BAB 1 PENDAHULUAN
Ringkasan Eksekutif 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Gambar 1.1
Kedudukan RTRW Kabupaten dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
RTR Pulau
RPJP Nasional RTRW Nasional RTR Kawasan Strategis
Nasional
RPJM Nasional
RTRW
RPJP Propinsi RTR Kawasan Strategis Provinsi
Provinsi
RPJM Propinsi
RDTR Kabupaten
RTRW
Kabupaten RTR Kawasan Strategis
Kabupaten
RPJP
Kabupaten/Kota
RDTR Kota
RPJM RTRW Kota
Kabupaten/Kota RTR Kawasan Strategis Kota
Rencana Umum Tata Ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang
disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara hirarki terdiri atas
RTRW nasional, RTRW provinsi, dan RTRW kabupaten/kota. Rencana umum tata
ruang (rencana tata ruang wilayah) nasional adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah nasional yang disusun guna menjaga integritas nasional,
keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah dan antar sektor, serta
keharmonisan antara lingkungan alam dengan lingkungan buatan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rencana umum tata ruang (rencana tata ruang wilayah) provinsi adalah rencana
kebijakan operasional dari RTRW Nasional yang berisi strategi pengembangan
wilayah provinsi, melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya, sinkronisasi
pengembangan sektor, koordinasi lintas wilayah kabupaten/kota dan sektor, serta
pembagian peran dan fungsi kabupaten/kota di dalam pengembangan wilayah
secara keseluruhan.
Ringkasan Eksekutif 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Rencana umum tata ruang (rencana tata ruang wilayah) kabupaten/kota adalah
penjabaran RTRW provinsi ke dalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah
kabupaten/kota yang sesuai dengan fungsi dan peranannya di dalam rencana
pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan. Strategi pengembangan
wilayah ini selanjutnya dituangkan kedalam rencana struktur dan rencana pola ruang
operasional.
Perlu dikemukakan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota
mempunyai hubungan timbal balik dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) kabupaten/kota yang bersangkutan. Dalam operasionalisasinya rencana
umum tata ruang dijabarkan dalam rencana rinci tata ruang yang disusun dengan
pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan
substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok atau subblok yang
dilengkapi peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian
pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan
rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
Rencana rinci tata ruang dapat berupa rencana tata ruang kawasan strategis dan
rencana detail tata ruang.
Dalam Sistem Perkotaan Nasional dan RTRW Provinsi Jambi sistem perkotaan yaitu
sebagai berikut.
Selanjutnya dalam perencanaan sistem jaringan jalan telah ditetapkan fungsi jalan
yaitu sebagai berikut.
1. Jalan Arteri Primer yang ada di Provinsi Jambi yaitu jaringan jalan: Lintas Timur
Sumatera, Lintas Tengah Sumatera, dan Lintas Penghubung (Feeder Road).
Adapun Jalan Arteri Primer yang ada di Kabupaten Tebo yaitu:
jaringan jalan Lintas Penghubung yaitu jalur Muara Bungo – Muara Tebo –
Muara Tembesi.
2. Jalan Kolektor Primer yang ada di Kabupaten Tebo yaitu jalur:
Muara Tebo – Pulau Temiang – Batas Sumatera Barat;
Sp. Pulau Temiang – Wiroto Agung – Sp. Rimbo Bujang;
Ringkasan Eksekutif 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Untuk kawasan lindung nasional, yang ada di Kabupaten Tebo sebagai berikut.
1) Taman Nasional Bukit Tiga Puluh: Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
dengan alokasi kegiatan yaitu rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan
lindung nasional yang dilakukan padat tahap I (termasuk juga di Provinsi Riau).
2) Taman Nasional Bukit Dua Belas: Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
dengan alokasi kegiatan yaitu rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan
lindung nasional yang dilakukan padat tahap I.
Kawasan Andalan di Provinsi Jambi ada 2 (dua) yaitu Kawasan Andalan (KA) Muara
Bulian Timur Jambi dan sekitarnya serta KA Muara Bungo dan sekitarnya.
Kawasan Andalan ini mempunyai sektor unggulan yaitu: perkebunan, pertanian, dan
kehutanan,
Kawasan Strategis Nasional yang telah ditetapkan dan berada di Kabupaten Tebo
yaitu sebagai berikut.
Ringkasan Eksekutif 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tebo, tetap mengacu
pada RTRWN dan RTRW Provinsi Jambi.
Penetapan kawasan strategis Tebo – Wiroto Agung didasari oleh adanya potensi
ekonomi, posisi wilayah yang berbatasan dengan Provinsi Riau dan ketersediaan
sumber daya alam. Kawasan strategis Tebo – Wiroto Agung dharapkan akan
menjadi salah satu pusat pertumbuhan penting di wilayah Barat Provinsi Jambi yang
mampu mendorong hinterlandnya untuk berkembang lebih pesat.
Sektor unggulan yang terdapat di Kawasan strategis Tebo – Wiroto Agung adalah
kehutanan, perkebunan, peternakan, dan pertambangan.
Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang merupakan terjemahan dari visi dan
misi kabupaten dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata
ruang kabupaten yang diharapkan.
Visi dari Kabupaten Tebo yaitu sebagai berikut. ” TEBO MAJU DAN BERKEADILAN
DENGAN SUMBERDAYA MANUSIA BERKUALITAS ”
Dalam RTRW Provinsi Jambi, peranan dan fungsi Kabupaten Tebo yaitu:
Perkebunan, Peternakan dan Perikanan, Pertanian, Pariwisata, Pertambangan, serta
Kawasan Konservasi.
