Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Kevin Hendasaputra

NIM : 042011233226
Kelas : Akuntasi Biaya - G

RESUME
Factory Overhead : Departementalization
A. Konsep Dasar FOH
Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead costs) adalah biaya produksi yang
tidak masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Apabila suatu
perusahaan juga memiliki departemen-departemen lain selain departemen produksi maka
semua biaya yang terjadi di departemen pembantu tersebut (termasuk biaya tenaga kerjanya)
dikategorikan sebagai biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik biasanya muncul dari
biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk pemakaian bahan tambahan, biaya tenaga kerja tak
langsung, pengawasan mesin produksi, pajak, asuransi, hingga fasilitas-fasilitas tambahan
yang diperlukan dalam proses produksi.

B. Actual FOH dan Applied FOH


Actual Overhead mengacu pada biaya manufaktur tidak langsung yang sesungguhnya
terjadi dan dicatat. Termasuk biaya listrik, air, sewa, pajak, supervisor produksi, penyusutan,
perbaikan, dan lain lain. Applied Overhead mengacu pada biaya manufaktur tidak langsung
yang ditetapkan untuk barang manufaktur. Overhead pabrik biasanya digunakan, ditetapkan,
atau dialokasikan mengggunakan prosentase biaya overhead yang terjadi pada tahun
sebelumnya.

C. Konsep Dasar Departementalization


Departementalisasi factory overhead bermakna memilah-milah pabrik menjadi
beberapa departemen. Departemen-departemen yang dibentuk mendapat alokasi factory
overhead. Hal ini membuat perhitungan biaya produksi menjadi lebih baik. Selain itu, dapat
meningkatkan pengendalian terhadap factory overhead cost.
Peningkatan kualitas perhitungan biaya produk dimungkinkan karena tiap-tiap
departemen bisa menerapkan tarif factory overhead yang berbeda-beda. Sebuah produk yang
diproses di suatu departemen mendapatkan alokasi factory overhead dari departemen
tersebut. Dengan demikian suatu produk mendapat alokasi factory overhead sesuai dengan
departemen yang dilalui.
Tiap-tiap departemen membebankan factory overhead sesuai dengan tarif masing-
masing. Lebih baik dalam perhitungan biaya produk daripada alokasi factory
overhead dengan satu tarif dari pabrik. Karena tidak semua jenis produk melalui tahapan
yang sama dalam proses produksinya.
Ada produk yang melalui semua departemen, ada juga yang tidak melalui semua
departemen yang ada di pabrik. Apabila diterapkan satu tarif factory overhead, maka tarif
tersebut terlalu tinggi untuk produk yang tidak diproses melalui semua departemen.
Departementalisasi memfasilitasi responsibility accounting dan pengendalian factory
overhead cost karena cost menjadi tanggung jawab tiap-tiap manajer departemen.
Departementalisasi menuntut dibuatnya estimasi atau anggaran (budget) factory overhead
cost tiap-tiap departemen sehingga evaluasi terhadap efisiensi factory overhead cost bisa
dilakukan di departemen masing-masing.

D. Direct Department Cost


Factory overhead cost meliputi seluruh biaya produksi yang tidak dapat ditelusuri
secara spesifik ke suatu pekerjaan atau produk. Beberapa factory overhead cost dapat
ditelusuri ke departemen tertentu. Biaya yang seperti ini disebut biaya departemen langsung
(direct departmental cost). Sebagian besar direct departmental cost dapat diklasifikasikan
menjadi (a) supervisi, indirect labor, dan lembur, (b) fringe benefit, (c) indirect
material dan supplies, (d) reparasi dan pemeliharaan, dan (e) depresiasi dan sewa.

