakat; dan
4. Mengembangkan kelembagaaan Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang
mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran Pariwisata,
dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien.

8.7. SASARAN
Sasaran Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa, yaitu:
1. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara;
2. Meningkatnya lama tinggal wisatawan nusantara dan mancanegara;
3. Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara dan mancanegara; dan
4. Meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto sub sektor hotel dan restoran.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 23


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

9.1. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

K
9.1.1 Formulasi Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan
ebijakan pembangunan kepariwisataan diderivasi dari isu-isu strategis yang
dianalisis dengan analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, dan
threat) untuk menjawab permasalahan-permasalahan strategis
kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa. Kebijakan ini dijadikan landasan
bagi penyusunan rumusan strategi pembangunan kepariwisataan di
Kabupaten Sumbawa.
Untuk membuat suatu kebijakan dan rencana pembangunan kepariwisataan di
Kabupaten Sumbawa perlu diketahui kekuatan (potensi) dan kelemahan (kendala/

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 1


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

permasalahan) yang dimiliki berdasarkan karakteristik tiap objek wisata yang ada. Di
samping itu, perlu juga mengetahui bentuk peluang dan tantangan/ancaman yang akan
dihadapi yang berasal dari kondisi eksternal yang terkait dengan pembangunan
kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa.
Formulasi kebijakan pembangunan kepariwisataan dilakukan dengan menghadapkan
isu-isu internal dengan eksternal. Faktor-faktor internal dan eksternal yang ada
kemudian ditabulasi silang sehingga dapat memformulasikan dasar strategis yang
menjadi dasar kebijakan pembangunan kepariwisataan. Tabulasi tersebut dapat dilihat
pada Tabel 9.1 dan 9.2 berikut ini.

Tabel 9.1
Analisis Isu-isu Internal dan Eksternal
Kekuatan (S): Kelemahan (W):
• Keragaman • Banyaknya objek wisata yang
objek, daya tarik belum tergali
dan atraksi • Penataan objek wisata belum
wisata ditangani secara optimal
• Pemandangan • Kurangnya event wisata yang
yang indah dilakukan secara rutin untuk
• Beragamnya menarik kunjungan wisatawan
kegiatan • Kurangnya produk olahan
masyarakat yang maupun cinderamata
adaptif dan • Sarana dan prasarana wisata
masih eksisnya yang belum memadai
budaya lokal • Lemahnya segi pemeliharaan
masyarakat sarana dan prasarana yang
Samawa sudah dibangun
• Tersedianya • Belum optimalnya pengelolaan
banyak kesenian jasa dan sarana penunjang
tradisional pariwisata
• Banyak terdapat • Peran serta masyarakat sekitar
peninggalan objek wisata masih rendah
sejarah • Belum optimalnya pelayanan dan
• Letak geografis operasional Pusat Informasi
berada di Pariwisata
lintasan jalur • Promosi kepariwisataan belum
utama Pulau dilaksanakan dengan baik
Sumbawa sehingga kurang mendapatkan
• Telah memiliki informasi mengenai
usaha jasa dan kepariwisataan baik dari segi
sarana wisata objek, daya tarik maupun atraksi
yang menunjang wisata
kegiatan • Pola pikir masyarakat belum
pariwisata mengarah kepada
• Tersedianya pengembangan potensi
Pusat Informasi pariwisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 2


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Pariwisata bagi • Pemahaman masyarakat


wisatawan terhadap pengelolaan objek
• Sebagian objek wisata belum profesional
dan daya tarik • Kualitas sumber daya manusia
wisata sudah bidang pariwisata masih kurang
ada yang dan belum memadai
diekspos keluar • Adanya pergeseran nilai-nilai
daerah sosial budaya
Keterpaduan antar pengelola,
pengambil kebijakan dan
perhatian masyarakat dalam
mewujudkan upaya
pengembangan masih kurang
sehingga melemahkan sinergi
hasil pembangunan
Peluang (O): Strategi S-O: Strategi W-O:
• Tersedianya potensi
wisata • Pengembangan • Penataan dan pengembangan
• Kondisi bentang alam objek & daya ODTW di Kabupaten Sumbawa
yang indah tarik wisata yang dengan melibatkan peran serta
• Adanya memiliki swasta
kecenderungan para keunggulan • Untuk menarik investasi, maka
wisatawan untuk komparatif bagi swasta yang akan
“back to nature” dengan mengembangkan pariwisata di
(keaslian dan keragaman dan Kabupaten Sumbawa perlu
kelokalan) keunikan yang diberikan insentif
• Budaya masyarakat dimiliki • Perlu melakukan perbaikan
yang ramah diprioritaskan infrastruktur, khususnya
• Sudah tersedia untuk peningkatan aksesibilitas
sarana akomodasi dikembangkan terhadap ODTW yang ada
perhotelan yang secara progresif • Melakukan promosi dan
didalamnya • Menangkap pemasaran pada wilayah-wilayah
menyuguhkan daya peluang pasar yang merupakan potensi pasar
tarik dan atraksi wisatawan yang wisata yang cukup besar
wisata berada di sekitar • Menyelenggarakan event wisata
• Sebagian objek wilayah Kab. secara rutin
wisata sudah Sumbawa • Memberikan pendidikan/
dilengkapi dengan dengan pelatihan bagi SDM di bidang
sarana dan melakukan pariwisata
prasarana yang promosi di
menunjang wilayah tersebut
• Kondisi jalan yang dengan
baik sehingga membuka jalur
memudahkan langsung dengan
pencapaian ke objek wilayah-wilayah
wisata tersebut

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 3


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Terbukanya • Melakukan
kesempatan untuk kerjasama
mengembangkan interregional
usaha jasa dan dengan
sarana penunjang pemerintah dan
pariwisata pengelola
• Tingginya tingkat pariwisata di
kunjungan wilayah sekitar
wisatawan, Kabupaten
khususnya wisnus Sumbawa untuk
dari tahun ke tahun membuka paket
• Kabupaten Sumbawa jalur wisata
berada di lintasan
Lombok - Komodo
• Besarnya minat
investor di sektor
pariwisata
• Situasi dan kondisi
yang relatif kondusif
memungkinkan
wisatawan untuk
menikmati objek
wisata
• Tersedianya
sumberdaya manusia
• Keinginan
sumberdaya manusia
untuk memajukan
sektor pariwisata
• Semangat pelaku
wisata yang masih
tinggi
Sumber: Hasil Analisa, Tahun 2013

Tabel 9.2
Analisis Isu-isu Internal dan Eksternal
Kekuatan (S): Kelemahan (W):
• Keragaman • Banyaknya objek wisata yang
objek, daya tarik belum tergali
dan atraksi • Penataan objek wisata belum
wisata ditangani secara optimal
• Pemandangan • Kurangnya event wisata yang
yang indah dilakukan secara rutin untuk
• Beragamnya menarik kunjungan wisatawan
kegiatan • Kurangnya produk olahan
masyarakat yang maupun cinderamata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 4


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

adaptif dan • Sarana dan prasarana wisata


masih eksisnya yang belum memadai
budaya lokal • Lemahnya segi pemeliharaan
masyarakat sarana dan prasarana yang
Samawa sudah dibangun
• Tersedianya • Belum optimalnya pengelolaan
banyak kesenian jasa dan sarana penunjang
tradisional pariwisata
• Banyak terdapat • Peran serta masyarakat sekitar
peninggalan objek wisata masih rendah
sejarah • Belum optimalnya pelayanan dan
• Letak geografis operasional Pusat Informasi
berada di Pariwisata
lintasan jalur • Promosi kepariwisataan belum
utama Pulau dilaksanakan dengan baik
Sumbawa sehingga kurang mendapatkan
• Telah memiliki informasi mengenai
usaha jasa dan kepariwisataan baik dari segi
sarana wisata objek, daya tarik maupun atraksi
yang menunjang wisata
kegiatan • Pola pikir masyarakat belum
pariwisata mengarah kepada
• Tersedianya pengembangan potensi
Pusat Informasi pariwisata
Pariwisata bagi • Pemahaman masyarakat
wisatawan terhadap pengelolaan objek
• Sebagian objek wisata belum profesional
dan daya tarik • Kualitas sumber daya manusia
wisata sudah bidang pariwisata masih kurang
ada yang dan belum memadai
diekspos keluar • Adanya pergeseran nilai-nilai
daerah sosial budaya
Keterpaduan antar pengelola,
pengambil kebijakan dan
perhatian masyarakat dalam
mewujudkan upaya
pengembangan masih kurang
sehingga melemahkan sinergi
hasil pembangunan
Ancaman (T): Strategi S-T: Strategi W-T:

• Pengelolaan objek • Perlu dilakukan • Perlu dilakukan kerjasama


dan daya tarik wisata usaha-usaha pengelolaan antar pengelola
di daerah lain yang untuk objek wisata di sepanjang jalur
lebih baik meningkatkan wisata Provinsi NTB
• Jenis objek dan daya dan • Kemungkinan terjadinya

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 5


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

wisata yang sama menampilkan penyusutan jumlah kunjungan ke


dengan daerah lain daya tarik dan objek wisata di Kabupaten
• Status kepemilikan keunikan objek Sumbawa, untuk itu perlu
dan pengelolaan dan daya tarik dilakukan peningkatan fasilitas
sebagian objek wisata yang penunjang serta pemasaran dan
wisata belum jelas dimiliki promosi
berkaitan dengan Kabupaten • Membuka peluang terhadap
PAD dan Sumbawa pasar wisata mancanegara
pemeliharaan objek dengan jalan
• Potensi wisata belum peningkatan
jadi daya tarik yang fasilitas
besar bagi investor penunjang
• Degradasi lingkungan kegiatan
dan menurunnya pariwisata serta
debit air Pemenuhan peningkatan
akan kebutuhan kegiatan promosi
sarana dan dan pemasaran
prasarana penunjang • Melakukan
pariwisata berbagai promosi
• Adanya persaingan wisata melalui
yang ketat antar kegiatan-
daerah dalam kegiatan
menarik jumlah kepariwisataan
wisatawan • Berusaha untuk
• Daerah-daerah lain terus konsisten
lebih konsern dan melakukan
lebih gencar dalam pengembangan
melakukan promosi di sektor
dan pemasaran kepariwisataan
wisata daerah
• Kurangnya
pemberdayaan dalam
pemeliharaan,
sehingga hasil
pembangunan
mudah/ cepat rusak
dan kurang
terpelihara
• Masuknya pengaruh
budaya dari luar dan
terjadi interaksi
antara masyarakat
lokal dan wisatawan
(arus global)
Dampak dari
kegiatan wisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 6


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

seperti miras,
narkoba, dll yang
biasanya tidak bisa
dihindari
Sumber: Hasil Analisa, Tahun 2013

9.1.2 Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata


Pembangunan Destinasi Pariwisata, meliputi:
a. Perwilayahan pembangunan destinasi pariwisata daerah;
b. Pembangunan daya tarik wisata;
c. Pembangunan aksesibilitas pariwisata;
d. Pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata;
e. Pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan; dan
f. Pengembangan investasi di bidang pariwisata.

Perwilayahan pembangunan destinasi pariwisata daerah merupakan pemetaan spasial


dalam pembangunan destinasi pariwisata daerah yang meliputi: Destinasi Pariwisata
Kabupaten (DPK), Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK), dan Kawasan
Pengembangan Pariwisata Kabupaten (KPPK).

Kebijakan pembangunan destinasi pariwisata, meliputi:


1. Perencanaan, penegakan regulasi, dan pengendalian implementasi pembangunan
DPK, KSPK, dan KPPK.
2. Perintisan pengembangan daya tarik wisata dalam rangka mendorong pertumbuhan
DPK dan pengembangan daerah;
3. Pembangunan daya tarik wisata untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk
dalam menarik minat dan loyalitas segmen pasar yang ada;
4. Pemantapan daya tarik wisata untuk meningkatkan daya saing produk dalam
menarik kunjungan ulang wisatawan dan segmen pasar yang lebih luas;
5. Revitalisasi daya tarik wisata dalam upaya peningkatan kualitas, keberlanjutan dan
daya saing produk dan destinasi pariwisata daerah;
6. Pengembangan dan peningkatan kemudahan akses terhadap prasarana
transportasi sebagai simpul pergerakan yang menghubungkan pintu masuk
wisatawan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di DPK;
7. Pengembangan dan peningkatan keterhubungan antara destinasi pariwisata daerah
dengan pintu masuk wisatawan regional dan/atau nasional maupun keterhubungan
antarkomponen daya tarik dan simpul-simpul pergerakan di dalam DPK;
8. Peningkatan kualitas dan kapasitas prasarana transportasi dalam rangka
meningkatkan kenyamanan perjalanan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan
di dalam destinasi pariwisata daerah;
9. Pengembangan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata dalam
mendukung perintisan pengembangan destinasi pariwisata daerah;
10. Peningkatan prasarana umum, kualitas fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata yang
mendukung pertumbuhan, meningkatkan kualitas dan daya saing DPK serta
mendukung aktifitas MICE di daerah;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 7


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

11. Pengendalian prasarana umum, pembangunan fasilitas umum, dan fasilitas


pariwisata bagi DPK yang sudah melampaui ambang batas daya dukung;
12. Pengembangan potensi, kapasitas dan partisipasi masyarakat melalui
pembangunan kepariwisataan;
13. Optimalisasi pengarusutamaan gender melalui pembangunan kepariwisataan;
14. Peningkatan potensi dan kapasitas sumber daya lokal melalui pengembangan
usaha produktif di bidang pariwisata;
15. Penyusunan regulasi dan pemberian insentif untuk mendorong perkembangan
industri kecil dan menengah dan usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan
menengah yang dikembangkan masyarakat lokal sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan;
16. Penguatan kemitraan rantai nilai antarusaha di bidang kepariwisataan;
17. Perluasan akses pasar terhadap produk industri kecil dan menengah dan usaha
pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah yang dikembangkan masyarakat
lokal;
18. Peningkatan akses dan dukungan permodalan dalam upaya mengembangkan
produk industri kecil dan menengah dan usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil
dan menengah yang dikembangkan masyarakat lokal;
19. Peningkatan kesadaran dan peran masyarakat serta pemangku kepentingan terkait
dalam mewujudkan sapta pesona untuk menciptakan iklim kondusif kepariwisataan;
20. Peningkatan motivasi dan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan mencintai
bangsa dan tanah air melalui perjalanan wisata nusantara;
21. Peningkatan pemberian insentif investasi di bidang pariwisata sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
22. Peningkatan kemudahan investasi di bidang pariwisata; dan
23. Peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata.

9.1.3 Kebijakan Pembangunan Pemasaran Pariwisata


Pembangunan pemasaran pariwisata, meliputi:
a. Pengembangan pasar wisatawan;
b. Pengembangan citra pariwisata;
c. Pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata; dan
d. Pengembangan promosi pariwisata.

Kebijakan pembangunan pemasaran pariwisata dirumuskan sebagai berikut:


1. Pemantapan segmen pasar wisatawan massal dan pengembangan segmen ceruk
pasar untuk mengoptimalkan pengembangan destinasi pariwisata daerah dalam
dinamika pasar global;
2. Peningkatan dan pemantapan citra pariwisata secara berkelanjutan baik citra
pariwisata Daerah maupun citra pariwisata destinasi;
3. Peningkatan citra pariwisata daerah sebagai destinasi pariwisata daerah yang
aman, nyaman, dan berdaya saing;
4. Pengembangan kemitraan pemasaran yang terpadu, sinergis, berkesinambungan
dan berkelanjutan;
5. Penguatan dan perluasan eksistensi promosi pariwisata di daerah; dan
6. Penguatan dan perluasan eksistensi promosi pariwisata di luar daerah.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 8


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

9.1.4 Kebijakan Pembangunan Industri Pariwisata


Pembangunan industri pariwisata daerah, meliputi:
a. Penguatan struktur industri pariwisata;
b. Peningkatan daya saing produk pariwisata;
c. Pengembangan kemitraan usaha pariwisata;
d. Penciptaan kredibilitas bisnis; dan
e. Pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan.

Kebijakan yang dirumuskan dalam pembangunan industri pariwisata daerah, meliputi:


1. Penguatan fungsi, hierarki, dan hubungan antarpengembangan kualitas dan
keragaman usaha daya tarik wisata;
2. Pengembangan kualitas dan keragaman usaha daya tarik wisata;
3. Pengembangan kapasitas dan kualitas fungsi dan layanan fasilitas pariwisata yang
memenuhi standar nasional dan mengangkat unsur keunikan dan kekhasan lokal;
4. Pengembangan kapasitas dan kualitas layanan jasa transportasi yang mendukung
kemudahan perjalanan wisatawan ke destinasi pariwisata daerah;
5. Pengembangan skema kerja sama antara Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan
masyarakat;
6. Pengembangan manajemen dan pelayanan usaha pariwisata yang kredibel dan
berkualitas; dan
7. Pengembangan manajemen usaha pariwisata yang mengacu kepada prinsip-prinsip
pembangunan pariwisata berkelanjutan, kode etik pariwisata dan ekonomi hijau.

9.1.5 Kebijakan Pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan
Pembangunan kelembagaan kepariwisataan, meliputi:
a. Penguatan organisasi kepariwisataan;
b. Pembangunan sumber daya manusia pariwisata; dan
c. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.

Kebijakan pembangunan kelembagaan kepariwisataan daerah dirumuskan sebagai


berikut:
1. Penataan kelembagaan dan penguatan mekanisme kinerja organisasi untuk
mendukung misi kepariwisataan sebagai portofolio pembangunan daerah;
2. Pemantapan organisasi kepariwisataan dalam mendukung pariwisata sebagai pilar
strategis pembangunan daerah;
3. Pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataan yang menangani bidang
destinasi pariwisata daerah;
4. Pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataan yang menangani bidang
pemasaran pariwisata;
5. Pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataan yang menangani bidang
industri pariwisata;
6. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia pariwisata di
lingkungan Pemerintah Daerah;
7. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pariwisata di lingkungan
dunia usaha dan masyarakat;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 9


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

8. Peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan destinasi pariwisata


daerah;
9. Peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan pemasaran
pariwisata;
10. Peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan industri pariwisata;
dan
11. Peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan kelembagaan dan
sumber daya manusia pariwisata.

9.2. STRATEGI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN


9.2.1 Strategi Pembangunan Destinasi Pariwisata
Strategi yang tempuh dalam pembangunan destinasi pariwisata, meliputi:
1. Penyusunan rencana induk dan rencana detail, serta penyusunan regulasi tata
bangunan dan tata lingkungan masing-masing kawasan;
2. Melakukan monitoring dan pengawasan oleh Pemerintah Daerah terhadap
penerapan rencana detail kawasan;
3. Peningkatan koordinasi antara Pemerintah Daerah, pelaku usaha dan masyarakat
dalam pengendalian implementasi rencana pembangunan kawasan;
4. Pengembangan daya tarik wisata baru di destinasi pariwisata daerah yang belum
berkembang kepariwisataannya;
5. Penguatan upaya pengelolaan potensi kepariwisataan dan lingkungan dalam
mendukung upaya perintisan pengembangan daya tarik wisata;
6. Pengembangan inovasi manajemen produk dan kapasitas daya tarik wisata untuk
mendorong akselerasi perkembangan DPK;
7. Penguatan upaya konservasi potensi kepariwisataan dan lingkungan dalam
mendukung intensifikasi daya tarik wisata;
8. Pengembangan diversifikasi atau keragaman nilai daya tarik wisata dalam berbagai
tema terkait;
9. Penguatan upaya penataan ruang wilayah dan konservasi lingkungan dalam
mendukung diversifikasi daya tarik wisata;
10. Revitalisasi struktur, elemen dan aktivitas yang menjadi penggerak kegiatan
kepariwisataan pada daya tarik wisata;
11. Penguatan upaya penataan ruang wilayah dan konservasi lingkungan dalam
mendukung revitalisasi daya tarik dan kawasan di sekitarnya;
12. Ketersediaan prasarana simpul pergerakan moda transportasi pada lokasi-lokasi
strategis di DPK sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar;
13. Keterjangkauan prasarana simpul pergerakan moda transportasi dari pusat-pusat
kegiatan pariwisata di destinasi pariwisata daerah;
14. Jaringan transportasi penghubung antara destinasi pariwisata daerah dengan pintu
gerbang wisata regional dan/atau nasional maupun keterhubungan antarkomponen
daya tarik dan simpul-simpul pergerakan di dalam DPK;
15. Keterpaduan jaringan infrastruktur transportasi antara pintu gerbang wisata dan DPK
serta komponen yang ada di dalamnya yang mendukung kemudahan transfer
intermoda;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 10


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

16. Jaringan transportasi untuk mendukung kemudahan, kenyamanan dan keselamatan


pergerakan wisatawan sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar;
17. Fasilitas persinggahan di sepanjang koridor pergerakan wisata di dalam DPK sesuai
kebutuhan dan perkembangan pasar;
18. Peningkatan ketersediaan moda transportasi sebagai sarana pergerakan wisatawan
menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di DPK sesuai kebutuhan dan
perkembangan pasar;
19. Peningkatan kecukupan kapasitas angkut moda transportasi menuju destinasi dan
pergerakan Wisatawan di destinasi pariwisata daerah sesuai kebutuhan dan
perkembangan pasar;
20. Pengembangan keragaman atau diversifikasi jenis moda transportasi menuju
destinasi dan pergerakan wisatawan di DPK sesuai kebutuhan dan perkembangan
pasar;
21. Kenyamanan moda transportasi menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di
DPK sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar;
22. Keamanan moda transportasi untuk menjamin keselamatan perjalanan wisatawan
menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di DPK;
23. Pembangunan sistem transportasi dan pelayanan terpadu di DPK;
24. Ketersediaan informasi pelayanan transportasi berbagai jenis moda dari pintu
gerbang wisata ke DPK;
25. Kemudahan reservasi moda transportasi berbagai jenis moda;
26. Pemberian insentif untuk pengembangan prasarana umum, fasilitas umum, dan
fasilitas pariwisata dalam mendukung perintisan DPK;
27. Peningkatan fasilitasi pemerintah daerah untuk pengembangan prasarana umum,
fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata atas inisiatif swasta;
28. Perintisan dan pengembangan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas
pariwisata untuk mendukung kesiapan dan meningkatkan daya saing DPK;
29. Mendorong dan menerapkan berbagai skema kemitraan antara Pemerintah Daerah
dan swasta;
30. Mendorong dan menerapkan berbagai skema kemandirian pengelolaan;
31. Mendorong dan menerapkan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas
pariwisata yang memenuhi kebutuhan wisatawan berkebutuhan khusus;
32. Penyusunan regulasi perizinan untuk menjaga daya dukung lingkungan;
33. Dorongan penegakan Peraturan Perundang-undangan;
34. Pemetaan potensi dan kebutuhan penguatan kapasitas masyarakat dalam
pengembangan kepariwisataan;
35. Pemberdayaan potensi dan kapasitas masyarakat dalam pengembangan
kepariwisataan;
36. Penguatan kelembagaan masyarakat guna mendorong kapasitas dan peran
masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan;
37. Peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pengarusutamaan
gender dalam pengembangan pariwisata;
38. Peningkatan peran masyarakat dalam perspektif kesetaraan gender dalam
pengembangan Kepariwisataan;
39. Peningkatan pengembangan potensi sumber daya derah sebagai daya tarik wisata
berbasis kearifan lokal dalam kerangka pemberdayaan masyarakat melalui
pariwisata;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 11


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

40. Pengembangan potensi sumber daya daerah melalui desa wisata dan kampung
wisata;
41. Peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah sebagai komponen
pendukung produk wisata di destinasi pariwisata daerah;
42. Peningkatan kemampuan berusaha pelaku usaha pariwisata skala usaha mikro,
kecil dan menengah yang dikembangkan masyarakat;
43. Pemberian insentif dan kemudahan bagi pengembangan industri kecil dan
menengah dan Usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
44. Perlindungan terhadap kelangsungan industri kecil dan menengah dan Usaha
pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah di sekitar DPK;
45. Dorongan kemitraan antarusaha kepariwisataan dengan industri kecil dan
menengah dan usaha mikro, kecil dan menengah;
46. Peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah dan layanan jasa
kepariwisataan yang dikembangkan usaha mikro, kecil dan menengah dalam
memenuhi standar pasar;
47. Penguatan akses dan jejaring industri kecil dan menengah dan usaha pariwisata
skala usaha mikro, kecil dan menengah dengan sumber potensi pasar dan informasi
global;
48. Peningkatan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dalam upaya
memperluas akses pasar terhadap produk industri kecil dan menengah dan usaha
pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah;
49. Pemberian insentif dan kemudahan terhadap akses permodalan bagi usaha
pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah dalam pengembangan usaha
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
50. Pemberian bantuan permodalan untuk mendukung perkembangan industri kecil dan
menengah dan usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah di sekitar
DPK;
51. Peningkatan pemahaman, dan kesadaran masyarakat tentang sadar wisata dalam
mendukung pengembangan kepariwisataan;
52. Peningkatan peran serta masyarakat dalam mewujudkan sadar wisata bagi
penciptaan iklim kondusif kepariwisataan;
53. Peningkatan peran dan kapasitas masyarakat dan polisi pariwisata dalam
menciptakan iklim kondusif kepariwisataan;
54. Peningkatan kualitas jejaring media dalam mendukung upaya pemberdayaan
masyarakat di bidang pariwisata;
55. Pengembangan pariwisata sebagai investasi pengetahuan;
56. Peningkatan kuantitas dan kualitas informasi pariwisata nusantara kepada
masyarakat;
57. Upaya menarik investasi modal asing di bidang pariwisata sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan di bidang keuangan;
58. Dorongan investasi daerah di bidang pariwisata sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan di bidang keuangan serta penanaman modal;
59. Pelaksanaan debirokratisasi investasi di bidang pariwisata;
60. Pelaksanaan deregulasi peraturan yang menghambat perizinan;
61. Penyediaan informasi peluang investasi di destinasi pariwisata daerah;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 12


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

62. Peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata di dalam negeri dan di luar
negeri; dan
63. Peningkatan sinergi promosi investasi di bidang pariwisata dengan sektor terkait.