Ringkasan Eksekutif 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Bila ditinjau PDRB perkapita Kabupaten Tebo selama 4 tahun terakhir menunjukkan
bahwa PDRB perkapita Kabupaten Tebo terendah bila dibandingkan dengan
kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jambi.
Jika ditinjau mengenai laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) Kabupaten Tebo selama 4
tahun terakhir, menunjukkan gambaran yang berbeda. Rata-rata laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Tebo tahun 2005 s/d 2008 menempati urutan keempat dari
kabupaten/kota di Provinsi Jambi yaitu sebesar 6,62% rata-rata per tahun.
Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara 00 52’ 32” - 10 54’ 50” Lintang
Selatan dan diantara 1010 48’ 57” - 1020 49’ 17” Bujur Timur. Kalau dilihat dari
posisinya, kabupaten Tebo berada dibagian barat laut provinsi Jambi dan secara
administratif berbatasan dengan:
Luas wilayah Kabupaten Tebo, secara administratif adalah 646.100 Ha atau 6.461
km2, terdiri dari 12 (dua belas) kecamatan yang dibagi menjadi 100 desa dan 5
Kelurahan.
Topografi
Sebagian besar (69%) Wilayah Kabupaten Tebo terletak pada dataran rendah
dengan ketinggian kurang dari 100 meter dari permukaan laut dan tersebar diseluruh
kecamatan. Daerah terendah adalah Teluk Rendah, di pinggiran Sungai Batanghari,
Kecamatan Tebo Ilir. Sedangkan daerah yang tertinggi berada pada daerah Bukit
Tiga Puluh di wilayah Kecamatan Sumay.
Ringkasan Eksekutif 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Kemiringan Lahan
Wilayah Kabupaten Tebo sebagian besar (seluas 523.200 ha atau 83%) mempunyai
kemiringan dibawah 15 % tersebar di seluruh kecamatan). Sebagian lagi dengan
kemiringan 16 – 40 % meliputi 12% dari luas areal, terdapat di kecamatan Sumay
dan Kecamatan VII Koto dan sebagian kecil mempunyai kemiringan diatas 40 %
yaitu sebesar 6,6% dari luas areal kabupaten terdapat di kecamatan Tebo Ilir, Tebo
Tengah dan kecamatan Sumay.
Hidrologi
Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Tebo, diantaranya adalah Sungai Batang Hari
(panjang 300 km), Batang Tebo (29 km), Batang Sumay (70 km), Batang Tabir (52 km),
Batang Langsip (23 km), dan Batang Jujuhan (7 km). Sungai terbesar yang melalui
kabupaten Tebo adalah sungai Batanghari dengan luas wilayah aliran sungai sekitar
71.400 Ha, sedangkan sungai lainnya merupakan anak sungai dari Batanghari.
Geologi
Secara garis besar wilayah di Kabupaten Tebo terbentuk dari formasi geologi endapan
permukaan alluvium, batuan sediment dengan berbagai formasi serta dari batuan
metamorf dan batuan terobosan. Formasi geologi palembang anggota atas dan
palembang anggota tengah serta aluvium mencapai 75% dari seluruh areal kabupaten
Tebo.
Kendala geologi teknik yang ada di wilayah Kabupaten Tebo menurut Menurut T.O.
Simanjuntak; T. Budhistrisna; Surono: S.Gafoer; dan T.C. Amin (1994),berupa erosi,
tanah lunak, gambut, dan perosokan tanah.
Daerah yang sering mengalami erosi ini dapat di lihat sepanjang jalur lalu lintas
antara Sungai Bengkal (Kecamatan Tebo Ilir) – Muara Tebo (Kecamatan Tebo
Tengah).
Proses Perosokan Tanah dapat terjadi apabila di bawah lapisan yang keras di jumpai
adanya lapisan yang lunak dan kompresibilitasnya tinggi sehingga bila beban yang
berada di atasnya melebihi daya dukung yang diijinkan maka kemungkinan besar
akan terjadi perosokan (settlement).
Jenis tanah di Kabupaten Tebo didominasi oleh tanah podsolik merah kuning yang
mencapai 437.954 Ha atau meliputi 67,8 % dari luas areal kabupaten Tebo dan
tersebar di seluruh kecamatan, selanjutnya jenis tanah latosol, alluvial dan organosol
Ringkasan Eksekutif 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
masing-masing 21,9 %, 4,7 % dan 5,6 % dari luas Kabupaten Tebo. Jenis tanah latosol
terdapat hampir di semua kecamatan, kecuali Kecamatan Muara Tabir.
Hampir seluruh tanah di kabupaten Tebo mempunyai tekstur tanah halus (98,5%), hanya
Kecamatan Tebo Tengah dan Sumay yang mempunyai tekstur tanah sedang.
Sedangkan dari segi kedalamannya, hampir sekitar 99,80% dari luas wilayah Kabupaten
Tebo memiliki tanah dengan kedalaman efektif di atas 90 cm, sedangkan sisanya dengan
kedalaman efektif kurang dari 60 cm. Kedalaman efektif tanah di bawah 60 cm hanya
terdapat di Kecamatan Tebo Ilir.
Iklim
Iklim yang ada di kabupaten Tebo secara umum adalah iklim Tropis yang ditandai
dengan adanya dua musim yaitu musim penghujan yang berkisar antara bulan
September sampai bulan Mei dan musim Kemarau antara bulan Juni sampai Agustus,
sedangkan rata-rata curah hujan tahunan adalah 2.683 mm per tahun dengan rata-rata
hari hujan 122 hari/tahun.