E. Indirect Department Cost


Biaya departemen tidak langsung (indirect departmental cost) adalah biaya yang
terpakai oleh beberapa departemen, tidak hanya oleh satu departemen. Biaya departemen
tidak langsung meliputi biaya listrik, sewa dan depresiasi. Biaya departemen tidak langsung
harus dialokasikan secara proporsional ke departemen-departemen yang mendapaf manfaat.
Alokasi yang paling baik berdasarkan ukuran pemakaian biaya oleh departemen masing-
masing. Apabila tidak memungkinkan untuk mengukur pemakaian biaya oleh tiap-tiap
departemen, bisa menggunakan ukuran output. Alternatif berikutnya adalah menggunakan
suatu ukuran yang mencerminkan pemakaian biaya oleh tiap-tiap departemen.

F. Penghitungan Tarif FOH Departemen


Factory overhead biasanya dibebankan ke produk berdasarkan machine hours, direct
labor hours, atau direct labor cost. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
pengalokasian factory overhead ke produk. Penetapan tarif overhead biasanya melalui
tahapan sebagai berikut:
1) Menghitung perkiraan total overhead tiap departemen baik departemen produksi
maupun departemen jasa pada tingkat aktivitas yang diharapkan dan memisahkan
menjadi fixed cost dan variable cost.
2) Menyiapkan dasar alokasi untuk distribusi biaya departemen tidak langsung dan biaya
departemen jasa.
3) Menghitung perkiraan total biaya departemen tidak langsung dan alokasikan ke
departemen-departemen yang mendapat manfaat.
4) Mendistribusikan biaya departemen jasa ke departemen yang mendapat manfaat.
5) Menghitung tarif overhead departemen.
G. Alokasi FOH Departemen Jasa ke Departemen Produksi
Distrbusi biaya departemen jasa ke departemen produksi bisa menggunakan metode
langsung (direct method), metode bertahap (step method), atau metode simultan (simultaneus
method).
1) Metode langsung (direct method)
Biaya departemen jasa dialokasikan hanya ke departemen produksi. Metode ini
sederhana, tetapi mengabaikan alokasi suatu departemen jasa ke departemen jasa lain.
Dengan demikian metode tidak menghitung total cost departemen jasa dengan akurat. Metode
ini dibenarkan apabila hasilnya tidak berbeda secara signifikan dengan metode lain.
2) Metode bertahap (step method).
Metode bertahap mengalokasikan biaya departemen jasa secara bertahap berdasarkan
urutan tertentu yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, metode ini juga dikenal
sebagai sequential method. Tidak seperti pada metode langsung, pada metode bertahap
departemen juga jasa mendapat alokasi biaya dari departemen jasa lain. Dengan demikian
metode ini lebih baik daripada metode sebelumnya. Apabila biaya suatu departemen jasa
sudah dialokasikan ke departemen lain, maka departemen jasa tersebut tidak akan
diperhitungkan lagi pada tahap selanjutnya. Artinya departemen jasa tersebut sudah dianggap
“selesai” dalam proses alokasi.
Pada metode ini urutan alokasi biaya departemen jasa sangat krusial, karena
perbedaan urutan alokasi akan menghasilkan alokasi biaya yang berbeda. Salah satu
penentuan urutan alokasi adalah dimulai dari departemen jasa yang yang paling banyak
memberikan manfaat kepada departemen lain dan menerima paling sedikit manfaat dari
departemen lain. Pendekatan lain adalah berdasarkan urutan nilai rupiah biaya departemen
jasa.
3) Metode simultan (simultaneous method).
Ketika departemen jasa saling memberikan manfaat ke departemen jasa yang lain, metode
bertahap tidak dapat memperhitungkan secara keseluruhan hubungan tersebut dalam
mengalokasi biaya departemen jasa. Kelemahan ini disempurnakan dengan metode simultan.
Pada metode ini, semua hubungan timbal balik antar departemen jasa diperhitungkan dalam
alokasi biasa departemen jasa. Metode ini menggunakan perhitungan Aljabar, oleh karena itu,
metode ini juga disebut sebagai metode Aljabar.

Anda mungkin juga menyukai