Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan

sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya. Dan kami berterimakasih

kepada dosen mata kuliah Introduction on literature, Ms. Anisa Alawiyyah, S.S.,

M.Pd. yang telah memberikan bimbingan kepada kami.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para

pembaca. Namun terlepas dari itu kami memahami bahwa makalah ini masih jauh

dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang

bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Sukabumi, 17 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. PENGERTIAN PROSA.........................................................................................3
B. JENIS-JENIS PROSA.............................................................................................4
1. Prosa lama............................................................................................................4
2. Prosa baru.............................................................................................................5
C. BENTUK-BENTUK PROSA................................................................................10
1. Bentuk Prosa lama.............................................................................................10
2. Bentuk prosa baru..............................................................................................12
D. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Prosa..................................................................13
BAB III...........................................................................................................................20
PENUTUP.......................................................................................................................20
A. Kesimpulan............................................................................................................20
B. Saran.......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menulis merupakan salah satu kegiatan yang menyampaikan pesan

(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulisan sebagai alat atau medianya

proses berfikir untuk menuangan ide-ide atau gagasan.

Sebelum mengenal karya sastra alangkah baiknya kita mengetahui

bagaimana definisi karya sastra. Sastra berasal dari bahass sanskerta yaitu sisastra,

su artinya baik atau indah dan sastra artinya tulisan. Jadi susastra artinya tulisan

yang indah. Yang dumaksud susastra disini adalah isi kata-katanya yang indah

dan mengunggah hati pembaca sehingga emosi pembaca larut dalam tulisan yang

dibacanya. Karya sastra adalah karya rekaan penulis bersdasarkan sudut

pandangnya, pengalamannya, wawasan ilmu pengetahuannya, apa yang dilihatnya

dan suasana hatinya. Jadi karya sastra adalah karya imajinasi penulis yang

dituangkan dalam bentuk tulisan.

i
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian prosa?

2. Apa jenis-jenis prosa?

3. Apa bentuk-bentuk prosa?

4. Apa unsur intrinsik dan ekstrinsik prosa?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami prosa.

2. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis prosa.

3. Untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk prosa.

4. Untuk mengretahui dan memahami unsur intrinsik dan ekstrinsik prosa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PROSA

Kata Prosa berasal dari bahasa latin yang artinya “terus terang”. Menurut

Teeuw (1984), prosa adalah suatu kisah jalan cerita yang berupaya

menjelaskan suatu kebenarannya. Menurut zainuddin (1991), prosa adalah

pengungkapan peristiwa secara jelas dengan menguraikan seluruh pikiran dan

juga seluruh perasaan serta tidak terikat syarat-syarat tertentu dalam sebuah

karya sastra. Menurut Aminuddin Prosa adalah cerita atau kisah yang diemban

oleh tokoh spesifik dengan mencermati, kerangka, langkah dan hubungan.

Menurut M. Saleh Saad Dan Anton M. Muliono Prosa adalah suatu bentuk

kisah atau cerita jalan cerita yang diperoleh oleh ketajaman fantasi. Sedangkan

menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) prosa adalah karangan bebas

(tidak terikat oleh kaidah yang terdapat dalam puisi).

Prosa juga dibagi dalam dua bagian, yaitu prosa lama dan prosa baru.

Prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya

barat, dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.

Jadi prosa adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, yang tidak

terikat oleh aturan-aturan tulisan seperti rima, diksi, irama, dan lain-lain.

Biasanya tulisan prosa dipakai untuk mendeskripsikan sebuah ide atau fakta

karena itulah prosa bisa digunakan untuk menulis novel, majalah, surat kabar,

dan macam media yang lainnya.

3
B. JENIS-JENIS PROSA
1. Prosa lama

Prosa lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari

sastra atau kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula

timbul disampaikan secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya

bentuk tulisan. Prosa lama memiliki ciri-ciri diantaranya sebagai berikut:

1) Bersifat Statis

Prosa lama memiliki bentuk sama, pola-pola kalimatnya sama, banyak

kalimat dan ungkapan yang sama, tema ceritanya sama sesuai dengan

perkembangan masyarakat yang lambat.

2) Diferensiasi sedikit

Cerita lama pada umumnya merupakan ikatan unsur-unsur yang sama

karena perhubungan beberapa unsur kuat sekali.