Perkotaan Muara Tebo yang merupakan Ibukota Kabupaten Tebo, secara fisik sudah
merupakan satu kesatuan kawasan terbangun dengan perkotaan Tebing Tinggi.
Peranan perkotaan Muara Tebo sebagai pusat kegiatan dan pusat pelayanan bagi
daerah sekitarnya sudah tidak dapat disangsikan.
Begitu pula halnya dengan perkotaan Wirotho Agung, sebagai Ibukota Kecamatan
Rimbo Bujang, peranannya sangat penting dalam perekonomian Kabupaten Tebo.
Terdapat berbagai jasa (perbankan dan jasa lainnya) dan perdagangan di perkotaan
ini. Angkutan umum juga telah melayani perkotaan ini baik dalam Provinsi Jambi
maupun ke luar provinsi.
Ringkasan Eksekutif 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Penggunaan lahan di kabupaten Tebo didominasi oleh Perkebunan dan hutan meliputi
areal seluas 37,2 % dan 44,4 % dari luas wilayah Kabupaten Tebo. Sedangkan untuk
penggunaan pertanian lahan kering meliputi areal seluas 15,85 % dari luas areal
kabupaten Tebo.
Tabel 1.9
Penggunaan Lahan Di Kabupaten Tebo Th 2009 (Ha)
Jumlah penduduk Kabupaten Tebo dari tahun ke tahun terus bertambah. Jumlah
penduduk dan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tebo antara tahun 2004
sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1.10
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tebo
Tahun 2004 s/d 2008
Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Tebo
yaitu sebesar 222.232 jiwa dan SP tahun 2010 bertambah menjadi 298.043 jiwa. Ini
berarti laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tebo yaitu 2,98% rata-rata per tahun.
Ringkasan Eksekutif 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Pada tahun 2008, penduduk Kabupaten Tebo tersebar di 12 kecamatan dan dalam
105 desa/ kelurahan. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar yaitu
Kecamatan Rimbo Bujang dengan jumlah penduduk sebesar 55.476 jiwa, sedangkan
kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil yaitu Kecamatan Serai Serumpun
dengan jumlah penduduk sebesar 8.091 jiwa.
Daerah yang perlu diwaspadai terhadap bahaya banjir meliputi wilayah sepanjang
bantaran sungai seperti di kecamatan Tebo Ulu, Rimbo Ilir, Tebo Tengah, Tengah Ilir
dan kecamatan Tebo Ilir.
Potensi sumberdaya air di Kabupaten Tebo sangat besar hal ini karena wilayah ini
banyak dilalui sungai besar dan kecil yang tidak pernah kering walaupun musim
kemarau. Kondisi seperti ini akan sangat berguna bagi kegiatan irigasi/pengairan
pertanian dan guna memenuhi keperluan penduduk perkotaan dalam hal
pemenuhan air bersih (airr baku PDAM).
Disamping itu keberadaan sungai ini juga dimanfaatkan untuk transportasi air/sungai,
selain menunjang pergerakkan barang, angkutan sungai memberikan konstribusi
yang cukup penting bagi pergerakkan penumpang, terutama penduduk yang berada
di pedalaman yang belum terlayani prasarana jalan.
B. Potensi Pertanian
Kabupaten Tebo dengan luas wilayah 646.100 Ha dengan karakteristik fisik wilayah
yang berada di dataran rendah yaitu kebanyakan berada pada ketinggian dibawah
100 m dari muka laut, tingkat kemiringan lahan umumnya dibawah 25 % dan dilalui
oleh beberapa sungai besar mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
Ringkasan Eksekutif 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
daerah pertanian dalam arti luas meliputi pertanian bahan pangan pokok (sawah dan
ladang), perkebunan (karet dan Kelapa sawit), perikanan tangkap dan budidaya
serta peternakan.
C. Potensi Pertambangan
Berdasarkan Madiadipoera dkk. (1990), Simanjuntak dkk. (1991), Adhi dkk. (2004)
dan Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Tebo (2008), bahan galian
yang terdapat di Kabupaten Tebo meliputi: batubara, emas (primer dan
sekunder/letakan), timah, kaolin, batupasir kuarsa, granit, batupasir, pasir dan batu
(sirtu) dan minyak bumi.
D. Potensi Pariwisata
Kabupaten Tebo memiliki objek wisata yang cukup potensial untuk dikembangkan
secara bersama-sama dengan Kabupaten dan Provinsi tetangga.
A. Struktur Ekonomi
Struktur perekonomian Kabupaten Tebo masih sangat didominasi oleh sektor primer
(pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian). Pada
tahun 2008 (atas dasar harga berlaku) peranan sektor pertanian yaitu sebesar Rp
897.075,56 juta (45,96% dari PDRB), yang sebagian besar disumbangkan oleh sub-
sektor perkebunan (Rp 543.411,15 juta atau 27,84% dari PDRB). Adapun sektor
pertambangan dan penggalian berperan sebesar Rp 248.110,31 juta (12,71% dari
PDRB).
Ringkasan Eksekutif 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) Kabupaten Tebo antara tahun 2004 s/d 2008
yaitu 7,15% rata-rata per tahun.
Sektor pertanian (dalam arti yang luas) yang berperan sangat dominan, mempunyai
laju pertumbuhan sebesar 4,71% rata-rata per tahun (dibawah laju pertumbuhan
PDRB). Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sub-sektor perkebunan yang
berperan relatif besar di sektor pertanian mempunyai laju pertumbuhan relatif tinggi
(lebih besar dari laju pertumbuhan PDRB) yaitu sebesar 7,84% rata-rata per tahun.
