Anda di halaman 1dari 161

STRATEGI KOMUNIKASI GARDUACTION DALAM MEWUJUDKAN

GARBAGE CARE AND EDUCATION

SKRIPSI

Oleh
Eka Putri
NIM 153140239

Diajukan
Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Pada Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018

i
ii
iii
iv
HALAMAN MOTTO

“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Dan
apabila Engkau berkehendak, Engkau akan menjadikan kesusahan menjadi
kemudahan.”
-Doa Ketika Menghadapi Kesulitan-

“Skripsi itu tidak untuk dilihat, dibuat pusing ataupun dibuat stress, melainkan skripsi
membutuhkan niat dan dikerjakan”
-Eka Putri-

“Sing ati-ati, ojo kesusu, teliti karo ojo lali berdoa nok”
-Ibukku Nur Kholidah-

Sing seneng, tetap semangat raih cita-citamu setinggi langit, doa dan usaha Insyaallah
berhasil. Amiin Yaa Rabb
-Bapakku Suradal-

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Assalammu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT saya persembahkan karya
sederhana ini teruntuk Ibuku (Nurkholidah) dan Bapakku (Suradal) yang tercinta.
Terimakasih yang tidak terhingga untuk segala doa yang terucap di dalam setiap
sujud, untuk segala dukungan dan harapan yang selalu menguatkan saya dan untuk
segala yang telah engkau lakukan untuk mewujudkan mimpi-mimpi putrimu. Semoga
karya sederhana ini dapat menjadi hadiah kecil dari putrimu untuk memperingati hari
ulang tahun ibuk dan bapakku. Maaf baru ini yang bisa putrimu berikan, rasanya
tidak akan cukup untuk menukar semua jasa-jasa dan kasih saying yang telah ibuk
dan bapak berikan kepada putrimu ini. Terimakasih telah mendidik, membimbing,
menemani, memberikan semangat untuk putrimu selama hampir 23 tahun.
Terimakasih ibuku dan bapakku . Tidak lupa kubingkiskan juga karyaku ini untuk;
Adikku Wahyu Trisna Jati yang selalu saya repotkan dan merepotkan tetapi
percayalah aku menyayangimu. Semoga engkau kelak menjadi adik yang
bertanggung jawab dan berbakti kepada ibuk dan bapak! Terimakasih sudah
menemaniku penelitian.
Teruntuk calon imamku kupersembahkan skripsi ini untukmu, dimanapun
kamu berada, terimakasih selalu mendoakanku, sehingga skripsi ini cepat selesai.
Teruntuk sahabat-sahabatku yang telah mensupportku dalam proses penyusunan
sampai selesainya skripsi ini.
Serta untuk seluruh teman-teman Garduaction dimanapun kalian berada,
kalian adalah orang-orang yang hebat. Yang tidak lari dari permasalahan, kalian yang
loyal menyisihkan waktunya untuk sampah. Tetap semangat dan jaga loyalitas kalian
dan mari bersama-sama wujudkan Indonesia bersih sampah.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

vi
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim Alhamdulillahi Robbil ‘Aalamiin, dengan


menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Segala puji bagi
Allah, Tuhan seluruh alam. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancer
dan baik. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan do’a dan bimbingan,
kesabaran dan dukungan dari berbagai pihak, bukanlah hal yang mudah bagi penulis
untuk menyelesaikannya. Penulis ingin mengucapkan apresiasi dan terimakasih
kepada:

1. Ibu Kartika Ayu Ardhanariswari, S.Sn, M.Ds selaku dosen pembimbing I


penelitian ini yang telah sabar membimbing saya dari awal sampai penelitian
ini selesai dan tidak hanya berperan sebagai dosen pembimbing namun juga
kakak yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan
petunjuk dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Yenni Sri Utami, M.Si selaku dosen pembimbing II penelitian yang telah
memberikan kesabaran, tenaga dan pikiran yang diberikan dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Ibu Dewi Novianti, M.Si selaku Koordinator Jurusan Ilmu Komunikasi yang
telah banyak memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.
4. Bapak Dr. Subhan Afifi, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi yang
telah banyak memberikan masukan dan dorongan kepada penulis.

vii
5. Ibu Siti Fatonah, M.Si selaku dosen wali yang selalu memberikan support dan
masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan lancar.
6. Ibu Dra. Istiana Rahatmawati, M.Si selaku dosen Manajemen, Dosen
Pembimbing Lapangan KKN Kelompok RB 63.81 Jalakan, sekaligus ibu
kedua bagi saya yang telah mensupport, memberikan dukungan dan
memberikan kesempatan kepada penulis sebagai asisten penelitian dana hibah
dosen.
7. Ibu Dr. Purbudi Wahyuni, MM selaku dosen Manajemen sekaligus ibu kedua
bagi saya yang telah mensupport, memberikan dukungan dan memberikan
kesempatan kepada penulis sebagai asisten penelitian dana hibah dosen dan
pengabdian masyarakat. Serta ibu yang selalu sabar dan memberikan ilmu
mengenai manajemen dan pengetahuan agama.
8. Teruntuk sahabatku Fitriya Rahmalia NIM 153140245 yang selalu bersama
dari awal masuk kuliah sampai detik ini, terimakasih segala dukungan,
semangat dan support yang tidak heti-hentinya kamu berikan kepadaku.
Terimakasih juga kepada kucing-kucing cantikmu, mereka yang senantiasa
menjadi penyemangat revisian skripsi setelah bimbingan.
9. Ricky Ade Setyawan, terimakasih atas segala dukungan, perhatian, support,
dan doa yang telah kamu berikan selama ini. Terimakasih sudah mau saya
repotkan dan selalu mendengarkan keluh kesah saya dari awal sampai
selesainya skripsi ini. Terimakasih telah menjadi laki-laki yang paling setia
menemani setiap proses pembuatan skripsi ini dan paling sabar.
10. Keluarga besar Satmenwa Kalimasada UPN “Veteran” Yogyakarta
11. Fitri, Rahma, Kikik grup tercinta dan tersayang “Jalakan Angel’s” yang selalu
memberikan tawa dan cerianya sehingga menjadi hiburan dikala jenuh. Fitri
yang selalu menyemangatiku untuk selow dan belajar memberi tau kalo test
toefl itu mudah plus terimakasih untuk kucing-kucingmu yang selalu
membuatku semangat mengerjakan skripsi. Terkhusus Rahma yang selalu
menyemangati dan mengingatkanku sampai tidak bisa tidur nyenyak karena

viii
skripsi. Memberikan masukan, dukungan dan semangat dengan cara yang
lucu sehingga penulis selalu terhibur dengan gurauannya. Untuk Kikik yang
selalu menjadi master plan terhebat, mengingatkanku bahwa kita bisa lulus
bersama 2018. Kalian yang selalu membuat setiap harinya berjalan cepat dan
produktif sehingga skripsi berjalan dengan cepat dan menyenangkan.
12. Teman-teman seperjuangan Ilmu Komunikasi 2014 yang selalu
menyemangati dan memberikan bantuan serta seluruh kenang-kenangan
terindah selama berada di bangku perkuliahan.
13. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dalam kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
skripsi ini. Penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan skripsi ini terdapat
banyak kesalahan dan kealpaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan pada umumnya bagi para pembaca.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 28 Mei 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ iv

HALAMAN MOTTTO.................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

ABSTRAK ...................................................................................................... xv

ABSTRACT .................................................................................................... xvi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 6
1.3.1. Tujuan Penelitian........................................................................... 6
1.3.2. Manfaat Penelitian......................................................................... 6
1.3.2.1.Manfaat Teoritis ...................................................................... 6

x
1.3.2.2.Manfaat Praktis ........................................................................ 6
1.4. Kerangka Teori dan Konsep .............................................................. 7
1.4.1. Teori Perencanaan ........................................................................... 7
1.4.2. Strategi Komunikasi ...................................................................... 9
1.4.3. Garbage Care................................................................................ 10
1.4.4. Education ...................................................................................... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Strategi ............................................................................................... 12


2.1.1. Pengertian Strategi ..................................................................... 12
2.1.2. Tingkatan Strategi ...................................................................... 13
2.2. Komunikasi ..................................................................................... 14
2.2.1. Pengertian Komunikasi .............................................................. 14
2.3. Strategi Komunikasi ....................................................................... 18
2.3.1. Mengenali Sasaran Komunikasi ................................................ 20
2.3.2. Pemilihan Media Komunikasi ................................................... 23
2.3.3. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi ...................................... 24
2.3.4. Peran Komunikator dalam Komunikasi ..................................... 25
2.4. Garbage Care ................................................................................... 31
2.5. Education ........................................................................................... 32
2.6. Penelitian Sebelumnya ...................................................................... 33

BAB III METODOLOGI

3.1. Metode Penelitian ................................................................................ 38


3.2. Lokasi .................................................................................................. 39
3.3. Objek ................................................................................................... 39
3.4. Subjek .................................................................................................. 39
3.5. Sumber Data ........................................................................................ 40
3.5.1. Data Primer .................................................................................. 40

xi
3.5.2. Data Sekunder .............................................................................. 40
3.6. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 41
3.6.1. Observasi ..................................................................................... 41
3.6.2. Wawancara Mendalam ................................................................ 41
3.6.3. Dokumentasi ................................................................................ 42
3.7. Teknik Analisa Data ............................................................................ 43
3.7.1.DataReduction ............................................................................. 44
3.7.2. Data Display ............................................................................... 44
3.7.3.Verifikasi ..................................................................................... 44
3.8. Uji Keabsahan Data ............................................................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian .................................................................. 48


4.1.1. Latar Belakang Garduaction .................................................... 48
4.1.2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Garduaction ........................... 51
4.1.2.1.Visi ....................................................................................... 51
4.1.2.2.Misi ...................................................................................... 51
4.1.2.3.Tujuan .................................................................................. 52
4.1.2.4.Sasaran ................................................................................. 52
4.1.3. Logo .......................................................................................... 53
4.1.4. Motto ........................................................................................ 54
4.1.5. Kegiatan .................................................................................... 54
4.1.6. Struktur Organisasi ................................................................... 58
4.2. Hasil Penelitian .................................................................................. 59
4.2.1. Latar Belakang Pengelolaan Sampah oleh Garduaction .......... 59
4.2.2. Strategi Komunikasi Garduaction dalam mewujudkan
GarbageCare And Education ................................................... 69
4.2.2.1.Mengenali Sasaran dalam Strategi
Komunikasi Garduaction ..................................................... 72

xii
4.2.2.2.Peranan Komunikator dalam
Strategi Komunikasi Garduaction........................................ 75
4.2.2.3.Pengkajian Tujuan Pesan
Strategi Komunikasi Garduaction........................................ 80
4.2.2.4.Pemilihan Media untuk Mewujudkan
Garbage Care and Education .............................................. 85
4.2.3. Faktor Pendukung dan Penghambat
Strategi Komunikasi Garduaction ................................................... 88
4.2.4. Tanggapan Masyarakat Mengenai
Program Pengelolaan Sampah oleh Garduaction ............................ 94
4.3.Pembahasan ............................................................................................... 95

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 113

5.2. Saran ....................................................................................................... 113

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1Workshop Macrame ...................................................................... 4

Gambar 2.1Model Proses Komunikasi ............................................................ 15

Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)

Analisis Data Model Miles dan Huberman ................................... 43

Gambar 3.2 Model Triangulasi Sumber .......................................................... 47

Gambar 4.1 Logo Garduaction ........................................................................ 53

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Garduaction .................................................. 58

Gambar 4.3 Kawasan Pantai Parangtritis ......................................................... 59

Gambar 4.3 Masalah Sampah di Kawasan Wisata........................................... 62

Gambar 4.4 Bank Sampah Garduaction ........................................................... 62

Gambar 4.5Education Camp Garduaction ....................................................... 63

Gambar 4.6 Go-Green Garduaction ................................................................. 65

Gambar 4.7Go-Green Garduaction .................................................................. 66

Gambar 4.8 Kegiatan dalam Program Garbage Care and Education

Komunitas Garduaction................................................................. 66

Gambar 4.9 Pemilahan Sampah untuk Ecobrik Garduaction .......................... 67

Gambar 4.10 Sunday Caring and Sharing Garduaction .................................. 68

xiv
Gambar 4.11 Kunjungan 1000 Guru Yogyakarta ............................................ 72

Gambar 4.12 Workshop Macrame oleh Touris asal Jerman ............................ 73

Gambar 4.13 Sosialisasi dan Workshop Ecobrik Garduaction......................... 76

Gambar 4.14 WorkshopMacrame oleh Touris asal Jerman ............................. 77

Gambar 4.15 Pelatihan Membuat Vas dari Sampah kepada Pengunjung ........ 79

Gambar 4.16 Contoh Ecobrik Garduaction ...................................................... 82

Gambar 4.17 Pak Budiyanto saat Diundang oleh Radio RRI .......................... 86

Gambar 4.18 Kunjungan oleh Dinas Pariwisata dan

Dinas Lingkungan Hidup ............................................................ 86

Gambar 4.19 Kunjungan dari DPRD Kabupaten Bantul dan

Dinas Lingkungan Hidup ............................................................ 89

Gambar 4.20Bak Sampah Pilah Tiga Bantuan dari

Dinas Lingkungan Hidup ............................................................ 90

Gambar 4.21 Motor Roda Tiga Bantuan dari

Kementrian Lingkungan Hidup .................................................. 91

Gambar 4.22 Kondisi Garduaction tahun 2017................................................ 92

Gambar 4.23 Kondisi Garduaction 2018 ......................................................... 93

Gambar 4.24Kerangka Pemikiran .................................................................... 97

xv
ABSTRAK

Ketidakpedulian tentang permasalahan dan pengetahuan pengelolaan sampah


di kawasan wisata, yang disebabkan minimnya kesadaran wisatawan, menjadi sumber
utama banyaknya sampah yang menumpuk di kawasan Pantai Parangtritis.
Garduaction sebagai komunitas yang konsen terhadap permasalahan lingkungan,
mencoba melakukan transfer pengetahuan pengelolaan sampah yang berguna untuk
mengurangi permasalahan sampah di Pantai Parangtritis. Garduaction merupakan
sebuah komunitas baru yang berkonsentrasi pada pengelolaan sampah di Pantai
Parangtritis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi
Garduaction dalam mewujudkan Garbage Care and Education. Penelitian ini
memiliki tema pengelolaan sampah dan menggunakan teori perencanaan oleh Charles
Berger. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif, mengumpulkan data lewat hasil wawancara mendalam, observasi dan
dokumentasi. Peneliti memperoleh hasil penelitian bahwa strategi komunikasi
Garduaction dalam mewujudkan Garbage Care and Education sejalan dengan
Cangara, bahwa dalam strategi komunikasi harus ada penetapan strategi dalam
perencanaan komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi
komunikasi Garduaction melalui tahapan mengenali khalayak Early Adoptersdan
Early Majority, peranan komunikator, pengkajian tujuan pesan serta pemilihan
media. Melalui kegiatan sosialisasi, workshop, melalui kegiatan Bank Sampah,
Education Camp, Jurnalis Cilik, Bakti Sosial, Go-Green, Sunday Caring and
Sharing. Melalui adanya kegiatan-kegiatan pendukung tersebut sangat membantu
terwujudnya tujuan yang ingin dicapai oleh Garduaction. Strategi komunikasi
Garduaction bertujuan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan pengelolaan
sampah ketika berwisata, meciptakan dan mewujudkan Garbage Care and
Education. Hambatannya adalah pengelolaan dan penataan kawasan Garduaction
yang kurang rapi, kurang diketahuinya kegiatan Garduaction oleh masyarakat, serta
kurangnya publikasi kegiatan oleh Garduaction serta keaktifan anggota Garduaction
masih sangat kurang.

Kata Kunci : Strategi Komunikasi, Permasalahan Sampah, Pengetahuan Pengelolaan


Sampah

xvi
ABSTRACT

The ignorance of the problems and knowledge of waste management in the tourist
area, caused by the lack of awareness of tourists, became the main source of the
amount of garbage that accumulated in the area of Parangtritis Beach. Garduaction
as a community that concentrates on environmental issues, tries to transfer
knowledge of waste management that is useful to reduce garbage problems in
Parangtritis Beach. Garduaction is a new community that concentrates on waste
management in Parangtritis Beach. This study aims to determine the communication
strategy of Garduaction in realizing Garbage Care and Education. This research has
a theme of waste management and using the planning theory by Charles Berger. The
method used is qualitative research with descriptive approach, collecting data
through in-depth interview, observation and documentation. The researcher got the
result of the research that the communication strategy of Garduaction in realizing
Garbage Care and Education in line with Cangara, that in communication strategy
there must be determination of strategy in communication planning to reach the set
goal. The communication strategy of Garduaction through the stages recognizes the
Early Adopters and Early Majority audiences, the role of communicators, the
assessment of messaging objectives and the selection of media. Through the
socialization activities, workshops, through the activities of Trash Bank, Education
Camp, Little Journalists, Social Services, Go-Green, Sunday Caring and Sharing.
Through the existence of these supporting activities really help the realization of the
goals to be achieved by the Garduaction. The communication strategy of
Garduaction aims to increase awareness and knowledge of waste management when
traveling, creating and realizing Garbage Care and Education. The obstacles are the
management and structuring of poorly organized Garduaction area, lack of public
knowledge of Garduaction activities, and the lack of publication of activities by the
Garduaction and the liveliness of the members of the Garduaction are still lacking.
Keywords: Communication Strategy, Garbage Problem, Waste Management
Knowledge

xvii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tempat wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta semakin menjamur, terdata di

tahun 2016 sebanyak 127 obyek wisata. Keseluruhan kunjungan wisatawan

mancanegara ke obyek-obyek wisata tersebut sebanyak 511.545 orang, sedangkan

wisatawan nusantara mencapai 20.933.798 orang, sehingga totalnya mencapai

21.445.343orang.

(https://visitingjogja.com/downloads/Buku%20Statistik%20Kepariwisataan%20D

IY%202016.pdf diakses pada tanggal 15 Maret 2018)

Wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi menjadi 6 kategori yang

meliputi wisata alam, wisata pantai, wisata budaya & sejarah, wisata museum,

wisata minat khusus dan desa wisata. Dari 127 obyek wisata di Daerah Istimewa

Yogyakarta, di Kabupaten Bantul sudah berkembang sebanyak 374 tempat yang

tercatat dalam Potensi Kepariwisataan Kabupaten Bantul tahun 2017. 374 tempat

wisata di Kabupaten Bantul meliputi 26 kategori yaitu, 15 pantai, 9 goa, 17 air

terjun, 27 perbukitan, 19 wisata buatan, 16 petilasan atau tempat ziarah, 8

monumen, 16 makam atau ziarah, 9 museum, 40 situs atau cagar budaya, 2 agro

wisata, 5 wisata pendidikan, 49 sentra kerajinan.

(https://pariwisata.bantulkab.go.id/data/hal/11/12/14/197-potensi-kepariwisataan-

bantul-2017)

Berkembangnya tempat wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta didukung

dengan berkembangnya layanan informasi dan layanan jasa internet. Berdasarkan


2

hasil survey tahun 2016 yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia (APJII). Mengenai perilaku pengguna internet di Indonesia berdasarkan

jenis konten internet yang diakses adalah 97,4% media sosial, 96,8% hiburan,

96,4% berita, 93,8% pendidikan, 93,1% komersial, 91,6% layanan publik.

(https://apjii.or.id/downfile/file/surveipenetrasiinternet2016.pdf/survei@apjii.or.id

diakses pada tanggal 27 Februari 2018)

Sebanyak 97,4% media sosial adalah konten internet yang sering diakses oleh

kebanyakan orang, menjadikan media sosial sebagai suatu alat untuk melakukan

strategi komunikasi untuk melakukan promosi. Strategi komunikasi menurut

Effendy (2008:29), menyatakan bahwa: “strategi komunikasi merupakan panduan

dan perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen

komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk

mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana

operasionalnya secara taktis harus dilakukan dalam arti kata bahwa pendekatan

(approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung situasi dan kondisi”.

Contohnya strategi komunikasi pemasaran di media sosial yaitu di instagram,

youtube dan facebook, setiap media sosial memiliki kegunaan dan karakteristiknya

masing-masing. Beberapa media sosial yang sering digunakan sebagai media

promosi yaitu, youtube, facebook dan instagram. Youtube memiliki keunggulan

dimana kita dapat berbagi video secara gratis, dan khalayak dapat melihat secara

audio visual. Selain Youtube media sosial yang sering digunakan sebagai media

promosi yaitu Facebook, selain tampilannya yang sederhana facebook memiliki

aplikasi yang cukup banyak. Selanjutnya Instagram, instagram memiliki


3

keunggulan membagi foto dan video secara aktif dengan menggunakan hashtag.

Penggunaan media sosial sebagai strategi komunikasi salah satunya dimanfaatkan

oleh Garduaction yang berada di Pantai Parangtritis. Sebagai salah satu komunitas

yang tumbuh pada perkembangan media sosial yang sangat pesat, Garduaction

tidak ingin kalah dengan tempat wisata yang lain. Garduaction atau Garbage Care

and Education merupakan satu tempat dan komunitas baru, namun dapat menarik

cukup banyak wisatawan yang mengunjunginya ketika ke Bantul. Tidak hanya

mendapatkan view pantai yang bagus, tetapi pengunjung mendapatkan

pengetahuan baru melalui kegiatanyang berbasis Garbage Care and Education saat

berkunjung di Garduaction.

Garbage Care and Education belum banyak dikenal oleh masyarakat.

Terfokus dalam menyadarkan masyarakat agar peduli dengan lingkungan,

pengelolaan dan pemanfaatan sampah dan menjadikan sampah sebagai sarana

edukasi. Kurangnya kesadaran wisatawan untuk membuang sampah pada

tampatnya, kurangnya kantong sampah, telatnya armada pengangkut sampah sering

kali membuat sampah menumpuk. Hal tersebut berdampak buruk kepada

masyarakat sekitar tempat wisata, Garbage Care and Education ini bertujuan

mengajak wisatawan untuk peduli dengan sampah yang mereka tinggalkan dan

mengubah sampah yang ada menjadi barang yang berguna.

Garduaction banyak melakukan aksi konkrit dalam pemeliharaan dan

menjaga kelestarian alam khususnya daerah pesisir pantai dengan membersihkan

sampah plastik yang ada menjadi barang yang berguna. Banyaknya sampah

dikawasan pantai dan sering telatnya truk sampah untuk mengambil sampah ke
4

tempat pembuangan akhir menjadi latar belakang munculnya Garduaction.

Pasalnya selama libur lebaran 2017 kemarin kawasan wisata Pantai Parangtritis

menghasilkan sampah hingga 50 ton.

(https://news.okezone.com/read/2017/07/07/510/1730840/wow-tumpukansampah-

di-pantai-parangtritis-capai-50-tondiakses pada tanggal 25 Maret 2018)

Gambar 1.1
Workshop Macrame
Sumber : https://www.instagram.com/garduaction/
Diakses : 27 Februari Pukul 10.00 WIB

Garduaction gencar mengadakan workshop mengenai lingkungan,

pentingnya pengelolaan sampah dan masih banyak lagi mini workshop mengenai
5

pengelolaan lingkungan hidup yang diadakan oleh Garduaction. Salah satunya

adalah workshop macrame yang posternya seperti diatas. Workshop tersebut

diadakan di Garduaction dengan volunteer David dari Spanyol dan Sarah dari Paris.

Peningkatan pengunjung yang setiap tahunnya semakin meningkat membuat

Garduaction gencar mengadakan pelatihan. Pelatihan-pelatihan yang diadakan

antara lain pengelolaan sampah dan character building untuk karang taruna desa,

kelompok pemuda-pemudi dan anak-anak. Garduaction gencar mengajak

followersnya di Instagram untuk mencintai lingkungan, menjaga kebersihan

lingkungan dan jangan sampai membuang sampah sembarangan. Beberapa kali

Garduaction juga turut serta mengajak wisatawan dan followersnya di instagram

untuk berperan aktif dalam memperingati hari peduli sampah nasional, dengan

mengolah sampah menjadi barang yang berguna. Yaitu mengolah tutup botol

plastik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam konsumsinya, konsumsi

botol plastik di Indonesia termasuk tinggi.

(https://www.instagram.com/garduaction/ diakses pada tanggal 25 Maret 2018)

Peneliti tertarik meneliti strategi komunikasi Garduaction dalam mewujudkan

Garbage Care and Education. Ketertarikan peneliti memilih Garduaction sebagai

objek penelitian dikarenakan strategi komunikasi yang digunakan untuk mendekati

wisatawan sangat berbeda dengan tempat-tempat wisata yang lain. Ketika berwisata

di tempat lain hanya sekedar berwisata lalu pulang tanpa ilmu, pengunjung yang ke

Garduaction pulang membawa ilmu baru. Dengan harapan, penelitian ini dapat

bermanfaat sebagai bahan kajian yang informatik bagi pihak pengelola

Garduaction. Selain itu, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan


6

pemikiran bagi penelitian di bidang komunikasi yang kaitannya mengenai media

baru dalam membentuk budaya baru. Serta mengetahui strategi komunikasi

Garduaction dalam mewujudkan Garbage Care and Education.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah dari penelitian tersebut, sebagai berikut :

Bagaimana strategi komunikasi Garduaction dalam mewujudkan Garbage Care

and Education?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui strategi komunikasi Garduaction dalam mewujudkan

Garbage Care and Education.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan strategi komunikasi Garduaction.

1.3.2. Manfaat Penelitian

1.3.2.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan strategi komunikasi yang

dilakukan Garduactiondalam mewujudkan Garbage Care and Education.

Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti-peneliti lain dalam

mengetahui strategi komunikasi untuk mewujudkan Garbage Care and Education

serta bidang penelitian yang lain.

1.3.2.2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam upaya peningkatan

stratergi komunikasi komunitas Garduaction di Kabupaten Bantul. Penelitian ini

diharapkan mampu memberikan masukan kepada wisata yang lainnya dalam


7

melakukan strategi komunikasi agar promosi yang dilakukan lebih efektif dan

variatif.

1.4. Kerangka Teori dan Konsep

1.4.1. Teori Perencanaan

Teori Perencanaan Charles Berger dimana dijelaskan bahwa rencana-rencana

dari perilaku komunikasi adalah representative kognitif hierarki dari rangkaian

tindakan mencapai tujuan. Dengan kata lain, rencana-rencana merupakan gambaran

mental dari langkah-langkah yang akan diambil seseorang untuk memenuhi sebuah

tujuan. Pada dasarnya teori ini juga menjelaskan tentang proses-proses yang

berlangsung dalam diri manusia dalam proses komunikasi yakni proses membuat

pesan dan proses memahami pesan. Manusia ketika dalam proses menghasilkan

suatu pesan maka akan melibatkan proses berpikir, pembuatan keputusan sampai

dengan proses pembuatan simbol sebelum memproduksi pesan (Littlejohn,

2009:184-185)

Berger menyatakan bahwa rencana adalah gambaran mental dari sejumlah

langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Langkah-langkah tersebut terdiri

dari beberapa jenjang, karena tindakan tertentu dibutuhkan lebih dahulu agar

tindakan lainnya dapat dilakukan. Dengan demikian perencanaan atau planning

merupakan proses memikirkan berbagai rencana tindakan (Morissan, 2015:180).

Teori perencanaan menyatakan bahwa semakin banyak pengetahuan yang

dimiliki, maka akan semakin kompleks rencana yang akan dibuat. Berger

menyebutkan pengetahuan atau informasi mengenai topik tertentu sebagai

“pengetahuan domain khusus” dan pengetahuan mengenai bagaimana cara


8

berkomunikasi sebagai “pengetahuan domain umum”. Jika motivasi untuk

mencapai tujuan dan pengetahuan cukup tinggi maka rencana yang dibuat akan

semakin kompleks. Begitu pula sebaliknya, jika motivasi dan pengetahuan rendah

maka rencana yang dibuat tidak akan bagus. Namun terdapat batasan mengenai

seberapa kompleks rencana yang dibuat, khususnya dalam komunikasi

interpersonal karena adanya faktor meta tujuan untuk efisiensi serta kepatuhan

sosial (Morissan, 2015:183).

Jika terjadi hambatan dalam strategi mencapai tujuan, terdapat penyesuaian

yang bisa dilakukan. Pertama, yaitu mencoba tindakan khusus yang berbeda atau

perubahan hierarki rencana tingkat rendah. Kedua adalah melakukan tindakan yang

lebih umum. Penyesuaian tingkat rendah atau tinggi tergantung pada seberapa besar

motivasi untuk mencapai tujuan. Jika tujuan sangat penting, maka seseorang

cenderung membuat penyesuaian tingkat tinggi (Morissan, 2015:184-184).

Teori perencanaan dapat dikaitkan dengan strategi komunikasi pada

penelitian ini, yaitu salah satunya dalam proses perencanaan strategi serta

perencanaan pesan-pesan pentingnya pengelolaan sampah kepada wisatawan

domestik untuk mewujudkan Garbage Care and Education. rencana yang dibuat

tentunya digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh Garduaction

seperti adanya peningkatan pengetahuan, penerapan ilmu yang didapatkan setelah

berkunjung ke Garduaction, bahkan adanya perubahan perilaku yang awalnya tidak

peduli dengan lingkungan menjadi peduli. Komunitas Garduaction dalam kegiatan

komunikasi pengelolaan sampah, dapat berlaku sebagai komunikator yang

merancang strategi dan pesan-pesan untuk disampaikan kepada khalayak yaitu


9

pengunjung dan lembaga-lembaga yang melakukan studi banding. Dalam

merancang strategi dan pesan tentunya dibutuhkan pengetahuan bahkan

pengalaman mengenai pengelolaan sampah, kemampuan berkomunikasi,

pendekatan kepada wisatawan serta adanya penyesuaian untuk mencapai tujuan

yang diinginkan Garduaction.

1.4.2. Strategi Komunikasi

Rogers (Cangara, 2017:64) memberikan batasan pengertian strategi

komunikasi sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku

manusia dalam skala yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru. Seorang pakar

perencanaan komunikasi Middleton (Cangara, 2017:64) membuat definisi dengan

menyatakan “Strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua

elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima

sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi

yang optimal. Pemilihan strategi merupakan langkah krusial yang memerlukan

penanganan secara hati-hati dalam perencanaan komunikasi, sebab jika pemilihan

strategi salah atau keliru maka hasil yang diperoleh bisa fatal, terutama kerugian

dari segi waktu, materi dan tenaga yang harus disembunyikan oleh para perencana.

Meskipun perencanaan komunikasi dapat dilihat dalam skala yang lebih

luas, tapi wilayah kerja perencanaan komunikasi dapat dilihat mulai unit terkecil

sampai yang terbesar yang memerlukan dukungan komunikasi. Salah satu wilayah

kerja perencanaan komunikasi dapat disebutkan antara lain penyebarluasan gagasan

pembangunan untuk sektor kesehatan, pendidikan, pertanian, perindustrian,

koperasi dan perbankan, perpajakan, kependudukan, lingkungan hidup,


10

peningkatan peranan wanita, pembangunan pedesaan melalui program komunikasi

untuk mendukung pembangunan dan penyadaran masyarakat (Cangara, 2017:66).

1.4.3. Garbage Care

Garbage dari bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia yang diterjemahkan

dalam kamus Inggris-Indonesia kb. sampah. g. can/pail tong/bak sampah. g. dump

pelimbahan, tempat/daerah pembuangan sampah. g. truck truk sampah. Sampah

merupakan material sisa baik dari hewan, manusia maupun tumbuhan yang tidak

terpakai lagi dan dilepaskan ke alam dalam bentuk padatan, cair ataupun gas.