9.2.2 Strategi Pembangunan Pemasaran Pariwisata


Dalam rangka menjalankan kebijakan pembangunan pemasaran pariwisata yang telah
dirumuskan, ditempuh strategi-strategi sebagai berikut:
1. Peningkatan pemasaran dan promosi untuk mendukung penciptaan destinasi
pariwisata daerah yang diprioritaskan;
2. Peningkatan akselerasi pemasaran dan promosi pada pasar utama, baru, dan
berkembang;
3. Pengembangan pemasaran dan promosi untuk meningkatkan pertumbuhan segmen
ceruk pasar;
4. Pengembangan promosi berbasis tema tertentu;
5. Peningkatan akselerasi pergerakan wisatawan di seluruh destinasi pariwisata
daerah;
6. Peningkatan intensifikasi pemasaran wisata MICE yang diselenggarakan oleh sektor
lain;
7. Peningkatan dan pemantapan citra pariwisata daerah sebagai Jaringan Kota Pusaka
Indonesia;
8. Peningkatan dan pemantapan citra pariwisata destinasi;
9. Peningkatan promosi, diplomasi, dan komunikasi dalam upaya peningkatan citra
pariwisata sebagai destinasi pariwisata daerah;
10. Peningkatan keterpaduan sinergis promosi antarpemangku kepentingan pariwisata;
11. Pemasaran berbasis pada pemasaran yang bertanggung jawab, yang menekankan
tanggung jawab terhadap masyarakat, sumber daya lingkungan dan wisatawan;
12. Penguatan fungsi dan peran promosi pariwisata di daerah;
13. Penguatan dukungan terhadap Badan Promosi Pariwisata Daerah;
14. Penguatan koordinasi dan sinkronisasi Badan Promosi Pariwisata Daerah dengan
Badan Promosi Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Badan Promosi
Pariwisata Indonesia serta seluruh pemangku kepentingan; dan
15. Penguatan fungsi dan keberadaan promosi pariwisata di luar daerah melalui
mekanisme kemitraan.

9.2.3 Strategi Pembangunan Industri Pariwisata


Strategi pembangunan industri pariwisata daerah ditempuh melalui:
1. Peningkatan sinergi dan keadilan distributif antarmata rantai pembentuk industri
pariwisata;
2. Penguatan fungsi, hierarki, dan hubungan antarusaha pariwisata sejenis untuk
meningkatkan daya saing;
3. Penguatan mata rantai penciptaan nilai tambah antara pelaku usaha pariwisata dan
sektor terkait;
4. Pengembangan manajemen atraksi;
5. Perbaikan kualitas interpretasi;
6. Penguatan kualitas produk wisata;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 13


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

7. Peningkatan pengemasan produk wisata;


8. Dorongan dan peningkatan standardisasi dan sertifikasi usaha pariwisata;
9. Pengembangan skema fasilitasi untuk mendorong pertumbuhan usaha pariwisata
skala usaha mikro, kecil dan menengah;
10. Dorongan pemberian insentif untuk menggunakan produk dan tema yang memiliki
keunikan dan kekhasan lokal;
11. Peningkatan etika bisnis dan pelayanan prima dalam pelayanan usaha transportasi
pariwisata;
12. Penguatan kerja sama antara Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat;
13. Penguatan implementasi kerja sama antara Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan
masyarakat;
14. Penguatan monitoring dan evaluasi kerja sama antara Pemerintah Daerah, dunia
usaha, dan masyarakat;
15. Penerapan standardisasi dan sertifikasi usaha pariwisata yang mengacu pada
prinsip-prinsip dan standar nasiobal dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber
daya lokal;
16. Dorongan penerapan sistem yang aman dan terpercaya dalam transaksi bisnis
secara elektronik;
17. Dukungan penjaminan usaha melalui regulasi dan fasilitasi;
18. Dorongan tumbuhnya ekonomi hijau di sepanjang mata rantai usaha pariwisata; dan
19. Pengembangan manajemen Usaha Pariwisata yang peduli terhadap pelestarian
lingkungan dan budaya.

9.2.4 Strategi Pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan
Adapun strategi-strategi yang ditempuh dalam pembangunan kelembagaan
kepariwisataan daerah, meliputi:
1. Penguatan tata kelola organisasi kepariwisataan dalam struktur dinas;
2. Penguatan kemampuan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program
pembangunan kepariwisataan;
3. Penguatan mekanisme sinkronisasi dan harmonisasi program pembangunan
kepariwisataan baik secara internal dinas maupun lintas sektor;
4. Penguatan fungsi strategis kepariwisataan dalam menghasilkan devisa;
5. Peningkatan usaha pariwisata terkait;
6. Peningkatan pemberdayaan masyarakat;
7. Peningkatan pelestarian lingkungan;
8. Penguatan struktur dan fungsi organisasi bidang pengembangan destinasi;
9. Fasilitasi terbentuknya organisasi pengembangan destinasi;
10. Penguatan kemitraan antara organisasi pengembangan destinasi dan Pemerintah
Daerah dalam pembangunan kepariwisataan;
11. Penguatan struktur dan fungsi organisasi bidang pemasaran di tingkat Pemerintah
Daerah;
12. Fasilitasi terbentuknya Badan Promosi Pariwisata Daerah;
13. Penguatan kemitraan antara Badan Promosi Pariwisata Daerah dan Pemerintah
Daerah dalam pembangunan kepariwisataan Daerah;
14. Fasilitasi pembentukan Gabungan Industri Pariwisata Daerah;
15. Penguatan kemitraan antara Gabungan Industri Pariwisata Daerah dan Pemerintah

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 14


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Daerah dalam pembangunan kepariwisataan;


16. Peningkatan kemampuan dan profesionalitas pegawai;
17. Peningkatan kualitas pegawai bidang kepariwisataan;
18. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pengelola pendidikan dan latihan bidang
Kepariwisataan;
19. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang memiliki sertifikasi
kompetensi di setiap destinasi pariwisata daerah;
20. Peningkatan kemampuan kewirausahaan di bidang kepariwisataan;
21. Peningkatan kualitas dan kuantitas lembaga pendidikan kepariwisataan yang
terakreditasi;
22. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan daya tarik wisata;
23. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan aksesibilitas dan/atau transportasi
kepariwisataan dalam mendukung daya saing destinasi pariwisata daerah;
24. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan prasarana umum, fasilitas umum dan
fasilitas pariwisata dalam mendukung daya saing destinasi pariwisata daerah;
25. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dalam memperkuat pemberdayaan
masyarakat melalui kepariwisataan;
26. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dalam pengembangan investasi di
bidang pariwisata;
27. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan pasar wisatawan dalam rangka
pengembangan pasar baru dan pengembangan produk;
28. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan penguatan citra pariwisata;
29. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata;
30. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan peningkatan promosi pariwisata di
dalam negeri dan di luar negeri;
31. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan penguatan industri pariwisata;
32. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan daya saing produk pariwisata;
33. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kemitraan usaha pariwisata;
34. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan penciptaan kredibilitas bisnis;
35. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan tanggungjawab terhadap lingkungan;
36. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan organisasi kepariwisataan; dan
37. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sumber daya manusia pariwisata.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 15


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

10.1. RENCANA STRUKTUR PERWILAYAHAN PARIWISATA

R
encana Struktur Tata Ruang Pariwisata Kabupaten Sumbawa akan terbagi
menjadi 3 zonasi, yang di dalamnya akan terdiri dari beberapa Satuan
Kawasan Wisata (SKW). Pembagian zonasi pengembangan kepariwisataan
Kabupaten Sumbawa ini terkait dengan potensi dan permasalahan
pengembangan kepariwisataan dan isu-isu strategis pengembangan
kepariwisataan yang dihadapi. Adapun pembagian zonasi tersebut, adalah:

1. Zona Inti, merupakan main attraction suatu ODTW ditempatkan dan aktivitas
utama harus dilengkapi pula dengan fasilitas utama.
2. Zona Penyangga (Buffer Zone), berfungsi memisahkan main attraction dengan
aktivitas dan fasilitas pendukung.
3. Zona Pelayanan, suatu area dimana seluruh aktivitas dan fasilitas pendukung
dikelompokkan seperti jaringan infrastruktur dasar, akses fasilitas, pelayanan
pengunjung dan sebagainya.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 1


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Untuk lebih jelas mengenai pembagian zonasi dapat dilihat pada Tabel 10.1 dan Peta
10.1.
Tabel 10.1
Pembagian Fungsi Zona Objek Wisata di Kab. Sumbawa
No. Zona Inti No. Zona Penyangga No. Zona Pelayanan
1. Istana Dalam Loka 1. Dalam Pekat 1. Prajak
2. Wisma Bala Puti 2. Penyaring 2. Poto
3. Wisma Bala Kuning 3. Maronge 3. Ngeru
4. Bendungan Batu 4. Moyo 4. Kakiang
Bulan
5. Batu Gong 5. Batu Tering 5. Bend. Tiu Kulit
6. Goa 6. Liang Petang 6. Pulau Dangar
7. Saliper Ate 7. Ai Renung 7. Talwa
8. Tanjung Menangis 8. Kencana 8. Ai Beling
9. Waterpark Splash 9. Empan 9. Bendungan
Mamak
10. Lapade 10. Pamulung 10. Batu Dulang
Tepal
11. Pulau Bungin 11. Semongkat 11. Pulau Kaung
12. Amanwana 12. Pulau Keramat 12. Pulau Bedil
13. Lab. Aji 13. Agro Buer 13. Ai Manis
(Tamase)
14. Empang 14. Takat Sagele 14. Raja Sua
15. Labu Jambu 15. Tanjung pasir 15. Ai Sebotok
16. Maci 16. Mata Jitu 16. Labu Bontong
17. Sili 17. Brang Bako 17. Bendungan Gapit
18. Brang Tiram 18. Pulau Lipan
19. Tero 19. Pulau Sentigi
20. Pandan Sari 20. Lampin
21. Batu Pampang
22. Telaga Lompa
23. Pelman
Sumber: Hasil Rencana, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 2


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 3


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

10.2. RENCANA KAWASAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KAWASAN


STRATEGIS PARIWISATA
Secara geografis, luas Kabupaten Sumbawa yang sangat besar dan memiliki
karakteristik wilayah yang beragam, mulai dari kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil,
pegunungan dan dataran rendah, menciptakan panorama alam yang sangat indah.
Sebaran kawasan wisata itu, mulai dari bagian barat hingga timur wilayah Kabupaten
Sumbawa, bahkan juga dari bagian utara hingga selatan.

Dalam Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Sumbawa
2011 – 2031, secara eksplisit telah dikelompokkan seluruh objek wisata yang ada di
Kabupaten Sumbawa dalam kawasan-kawasan utama destinasi wisata yang terkait
antarsatu dengan lainnya. Kawasan Destinasi Wisata Utama yang ada dalam dokumen
tersebut, terdiri dari 6 (enam) kawasan Destinasi Utama yaitu:
1. Dalam Loka
2. Batu Bulan
3. Semongkat
4. Lab. Mapin
5. Pulau Moyo
6. Empang Tarano
Dari keenam Kawasan Destinasi Utama tersebut, terdiri dari beberapa jenis daya tarik
wisata yang sangat menarik dan memiliki karakteristik yang beragam. Sedangkan dalam
hasil identifikasi dan survey lapangan yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat
juga kawasan yang memiliki potensi pengembangan wisata yang cukup baik yaitu di
Kecamatan Lunyuk dan Labangka, berupa wisata pantai/ bahari.

Sebelum menginjak pada pembagian kawasan wisata, terlebih dahulu akan


diklasifikasikan jenis tiap objek wisata berdasarkan atraksi yang ada di masing-masing
objek tersebut. Di Kabupaten Sumbawa, berdasarkan kondisi setempat, dan dari hasil
identifikasi mengenai sebaran objek wisata, jenis wisata dibagi menjadi 4 kategori,
antara lain:
1. Wisata Budaya dan Sejarah
Terdiri dari kegiatan wisata yang berhubungan dengan kegiatan seni budaya, ke-
khasanahan lokal, dan warisan leluhur, serta peninggalan sejarah atau
kepurbakalaan.
Tabel 10.2
Pengelompokan Wisata Budaya & Sejarah
OBYEK WISATA BUDAYA DAN
No. JENIS DAYA TARIK WISATA
SEJARAH
I. Kecamatan Alas Barat
1. Labuhan Mapin Perkampungan Tradisional
2. Situs Kuburan Keramat Situs Purbakala dan Budaya Makam
3. Uma Jomo Wisata Budaya Pertanian
II. Kecamatan Alas
4. Pulau Bungin Perkampungan Tradisional

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 4


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

OBYEK WISATA BUDAYA DAN


No. JENIS DAYA TARIK WISATA
SEJARAH
III. Kecamatan Buer
5. Pulau Kaung Perkampungan Tradisional
IV. Kecamatan Utan
6. Batu Gong Situs Purbakala
V. Kecamatan Labuhan Badas
7. Dusun Pamulung Perkampungan Tradisional
8. Pantai Goa Perkampungan Tradisional
9. Pulau Medang Perkampungan Tradisional
VI. Kecamatan Sumbawa
10. Bala Kuning Museum Istana
11. Bala Puti Museum Istana
12. Dalam Loka Museum Istana
13. Makam Sampar Situs Purbakala dan Budaya Makam
14. Bala Datu Ranga Museum Budaya
15. Museum Daerah Museum Daerah
VII. Kecamatan Unter Iwes
16. Dusun Perung Perkampungan Tradisional
VIII. Kecamatan Batu Lanteh
17. Desa Tepal Perkampungan Tradisional
IX. Kecamatan Moyo Hilir
18. Desa Poto Perkampungan Tradisional
19. Kakiang Perkampungan Tradisional
20. Moyo Perkampungan Tradisional
21. Ponan Wisata Budaya Pertanian
22. Kuber Belo Wisata Budaya Makam
X. Kecamatan Moyo Utara
23. Dusun Senampar Perkampungan Tradisional
24. Penyaring Perkampungan Tradisional
XI. Kecamatan Moyo Hulu
25. Situs Ai Renung Situs Purbakala
26. Situs Lutuk Batu Peti Situs Purbakala
27. Situs Raboran Situs Purbakala
28. Situs Sampar Re Situs Purbakala
29. Situs Tarakin Situs Purbakala
XII. Kecamatan Lopok
30. Situs Temang Dongan Situs Purbakala
XIII. Kecamatan Maronge
31. Maronge Perkampungan Tradisional

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 5


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

OBYEK WISATA BUDAYA DAN


No. JENIS DAYA TARIK WISATA
SEJARAH
XIV. Kecamatan Empang
32. Boal Perkampungan Tradisional
33. Empang Perkampungan Tradisional
XV. Kecamatan Plampang
34. Teluk Santong Perkampungan Tradisional
XVI. Kecamatan Tarano
35. Labuhan Bontong Perkampungan Tradisional
36. Labuhan Jambu Perkampungan Tradisional
37. Makam Karongkeng Situs Purbakala dan Budaya Makam
XVII. Kecamatan Ropang
38. Lebangkar Perkampungan Tradisional
Sumber: Hasil Identifikasi Data Lapangan dan Instansi serta Hasil Analisa, 2017

2. Wisata Alam Bahari


Obyek wisata alam bahari banyak mendominasi keragaman wisata alam di hampir
seluruh wilayah Kabupaten Sumbawa. Hal ini tidak terlepas dari kondisi alam dan
morfologi wilayahnya, dimana pada bagian pesisir, memiliki kondisi morfologi
wilayah yang landai dan memiliki akses mudah. Sedangkan wilayah lain,
morfologinya bergelombang dan berbukit. Daya tarik yang paling menonjol pada
wisata alam bahari di Kabupaten Sumbawa adalah keindahan panorama pantainya
yang indah, pasir putih yang terdapat di pesisir pantai, taman laut yang berada di
dasar laut, serta keanekaragaman terumbu karang yang terdapat di sekitar pantai.
Wisatawan yang datang ke obyek dapat melakukan diving, snorkelling, katamaran,
berenang, menyelam, berjemur, serta kegiatan olahraga laut lainnya. Salah satu
tempat yang juga direkomendasikan serta mempunyai potensi wisata untuk
dikembangkan adalah Pulau Moyo yang namanya sudah mendunia dan banyak
dikunjungi wisatawan mancanegara.
Terdiri dari kegiatan wisata yang berhubungan dengan kegiatan pantai, pesisir,
pulau kecil, dan kegiatan perairan laut lainnya.

Tabel 10.3
Pengelompokan Wisata Alam Bahari
No. OBYEK WISATA ALAM BAHARI JENIS DAYA TARIK WISATA
I. Kecamatan Alas Barat
1. Labuhan Mapin Taman Laut
2. Pulau Panjang Pantai
II. Kecamatan Alas
3. Pulau Bungin Taman Laut
III. Kecamatan Utan
4. Pulau Bedil Pantai dan Taman Laut
5. Pulau Keramat Pantai dan Taman Laut
6. Pulau Temudung Pantai dan Taman Laut

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 6


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

No. OBYEK WISATA ALAM BAHARI JENIS DAYA TARIK WISATA


IV. Kecamatan Labuhan Badas
7. Ai Manis (P. Moyo) Pantai
8. Labuhan Aji (P. Moyo) Pantai & Taman Laut
9. Gedal Pantai
10. Batu Gong Pantai
11. Goa Pantai
12. Kencana Pantai
13. Pulau Medang Taman Laut
14. Raja Sua (P. Moyo) Pantai
15. Takat Sagele (P. Moyo) Taman Laut
16. Tanjung Pasir (P. Moyo) Pantai
17. Tanjung Pasir Utara Pantai & Taman Laut
18. Salipir Ate Pantai
V. Kecamatan Sumbawa
19. Batu Kuping Pantai
20. Tanjung Menangis Pantai dan Taman Laut
VI. Kecamatan Moyo Hilir
21. Prajak Taman Laut
22. Pulau Dangar Ode Pantai & Taman Laut
VII. Kecamatan Moyo Utara
23. Ai Loang Pantai
24. Labuhan Sawo Pantai
25. Lu Air Pantai
VIII. Kecamatan Lunyuk
26. Emang Lestari Pantai
27. Lampin Taman Laut
28. Pandan Sari Pantai
29. Sampar Goal Pantai
30. Pasir Putih Pantai
31. Pantai Petani Pantai
IX. Kecamatan Lape
32. Pulau Dangar Rea Pantai dan Taman Laut
33. Pulau Liang Pantai dan Taman Laut
34. Pulau Ngali Pantai dan Taman Laut
X. Kecamatan Maronge
35. Pulau Tapan (Ketapang) Pantai dan Taman Laut
XI. Kecamatan Labangka
36. Pantai Labangka I Pantai
37. Pantai Sekokat Pantai

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 7


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

No. OBYEK WISATA ALAM BAHARI JENIS DAYA TARIK WISATA


XII. Kecamatan Empang
38. Brang Bako Pantai
39. Brang Tiram Pantai
40. Tero Pantai
41. Pulau Raja Kepe Pantai
XIII. Kecamatan Plampang
42. Pulau Kebo Pantai & Taman Laut
43. Pulau Lipan Pantai & Taman Laut
44. Pulau Meriam Besar Pantai & Taman Laut
45. Pulau Meriam Kecil Pantai & Taman Laut
46. Pulau Sentigi Pantai & Taman Laut
47. Saliper Ate Pantai
XIV. Kecamatan Tarano
48. Donggo Dede Pantai
49. Jemplung Pantai
50. Maci Pantai
51. Panubu Pantai
52. Sili Pantai
53. So Athi Pantai
54. Pulau Depi Pantai & Taman Laut
55. Pulau Rakit Pantai & Taman Laut
56. Gili Dewa Pantai dan Religi
Sumber: Hasil Identifikasi Data Lapangan dan Instansi serta Hasil Analisa, 2017

3. Wisata Alam Pegunungan


Terdiri dari kegiatan wisata yang berhubungan dengan wisata alam pegunungan,
seperti air terjun, pendakian gunung, penjelajahan alam, ekowisata dan lain
sebagainya.

Tabel 10.4
Pengelompokan Wisata Alam Pegunungan
OBYEK WISATA
No. JENIS DAYA TARIK WISATA
ALAM PEGUNUNGAN
I. Kecamatan Alas Barat
1. Pulau Panjang Taman Nasional
2. Tiu Sabangka Air Terjun
3. Uma Jomo Wisata Alam Pertanian
4. Gili Kalong Pantai
II. Kecamatan Alas
5. Agal Air Terjun
6. Saketok Air Terjun

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 8


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

OBYEK WISATA
No. JENIS DAYA TARIK WISATA
ALAM PEGUNUNGAN
7. Sebra Air Terjun
8. Mate Mega Wisata Alam Pegunungan
III. Kecamatan Buer
9. Agro Tamase Agrowisata
IV. Kecamatan Utan
10. Beringin Sila Taman Wisata Alam
IV. Kecamatan Labuhan Badas
11. Ai Manis (P. Moyo) Taman Nasional
12. Dihu Mbai (P. Moyo) Air Terjun
13. Mata Jitu (P. Moyo) Air Terjun, Taman Nasional
14. Pantai Gedal Taman Nasional
15. Raja Sua (P. Moyo) Taman Nasional
16. Sangelo (P. Moyo) Air Terjun
17. Tanjung Pasir (P. Moyo) Taman Nasional
V. Kecamatan Unter Iwes
18. Ai Kawat Wisata Alam Pegunungan
19. Ai Nyember Air Terjun
20. Ai Teba Air Terjun
21. Brang Pelat Wisata Alam Pegunungan
VI. Kecamatan Batu Lanteh
22. Batu Dulang Wisata Alam Pegunungan
23. Semongkat Taman Nasional
24. Tebangan Air Terjun
25. Telekan Air Terjun
26. Tiu Rarang Air Terjun
VII. Kecamatan Moyo Hulu
27. Ai Beling Air Terjun
28. Batu Bulan Wisata Alam Pegunungan
29. Liang Bukal Gua Karst
30. Liang Kelondo Gua Karst
31. Liang Petang Gua Karst
32. Teba Tewa Air Terjun
VIII. Kecamatan Lenangguar
33. Teba Muren Air Terjun
34. Ai Puti Air Terjun
35. Air Terjun Air Terjun
36. Kokar Tasik Air Terjun
37. Gerontong Air Terjun

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 9


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

OBYEK WISATA
No. JENIS DAYA TARIK WISATA
ALAM PEGUNUNGAN
38. Lete Batu Air Terjun
IX. Kecamatan Lunyuk
39. Emang Lestari Wisata Alam Pegunungan
40. Pandan Sari Wisata Alam Pegunungan
41. Sampar Goal Wisata Alam Pegunungan
42. Batu Bongkang Wisata Alam Pegunungan
43. Tampar Belo (Kuang Dingin) Wisata Alam Pegunungan
X. Kecamatan Lape
44. Tiu Pasai Air Terjun
45. Batu Puyung Wisata Alam Pegunungan
46. Ai Rantok Wisata Alam Pegunungan
47. Ai Tenge Wisata Alam Pegunungan
48. Ai Bua Wisata Alam Pegunungan
49. Batu Bela Wisata Alam Pegunungan
50. Embung Parado Wisata Buatan Embung
XI. Kecamatan Lopok
51. Bendungan Mamak Wisata Alam Pegunungan
XII. Kecamatan Marongge
52. Ai Panas Sumber Air Panas Alami
53. Bendungan Tiu Kulit Wisata Alam Pegunungan
XIII. Kecamatan Labangka
54. Liang Dewa Gua Karst
XIV. Kecamatan Empang
55. Brang Bako Wisata Alam Pegunungan
56. Brang Tiram Wisata Alam Pegunungan
57. Pulau Raja Kepe Wisata Alam Pegunungan
XV. Kecamatan Plampang
58. Jaran Pusang Wisata Alam Pegunungan
59. Pelman Air Terjun
60. Telaga Lompa Danau
XVI. Kecamatan Tarano
61. Buin Pitu Wisata Alam
XVII. Kecamatan Lantung
62. Lenang Indah Lantung Wisata Alam Pegunungan
63. Lampas Sepukur Wisata Alam Pegunungan
64. Lampas Buin Racin Wisata Alam Pegunungan
65. Batu Raponong Wisata Alam Pegunungan
66. Buin Lajendre Wisata Alam Pegunungan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 10


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

OBYEK WISATA
No. JENIS DAYA TARIK WISATA
ALAM PEGUNUNGAN
67. Lampas Perung Wisata Alam Pegunungan
68. Liang Zamrud Wisata Alam Pegunungan
69. Batu Nganga/Bela Wisata Alam Pegunungan
70. Batu Panimang Wisata Alam Pegunungan
71. Lampas Ekat Wisata Alam Pegunungan
72. Batu Para Gua Karst
73. Buin Ai Mual Wisata Alam Pegunungan
74. Ble Bananung Wisata Alam Pegunungan
75. Arung Jeram / Rapting Wisata Alam Pegunungan
XVIII. Kecamatan Orong Telu
76. Senawang Air Terjun & Sumber Air Panas Alami
Sumber: Hasil Identifikasi Data Lapangan dan Instansi serta Hasil Analisa, 2017

4. Wisata Rekreasi dan Minat Khusus


Terdiri dari kegiatan wisata yang memiliki sifat rekreatif dan pemanfaatannya
sangat tergantung oleh wisatawan itu sendiri.