Adapun sub-sektor lainnya mempunyai laju pertumbuhan relatif kecil (dibawah laju
pertumbuhan PDRB).
Sektor industri pengolahan mempunyai laju pertumbuhan relatif rendah (dibawah laju
pertumbuhan PDRB) yaitu sebesar 5,73% rata-rata per tahun. Namun untuk
kelompok industri makanan, minuman dan tembakau mempunyai laju pertumbuhan
yang relatif tinggi (diatas laju pertumbuhan PDRB) yaitu sebesar 12,65% rata-rata
per tahun. Adapun kelompok industri lainnya mempunyai laju pertumbuhan dibawah
laju pertumbuhan PDRB.
Untuk sektor listrik dan air bersih mempunyai laju pertumbuhan yang relatif tinggi
yaitu sebesar 10,34% rata-rata per tahun. Sub-sektor listrik dengan laju pertumbuhan
yang relatif tinggi yaitu sebesar 10,98% rata-rata per tahun, sedangkan sub-sektor
air bersih dengan laju pertumbuhan yang relatif kecil yaitu sebesar 6,67% rata-rata
per tahun.
Untuk sektor bangunan mempunyai laju pertumbuhan yang relatif tinggi (diatas laju
pertumbuhan PDRB) yaitu sebesar 20,82% rata-rata per tahun.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai laju pertumbuhan yang relatif
kecil (dibawah laju pertumbuhan PDRB) yaitu sebesar 5,86% rata-rata per tahun.
Namun untuk sub-sektor restoran mempunyai laju pertumbuhan yang relatif tinggi
yaitu sebesar 7,33% rata-rata per tahun. Adapun untuk sub-sektor perdagangan dan
sub-sektor hotel mempunyai laju pertumbuhan yang relatif rendah (dibawah laju
pertumbuhan PDRB).
Ringkasan Eksekutif 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
1. Latar Belakang
Ringkasan Eksekutif 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
C ● Melakukan KLHS Umum saat peninjauan kembali pada RTRW Provinsi dan
Kabupaten/Kota, serta melakukan KLHS umum dalam rencana rincian tata
ruangnya,
● Rencana rinci tata ruang yang dimaksud mencakup antara lain Rencana
Tata Ruang Kawasan Strategis dan Rencana Detail tata Ruang.
Ringkasan Eksekutif 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk kabupaten Tebo
298.043 orang, maka kalau dibagi dengan luas wilayah diperoleh nilai kepadatan
penduduk 0,46 orang/ha. Kalau dibandingkan dengan hasil analisis perhitungan daya
dukung Lahan kabupaten Tebo 3,93 orang/ha, bahwa angka daya dukung lahan
masih jauh lebih tinggi dibanding dengan tingkat kepadatan penduduk, hal ini berarti
daya tampung lahan di kabupaten Tebo masih cukup tinggi untuk memenuhi
kebutuhan hidup penduduk Tebo. Bahkan sampai Tahun 2030 dengan perkiraan
penduduk Tebo 600.000 orang atau nilai kepadatan penduduknya 0,93 orang/ha
Ringkasan Eksekutif 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
masih jauh dibawah angka daya dukung lahannya, namun begitu untuk
mempertahankan kondisi ideal dari aspek lingkungan hidup, pengelolaan lahan yang
bijak tetap harus dijaga dan dipertahankan.
Ringkasan Eksekutif 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang merupakan terjemahan dari Visi dan
Misi kabupaten dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata
ruang kabupaten yang diharapkan.
Visi dan Misi Kabupaten Tebo tersebut bersumber dari RPJP Kabupaten Tebo. Atas
dasar Visi dan Misi tersebut di atas dan Profil Wilayah Kabupaten Tebo serta Isu-isu
Strategis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya (bab 1), maka dapat
Ringkasan Eksekutif 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus
ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Adapun
strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan
penataan ruang wilayah kabupaten kedalam langkah-langkah operasional untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Tebo meliputi kebijakan
dan strategi pengembangan struktur ruang, pola ruang dan kawasan strategis.
Ringkasan Eksekutif 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
e. mengembangkan PKL dan PPK agar lebih efektif sebagai pusat kegiatan
dan dalam memberikan pelayanan wilayah di sekitarnya.
Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
meliputi:
a. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
pelayanan transportasi;
b. mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; dan
c. meningkatkan kualitas jaringan prasarana sumberdaya air, serta
mewujudkan keterpaduan sistem jaringan drainase.
1. Meningkatkan upaya pemulihan dan konservasi sumber daya air, hutan dan
lahan.
2. Mengurangi resiko bencana alam.
3. Mempertahankan fungsi dan luas kawasan lindung.
Strategi untuk meningkatkan pemulihan dan konservasi sumberdaya air, hutan, dan
lahan yaitu sebagai berikut.
Adapun strategi untuk mengurangi resiko bencana alam yaitu sebagai berikut.
Ringkasan Eksekutif 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Strategi untuk mempertahankan fungsi dan luas kawasan lindung yaitu sebagai
berikut.
a. Pemantapan fungsi kawasan lindung di Kecamatan Tebo Ilir, Tengah Ilir, Tebo
Tengah, Sumai, VII koto dan kecamatan VII Koto Ilir.
b. Mempertahankan kawasan lindung dan yang berfungsi lindung seluas 286.784,3
Ha, atau 30,94% dari luas wilayah Kabupaten Tebo.
c. Sinkronisasi fungsi kawasan lindung dengan kabupaten yang berbatasan di
Kecamatan Tebo Ilir, Tengah Ilir, Tebo Tengah, Sumai, VII koto dan kecamatan
VII Koto Ilir.
d. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam RTRWN tidak ada Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Kabupaten Tebo. Dalam
RTRW Provinsi Jambi di Kabupaten Tebo sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi
(PKWp) yaitu perkotaan Muara Tebo dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu
perkotaan: Sungai Abang, Wirotho Agung dan Sungai Bengkal.