Garbage Care adalah pengelolaan sampah berdasarkan sifatnya, yaitu

pengelolaan sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik, yaitu sampah

yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering dan

sebagainya. Sampah ini dapat diolah menjadi kompos. Sampah anorganik, yaitu

sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik wadah pembungkus makanan,

kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, botol minuman,

kaleng, kaca, koran dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersial

atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya.

1.4.4. Education

Menurut Wang dan Li, wisata studi mempunyai karakteristik yang berbeda

dengan kegiatan wisatalain. Menurut Yuan kegiatan wisata edukasi bervariasi,

dimulai dari mengenal sekolah, adat istiadat, belajar bahasa, sampai dengan

kegiatan seminar dan penelitian (Kampung Tulip, 26:2017). Jafari & Ritchie

mengemukakan aktivitas pariwisata edukasi meliputi; konferensi, penelitian,

pertukaran pelajar nasional dan internasional, kunjungan sekolah, sekolah bahasa,


11

dan wisata studi, yang diorganisasi baik secara formal maupun non-formal, dengan

tujuan wisata alam maupun buatan (Kampung Tulip, 26:2017). Sedangkan Cohen,

mengemukakan aktivitas wisata studi, meliputi pembelajaran tentang sejarah,

geografi, bahasa, agama, dan budaya, melalui kunjungan situs penting, keterlibatan

dalam penelitian, maupun konferensi (Kampung Tulip, 26:2017).

Menurut Wang dan Litujuan utama wisata edukasi yakni pendidikan dan

penelitian, sehingga sekolah atau perguruan tinggi dan situs sejarah menjadi

destinasi utama dalam wisata edukasi (Kampung Tulip, 26:2017). Sebagian besar

wisatawan edukasi terdiri dari mahasiswa dan pelajar yang memanfaatkan waktu

liburan untuk jalan-jalan dan mendapatkan pengetahuan.


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Strategi

2.1.1. Pengertian Strategi

Sebelum menjelaskan strategi komunikasi, penulis terlebih dahulu

memberikan gambaran dari pengertian strategi dalam kaitannya dengan

komunikasi. Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu “stratos” yang

artinya tentara dan kata “agein” yang berarti pemimpin. Dengan demikian, strategi

dimaksudkan adalah pemimpin tentara. Lalu muncul kata “strategos” yang artinya

pemimpin tentara pada tingkat atas. Jadi strategi adalah konsep militer yang bisa

diartikan sebagai seni perang para jendral (The Art of General), atau suatu

rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan (Cangara, 2013:61).

Strategi merupakan rencana bagi sebuah instansi maupun organisasi untuk

menuju tujuan yang ingin dicapai. Tanpa adanya rencana yang matang, maka tentu

saja tujuan itu akan sulit dicapai oleh sebuah organisasi maupun instansi. Stephen

Robbins (Morissan, 2008:152), mendefinisikan:

“Strategi sebagai penentuan tujuan jangka panjaang

perusahaan dan memutuskan arah tindakan serta mendapatkan

sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan”

Strategi sangatlah penting dipahami oleh setiap elemen yang ada di

perusahaan, instansi maupun organisasi. Hal tersebut harus dipahami karena

strategi dilaksanakan oleh setiap orang pada setiap tingkat, bukan hanya oleh

direktur, ketua atau pemilik perusahaan saja, namun setiap unsur yang berperan
13

langsung di perusahaan, instansi serta organisasi agar terwujudnya tujuan yang akan

dicapai bersama.

2.1.2. Tingkatan Strategi

Umumnya setiap organisasi atau perusahaan memiliki strategi yang

berbeda, namun pembuatan strategi umumnya menggunakan tiga tingkatan (Husain

Umar, 2010:17-18), tingkatan tersebut adalah:

1. Strategi Korporasi. Strategi ini menggunakan arah perusahaan

secara keseluruhan mengenai sikap perusahaan secara umum

terhadap pertumbuhan dan manajemen berbagai bisnis dan lini

produk untuk mencapai keseimbangan portofolio produk dan

jasa.

2. Strategi Unit Bisnis. Strategi ini biasanya dikembangkan pada

level divisi dan menekankan pada perbaikan posisi persaingan

produk barang atau jasa perusahaan dalam industrinya atau

segmen pasar yang dilayani oleh divisi tersebut.

3. Strategi Fungsional. Strategi ini menekankan terutama pada

pemaksimalan sumber daya produktivitas. Dalam batasan oleh

perusahaan dan strategi bisnis yang berada di sekitar mereka,

departemen fungsional seperti fungsi-fungsi pemasaran dan

SDM untuk mengumpulkan bersama-sama aktivitas mereka

dan kompetensi mereka guna meningkatkan kinerja

perusahaan.
14

2.2. Komunikasi

2.2.1. Pengertian Komunikasi

Everet M. Rogers (Cangara, 2014:22) memberi definisi komunikasi, yakni:

“Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari

sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk

mengubah tingkah laku mereka”.

Definisi tersebut kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence

Kincaid (Cangara, 2014:22) sehingga melahirkan suatu definisi baru yang

menyatakan bahwa:

“ Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau

lebih membentuk atau melakukaan pertukaran informasi dengan

satu sama lainnya, yang pada gilirannya tiba pada saling pengertian

yang mendalam”.

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang

lain dengan tujuan untuk memengaruhi pengetahuan atau perilaku sesorang. Dari

pengertian ini, maka kita bisa mengatakan bahwa suatu proses komunikasi tidak

bisa berlangsung tanpa didukung oleh unsur-unsur komunikasi. Unsur ini bisa juga

disebut elemen komunikasi. Model komunikasi oleh Philip Kotler (Effendy,

2013:18) berdasarkan paradigma Harold Laswell, yaitu:


15

SENDER ENCODING MESSAGE DECODING RECEIVE

MEDIA

NOISE

FEEDBACK RESPONSE

Gambar 2.1
Model Proses Komunikasi
Sumber: Effendy, 2013:18

Penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai

berikut:

1. Sender. Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang

atau sejumlah orang. Pengirim atau komunikator dalam organisasi

bisa karyawan dan bisa juga pimpinan.

2. Encoding. Penyandian merupakan proses pengalihan pikiran ke dalam

bentuk lambang.

3. Message. Pesan merupakan tempat berlalunya pesan dari

komunikator kepada komunikan.

4. Media. Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari

komunikator kepada komunikan.

5. Decoding. Pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan

menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh

komunikator kepadanya.
16

6. Receiver. Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

7. Response. Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah

diterpa pesan.

8. Feedback. Umpan balik merupakan tanggapan komunikan apabila

tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

9. Noise. Gangguan tak terencana yang terjadu dalam proses komunikasi

sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda

dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Model komunikasi di atas menegaskan faktor-faktor kunci dalam

komunikasi efektif. Komunikator harus tahu khalayak mana yang dijadikan

sasarannya dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus terampil dalam

menyandi pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya

mengwasandi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang

efisien dalam mencapai khalayak sasaran.

William G. Scott yang mengutip pendapat Babcock dalam Thoha (1977)

(Suprapto, 2009:10-12) mengatakan bahwa ada 5 faktir yang mempengaruhi proses

komunikasi;

1. The Act (Perbuatan)

Perbuatan komunikasi menginginkan pemakaian lambang-

lambang yang dapat dimengerti secara baik oleh manusia.

Pada umumnya lambang-lambang tersebut dinyatakan dalam

bahasa atau dalam keadaan tertentu, tanda-tanda lain dapat

pula dipergunakan.
17

2. The Scene (Adegan)

Adegan sebagai salah satu faktor dalam komunikasi ini

menekankan hubungan dengan lingkungan komunikasi.

Adegan ini menjelaskan apa yang dilakukan, simbol apa yang

digunakan dan arti dari apa yang dikatakan. Dengan kata lain

adegan adalah yang akan dikomunikasikan dengan melalui

simbol apa sesuatu itu dapat dikomunikasikan.

3. The Agent (Pelaku)

Individu-individu yang mengambil bagian dalam hubungan

komunikasi ini adalah contoh dari pelaku-pelaku komunikasi.

Pengirim dan penerima yang terlibat dalam hubungan

komunikasi ini adalah contoh dari pelaku-pelaku komunikasi

tersebut. Perannya seringkali saling menggantikan dalam

situasi komunikasi yang berkembang.

4. The Agency (Perantara)

Alat-alat yang digunakan dalam komunikasi dapat

membangun terwujudnya perantara. Alat-alat itu selain dapat

berwujud komunikasi, lisan, tatap muka juga alat komunikasi

tertulis seperti surat perintah, memo, bulletin, nota, surat tugas

dan sejenisnya.

5. The Purpose (Tujuan)

Menurut Grace ada 4 macam tujuan, yaitu:


18

a. Tujuan fungsional adalah tujuan yang secara pokok

bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan

organisasi/lembaga.

b. Tujuan manipulasi adalah tujuan yang dimaksudkan untuk

menggerakan orang-orang yang mau menerima ide-ide

yang disampaikan, yang sesuai ataupun tidak dengan nilai

dan sikapnya.

c. Tujuan keindahan adalah tujuan untuk menciptakan

tujuan-tujuan yang bersifat kreatif.

d. Tujuan keyakinan adalah tujuan yang bermaksud untuk

meyakinkan atau mengembangkan keyakinan orang-orang

pada lingkungan.

2.3. Strategi Komunikasi

Rogers (Cangara, 2017:64) memberikan batasan pengertian strategi

komunikasi sebagai suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku

manusia dalam skala yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru. Seorang pakar

perencanaan komunikasi Middleton (Cangara, 2017:64) membuat definisi dengan

menyatakan “Strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua

elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima

sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi

yang optimal.

Pemilihan strategi merupakan langkah krusial yang memerlukan penanganan

secara hati-hati dalam perencanaan komunikasi, sebab jika pemilihan strategi salah
19

atau keliru maka hasil yang diperoleh bisa fatal, terutama kerugian dari segi waktu,

materi dan tenaga yang harus disembunyikan oleh para perencana. Meskipun

perencanaan komunikasi dapat dilihat dalam skala yang lebih luas, tapi wilayah

kerja perencanaan komunikasi dapat dilihat mulai unit terkecil sampai yang terbesar

yang memerlukan dukungan komunikasi. Salah satu wilayah kerja perencanaan

komunikasi dapat disebutkan antara lain penyebarluasan gagasan pembangunan

untuk sektor kesehatan, pendidikan, pertanian, perindustrian, koperasi dan

perbankan, perpajakan, kependudukan, lingkungan hidup, peningkatan peranan

wanita, pembangunan pedesaan melalui program komunikasi untuk mendukung

pembangunan dan penyadaran masyarakat (Cangara, 2017:66).

Strategi komunikasi merupakan paduan perencanaan komunikasi

(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication

management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Effendy, 2009:32).

Strategi komunikasi harus dihubungkan dengan komponen-komponen yang

merupakan jawaban dari pertanyaan yang dirumuskan, yaitu unsur komunikasi

yang dikemukakan oleh Harold D Lasswell “Who, Says What, In Which Channel,

To Whom and With What Effect?”, rumusan tersebut bila dikaji lebih jauh memiliki

pertanyaan “efek apa yang diharapkan” mengandung pertanyaan lain yang perlu

dijawab dengan seksama pertanyaan tersebut ialah:

1. When (kapan dilaksanakannya),

2. How (bagaimana melaksanakannya),

3. Why (mengapa dilaksanakan demikian) (Effendy, 2009:32).


20

Pertanyaan tersebut dalam strategi komunikasi sangatlah penting, karena

pendekatan terhadap efek yang diharapkan dari kegiatan komunikasi bisa berbagai

macam, yaitu menyebarkan informasi, melakukan persuasi dan melaksanakan

instruksi (Effendy, 2009:33). Seperti strategi pada umunya, strategi komunikasi

juga dibuat untuk mendukung tercapainya suatu tujuan, tujuan dari strategi

komunikasi sendiri adalah:

1. To secure understanding, memastikan bahwa komunikan mengerti pesan

yang diterimanya.

2. To establish acceptance, setelah pesan dimengerti dan diterima maka

penerimanya harus dibina.

3. To motive action, kemudian kegiatan dimotivasikan. (Effendy, 2009:32).

Untuk memenuhi tujuan tersebut strategi komunikasi harus dibuat secara

luwes sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera melakukan perubahan

apabila terdapat faktor yang menghambat tercapainya tujuan. Agar tercapainya

tujuan dalam strategi komunikasi maka diperlukan pemikiran dengan

memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat. Akan

lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan komponen-komponen komunikasi

dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pada setiap komponen tersebut

(Effendy, 2009:35).

2.3.1. Mengenali Sasaran Komunikasi

Sebelum melancarkan komunikasi, pentingnya mempelajari siapa yang

akan menjadi sasaran komunikasi. Sudah tentu ini bergantung pada tujuan

komunikasi, apakah agar komunikan hanya sekadar mengetahui (dengan metode


21

informatif) atau agar komunikan melakukan tindakan tertentu (metode persuasif

atau instruktif). Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pesan komunikasi yang

akan disampaikan kepada komunikan harus disesuaikan dengan faktor kerangka

referensi (Effendy, 2009:35).

Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari

peduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi,

cita-cita dan sebagainya. Kerangka referensi seseorang akan berbeda dengan orang

lain. Selain faktor kerangka referensi ada pula faktor situasi dan kondisi. Pertama

adalah situasi, situasi di sini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan akan

menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya

komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga datang tiba-tiba pada saat

komunikasi dilancarkan. Yang kedua adalah kondisi, kondisi di sini ialah state of

personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia

menerima pesan komunikasi. Komunikasi kita tidak akan efektif apabila

komunikan sedang marah, bingung, sedih, sakit atau lapar. Dalam menghadapi

komunikan dengan kondisi seperti itu, kadang-kadang kita bisa menangguhkan

komunikasi kita sampai datangnya suasana yaang menyenangkan. Akan tetapi,

tidak jarang pula kita harus melakukannya pada saat itu juga. Disini faktor

manusiawi sangat penting (Effendy, 2009:36).

Masyarakat dalam dunia bisnis biasanya diistilahkan dengan sebutan pasar,

dalam studi komunikasi disebut khalayak (audience), sementara dalam dunia

politik disebut publik. Memahami masyarakat, terutama yang akan menjadi target

sasaran program komunikasi merupakan hal yang sangat penting, sebab semua
22

aktivitas komunikasi diarahkan kepada mereka. Merekalah yang menentukan

berhasil tidaknya suatu program, sebab bagaimanapun besarnya biaya, waktu dan

tenaga yang dikeluarkan untuk mempengaruhi mereka, namun jika mereka tidak

tertarik pada program yang ditawarkan, maka kegiatan komunikasi yang dilakukan

akan sia-sia. Di dalam masyarakat ada kelompok-kelompok yang menentukan

besarnya pengaruh suatu program (Cangara, 2017:136-137). Kelompok itu adalah:

a. Kelompok yang memberi izin, yaitu suatu lembaga atau badan yang

membuat peraturan dan memberi izin sebelum suatu program

disebarluaskan.

b. Kelompok pendukung, ialah kelompok yang mendukung dan setuju

pada program yang akan dilaksanakan. Misalnya dokter untuk

mendukung program keluarga berencana.

c. Kelompok oposisi, ialah mereka yang menantang atau bertentangan

dengan ide perubahan yang ingin dilakukan.

d. Kelompok evaluasi, ialah mereka yang terdiri dari orang-orang yang

mengkritisi dan memonitor jalannya suatu program. Misalnya unsur

legislative yang terus memantau pelaksanaan program, sejauhmana

manfaat dan efeknya terhadap masyarakat.

Manusia tidak bisa dipisahkan dengan kelompok, maka masyarakat sering

dikelompokkan menurut segmentasi. Misalnya ada kelompok masyarakat yang

hidup dengan mata pencaharian sebagai petani, maka ia menjadi segmen petani.

Ada kelompok masyarakat yang hidup dengan gaji sebagai pegawai pemerintah

maka ia menjadi segmen pegawai, demikian pula ada segmen menurut agama,
23

minat, pendidikan, jenis kelamin, usia dan lain-lain. Untuk mengetahui dan

memahami segmentasi masyarakat, para peneliti sering kali memulai dengan cara

memetakan (scanning) karakteristik masyarakat. Ada tiga cara yang bisa digunakan

untuk memetakan karakteristik masyarakat (Cangara, 2017:137), yakni:

a. Aspek sosiodemografik, mencakup usia, jenis kelamin, pekerjaan,

pendidikan, tingkat pendapatann (income), agama, ideology, etnis,

termasuk pemilihan media.

b. Aspek profil psikologis, mencakup sikap yang tercermin dari kejiwaan

masyarakat, misalnya tempramen, tenang, sabar, terbuka, emosional,

tidak sabar, dendam, antipasti, terus terang, tertutup, berani, penakut.

c. Aspek karakteristik perilaku masyarakat, mencakup kebiasaan-

kebiasaan yang dijalani dalam kehidupan suatu masyarakat. Misalnya

agamais (religius), satun, suka pesta dan mabuk-mabukan, suka

menabung, suka protes, tenggang rasa (tepo sliro), pelit dan ekonomis

(serba perhitungan), boros, suka menolong, solidaritas tinggi,

individual, jujur, tanggung jawab.

2.3.2. Pemilihan Media Komunikasi

Agar mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau

gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan

yang akan disampaikan dan teknik yang akan dipergunakan. Mana yang terbaik dari

sekian banyak media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan dengan pasti sebab

masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai contoh, pesan


24

melalui tulisan atau cetakan dan media visual dapat dikaji berulang-ulang dan

disimpan sebagai dokumentasi.

Pesan melalui media aural dapat didengarkan pada saat mata dan tangan

dipergunakan untuk mengindera hal-hal lain, umpamanya mendengarkan berita

radio ketika sedang mengemudikan mobil. Pesan melalui media audio-visual dapat

ditangkap secara lengkap, dapat dilihat dan didengarkan (Effendy, 2009:37).

2.3.3. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi

Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan

teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi atau teknik

instruksi. Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan (the content of the message) dan

lambang (symbol). Isi pesan komunikasi bisa satu, tetapi lambang yang

dipergunakan bisa macam-macam, lambang bisa dipergunakan untuk

menyampaikan isi komunikasi ialah bahasa, gambar, warna, kial (gesture) dan

sebagainya (Effendy, 2009:38).

Bahasa terdiri atas kata atau kalimat yang mengandung pengertian denotatif

dan pengertian konotatif. Perkataan yang mengandung pengertian denotatif ialah

yang maknanya sebagaimana dirumuskan dalam kamus (dictionary meaning), hal

yang diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan

yang sama. Sedangkan perkataan yang mengandung pengertian konotatif ialah yang

maknanya dipengaruhi emosi atau evaluasi (emotional or evaluative meaning),

disebabkan oleh latar belakang dan pengalaman seseorang. Dalam melancarkan

komunikasi, kita harus berupaya menghindarkan pengucapan kata-kata yang

mengandung pengertian konotatif. Jika terpaksa harus kita katakan karena tidak ada
25

perkataan lain yang tepat, maka kata yang diduga mengandung pengertian konotatif

itu perlu diberi penjelasan mengenai makna yang dimaksudkan. Jika dibiarkan, bisa

menimbulkan interpretasi yang salah (Effendy, 2009:38).

2.3.4. Peranan Komunikator dalam Komunikasi

Ada faktor yang penting pada diri komunikator bila ia melancarkan

komunikasi, yaitu daya tarik sumber (source attractiveness) dan kredibilitas sumber

(source credibility).

1. Daya tarik sumber

Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu

mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya

tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta

dengannya. Dengan lain perkataan, komunikan merasa ada kesamaan antara

komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan

yang dilancarkan oleh komunikator.

2. Kredibilitas sumber

Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah

kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak

bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang

komunikator.

Agar pesan yang disampaikan kepada sasaran (public) menjadi efektif,

maka ada beberapa strategi-strategi komunikasi yang dapat diterapkan sebagai

berikut (Arifin, 1984:59).

1) Mengenal Khalayak
26

Mengenal Khalayak haruslah langkah pertama bagi komunikator

dalam usaha komunikasi yang efektif. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa

dalam proses komunikasi, khalayak itu sama sekali tidak pasif, melainkan

aktif, sehingga antara komunikator dan komunikan bukan saja terjadi saling

hubungan, tetapi juga saling mempengaruhi.

Artinya khalayak dapat dipengaruhi oleh komunikator dan

komunikator juga dapat dipengaruhi oleh khalayak. Dalam proses

komunikasi, baik komunikator maupun khalayak mempunyai kepentingan

yang sama. Tanpa persamaan kepentingan, komunikasi dan kemudian

tercapainya hasil yang positif, maka komunikator harus menciptakan

persamaan kepentingan dengan khalayak terutama dalam pesan, metode dan

media.

Dalam observasi atau penelitian, khalayak dapat diidentifikasi dari

beberapa segi. Misalnya dari segi pengetahuan khalayak terhadap pesan-

pesan yang disampaikan, dapat ditemukan khalayak yang tidak memiliki

pengetahuan, memiliki hanya sedikit, memiliki banyak dan yang ahli

tentang masalah yang disajikan. Sedang dari sikap khalayak terhadap pesan

yang disampaikan dapat ditemukan khalayak yang setuju, ragu-ragu dan

yang menolak.

Demikian juga dari segi kesediaan khalayak menerima pengaruh,

khususnya mengenai inovasi. Dalam hal ini Schoenfeld (Arifin, 1984:60-

61) mengemukakan klasifikasi khalayak sebagai berikut:


27

a. Inovator ataupun penemu ide adalah orang-orang yang kaya

akan ide baru dan karenanya terkadang mudah dan terkadang

sukar menerima ide baru orang lain.

b. Early adopters atau barang yang cepat bersedia untuk

mencoba apa yang dianjurkan kepadanya.

c. Early Majority atau kelompok orang-orang yang mudah

menerima ide-ide baru asal saja sudah diterima oleh orang

banyak.

d. Majority atau kelompok dalam jumlah terbanyak yang

menerima atau menolak ide baru, terbatas pada suatu daerah.

e. Non-adopters ataupun orang-orang yang tidak suka menerima

ide baru dan mengadakan perubahan-perubahan atas

pendapatnya yang semula.

2) Menyusun Pesan

Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya

dalam perumusan strategi, ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema

dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan

tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatiaan.

Isi pesan dalam strategi komunikasi sangat menentukan efektivitas

komunikasi. Wilbur Schramm (1995) (Arifin, 1984:68-69) mengatakan

bahwa, agar komunikasi yang dilancarkan dapat lebih efektif, maka pesan

yang disampaikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:


28

a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa

sehingga dapat menarik perhatian sasaran dimaksud.

b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada

pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga

sama-sama dapat dimengerti.

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran

dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan

itu.

d. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh

kebutuhan tadi, yang layak bagi situasi kelompok di mana

sasaran berada pada saat ia gerakkan untuk membentuk

tanggapan yang dikehendaki.

Wilbur Schramm (Arifin, 1984:70) selanjutnya mengemukakan apa

yang disebut dengan availalibity (mudahnya diperoleh) dan contrast

(kontras). Availalibity, berarti isi pesan itu mudah diperoleh sebab dalam

persoalan yang sama atau orang selalu memilih yang paling mudah, yaitu

yang tidak terlalu banyak meminta energi atau tenaga. Sedang contrast

menunjukkan, bahwa pesan itu dalam hal menggunakan tanda-tanda dan

medium memiliki perbedaan yang tajam dengan keadaan sekitarnya.

Sehingga ia kelihatan atau kedengaran sangat menjolok dan dengan

demikian mudah diperoleh. Sesuatu yang menjolok ialah karena lebih

nyaring, lebih terang, lebih besar atau merupakan gerak yang tiba-tiba
29

dalam keterangan, perubahan pada suara tiba-tiba, intensitas, irama dan

sebagainya.

3) Menetapkan Metode

Efektivitas dari suatu komunikasi selain tergantung dari kemantapan

isi pesan, yang diselaraskan dengan kondisi khalayak dan sebagainya, maka

juga akan turut dipengaruhi oleh metode-metode penyampaiannya kepada

sasaran (Arifin, 1984:73), menwarkan metode komunikasi yang efektif,

yaitu:

a. Redundancy (Repetition)

Adalah mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-

ulang pesan kepada khalayak. Dengan metode ini sekalian banyak

manfaat yang dapat ditarik darinya. Manfaat itu antara lainbahwa

khalayak akan lebih memperhatikan pesan itu, karena justru

berkontras dengan pesan yang tidak diulang-ulang, sehingga ia akan

lebih banyak mengikat perhatian. Selanjutnya dengan metode

repetition ini, komunikator dapat memperoleh kesempatan untuk

memperbaiki kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja dalam

penyampaian-penyampaian sebelumnya.

b. Canalizing

Proses canalizing ialah memahami dan meneliti pengaruh

kelompok terhadap individu atau khalayak. Untuk berhasilnya

komunikasi ini, maka haruslah dimulai dari memenuhi nilai-nilai

dan standar kelompok dan masyarakat dan secara berangsur-angsur


30

merubahnya ke arah yang dikehendaki. Akan tetapi bila hal ini

kemudian ternyata tidak mungkin, maka kelompok tersebut secara

perlahan-lahan dipecahkan, sehingga anggota-anggota kelompok itu

sudah tidak memiliki lagi hubungan yang ketat. Dengan demikian

pengaruh kelompok akan menipis dan akhirnya akan hilang sama

sekali. Dalam keadaan demikian itulah pesan-pesan akan mudah

diterima oleh komunikan.

c. Informatif

Dalam dunia komunikasi massa dikenal salah satu bentuk

pesan yang bersifat informatif, yaitu suatu bentuk isi pesan, yang

bertujuan mempengaruhi khalayak dengan jalan (metode)

memberikan penerangan.

Penerangan berarti menyampaikan sesuatu apa adanya, apa

sesungguhnya, diatas fakta-fakta dan data-data yang benar serta

pendapat-pendapat yang benar pula. Atau seperti ditulis oleh Jawoto

(Arifin, 1984:75).

1. Memberikan informasi tentang facts semata-mata, juga

facts bersifat kontroversial

2. Memberikan informasi dan menuntun umum ke arah suatu

pendapat.

d. Persuasif

Persuasif berarti, mempengaruhi dengan jalan membujuk.

Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya, maupun dan


31

terutama perasaannya. Metode persuasif merupakan suatu cara

untuk mempengaruhi komunikan, dengan tidak terlalu banyak

berpikir kritis, bahkan kalau dapat khalayak itu dapat terpengaruh

secara tidak sadar, situasi yang mudah kena sugesti (sugesstible).

e. Edukatif

Metode edukatif, sebagai salah satu cara mempengaruhi

khalayak dari suatu pernyataan umum yang dilontarkan. Metode

mendidik berarti memberikan suatu ide kepada khalayak

sesungguhnya, diatas fakta-fakta, pendapat atau pengalaman yang

dapat dipertanggungjawabkan dari segi kebenarannya, dengan

disengaja, teratur dan terencana dengan tujuan mengubah tingkah

laku manusia kearah yang diinginkan.

f. Kursif

Kursif berarti mempengaruhi khalayak dengan jalan

memaksa. Dalam hal ini khalayak dipaksa, tanpa perlu berifikir lebih

banyak lagi, untuk menerima gagasan-gagasan atau ide-ide yang

dilontarkan. Metode kursif biasanya dimanifestasikan dalam bentuk

peraturan-peraturan, perintah-perintah dan intimidasi-intimidasi.

Dan untuk pelaksanaannya yang lebih lancar biasanya

dibelakanginya berdiri suatu kekuatan yang cukup tangguh.

2.4.Garbage Care

Garbage dari bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia yang diterjemahkan

dalam kamus Inggris-Indonesia kb. sampah. g. can/pail tong/bak sampah. g. dump


32

pelimbahan, tempat/daerah pembuangan sampah. g. truck truk sampah. Sampah

merupakan material sisa baik dari hewan, manusia maupun tumbuhan yang tidak

terpakai lagi dan dilepaskan ke alam dalam bentuk padatan, cair ataupun gas.

Garbage Care adalah pengelolaan sampah berdasarkan sifatnya, yaitu

pengelolaan sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik, yaitu sampah

yang mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering dan

sebagainya. Sampah ini dapat diolah menjadi kompos. Sampah anorganik, yaitu

sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik wadah pembungkus makanan,

kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, botol minuman,

kaleng, kaca, koran dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersial

atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya.

Garbage Care and Education atau dikenal dengan istilah Garduaction adalah

suatu aksi atau gerakan atau action dari individu-individu yang tergabung dalam

suatu wadah interaktif sebagai komunitas pecinta lingkungan, para individu yang

tergabung di dalamnya melakukan pergerakan aktif untuk menciptakan peluang dan

talenta sosial-global, serta berusaha mengajak masyarakat luas untuk

meminimalisir dampak negatif dan konflik atas sampah untuk dijadikan sebuah

objek yang lebih bermanfaat. Garduaction muncul karena dilatar belakangi oleh

adanya konflik sosial yang melibatkan dua kelompok warga Dusun Mancingan

(Astuti, 2017:55).

2.5.Education

Menurut Wang dan Li, wisata studi mempunyai karakteristik yang berbeda

dengan kegiatan wisata lain. Menurut Yuan kegiatan wisata edukasi bervariasi,
33

dimulai dari mengenal sekolah, adatistiadat, belajar bahasa, sampai dengan

kegiatan seminar dan penelitian (Kampung Tulip, 26:2017). Jafari & Ritchie

mengemukakan aktivitas pariwisata edukasi meliputi; konferensi, penelitian,

pertukaran pelajar nasional dan internasional, kunjungan sekolah, sekolah bahasa,

dan wisata studi, yang diorganisasi baik secara formal maupun nonformal, dengan

tujuan wisata alam maupun buatan (Kampung Tulip, 26:2017). Sedangkan Cohen,

mengemukakan aktivitas wisata studi, meliputi pembelajaran tentang sejarah,

geografi, bahasa, agama, dan budaya, melalui kunjungan situs penting, keterlibatan

dalam penelitian, maupun konferensi (Kampung Tulip, 26:2017).

Menurut Wang dan Litujuan utama wisata edukasi yakni pendidikan dan

penelitian, sehingga sekolah atau perguruan tinggi dan situs sejarah menjadi

destinasi utama dalam wisata edukasi (Kampung Tulip, 26:2017). Sebagian besar

wisatawan edukasi terdiri dari mahasiswa dan pelajar yang memanfaatkan waktu

liburan untuk jalan-jalan dan mendapatkan pengetahuan.

2.6.Penelitian Sebelumnya

Pada penelitian sebelumnya yang mengangkat topik bahasan serupa dengan

penelitian kualitatif peneliti yang berjudul “Strategi Komunikasi Garduaction

dalam Mewujudkan Garbage Care And Education” masih cukup jarang. Untuk

Garduaction sudah beberapa kali dijadikan sebagai obyek penelitian, salah satu

contohnya adalah untuk mendapatkan gelar magister agama, yaitu oleh Ita Fitri

Astuti, S.Th.I, M.Ag. Yaitu dengan judul “Garduaction Sebagai Prototipe Bina

Damai Berbasis Ekoteologi di Dusun Mancingan, Desa Parangtritis, Kecamatan

Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta”. Namun penelitian dengan latar belakang


34

strategi komunikasi sebagai topik utama dalam sebuah organisasi, komunitas,

wisata sudah cukup beragam. Beragamnya penelitian mengenai strategi komunikasi

dapat dijadikan sebagai pedoman peneliti dalam melakukan penelitian terkait

Garduaction dalam mewujudkan Garbage Care and Education. Dengan pedoman

tersebut, akan memudahkan peneliti dalam memperoleh sumber informasi sekunder

berupa dokumen-dokumen.

