Anda di halaman 1dari 58

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Dasar Hukum Penyusunan RTRW Kabupaten Tebo


Sebagai landasan hukum untuk melaksanakan kegiatan penyusunan/
penyempurnaan RTRW Kabupaten Tebo 2010-2030, mengacu pada :
1. Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
2. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
3. Undang - Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
4. Undang - Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
5. Undang - Undang Nomor 22 Tahun 2008 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan;
6. Undang - Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara.
7. Undang - Undang Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian
Peta Dalam Penataan Ruang Wilayah;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Sumber Daya Alam;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN);
13. Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Kawasan Budidaya;
14. Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung;
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

1.2. Kedudukan RTRW Kabupaten dalam Sistem Penataan Ruang dan


Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Kedudukan RTRW Kabupaten dalam sistem penataan ruang dan sistem


perencanaan pembangunan nasional dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut ini.

Ringkasan Eksekutif 1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Gambar 1.1
Kedudukan RTRW Kabupaten dalam Sistem Penataan Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional

Rencana Umum Rencana Rinci

RTR Pulau
RPJP Nasional RTRW Nasional RTR Kawasan Strategis
Nasional

RPJM Nasional

RTRW
RPJP Propinsi RTR Kawasan Strategis Provinsi
Provinsi

RPJM Propinsi

RDTR Kabupaten
RTRW
Kabupaten RTR Kawasan Strategis
Kabupaten

RPJP
Kabupaten/Kota
RDTR Kota
RPJM RTRW Kota
Kabupaten/Kota RTR Kawasan Strategis Kota

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman


Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

Rencana Umum Tata Ruang merupakan perangkat penataan ruang wilayah yang
disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif yang secara hirarki terdiri atas
RTRW nasional, RTRW provinsi, dan RTRW kabupaten/kota. Rencana umum tata
ruang (rencana tata ruang wilayah) nasional adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah nasional yang disusun guna menjaga integritas nasional,
keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah dan antar sektor, serta
keharmonisan antara lingkungan alam dengan lingkungan buatan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Rencana umum tata ruang (rencana tata ruang wilayah) provinsi adalah rencana
kebijakan operasional dari RTRW Nasional yang berisi strategi pengembangan
wilayah provinsi, melalui optimasi pemanfaatan sumberdaya, sinkronisasi
pengembangan sektor, koordinasi lintas wilayah kabupaten/kota dan sektor, serta
pembagian peran dan fungsi kabupaten/kota di dalam pengembangan wilayah
secara keseluruhan.

Ringkasan Eksekutif 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Rencana umum tata ruang (rencana tata ruang wilayah) kabupaten/kota adalah
penjabaran RTRW provinsi ke dalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah
kabupaten/kota yang sesuai dengan fungsi dan peranannya di dalam rencana
pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan. Strategi pengembangan
wilayah ini selanjutnya dituangkan kedalam rencana struktur dan rencana pola ruang
operasional.
Perlu dikemukakan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten/kota
mempunyai hubungan timbal balik dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) kabupaten/kota yang bersangkutan. Dalam operasionalisasinya rencana
umum tata ruang dijabarkan dalam rencana rinci tata ruang yang disusun dengan
pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan
substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok atau subblok yang
dilengkapi peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian
pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan
rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang.
Rencana rinci tata ruang dapat berupa rencana tata ruang kawasan strategis dan
rencana detail tata ruang.

1.2.1. RTRWN dan RTRW Provinsi Jambi

Dalam Sistem Perkotaan Nasional dan RTRW Provinsi Jambi sistem perkotaan yaitu
sebagai berikut.

1. Sebagai Pusat Kegiatan Nasiona (PKN) yaitu Kota Jambi.


2. Sebagai PKW yaitu: Kuala Tungkal, Sarolangun, Muara Bungo, dan Muara
Bulian.
3. Sebagai PKW promosi yaitu: Muara Sabak, Sungai Penuh, Bangko, dan Muara
Tebo.
4. Sebagai PKL di Kabupaten Tebo yaitu: Sungai Abang, Wirotho Agung, dan
Sungai Bengkal.

Selanjutnya dalam perencanaan sistem jaringan jalan telah ditetapkan fungsi jalan
yaitu sebagai berikut.
1. Jalan Arteri Primer yang ada di Provinsi Jambi yaitu jaringan jalan: Lintas Timur
Sumatera, Lintas Tengah Sumatera, dan Lintas Penghubung (Feeder Road).
Adapun Jalan Arteri Primer yang ada di Kabupaten Tebo yaitu:
 jaringan jalan Lintas Penghubung yaitu jalur Muara Bungo – Muara Tebo –
Muara Tembesi.
2. Jalan Kolektor Primer yang ada di Kabupaten Tebo yaitu jalur:
 Muara Tebo – Pulau Temiang – Batas Sumatera Barat;
 Sp. Pulau Temiang – Wiroto Agung – Sp. Rimbo Bujang;

Adapun untuk pengembangan Pelabuhan sebagai Simpul Transportasi Laut


Nasional, telah ditetapkan pemantapan dan pengembangan pelabuhan nasional dan
pelabuhan internasional yaitu sebagai berikut. Untuk lingkup Provinsi Jambi akan
dilakukan Pemantapan Pelabuhan Kuala Tungkal sebagai Pelabuhan Nasional pada
tahap I. Dalam RTRW Provinsi Jambi akan dikembangkan juga Pelabuhan Talang
Duku, Muara Sabak, dan Mendahara.

Ringkasan Eksekutif 3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Untuk pengembangan Bandar Udara sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional,


telah ditetapkan Bandar Udara Sultan Thaha sebagai Pusat Penyebaran Tersier
dengan alokasi kegitan yaitu pemantapan pada tahap I. Dalam RTRW Provinsi
Jambi akan dikembangkan juga bandar udara Dipati Parbo (eksisting) dan
Pembangunan Bandar Udara Bungo.

Prasarana Transportasi lainnya yang akan dibangun di Kabupaten Tebo yaitu


sebagai berikut.

 Pembangunan Terminal Tipe A di Muara Tebo.

 Pembangunan Pelabuhan Sungai/Penyeberangan: Pelabuhan Sungai Bengkal


dan Pelabuhan Muara Tebo.

 Pembangunan jaringan Kereta Api di Kabupaten Tebo yaitu:

o Muara Bungo – Muara Tebo – Muara Tembesi – Muara Bulian.


o Rantau Badak – Muara Tebo.

Untuk kawasan lindung nasional, yang ada di Kabupaten Tebo sebagai berikut.

1) Taman Nasional Bukit Tiga Puluh: Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
dengan alokasi kegiatan yaitu rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan
lindung nasional yang dilakukan padat tahap I (termasuk juga di Provinsi Riau).
2) Taman Nasional Bukit Dua Belas: Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
dengan alokasi kegiatan yaitu rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan
lindung nasional yang dilakukan padat tahap I.

Kawasan Andalan di Provinsi Jambi ada 2 (dua) yaitu Kawasan Andalan (KA) Muara
Bulian Timur Jambi dan sekitarnya serta KA Muara Bungo dan sekitarnya.

Kawasan Andalan Muara Bulian Timur Jambi dan Sekitarnya

Kawasan Andalan ini mempunyai sektor unggulan yaitu: perkebunan, pertanian,


pertambangan, industri, perikanan, dan pariwisata.

Kawasan Andalan Muara Bungo dan Sekitarnya

Kawasan Andalan ini mempunyai sektor unggulan yaitu: perkebunan, pertanian, dan
kehutanan,

Kawasan Strategis Nasional yang telah ditetapkan dan berada di Kabupaten Tebo
yaitu sebagai berikut.

1) Kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, dengan kegiatan yaitu


rehabilitasi/revitalisasi kawasan pada tahap I. Kawasan ini juga termasuk dalam
Provinsi Riau.
2) Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas, dengan kegiatan yaitu
rehabilitasi/revitalisasi kawasan pada tahap I.

Ringkasan Eksekutif 4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tebo, tetap mengacu
pada RTRWN dan RTRW Provinsi Jambi.

Kawasan strategis provinsi Jambi yang ada di Kabupaten Tebo yaitu: .

Kawasan Strategis Tebo – Wiroto Agung.

Penetapan kawasan strategis Tebo – Wiroto Agung didasari oleh adanya potensi
ekonomi, posisi wilayah yang berbatasan dengan Provinsi Riau dan ketersediaan
sumber daya alam. Kawasan strategis Tebo – Wiroto Agung dharapkan akan
menjadi salah satu pusat pertumbuhan penting di wilayah Barat Provinsi Jambi yang
mampu mendorong hinterlandnya untuk berkembang lebih pesat.

Sektor unggulan yang terdapat di Kawasan strategis Tebo – Wiroto Agung adalah
kehutanan, perkebunan, peternakan, dan pertambangan.

1.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Tebo

Visi dan Misi

Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang merupakan terjemahan dari visi dan
misi kabupaten dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata
ruang kabupaten yang diharapkan.

RPJP Kabupaten Tebo (2006 – 2025)

Visi dari Kabupaten Tebo yaitu sebagai berikut. ” TEBO MAJU DAN BERKEADILAN
DENGAN SUMBERDAYA MANUSIA BERKUALITAS ”

Adapun Misi dari Kabupaten Tebo yaitu sebagai berikut.


1. Mewujudkan SDM yang berkualitas.
2. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas dan
berkelanjutan.
3. Mewujudkan tatanan masyarakat dan pemerintahan yang baik, demokratis,
menjunjung tinggi nilai-nilai agama, adat istiadat, hukum, dan HAM.
4. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan infrastruktur.
5. Mewujudkan pembangunan daerah yang adil dan merata.

1.2.3 Kedudukan Kabupaten Tebo Dalam Sistem Perekonomian Regional

Dalam RTRW Provinsi Jambi, peranan dan fungsi Kabupaten Tebo yaitu:
Perkebunan, Peternakan dan Perikanan, Pertanian, Pariwisata, Pertambangan, serta
Kawasan Konservasi.

Pada tahun 2008, peranan subsektor perkebunan dalam pembentukan PDRB


Kabupaten Tebo yaitu sebesar 27,84% (Provinsi Jambi 10,79%). Adapun peranan
sektor/ subsektor lainnya yang terkait dengan peranan dan fungsi Kabupaten Tebo
dalam lingkup Provinsi Jambi dalam pembentukan PDRB dapat dijelaskan sebagai
berikut.

Ringkasan Eksekutif 5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

 Peternakan dan hasil-hasilnya 4,79% (Provinsi Jambi 1,36%).


 Perikanan 0,65% (Provinsi Jambi 1,34%).
 Tanaman Bahan Makanan 7,25% (Provinsi Jambi 8,28%)
 Pertambangan dan Penggalian 12,71% (Provinsi Jambi 24,52%).

Bila ditinjau PDRB perkapita Kabupaten Tebo selama 4 tahun terakhir menunjukkan
bahwa PDRB perkapita Kabupaten Tebo terendah bila dibandingkan dengan
kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jambi.

Jika ditinjau mengenai laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) Kabupaten Tebo selama 4
tahun terakhir, menunjukkan gambaran yang berbeda. Rata-rata laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Tebo tahun 2005 s/d 2008 menempati urutan keempat dari
kabupaten/kota di Provinsi Jambi yaitu sebesar 6,62% rata-rata per tahun.

1.3. Profil Wilayah Kabupaten Tebo

1.3.1 Gambaran Umum Kabupaten Tebo

1.3.1.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah Kabupaten Tebo

Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara 00 52’ 32” - 10 54’ 50” Lintang
Selatan dan diantara 1010 48’ 57” - 1020 49’ 17” Bujur Timur. Kalau dilihat dari
posisinya, kabupaten Tebo berada dibagian barat laut provinsi Jambi dan secara
administratif berbatasan dengan:

 Sebelah Utara : Kabupaten Indragiri Hilir (Provinsi Riau),


 Sebelah Selatan : Kecamatan Tabir (Kabupaten Merangin),
 Sebelah Timur : Kecamatan Tungkal Ulu (Kabupaten Tanjung Jabung
Barat), Kecamatan Mersam (Kabupaten Batanghari)
Jujuhan, Tanah Sepenggal, Muaro Bungo (Kabupaten
Bungo),
 Sebelah Barat : Kecamatan Pelepat, Jujuhan, Tanah Sepenggal,
Muaro Bungo (Kabupaten Bungo).

Luas wilayah Kabupaten Tebo, secara administratif adalah 646.100 Ha atau 6.461
km2, terdiri dari 12 (dua belas) kecamatan yang dibagi menjadi 100 desa dan 5
Kelurahan.

1.3.1.2 Karakteristik Fisik Dasar

Topografi

Sebagian besar (69%) Wilayah Kabupaten Tebo terletak pada dataran rendah
dengan ketinggian kurang dari 100 meter dari permukaan laut dan tersebar diseluruh
kecamatan. Daerah terendah adalah Teluk Rendah, di pinggiran Sungai Batanghari,
Kecamatan Tebo Ilir. Sedangkan daerah yang tertinggi berada pada daerah Bukit
Tiga Puluh di wilayah Kecamatan Sumay.

Ringkasan Eksekutif 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Kemiringan Lahan

Wilayah Kabupaten Tebo sebagian besar (seluas 523.200 ha atau 83%) mempunyai
kemiringan dibawah 15 % tersebar di seluruh kecamatan). Sebagian lagi dengan
kemiringan 16 – 40 % meliputi 12% dari luas areal, terdapat di kecamatan Sumay
dan Kecamatan VII Koto dan sebagian kecil mempunyai kemiringan diatas 40 %
yaitu sebesar 6,6% dari luas areal kabupaten terdapat di kecamatan Tebo Ilir, Tebo
Tengah dan kecamatan Sumay.

Hidrologi

Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Tebo, diantaranya adalah Sungai Batang Hari
(panjang 300 km), Batang Tebo (29 km), Batang Sumay (70 km), Batang Tabir (52 km),
Batang Langsip (23 km), dan Batang Jujuhan (7 km). Sungai terbesar yang melalui
kabupaten Tebo adalah sungai Batanghari dengan luas wilayah aliran sungai sekitar
71.400 Ha, sedangkan sungai lainnya merupakan anak sungai dari Batanghari.

Geologi

Secara garis besar wilayah di Kabupaten Tebo terbentuk dari formasi geologi endapan
permukaan alluvium, batuan sediment dengan berbagai formasi serta dari batuan
metamorf dan batuan terobosan. Formasi geologi palembang anggota atas dan
palembang anggota tengah serta aluvium mencapai 75% dari seluruh areal kabupaten
Tebo.
Kendala geologi teknik yang ada di wilayah Kabupaten Tebo menurut Menurut T.O.
Simanjuntak; T. Budhistrisna; Surono: S.Gafoer; dan T.C. Amin (1994),berupa erosi,
tanah lunak, gambut, dan perosokan tanah.

Daerah yang sering mengalami erosi ini dapat di lihat sepanjang jalur lalu lintas
antara Sungai Bengkal (Kecamatan Tebo Ilir) – Muara Tebo (Kecamatan Tebo
Tengah).

Proses Perosokan Tanah dapat terjadi apabila di bawah lapisan yang keras di jumpai
adanya lapisan yang lunak dan kompresibilitasnya tinggi sehingga bila beban yang
berada di atasnya melebihi daya dukung yang diijinkan maka kemungkinan besar
akan terjadi perosokan (settlement).

Di daerah pemetaan yang mempunyai potensi perosokan adalah daerah dataran


yang dibentuk oleh Lanau, Pasir, dan Kerikil (Qal) dan Endapan Aluvium (Qa). Oleh
karena pada daerah ini di beberapa tempat bagian atasnya agak padat akan tetapi
bagian bawahnya merupakan lapisan lempung (lanau lempungan) yang sangat
lunak, sehingga bila ada beban yang cukup berat akan mengakibatkan terjadinya
perosokan.