Tabel 10.5
Pengelompokan Wisata Rekreasi dan Minat Khusus
WISATA REKREASI &
No. JENIS DAYA TARIK WISATA
MINAT KHUSUS
I. Kecamatan Alas Barat
1. Putri Balqis Taman Hiburan dan Rekreasi
II. Kecamatan Buer
2. Agro Tamase Kawasan Agrowisata/Resort Terpadu
III. Kecamatan Utan
3. Bendungan Beringin Sila Wisata Buatan Bendungan
4. Labu Pade Taman Hiburan & Rekreasi
IV. Kecamatan Rhee
5. Kuliner Jagung Agro Wisata
V. Kecamatan Labuhan Badas
6. Kencana Taman Hiburan & Rekreasi
7. Goa Wisata Kuliner
8. Saliper Ate Taman Hiburan & Rekreasi
9. Jempol Wisata Kuliner
VI. Kecamatan Unter Iwes
10. Splash Water Park Taman Hiburan & Rekreasi
VII. Kecamatan Batu Lanteh
11. Semongkat Taman Hiburan & Rekreasi

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 11


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

WISATA REKREASI &


No. JENIS DAYA TARIK WISATA
MINAT KHUSUS
VIII. Kecamatan Moyo Hulu
12. Bendungan Batu Bulan Wisata Buatan Bendungan
IX. Kecamatan Moyo Utara
13. Ai Loang Kawasan/Resort Terpadu
X. Kecamatan Lape
14. Ai Bua Wisata Buatan Embung
XI. Kecamatan Lopok
15. Bendungan Mamak Wisata Buatan Bendungan
16. Miyati Taman Hiburan dan Rekreasi
XII. Kecamatan Maronge
17. Bendungan Tiu Kulit Wisata Buatan Bendungan
XIII. Kecamatan Plampang
18. Saliper Ate Taman Hiburan dan Rekreasi
Sumber: Hasil Identifikasi Data Lapangan dan Instansi serta Hasil Analisa, 2017

Dalam pembagian tersebut, terdapat beberapa objek wisata yang masuk ke dalam
beberapa jenis daya tarik wisata sesuai dengan atraksi wisata yang ada di lokasi objek
wisata tersebut. Pengelompokan jenis wisata tersebut dapat dilihat pada tabel dan peta
yang disajikan pada halaman selanjutnya.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 12


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 13


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 14


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 15


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 16


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 17


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Untuk rencana Destinasi Pariwisata Kabupaten (DPK) di Kabupaten Sumbawa akan
terbagi kedalam 8 (delapan) DPK, didasarkan pada pendekatan, sebagai berikut.
1. Melakukan pengelompokan berbagai objek dan daya tarik wisata sesuai dengan
lokasi serta homogenitasnya.
2. Setiap DPK terbentuk oleh kemudahan aksesibilitas dan ketersediaan sarana
penunjang.
3. DPK yang terbentuk merupakan satu wilayah kawasan wisata yang
mengelompok.
Lebih jelas mengenai Rencana Pembagian DPK dapat dilihat pada Tabel 10.6 berikut.

Tabel 10.6
Pembagian Destinasi Pariwisata Kabupaten (DPK) Kab. Sumbawa
DESTINASI PARIWISATA DAYA TARIK JENIS DAYA TARIK
KABUPATEN (DPK) WISATA WISATA
1. Istana Dalam Loka Peninggalan Sejarah
2. Mesjid Jami’ Nurul Wisata Religi
Huda
3. Wisma Daerah (Praja) Peninggalan Sejarah
4. Bala Kuning Peninggalan Sejarah
5. Dalam Pekat Peninggalan Sejarah
6. Penyaring Desa Kerajinan
I
7. Prajak Peninggalan Sejarah
ISTANA DALAM LOKA
8. Poto Desa Wisata
9. Ngeru Desa Kerajinan
10. Kakiang Atraksi Seni Budaya
11. Moyo Atraksi Seni Budaya
12. Maronge Atraksi Seni Budaya
13. Bendungan Tiu Kulit Bendungan Buatan
14. Pulau Dangar Taman Laut

1. Bendungan Batu Bendungan / Danau


Bulan
2. Talwa Desa Kerajinan
II 3. Batu Tering Peninggalan Purbakala
BATU BULAN 4. Liang Petang Gua
5. Ai Renung Peninggalan Purbakala
6. Ai Beling Air Terjun/ Kawasan Hutan
7. Bendungan Mamaq Bendungan/ Danau

1. Batu Gong Pantai


2. Kencana Pantai
3. Goa Pantai/ Wisata Kuliner
III 4. Saliper Ate Pantai/ rekreasi
SEMONGKAT 5. Tanjung Menangis Pantai
6. Empan Pantai
7. Pamulung Desa Wisata
8. Semongkat Kawasan Hutan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 18


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

DESTINASI PARIWISATA DAYA TARIK JENIS DAYA TARIK


KABUPATEN (DPK) WISATA WISATA
9. Waterpark Splash Rekreasi
10. Batu Dulang Perkampungan Tradisional
11. Tepal Desa Wisata

1. Lapade Pantai
2. Pulau Keramat Taman Laut/ Kawasan Laut
IV 3. Agro Tamase Kawasan Hutan
LAB. MAPIN 4. Pulau Kaung Perkampungan Tradisional
5. Pulau Bungin Perkampungan Tradisional
6. Gili Bedil Taman Laut / Kawasan Laut

1. Tanjung Pasir Pantai, Taman Nasional/


Taman laut
2. Ai Manis Pantai, Taman Nasional/
Taman laut
V 3. Raja Sua Pantai, Taman Nasional/
PULAU MOYO Taman laut
4. Takat Sagele Taman laut/ Kawasan Laut
5. Labuhan Aji Pantai, Desa Tradisional
6. Mata Jitu Air Terjun, Taman Nasional
7. Sebotoq Air Terjun, Taman Nasional

1. Labu Bontong Perkampungan Tradisional


2. Brang Bako Pantai
3. Brang Tiram Pantai
4. Labu Jambu Perkampungan Tradisional
5. Tero Pantai
VI 6. Maci Pantai
EMPANG TARANO 7. Sili Pantai
8. Bendungan Gapit Bendungan
9. Gili Lipan Pulau/ Taman Laut
10. Gili Sentigi Pulau/ Taman Laut
11. Telaga Lompa Telaga Alam
12. Pelman Air Terjun

1. Pandan Sari Pantai


VII
2. Lampin Pantai
LUNYUK
3. Batu Pampang Pantai

1. Tanjung Panas Pantai


VIII
2. Leppu Pantai
LABANGKA
3. Liang Dewa Pantai
Sumber: Review Hasil Rencana dari Pengolahan 2013, 2017

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta pembagian Destinasi Pariwisata Kabupaten
(DPK) di halaman selanjutnya.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 19


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R


PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 20
K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 21


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

10.2.1. Rencana Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten (KPPK)


Rencana kawasan pengembangan pariwisata merupakan arahan pembangunan
kawasan pariwisata yang menurut hasil analisis dapat menjadi andalan dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi serta mencapai visi dan misi pengembangan
kepariwisataan daerah.
Kawasan pengembangan pariwisata adalah suatu ruang pariwisata yang mencakup
luasan area tertentu sebagai suatu kawasan dengan komponen kepariwisataannya,
serta memiliki karakter atau tema produk pariwisata tertentu yang dominan dan melekat
kuat sebagai komponen pencitraan kawasan tersebut.

Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Sumbawa dikelompokkan ke dalam 4


(empat) KPP Kabupaten yang tersebar di 9 (sembilan) kecamatan, yaitu:
1. KPPK Gerbang Barat dan sekitarnya, yang meliputi Labuhan Mapin, Gontar, Mapin
Rea, Marente, Pulau Bungin, Pulau Panjang, Pulau Kalong, dan daya tarik wisata
sekitarnya;
2. KPPK Batu Telu dan sekitarnya, yang meliputi Batu Dulang, Batu Rotok, Tepal,
Klungkung, Senawang, dan daya tarik wisata sekitarnya;
3. KPPK Lenangguar-Lantung dan sekitarnya, yang meliputi Teba Murin, Lenang
Indah, Buin Lajendre, dan daya tarik wisata sekitarnya.
4. KPPK Dodo-Rinti dan sekitarnya, yang meliputi Pandan Sari, Lampin, Batu
Pampang, Dodo, Rinti, Lebangkar, Tanjung Panas, Leppu, Liang Dewa, dan daya
tarik wisata sekitarnya.

KPPK Gerbang Barat dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Alas Barat dan Kecamatan
Alas; KPPK Batu Telu dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Batu Lanteh dan Kecamatan
Orong Telu; KPPK Lenangguar-Lantung dan sekitarnya, meliputi Kecamatan
Lenangguar dan Kecamatan Lantung; sedangkan KPPK Dodo-Rinti dan sekitarnya,
meliputi Kecamatan Lunyuk, Kecamatan Ropang dan Kecamatan Labangka.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta pembagian Kawasan Pengembangan
Pariwisata Kabupaten Sumbawa di halaman selanjutnya.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 22


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 23


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

10.2.2. Rencana Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK)
Rencana kawasan strategis pariwisata merupakan arahan pengembangan kawasan
pariwisata yang dianggap strategis untuk menjawab isu-isu strategis pembangunan
wilayah dan atau pembangunan kepariwisataan.
Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata
atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh
penting dalam satu atau lebih aspek seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan
dan keamanan (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pasal
10).

Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Sumbawa dikelompokkan ke dalam 5 (lima)


KSP Kabupaten yang tersebar di 15 (lima belas) kecamatan, yaitu:
1. KSPK Kebete dan sekitarnya, yang meliputi Pulau Keramat, Pulau Bedil, Pulau
Temudong, Labu Pade, Tamase, Pulau Kaung, dan daya tarik wisata sekitarnya;
2. KSPK Dalam Loka-Tanjung Menangis dan sekitarnya, yang meliputi Pamulung,
Istana Bala Kuning, Istana Bala Puti, Istana Dalam Loka, Makam Sampar, Bala Datu
Ranga, Museum Daerah, Batu Gong, Saliper Ate, Tanjung Menangis, Perung, Poto,
Kakiang, Moyo, Ponan, Kuber Belo, Kuber Dea Koasa, Senampar, Penyaring, dan
daya tarik wisata sekitarnya;
3. KSPK Temang Dongan-Ai Renung dan sekitarnya, yang meliputi Situs Ai Renung,
Situs Lutuk Batu Peti, Situs Raboran, Situs Sampar Re, Situs Tarakin, Situs Temang
Dongan, dan daya tarik wisata sekitarnya;
4. KSPK Teluk Saleh-Pulau Moyo dan sekitarnya, yang meliputi Pulau Moyo, Pulau
Dangar Rea, Pulau Dangar Ode, Pulau Liang, Pulau Ngali, Pulau Tapan, Teluk
Santong, Labuhan Bontong, Labuhan Jambu, Pulau Depi, Pulau Rakit, Gili Dewa,
dan daya tarik wisata sekitarnya;
5. KSPK Sili-Maci-Panubu dan sekitarnya, yang meliputi Pantai: Sili, So Athi, Maci,
Panubu, Pulau Raja Kepe, Brang Bako, Brang Tiram, Tero, dan daya tarik wisata
sekitarnya.

KSPK Kebete dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Buer, Kecamatan Utan dan
Kecamatan Rhee (termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya); KSPK Dalam Loka-
Tanjung Menangis dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Labuhan Badas, Kecamatan
Sumbawa, Kecamatan Unter Iwes, Kecamatan Moyohilir dan Kecamatan Moyo Utara;
KSPK Temang Dongan-Ai Renung dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Moyohulu dan
Kecamatan Lopok; KSPK Teluk Saleh-Pulau Moyo dan sekitarnya, meliputi Pulau Moyo,
Kecamatan Moyo Utara, Kecamatan Moyohilir, Kecamatan Lape, Kecamatan Maronge,
Kecamatan Plampang, Kecamatan Empang dan Kecamatan Tarano; sedangkan KSPK
Sili-Maci-Panubu dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Empang dan Kecamatan Tarano
(terutama pesisir selatan).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta pembagian Kawasan Strategis Pariwisata
Kabupaten Sumbawa di halaman selanjutnya.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 24


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 25


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

11.1 PRIORITAS PROGRAM PENGEMBANGAN WISATA

P
rioritas program pengembangan wisata di Kabupaten Sumbawa dibagi
menjadi dua pembahasan, yaitu: prioritas program penanganan dan
prioritas penanganan kawasan. Prioritas program penanganan menyangkut
substansi dari program pengembangan wisata di Kabupaten Sumbawa,
yaitu program-program apa saja yang perlu segera dilakukan. Sedangkan
prioritas penanganan kawasan menyangkut aspek spasial dalam pengembangan wisata
Kabupaten Sumbawa, yaitu DPK-DPK mana saja yang penanganannya perlu
diprioritaskan.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPAR) Bab 11 -1


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

A. Prioritas Program Penanganan


Pengembangan kepariwisataan tidak hanya tergantung pada potensi dari objek dan
daya tarik saja, tetapi menyangkut setiap elemen dari produk wisata. Dari sudut makro,
minat pasar wisatawan bagi Kabupaten Sumbawa sampai saat ini masih sangat
tergantung pada potensi alami dan sejarah, sementara itu pemenuhan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana wisata dirasakan masih kurang terutama dalam
penyediaan modal angkutan yang menuju ke setiap ODTW, selain itu jenis atraksi
wisata yang disuguhkan masih sangat kurang.

Tantangan terbesar yang dirasakan dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten


Sumbawa adalah bagaimana menciptakan ketertarikan pasar dan memadukan unsur-
unsur pembangunan kegiatan wisata terhadap objek wisata yang ada, sehingga
"primadona" kepariwisataan Kabupaten Sumbawa tertumpu pada setiap sektor wisata.
Hal tersebut perlu dilakukan mengingat potensi wisata di Kabupaten Sumbawa yang
cukup besar dan beragam jenisnya.

Berdasar pada uraian diatas, prioritas penanganan dalam pengembangan pariwisata di


Kabupaten Sumbawa adalah lebih pada pengoptimalan sarana dan prasarana wisata
yang ada. Prioritas pertama yang perlu segera dilakukan adalah berupa pembangunan
dan peningkatan sarana dan prasarana wisata. Selain itu juga pengembangan sistem
promosi yang mendukung rencana pengembangan wisata Kabupaten Sumbawa.
Secara skematis, prioritas program pengembangan wisata di Kabupaten Sumbawa
dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

Gambar 11.1
Prioritas Penanganan Program Pengembangan Wisata

B. Prioritas Penanganan Kawasan


Prioritas pertama dalam penanganan kawasan ditujukan bagi kawasan yang secara fisik
maupun ekonomi mempunyai potensi yang cukup tinggi, tetapi mempunyai kendala
dalam pengembangannya. Prioritas berikutnya ditujukan bagi kawasan yang secara fisik

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPAR) Bab 11 -2


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

maupun ekonomi mempunyai potensi yang cukup tinggi dan relatif tidak terlalu
mempunyai kendala dalam pengembangannya. Prioritas terakhir diberikan bagi
kawasan yang secara fisik maupun ekonomi tidak berpotensi, dan kendala yang
dihadapi dalam pengembangannya pun cukup tinggi.

POTENSI KENDALA

PRIORITAS PERTAMA Tinggi Ada

PRIORITAS KEDUA Tinggi Relatif Tidak Ada

PRIORITAS KETIGA Rendah Tinggi

Gambar 11.2
Prioritas Penanganan Program Pengembangan Kawasan

Berdasarkan sistematika diatas serta kondisi eksisting yang ada, maka kawasan yang
menempati prioritas tertinggi dalam pengembangannya adalah terletak pada DPK
Lunyuk dan DPK Empang Tarano. Relevansi penanganan kawasan yang diprioritaskan,
terletak pada penciptaan kawasan wisata Kabupaten Sumbawa yang dapat menjadi
"Primadona" bagi wisatawan regional maupun internasional yang pada akhirnya mampu
menjadi pemacu bagi pertumbuhan kawasan lainnya.

Prioritas berikutnya diberikan pada objek dan daya tarik wisata yang pengembangannya
sudah berlangsung dan relatif tidak mempunyai kendala. Objek dan daya tarik wisata
yang termasuk dalam prioritas ini terletak pada DPK Labuan Mapin dan DPK Batu
Bulan. Untuk objek dan daya tarik wisata yang terletak pada DPK selain di atas, prioritas
penanganannya adalah prioritas ketiga, yaitu DPK Semongkat, DPK Istana Dalam Loka
dan DPK Pulau Moyo.

11.2 INDIKASI PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN


Program dan kegiatan pengembangan pariwisata Kabupaten Sumbawa secara rinci
dapat dilihat pada Tabel 11.1. Kegiatan-kegiatan dalam satu program merupakan satu
kesatuan yang saling mendukung.
Setiap kegiatan dilaksanakan oleh institusi terkait yang berwenang. Institusi tersebut
merupakan institusi penerintah, swasta, dan atau lembaga swadaya masyarakat.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPAR) Bab 11 -3


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

TABEL 11.1
INDIKASI PROGRAM DAN KEGIATAN
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2018-2027
PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS
Program Pembangunan 1. Penyusunan Rencana Induk dan Tersedianya Rencana Induk dan Perangkat Daerah bidang Pariwisata
Destinasi Pariwisata Rencana Detail Pembangunan Rencana Detail Pembangunan KSPK
Kawasan Pariwisata dan KPPK
2. Penyusunan regulasi tata bangunan Tersedianya regulasi tata bangunan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
dan tata lingkungan pembangunan dan tata lingkungan KSPK dan KPPK 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
kawasan pariwisata Umum dan Penataan Ruang;
3. Perangkat Daerah bidang Perumahan
dan Kawasan Permukiman
3. Pembuatan standarisasi fasilitas Terbentuknya standarisasi fasilitas 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
umum dan fasilitas pariwisata umum dan fasilitas pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
4. Pembuatan aturan untuk Terbentuknya aturan untuk 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pengembangan fasilitas umum dan pengembangan fasilitas umum dan 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
fasilitas pariwisata menggunakan fasilitas pariwisata Umum dan Penataan Ruang
kekayaan dan mempertimbangan
nilai-nilai lokal
5. Pengembangan pariwisata berbasis Tersusunnya revitalisasi paket 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
kegiatan budaya (cultural events) cultural event tourism 2. Perangkat Daerah bidang
Kebudayaan
6. Pengembangan pariwisata berbasis Tersusunnya revitalisasi paket 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
peninggalan sejarah dan budaya heritage tourism 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
(heritage tourism) Umum dan Penataan Ruang
7. Pembinaan dan penataan kawasan Terbinanya dan tertatanya kawasan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
wisata dan komunitas masyarakat wisata dan komunitas masyarakat 2. Perangkat Daerah bidang
yang mencerminkan prinsip-prinsip yang mencerminkan prinsip-prinsip Kebudayaan
sadar wisata/sapta pesona sadar wisata/sapta pesona
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)
K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 4
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


8. Pembinaan dan pelatihan pengelola Terlaksananya pelatihan pengelola 1. Perangkat Daerah bidang
show room, rumah produk, dan show room, rumah produk dan lain- Perindustrian;
pengelola usaha kecil lain 2. Perangkat Daerah bidang
Perdagangan
9. Pembenahan landscape di destinasi Terlaksananya pembenahan obyek 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pariwisata wisata setiap tahun 2. Perangkat Daerah bidang
Kebudayaan;
3. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
10. Pengembangan hutan wisata Tertanamnya pohon-pohon langka 1. Perangkat Daerah bidang Kehutanan;
(ditanami tanaman langka) di destinasi di destinasi pariwisata daerah 2. Perangkat Daerah bidang Lingkungan
pariwisata daerah Hidup
11. Penanaman pohon di kawasan Ternanamnya pohon di kawasan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
destinasi pariwisata untuk mendukung destinasi pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang Lingkungan
pembangunan pariwisata berwawasan Hidup;
lingkungan 3. Perangkat Daerah bidang Kehutanan
12. Pembangunan/peningkatan jalur Terbangunannya jalur transportasi Perangkat Daerah bidang Perhubungan
transportasi perintis perintis
13. Pengembangan fasilitas penunjuk Terbangunnnya signage menuju Perangkat Daerah bidang Perhubungan
jalan (signage) menuju objek dan daya destinasi pariwisata daerah
tarik wisata di destinasi pariwisata
daerah
14. Peningkatan kualitas jalan (akses) Terpeliharanya jalan menuju Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
menuju destinasi pariwisata daerah destinasi pariwisata daerah Umum dan Penataan Ruang
15. Pembangunan jalan menuju daya tarik Terbangunannya jalan menuju daya Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
wisata di destinasi pariwisata daerah tarik wisata Umum dan Penataan Ruang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 5
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


16. Pembangunan gerbang obyek wisata Terbangunnya gerbang obyek wisata 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
dalam kawasan wisata 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
17. Peningkatan kualitas jalan (akses) Terpeliharanya jalan menuju Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
menuju destinasi pariwisata daerah destinasi pariwisata daerah Umum dan Penataan Ruang
18. Revitalisasi terminal sebagai Terevitalisasinya terminal Perangkat Daerah bidang Perhubungan
hubungan yang menghubungkan antar
obyek-obyek wisata
19. Pengadaan sarana transportasi berupa Tersedianya bus-bus kecil untuk 1. Perangkat Daerah bidang
bus-bus kecil untuk menuju ke obyek- menuju obyek wisata Perhubungan;
obyek wisata 2. Swasta
20. Pengaturan jadwal sarana moda Terdapatnya pengaturan moda Perangkat Daerah bidang Perhubungan
transportasi transportasi yang terjadwal
21. Pengaturan rute sarana moda Terdapatnya pengaturan rute Perangkat Daerah bidang Perhubungan
transportasi transportasi yang terjadwal
22. Pengembangan kemudahan Kemudahan perjalanan wisatawan Perangkat Daerah bidang Perhubungan
perjalanan wisata bagi masyarakat dari satu obyek wisata ke obyek
wisata yang lain
23. Peningkatan kuantitas dan kualitas Moda transportasi umum yang 1. Perangkat Daerah bidang
moda transportasi menuju destinasi berkualitas dan mencukupi menuju Perhubungan;
pariwisata daerah obyek wisata 2. Swasta
24. Pengontrolan kualitas moda Terdapatnya pengawasan terhadap Perangkat Daerah bidang Perhubungan
transportasi wisata kualitas moda transportasi wisata
secara rutin

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 6
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


25. Pendampingan teknis pembangunan Tertatanya kios cenderamata di 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
dan penataan kios-kios cenderamata destinasi pariwisata daerah 2. Perangkat Daerah bidang
di destinasi pariwisata daerah Perdagangan;
3. Perangkat Daerah bidang Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman
26. Pembangunan sarana interpretasi Terbangunnya sarana interpretasi di Perangkat Daerah bidang Pariwisata
pariwisata di daya tarik wisata destinasi pariwisata
27. Pembangunan papan interpretasi Terbangunnya papan interpretasi di Perangkat Daerah bidang Pariwisata
(interpretation board) di daya tarik destinasi pariwisata
wisata
28. Peningkatan kualitas fisik Tourist Terdapat Tourist Information Center Perangkat Daerah bidang Pariwisata
Information Center (TIC) di destinasi (TIC) yang memadai
pariwisata daerah
29. Pengembangan kualitas sarana Tersedianya sarana pariwisata yang 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pariwisata milik pemerintah daerah berkualitas di destinasi pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
daerah Umum dan Penataan Ruang
30. Pengelolaan sarana pariwisata milik Terkelolanya sarana pariwisata yang Perangkat Daerah bidang Pariwisata
pemerintah daerah berkualitas di destinasi pariwisata
daerah
31. Penyusunan multiplier effect Tersusunnya analisis multiplier Perangkat Daerah bidang Pariwisata
pengembangan pariwisata effect pengembangan pariwisata
32. Pengembangan sarana prasarana Berkembangnya sarana prasarana Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
pendukung/infrastruktur bagi pendukung/infrastruktur bagi Umum dan Penataan Ruang
kemudahan akses terhadap produk kemudahan akses terhadap produk
dan usaha ekonomi yang dan usaha ekonomi yang
dikembangkan masyarakat lokal dikembangkan masyarakat lokal

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 7
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