Judul-judul penelitian sebelumnya lebih banyak membahas beberapa topik,

yaitu membahas beragam strategi komunikasi yang dilakukan dibidang kesehatan

pada remaja difabel di Yogyakarta, strategi komunikasi dikalangan Dinas

Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan, strategi komunikasi pemasaran

wisata di Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Magelang.

Banyak sekali penelitian yang membahas mengenai strategi komunikasi,

membahas bagaimana cara agar strategi komunikasi berhasil.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Ita Fitri Astuti mahasiswa

magister (S2) UIN Sunan Kalijaga, yang berjudul “Garduaction Sebagai Prototipe

Bina Damai Berbasis Ekoteologi Di Dusun Mancingan, Desa Parangtritis,

Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.” Persamaan antara penelitian

akan dilakukan dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Ita Fitri Astuti adalah,

terletak pada penggunaan jenis penelitiannya yaitu kualitatif dengan metode

deskriptif dan Garduaction yang digunakan sebagai objek penelitiannya. Lokasi

penelitian juga memiliki kesamaan dimana, kedua penelitian dilakukan di daerah

Yogyakarta.

Perbedaan dari penelitian dulu dengan penelitian sekarang adalah:


35

1. Fokus penelitian yang akan diteliti saat ini adalah Strategi Komunikasi

Garduaction. Sedangkan pada penelitian sebelumnya adalah Garduaction

Sebagai Prototipe Bina Damai Berbasis Ekoteologi.

2. Rumusan masalah pada penelitian sekarang, “Strategi Komunikasi

Garduaction dalam Mewujudkan Garbage Care and Education”, adalah

bagaimana strategi komunikasi Garduactiondengan pengunjung sehingga

dapat terwujud konsep Garbage Care and Education. Sedangkan pada

penelitian sebelumnya bagaimana peran Garduaction dalam membangun

nilai damai dalam masyarakat serta apa saja nilai-nilai damai yang terdapat

dalam komunitas Garduaction.

3. Kesimpulan

a. Berdasarkan pada penelitian sebelumnya, kesimpulan yang didapat

menitik beratkan pada peran Garduaction dalam membangun nilai

damai, yaitu dengan cara hegemoni yang ditunjukan melalui

kepatuhan secara suka rela dari kelompok masyarakat Mancingan

khususnya pemuda melalui peran intelektual organik, dalam hal ini

diperankan oleh fasilitator yang melakukan pemilahan dan

pemilihan terhadap nilai-nilai yang hadir sebelumnya. Dari proses

ini fasilitator melakukan penekanan terhadap nilai peduli dan nilai

kebersamaan yang berbasis ekoteologi ke dalam kegiatan

Garduaction seperti bank sampah, education camp, jurnalis cilik,

bakti sosial dan go green. Sehingga dari upaya tersebut dapat

mendorong pemupukan nilai positif. Alhasil nilai yang dominan


36

muncul yaitu nilai damai. Realisasi dari nilai tersebut tampak pada

perilaku dari Garduaction yang mempunyai kesesuaian dengan

sumber nilai (ideologi) yang telah muncul sebelumnya. Oleh karena

itu, kelompok sosial lainnya dalam hal ini masyarakat, pejabat desa,

maupun pemerintah memberikan dukungan kepada Garduaction.

b. Sedangkan pada penelitian sekarang, peneliti cenderung ingin

mengungkapkan bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan

oleh Garduaction kepada masyarakat atau wisatawan, pendekatan-

pendekatan apa saja yang digunakan agar dapat terwujudnya konsep

Garbage Care and Education. Bagaimana agar pengunjung peduli

dengan sampah yang ada, setelah diberikan pengetahuan mengenai

sampah apakah akan diterapkan pada kehidupan sehari-hari atau

hanya sekedar pengetahuan yang didapatkan sesaat.

Adanya penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, maka diharapkan

penelitian yang akan saya lakukan dapat dijadikan sebagai pandangan bagaimana

mengelola komunitas dengan strategi komunikasi yang tepat agar konsep Garbage

Care and Education benar-benar terwujud. Penelitian sebelumnya yang menitik

beratkan pada terwujudnya atau membangun nilai damai, penelitian yang akan

peneliti lakukan diharapkan dapat menjadi manfaat mengenai terwujudnya nilai

menggunakan strategi komunikasi yang tepat. Selain menitik beratkan pada strategi

komunikasi, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan

kajian komunikasi khususnya pendekatan-pendekatan apa saja yang tepat agar

terwujudnya strategi komunikasi yang tepat. Oleh karena itu, adanya pembahasan
37

mengenai strategi komunikasi dalam mewujudkan suatu tujuan tertentu oleh

komunitas, organisasi dan lembaga pemerintah sangatlah penting. Hal ini

mengingat kebanyakan komunitas, organisasi dan lembaga pemerintah ketika

menentukan arah tujuannya tidak memikirkan strategi yang akan dipakai. Untuk

itu, sebagai langkah pengembangan dan pembelajaran tentang strategi komunikasi,

saya berharap penelitian ini dapat menjadi pedoman yang informatif baik untuk

kalangan tertentu maupun masyarakat luas. Selain itu juga bertujuan untuk lebih

memperkenalkan dan mengembangkan konsep Garbage Care and Education

kepada masyarakat luas, khususnya di Yogyakarta.


38

BAB III

METODOLOGI

3.1. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi

obyek yang alamiah, dimana peneliti menjadi instrument kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifsat induktif dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi

(Sugiyono, 2008:1). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yang

bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-

fakta yang ada pada objek tertentu (Kriyantono, 2006:29). Deskriptif dalam hal ini

berhubungan dengan pengumpulan serta pengolahan data yang dilakukan oleh

peneliti dari hasil in-depth interview, observasi serta studi pustaka yang berupa

kata-kata dan gambar.

Peneliti dalam penelitian ini melakukan observasi dan wawancara

mendalahm di lapangan dan bertindak sebagai pengamat kemudian

mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi yang

terjadi pada subjek penelitian yaitu strategi komunikasi Garduaction guna

mendapatkan gambaran tentang bagaimana strategi komunikasi dalam

mewujudkan Garbage Care and Education yang dilakukan oleh Garduaction.

Peneliti menganalisis data dengan mendeskripsikan atau memaparkan proses

kejadian kedalam kata-kata berdasarkan data riil yang diperoleh di lapangan.


39

Fenomena kejadian yang diamati akan digambarkan serta dianalisa adalah strategi

komunikasi Garduaction dalam mewujudkan Garbage Care and Education.

3.2. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di :

Tempat : Garduaction

Alamat : Mancingan, Parangtritis, Kretek, Bantul, Yogyakarta

55772.

Instagram : @garduaction

Email : garduaction9@gmail.com

Facebook : GarduAction Parangtritis

No. Telephone : 0877-3973-5007

3.3. Objek

Objek yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah strategi komunikasi

Garduaction dalam mewujudkan Garbage Care and Education. Spesifikasi

penelitian ini adalah strategi komunikasi Garduaction. Peneliti akan mengkaji

strategi komunikasi Garduaction dalam mewujudkan Garbage Care and Education

sebagai objek. Sebab Garduaction merupakan salah satu komunitas yang menjadi

awal adanya Garbage Care and Education yang berada di Yogyakarta dan telah

menjadi percontohan pengelolaan sampah.

3.4. Subjek

Subjek pada penelitian strategi komunikasi Garduaction adalah:

1. Pendiri/penasihat Garduaction

2. Ketua komunitas Garduaction


40

3. Pemerintah

4. Masyarakat

3.5. Sumber Data

3.5.1. Data Primer

Merupakan sejumlah keterangan atau fakta yang diperoleh secara langsung

melalui penelitian di lapangan dari sumber pertama (Sugiyono, 2008:62). Data

primer didapat melalui wawancara dengan narasumber yang berhubungan dengan

strategi komunikasi Garduaction. Diantaranya yaitu :

1. Saudara Budiyanto, yaitu Pendiri/Penasihat Garduaction sekaligus Ketua

SOSDL (Save Our Sand Dunes)

2. Ketua komunitas Garduaction

3. Unit Pemasaran Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul

4. Kasi Peningkatan Kapasitas Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul

5. Unit Persampahan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul

6. Pengunjung Graduaction

3.5.2. Data Sekunder

Adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung (Sugiyono,

2008:62). Pada penelitian ini data sekunder dapat berasal dari studi pustaka,

literatur, dokumen, arsip, kepustakaan dan segala yang berhubungan dengan

strategi komunikasi Garduaction dalam mewujudkan Garbage Care and

Education.
41

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

diantaranya yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.

3.6.1. Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif

dengan partisipasi moderat, dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara

peneliti menjadi orang dalam dan orang luar, peneliti dalam mengumpulkan data

mengikuti beberapa kegiatan tetapi tidak semuanya (Sugiyono, 2009:227).

Observasi menurut Patton dan Nasution (Sugiyono, 2009:228), dengan observasi

maka peneliti dapat menemukan hal-hal diluar presepsi responden, sehingga

peneliti mendapat gambaran yang lebih komprehensif.

Observasi dilakukan peneliti dengan pengamatan langsung di lokasi

penelitian. Peneliti melakukan observasi terkait dengan dengan pelaksanaan

kegiatan sosialisasi, workshop dan mini workshop mengenai pengelolaan sampah

yang didapatkan oleh pengunjung. Hal tersebut guna mendapatkan informasi yang

kredibel dan jelas.

3.6.2. Wawancara Mendalam (In-depth Interview)

Wawancara in-depth interview atau mendalam adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan informan atau orang yang di wawancarai, dengan atau

tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan

informan terlibat dalam kehidupan yang relatif lama (Sutopo, 2006:72).


42

Pada metode ini penelitidan responden berhadapan langsung (face to face)

untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang

dapat menjelaskan permasalahan penelitian melalui wawancara in-depth interview.

Jenis interview (Sugiyono, 2009:233) meliputi interview bebas, interview terpimpin

dan interview bebas terpimpin. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan

interview bebas terpimpin yang menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan

data apa yang dikumpulkan dan dikombinasikan dengan beberapa pertanyaan

dengan panduan lengkap dan terperinci untuk diajukan kepada narasumber.

Peneliti melakukan wawancara dengan berbagai pihak, diantaranya dengan

pihak Garduaction atau dengan selaku pendiri Garduaction yaitu Budi Bamboo atau

Budiyanto. Anggota pengelola Garduaction, pemerintah serta sebagian pengunjung

komunitas Garduaction.

3.6.3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menghimpun dan menganalisis

dokumen. Dokumen dapat berbentuk tulisan, seperti catatan harian, sejarah

kehidupan, biografi maupun peraturan kebijakan dan lain-lain. Dokumen juga dapat

berbentuk gambar maupun elektronik seperti foto, sketsa, film dan lain-lain

(Sugiyono, 2008:82).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buku-buku yang relevan dengan

penelitian, selain itu peneliti juga mendapatkan akses untuk melihat data-data dan

arsip internal komunitas Garduaction dan didukung dengan dokumentasi kegiatan

yang berupa foto-foto untuk mendukung penelitian ini.


43

3.7. Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Miles and Huberman (Sugiyono, 2013:337), mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Analisis data dilakukan

dengan mengorganisasikan data, menjabarkan dalam unit-unit analisis, melakukan

sintesa, menyusun kedalam pola, memilh data yang penting dan membuat

kesimpulan yang dapat diceritakan pada orang lain (Sugiyono, 2008:88).

PENGUMPULAN DISPLAY
DATA DATA

REDUKSI
DATA

KESIMPULAN/
VERIFIKASI

Gambar 3.1
Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)
Analisis data Model Miles dan Huberman
Sumber :Sugiyono, 2008:92
44

3.7.1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, makin lama peneliti

ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu

perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting

guna menemukan tema dan pola. Dengan begitu maka data yang telah direduksi

peneliti dapat memberikan gambaran yang lebih jelas terkait strategi komunikasi

Garduaction dalam mewujudkan Garbage Care and Education.

3.7.2. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles

dan Huberman (Sugiyono, 2013:341) menyatakan, “the most frequent form of

display data for qualitative research data in the past has been narrative text”. Yang

paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif.

3.7.3. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)

Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013:345), langkah ketiga dalam

analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat, yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
45

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian ini berupa deskripsi atau

gambaran dari objek penelitian yaitu strategi komunikasi Garduaction dalam

mewujudkan Garbage Care and Education.

3.8. Uji Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk

menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang mengatakan

tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari tubuh

pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2007:320). Keabsahan data dilakukan

untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan

penelitian ilmiah, sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data

dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility, transferbility, dependability dan

confirmability (Sugiyono, 2007:270).

Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan sebagai

penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji keabsahan data

yang dapat dilaksanakan. Uji credibility (kredibilitas) atas uji kepercayaan terhadap

data hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang

dilakukan tidak mergukan sebagai sebuah karya ilmiah yang dilakukan.

Wiliam Wiersma (1986) mengatakan triangulasi dalam pengujian kredibilitas

diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai waktu.

Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data

dan waktu (Sugiyono, 2007:273). Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah triangulasi data atau dalam istilah Patton sering disebut dengan triangulasi
46

sumber (Sutopo, 2006:79). Triangulasi sumber membandingkan dan mengecek

kembali derajat kepercayaan informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda

(Kriyantono, 2006:71). Penerapan uji validitas dengan triangulasi sumber didapat

dengan melakukan wawancara kepada komunitas Garduaction dan sebagian

pengunjung yang pernah mengikuti kegiatan sosialisasi, workshop dan mini

workshop pengelolaan sampah dengan:

1. Membandingkan data hasil pengamatan mengenai strategi komunikasi

Garduaction dalam mewujudkan Garbage Care and Education dengan

wawancara pada pihak komunitas Garduaction.

2. Membandingkan apa yang dikatakan pihak komunitas Garduaction di

depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan keadaan dan prespektif Garduaction dengan pengunjung

yang pernah mengikuti sosialisasi, workshop dan mini workshop

pengelolaan sampah.

Pemeriksaan keabsahan data sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif

demi kesahihan dan tingkat kepercayaan data yang valid. Untuk itu peneliti dapat

melakukannya dengan cara:

1. Mengajukan beragam variasi pertanyaan kepada pihak Garduaction dan

para pengunjung yang pernah mengikuti sosialisasi, workshop dan mini

workshop pengelolaan sampah

2. Melakukan pengecekan melalui berbagai sumber data yaitu data primer

dan data sekunder


47

3. Memanfaatkan beragam metode seperti observasi, wawancara dan

dokumentasi

Informan 1
Pendiri Garduaction, pengelola dan
anggota Garduaction
Informan 2
Pengunjung yang pernah dan belum
Triangulasi Sumber mengikuti sosialisasi, workshop dan mini
workshop pengelolaan sampah
Informan 3
Dinas Pariwisata dan instansi terkait

Gambar 3.2
Model Triangulasi Sumber
Sumber : Sutopo, 2006:80

Orang-orang yang menjadi informan pada gambar diantaranya informan

pertama adalah dari pihak komunitas Garduaction yaitu Budi Bamboo selaku

pendiri Garduaction dan ketua SOSDL (Save Our Sand Dunes) serta seluruh

pengelola dan anggota Garduaction.


48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Latar Belakang Garduaction

Garbage Care and Education atau dikenal dengan istilah Garduaction adalah

suatu aksi atau gerakan atau action dari individu-individu yang tergabung dalam

suatu wadah interaktif sebagai komunitas pecinta lingkungan, para individu yang

tergabung di dalamnya melakukan pergerakan aktif untuk menciptakan peluang dan

talenta sosial-global, serta berusaha mengajak masyarakat luas untuk

meminimalisir dampak negatif dan konflik atas sampah untuk dijadikan sebuah

objek yang lebih bermanfaat. Garduaction muncul karena dilatarbelakangi oleh

adanya konflik sosial yang melibatkan dua kelompok warga Dusun Mancingan.

Awal mula terjadinya konflik tersebut dipicu oleh penumpukan sampah yang

terdapat di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) setempat. Perkembangan bisnis

wisata yang terdapat di dusun tersebut mengalami peningkatan secara signifikan,

seiring dengan hal tersebut sampah yang dihasilkanpun mengalami peningkatan.

Peningkatan jumlah sampah diketahui berasal dari beberapa faktor.

1. Faktor dari masyarakat itu sendiri karena ada yang memiliki restoran,

penginapan dan lainnya.

2. Faktor dari pengunjung

3. Faktor letak geografis yang dekat dengan muara, sampah tersebut

mengalir melalui Sungai Opak.


49

Faktor ketiga ini yang memiliki kapasitas penyumbang sampah terbesar,

karena setiap musim hujan datang maka sampah yang akan terbawa arus hingga

laut pun akan semakin meningkat. Bisa dibilang kalau laut pasang maka sampah

pun akan naik hingga ke pantai. Garduaction terbentuk dari suara masyarakat yang

menginginkan perubahan positif pada kehidupan alam sekitar yang terkonsentrasi

pada aksi pengelolaan sampah secara intensif dan insentif. Dalam aksi-aksi yang

dikerjakan, Garduaction bekerja sama dengan instansi pemerintah, swasta serta

lembaga-lembaga lingkungan hidup lain. Garduaction mulai berdiri pada tanggal 4

Juli 2015 dengan latar belakang kondisi alam yang ada di sepanjang pantai mulai

memprihatinkan kondisinya.

Sebagaimana maksud dari pendirian komunitas ini, Garduaction akan selalu

melakukan aksi-aksi pengelolaan serta pengolahan sampah sekaligus sebagai

bentuk pelestarian lingkungan yang akan di adakan secara berkala. Setiap kegiatan

yang sudah atau akan diselenggarakan tentu saja mengacu pada maksud dan tujuan

Garduaction. Sejauh ini Garduaction bergerak di bawah naungan Karang Taruna

Dusun Mancingan, Kelurahan Parangtritis serta bekerjasama dengan Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul dan selalu berkoordinasi dan berkomunikasi

dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul.

Agar interaksi antara sesama komunitas atau dengan masyarakat mudah

dijangkau, Garduaction mendirikan basecamp yang terletak dekat dengan tempat

pembuangan sampah (TPS) yaitu di daerah Kalimati Parangkusumo. Selain

bertujuan untuk mempermudah dalam memantau keadaan TPS, basecamp

Garduaction yang telah di display dengan lebih bagus bertujuan agar TPS menjadi
50

tempat yang lebih layak dikunjungi oleh masyarakat luas, bahkan tempat tersebut

dapat puladijadikan sebagai bumi perkemahan.

Garduaction banyak melakukan aksi konkrit dalam pemeliharaan dan

menjaga kelestarian alam khususnya daerah pesisir pantai dengan membersihkan

sampah plastik yang ada menjadi barang yang berguna. Mengadakan workshop

mengenai lingkungan, pentingnya pengelolaan sampah dan masih banyak lagi mini

workshop mengenai pengelolaan lingkungan hidup yang diadakan oleh

Garduaction. Mengadakan pelatihan-pelatihan pengelolaan sampah lingkungan dan

character building untuk karang taruna desa, kelompok pemuda-pemudi dan anak-

anak. Garduaction sekarang telah membuktikan bahwa mereka bisa menjadi tempat

percontohan bagi beberapa dusun di wilayah Yogyakarta dan beberapa sekolah di

Pulau Jawa. Tanggal 28 Februari 2018 Garduaction baru saja mendapatkan

kunjungan dari Sekolah Alam Bogor, sekaligus menjadi pembicara dan

percontohan. Tidak hanya sampai di situ, Garduaction juga beberapa kali

menorehkan prestasinya. Menjadi inovator di bidang lingkungan dalam acara

National KSE Community Summit yang diadakan oleh Universitas Gadjah Mada

pada bulan Mei 2016. Garduaction juga sudah bekerja sama untuk pembentukan

Kanal Komunikasi Perhutanan Sosial dan Kemitraan Sosial bekerjasama dengan

Kementrian Lingkungan Hidup BPSKL pada bulan Agustus 2017.

Penggunaan media sosial sebagai strategi komunikasi salah satunya

dimanfaatkan oleh Garduaction. Sebagai salah satu komunitas yang tumbuh pada

perkembangan media sosial yang sangat pesat, Garduaction tidak ingin kalah

dengan tempat wisata lain yang memanfaatkan media sosial sebagai pendekatan
51

dan juga media promosi kepada wisatawan. Garduaction memanfaatkan beberapa

media sosial antara lain, Facebook, Email dan Instagram. Garduaction gentar

mengajak followersnya di Instagram maupun di Facebook untuk mencintai

lingkungan, menjaga kebersihan lingkungan dan jangan sampai membuang sampah

sembarangan.

4.1.2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Garduaction

4.1.2.1. Visi

Terwujudnya komunitas pecinta lingkungan yang proaktif dan handal

dalam menjaga kelestarian lingkungan secara global serta berperan dalam

menyebarkan informasi yang bersifat edukasi seputar pelestarian lingkungan yang

berfokus pada pengelolaan sampah.

4.1.2.2. Misi

1. Mewujudkan pencegahan kerusakan alam dan melakukan

pengendalian terhadap pencemaran sumber daya alam dengan

melakukan pengelolaan sampah yang lebih integrasi guna

mewujudkan tercapainya lingkungan hidup yang lebih asri.

2. Menyebarkan informasi yang bersifat edukasi mengenai pengelolaan

sampah sebagai sarana untuk menumbuhkan kesadaran bagi

masyarakat luas akan pentingnya kelestarian lingkungan.

3. Merangkul dan mengajak masyarakat luas untuk berperan aktif dalam

melaksanakaan kegiatan terkait perwujudan kelestarian alam.

4. Melakukan koordinasi dan kemitraan dengan berbagai elemen

masyarakat guna menyeimbangkan rantai nilai proses


52

pengelolaansampah untuk mewujudkan integrasi dan sinkronisasi

antara ekonomi dan ekologi.

4.1.2.3. Tujuan

Tujuan yang dicapai komunitas Garduaction adalah mewujudkan

masyarakat Desa Parangtritis pada khususnya dan para pengunjung pada umunya

agar mengerti tentang pentingnya menjaga kelestarian alam, pengetahuan

pengelolaan sampah serta melakukan pergerakan aktif dalam rangka meminimalisir

konflik-konflik sampah dan menjadikan sampah tersebut menjadi objek yang

bermanfaat.

4.1.2.4. Sasaran

Mengarah pada para pemuda yang tergabung dalam komunitas

Garduaction, masyarakat Desa Parangtritis dan masyarakat luas (termasuk

pengunjung wisata) dan instansi pemerintah maupun swasta. Adapun secara umum

sasaran yang ingin dicapai Garduaction adalah mewujudkan perbaikan fungsi

lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam yang mengarah pada

pengelolaan sampah secara berkelanjutan. Sementara itu, sasaran khusus yang

hendak dicapai Garduaction adalah:

1. Menjadikan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) menjadi tempat

yang layak dikunjungi.

2. Terkendalinya pencemaran dan kerusakan lingkungan sungai, danau,

pesisir dan laut, serta air tanah dari sampah-sampah yang tidak

terkelola.
53

3. Terlindunginya kelestarian fungsi lahan, keanekaragaman hayati dan

ekosistem daerah pesisir dan sekitarnya.

4. Dengan pengelolaan sampah yang lebih terorganisir dan terpilih dapat

dijadikan objek untuk membuat suatu karya seni yang bernilai dan

bermanfaat.

5. Memanfaatkan lahan kosong yang berada disekitar TPS untuk

membangun suatu bumi perkemahan yang dapat dijadikan sebagai

sarana dan prasarana edukasi bagi masyarakat.

4.1.3. Logo

Gambar 4.1
Logo Garduaction
Sumber : https://www.instagram.com/garduaction/
Diakses : 27 April2018Pukul 10.00 WIB

Arti dan makna logo Garduaction

1. Lingkaran panah berwarna biru melambangkan daur ulang sampah menjadi

ramah lingkungan.
54

2. Tulisan GARDU berbentuk segitiga atau seperti bangunan; berarti suatu pos

penjagaan yang melambangkan wadah atau tempat untuk menampung

eksplorasi dari masyarakat luas dalam melakukan gerakan peduli lingkungan

yang berfokus pada pengelolaan sampah secara intensif dan berkelanjutan.

3. Tulisan ACTION yang menyerupai penyanggah dan fondasi menjadi simbol

kekuatan. Sementara kata action itu sendiri berarti siap untuk beraksi dalam

pergerakan menuju kehidupan yang lebih lestari.

4. Tulisan “Garbage Care and Education” berwarna merah yang

melambangkan semangat dan keberanian.

4.1.4. Motto

Motto dari komunitas Garduaction adalah Do The Thing We Think WeCan’t

Do. Sebagaimana yang diketahui, sampah merupakan permasalahan terbesar yang

ada di dunia meskipun masalah tersebut sulit diatasi namun komunitas Garduaction

tidak akan menyerah oleh kata dan pemikiran “tidak bisa”. Garduaction akan selalu

berusaha dengan hati dan mata terbuka untuk memberikan perubahan positif dari

aksi yang positif pula demi kehidupan yang lebih baik.

4.1.5. Kegiatan

Semenjak dibentuk pada tahun 2015 Garduaction telah melaksanakan

beberapa kegiatan atau aktivitas yang berkontribusi dalam meminimalisir konflik

sampah sesuai visi, misi dan tujuan komunitas tersebut. Di bawah ini adalah

kegiatan-kegiatan Garduaction yang telah berlangsung.


55

1. Bank Sampah

Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sampah dari

masyarakat sekitar maupun nasabah sampah. Dalam penanganannya sampah

yang telah terkumpul terlebih dahulu akan dilakukan pemilihan, kemudian

dilanjutkan dengan pengolahan sampah dengan cara memanfaatkan kembali

(reuse) dan dengan cara mengelola menjadi barang baru (recycle). Dalam

aplikasinya prinsip reuse dilakukan dengan cara menjual sampah yang

memiliki nilai jual, sementara prinsip recycle dilakukan dengan cara

mengolah sampah menjadi barang yang bernilai positif.

Prinsip recycle dilakukan dengan tujuan dapat mengedukasi

masyarakat dalam memperlakukan sampah, adapun hasil recycle yang

dilakukan Garduaction berupa karya seni yang pada akhirnya berkembang

menjadi objek wisata yang terdiri dari spot-spot foto, cafe, ruang belajar,

tempat ibadah, pengkomposan, go-green dan lain sebagainya yang secara

keseluruhannya terbuat dari sampah. Dengan terciptanya objek wisata

diharapkan proses edukasi dapat berjalan dengan mudah dan dapat dirasakan

oleh banyak pihak. Sehingga dapat mendorong kesadaran masyarakat untuk

peduli terhadap sampah. Dengan demikian, persoalan sampah dapat

diminimalisir.

2. Education Camp

Education Camp merupakan kelanjutan dari kegiatan camping yang

dilakukan pertama kali oleh Garduaction setelah reresek atau bersih-bersih

kawasan TPS berlangsung. Awal mula kegiatan tersebut berlangsung dengan


56

cara mengundang seluruh pemuda yang ada di Desa Parangtritis untuk terlibat

dalam camping bersama. Rangkaian utama dalam kegiatan tersebut adalah

menjelaskan persoalan sampah yang terjadi di Dusun Mancingan. Setelah itu

dilanjutkan dengan sesi tukar pikiran mengenai solusi yang dapat

menyelesaikan persoalan yang ada. Dari kegiatan tersebut menunjukan

adanya kepedulian dari peserta camping. Bagaikan gayung yang bersambut

kegiatan camping mendapatkan respon positif. Sehingga tercipta gagasan

untuk membentuk Garduaction.

Kegiatan camping yang awalnya diperuntukan bagi pemuda, kini

kegiatan tersebut digunakan untuk merealisasikan keinginan masyarakat luas

yang menginginkan pengetahuan tentang pengolahan sampah secara

mendalam. Oleh karena itu, dalam kegiatan ini Garduaction hanya berperan

sebagai penyedia fasilitas sekaligus menjadi narasumber dalam pelatihan

pengelolaan sampah bagi peserta camping. Adapun tujuan dari kegiatan ini

yaitu dapat menyebarluaskan tentang sampah kepada seluruh lapisan

masyarakat dengan nyaman.

3. Jurnalis Cilik

Jurnalis cilik adalah kegiatan tulis menulis yang melibatkan anak-

anak usia dini yang berada di sekitar lingkungan setempat. Adapun tujuan

dari kegiatan tersebut untuk mempersiapkan terciptanya generasi penerus

yang peduli dengan lingkungan. Dalam mekanismenya kegiatan ini dimulai

dengan terlebih dahulu memberikan pengetahuan tentang sampah selanjutnya

diajarkan menulis tentang sampah sesuai apa yang mereka ketahui atau alami.
57

Dari kegiatan ini anak-anak dapat menuangkan ide atau gagasannya dengan

bebas, selain itu mereka juga dapat bekerjasama dengan peserta yang lain.

Sehingga dari kegiatan ini anak-anak dapat menghasilkan karya yang

bermanfaat dari sampah.

4. Bakti Sosial

Kegiatan ini berlangsung dengan cara mengundang masyarakat

sekitar terutama anak-anak, selanjutnya diadakan pengajian sekaligus

pemberian batuan berupa uang kepada anak-anak yatim yang berada di

lingkungan sekitar. Tujuan dari kegiatan ini agar dapat membantu kebutuhan

anak-anak yatim yang kurang mampu. Sehingga Garduaction tidak hanya

mampu memberikan manfaat secara materiil tetapi juga secara spiritual.

5. Go-Green

Kegiatan berlangsung dengan cara melakukan penanaman yang

berupa sayur-sayuran dengan menggunakan media barang yang tidak

digunakan lagi seperti botol mineral. Adapun sayuran yang ditanam berupa

daun bawang, cabai dan lain sebagainya. Penanaman dengan media sampah

ini bertujuan agar masyarakat luas dapat memanfaatkan sampah sekaligus

lahan yang dimilikinya dengan tumbuhan hijau sehingga akan dapat

menghemat pengeluaran sekaligus dapat menjaga kesehatan.


58

4.1.6. Struktur Organisasi

DEWAN PELINDUNG PENASIHAT

KETUA & WAKIL KETUA

SEKRETARIS 1 SEKRETARIS 2 BENDAHARA 1 BENDAHARA 2

KOORDINATOR KEAMANAN DOKUMENTASI PENANGGUNG


LAPANGAN HUMAS/ANGGOTA JAWAB DIVISI

BANK SAMPAH

PEMILAHAN

GO GREEN/ PENGKOMPOSAN
PERTANIAN

RECYCLE/DAUR
ULANG/ PEMBICARA/
KEPARIWISATAAN/
PELATIHAN
KEDAI

PEMBANGUNAN/
PERKEMAHAN

Gambar 4.2
Struktur Organisasi Garduaction
Sumber : Budiyanto Penasihat Garduaction
59

Sejauh ini anggota Garduaction berasal dari kalangan pemuda yang berasal

dari lingkungan setempat. Pengkaderan Garduaction tidak menggunakan sistem

yang detail melainkan lebih bersifat terbuka dan sukarela. Oleh karena itu jumlah

keseluruhan dari anggota Garduaction tidak dapat diketahui secara pasti karena

keluar masuk dalam keanggotaan kerap terjadi. Meski begitu Garduaction tetap

memiliki struktur kepengurusan yang jelas. Struktur tersebut meliputi dewan

pelindung, penasehat, ketua dan wakil ketua, sekretaris satu dan dua, bendahara

satu dan dua, koordinator lapangan, keamanan, dokumentasi humas atau anggota

dan penanggung jawab divisi. Divisi yang terdapat di Garduaction terdiri dari bank

sampah, pemilahan, pengkomposan, recycle atau daur ulang atau pembicara atau

pelatihan. Memiliki go green atau pertanian, kepariwisataan dan kedai,

pembangunan dan perkemahan.

