Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Masa remaja adalah masa yang identik dengan pencarian jatidiri mereka, namun tidak
sedikit remaja yang menghabiskan waktu dengan melakukan hal-hal negatif. Banyak
kekerasan yang terjadi dikalangan remaja atau pelajar seperti tawuran antar anak sekolah,
sampai menelan korban jiwa. ”Komisi Perlindungan Anak Indonesia  menyebutkan, dalam
kurun waktu tiga tahun, sebanyak 301 peristiwa tawuran pelajar terjadi di Jabodetabek. Dari
seluruh peristiwa tersebut, sebanyak 46 orang pelajar tewas sia-sia” (VIVAnews).

Tawuran remaja sering terjadi karena hal sepele dengan beralasan saling ejek antar
pelajar dengan pelajar yang lainnya, banyak faktor yang menyebabkan remaja mengikuti
tawuran tersebut, misalnya faktor internal keluarga kurang harmonis, ekonomi menengah
kebawah mengakibatkan mereka putus asa, yang kemudian ada faktor eksternal seperti
lingkungan sekolah yang kurang pengawasan terhadap murid-muridnya, pengaruh dari teman
sebaya juga dapat ikut berperan , harusnya ada interaksi antara keluarga dengan pihak
sekolah dalam pengawasan perkembangan anak pada usia remaja ii karena usia remaja rentan
dengan hal-hal yang mereka pikir baik dengan mendapat pengakuan orang banyak segala cara
mereka lakukan dengan brutal, sudah jelas salah menyimpang dari pergaulan remaja pada
umumnya . Namun beberapa faktor ikut andil dalam penyebab terjadinya tawuran menurut
Kartono (1986) ada beberapa landasan teori tentang penyebab perkelahian antar pelajar,
yaitu: Teori Biologis “menekankan faktor nature sebagai penentu perkembangan manusia,
kematangan, dasar-dasar biologis, perilaku dan proses mental”. Sikap alami yang terdapat
dalam setiap individu hilang begitu saja sehingga menjadikan beberapa remaja kurang
disiplin, tidak tanggungjawab, dan tidak ada kepedulian sesama pelajar. Seharusnya agar
siswa memiliki sikap disiplin harus ditanamkan sikap disiplin dibangku sekolah sebagai ciri
bahwa pelajar tersebut benar adanya mengenyam pendidikan.

Dalam segi pengertiannya, pendidikan merupakan sebuah interaksi antar siswa


dengan pendidikan dalam tujuan mendapatkan ilmu. “Pendidikan jasmani sebagai bagian
integral dari pendidikan akan membantu para siswa untuk dapat menjalani proses
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, baik fisik, motorik, mental dan sosial”
menurut Riansyah, P(2008:1). Belajar merupakan suatu tindakan positif yang membuat
pembanguna karakter dan keilmuan suatu individu, kegiatan belajar mengajar yang
melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah satu proses dalam rangka mencapai
tujuan pengajaran. Dalam pendidikan jasmani dipelajari tentang gerak tubuh dengan beladiri
yaitu pencak silat.

Selain ada pada saat kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani, siswa juga dapat
mengikuti kegiatan pencak silat yang ada di sekolah melalui Ekstrakulikulernya. Banyak
manfaat dalam kegiatan ekstrakulikuler pencak silat, seperti pengembangan kognitif, afektif,
psikomotor. Kemampuan kognitif berkembang sejalan dengan diberikannya latihan-latihan
konsep pencak silat, proses berfikir cepat dalam menghadapi permasalahan yang segera
diucapkan dan pengambilan keputusan secara tepat dan akurat. Kemampuan afektif
berkembang sejalan dengan diberikannya latihan-latihan yang mengarh pada sikap
sportivitas, saling menghargai dan menghormati, sesama teman, disiplin, rendah hati.
Sedangkan kemampuan psikomotor berkembang sejalan dengan diberikannya latihan-latihan
yang mengarah dengan aktivitas jasmani, seperti latihan pencak silat yang dinamis,
menantang, menyenangkan. Latihan pencak silat dapat memberi sumbangan dalam
pembangunan manusia indonesia seutuhnya dalam rangka pembangunan seluruh masyarakat
indonesia. Sedangkan menurut JOHANSYAH LUBIS & HENDRO WARDOYO (2014:11)
“disetiap pelaksanaannya selalu ditanamkan nilai-nilai budaya, nilai sosial, nilai moral, dan
nilai agama”. Nilai sosial yang ditanamkan adalah disiplin dari diri mereka sendiri dalam
menghargai waktu dalam setiap latihan, tidak hanya itu dalam gerak-gerik pesilat akan
menimbulkan sikap disiplin diri dengan keterampilan yang dikuasai siswa, selama dalam
pengawasan dan aktif dengan kegiatan positif mengikuti ekstrakulikuler Pencak Silat siswa
akan menjadi pribadi yang baik.

Pencak silat merupakan salahsatu penunjang untuk sikap disiplin, dengan kata lain
latihan pencak silat akan menjadikan remaja atau pelajar akan lebih menumbuhkan disiplin
pada diri pada setiap tingkahlaku sehari-hari sebagaimana yang telah diajarkan pada latihan,
hal ini ditanamkan pada setiap anggota pencak silat. Oleh karena itu, atas dari pemikiran
inilah yang menggugah penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan
Pemanfaatan Waktu Luang Positif( Pencak Silat) Terhadap Tindak Kekerasan Pada Remaja”

Anda mungkin juga menyukai