Peta 3.5. Jenis dan Struktur Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Tebo didominasi oleh tanah podsolik merah kuning yang
mencapai 437.954 Ha atau meliputi 67,8 % dari luas areal kabupaten Tebo dan
tersebar di seluruh kecamatan, selanjutnya jenis tanah latosol, alluvial dan organosol

Ringkasan Eksekutif 7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

masing-masing 21,9 %, 4,7 % dan 5,6 % dari luas Kabupaten Tebo. Jenis tanah latosol
terdapat hampir di semua kecamatan, kecuali Kecamatan Muara Tabir.

Hampir seluruh tanah di kabupaten Tebo mempunyai tekstur tanah halus (98,5%), hanya
Kecamatan Tebo Tengah dan Sumay yang mempunyai tekstur tanah sedang.
Sedangkan dari segi kedalamannya, hampir sekitar 99,80% dari luas wilayah Kabupaten
Tebo memiliki tanah dengan kedalaman efektif di atas 90 cm, sedangkan sisanya dengan
kedalaman efektif kurang dari 60 cm. Kedalaman efektif tanah di bawah 60 cm hanya
terdapat di Kecamatan Tebo Ilir.

Iklim

Iklim yang ada di kabupaten Tebo secara umum adalah iklim Tropis yang ditandai
dengan adanya dua musim yaitu musim penghujan yang berkisar antara bulan
September sampai bulan Mei dan musim Kemarau antara bulan Juni sampai Agustus,
sedangkan rata-rata curah hujan tahunan adalah 2.683 mm per tahun dengan rata-rata
hari hujan 122 hari/tahun.

Perbedaan temperatur antara berkisar antara 0 o - 1,5oC dengan temperatur rata-rata


290 C - 300 C; Kelembaban udara di Kabupaten Tebo rata-rata tahunan berkisar
antara 85,2 – 96,1% dengan kelembaban rata-rata 87,92%. Sedangkan rata-rata
penyinaran matahari tiap hari di Kabupaten Tebo selama 9 tahun bervariasi antara
4,20 jam sampai dengan 6,56 jam.

1.3.1.3 Karakteristik Fisik Binaan

1.3.1.3.1 Struktur Ruang

Perkotaan Muara Tebo yang merupakan Ibukota Kabupaten Tebo, secara fisik sudah
merupakan satu kesatuan kawasan terbangun dengan perkotaan Tebing Tinggi.
Peranan perkotaan Muara Tebo sebagai pusat kegiatan dan pusat pelayanan bagi
daerah sekitarnya sudah tidak dapat disangsikan.

Begitu pula halnya dengan perkotaan Wirotho Agung, sebagai Ibukota Kecamatan
Rimbo Bujang, peranannya sangat penting dalam perekonomian Kabupaten Tebo.
Terdapat berbagai jasa (perbankan dan jasa lainnya) dan perdagangan di perkotaan
ini. Angkutan umum juga telah melayani perkotaan ini baik dalam Provinsi Jambi
maupun ke luar provinsi.

Ibukota-ibukota kecamatan lainnya juga peranannya cukup penting dalam


memberikan pelayanan kepada penduduk dan kegiatannya di wilayah kecamatannya
atau beberapa desa di wilayah sekitarnya.

Atas dasar pengertian-pengertian tersebut di atas, maka yang menjadi


permasalahan yaitu: adakah pusat permukiman yang akan dipromosikan menjadi
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), adakah pusat permukiman yang akan dipromosikan
menjadi PKL, dan pusat-pusat permukiman mana yang direncanakan sebagai Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK).

Ringkasan Eksekutif 8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

1.3.1.3.2 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di kabupaten Tebo didominasi oleh Perkebunan dan hutan meliputi
areal seluas 37,2 % dan 44,4 % dari luas wilayah Kabupaten Tebo. Sedangkan untuk
penggunaan pertanian lahan kering meliputi areal seluas 15,85 % dari luas areal
kabupaten Tebo.

Tabel 1.9
Penggunaan Lahan Di Kabupaten Tebo Th 2009 (Ha)

Penggunaan Lahan Luas % Kabupaten


Hutan 286.784,30 44,39
Permukiman 4.319,00 0,67
Lahan Kering 102.401,00 15,85
Lahan Basah 5.612,00 0,87
Karet 111.549,00 17,26
Kelapa Sawit 40.524,00 6,27
Kelapa Dalam 1.020,00 0,16
Campuran 77.498,70 11,99
Sungai, Danau,Rawa 6.780,00 1,05
Jumlah 646,100.00 100.00
Sumber : Tebo dalam Angka 2008/2009, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tebo, 2009,
Dinas Kehutanan Kabupaten Tebo, 2009, Dinas Perkebunan Kabupaten Tebo 2009

1.3.2 Kependudukan dan Sumberdaya Manusia

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Tebo dari tahun ke tahun terus bertambah. Jumlah
penduduk dan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tebo antara tahun 2004
sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.10
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tebo
Tahun 2004 s/d 2008

Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan (%)


2004 235.206
2005 238.784 1,52
2006 257.173 7,70
2007 262.376 2,02
2008 267.681 2,02
Sumber: SUSENAS 2004 dan 2005, BPS Kabupaten Tebo (Hasil Registrasi Penduduk
Akhir Tahun 2006, 2007 dan 2008).

Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 2000 jumlah penduduk Kabupaten Tebo
yaitu sebesar 222.232 jiwa dan SP tahun 2010 bertambah menjadi 298.043 jiwa. Ini
berarti laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tebo yaitu 2,98% rata-rata per tahun.

Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Ringkasan Eksekutif 9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Pada tahun 2008, penduduk Kabupaten Tebo tersebar di 12 kecamatan dan dalam
105 desa/ kelurahan. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar yaitu
Kecamatan Rimbo Bujang dengan jumlah penduduk sebesar 55.476 jiwa, sedangkan
kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil yaitu Kecamatan Serai Serumpun
dengan jumlah penduduk sebesar 8.091 jiwa.

Adapun kepadatan penduduk dapat dijelaskan sebagai berikut. Kecamatadengan


tingkat kepadatan penduduk yang tertinggi yaitu Kecamatan Rimbo Bujang dengan
kepadatan 143 jiwa/km². Kecamatan-kecamatan lainnya dengan tingkat kepadatan
penduduk ≥ 100 jiwa/km² yaitu berturut-turut: Kecamatan Rimbo Ilir dengan
kepadatan 113 jiwa/km² dan Kecamatan Tebo Ulu dengan kepadatan 100 jiwa/km².
Adapun kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu Kecamatan
Sumay dengan kepadatan 12 jiwa/km². Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk dan
kepadatan penduduk Kabupaten Tebo per kecamatan dapat dilihat pada peta berikut
ini.

1.3.3. Potensi Bencana Alam

Berdasarkan kondisi fisik wilayahnya, di kabupaten Tebo mempunyai Potensi terjadi


bencana alam berupa bencana erosi dan tanah longsor, banjir dan gempa.

Daerah yang perlu diwaspadai terhadap bahaya banjir meliputi wilayah sepanjang
bantaran sungai seperti di kecamatan Tebo Ulu, Rimbo Ilir, Tebo Tengah, Tengah Ilir
dan kecamatan Tebo Ilir.

Seluruh wilayah kabupaten Tebo menurut puslitbang geologi termasuk wilayah


dengan ancaman kegempaan pada kategori klas 2 artinya gempa yang terjadi terasa
di dalam rumah seperti ada truk berat keluar atau terasa seperti ada barang berat
yang menabrak dinding rumah.

1.3.4 Potensi Sumber Daya Alam


A. Potensi Sumberdaya Air

Potensi sumberdaya air di Kabupaten Tebo sangat besar hal ini karena wilayah ini
banyak dilalui sungai besar dan kecil yang tidak pernah kering walaupun musim
kemarau. Kondisi seperti ini akan sangat berguna bagi kegiatan irigasi/pengairan
pertanian dan guna memenuhi keperluan penduduk perkotaan dalam hal
pemenuhan air bersih (airr baku PDAM).

Disamping itu keberadaan sungai ini juga dimanfaatkan untuk transportasi air/sungai,
selain menunjang pergerakkan barang, angkutan sungai memberikan konstribusi
yang cukup penting bagi pergerakkan penumpang, terutama penduduk yang berada
di pedalaman yang belum terlayani prasarana jalan.

B. Potensi Pertanian

Kabupaten Tebo dengan luas wilayah 646.100 Ha dengan karakteristik fisik wilayah
yang berada di dataran rendah yaitu kebanyakan berada pada ketinggian dibawah
100 m dari muka laut, tingkat kemiringan lahan umumnya dibawah 25 % dan dilalui
oleh beberapa sungai besar mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
Ringkasan Eksekutif 10
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

daerah pertanian dalam arti luas meliputi pertanian bahan pangan pokok (sawah dan
ladang), perkebunan (karet dan Kelapa sawit), perikanan tangkap dan budidaya
serta peternakan.

C. Potensi Pertambangan

Berdasarkan Madiadipoera dkk. (1990), Simanjuntak dkk. (1991), Adhi dkk. (2004)
dan Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Tebo (2008), bahan galian
yang terdapat di Kabupaten Tebo meliputi: batubara, emas (primer dan
sekunder/letakan), timah, kaolin, batupasir kuarsa, granit, batupasir, pasir dan batu
(sirtu) dan minyak bumi.
D. Potensi Pariwisata

Kabupaten Tebo memiliki objek wisata yang cukup potensial untuk dikembangkan
secara bersama-sama dengan Kabupaten dan Provinsi tetangga.

Potensi pariwisata yang dapat dikembangkan antara lain:

 Wisata alam Air terjun dengan 2 dan 4 tingkat


 Wisata Arkeologi Goa di Sungai Bulan/Pemayungan
 Wisata Arkeologi Candi di Tuo Sumay dengan spesifikasi susunan batu bata
 Wisata Alam Danau dengan spesifikasi perikanan dan mancing di TI
Kembang Jambu
 Wisata Sejarah Makam Sultan Taha Syaifuddin pahlawan nasional Jambi di
Muara Tebo
 Wisata Hutan kabupaten Tebo.
 Wisata Danau Si Gombak. Terbentuk akibat terjadinya perubahan aliran
Sungai Batanghari yang mengakibatkan tergenangnya daerah bekas aliran
sungaitersebut.

1.3.5 Potensi Ekonomi Wilayah

A. Struktur Ekonomi

Struktur perekonomian Kabupaten Tebo masih sangat didominasi oleh sektor primer
(pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian). Pada
tahun 2008 (atas dasar harga berlaku) peranan sektor pertanian yaitu sebesar Rp
897.075,56 juta (45,96% dari PDRB), yang sebagian besar disumbangkan oleh sub-
sektor perkebunan (Rp 543.411,15 juta atau 27,84% dari PDRB). Adapun sektor
pertambangan dan penggalian berperan sebesar Rp 248.110,31 juta (12,71% dari
PDRB).

Sektor industri pengolahan peranannya masih sangat kecil yaitu sebesar Rp


47.123,15 juta (2,41% dari PDRB).

Ringkasan Eksekutif 11
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Untuk sektor tersier: peranan sub-sektor perdagangan yaitu sebesar Rp 240.836,57


juta (12,34% dari PDRB), peranan sub-sektor pengangkutan yaitu sebesar Rp
94.434,23 juta (4,84% dari PDRB), dan peranan sub-sektor pemerintahan umum
yaitu sebesar Rp 162.344,43 juta (8,32% dari PDRB).

B. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) Kabupaten Tebo antara tahun 2004 s/d 2008
yaitu 7,15% rata-rata per tahun.

Sektor pertanian (dalam arti yang luas) yang berperan sangat dominan, mempunyai
laju pertumbuhan sebesar 4,71% rata-rata per tahun (dibawah laju pertumbuhan
PDRB). Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sub-sektor perkebunan yang
berperan relatif besar di sektor pertanian mempunyai laju pertumbuhan relatif tinggi
(lebih besar dari laju pertumbuhan PDRB) yaitu sebesar 7,84% rata-rata per tahun.
Adapun sub-sektor lainnya mempunyai laju pertumbuhan relatif kecil (dibawah laju
pertumbuhan PDRB).

Sektor pertambangan dan penggalian mempunyai laju pertumbuhan yang relatif


sangat tinggi yaitu sebesar 99,93% rata-rata per tahun. Sub-sektor pertambangan
tanpa migas dengan laju pertumbuhan yang sangat tinggi yaitu sebesar 253,00%
rata-rata per tahun, penggalian sebesar 6,52% rata-rata per tahun, sedangkan sub-
sektor minyak dan gas bumi mengalami penurunan yaitu dengan laju pertumbuhan –
(minus) 0,29% rata-rata per tahun.

Sektor industri pengolahan mempunyai laju pertumbuhan relatif rendah (dibawah laju
pertumbuhan PDRB) yaitu sebesar 5,73% rata-rata per tahun. Namun untuk
kelompok industri makanan, minuman dan tembakau mempunyai laju pertumbuhan
yang relatif tinggi (diatas laju pertumbuhan PDRB) yaitu sebesar 12,65% rata-rata
per tahun. Adapun kelompok industri lainnya mempunyai laju pertumbuhan dibawah
laju pertumbuhan PDRB.

Untuk sektor listrik dan air bersih mempunyai laju pertumbuhan yang relatif tinggi
yaitu sebesar 10,34% rata-rata per tahun. Sub-sektor listrik dengan laju pertumbuhan
yang relatif tinggi yaitu sebesar 10,98% rata-rata per tahun, sedangkan sub-sektor
air bersih dengan laju pertumbuhan yang relatif kecil yaitu sebesar 6,67% rata-rata
per tahun.

Untuk sektor bangunan mempunyai laju pertumbuhan yang relatif tinggi (diatas laju
pertumbuhan PDRB) yaitu sebesar 20,82% rata-rata per tahun.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran mempunyai laju pertumbuhan yang relatif
kecil (dibawah laju pertumbuhan PDRB) yaitu sebesar 5,86% rata-rata per tahun.
Namun untuk sub-sektor restoran mempunyai laju pertumbuhan yang relatif tinggi
yaitu sebesar 7,33% rata-rata per tahun. Adapun untuk sub-sektor perdagangan dan
sub-sektor hotel mempunyai laju pertumbuhan yang relatif rendah (dibawah laju
pertumbuhan PDRB).

Ringkasan Eksekutif 12
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Sektor pengangkutan dan komunikasi mempunyai laju pertumbuhan yang relatif


tinggi (lebih besar dari laju pertumbuhan PDRB) yaitu sebesar 8,97% rata-rata per
tahun. Sub-sektor pengangkutan dengan laju pertumbuhan 9,00% rata-rata per
tahun dan sub-sektor komunikasi dengan laju pertumbuhan 8,57% rata-rata per
tahun.

Untuk sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mempunyai laju


pertumbuhan yang relatif tinggi yaitu sebesar 8,18% rata-rata per tahun. Untuk sub-
sektor dalam sektor ini mempunyai laju pertumbuhan yang relatif tinggi (diatas laju
pertumbuhan PDRB), kecuali untuk sub-sektor lembaga keuangan bukan Bank yang
mempunyai laju pertumbuhan yang relatif rendah yaitu sebesar 5,43% rata-rata per
tahun.

1.3.6 Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kabupaten Tebo

Kebijakan Transisi Pelaksanaan KLHS

1. Latar Belakang

 Amanat undang-undang no. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

 Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan


Prioritas Pembangunan Nasional 2010 (INPRES I/2010),

 Pasal 15 ayat 2 Undang-undang No. 32 Tahun 2009,

Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melakukan KLHS dalam


Penyusunan dan Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah beserta rencana
rincinya, RPJP, RPJM Nasional, Provinsi, kabupaten/kota.