33. Pembangunan Tourist Information Terbangunnya Pembangunan Perangkat Daerah bidang Pariwisata
Center (TIC) di daya tarik wisata Tourist Information Center (TIC) di
destinasi pariwisata
34. Pengembangan public place yang Terbangunnya public place di 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
sekaligus berfungsi sebagai tempat destinasi pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang Perumahan
atraksi seni dari grup-grup kesenian Rakyat dan Kawasan Permukiman
daerah
35. Pembangunan tempat bersantai di Terbangunnya tempat bersantai di Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
daya tarik wisata di destinasi destinasi pariwisata Umum dan Penataan Ruang
pariwisata
36. Fasilitasi peningkatan kualitas Terbangunnya lingkungan homestay 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
lingkungan homestay sesuai tipologi & yang sehat di destinasi pariwisata 2. Swasta
kriteria lingkungan sehat & nyaman
37. Peningkatan kualitas sarana dan Tersedianya sarana dan prasarana 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
prasarana akomodasi dengan nuansa akomodasi yang berkualitas dan 2. Swasta
alam bernuansa alam
38. Pengembangan kualitas layanan Revitalisasi homestay di destinasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
homestay di destinasi pariwisata pariwisata daerah 2. Swasta
daerah
39. Pendampingan dan pembinaan Terlaksananya pembinaan pengrajin 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pengrajin di sentra-sentra kerajinan untuk mendukung pengembangan 2. Perangkat Daerah bidang koperasi
untuk mendukung pengembangan wisata kerajinan dan UMKM
wisata kerajinan (craft tourism)
40. Pembangunan fasilitas umum dan Adanya fasilitas umum dan fasilitas 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
fasilitas pariwisata yang aksesibel bagi pariwisata yang aksesibel bagi 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
semua (difable) semua (difable) Umum dan Penataan Ruang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 8
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


41. Pembangunan jalan setapak pada Terbangunnya jalan setapak pada 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
obyek wisata untuk mengarahkan rute obyek wisata 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
sight seeing dari wisatawan Umum dan Penataan Ruang
42. Pemetaan potensi dan kebutuhan Terpetakannya potensi dan Perangkat Daerah bidang Pariwisata
masyarakat lokal dalam pembangunan kebutuhan masyarakat lokal dalam
kepariwisataan pembangunan kepariwisataan
43. Penyuluhan sadar wisata untuk Terselenggaranya penyuluhan sadar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
masyarakat penyedia jasa transportasi wisata terhadap masyarakat 2. Perangkat Daerah bidang
lokal (Ojek, taksi, dan lain-lain) penyedia transportasi lokal Perhubungan
44. Peningkatan profesionalisme para Tersertifikasinya pemandu wisata 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pemandu wisata melalui peningkatan setiap tahun 2. Himpunan Pariwisata Indonesia;
pengetahuan dan keterampilan terkait 3. Badan Nasional Sertifikasi Profesi
45. Peningkatan pemahaman masyarakat Meningkatnya pemahaman 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
tentang pengarusutamaan gender masyarakat tentang 2. Tim Penggerak Kelompok
dalam pembangunan kepariwisataan pengarusutamaan gender dalam Pemberdayaan Kesejahteraan
pembangunan kepariwisataan Keluarga;
3. Perangkat Daerah bidang
Pemberdayaan Perempuan
46. Pembuatan media campaign tentang Adanya media campaign tentang 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
sadar wisata yang terjadwal dan sadar wisata yang terjadwal dan 2. Media massa;
terencana dengan baik terencana dengan baik 3. Badan Promosi Pariwisata Daerah
47. Pemberdayaan potensi dan kapasitas Pemberdayaan potensi dan Perangkat Daerah bidang Pariwisata
masyarakat dalam pembangunan kapasitas masyarakat dalam
destinasi kepariwisataan pembangunan destinasi
kepariwisataan
48. Pengembangan dan pembinaan Terselenggaranya pelatihan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
kelompok kesenian rakyat tradisional peningkatan keterampilan kelompok 2. Perguruan Tinggi bidang seni
(seni pertunjukan) di destinasi seni pertunjukan
pariwisata daerah
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)
K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 9
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


49. Optimalisasi pelaksanaan investasi Optimalnya pelaksanaan investasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
sektor publik pendukung pariwisata sektor publik pendukung pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang
Perencanaan Pembangunan
50. Pembentukan Kelompok Kerja Terbentuknya Kelompok Kerja 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Investasi Pariwisata di daerah Investasi Pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang
Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
51. Peningkatan unit kerja yang berfungsi Meningkatnya kinerja unit kerja 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
menggerakan bidang investasi yang berfungsi menggerakkan 2. Perangkat Daerah bidang
bidang investasi Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
52. Perlunya penyusunan Profil Investasi Tersusunnya Profil Investasi Bidang 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Bidang Pariwisata Pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang
Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
53. Perlunya penyusunan Buku Petunjuk Tersusunnya Buku Petunjuk dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
dan Daftar Peluang Investasi Usaha Daftar Peluang Investasi Usaha 2. Perangkat Daerah bidang
Pariwisata Daerah Pariwisata Daerah Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
54. Pengoptimalan Perangkat Daerah Optimalnya Perangkat Daerah 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
bidang Pariwisata dalam bidang Pariwisata dalam 2. Perangkat Daerah bidang
mempromosikan peluang usaha mempromosikan peluang usaha Pemerintahan Umum;
kepariwisataan di destinasi masing- kepariwisataan di destinasi masing- 3. Perangkat Daerah bidang
masing masing Kepegawaian
Program Pembangunan 1. Pemanfaatan produk baru dan produk Termanfaatkannya produk baru dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Pemasaran Pariwisata yang dibaharukan dalam kegiatan produk yang dibaharukan dalam 2. Asosiasi Travel dan Agen Indonesia
promosi pariwisata sesuai target pasar kegiatan promosi sesuai target pasar (ASITA)

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 10
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


2. Pembuatan Program Pemasaran Terlaksananya Program Pemasaran 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
business to business business to business 2. Industri kepariwisataan
3. Pemanfaatan sarana media sosial Adanya pemasaran wisata minat 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
seperti Facebook, Twitter, Instagram, khusus melalui sarana media sosial 2. Perangkat Daerah bidang Komunikasi
dan lain-lain, untuk memasarkan seperti Facebook, Twitter, dan Informatika
wisata minat khusus sebagai wisata Instagram, dan lain-lain
grup atau kelompok
4. Penggunaan media promosi bagi Digunakannya media promosi bagi Perangkat Daerah bidang Pariwisata
pembukaan akses pasar terhadap pembukaan akses pasar terhadap
produk dan usaha ekonomi yang produk dan usaha ekonomi yang
dikembangkan masyarakat lokal dikembangkan masyarakat lokal
5. Peningkatan kualitas teknologi (cetak Tersusunnya leaflet dan website Perangkat Daerah bidang Pariwisata
dan elektronik) promosi pariwiata di pariwisata
Tourist Information Center (TIC)
6. Pengembangan sistem promosi Dibuatnya suatu sistem informasi Perangkat Daerah bidang Penanaman
investasi yang terintegrasi antar yang terintegrasi antar sektor Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
sektor Pintu
7. Pembaharuan basis data dan Tersedianya basis data dan Perangkat Daerah bidang Pariwisata
informasi produk wisata di destinasi- informasi produk wisata di
destinasi pariwisata yang updated, destinasidestinasi pariwisata yang
terintegrasi, dan antisipatif terhadap updated, terintegrasi, dan antisipatif
akses pasar yang semakin kritis/ smart terhadap akses pasar yang semakin
untuk pengaturan perjalanan kritis/ smart untuk pengaturan
perjalanan
8. Identifikasi produk wisata minat Teridentifikasinya obyek-obyek 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
khusus wisata yang bisa dikembangkan ke 2. Asosiasi Travel dan Agen Indonesia
arah minat khusus (ASITA)

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 11
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


9. Pengembangan atraksi serta kegiatan Berkembangnya atraksi serta 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
wisata minat khusus kegiatan wisata minat khusus 2. Asosiasi Travel dan Agen Indonesia
(ASITA)
10. Pembuatan program promosi yang Adanya program promosi yang 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
memprioritaskan pengembangan memprioritaskan pengembangan 2. Asosiasi Travel dan Agen Indonesia
produk mendasarkan pada produk mendasarkan pada (ASITA);
pertimbangan daya tarik/minat pasar pertimbangan daya tarik/minat 3. Persatuan Hotel dan Restoran
(market attractiveness) dan kekuatan pasar (market attractiveness) dan Indonesia (PHRI);
kompetisi (competitive strenghts) kekuatan kompetisi (competitive 4. Badan Promosi Pariwisata Daerah
untuk menarik pasar strenghts) untuk menarik target
pasar yang dituju
11. Penguatan promosi wisata minat Adanya website khusus untuk wisata 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
khusus dengan membuat website- minat khusus 2. Perangkat Daerah bidang Komunikasi
website dan Informatika
12. Pembuatan program public relation Adanya program public relation (PR) 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
(PR) yang kreatif dan sesuai dengan yang kreatif dan sesuai dengan 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah
peningkatan brand image peningkatan brand image
13. Memperluas cakupan promosi ke Cakupan promosi yang mencapai Perangkat Daerah bidang Pariwisata
tataran nasional dan internasional tataran nasional dan internasional
dengan menggunakan sarana
internet
14. Pembuatan program pemasaran yang Adanya program-program 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
komprehensif yang bermuara pada pemasaran yang komprehensif yang 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah
peningkatan brand image positif dari bermuara pada peningkatan brand
destinasi pariwisata daerah image positif dari destinasi
pariwisata daerah
15. Penyelenggaraan Gelar Seni Budaya Terlaksananya Gelar Seni Budaya Perangkat Daerah bidang Pariwisata
Tingkat Nasional Nasional tiap tahun

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 12
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


16. Penyelenggaraan event pariwisata Terselenggaranya event pariwisata Perangkat Daerah bidang Pariwisata
yang berskala nasional maupun yang berskala nasional maupun
internasional seperti parade seni, internasional
upacara adat, dan festival seni
pertunjukan tradisional
17. Pembuatan brand image destinasi Adanya brand image destinasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pariwisata daerah pariwisata daerah 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah
18. Pembenahan dan pengembangan Adanya strategi pengembangan Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
produk yang mendukung strategi produk yang mendukung strategi
pencitraan/ branding pencitraan/ branding
19. Partisipasi dalam setiap event Partisipasi dalam setiap event-event Perangkat Daerah bidang Pariwisata
pariwisata maupun pentas seni dan pariwisata maupun pentas seni dan
kebudayaan skala nasional maupun kebudayaan nasional maupun
internasional internasional
20. Pembaharuan materi promosi Terbaharuinya materi promosi Perangkat Daerah bidang Pariwisata
pariwisata di tourism website pariwisata di tourism website
21. Pelibatan hotel dan tour agency untuk Terlibatnya hotel dan tour agency 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pengembangan paket-paket dan pola untuk pengembangan paket-paket 2. Asosiasi Travel dan Agen Indonesia
kunjungan yang kreatif dan terfokus dan pola kunjungan yang kreatif dan (ASITA);
pada target pasar dan minat terhadap terfokus pada target pasar dan 3. Persatuan Hotel dan Restoran
produk minat terhadap produk Indonesia (PHRI)
22. Perlibatan lembaga swadaya Terlibatnya lembaga swadaya 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
masyarakat lingkungan dalam masyarakat lingkungan dalam 2. Lembaga Swadaya Masyarakat
perencanaan promosi produk perencanaan promosi produk
pariwisata pariwisata
23. Pembuatan program pemasaran yang Adanya program promosi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
melibatkan masyarakat dalam proses pemasaran yang melibatkan 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah
perencanaannya masyarakat dalam proses
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)
K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 13
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


perencanaannya
24. Pengoptimalan kemitraan pemerintah Adanya kemitraan antara 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
dan swasta dalam pemasaran dan pemerintah dengan swasta untuk 2. Industri kepariwisataan
promosi promosi
25. Pelaksanaan kerjasama dengan Terciptanya jejaring dunia maya 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
website-website lain untuk saling yang semakin luas 2. Perangkat Daerah bidang Komunikasi
bertukar link dan Informatika;
3. Badan Promosi Pariwisata Daerah
26. Peningkatan sinergi promosi dengan Terjadinya sinergi promosi dengan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
sektor-sektor lain sektor-sektor lain 2. Perangkat Daerah bidang
Perencanaan Pembangunan;
3. Badan Promosi Pariwisata Daerah
27. Pengidentifikasian dan pemanfaatan Teridentifikasinya komunitas- Perangkat Daerah bidang Pariwisata
komunitas-komunitas masyarakat komunitas masyarakat untuk
untuk memasarkan produk pariwisata memasarkan produk pariwisata
28. Pembuatan aturan-aturan dalam Adanya aturan yang jelas dalam Perangkat Daerah bidang Pariwisata
penentuan pola insentif terhadap penentuan pola insentif terhadap
semua upaya promosi dari para semua upaya promosi dari para
stakeholders yang mendasarkan pada stakeholders yang mendasarkan
konsep responsible tourism pada konsep responsible tourism
29. Perencanaan strategi promosi yang Terencananya strategi promosi yang 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
mempertimbangkan jalur-jalur mempertimbangkan jalur-jalur 2. Asosiasi Travel dan Agen Indonesia
distribusi pemasaran distribusi pemasaran (ASITA);
3. Persatuan Hotel dan Restoran
Indonesia (PHRI)
30. Penyusunan database seluruh asosiasi Tersusunnya database seluruh 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pariwisata di daerah asosiasi pariwisata di daerah 2. Badan Pusat Statistik
31. Pelatihan staf untuk membuat Staf mampu melakukan pemasaran Perangkat Daerah bidang Pariwisata
program pemasaran lewat melalui website/internet
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)
K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 14
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


website/internet
32. Pengadaan staf khusus yang Adanya staf khusus yang Perangkat Daerah bidang Pariwisata
bertanggungjawab terhadap update bertanggungjawab terhadap website
dan reply atas permintaan informasi
dari wisatawan lewat website
33. Pengoptimalan program-program Optimalnya efektifitas jalur-jalur 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
promosi pariwisata ke arah destinasi distribusi pemasaran di sepanjang 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah
pariwisata strategis koridor wisata strategis wisatawan
nusantara
34. Pembentukan dan optimalisasi forum Terjadinya sinergi program promosi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
promosi pariwisata antar mata rantai stakeholder pada 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah;
lingkup destinasi-destinasi 3. Industri Kepariwisataan
pariwisata
35. Pelibatan Badan Promosi Pariwisata Terlibatnya Badan Promosi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Daerah dalam event promosi Pariwisata Daerah dalam event 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah
pariwisata promosi pariwisata
36. Promosi integrasi antar pelaku usaha Terintegrasinya promosi antar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
untuk menggerakkan kunjungan pelaku usaha untuk menggerakkan 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah;
wisatawan antar obyek wisata kunjungan wisatawan antar obyek 3. Pelaku usaha pariwisata
wisata
37. Pembuatan booklet pariwisata daerah Tersusunnya booklet pariwisata Perangkat Daerah bidang Pariwisata
daerah
38. Pengoptimalan efektifitas jalur-jalur Optimalnya jalur-jalur distribusi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
distribusi pemasaran di sepanjang pemasaran di sepanjang koridor 2. Pelaku usaha pariwisata
koridor wisata strategis wisatawan wisata strategis wisatawan
nusantara nusantara
Program Pembangunan 1. Pelatihan pengelolaan usaha Terwujudnya usaha pariwisata yang 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Industri Pariwisata pariwisata yang berdaya saing berdaya saing 2. Pelaku usaha pariwisata
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)
K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 15
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


2. Pengembangan restoran/tempat Terbangunnya restoran/tempat 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
makan untuk menjual makanan makan 2. Perangkat Daerah bidang
(culinary tourism) Perdagangan;
3. Swasta
3. Peningkatan kapasitas pengelolaan Meningkatnya kapasitas Perangkat Daerah bidang Pariwisata
usaha wisata yang dikembangkan pengelolaan usaha wisata yang
masyarakat lokal sekitar destinasi dikembangkan masyarakat lokal
pariwisata daerah sekitar destinasi pariwisata daerah
4. Pengembangan produk dan layanan Adanya produk dan layanan usaha 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
usaha ekonomi yang dikembangkan ekonomi yang dikembangkan 2. Perangkat Daerah bidang
masyarakat lokal di sekitar destinasi masyarakat lokal di sekitar destinasi Perindustrian
pariwisata pariwisata
5. Pembuatan media informasi Tersedianya media indormasi Perangkat Daerah bidang Pariwisata
kepariwisataan di pintu kedatangan kepariwisataan di pintu kedatangan
wisatawan wisatawan
6. Penetapan asuransi bagi wisatawan di Ditetapkannya pemberian asuransi Perangkat Daerah bidang Pariwisata
lingkungan daya tarik wisata bagi wisatawan
7. Pembuatan online business Tersedianya online business 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
transaction transaction 2. Pelaku usaha pariwisata
8. Peningkatan peran akses lebih besar Meningkatnya peran dan akses lebih 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
bagi perempuan dalam besar bagi perempuan dalam 2. Tim PKK;
pengembangan usaha kepariwisataan pengembangan usaha 3. Perangkat Daerah bidang
kepariwisataan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak
9. Pengembangan dan pembinaan Terlaksananya kegiatan pelatihan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
kompetensi kewirausahaan kewirausahaan di bidang pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang
masyarakat di sektor-sektor usaha Perindustrian;
pariwisata 3. Perguruan Tinggi

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 16
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


10. Pelatihan sertifikasi nasional bagi Terbukanya wacana pelaku usaha 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
usaha pariwisata pariwisata mengenai pentingnya 2. Badan Nasional Sertifikasi Profesi;
sertifikasi nasional bagi usaha 3. Pelaku usaha pariwisata
pariwisata
11. Pelaksanaan ujian sertifikasi usaha Terwujudnya usaha pariwisata yang 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pariwisata memiliki sertifikasi nasional 2. Badan Nasional Sertifikasi Profesi;
3. Pelaku usaha pariwisata
12. Sertifikasi usaha jasa pariwisata Tersertifikasinya semua usaha jasa 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pariwisata 2. Lembaga Sertifikasi Kepariwisataan
13. Penyusunan kebijakan tax holiday Tersusunnya kebijakan tax holiday 1. Pemerintah Daerah;
sebagai insentif untuk usaha baru sebagai insentif untuk usaha baru 2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
pariwisata pariwisata
14. Penganugerahan tourism award bagi Terapresiasinya usaha pariwisata 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
usaha pariwisata yang menggunakan yang menggunakan dan 2. Pelaku Usaha Pariwisata
dan mengembangkan produk lokal mengembangkan produk lokal dan
dan produk usaha mikro, kecil dan produk usaha mikro, kecil dan
menengah menengah
15. Pemasaran kepariwisataan bersama Terbangunnya kebersamaan dalam 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
antara pelaku wisata memasarkan kepariwisataan se- 2. Pelaku Usaha Pariwisata
Kabupaten Sumbawa
16. Penyusunan skema kerjasama antara Tersusunnya skema kerjasama 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pemerintah daerah dan industri antara pemerintah daerah dan 2. Pelaku Usaha Pariwisata
pariwisata dalam keadaan darurat industri pariwisata dalam keadaan
darurat misalnya bencana alam
17. Penyusunan skema kerjasama antara Tersusunnya skema kerjasama 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pemerintah daerah dan industri antara pemerintah daerah dan 2. Pelaku Usaha Pariwisata
pariwisata dalam upaya perintisan industri pariwisata dalam upaya
pengembangan pariwisata perintisan pengembangan
pariwisata
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)
K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 17
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


18. Fasilitasi penyusunan pola kerjasama Tersusunnya skema kerjasama antar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
antar usaha pariwisata dalam usaha pariwisata dalam membuat 2. Asosiasi Travel dan Agen Indonesia
membuat paket dan menjual produk paket dan menjual produk wisata (ASITA);
wisata 3. Pelaku usaha pariwisata
19. Pembentukan Gabungan Industri Terbentuknya Gabungan Industi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Pariwisata Pariwisata 2. Pelaku usaha pariwisata
20. Fasilitasi promosi bagi paket-paket Terfasilitasinya promosi bagi paket- 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
produk wisata yang dibuat oleh paket produk wisata yang dibuat 2. Pelaku usaha pariwisata
kalangan usaha pariwisata oleh kalangan usaha pariwisata
21. Penyusunan pola-pola rintisan dalam Tersusunnya pola-pola rintisan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
keadaan darurat dalam keadaan darurat 2. Stakeholder kepariwisataan daerah
22. Penyiapan insentif dan kemudahan Adanya insentif dan kemudahan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
bagi pengembangan usaha ekonomi bagi pengembangan usaha ekonomi 2. Perangkat Daerah bidang
yang dikembangkan masyarakat lokal yang dikembangkan masyarakat Perdagangan;
terkait dengan pariwisata daerah lokal terkait dengan pariwisata 3. Perangkat Daerah bidang
daerah Perindustrian
23. Fasilitasi forum temu pengusaha Terfasilitasinya temu pengusaha 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
usaha mikro, kecil dan menengah usaha mikro, kecil dan menengah 2. Perangkat Daerah bidang Koperasi
terkait dengan pariwisata daerah terkait dengan pariwisata daerah dan UMKM;
dengan perbankan dengan perbankan 3. Perbankan
24. Proteksi terhadap eksistensi dan Adanya perlindungan terhadap 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
kelangsungan usaha mikro, kecil dan eksistensi dan kelangsungan usaha 2. Perangkat Daerah bidang Koperasi
menengah di sekitar destinasi mikro, kecil dan menengah di sekitar dan UMKM
pariwisata daerah destinasi pariwisata
25. Pelatihan kewirausahaan pada sektor Terlaksananya pelatihan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
unit usaha mikro, kecil dan menengah kewirausahaan pada sektor unit 2. Perangkat Daerah bidang
terkait dengan jasa pariwisata daerah usaha mikro, kecil dan menengah Perindustrian;
terkait dengan jasa pariwisata 3. Perangkat Daerah bidang Koperasi
daerah dan UMKM
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)
K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 18
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


26. Pelatihan peningkatan hospitality para Terlaksananya pelatihan hospitality 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pelaku bisnis pariwisata daerah bisnis pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang Koperasi
dan UMKM
27. Pengembangan koperasi pariwisata di Terbentuknya koperasi pariwisata di 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
sekitar destinasi pariwisata daerah destinasi pariwisata daerah 2. Perangkat Daerah bidang Koperasi
dan UMKM
28. Penyusunan standar keamanan untuk Tersusunnya panduan standar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
setiap usaha pariwisata keamanan untuk setiap usaha 2. Pelaku usaha pariwisata
pariwisata
29. Penilaian penerapan standar Dievaluasinya penerapan standar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
keamanan untuk setiap usaha keamanan usaha pariwisata 2. Pelaku usaha pariwisata
pariwisata
30. Penyusunan pedoman mengenai Tersusunnya pedoman mengenai Perangkat Daerah bidang Pariwisata
kewajiban usaha pariwisata dalam kewajiban usaha pariwisata dalam
melestarikan sumber daya budaya melestarikan sumber daya budaya
31. Pemberian insentif dan kemudahan Diberikannya insentif dan Perangkat Daerah bidangPenanaman
perijinan bagi usaha pariwisata kemudahan perijinan bagi usaha Modal danPelayanan Terpadu Satu
pariwisata Pintu
32. Operasi penerapan standar dan Terwujudnya penerapan standar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pedoman pengelolaan lingkungan pengelolaan lingkungan hidup dalam 2. Perangkat Daerah bidang Lingkungan
hidup dalam penyelenggaraan usaha penyelenggaraan usaha pariwisata Hidup
pariwisata dan pemberian sanksinya
33. Penyusunan kebijakan dan regulasi Terciptanya kebijakan dan regulasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
penggunaan sumber daya lokal dalam penggunaan sumber daya lokal 2. Pelaku usaha pariwisata
menyelenggarakan usaha pariwisata dalam menyelenggaran usaha
pariwisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 19
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


34. Operasi penerapan standar keamanan Terwujudnya penerapan standar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
usaha pariwisata dan pemberian keamanan usaha pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang
sanksi bagi usaha pariwisata yang Ketenteraman dan Ketertiban Umum
tidak mematuhi standar keamanan
35. Penyusunan standar dan pedoman Tersusunnya standar dan pedoman 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pengelolaan lingkungan hidup dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam 2. Perangkat Daerah bidang Lingkungan
penyelenggaraan usaha pariwisata penyelenggaraan usaha pariwisata Hidup
36. Pembuatan kegiatan pilot project Terlaksananya kegiatan pilot project 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) 2. Pelaku usaha pariwisata
untuk pengembangan kepariwisataan untuk pengembangan
kepariwisataan
37. Penyusunan sistem koordinasi dan Tersusunnya sistem koordinasi dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
program yang integratif dalam program yang integratif dalam 2. Pelaku usaha pariwisata
menyalurkan dana Corporate Social menyalurkan dana Corporate Social
Responsibility (CSR) dari usaha-usaha Responsibility (CSR) dari usaha-
pariwisata usaha pariwisata
38. Sosialisasi Corporate Social Tersosialisasinya CSR bagi usaha 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Responsibility (CSR) bagi usaha pariwisata 2. Pelaku usaha pariwisata
pariwisata
Program Pembangunan 1. Penyusunan perencanaan sumber Tersusunnya perencanaan sumber 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Kelembagaan Kepariwisataan daya manusia pariwisata di lingkungan daya manusia pariwisata di 2. Perangkat Daerah bidang
pemerintah daerah lingkungan pemerintah daerah Kepegawaian serta Pendidikan dan
Latihan
2. Technical Assistance bagi industri Terdampinginya industri pariwisata Perangkat Daerah bidang Pariwisata
pariwisata (homestay, hotel, restoran, dalam mengembangkan usahanya
UMKM dan lain-lain)

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 20
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