Telah diuraikan sebelumnya (bab I, sub-sub bab 1.2.5) bahwa pada saat ini kegiatan
perekonomian dan kegiatan perkotaan lebih cenderung berkembang pesat pada
wilayah bagian barat Sungai Batanghari, termasuk didalamnya yaitu Muara Tebo dan
Rimbo Bujang, sementara pada wilayah timur cenderung tertinggal dan
perekonomian praktis berorientasi ke kawasan di wilayah barat. Berdasarkan kondisi
tersebut, Pemerintah Kabupaten Tebo berupaya agar kawasan diwilayah timur
sungai ini juga dapat lebih cepat tumbuh dan berkembang sehingga dapat juga
menjadi sebuah kawasan atau kota yang mandiri. Agar lebih bernilai sebagai upaya
Ringkasan Eksekutif 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
Ibukota kecamatan lainnya yaitu: Pintas Tuo, Mengupeh, Teluk Singkawang, Karang
Dadi, Suka Damai, Pulau Temiang, dan Balai Rajo ditetapkan menjadi Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK).
Ada beberapa desa yang jauh dari jangkauan pelayanan PPK yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu perlu dipilih lagi pusat desa/kelurahan menjadi PPK untuk
memberikan kemudahan pelayanan untuk desa-desa yang letaknya jauh dari ibukota
kecamatan.
Atas dasar analisis pusat permukiman yang telah dilakukan dan dengan
mempertimbangkan prasarana transportasi/ jaringan jalan yang ada, serta dengan
mempertimbangkan rencana pusat-pusat kegiatan dan pelayanan dalam rencana
tata ruang kawasan perbatasan (Kawasan Supersukses) sebagaimana telah
dikemukakan, maka ditetapkan Desa Suko Makmur dan Desa Suo-Suo sebagai
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK).
Ringkasan Eksekutif 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Tabel 3.1
Rencana Sistem Pusat Kegiatan dan Pelayanan di Kabupaten Tebo
Nama Pusat Kegiatan/
No. Hierarki Peranan dan Fungsi Keterangan
Pelayanan
Ringkasan Eksekutif 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
14 Suo-Suo PPK 1. Pusat pelayanan fasilitas umum skala beberapa desa Pusat Desa di
2. Pasar lokal Kecamatan Sumay
Jalan Arteri Primer menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional
(antarPKN), antara PKN dengan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
Atas dasar pengertian tersebut di atas dan perkotaan Muara Tebo yang diusulkan
sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) berada pada Jalan Arteri Primer,
maka tidak ada ruas jalan lain yang diusulkan untuk pengembangan Jalan Arteri
Primer baru.
Jalan Kolektor Primer menghubungkan secara berdaya guna antara PKN dengan PKL,
antarPKW, atau antara PKW dengan PKL.
Atas dasar pengertian tersebut di atas dan perkotaan: Sungai Abang dan Wirotho
Agung yang diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada pada Jalan
Kolektor Primer, serta perkotaan Sungai Bengkal (PKL) berada pada Jalan Arteri
Primer, maka terkait dengan hal tersebut di atas, belum ada ruas jalan lain yang
diusulkan untuk pengembangan Jalan Kolektor Primer baru.
Diusulkannya Sekutur Jaya menjadi Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) dan
kondisi yang berkembang saat ini, maka ada beberapa jaringan jalan yang diusulkan
ditingkatkan menjadi Jalan Kolektor Primer yaitu sebagai berikut.
Ringkasan Eksekutif 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
1) Dari Jalan Kolektor Primer yang ada yaitu no. Ruas 34 ke arah Bukit Pemuatan,
selanjutnya ke arah Sekutur Jaya, dan dilanjutkan ke no. Ruas 32 ke Jalan
Kolektor Primer yang ada.
2) Dari persimpangan dekat Sungai Aro (no. Ruas 25) menuju Pintas Tuo (PPK), dan
no. Ruas 76, dan selanjutnya no. Ruas 150 menuju ke Kabupaten Batanghari.
Jalan Lokal Primer Primer menghubungkan secara berdaya guna antara PKN dengan
Pusat Kegiatan Lingkungan, antara PKW dengan Pusat Kegiatan Lingkungan,
antarPusat Kegiatan Lokal, atau antara Pusat Kegiatan Lokal dengan Pusat Kegiatan
Lingkungan serta antarPusat Kegiatan Lingkungan.
Atas dasar pengertian tersebut di atas maka yang diusulkan berperan sebagai jalan
lokal primer yaitu sebagai berikut.
1) Dari Muara Tebo (no. Ruas 173) dilanjutkan ke no. Ruas 116 menuju Kabupaten
Bungo.
2) Dari Jalan Kolektor Primer yang diusulkan ke arah Muara Sekalo (no. Ruas 30),
selanjutnya ke arah Suo-Suo, kemudian dilanjutkan ke no. Ruas 73 dan 72 ke arah
Jalan Arteri Primer (dekat Tebing Tinggi).
3) Dari Bukit Pemuatan (Jalan Kolektor Primer yang diusulkan) ke arah Napal Putih,
Suko Makmur, Melako Intan dan ke arah Jalan Kolektor Primer yang ada.
4) Dari Jalan Kolektor Primer (no. Ruas 66), selanjutnya no. Ruas 67 (ke Karang Dadi)
dan no. Ruas 68 kearah Jalan Arteri Primer.