2. Kebijakan Acuan Implementasi KLHS

 Peraturan Pemerintah tentang tata cara penyelenggaraan KLHS (sedang


dalam penyelesaian),

 Surat Edaran Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara


Lingkungan Hidup tentang Pelaksanaan KLHS dan RTRW dan RPJMD
Provinsi dan Kabupaten/Kota (akan segera terbit).

3. Arahan Implementasi KLHS RTRW

A ● Melakukan KLHS dalam penyusunan RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota


dengan menugaskan kelompok kerja Perencanaan BKPRD,

●Berlaku untuk semua/seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota yang belum


mengajukan persetujuan Substansi RTRW nya ke BKPRN,

Ringkasan Eksekutif 13
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

●Tata laksana KLHS mengacu pada Lampiran SEB-Tata Laksana KLHS


Umum

B ● Melakukan KLHS cepat paralel dengan proses konsultasi Raperda RTRW


Provinsi dan Kabupaten /Kota pada Proses persetujuan substansi,

● Berlaku untuk Provinsi dan kabupaten/kota yang sedang mengajukan


persetujuan substansi Raperda RTRW nya di BKPRN,

● Tata laksana KLHS cepat mengacu pada Lamp-Tata Laksana Khusus


KLHS Cepat

C ● Melakukan KLHS Umum saat peninjauan kembali pada RTRW Provinsi dan
Kabupaten/Kota, serta melakukan KLHS umum dalam rencana rincian tata
ruangnya,

● Berlaku untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota yang sudah menetapkan


Perda RTRW nya dalam rangka memenuhi Undang-undang No. 26 tahun
2007,

● KLHS untuk peninjauan PERDA RTRW tersebut adalah dilaksanakan


sesuai dengan siklus peninjauan RTRW yang diatur dalam peraturan
perundangan,

● Rencana rinci tata ruang yang dimaksud mencakup antara lain Rencana
Tata Ruang Kawasan Strategis dan Rencana Detail tata Ruang.

4. Gubernur wajib melakukan pembinaan, evaluasi, dan pemberian rekomendasi


dalam pelaksanaan KLHS Kabupaten/Kota

Tabel 1.11. Analisis Pengaruh/Dampak dan Rekomendasi

Ringkasan Eksekutif 14
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Isu Strategis/Isu Prioritas :


Kebijakan Raperda yg Analisis dampak dan resiko Arahan rekomendasi dan
tergolong lingkungan hidup alternatif
strategis/prioritas
Uraian/deskripsikan : Pilihan rekomendasi untuk
a. Penyebab dan kondisimenjadi pertimbangan :

yg memungkinkan terjadinya Perubahan prioritas
dampak/resiko lingkungan hidup
 Kemungkinan
Arahan/muatan kebijakan (acuan Tabel 2) penundaan KRP
Raperda yang b. Karakter dampak/resiko
 Penyesuaian ukuran
tergolong/teridentifikasi lingkungan hidup dan skala
bersifat strategis/prioritas c. Tingkat urgensi (diperkecil/diperbesar)
dampak/resiko lingkungan hidup
 Penyesuaian Lokasi
 Alternatif rencana
dan program
Informasi dan Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan sebagai dasar analisis

Gambarkan situasi di masa mendatang, khususnya perihal :


a.kondisi daya dukung dan daya tampung wilayah, dan atau
b.kinerja ekosistem, dan atau
c.efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam, dan atau
d.kondisi keanekaragaman hayati dan
e.kerentanan &adaptasi terhadap perubahan iklim

Berdasarkan pada kebijakan diatas, maka kegiatan penyusunan KLHS akan


dilaksanakan secara paralel pada saat proses pengusulan substansi RTRW menjadi
Raperda dengan metode KLHS Cepat dengan berkoordinasi dan bekerjasama dengan
pihak BKPRD kabupaten/provinsi.

1.3.7 Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan

Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung


perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain (UU Nomor. 23, tahun 1997). Daya
dukung lingkungan/ carrying capacity adalah batas atas dari pertumbuhan suatu
populasi, dimana jumlah populasi tersebut tidak dapat lagi didukung oleh sarana,
sumberdaya dan lingkungan yang ada.( Zoer’aini ,1997b). Dengan adanya
analisis daya dukung dalam proses penyusunan penataan ruang maka
diharapkan kelestarian sumberdaya alam tetap berkelanjutan, dan di sisi lain
dengan penataan ruang yang tepat maka daya dukung lahan diharapkan
dapat lebih optimal.

Menurut hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk kabupaten Tebo
298.043 orang, maka kalau dibagi dengan luas wilayah diperoleh nilai kepadatan
penduduk 0,46 orang/ha. Kalau dibandingkan dengan hasil analisis perhitungan daya
dukung Lahan kabupaten Tebo 3,93 orang/ha, bahwa angka daya dukung lahan
masih jauh lebih tinggi dibanding dengan tingkat kepadatan penduduk, hal ini berarti
daya tampung lahan di kabupaten Tebo masih cukup tinggi untuk memenuhi
kebutuhan hidup penduduk Tebo. Bahkan sampai Tahun 2030 dengan perkiraan
penduduk Tebo 600.000 orang atau nilai kepadatan penduduknya 0,93 orang/ha
Ringkasan Eksekutif 15
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

masih jauh dibawah angka daya dukung lahannya, namun begitu untuk
mempertahankan kondisi ideal dari aspek lingkungan hidup, pengelolaan lahan yang
bijak tetap harus dijaga dan dipertahankan.

1.4 Isu-Isu Strategis Wllayah Kabupaten Tebo

1. Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tebo. Selama lima tahun


terakhir PDRB per kapita Kabupaten Tebo berada pada urutan terendah
dibandingkan dengan seluruh kabupaten/kota se Provinsi Jambi. Prestasi positif
dari kegiatan pembangunan selama empat tahun terakhir, telah menempatkan
Kabupaten Tebo pada urutan keempat dari seluruh kabupaten/kota se Provinsi
Jambi dalam laju pertumbuhan ekonominya (rata-rata per tahun). Dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tebo, salah satu Misi
Pembangunannya yaitu mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
berkualitas, dan berkelanjutan.
2. Secara geografis, Kabupaten Tebo terbelah oleh keberadaan Sungai Batanghari
yang membagi Kabupaten Tebo menjadi 2 bagian yaitu wilayah barat dan
wilayah timur. Pada saat ini kegiatan perekonomian dan kegiatan perkotaan
lebih cenderung berkembang pesat pada wilayah barat Sungai Batanghari,
termasuk didalamnya adalah Muara Tebo dan Rimbo Bujang, sementara pada
wilayah timur cenderung tertinggal dan perekonomian praktis berorientasi ke
kawasan di wilayah barat. Pemerintah Kabupaten Tebo telah melakukan
berbagai upaya dan kegiatan untuk mempercepat perkembangan pada wilayah
bagian timur Sungai Batanghari ini. Agar lebih bernilai sebagai upaya yang
bersifat prioritas, Pemerintah Kabupaten Tebo menyebut kawasan pada wilayah
timur ini dengan nama “Kawasan Supersukses”, dimana Supersukses ini sendiri
diambil dari nama daerah ataupun kawasan yang terdapat pada wilayah timur ini
yaitu: Sumay, Perenep, Sungai Karang, dan Serai Serumpun.
3. Mendorong perkembangan sistem pusat-pusat kegiatan/pelayanan yang
hierarkis untuk mengoptimalkan kegiatan pada kawasan perkotaan dan
memberikan pelayanan kepada wilayah pengaruhnya. Sebagaimana diketahui
bahwa perkotaan Muara Tebo diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah
promosi (PKWp), Sungai Abang sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Di
samping itu pula, Sekutur Jaya diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Lokal promosi
(PKLp). Terindikasi adanya desa-desa yang jauh dari pusat pelayanannya.
Dalam RPJP, salah satu Misi dari pembangunannya yaitu mewujudkan
pembangunan daerah yang adil dan merata.
4. Alih Fungsi lahan dari Hutan Produksi ke Areal Penggunaan lain seluas 15.896
Ha.

Ringkasan Eksekutif 16
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Bab. 2 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang merupakan terjemahan dari Visi dan
Misi kabupaten dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata
ruang kabupaten yang diharapkan.

Visi dari Kabupaten Tebo yaitu:


” TEBO MAJU DAN BERKEADILAN DENGAN SUMBERDAYA MANUSIA BERKUALITAS ”

Adapun Misi dari Kabupaten Tebo yaitu sebagai berikut.

1. Mewujudkan SDM yang berkualitas.


2. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, berkualitas dan
berkelanjutan.
3. Mewujudkan tatanan masyarakat dan pemerintahan yang baik, demokratis,
menjunjung tinggi nilai-nilai agama, adat istiadat, hukum, dan HAM.
4. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan infrastruktur.
5. Mewujudkan pembangunan daerah yang adil dan merata.

Visi dan Misi Kabupaten Tebo tersebut bersumber dari RPJP Kabupaten Tebo. Atas
dasar Visi dan Misi tersebut di atas dan Profil Wilayah Kabupaten Tebo serta Isu-isu
Strategis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya (bab 1), maka dapat

Ringkasan Eksekutif 17
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

dirumuskan Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Tebo,


sebagaimana akan diuraikan sebagai berikut.

2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG KABUPATEN TEBO

Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Tebo merupakan arahan perwujudan


ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang.
Penataan ruang wilayah Kabupaten Tebo bertujuan untuk mewujudkan:
Ruang wilayah Kabupaten Tebo dengan peranan dan fungsi sebagai: Perkebunan,
Pertambangan, Pertanian, Peternakan dan Perikanan, Pariwisata, serta Kawasan
Konservasi yang aman, nyaman, produktif, adil dan merata, serta berkelanjutan
dengan sumberdaya manusia yang berkualitas.

2.2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN


TEBO

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus
ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Adapun
strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan
penataan ruang wilayah kabupaten kedalam langkah-langkah operasional untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Tebo meliputi kebijakan
dan strategi pengembangan struktur ruang, pola ruang dan kawasan strategis.

2.2.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang

Kebijakan pengembangan struktur ruang sebagaimana dimaksud meliputi:


a. peningkatan akses pelayanan perkotaan dan sistem pusat pelayanan
yang merata dan berhierarki; dan
b. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, drainase, air limbah, energi/kelistrikan, yang terpadu dan merata di
seluruh wilayah kabupaten.
Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan sistem pusat
kegiatan/pelayanan meliputi:
a. menjaga keterkaitan antara Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp)
Muara Tebo dengan Pusat Kegiatan Lokal (PKL), antarPKL, antara PKL dengan
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), antarPPK, antara PPK dengan kawasan
pelayanannya, serta antara Kabupaten Tebo dengan wilayah sekitarnya.
b. mendorong perkembangan perkotaan Muara Tebo menjadi Pusat Kegiatan
Wilayah;
c. mendorong perkembangan Sungai Abang dan Sekutur Jaya menjadi Pusat
Kegiatan Lokal;
d. mendorong perkembangan Suko Makmur dan Suo-Suo menjadi Pusat
Pelayanan Kawasan; dan

Ringkasan Eksekutif 18
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

e. mengembangkan PKL dan PPK agar lebih efektif sebagai pusat kegiatan
dan dalam memberikan pelayanan wilayah di sekitarnya.
Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
meliputi:
a. meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
pelayanan transportasi;
b. mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; dan
c. meningkatkan kualitas jaringan prasarana sumberdaya air, serta
mewujudkan keterpaduan sistem jaringan drainase.

2.2.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang

2.2.2.1 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung

Kebijakan pengembangan kawasan lindung yaitu sebagai berikut.

1. Meningkatkan upaya pemulihan dan konservasi sumber daya air, hutan dan
lahan.
2. Mengurangi resiko bencana alam.
3. Mempertahankan fungsi dan luas kawasan lindung.

Strategi untuk meningkatkan pemulihan dan konservasi sumberdaya air, hutan, dan
lahan yaitu sebagai berikut.

a. Pengelolaan sumberdaya lahan diarahkan untuk memadu-serasikan antara


penataan ruang dengan penggunaan lahan yang berbasis daya dukung lahan
serta kemampuan dan keserasian lahan.
b. Pengelolaan sumberdaya air diarahkan untuk mengendalikan degradasi
ketersediaan air baik jumlah maupun kualitasnya, pengendalian dan pencegahan
banjir melalui pendekatan pengelolaan DAS terpadu.
c. Pengelolaan sumberdaya hutan diarahkan untuk memulihkan dan mencegah
terus berlanjutnya kerusakan hutan, melestarikan hutan dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati dan sumber plasmanutfah, pemanfaatan sumberdaya
secara seimbang dan lestari serta perlindungan proses ekologi dalam sistem
penyangga kehidupan hutan.
d. Pengelolaan bahan galian tambang dan mineral diarahkan untuk menjamin pola
pelaksanaan kegiatannya, kondisi lingkungan hidup tetap terjaga, mengurangi
semaksimal mungkin resiko terjadinya kerusakan lingkungan dan memasukkan
upaya reklamasi sebagai prasyarat setiap perizinan pertambangan.

Adapun strategi untuk mengurangi resiko bencana alam yaitu sebagai berikut.

a. Penanganan bencana alam geologis diarahkan untuk mengembangkan upaya


menghindarkan masyarakat dari resiko kebencanaan geologis (tanah longsor,
gempa, ) dengan melakukan antisipasi sedini mungkin.
b. Pengembangan sosial ekonomi masyarakat diarahkan untuk meningkatkan dan
mengembangkan sumberdaya manusia yang sadar terhadap masalah

Ringkasan Eksekutif 19
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

lingkungan hidup, melalui peningkatan kesadaran masyarakat dan


pemberdayaan masyarakat terhadap lingkungan hidup.
c. Penatan dan Penegakan Hukum  diarahkan untuk mengintegrasikan materi
hukum lingkungan pada pendidikan dan pelatihan pimpinan dan fungsional bagi
aparatur pemerintah daerah, serta mengembangkan kerjasama dengan instansi
kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.
d. Sistem informasi dan pelayanan masyarakat diarahkan untuk meningkatkan
pembangunan sumberdaya manusia yang sadar terhadap pengelolaan
lingkungan dan masyarakat yang berdaya secara sosial, ekonomi dan politik.

Strategi untuk mempertahankan fungsi dan luas kawasan lindung yaitu sebagai
berikut.

a. Pemantapan fungsi kawasan lindung di Kecamatan Tebo Ilir, Tengah Ilir, Tebo
Tengah, Sumai, VII koto dan kecamatan VII Koto Ilir.
b. Mempertahankan kawasan lindung dan yang berfungsi lindung seluas 286.784,3
Ha, atau 30,94% dari luas wilayah Kabupaten Tebo.
c. Sinkronisasi fungsi kawasan lindung dengan kabupaten yang berbatasan di
Kecamatan Tebo Ilir, Tengah Ilir, Tebo Tengah, Sumai, VII koto dan kecamatan
VII Koto Ilir.
d. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup.

2.2.2.2 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya

Kebijakan pengembangan kawasan budidaya yaitu sebagai berikut.

1. Meningkatkan produksi kawasan budidaya (sektor unggulan);


2. Optimalisasi pemanfaatan kawasan budidaya untuk mendukung pengembangan
ekonomi daerah;
3. Mengembangkan kawasan permukiman perkotaan;
4. Mengembangkan kawasan industri.