3. Sosialisasi Standard Operating Terlaksananya kegiatan sosialisasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Procedure (SOP) usaha perhotelan di Standard Operating Procedure (SOP) 2. Persatuan Hotel dan Restoran
destinasi pariwisata usaha perhotelan di destinasi Indonesia (PHRI)
pariwisata
4. Sosialisasi Standard Operating Terlaksananya sosialisasi Standard 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Procedure (SOP) usaha rumah Operating Procedure (SOP) usaha 2. Persatuan Hotel dan Restoran
makan/restoran di destinasi rumah makan/restoran di destinasi Indonesia (PHRI)
pariwisata pariwisata
5. Pelatihan pengembangan pariwisata Terbina dan terlatihnya masyarakat 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
bagi masyarakat pegiat pariwisata pegiat pariwisata 2. Perguruan Tinggi
6. Pembentukan forum komunikasi Terbentuknya forum komunikasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
masyarakat yang peduli terhadap masyarakat yang peduli terhadap 2. Masyarakat
pembangunan pariwisata pembangunan pariwisata
7. Fasilitasi pembentukan Kelompok Terfasilitasinya pembentukan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Sadar Wisata (Pokdarwis) Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) 2. Masyarakat;
3. Kelurahan
8. Pelibatan Kelompok Sadar Wisata Terlibatnya Kelompok Sadar Wisata 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
(Pokdarwis) dalam penerapan Sapta (Pokdarwis) dalam penerapan Sapta 2. Masyarakat;
Pesona Pesona 3. Kelurahan
9. Sosialisasi sadar wisata pada Tersosialisasinya sadar wisata pada Perangkat Daerah bidang Pariwisata
masyarakat luas masyarakat luas
10. Pembinaan sadar wisata untuk Terselenggaranya penyuluhan sadar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
masyarakat penyedia jasa boga wisata di destinasi pariwisata daerah 2. Perhimpunan Hotel dan Restoran
Indonesia (PHRI)
11. Revitalisasi kelompok sadar wisata Aktifnya kelompok sadar wisata dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
dan lembaga masyarakat dalam lembaga masyarakat dalam 2. Kelompok Sadar Wisata
mendukung pengembangan mendukung pengembangan
pariwisata daerah pariwisata
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)
K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 21
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


12. Peningkatan kapasitas organisasi Meningkatnya kapasitas organisasi Perangkat Daerah bidang Pariwisata
masyarakat lokal/adat dalam masyarakat lokal/adat dalam
pengembangan destinasi parwisata pengembangan destinasi pariwisata
daerah daerah
13. Peningkatan kapasitas Kelurahan Meningkatknya kapasitas Kelurahan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
dalam pengembangan destinasi dalam pengembangan destinasi 2. Kelurahan
kepariwisataan kepariwisataan
14. Fasilitasi pembentukan dan Terfasilitasinya pembentukan dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
operasionalisasi Badan Promosi operasionalisasi Badan Promosi 2. Perangkat Daerah bidang
Pariwisata Daerah Pariwisata Daerah Perencanaan Pembangunan
15. Pelibatan Badan Promosi Pariwisata Terlibatnya Badan Promosi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Daerah dalam penyusunan kebijakan Pariwisata Daerah dalam 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah
promosi pariwisata penyusunan kebijakan promosi
pariwisata
16. Pembentukan forum promosi lintas Terbentuk 1 (satu) forum promosi Perangkat Daerah bidang Pariwisata
destinasi pariwisata daerah lintas destinasi pariwisata daerah
17. Pembentukan forum komunikasi Terbentuknya forum komunikasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pembangunan kepariwisataan daerah pembangunan kepariwisataan 2. Pelaku usaha pariwisata
daerah
18. Fasilitasi pertemuan rutin forum Terfasilitasinya pertemuan rutin 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
komunikasi pembangunan forum komunikasi pembangunan 2. Pelaku usaha pariwisata
kepariwisataan daerah kepariwisataan daerah
19. Peningkatan peran penting asosiasi- Terlibatnya asosiasiasosiasi pelaku 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
asosiasi pelaku industri pariwisata industri pariwisata dalam 2. Industri pariwisata;
dalam mengembangkan mengembangkan kepariwisataan 3. Asosiasi pariwisata
kepariwisataan daerah daerah
20. Fasilitasi kelembagaan industri Terfasilitasinya kelembagaan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pariwisata industri pariwisata 2. Industri pariwisata
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)
K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 22
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


21. Fasilitasi pembentukan dan Terfasilitasinya pembentukan dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
operasionalisasi Gabungan Industri operasionalisasi Gabungan Industri 2. Industri pariwisata
Pariwisata Pariwisata
22. Fasilitasi pengembangan dan Terbentuknya 1 (satu) lembaga 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
penguatan lembaga pengelola pengelola di masing-masing 2. Pelaku wisata
destinasi pariwisata destinasi pariwisata
23. Fasilitasi pembentukan dan Terbentuknya dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
operasionalisasi Destination dioperasionalkannya Destination 2. Stakeholder pariwisata
Management Organization Management Organization
24. Pelibatan Destination Management Terlibatnya Destination 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Organization dalam penyusunan Management Organization dalam 2. Destination Management
kebijakan pengembangan destinasi penyusunan kebijakan Organization
pariwisata daerah pengembangan destinasi pariwisata
25. Fasilitasi kelembagaan Destination Terlibatnya kelembagaan Perangkat Daerah bidang Pariwisata
Management Organization Destination Management
Organization
26. Pendataan jumlah kebutuhan sumber Terdatanya jumlah kebutuhan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
daya manusia di industri pariwisata sumber daya manusia di industri 2. Perangkat Daerah bidang
dan pemerintah daerah pariwisata dan pemerintah daerah Kepegawaian;
3. Industri Pariwisata
27. Sosialisasi standar kualifikasi karyawan Tersosialisasinya standar kualifikasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
di industri pariwisata karyawan di industri pariwisata 2. Industri pariwisata
28. Penyusunan pedoman standar kualitas Tersusunnya pedoman standar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
karyawan di industri pariwisata kualitas karyawan di industri 2. Industri pariwisata
pariwisata
29. Shortcourse kepariwisataan bagi Terbekalinya pejabat/calon pejabat 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pejabat/calon pejabat pariwisata pariwisata 2. Perguruan Tinggi

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 23
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


30. Sosialisasi sertifikasi profesi pelaku Tersosialisasinya sertifikasi profesi
1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
industri pariwisata pelaku industri pariwisata 2. Badan Nasional Sertifikasi;
3. Pelaku usaha pariwisata
31. Sinkronisasi program dan kegiatan Terkoordinirnya program dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Perangkat Daerah terkait dengan kegiatan antara Perangkat Daerah 2. Perangkat Daerah bidang
aksesibilitas ke suatu destinasi wisata bidang Pariwisata, bidang Pekerjaan Perhubungan;
Umum dan Penataan Ruang dan 3. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
bidang Perhubungan Umum dan Penataan Ruang
32. Penyusunan skema kerjasama Tersusunnya skema kerjasama 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Perguruan Tinggi dengan pelaku usaha Perguruan Tinggi dengan pelaku 2. Perguruan Tinggi;
pariwisata dalam hal penyediaan usaha pariwisata dalam hal 3. Pelaku usaha pariwisata
sumber daya manusia penyediaan sumber daya manusia
33. Penyusunan skema kerjasama antara Tersusunnya skema kerjasama 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
industri pariwisata dengan industri antara industri pariwisata dengan 2. Perangkat Daerah bidang
keuangan industri keuangan Perdagangan;
3. Perangkat Daerah bidang Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
4. Perbankan/Lembaga permodalan
lainnya
34. Penyusunan skema kerjasama antara Tersusunnya skema kerjasama 1. Perangkat Daerah bid. Perhubungan;
pemerintah daerah dengan pelaku antara pemerintah daerah dengan 2. Perangkat daerah bidang Pariwisata;
usaha jasa transportasi pelaku usaha jasa transportasi 3. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang;
4. Pelaku usaha jasa transportasi
35. Peningkatan kinerja sumber daya Terwujudnya sumber daya manusia Perangkat Daerah bidang Pariwisata
manusia penyedia layanan informasi yang mampu memberikan
pariwisata di semua Tourist pelayanan optimal kepada
Information Center (TIC) wisatawan di semua Tourist
Information Center (TIC)
PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)
K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 24
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


36. Penguatan kompetensi sumber daya Terwujudnya sumber daya manusia Perangkat Daerah bidang Pariwisata
manusia penyedia layanan informasi yang mampu memberikan
pariwisata di semua Tourist pelayanan optimal kepada wisatawa
Information Center (TIC) di semua Tourist Information Center
(TIC)
37. Fasilitasi standar kualifikasi karyawan Terfasilitasinya standar kualifikasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
industri pariwisata karyawan di industri pariwisata 2. Industri pariwisata
38. Monitoring dan evaluasi standar Dievaluasinya implementasi standar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
kualifikasi karyawan di industri kualifikasi karyawan di industri 2. Industri pariwisata
pariwisata pariwisata
39. Pelaksanaan magang untuk Meningkatnya kompetensi sumber 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
peningkatan kompetensi SDM industri daya manusia industri pariwisata 2. Industri pariwisata
pariwisata
40. Pelaksanaan magang untuk Meningkatnya kompetensi sumber 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
peningkatan kompetensi sumber daya daya manusia pemerintah daerah di 2. Perangkat Daerah bidang
manusia pemerintah daerah di bidang bidang pariwisata Kepegawaian serta Pendidikan dan
pariwisata Latihan
41. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan Terselenggaranya pendidikan dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
techno entrepreneur pelatihan techno entrepreneur 2. Perguruan Tinggi
42. Pelatihan penguasaan teknologi Terlatihnya pelaku usaha pariwisata 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
informasi bagi para pelaku usaha dalam hal penguasaan teknologi 2. Pelaku usaha pariwisata
pariwisata informasi
43. Training Of Trainers (TOT) pelaku Terlaksananya Training Of Trainers 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
usaha pariwisata (TOT) pelaku usaha kepariwisataan 2. Pelaku usaha pariwisata
di destinasi pariwisata
44. Uji kompetensi pelaku usaha Terlaksananya uji kompetensi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pariwisata pelaku usaha pariwisata 2. Lembaga Sertifikasi Kepariwisataan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 25
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


45. Beasiswa pendidikan formal lanjutan Terwujudnya pemberian beasiswa 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
untuk SDM pariwisata di pemerintah pendidikan formal lanjutan untuk 2. Perangkat Daerah bidang
daerah SDM pariwisata di pemerintah Kepegawaian;
daerah 3. Perguruan Tinggi
46. Sensus SDM pariwisata berdasar Terdatanya SDM pariwisata 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
tingkat pendidikan dan sertifikasi berdasar tingkat pendidikan dan 2. Badan Pusat Statistik
kompetensi sertifikasi kompetensi
47. Pelatihan kompetensi kerja di bidang Tercapainya standar kompetensi Perangkat Daerah bidang Pariwisata
pariwisata yang sesuai dengan Standar kerja di bidang pariwisata yang
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia sesuai dengan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia
48. Pelatihan Tourism Hospitality bagi Terlatihnya Frontline People Industri 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Frontline People Industri Pariwisata Pariwisata 2. Industri pariwisata
49. Pelatihan Tourism Hospitality dan Terlatihnya Tourism Hospitality dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
Customer Services bagi pengelola daya Customer Services bagi pengelola 2. Pengelola daya tarik wisata
tarik wisata daya tarik wisata
50. Benchmarking SDM pariwisata di Terlaksananya benchmarking Perangkat Daerah bidang Pariwisata
lingkungan Perangkat Daerah bidang Sumber Daya Manusia pariwisata di
Pariwisata dalam rangka peningkatan lingkungan Perangkat Daerah bidang
standar kompetensi SDM pariwisata Pariwisata
51. Penerapan sertifikasi profesi di bidang Diterapkannya sertifikasi profesi di 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pariwisata bidang pariwisata 2. Badan Nasional Sertifikasi Profesi
52. Pelatihan standarisasi penilaian Terlatihnya pelaku wisata yang 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
kompetensi para pelaku wisata/ memiliki kompetensi di bidang 2. Badan Nasional Sertifikasi Profesi
sumber daya manusia usahanya
53. Penilaian kompetensi para pelaku Teridentifikasinya kompetensi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
wisata/ sumber daya manusia pelaku wisata 2. Badan Nasional Sertifikasi Profesi

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 26
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS


54. Pemberian tourism award/ Terapresiasinya usaha pariwisata 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
penghargaan bagi usaha pariwisata yang secara aktif memasarkan dan 2. Pelaku usaha pariwisata
yang secara aktif memasarkan dan menjual produk wisata
menjual produk wisata
55. Penyusunan skema kerjasama instansi Tersusunnya skema kerjasama 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
teknis terkait pengembangan instansi teknis terkait 2. Pelaku usaha pariwisata;
pariwisata dengan pelaku usaha pengembangan pariwisata dengan 3. Perusahaan Daerah Air Minum;
pariwisata pelaku usaha pariwisata 4. Perusahaan Listrik Negara;
5. Instansi terkait lainnya
56. Penyusunan skema kerjasama dengan Tersusunnya skema kerjasama 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
perguruan tinggi dalam meningkatkan dengan perguruan tinggi dalam 2. Perguruan Tinggi
kemampuan pelaku industri meningkatkan kemampuan pelaku
pariwisata di luar jalur akademik industri pariwisata
57. Peningkatan penelitian dan Terlaksananya penelitian 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
pengembangan pariwisata pengembangan pariwisata setiap 2. Perguruan Tinggi
tahun
58. Penelitian pemetaan program promosi Adanya penelitian pemetaan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata;
yang dilakukan pesaing program promosi yang dilakukan 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah;
pesaing 3. Perguruan Tinggi
Sumber: Hasil Rencana, 2017.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA)


K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 27
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1. Metode Penilaian Multi-Criteria Decision Making (MCDM)


Dalam melakukan penilaian dan pembobotan terhadap seluruh sebaran objek wisata
yang ada di Kabupaten Sumbawa, dilakukan metode Multi-Criteria Decision Making
(MCDM). Multi-Criteria Decision Making adalah suatu metode pengambilan keputusan
untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan beberapa
kriteria tertentu. Kriteria biasanya berupa ukuran-ukuran atau aturan-aturan atau standar
yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Secara umum dapat dikatakan bahwa
MCDM menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif. (Kusumadewi et al, 2006).
Janko (2005) dalam Kusumadewi et al, (2006) menyebutkan terdapat beberapa fitur
umum yang digunakan dalam MCDM, yaitu:

(1) Alternatif, alternatif adalah obyek-obyek yang berbeda dan memiliki kesempatan
yang sama untuk dipilih oleh pengambil keputusan.
(2) Atribut, atribut sering juga disebut sebagai kriteria keputusan.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 1


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

(3) Konflik antarkriteria, beberapa kriteria biasanya mempunyai konflik antara satu
dengan yang lainnya, misalnya kriteria keuntungan akan mengalami konflik
dengan kriteria biaya.
(4) Bobot keputusan, bobot keputusan manunjukkan kepentingan relatif dari setiap
kriteria

Penilaian objek dan daya tarik wisata tersebut dilihat setiap satuan kawasan wisata
sesuai dengan daya tarik setiap kawasan, dan penilaian yang dilakukan dilihat dari
aspek-aspek, yaitu sebagai berikut :
1. Letas Strategis Kawasan
2. Fungsi Kawasan
3. Generator Ekonomi
4. Tingkat Kerawanan Bencana
5. Potensi Konflik
6. Kesesuaian dengan Regulasi Tata Ruang
7. Memiliki Dokumen Rinci berkaitan dengan penataan kawasan
8. Keragaman Program Terdapat dalam RPIJM
9. Kondisi Aksesbilitas
10. Permasalahan Kawasan
11. Status Kawasan

Dengan melihat penilaian dari setiap objek wisata tersebut, maka untuk pengembangan
selanjutnya mudah dilihat kekurangan-kekurangan yang harus dibenahi dan
dikembangkan agar menjadi lebih baik dengan melakukan strategi pengembangan di
setiap Satuan Kawasan Wisata (SKW).

Untuk lebih jelasnya mengenai penjelasan parameter yang digunakan dalam


mengidentifikasi potensi dan permasalahan tiap objek wisata berkaitan dengan
penilaian dan pembobotan yang akan dipergunakan dalam penetapan prioritas
penanganan, dapat dilihat pada tabel Lampiran I.1 di halaman berikut ini.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 2


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel Lampiran I-1
Parameter Penilaian Objek Wisata Metode Multi-Criteria Decision Making
PARAMETER CARA PENGUMPULAN DATA
INDIKATOR NILAI Keterangan
PENILAIAN UTAMA PENDUKUNG
Letak Strategis Sangat Strategis 3 Dokumen rencana Wawancara pejabat Didasarkan pada letak kawasan apakah
Kawasan tata ruang Observasi lapangan merupakan kawasan strategis Provinsi,
Kurang Strategis 2
Jarak/ kedekatan dengan ibukota Kabupaten,
Tidak Strategis 1 serta memiliki fasilitas yang merupakan
penggerak ekonomi dalam skala regional.
Untuk kawasan dalam konstelasi wilayah
dinilai sangat strategis diberi nilai (3), kurang
strategis diberi nilai (2), dan tidak strategis
diberi nilai (1).
Fungsi Kawasan Pelayanan Skala 3 Dokumen rencana Wawancara pejabat Fungsi kawasan terkait dengan strategisnya
Provinsi tata ruang Observasi lapangan kawasan. Kawasan yang memiliki fungsi
Pelayanan Skala 2 dengan skala pelayanan regional/ provinsi
Kabupaten memiliki nilai tertinggi (3), sedangkan untuk
Pelayanan Skala 1 skala pelayanan kabupaten (2) dan skala
Kecamatan pelayanan kecamatan (1).
Generator Ekonomi Sudah ada 3 Dokumen rencana Wawancara pejabat Generator ekonomi terkait dengan penggerak
Skala Regional tata ruang Observasi lapangan ekonomi/ bangkitan kawasan yang memiliki
Dalam Rencana 2
multiplayer effect besar terhadap
Tidak ada 1 perkembangan kawasan, seperti Bandara,
Pusat Perbelanjaan, Terminal Type (A/B).
Kawasan yang sudah memiliki generator
ekonomi memiliki nilai tertingi (3),, namun
apabila masih dalam rencana (akan
terealisasi) nilai (2) dan apabila tidak ada
sama sekali nilai (1).

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 3


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PARAMETER CARA PENGUMPULAN DATA
INDIKATOR NILAI Keterangan
PENILAIAN UTAMA PENDUKUNG
Tingkat Kerawanan Sangat Rawan dan 3 Wawancara Dokumen/ Tingkat Kerawanan Bencana pada kawasan
Bencana membahayakan masyarakat/RT/RW/ monografi desa/ terkait dengan kerawananatau memiliki
Rawan namun tidak 2 Kades/Lurah kelurahan potensi bencana seperti banjir, tanah longsor
membahayakan yang umumnya terdapat pada kawasan
Tidak Bermasalah 1 sempadan sungai & bendungan dan harus
segera membutuhkan penanganan.
Kawasan dengan tingkat kerawanan tinggi
dan membahayakan sehingga harus segera
membutuhkan penanganan memiliki nilai
tertinggi (3), untuk kawasan perkotaan yang
memiliki daerah rawan namun tidak
membahayakan diberi nilai (2), dan kawasan
perkotaan yang tidak memiliki daerah rawan
bencana diberi nilai (1).
Potensi Konflik Tidak memiliki 3 Wawancara - Kondisi kawasan yang kondusif merupakan
potensi konflik masyarakat/RT/RW/ jaminan terhadap keberlanjutan program.
(Masyarakat Kades/Lurah Potensi konflik kawasan dapat dilihat dari
Kondusif) keamanan kawasan serta karakter
Potensi konflik ada 2 masyarakat & intensitas konflik yang pernah
(sedang) terjadi pada kawasan terebut. Kawasan
Potensi konflik ada 1 perkotaan yang tidak memiliki daerah potensi
(sangat tinggi)/ Tidak konflik dalam hal ini kawasan di tunjang
kondusif sama sekali. dengan data track record kawasan yang tidak
pernah terjadi konflik memiliki nilai tertinggi
(3)., untuk kawasan perkotaan yang memiliki
daerah potensi konflik rendah diberi nilai (2),
dan untuk kawasan perkotaan yang tidak

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 4


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PARAMETER CARA PENGUMPULAN DATA
INDIKATOR NILAI Keterangan
PENILAIAN UTAMA PENDUKUNG
kondusif sama sekali diberi nilai (1).

Kesesuaian dengan Kesesuaian >60% 3 Dokumen rencana Wawancara pejabat Kesesuaian dengan RTRW ditinjau
RTRW tata ruang Observasi lapangan berdasarkan besarnya penyimpangan atau
Kesesuaian 30 - 60% 2 ketidak sesuaian fungsi kawasan serta
rencana penggunaan lahan terhadap kondisi
Kesesuaian < 30% 1 faktual dilapangan. Semakin tinggi tingkat
kesesuaian dengan Rencana tata ruang
maka jaminan keberlanjutan program jg
semakin tinggi. untuk Kesesuaian >60%
diberi nilai (3), kesesuaian 30-60% diberi nilai
(2) dan kesesuaian kurang dari 30% diberi
nilai (1).
Memiliki Dokumen Sudah ada 3 Wawancara - Untuk kawasan yang sudah memiliki RDTR
Rencana Detai Tata dengan Pejabat diberi nilai (3), kawasan yang masih dalam
Ruang Dalam Rencana 2 rencana/ sedang dalam proses penyusunan
diberi nilai (2) dan kawasan yang belum/
Tidak ada 1 tidak ada rencana penyusunan RDTR dalam
waktu dekat diberi nilai (1).
Program RPIJM Terdapat banyak 3 Dokumen RPIJM - Parameter penilaian kawasan terkait dengan
penanganan banyk/sedikitnya penanganan kawasan yang
Tidak banyak 2 tercantum dalam RPIJM. Dimana kawasan
penanganan yang memiliki banyak dan beragam program
Tidak ada 1 penanganan kawasan perkotaan diberi nilai
penanganan (3), kawasan yang memiliki sedikit program
dan tidak beragam dalam penanganan
kawasan di RPIJM diberi nilai (2) dan yang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 5


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PARAMETER CARA PENGUMPULAN DATA
INDIKATOR NILAI Keterangan
PENILAIAN UTAMA PENDUKUNG
tidak memiliki program dalam RPIJM diberi
nilai (1).
Kondisi Aksesbilitas Kondisi Jalan Buruk 3 Observasi Wawancara Kondisi jalan yang buruk pada suatu
>70% lapangan, Data masyarakat/RT/RW/ kawasan ditentukan berdasarkan kondisi
Kondisi Jalan Buruk 2 Instansi Kades/Lurah jalan yang diperoleh dari observasi lapangan.
50-70% Untuk kawasan dengan Kondisi Jalan Buruk
Kondisi Jalan Buruk 1 >70% diberi nilai tertinggi yakni (3). demikian
<50% juga untuk kawasan dengan Kondisi Jalan
Buruk 50-70% dengan nilai (2), sedangkan
kawasan dengan Kondisi Jalan Buruk <25%
dengan nilai (1).
Status Kawasan Pemerintah 3 Wawancara Observasi Status Kawasan terkait dengan legalitas
masyarakat/RT/RW/ lapangan, Data penguasaan atas kawasan wisata.
Swasta 2 Kades/Lurah Instansi Identifikasi elemen ini, berkaitan dengan
peran serta pemerintah dalam melakukan
Masyarakat Adat/ 1 intervensi kebijakan di kawasan wisata yang
Komunitas ada. Nilai tertinggi (3) jika status kawasan
tersebut berada dalam penguasaan
pemerintah, yang berikutnya adalah nilai
tengah (2) jika telah dikelola oleh pihak
swasta dan nilai terendah (1) jika kawasan
wisata tersebut merupakan miliki pribadi/
komunitas yang terkait dengan budaya.
Permasalahan Tinggi 3 Wawancara Observasi Parameter penilaian permasalahan kawasan
Kawasan masyarakat/RT/RW/ lapangan, Data terkait dengan tingkat permasalahan umum
Sedang 2 Kades/Lurah Instansi pada kawasan. Semakin banyak
permasalahan maka semakin tinggi tingkat

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 6


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PARAMETER CARA PENGUMPULAN DATA
INDIKATOR NILAI Keterangan
PENILAIAN UTAMA PENDUKUNG
Rendah 1 kepentingan penanganan kawasan tersebut.
Untuk kawasan dengan tingkat masalah
tinggi diberi nilai (3), untuk kawasan dengan
permaalahan rendah diberi nilai (2),
sedangkan untuk kawasan dengan
permasalahan rendah diberi nilai(1).
Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 7


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Hasil analisa menggunakan metode Multi-Criteria Decision Making (MCDM), output


yang diharapkan adalah menentukan perankingan untuk selanjutnya hasil tersebut
digunakan sebagai dasar penentuan prioritas penanganan pada masing-masing objek
wisata.