4.2. Hasil Penelitian

Setelah penulis melakukan penelitian selama kurang lebih tiga bulan dengan

menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam

dengan beberapa narasumber yang berkaitan dengan penelitian ini, maka penulis

akhirnya menyatakan penelitian ini telah selesai.

4.2.1. Latar Belakang Pengelolaan Sampah oleh Garduaction

Pengelolaan sampah oleh Garduaction didasari pada kenyataan bahwa

tingkat kesadaran masyarakat tentang banyaknya sampah yang berada di

Parangtritis masih cukup rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan data-data terkait

dengan permasalahan sampah yang didapat dari komunitas Garduaction. Hasil

observasi tersebut menyatakan bahwa kesadaran masyarakat dan wisatawan dengan


60

pengelolaan dan kepedulian tentang sampah masih sangat rendah, minimnya

pengetahuan masayarakat, minimnya jumlah informasi yang ada dan kurangnya

fasilitas penunjang kebersihan yang diberikan oleh pemerintah kepada kawasan

wisata membuat masyarakat dan wisatawan enggan membuang sampah pada

tempatnya.

Gambar 4.3
Kawasan Pantai Parangtritis
Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti

Kawasan wisata Parangtritis yang harusnya bersih dari sampah nyatanya

masih memiliki problem yang serius mengenai sampah. Selain itu banyaknya aduan

serta informasi tentang adanya sampah yang menumpuk pada TPS Parangkusumo

yang sampahnya bukan dari masyarakat, melainkan sebagian besar dari pengunjung

Kawasan wisata Parangtritis. Aduan tersebut diperoleh dari hasil sharing informasi

maupun aduan secara langsung kepada Garduaction oleh pihak masyarakat, serta

pemahaman dan edukasi juga menjadi perhatian program Komunitas Garduaction.

Seperti yang diutarakan oleh Bapak Budiyanto selaku Penasihat Garduaction,

bahwa
61

“Garduaction mulai berdiri pada tanggal 4 Juli 2015 dengan latar belakang
kondisi alam yang ada di sepanjang pantai mulai memprihatinkan
kondisinya. Sebagaimana maksud dari pendirian komunitas ini,
Garduaction akan selalu melakukan aksi-aksi pengelolaan serta pengolahan
sampah sekaligus sebagai bentuk pelestarian lingkungan yang akan di
adakan secara berkala. Setiap kegiatan yang sudah atau akan
diselenggarakan tentu saja mengacu pada maksud dan tujuan Garduaction.
Sejauh ini Garduaction bergerak di bawah naungan Karang Taruna Dusun
Mancingan, Kelurahan Parangtritis serta bekerjasama dengan Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul.” (Budiyanto, wawancara
28/04/2018)

Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan oleh Garduaction

mengenai pengelolaan sampah, ditemukan hasil memang keadaan sepanjang Pantai

Parangtritis kondisinya sangatlah memprihatinkan, serta pengelolaan sampah

adalah penting adanya. Fakta tersebut membuktikan bahwa adanya pengelolaan

sampah sangat penting diberikan kepada masyarakat maupun instansi pemerintahan

dan komunitas peduli lingkungan. Garduaction sebagai wadah diskusi, sosialisasi

dan informasi untuk saling bertukar pikiran mengenai pengelolaan sampah serta

edukasi di komunitas mereka sendiri menjadi salah satu cara sederhana yang bisa

dilakukan untuk mempercepat penyebaran informasi pengelolaan sampah dan

edukasi dikalangan masyarakat dan pengunjung Pantai Parangtritis.


62

Rendahnya Kepedulian Minimnya Kurangnya fasilitas


dan Pengelolaan Sampah pengetahuan dan penunjang yang diberikan
oleh Masyarakat informasi kepada Pemerintah di daerah
Masyarakat Kawasan Wisata

Sampah di Kawasan Wisata

Gambar 4.3
Masalah Sampah di Kawasan Wisata
Sumber : Hasil Penelitian

Garduaction sebetulnya memiliki beberapa program kegiatan, terkait

upaya menangani masalah sampah di kawasan wisata tersebut.

Gambar 4.4
Bank Sampah Garduaction
Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti

Pertama adalah Bank Sampah, kegiatan ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan sampah dari masyarakat sekitar maupun nasabah sampah. Dalam


63

penanganannya sampah yang telah terkumpul terlebih dahulu akan dilakukan

pemilihan, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan sampah dengan cara

memanfaatkan kembali (reuse) dan dengan cara mengelola menjadi barang baru

(recycle). Dalam aplikasinya prinsip reuse dilakukan dengan cara menjual sampah

yang memiliki nilai jual, sementara prinsip recycle dilakukan dengan cara

mengolah sampah menjadi barang yang bernilai positif. Prinsip recycle dilakukan

dengan tujuan dapat mengedukasi masyarakat dalam memperlakukan sampah,

adapun hasil recycle yang dilakukan Garduaction berupa karya seni yang pada

akhirnya berkembang menjadi objek wisata yang terdiri dari spot-spot foto, cafe,

ruang belajar, tempat ibadah, pengkomposan, go-green dan lain sebagainya yang

secara keseluruhannya terbuat dari sampah. Dengan terciptanya objek wisata

diharapkan proses edukasi dapat berjalan dengan mudah dan dapat dirasakan oleh

banyak pihak. Sehingga dapat mendorong kesadaran masyarakat untuk peduli

terhadap sampah. Dengan demikian, persoalan sampah dapat diminimalisir.

Gambar 4.5
Education Camp Garduaction
Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti

Kedua adalah Education Camp, merupakan kelanjutan dari kegiatan

camping yang dilakukan pertama kali oleh Garduaction setelah reresek atau bersih-
64

bersih kawasan TPS berlangsung. Awal mula kegiatan tersebut berlangsung dengan

cara mengundang seluruh pemuda yang ada di Desa Parangtritis untuk terlibat

dalam camping bersama. Rangkaian utama dalam kegiatan tersebut adalah

menjelaskan persoalan sampah yang terjadi di Dusun Mancingan. Setelah itu

dilanjutkan dengan sesi tukar pikiran mengenai solusi yang dapat menyelesaikan

persoalan yang ada. Dari kegiatan tersebut menunjukan adanya kepedulian dari

peserta camping. Bagaikan gayung yang bersambut kegiatan camping mendapatkan

respon positif. Sehingga tercipta gagasan untuk membentuk Garduaction. Kegiatan

camping yang awalnya diperuntukan bagi pemuda, kini kegiatan tersebut

digunakan untuk merealisasikan keinginan masyarakat luas yang menginginkan

pengetahuan tentang pengolahan sampah secara mendalam. Oleh karena itu, dalam

kegiatan ini Garduaction hanya berperan sebagai penyedia fasilitas sekaligus

menjadi narasumber dalam pelatihan pengelolaan sampah bagi peserta camping.

Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu dapat menyebarluaskan tentang sampah

kepada seluruh lapisan masyarakat dengan nyaman.

Ketiga adalah Jurnalis Cilik, jurnalis cilik adalah kegiatan tulis menulis

yang melibatkan anak-anak usia dini yang berada di sekitar lingkungan setempat.

Adapun tujuan dari kegiatan tersebut untuk mempersiapkan terciptanya generasi

penerus yang peduli dengan lingkungan. Mekanismenya kegiatan ini dimulai

dengan terlebih dahulu memberikan pengetahuan tentang sampah selanjutnya

diajarkan menulis tentang sampah sesuai apa yang mereka ketahui atau alami. Dari

kegiatan ini anak-anak dapat menuangkan ide atau gagasannya dengan bebas, selain
65

itu mereka juga dapat bekerjasama dengan peserta yang lain. Sehingga dari kegiatan

ini anak-anak dapat menghasilkan karya yang bermanfaat dari sampah.

Keempat adalah Bakti Sosial, kegiatan ini berlangsung dengan cara

mengundang masyarakat sekitar terutama anak-anak, selanjutnya diadakan

pengajian sekaligus pemberian batuan berupa uang kepada anak-anak yatim yang

berada di lingkungan sekitar. Tujuan dari kegiatan ini agar dapat membantu

kebutuhan anak-anak yatim yang kurang mampu. Sehingga Garduaction tidak

hanya mampu memberikan manfaat secara materiil tetapi juga secara spiritual.

Gambar 4.6
Go-Green Garduaction
Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti

Kelima adalah Go-Green, kegiatan berlangsung dengan cara melakukan

penanaman yang berupa sayur-sayuran dengan menggunakan media barang yang

tidak digunakan lagi seperti botol mineral. Adapun sayuran yang ditanam berupa

daun bawang, cabai dan lain sebagainya. Penanaman dengan media sampah ini

bertujuan agar masyarakat luas dapat memanfaatkan sampah sekaligus lahan yang

dimilikinya dengan tumbuhan hijau sehingga akan dapat menghemat pengeluaran

sekaligus dapat menjaga kesehatan.


66

Gambar 4.7
Go-Green Garduaction
Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti

Kegiatan dalam Program Garbage Care


and Education dalam Komunitas
Garduaction

Bank Sampah Education Jurnalis Bakti Go Green Sosialisasi,


Camp Cilik Sosial Workshop,
Pelatihan

Divisi Divisi Divisi


Pendidikan Pendidikan Pertanian Sunday
Sharing and
Caring

Divisi
Pendidikan

Seluruh Masyarakat, Wisatawan, Instansi


Pemerintah, Sekolah

Gambar 4.8
Kegiatan dalam Program Garbage Care and Education Komunitas Garduaction
Sumber : Hasil Penelitian
67

Gambar 4.9
Pemilahan sampah untuk Ecobrik Garduaction
Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti

Kemudian, kegiatan keenam adalah Sosialisasi, Workshop dan Pelatihan.

Garduaction bekerjasama dengan instansi pemerintah untuk kegiatan ini, menjadi

narasumber kepada masyarakat, komunitas, instansi pemerintah maupun ke

sekolah-sekolah yang mengikuti program adiwiyata. Selain itu ada Sunday Caring

and Sharing yang dilakukan setiap hari Minggu jam 15.00 WIB, kegiatan ini

melibatkan volunteer dari berbagai kampus dan berbagai instansi lainnya. Tujuan

dari kegiatan Sunday Caring and Sharing ini untuk memberikan pengetahuan

kepada anak-anak yang tinggal disekitar Pantai Parangtritis agar mereka sadar dan

peduli akan sampah yang ada.


68

Gambar 4.10
Sunday Caring and Sharing Garduaction
Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti

Kegiatan yang keenam ini hadir sebagai upaya pendampingan langsung

kepada masyarakat baik individu, komunitas, instansi pemerintah maupun sekolah

dengan bentuk sosialisasi, workshop dan pelatihan. Materi yang disampaikan

disesuaikan dengan kemampuan, latar belakang pengetahuan dan bersifat lebih

mendasar. Seperti pembuatan pupuk kompos, pembuatan ecobrik, macrame dan

lainnya. Untuk saat ini kegiatan tersebut menjadi kegiatan yang sering diminta oleh

masyarakat.

Garduaction juga dijadikan sebagai salah satu pilihan wisata, karena

seperti yang diketahui bahwa Pantai Parangtritis terkenal dengan keganasannya dan

sudah berulang kali merenggut banyak korban dari kalangan wisatawan yang

berkunjung. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Tanti selaku Unit Pemasaran Dinas

Pariwisata Kabupaten Bantul, bahwa:

“Garduaction ada di Parangtritis yang berada di pesisir pantai selatan. Pantai


Parangtritis yang tidak menunjang wisatawan untuk bermain dan berenang
69

dipantai seperti di kawasan Bali dan pantai yang lain. Karena faktor alamnya
yang tidak menunjang untuk hal tersebut. Oleh karena itu kami akan senang
apabila masyarakat sekitar itu membuat inovasi apabila wisatawan dapat
melihat atau tidak harus berenang atau bermain di pantai.” (Tanti,
wawancara 30/04/2018)

Untuk mencegah semakin banyaknya sampah yang ada di pesisir pantai dan

banyaknya pengunjung yang berenang di pantai dan menjadi korban keganasan

pantai, maka salah satunya adalah lewat kegiatan oleh komunitas Garduaction.

Lewat kegiatan strategi komunikasi Garduaction yang juga di dukung oleh

masyarakat dan instansi pemerintah dalam kegiatan inilah yang akan dibahas lebih

lanjut dalam penelitian ini.

4.2.2. Strategi Komunikasi Garduaction dalam mewujudkan Garbage Care

And Education

Berdasarkan data yang penulis dapatkan, maka dalam bab ini penulis akan

memaparkan hasil penelitian yang berjudul “Strategi Komunikasi Garduaction

dalam Mewujudkan Garbage Care and Education” berdasarkan empat aspek, yaitu

bagaimana mengenal khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode, serta seleksi

dan penggunaan media.

Pada dasarnya tujuan komunikasi dilihat dari berbagai aspek tidak lain

untuk memberikan informasi, mempersuasi dan mengubah sikap khalayak sesuai

dengan tujuan program yang ingin dicapai oleh Garduaction. Hal ini sejalan dengan

tujuan yang ingin dicapai Garduaction dalam mewujudkan Garbage Care and

Education. Seperti apa yang diutarakan Bapak Budiyanto selaku Penasihat

Garduaction, bahwa:

“Tujuan yang dicapai komunitas Garduaction adalah mewujudkan


masyarakat Desa Parangtritis pada khususnya dan para pengunjung pada
70

umunya agar mengerti tentang pentingnya menjaga kelestarian alam serta


melakukan pergerakan aktif dalam rangka meminimalisir konflik-konflik
sampah dan menjadikan sampah tersebut menjadi objek yang bermanfaat.
(Budiyanto, wawancara 28/04/2018)

Untuk mencapai tujuan tersebut maka Garduaction telah melaksanakan

berbagai program, bahkan sebelum pemerintah atau dinas-dinas terkait bekerjasama

dengan Garduaction. Sehingga target awal program ini adalah pemuda-pemudi

Dusun Mancingan serta seluruh warga masyarakat yang ada di Parangtritis.

Tujuannya adalah agar masyarakat memahami dengan baik bagaimana posisi

mereka ketika banyaknya sampah yang berada di TPS Parangkusumo yang semakin

banyak dan memunculkan konflik-konflik sampah dan menjadikan sampah tersebut

menjadi objek yang bermanfaat.Sama seperti apa yang diutarakan oleh Ibu Sri

Rahayu Kasi Peningkatan Kapasitas Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul,

bahwa Garduaction itu memang berdiri pada akhir tahun 2015 sebagai sebuah

jejaring pengelolaan sampah.

“Garduaction itu kan sebetulnya sebuah jejaring pengelola sampah di Bantul


yang termasuk masih agak baru, jadi itu pernah pada tahun 2016 itukan kami
ada penialaian bank sampah tingkat DIY nah itukan ada tingkat lanjut dan
ada tingkat pemula, nah Garduaction ini kita ajukan yang tingkat pemula.
Kalo pemula itu kan baru satu tahun, kemarin itu kita ajukan ke DIY itu
pada tingkat pemula dan mendapatkan juara dua. Untuk memfasilitasi
Garduaction untuk bisa lebih maju dalam mengelola sampah dengan antara
lain memfasilitasi dengan sarpras nah antara lain, kita sudah serahkan
kesana berupa gerobak motor nah untuk yang tahun ini baru segera
dilaksanakan ppemerian bantuan rumah pemilahan sampah pada tahun ini
jadi kita memfasilitasi dan sangat mendukung sekali. Kita juga sudah
membuatkan SK juga, sudah kita buatkan SK untuk bank sampahnya juga
pada tahun 2016 (Surat Keputusan Kepala BLH) Garduaction itu kan berdiri
2015 akhir, dan kita SK kan pada tahun 2016 awal.” (Sri Rahayu,
wawancara 14/05/2018)

Strategi komunikasi Garduaction dalam mewujudkan Garbage Care and

Education menggunakan berbagai cara yaitu dengan cara mengenali sasaran


71

komunikasi, pemilihan media komunikasi, pesan yang akan disampaikan, lalu

menentukan komunikatornya. Harapan Garduaction dapat menyentuh semua target

khalayak yaitu masyarakat luas. Selain mengadakan kegiatan bank sampah,

education camp, jurnalis cilik, bakti sosial dan Go-Green, Sunday Sharing and

Caring, Garduaction menggunakan cara sosialisasi, workshop dan pelatihan

sebagai strategi komunikasinya untuk mendekati dan mengedukasi masyarakat.

Garduaction tidak mengkategorikan siapa saja yang dapat menjadi peserta pelatihan

ataupun yang dapat berkunjung ke Garduaction. Memberikan sosialisasi secara

langsung (tatap muka) maupun melalui media massa. Selain itu, untuk

mempermudah penyebaran informasi kepada masyarakat dan sangat membutuhkan

informasi maka Garduaction saling bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup.

Ibu Sri Rahayu selaku Kasi Peningkatan Kapasitas Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Bantul, menjelaskan kerjasama antara Garduaction dan DLH.

“Jadi mereka itu sangat kreatif sekali, kalo sekarang itu kalo itu mau cari
narasumber untuk ecobrik itu kita ngambilnya kesana untuk ecobrik, karena
memang dia itu lebih ke pengelolaan sampah, yang spesifiknya itu
kemampuannya membuat daur ulang ecobrik.” (Sri Rahayu, wawancara
14/05/2018)

Bapak Dwi selaku Kasi Persampahan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Bantul menuturkan, bahwa:

“Kita mensupport apa yang mereka inginkan dan kita ada. Garduaction ini
kan sudah mendapatkan penghargaan tingkat nasional juga dan untuk tahun
ini di Garduaction kita bangunkan rumah pilah sampah senilai seratus juta
rupiah dan selain itu juga kita meminta kepada teman-teman di Garduaction
juga untuk menjadi narasumber pelatihan, sosialisasi yang dilakukan oleh
DLH kepada masyarakat.” (Dwi, wawancara 17/05/2018)
72

4.2.2.1.Mengenali Sasaran dalam Strategi Komunikasi Garduaction

Sebelum melancarkan komunikasi, sangat penting mempelajari siapa yang

akan menjadi sasaran komunikasi agar efektif. Namun Garduaction tidak

memberikan batasan siapa saja yang bisa mengikuti kegiatan seperti bank sampah,

education camp, jurnalis cilik, bakti sosial dan Go-Green, Garduaction

menggunakan cara sosialisasi, workshop dan pelatihan.

Gambar 4.11
Kunjungan 1000 Guru Yogyakarta
Sumber : Dokumentasi Pribadi Garduaction

Mereka sangat terbuka kepada masyarakat luas yang ingin belajar mengenai

pengelolaan sampah. Siapapun yang ingin datang ke Garduaction untuk belajar

mengenai sampah, mereka sangat siap dan sangat antusias. Mereka sangat

mengapresiasi siapapun yang berkunjung dan peduli dengan permasalahan sampah

yang ada. Seperti yang diutarakan oleh Bapak Budiyanto selaku Penasihat

Garduaction, bahwa:

“Hanya niatan kita itu ingin membagi ilmu untuk berbagi pengetahuan,
saling mengedukasi, orang yang datang kesini kalau mau belajar ya ayo,
kalau banyak orang yang ingin ikut ya ayo, kita akan orgenaize biar
sempurna acaranya. Problematikanya sampah itu apa to di Parangtritis, dari
73

yang awalnya tidak tau menjadi tau dan akhirnya ada percakapan,
pertanyaan timbal baliknya komunikasi, ada diskusi. Ada recycle nanti ada
workshop mengenai pengelolaan sampah, barang-barang bekas menjadi hal
yang berguna, nah ada 10 orang, 20 orang bahkan 100 orang nanti kita akan
orgenaize. Nanti setelah kita edukasi itu monggo terserah mau foto-foto
mau ke pantai.” (Budiyanto, wawancara 28/04/2018)

Mereka memang tidak memiliki target atau belum mengkategorikan

khalayak yang akan mereka sasar, tetapi mereka memiliki keunggulan yang

membuat khalayak datang dan ingin belajar. Menyajikan pengelolaan sampah yang

berada dipinggir pantai, membuat wisatawan merasa senang dan tidak bosan.

Berbeda dengan komunitas pengelolaan sampah yang lain, disini pengunjung tetap

dapat wisata ke Pantai Parangtritis untuk refreshing juga mendapatkan ilmu

mengenai pengelolaan sampah.

Gambar 4.12
Workshop Macrame oleh Touris asal Jerman
Sumber : Dokumentasi Pribadi Garduaction

Selain itu Garduaction juga memiliki keunggulan yang dapat menarik

khalayak, tempatnya dipinggir pantai tentu saja mereka dapat menarik sebanyak

mungkin khalayak untuk diedukasi oleh Garduaction. Garduaction juga memiliki

keunggulan yang dapat dijadikan daya tarik utama kepada pengunjung seperti yang
74

diutarakan oleh Bapak Dwi selaku Kasi Persampahan Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Bantul, bahwa:

“Untuk di masyarakat luas kita mendorong untuk silahkan datang dulu di


Garduaction, nikmati karya-karya seni daur ulang sampah. Jadi itu
himbauan kita untuk semuanya siapa saja dan untuk semuanya saja. Dengan
karya-karya itu artinya menjadi edukasi, menjadi sebuah pendidikan bahwa
sampah itu memiliki karya seni, memiliki berkah bahkan memiliki nilai
ekonomi. Karena ketika menjadi karya seni mereka banyak pesan untuk
membuat hiasan-hiasan, contohnya yang paling banyak di Garduaction kan
ada botol-botol bekas, botol kemasan air mineral ini kebanyakan tutupnya
ini yang paling dominan ini bisa menjadi nilai karya seni yang sangat luar
biasa. Masyarakat yang ingin belajar tentang Garduaction, salah satu
keunggulan di Garduaction ini adalah teknologi ecobrik nah ecobrik ini kan
sampah plastik yang barangkali kotor dan dimasukkan semua kedalam satu
botol dan menjadi luar biasa bahkan menjadi karya seni dan bahkan
bangunan rumah. Nah itu kita mengumumkan kepada siapa saja yang ingin
belajar kesana dan kepada masyarakat untuk penyuluhan, sosialisasi dan
sebagainya.” (Dwi, wawancara 17/05/2018)

Hal tersebut menjadi nilai lebih bagi Garduaction. Memiliki keunggulan

lebih dari jejaring pengelola sampah di Kabupaten Bantul. Dari hal tersebut

Garduaction sebenarnya dapat menentukan khalayak yang akan menjadi target

sosialisasi mereka, Garduaction dapat memilah-milah khalayaknya menjadi dua

golongan yaitu Early Adopters dan Early Majority seperti:

a. Early Adopters atau orang yang cepat bersedia untuk mencoba apa

yang dianjurkan kepadanya. Contohnya forum sekolah adiwiyata,

forum lingkungan hidup, mahasiswa, volunteers dan komunitas

pecinta lingkungan

b. Early Majority atau kelompok orang-orang yang mudah menerima

ide-ide baru asal saja sudah diterima oleh orang banyak. Contohnya

pengunjung Pantai Parangtritis, Pantai Depok dan masyarakat Desa

Parangtritis.
75

Penggolongan khalayak mempermudah Garduaction dalam memberikan

materi mengenai pengelolaan sampah. Garduaction memperhatikan beberapa hal,

diantaranya adalah:

a. Kelompok pendukung, ialah kelompok yang mendukung dan setuju pada

program yang akan dilaksanakan.

b. Aspek sosiodemografik, mencakup usia, jenis kelamin, pekerjaan,

pendidikan, tingkat pendapatann (income), agama, ideology, etnis, termasuk

pemilihan media

c. Aspek profil psikologis, mencakup sikap yang tercermin dari kejiwaan

masyarakat.

d. Aspek karakteristik perilaku masyarakat, mencakup kebiasaan-kebiasaan

yang dijalani dalam kehidupan suatu masyarakat.

Maka dari itu sosialisasi tidak hanya dilakukan kepada khalayak yang sering

berkunjung ke Garduaction saja namun juga kepada pemerintah dan mitra

kerjasama Dinas Lingkungan Kabupaten Bantul (Forum sekolah adiwiyata, forum

lingkungan hidup, forum relawan dan saka kalpataru). Penegasan dari Ibu Sri

Rahayu, dinyatakan seperti berikut ini:

“Dulu itu saya sering ini kalau ada masyarakat, pemerintah dan komunitas
yang meminta untuk dilatih dan pelatihan pembuatan ecobrik itu saya
anjurkan ke Garduaction, minta mereka untuk mengadakan pelatihan
ecobrik, dulu seringnya saya dengan Mas Vika. Mas Vika itu yang biasanya
saya mintai tolong untuk memberikan materi tentang pembuatan ecobrik.”
(Sri Rahayu, wawancara 14/05/2018)

4.2.2.2.Peranan Komunikator dalam Strategi Komunikasi Garduaction

Salah satu aspek yang tak kalah penting dalam menyebarkan informasi

adalah penetapan komunikator. Dalam berbagai kegiatan komunikasi, komunikator


76

merupakan pengendalinya. Jika suatu proses komunikasi tidak berhasil dengan baik

maka kesalahan utama bersumber dari komunikator karena komunikatorlah yang

tidak memahami penyusunan pesan, memilih media yang tepat dan mendekati

khalayak yang menjadi target sasaran. Sebagai pelaku utama dalam aktivitas

komunikasi, komunikator yang akan bertindak sebagai ujung tombak suatu

program harus terampil berkomunikasi, kaya ide dan penuh daya kreativitas.

Gambar 4.13
Sosialisasi dan Workshop Ecobrik Garduaction
Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti

Program pengelolaan sampah merupakan program utama yang

dilaksanakan oleh Garduaction sehingga komunikator dalam program ini adalah

orang-orang yang mengerti dan tau ilmu tentang pengelolaan sampah. Seperti yang

diutarakan oleh oleh Bapak Budiyanto selaku Penasihat Garduaction, bahwa:

“Divisi Pendidikan ya seperti tadi kita mensosialisasikan, mengadakan


workshop, disini diadakan workshop, workshop macrame dengan Sarah
orang asli Jerman, nah itu adalah contoh kegiatan edukasi, masuknya di
divisi pendidikan. Nah orang-orang atau wisatawan di edukasi, lah katanya
sampah kok di edukasi dengan adanya workshop ini apa hubungannya? Nah
77

itu segi edukasi, bagaimana kita bisa memberikan edukasi ini ketika orang
mengikuti workshop disini maka akan adanya kedekatan yang terjalin
dengan pengunjung serta David dan Sarah. Kita sering ngobrol mengenai
permasalahan sampah dan mereka sharing di negara asalnya juga. David
dan Sarah sangat antusias dengan permasalahan sampah yang ada.
Workshop macrame tidak ada hubungannya dengan sampah yang diadakan
di Garduaction, ini ada hubungannya dengan edukasinya, jadi kita
mengedukasi, banyak orang kesini dan kita bisa ngobrol dan tukar pikiran
tentang permasalahan sampah. Jadi istilahnya apa yaa, satu continueitas,
satu mata rantai informasi bisa ter-share di pengunjung, apa to program-
program pengelolaan sampah di Parangtritis dan mau digimanakan,
solusinya dan harus melakukan apa.” (Budiyanto, wawancara 28/04/2018)

Peran komunikator pada divisi pendidikan sangatlah penting. Mereka harus

mengetahui apa yang diinginkan oleh pengunjung atau khalayak. Seorang

komunikator juga harus memiliki wawasan yang luas, karena ketika memberikan

sebuah pelatihan ataupun workshop dan membuka pertanyaan maka seorang

komunikator juga harus siap dengan pertanyaan yang diberikan oleh khalayak

ataupun pengunjung.

Gambar 4.14
Workshop Macrame oleh Touris asal Jerman
Sumber : Dokumentasi Pribadi Garduaction

Selain komunikator dari pihak internal Garduaction, mereka juga sangat

terbuka bagi pembicara atau pemberi materi dari luar negeri yang memang mereka
78

menguasai apa yang akan diberikan kepada khalayak saat workshop. Selain itu, Ivan

Galang Pratama selaku Ketua Garduaction juga menuturkan, bahwa:

“Jadi ada volunteer dari UNY, UGM, UPN yang membuat program Sunday
Caring and Sharing di Garduaction. Kegiatan tersebut mengajak anak-anak
untuk senantiasa peduli lingkungan, diajak bercengkrama, diberikan
pengetahuan-pengetahuan tentang lingkungan oleh volunteer-volunteer kita
yang dari utara (UNY, UGM, UPN). Jadi kita membuka untuk open
volunteer, siapa saja yang mau jadi volunteer, semisal seperti kamu ngajak
temenmu jadi volunteer untuk semisal buat acara apa aja terus aja
mereka.”(Ivan Galang P, wawancara 28/04/2018)

Komunikator dalam rangka sosialisasi program pengelolaan sampah

memang pada dasarnnya adalah semua anggota Garduaction. Namun, secara

jabatan fungsional ditetapkan yang bertugas melaksanakan sosialisasi adalah divisi

pendidikan dan volunteer. Keduanya memiliki tugas dan tanggung jawab dalam

sosialisasi, namun masing-masing memiliki porsi yang berbeda. Untuk divisi

pendidikan memang asli dari pemuda-pemudi Mancingan dan untuk volunteer

sifatnya tidak tetap dan datang hanya pada waktu acara tertentu. Seperti yang

dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan dari strategi komunikasi yang direncanakan

Garduaction tidak lain agar semua masyarakat tahu, paham dan bertindak aktif

dalam pengelolaan sampah. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, Garduaction

memperhatikan beberapa aspek pendukung yaitu sangat penting bagi lembaga

dalam mengenal khalayaknya, karena khalayaklah yang menjadi penentu berhasil

atau tidaknya strategi komunikasi yang telah dirumuskan. Khalayaklah yang

menentukan berhasil tidaknya suatu program, sebab bagaimanapun besarnya biaya,

waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk mempengaruhi mereka, namun jika

mereka tidak tertarik pada program yang ditawarkan, maka kegiatan komunikasi

yang dilakukan akan sia-sia.