5) Dari Jalan Kolektor Primer dekat Wirotho Agung (no. Ruas 64) dilanjutkan ke no.
Ruas 65, selanjutnya no. Ruas 22 menuju Kabupaten Bungo.
6) Dari Jalan Kolektor Primer dekat Wirotho Agung (no. Ruas 62), rencana jalan baru
dan dilanjutkan ke no. Ruas 127 menuju Jalan Kolektor Primer dekat Rantau
Langkap.
7) Dari Jalan Kolektor Primer dekat Wirotho Agung (no. Ruas 59) dilanjutkan ke no.
Ruas 66, dan selanjutnya no. Ruas 115 menuju Kabupaten Bungo.
8) Dari Suka Damai menuju no. Ruas 115/66, dari Suka Damai menuju no. Ruas 59
dan no. Ruas 151.
9) Dari Jalan Kolektor Primer yaitu no. Ruas 151, dilanjutkan ke no. Ruas 99 menuju
Kabupaten Bungo.
1. ......Muara Bungo – Muara Tebo – Muara Tembesi – Muara Bulian ......; dan
2. Rantau Badak – Muara Tebo.
Pembangunan Sistem Jaringan Kereta Api yang melewati Kabupaten Tebo ini sangat
penting peranannya terutama untuk angkutan barang hasil-hasil produksi Kabupaten
Ringkasan Eksekutif 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Tebo ke wilayah lainnya, serta untuk mengangkut barang-barang yang dibutuhkan oleh
penduduk dan kegiatannya yang ada di Kabupaten Tebo.
Di samping itu pula di Kabupaten Tebo juga akan dibangun Terminal Tipe A di Muara
Tebo, dan pembangunan pelabuhan sungai/penyeberangan yaitu Pelabuhan Sungai
Bengkal dan Pelabuhan Muara Tebo.
Pada saat ini kelistrikan di Kabupaten Tebo menggunakan 4 mesin yang berada di
Kecamatan Tebo Ilir, dengan daya terpasang 520 KV, kemampuan 365 KV, dan
yang terpakai 205 KV. Jumlah pelanggan pada tahun 2008 yaitu 22.976 dengan
pemakaian 4.182.956 KWH.
Pemanfaatan sumber air diarahkan pada air permukaan dengan intake di sungai
terdekat yang potensial. Sesuai dengan rencana struktur ruang provinsi Jambi 2009,
pengelolaan sumberdaya air dan jaringan pengairan di Kabupaten Tebo
dikembangkan untuk:
Ringkasan Eksekutif 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Jaringan teresterial
Jaringan satelit.
Jaringan terestrial dikembangkan secara berkesinambungan untuk menyediakan
pelayanan telekomunikasi di seluruh wilayah. Jaringan satelit dikembangkan untuk
melengkapi sistem jaringan telekomunikasi melalui satelit komunikasi.
Atas dasar hal tersebut maka perlu dilakukan pengkajian yang mendalam tentang
pengelolaan persampahan di Kabupaten Tebo.
Sumber air diarahkan pada pemanfaatan air permukaan dengan intake di sungai
terdekat yang potensial.
Untuk kawasan permukiman perkotaan diarahkan penyediaan air bersih melalui
jaringan pipa PDAM dengan memanfaatkan air baku dari sungai/air permukaan.
Diprioritaskan pengembangan ini berpusat pada kawasan perkotaan.
Untuk kawasan permukiman perdesaan dapat dikembangkan sistem air bersih
perdesaan yaitu memanfaatkan sumber air baku yang ada seperti mata air, air
tanah dan air sungai (sistem jaringan air secara sederhana).
A. Sistem Perpipaan
Untuk sistem non perpipaan kegiatan yang diprioritaskan yaitu sebagai berikut.
Untuk lebih jelasnya rencana struktur ruang Kabupaten Tebo dapat dilihat pada peta
berikut.
Ringkasan Eksekutif 29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Peta
Rencana Struktur Ruang Kabupaten Tebo.
Ringkasan Eksekutif 30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Ringkasan Eksekutif 31
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000 meter
atau lebih.
Berdasarkan kriteria tersebut dan hasil analisis, maka untuk jangka waktu sampai 20
tahun kedepan lahan yang memenuhi kriteria sebagai hutan lindung di Kabupaten
Tebo seluas 49.557 Ha tersebar di wilayah Kecamatan Sumay (25.200 Ha),
Kecamatan Tebo Ulu 12.590 Ha, Kecamatan VII Koto 4.867 Ha, Kecamatan Tebo
Tengah (3.200 Ha), dan Kecamatan Tebo Ilir (3.700 Ha).
Ringkasan Eksekutif 33
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Ringkasan Eksekutif 34
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Berdasarkan kriteria tersebut, maka sebaran kawasan Cagar Budaya dan Ilmu
Pengetahuan di Kabupaten Tebo meliputi wilayah Kawasan Hutan Pendidikan
Silvagama seluas kurang lebih 1.000 Ha dan Kawasan Hutan Penelitian Tropika
seluas kurang lebih 2.700 Ha, selain itu Makam Sultan Thaha yang terdapat di
Kecamatan Tebo Tengah dapat dikategorikan sebagai cagar budaya.
Kriteria kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan
berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan banjir, gempa bumi, dan
tanah longsor.
Di kabupaten Tebo kawasan bencana yang perlu diwaspadai adalah banjir. Daerah
yang perlu diwaspadai terhadap bahaya banjir meliputi wilayah sepanjang bantaran
sungai seperti di kecamatan Tebo Ulu, Rimbo Ilir, Tebo Tengah, Tengah Ilir dan
kecamatan Tebo Ilir.