A. Istana Dalam Loka


Sesuai dengan hasil skoring menggunakan Metode Multi-Criteria Decision Making
(MCDM), maka didapatkan perhitungan sebagai berikut:

Tabel Lampiran I-2


Pembobotan Metode MCDM Destinasi Utama Istana Dalam Loka

Sumber: Hasil Analisa, 2013

Dari hasil perhitungan tersebut, maka prioritas penanganan secara berjenjang,


didasarkan pada nilai ranking yang tertinggi hingga paling rendah, dimana hasil prioritas
tersebut adalah :

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 8


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Prioritas 1 : Istana Dalam Loka


• Prioritas 2 : - Masjid Nurul Huda
- Wisma Bala Puti/ Praja
- Wisma Bala Kuning
• Prioritas 3 : Dalam Pekat
• Prioritas 4 : Poto
• Prioritas 5 : - Penyaring - Bendungan Tiu Kulit
- Prajak - Pulau Dengar
- Ngeru
- Kaliang
- Moyo
- Maronge

B. Batu Bulan
Destinasi utama berikutnya adalah Destinasi kawasan Batu Bulan. Destinasi di
Kawasan ini terdiri dari 6 objek wisata, dimana setelah melakukan pembobotan,
diperoleh skor untuk prioritas penanganan adalah sebagai berikut :
• Prioritas 1 : Bendungan Batu Bulan
• Prioritas 2 : Talwa
• Prioritas 3 : - Batu Tering
- Liang Petang
• Prioritas 4 : - Ai Renung
- Ai Beling
• Prioritas 5 : Bendungan Mamak

Untuk tabel penilaiannya, dapat dilihat pada halaman berikut ini.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 9


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel Lampiran I-3


Pembobotan Metode MCDM Destinasi Utama “Batu Bulan”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 10


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

C. Semongkat
Destinasi Utama Semongkat, berada di beberapa wilayah kecamatan seperti
Kecamatan Sumbawa, Batulanteh, dan Labuhan Badas. Destinasi utama ini, memiliki
daya tarik objek wisata seperti wisata alam, wisata rekreasi dan beberapa wisata bahari.
Dengan menggunakan metode MCDM, diperoleh hasil bahwa prioritas 1 adalah Wisata
Pantai Goa di Kecamatan Labuhan Badas dan prioritas terendah adalah Permukiman
Tradisional Tepal di Batulanteh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel Lampiran I-4


Pembobotan Metode MCDM Destinasi Utama “Semongkat”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 11


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Untuk hasil pembobotan skoring secara umum,


diperoleh hasil :
• Prioritas 1 : Pantai Goa
• Prioritas 2 : Saliper Ate
• Prioritas 3 : Pantai Kencana
• Prioritas 4 : - Pantai Batu Gong
- Tanjung Munangis
- Pamulung
• Prioritas 5 : Semongkat
• Prioritas 6 : Batu Dulang
• Prioritas 7 : Tepal
• Prioritas 8 : Waterpark Splash
• Prioritas 9 : Pantai Empan

D. Labuan Mapin
Labuan Mapin Merupakan desa wisata bahari yang ada di Kecamatan Alas Barat, dan
berbatasan langsung dengan Kabupaten Sumbawa Barat. Mengingat eksistensi
kawasan ini, dalam beberapa dasawarsa, saat berlangsungnya pendudukan Tentara
Jepang di Nusantara, maka lokasi Labuan Mapin sangat strategis. Mengingat hal itu,
maka destinasi utama kali ini, merujuk pada penamaan Labuhan Mapin secara umum.
Di dalam Destinasi Utama Kawasan Labuhan Mapin ini, terdiri dari 5 objek wisata
andalan yang mayoritas merupakan wisata bahari. Adapun hasil pembobotan yang telah
dilakukan terkait destinasi utama di kawasan ini, hasil yang diperoleh adalah :
• Prioritas 1 : Agro Buer
• Prioritas 2 : Lapade
• Prioritas 3 : Pulau Bungin
• Prioritas 4 : Pulau Keramat
• Prioritas 5 : Pulau Kaung
• Prioritas 6 : Pulau Bedil
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 12


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel Lampiran I-5


Pembobotan Metode MCDM Destinasi Utama “Labuan Mapin”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

E. Pulau Moyo

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 13


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Moyo adalah sebuah pulau yang terdapat 2,5 km di sebelah utara Pulau Sumbawa.
Pulau ini memiliki luas 350 km2, dan memiliki garis pantai 88 km. Secara administratif,
pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa.

Pulau Moyo memiliki cagar alam yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi yang
berada beberapa kilometer dari pantai utara dan pulau ini dikelilingi oleh terumbu
karang yang indah dan habitat untuk babi hutan, biawak berikut 21 jenis kelelawar, rusa
liar dan terdapat juga kelompok kera pemakan kepiting, serta berbagai macam spesies
burung, ikan lumba-lumba dan kura-kura. Selain menawarkan wisata bahari, di pulau
Moyo juga terdapat air terjun alami yang memiliki air yang jernih yaitu Mata Jitu.

Tabel Lampiran I-6


Pembobotan Metode MCDM Destinasi Utama “Pulau Moyo”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

Adapun hasil pembobotan yang telah dilakukan terkait destinasi utama di kawasan ini,
hasil yang diperoleh adalah:

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 14


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Prioritas 1 : Ai Manis
• Prioritas 2 : Tanjung Pasir
• Prioritas 3 : - Raja Sua
- Takat Sagele
- Labuhan Aji
- Mata Jitu
• Prioritas 4 : Sebotok

F. Empang Tarano
Destinasi Wisata Utama yang ke-enam berada di kawasan Empang-Tarano. Kawasan
ini berada di ujung timur Kabupaten Sumbawa dan berbatasan langsung dengan
kabupaten Dompu. Secara umum, potensi wisata yang ada di kawasan ini didominasi
oleh wisata bahari. Terdapat juga wisata rekreasi minat khusus, berupa kawasan pantai
yang memiliki ombak yang sangat baik, dan dimanfaatkan oleh wisatawan yang
berkunjung, terutama wisatawan mancanegara untuk melakukan kegiatan olah raga air
yaitu surfing. Keberadaan lokasi surfing ini dipercaya oleh wisatawan merupakan
kawasan yang terbaik yang ada di kawasan Nusa Tenggara Barat, karena pantai lokasi
olahraga air ini, langsung menghadap Samudera Indonesia yang gelombang maupun
ombaknya konstan.

Lokasi wisata yang ada di kawasan ini, sangat berpotensi untuk dikembangkan, tetapi
tidak ditunjang oleh infrastruktur yang memadai, sehingga wisatawan hanya singgah
saja di lokasi ini, tanpa memberikan kontribusi apapun bagi pemerintah maupun
masyarakat yang ada di wilayah ini.

Sedangkan untuk hasil pembobotan yang dilakukan, terkait dengan penentuan prioritas
kawasan, dapat dilihat pada table berikut ini.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 15


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel Lampiran I-7


Pembobotan Metode MCDM Destinasi Utama “Empang Tarano”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

Untuk prioritas penanganan sesuai dengan hasil perankingan yang telah dilakukan,
didapatkan hasil :

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 16


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Prioritas 1 : - Brang Bako • Prioritas 5 : - Bendungan Gapit


- Brang Tiram
- Telaga Lompa
• Prioritas 2 : Labu Bontong
• Prioritas 3 : - Labu Jambu • Prioritas 6 : - Pulau Lipan
- Tero - Pulau Sentigi
• Prioritas 4 : - Maci • Prioritas 7 : - Air Terjun Pelman
- Sili

G. Lunyuk
Kawasan wisata yang ada di Kecamatan Lunyuk, merupakan hasil identifikasi setelah
dilakukan survey mendalam dan mengakomodir saran dari beberapa pihak. Kondisi
objek wisata di Kecamatan Lunyuk, masih sangat alami dan memiliki panorama alam
yang sangat indah, tetapi belum terkelola dengan baik. Kondisi alam yang unik, antara
morfologi pegunungan dan pantai yang cukup landai dan luas, ditambah lagi dengan
pasir putih yang sangat indah, ditunjang dengan iklim yang sangat bersahabat karena
menghadap langsung ke Samudera Hindia. Adapun objek wisata di kecamatan Lunyuk
yang sangat berpotensi dikembangkan adalah wisata bahari.

Dari hasil perhitungan pembobotan pada kawasan wisata di


Kecamatan Lunyuk, didasarkan pada nilai ranking yang tertinggi
hingga paling rendah, dimana hasil prioritas tersebut adalah :
• Prioritas 1 : Limpan
• Prioritas 2 : Pandan Sari
Batu Pampang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 17


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel Lampiran I-8


Pembobotan Metode MCDM Destinasi Utama “Lunyuk”

Sumber : Hasil Analisa, 2013

H. Labangka
Seperti halnya Lunyuk, kawasan wisata yang ada di Kecamatan Labangka merupakan
hasil identifikasi setelah dilakukan survey mendalam dan mengakomodir saran dari
beberapa pihak. Kondisi objek wisata di Kecamatan Labangka, masih sangat alami dan
memiliki panorama alam yang sangat indah, tetapi belum terkelola dengan baik.
Kondisi alam yang unik, antara morfologi pegunungan dan pantai yang cukup landai dan
luas, ditambah lagi dengan pasir putih yang sangat indah, ditunjang dengan iklim yang
sangat bersahabat karena menghadap langsung ke Samudera Hindia. Adapun objek
wisata di kecamatan Labangka yang sangat berpotensi dikembangkan adalah wisata
bahari.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 18


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Dari hasil perhitungan pembobotan pada kawasan wisata di


Kecamatan Labangka, didasarkan pada nilai ranking yang tertinggi
hingga paling rendah, dimana hasil prioritas tersebut adalah :
• Prioritas 1 : Pantai Leppu
• Prioritas 2 : Pantai Tanjung Panas
Pantai Liang Dewa

Sedangkan untuk hasil pembobotan yang dilakukan, terkait dengan penentuan prioritas
kawasan, dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel Lampiran I-9


Pembobotan Metode MCDM Destinasi Utama “Labangka”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 19


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1. Analisis Pariwisata Teori Fandeli


Pariwisata adalah salah satu sektor yang diharapkan dapat dikembangkan untuk
mendongkrak atau memajukan ekonomi wilayah. Dalam pengembangan pariwisata
terdapat setidaknya 2 komponen yang saling berkaitan yakni supply dan demand
pariwisata. Komponen Supply meliputi :
a. Atraksi daya tarik
b. Aksesibilitas
c. Informasi promosi
d. dan Pelayanan.

Sedangkan untuk komponen demand meliputi :


a. Motivasi berkunjung
b. Tingkat kepuasan wisatawan
c. Lama kunjungan wisatawan
d. Biaya perjalanan
e. Permintaan pelayanan (sarana prasarana)

Dalam menganalisis tentang penilaian terhadap beberapa objek wisata yang ada di
Kabupaten Sumbawa, digunakan metode pembobotan skoring dengan skala penilaian
mengaplikasi skala penilaian Fandeli yang didukung dengan metode pembobotan dan
Value Action Criteria (VAC). Metode pembobotan (faktor skoring) merupakan suatu
teknik dalam menganalisis data dengan membuat suatu nilai terhadap keadaan yang
ada, dan disusun menurut ranking yang telah dibuat sebelumnya. Dalam pembobotan
ini, akan menghasilkan nilai yang paling rendah hingga yang paling tinggi untuk
menentukan variable mana yang mempunyai daya tarik tinggi, sedang, dan rendah
untuk aktivitas wisata. Skala untuk kawasan wisata yang terbentuk dari tiap-tiap SKW
(Satuan Kawasan Wisata) berbeda-beda, didasarkan pada nilai tertinggi dan terendah
untuk masing-masing total skor yang telah diperoleh.

Dalam menentukan penilaian digunakan skala penilaian menurut Fandeli yaitu membagi
menjadi 5 kelas yaitu :
- sangat buruk (nilai skor 1)
- buruk (nilai skor 2)
- sedang (nilai skor 3)
- baik (nilai skor 4)
- sangat baik (nilai skor 5).

A. Istana Dalam Loka


Dengan menggunakan Analisa Fandeli, akan ditetapkan terlebih dahulu skala penilaian
untuk zona ini. Skala tersebut didasarkan pada jumlah indikator nilai tertinggi (5) dikali
dengan jumlah objek wisata yang ada di kawasan ini, sampai pada nilai terendah yaitu
indikator nilai terendah (1) dikali dengan jumlah objek wisata yang ada.

Skala penilaian yang dipergunakan untuk kawasan Destinasi Utama “Istana Dalam
Loka” adalah :
• 57 – 70 à Sangat Baik
• 43 – 56 à Baik

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 20


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• 29 – 42 à Sedang
• 15 – 28 à Buruk
• 00 – 14 à Sangat Buruk

1. Hasil Skoring
Sedangkan hasil akumulasi skor rata-rata masing-masing indikator yang diperoleh
dari perhitungan menggunakan Metode Fandeli adalah :
1. Atraksi à 47
2. Aksesbilitas à 54,5
3. Informasi & Promosi à 45
4. Pelayanan à 30,8

2. Kesimpulan Destinasi Utama


Kondisi objek wisata terkait atraksi wisata dan aksesbilitasnya baik, dan telah
ditunjang dengan informasi dan promosi yang telah dilakukan oleh pemerintah
dengan maksimal, sehingga kawasan ini cenderung telah dikenal baik. Hanya
perlu ditunjang dengan peningkatan pelayanan dan dukungan wisata yang lain.

Tabel Lampiran I-10


Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Istana Dalam Loka”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 21


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

B. Batu Bulan
Kawasan Wisata Destinasi Utama Batu Bulan, dalam analisis Fandeli menghasilkan
skala penilaian :
• 29 – 35 à Sangat Baik
• 22 – 28 à Baik
• 15 – 21 à Sedang
• 08 – 14 à Buruk
• 00 – 07 à Sangat Buruk

1. Hasil Skoring
Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah :
1. Atraksi à 23
2. Aksesbilitas à 21,25
3. Informasi & Promosi à 19
4. Pelayanan à 13

2. Kesimpulan Destinasi Utama


Dalam destinasi utama ini, berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan
Analisis Fandeli, diperoleh hasil bahwa hanya atraksi saja yang berada dalam
skala “baik”, sedangkan indikator lain masih perlu penanganan lebih baik untuk
pengembangan destinasi utama wisata di kawasan ini, sebagai upaya
meningkatkan kunjungan wisatawan.
Tabel Lampiran I-11
Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Batu Bulan”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 22


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

C. Semongkat
Kawasan Wisata Destinasi Utama Semongkat, dalam analisis Fandeli menghasilkan
skala penilaian:
• 45 – 55 à Sangat Baik
• 34 – 44 à Baik
• 23 – 33 à Sedang
• 12 – 22 à Buruk
• 00 – 11 à Sangat Buruk
1. Hasil Skoring
Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah :
1. Atraksi à 37
2. Aksesbilitas à 42,5
3. Informasi & Promosi à 33,25
4. Pelayanan à 28,4
2. Kesimpulan Destinasi Utama
Dalam destinasi utama ini, berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan Analisis
Fandeli, diperoleh penilaian dan kesimpulan, untuk atraksi wisata dan aksesibilitas di
kawasan ini sudah baik, dan perlu sedikit penanganan untuk kegiatan informasi –
promosi dan pelayanan di masing-masing objek wisata.
Tabel Lampiran I-12
Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Semongkat”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 23


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

D. Lab. Mapin
Skala penilaian Kawasan Wisata Destinasi Utama Lab. Mapin, yang digunakan sesuai
dengan hasil pembobotan dalam analisis Fandeli menghasilkan skala penilaian :
• 25 – 30 à Sangat Baik
• 19 – 24 à Baik
• 13 – 18 à Sedang
• 07 – 12 à Buruk
• 00 – 06 à Sangat Buruk
1. Hasil Skoring
Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah :
1. Atraksi à 22
2. Aksesbilitas à 18,75
3. Informasi & Promosi à 17,25
4. Pelayanan à 12,8
2. Kesimpulan Destinasi Utama
Dalam destinasi utama ini, berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan Analisis
Fandeli, diperoleh penilaian dan kesimpulan, hanya atraksi yang berada dalam skala
baik. Jika di kaji lebih dalam, sebenarnya aksesibilitas, promosi dan pelayanan yang
ada di kawasan ini, saat dikaji secara parsial, sudah cukup memadai, karena pada
beberapa objek wisata unggulan, sudah terpenuhi dengan baik dan lengkap. Tetapi
karena menggunakan skoring akumulatif, maka hasil kesimpulan umum yang diperoleh
untuk informasi dan promosi serta pelayanan objek wisata, perlu sedikit peningkatan
karena masih dalam skala sedang.
Tabel Lampiran I-13
Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Labuhan Mapin”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 24


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

E. Pulau Moyo
Moyo adalah pulau yang terletak di utara Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Destinasi ini menjadi pilihan wisata beberapa orang dikarenakan tempatnya sunyi dan
indah. Lokasinya yang berpisah dengan pulau induknya, hanya dapat ditempuh dengan
menggunakan transportasi laut dan udara.

Kawasan Wisata Destinasi Utama Pulau Moyo, dalam analisis Fandeli menghasilkan
skala penilaian :
• 29 – 35 à Sangat Baik
• 22 – 28 à Baik
• 15 – 21 à Sedang
• 08 – 14 à Buruk
• 00 – 07 à Sangat Buruk

1. Hasil Skoring
Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah :
1. Atraksi à 34
2. Aksesbilitas à 14
3. Informasi & Promosi à 23,75
4. Pelayanan à 16,4

2. Kesimpulan Destinasi Utama


Pulau Moyo kita ketahui bersama adalah pulau yang pengelolaannya pada beberapa
bagian telah di serahkan oleh pihak swasta. Pemerintah memperoleh kontribusi dari
pajak yang diberikan oleh pengelola swasta tersebut.

Hasil penilaian yang dilakukan diperoleh kesimpulan umum bahwa tingkat aksesbilitas
dan pelayanan perlu ditingkatkan untuk menunjang indikator atraksi yang memiliki nilai
bobot yang sangat baik. Sedangkan untuk informasi dan promosi berada dalam skala
baik. Tetapi mengingat kondisi beberapa objek wisata unggulan yang ada di kawasan
Pulau Moyo ini, bersifat private dan ekseklusif, maka dalam penilaian yang dilakukan,
secara perbandingan, tidak dapat dipergunakan karena keunggulan yang ditawarkan
oleh kawasan wisata ini, juga mencakup indikator lain yang nilai bobotnya kecil. Sebagai
contoh, tingkat aksesbilitas / pencapaian yang rendah, sebenarnya merupakan salah
satu nilai tawar lokasi objek wisata yang diunggulkan, karena konsep wisata di kawasan
ini adalah eksklusif.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 25


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel Lampiran I-14


Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Pulau Moyo”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

F. Empang Tarano
Kawasan Wisata Destinasi Utama Empang Tarano, dalam analisis Fandeli
menghasilkan skala penilaian :
• 49 – 60 à Sangat Baik
• 37 – 48 à Baik
• 25 – 36 à Sedang
• 11 – 24 à Buruk
• 00 – 12 à Sangat Buruk

1. Hasil Skoring
Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah :
1. Atraksi à 47
2. Aksesbilitas à 26,5
3. Informasi & Promosi à 25,5
4. Pelayanan à 22,4

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 26


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

2. Kesimpulan Destinasi Utama


Dalam destinasi utama ini, berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan Analisis
Fandeli, diperoleh penilaian dan kesimpulan, untuk atraksi wisata dan nilai yang
diperoleh adalah “baik”, sedangkan indikator lain masih rendah, mencakup informasi-
promosi yang masih kurang, aksesbilitas yang tidak baik jika mengakses lokasi ini,
bahkan ditambah dengan pelayanan wisata yang sangat perlu peningkatan yang
signifikan.
Tabel Lampiran I-15
Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Empang Tarano”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

G. Lunyuk
Skala penilaian Kawasan Wisata Destinasi Utama Lunyuk, yang digunakan sesuai
dengan hasil pembobotan dalam analisis Fandeli menghasilkan skala penilaian :
• 11 – 15 à Sangat Baik
• 10 – 12 à Baik
• 07 – 09 à Sedang
• 04 – 06 à Buruk
• 00 – 03 à Sangat Buruk

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 27


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1. Hasil Skoring
Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah :
1. Atraksi à 12
2. Aksesbilitas à 5,25
3. Informasi & Promosi à 6,5
4. Pelayanan à 6,2

2. Kesimpulan Destinasi Utama


Dalam destinasi utama ini, berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan Analisis
Fandeli, diperoleh penilaian dan kesimpulan, atraksi yang ditawarkan pada kawasan
destinasi utama ini sudah baik, karena kondisi alam yang masih alami, yang merupakan
salah satu faktor wisatawan mengunjungi suatu lokasi wisata. Untuk indikator lain
sesuai hasil penilaian pembobotan yang dilakukan, masih dalam skala “buruk”. Oleh
karena itu perlu dilakukan pengembangan dan kebijakan dari pemerintah jika ingin
mengembangkan kawasan ini menjadi salah satu destinasi wisata yang mampu
bersaing dengan kawasan-kawasan lain disekitarnya.

Tabel Lampiran I-16


Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Lunyuk”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 28


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

H. Labangka
Skala penilaian Kawasan Wisata Destinasi Utama Labangka, yang digunakan sesuai
dengan hasil pembobotan dalam analisis Fandeli menghasilkan skala penilaian :
• 13 – 15 à Sangat Baik
• 10 – 12 à Baik
• 07 – 09 à Sedang
• 04 – 06 à Buruk
• 00 – 03 à Sangat Buruk
1. Hasil Skoring
Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah :
5. Atraksi à 12
6. Aksesbilitas à 5,25
7. Informasi & Promosi à 6,5
8. Pelayanan à 6,2
2. Kesimpulan Destinasi Utama
Seperti halnya dengan Destinasi utama Lunyuk, dalam destinasi utama Labangka ini,
berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan Analisis Fandeli, diperoleh penilaian
dan kesimpulan, atraksi yang ditawarkan pada kawasan destinasi utama ini sudah baik,
karena kondisi alam yang masih alami, yang merupakan salah satu faktor wisatawan
mengunjungi suatu lokasi wisata. Untuk indikator lain sesuai hasil penilaian pembobotan
yang dilakukan, masih dalam skala “buruk”. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengembangan dan kebijakan dari pemerintah jika ingin mengembangkan kawasan ini
menjadi salah satu destinasi wisata yang mampu bersaing dengan kawasan-kawasan
lain disekitarnya.

Tabel Lampiran I-17


Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Labangka”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 29


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

I. Perencanaan Obyek Wisata Budaya


Obyek Wisata Budaya meliputi obyek-obyek wisata yang berkaitan erat dengan
kehidupan manusia seperti artifak benda bersejarah, gedung atau bangunan bersejarah
dan arsitekturnya, museum seni dan benda bersejarah, bangunan tempat beribadah,
dan sebagainya.

A. Obyek Wisata Sejarah


Pengembangan obyek-obyek wisata sejarah harus memperhatikan beberapa hal yang
berkaitan dengan obyek tersebut, yaitu 1) kumpulan obyek-obyek wisata tersebut dalam
suatu area atau kompleks secara keseluruhan, 2) obyek-obyek wisata secara individu
baik berupa bangunan maupaun artifak non-bangunan, dan 3) lingkungan sekitarnya
atau lanskap yang merupakan satu kesatuan dengan bangunan atau artifak bersejarah
lainnya (Gambar Lampiran II-1)

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 1


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Gambar Lampiran II-1


Komponen Obyek Wisata Bersejarah

Perencanaan kompleks atau kumpulan bangunan bersejarah dan artifak bersejarah


diarahkan pada penataannya secara spasial dan mengembalikan fungsinya sesuai
aslinya. Apabila kompleks yang ditata terlalu besar, maka dilakukan pengelompokkan
berdasarkan kelompok fungsi.

Obyek-obyek secara individu baik berupa bangunan dan artefak non-bangunan


direncanakan untuk preservasi dan restorasi sehingga bangunan dan artefak lainnya
akan berpenampilan seperti kondisi semula. Bentuk arsitektur dikembalikan seperti
semula dan atau berkarakter sesuai dengan aslinya, serta kualitas perbaikan yang
sangat baik.

Kondisi lanskap sekitar bangunan bersejarah sebaiknya juga dikembalikan pada kondisi
seperti semula. Oleh karena itu perlu suatu kajian lanskap secara khusus, karena kajian
ini belum pernal dilakukan sebelumnya. Pengembangan lingkungan luar (outdoor) atau
dikenal sebagai lanskap dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi ruang luar seperti
yang terjadi saat bangunan bersejarah tersebut dioperasionalkan pada zamannya.
Selain itu, penampilan lanskap pendukung bangunan utama agar terlihat estetik
memberi suatu kesatuan antara bangunan dan lanskapnya.

B. Obyek Wisata Museum


Perencanaan museum dalam hal ini tidak mengkhususkan pada fisik gedungnya saja,
tapi juga yang lainnya seperti konten koleksi dan sekuens sirkulasi yang menarik
(Gambar Lampiran II-2).