79

Gambar 4.15
Pelatihan Membuat Vas dari Sampah kepada Pengunjung
Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti

Tetapi komunikator dalam hal memberikan sosialisasi maupun workshop

pengelolaan sampah itu tidak boleh memaksa khalayak, melainkan memang

kesadaran untuk mengelola sampah harus tumbuh sendiri dari dalam diri

masyarakat. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Dwi selaku Kasi Persampahan

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul, bahwa awal berdirinya Garduaction

pun muncul dari kreativitas masyarakat. Garduaction berdiri karena kesadarannya

akan sampah yang ada di sepanjang Pantai Parantritis yang semakin banyak. Jadi

dibiarkan sampai mereka tumbuh, setelah itu baru didekati secara pelan-pelan. Hal

tersebut disebabkan karena khalayak memiliki perbedaan baik dari segi

pengetahuan, pengalaman maupun sosial ekonomi. Bapak Dwi selaku Kasi

Persampahan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul menuturkan, bahwa :

“Nah awal berdirinya Garduaction itu kan muncul dari kreativitas


masyarakat. Komunitas setelah ada beberapa karya maka kami mengajukan
ke tingkat provinsi bahkan ke tingkat nasional untuk mendapatkan
penghargaan jadi itu memang betul-betul muncul dari masyarakat. Dari pure
dari masyarakat, jadi pemerintah itu tidak mau membentuk, ya kalau mau
dibentuk? Kami tanyakan dulu kepada mereka apakah ada kesungguhan
80

ataupun kerelaan keikikhlasan dia akan mengelola sampah nah barulah kita
mendekati dan memfasilitasi.” (Dwi, wawancara 17/05/2018)

Pengelolaan sampah atau mengelola sampah adalah sebuah kerja sosial

yang membutuhkan niat dan keikhlasan dalam diri masing-masing individu. Karena

sebenarnya sampah ini yang membawa atau yang membuat banyak bukan dari satu

sisi saja atau bukan dari kita sendiri, melainkan ada orang lain yang membuat

sampah itu semakin banyak. Maka dari itu mengelola sampah harus ada niat sendiri

dalam hati masing-masing individu dan tidak boleh ada karena paksaan. Sebagai

komunikator juga harus pintar dalam menggunakan kata-kata agar khalayak atau

pengunjung tergugah hatinya mengenai permasalahan sampah. Bapak Budiyanto

selaku penasihat Garduaction menuturkan, bahwa:

“Hanya niatan kita itu ingin membagi ilmu untuk berbagi pengetahuan,
saling mengedukasi, orang yang datang kesini kalau mau belajar ya ayo,
kalau banyak orang yang ingin ikut ya ayo, kita akan orgenaize biar
sempurna acaranya. Problematikanya sampah itu apa to di Parangtritis, dari
yang awalnya tidak tau menjadi tau dan akhirnya ada percakapan,
pertanyaan timbal baliknya komunikasi, ada diskusi. Ada recycle nanti ada
workshop mengenai pengelolaan sampah, barang-barang bekas menjadi hal
yang berguna, nah ada 10 orang, 20 orang bahkan 100 orang nanti kita akan
orgenaize. Nanti setelah kita edukasi itu monggo terserah mau foto-foto
mau ke pantai.” (Budiyanto, wawancara 28/04/2018)

4.2.2.3.Pengkajian Tujuan Pesan Strategi Komunikasi Garduaction

Setelah mengenal mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah

selanjutnya dalam perumusan strategi komunikasi ialah menyusun pesan, yaitu

menentukan tema dan materi. Materi pesan sangatlah penting untuk disusun dengan

baik karena tidak semua khalayak memiliki kemampuan yang sama dalam

memahami informasi yang disampaikan oleh komunikator. Dalam penyusunan

pesan yang terkait dengan program pengelolaan sampah, Garduaction


81

menggunakan penyajian pesan dalam bentuk langsung maupun tidak langsung.

Disampaikan secara langsung (ucapan) ataupun melalui tulisan. Serta

menggunakan bentuk sosialisasi, workshop, diskusi maupun menggunakan sosial

media maupun melalui kegiatan bank sampah, education camp, jurnalis cilik, bakti

sosial dan Go-Green. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan oleh Bapak Budiyanto,

bahwa:

“Divisi Pendidikan ya seperti tadi kita mensosialisasikan, mengadakan


workshop, disini diadakan workshop, workshop macrame dengan Sarah
orang asli Jerman, nah itu adalah contoh kegiatan edukasi, masuknya di
divisi pendidikan. Nah orang-orang atau wisatawan di edukasi, lah katanya
sampah kok di edukasi dengan adanya workshop ini apa hubungannya? Nah
itu segi edukasi, bagaimana kita bisa memberikan edukasi ini ketika orang
mengikuti workshop disini maka akan adanya kedekatan yang terjalin
dengan pengunjung serta David dan Sarah. Kita sering ngobrol mengenai
permasalahan sampah dan mereka sharing di negara asalnya juga. David
dan Sarah sangat antusias dengan permasalahan sampah yang ada.
Workshop macrame tidak ada hubungannya dengan sampah yang diadakan
di Garduaction, ini ada hubungannya dengan edukasinya, jadi kita
mengedukasi, banyak orang kesini dan kita bisa ngobrol dan tukar pikiran
tentang permasalahan sampah. Jadi istilahnya apa yaa, satu continueitas,
satu mata rantai informasi bisa ter-share di pengunjung, apa to program-
program pengelolaan sampah di Parangtritis dan mau digimanakan,
solusinya dan harus melakukan apa?.” (Budiyanto, wawancara 28/04/2018)

Sebelum menyusun pesan maka hal pertama yang harus dirumuskan adalah

materi pesan yang nantinya akan disampaikan. Selain materi pesan tersebut harus

menarik, materi pesan yang disusun oleh Garduaction harus menyesuaikan dengan

media yang digunakannya. Jika melalui media massa maka pesannya bersifat

umum-umunya saja. Namun jika itu melalui komunikasi tatap muka maka materi

pesannya lebih spesifik lagi sesuai dengan kebutuhan khalayak. Misalnya, jika

penyampaian pesan terjadi dalam komunikasi kelompok (seminar) maka materi

pesannya ditampikaan harus jelas, menggunakan powerpoint dan tanya jawab


82

misalnya. Ataupun melalui kegiatan bank sampah, education camp, jurnalis cilik,

bakti sosial dan Go-Green, yang mereka tentukan akan membahas apa, lalu siapa

pemberi materinya, bahasanya harus menyesuaikan, menggunakan bahasa formal

maupun non-formal, karena materi pesan itu menyesuaikan khalayak ingin

mengetahui tetang materi tertentu mereka juga harus mengetahui apa yang khalayak

inginkan pada saat sosialisasi ataupun workshop yang akan mereka minta. Seperti

yang Ibu Sri Rahayu selaku Kasi Peningkatan Kapasitas Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Bantul menuturkan, bahwa:

“Dulu itu saya sering ini kalau ada masyarakat, pemerintah dan komunitas
yang meminta untuk dilatih dan pelatihan pembuatan ecobrik itu saya
anjurkan ke Garduaction, minta mereka untuk mengadakan pelatihan
ecobrik, dulu seringnya saya dengan Mas Vika. Mas Vika itu yang biasanya
saya mintai tolong untuk memberikan materi tentang pembuatan ecobrik.”
(Sri Rahayu, wawancara 14/05/2018)

Ketika masyarakat meminta materi mengenai bagaimana cara pembuatan

ecobrik misalnya, diberikan materi menyeluruh mengenai ecobrik. Serta mengutus

anggota yang memang paham mengenai ecobrik.

Gambar 4.16
Contoh Ecobrik Garduaction
Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti
Mempersiapkan materi dengan sungguh-sungguh karena, seorang

komunikator sangat menentukan kesuksesan komunitas dalam hal pendekatan dan


83

strategi komunikasi kepada masayarakat. Penilaian utama kesuksesan komunitas

ada pada seorang komunikator. Seorang komunikator juga harus pintar apabila

sedang memberikan materi kepada masyarakat tentunya menggunakan bahasa yang

mudah dipahami oleh masyarakat. Tidak menggunakan istilah-istilah asing dan

sukar untuk dimengerti. Garduaction dalam menyampaikan pesan kepada khalayak

agar dapat diterima dengan baik menggunakan cara-cara yang edukatif, persuasif

dan sangatlah informatif. Pengunjung tidak hanya paham, tetapi turut berperan aktif

pada saat dilakukannya workshop, diskusi maupun sosialisasi. Seperti yang

diutarakan oleh Bapak Budiyanto selaku penasihat Garduaction, bahwa:

“Divisi Pendidikan ya seperti tadi kita mensosialisasikan, mengadakan


workshop, disini diadakan workshop, workshop macrame dengan Sarah
orang asli Jerman, nah itu adalah contoh kegiatan edukasi, masuknya di
divisi pendidikan. Nah orang-orang atau wisatawan di edukasi, lah katanya
sampah kok di edukasi dengan adanya workshop ini apa hubungannya? Nah
itu segi edukasi, bagaimana kita bisa memberikan edukasi ini ketika orang
mengikuti workshop disini maka akan adanya kedekatan yang terjalin
dengan pengunjung serta David dan Sarah. Kita sering ngobrol mengenai
permasalahan sampah dan mereka sharing di negara asalnya juga. David dan
Sarah sangat antusias dengan permasalahan sampah yang ada. Workshop
macrame tidak ada hubungannya dengan sampah yang diadakan di
Garduaction, ini ada hubungannya dengan edukasinya, jadi kita
mengedukasi, banyak orang kesini dan kita bisa ngobrol dan tukar pikiran
tentang permasalahan sampah. Jadi istilahnya apa yaa, satu continueitas,
satu mata rantai informasi bisa ter-share di pengunjung, apa to program-
program pengelolaan sampah di Parangtritis dan mau digimanakan,
solusinya dan harus melakukan apa?” (Budiyanto, wawancara 28/04/2018)

Ketika memberikan sosialisasi maupun workshop, Garduaction juga sangat

memperhatikan bagaimana antusiasme khalayak. Seorang komunikator yang baik

harus bisa membangun suasana pada saat berlangsungnya sosialisasi. Ketika

khalayak sudah mulai bosan bagun kembali semangat khalayak untuk

memperhatikan workshop. Garduaction memberikan edukasi atau gambaran yang


84

selama ini orang belum tau, menggugah hati nurani dan pikiran khalayak untuk

peduli mengenai permasalahn sampah. Bapak Budiyanto selaku penasihat

Garduaction menuturkan, bahwa:

“Melihat dari pengunjung itu sangat antusias, mereka sangat senang sekali
ketika kami membuka satu wawasan kepada mereka mengenai pengelolaan
sampah. Sampah dibuat sesuatu yang hanya dengan bahan seadanya, itu
membuat orang berfikir ternyata dari benda yang dianggap sepele bisa
dibuat sesuatu yang lebih atau orang tersebut tidak mengira akan menjadi
benda yang bagus. Kita buka wawasan istilahnya orang itu tidak tahu dan
tidak peduli tentang sampah terus kita ungkapkan bahwa sampah itu sangat
banyak sekali dan sampai segitunya pengelolaan sampah karena banyak
sekali sampah yang ada maka orang itu akan kaget dan berfikir kok bisa ya?
Tadinya gak peduli tentang sampah Indonesia itu sebanyak apa, ketika kita
sosialisasikan orang itu akan terbuka pikirannya, ketika kita edukasi dan
bisa kita contohkan bagaimana caranya mengedukasi orang itu akan tertarik
dan akan mencoba juga. Dan orang akan terhibur, sosialisasi kebanyakan
dari Garduaction sendiri.” (Budiyanto, wawancara 28/04/2018)

Garduaction sebagai komunitas dan penggerak sosial di bidang pengelolaan

sampah berhasil menggugah hati pemerintah untuk saling bekerjasama dalam hal

pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah menurut pemerintah bukanlah tugas

Dinas Lingkungan Hidup saja ataupun tugas masyarakat sendiri maupun tugas

masyarakat sendiri, melainkan tugas bersama. Maka dari itu Dinas Lingkungan

Hidup Kabupaten Bantul selalu menggandeng Garduaction dalam pelatihan

maupun sosialisasi kepada masyarakat. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Sri Rahayu

selaku Kasi Peningkatan Kapasitas Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul,

bahwa:

“Dulu itu saya sering ini kalau ada masyarakat, pemerintah dan komunitas
yang meminta untuk dilatih dan pelatihan pembuatan ecobrik itu saya
anjurkan ke Garduaction, minta mereka untuk mengadakan pelatihan
ecobrik, dulu seringnya saya dengan Mas Vika. Mas Vika itu yang biasanya
saya mintai tolong untuk memberikan materi tentang pembuatan ecobrik.”
(Sri Rahayu, wawancara 14/05/2018)
85

Selain itu Garduaction juga selalu membuka diri bagi siapa saja yang ingin

berbagi ilmunya ke Garduaction. Ivan Galang Pratama selaku Ketua Garduaction

menuturkan, bahwa:

“Setiap hari Minggu diadakan acara berupa Sunday Caring and Sharing,
kegiatan ini diikuti oleh anak-anak dari usia SD yang dimulai pada jam 3
sore. Jadi ada volunteer dari UNY, UGM, UPN yang membuat program
Sunday Caring and Sharing di Garduaction. Kegiatan tersebut mengajak
anak-anak untuk senantiasa peduli lingkungan, diajak bercengkrama,
diberikan pengetahuan-pengetahuan tentang lingkungan oleh volunteer-
volunteer kita yang dari utara (UNY, UGM, UPN). Jadi kita membuka untuk
open volunteer, siapa saja yang mau jadi volunteer, semisal seperti kamu
ngajak temenmu jadi volunteer untuk semisal buat acara apa aja terus aja
mereka.”(Ivan Galang P, wawancara 28/04/2018)

4.2.2.4.Pemilihan Media untuk Mewujudkan Garbage Care and Education

Untuk mendukung program Garduaction tidak mau kalah untuk

menggunakan beberapa media sebagai alat promosi kepada masyarakat. Baik itu

media massa yang meliputi radio, poster, stiker dan instagram ataupun melalui

kegiatan bank sampah, education camp, jurnalis cilik, bakti sosial dan Go-Green.

presentasi, komunikasi antarpribadi, diskusi, komunikasi kelompok, sosialisai,

workshop dan pelatihan-pelatihan lainnya. Seperti yang diutarakan oleh Ivan

Galang Pratama selaku Ketua Garduaction, bahwa:

“Berbagai macam media kami manfaatkan untuk media sosialisasi seperti


radio, banner, stiker ataupun melalui media komunikasi dua arah presentasi,
diskusi, sosialisai, workshop dan pelatihan-pelatihan dan media sosial kami
juga banyak Instagram: @garduaction Email: garduaction9@gmail.com,
Facebook: GarduAction Parangtritis, No. Telephone: 0877-3973-
5007”(Ivan Galang P, wawancara 28/04/2018)
86

Gambar 4.17
Pak Budiyanto saat Diundang oleh Radio RRI
Sumber : Dokumentasi Pribadi Garduaction

Selain itu ntuk mendukung kegiatan pengelolaan sampah di Garduaction,

Pemerintah khusunya Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul tidak lepas

tangan. Pemerintah senantiasa memberikan sumbangsih pesan dan saran kepada

Garduaction dan komunitas-komunitas lainnya di Kabupaten Bantul. Pemerintah

selalu menyarankan agar seluruh kegiatan di muat berbagai media. Seperti yang

diutarakan oleh Bapak Dwis selaku Kasi Persampahan, bahwa:

“Medianya kan begini mbak, selain pertemuan itukan kita menggunakan


dengan kegiatan-kegiatan kita itu kan senantiasa dimuat diberbagai media,
nah kuat harapan kami dari masing-masing komunitas itu senantiasa
menyampaikan hasil-hasil karyanya atau kegiatannya kepada masyarakat
agar masyarakat lain itu bisa membaca bisa meneliti atau dengan cara atau
ada kegiatan di berbagai tempat” (Dwi, wawancara 17/05/2018)

Gambar 4.18
Kunjungan oleh Dinas Pariwisata dan Dinas Lingkungan Hidup
Sumber : Dokumentasi Pribadi Garduaction
87

Sementara itu, Ibu Tanti selaku Unit Pemasaran Dinas Pariwisata

Kabupaten Bantul mengungkapkan bahwa agar komunikasi dapat berjalan dengan

efektif khususnya dalam pemilihan media yang akan digunakan harusnya jelas dan

ada publikasinya. Strategi Komunikasi didukung oleh berbagai alat untuk

menyampaikan pesan kepada masyarakat, semua alat komunikasi untuk

melancarkan pendekatan kepada khalayak harus jelas. Agar masyarakat mengetahui

apa itu Garduaction pengelolaan sampah dan seluruh kegiatan yang mendukung

jalannya strategi komunikasi yang ada di Garduaction. Seperti yang diutarakan oleh

Ibu Tanti selaku Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, bahwa:

“Ketika disitu akan digunakan sebagai sebuah tempat edukasi itu harus jelas,
ibarat kata semisal mau didirikan rumah makan nah rumah makan itu harus
jelas, punya menu-menu apa saja yang akan ditawarkan kepada pengunjung.
Disitu ada apa saja itu harus jelas, apabila akan digunakan sebagai sektor
pendapatan desa itu apakah kerja sosial, apakah bisnis itu harus nampak
jangan sampai abu-abu, maka dijelaskan betul-betul. Apabila disana akan
ada penelitian dan rekomendasi untuk mereka dari situ mereka bisa
meningkatkan pengelolaan itu tadi. Semisal mereka ingin bisnis maka harus
ada publikasinya, dengan catatan mereka harus berbenah jangan sampai
seadanya saja. Jadi, menurut saya Garduaction itu sudah bagus namun
kurang ditata. Konsep sudah bagus.” (Tanti, wawancara 30/04/2018)

Publikasi sangat penting agar masyarakat mengetahui apa itu Garduaction,

pengelolaan sampah dan seluruh kegiatan yang mendukung jalannya strategi

komunikasi yang ada di Garduaction. Garduaction sebagai komunitas baru dapat

dijadikan sebagai wisata seperti yang diutarakan oleh Ibu Tanti selaku Bidang

Pemasaran Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, bahwa:

“Jadi sebetulnya Garduaction bisa dijadikan obyek wisata minat khusus,


namun ada catatan khususnya juga yaitu mereka harus mengelolanya
dengan baik, lebih baik lagi dari segi daya tarik, manajemennya, dari segi
SDMnya. Ketika disitu akan digunakan sebagai sebuah tempat edukasi itu
harus jelas, ibarat kata semisal mau didirikan rumah makan nah rumah
88

makan itu harus jelas, punya menu-menu apa saja yang akan ditawarkan
kepada pengunjung.” (Tanti, wawancara 30/04/2018)

4.2.3. Faktor Pendukung dan Penghambat strategi komunikasi Garduaction

Program pengelolaan sampah merupakan salah satu program Garduaction

juga program Kabupaten Bantul yaitu 2019 Bantul bebas sampah dan 2020

Indonesia bebas sampah. Kesuksesan program ini tidak akan diraih tanpa adanya

dukungan-dukungan baik itu dari pemerintah, masyarakat, lingkungan dan berbagai

hal yang berkaitan dengan program ini. Faktor pendukung Garduaction dalam

mensosialisasikan program Garduaction ini salah satunya adalah instansi

pemerintah. Seperti yang diutarakan oleh Bapak Dwi selaku Unit Persampahan

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul, bahwa :

“Ya sangat relevan karena Bantul bersih sampah 2019, Indonesia bersih
sampah 2020. Kita mendorong kepada semua stakeholder, kepada semua
komunitas bahkan kami beberapa waktu yang lalu dengan komunitas
seniman sedang dalam perencanaan seniman peduli lingkungan, dengan
komunitas sungai, serta mendorong kepada pemerintah desa karena
pemerintah desa itu memiliki ADD berdasarkan peraturan bupati nomor 67
tentang sinkronisasi APBD APBDes, maka desa itu dipersilahkan membuat
anggaran, menyusun anggaran, melaksanakan yang berkaitan dengan
lingkungan atau yang berkaitan dengan pengelolaan sampah dan ini sudah
menjadi payung hukum untuk desa melaksanakan dan desa yang peduli atau
desa yang senang seperti desa Karangtengah yang lurahnya itu memang
mempunyai latar belakang pengelolaan sampah, maka dia mengalokasikan
dana satusan juta bahkan mengangkat pegawai, karyawan untuk mengelola
sampah disana, bahkan sudah bisa sampai diluar Desa Karangtengah. Nah
harapan kita lurah-lurah itu peduli semacam itu nanti sharing dengan DLH
Bantul apa yang DLH Bantul bisa berikan tetapi Desa juga harus membuat
perencanaan dan melaksanakan kegiatan dan sekarang sudah mulai nampak
sekarang desa-desa yang sudah mengalokasikan dananya baik untuk
pembangunan fisik maupun pembangunan non-fisik.” (Dwi, wawancara
17/05/2018)
89

Gambar 4.19
Kunjungan dari DPRD Kabupaten Bantul dan Dinas Lingkungan Hidup
Sumber : Dokumentasi Pribadi Garduaction

Selain dukungan dari pemerintah, dukungan juga banyak berdatangan dari

instansi-instansi pemerintah yang terkait, seperti Dinas Pariwisata, Dinas

Lingkungan Hidup, Pemerintah Desa Parangtritis, masyarakat Parangtritis dan

kumpulan seniman. Dukungan tersebut tercermin dari banyaknya seminar-seminar

mengenai program pengelolaan sampah yang dilakukan di Kabupaten Bantul. Serta

terbentuknya komunitas-komunitas dan sekolah berbasis adiwiyata yang mulai

tumbuh di Kabupaten Bantul. Bu Sri Rahayu selaku Kasi Peningkatan Kapasitas

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul menuturkan, bahwa;

“Kita juga sudah membuatkan SK juga, sudah kita buatkan SK untuk


bank sampahnya juga pada tahun 2016 (Surat Keputusan Kepala BLH)
Garduaction itu kan berdiri 2015 akhir, dan kita SK kan pada tahun 2016
awal.” (Sri Rahayu, wawancara 14/05/2018)

Garduaction juga senantiasa terbuka dengan adanya dukungan oleh

Kementrian Lingkungan Hidup, Dinas Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup,

Pemerintah Desa Parangtritis, masyarakat Parangtritis dan kumpulan seniman yang


90

sering mensupport acara yang diadakan oleh Garduaction. Bapak Budiyanto selaku

penasihat Garduaction menuturkan, bahwa:

“Kalo instansi, Kementrian Lingkungan Hidup, Pemerintah Desa,


ada DLH, BLH, yang sudah mulai akhir-akhir ini dengan DLH tahun 2018
ini mulai kita respon, lalu ada Kementrian Lingkungan Hidup. Kalau untuk
dari kalangan akademisi itu banyak sekali menggandeng universitas di
Yogyakarta yang sudah bekerjasama dan singgah disini. UAD, UNY, UTY,
UMY, UPN, UGM, SANATA DHARMA, UNRIYO, UIN ya kurang lebih
segitu universitas yang bekerjasama dengan Garduaction yang pernah
menjalin kerjasama dengan kita dalam bentuk tertentu walaupun tidak
terlalu konsisten atau secara terus menerus. Nah kita juga bekerjasama
dengan berbagai komunitas, komunitas berbagi (literasi), barbarados
(kesenian), komunitas tas pustaka yaitu literasi juga, mapala, mapala sastra,
SOSDL. Sampai saya lupa apa saja karena saking banyaknya.” (Budiyanto,
wawancara 28/04/2018)

Gambar 4.20
Bak Sampah Pilah Tiga Bantuan dari Dinas Lingkungan Hidup
Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti

Selain faktor pendukung dari pemerintah, instansi terkait, universitas dan

komunitas, faktor sarana prasarana juga harus mampu menunjang kegiatan

Garduaction. Faktor sarana dan prasarana adalah hal yang sangat penting yang

harus dimiliki oleh sebuah komunitas, karena sangat menunjang berlangsungya

kegiatan yang dilakukan oleh Garduaction sehari-harinya. Senada dengan

penuturan Ibu Sri Rahayu, bahwa salah satu faktor pendukung dalam pengelolaan

sampah adalah tersedianya rumah pilah sampah dan angkutan untuk pendistribusian
91

sampah dari rumah warga ke Garduaction. Ibu Sri Rahayu selaku Kasi Peningkatan

dan Kapasitas Dinas Lingkungan Hidup menuturkan, bahwa:

“Sana itu kemarin pada saat pembinaan atau sosialisasi bank sampah itu
pada sekitar bulan April kemarin itu yang diikuti oleh warga sekitar dan
Depok dihadiri oleh Dinas Lingkungan Hidup dan kami support dalam
bentuk sarpras tadi. Nanti kedepannya akan ada sarpras lagi, namun untuk
sekarang ya baru hanya ada itu kita serahkan apa adanya itu dan sedang akan
kita bangunkan rumah pilah sampah senilai 100 juta. Semisal mereka
membutuhkan apa ya sebisa mungkin kita support mereka.” (Sri Rahayu,
wawancara 14/05/2018)

Gambar 4.21
Motor Roda Tiga Bantuan dari Kementrian Lingkungan Hidup
Sumber : Dokumentas Pribadi Garduaction

Adanya sarana prasarana sangat menunjang keberlangsungannya

Garduaction dalam pengelolaan sampah. Bapak Budiyanto selaku penasihat

Garduaction menuturkan, bahwa:

“Kontribusinya dari pemerintah untuk Garduaction yaitu melalui Dinas


Lingkungan Hidup dengan mengadakan rumah pilah sampah. Lalu
pemerintah Desa Parangtritis pada akhir tahun 2017 lalu memfasilitasi
untuk bank sampah, kemudian untuk Kementrian Lingkungan Hidup itu
berbentuk gerobak motor roda tiga.” (Budiyanto, wawancara 28/04/2018)

Layaknya program-program penyadaran masyarakat lainnya, program

pengelolaan sampah juga memiliki hambatan dalam pelaksanaannya. Seperti yang


92

sudah diketahui bahwa pengelolaan sampah atau mengelola sampah adalah sebuah

kerja sosial yang membutuhkan niat dalam diri masing-masing individu dan tidak

boleh adanya keterpaksaan dalam diri masing-masing individu. Dikarenakan hal

tersebut pasti akan mengganggu keberlangsungan komunitas yang ada. Menurut

Ibu Tanti hambatan ini berkaitan dengan pengemasan Garduaction. Ibu Tanti selaku

Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul menuturkan, bahwa:

“Kendala ketika disana ada TPS, saya kurang tau ketika disana itu
ada TPS, apakah masih disana atau tidak, ketika TPS itu disana penuh dan
bauk orang tidak ingin kesana, tapi ketika TPS itu dipindahkan harus ada
koordinasi juga. Jadi memang, apa yang dibuthkan disitu adalah komunikasi
dan koordinasi sekaligus solusi dan tindak lanjut. Kalau sejauh ini
konsepnya sudah bagus dan bisa dijadikan obyek wisata yaitu wisata minat
khusus cuma harus dibenahi kembali. Jadi sebetulnya Garduaction bisa
dijadikan obyek wisata minat khusus, namun ada catatan khususnya juga
yaitu mereka harus mengelolanya dengan baik, lebih baik lagi dari segi daya
tarik, manajemennya, dari segi SDMnya. Ketika disitu akan digunakan
sebagai sebuah tempat edukasi itu harus jelas, ibarat kata semisal mau
didirikan rumah makan nah rumah makan itu harus jelas, punya menu-menu
apa saja yang akan ditawarkan kepada pengunjung. Disitu ada apa saja itu
harus jelas, apabila akan digunakan sebagai sektor pendapatan desa itu
apakah kerja sosial, apakah bisnis itu harus nampak jangan sampai abu-abu,
maka dijelaskan betul-betul. Apabila disana akan ada penelitian dan
rekomendasi untuk mereka dari situ mereka bisa meningkatkan pengelolaan
itu tadi. Semisal mereka ingin bisnis maka harus ada publikasinya, dengan
catatan mereka harus berbenah jangan sampai seadanya saja. Jadi, menurut
saya Garduaction itu sudah bagus namun kurang ditata. Konsep sudah
bagus.” (Tanti, wawancara 30/04/2018)

Gambar 4.22
Kondisi Garduaction tahun 2017
Sumber : Dokumentasi Pribadi Garduaction
93

Terkadang memang pengemasan menjadi masalah utama sebuah komunitas,

dikarenakan pada awalnya bagus kemudian karena faktor alam disepanjang pantai

yang susah untuk diprediksi juga membuat lingkungan sekitar Garduaction terlihat

kumuh.

Gambar 4.23
Kondisi Garduaction 2018
Sumber : Dokumentasi Pribadi Peneliti

Hal lain yang menjadi penghambat adalah faktor sumber daya manusia yang

kurang juga membuat pengawasan dan pengelolaan kurang diperhatikan oleh

Garduaction. Bapak Budiyanto selaku penasihat Garduaction menuturkan, bahwa

hambatan Garduaction ini berkaitan dengan keanggotaan.

“Semua volunteer ada 26, untuk yang aktif itu ada 6 orang, yang aktif banget
ada 3. 10% yang totalitas, 40% lumayan aktif, 50% ikut saja. Banyak yang
harus dikerjakan tetapi sumber daya manusianya yang kurang. Saya itu
pengennya mempunyai sekretaris yang tanggap. Kami sempat mengadakan
sosialisasi di Depok untuk pengelolaan sampah, tapi dikarenakan kurangnya
volunteer itu yang akhirnya tidak bisa memadai padahal disana itu
sampahnya luar biasa banyak. Sebenarnya disini juga lumayan banyak spot-
spot selfie agar menjadi daya tarik pengunjung tetapi karena kurangnya
pengawasan perawatan dikarenakan kurangnya volunteer maka ada
beberapa spot yang sedikit demi sedikit rusak dan bahkan hilang. Akhirnya
94

ya sudah spot-spotnya rusak dan akhirnya kami bersihkan.” (Budiyanto,


wawancara 28/04/2018)

4.2.4. Tanggapan Masyarakat Mengenai Program Pengelolaan Sampah oleh

Garduaction

Setiap aktivitas yang dilakukan oleh Garduaction baik yang berupa

sosialisasi, workshop maupun pelatihan pastinya akan menimbulkan efek ataupun

dampak kepada masyarakat yang mengikutinya. Jati salah satu masyarakat yang

sudah pernah mengikuti pelatihan di Garduaction menuturkan, bahwa:

“Saya menyukai Garduaction karena, dapat mengolah sampah dijadikan


salah satu kerajinan yang dapat ditata dengan baik, meningkatkan minat
untuk berwisata di Pantai Parangtritis dan tempat untuk sarana pembelajaran
untuk mengolah sampah menjadi hal-hal yang bermanfaat.” (Jati,
wawancara 10/05/2018)

Adanya pelatihan, workshop, maupun sosialisasi yang dilakukan oleh

Garduaction maka diharapkan pesan yang disampaikan dapat diterima, dipahami

dan diikuti oleh masyarakat. Jati juga menuturkan, bahwa:

“Garduaction menyampaikan pesan kepada masyarakat dengan cara


menggunakan sampah untuk menjadi hal-hal yang lebih berguna dan
komunikatif, persuasif dan dapat diterima masyarakat baik dan Garduaction
juga mempromosikan melalui media sosial, jadi tidak hanya masyarakat
sekitar yang dapat mengetahui tempat tersebut melainkan seluruh dunia
dapat mengetahui, agar kesadaran untuk menggunakan sampah kembali
tidak hanya dari warga setempat namun juga dari Indonesia.” (Jati,
wawancara 10/05/2018)

Sedikit berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Rizki selaku

pengunjung yang belum pernah mengikuti sosialisasi. Menurutnya Garduaction

kurang dalam segi promosi kepada masyarakat, sudah baik namun perlu

ditingkatkan lagi. Karena yang terjadi dilapangan yang menerima sosialisasi hanya

beberapa orang saja, tidak menyeluruh kepada masyarakat luas.


95

“Garduaction kurang dalam mempromosikan diri, hanya melalui media


sosial instagram. Tempat wisata agar cepat berkembang itu harusnya
ditambah lagi kerajinan-kerajinan dari sampah agar lebih menarik lagi,
promosi, agar masyarakat lebih tau lagi apa itu Garduaction dan tidak hanya
orang tertentu yang dapat mengetahui keberadaan Garduaction. Perlu
adanya promosi yang lebih.” (Rizki, wawancara 10/05/2018)

4.3. Pembahasan

Komunikasi merupakan bagian terpenting dalam gerak kehidupan manusia

khususnya bagi organisasi atau institusi yang mempunyai program-program untuk

memajukan organisasi atau institusi itu sendiri demi kepentigan masyarakat umum.

