1. Latar Belakang
Mesin bubut (turning machine) adalah mesin perkakas yang dalam peroses kerjanya
bergerak memutar benda kerja dan menggunakan mata potong pahat (tools) sebagai alat untuk
menyayat benda kerja tersebut, dan mempunyai fungsi mengerjakan benda dalam bentuk
silindris. Dalam dunia permesianan salah satu jenis yang sangat tua dan umum adalah mesin
pembubut (lathe) dengan cara melepas bahan dengan memutar benda kerja terhadap pemotong
tunggal.
Menurut Taufiq Rochim (1998) menyatakan bahwa mesin perkakas dapat di defenisikan
sebagai suatu mesin yang dapat mengubah bentuk, memotong dan sebagainya untuk
mendapatkan ukuran dan kualitas yang di inginkan .Dalam peroses pemotongan logam harus
dalam keadaan dingin agar tidak terjadi perubahan struktur logam selama peroses pemotongan
tersebut.
Menurut Kalpakjian & Schmid (2001) menyatakan bahwa tingkat kekasaran suatu benda
kerja dipengaruhi oleh laju kecepatan potong, laju pemakanan (feed rate) dan kedalaman
pemakanan (depth of cut), Demikian pula menurut Rochim (1983) bahwa hasil permukaan dari
proses pembubutan dipengaruhi dari kedalaman pemotongan ( depth of cut) , kecepatan potong
(cutting speed), kecepatan makan (feeding) dan sudut pahat.
Pada pembubutan ada dua macam yaitu proses kasar (Roughing) dan akhir (finishing),
pada pembuatan akhir ini dilakukan untuk mendapatkan hasil pembubutan sesuai dengan nilai
kekasaran yang diinginkan, untuk itu faktor yang sangat dominan yang sering dijumpai yaitu
dengan membentuk geometri pahat dengan bentuk tertentu menurut Syamsul Rizal & Fatahul
Arifin (2018), sedangkan menurut Bimbing Atedi dan Djoko Agustono (2005) menyatakan
bahwa suatu karakteristik kekasaran dari suatu permukaan sangat memegang peranan yang
penting didalam perancangan suatu komponen mesin. Hal ini dinyatakan dengan jelas kaitannya
dengan gesekan, keausan, pelumasan, ketahanan kelelahan, perekatan dua atau lebih
komponen-komponen mesin.
Maka tingkat kekasaran dari suatu hasil pembubutan sangatlah penting. Namun tidak
sebatas itu saja, di dalam proses pembubutan terdapat faktor yang juga bisa menurunkan hasil
pembubutan itu sendiri yaitu dengan proses terjadinya korosi. Korosi merupakan proses
perubahan sifat,bentuk dan struktur suatu logam akibat adanya reaksi dengan lingkungannya.
Korosi sebagai suatu reaksi elektrokimia yang sangat memberikan kontribusi dari suatu
kerusakan fisik material sehingga perlu diperhatikan cara untuk mencegah dan meminimalisasi
kerugian.
Proses yang akan dilakukan terhadap material baja ST (Steel) 37, yaitu dengan
membubut roughing dan finishing dengan perlakuan yang berbeda terhadap 2 bahan uji lainnya.
Agar didapatkan tingkat kekasaran yang berfariasi sebagai pembanding laju korosi terhadap hasil
pembubutan.Meliputi kecepatan penyayatan, kecepatan putar dan kedalaman pemakanan.
Setelah itu barulah diberikan beberapa variasi coolant dengan jangka waktu yang sama. Hal ini
ditujukan guna mendapatkan hasil signifikan dari laju korosi yang terjadi pada benda uji.
Maka dari uraian latar belakang diatas dapat ditetapkan penelitian dengan judul
PENGARUH LAJU KOROSI TERHADAP JENIS COOLANT PADA PROSES
PEMBUBUTAN.
1.1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas identifikasi masalah pada penelitian ini ialah mengenai faktor
yang mempengaruhi laju korosi akibat terjadinya proses pembubutan, salah satunya ialah
penggunaan coolant. Pemilihan coolant sangat berperan penting terhadap cepat atau
lambatnya proses terjadinya korosi.