Ringkasan Eksekutif 35
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi hutan produksi tetap, hutan produksi
terbatas, dan hutan produksi yang dikonversi.
Ringkasan Eksekutif 36
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
perikanan;
Ringkasan Eksekutif 37
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
10) Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak
produktif (tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan
tanpa mengurangi kesejahteraan masyarakat.
1) Menghasilkan barang hasil tambang yang meliputi minyak dan gas bumi;
bahan galian pertambangan secara umum, dan bahan galian C;
2) Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja;
3) Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Berdasarkan kriteria kaidah dan kriteria teknis yang telah ditetapkan, maka
pemanfaatan ruang bagi kawasan pertambangan dan galian adalah kawasan
pertambangan eksisting yang ada saat ini dan sudah dieksploitasi dan kawasan
lainnya yang dinilai memiliki potensi bahan tambang.
Ditinjau dari aspek tata ruang, pembangunan Kawasan Industri dapat mensinergikan
perencanaan, prasarana dan sarana penunjang seperti penyediaan energi listrik,
telekomunikasi, fasilitas jalan, dan lain sebagainya.
Atas dasar pemikiran tersebut di atas, maka di Kabupaten Tebo akan dikembangkan
kawasan industri yaitu seluas 50,00 ha.
Ringkasan Eksekutif 39
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Kawasan perkotaan Muara Tebo diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah promosi
(PKWp), perkotaan: Sungai Abang, Wirotho Agung, dan Sungai Bengkal diusulkan
menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL), serta permukiman Sekutur Jaya diusulkan
menjadi Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp). Ibukota kecamatan lainnya berperan
sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). Untuk memberikan pelayanan yang
efektif kepada wilayah pelayanannya maka ditetapkan permukiman Suko Makmur
dan Suo-Suo menjadi Pusat Pelayanan Kawasan (PPK).
Tabel 4.1
Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Tebo 2010-2030
Ringkasan Eksekutif 40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Peta
Ringkasan Eksekutif 41
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Ringkasan Eksekutif 42
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Dalam RTRWN telah ditetapkan Kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh dan
Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas di Kabupaten Tebo sebagai Kawasan
Strategis Nasional.
Dalam RTRW Provinsi Jambi telah ditetapkan Muara Tebo – Wirotho Agung di
Kabupaten Tebo sebagai salah satu Kawasan Strategis Provinsi. Adapun dasar
penetapannya yaitu sebagai berikut.
Perkebunan,
Pertambangan.
Kehutanan, dan
Peternakan.
Selama empat tahun terakhir, Kabupaten Tebo mempunyai pendapatan per kapita
yang paling rendah dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jambi,
walaupun selama lima tahun terakhir rata-rata pertumbuhan ekonominya cukup baik
yaitu berada pada urutan keempat dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi.
Perkotaan Muara Tebo yang sudah merupakan satu kesatuan kawasan terbangun
dengan perkotaan Tebing Tinggi peranannya sangat penting sebagai pusat kegiatan:
pemerintahan Kab. Tebo, perdagangan dan jasa, dan dalam memberikan pelayanan
fasilitas umum skala kabupaten/kecamatan sekitarnya. Di samping itu pula perkotaan
ini dilalui oleh Jalan Arteri Primer, akan dibangun jaringan Kereta Api melalui
perkotaan ini, akan dibangun Terminal Tipe A, serta akan dibangun pelabuhan
sungai.
Atas dasar dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,
serta rencana pembangunan tersebut, diperkirakan perkotaan Muara Tebo akan
tumbuh dengan pesat pada masa mendatang.
Perkotaan Wirotho Agung merupakan pusat kegiatan: perdagangan dan jasa yang
sangat lengkap di Kabupaten Tebo. Di perkotaan ini terdapat fasilitas perbankkan
yang paling lengkap di Kabupaten Tebo. Berbagai jalur angkutan umum telah
melayani perkotaan ini, baik dalam Provinsi Jambi maupun keluar Provinsi Jambi. Di
perkotaan ini juga terdapat perguruan tinggi. Perkotaan ini dilalui oleh Jalan Kolektor
Primer, serta dilalui oleh rencana Jaringan Kereta Api. Pertumbuhan yang pesat dari
perkotaan Wirotho Agung perlu diarahkan perkembangannya sehingga potensi-
potensi yang ada dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Ringkasan Eksekutif 43
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Untuk lebih jelasnya, Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Tebo dapat dilihat
pada peta berikut.
Peta 5.1
Ringkasan Eksekutif 44
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Ringkasan Eksekutif 45
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
PKL yang akan dikembangkan di Kabupaten Tebo yaitu perkotaan: Sungai Abang,
Wirotho Agung, dan Sungai Bengkal. Adapun PKLp yang diusulkan yaitu
permukiman Sekutur Jaya.
Ringkasan Eksekutif 46
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Ringkasan Eksekutif 47
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Ringkasan Eksekutif 49
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
(1) Fungsi untuk memperbaiki suatu kegiatan yang telah berlangsung lama namun
keberadaanya tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang ada, dan
(2) Fungsi untuk mencegah terjadinya pembangunan yang tidak sesuai dengan
acuan yang telah disusun.