3) Bersifat tradisional

Prosa lama bersifat tradisional, kalimat-kalimat dan ungkapan-

ungkapan yang sama terdapat dalam cerita-cerita yang berlainan, bahkan di

dalam satu cerita juga sering diulang.

4) Terbentuk oleh masyarakat dan hidup di tengah-tengah masyarakat (anonim)

Prosa lama merupakan milik bersama yaitu menggambarkan tradisi

masyarakat yang lebih menonjolkan kekolektifan daripada keindividualan.

5) Tidak mengindahkan sejarah atau perhitungan tahun

4
Sejarah menurut pengertian lama adalah karangan tentang asal usul raja

dan kaum bangsawan dan kejadian-kejadian yang penting, tanpa

memperhatikan perurutan waktu dan kejadian-kejadiannya (tidak

kronologis) sehingga alur cerita sulit dipahami

6) Bahasanya menunjukkan bentuk-bentuk yang tradisional

Bahasanya bersifat klise, bahasanya dipengaruhi oleh kesustraan Budha

dan Hindu yang sulit untuk dipahami dan dipengaruhi bahasa melayu.

7) Sifatnya fantasis atau khayal

Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca

dibawa ke dalam khayal dan fantasi.

2. Prosa baru

Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat

pengaruh sastra dari budaya Barat. Prosa lama sebagian dari strukturalnya

sudah terpengaruhi oleh budaya-budaya asing. Prosa baru memiliki ciri-ciri

diantaranya sebagai berikut:

1). Tertulis

Berbeda dengan prosa lama yang dikenal dengan sebutan sastra lisan

karena disebarluaskan secara lisan, prosa baru pada umumnya berbentuk dan

disebarluaskan dalam bentuk tulisan. Hal ini sejalan dengan perkembangan

teknologi setelah ditemukannya mesin cetak. Karena itu, semua jenis prosa

baru ditulis, dicetak, dan disebarluaskan dalam bentuk buku.

2). Bersifat realistis

5
Umumnya, prosa baru mengangkat masalah-masalah kemasyarakatan.

Dengan kata lain, yang menjadi tema prosa baru pada umumnya adalah

kehidupan masyarakat sehari-hari misalnya tentang adat, pekerjaan, persoalan

rumah tangga, kesenjangan antara kaum tua dan kaum muda, kehidupan

masyarakat kota, masalah individu manusia, nasionalisme, kemiskinan,

pelanggaran hak asasi manusia, ketidakadilan, pertentangan politik, dan lain-

lain. Contohnya adalah Azab dan Sengsara karya Merari Siregar, Layar

Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana, Dari Ave Maria ke Jalan Lain

ke Roma karya Idrus, Atheis karya Achdiat Karta Mihardja, dan lain

sebagainya.

3). Dinamis

Suatu karya sastra seperti prosa baru juga akan mengalami perubahan

seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan yang terjadi umumnya terkait

dengan bentuk serta masalah atau tema yang diangkat dalam prosa baru, yang

biasanya sangat berkaitan erat dengan situasi dan kondisi sosial saat prosa

baru itu dibuat. Hal ini dapat kita lihat dari periodisasi karya-karya prosa

Indonesia yang dirumuskan oleh Rachmat Djoko Prodopo (1995) yang terdiri

dari Periode Balai Pustaka (20-30an), Periode Pujangga Baru, Periode 1945,

Periode Angakatan 50, Periode Angkatan 70, Periode 90an, dan Periode

2000an.

Periode Balai Pustaka. Periode ini berlangsung kurang lebih 20 tahun

dan melemah pada tahun 1940an. Jenis prosa yang berkembang pada periode

ini adalah roman dan novel yang bersifat kedaerahan dengan tema masalah-

6
masalah adat, kesenjangan antara kaum tua dan kaum muda. Contoh prosa

periode Balai Pustaka adalah Salah Asuhan karya Abdul Muis (roman) dan

Kalau Tak Untung karya Selasih (novel).

Periode Pujangga Baru. Periode ini berlangsung mulai tahun 1930

hingga 1945. Jenis prosa yang berkembang pada periode ini adalah roman

dan cerita pendek dengan tema masalah individu manusia dan nasionalisme.

Contoh prosa periode Pujangga Baru di antaranya adalah Layar Terkembang

karya Sutan Takdir Alisyahbana dan Belenggu karya Armijn Pane.