Komunikasi juga telah menjadi bagian strategis yang perlu dicantumkan dalam

setiap perencanaan program komunitas yang bersifat partisipasif. Ketidak

percayaan, penolakan dan kebuntuan relasi antara komunitas dengan masyarakat

maupun antara komunitas dan pemerintah dalam memperbincangkan program

peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat difasilitasi dengan keberadaan

komunikasi sebagai aktivitas yang menjembatani interaksi antara keduanya.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan aktivitas

komunikasi ini adalah menciptakan pemahaman. Setiap anggota komunitas

berkewajiban membuat khalayak komunitasnya memahami kehadiran komunitas

secara keseluruhan dan diharapkan pada akhirnya akan dicapai suatu pengetahuan

yang menumbuhkan pemahaman timbal balik yang bersangkutan dengan segenap

khalayak. Strategi komunikasi pada dasarnya bisa diaplikasikan untuk banyak hal,

bukan hanya untuk komunikasi itu sendiri, tetapi juga bisa digunakan oleh lembaga-

lembaga yang berusaha mendapatkan dukungan dari masyarakat. Salah satunya

adalah penyebar luasan gagasan pembangunan dan penyuluhhan untuk penyadaran

masyarakat. Strategi komunikasi merupakan suatu rancangan akan tujuan


96

komunikasi yang dirumuskan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman

kepada khalayak sehingga khalayak dapat terpengaruh dan mengubah tingkah

lakunya.

Berdasarkan penelitian selama kurang lebih tiga bulan, penulis berhasil

mengumpulkan data melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi

mengenai strategi komunikasi Garduaction dalam mewujudkan Garbage Care and

Education. Dari data tersebut, penulis akhirnya mendiskripsikannya dalam hasil

penelitian dan selanjutnya akan dibahas di bawah ini. Seperti yang sudah dijelaskan

pada bab sebelumnya (BAB II) bahwa strategi merupakan perencanaan (planning)

dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Sementara strategi

komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi (communication

planning) dan manajemen (management planning) untuk mencapai suatu tujuan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa perencanaan komunikasi dan manajemen

komunikasi tersebut merupakan kombinasi terbaik dari semua elemen komunikasi

mulai dari komunikator, pesan, saluran, penerima sampai pada pengaruh (efek)

yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi. Oleh sebab itu, untuk

membahas bagaimana strategi komunikasi Garduaction maka penulis

menggunakan teori perencanaan Charles Berger. Menurut Charles Berger

(Littlejohn, 2009:184-185) dimana dijelaskan bahwa rencana-rencana dari perilaku

komunikasi adalah representative kognitif hierarki dari rangkaian tindakan

mencapai tujuan. Pada dasarnya teori ini juga menjelaskan tentang proses-proses

yang berlangsung dalam diri manusia dalam proses komunikasi yakni proses

membuat pesan dan proses memahami pesan.


97

Strategi Komunikasi Garduaction dalam


Mewujudkan Garbage Care and Education

Teori Perencanaan

Analisis Situasi Perencanaan Strategi


Tahapan ini menggunakan 1. Tahapan mengenali sasaran : komunitas Pelaksanaan
Analisis SWOT sehingga dapat Garduaction memiliki spesifikasi khalayak yang Komunitas
diketahui kekuatan dari dapat menerima sosialisasi yaitu Early Adopters Garduaction ini
Garduaction, kelemahan, peluang dan Early Majority. Garduaction menyasar seluruh dikelola oleh Karang
dan ancamannya. masyarakat, instansi pemerintah, komunitas dan Taruna Desa dan
kalangan sekolah volunteer dari berbagai
2. Peranan komunikator : menentukan kampus yang berada di
komunikator atau pemberi materi dari Garduaction Yogyakarta. Dengan
harus paham dan berkompeten dalam penyampaian semua strategi yang
pesan. Harus bisa melihat latar belakang khalayak, sudah
Analisis SWOT menyesuaikan dengan khalayak. dijalankannamun
Strenght : Garduaction sangat 3. Pengkajian tujuan pesan : pesan yang akan belum cukup
mudah melakukan komunikasi disampaikan harus sesuai dengan permintaan maksimal karena
karena sudah terbantu dengan khalayak, mengetahui latar belakang pengetahuan adanya beberapa
adanya kerjasama oleh DLH, khalayak. faktor yang
Dinas Pariwisata, Pemerintah 4. Pemilihan media : menetukan alat promosi untuk mempengaruhi.
Desa. media penyampaian pesan pengelolaan sampah
Weakness : Pihak pengelola kepada masyarakat.
belum fokus atau belum
maksimal terhadap penataan
tempat, publikasi/promosi Strategi Komunikasi yang sudah dijalankan Komunikasi yang
melalui media luar ruang. yaitu: telah dilaksanakan
Opportunity : Masih sedikitnya 1. Periklanan, Media online : Instagram, facebook. 1. Melalui media
komunitas mengenai pengelolaan Media Cetak : poster, stiker, koran. Dan melalui social di berikan
lingkungan. radio. informasi yang sangat
Threats : Mudahnya ditiru oleh 2. Hubungan Masyarakat : melakukan koordinasi banyak mengenai
komunitas lain. dengan pemerintah Desa Parangtritis kegiatan Garduaction
3. Hubungan Pemerintah : melakukan koordinasi sehingga khalayak bisa
dan adanya sarana prasarana dari pemerintah mencari review.
Kabupaten Bantul diantaranya Kementrian 2. Mensosialisasikan
Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup dan pengetahuan
Dinas Pariwisata pengelolaan sampah
4. Promosi langsung : melalui sosialisasi, kepada masyarakat.
Faktor Pendukung :
workshop, pelatihan, Bank Sampah, Education 3. Melalukan
1. Bekerjasama dengan Kementrian Camp, Jurnalis Cilik, Bakti Sosial, Go-Green, kerjasama dengan
Sunday Caring and Sharing. Dinas Lingkungan
Lingkungan Hidup, DLH, Dinas
Hidup Kabupaten
Pariwisata, Pemerintah Desa. Bantul
2. Sarana Prasarana yang lengkap, rumah
pilah, motor roda tiga. HASIL
Strategi Komunikasi yang
3. Sebagian anggota Garduaction dilakukan oleh Garduaction Faktor Penghambat
didominasi oleh usia muda, sehingga telah berjalan baik, walaupun 1. Kurangnya
belum sepenuhnya maksimal pengelolaan tempat
sangat terbuka dengan aktifitas promosi seperti pengelolaan tempat dan yang kurang baik.
melalui media online dengan mengetahui publikasi kegiatan Garduaction 2. Kurangnya
yang kurang baik. publikasi kegiatan
peluang Garduaction. Hambatannya berasal dari Garduaction.
4. Mempunyai daya tarik dengan yang factor internal Garduaction 3. Kurangnya
lain, yaitu pengelolaan sampah dengan yaitu, keaktifan anggota dan keaktifan anggota
ecobrik. kurang baiknya pengelolaan dan volunteer.
5. Lokasi dekat dengan Pantai tempat yang baik.
Parangtritis.
Gambar 4.24
Kerangka Pemikiran
(Sumber : Olahan Peneliti)
98

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti, terdapat keterkaitan

antara strategi komunikasi Garduaction yang teridiri dari beberapa langkah yang

sejalan dengan Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, yaitu

Strategi komunikasi merupakan paduan perencanaan komunikasi (communication

planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Effendy 2006:32). Serta terdapat

keterkaitan antara strategi komunikasi Garduaction yang teridiri dari beberapa

langkah yang sejalan dengan Cangara dalam bukunya Perencanaan & Strategi

Komunikasi, yaitu Strategi komunikasi harus ada penetapan strategi dalam

perencanaan komunikasi. Strategi komunikasi yang dilakukan Garduaction dalam

mewujudkan Garbage Care and Education, dilaksanakan dengan cara mengenali

sasaran komunikasi, pemilihan media komunikasi, pengkajian tujuan pesan

komunikasi, peranan komunikator dalam komunikasi. Perumusan strategi

komunikasi terjadi pada tingkat Ketua yang kemudian akan disampaikan kepada

Divisi Pendidikan lalu disebarkan kepada seluruh anggota Garduaction.

Usaha dalam mengkomunikasikan pesan-pesan pengelolaan sampah

kemudian dirangkai Garduaction menjadi sebuah strategi. Berdasarkan analisis

yang dilakukan oleh peneliti, terdapat keterkaitan antara strategi komunikasi

Garduaction yang sejalan dengan Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori

dan Praktek, yaitu Strategi komunikasi merupakan paduan perencanaan komunikasi

(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication

management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Effendy 2006:32).


99

Memperhatikan khalayak sasaran adalah prinsip dasar dalam

berkomunikasi. Karena mengetahui dan memahami karakteristik khalayak, berarti

suatu peluang untuk mencapai keberhasilan komunikasi. Garduaction dapat

memilah-milah khalayaknya menjadi dua golongan yaitu Early Adopters dan Early

Majority seperti:

c. Early Adopters atau orang yang cepat bersedia untuk mencoba apa

yang dianjurkan kepadanya. Contohnya forum sekolah adiwiyata,

forum lingkungan hidup, mahasiswa, volunteers dan komunitas

pecinta lingkungan

d. Early Majority atau kelompok orang-orang yang mudah menerima

ide-ide baru asal saja sudah diterima oleh orang banyak. Contohnya

pengunjung Pantai Parangtritis, Pantai Depok dan masyarakat Desa

Parangtritis.

Penggolongan khalayak mempermudah Garduaction dalam memberikan

materi mengenai pengelolaan sampah. Garduaction memperhatikan beberapa hal,

diantaranya adalah:

e. Kelompok pendukung, ialah kelompok yang mendukung dan setuju pada

program yang akan dilaksanakan.

f. Aspek sosiodemografik, mencakup usia, jenis kelamin, pekerjaan,

pendidikan, tingkat pendapatann (income), agama, ideology, etnis, termasuk

pemilihan media

g. Aspek profil psikologis, mencakup sikap yang tercermin dari kejiwaan

masyarakat.
100

h. Aspek karakteristik perilaku masyarakat, mencakup kebiasaan-kebiasaan

yang dijalani dalam kehidupan suatu masyarakat.

Pada tahap ini, Garduaction menerima seluruh masyarakat yang ingin

belajar mengenai sampah tetapi dengan catatan masyarakat yang ada kerelaan

dalam hatinya dan tidak ada paksaan sama sekali. Garduaction tidak

mengkategorikan siapa saja yang dapat menjadi peserta pelatihan ataupun yang

dapat berkunjung ke Garduaction. Mereka sangat mengapresiasi siapapun yang

berkunjung dan peduli dengan permasalahan sampah yang ada. Pengenalan

khalayak juga dilakukan melalui observasi, pendekatan, pendugaan yang

berdasarkan pengalaman serta pemahaman komunikator mengenai khalayak.

Awalnya penyusunan strategi komunikasi Garduaction mengenai program

pengelolaan sampah, yang menjadi sasaran khalayak adalah semua warga

masyarakat Dusun Parangtritis. Khalayak tersebut kemudian dapat dibedakan

menjadi dua kategori, yang pertama adalah Masyarakat Parangritis yang sering

mengikuti kegiatan di Garduaction. Yang kedua adalah khalayak yang hanya

berkunjung dan bersifat sementara saja, yaitu study tour, wisatawan yang ke pantai,

kunjungan dari luar Yogyakarta.

Penetapan mengenai pengkategorian sebenarnya dianggap tidak efektif bagi

Garduaction karena mereka dan Instansi Pemerintah menganggap bahwa sebuah

komunitas pengelolaan sampah ini sifatnya sukarela, adanya kerelaan dari hati

sangatlah penting. Kerja sosial seperti ini dianggap sebagai hal yang harus tumbuh

dari kerelaan, dikarenakan bila adanya paksaan maka tidak akan berjalan lama.

Serta komunikator akan kesulitan dalam menyampaikan pesan, memilih metode


101

dan media untuk menyampaikan pesan tidak akan efektif apabila terpaksa. Dari hal

tersebut dapat bermanfaat dalam berbagai aspek, sebagai berikut:

1. Efektivitas pesan

2. Penjadwalan kegiatan

3. Tercapainya tujuan saat titik yang hendak dicapai luput dari jangkauan

4. Kemudahan evaluasi aktivitas komunikasi. Saat aktivitas komunikasi

sulit untuk dievaluasi tolak ukur tingkat keberhasilannya, maka

keberhasilan/ketidak berhasilan menjadi ambigu.

5. Terkait langsung dengan dana. Apabila khalayak yang disasar tidak sesuai

dengan kerelaan hati, maka dana akan terpecah belah dikarenakan

ketidakjelasannya atau terfokusnya khalayak.

Suatu strategi juga merupakan keseluruhan keputusan kondisional tentang

tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Dalam merumuskan strategi

komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga diperlukan

ketelitian dalam memperhitungkan kondisi dan situai khalayak. Penilaian mengenai

kondisi dan situasi khalayak berada sepenuhnya pada komunikator sebagai aktor

utama dalam proses komunikasi. Oleh karena itu, dalam strategi komunikasi

peranan komunikator sangatlah penting.

Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan komunikator. Para ahli

komunikasi cenderung sependapat bahwa memperlancar komunikasi lebih baik

mempergunakan teori perencanaan. Artinya sebelum kita menyampaikan sebuah

pesan kepada khalayak kita harus mempersiapkan perencanaan yang matang agar

rangkaian tindakan sesuai atau tepat dengan tujuannya. Teori Perencanaan Charles
102

Berger dimana dijelaskan bahwa rencana-rencana dari perilaku komunikasi adalah

representative kognitif hierarki dari rangkaian tindakan mencapai tujuan. Dengan

kata lain, rencana-rencana merupakan gambaran mental dari langkah-langkah yang

akan diambil seseorang untuk memenuhi sebuah tujuan. Pada dasarnya teori ini

juga menjelaskan tentang proses-proses yang berlangsung dalam diri manusia

dalam proses komunikasi yakni proses membuat pesan dan proses memahami

pesan. Manusia ketika dalam proses menghasilkan suatu pesan maka akan

melibatkan proses berpikir, pembuatan keputusan sampai dengan proses pembuatan

simbol sebelum memproduksi pesan (Littlejohn, 2009:184-185). Inilah yang

kemudian menjadi perhatian dalam menyusun pesan.

Pesan adalah segala sesuatu yang disampaikan oleh seseorang dalm bentuk

simbol yang dipersepsi dan diterima oleh khalayak dalam serangkaian makna.

Berdasarkan hasil penelitian, ada dua jenis penyusunan pesan yang dilakukan oleh

Garduaction yakni pesan langsung dan tak langsung. Pesan yang disampaikan

langsung maksudnya melalui ucapan seperti sosialisasi, workshop dan diskusi.

Sedangkan pesan tak langsung adalah melaui media sosial, stiker, poster dan media

yang lainnya.

Pesan selalu menyesuaikan dengan khalayak. Baik itu dari segi materinya

dan media yang digunakan termasuk bahasa. Seperti yang dilakukan oleh

Garduaction ketika menyampaikan pesan melalui media online maka materi

pesannya dibuat lebih persuasif. Sementara materi pesan yang disampaikan melalui

komunikasi langsung, baik itu melalui diskusi ataupun pelayanan disusun lebih

lengkap, ada persuasifnya, ada informatif dan ada juga edukatifnya. Pesannya juga
103

lebih detail, mulai dari tujuan, visi-misi dan programnya. Suatu pesan dapat

menarik perhatian jika pesan yang disampaikan itu menyangkut kebutuhan dan

kepentingan khalayak pendengar.

Penyusunan pesan juga mengikuti peserta yang meminta sosialisasi. Materi

pesan bagi peserta Instansi Pemerintah menggunakan bahasa yang formal. Untuk

materi pesan bagi siswa-siswi maupun komunitas menggunakan bahasa yang lebih

sederhana, agak kedaerahan dan lebih informal.

Pesan sangat tergantung pada program yang ingin disampaikan. Jika program

itu bersifat komersial untuk mengajak orang agar membeli barang yang dipasarkan,

maka pesannya bersifat persuasif dan provokatif, sedangkan jika produk dalam

bentuk program penyuluhan untuk penyadaran masyarakat seperti program

pengelolaan sampah maka sifatnya harus persuasif dan edukatif. Tapi jika program

yang ingin disampaikan sifatnya hanya untuk sekedar diketahui oleh masyarakat

maka sifat pesannya harus bersifat informatif. Pesan yang bersifat informatif

sebenarnya harus melekat pada semua jenis program apakah itu komersial, politik,

penyuluhan dan informasi publik, sebab sebuah pesan yang tidak dimiliki nuansa

informatif bisa menimbulkan kesalahan presepsi (Cangara, 2013:114).

Program pengelolaan sampah merupakan program Garduaction dan juga

program pemerintah yang bertujuan meningkatkan kebersihan lingkungan yang

ingin diwujudkan pemerintah yaitu Bantul bebas sampah 2019 dan Indonesia bebas

sampah 2020 sehingga program ini masuk dalam kategori program untuk kesadaran

masyarakat. Karena program ini adalah baru maka program ini disosialisasikan

dengan model penyusunan pesan yang informatif, persuasif dan edukatif. Hal ini
104

dilakukan karena pesan yang bersifat edukatif lebih banyak ditujukan untuk

perluasan wawasan dan kesdaran khalayak. Prosesnya lebih banyak bersifat difusi

atau penyebaran, sederhana, jelas dan tidak banyak menggunakan istilah-istilah

yang tidak diketahui oleh khalayak. Sementara penyusunan pesan yang bersifat

persuasif memiliki tujuan untuk mengubah persepsi, sikap dan pendapat khalayak

terhadap program program pengelolaan sampah yang dilaksanakan.

Masalah dalam penyusunan pesan biasa muncul disebabkan oleh sifat dari

produk. Untuk program pengelolaan sampah, produk yang dipasarkan bersifat nyata

sehingga mudah dimengerti dan menjanjikan prospek apa yang akan diperoleh oleh

peserta jika mengikuti program pengelolaan sampah tersebut. Jika pesannya tidak

lengkap dan sulit dimengerti maka hal itulah yang nantinya yang akan

menyebabkan masyarakat berfikiran negatif, anti dan akhirnya menolak program

ini.

Metode penyampaian pesan menjadi aspek yang tidak kalah pentingnya

dalam strategi komunikasi. Bagaimanapun menariknya materi sebuah pesan namun

jika metode penyampaian pesannya tidak tepat maka pesan tersebut tidak akan

sampai pada khalayak sesuai dengan tujuan dilaksanakannya aktivitas komunikasi.

Mengacu dari apa yang dituliskan Anwar Arifin bahwa dalam dunia

komunikasi dada dua metode penyampaian pesan. Pertama itu menurut cara

pelaksanaannya. Kedua, menurut bentuk isinya, berdasarkan hal tersebut maka

metode penyampaian pesan menurut cara pelaksanaannya yang dilakukan oleh

Garduaction adalah metode pengulangan. Metode penyampaian pesan memiliki

pengaruh terhadap tingkat pemahaman khalayak. Jika pesannya itu disampaikan


105

berdasarkan tujuannya maka tentu pesannya akan disampaikan berulang. Artinya,

pesan yang disampaikan kepada khalayak adalah sama. Pesan yang berulang

memiliki peluang yang besar untuk bisa dipahami lebih cepat oleh khalayak karena

ketika pesan itu disampaikan secara berulang maka pesan itu akan lebih mudah

diingat. Pengelolaan sampah yang disampaikan kepada masyarakat memiliki

landasan kuat dan selaras dengan keinginan pemerintah bukan seperti program

biasa yang bisa ditawar. Sementara, metode yang digunakan berdasarkan isi

pesanya adalah informatif, persuasif dan edukatif.

Sama seperti menyusun pesan yang harus menyesuaikan dengan khalayak

maka media komunikasi dalam rangka sosialisasi juga harus menyesuaikan dengan

khalayak agar dapat terwujudnya Garbage Care and Education. Memilih saluran

dan media komunikasi harus mempertimbangkan karakteristik dan tujuan dari isi

pesan yang ingin disampaikan, serta jenis media yang dimiliki oleh khalayak.

UNESCO memberi petunjuk bahwa dalam melakukan pemilihan media

komunikasi, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian (Cangara, 2014:121),

antara lain:

1. Sumber daya komunikasi yang tersedia di suatu tempat.

2. Pemilikan media di kalangan masyarakat sasaran.

3. Terjangkau tidaknya pesan yang akan disampaikan.

Sosialiasasi dalam penelitian ini diartikan sebagai proses penyebarluasan

pesan mengenai program pengelolaan sampah sesuai dengan kebijakan pemerintah

yang dilaksanakan oleh Garduaction kepada semua masyarakat Kabupaten Bantul

serta seluruh masyarakat Indonesia yang terkena program Indonesia bebas sampah
106

2020. Dengan demikian, agar semua khalayak sasaran dapat memperoleh pesan

mengenai program pengelolaan sampah maka dibutuhkan penggunaan media

komunikasi yang tepat untuk membantu penyebaran informasi hingga ke daerah-

daerah. Pemanfaatan media komunikasi yang tepat akan berpengaruh besar pada

tingkat pengetahuan masyarakat mengenai program pengelolaan sampah yang

diinformasikan.

Untuk mencapai target khalayak maka Garduaction memilih beberapa

media komunikasi. Pemilihan media disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Setiap media komunikasi pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan

kekurangan itulah yang menjadi alasan sehingga dipilihlah berbagai jenis media.

Media tersebut adalah;

Instagram : @garduaction

Email : garduaction9@gmail.com

Facebook : GarduAction Parangtritis

No. Telephone: 0877-3973-5007

Setiap program tentu memiliki faktor pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaannya, baik yang berasal dari dalam organisasi (internal) maupun yang

berasal dari luar organisasi (eksternal). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara

mendalam kepada informan yang memenuhi kriteria maka ditemukanlah faktor-

faktor yang mendukung terwujudnya Garbage Care and Education Garduaction.

Faktor pendukung tersebut adalah.


107

1. Dukungan dari pemerintah. Karena program pengelolaan sampah

sejalan dengan Pemerintah Bantul bersih sampah 2019, Indonesia bersih

sampah 2020.

2. Instansi Pemerintah. Dinas Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup,

Pemerintah Desa Parangtritis. Dengan dukungan tersebut tercermin dari

banyaknya seminar-seminar mengenai program pengelolaan sampah

yang dilakukan di Kabupaten Bantul. Serta terbentuknya komunitas-

komunitas dan sekolah berbasis adiwiyata yang mulai tumbuh di

Kabupaten Bantul.

3. Sarana dan Prasarana. Suksesnya sebuah program tidak bisa lepas dari

sarana dan prasarana, baik dari segi alat kelengkapan pengelolaan

sampah, rumah pilah sampah, motor roda tiga sebagai sarana penunjang

distribusi sampah. Semuanya merupakan pendukung yang sangat

dibutuhkan untuk mensukseskan program pengelolaan sampah.

4. Sumber Daya Manusia. Tidak kalah pentinng dari kesuksesan sebuah

program pemberdayaan dan penyadaran masyarakat adalah adanya

sumber daya manusia yang berkompetensi. Dibutuhkan anggota yang

memiliki kemampuan dan wawasan, integritas serta bertanggung jawab

untuk membuat program pengelolaan sampah terlaksana sesuai tujuan

dibentuknya.

Ada faktor pendukung tentu ada juga faktor penghambat. Faktor

penghambatnya adalah sebagai berikut:


108

1. Pengelolaan tempatnya kurang bagus. Masih banyak bangunan yang

belum terselesaikan seratus persen kemudian berganti fokus.

2. Publikasi mengenai apa saja yang mereka miliki agar masyarakat mau

berkunjung, seperti sebuah restoran yang jelas menunya apa saja.

Sedangkan Garduaction belum memiliki hal tersebut.

3. Kurangnya anggota dan volunteer yang aktif. Pada awal berdirinya

sangat banyak, kemudian ketika sedang berjalan banyak anggota yang

memutuskan untuk keluar dari garduaction.

Efek adalah salah satu unsur penting dalam keseluruhan proses komunikasi.

Efek bukan hanya sekedar umpan balik dan reaksi penerima (komunikan) terhadap

pesan yang dilontarkan oleh komunikator, melainkan panduan sejumlah “kekuatan”

yang bekerja dalam masyarakat, dimana komunikator hanya dapat menguasai satu

kekuatan saja, yaitu pesan-pesan yang dilontarkan sementara efeknya tidak. Bentuk

konkrit efek dalam komunikasi adalah terjadi perubahan pendapat atau sikap atau

perilaku khalayak sebagai manifestasi dari rangsangan yang menyentuhnya

langsung maupun lewat media massa. Efek suatu komunikasi pada umumnya dapat

diklasifikasikan menjadi dua, yakni diterima atau ditolak.

Respon masyarakat, menolaj atau menrima suatu ide tercipta karena

perbedaan tingkat penerimaan oleh khalayak akan program pengelolaan sampah.

Ada lima hal yang bisa mempengaruhi tingkat penerimaan adopter terhadap suatu

gagasan (Cangara, 2013:167-168), yaitu;

1. Sikap adopter terhadap ide-ide baru

2. Produk yang dipasarkan itu cocok dengan budaya yang ada


109

3. Produk bisa didemonstrasikan sehingga bisa disaksikan oleh target

sasaran;

4. Biaya yang dikeluarkan untuk produk itu

5. Agen pembaharu atau penyuluh kampanye itu sendiri, termasuk

dukungan polititk.

Penelitian ini menggunakan Teori Perencanaan Charles Berger dimana

dijelaskan bahwa rencana-rencana dari perilaku komunikasi adalah representative

kognitif hierarki dari rangkaian tindakan mencapai tujuan. Dengan kata lain,

rencana-rencana merupakan gambaran mental dari langkah-langkah yang akan

diambil seseorang untuk memenuhi sebuah tujuan. Pada dasarnya teori ini juga

menjelaskan tentang proses-proses yang berlangsung dalam diri manusia dalam

proses komunikasi yakni proses membuat pesan dan proses memahami pesan.

Manusia ketika dalam proses menghasilkan suatu pesan maka akan melibatkan

proses berpikir, pembuatan keputusan sampai dengan proses pembuatan simbol

sebelum memproduksi pesan (Littlejohn, 2009:184-185)

Berger menyatakan bahwa rencana adalah gambaran mental dari sejumlah

langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Langkah-langkah tersebut terdiri

dari beberapa jenjang, karena tindakan tertentu dibutuhkan lebih dahulu agar

tindakan lainnya dapat dilakukan. Dengan demikian perencanaan atau planning

merupakan proses memikirkan berbagai rencana tindakan (Morissan, 2015:180).

Teori perencanaan menyatakan bahwa semakin banyak pengetahuan yang

dimiliki, maka akan semakin kompleks rencana yang akan dibuat. Berger

menyebutkan pengetahuan atau informasi mengenai topik tertentu sebagai


110

“pengetahuan domain khusus” dan pengetahuan mengenai bagaimana cara

berkomunikasi sebagai “pengetahuan domain umum”. Jika motivasi untuk

mencapai tujuan dan pengetahuan cukup tinggi maka rencana yang dibuat akan

semakin kompleks. Begitu pula sebaliknya, jika motivasi dan pengetahuan rendah

maka rencana yang dibuat tidak akan bagus. Namun terdapat batasan mengenai

seberapa kompleks rencana yang dibuat, khususnya dalam komunikasi

interpersonal karena adanya faktor meta tujuan untuk efisiensi serta kepatuhan

sosial (Morissan, 2015:183).

Jika terjadi hambatan dalam strategi mencapai tujuan, terdapat penyesuaian

yang bisa dilakukan. Pertama, yaitu mencoba tindakan khusus yang berbeda atau

perubahan hierarki rencana tingkat rendah. Kedua adalah melakukan tindakan yang

lebih umum. Penyesuaian tingkat rendah atau tinggi tergantung pada seberapa besar

motivasi untuk mencapai tujuan. Jika tujuan sangat penting, maka seseorang

cenderung membuat penyesuaian tingkat tinggi (Morissan, 2015:184-184).

Teori perencanaan dapat dikaitkan dengan strategi komunikasi pada

penelitian ini, yaitu salah satunya dalam proses perencanaan strategi serta

perencanaan pesan-pesan pentingnya pengelolaan sampah kepada wisatawan

domestik untuk mewujudkan Garbage Care and Education. Rencana yang dibuat

tentunya digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh Garduaction

seperti adanya peningkatan pengetahuan, penerapan ilmu yang didapatkan setelah

berwisata di Garduaction, bahkan adanya perubahan perilaku yang awalnya tidak

peduli dengan lingkungan menjadi peduli. Garduaction dalam kegiatan komunikasi,

dapat berlaku sebagai komunikator yang merancang strategi dan pesan-pesan untuk
111

disampaikan kepada audiens mereka yaitu pengunjung dan lembaga-lembaga yang

melakukan studi banding. Dalam merancang strategi dan pesan tentunya

dibutuhkan pengetahuan bahkan pengalaman mengenai pengelolaan sampah,

kemampuan berkomunikasi, pendekatan kepada wisatawan serta adanya

penyesuaian untuk mencapai tujuan yang diinginkan Garduaction.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa masyarakat memiliki pendapat yang

berbeda mengenai program pengelolaan sampah. Meski pada umumnya setuju

karena kehadiran program ini dinilai membantu masyarakat, namun tak jarang ada

yang kritis menyikapi program ini. Sikap kritis itu muncul bukan karena program

pengelolaan sampah yang tidak baik namun karena tingkat pengetahuan masyarakat

mengenai manfaat yang sebenarnya dari program ini masih kurang. Sebagian

masyarakat masih ada yang sulit memahami dan cenderung cuek dengan program

pengelolaan sampah. Dengan kata lain, masyarakat sudah enggan memikirkan

permasalahan sampah karena sudah ada dinas terkait yang menangani sampah

padahal hal tersebut merupakan kewajiban kita bersama untuk mengelola dan

mengatasi sampah yang semakin banyak.

Adanya sosialisasi yang kurang merata juga terkadang menjadi

permasalahan klasik yang terjadi di kalangan masyarakat. Perbedaan pemahaman

masyarakat mengenai program pengelolaan sampah yang disosialisasikan juga

disebabkan karena setiap orang selalu berupaya secara sadar atau tidak sadar untuk

melakukan seleksi. Proses seleksi ini akan membantu seseorang untuk memilih

informasi apa yang dikonsumsinya, diingat dan diinterpretasikan menurut apa yang

dianggapnya penting. Ketiga proses selektif itu adalah:


112

1. Penerimaan informasi selektif, merupakan proses dimana orang hanya

akan menerima informasi yang sesuai dengan sikap yang sudah dimiliki

sebelumnya.

2. Ingatan selektif, mengasumsikan bahwa orang tidak akan mudah lupa

atau sangat mengingat pesan-pesan yang sesuai dengan sikap atau

kepercayaan yang sudah dimilii sebelumnya.

3. Perspektif selektif. Orang akan memberikan interpretasinya terhadap

pesan yang diterimanya sesuai dengan sikap dan kepercayaan yang

sudah dimiliki sebelumnya.