Ringkasan Eksekutif 50
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
PENGATURAN
PERENCANAAN TATA
RUANG
PEMBINAAN
PERATURAN ZONASI
PENYELENGGARAAN PEMANFAATAN
PENATAAN RUANG RUANG
PELAKSANAAN PERIZINAN
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN
RUANG
PENGAWASAN INSENTIF/
DESINSENTIF
SANKSI
Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, secara rinci disebutkan
bahwa peraturan zonasi berisi:
1. Ketentuan yang Harus, Boleh, dan Tidak Boleh dilaksanakan pada zona
pemanfaatan ruang
2. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang (koefisien dasar ruang hijau,
koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan garis sempadan
bangunan)
3. Ketentuan Penyediaan sarana dan prasarana Minimum
4. Ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan, antara lain
a. Keselamatan penerbangan
b. Pembangunan pemancar alat komunikasi
Ringkasan Eksekutif 51
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona
pemanfaatan ruang
Aturan kegiatan dan penggunaan lahan adalah aturan yang berisi kegiatan yang
diperbolehkan, diperbolehkan bersyarat, diperbolehkan terbatas, dilarang atau harus
dilaksanakan pada suatu zona. Aturan kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu
zonasi dinyatakan dengan klasifikasi sebagai berikut :
“ I “ → pemanfaatan diizinkan
Karena sifatnya sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan, hal ini
berarti tidak ada peninjauan atau tindakan lain dari pemerintah terhadap
pemanfaatan.
“ T “ → pemanfaatan dizinkan secara terbatas
Pembatasan dilakukan melalui penentuan standar pembangunan minimum,
pembatasan pengoperasian atau peraturan tambahan lainnya yang berlaku di
wilayah yang bersangkutan.
“ B “ → pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat
Izin ini sehubungan dengan usaha menanggulangi dampak pembangunan di
sekitarnya, dapat berupa AMDAL, RKL dan RPL.
“ – “ → pemanfaatan yang tidak diizinkan
Karena sifatnya tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan
dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.
“ H “ → pemanfaatan yang di haruskan
Karena sifatnya harus ada untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.
pemanfaatan Boleh
Bole Tidak Boleh
Harus Terbata
h Boleh Bersyarat
s
Ringkasan Eksekutif 52
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Laporan Akhir
7.1.2 Arahan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya yang ditetapkan di Kabupaten Tebo meliputi kawasan-kawasan
sebagai berikut:
a. Kawasan hutan produksi (hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan
hutan produksi partisipasi);
b. Kawasan perkebunan;
c. Kawasan pertanian;
d. Kawasan perikanan;
e. Kawasan pertambangan;
f. Kawasan industri;
g. Kawasan pariwisata;
h. Kawasan permukiman;
i. Kawasan peruntukan lainnya.
Ringkasan Eksekutif 53
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
Dalam aspek perizinan, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) mempunyai fungsi
utama dalam pengaturan dan pengarahan pemanfaatan ruang bagi berbagai aspek
kegiatan di dalamnya. Dalam hal ini sebagai salah satu aspek pelaksanaan RTRW
akan terkait dengan upaya pengendalian perkembangan/pembangunan
(development and control) yang dilakukan melalui:
Jenis-jenis perizinan yang terkait dengan pemanfaatan ruang antara lain yaitu
sebagai berikut.
Aturan atau ketentuan mengenai izin lokasi harus sesuai dengan Peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 Tentang
Izin Lokasi. Menurut pasal 3 peraturan tersebut, tanah yang dapat ditunuk dalam izin
lokasi adalah tanah yang menurut Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku
diperuntukkan bagi penggunaan yang sesuai dengan rencana penanaman modal
yang akan dilaksanakan oleh perusahaan menurut persetujuan penanaman modal
yang dipunyainya.
Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT) atau sering disebut juga Izin
Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT). Persyaratan teknis dari IPPT yaitu Gambar
Rencana Bangunan, Sertifikat Hak Atas Tanah atau Bukti Perolehan Tanah, dan
ketentuan lain yang dianggap penting.
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan tindak lanjut dari IPPT. Yang termasuk
jenis bangun bangunan yaitu: pagar, menara, bangunan, bangunan reklame, SPBU,
kolam renang, lapangan olah raga terbuka, Instalasi pengolahan air, perkerasan
halaman, tembok penahan tanah (Turap), sumur, instalasi/utilitas, jembatan,
reservoar dan lain-lain.
1. IPPT;
2. Gambar rencana teknis bangunan;
3. Gambar rencana bangun bangunan, seperti: instalasi listrik, air minum, air limbah
dan lain-lain;
4. Persyaratan teknis lainnya yang dianggap perlu.
7.3 Ketentuan Umum Insentif dan Disinsentif
rencana tata ruang, yang antara lain dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi,
pembatasan penyediaan prasarana dan sarana, serta pengenaan penalti.
Tabel 7.2
Contoh Perangkat Insentif dan Disinsentif
Bidang Insentif
Disinsentif
Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang
dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi adminstratif,
sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda.
Pengenaan sanksi dapat berupa sanksi administratif, (dapat dikenakan pada aparat
pemerintah atau masyarakat umumnya), sanksi pidana (penahan atau kurungan),
sanksi perdata (pengenaan denda atau ganti rugi). Pengenaan sanksi di awali
terlebih dahulu dengan peringatan/teguran kepada pelaku pembangunan yang dalam
pelaksanaan pembangunannya tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang
berlaku.
Ringkasan Eksekutif 57
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030
3. Sanksi Perdata
Sanksi Perdata dapat berupa tindakan pengenaan denda atau pengenaan ganti
rugi. Sanksi ini dikenakan atas penataan ruang yang berakibat terganggunya
kepentingan seseorang, kelompok atau badan hukum. Sanksi perdata dapat
berupa ganti rugi, pemulihan keadaan atau perintah dan pelarangan melakukan
suatu perbuatan.
Ringkasan Eksekutif 58