Strategi untuk meningkatkan produksi kawasan budidaya (sektor unggulan) yaitu


sebagai berikut.

a. Intensifikasi dan ekstensifikasi dengan tetap mempertahankan ekosistem


lingkungan.
b. Pengembangan dan penggunaan teknologi produksi tepat guna;
c. Peningkatan investasi;
d. Meningkatkan sinergitas dan kemitraan antara petani dan pelaku usaha,
pemasaran bersama dan permodalan
e. Meningkatkan dukungan kelembagaan keuangan bank dan non bank
melalui regulasi pemerintah daerah
f. Peningkatan akses kawasan budidaya (sektor unggulan) ke sistem jaringan
transportasi melalui peningkatan prasarana transportasi.

Strategi optimalisasi pemanfaatan kawasan budidaya untuk mendukung


pengembangan ekonomi daerah yaitu sebagai berikut.
Ringkasan Eksekutif 20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

a. Pengembangan sektor unggulan.


b. Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk
mendukung perwujudan ketahanan pangan.
c. Pemanfaatan kawasan budidaya sesuai dengan kapasitas daya dukung
Iingkungan.
d. Meningkatkan dan menyebarluaskan informasi mengenai usaha
pertanian berdasarkan profil komoditas unggulan
e. Meningkatkan kualitas SDM yang berkaitan dengan peningkatan
keterampilan, pengetahuan dan teknologi produksi maupun distribusi
f. Mengembangkan produk aneka dari komoditas unggulan sebagai input
bagi pengembangan wisata.

Strategi untuk mengembangkan kawasan permukiman perkotaan yaitu sebagai


berikut.

a. Meningkatkan prasarana dan sarana perkotaan sesuai dengan hierarkinya;


b. Mengembangkan sistem prasarana wilayah (terutama transportasi) yang
menghubungkan pusat kegiatan/pelayanan sesuai dengan hierarkinya.
c. Mendorong perkembangan perkotaan Muara Tebo sehingga menjadi Pusat
Kegiatan Wilayah;
d. Mendorong perkembangan perkotaan Sungai Abang dan Sekutur Jaya sehingga
menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL); dan
e. Mendorong perkembangan permukiman Suko Makmur dan Suo-Suo sehingga
menjadi Pusat Pelayanan Kawasan (PPK).

Strategi untuk mengembangkan kawasan industri yaitu sebagai berikut.

a. Mempromosikan pengembangan kawasan industri kepada kegiatan industri


yang sudah ada dan kepada investor;
b. Mempromosikan pengembangan kawasan industri kepada Perusahaan
Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri.

2.2.3 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten

Kebijakan pengembangan kawasan strategis kabupaten meliputi:


a. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perkotaan Muara Tebo dalam
pengembangan perekonomian perkotaan yang produktif, efisien, dan mampu
bersaing dalam perekonomian wilayah;
b. pengarahan kecenderungan perkembangan perkotaan Wirotho Agung dalam
pengembangan perekonomian perkotaan yang produktif, efisien, dan mampu
bersaing dalam perekonomian wilayah.
Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perkotaan Muara
Tebo dalam pengembangan perekonomian perkotaan meliputi:
a. membangun dan mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan, sehingga
dapat berperan secara optimal sebagai Pusat Kegiatan Wilayah;
b. mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa berbasis potensi lokasi dan
kecenderungan perkembangan yang ada dan kegiatan unggulan sebagai
penggerak utama pengembangan wilayah perkotaan;
Ringkasan Eksekutif 21
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

c. mengembangkan kawasan permukiman;


d. menciptakan iklim investasi yang kondusif;
e. mengintensifkan promosi peluang investasi; dan
f. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.
Strategi untuk pengarahan kecenderungan perkembangan perkotaan Wirotho Agung
dalam pengembangan perekonomian perkotaan meliputi:
a. mengarahkan perkembangan kawasan perdagangan dan jasa berbasis potensi
lokasi dan kecenderungan perkembangan yang ada dan kegiatan unggulan
sebagai penggerak utama pengembangan wilayah perkotaan;
b. mengembangkan kawasan permukiman;
c. menciptakan iklim investasi yang kondusif;
d. mengintensifkan promosi peluang investasi; dan
e. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

Bab 3 RENCANA STRUKTUR RUANG


Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah
kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu
sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten
terutama jaringan transportasi.

3.1 Rencana Sistem Pusat Kegiatan dan Pelayanan

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam RTRWN tidak ada Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Kabupaten Tebo. Dalam
RTRW Provinsi Jambi di Kabupaten Tebo sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi
(PKWp) yaitu perkotaan Muara Tebo dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu
perkotaan: Sungai Abang, Wirotho Agung dan Sungai Bengkal.

Telah diuraikan sebelumnya (bab I, sub-sub bab 1.2.5) bahwa pada saat ini kegiatan
perekonomian dan kegiatan perkotaan lebih cenderung berkembang pesat pada
wilayah bagian barat Sungai Batanghari, termasuk didalamnya yaitu Muara Tebo dan
Rimbo Bujang, sementara pada wilayah timur cenderung tertinggal dan
perekonomian praktis berorientasi ke kawasan di wilayah barat. Berdasarkan kondisi
tersebut, Pemerintah Kabupaten Tebo berupaya agar kawasan diwilayah timur
sungai ini juga dapat lebih cepat tumbuh dan berkembang sehingga dapat juga
menjadi sebuah kawasan atau kota yang mandiri. Agar lebih bernilai sebagai upaya

Ringkasan Eksekutif 22
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

yang bersifat prioritas, Pemerintah Kabupaten Tebo menyebut kawasan pada


wilayah timur ini dengan nama “Kawasan Supersukses”.

Salah satu rencana pengembangannya yaitu dengan menetapkan Desa Sekutur


Jaya sebagai pusat pengembengan utama (hierarki-I) yang melayani beberapa
kecamatan, Desa Suko Makmur sebagai pusat pengembangan sekunder (hierarki-II)
yang melayani beberapa desa, dan Desa Suo-Suo sebagai pusat pengembangan
tersier (hierarki-III) juga melayani beberapa desa.

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.

Atas dasar pengertian tersebut dan kebijakan pengembangan Kawasan


Supersukses dan khususnya rencana pengembangan Desa Sekutur Jaya sebagai
pusat pengembangan utama dalam Kawasan Supersukses, maka Desa Sekutur
Jaya diusulkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp).

Ibukota kecamatan lainnya yaitu: Pintas Tuo, Mengupeh, Teluk Singkawang, Karang
Dadi, Suka Damai, Pulau Temiang, dan Balai Rajo ditetapkan menjadi Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK).

Ada beberapa desa yang jauh dari jangkauan pelayanan PPK yang telah ditetapkan.
Oleh karena itu perlu dipilih lagi pusat desa/kelurahan menjadi PPK untuk
memberikan kemudahan pelayanan untuk desa-desa yang letaknya jauh dari ibukota
kecamatan.

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dengan jangkauan pengaruh 30 km, termasuk


relatif memadai untuk memberikan pelayanan kepada wilayah pengaruhnya. Namun
untuk Kecamatan Sumay, jarak terjauh pusat desa ke ibukota kecamatannya sangat
jauh yaitu 83 km. Olehkarena itu perlu dipilih satu atau beberapa pusat desa sebagai
PPK untuk dapat memberikan pelayanan yang efektif kepada penduduk dan
kegiatannya di wilayah pelayanannya.

Atas dasar analisis pusat permukiman yang telah dilakukan dan dengan
mempertimbangkan prasarana transportasi/ jaringan jalan yang ada, serta dengan
mempertimbangkan rencana pusat-pusat kegiatan dan pelayanan dalam rencana
tata ruang kawasan perbatasan (Kawasan Supersukses) sebagaimana telah
dikemukakan, maka ditetapkan Desa Suko Makmur dan Desa Suo-Suo sebagai
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK).

Peningkatan pengembangan Desa Suo-Suo sebagai PPK akan dapat memberikan


pelayanan yang efektif kepada desa-desa sekitarnya yaitu Desa Muara Sekalo, Desa
Semambu, dan Desa Pemayungan. Atau alternatif lainnya untuk menjangkau Desa
Pemayungan yaitu dengan membangun jalan baru yang menghubungkan Desa Suko
Makmur (sebagai PPK) dengan Desa Pemayungan. Dengan peningkatan
pengembangan Desa Suko Makmur dan Desa Suo-Suo menjadi PPK, maka
pelayanan PPK ke desa-desa yang akan dilayaninya akan menjadi efektif.

Ringkasan Eksekutif 23
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Tabel 3.1
Rencana Sistem Pusat Kegiatan dan Pelayanan di Kabupaten Tebo
Nama Pusat Kegiatan/
No. Hierarki Peranan dan Fungsi Keterangan
Pelayanan

1 Muara Tebo PKWp 1. Pusat pemerintahan kabupaten Ibukota Kabupaten Tebo


2. Perdagangan dan jasa
3. Pelayanan transportasi
4. Industri pengolahan
5. Pusat pendidikan
6. Perumahan skala menengah
2 Wirotho Agung PKL 1. Pusat pemerintahan kecamatan Ibukota Kecamatan
2. Perdagangan dan jasa Rimbo Bujang
3. Pelayanan transportasi
4. Industri pengolahan
5. Pusat pendidikan
6. Perumahan skala menengah
3 Sungai Abang PKL 1. Pusat pemerintahan kecamatan Ibukota Kecamatan
2. Pusat pelayanan fasilitas umum skala beberapa
kecamatan VII Koto
3. Perdagangan dan distribusi barang lokal
4. Simpul transportasi
4 Sungai Bengkal PKL 1. Pusat pemerintahan kecamatan Ibukota Kecamatan Tebo
2. Pusat pelayanan fasilitas umum skala beberapa Ilir
kecamatan
3. Perdagangan dan distribusi barang lokal
4. Simpul transportasi
5 Sekutur Jaya PKLp 1. Pusat pemerintahan kecamatan Ibukota Kecamatan
2. Pusat pelayanan fasilitas umum skala beberapa Serai Serumpun
kecamatan
3. Perdagangan dan distribusi barang lokal
4. Simpul Transportasi
6 Pintas Tuo PPK 1. Pusat pemerintahan kecamatan Ibukota Kecamatan
2. Pusat pelayanan fasilitas umum skala kecamatan/ Muara Tabir
beberapa desa
3. Pasar Lokal
4. Industri kecil & kerajinan rumah tangga (rt).
7 Mengupeh PPK 1. Pusat pemerintahan kecamatan Ibukota Kecamatan
2. Pusat pelayanan fasilitas umum skala Tengah Ilir
kecamatan/beberapa desa
3. Pasar Lokal
4. Industri kecil & kerajinan rt.
8 Teluk Singkawang PPK 1. Pusat pemerintahan kecamatan Ibukota Kecamatan
2. Pusat pelayanan fasilitas umum skala Sumay
kecamatan/beberapa desa
3. Pasar Lokal
4. Industri kecil & kerajinan rt.
9 Karang Dadi PPK 1. Pusat pemerintahan kecamatan Ibukota Kecamatan
2. Pusat pelayanan fasilitas umum skala kecamatan Rimbo Ilir
3. Pasar Lokal & fasilitas perbankan
4. Industri kecil & kerajinan rt.
10 Suka Damai PPK 1. Pusat pemerintahan kecamatan Ibukota Kecamatan
2. Pusat pelayanan fasilitas umum skala Rimbo Ulu
kecamatan/beberapa desa
3. Pasar Lokal
4. Industri kecil & kerajinan rt.
11 Pulau Temiang PPK 1. Pusat pemerintahan kecamatan Ibukota Kecamatan Tebo
2. Pusat pelayanan fasilitas umum skala Ulu
kecamatan/beberapa desa
3. Pasar Lokal
4. Industri kecil & kerajinan rt
12 Balai Rajo PPK 1. Pusat pemerintahan kecamatan Ibukota Kecamatan
2. Pusat pelayanan fasilitas umum skala
kecamatan/beberapa desa VII Koto Ilir
3. Pasar lokal

Ringkasan Eksekutif 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Nama Pusat Kegiatan/


No. Hierarki Peranan dan Fungsi Keterangan
Pelayanan

4. Industri kecil & kerajinan rt.


13 Suko Makmur PPK 1. Pusat pelayanan fasilitas umum skala beberapa desa Pusat Desa di
2. Pasar lokal Kecamatan Serai
3. Industri kecil & kerajinan rt. Serumpun

14 Suo-Suo PPK 1. Pusat pelayanan fasilitas umum skala beberapa desa Pusat Desa di
2. Pasar lokal Kecamatan Sumay

Sumber: Hasil Rencana, tahun 2010.

3.2 Rencana Sistem Prasarana Transportasi

3.2.1 Rencana Sistem Prasarana Transportasi Darat

Prasarana transportasi darat yang akan dikembangkan di Kabupaten Tebo yaitu


prasarana jaringan jalan dan prasarana jaringan Kereta Api.

3.2.1.1 Rencana Sistem Jaringan Jalan

Rencana pengembangan fungsi jalan mengacu pada Undang-undang Nomor 38 Tahun


2004 Tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan.
Mengingat yang disusun dalam pekerjaan ini adalah Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten, maka prasarana jalan yang akan dibahas yaitu sistem jalan primer.

a. Jalan Arteri Primer

Jalan Arteri Primer menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional
(antarPKN), antara PKN dengan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

Atas dasar pengertian tersebut di atas dan perkotaan Muara Tebo yang diusulkan
sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) berada pada Jalan Arteri Primer,
maka tidak ada ruas jalan lain yang diusulkan untuk pengembangan Jalan Arteri
Primer baru.

b. Jalan Kolektor Primer

Jalan Kolektor Primer menghubungkan secara berdaya guna antara PKN dengan PKL,
antarPKW, atau antara PKW dengan PKL.

Atas dasar pengertian tersebut di atas dan perkotaan: Sungai Abang dan Wirotho
Agung yang diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada pada Jalan
Kolektor Primer, serta perkotaan Sungai Bengkal (PKL) berada pada Jalan Arteri
Primer, maka terkait dengan hal tersebut di atas, belum ada ruas jalan lain yang
diusulkan untuk pengembangan Jalan Kolektor Primer baru.

Diusulkannya Sekutur Jaya menjadi Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) dan
kondisi yang berkembang saat ini, maka ada beberapa jaringan jalan yang diusulkan
ditingkatkan menjadi Jalan Kolektor Primer yaitu sebagai berikut.

Ringkasan Eksekutif 25
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

1) Dari Jalan Kolektor Primer yang ada yaitu no. Ruas 34 ke arah Bukit Pemuatan,
selanjutnya ke arah Sekutur Jaya, dan dilanjutkan ke no. Ruas 32 ke Jalan
Kolektor Primer yang ada.
2) Dari persimpangan dekat Sungai Aro (no. Ruas 25) menuju Pintas Tuo (PPK), dan
no. Ruas 76, dan selanjutnya no. Ruas 150 menuju ke Kabupaten Batanghari.

c. Jalan Lokal Primer

Jalan Lokal Primer Primer menghubungkan secara berdaya guna antara PKN dengan
Pusat Kegiatan Lingkungan, antara PKW dengan Pusat Kegiatan Lingkungan,
antarPusat Kegiatan Lokal, atau antara Pusat Kegiatan Lokal dengan Pusat Kegiatan
Lingkungan serta antarPusat Kegiatan Lingkungan.

Atas dasar pengertian tersebut di atas maka yang diusulkan berperan sebagai jalan
lokal primer yaitu sebagai berikut.