Periode 1945. Periode ini berlangsung mulai tahun 1940 hingga

penghujung tahun 1950an. Berbagai jenis prosa di periode ini dipengaruhi

oleh keadaan saat itu dimana Indonesia tengah dijajah oleh Jepang. Adapun

jenis prosa yang berkembang pada periode ini adalah cerita pendek dengan

tema masalah-masalah kemasyarakatan seperti kemiskinan, pelanggaran hak

asasi manusia, ketidakadilan, dan lain-lain. Contoh prosa baru cerpen di

periode ini di antaranya adalah Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

(kumpulan cerpen) karya Idrus dan Atheis karya Achdiat Karta Mihardja.

Periode Angakatan 50. Periode ini berlangsung selama kurang lebih 20

tahun yakni antara tahun 1950an hingga 1970. Berbagai jenis prosa periode

ini banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi saat itu dimana Indonesia

berada dalam sistem demokrasi parlementer liberal. Jumlah partai di

Indonesia saat itu sangat banyak dan masing-masing partai memiliki lembaga

kebudayaan sendiri sebagai upaya mensosialisasikan ideologi masing-masing

partai. Tidak sedikit sastrawan yang menjadi anggota lembaga kebudayaan

7
dari partai politik sehingga karya sastra yang dihasilkan pun cenderung

mensosialisasikan ideologi partai. Namun bagi sastrawan yang tidak

bergabung ke dalam lembaga kebudayaan bentukan partai politik cenderung

lebih netral dalam berekspresi dan lebih menitikberatkan pada kemanusiaan.

Adapun yang menjadi tema karya sastra pada masa itu adalah masalah

pertentangan politik, kehidupan masyarakat sehari-hari, dan protes terhadap

kebijakan Orde Lama. Contoh prosa baru cerpen dan novel di periode ini di

antaranya adalah Pulang (novel) karya Toha Mochtar dan Di Tengah Padang

(kumpulan cerpen) karya Bokor Hutasaut.

Periode Angkatan 70. Periode ini berlangsung antara tahun 1960an

hingga penghujung tahun 1980an. Periode Angakatan 70 banyak dipengaruhi

oleh situasi dan kondisi saat itu yang merupakan masa transisi dari Orde

Lama ke Orde Baru. Selain itu, arus kebudayaan Barat pun sangat kuat

sehingga memengaruhi berbagai jenis karya sastra saat itu. Adapaun

permasalahan yang diangkat adalah masalah nilai tradisional dan modern.

Contoh prosa baru novel di periode ini di antaranya adalah Stasiun karya Putu

Wijaya dan Olenka karya Budi Darma.

Periode Angtakan 90an. Periode ini berlangsung selama tahun 1990an.

Periode ini dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi saat itu, salah satunya

adalah jatunya rezim Orde Baru. Tema yang diangkat umumnya tentang

sosial politik. Adapun jenis prosa yang berkembang masa itu adalah puisi,

novel, cerpen koran dan cerpen Islami.

8
Periode Angkatan 2000an. Periode ini berlangsung mulai tahun 2000

hingga kini. Di periode ini penulis perempuan unjuk gigi dengan berbagai

karyanya dengan mengangkat tema feminisme dan fiksi Islami. Contohnya

adalah Ode untuk Leopold Von Sacher Masoch karya Djenar Maesa Ayu.

4). Tidak anonim

Jika prosa lama tidak diketahui siapa nama pengarangnya karena

disebarluaskan secara lisan maka prosa baru selalu diketahui siapa yang nama

pengarangnya. Hal ini disebabkan berbagai jenis prosa baru disebarluaskan

dalam bentuk tulisan dan dicetak dalam bentuk buku sehingga dapat

didokumentasikan dan diketahui nama pengarangnya.