TINJAUAN PUSTAKA
Mesin bubut mencakup segala mesin perkakas yang membentuk silindris.Jenis yang
paling tua dan paling umum adalah pembubut (lathe) yang melepas bahan dengan
memutar benda kerja terhadap pemotong mata tunggal.Suku cadang yang harus dimesin
dapat dipegang di antara kedua pusatnya, dipasangkan pada plat muka, didukung dalam
pencekam rahang, atau dipegang dalam pencekam yang ditarik kedalam atau leher
(collet). Meskipun mesin ini terutama disesuaikan untuk pekerjaan silindris, namun dapat
juga dipakai untuk beberapa kepentingan lain. Permukaan rata dapat dicapai dengan
menyangga benda kerja pada plat muka atau dalam pencekam. Benda kerja yang
dipegang dalam cara ini dapat juga diberi pusat, digurdi, dibor, atau dilebarkan
lubangnya. Sebagai tambahan mesin bubut juga dapat digunakan untuk membuat kenop,
memotong ulir, atau membubut tirus.
2.2. Jenis Mesin Bubut
Penggolongan yang sesuai dari mesin ini adalah sulit karena terdapat keaneka
ragaman dalam ukuran, disain, metode penggerakan, dan kegunaan. Pada umumnya
1. Pengerjaan logam.
2. Pemusingan logam.
3. Pemolesan.
B. Pembubut mesin
C. Pembubut bangku.
F. Pembubut turret
1. Horizontal.
a. Jenis ram.
b. Jenis sadel.
2. Vertikal.
a. Stasiun tunggal.
b. Stasiun banyak.
2.3. Proses Pembubutan (Pembentukan Serpih)
Keterangan:
a. Pembubutan memanjang
b. Pembubuan membidang
c. Pembubutan kerucutt
d. Pembubutan alur
1. … Gerakan utama
2. … Gerakan laju
3. … Gerakan penyetelan
Laju (Gambar 2)
Besarnya laju s adalah jarak tempuh perkakas (mm) setiap perputaran benda
kerja.Lebih besar laju s, lebih tebal pula serpih
D−d
a= (mm)
2
D.d
a= (mm)
2.i
Penampang serpih adalah bram yang dihasilkan setelah satu putaran benda
kerja.Pada setiap perputaran terkrlupas yang membentuk seperti cincin.
a
s=
5
a
Jika nilai lebih besar dari 5 maka pembubutan sering tidak dapat dilaksanakan
s
dalam satu kali penyayatan.
3. Posisi pisau utama terhadap benda kerja (gambar 3).
Pisau utama terhadap benda kerja Dapat pula mempengaruhi penampang serpih.
Posisi pisau utama ditentukan pada saat pengencangan pahat bubut dan nilainya
diukur dengan sudut penyetelan x. Pada sudut penyetelan yang kecil, serpih lebih
lebar dan lebih tipis untuk penampang yang sama. Hal ini memudahkan penekukan
dan penyingkiran serpih.
Kerja yang tipis tidak boleh digarap dengan sudut penyetelan yang kecil, karena
benda kerja itu dapat ikut tertekuk pada waktu pembubutan.
Kecepatan sayat.
Gerakan utama pada pembubutan ialah pergerakan perputaran benda kerja. Karena
kecepatan gerakan utama sama dengan kecepatan sayat maka kecepatan sayat pada
pembubutan adalah kecepatan melingkar
v adalah kecepatan sayat dalam m/ menit
d adalah benda kerja dalam mm.
n adalah angka putaran dalam 1/ menit.
Karena itu kecepatan sayat bergantung pada garis tengah dan angka putaran benda kerja.
Untuk dapat bekerja dengan kecepatan sayat yang ekonomis, kau mesin bubut dilengkapi
dengan daerah angka putaran.Berdasarkan kecepatan sayat yang ekonomis dapat dipilih
angka putaran yang cocok untuk garis tengah benda kerja tertentu.