1) Dari Muara Tebo (no. Ruas 173) dilanjutkan ke no. Ruas 116 menuju Kabupaten
Bungo.
2) Dari Jalan Kolektor Primer yang diusulkan ke arah Muara Sekalo (no. Ruas 30),
selanjutnya ke arah Suo-Suo, kemudian dilanjutkan ke no. Ruas 73 dan 72 ke arah
Jalan Arteri Primer (dekat Tebing Tinggi).
3) Dari Bukit Pemuatan (Jalan Kolektor Primer yang diusulkan) ke arah Napal Putih,
Suko Makmur, Melako Intan dan ke arah Jalan Kolektor Primer yang ada.
4) Dari Jalan Kolektor Primer (no. Ruas 66), selanjutnya no. Ruas 67 (ke Karang Dadi)
dan no. Ruas 68 kearah Jalan Arteri Primer.
5) Dari Jalan Kolektor Primer dekat Wirotho Agung (no. Ruas 64) dilanjutkan ke no.
Ruas 65, selanjutnya no. Ruas 22 menuju Kabupaten Bungo.
6) Dari Jalan Kolektor Primer dekat Wirotho Agung (no. Ruas 62), rencana jalan baru
dan dilanjutkan ke no. Ruas 127 menuju Jalan Kolektor Primer dekat Rantau
Langkap.
7) Dari Jalan Kolektor Primer dekat Wirotho Agung (no. Ruas 59) dilanjutkan ke no.
Ruas 66, dan selanjutnya no. Ruas 115 menuju Kabupaten Bungo.
8) Dari Suka Damai menuju no. Ruas 115/66, dari Suka Damai menuju no. Ruas 59
dan no. Ruas 151.
9) Dari Jalan Kolektor Primer yaitu no. Ruas 151, dilanjutkan ke no. Ruas 99 menuju
Kabupaten Bungo.

3.2.1.2 Rencana Sistem Jaringan Kereta Api

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa rencana pembangunan sistem


jaringan Rel Kereta Api yang melalui Kabupaten Tebo yaitu jaringan Rel Kereta Api:

1. ......Muara Bungo – Muara Tebo – Muara Tembesi – Muara Bulian ......; dan
2. Rantau Badak – Muara Tebo.

Pembangunan Sistem Jaringan Kereta Api yang melewati Kabupaten Tebo ini sangat
penting peranannya terutama untuk angkutan barang hasil-hasil produksi Kabupaten

Ringkasan Eksekutif 26
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Tebo ke wilayah lainnya, serta untuk mengangkut barang-barang yang dibutuhkan oleh
penduduk dan kegiatannya yang ada di Kabupaten Tebo.

3.2.1.3 Rencana Pembangunan Prasarana Transportasi lainnya

Di samping itu pula di Kabupaten Tebo juga akan dibangun Terminal Tipe A di Muara
Tebo, dan pembangunan pelabuhan sungai/penyeberangan yaitu Pelabuhan Sungai
Bengkal dan Pelabuhan Muara Tebo.

3.3 Rencana Sistem Prasarana lainnya

3.3.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Energi/Kelistrikan

Pengembangan sistem energi/kelistrikan di Kabupaten Tebo merupakan bagian dari


pengembangan sistem energi/kelistrikan di Provinsi Jambi, dengan menggunakan
sistem pembangkit listrik tenaga diesel, gas, uap; dengan jaringan distribusi yang
sangat terbatas. .

Untuk jangka panjang pengembangan kelistrikan dilakukan melalui kesatuan sistem


“interkoneksi” yang merupakan bagian dari interkoneksi listrik pulau sumatera .
Jaringan transmisi tenaga listrik dikembangkan untuk menyalurkan tenaga listrik
antarsistem dengan menggunakan kawat saluran udara atau kabel bawah tanah.

Pada saat ini kelistrikan di Kabupaten Tebo menggunakan 4 mesin yang berada di
Kecamatan Tebo Ilir, dengan daya terpasang 520 KV, kemampuan 365 KV, dan
yang terpakai 205 KV. Jumlah pelanggan pada tahun 2008 yaitu 22.976 dengan
pemakaian 4.182.956 KWH.

3.3.2 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pemanfaatan sumber air diarahkan pada air permukaan dengan intake di sungai
terdekat yang potensial. Sesuai dengan rencana struktur ruang provinsi Jambi 2009,
pengelolaan sumberdaya air dan jaringan pengairan di Kabupaten Tebo
dikembangkan untuk:

a. Rehabilitasi daerah kritis dalam wilayah WS Batanghari dan anak sungainya


dengan prioritas utama di kawasan hulu.

b. Pemeliharaan kawasan hulu sungai melalui kegiatan pelestarian kawasan,


pengamanan kawasan penyangga, pengamanan sumber air dan pencegahan
banjir

c. Peningkatan koordinasi antarkabupaten untuk singkronisasi program sektoral


maupun program bersama.

d. Pengembangan struktur ruang dengan meningkatkan kualitas dan jangkauan


pelayanan sumberdaya air melalui peningkatan kualitas jaringan prasarana serta
dengan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumberdaya air dan
penetapan sumberdaya air wilayah sungai;

Ringkasan Eksekutif 27
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

3.3.3 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi


Sistem jaringan telekomunikasi yang ada di Kabupaten Tebo terdiri dari:

 Jaringan teresterial
 Jaringan satelit.
Jaringan terestrial dikembangkan secara berkesinambungan untuk menyediakan
pelayanan telekomunikasi di seluruh wilayah. Jaringan satelit dikembangkan untuk
melengkapi sistem jaringan telekomunikasi melalui satelit komunikasi.

Jaringan telekomunikasi dikembangkan untuk meningkatkan kemudahan hubungan


antar wilayah yang diisyaratkan untuk mencapai pertumbuhan dan pemerataan
secara efisien dan efektif.

Secara umum dapat diasumsikan bahwa kebutuhan sambungan telepon (SST)


diperkirakan sebesar 30% dari jumlah unit rumah.

3.3.4 Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan


(TPA Regional)
Sampai saat ini pengelolaan sampah di Kabupaten Tebo masih terbatas pada
perkotaan Muara Tebo dan Rimbo Bujang (Wirotho Agung). Sistem penanganannya
yaitu dengan membuang sampah di TPA terbuka. Oleh karena itu perlu pengkajian
lebih detail untuk menangani permasalahan ini.

Permasalahan pengelolaan persampahan di Kabupaten Tebo yaitu terutama belum


adanya pola baku sebagai pedoman utamanya. Sasaran pengelolaan persampahan
dalam jangka pendek yaitu menyiapkan master plan pengelolaan sampah di
Kabupaten Tebo, selanjutnya untuk kawasan pertumbuhan pesat yaitu Muara Tebo
dan Rimbo Bujang ditindaklanjuti dengan pembangunan prasarana pengelolaan
persampahan.

Sesuai dengan RTRW Provinsi Jambi, diarahkan adanya rencana pengelolaan


persampahan melalui penyediaan lokasi tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah
sebagai TPA sampah regional terpadu disetiap kabupaten. Jadi setiap kabupaten
mempunyai satu TPA sampah regional terpadu, sedangkan untuk Kota Jambi dan
Kota Sungai Penuh perlu bekerjasama dengan kabupaten terdekat.

Disisi lain, adanya kebijakan dalam penanganan persampahan di Kabupaten Tebo


yaitu masing-masing wilayah pengembangan (WP) direncanakan memiliki TPA
sendiri-sendiri, dengan lokasi harus mengikuti pada persyaratan yang berlaku.

Atas dasar hal tersebut maka perlu dilakukan pengkajian yang mendalam tentang
pengelolaan persampahan di Kabupaten Tebo.

3.3.5 Rencana Penyediaan Air Bersih Regional


Ringkasan Eksekutif 28
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Rencana pengembangan sistem pelayanan air bersih di Provinsi Jambi, yaitu


sebagai berikut.

 Sumber air diarahkan pada pemanfaatan air permukaan dengan intake di sungai
terdekat yang potensial.
 Untuk kawasan permukiman perkotaan diarahkan penyediaan air bersih melalui
jaringan pipa PDAM dengan memanfaatkan air baku dari sungai/air permukaan.
Diprioritaskan pengembangan ini berpusat pada kawasan perkotaan.
 Untuk kawasan permukiman perdesaan dapat dikembangkan sistem air bersih
perdesaan yaitu memanfaatkan sumber air baku yang ada seperti mata air, air
tanah dan air sungai (sistem jaringan air secara sederhana).

Sesuai dengan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten


Tebo, sistem prasarana yang diusulkan yaitu sebagai berikut.

A. Sistem Perpipaan

Untuk sistem perpipaan prioritas penanganan sistem yaitu sebagai berikut.

1. Peningkatan kapasitas PDAM sistem Muara Tebo.


2. Peningkatan jaringan distribusi sistem Muara Tebo.
3. Peningkatan kapasitas PDAM sistem Rimbo Bujang.
4. Peningkatan jaringan distribusi sistem Rimbo Bujang.
5. Peningkatan kapasitas PDAM sistem Sungai Bengkal.
6. Peningkatan jaringan distribusi sistem Sungai Bengkal.

B. Sistem Non Perpipaan

Untuk sistem non perpipaan kegiatan yang diprioritaskan yaitu sebagai berikut.

 Inventarisasi kebutuhan. Hal ini terkait dengan infrastruktur yang diperlukan


sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah yang ada.
 Penyiapan pembentukan kelembagaan pengelolaan prasarana yang ada.

Untuk lebih jelasnya rencana struktur ruang Kabupaten Tebo dapat dilihat pada peta
berikut.

Ringkasan Eksekutif 29
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Peta
Rencana Struktur Ruang Kabupaten Tebo.

Ringkasan Eksekutif 30
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Bab 4 RENCANA POLA RUANG

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/PRT/M/2009 Tentang


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
Rencana pola ruang wilayah kabupaten Tebo berfungsi:
a. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten Tebo;
b. mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang dalam wilayah
kabupaten Tebo;
c. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima
tahunan untuk dua puluh tahun; dan
d. sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten
Tebo.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten Tebo dirumuskan berdasarkan:


a. kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten Tebo;
b. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten Tebo;

Ringkasan Eksekutif 31
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

c. kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan;


dan
d. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten Tebo dirumuskan dengan kriteria:


a. merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana
rincinya;
b. mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang
berada di wilayah kabupaten Tebo;
c. memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
d. mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas
kawasan lindung dan kawasan budi daya.

4.1 Kawasan Lindung

Rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kabupaten Tebo untuk kawasan


yang berfungsi lindung yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun sebesar 95.882,98 Ha
(14.84%) yang meliputi rencana pemanfaatan ruang kawasan hutan lindung
dengan luas 49.557 Ha (7,67%), sempadan sungai seluas 12.923,46
Ha(2,00%) dan hutan konservasi/Suaka alam seluas 33.402,5 Ha (5,17%).

4.1.1 Kawasan yang Memberikan Perlindungan Bagi Kawasan Bawahannya

Kawasan lindung yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya


merupakan kawasan hutan yang memiliki sifat khas dan mampu memberikan
perlindungan kepada kawasan sekitar maupun kawasan bawahannya
sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta pemeliharaan
kesuburan tanah.
Dengan ditetapkannya lokasi kawasan ini diharapkan dapat mencegah
terjadinya erosi tanah, bencana alam banjir, sedimentasi serta untuk menjaga
fungsi hidrologi tanah dan menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah
dan air permukaan.

4.1.2 Kawasan Hutan Lindung

Kriteria penetapan suatu kawasan menjadi kawasan hutan lindung didasarkan


kepada kondisi alamiah wilayahnya yang mencakup jenis tanah, topografi,
intensitas curah hujan, dan ketinggian tempat dari permukaan laut.  Secara
kuantitatif Kriteria kawasan hutan lindung adalah :
a. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan
yang melebihi nilai skor 175, dan/atau

b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 % atau lebih, dan/atau


Ringkasan Eksekutif 32
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000 meter
atau lebih.

Berdasarkan kriteria tersebut dan hasil analisis, maka untuk jangka waktu sampai 20
tahun kedepan lahan yang memenuhi kriteria sebagai hutan lindung di Kabupaten
Tebo seluas 49.557 Ha tersebar di wilayah Kecamatan Sumay (25.200 Ha),
Kecamatan Tebo Ulu 12.590 Ha, Kecamatan VII Koto 4.867 Ha, Kecamatan Tebo
Tengah (3.200 Ha), dan Kecamatan Tebo Ilir (3.700 Ha).

4.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat

Pengelolaan Kawasan Lindung yang berfungsi untuk memberikan perlindungan


setempat lebih ditujukan untuk memberikan perlindungan terhadap kawasan
sekitarnya untuk mempertahankan fungsi lindungnya serta pelestarian sumberdaya
alam kawasan sekitarnya. Kawasan ini terdiri dari kawasan sepanjang aliran sungai
dan kawasan sekitar Danau/Waduk.
Kriteria kawasan sekitar danau/waduk adalah daratan sepanjang tepian
danau/waduk yang lebarnya proportional dengan bentuk dan kondisi fisik
danau/waduk antara 50 - 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Kawasan sekitar danau yang ada di kabupaten Tebo adalah kawasan lindung sekitar
Danau Sigombak.

4.1.4 Kawasan Suaka Alam/Cagar Budaya

(1) Kriteria cagar alam adalah:


a. Kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa dan tipe ekosistemnya;
b. Mewakili formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusun;
c. Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan
tidak atau belum diganggu manusia;
d. Mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang
efektif dengan daerah penyangga yang cukup luas;

e. Mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya contoh disuatu


daerah serta keberadaannya memerlukan upaya konservasi.

(2) Kriteria hutan wisata adalah:


a. Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara
ilmiah maupun buatan manusia;
b. Memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan olah raga serta terletak dekat pusat-
pusat pemukiman penduduk;
c. Mengandung satwa buru yang dapat dikembangbiakan sehingga
memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan segi
rekreasi, olah raga dan kelestarian satwa;

d. Mempunyai luas yang cukup dan lapangannya tidak membahayakan.

Ringkasan Eksekutif 33
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka rencana pemanfaatan ruang kawasan


suaka alam (cagar alam) adalah Cagar Biosfir 12 dengan luas area sekitar 3.180,46
ha (0,49%) yang terdapat di Kecamatan Muara Tabir bagian Tenggara. Selain itu
terdapat pula Kebun Raya Bukit Sari dengan luas areal sekitar 110,50 Ha yang
terdapat di Kecamatan Tebo Ilir.

(3) Kriteria penetapan Kawasan Taman Nasional adalah sebagai berikut:


1. Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk relatif luas, tumbuhan dan
atau satwa meliki sifat spesifik dan endemik serta berfungsi sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya
hayati dan ekosistemnya.
2. Dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri atas zona inti, zona pemanfaatan
dan zona lainnya yang sesuai dengan keperluan.
Taman Nasional yang terdapat di Kabupaten Tebo yaitu Taman Nasional Bukit Tiga
Puluh yang terdapat di bagian Utara Kecamatan Sumay, Kecamatan Tebo Tengah
dan Kecamatan Tengah Ilir dan Kecamatan Tebo Ilir.

(4) Kriteria Kawasan Taman Wisata Alam, meliputi:


1. Kawasan dataran dan atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas yang
cukup dan lapanganya tidak membahayakan serta memiliki keadaan yang
menarik dan indah, baik secara alamiah maupun buatan.
2. Memenuhi kebutuhan rekreasi dan atau olah raga serta mudah dijangkau.
3. Kawasan yang terdapat satwa buru yang dikembangbiakan untuk kelestarian
satwa dan memungkinkan perburuan secara teratur dengan mengutamakan
segi rekreasi olah raga.
Taman Wisata Alam yang terdapat di Kabupaten Tebo meliputi Taman Wisata Alam
Danau Sigombak (Desa Telukkembangjambu Kecamatan Tebo Ulu). Selain itu,
terdapat pula wana wisata (wisata hutan) yaitu di Kebun Raya Bukit Sari dan wisata
ke Taman Makam Pahlawan Sultan Thaha Syarifudin di Kecamatan Tebo Tengah
tepatnya di Pusat Perkotaan Muara Tebo.