5). Dipengaruhi sastra Barat

Salah satu perbedaan prosa lama dan prosa baru terletak pada pengaruh

kesusastraan Barat. Prosa baru lebih banyak dipengaruhi oleh kesusastraan

Barat dibandingkan dengan prosa lama. Jika prosa lama dalam bahasa

Indonesia memiliki akar dari tradisi budaya asli Indonesia maka berbagai

jenis prosa baru seperti cerpen, novel, roman, atau novelet sejatinya

merupakan pengaruh dari tradisi kesusastraan Barat. Pengaruh ini diperoleh

sejalan dengan datangnya para penjajah Barat ke Indonesia. Prosa yang

berasal dari tradisi Barat itu kemudian diadopsi pertama kali oleh sastrawan

Indonesia melalui penerjemahan dan penyaduran. Kemudian, para sastrawan

Indonesia menciptakan sendiri prosa baru yang ditulis dalam bahasa

Indonesia. Prosa baru dalam bahasa Indonesia ini mulai berkembang sejak

tahun 1920an hingga kini

9
C. BENTUK-BENTUK PROSA
1. Bentuk Prosa lama

1) Hikayat

HIkayat asalnya adalah dari negara India dan Arab. Yang mempunyai isi

kehidupan para dewi, peri, pangeran, putri kerajaan, dan raja-raja yang

mempunyai kekuatan gaib. Yang diceritakan didalam hikayat kadang tidak

masuk akal, seperti seseorang yang memiliki kesaktian dan kekuatan luar

biasa. Dalam cerita hikayat kebanyakan tokoh yang diambil adalah dalam

sejarah. Contoh hikayat adalah: Hikayat Hang Tuah, Si Pitung, Hikayat Si

Miskin, Hikayat Indra Bangsawan

2) Sejarah

Sejarah atau yang disebut juga Tambo merupakan suatu bentuk prosa

lama yang isi ceritanya diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang di

jelaskan dalah sejarah dapat dibuktikan dengan fakta. Berisikan tidak hanya

peristiwa sejarah tetapi juga berisikan silsilah raja-raja. Biasanya ditulis oleh

para Sastrawan masyarakat lama. Contoh: Sejarah Melayu karya datuk

Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis pada tahun 1612.

3) Kisah

Kisah merupakan cerita yang berisikan kisa perjalanan atau pelayaran

seseorang dari suatu tempat ke tempat lain. Contohnya: Kisah Perjalanan

Abdullah ke Negeri Kelantan, Kisah Abdullah ke Jeddah

4) Dongeng

10
Dongeng merupakan sebuah cerita yang sifatnya khayal. Dongeng

mempunyai banyak ragam, yaitu sebagai berikut:

a. Fabel: merupakan cerita lama yang menokohkan binatang sebagai

lambang pengajaran moral (sering disebut juga sebagai cerita binatang).

b. Mite (mitos): merupakan cerita-cerita yang hubungannya dengan

kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang dipercaya memiliki

kekuatan ghaib.

c. Legenda: Merupakan cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat

terjadinya suatu tempat atau wilayah.

d. Sage: merupakan cerita lama yang hubungannya dengan sejarah, yang

menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban

seseorang.

e. Parabel: Adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau

keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan.

f. Dongeng Jenaka: merupakan cerita tentang tingkah laku orang bodoh,

malas, atau cerdik dan masing-masing dilukiskan dengan cara humor.

5) Cerita Berbingkai

11
Bentuk prosa lama dimana cerita di dalamnya terdapat cerita lagi yang

disampaikan oleh tokoh di dalamnya. Contoh cerita berbingkai: Seribu

satu malam

2. Bentuk prosa baru

1) Roman

Roman adalah bentuk prosa baru yang menceritakan kehidupan suatu

tokoh tertentu dengan segala suka dukanya. Dalam roman, pelaku

utamanya sering diceritakan mulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa

atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap adat atau aspek

kehidupan suatu masyarakat secaraspesifik dan menyeluruh, alur

bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan).

2) Novel

Menurut Burhan Nurgiyantoro (1995) Istilah novel berasal dari bahasa

Itali “novella” yang mengandung makna harfiah sebuah barang baru yang

kecil, yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.

3) Cerpen

Cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil

dari kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam

cerpen boleh ada konflik atau pertikaian, akan tetapi hal itu tidak

menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Cerpen memiliki beberapa daya

tarik yang sangat memukau para penggemarnya.

12
4) Riwayat

Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi

pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa

juga pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan

sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.J

Habibie, Ki Hajar Dewantara, Soekarno Sang penyambung Lidah Rakyat.

5) Kritik

Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu

hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan

kriteria tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi. Kritik yang di

berikan kepada penulis hendaknya bersifat membangun dan tidak bersifat

provokatif dan meremehkan.

6) Resensi

Resensi adalah pembicaraan /pertimbangan /ulasan suatu karya (buku,

film, drama). Isinya bersifat memaparkan supaya pembaca mengetahui

karya tersebut dari berbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog.

7) Esai

Esai adalah ulasan /kupasan suatu masalah secara sepintas lalu

berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah

hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni,

fenomena sosial, politik, pementasan drama, film.