Berdasarkan hal di atas bisa dipahami bahwa gagalnya proses komunikasi

yang biasa terjadi bukan hanya disebabkan oleh komunikator saja namun juga

komunikan. Kegagalan itu dikarenakan proses selektif yang dilakukan oleh

komunikan menyebabkan sebagian pesan tidak sampai sesuai dengan maksud

sebenarnya. Suatu pesan yang dilontarkan kepada khalayak dengan menyentuh

tidak hanya panca indera melainkan menyentuh pikiran dan hati maka akan diterima

bilamana ide itu sesuai dengan sikap kejiwaan dan kepribadiannya dan dalam

kondisi fisik yang normal.


113

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, penulis akhirnya

menarik kesimpulan dari penelitian mengenai Strategi Komunikasi Garduaction

dalam mewujudkan Garbage Care and Education sebagai berikut;

1. Garduaction telah melaksanakan strategi komunikasi dengan tahapan

mengenali sasaran, peranan komunikator, pengkajian tujuan pesan serta

pemilihan media untuk mewujudkan Garbage Care and Education

sesuai dengan konsep strategi komunikasi Effendy.

2. Terwujudnya Garbage Care and Education atau pengelolaan sampah

Garduaction memiliki beberapa faktor pendukung, tidak lain berasal

dari instansi pemerintah, DLH, BLH, Kementrian Lingkungan Hidup,

Pemerintah Desa, Universitas, sarana dan prasarana penunjang.

3. Faktor penghambat Garbage Care and Education ada beberapa faktor

yaitu pengelolaan tempatnya kurang bagus, publikasi media luar

ruangnya kurang, kurangnya keaktifan anggota dan volunteer

Garduaction

5.2. Saran

Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas, penulis mengemukakan

saran-saran sebagai berikut;

1. Garduaction harus meningkatkan kuantitas dan kualitas sosialisasinya.

Hal ini dikarenakan program pengelolaan sampah bukanlah kerja


114

pemerintah dan komunitas saja, melainkan seluruh komponen

masyarakat harus saling mendukung agar terwujud Bantul bebas

sampah 2019 dan Indonesia bebas sampah 2020.

2. Pemasangan spanduk, banner yang berisi peringatan tentang banyaknya

sampah dan pentingnya pengelolaan sampah sebaiknya diperbanyak dan

dipasang di setiap raung-ruang publik. Media promosi juga perlu

diperbanyak, tidak hanya lewat media sosial melainkan melalui leaflet,

brosur atau papan publikasi kegiatan.

3. Mengadakan dan memfasilitasi kegiatan untuk refreshing anggota,

untuk meningkatkan kedekatan antar anggota dan volunteer.

4. Pengelolaan tempat dan penataan tempat harus bagus agar semakin

banyak orang yang berkunjung.


DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Arifin, Anwar. 1984. Strategi Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung.

Amico.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta. Kencana Prenada Media

Grup.

Cangara, Hafied. 2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta. Rajawali


Pers.
_____________. 2014. Edisi Kedua Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta.
Rajawali Pers.
_____________. 2017. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta. PT.
RajaGrafindo Persada.

Cohen, E. 1984. The sociology of tourism: approaches, issues, and findings.

Annual Review of Sociology

Hidayat, Dedy Nur. 2011. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta. PT

Rajagrafindo Persada.

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti
_____________________. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
_____________________. 2009. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung.
PT Remaja Rosdakarya.

Griffin, Emory A. 2012. A First Look At Communication Theory. New York.

McGraw-Hill Companies.

Ismayanti. 2010. Pegantar Pariwisata. Jakarta. Grasindo.

Jafari & Ritchie. 1981. Toward a Framework for Tourism Education:Problems

and Prospects. Annals of Tourism Research.


Kampung Tulip. 2017. Buku Panduan Wisata Edukasi. Bandung. STP ARS

Internasional.

Littlejohn, Stephen W. 2009. Teori Komunikasi Edisi 9. Jakarta. Salemba

Humanika.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Morissan. 2008. Manajemen Public Realitions: Strategi Menjadi Humas

Profesional. Jakarta. Kencana.

Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Prespektif Rancangan

Penelitian. Yogyakarta. Ar-Ruzz Media.

Pujileksono, Sugeng. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Malang. Kelompok

Intrans Publihing.

Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus

Integrated Marketing Communication. Jakarta. PT Gramedia Pustaka

Utama.

Rahmat, Jalaludin. 1985. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. Remaja

Karya.

Rahmat, Kriyantono. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta. PT.

Kencana Prenada Media.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta. Graha Ilmu.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.

Alfabeta.
_______. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. CV. Alfabeta.
_______.2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. CV.
Alfabeta.
_______. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D). Bandung. CV. Alfabeta.

Sutopo, HB. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. UNS Press. Surakarta.

Wijayanti, A. (2017). Analisis Dampak Pengembangan Desa Wisata


KembangArum Terhadap Perekonomian Masyarakat Lokal. Tesis. Sarjana
Wiyata Tamansiswa Yogyakarta.
___________. (2017). Pengelolaan Produk Pariwisata Edukasi di Kota
Yogyakarta. Manuskrip tidak dipublikasi.

SKRIPSI

Lutfia Cahyaningrum, Interaktivitas Akun Line @Jogja24 Jam dalam

Membangun Budaya Citizen Journalism. Skripsi. Yogyakarta. Jurusan Ilmu

Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. UPN “Veteran” Yogyakarta.

2016.

Maulida Haerani, Strategi Promosi Hotel Melalui Media Sosial Instagram

untuk Meningkatkan Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik (Studi Kasus :

‘Lokal Hotel’ Yogyakarta). Skripsi. Jurusan Pariwisata. Fakultas Ilmu Budaya.

Universitas Gadjah Mada. 2016.

Mubarrok, Strategi Promosi Wisata Religi Makam Syaikhona Kholil

Bangkalan. Skripsi. Surabaya. Jurusan Manajemen dan Pengembangan

Masyarakat. Fakultas Dakwah dan Komunikasi. UIN Sunan Ampel Surabaya.

2014.

Na’imatul Faidah, Strategi Promosi Wisata Religi di Kabupaten

Wonosobo (Studi Diskriptif Kualitatif tentang Strategi Promosi Wisata Religi di


Kabupaten Wonosobo). Skripsi. Yogyakarta. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam. Fakultas Dakwah dan Komunikasi. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2017.

Gita Atiko, Ratih Hasanah Sudrajat, Kharisma Nasionalita. Analisis

Strategi Promosi Pariwisata Melalui Media Sosial Oleh Kementrian Pariwisata

RI. (Studi Deskriptif Pada Akun Instagram @Indtravel) Skripsi. Bandung. Jurusan

Ilmu Komunikasi. Fakultas Komunikasi dan Bisnis. Universitas Telkom.

TESIS

Ita Fitri Astuti, Garduaction Sebagai Prototipe Bina Damai Berbasis Ekoteologi

Di Dusun Mancingan, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul,

Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta. Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam. Fakultas

Usuluddin dan Pemikiran Islam. UIN Sunan Kalijaga . 2017.

INTERNET

https://visitingjogja.com/downloads/Buku%20Statistik%20Kepariwisataan%20DI

Y%202016.pdfdiaksespadatanggal 15 Maret 2018

https://pariwisata.bantulkab.go.id/data/hal/11/12/14/197-potensi-

kepariwisataanbantul-2017

https://apjii.or.id/downfile/file/surveipenetrasiinternet2016.pdf/survei@apjii.or.idi

aksespadatanggal 27 Februari 2018

https://news.okezone.com/read/2017/07 /07/510/1730840/wow-tumpukansampah-

di-pantai-parangtritis-capai-50-tondiaksespadatanggal 25 Maret 2018

https://www.instagram.com/garduaction/diaksespadatanggal 25 Maret 2018


LAMPIRAN
Interview Guide
Wawancara Informan 1| Pengelola Garduaction
1. Bagaimana latar belakang serta visi & misi berdirinya Garduaction?
2. Mengapa memilih pengelolaan sampah dijadikan sebagai wisata di
Garduaction?
3. Mengapa menggunakan konsep Garbage Care and Education? Mengapa
tidak menggunakan konsep wisata yang lain?
4. Bagaimana strategi komunikasi Garduaction dalam mewujudkan Garbage
Care and Education?
5. Hambatan-hambatan apa sajakah yang ditemui dalam pengelolaan
Garduaction?
6. Bagaimanakah antusias wisatawan dalam mengikuti sosialisasi, workshop
dan mini workshop di Garduaction?
7. Apakah ada tindak lanjut yang dilakukan oleh Garduaction setelah
memberikan workshop untuk wisatawan?
8. Apakah tujuan akhir yang ingin dicapai oleh Garduaction setelah
memberikan sosialisasi, workshop dan mini workshop untuk wisatawan?
Wawancara Informan 2| PengunjungGarduaction
1. Definisi Garduaction menurut anda? Alasan anda berwisata di
Garduaction?
2. Apakah anda menyukai konsep wisata yang disuguhkan Garduaction?
Apakah alasannya?
3. Apakah yang membuat anda tertarik mengikuti workshop yang diadakan
oleh Garduaction?
4. Apakah pemberi materi sosialisasi, workshop dan mini workshop sangat
komunikatif dengan wisatawan?
5. Bagaimana langkah anda setelah mengikuti sosialisasi, workshop dan mini
workshop yang telah di berikan?
6. Apakah anda akan merekomendasikan wisataGarduaction kepada teman-
teman atau kerabat anda? Jika ya, apakah alasannya?
Wawancara Informan 3| Dinas Pariwisata
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai Garduaction?
2. Sejauh ini bagaimanakah kerjasama antara Dinas Pariwisata dengan
Garduaction?
3. Apakah pemerintah mensuport kegiatan di Garduaction?
4. Apakah pendapat Bapak/Ibu mengenai wisata dengan konsep Garbage
Care and Education?
5. Bagaimanakah pandangan Bapak/Ibu mengenai prospek wisata dengan
konsep Garbage Care and Education yang diusung oleh Garduaction?
LAMPIRAN

Struktur Kepengurusan Garduaction

Pelindung : Handri Sarwoko, S.E

Penasihat : Budiyanto

Ketua : 1. Vika Wahyu Aji

2. Asnan Riyanto

Sekretaris : 1. Febri Aji Wisnu Laksito

2. Angga Nur Fandy

Bendahara : 1. Sari Nur Cahyo

2. Triyono

Korlap : 1. Haryadi

2. Bangun Panuntun

Keamanan : 1. Wartono

2. Navy Revangga Aji S

Dokumentasi : 1. Hariyadi

2. Zanuar Ikhsan

Humas/Anggota: Sandi, Purbo, M.Syafei, Risky Sanny Putra, Novanda Saputra,

Andi Setiawan, Suponto, Handoko, Arif Safudin, Adi Bagio,

Mustofa, M. Rizal, Wahyu Catur Pamungkas, Sugeng Sanjaya,

Ergi Zahwa, Luri Erviani, Ivan Galang Pratama, Prety Arianda,

Nilam Yuliana Kusuma, Winda Citra Kusuma, Andi Seria, Hesti

Pratiwi, Teguh, Zullanda, Regi Tuska, Feonika Damayanti.


Penanggungjawab Divisi

Bank Sampah : 1. Triyono

2. Angga Nur Fandy

Pemilahan : 1. Arif Safrudin

2. Febri Aji Wisnu Laksito

Pengomposan : 1. Navy Revangga

2. Feonika Damayanti

Recycle/Daur Ulang/Pembicara/Pelatihan : Vika Wahyu Aji

Go-Green/Pertanian : 1. Budiyanto

2. Mustofa

Kepariwisataan & Kedai : 1. Sari Nur Cahyo

2. Sugeng Sanjaya

Pemetaan & Pembangunan : 1. Wartono

2. Bangun Panuntun Triatkusuma

Perkemahan : 1. Asnan Riyanto

2. M. Rizal
TRANSKRIP WAWANCARA
Keterangan
P: Pewawancara
N: Narasumber
Narasumber : Ivan Galang Pratama (Ketua Garduaction)
Tanggal : 28 April 2018
Tempat : Garduaction, Mancingan, Parangtritis, Bantul, Yogyakarta.
Waktu : 15.00 WIB
Keterangan Wawancara
P Kegiatan apa saja yang ada di Garduaction?
N Setiap hari Minggu diadakan acara berupa Sunday Caring
and Sharing, kegiatan ini diikuti oleh anak-anak dari usia
SD yang dimulai pada jam 3 sore. Jadi ada volunteer dari
UNY, UGM, UPN yang membuat program Sunday Caring
and Sharing di Garduaction. Kegiatan tersebut mengajak
anak-anak untuk senantiasa peduli lingkungan, diajak
bercengkrama, diberikan pengetahuan-pengetahuan tentang
lingkungan oleh volunter-volunter kita yang dari utara
(UNY, UGM, UPN). Jadi kita membuka untuk open
volunter, siapa saja yang mau jadi volunter, semisal seperti
kamu ngajak temenmu jadi volunter untuk semisal buat
acara apa aja terus aja mereka. Berbagai macam media
kami manfaatkan untuk media sosialisasi seperti radio,
banner, stiker ataupun melalui media komunikasi dua arah
presentasi, diskusi, sosialisai, workshop dan pelatihan-
pelatihan dan media sosial kami juga banyak. Instagram:
@garduactionEmail: garduaction9@gmail.com, Facebook:
GarduAction Parangtritis, No. Telephone: 0877-3973-5007

P Untuk selama ini hanya 25 volunter saja yang aktif?


N Untuk saat ini 25 volunter dan ketambahan beberapa orang
dari masyarakat setempat. Tapi harapannya lebih banyak
lebih bagus kan? Soalnya kalau bisa pemikiran-pemikiran
itu disatukan, yaa kita tau kalau pasti ada perbedaan tetapi
menurutku perbedaan itu sebuah warna. Pelangi saja kalau
warnanya tidak warna-warni dan satu warna saja pasti tidak
bagus kan?
Narasumber : Budiyanto (Penasihat Garduaction)
Tanggal : 28 April 2018
Tempat : Garduaction, Mancingan, Parangtritis, Bantul, Yogyakarta.
Waktu : 16.00 WIB
Keterangan Wawancara
N Garduaction mulai berdiri pada tanggal 4 Juli 2015 dengan
latar belakang kondisi alam yang ada di sepanjang pantai
mulai memprihatinkan kondisinya. Sebagaimana maksud
dari pendirian komunitas ini, Garduaction akan selalu
melakukan aksi-aksi pengelolaan serta pengolahan sampah
sekaligus sebagai bentuk pelestarian lingkungan yang akan
di adakan secara berkala. Setiap kegiatan yang sudah atau
akan diselenggarakan tentu saja mengacu pada maksud dan
tujuan Garduaction. Sejauh ini Garduaction bergerak di
bawah naungan Karang Taruna Dusun Mancingan,
Kelurahan Parangtritis serta bekerjasama dengan Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul. Sebenarnya kalau
tourism itu bukan bidang khusus kami, namun tetap ada
unsur tourism di dalam divisi di Garduaction. Kami lebih
konsen ke Education, nanti mbak eka bisa mempelajari
bagaimana Garduaction lahirnya, latar belakangnya dari
buku tesis yang membahas Garduaction. Silahkan untuk
dibaca hasil tesis Mbak Ita ini, untuk dijadikan gambaran
mendalam mengenai latar belakang Garduaction. Untuk
masalah perijinannya biar nanti saya yang akan sampaikan
kepada Mbak Ita, bahwa tesisnya akan dijadikan sebagai
referensi dan di fotocopy. Nah setelah anda membaca tesis
ini anda bisa menyimpulkan bagaimana Garduaction,
apabila anda membutuhkan data-data baru nanti kami siap
tetapi untuk struktur dan penelitian terbarunya silahkan
baca ini untuk referensi, dikarenakan ini juga up to date
dikarenakan masih tahun 2017.
P Apakah Garduaction itu?
N Jadi meluruskan, Garduaction itu adalah Garbage Care and
Education saja. Tidak ada embel-embel tourismnya. Nah
Garduaction adalah sebuah komunitas yang lahir dari
masyarakat, terus untuk Garbage Care secara harfiah
adalah pengelolaan sampah. Ketika muncul pertanyaan
pengelolaan sampah itu sampah dari mana? Tujuan yang
dicapai komunitas Garduaction adalah mewujudkan
masyarakat Desa Parangtritis pada khususnya dan para
pengunjung pada umunya agar mengerti tentang
pentingnya menjaga kelestarian alam serta melakukan
pergerakan aktif dalam rangka meminimalisir konflik-
konflik sampah dan menjadikan sampah tersebut menjadi
objek yang bermanfaat. Ya kita jawab, sampahnya dari
pesisir pantai selatan dari laut termasuk kawasan daerah
wisata termasuk kemajuan pusat ekonomi dikawasan pantai
parangtritis dan pusat dari terkumpulnya sampah yang
sangat-sangat besar terkumpul disini. Dan komunitas ini
yang mencoba untuk proaktif untuk mengelola sampah dan
tidak perlu lari dari permasalahan sampah yang ada selama
ini. Dan mencari jalan keluarnya bagaimana. Pada
akhirnya, maksud dan tujuan ke arah itu seperti yang sudah
tak sampaikan tadi, akhirnya pengelolaan sampah ini
menjadi sekian banyak divisi salah satunya adalah Bank
Sampah, jadi inti-intinya seperti itu. Jadi seperti tourism
tadi itu masuk ke dalam divisi yang ada di Garduaction.
Nah jadi ada divisinya sendiri-sendiri, ada bank sampah,
nah itu yang mengelola non-organik yang bisa dikelola dan
bisa dijual lagi itu sampah-sampah seperti apa
(gampangnya pemilahan), botol, kertas, besi dan selagi itu
masih bisa di distribusikan lagi nah itu bisa dikelola di
bank sampah. Nah itu tadi yang non-organiknya kalau
untuk yang organiknya dikelola oleh Gardu Green, dari
kompos jadikan media tanam apa. Kita belajar bagaimana
caranya, belajar bagaimana planting-nya nah itu yang di
divisi Gardu Green. Divisi Pendidikan ya seperti tadi kita
mensosialisasikan, mengadakan workshop, disini diadakan
workshop, workshop macrame dengan Sarah orang asli
Jerman, nah itu adalah contoh kegiatan edukasi, masuknya
di divisi pendidikan. Nah orang-orang atau wisatawan di
edukasi, lah katanya sampah kok di edukasi dengan adanya
workshop ini apa hubungannya? Nah itu segi edukasi,
bagaimana kita bisa memberikan edukasi ini ketika orang
mengikuti workshop disini maka akan adanya kedekatan
yang terjalin dengan pengunjung serta David dan Sarah.
Kita sering ngobrol mengenai permasalahan sampah dan
mereka sharing di negara asalnya juga. David dan Sarah
sangat antusias dengan permasalahan sampah yang ada.
Workshop macrame tidak ada hubungannya dengan
sampah yang diadakan di Garduaction, ini ada
hubungannya dengan edukasinya, jadi kita mengedukasi,
banyak orang kesini dan kita bisa ngobrol dan tukar pikiran
tentang permasalahan sampah. Jadi istilahnya apa yaa, satu
continueitas, satu mata rantai informasi bisa ter-share di
pengunjung, apa to program-program pengelolaan sampah
di Parangtritis dan mau digimanakan, solusinya dan harus
melakukan apa. Nah ada juga divisi pariwisata, tourism itu
masuk dipariwisata bukan di konsep Garbage Care and
Education. Nah mengapa kok ada divisi pariwisata, disini
memang tempat wisata, wilayah pariwisata dan memang
tempatnya orang berkunjung, dan kita (Garduaction)
berinteraksi dengan sampah maka itu akan membuat orang
lain berkunjung, ketika kita berkreasi dengan sampah,
orang akan menarik perhatian orang untuk bisa selfie, tidak
perlu kita mengolah, boleh silahkan berkunjung. Dan kita
membuat satu konsep bagaimana divisi pariwisata yang
bergerak di bidang pendidikan, yang kita namakanlah Edu
wisata. Di dalam eduwisata kita akan membuat sebuah
sebuah program sehingga sebuah wacana apabila ada
sebuah study tour, ada rombongan yang sedang berwisata
itu berkunjung di Parangtritis tidak hanya berkunjung
untuk berwisata saja, namun juga mendapatkan ilmu
dengan caranya seperti apa. Nah ini temen-temen,
mengadakan workshop nah ada sosialisasi, kita ingin
merealisasikan orang selain bermain, plesir atau berwisata
ke Parangtritis juga mendapatkan ilmu. Kenapa di divisi
tourism dihubungkan ke edu, orang tidak sekedar dolan
tapi bisa juga belajar. Tujuannya untuk mendorong
pengunjung untuk tidak hanya dolan, tetapi juga membawa
ilmu setelah berkunjung di Garduaction. Ternyata dari
sampah bisa dibuat macam-macam, dibuat rumah, hiasan,
dan tirai dari sampah atau istilahnya ecobrik. Dan divisi-
divisi yang lain itu masih ada namun belum berkembang,
bukan belum ada, ada tetapi belum berkembang walaupun
nantinya kita akan tindak lanjuti atau realisasikan setelah
pembenahan ini selesai. Contohnya kuliner, ketika nanti
kita mengadakan workshop dan membutuhkan minuman
nah nantinya kita korelasikan dengan Gardu Green kalau
tanaman kita sudah siap, nanti kita korelasikan ketika
Gardu Green sudah panen nah hasilnya kita arahkan
kepada fabrick kitchen atau dapur umum, nanti orang bisa
masak, bisa buat minum sendiri disitu. Nah itu kemarin
sudah berjalan dengan baik, tetapi karena ada pembenahan
maka sedikit terhenti nah harapannya nanti ketika sudah
ready bisa memenuhi kebutuhan pengunjung. Serta
dibidang divisi lainnya dapat berjalan dengan lancar
kembali. Saya ingin mengembangkan itu seperti coffee
shop dipinggir pantai, yang tujuannya untuk membuka
mata-mata beliau ketika berkunjung bahwa ohh pantainya
banyak sampah, biar mereka lebih peduli lagi. Jadi untuk
meluruskan kembali Garbage Care and Education saja
tidak memakai Tourism, Tourism ini tetap masuk di
Garduaction melalui divisi Pariwisata. Nanti takutnya salah
presepsi, dikarenakan disini kita adalah komunitas sampah
dan juga penggerak di bidang lingkungan.
P Selama ini strategi ke pengunjung? Apakah mereka
menerapkan ketika diberikan workshop? Berhasil atau
tidak?
N Sejauh ini kita belum bisa memantau, tidak bisa
memonitoring, dikarenakan tidak hanya dari Yogyakarta,
melainkan kebanyakan dari luar Yogyakarta juga banyak
sekali, bahkan belum lama ini ada yang dari Jerman juga.
Belum tau caranya memonitoring pengunjung yang sudah
pernah ke Garduaction pada waktu workshop diberikan.
Hanya niatan kita itu ingin membagi ilmu untuk berbagi
pengetahuan, saling mengedukasi, orang yang datang
kesini kalau mau belajar ya ayo, kalau banyak orang yang
ingin ikut ya ayo, kita akan orgenaize biar sempurna
acaranya. Problematikanya sampah itu apa to di
Parangtritis, dari yang awalnya tidak tau menjadi tau dan
akhirnya ada percakapan, pertanyaan timbal baliknya
komunikasi, ada diskusi. Ada recycle nanti ada workshop
mengenai pengelolaan sampah, barang-barang bekas
menjadi hal yang berguna, nah ada 10 orang, 20 orang
bahkan 100 orang nanti kita akan orgenaize. Nanti setelah
kita edukasi itu monggo terserah mau foto-foto mau ke
pantai.
N Untuk kerjasamanya Garduaction dengan pihak mana saja?
P Kalo instansi, Pemerintah Desa, ada DLH, BLH, yang
sudah mulai akhir-akhir ini dengan DLH tahun 2018 ini
mulai kita respon, lalu ada Kementrian Lingkungan Hidup.
Kalau untuk dari kalangan akademisi itu banyak sekali
menggandeng universitas di Yogyakarta yang sudah
bekerjasama dan singgah disini. UAD, UNY, UTY, UMY,
UPN, UGM, SANATA DHARMA, UNRIYO, UIN ya
kurang lebih segitu universitas yang bekerjasama dengan
Garduaction yang pernah menjalin kerjasama dengan kita
dalam bentuk tertentu walaupun tidak terlalu konsisten atau
secara terus menerus. Nah kita juga bekerjasama dengan
berbagai komunitas, komunitas berbagi (literasi),
barbarados (kesenian), komunitas tas pustaka yaitu literasi
juga, mapala, mapala sastra, SOSDL. Sampai saya lupa apa
saja karena saking banyaknya.
P Sudah ada perijinannya dari Pemerintah? Sudah legal?
N Pemerintah desa sudah ada perijinannya, sudah legal kita.
Kita hanya belum memiliki akta notaris, itu akan selesai di
tahun 2018 ini. Legal formal, tidak hanya dari dusun dan
desa tapi punya badan hukum yang kuat. Jadi kalau payung
hukum itu akan selesai di tahun 2018. Kalau ijin-ijin sudah
komplit.
P Sampah ini mengambilnya dari mana? Apakah dari
Garduaction jemput bola atau masyarakat yang datang
Garduaction?
N Kita yang menjemput bola, ebih besar prosentasenya kita
yang mengambil sampahnya dari rumah-rumah.
Sebenarnya konvensionalnya, orang menabung itu yang
datang ke bank, tetapi kita ketahui Parangtritis ini lebih
unik, masyarakatnya lebih banyak mengandalkan ke sektor
pariwisata maka kita berinisiatif yang menjemput bola.
Kami yang mengambil, banyak juga yang mengantar yaa
kami tetap terima dengan senang hati. Ada juga pemulung
yang mengantarkan langsung kesini juga kita terima
dengan senang hati. Mulai bulan depan atau 2 bulan
kedepan, kita akan memulai bukan hanya sampah dari
lingkup sini atau lingkup Parangtritis melainkan besok
sudah masuk ke Depok, Grogol 7, 8, 9, Parangkusumo,
sedesa kita kelola di sini. Karena programnya dari desa itu
2019 Bantul bebas sampah.
P Pengelolaan sampahnya untuk botol yang berwarna putih
kenapa harus dijual? Atau untuk pemasukan Garduaction?
N Untuk pengelolaannya memang kita pengennya kelola
sendiri, namun karena belum adanya sarana dan prasarana
yang memadai. Semisal nanti pemerintah atau siapapun
mau memfasilitasi untuk pengelolaannya kami tidak
masalah mengelola sendiri. Kita pingin punya alat
pencacah sendiri tetapi kami belum mampu, hal tersebut
dapat meningkatkan harga jual dan menambah pemasukan
ke Garduaction.
P Bagaimana antusias pengunjung ketika diberikan edukasi
di Garduaction? Untuk pemberi materi itu kebanyakan dari
volunter sini atau dari luar?
N Melihat dari pengunjung itu sangat antusias, mereka sangat
senang sekali ketika kami membuka satu wawasan kepada
mereka mengenai pengelolaan sampah. Sampah dibuat
sesuatu yang hanya dengan bahan seadanya, itu membuat
orang berfikir ternyata dari benda yang dianggap sepele
bisa dibuat sesuatu yang lebih atau orang tersebut tidak
mengira akan menjadi benda yang bagus. Kita buka
wawasan istilahnya orang itu tidak tahu dan tidak peduli
tentang sampah terus kita ungkapkan bahwa sampah itu
sangat banyak sekali dan sampai segitunya pengelolaan
sampah karena banyak sekali sampah yang ada maka orang
itu akan kaget dan berfikir kok bisa ya? Tadinya gak peduli
tentang sampah indonesia itu sebanyak apa, ketika kita
sosialisasikan orang itu akan terbuka pikirannya, ketika
kita edukasi dan bisa kita contohkan bagaimana caranya
mengedukasi orang itu akan tertarik dan akan mencoba
juga. Dan orang akan terhibur, sosialisasi kebanyakan dari
Garduaction sendiri.
P Untuk Gardu Green?
N Kita ada pengelolaan pupuk, ada kompos dan kita sudah
mengajukan mesin pencacah. Inginya kita akan meriset,
sampah organik bisa dijadikan sebagai media tanam dan
batuan yang kaya dengan mineral. Semakin banyaknya
sampah membuat kita berfikir bagaimana cara untuk
mengurangi sampah dan kembali ke konsep organik tanpa
pestisida, ketika orang berlari menjauhi sampah,
Garduaction justru mendekati sampah dan tidak ingin
permasalahan sampah ini terus berlarut-larut terjadi di
Parangtritis. Kami khususnya saya itu sangat senang
apabila disini banyak yang meneliti untuk skripsi, untuk
tesis, karena dari hal itu nanti kan kita bisa bertukar
pikiran. Untuk mengatasi masalah apabila ada orang
meneliti disini itu pastikan ada satu kesimpulan, lalu ada
masalah disni dan kami akan menerima sumbangsih
penelitian untuk kemajuan kami kedepannya. Ada juga
mahasiswa Jerman yang meneliti selama 2 bulan disini
karena dia tertarik dengan Garduaction sebagai komunitas
yang mengelola lingkungan hidup tapi ada pemberdayaan
masyarakatnya. Contohnya dirumah pilah itu bisa menggaji
orang, memberi lapangan pekerjaan orang dan
empowering.
P Kalau untuk selama ini kerjasamanya dengan DLH bukan
Dinpar?
N Tidak, kita sebenarnya independen. Karena kami ketika
berkegiatan tidak mengadakan proposal ke pemerintahan
tetapi kalau untuk membantu kita memang iya. Sekarang
ini DLH mau membangungkan kita rumah pilah sampah,
Pemerintah Desa. Kalau kerjasama harusnya ada MOU.
Tetapi semisal Dinas Lingkungan Hidup meminta kami
untuk membuat proposal mengenai bantuan yang akan
diberikan kepada kami nah itu kami baru siap.
Kontribusinya dari pemerintah untuk Garduaction yaitu
melalui Dinas Lingkungan Hidup dengan mengadakan
rumah pilah sampah. Lalu pemerintah Desa Parangtritis
pada akhir tahun 2017 lalu memfasilitasi untuk bank
sampah, kemudian untuk Kementrian Lingkungan Hidup
itu berbentuk gerobak motor roda tiga. Saya ini merasa ya
bahwa semakin pesatnya sebuah pariwisata, semakin maju,
semakin berkembang itu maka kerusakan lingkungan hidup
itu juga semakin parah dan banyak sampah. Untuk
perkembangan pariwisata secara global kita juga harus
siap, kesiapannya juga ditinjau dari pengelolaan
sampahnya itu sudah sampai sejauh mana, harapannya
kami dapat memiliki mesin pencakar sampah yang dapat
mengatasi masalah persampahan yang ada dari Parangtritis
sampai Depok.
P Jumlah anggota/volunteer di Garduaction?
N Semua volunteer ada 26, untuk yang aktif itu ada 6 orang,
yang aktif banget ada 3. 10% yang totalitas, 40% lumayan
aktif, 50% ikut saja. Banyak yang harus dikerjakan tetapi
sumber daya manusianya yang kurang. Saya itu pengennya
mempunyai sekretaris yang tanggap. Kami sempat
mengadakan sosialisasi di Depok untuk pengelolaan
sampah, tapi dikarenakan kurangnya volunteer itu yang
akhirnya tidak bisa memadai padahal disana itu sampahnya
luar biasa banyak. Sebenarnya disini juga lumayan banyak
spot-spot selfie agar menjadi daya tarik pengunjung tetapi
karena kurangnya pengawasan perawatan dikarenakan
kurangnya volunteer maka ada beberapa spot yang sedikit
demi sedikit rusak dan bahkan hilang. Akhirnya ya sudah
spot-spotnya rusak dan akhirnya kami bersihkan. Yaa
begitu, pariwisata itu sangat bagus untuk pemberdayaan
ekonomi karena Jogja tempat wisata. Tapi masalahnya
adalah apakah pariwisata ini tidak akan memberikan
dampak negatif, kalo iya solusinya apa? Jangan sampai
disalah satu kakinya berkembang di kaki yang lainnya
mati. Sunday Caring and Sharing itu diadakan pada setiap
hari minggu jam 3 sore dengan mentoringnya dari beberapa
kampus yaitu salah satunya UPN, UMY, UNY, UGM.