(5) Kawasan Cagar Budaya Dan Ilmu Pengetahuan

Penetapan kriteria Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan alah:

 Kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang


bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas.
 Benda buatan manusia, atau benda bergerak atau tidak bergerak yang
berupa kesatuan atau kelompok yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun
atau mewakili masa gaya yang khas.
 Benda/bangunan yang memiliki nilai penting bagi sejarah ilmu
pengetahuan dan kebudayaan.

Ringkasan Eksekutif 34
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Berdasarkan kriteria tersebut, maka sebaran kawasan Cagar Budaya dan Ilmu
Pengetahuan di Kabupaten Tebo meliputi wilayah Kawasan Hutan Pendidikan
Silvagama seluas kurang lebih 1.000 Ha dan Kawasan Hutan Penelitian Tropika
seluas kurang lebih 2.700 Ha, selain itu Makam Sultan Thaha yang terdapat di
Kecamatan Tebo Tengah dapat dikategorikan sebagai cagar budaya.

4.1.5 Kawasan Rawan Banjir/Genangan

Kriteria kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang diidentifikasi sering dan
berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan banjir, gempa bumi, dan
tanah longsor.

Di kabupaten Tebo kawasan bencana yang perlu diwaspadai adalah banjir. Daerah
yang perlu diwaspadai terhadap bahaya banjir meliputi wilayah sepanjang bantaran
sungai seperti di kecamatan Tebo Ulu, Rimbo Ilir, Tebo Tengah, Tengah Ilir dan
kecamatan Tebo Ilir.

4.1.6 Kawasan Lindung Lainnya

Dalam rangka memenuhi kebijakan dan Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang


Kehutanan untuk luasan kawasan lindung, maka di Kabupaten Tebo diperlukan
adanya penambahan kawasan lindung. Untuk penambahan kawasan lindung
tersebut, diambil dari kawasan yang memenuhi kriteria hutan lindung yaitu wilayah
yang mempunyai kemiringan lereng > 40 % harus menjadi hutan lindung. Luas
kawasan yang memenuhi kriteria tersebut sebesar seluas 49.557 Ha tersebar di
wilayah Kecamatan Sumay (25.200 Ha), Kecamatan Tebo Ulu 12.590 Ha,
Kecamatan VII Koto 4.867 Ha, Kecamatan Tebo Tengah (3.200 Ha), dan Kecamatan
Tebo Ilir (3.700 Ha). Untuk kawasan non hutan, maka terdapat kawasan budidaya
yang diberi fungsi lindung atau perlu dihutankan kembali.

4.2 Kawasan Budidaya

Berdasarkan fungsinya kawasan budidaya terdiri dari kawasan budidaya pertanian


dan kawasan budidaya non pertanian. Kawasan budidaya pertanian terdiri dari
kawasan hutan produksi, kawasan tanaman pangan, tanaman perkebunan,
perikanan dan peternakan sedangkan kawasan budidaya non pertanian terdiri dari
kawasan permukiman, kawasan pertambangan, kawasan wisata dan kawasan
industri.

Kriteria dan pertimbangan ruang dikawasan budidaya adalah sebagai berikut:

 Pengembangan kawasan budidaya memperhatikan tingkat perkembangan


(percepatan/perlambatan) setiap fungsi pemanfaatan ruang dengan prioritas
(proporsi tersebar) pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya dengan
perkembangan tinggi.
 Pengembangan kawasan budidaya memperhatikan dominasi kegiatan setiap
kecamatan dengan prioritas (proporsi tersebar) pemanfaatan ruang pada
kawasan budidaya dengan dominasi tinggi.

Ringkasan Eksekutif 35
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

 Pengembangan permukiman dikembangkan dengan jumlah kepadatan rumah >


25 unit/ha untuk kepadatan tinggi, 15 – 25 unit/ha dengan kepadatan sedang
dan < 15 unit/ha untuk kepadatan rendah.
 Pengembangan budidaya pertanian dengan pemanfaatan lahan 5 tenaga
kerja/ha.
 Pengembangan budidaya tambak (perikanan darat) dengan pemanfaatan lahan
10 tenaga kerja/ha.
 Pengembangan budidaya peternakan dengan pemanfaatan lahan 12 tenaga
kerja/ha.
 Pengembangan peruntukkan industri didasarkan pada ketersediaan tenaga kerja
dengan ratio tenaga kerja 25 m2/jiwa atau 100 – 400 jiwa/ha.
 Pengembangan kawasan pertambangan didasarkan pada ketersediaan tenaga
kerja dan daya dukung lingkungan wilayah setempat.
Untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh
Kabupaten Tebo, maka setiap luasan pengembangan kawasan budidaya harus
memperhatikan potensi tenaga kerja dan daya dukung lingkungan yang dimiliki.
Berdasarkan hal itu, maka rencana pemanfaatan ruang kawasan budidaya selama
masa perencanaan 20 tahun kedepan adalah 550.217,02 Ha (85,16%) meliputi
kawasan hutan produksi seluas 246.724,80 Ha (38,19%), kawasan permukiman
37.504,40 Ha (5,80%), pertanian lahan basah 8.182,00 Ha (1,26%), pertanian lahan
kering 38.621,66 Ha (5,98%), perkebunan 219.134,16 Ha (33,92%) dan kawasan
industri 50 Ha (0,01%).

4.2.1 Kawasan Hutan Produksi

Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi hutan produksi tetap, hutan produksi
terbatas, dan hutan produksi yang dikonversi.

Fungsi utama Hutan Produksi

o Penghasil kayu dan bukan kayu;


o Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;
o Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat;
o Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Di kabupaten Tebo terdapat hutan produksi seluas 246.724,80 Ha yang terdiri atas :

1. Kawasan hutan Produksi Tetap seluas 229.807,80 Ha


Meliputi kelompok hutan Batang Tabir (15.766,80 Ha); kelompok hutan
Tabir Kejasung (19.800 Ha) dan kelompok hutan Pasir Mayang Danau
Bangko (194.241 Ha).
2. Kawasan Hutan Produksi Terbatas seluas 16.917 Ha
Meliputi kelompok hutan hulu Sumay (5.912 Ha); kelompok hutan Sungai
sirih-sirih (3.535 Ha) dan kelompok hutan Hulu Sekalo (7.470 Ha).

4.2.2 Kawasan Pertanian

Ringkasan Eksekutif 36
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Fungsi utama Kawasan peruntukan pertanian antara lain:

1) Menghasilkan bahan pangan, palawija, tanaman keras, hasil peternakan dan

perikanan;

2) Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;

3) Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.

Berdasarkan pada pertimbangan yang telah ditetapkan, serta ketersediaan tenaga


kerja, maka rencana pemanfaatan ruang untuk pertanian lahan basah hingga tahun
2030 adalah 8.182 Ha (1,27%), sedangkan untuk pertanian lahan kering
direncanakan 38.621,66 Ha (5,98%) kesemua ini tersebar di seluruh kecamatan.

4.2.3 Kawasan Perkebunan

.Kriteria umum dan kaidah perencanaan kawasan perkebunan:

1) Ketentuan pokok tentang perencanaan dan penyelenggaraan budidaya


tanaman; serta tata ruang dan tata guna tanah budidaya tanaman mengacu
kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman;

2) Ketentuan pokok tentang kegiatan perencanaan perkebunan; penggunaan


tanah untuk usaha perkebunan; serta pemberdayaan dan pengelolaan usaha
perkebunan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004
tentang Perkebunan;

3) Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan perkebunan harus diperuntukan


untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara
sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan
dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;

4) Wilayah yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik lokasi


dilindungi kelestariannya dengan indikasi ruang;

5) Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan


indikasi geografis dilarang dialihfungsikan;

6) Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan), baik


yang menggunakan lahan luas ataupun teknologi intensif harus terlebih
dahulu memiliki kajian studi Amdal;

7) Penanganan limbah pertanian tanaman (kadar pupuk dan pestisida yang


terlarut dalam air drainase) dan polusi industri pertanian (udara-bau dan
asap, limbah cair) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang
disertakan dalam dokumen Amdal;

8) Kegiatan perkebunan tanian skala besar, harus diupayakan menyerap


sebesar mungkin tenaga kerja setempat;

Ringkasan Eksekutif 37
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

9) Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan


kesesuaian lahan;

10) Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak
produktif (tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan
tanpa mengurangi kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan pada pertimbangan yang telah ditetapkan serta ketersediaan tenaga


kerja, maka rencana pola ruang untuk kawasan perkebunan hingga tahun 2030
adalah 219.134,16 Ha (33,92%) dengan dominansi komoditas karet dan kelapa
sawit, yang tersebar di seluruh kecamatan.

4.2.4 Kawasan Pertambangan

Sesuai dengan ketentuan pasal 4 (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967


tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, dinyatakan bahwa kewenangan
pemerintah daerah atas bahan galian mencakup atas bahan galian C yang meliputi
penguasaan dan pengaturan usaha pertambangannya. Untuk bahan galian strategis
golongan A dan vital atau golongan B, pelaksanaannya dilakukan oleh Menteri.
Khusus bahan galian golongan B, pengaturan usaha pertambangannya dapat
diserahkan kepada pemerintah daerah provinsi.

Kawasan peruntukan pertambangan memiliki fungsi antara lain:

1) Menghasilkan barang hasil tambang yang meliputi minyak dan gas bumi;
bahan galian pertambangan secara umum, dan bahan galian C;
2) Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja;
3) Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil)
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Berdasarkan kriteria kaidah dan kriteria teknis yang telah ditetapkan, maka
pemanfaatan ruang bagi kawasan pertambangan dan galian adalah kawasan
pertambangan eksisting yang ada saat ini dan sudah dieksploitasi dan kawasan
lainnya yang dinilai memiliki potensi bahan tambang.

4.2.5 Kawasan Pariwisata

Fungsi utama Kawasan peruntukan pariwisata memiliki fungsi antara lain:

1) Memperkenalkan, mendayagunakan dan melestarikan nilai-nilai


sejarah/budaya lokal dan keindahan alam;

2) Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja yang pada gilirannya dapat


meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan.

Berdasarkan kriteria tentang kawasan wisata, maka kedepan perlu dipertimbangkan


untuk pengembangan potensi pariwisata yang ada seperti :

 Wisata alam Air terjun dengan 2 dan 4 tingkat


 Wisata Arkeologi Goa di Sungai Bulan/Pemayungan
 Wisata Arkeologi Candi di Tuo Sumay dengan spesifikasi susunan batu bata
Ringkasan Eksekutif 38
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

 Wisata Alam Danau dengan spesifikasi perikanan dan mancing di TI


Kembang Jambu
 Wisata Sejarah Makam Sultan Taha Syaifuddin pahlawan nasional Jambi di
Muara Tebo
 Wisata Hutan kabupaten Tebo.
 Wisata Danau Si Gombak. Terbentuk akibat terjadinya perubahan aliran
Sungai Batanghari yang mengakibatkan tergenangnya daerah bekas aliran
sungai tersebut.

4.2.6 Kawasan Industri

Pengembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten Tebo, perlu ditingkatkan


untuk mengolah hasil-hasil produksi kawasan ini sebelum diekspor/dijual ke
kabupaten/kawasan lain (menangkap nilai tambah) dan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk kabupaten ini. Peranan sektor industri pengolahan di Kabupaten Tebo
saat ini masih sangat kecil (2,41% dari PDRB), dan rata-rata laju pertumbuhannya
juga relatif rendah yaitu 5,73% rata-rata per tahun (lebih rendah dari rata-rata laju
pertumbuhan PDRB yaitu sebesar 7,15%).

Pengembangan kawasan industri sangat penting peranannya dalam meningkatkan


pertumbuhan industri dalam suatu wilayah. Pembangunan Kawasan Industri
merupakan sarana untuk mengembangkan Industri yang berwawasan lingkungan
serta memberikan kemudahan dan daya tarik bagi investasi dengan pendekatan
konsep efisiensi, tata ruang, dan lingkungan hidup.

Aspek efisiensi merupakan suatu sasaran pokok pengembangan Kawasan Industri.


Melalui pengembangan Kawasan Industri, investor pengguna kaveling Industri (user)
akan mendapatkan lokasi kegiatan Industri yang sudah tertata dengan baik,
kemudahan pelayanan administrasi, ketersediaan infrastruktur yang lengkap,
keamanan dan kepastian tempat usaha yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW).

Ditinjau dari aspek tata ruang, pembangunan Kawasan Industri dapat mensinergikan
perencanaan, prasarana dan sarana penunjang seperti penyediaan energi listrik,
telekomunikasi, fasilitas jalan, dan lain sebagainya.

Selanjutnya bila ditinjau dari aspek lingkungan hidup, dengan pengembangan


Kawasan Industri akan mendukung peningkatan kualitas lingkungan hidup dalam
suatu wilayah secara menyeluruh. Kegiatan Industri pada suatu lokasi pengelolaan,
akan lebih mudah menyediakan fasilitas pengolahan limbah dan juga pengendalian
limbahnya.

Atas dasar pemikiran tersebut di atas, maka di Kabupaten Tebo akan dikembangkan
kawasan industri yaitu seluas 50,00 ha.

4.2.7 Kawasan Permukiman

Ringkasan Eksekutif 39
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Sesuai dengan sistem permukiman perkotaan yang telah direncanakan, maka


pengembangan kawasan permukiman perkotaan sesuai dengan rencana tersebut.
Kawasan permukiman perkotaan yang akan didorong perkembangannya yaitu
kawasan perkotaan Muara Tebo, Sungai Abang, Sekutur Jaya, Suko Makmur dan
kawasan permukiman Suo-Suo. Kawasan permukiman perkotaan lainnya tetap
ditingkatkan perkembangannya untuk meningkatkan efektifitas kegiatan di perkotaan
tersebut dan dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada wilayah
pengaruhnya.

Kawasan perkotaan Muara Tebo diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah promosi
(PKWp), perkotaan: Sungai Abang, Wirotho Agung, dan Sungai Bengkal diusulkan
menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL), serta permukiman Sekutur Jaya diusulkan
menjadi Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp). Ibukota kecamatan lainnya berperan
sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). Untuk memberikan pelayanan yang
efektif kepada wilayah pelayanannya maka ditetapkan permukiman Suko Makmur
dan Suo-Suo menjadi Pusat Pelayanan Kawasan (PPK).

Kawasan permukiman lainnya tetap dikembangkan, namun dalam rencana pola


ruang tidak tergambar (tidak nampak) dalam peta. Kawasan permukiman lainnya
(kawasan permukiman perdesaan) tetap perlu dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan penduduk dan kegiatannya.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka rencana Pola Ruang


Kabupaten Tebo Tahun 2010 - 2030 secara garis besar dikembangkan dengan
proporsi untuk Kawasan Lindung sebesar 95.882,98 Ha (14,84%) dan Kawasan
Budidaya sebesar 550.217,02 Ha (85,16% ). Secara lebih rinci, rencana pola ruang
di Kabupaten Tebo disajikan pada Tabel 4.6. dan Peta 4.1.

Tabel 4.1
Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Tebo 2010-2030

no Pola Pemanfaatan Ruang Luas (Ha) %

A Kawasan Lindung 95.882,98 14,84


1 Hutan Lindung 49.557,00 7,67
3 Sempadan Sungai/danau 12.923,48 2,00
4 Hutan Konservasi/Suaka Alam 33.402,50 5,17
B 550.217,02 85,16
Kawasan Budidaya
1 Hutan Produksi 246.724,80 38,19
2 Pertanian Lahan Basah 8.182,00 1,26
3 Pertanian Lahan Kering 38.621,66 5,98
4 Perkebunan 219.134,16 33,92
5 Permukiman 37.504,40 5,80
6 Industri 50,00 0,01
TOTAL 646.100,00 100,00
Sumber: Hasil Rencana, Tahun 2010

Ringkasan Eksekutif 40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Peta

Rencana Pola Ruang

Ringkasan Eksekutif 41
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Bab 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS


KABUPATEN

Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten yang


penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan.
Penentuan kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan fisik
kawasan strategis kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata
ruang kawasan strategis.