13
D. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Prosa

1. Unsur Intrinsik Prosa

Adapun unsur intrinsik prosa terdiri atas sebagai berikut:

1) Tema, yaitu suatu yang menjadi pokok masalah atau persoalan sebagai

bahan karangan, yang diungkapkan dalam suatu cerita oleh pengarang.

2) Amanat, yaitu pesan-pesan yang disampaikan oleh si pengarang melalui

cerita. Si pengarang menyampaikan amanatnya dengan dua cara, yaitu:

secara eksplisit (terang-terangan): pembaca dengan mudah

menemukannya; dan secara implisit (tersirat/tersembunyi): untuk

menemukan amanat dalam hal ini, pembaca agak sukar menemukannya,

terlebih dulu pembaca hendaknya membaca secara keseluruhan isi cerita

tersebut.

3) Alur/plot, yaitu urutan atau kronologi peristiwa yang dilukiskan pengarang

dalam suatu cerita rekaan, terjalin satu dengan yang lainnya. Alur dapat

diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.

Alur umum, tahap-tahapannya adalah sebagai berikut:

a) Eksposisi (Perkenalan/Pengantar)

Eksposisi adalah proses penggarapan serta memperkenalkan

informasi penting kepada para pembaca. Melalui eksposisi, seorang

pengarang mulai melukiskan atau memaparkan suatu keadaan, baik

keadaan alam maupun tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita tersebut,

14
serta informasi-informasi yang akan diberikan pengarang kepada

pembaca melalui uraian eksposisi tersebut.

b) Komplikasi (Penampilan Masalah)

Komplikasi adalah adanya masalah yang terjadi di antara para tokoh,

baik tokoh dengan tokoh, tokoh dengan tempat, maupun tokoh dengan

suasana yang terdapat dalam cerita rekaan.

c) Klimaks (Puncak Ketegangan)

Klimaks adalah suatu permasalahan yang telah mencapai pada

puncaknya (meruncing).

d) Antiklimaks (Ketegangan Menurun/peleraian)

Antiklimaks adalah suatu peristiwa yang ditandai dengan

menurunnya tingkat permasalahan yang terjadi pada tokoh.

e) Resolusi (Penyelesaian)

Resolusi adalah kejadian akhir yang merupakan penyelesaian

permasalahan di atara para tokoh cerita.

4) Tokoh, yaitu pelaku di dalam cerita dan mengambil peranan dalam setiap

insiden-insiden.

5) Penokohan (Perwatakan), yaitu watak atau karakter dari para tokoh di

dalam cerita. Adapun jenis penggambaran watak tokoh dapat dilakukan

dengan tiga metode, yaitu:

15
Metode analitik, yaitu pemaparan secara langsung (eksplisit) watak

atau karakter para tokoh dalam cerita, seperti; penyayang, penyabar,

keras kepala, baik hati, pemarah, dan lain sebagainya.

Metode dramatik, yaitu metode penokohan yang dipergunakan

pencerita dengan membiarkan para tokohnya untuk menyatakan diri

mereka sendiri lewat kata-kata, dan perbuatan mereka sendiri, misalnya

lewat dialog, jalan pikiran tokoh, perasaan tokoh, perbuatan, sikap tokoh,

lukisan fisik, dan sebagainya.

Metode kontekstual, yaitu cara menyatakan watak tokoh melalui

konteks verbal yang mengelilinginya. Jelasnya, melukiskan watak tokoh

dengan jalan memberikan lingkungan yang mengelilingi tokoh, misalnya:

kamarnya, rumahnya, tempat kerjanya, atau tempat di mana tokoh

berada.

Watak tokoh terdiri dari sifat, sikap, serta kepribadian tokoh.

Penokohan dapat dilakukan melalui dimensi (a) fisik, (b) psikis, dan (c)

sosial.

6) Latar (setting), yaitu mengenai lingkungan (tempat/lokasi, waktu, dan

suasana) terjadinya suatu peristiwa di dalam cerita.

Tempat : umpamanya di rumah sakit, daerah wisata, di daerah

transmigran, di kantor, di kamar tidur, di halaman, dan lain sebagainya.

16
Waktu : tahun, musim, masa perang, suatu upacara, masa panen,

periode sejarah, dan sebagainya.

Suasana : aman, damai, gawat, bergembira, berduka/berkabung, kacau,

galau, dan sebagainya.