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 2


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Gambar Lampiran II-2


Komponen Penting Obyek Wisata Museum

Perencanaan obyek wisata museum secara khusus diarahkan pada hal-hal sebagai
berikut:
1. Materi Koleksi.
Suatu museum akan menjadi perhatian pengunjung apabila koleksinya memberikan
daya tarik tersendiri. Daya tarik dapat berupa topik atau jenis koleksinya dan juga
kualitas koleksinya. Pengembangan materi koleksi untuk setiap museum perlu dikaji
terlebih dahulu. Demikian juga terhadap kualitas koleksi, pemeliharaan perlu
dilakukan secara intensif.
2. Sekuens atau sirkulasi.
Materi yang baik perlu disajikan dengan baik juga. Penyajian tidak hanya sekedar
menampilkan dalam ruang pamer yang menarik, tapi juga berkaitan dengan
rangkaian cerita yang terkandung di dalamnya. Seluruh koleksi dihadirkan dalam
suatu rangkaian cerita yang mudah dipahami dan menarik. Beberapa museum tidak
memperlihatkan sekuens yang mudah dimengerti. Jadi tidak hanya menceritakan
bahwa koleksi ini dan koleksi itu pernah digunakan pada masa itu, tapi koleksi satu
dengan lainnya mempunyai keterkaitan dan memberi cerita yang menyeluruh
(komprehensif) dan menarik. Dalam menikmati cerita yang terkandung dalam koleksi
tersebut, pengunjung diharapkan merasa nyaman bergerak dalam museum
tersebut. Pergerakan pengunjung diharapkan tidak terhambat oleh adanya dan
bertumpuknya koleksi yang tidak terartur. Oleh karena itu, perlu penataan koleksi
sehingga memberi cerita keseluruhan yang menarik dan nyaman bergerak
menikmati koleksi tersebut.
3. Penampilan Keseluruhan.
Penampilan museum secara keseluruhan merupakan penampilan indoor dan
outdoor. Kesatuan penataan kedua ruang tersebut (indoor dan outdoor) sangat
membantu penampilan keseluruhan. Penampilan outdoor meliputi karakter
bangunan dan keindahan penampilan bangunan dan lingkungan luarnya.
4. Keramahtamahan Penjaga.
Hal kecil yang dapat mengganggu daya tarik obyek wisata museum adalah
pelayanan museum dan guidenya. Bila museum tersebut berukuran kecil dan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 3


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

dikelola oleh satu atau dua orang saja, yang bertugas menjaga dan melayani
pengunjung, maka peran penjaga tersebut sangat membantu meningkatkan daya
tarik museum. Penyambutan yang ramah dengan penjelasan sang sangat menarik
akan membantu meningkatkan daya tarik museum sebagai obyek wisata.

Perencanaan pengembangan museum diarahkan pada rehabilitasi bangunan dan


pengembangan koleksi-koleksinya, baik secara kuantitas maupun kualitas. Selain itu
pendidikan dan pelatihan keramahtamahan (hospitality) penjaga museum juga perlu
dilakukan agar pengunjung merasa bersahabat dengan konten koleksi melalui penjaga
dan atau guide museum tersebut.

C. Obyek Wisata Budaya


Obyek wisata budaya merupakan aktivitas budaya masyarakat setempat yang
mempunyai daya tarik tersendiri sehingga dapat dijadikan obyek kepentingan
pariwisata. Kabupaten Sumbawa memiliki kekayaan budaya yang sangat tinggi, seperti
jumlah kesenian dan tradisi masyarakat yang tetap dipegang teguh dalam kehidupan
keseharian mereka. Demikian pula kekayaan kesenian tradisional, jumlahnya sangat
banyak. Perencanaan pengembangan obyek wisata budaya harus memperhatikan
beberapa hal diantaranya adalah: 1) kegiatan budaya itu sendiri, 2) lokasi atau ruang
yang diperlukan untuk menyelenggarakan budaya tersebut, 3) institusi penyelenggara
kegiatan budaya tersebut (Gambar Lampiran II-3).

Kegiatan budaya atau adat biasanya diselenggarakan dalam periode tertentu atau
dilakukan dengan frekuensi tertentu dalam satu tahun. Jadwal penyelenggaraan yang
pasti dari suatu kegiatan budaya akan sangat membantu bagian promosi sehingga
memudahkan para calon wisatawan yang akan melihat kegiatan tersebut untuk
menetapkan hari kunjungannya ke lokasi dimana kegiatan tersebut dilaksanakan.
Kegiatan yang jelas dan pasti juga memudahkan perencana pariwisata untuk membuat
program wisata yang lebih akurat dan efisien.

Gambar Lampiran II-3


Komponen Penting Obyek Wisata Budaya

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 4


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Pelaksana kegiatan budaya juga menjadi perhatian perencana pengembangan


pariwisata. Di beberapa daerah, pelaksana kegiatan budaya adalah masyarakat yang
sudah lanjut usia, tidak ada generasi muda yang tertarik dengan kegiatan budayanya
sendiri. Oleh karena itu dalam perencanaan harus memperhatikan regenerasi budaya
atau adat. Untuk pengembangan regenerasi budaya dapat dilakukan melalui pendidikan
dan pelatihan baik secara formal maupun informal. Menumbuhkan minat generasi muda
terhadap budaya sendiri harus digalakan dalam berbagai kesempatan termasuk melalui
pendidikan formal di sekolah-sekolah.

Perencanaan obyek wisata budaya juga harus memperhatikan ruang atau lokasi yang
diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan budaya tersebut. Kegiatan budaya dapat
dilakukan di dalam gedung, di halaman atau ruang terbuka, dan di laut. Apakah ruang,
gedung, atau lokasi yang seharusnya digunakan masih ada atau sudah berubah fungsi.
Perbaikan atau penyediaan sarana tersebut harus direncanakan dengan baik agar
kegiatan budaya yang sudah mengakar tidak hilang secara bertahap. Oleh karena itu
perlu kajian berkaitan dengan identifikasi dan inventarisasi kegiatan budaya khususnya
berkaitan dengan kebutuhan ruang, gedung atau lokasi.

Perencanaan wisata budaya juga meliputi upaya untuk meningkatkan rasa


persaudaraan, yaitu diantaranya adalah:
1. Mempererat persaudaraan masyarakat Samawa dengan cara sosialisasi melalui
berbagai media, termasuk promosi iklan layanan tv, radio, atau media cetak lainnya.
2. Sosialisasi yang sama juga dilakukan pada setiap instansi/lembaga/perusahaan baik
formal maupun informal, seperti kegiatan kerja bakti bersama, kegiatan olah raga
bersama dan berbagai kegiatan bersama lainnya.
3. Mengadakan kegiatan pentas seni dan oleh raga bersama secara rutin baik di
tingkat kelurahan/desa, tingkat kecamatan, maupun tingkat kabupaten.
4. Memfasilitasi dialog damai antar pemuka agama, suku, dan adat.
5. Meningkatkan kesadaran satu saudara melalui pendidikan baik secara formal
maupun informal.
6. Pemberian insentif bagi institusi adat atau institusi lainnya baik pemerintah maupun
swasta yang menyelenggarakan kegiatan tersebut.

Lembaga atau institusi penyelenggara kegiatan-kegiatan budaya secara adat juga


merupakan komponen penting dalam perencanaan pembangunan obyek wisata
budaya. Masyarakat adat sebagai institusi harus menjadi obyek perencanaan agar
keberadaannya tidak mengalami degradasi atau kemunduran. Kajian institusi lokal yang
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan budaya perlu dilakukan untuk mengidentifikasi
seberapa jauh kekuatan institusi tersebut. Apakah sudah mengalami ancaman tidak
berfungsi (disfuction).
Tabel Lampiran II-1
Strategi Pengembangan Objek Wisata
STRATEGI-1: Strategi pengembangan obyek wisata agar berdaya saing nasional,
regional, dan global, serta berkelanjutan
Indikasi Program: Kegiatan:
1. Peningkatan Kualitas 1. Perencanaan Pengembangan dan Perbaikan Obyek dan
Obyek dan Daya Tarik Daya Tarik Wisata Alam dan Pegunungan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 5


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

STRATEGI-1: Strategi pengembangan obyek wisata agar berdaya saing nasional,


regional, dan global, serta berkelanjutan
Indikasi Program: Kegiatan:
Wisata Eksisting 2. Perencanaan Pengembangan dan Perbaikan Obyek dan
Daya Tarik Wisata Bahari
3. Perencanaan Pengembangan Ekowisata
4. Perencanaan Pengembangan dan Perbaikan Obyek dan
Daya Tarik Wisata Perdesaan
5. Perencanaan Pengembangan dan Perbaikan Obyek dan
Daya Tarik Agrowisata
6. Perencanaan Pengembangan dan Perbaikan Obyek dan
Daya Tarik Wisata Budaya
7. Perencanaan Pengembangan dan Perbaikan Obyek dan
Daya Tarik Wisata Sejarah
8. Perencanaan Pengembangan dan Perbaikan Obyek dan
Daya Tarik Wisata Minat Khusus dan Petualangan
9. Perencanaan Pengembangan dan Perbaikan Lanskap
Obyek-obyek Wisata Andalan Eksisting Kabupaten/ Kota
2. Perencanaan Obyek 10. Perencanaan dan Pembangunan Obyek dan Daya Tarik
Wisata Baru yang Wisata Ilmiah
Potensial 11. Perencanaan dan Pembangunan Kawasan Rekreasi
berbasis Theme Park.
12. Perencanaan dan Pembangunan Obyek-obyek Wisata
Baru lain yang potensial
13. Perencanaan dan Pembangunan Lanskap Obyek-obyek
Wisata Andalan yang Baru Kabupaten
Sumber : Hasil Rencana, 2013

II. Perencanaan Paket Wisata


Jangkauan Pariwisata di Kabupaten Sumbawa hampir sama dengan typical yang ada di
Kabupaten yang ada di Pulau Sumbawa. Kabupaten Sumbawa didominasi oleh dataran
yang luas dan pada bagian utaranya tersebar banyak pulau-pulau kecil. Morfologi
wilayahnya yang bervariasi dan mayoritas bergunung-gunung serta sebaran lokasi
objek wisata yang luas, sedikit menyulitkan untuk menjangkau obyek-obyek wisata
andalan dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, perlu disediakan paket-paket wisata
yang dapat mengakomodasi berbagai kepentingan dan waktu yang tersedia dari para
wisatawan. Perencanaan pengembangan pariwisata di kabupaten ini tidak hanya
menyediakan obyek-obyek wisata unggulan dan keragaman jenis obyek wisata, tetapi
juga menyediakan paket-paket wisata yang menarik dan dapat mengundang rasa
penasaran pengunjung atau calon pengunjung.

Kebutuhan berwisata satu atau kelompok wisatawan dapat berbeda dengan satu atau
kelompok wisatawan lainnya. Kebutuhan yang berbeda-beda ini perlu diidentifikasi
dengan baik sehingga pengunjung dapat memperoleh pengalaman sesuai dengan yang
diinginkan (Gambar Lampiran II-4).

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 6


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Gambar Lampiran II-4


Kategori Paket Wisata

Waktu yang Tersedia. Apabila wisatawan ingin mengunjungi obyek-obyek wisata


dengan waktu yang sangat terbatas atau pembatas wisatanya adalah waktu, maka perlu
disediakan suatu paket yang memenuhi kebutuhannya. Paket wisata dapat disusun
berdasarkan waktu yang tersedia bagi pengunjung tersebut. Oleh karena itu, perlu
disusun paket wisata berdasarkan waktu yang tersedia. Artinya, pengunjung hanya
mempunyai waktu tertentu untuk berwisata. Ketersediaan waktu tersebut
dikelompokkan kedalam beberapa kategori, diantaranya adalah: (1) wisatawan yang
hanya mempunyai waktu setengah hari, (2) hanya mempunyai waktu satu hari penuh,
(3) waktu yang tersedia selama 2-3 hari, (4) waktu yang tersedia untuk berwisata
selama satu minggu, dan (5) waktu yang disediakan untuk berwisata lebih dari satu
minggu (Gambar Lampiran II-5).

Gambar Lampiran II-5


Kategori Paket Wisata Berdasarkan Waktu yang Tersedia.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 7


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Wisatawan yang mempunyai waktu kunjungan sampai setengah hari, kunjungan dapat
diarahkan hanya dalam sekitar kota saja (Gambar Lampiran II-5). Kunjungan dengan
waktu yang tersedia satu hari penuh dapat dilakukan di dalam kota dengan wisata
perkotaan. Obyek-obyek yang dikunjungi dapat berupa obyek-obyek wisata andalah
yang ada di Sumbawa Besar dan sekitarnya.

Waktu kunjungan yang tersedia sampai 3 hari memberikan keleluasaan dalam


berwisata. Hari pertama dapat mengunjungi obyek-obyek wisata yang berada di ibukota
Kabupaten. Hari kedua dapat mengunjungi obyek-obyek wisata yang berada di luar
Kota Sumbawa Besar. Hari ketiga dapat mengunjungi obyek-obyek wisata yang terletak
agak jauh dari lokasi ibukota. Perjalanan dapat dilakukan secara berkesinambungan
tanpa harus kembali ke Sumbawa Besar.

Paket wisata dengan waktu yang tersedia selama satu minggu merupakan paket wisata
yang diprediksi merupakan paket wisata yang cukup lengkap. Paket ini dapat
mengunjungi semua berbagai obyek-obyek wisata yang ada. Waktu satu minggu masih
sangat memungkinkan untuk mengikuti paket khusus atau paket minat khusus. Paket
wisata dengan waktu yang tersedia lebih dari satu minggu dapat diarahkan pada wisata
dengan homestay. Wisatawan dapat menikmati alam dan budaya Samawa lebih
mendalam lagi seperti kebiasaan hidup sehari-hari, dan sebagainya.

Jenis Obyek Wisata yang Sama. Paket wisata yang didasarkan atas kesamaan obyek
dapat disusun dengan memperhatikan obyek-obyek wisata andalan dan mempunyai
nilai wisata yang tinggi, seperti sebagai berikut:
1) Paket Wisata Sejarah dan Budaya
2) Paket Wisata Taman Laut (Diving dan Snorkeling)
3) Paket Wisata Pantai
4) Paket Agrowisata
5) Paket Ekowisata

Paket wisata dengan jenis obyek yang sama dapat dilaksanakan dalam dan antarzona
pariwisata, atau kunjungan di zona pariwisata 1 hanya pada lokasi-lokasi yang paling
baik (andalan), kemudian dilanjutkan pada objek lain yang terbaik di masing-masing
zona pariwisata lainnya.

Jenis Obyek yang Beragam. Paket wisata ini menyediakan berbagai macam obyek
untuk dikunjungi, mulai dari obyek wisata sejarah, bahari, alam pegunungan, bahkan
sampai pada wisata rekreasi. Sekali kunjungan wisatawan diajak ke berbagai obyek
wisata andalan baik di dalam zona pariwisata maupun zona pariwisata lainnya sesuai
waktu wisatawan yang tersedia. Penyusunan paket wisata ini perlu kajian khusus.

Obyek Wisata yang Berdekatan. Paket wisata ini disediakan bagi wisatawan yang
tidak ingin pergi jauh dari tempat mereka menginap. Wisatawan akan mengunjungi
obyek-obyek wisata yang lokasinya berdekatan dan tidak jauh, walaupun obyek-obyek
wisata yang dikunjungi bukan merupakan obyek andalan di zona tersebut. Kunjungan
obyek-obyek wisata terdekat di Sumbawa dapat dilakukan walaupun bukan obyek
wisata andalan.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 8


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel Lampiran II-2


Strategi Pengembangan Paket Wisata
STRATEGI-2: Pengembangan paket-paket wisata yang berdaya saing nasional dan
global serta dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan wisatawan:
Indikasi Program: Kegiatan:
1. Penyusunan paket-paket a. Kajian Paket Wisata Berdasarkan Waktu yang
wisata yang sesuai Tersedia.
kebutuhan wisatawan b. Kajian Paket Wisata Berdasarkan Jenis Obyek
Wisata yang Sama.
c. Kajian Paket Wisata Berdasarkan Jenis Obyek
Wisata yang Beragam.
d. Kajian Paket Wisata Berdasarkan Kedekatan
lokasi Obyek Wisata
e. Penyusunan Dokumen Rencana Detil Pemasaran
Paket Wisata Kabupaten Sumbawa.
f. Penyusunan Dokumen Rencana Detil Pemasaran
Paket Wisata Antar Pulau dan Antar Provinsi,
dan Antar Negara.
Sumber : Hasil Rencana, 2013

III. Perencanaan Sarana Dan Prasarana


Mengacu pada Gambar Lampiran II.1, sarana dan prasarana atau amenitas merupakan
penunjang pariwisata yang sangat membantu kenyamanan wisatawan diantaranya
akomodasi penginapan, rumah makan atau restoran, toko souvenir, pasar, pelayanan
kesehatan, pelayanan pos dan telekomunikasi, jasa pelayanan perjalanan, dan
sebagainya. Pelayanan amenitas harus direncanakan secara komprehensif dan
terintegrasi baik pada tingkat objek wisata maupun tingkat kabupaten. Fasilitas
pelayanan di tingkat kabupaten merupakan fasiltas pelayanan yang lengkap sehingga
apabila pelayanan di objek wisata atau kecamatan kurang memadai, maka dapat dirujuk
ke tingkat kabupaten, khususnya untuk pelayanan kesehatan (Gambar Lampiran II-6).

Pelayanan juga dapat dilakukan pada kabupaten sekitar sehingga pencapaian lebih
mudah dan cepat. Pengembangan pelayanan lintas kabupaten tersebut perlu ada suatu
kajian khusus, mengingat jenis pelayanan yang diperlukan dan mekanisme merujuk
belum dipunyai. Melalui kajian tersebut, akan diketahui fasilitas dan pelayanan seperti
apa yang dimiliki masing-masing zona wisata yang ada.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 9


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Gambar Lampiran II-6


Konsep Pelayanan Tiap SKW

Wisatawan yang ingin berkunjung ke Kabupaten Sumbawa perlu menyediakan waktu


minimal satu hari. Selama itu, tentunya memerlukan akomodasi terutama tempat tinggal
atau menginap (jika lebih dari satu hari) dan makan (Gambar Lampiran II-7). Berbagai
jenis penginapan tersedia di Kabupaten Sumbawa, mulai dari yang murah sampai yang
mahal. Demikian juga restoran atau rumah makan tersedia di sekitar kawasan.
Perjalanan yang lama, memungkinkan para wisatawan mengalami penurunan
kesehatan atau bahkan menjadi sakit.

Rumah sakit, klinik atau puskesmas di Kabupaten Sumbawa selalu terbuka untuk
melayani para pasiennya, termasuk para wisatawan. Demikian pula apabila wisatawan
berkeinginan membeli souvenir yang merupakan ciri khas Kabupaten Sumbawa, dapat
mengunjungi toko-toko souvenir atau pasar terdekat untuk mendapatkan berbagai
macam oleh-oleh khas Kabupaten Sumbawa.

Merujuk pada Gambar Lampiran II-7 tersebut di atas, perencanaan amenitas lebih
difokuskan pada kebutuhan utama wisatawan selama kunjungannya di Kabupaten
Sumbawa. Perencanaan amenitas meliputi penginapan atau hotel, rumah makan atau
restoran, pelayanan kesehatan, listrik, telepon, pos, dan sebagainya.

Penginapan. Jumlah penginapan di Kabupaten Sumbawa saat ini adalah 27 buah.


Jumlah ini diperhitungkan masih mampu menampung wisatawan dengan asumsi bahwa
kedatangan wisatawan tersebar setiap minggu dalam satu tahun dan tersebar di
berbagai SKW. Jika terjadi pemusatan waktu dan lokasi kedatangan wisatawan, maka
diperlukan penambahan jumlah kamar penginapan. Dilhat dari segi jumlah total kamar,
tambahan kamar masih belum diperlukan sampai 10 tahun kedepan, karena jumlah
kamar yang diperlukan saat itu diperkirakan mencapai jumlah kamar sebanyak 593

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 10


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

kamar, dirasa masih mencukupi untuk menampung jumlah wisatawan yang akan
memanfaatkan akomodasi hotel.

Gambar Lampiran II-7


Amenitas Utama yang Diperlukan Wisatawan

Pengembangan penginapan, baik berupa hotel, wisma, maupun homestay,


dikategorikan kedalam dua pendekatan, yaitu:
1. Perbaikan atau Penataan Kembali.
Pendekatan ini dilakukan terutama untuk zona utama, dimana sudah banyak
tersedia fasilitas amenitas. Penataan dan perbaikan dilakukan terhadap kondisi fisik
dan sistem pelayanannya. Perbaikan terhadap kondisi fisik diarahkan pada
kelayakan tinggal bagi wisatawan sesuai dengan kelas pelayanan penginapan.
Penataan fisik harus disertai penataan pelayanannya. Jangan sampai terjadi bahwa
hotel berbintang dengan pelayanan wisma. Salah satu pelayanan bagi wisatawan
untuk amenitas penginapan ini adalah menyediakan informasi yang jelas dan akurat
berkaitan dengan penginapan seperti harga dan fasilitas yang disediakan. Informasi
ini harus dapat diperoleh wisatawan sebelum wisatawan tiba di Kabupaten
Sumbawa.

Penataan kembali kondisi fisik yang direncanakan tidak hanya dilakukan pada
indoor penginapan, tapi juga outdoor-nya. Kondisi sekitar penginapan harus
diperhatikan sehingga wisatawan merasa nyaman untuk tinggal. Keramahtamahan
pelayanan adalah sangat penting, karena akan memberikan kesan yang sangat
mendalam dan membekas sampai mereka kembali.
Kegiatan yang perlu dilakukan dalam perencanaan pembangunan pariwisata adalah
identifikasi penginapan yang memenuhi standard, perencanaan detil lanskap
perhotelan dan penginapan yang mendukung estetika lingkungan, serta pendidikan
dan pelatihan perhotelan dan keramahtamahan bagi pekerja hotel dan penginapan.

2. Pembangunan yang Baru.


Pada beberapa wilayah yang lokasinya jauh dari ibukota kabupaten, penginapan
masih sangat terbatas, bahkan hampir dikatakan tidak ada. Untuk wilayah tersebut
direncanakan dibangun penginapan standar yang mampu menampuk wisatawan
yang berkunjung ke wilayah tersebut. Pada tahun pertama, jika wisatawan ingin

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 11


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

menginap pada agak jauh dari pusat-pusat pengembangan di zona-zona tersebut,


maka harus melalui pendekatan pada masyarakat sekitar yang mau bersedia
memerima wisatawan untuk menginap di rumahnya. Pengembangan pelayanan
penginapan di zona ini diarahkan dengan pendekatan homestay. Pada periode awal
pengembangan, pendekatan ini dapat dilakukan karena akan sangat membantu
wisatawan dan masyarakat. Oleh karena itu, perlu kajian mendalam berkaitan
dengan pengalihan fungsi rumah masyarakat yang layak untuk dijadikan tempat
homestay para wisatawan.

Pengembangan selanjutnya, apabila kapasitas daya tampung homestay sudah tidak


memenuhi lagi, artinya jumlah wisatawan yang ingin homestay jauh melebihi daya
tampung homestay yang ada di zona tersebut, maka perlu direncanakan untuk
membangun penginapan berupa wisma, motel atau hotel sesuai dengan kondisi
lokasi tersebut. Investasi pembangunan penginapan tersebut ditawarkan kepada
pihak ketiga atau masyarakat sekitar. Peran pemerintah hanya memfasilitasi
pembangunan tersebut. Biaya investasi diserahkan pada investor yang berminat.

Perbaikan ataupun pembangunan yang baru fasilitas penginapan harus disertai


dengan penyediaan amenitas lainnya seperti listrik, telepon, air bersih, dan makan.
Di setiap penginapan harus menyediakan penerangan yang layak, menyediakan
pelayanan telepon (lokal, interlokal dan internasional), menyediakan air bersih untuk
mandi dan minum, dan menyediakan pelayanan makan, serta pelayanan kesehatan
darurat.

Rumah Makan. Berbagai rumah makan, saat ini tersedia cukup banyak di seluruh
Kabupaten Sumbawa, baik yang menyediakan makanan tradisional maupun makanan
nusantara. Pembinaan rumah-rumah makan dilakukan pada rumah makan yang belum
memenuhi standar kesehatan. Selain itu, pembinaan juga dilakukan untuk memberi
pelayanan yang ramah dan menyenangkan para wisatawan sehingga wisatawan ingin
kembali makan di tempat tersebut.

Pelayanan makan, selain makan di tempat juga menyediakan paket makan yang dapat
dibawa wisatawan dan tahan lama. Hal ini mengantisipasi kemungkinan tidak adanya
rumah makan pada lokasi tertentu dimana wisatawan ingin menghabiskan waktunya
seharian penuh di lokasi tersebut.

Toko Souvenir. Beberapa buah tangan (oleh-oleh) khas Sumbawa, tersedia di toko
souvenir. Jumlah toko souvenir masih sangat terbatas dan saat ini hanya ada di kota-
kota kecamatan dan berpusat di Sumbawa Besar. Pengembangan pelayanan gift dan
souvenir ini harus melibatkan masyarakat pengrajin dan industri wisata. Penataan lokasi
toko souvenir harus dilakukan untuk menyedia pelayanan ini bagi wisatawasn dengan
mudah.
Aksesibilitas. Perencanaan infrastruktur aksesibilitas meliputi aksesibilitas menuju Ibu
Kota Kabupaten dan obyek wisata yang dituju (Gambar Lampiran II-8). Sampai saat ini
akses yang paling mudah menuju Kabupaten Sumbawa adalah melalui penyeberangan
laut yang dilanjutkan dengan perjalanan menggunakan kendaraan darat. Sedangkan
untuk rute penerbangan, Kabupaten Sumbawa telah di layani oleh 2 maskapai regular

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 12


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

yang memanfaatkan Bandar Udara Brang Biji Sumbawa Besar. Penerbangan utama
dilakukan melalui Hub Lombok dan Denpasar. Beberapa penerbangan non regular juga
sering singgah di Bandar Udara ini, untuk mengangkut grup wisatawan yang akan
menuju ke pulau Moyo.