Kawasan strategis kabupaten dapat saja berhimpitan dengan kawasan strategis


nasional dan/atau kawasan strategis provinsi namun harus memiliki
kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan
antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten yang jelas.

Ringkasan Eksekutif 42
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Dalam RTRWN telah ditetapkan Kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh dan
Kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas di Kabupaten Tebo sebagai Kawasan
Strategis Nasional.

Dalam RTRW Provinsi Jambi telah ditetapkan Muara Tebo – Wirotho Agung di
Kabupaten Tebo sebagai salah satu Kawasan Strategis Provinsi. Adapun dasar
penetapannya yaitu sebagai berikut.

 Adanya potensi ekonomi


 Posisi wilayah yang berbatasan dengan Provinsi Riau dan Sumatera Barat.
 Ketersediaan sumberdaya alam
Muara Tebo – Wirotho Agung, diharapkan akan menjadi salah satu Pusat
Pertumbuhan penting di wilayah barat Provinsi Jambi yang mampu mendorong
hinterlandnya untuk berkembang lebih pesat. Adapun sektor unggulannya yaitu:

 Perkebunan,
 Pertambangan.
 Kehutanan, dan
 Peternakan.
Selama empat tahun terakhir, Kabupaten Tebo mempunyai pendapatan per kapita
yang paling rendah dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jambi,
walaupun selama lima tahun terakhir rata-rata pertumbuhan ekonominya cukup baik
yaitu berada pada urutan keempat dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi.

Perkotaan Muara Tebo yang sudah merupakan satu kesatuan kawasan terbangun
dengan perkotaan Tebing Tinggi peranannya sangat penting sebagai pusat kegiatan:
pemerintahan Kab. Tebo, perdagangan dan jasa, dan dalam memberikan pelayanan
fasilitas umum skala kabupaten/kecamatan sekitarnya. Di samping itu pula perkotaan
ini dilalui oleh Jalan Arteri Primer, akan dibangun jaringan Kereta Api melalui
perkotaan ini, akan dibangun Terminal Tipe A, serta akan dibangun pelabuhan
sungai.

Atas dasar dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,
serta rencana pembangunan tersebut, diperkirakan perkotaan Muara Tebo akan
tumbuh dengan pesat pada masa mendatang.

Perkotaan Wirotho Agung merupakan pusat kegiatan: perdagangan dan jasa yang
sangat lengkap di Kabupaten Tebo. Di perkotaan ini terdapat fasilitas perbankkan
yang paling lengkap di Kabupaten Tebo. Berbagai jalur angkutan umum telah
melayani perkotaan ini, baik dalam Provinsi Jambi maupun keluar Provinsi Jambi. Di
perkotaan ini juga terdapat perguruan tinggi. Perkotaan ini dilalui oleh Jalan Kolektor
Primer, serta dilalui oleh rencana Jaringan Kereta Api. Pertumbuhan yang pesat dari
perkotaan Wirotho Agung perlu diarahkan perkembangannya sehingga potensi-
potensi yang ada dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka yang ditetapkan


sebagai kawasan strategis di Kabupaten Tebo yaitu perkotaan Muara Tebo dan
perkotaan Wirotho Agung (nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi). Kedua

Ringkasan Eksekutif 43
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

perkotaan ini diharapkan akan dapat mendorong perkembangan ekonomi


hinterlandnya menjadi lebih pesat.

Untuk lebih jelasnya, Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Tebo dapat dilihat
pada peta berikut.

Peta 5.1

Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Tebo

Ringkasan Eksekutif 44
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Bab 6 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

6.1. Perwujudan Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Tebo

Arahan pemanfaatan ruang pada struktur ruang membahas tentang pusat


kegiatan/pelayanan wilayah, dan sistem jaringan prasarana wilayah.

A. Perwujudan Pengembangan Pusat Kegiatan di Kabupaten Tebo


1. Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp) Muara Tebo
Sarana dan prasarana minimum yang harus dimiliki setiap PKW dan PKWp terdiri
dari sarana dan prasarana: a) terminal regional tipe B dan atau pelabuhan udara
pengumpan atau pelabuhan laut nasional, b) pasar regional, c) rumah sakit umum
kelas B, d) perguruan tinggi, serta e) prasarana perumahan dan permukiman yang
meliputi jaringan air minum lintas wilayah, f) tempat pemrosesan akhir sampah

Ringkasan Eksekutif 45
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

(TPA) regional, g) lnstalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), dan h) Instalasi


Pengolahan Limbah Tinja (IPLT).

Pengembangan PKWp Muara Tebo dilakukan melalui kegiatan:

 Pembangunan Terminal Regional Tipe A


 Pembangunan Pasar Regional.
 Peningkatan kapasitas pelayanan air minum.
 Pembangunan TPA Regional serta prasarana dan sarana persampahan
 Pembangunan/pengembangan instalasi pengolahan air Iimbah (IPAL).
 Peningkatan kapasitas prasarana dan sarana permukiman.

2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)


Sarana dan prasarana minimum yang harus dimiliki setiap PKL terdiri dari: a)
terminal regional tipe C dan atau pelabuhan laut regional/lokal, b) pasar lokal, c)
rumah sakit umum kelas C, d) serta prasarana perumahan dan permukiman yang
meliputi e) jaringan air minum, e) tempat pembuangan akhir sampah (TPA), f)
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan g) Instalasi Pengolahan Limbah Tinja
(IPLT).

PKL yang akan dikembangkan di Kabupaten Tebo yaitu perkotaan: Sungai Abang,
Wirotho Agung, dan Sungai Bengkal. Adapun PKLp yang diusulkan yaitu
permukiman Sekutur Jaya.

Pengembangan PKL dilakukan melalui kegiatan:

 Pembangunan atau peningkatan pelayanan rumah sakit kelas B atau C.


 Peningkatan sarana pasar.
 Pembangunan atau peningkatan terminal menjadi terminal regional tipe C atau
B.
 Peningkatan kapasitas pelayanan air minum di perkotaan.
 Pengembangan prasarana dan sarana permukiman.

3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)


Pusat Pelayanan Kawasan yang akan dikembangkan yaitu: Pintas Tuo, Mengupeh,
Teluk Singkawang, Karang Dadi, Pulau Temiang, Balai Rajo, Suka Damai, Suko
Makmur, dan Suo-Suo.
Suko Makmur dan Suo-Suo didorong perkembangannya menjadi PPK, untuk
memberikan pelayanan yang optimal kepada desa-desa yang letaknya jauh dari
pusat pelayanan yang telah ada.

B. Perwujudan Pengembangan Sistem Prasarana


1. Perwujudan Pengembangan Sistem Prasarana Transportasi
Perwujudan pengembangan sistem prasarana transportasi yaitu sebagai berikut.
a. Peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan arteri primer
b. Peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan kolektor primer.
c. Peningkatan jalan lokal menjadi jalan kolektor primer.
d. Peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan lokal primer.

Ringkasan Eksekutif 46
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

e. Pembangunan jaringan jalan lokal primer.


f. Pembangunan terminal tipe A.
g. Pembangunan pelabuhan sungai/penyeberangan: Pelabuhan Muara Tebo
dan Pelabuhan Sungai Bengkal.
h. Pengembangan jaringan transportasi sungai.
i. Pengembangan jaringan jalur kereta api.

2. Perwujudan Pengembangan Sistem Prasarana lainnya


a. Program Penyediaan Air Baku Bagi Pertanian
 Pembangunan prasarana irigasi.
 Penambahan jaringan irigasi.
 Pembuatan sungai-sungai kecil yang berfungsi mengairi lahan
pertanian.
 Inventarisasi lahan, dan pemilik pertanian serta potensial
kebutuhan air baku bagi pertanian.
b. Program Pengendali Banjir.
 Pembangunan Check Dam guna pengaturan aliran air sungai.
 Penghijauan atau menghutankan kembali wilayah yang
menjadi catchment area.
 Penyusunan Aturan yang mengikat tentang pengambilan air
tanah.
 Penyuluhan kepada masyarakat untuk tidak membuang
sampah ke sungai.
 Penyediaan tempat-tempat sampah di kantung-kantung
permukiman.
c. Program Peningkatan Kapasitas Pelayanan Air Minum
 Peningkatan kapasitas PDAM sistem Muara Tebo
 Peningkatan jaringan distribusi sistem Muara Tebo
 Peningkatan kapasitas PDAM sistem Rimbo Bujang
 Peningkatan jaringan distribusi sistem Rimbo Bujang
 Peningkatan kapasitas PDAM sistem Sungai Bangkal
 Peningkatan jaringan distribusi sistem Sungai Bengkal
 Inventarisasi kebutuhan pembangunan air bersih sistem non
perpipaan
 Penyiapan pembentukan kelembagaan pengelolaan prasarana
sistem non perpipaan.

d. Program Pembangunan Prasarana Pengelolaan Persampahan


 Identifikasi kebutuhan pengembangan prasarana pengelolaan
persampahan
 Penyusunan masterplan persampahan

Ringkasan Eksekutif 47
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

 Pembangunan prasarana pengelolaan persampahan


 Kajian kinerja prasarana pengelolaan persampahan

6.2 Perwujudan Pola Ruang Wilayah Kabupaten Tebo

Program Pemanfaatan Lahan

1. Program Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Lindung


A. Program menghutankan kawasan semak belukar/ilalang/padang rumput
dengan fungsi hutan lindung,.
B. Program menghutankan lahan yang memiliki nilai ekonomis.
C. Program rehabilitasi hutan lindung pada kawasan yang mengalami
kerusakan, dan penggundulan.
D. Program pengembangan perekonomian hutan lindung
E. Program Mempertahankan Kawasan Hutan Konservasi dan Suaka Alam
(Cagar Alam)
F. Program Mempertahankan Kawasan Taman Nasional.
G. Program Mempertahankan Kawasan Taman Wisata Alam.
H. Program Memberi Fungsi Lindung pada Hutan Produksi dengan Target
Lima Tahun Pertama Dapat Tercapai.
I. Program Perwujudan Kawasan Konservasi, Resapan Air dan Kawasan
Perlindungan Plasma Nutfah.
J. Program Perwujudan Sempadan Sungai.
K. Program Perwujudan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.
L. Program perwujudan Kawasan Suaka Alam.
M. Program Perwujudan Kawasan Cagar Rawan Bencana.
Program Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Budidaya

A. Program Pengembangan Hutan Produksi


1. Pengembangan sentra Industri Pengolahan Kayu atau diarahkan
pengembangannya di kawasan industri.
2. Penyusunan Peraturan Perizinan Pengolahan Hutan Produksi.
3. Pengembangan industri pengolahan dengan bahan baku kayu (kertas,
kerajinan tangan, dll) dan membudidayakan tanaman industri bernilai
ekonomis.
4. Untuk menciptakan kondisi tersebut perlu adanya akses (kemudahan)
dalam memperoleh ijin pengelolaan hutan produksi pada swasta, dan
masyarakat setempat.
5. Melakukan pengawasan, dan pengendalian kawasan hutan produksi
dengan cara pemerintah daerah memberikan wewenang, dan
Ringkasan Eksekutif 48
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

tanggung jawab terhadap pemerintah kecamatan, dan desa yang


terkait dengan kegiatan yang dapat mengganggu dan merusak
kawasan hutan produksi.
6. Menyusun program tebang-pilih pada kawasan hutan produksi.
7. Menyusun program tebang-tanam pada kawasan hutan produksi
dalam rangka memberikan fungsi lindung pada semua hutan produksi
yang ada di wilayah Kabupaten Tebo.
B. Program Pengembangan Pertanian (Lahan Kering, Lahan Basah,
Peternakan, dan Perikanan)
1. Pengembangan Lahan Kering
2. Pengembangan Lahan Basah
3. Pengembangan Peternakan
4. Pengembangan Perikanan air tawar
C. Program Pengembangan Perkebunan
Program pengembangan kawasan tanaman tahunan/perkebunan yaitu :

1 pengembangan komoditi perkebunan karet, kelapa sawit, kelapa


hibrida dan kopi
2 peremajaan dan rehabilitasi untuk tanaman yang sudah tua pada
masing-masing kecamatan yang diprogramkan.
3 Memperluas wilayah pemasaran produksi perkebunan/tanaman
tahunan, baik lokal maupun pasar ekspor.
3 Menggalakkan program penggunaan bibit unggul, serta menciptakan
prasaran irigasi (pengembangan tidak tergantung pada musim) yang
mendukung perkembangan perkebunan/tanaman tahunan.
4 Pemberian kredit pinjaman bagi petani tanaman
tahunan/perkebunan dalam rangka menunjang kesinambungan
usaha tanaman tahunan/perkebunan.
5 Pengembangan agroindustri dengan fungsi yang didasarkan pada
potensi (basis komoditas) tanaman tahunan/perkebunan, dan
pengembangan pusat pengumpul, dan distribusi bagi pertanian
tanaman tahunan/perkebunan dengan memperhatikan jarak
minimum (mudah dijangkau).
6
Menjaga stabilitas harga pupuk, obat-obatan, dan bibit tanaman
tahunan/perkebunan.
D. Program Pengembangan Pertambangan
1. Penyusunan Peraturan Daerah tentang Ijin Pengelolaan dan seleksi
usaha pertambangan dan galian (kelayakan perusahaan).
2. Pembangunan kawasan Pertambangan dan Bahan Galian.
E. Program Pengembangan Pariwisata
1. Pengembangan pemasaran dan promosi kawasan wisata di
Kabupaten Tebo dalam rangka memperluas pangsa pasar wisata.

Ringkasan Eksekutif 49
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

2. Membangkitkan usaha wisata, sebagai industri pariwisata


(mempermudah upaya investor untuk investasi pada sektor
pariwisata)
3. Pengembangan pemasaran, dan promosi kawasan wisata
Kabupaten Tebo dalam rangka memperluas pangsa pasar wisata
melalui kegiatan pameran, pengadaan sarana promosi, event
kepariwisataan (pentas seni, lomba-lomba wisata, dan lain-lain)
untuk menarik wisatawan berkunjung ke Kabupaten Tebo.
4. Pengembangan infrastruktur yang mendukung terhadap
pengembangan pariwisata Kabupaten Tebo.
5. Menciptakan kemudahan jangkauan terhadap obyek wisata.
6. Pengembangan obyek wisata melalui kegiatan penataan-
penataan kawasan obyek wisata di Kabupaten Tebo.
6.3 Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten Tebo

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Kawasan Strategis Kabupaten Tebo telah


ditetapkan yaitu Kawasan Perkotaan Muara Tebo dan Kawasan Perkotaan Wirotho
Agung.

Arahan pengembangan Kawasan Perkotaan Muara Tebo lebih bersifat peningkatan


pengembangan sebagai akibat dari potensi-potensi yang ada (aglomerasi kegiatan
ekonomi, pelayanan umum, pemerintahan kabupaten, serta terletak pada Jalan
Arteri Primer). Di samping itu pula sebagai akibat dari akan dibangunnya: Terminal
Tipe A, Pelabuhan Sungai, dan Sistem Jaringan Kereta Api.

Adapun untuk Kawasan Perkotaan Wirotho Agung lebih bersifat pengarahan


perkembangan, sehingga potensi-potensi yang ada dapat berkembang secara
optimal.