7) Sudut pandang (point of view), yaitu status atau kedudukan si pengarang

dalam cerita. Ada empat macam sudut pandang, antara lain:

- Pengarang sebagai orang pertama sebagai pelaku utama (pengarang =

aku);

- Pengarang sebagai orang pertama sebagai pelaku sampingan;

- Pengarang berada di luar cerita sebagai orang ketiga; dan

- Kombinasi atau campuran, kadang-kadang di dalam dan kadang-kadang

di luar cerita.

8) Gaya Bahasa (Majas) disebut juga “langgam, corak, bentuk, atau style

bahasa” yaitu cara yang digunakan oleh si pengarang untuk

mengungkapkan maksud dan dan tujuannya baik dalam bentuk kata,

kelompok kata, atau kalimat. Jadi, gaya bahasa atau majas meliputi; kata,

frasa atau kelompok kata, kalimat (struktur) biasa/majas. Gaya bahasa

atau majas adalah ibarat kendaraaan bagi seseorang pengarang yang akan

membawanya kemana arah tujuan yang ingin ditujunya. Gaya bahasa

atau majas merupakan faktor dominan dalam karya prosa fiksi.

2. Unsur Ekstrinsik Prosa

17
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berasal dari luar aspek sastra,

yang ikut membangun penyusunan suatu karya sastra :

1). Nilai-nilai dalam cerita

Nilai yang terkandung adalah salah satu unsur penting dalam sebuah

karya sastra. Nilai-nilai tersebut yang akan diambil oleh pembaca dalam

rangkuman isi dari karya penulis.

a. Nilai agama

Nilai agama yaitu nilai-nilai dalam cerita yang sangat berkaitan

dengan ajaran yang berasal dari ajaran agama.

b. Nilai moral

Nilai moral merupakan nilai-nilai dalam cerita yang sangat berkaitan

dengan akhlak atau etika. Nilai moral dalm sebuah cerita bisa jadi nilai

moral yang baik, bisa juga nilai moral yang buruk.

c. Nilai budaya

Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang berkenaan dengan kebiasaan

atau tradosi atau adat istiadat yang berlaku pada suatu daerah.

2). Latar belakang kehidupan pengarang

18
Latar belakang pengarang bisa mengikuti pemahaman kita terhadap

sejarah hidup dan juga sejarah hasil karangan sebelumnya. Latar belakang

pengarang dapat terdiri dari tiga bagian:

a. Biografi

Biografi ini berisi tentang riwayat hidup pengarang yang ditulis secara

keseluruhan.

b. Kondisi psikologis

Kondisi psikologis ini berisi tentang pemahaman mengenai kindisi

perasaan serta keadaan yang mengharuskan seorang pengarang menulis

cerpen atau novel.

c. Aliran sastra

Seseorang penulis pasti akan mengikuti aliran sastra tertentu. Ini

sangat berpengaruh dalam gaya penulisan yang dipakai penulis dalam

menciptakan sebuah karya.

3). Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan.

Pengaruh kondisi latar belakang masyarakat sangatlah besar terhadap

terbentuknya sebuah cerpen. Pemahaman itu bisa berupa pengkajian

ideologi negara, kondisi politik, kondisi sosial dan kondisi ekonomi.

19
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Prosa adalah suatu karya sastra karangan bebas yang tidak terikat oleh

kaidah atau aturan dalam menulis seperti rima, diksi, irama, dan lainnya. Prosa

juga dibagi dalam dua bagian, yaitu prosa lama dan prosa baru. Prosa lama

adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat, dan

prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun. Jadi prosa

adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang bebas, yang tidak terikat oleh

aturan-aturan tulisan seperti rima, diksi, irama, dan lain-lain. Biasanya tulisan

prosa dipakai untuk mendeskripsikan sebuah ide atau fakta karena itulah prosa

bisa digunakan untuk menulis novel, majalah, surat kabar, dan macam media

yang lainnya.

B. Saran
Karena tidak ada gading yang tidak retak begitupun dengan penulisan

makalah ini, kami berharap penulisan makalah ini mendapat kritik dan saran

khususnya dari dosen mata kuliah, umumnya bagi pembaca dan mudah-

mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

20
DAFTAR PUSTAKA
Nurhayati, 2012. Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: Cakrawala Media.

Nurgiyanto, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University.

Bakti Hari, Rustono, dan Eka Harum Puspitasari. 2013. Peningkatan


Keterampilan menulis kembali dengan bahasa sendiri melalui Media. Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,2 (1) , 3-6.

Suhartanto. 2005. Dasar-Dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia.

21

Anda mungkin juga menyukai