Gambar Lampiran II-8


Aksesibilitas Menuju Obyek Wisata

Akses direncanakan menggunakan transportasi darat, laut dan udara. Demikian pula
akses menuju obyek-obyek wisata direncanakan dengan menggunakan ketiga
transportasi tersebut. Pada umumnya obyek-obyek wisata di Kabupaten Sumbawa
berjarak lebih dari 10 kilometer dari pusat kota Kabupaten/Kota. Obyek-obyek wisata
yang jaraknya dekat dengan ibukota kabupaten dan jumlahnya sedikit. Hal ini
menunjukkan bahwa transportasi sangat diperlukan untuk mencapai obyek-obyek
wisata tersebut. Oleh karena itu, perencanaan aksesibilitas juga meliputi akses menuju
ibukota kabupaten, dan akses menuju obyek-obyek wisata. Selain itu juga konektivitas
antar obyek wisata, perlu diperhatikan.

Akses transportasi laut menuju Kabupaten Sumbawa adalah yang utama.


Pengembangan jalur laut ini direncanakan untuk memanfaatkan jalur laut regional
dalam rangka meningkatkan aksesibilitas melalui jalur laut. Semakin intensif kapal yang
singgah ke Kabupaten Sumbawa akan semakin besar peluang kedatangan wisatawan
baik wisatawan nusantara, maupun wisatawan mancanegara. Pelabuhan laut berskala
nasional yang hanya ada di Sumbawa Besar, direncanakan untuk dikembangkan untuk
memenuhi standar nasional maupun internasional. Pelabuhan kolektor direncanakan
harus tersedia di setiap wilayah yang memikiki pusat-pusat pertumbuhan utama.
Pengembangan pelabuhan lokal disesuaikan kebutuhan lokal seperti pengembangan
lokasi tertentu untuk pemukiman atau obyek-obyek wisata baru yang akan dibangun.
Rencana pengembangan transportasi baik laut maupun darat, ini merupakan usulan
pengembangan yang dikaitkan dengan kebutuhan pariwisata.

Akses darat dari ibu kota kabupaten menuju obyek wisata direncanakan untuk
ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas, peningkatan jalan
diarahkan pada peningkatan kelas jalan atau fisik jalan yang semula jalan tersebut
berupa jalan agregrat menjadi jalan beraspal, atau semua berupa jalan tanah menjadi
jalan agregrat. Selain itu, pengembangan jalan beraspal yang sudah ada diikuti dengan
pengembangan lanskap jalannya.

Pada jalan-jalan-jalan kota bagian tertentu yang intensitas pejalan kakinya tinggi,
khususnya untuk mencapai obyek-obyek wisata, perlu trotoar (pedestrian walk) yang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 13


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

memadai, agar para wisatawan merasa nyaman menuju obyek-obyek wisata di dalam
kota dengan berjalan kaki.

Pengembangan jalan secara kuantitas yang dimaksud adalah menambah panjang jalan
menjadi lebih panjang sesuai dengan RTRW Kabupaten Sumbawa. Dalam RIPPDA
Kabupaten Sumbawa ini, pengembangan jalan baru disarankan agar melintasi obyek-
obyek wisata andalan yang potensial dan yang masih belum dimanfaatkan sebagai
obyek wisata. Prasarana Jalan sangat penting dalam pariwisata, namun demikian, alat
transportasi juga merupakan fasilitas penting bagi pariwisata. Pengunjung lokal dan
pengunjung lainnya memerlukan transportasi yang layak, pasti, dan tertib.

Transportasi umum merupakan jenis transportasi rakyat yang harus dikembangkan.


Namun demikian, sistem transportasi harus dikaji lebih jauh, karena untuk keberlanjutan
sistem transportasi yang nyaman dan ramah lingkungan banyak variebel yang harus
dipertimbangkan, termasuk perilaku berkendaraan dan sangsi pelanggaran. Kajian
berkaitan dengan preferensi masyarakat, peluang usaha jasa transportasi bagi
masyarakat, jenis transportasi yang sesuai, dan sebagainya, perlu dilakukan untuk
memperkuat rencana pengembangan transportasi.

Tabel Lampiran II-3


Strategi Pengembangan Sarana dan Prasarana
STRATEGI-3: Strategi pengembangan sarana dan prasarana pariwisata untuk
mencapai sistem kepariwisataan yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan serta berpihak pada masyarakat
Indikasi Program: Kegiatan:
1. Peningkatan Kualitas 1. Perencanaan dan Pembangunan Lanskap Obyek-obyek
Sarana dan Prasarana Wisata Andalan Kabupaten
Obyek Wisata 2. Kajian Pengembangan Kebutuhan Hotel, Penginapan dan
Restoran untuk Pariwisata.
3. Pembangunan Gedung Pusat Informasi Pariwisata
Kabupaten Sumbawa.
4. Pembangunan Gedung Pusat Informasi Pariwisata
Kabupaten
5. Pembangunan Sistem Informasi Pariwisata berbasis
Teknologi Informasi.
6. Perencanaan dan Pembangunan pusat perbelanjaan
pariwisata (toko souvenir, makanan dan minuman, jasa
bank dsb).
2. Pengembangan 7. Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur
Aksesibilitas Transportasi Darat Menuju Obyek Wisata Andalan yang
Terpencil
8. Perbaikan Akses/Jalan Darat Menuju Obyek-obyek
Wisata Andalan.
9. Perencanaan dan Pembangunan Darmaga Kapal
Laut/Speedboat Wisata dari dan ke Tujuan Obyek Wisata
10. Pengadaan Kapal Pariwisata Multifungsi Berkapasitas
Sedang Tujuan Pulau-pulau Kecil.

11. Peningkatan Kualitas Pelayanan Bandar Udara

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 14


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

STRATEGI-3: Strategi pengembangan sarana dan prasarana pariwisata untuk


mencapai sistem kepariwisataan yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan serta berpihak pada masyarakat
Indikasi Program: Kegiatan:
12. Perencanaan dan Pembangunan Sarana/ Prasarana
Kesehatan
13. Perencanaan dan Pembangunan Sarana/ Prasarana Pos
dan Telekomunikasi
14. Perencanaan Sistem dan Alat Transportasi Umum
(trayecking) Menuju Obyek-obyek Wisata
15. Pengadaan Perahu Taman Laut
16. Perbaikan Pelabuhan Lintasan Transportasi Laut Untuk
Memenuhi Standar Nasional
17. Melakukan kajian sistem transportasi umum menuju
obyek-obyek wisata
18. Melakukan kajian pengembangan Bandara, baik lokal
maupun internasional
Sumber : Hasil Rencana, 2013

IV. Perencanaan Sumberdaya Manusia


Perencanaan pengembangan sumberdaya manusia (SDM) pariwisata memfokuskan
pada kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia pariwisata (Gambar Lampiran II.9).
Yang dimaksud dengan sumberdaya manusia pariwisata adalah orang-orang yang
terlibat dalam dunia kepariwisaan di berbagai posisi/fungsi. Perencanaan
pengembangan kualitas SDM meliputi pendidikan, pelatihan, dan magang.
Pengembangan sumberdaya manusia kepariwisaan Kabupaten Sumbawa direncanakan
untuk menyekolahkan baik program diploma, sarjana maupun pascasarjana dalam
bidang kepariwisataan. Perencanaan pengembangan SDM melalui pelatihan
direncanakan dilakukan di dalam dan di luar wilayah Kabupaten. Selain pelatihan,
magang juga direncanakan untuk meningkatkan kualitas SDM. Pelaksanaannya dapat
dilakukan pada daerah dengan sistem kepariwisataan yang sudah mapan dan maju.
Bahkan untuk beberapa bidang tertentu, beberapa SDM kepariwisataan Kabupaten
Sumbawa dapat dimagangkan di luar negeri. Untuk itu perlu ada kajian sumberdaya
manusia kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa secara komprehensif.
Pendidikan, pelatihan dan magang SDM pariwisata yang direncanakan selain untuk
SDM pemerintah juga untuk SDM masyarakat yang terlibat dalam usaha pariwisata.
Pembinaan bagi masyarakat yang berusaha di sektor pariwisata.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 15


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Gambar Lampiran II-9


Komponen Perencanaan Pengembangan SDM Kepariwisaan

Pembinaan dilakukan melalui pendampingan penyusunan rencana pengembangan


usaha pariwisata, atau pendampingan penyusunan rencana buka usaha baru di bidang
pariwisata.

Perencanaan pengembangan sumberdaya juga mempertimbangkan kebutuhan jumlah


tenaga kepariwisataan yang optimal agar dapat menggerakkan roda kepariwisataan
Kabupaten Sumbawa dengan baik dan benar. Jumlah SDM yang dibutuhkan dapat
dipenuhi dengan cara:
1. Memanfaatkan tenaga ahli dan profesional yang berada di luar Kabupaten
Sumbawa untuk dapat membantu pengembangan kepariwisaan,
2. Melakukan rekruitmen tenaga kepariwisataan secara terbuka dan fair untuk
menghasilkan input SDM yang berkualitas dan sesuai kebutuhan, termasuk
rekruitmen bagi mereka yang menerima beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di
bidang kepariwisataan atau bidang yang terkait.
3. Mengalihfungsikan SDM yang ada dari sektor lain menjadi SDM yang bekerja di
sektor pariwisata dengan melalui pendidikan, pelatihan, atau pemagangan terlebih
dahulu,
4. Menawarkan kepada berbagai pihak, mulai dari masyarakat setempat, para pelajar
sekolah menengah umum (SMU), maupun pada para pegawai negeri sipil untuk
menjadi volunteer dalam berbagai kegiatan kepariwisataan.

Tabel Lampiran II-4


Strategi Peningkatan SDM Pariwisata
STRATEGI-4: Strategi peningkatan kualitas profesionalisme sumberdaya manusia
pariwisata melalui pendidikan, pelatihan, dan magang
Program Kegiatan
1. Peningkatan Tenaga Terampil di 1. Pendidikan, Pelatihan dan Magang Tenaga
Bidang Perhotelan, Restoran, Biro Terampil di Bidang Perhotelan.
Perjalanan dan Pemandu Wisata 2. Pendidikan, Pelatihan dan Magang Tenaga

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 16


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

STRATEGI-4: Strategi peningkatan kualitas profesionalisme sumberdaya manusia


pariwisata melalui pendidikan, pelatihan, dan magang
Program Kegiatan
Terampil di Bidang Restoran.
3. Pendidikan, Pelatihan dan Magang Tenaga
Terampil di Bidang Biro Perjalanan.
4. Pendidikan, Pelatihan dan Magang Tenaga
Terampil di Bidang Pemandu Wisata.
5. Peningkatan Kemampuan 6. Pendidikan dan Pelatihan Kemampuan Bahasa
Berbahasa Asing bagi Tenaga Asing bagi Tenaga Terampil di Bidang
yang Terlibat Kepariwisataan Kepariwisataan.
7. Peningkatan dan Pemanfaatan 8. Pendidikan dan Pelatihan Hospitality bagi
Kesiapan Masyarakat sebagai Masyarakat sebagai Tuan Rumah.
Tuan Rumah Pariwisata 9. Studi Banding dan Pemagangan Tenaga Terampil
di Bidang Pariwisata ke Daerah yang lebih maju
10. Pemberian Beasiswa bagi lulusan SMU, Aparat
pemerintah dan dosen untuk menempuh
pendidikan lanjutan S1, S2, dan atau S3 di bidang
pariwisata.
11. Peningkatan Kesadaran 12. Sosialisasi Peningkatan sadar wisata bagi
Masyarakat dalam masyarakat tujuan wisata
Mempertahankan Kerukunan 13. Sosialisasi Kerukunan Bermasyarakat melalui
Bermasyarakat Melalui Pariwisata Pentas Seni Bersama sebagai Atraksi Wisata
Budaya.
14. Sosialisasi Kerukunan Bermasyarakat melalui
Rekreasi Sport Bersama sebagai Atraksi Wisata
Olah Raga
15. Peningkatan Kemampuan Teknis 16. Pendidikan dan Pelatihan Total Quality
di Bidang Manajemen Management (TQM) Pariwisata bagi Aparat
Kepariwisataan. Pemerintah dan Stakeholder yang terlibat pada
dunia bisnis Pariwisata.
17. Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Berbasis
Kinerja, Balance Scorecard (BSC) bagi Aparat
Pemerintah dan Stakeholder yang terlibat pada
dunia bisnis Pariwisata.
18. Pendidikan dan Pelatihan ISO 9000 dan ISO
14000 bagi Aparat Pemerintah dan Stakeholder
yang terlibat pada dunia bisnis Pariwisata.
19. Peningkatan Kemampuan di 20. Pendidikan dan Pelatihan Bidang Perencanaan
Bidang Perencanaan dan Pariwisata bagi Aparat Pemerintah Setempat.
Pemasaran Pariwisata 21. Pendidikan dan Pelatihan Pemasaran Pariwisata
bagi Aparat Pemerintah dan Stakeholders yang
terlibat Usaha Pariwisata.
22. Kajian Kebutuhan SDM Kepariwisataan di
Kabupaten Sumbawa
23. Mengadakan rekruitmen SDM kepariwisataan
24. Pengembangan pendidikan 25. Pembukaan sekolah kejuruan berbasis pariwisata
kejuruan berbasis pariwisata (jurusan perhotelan, jurusan pariwisata, dll)
setingkat SMU, diploma, dan S-1
26. Pengembangan modul-modul kurikulum sekolah

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 17


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

STRATEGI-4: Strategi peningkatan kualitas profesionalisme sumberdaya manusia


pariwisata melalui pendidikan, pelatihan, dan magang
Program Kegiatan
kejururan berbasis pariwisata
27. Mengadakan Kajian yang 28. Melakukan kajian identifikasi kegiatan budaya dan
mendukung pariwisata penyelengaraannya
29. Pendidikan dan Pelatihan Aplikasi Sistem
Informasi Pariwisata berbasis Teknologi Informasi
bagi Aparat Pemerintah Pengelola Pariwisata.
30. Melakukan kajian Homestay di zona wisata yang
belum lengkap akomodasi wisatanya
31. Melakukan pengawasan dari pihak pemerintah
yang memberikan fasilitas perijinan dan social
control investment
Sumber : Hasil Rencana, 2013

V. Perencanaan Kelembagaan
Lembaga kepariwisataan merupakan suatu lembaga yang mengelola berbagai kegiatan
kepariwisataan baik secara langsung maupun tidak langsung. Lembaga ini sangat
diharapkan keberadaannya agar kepariwisataan daerah terorganisir dan terkoordinasi
dengan baik sehingga para wisatawan merasakan kenyamanannya berwisata di daerah
tersebut. Lembaga kepariwisataan yang profesional tidak harus lembaga baru yang
dibentuk khusus untuk kepariwisataan, tapi dapat juga memberdayakan lembaga yang
sudah ada dan potensial untuk dikembangkan secara profesional.

Peran utama lembaga atau institusi tersebut adalah mengelola sistem kepariwisataan
Kabupaten Sumbawa yang ada di dalamnya. Kegiatan penting lainnya adalah
mempromosikan dan memasarkan pariwisata yang ada di Kabupaten Sumbawa.

Pada tingkat Kabupaten, lembaga yang menangani kepariwisataan secara legal adalah
Dinas Pemuda Olahraga dan Budaya dan Pariwisata Kabupaten Sumbawa. Sedangkan
pada tingkat kecamatan, dapat dibentuk lembaga yang menangani sektor wisata berupa
Unit Pelaksana Teknis Bidang Pariwisata (Gambar Lampiran II-10). Dengan demikian,
lembaga yang menangani kepariwisataan secara legal sudah ada.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 18


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Gambar Lampiran II-10


Lembaga Kepariwisataan

Pembentukan lembaga baru yang independen sekalipun masih dirasa kurang tepat,
karena dapat mengurangi peran dan fungsi dinas-dinas tersebut. Namun demikian,
pada pelaksanaannya dinas-dinas tersebut masih mempunyai kelemahan-kelemahan
yang perlu diperkuat. Oleh karena itu, pada pelaksanaannya dinas-dinas tersebut dapat
bermitra dengan masyarakat dan atau lembaga non-pemerintah (LSM). Bentuk
kemitraan, kewenangan, dan teknis pelaksanaannya perlu dikaji lebih jauh.

Tabel Lampiran II-5


Strategis Kelembagaan Pengelolaan Pariwisata
STRATEGI-5: Strategi promosi dan pemasaran melalui pengembangan institusi
pariwisata dengan sistem pengelolaan yang melibatkan pihak-pihak
terkait.
Strategi pengembangan ekonomi dan investasi berbasis kesejahteraan
masyarakat setempat.
Indikasi Program: Kegiatan:
1. Pengembangan Pasar 1. Pengembangan Pemasaran Bersama dengan Daerah Lain
Pariwisata yang Memiliki Sasaran Sejenis
2. Pengembangan dan Pemantapan Sistem Informasi
Kepariwisataan
3. Penetapan dan Pemantapan Event Pariwisata
4. Pengembangan segmen pasar pariwisata

2. Pengembangan Promosi 5. Peningkatan Kegiatan Promosi Daya Tarik Wisata dan


Pariwisata Investasi.
6. Pengembangan Pengelolaan Situs Pariwisata Sumbawa
yang Efisien dan Efektif.
7. Penyusunan Dokumen Promosi dan ’Promotion Kits’
8. Melakukan promosi melalui lomba menulis tingkat SD,

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 19


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

STRATEGI-5: Strategi promosi dan pemasaran melalui pengembangan institusi


pariwisata dengan sistem pengelolaan yang melibatkan pihak-pihak
terkait.
Strategi pengembangan ekonomi dan investasi berbasis kesejahteraan
masyarakat setempat.
Indikasi Program: Kegiatan:
SMP, SMU, Mahasiswa atau umum.
3. Pengembangan Institusi 9. Melakukan kajian kelembagaan dan bentuk kewenangan
Pariwisata mitra
10. Pembangunan Sistem Informasi Pariwisata berbasis
Teknologi Informasi (Web).
11. Koordinasi dan konsolidasi institusi pemerintah dan
stakeholder dalam pengelolaan pariwisata
12. Penyusunan Dokumen Sistem Pengelolaan Pariwisata
berbasis TQM dan BSC
13. Kajian penyusunan dokumen aplikasi ISO 9000 dan 14000
bagi pengelolaan pariwisata di Kabupaten Sumbawa.
Sumber : Hasil Rencana, 2013

VI. Perencanaan Pengelolaan Lingkungan


Perencanaan pengelolaan lingkungan dimaksudkan untuk menjamin bahwa kualitas
lingkungan produk wisata (obyek-obyek wisata dan pendukung wisata) tidak mengalami
penurunan yang sangat drastis. Pembangunan obyek-obyek wisata dan penunjang
wisata yang baru harus dilakukan analisis mengenai dampak lingkungannya (amdal).
Amdal dibuat sesuai dengan skala pekerjaan perencanaan dan pembangunan produk-
produk wisata. Produk-produk wisata berskala kecil baik yang belum dibangun maupun
yang sudah dibangun setidaknya harus menyertakan dokumen Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKP) dan Rencana Pamantauan Lingkungan (RPL). Dengan dokumen-
dokumen tersebut diharapkan kelestarian produk-produk wisata dapat dipertahankan.

Gambar Lampiran II-11


Analisis Mengenai Dampak Lingkungan pada Produk Wisata.

Rencana dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan (RKL) meliputi:


1) faktor lingkungan yang terkena dampak,
2) sumber dampak,
3) bobot dan tolok ukur dampak,
4) upaya pengelolaan lingkungan.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 20


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Faktor-faktor yang terkena dampak meliputi faktor biogeofisik kimia, aspek sosial
ekonomi dan sosial budaya. Sumber dampak meliputi komponen-komponen penting
penyebab dampak seperti misalnya emisi SO2 dan NOx dengan konsentrasi tinggi, atau
berupa limbah rumah makan, sampah kawasan rekreasi dan sebagainya.

Upaya pencegahan dampak yang diakibatkan oleh kegiatan wisata di produk wisata
dapat dilakukan dengan beberapa cara (Suratmo, 1990), diantaranya:
1. Pencegahan dilakukan dengan menggunakan bahan baku yang tidak atau kurang
menghasilkan limbah berbahaya dan beracun yang dapat mengganggu dan
membahayakan kesehatan manusia.
2. Penanggulangan di luar prosesnya agar tidak membahayakan.
3. Pengembangan, yaitu usaha untuk lebih meningkatkan daya guna dampak positif
afar dapat diperoleh manfaat yang lebih besar.

Perencanaan pengelolaan lingkungan yang lebih detil perlu suatu kajian tersendiri yang
mencermati setiap obyek-obyek wisata, dan setiap kawasan atau zona.

Tabel Lampiran II-6


Strategi Pengelolaan Lingkungan Bidang Pariwisata
STRATEGI 6: Strategi pengembangan sistem pengelolaan dan pemantauan lingkungan
menuju sistem kepariwisataan berkelanjutan
Indikasi Program: Kegiatan:
1. Peningkatan Kesadaran 1. Sosialisasi Kesadaran Lingkungan bagi pelaku
Lingkungan di Obyek dan Daya pariwisata dan Wisatawan.
Tarik Wisata
2. Pengembangan Usaha 2. Pemberian insentif bagi usaha pariwisata yang ramah
Pariwisata yang Ramah lingkungan dan hemat energi.
Lingkungan dan Hemat Energi 3. Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi yang
Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan.
3. Peningkatan dan Pemantapan 4. Perencanaan Konservasi Kawasan-kawasan Lindung
Konservasi Kawasan-kawasan yang dimanfaatkan pariwisata.
yang Rentan Terhadap 5. Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi yang
Perubahan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan.
6. Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Setiap Obyek Wisata Andalan.
Sumber : Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 21


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Dalam pelaksanaan masa pekerjaan, konsultan melakukan 3 kali seminar pada masing-
masing tahapan laporan, dengan tujuan menyampaikan progress perkembangan
pekerjaan kepada pihak Pengguna Jasa. Seminar yang dilakukan dihadiri oleh
stakeholder yang memiliki kaitan dengan pengembangan sektor Pariwisata di
Kabupaten Sumbawa. Kegiatan seminar yang dilakukan antara lain :

1. Seminar Laporan Pendahuluan


Seminar ini secara substansi membahas mengenai metode kerja dan sekaligus
sedikit mengupas isu strategis pengembangan pariwisata di Kab. Sumbawa,
berdasarkan hasil survey primer yang telah dilakukan sebelumnya pada tahapan
awal. Pada seminar ini, konsultan menghimpun saran dan masukan terkait
sektor wisata di Kab. Sumbawa.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran III - 1


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Dokumentasi Seminar Laporan Pendahuluan :

2. Seminar Laporan Antara


Seminar laporan antara dilakukan setelah 1 bulan laporan pendahuluan
dilakukan. Dalam seminar ini, membahas temuan fakta dan hasil analisis
berkaitan dengan penilaian masing-masing objek wisata yang ada di Kabupaten
Sumbawa. Dalam seminar ini, diperoleh masukan atas beberapa objek wisata
yang belum terekam dalam laporan yang mana, objek wisata tersebut memang
berpotensi dikembangkan. Selain itu juga, dalam seminar ini, didiskusikan terkait
indikator penilaian masing-masing objek, agar menyamakan persepsi terhadap
fakta yang sebenarnya ada di lapangan.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran III - 2


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Dokumentasi Seminar Laporan Antara :

3. Seminar Laporan Akhir


Seminar ini, merupakan seminar tahap akhir, dimana dalam seminar ini, dibahas
mengenai konsep dan strategi pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten
Sumbawa. Dalam seminar ini, dimunculkan juga, matrik indikasi program
kegiatan terkait sektor wisata, yang akan diacu dalam pengelolaan dan
pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumbawa. Dalam seminar ini, juga
dirumuskan visi dan misi pengembangan pariwisata kabupaten Sumbawa, yang
bertujuan sebagai pengendali dan pengarah kebijakan sektor pariwisata,
sehingga akan tercapai harapan yang diinginkan dalam penyusunan RIPPDA ini
secara khusus dan pengembangan sektor Pariwisata yang berdampak pada
sektor lain secara umum.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran III - 3


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Dokumentasi Seminar Laporan Akhir :

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran III - 4


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Terkait dengan program perancangan terhadap penanganan kawasan objek wisata di


Kab. Sumbawa, kami mencoba untuk melakukan desain atas beberapa objek wisata
yang diharapkan dapat diaplikasikan secara nyata melalui mekanisme perencanaan
tahap lain. Penetapan lokasi, sengaja dipilih berdasarkan pertimbangan kegiatan
wisata masyarakat umum, sehingga akan dapat dinikmati oleh kalangan luas.
Penetapan ini tidak berdasarkan pada hasil scoring yang telah dilakukan, tetapi
berdasarkan hasil kajian dan interview atas kebutuhan masyarakat terhadap rekreasi
yang bermuara pada lokasi wisata. Masyarakat menginginkan lokasi yang mudah
dijangkau, murah, aman dan nyaman dalam melakukan aktivitas wisatanya.

Pertimbangan-pertimbangan itulah yang mendasari kami memilih lokasi yang akan


dilakukan simulasi desainnya.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran IV - 1


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1. Pantai Batu Gong

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran IV - 2


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

2. Pelabuhan Wisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran IV - 3


K A B U P A T E N S U M B A W A
R E V I E W L A P O R A N A K H I R

3. Kawasan Wisata Semongkat

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran IV - 4


K A B U P A T E N S U M B A W A

Anda mungkin juga menyukai