Bab 7 ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN


RUANG

Dalam Undang-Undang (UU) No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


dijelaskan bahwa pengendalian merupakan bagian dari proses penyelenggaraan
penataan ruang yang berupaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Dalam
pelaksanaan pembangunan, pengendalian memiliki dua fungsi yaitu:

(1) Fungsi untuk memperbaiki suatu kegiatan yang telah berlangsung lama namun
keberadaanya tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang ada, dan

(2) Fungsi untuk mencegah terjadinya pembangunan yang tidak sesuai dengan
acuan yang telah disusun.
Ringkasan Eksekutif 50
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, bentuk pengendalian


penyelenggaraan penataan ruang pada dasarnya meliputi empat jenis, yaitu
peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta
pengenaan sanksi.

7.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Secara diagramatis kedudukan peraturan zonasi berdasarkan UU No. 26 Tahun


2009 tentang Penataan Ruang dapat digambarkan sebagai berikut:

PENGATURAN
PERENCANAAN TATA
RUANG

PEMBINAAN
PERATURAN ZONASI
PENYELENGGARAAN PEMANFAATAN
PENATAAN RUANG RUANG

PELAKSANAAN PERIZINAN
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN
RUANG
PENGAWASAN INSENTIF/
DESINSENTIF

SANKSI

Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, secara rinci disebutkan
bahwa peraturan zonasi berisi:

1. Ketentuan yang Harus, Boleh, dan Tidak Boleh dilaksanakan pada zona
pemanfaatan ruang
2. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang (koefisien dasar ruang hijau,
koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan garis sempadan
bangunan)
3. Ketentuan Penyediaan sarana dan prasarana Minimum
4. Ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman,
nyaman, produktif dan berkelanjutan, antara lain
a. Keselamatan penerbangan
b. Pembangunan pemancar alat komunikasi

Ringkasan Eksekutif 51
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

c. Pembangunan jaringan listrik tegangan tinggi

 Ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh dilaksanakan pada zona
pemanfaatan ruang

Aturan kegiatan dan penggunaan lahan adalah aturan yang berisi kegiatan yang
diperbolehkan, diperbolehkan bersyarat, diperbolehkan terbatas, dilarang atau harus
dilaksanakan pada suatu zona. Aturan kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu
zonasi dinyatakan dengan klasifikasi sebagai berikut :

 “ I “ → pemanfaatan diizinkan
Karena sifatnya sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan, hal ini
berarti tidak ada peninjauan atau tindakan lain dari pemerintah terhadap
pemanfaatan.
 “ T “ → pemanfaatan dizinkan secara terbatas
Pembatasan dilakukan melalui penentuan standar pembangunan minimum,
pembatasan pengoperasian atau peraturan tambahan lainnya yang berlaku di
wilayah yang bersangkutan.
 “ B “ → pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat
Izin ini sehubungan dengan usaha menanggulangi dampak pembangunan di
sekitarnya, dapat berupa AMDAL, RKL dan RPL.
 “ – “ → pemanfaatan yang tidak diizinkan
Karena sifatnya tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan
dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.
 “ H “ → pemanfaatan yang di haruskan
Karena sifatnya harus ada untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

7.1.1. Arahan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Lindung


Sesuai peruntukan kawasan lindung, maka arahan umum peraturan zonasi untuk
kawasan lindung di Kabupaten Tebo ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 7.1. Arahan Umum Peraturan Zonasi Untuk Hutan Lindung


Peraturan zonasi Keterangan

pemanfaatan Boleh
Bole Tidak Boleh
Harus Terbata
h Boleh Bersyarat
s

Kegiatan yang bersifat


komplementer terhadap fungsi
hutan lindung sesuai dengan “I“
KepmenHut Nomor 50 tahun
2006.

Kegiatan pertambangan terbuka “–“


Kegiatan pertambangan tidak dilakukan secara
tertutup “B“ terbuka,dan harus dilakukan
reklamasi

Ringkasan Eksekutif 52
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Pembangunan prasarana -Tidak menyebabkan terjadinya


wilayah yang harus melintasi perkembangan pemanfaatan
hutan lindung ruang budidaya di sepanjang
jaringan prasarana tersebut.

-Mengikuti ketentuan yang


“B“
ditetapkan oleh Menteri
Kehutanan.

-pemanfaatan ruang untuk


wisata alam tanpa merubah
bentang alam;

seluruh kegiatan yang


berpotensi mengurangi luas
“–“
kawasan hutan dan tutupan
vegetasi;

seluruh kegiatan yang


berpotensi mengganggu flora “–“
dan fauna

Kegiatan alih fungsi hutan “–“


kegiatan budidaya oleh
penduduk asli dengan luasan
“T“
tetap, di bawah pengawasan
ketat

Luas Kawasan Lindung Minimum


“H“
30% dari luas Kabupaten Tebo

Laporan Akhir
7.1.2 Arahan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya yang ditetapkan di Kabupaten Tebo meliputi kawasan-kawasan
sebagai berikut:
a. Kawasan hutan produksi (hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan
hutan produksi partisipasi);
b. Kawasan perkebunan;
c. Kawasan pertanian;
d. Kawasan perikanan;
e. Kawasan pertambangan;
f. Kawasan industri;
g. Kawasan pariwisata;
h. Kawasan permukiman;
i. Kawasan peruntukan lainnya.

Tiap kegiatan budidaya mempunyai arahan umum peraturan zonasinya, yang


merupakan acuan dalam perizinan.

7.2 Ketentuan Perizinan

Ringkasan Eksekutif 53
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Ketentuan perizinan yaitu ketentuan yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan


ruang.

Ketentuan perizinan berfungsi sebagai:

1. alat pengendali dalam penggunaan lahan untuk mencapai kesesuaian


pemanfaatan ruang; dan

2. rujukan dalam membangun.

Dalam aspek perizinan, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) mempunyai fungsi
utama dalam pengaturan dan pengarahan pemanfaatan ruang bagi berbagai aspek
kegiatan di dalamnya. Dalam hal ini sebagai salah satu aspek pelaksanaan RTRW
akan terkait dengan upaya pengendalian perkembangan/pembangunan
(development and control) yang dilakukan melalui:

1. pengarahan berbagai lokasi kegiatan pembangunan fisik (sarana dan prasarana)


baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh swasta dan masyarakat, dan
2. pemberian izin bagi berbagai kegiatan pembangunan atau pemanfaatan ruang.

Adapun prinsip dasar penerapan mekanisme perizinan dalam pemanfaatan ruang


adalah sebagai berikut.

1. Setiap kegiatan dan pembangunan yang berpeluang menimbulkan gangguan


bagi kepentingan umum, pada dasarnya dilarang kecuali dengan Izin Pemerintah
Kabupaten.
2. Setiap kegiatan dan pembangunan harus memohon izin dari pemerintah
setempat yang akan memeriksa kesesuaiannya dengan rencana serta standar
administrasi.
3. Setiap permohonan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
harus melalui pengkajian mendalam untuk menjamin bahwa manfaatnya jauh
lebih besar dari kerugiannya bagi semua pihak terkait sebelum diberikan izin.

Pelaksanaan perizinan tersebut di atas didasarkan atas pertimbangan dan tujuan


sebagai berikut.

1. Melindungi kepentingan umum.


2. Menghindari dampak negatif.
3. Menjamin pembangunan sesuai dengan rencana, serta standar dan kualitas
minimum yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten.

Jenis-jenis perizinan yang terkait dengan pemanfaatan ruang antara lain yaitu
sebagai berikut.

1. Izin Lokasi/ Izin Prinsip.


2. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah/Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah
(IPPT).
3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
4. Izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.

7.2.1 Izin Lokasi


Ringkasan Eksekutif 54
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Aturan atau ketentuan mengenai izin lokasi harus sesuai dengan Peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 Tentang
Izin Lokasi. Menurut pasal 3 peraturan tersebut, tanah yang dapat ditunuk dalam izin
lokasi adalah tanah yang menurut Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku
diperuntukkan bagi penggunaan yang sesuai dengan rencana penanaman modal
yang akan dilaksanakan oleh perusahaan menurut persetujuan penanaman modal
yang dipunyainya.

Persyaratan teknis yaitu:

1. gambar kasar/sketsa tanah yang dimohon;


2. uraian rencana proyek yang mau dibangun;
3. luas tanah yang sudah dikuasai;
4. kesediaan melepaskan/mengalihkan hak atas tanah dari para pemilik tanah yang
sah; dan
5. ketentuan lain yang dianggap penting.

7.2.2 Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah

Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT) atau sering disebut juga Izin
Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT). Persyaratan teknis dari IPPT yaitu Gambar
Rencana Bangunan, Sertifikat Hak Atas Tanah atau Bukti Perolehan Tanah, dan
ketentuan lain yang dianggap penting.

7.2.3 Izin Mendirikan Bangunan

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) merupakan tindak lanjut dari IPPT. Yang termasuk
jenis bangun bangunan yaitu: pagar, menara, bangunan, bangunan reklame, SPBU,
kolam renang, lapangan olah raga terbuka, Instalasi pengolahan air, perkerasan
halaman, tembok penahan tanah (Turap), sumur, instalasi/utilitas, jembatan,
reservoar dan lain-lain.

Persyaratan teknis dari IMB yaitu sebagai berikut.

1. IPPT;
2. Gambar rencana teknis bangunan;
3. Gambar rencana bangun bangunan, seperti: instalasi listrik, air minum, air limbah
dan lain-lain;
4. Persyaratan teknis lainnya yang dianggap perlu.
7.3 Ketentuan Umum Insentif dan Disinsentif

Pada hakekatnya pemberian insentif dimaksudkan sebagai upaya untuk memberikan


imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang,
baik yang dilakukan oleh swasta/masyarakat maupun oleh pemerintah daerah.
Bentuk insentif tersebut, antara lain, dapat berupa keringanan pajak, pembangunan
prasarana dan sarana, pemberian kompensasi, kemudahan prosedur perizinan, dan
pemberian penghargaan.

Adapun pemberian disinsentif dimaksudkan sebagai perangkat untuk mencegah,


membatasi pertumbuhan, dan/atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan
Ringkasan Eksekutif 55
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

rencana tata ruang, yang antara lain dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi,
pembatasan penyediaan prasarana dan sarana, serta pengenaan penalti.

Pemberian insentif yang sifatnya akan merangsang perkembangan pada suatu


kawasan dapat ditempuh dengan memberikan kemudahan-kemudahan
pengembangan sejak dari tahap perizinan sampai dengan tahap pembangunan
dan operasional. Selain itu dapat pula ditempuh upaya mendahulukan prasarana
dalam kawasan yang selain memberikan kemudahan juga akan mengarahkan
bentuk perkembangan kawasan tersebut. Keberadaan infrastruktur atau prasarana
yang mendahului tersebut akan merangsang berkembangnya kegiatan-kegiatan
yang akan mengisi kawasan yang bersangkutan.

Pemberian disinsentif yang sifatnya akan menghambat atau membatasi


perkembangan pada suatu kawasan dapat ditempuh dengan penolakan sejak dari
tahap perizinan pemanfaatan ruang dan perizinan pembangunan lainnya sampai
dengan pemberian sanksi. Selain itu dapat pula ditempuh dengan cara tidak
memberikan pelayanan prasarana terhadap lokasi atau kawasan yang bersangkutan

Penyediaan perangkat yang bersifat intensif dan disintensif dalam implementasi


pemanfaatan ruang dengan menghormati hak penduduk dan masyarakat sebagai
warga negara.

Perangkat insentif adalah instrumen pengaturan yang bertujuan mendorong


pengembangan kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan tujuan rencana tata
ruang. Melalui perangkat insentif diberikan kemudahan tertentu, seperti :

a. Di bidang ekonomi melalui tata cara pemberian kompensasi, imbalan,


penyelenggaraan sewa ruang, perpanjangan perizinan, dan sebagainya; atau
b. Di bidang fisik melalui pembangunan serta pengadaan sarana dan prasarana
jaringan jalan, pelabuhan, bandara, jaringan listrik, air bersih, telepon, dan
sebagainya untuk melayani pengembangan kawasan sesuai dengan rencana tata
ruang.

Perangkat disinsentif adalah instrumen pengaturan yang bertujuan membatasi atau


mengendalikan kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang, seperti :

a. Pengenaan pajak progresif.


b. Pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.

Pertimbangan dilakukannya perangkat insentif dan disinsentif:

1. Insentif diberikan bagi kegiatan penanaman modal yang dilakukan oleh


masyarakat perorangan maupun badan usaha berkaitan dengan rencana tata
ruang, pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana, diberikan kemudahan
dalam proses dan prosedur administratif.
2. Disinsentif diberikan bagi inisiatif pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) melalui pengenaan prasyarat yang ketat
dalam proses dan prosedur administratif serta pengawasan dan pengendalian
dalam hal pemanfaatan ruang.
Ringkasan Eksekutif 56
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

Tabel 7.2
Contoh Perangkat Insentif dan Disinsentif

Bidang Insentif
Disinsentif

Administratif - Kemudahan izin - Perpanjangan prosedur


- Penghargaan - Perketat/tambah syarat

Ekonomi - Keringanan pajak - Pajak tinggi


- Kompensasi - Retribusi tinggi
- Imbalan - Denda/charge

Fisik - Subsidi prasarana - Pembatasan prasarana


- Bonus/insentif
- Ketentuan teknis

7.4 Arahan Pengenaan Sanksi

Pengenaan sanksi, yang merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan


ruang, dimaksudkan sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang
dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin, dikenai sanksi adminstratif,
sanksi pidana penjara, dan/atau sanksi pidana denda.

Kegiatan penertiban dapat dilakukan secara langsung melalui penegakan hukum


yang diselenggarakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dan penertiban secara tidak langsung melalui pengenaan disinsentif
atau membatasi penyediaan sarana dan prasarana dasar lingkungannya.

Pengenaan sanksi dapat berupa sanksi administratif, (dapat dikenakan pada aparat
pemerintah atau masyarakat umumnya), sanksi pidana (penahan atau kurungan),
sanksi perdata (pengenaan denda atau ganti rugi). Pengenaan sanksi di awali
terlebih dahulu dengan peringatan/teguran kepada pelaku pembangunan yang dalam
pelaksanaan pembangunannya tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang
berlaku.

1. Arahan Pengenaan Sanksi Administratif, dilakukan secara berjenjang dalam


bentuk sebagai berikut.
a. Peringatan Tertulis
b. Penghentian sementara kegiatan
c. Penghentian Sementara Pelayanan Umum
d. Penutupan Lokasi
e. Pencabutan Izin
f. Pembatalan Izin
g. Pembongkaran Bangunan

Ringkasan Eksekutif 57
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEBO 2010 - 2030

h. Pemulihan Fungsi Ruang


i. Denda Adminsitratif
2. Sanksi Pidana

Penyimpangan yang berkaitan dengan tindak pidana dilaporkan oleh BKPRD


kepada Bupati, untuk diproses lebih lanjut oleh Kepolisian dan Kejaksaan. Selain
Pejabat Penyidik Polri yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas
tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Daerah dapat juga
dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Lingkungan
Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku.

Sanksi pidana dapat berupa tindakan penahanan atau kurungan atas


pemanfaatan ruang yang berakibat terganggunya kepentingan umum.

3. Sanksi Perdata
Sanksi Perdata dapat berupa tindakan pengenaan denda atau pengenaan ganti
rugi. Sanksi ini dikenakan atas penataan ruang yang berakibat terganggunya
kepentingan seseorang, kelompok atau badan hukum. Sanksi perdata dapat
berupa ganti rugi, pemulihan keadaan atau perintah dan pelarangan melakukan
suatu perbuatan.

Pengendalian dalam bentuk sanksi yang dapat ditetapkan antara lain:

a. Kurungan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun.


b. Pidana denda sebanyak-banyaknya Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Ringkasan Eksekutif 58

Anda mungkin juga menyukai