Narasumber : Ibu Tanti (Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Bantul)


Tanggal : 30 April 2018
Tempat : Kantor Dinas Pariwisata Bantul.
Waktu : 10.00 WIB
Keterangan Wawancara
P Menurut ibu Garduaction itu apa?
N Garduaction adalah ada di Parangtritis yang berada di
pesisir pantai selatan. Yang tidak menunjang
wisatawan untuk bermain dan berenang dipantai
seperti di kawasan Bali dan pantai yang lain. Karena
faktor alamnya yang tidak menunjang untuk hal
tersebut. Oleh karena itu kami akan senang apabila
masyarakat sekitar itu membuat inovasi apabila
wisatawan dapat melihat atau tidak harus berenang
atau bermain di pantai. Namun cuma karena selama ini
kurangnya komunikasi dan koordinasi, komunikasi
selama ini sudah ada dengan desa dan pemerintah
kabupaten. Koordinasi itu juga sulit dilakukan karena
masing-masing OPD Organisasi Perangkat Daerah
mempunyai kepentingan sendiri-sendiri, karena seperti
garduaction basicnya di sampah yang hubungannya
dengan DLH, tetapi ketika OPDnya berhubungan
dengan daya ketertarikan itu hubungannya dengan
Dinas Pariwisata, memang kami selalu berkoordinasi
dengan berbagai pihak karena pariwisata tidak berjalan
sendiri. Ketika ada inovasi tersebut saya melihat
bahwa Garduaction itu konsepnya sangat bagus tetapi
pelaksanaan kurang indah untuk sebuah wisata,
Kendala ketika disana ada TPS, saya kurang tau ketika
disana itu ada TPS, apakah masih disana atau tidak,
ketika TPS itu disana penuh dan bauk orang tidak
ingin kesana, tapi ketika TPS itu dipindahkan harus
ada koordinasi juga. Jadi memang, apa yang dibuthkan
disitu adalah komunikasi dan koordinasi sekaligus
solusi dan tindak lanjut. Kalau sejauh ini konsepnya
sudah bagus dan bisa dijadikan obyek wisata yaitu
wisata minat khusus cuma harus dibenahi kembali.
Jadi sebetulnya Garduaction bisa dijadikan obyek
wisata minat khusus, namun ada catatan khususnya
juga yaitu mereka harus mengelolanya dengan baik,
lebih baik lagi dari segi daya tarik, manajemennya,
dari segi SDMnya. Ketika disitu akan digunakan
sebagai sebuah tempat edukasi itu harus jelas, ibarat
kata semisal mau didirikan rumah makan nah rumah
makan itu harus jelas, punya menu-menu apa saja yang
akan ditawarkan kepada pengunjung. Disitu ada apa
saja itu harus jelas, apabila akan digunakan sebagai
sektor pendapatan desa itu apakah kerja sosial, apakah
bisnis itu harus nampak jangan sampai abu-abu, maka
dijelaskan betul-betul. Apabila disana akan ada
penelitian dan rekomendasi untuk mereka dari situ
mereka bisa meningkatkan pengelolaan itu tadi.
Semisal mereka ingin bisnis maka harus ada
publikasinya, dengan catatan mereka harus berbenah
jangan sampai seadanya saja. Jadi, menurut saya
Garduaction itu sudah bagus namun kurang ditata.
Konsep sudah bagus.
P Kerjasama dinas dengan Garduaction?
N Kami sering kesana dan mereka juga sering kesini. Itu
ada karyanya. Komunikasi sudah ada, karena OPD
kami tidak mengenai sampah, kami menganjurkan
berkolaborasi dengan DLH karena sesuai dengan
OPDnya. Sedangkan kami lebih kepembinaan mereka
yang itu tadi tentang kebersihan lingkungan,
keterbatasan semuanya dan kami belum maksimal, nah
sebenarnya mereka kan ada dibawah naungan desa nah
itu tidak semuanya harus apa-apa ke kabupaten yang
mengurus bisa melalui desa. Bisa untuk tingkat desa
menggunakan kebijakan menggunakan dana desa,
tergantung kepada lurah dan BPDnya, maksudnya
tidak melulu harus ke kabupaten. Karena bisa
menggunakan anggaran yang ada mulai dari Desa,
Kecamatan, baru Kabupaten karena untuk pengeluaran
itu telah diatur oleh Musrenbangdes apabila
Garduaction membutuhkan sesuatu. Yaa kalau mereka
tidak mengusulkan segala sesuatu yang diinginkan
oleh Garduaction atau tidak adanya kolaborasi ya tidak
akan ada dana yang turun, mereka harus aktif.
Anggaran untuk langsung ke Kabupaten itu tidak bisa,
harus melalui Desa, Kecamatan, baru Kabupaten.
P Konsep wisata yang serupa?
N Belum ada, tetapi teman-teman pesisir itu adanya
ketika musim-musim tertentu sampah itu banyak. Nah
saya mengarahkan ke teman-teman untuk sampah yang
berupa plastik atau non-organik itu bisa dikeloka lalu
untuk yang organik itu bisa dijadikan kompos. Pantai
Pandansari kini sudah mulai untuk pengelolaan yang
organik, kalau non-organik disana hanya dibakar.
Sekarang ini Bagian Kapasitas dan pengelolaan
mengenai SDM sudah mengadakan pelatihan
pengelolaan sampah disetiap desa wisata, jadi kita ada
pembinaannya. Komunitas bisa menjadi obyek wisata
dengan catatan adanya badan hukum. Dinas Pariwisata
hanya konsen ke komunikasinya saja.
Narasumber : Ibu Sri Rahayu (Kasi Peningkatan Kapasitas Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Bantul)
Tanggal : 14 Mei 2018
Tempat : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul
Waktu : 10.00 WIB
Keterangan Wawancara
P Apakah Garduaction itu?
N Ohh Garduaction yang ada di Mancingan itu ya? Yang
pemuda pemuda itu ya? Ohh yaa itu memang bagus sih
menurut saya. Memang anak-anak muda itu yang
seharusnya, banyak yaa kadang cuma main atau
gimana ya. Yaa sekarang itu pemuda-pemuda kalo di
Garduaction itu mempunyai sikap yang peduli akan
lingkungan dan berkegiatan yang sangat positif. Yaa
jadi kalo dulu itu ketuanya Mas Vika, kalau sekarang
siapa ya? Jadi mereka itu sangat kreatif sekali, kalo
sekarang itu kalo itu mau cari narasumber untuk
ecobrik itu kita ngambilnya kesana untuk ecobrik,
karena memang dia itu lebih ke pengelolaan sampah,
yang spesifiknya itu kemampuannya membuat daur
ulang ecobrik? Tau kan ecobrik? Ecobrik itu adalah
dari sampah yang ini dari botol, karena saat ini banyak
sekali botol yang tidak dimanfaatkan. Ecobrik itu lho
mbak dari sampah-sampah botol aqua atau botol-botol
minuman yang itu lho kapasitasnya satu liter yang
diolah menjadi ecobrik, jadi dimasukan sampah-
sampah kresek atau apa yang dapat dimasukkan
kedalam botol terus dipadatkan nah terus nantikan jadi
berat to? Nah kemudian nanti bisa dipakai jadi kursi,
meja, dinding juga ada, kalau njenengan pernah kesitu
pasti pernah lihatkan? Nah itu kursi-kursinya kan
terbuat dari ban bekas juga ada. Ada juga yang di
SMA 1 Pundong kemarin itu malah yang dimasukkan
bukan dari sampah-sampah plastik atau kresek
melainkan dari sisa-sisa potongan kain aja. Dulu itu
saya sering ini kalau ada masyarakat yang meminta
untuk dilatih dan pelatihan pembuatan ecobrik itu saya
anjurkan ke Garduaction, minta mereka untuk
mengadakan pelatihan ecobrik, dulu seringnya saya
dengan Mas Vika. Sekarang masih ada apa enggak
untuk Mas Vika saya kurang tau, Vika itu yang
biasanya saya mintai tolong untuk memberikan materi
tentang pembuatan ecobrik.
P Untuk kerjasama Dinas Lingkungan Hidup dengan
Garduaction sudah berapa lama?
N Garduaction itu kan sebetulnya sebuah jejaring
pengelola sampah di Bantul yang termasuk masih agak
baru, jadi itu pernah pada tahun 2016 itukan kami ada
penialaian bank sampah tingkat DIY nah itukan ada
tingkat lanjut dan ada tingkat pemula, nah Garduaction
ini kita ajukan yang tingkat pemula. Kalo pemula itu
kan baru satu tahun, kemarin itu kita ajukan ke DIY itu
pada tingkat pemula dan mendapatkan juara dua.
Untuk memfasilitasi Garduaction untuk bisa lebih
maju dalam mengelola sampah dengan antara lain
memfasilitasi dengan sarpras nah antara lain, kita
sudah serahkan kesana berupa gerobak motor nah
untuk yang tahun ini baru segera dilaksanakan
ppemerian bantuan rumah pemilahan sampah pada
tahun ini jadi kita memfasilitasi dan sangat mendukung
sekali. Kita juga sudah membuatkan SK juga, sudah
kita buatkan SK untuk bank sampahnya juga pada
tahun 2016 (Surat Keputusan Kepala BLH)
Garduaction itu kan berdiri 2015 akhir, dan kita SK
kan pada tahun 2016 awal. Tetapi karena mereka
sangat semangat dan maju lomba tingkat DIY
mendapat peringkat kedua, sebetulnya kemarin itu
struktur organisasinya itu tidak kelihatan. Nah mereka
itu sebetulnya sudah buat menggunakan daur ulang
juga, tetapi karena tidak kelihatan dan tidak dipasang
menjadi juara dua.
P Sejauh ini support Dinas Lingkungan Hidup untuk
kegiatan Garduaction dalam bentuk apa saja?
N Sana itu kemarin pada saat pembinaan atau sosialisasi
bank sampah itu pada sekitar bulan April kemarin itu
yang diikuti oleh warga sekitar dan Depok dihadiri
oleh Dinas Lingkungan Hidup dan kami support dalam
bentuk sarpras tadi. Nanti kedepannya akan ada
sarpras lagi, namun untuk sekarang ya baru hanya ada
itu kita serahkan apa adanya itu dan sedang akan kita
bangunkan rumah pilah sampah senilai 100juta.
Semisal mereka membutuhkan apa ya sebisa mungkin
kita support mereka.
P Menurut ibu, konsep Garbage Care and Education
apakah bisa menjadi sebagai sebuah wisata? Sejauh ini
mereka kan basicnya komunitas ya Bu?
N Bisa kalau menurut saya bisa-bisa saja, daerah mereka
kan kawasan wisata, pariwisata Parangtritis kan ya?
Mereka kan mungkin sampahnya ini diperoleh dari
kawasan wisata Parangtritis juga, nah selain
pengunjung berwisata di Parangtritis ada wisata
pengelolaan sampah jadi apa yang berwisata disitu
tidak hanya menikmati pantai tetapi juga berwisata
tentang sampah, sampah yang didapatkan juga dari
sampah di kawasan wisata. Menurut saya juga paling
bagus sih komposnya, mereka sudah bagus dalam
mengelola sampah rumah tangga sekitar dan warga
sekitar. Nah mereka itu sangat kreatif sekali dalam
pengelolaan menjadi kerajinan yang nilai positif dan
nilai tinggi, jadi tidak terkesan pengelolaan sampah itu
sebelah mata. Menjadikan sampah itu berharga, indah
dan bisa menjadikan edukasi dengan pengelolaan
sampah, jadi pengunjung selain berwisata di pantai
bisa juga berwisata di pengelolaan sampah. Nah kalo
sudah bisa seperti itu kan sudah bisa menyerap tenaga
kerja ya? Mereka kan yang berada di Garduaction itu
berpendidikan semuanya ya, mereka itu sekolah ada
yang kuliah berarti nanti itu bisa dihasilkan dari
sampah itu menjadi uang. Tetapi mereka bisa menjual
apa ya itu tadi edukas, kalau ada pengunjung disitu dan
ingin mengetahui bagaimana pengelolaan sampah
misalkan satu orang sepuluh ribu atau berapa ya
gimana caranya agar orang lain itu bisa dan mengerti,
nanti akan kita ajari caranya bagaimana, nah tapi nanti
membayar seikhlasnya, bisa juga menjual hasil
karyanya mereka melatih wisatawan, jadi menjadi nilai
lebih bagi mereka. Nah ketuanya juga menjadi penyiar
radio juga kan? Nah disamping dia siaran, dia juga
bisa promosi dan mengenalkan kepada pendengarnya
mengenai Garduaction. Kemarin juga membuat
komunitas Green Generation atau Generasi Hijau yang
dimana nanti bisa masuk di Garduaction sebagai
regenerasi dari mereka. Meminta difasilitasi dimana
nanti bisa masuk ke sekolah dan masyarakat untuk
mensosialisasikan tentang bank sampah. Dukungan
dari pemerintah akan memfasilitasi untuk Green
Generation bisa masuk ke sekolah dan masyarakat.
Bagus disana itu kalau bisa menjual wisata seperti
edukasi, prospek kedepannya akan lebih bagus. Kan
nantinya bisa mendukung Pariwisata Parangtritis itu.
Narasumber : Bapak Dwi (Kasi Persampahan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bantul)
Tanggal : 17 Mei 2018
Tempat : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul
Waktu : 09.00 WIB
Keterangan Wawancara
P Garduaction menurut bapak?
N Garduactin yang di Parangtritis itu adalah
menunjukkan bahwa dinas lingkungan hidup peduli
dengan generasi muda, karena kan disana banyak
sekali generasi muda apalagi mereka itu berbaur
dengan lokasi wisata itu harus bersih, rapi, sehat dan
sebagainya dan salah satu dengan kehadiran
Garduaction itu menjadikan wilayah wisata khususnya
di wilayah Parangtritis ini yaa memang tidak bisa
100% sampah bisa tertangani paling tidak
menunjukkan kepada orang, apakah Bantul apakah
orang diluar Bantul bahwa sampah-sampah itu bisa di
olah menjadi karya seni yang bisa di daur ulang
menjadi sesuatu yang bisa menyenangkan bahkan bisa
menakjubkan untuk dinikmati bukan sekedar dibuang.
P Kerjasama selama ini antara Garduaction dan Dinas
Lingkungan Hidup sudah sejauh mana?
N Kita mensupport apa yang mereka inginkan dan kita
ada. Garduaction ini kan sudah mendapatkan
penghargaan tingkat nasional juga dan untuk tahun ini
di Garduaction kita bangunkan rumah pilah sampah
senilai seratus juta rupiah dan selain itu juga kita
meminta kepada teman-teman di Garduaction juga
untuk menjadi narasumber pelatihan, sosialisasi yang
dilakukan oleh DLH kepada masyarakat.
P Support pemerintah untuk Garduaction?
N Untuk di masyarakat luas kita mendorong untuk
silahkan datang dulu di Garduaction, nikmati karya-
karya seni daur ulang sampah. Jadi itu himbauan kita
untuk semuanya siapa saja dan untuk semuanya saja.
Dengan karya-karya itu artinya menjadi edukasi,
menjadi sebuah pendidikan bahwa sampah itu
memiliki karya seni, memiliki berkah bahkan memiliki
nilai ekonomi. Karena ketika menjadi karya seni
mereka banyak pesan untuk membuat hiasan-hiasan,
contohnya yang paling banyak di Garduaction kan ada
botol-botol bekas, botol kemasan air mineral ini
kebanyakan tutupnya ini yang paling dominan ini bisa
menjadi nilai karya seni yang sangat luar biasa.
Masyarakat yang ingin belajar tentang Garduaction,
salah satu keunggulan di Garduaction ini adalah
teknologi ecobrik nah ecobrik ini kan sampah plastik
yang barangkali kotor dan dimasukkan semua kedalam
satu botol dan menjadi luar biasa bahkan menjadi
karya seni dan bahkan bangunan rumah. Nah itu kita
mengumumkan kepada siapa saja yang ingin belajar
kesana dan kepada masyarakat untuk penyuluhan,
sosialisasi dan sebagainya.
P Bagaimana pendapat bapak mengenai konsep yang
diusung oleh Garduaction?
N Tadi sudah saya sampaikan bahwa, hadirnya
Garduaction disebuah destinasi wisata ini akan
menjadi pembelajaran kepada pertama pelaku wisata,
yang kedua para pengunjung bahwa sampah itu paling
tidak harus dipilah dulu dan destinasi wisata itu harus
menyediakan tong sampah pilah tiga yaitu kertas
sendiri, plastik sendiri maupun daun sendiri. Supaya
yang daun bisa dijadikan kompos, lalu kompos bisa
dijadikan sebagai media tanam kemudian yang plastik
tadi saya sebutkan bisa di buat ecobrik dan yang
kertas bisa di jual dan memiliki nilai ekonomi. Nah,
disana itu juga ada wahana ada para penggiat yang di
Garduaction itu untuk memberikan berbagai
pembelajaran tentang pengelolaan sampah. Nah ini
sangat luar biasa sekali, jadi ditempat wisata itu
massalah pengelolaan sampah dan tempat pengelolaan
itu dihadirkan karena akan menyangkut masalah
kesehatan dan masalah kenyamanan pengunjung.
Kalau kenyamanan, kesehatan, kerindangan dan
kesejukan dilokasi wisata itu diperhatikan maka
insyaallah hal itu akan semakin senang pengunjung
keseana.
P Program ini sesuai atau tidak dengan Kabupaten
Bantul?
N Ya sangat relevan karena Bantul bersih sampah 2019,
Indonesia bersih sampah 2020. Kita mendorong
kepada semua stage holder, kepada semua komunitas
bahkan kami beberapa waktu yang lalu dengan
komunitas seniman sedang dalam perencanaan
seniman peduli lingkungan, dengan komunitas sungai,
serta mendorong kepada pemerintah desa karena
pemerintah desa itu memiliki ADD berdasarkan
peraturan bupati nomor 67 tentang sinkronisasi APBD
APBDes, maka desa itu dipersilahkan membuat
anggaran, menyusun anggaran, melaksanakan yang
berkaitan dengan lingkungan atau yang berkaitan
dengan pengelolaan sampah dan ini sudah menjadi
payung hukum untuk desa melaksanakan dan desa
yang peduli atau desa yang senang seperti desa
Karangtengah yang lurahnya itu memang mempunyai
latar belakang pengelolaan sampah, maka dia
mengalokasikan dana satusan juta bahkan mengangkat
pegawai, karyawan untuk mengelola sampah disana,
bahkan sudah bisa sampai diluar Desa Karangtengah.
Nah harapan kita lurah-lurah itu peduli semacam itu
nanti sharing dengan DLH Bantul apa yang DLH
Bantul bisa berikan tetapi Desa juga harus membuat
perencanaan dan melaksanakan kegiatan dan sekarang
sudah mulai nampak sekarang desa-desa yang sudah
mengalokasikan dananya baik untuk pembangunan
fisik maupun pembangunan non-fisik.
P Komunikator dari Garduaction apakah pernah
diberikan pelatihan oleh DLH mengenai cara
bagaimana seorang pelatih bisa didengar dan pesannya
bisa ditangkap oleh wisatawan?
N Garduaction itu adalah salah satu dari bagian kecil dari
yang disebut JPSM, Jejaring Pengelola Sampah
Mandiri waktu itu dikukuhkan oleh Bapak Bupati
Bantul ada akta pendiriannya ada akta notarisnya ada,
dari kelompok JPSM (Jejaring Pengelola Sampah
Mandiri) yang ada di 17 Kecamatan yang di 75 Desa,
mereka itu secara berkala kan ada pertemuan disini
dan DLH memfasilitasi. Seperti kemarin hari Bumi itu
beberapa JPSM kita latih dari seniman Jogja tentang
seni daur ulang sampah. Jadi, Dinas Lingkungan
Hidup Bantul senantiasa memberikan penyegaran-
penyegaran kepada siapa saja tentang pengelolaan
lingkungan termasuk pengelola bank sampah. Jadi
beberapa, waktu yang lalu kita juga telah membentuk
bank sampah di beberapa dusun-dusun yang berminat,
jadi itu terbentuk berdasarkan minat. Nanti kalau
dibentuk tetapi tidak jalan nah makanya kita tanya mau
enggak dibentuk? Nah mau didampingi atau enggak?
Nah seperti itu.
P Semisal ada yang ingin berkunjung ke Garduaction
tetapi komunikasi ke DLH apakah DLH akan langsung
mengarahkan kesana?
N Yaa, langsung ke komunitas saja. Kami lebih percaya
bahkan lebih senang apabila komunitas itu sudah
membantu pemerintah. Bahkan apabila anda kesana
kan ada mahasiswa dari Jerman juga memilih
Garduaction karena tempatnya yang strategis dan
tujuannya ditempat-tempat wisata itu kan sangat luar
biasa untuk dilakukan penelitian ataupun pendidikan
baik itu pelaku wisata maupun pengunjung.
P Pada saat ada permasalahan dengan masyarakat
apakah pemerintah turut serta membantu
menyelesaikan masalah?
N Nah awal berdirinya Garduaction itu kan muncul dari
kreatifitas masyarakat. Komunitas setelah ada
beberapa karya maka kami mengajukan ke tingkat
provinsi bahkan ke tingkat nasional untuk
mendapatkan penghargaan jadi itu memang betul-betul
muncul dari masyarakat. Dari pure dari masyarakat,
jadi pemerintah itu tidak mau membentuk, ya kalau
mau dibentuk? Kami tanyakan dulu kepada mereka
apakah ada kesungguhan ataupun kerelaan
keikikhlasan dia akan mengelola sampah nah barulah
kita mendekati dan memfasilitasi
P Bentuk komunikasi yang dirasa paling efektif dalam
kerjasama pengelolaan ini?
N Kami menyerahkan sepenuhnya kepada JPSM yang
ketuanya kebetulan Pak Bambang Suwerda ini penemu
bank sampah secara nasional, nah itu kami
memberikan tempat, snack dan minum untuk
melakukan pertemuan-pertemuan di Dinas Lingkungan
Hidup. Bahkan, nanti dalam waktu dekat kami akan
mengadakan buka puasa bersama dengan komunitas
dalam hal ini JPSM maupun komunitas-komunitas
lainnya, ada forum sekolah adiwiyata, forum
lingkungan hidup, forum relawan lingkungan ada saka
kalpataru, jadi di wilayah dinas lingkungan hidup
kedepannya akan kita adakan untuk buka bersama,
yang artinya itulah menjadi sebuah pembinaan kami,
sebuah komunikasi kami ataupun sharing pemikiran
dan sebagainya.
P Apakah Garduaction sering berkomunikasi dengan
Pemerintah? Khususnya DLH
N Jadi sudah menjadi kewajiban kami dimanapun
komunitas yang berkaitan dengan Dinas Lingkungan
Hidup (DLH) siap membantu dalam berbagai hal.
Apakah itu hanya pendampingan, ataukah pelatihan
ataukah sosialisasi dan sebagainya. Kami bisa
membantu rumah pilah disana 100 juta, bukan hanya
disana. Kami pada tahun ini membangun 31 berbagai
tipe rumah pilah sampah. Jadi kalau ada masyarakat
dan sebagainya tidak bisa menyelesaikan
permasalahan tentang sampah dalam lingkup
komunitas, kami sangat senang apabila kami
diikutsertakan dalam penyelesaian masalah-masalah
itu tapi apabila sudah cukup di selesaikan dikomunitas
ya sudah. Jadi energi, perhatian kami bisa diterima
oleh komunitas.
P Media apa saja yang digunakan untuk berkomunikasi
dengan komunitas selain pertemuan di DLH?
N Medianya kan begini mbak, selain pertemuan itukan
kita menggunakan dengan kegiatan-kegiatan kita itu
kan senantiasa dimuat diberbagai media, nah kuat
harapan kami dari masing-masing komunitas itu
senantiasa menyampaikan hasil-hasil karyanya atau
kegiatannya kepada masyarakat agar masyarakat lain
itu bisa membaca bisa meneliti atau dengan cara atau
ada kegiatan di berbagai tempat seperti kemarin
kegiatan JPSM di Tirtonirmolo dan Dlingo, itu kami
diundang kesana dan kami hadir dari sisi Pemerintah
silakan atau seandainya diundang kami merasa senang
jadi terbukalah. Kami juga memberikan konsultasi
terbuka 24 Jam melalui WA/SMS/Telphone kami pasti
menanggapi. Kendala komunikasinya tidak ada, dapat
dikatakan tidak ada karena kami berjalan bersama satu
misi serta satu hati bahwa kita bekerja di lingkungan
itu adalah masalah persampahan. Kalau sudah satu hati
itu kita kadang mengesampingkan pamrih-pamrih yang
lain. Apakah mempunyai penghasilan atau tidak
disana, mereka senang dan bisa enjoy karena
kreatifitas mereka itu tersalurkan nah apalagi
dikawasan wisata sekelas Parangtritis ini ketika
generasi muda berkreatifitas disana dan diakui oleh
pengunjung maka akan membuat kesenangan
tersendiri.
P Kunci/strategi komunikasi kesuksessan sebuah
komunitas, agar anggotanya utuh?
N Kami sangat terbuka apabila ada banyaknya
permohonan untuk sosialisasi banyak yang mengajak
kerjasama dengan DLH, kami senantiasa meminta para
atau yang menguasai ilmu tertentu khususnya di
persampahan itu kita minta menjadi narasumber lalu
kami yang akan memberi honor. Dengan harapan tadi
supaya pintar, nah agar ada generasinya, maka ini kita
ambil yang merasa sudah pintar itukan senantiasa
menyampaikan ilmu kepada teman-temannya seperti
kasus di Garduaction yang beberapa personilnya yang
sudah keluar. Ternyata disana sudah disiapkan
generasi berikutnya, karena mereka ingin berkembang
di tingkat provinsi. Kami tetap menganjurkan kepada
anggota yang lain untuk tetap berlatih, berinovasi,
berkreasi dan menghasilkan karya-karya tentang seni
daur ulang sampah dan kita juga tidak segan-segan
untuk turun apabila ada permasalahan kami siap
membantu semisal mau diadakan pertemuan, kami siap
memfasilitasi.
Narasumber : Jati (Masyarakat/Pengunjung yang pernah mengikuti workshop
yang diadakan Garduaction
Tanggal : 10 Mei 2018
Tempat : Garduaction
Waktu : 15.00 WIB
Keterangan Wawancara
P Bagaimana tanggapan anda mengenai pengelolaan
sampah yang ada di Garduaction?
N Garduaction adalah sarana yang bagus untuk
pengelolaan sampah agar sampah yang menumpuk
dapat digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat dan
dapat menjadi tempat wisata yang menarik. Yang
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
memilah sampah dari yang organik dan yang non-
organik
P Kenapa anda berwisata atau mengunjungi ke
Garduaction?
N Karena Garduaction merupakan sarana wisata yang
edukatif yang dapat menumbuhkan kesadaran untuk
mengolah kembali sampah dan menumbuhkan rasa
cinta terhadap lingkungan dan tidak akan membuang
sampah sembarangan.
P Apakah anda menyukai konsep yang disuguhkan
oleh Garduaction?
N Saya menyukai Garduaction karena, dapat mengolah
sampah dijadikan salah satu kerajinan yang dapat
ditata dengan baik, meningkatkan minat untuk
berwisata di Pantai Parangtritis dan tempat untuk
sarana pembelajaran untuk mengolah sampah
menjadi hal-hal yang bermanfaat.
P Bagaimana menurut anda, penyampaian pesan oleh
Garduaction kepada anda atau masyarakat? Respon
anda bagaimana?
N Garduaction menyampaikan pesan kepada
masyarakat dengan cara menggunakan sampah untuk
menjadi hal-hal yang lebih berguna dan komunikatif,
persuasif dan dapat diterima masyarakat baik dan
Garduaction juga mempromosikan melalui media
sosial, jadi tidak hanya masyarakat sekitar yang dapat
mengetahui tempat tersebut melainkan seluruh dunia
dapat mengetahui, agar kesadaran untuk
menggunakan sampah kembali tidak hanya dari
warga setempat namun juga dari Indonesia
P Media sosial apa yang anda ikuti dari Garduaction?
N Media sosial instagram
P Penyampaian materi bisa diterima oleh masyarakat
atau tidak? Atau masyarakat masih merasa
kekurangan? Atau penyampaian pesannya kurang
menarik?
N Garduaction kurang dalam mempromosikan diri,
hanya melalui media sosial instagram. Tempat wisata
agar cepat berkembang itu harusnya ditambah lagi
kerajinan-kerajinan dari sampah agar lebih menarik
lagi, promosi, agar masyarakat lebih tau lagi apa itu
Garduaction dan tidak hanya orang tertentu yang
dapat mengetahui keberadaan Garduaction. Perlu
adanya promosi yang lebih.
P Menerapkan atau tidak setelah diberikan materi oleh
Garduaction?
N Diterapkan, yaitu dengan memilah sampah yang
organik dan non-organik. Yang organik dijadikan
sebagai pupuk kompos dan yang non-organik
dijadikan sebagai kerajinan.
P Menurut anda, kelemahan atau kekurangan apa yang
harus dibenahi oleh Garduaction?
N Menambah spot-spot yang lebih menarik agar dapat
meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke
Garduaction, ditambah lagi promosi di media sosial
P Strategi komunikasi yang digunakan sudah tepat atau
belum menurut anda?
N Strategi komunikasi yang digunakan oleh
Garduaction sudah tepat, yaitu dengan cara
penyesuaian materi yang diberikan. Apabila yang
berkunjung siswa-siswi maka disesuaikan dengan
yang berkunjung, dan disesuaikan dengan usianya
agar bisa diterima dengan baik
Narasumber : Rizki (Masyarakat/Pengunjung yang belum pernah mengikuti
workshop yang diadakan Garduaction
Tanggal : 10 Mei 2018
Tempat : Garduaction
Waktu : 16.00 WIB
Keterangan Wawancara
P Bagaimana promosi yang dilakukan oleh Garduaction menurut
anda?
N Garduaction kurang dalam mempromosikan diri, hanya melalui
media sosial instagram. Tempat wisata agar cepat berkembang
itu harusnya ditambah lagi kerajinan-kerajinan dari sampah
agar lebih menarik lagi, promosi, agar masyarakat lebih tau lagi
apa itu Garduaction dan tidak hanya orang tertentu yang dapat
mengetahui keberadaan Garduaction. Perlu adanya promosi
yang lebih.
P Bagaimana Garduaction menurut anda?
N Sudah bagus, namun kurang tertata dan terlihat kumuh. Jadi
terkadang kalau mau berkunjung juga sedikit agak berfikir
LAMPIRAN GAMBAR

Garduaction bekerjasama dengan Kedaulatan Rakyat sebagai strategi komunikasi melalui


media cetak

Garduaction bekerjasama dengan Kedaulatan Rakyat sebagai strategi komunikasi melalui


media radio

Salah satu contoh Ecobrik Garduaction

Anda mungkin juga menyukai